ptk matematika

72
© copyright www.suripno.com CONTOH PTK Matematika UPAYA MENINGKATKAN KEBERANIAN BERPENDAPAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS-ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) BAGI KELAS VII D SMP NEGERI I BUMIAYU PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: SURIPNO NIP : 19561129 198703 1 004

Upload: atabik-qadir

Post on 22-Jun-2015

6.370 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

CONTOH PTK Matematika

UPAYA MENINGKATKAN KEBERANIAN BERPENDAPAT MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN TEAMS-ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) BAGI KELAS VII

D SMP NEGERI I BUMIAYU

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh:

SURIPNO

NIP : 19561129 198703 1 004

Page 2: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan untuk setiap disiplin ilmu selain membantu siswa berpikir, juga

membantu siswa dapat mempertanggungjawabkan berpikirnya tersebut. Pendidikan

matematika sangat layak menerima tanggung jawab ini, sebab matematika mulai tingkat

SD hingga pendidikan tinggi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Siswapun

berkeyakinan bahwa bila penyelesaiannya benar, maka kebenaran itu bukan karena guru

atau orang lain yang menyatakan benar, melainkan karena penalarannya sangat jelas

membenarkannya.

Matematika dan cara berpikir matematika mendasari bangunan pendidikan

disiplin ilmu yang lain dan bahkan mengembangkan selain mengembangkan

matematika itu sendiri (Flato, 1990: 14). Kriteria sederhana, kapan seseorang dikatakan

siswa, bila orang itu dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya orang itu tidak dapat

mengerjakannya. Oleh karena itu guru dapat menetapkan bahwa siswa itu telah belajar

matematika yang diajarkan bila siswa itu dapat mendemonstrasikan kemampuan atau

keterampilan tertentu dalam matematika yang sebelumnya ia tidak mampu

mengerjakannya (Hudoyo, 1989:30)

Agar terdapat perubahan kompetensi siswa dalam pembelajaran, sorang guru

dituntut untuk memilih dengan tepat, metode, teknik, maupun model pembelajaran yang

relevan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Ketepatan memilih

sebuah model juga akan sangat berpengaruh pada cara berpikir siswa. Bermacam-

Page 3: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

macam model pembelajaran dapat dipilih oleh seorang guru dalam menyampaikan

proses pembelajaran, meskipun demikian model pembelajaran yang dapat membantu

siswa untuk berpendapat haruslah dicari yang tepat. Banyak guru menjumpai sujumlah

siswa di dalam kelas tidak bisa belajar secara kelompok. Guru akan mengalami

kesulitan manakala menjumpai siswa dalam suatu kelas tidak prestasi belajarnya sangat

renda serat tidak berani mengemukakan pendapat. Guru di daerah pinggiran belum

mendapatkan metode yang jitu untuk dapat menggairahkan siswa dalam hal saling

tukar pendapat, tukar kemampuan, saling mengisi kekurangan dan kelebihan setiap

anggota kelompok belajar.

Inovasi pembelajaran dengan penggunaan strategi atau model pembelajaran

dengan pendekatan student teams-achievement divisions (STAD), diharapkan akan

dapat mendorong siswa untuk bisa belajar secara berkelompok. Banyak model atau

strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam upaya untuk belajar secara

berkelompok. Keberagaman tingkat intelegensia siswa yang tidak merata, sosial

ekonomi orang tua siswa yang homogen menjadi salah satu hambatan dalam

ketercapaian proses pemebelajaran. Keberagaman tersebut bukan berarti rencana

pemebelajaran menjadi terhambat, melainkan harus diupayakan dan dicari solusi yang

cerdas agar tujuan pembelaran menjadi optimal. Dengan demikian kekurangan siswa

dan latar belakang sosial ekonomi orang tua justru menambah semangat dan gairah guru

dalam tugas kesehariannya.

Kekurangan tingkat kecerdasan siswa tersebut menyebabkan berkurangnya rasa

percaya diri, minder dan perasaan gugup jika bertemu dengan kawan yang barangkali

mempunyai masalah sama, tetapi dianggap mempunyai banyak kelebihan dan jauh lebih

pandai. Demikian juga kurang bisa belajar bersosialisasi secara kelompok. Anggapan

Page 4: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

seperti ini jika dibiarkan berlarut akan semakin memperparah keadaan siswa secara

keseluruhan. Dengan demikian kegagalan pembelajaran secara keseluruhan siap

menunggu. Sebagai guru jika kondisi ini benar-benar ada, maka penyesalan akan

menjadi berkepanjangan, merasa bersalah terhadap orang tua siswa, terhadap institusi

yang memberi tugas, demikian juga bersalah terhadap negara.

