kista rongga mulut

Upload: lukman-hakim

Post on 10-Oct-2015

256 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

kista

TRANSCRIPT

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kista

    2.1.1 Definisi

    Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, dibatasi oleh lapisan epitel

    dan jaringan ikat (gambar 2.1). Kista dapat menyebabkan pembesaran intraoral atau

    ekstraoral yang secara klinis dapat menyerupai tumor jinak. Kista banyak didapatkan

    pada regio Oral dan Maksilofasial karena adanya sisa epitel odontogenik (Cawson,

    2002, p.102).

    Gambar 2.1: Gambaran skematis kista dari dalam ke luar (Lumen, lining epithelial, wall of fibrous

    connective tissue) (Dunlap, 2000, p.1)

    Kista sudah ditemukan sejak 4500 tahun sebelum masehi. Pada awal abad

    pertama, Aulus Cornelius Celsus adalah orang pertama yang meneliti tentang kista,

    dan dilanjutkan oleh Pierre Fauchard (1690 1762) dan John Hunter (1729 1793)

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 6

    yang menyatakan bahwa perkembangan diagnosis dan perawatan kista terjadi pada

    tahun 1850 (Pechalova et al, 2011, p.767).

    2.1.2 Etiologi dan patogenesis

    Pada umumnya, sebagian besar kista odontogen terjadi akibat adanya

    proliferasi dari sisa epitel pada saat perkembangan gigi (gambar 2.2). Epitel yang

    berperan pada proses terjadinya kista odontogen adalah sebagai berikut : Epithelial

    rests of Malassez, reduced enamel epithelium, dan glands of Serres. Epithelial rests

    of Malassez merupakan epitel yang terbentuk akibat dari proses fragmentasi dari

    epithelial root sheath of Hertwig pada saat proses odontogenesis, epitel ini berperan

    pada proses pembentukan kista radikular, kista residual, dan kista paradental.

    Reduced enamel epithelium merupakan epitel yang berasal dari enamel organ dan

    menyelubungi mahkota gigi yang tidak erupsi, epitel ini berperan pada pembentukan

    kista dentigerous dan kista erupsi. Glands of Serres merupakan epitel yang tersisa

    setelah proses disolusi dari dental lamina, epitel ini berperan pada pertumbuhan

    odontogenic keratocyst, kista lateral, dan kista pada gingiva (Soames, 2005, p.57).

    2.1.3 Klasifikasi

    Berdasarkan klasifikasi WHO tahun 2005 (gambar 2.3), Kista odontogen

    disubklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu inflammatory cyst dan developmental cyst.

    Yang termasuk Inflammatory cyst adalah: radicular cyst, residual cyst dan

    paradental cyst, sedangkan

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 7

    Gambar 2.2: Gambaran beberapa jenis kista pada rahang dan maksilofasial berdasarkan epitel

    pembentuknya (Marx et al, 2003, p.2322)

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 8

    Yang termasuk developmental cyst adalah: gingival cyst of newborn, gingival cyst of

    adult, odontogenic glandular cyst, dentigerous cyst, orthokeratinized odontogenic

    cyst, eruption cyst, lateral periodontal cyst, calcifying odontogenic cyst dan

    odontogenic keratocyst (Neville et al, 2010, p. 679).

    Gambar 2.3: Klasifikasi kista odontogen berdasarkan WHO pada tahun 2005 (Neville et al, 2010, p.

    679)

    Odontogenic cyst

    Iflammatory cyst Developmental Cyst

    -Radicular cyst -Residual cyst -Paradental cyst

    -Dentigerous Cyst -Eruption cyst -Odontogenic Keratocyst -Ortokeratinized Odontogenic -Gingival Cyst Of Adult - Gingival Cyst Of Newborn -Lateral periodontal cyst - Glandular Odontogenic Cyst -Calcifying Odontogenic Cyst

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 9

    2.2 Kista odontogen

    Merupakan kista yang dinding epitelnya berasal dari proliferasi sisa-sisa epitel

    odontogenik yaitu epithelial rest of Malassez, gland of Serres, dan reduced enamel

    epithelium. Berdasarkan etiologinya, kista odontogen diklasifikasikan menjadi

    inflammatory cyst dan developmental cyst (Soames et al, 2005, p.57).

    2.2.1 Kista beradang (Inflammatory cyst)

    Kista beradang merupakan jenis kista odontogen yang proses patogenesisnya

    berhubungan dengan keradangan jaringan periapikal yang akan memicu terbentuknya

    suatu massa kista. Kista beradang digolongkan menjadi 3 jenis yaitu : Kista

    radikular, kista residual, dan kista paradental (Neville et al, 2010, p. 680).

    2.2.1.1 Kista radikular

    Etiologi dan patogenesis

    Kista radikular adalah kista yang terjadi akibat dari proses keradangan.

    Dinding epitel dari kista radikular berasal dari proliferasi sel epitel Malassez yang

    berada di ligamen periodontal (Rincon et al, 2006, p.245). Pada saat proses

    odontogenesis berlangsung, eksternal dan internal dental epithelium akan bergabung

    untuk membentuk cervical loop. Gabungan dari eksternal dan internal dental

    epithelium disebut sebagai Hertwigs epithelial root sheath yang berfungsi untuk

    mengontrol formasi pembentukan akar. Setelah proses pembentukan akar selesai,

    Hertwigs epithelial root sheath akan mengalami proses disintegrasi menjadi jaring-

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 10

    jaring epitel di ligamen periodontal yang dinamakan sel epitel Malassez (Lin et al,

    2007, p.1).

    Proses patogenesis kista radikular dibagi menjadi 3 fase yaitu: fase inisiasi,

    fase formasi kista, dan fase pembesaran kista. Pada fase inisiasi, produk iritan berupa

    endotoksin dari bakteri yang disekresi secara konstan akan menginfeksi pulpa,

    menyebar ke jaringan periapikal dan merangsang terjadinya proses inflamasi. Pada

    saat proses inflamasi berlangsung, host cell (Fibroblast, granulosit, makrofag, dan

    limfosit) akan mensekresi proinflammatory cytokines (IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF-),

    mediator inflamasi (Prostaglandin), dan growth factor (EGF, KGF, TGF-, FGF, dan

    HGF) untuk mengeliminasi bakteri. Kolaborasi dari mediator inflamasi,

    proinflammatory cytokine, dan growth factor akan memicu proliferasi sel epitel

    malassez (Shear 2007, p.128-130).

    Sel epitel Malassez merupakan sel yang tidak bermetabolisme secara aktif

    karena memiliki kandungan rough endoplasmic reticulum, free ribosomes, dan high

    nuclear-cytoplasmic ratio dalam jumlah yang sedikit, walaupun demikian sel ini

    masih memiliki kemampuan untuk berproliferasi. Pada proses siklus sel, epitel

    malassez merupakan sel yang stabil dan diam dalam fase G0, jika ingin berproliferasi

    dan membelah, sel tersebut harus bisa mensintesis RNA dan protein untuk masuk ke

    fase G1 lalu selanjutnya mensintesis DNA dan kromosom untuk masuk ke fase S, dan

    akhirnya berlanjut ke fase M (mitosis). Untuk menstimulasi sel di fase G0 agar bisa

    memasuki fase G1 dibutuhkan extracellular signal atau mitogen seperti mediator

    inflamasi dan growth factor (Lin et al, 2007, p.1-2).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 11

    Gambar 2.4: Proses perkembangan kista radikular. A. Sisa epitel pertumbuhan gigi. B. Proliferasi epitel. C. Kematian jaringan di daalam lumen. D. Ekspansi kista karena tekanan osmotik. E. Kista

    semakin tumbuh membesar bersama dengan tekanan osmotik yang terus bertambah (Marx oral and maxilofacial pathology, 2003, p.573 ).

    Saat massa semakin membesar, sel yang terletak di bagian tengah massa

    terletak semakin jauh dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan suplai nutrisi

    terhambat, sel yang berada di tengah massa akan mati dan ruangan di tengah massa

    akan menjadi suatu lumen (gambar 2.4).

    Proses pembesaran kista radikular berhubungan dengan adanya peningkatan

    tekanan hidrostatik di dalam lumen kista yang lebih besar daripada tekanan kapiler

    pembuluh darah, sehingga untuk menyeimbangkan tekanan akan terjadi proses

    transudasi dimana cairan dari luar kista radikular bisa masuk ke lumen yang akan

    mengakibatkan ukuran kista semakin besar (Marx, 2003, p.579). Pertumbuhan kista

    radikular akan disertai dengan resorbsi tulang karena adanya aktivasi dari osteoklas.

    Proinflammatory cytokines, interleukins, prostaglandins, dan TNF- merupakan

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 12

    substansi yang bisa menstimulasi proses resorbsi tulang melalui peningkatan regulasi

    dari RANKL yang akan berperan pada proses aktivasi osteoklas (Lin et al, 2007, p.8).

    Gambaran klinis

    Kista radikular bersifat asimptomatis dengan proses pembesaran yang

    perlahan dan tidak disadari oleh penderita sampai ukurannya membesar dan bisa

    tampak secara klinis (Regezi, 2003, p.242).

    Gambaran Radiografis

    Secara radiografis, kista radikular nampak sebagai area bulat radiolusen

    berbatas radiopak di apeks gigi yang ditunjukkan pada gambar 2.5. Gambaran

    radiografis kista radikular biasanya ditandai dengan adanya kerusakan lamina dura

    (Cawson, 2002, p.103).

    Gambar 2.5: Gambaran radiografis dari kista radikular. Lesi radiolusen berbatas radiopak yang berhubungan dengan apeks gigi non vital (Shear, 2007, p.123)

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 13

    Gambaran histopatologis

    Gambaran histopatologis kista radikular ditunjukkan dengan adanya suatu

    rongga berlapiskan epitel yang tidak berkeratin dan memiliki ketebalan yang

    bervariasi (gambar 2.6). Gambaran khas kista radikular menunjukkan adanya

    kerusakan pada dinding epitel kista radikular akibat proses radang sehingga banyak

    ditemukan sel neutrofil dan sel radang lainnya pada dinding kista tersebut (Shear,

    2007, p.125).

    Gambar 2.6: Gambaran histopatologis kista radikular yang dilapisi dinding epitel (Shear, 2007, p. 142)

    2.2.1.2 Kista residual

    Etiologi dan patogenesis

    Merupakan kista yang ditemukan pada regio yang tidak bergigi dengan

    riwayat ekstraksi akibat tidak terambilnya granuloma atau kista radikular secara

    sempurna pada saat dilakukan enukleasi (Regezi, 2003, p.244).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 14

    Gambaran klinis

    Kista residual bersifat asimptomatis dengan proses pembesaran secara

    perlahan-lahan yang tidak disadari oleh penderita sehingga kista residual sering

    ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan radiologis rutin.

    Kista residual bisa menggangu ketepatan pemasangan dari gigi tiruan, karena adanya

    penebalan yang progresif pada epithelial lining dari kista (Cawson, 2002, p.106).

    Gambaran histopatologis

    Gambaran histopatologis kista residual hampir sama dengan kista radikular

    (gambar 2.7) yang dilapisi stratified squamous epithelium dan menunjukkan adanya

    proses inflamasi pada dinding epitel (Cawson, 2002, p.107).

    Gambar 2.7: Gambaran histopatologis kista residual yang menunjukkan adanya proses inflamasi pada dinding epitel (Cawson, 2002, p.107)

    Gambaran radiografis

    Gambaran radiografis kista residual menunjukkan adanya gambaran

    radiolusen berbatas radiopak di regio tidak bergigi seperti yang ditunjukkan pada

    gambar 2.8 (Marx, 2003, p.578).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 15

    Gambar 2.8. Gambaran Radiografis kista residual yang menunjukkan adanya gambaran radiolusen berbatas jelas pada regio tidak bergigi (Neville, 2003, p. 672)

    2.2.2 Kista developmental

    Kista developmental bukan merupakan kista yang terjadi akibat dari suatu

    proses keradangan, namun merupakan perkembangan dari sisa epitel odontogenik

    (Marx, 2003, p.567).

    2.2.2.1 Odontogenic keratocyst

    Etiologi dan patogenesis

    Odontogenic keratocyst merupakan kista berasal dari proliferasi dental lamina

    atau sisa epitel pertumbuhan yang terdapat pada rahang. Istilah odontogenic

    keratocyst pertama kali diperkenalkan oleh Phillipsen pada tahun 1956 untuk

    menunjukkan tipe spesifik dari perubahan yang terjadi dalam kista dentigerous, kista

    residual, dan kista radikular (Cawson, 2002, p.252). Secara kasat mata, odontogenic

    keratocyst dapat dilihat pada gross specimen yang ditunjukkan pada gambar 2.9.

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 16

    Gambar 2.9: Gross specimen odontogenic keratocyst (Shear, 2007, p.6).

    Gambaran klinis

    Odontogenic keratocyst sering menyebabkan pembengkakan di daerah fasial

    atau lingual dari tulang rahang, dan terlihat menonjol. Gejala klinis lainnya adalah

    parestesi pada bibir, gigi tanggal, dan nyeri (Marx, 2003, p.592).

    Radiografis

    Odontogenic keratocyst menunjukkan gambaran radiolusen unilokular atau

    multilokular dengan batas yang jelas berupa sclerotic border seperti yang ditunjukkan

    pada gambar 2.10 (marx, 2003, p.94).

    Gambar 2.10. Gambaran radiografis odontogenic keratocyst yang menunjukkan bentukan multilokular dengan sclerotic border (Shear, 2007, p.8)

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 17

    Gambaran histopatologis

    Odontogenic keratocyst merupakan memberikan gambaran histopatologis

    yang khas. Berdasarkan gambaran histopatologis, odontogenic keratocyst

    digolongkan menjadi dua tipe yaitu: parakeratin dan ortokeratin. Penggolongan

    tersebut sesuai dengan keratinisasi yang terbentuk dari epitel di sekitarnya (Regezi,

    2003, p.255).

    (a) (b)

    Gambar 2.11: Gambaran histopatologis odontogenic keratocyst pada lapisan epitel tipe ortokeratin (a) dan tipe parakeratin (b) (Cawson, 2002, p.112).

    Gambaran histopatologis dari odontogenic keratocyst tipe ortokeratin,

    menunjukkan adanya lapisan sel granular di bawah lapisan permukaan yang datar dan

    lapisan keratin yang memenuhi ruang kista dengan bahan semi padat, lapisan sel

    basal kurang jelas dan didapatkan lebih banyak sel skuamosa daripada jenis

    parakeratin seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.11a (Cawson, 2002, p.112).

    Gambaran histopatologis dari odontogenic keratocyst tipe parakeratin

    menunjukkan bahwa lapisan dinding terluar kista berbentuk pipih, tidak membentuk

    suatu struktur, dan biasanya dinding epitel skuamosa memiliki ketebalan 8-10 lapis.

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 18

    Lapisan permukaan epitel merupakan lapisan parakeratin tipis yang berwarna merah,

    berombak, terpisah dari lapisan epitel, dan tampak terlepas kedalam lumen kista. Sel-

    sel lapisan basal dari dinding epitel menunjukkan gambaran inti sel berbentuk toraks

    dan tersusun seperti pagar atau kuboid dengan inti berwarna gelap dan terpolarisasi

    (gambar 2.11b). Lumen kista mengandung banyak sisa keratin atau cairan semi padat

    seperti transudat serum. Jaringan subepitel terdiri dari jaringan ikat fibrosa, tidak

    mengandung sel radang dan relatif tipis. Diantara dinding kista dapat ditemukan

    pulau-pulau sel epitel dengan keratinisasi di bagian sentral yang disebut sebagai kista

    satelit (Shear, 2007, p.12).

    2.2.2.2 Kista Dentigerous

    Etiologi dan patogenesis

    Kista dentigerous merupakan kista yang terbentuk di sekitar mahkota gigi dan

    melekat pada cemento-enamel junction gigi yang tidak erupsi (Cawson, 2002, p.108).

    Secara kasat mata, bentuk kista dentigerous dapat dilihat pada gross specimen yang

    ditunjukkan pada gambar 2.12. Kista dentigerous juga disebut sebagai kista folikular

    sebab merupakan hasil pembesaran folikel, berasal dari akumulasi cairan antara

    reduced enamel epithelium dan enamel gigi (Regezi, 2003, p.246).

    Ada dua teori mengenai pembentukan kista dentigerous. Teori pertama

    menyatakan bahwa proses perkembangan kista disebabkan oleh adanya akumulasi

    cairan antara reduced enamel epithelium dan mahkota gigi. Tekanan cairan akan

    memicu proliferasi reduced enamel epithelium. Teori kedua menyatakan bahwa

    proses terjadinya kista dentigerous diawali dengan rusaknya stellate reticulum yang

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 19

    akan membentuk cairan diantara outer dan inner enamel epithelium. Tekanan cairan

    tersebut akan memicu proliferasi outer enamel epithelium yang menyisakan

    perlekatan pada gigi di bagian cemento enamel junction, sehingga inner enamel

    epithelium tertekan ke atas permukaan mahkota. Kista dentigerous akan terbentuk

    mengelilingi mahkota dan melekat pada cemento enamel junction dari gigi. Saat telah

    terbentuk sempurna, mahkota akan berprotrusi ke dalam lumen, dan akar-akarnya

    memanjang ke sisi luar kista. Kedua teori menjelaskan bahwa tekanan dari cairan

    akan menyebabkan proliferasi kistik karena kandungan hiperosmolar yang dihasilkan

    oleh kerusakan dari sel sehingga menyebabkan adanya tekanan osmotik yang akan

    memompa cairan ke dalam lumen. Proses terjadinya kista dentigerous juga

    berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi atau impaksi. Gigi impaksi yang

    mempunyai potensi untuk erupsi akan menyebabkan penyumbatan aliran vena

    (venous outflow) dan mengakibatkan transudasi serum dinding kapiler. Hal ini

    mengakibatkan meningkatnya tekanan hidrostatik yang akan memisahkan folikel dari

    mahkota gigi (Shear, 2007, p.69).

    Gambar 2.12: Gross specimen dari kista dentigerous (Neville, 2003, p.397).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 20

    Gambaran Klinis

    Kista dentigerous bersifat asimtomatik, namun ukuran dari kista dentigerous

    bisa menjadi sangat besar (10-15cm) sehingga bisa menyebabkan adanya asimetris

    wajah pada penderita (Neville, 2010, p.679).

    Gambaran Radiografis

    Gambaran radiografis menunjukkan bahwa kista dentigerous memiliki korteks

    yang berbatas jelas dengan outline berbentuk kurva atau sirkuler dan melekat pada

    cemento-enamel junction seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.13 (Neville, 2010,

    p.680).

    Gambar 2.13: Gambaran radiografis kista dentigerous (Neville, 2003, p.340).

    Gambaran histopatologis

    Gambaran histopatologis menunjukkan bahwa dinding kista dentigerous

    dilapisi oleh jaringan ikat dan epitel pipih yang bersatu dengan reduced enamel

    epithelium dan menutupi mahkota gigi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.14

    (Cawson, 2002, p.110).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 21

    Gambar 2.14: Gambaran histopatologis dari kista dentigerous dengan dinding epitel yang dilapisi jaringan ikat. (Cawson, 2002, p.110).

    2.2.2.3 Kista lateral periodontal

    Etiologi dan patogenesis

    Kista lateral periodontal merupakan jenis kista yang tumbuh dari sisa epitel

    dental lamina yang tertinggal di daerah tulang regio interradicular crestal atau di

    daerah tulang setinggi setengah panjang akar (Shear, 2007, p.85).

    Gambaran Klinis

    Kista lateral periodontal bersifat asimptomatik, tidak tampak secara klinis,

    sehingga sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologis rutin

    (Neville, 2010, p.693).

    Gambaran radiografis

    Secara radiografis, kista lateral periodontal menunjukkan gambaran

    radiolusen unilokular berbentuk bulat atau oval di daerah interdental seperti yang

    ditunjukkan oleh gambar 2.15 (Shear, 2007, p.87).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 22

    Gambar 2.15: Gambaran radiografis kista lateral periodontal menunjukkan adanya gambaran radiolusen oval di daerah interdental gigi premolar (Shear, 2007, p.87).

    Gambaran histopatologis

    Gambaran histopatologis menunjukkan bahwa kista lateral periodontal

    dilapisi oleh dua atau tiga lapis epitel tipis, dan pada lapisan ini akan terlihat

    pemadatan epitel yang mendorong ke arah luar atau ke dalam lumen seperti yang

    ditunjukkan oleh gambar 2.16 (Shear, 2007, p.89).

    Gambar 2.16: Gambaran histopatologis kista lateral periodontal (Shear, 2007, p.88)

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 23

    2.2.2.4 Kista erupsi

    Etiologi dan patogenesis

    Kista erupsi terbentuk dalam gusi di atas mahkota gigi yang akan erupsi

    karena terjadi akumulasi cairan jaringan atau darah di dalam suatu ruang folikular

    yang membesar di sekitar mahkota gigi (Neville, 2010, p.682).

    Gambaran klinis

    Kista erupsi tampak sebagai pembengkakan gusi yang lunak, translusen, dan

    bila terisi darah akan berwarna biru keunguan (Neville, 2010, p.682).

    Gambaran histopatologis

    Gambaran histopatologis menunjukkan bahwa kista erupsi tumbuh diatas

    mahkota gigi yang akan erupsi dan menekan jaringan mukosa diatasnya seperti yang

    ditunjukkan oleh gambar 2.17 (Shear, 2007, p.78).

    Gambar 2.17: Gambaran histopatologis kista erupsi yang menunjukkan bahwa kista tumbuh di atas mahkota gigi dan menekan jaringan di atasnya (Shear, 2007, p.78).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 24

    Gambaran radiografis

    Kista erupsi menunjukkan gambaran radiolusen tipis di bagian koronal gigi

    yang akan erupsi seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.18 (Neville, 2003, p.397).

    Gambar 2.18: Gambaran radiografis kista erupsi yang menunjukkan adanya gambaran radiolusen tipis di bagian koronal gigi yang akan erupsi (Neville, 2003, p.397).

    2.3 Angka kejadian kista odontogen

    Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Al-bulushi di Oman tentang

    prevalensi lesi rongga mulut pada tahun 1995-2004 (2005, p.12), dari 1637 lesi rongga

    mulut, kista merupakan kelainan yang paling sering terjadi (48%) diikuti oleh tumor

    (30%), lesi mukosa (20%), dan infeksi (2%). Sementara itu, Penelitian yang dilakukan

    oleh Oschenius dan Escobar di Chile mulai tahun 1976-2004 (2007, p.3),

    menunjukkan bahwa kista odontogen memiliki angka kejadian yang paling tinggi

    sebanyak 19.4 %. Penelitian yang dilakukan oleh nunez et al (2010, p.769) di

    Spanyol pada periode 1976- 2006 menunjukkan bahwa kista odontogen lebih sering

    muncul pada pria (68,4%), dan kista yang paling sering muncul adalah kista radikular

    sebanyak 210 kasus (50,2%), diikuti kista dentigerous sebanyak 91 kasus (21,8%),

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 25

    kista paradental sebanyak 87 kasus (20,8%), kista residual sebanyak 18 kasus (4,3%),

    kista lateral periodontal sebanyak 7 kasus (1,7%), kista primordial sebanyak 4 kasus

    (1%), dan kista gingiva pada orang dewasa sebanyak 1 kasus (0,2%). Kista

    odontogen lebih banyak terjadi di mandibula (257 kasus; 61,5%) dibandingkan di

    maksila (161 kasus; 38,5). Gigi yang paling sering terlibat kista odontogen adalah

    molar ketiga rahang bawah (36,8%), diikuti olah molar pertama dan kedua rahang

    bawah (13%). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Monteiro et al di

    Portugal pada periode 1999- 2001 (2005, p. 670-675), kista radikular merupakan kista

    dengan angka kejadian paling tinggi (48,4%), lalu kista dentigerous (21%), kista

    residual (21%), odontogenic keratocyst (12,1%), dan kista paradental (0,8%).

    Odontogenic keratocyst merupakan kista dengan angka kejadian berbeda antar

    individu di setiap daerah yang berbeda karena adanya pengaruh dari alterasi genetik

    seperti mutasi dari gen PCTH, dan hilangnya kromosom 9q22 (Shear, 2007, p.58).

    Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mosqueda et al (2002, p. 89-96) di

    Meksiko pada tahun 1976-2000 menunjukkan bahwa faktor sosio-ekonomi

    berpengaruh terhadap perbedaan angka kejadian kista odontogen. Penelitian ini

    dilakukan dengan cara membandingkan angka kejadian kista odontogen di Rumah

    Sakit Umum yang lebih banyak didatangi oleh pasien dengan tingkat ekonomi

    menengah kebawah dan di rumah sakit swasta yang lebih banyak didatangi oleh

    pasien dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Hasil dari penelitian tersebut

    menunjukkan bahwa kista radikular lebih banyak didapatkan di rumah sakit umum

    sebanyak 178 kasus dibandingkan dengan di rumah sakit swasta sebanyak 164 kasus,

    sedangakan kista dentigerous lebih banyak didapatkan di rumah sakit swasta

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 26

    sebanyak 189 kasus dan di rumah sakit umum didapatkan sebanyak 94 kasus. Hasil

    tersebut menunjukkan bahwa pasien dengan tingkat ekonomi yang rendah memiliki

    resiko lebih tinggi untuk terkena kista radikular karena cenderung kurang

    memperhatikan kesehatan gigi dan rongga mulut, sedangkan pasien dengan tingkat

    ekonomi menengah ke atas cenderung lebih memperhatikan kesehatan rongga mulut

    dan lebih sering melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara rutin sehingga jarang

    didapatkan kasus kista radikular. Selain itu sistim pelayanan dan ketersedian fasilitas

    dari rumah sakit juga merupakan penyebab adanya variasi dari angka kejadian kasus

    kista odontogen. Fasilititas yang memadai akan mempermudah pasien untuk

    memeriksakan kesehatan mulutnya sehingga kasus kista bisa didiagnosis lebih dini,

    sistim pelayanan rumah sakit juga memepngaruhi kemudahan pasien untuk

    mendapatkan pelayanan kesehatan.

    2.4 Pusat layanan kesehatan di Surabaya

    Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 pasal 44

    ayat 2: Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Daerah antara lain adalah RS. Dr.

    Suwandi yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya serta RS. Dr. Soetomo dan

    RS. Haji Sukolilo yang dikelola oleh Pemerintah Propinsi jawa Timur. Rumah sakit

    yang dikelola oleh militer antara lain RS. Bhayangkara POLDA Jatim, dan RSAL Dr.

    Ramelan (Perda Kota Surabaya, 2007, p.8).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 27

    2.4.1 Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 51/MENKES/SK/1179,

    RSUD Dr. Soetomo ditetapkan menjadi Rumah Sakit tipe A yaitu sebagai Rumah

    Sakit pelayanan pendidikan, penelitian, dan pusat rujukan tertinggi untuk wilayah

    Indonesia Timur (Profil dan Panduan Informasi RSUD Dr. Soetomo, p.1-5).

    2.4.2 Rumah Sakit Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr Ramelan

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1687/MENKES/SK/VIII/

    2011, Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr. Ramelan, ditetapkan

    menjadi Rumah Sakit Tingkat I dan setara dengan Rumah Sakit tipe A. RUMKITAL

    Dr Ramelan tidak hanya melayani prajurit TNI yang masih aktif namun juga

    purnawirawan, masyarakat umum, peserta askes non TNI hingga pasien jamkesmas.

    (Profil dan Panduan Informasi RUMKITAL Dr. Ramelan, p.1-6).

    2.4.3 Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGM-P) FKG Unair

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

    1173/MENKES/PER/X/2004, Rumah Sakit Gigi dan Mulut berfungsi secara khusus

    sebagai klinik yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum

    seputar permasalahan gigi dan mulut (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indo

    nesia, 2004, p.1-16).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA

  • 28

    2.5 International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem

    (ICD)

    International Classification Of Diseases (ICD) adalah standar pengelompokan

    penyakit yang dilakukan oleh WHO dan merupakan acuan bagi seluruh

    penyelenggara layanan kesehatan untuk dijadikan pedoman dalam melakukan

    penyimpanan dan pengambilan informasi diagnostik untuk tujuan klinis dan

    epidemiologis. Saat ini yang digunakan adalah ICD-10. Pada ICD-10, klasifikasi

    dilakukan berdasarkan pada karakter dan jenis penyakit tersebut.

    Klasifikasi kista odontogen berdasarkan ICD-10 adalah sebagai Berikut: Kista

    beradang / inflammatory cyst (K.048) yang terdiri dari kista radikular dan kista

    residual. Kista developmental (K09.0) yang terdiri dari : kista dentigerous, kista

    erupsi, kista lateral periodontal, odontogenic keratocyst, dan kista gingiva ( WHO

    ICD-10 2nd vol, 2004, p.8).

    ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SKRIPSI POLA DISTRIBUSI KASUS ... ANDREAS PRATAMA NUGRAHA