Kondisi siswa yang beragam tingkat kecerdasan dan latar belakang sosial

ekonomi orang tua siswa yang heterogen tersebut justeru menjadi modal semangat guru

untuk menambah inovasi pembelajaran, mencoba dengan keanekaragam model, dan

semangat dalam bertugas. Sebab jika inovasi yang dikembangkan kemudian

membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ada rasa kepuasan yang tidak

bisa diungkapkan dengan ukuran materi atau kebendaan. Dilain pihak, siswa sendiri jika

dengan menggunakan model teams-achievement divisions (STAD), kemudian merasa

terangkat dan ada keberhasilan yang memadai. Maka keberhasilan tersebut akan

menjadi sejarah yang tidak terlupakan, karena kebersamaan, kekeluargaan dan

keberanian yang semakin meningkat, rasa percaya diri yang tumbuh kembali, hilangnya

sifat nervous dan minder yang berlebihan. Dan yang paling penting adalah siswa merasa

dihargai atas hasil kerja kelompok kecilnya. Dengan demikian jika suasana ini bisa

terwujud, iklim belajar di kelas menjadi sejuk, tidak ada perasaan tertekan, bisa

berpendapat dengan bebas, bisa menerima pendapat orang lain, menghargai pendapat

orang lain, bagaimana etika berpendapat yang baik, tidak egois dan menganggap

pendapatnya sendiri yang paling benar.

Page 5: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan seperti tersebut di atas

maka masalah - masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Kesulitan guru dalam memilih setrategi pembelajaran yang dapat meningkatkan

proses pembelajaran Matematika melalui belajar berkelompok.

2. Banyaknya siswa yang belum berhasil dalam proses pembelajaran Matematika

3. Strategi Pembelajaran dengan model teams-achievement divisions (STAD),

belum banyak digunakan oleh guru dalam rangka usaha untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika

4. Berbagai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kebersamaan siswa dalam

kelompoknya untuk mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran

Matematika

5. Penggunaan Strategi Pembelajaran model teams-achievement divisions

(STAD) untuk meningkatkan kerja kelompok dalam proses pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Berpijak dari identifikasi masalah yang telah dirumuskan seperti tersebut di atas

maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan masalah dikarenakan adanya

alasan subyektif dan alasan obyektif. Alasan subyektif dalam pembatasan masalah ini

adalah kerena mengingat keterbatasan waktu , tenaga dan dana dari peneliti, maka

peneliti perlu membatasi masalah . Hal tersebut perlu dilakukan dengan maksud untuk

menghindari kesulitan - kesulitan yang timbul di dalam penyusunan laporan Penelitian

Tindakan Kelas yang akan datang . Sedangkan alasan obyektif adalah agar hasil

Page 6: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

penelitian ini nanti dapat lebih menunjang keberhasilan guru dalam meningkatkan

keberhaslin siswa dalam belajar belajar berkelompok di dalam proses pembelajaran

Matematika.

Supaya penelitian dapat sesuai dengan sasarannya, maka penelitian ini dibatasi

hanya pada Penggunaan model teams-achievement divisions (STAD) untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika bagi siswa kelas VII

D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester Ke dua tahun pelajaran 2008/2009.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah.

Penelitian Tindakan Kelas ini masalah terdiri dari dua vareabel yaitu vareabel terikat (

Y ) dan vareabel bebas ( X ). Yang termasuk vareabel terikat ( Y ) yaitu hasil belajar

siswa , sedangkan yang termasuk vareabel bebas (X ) adalah Model pembelajaran

teams-achievement divisions (STAD) . Masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah melalui penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dalam Pembelajaran Matematika bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1

Bumiayu pada semester II tahun pelajaran 2008/2009 ?

E. Tujuan Penelitian

Dapat kita ketahui bahwasanya manusia itu di dalam melakukan segala

aktivitasnya pasti mempunyai tujuan. Tujuan manusia melakukan aktivitasnya di

antaranya untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Demikian halnya dengan

adanya Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan juga mempunyai tujuan tertentu .

Adapun tujuan diadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “ Upaya

Page 7: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

meningkatkan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Teams-

achievement Devisions (STAD) bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada

Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 “ adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum :

Untuk meningkatkan efektivitas prses pemelajaran Mata Pelajaran Matematika

2. Tujuan Khusus :

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan

model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) pada siswa kelas VII

D SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester II tahun pelajaran 2008/2009

F. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan harapan ada guna dan

manfaatnya . Kegunaan dan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terutama

adalah sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran Mata

Pelajaran Matematika. Adapun manfaat secara khusus yang dapat diambil dari adanya

penelitian ini adalah ada dua macam manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis. Manfaat teoritis maupun manfaat praktis dapat kami kemukakan sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis adalah sebagai berikut :

a. Penelitian Tindakan kelas dengan penggunaan model pembelajaran

STAD diharapkan akan mampu untuk meningkatkan hasil belajart siswa

pada peroses pembelajaran Matematika .

Page 8: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

b. Penelitian Tindakan kelas ini daharapkan dapat bermanfaat bagi guru

pengampu mata pelajaran Matematika untuk mengadakan penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis adalah sebagai berikut ;

a. Manfaat bagi siswa :

Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi siswa yaitu dapat

meningkankan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika

.

b. Manfaat bagi guru :

Penelitian Tindakan Kelas ini juga bermanfaat bagi guru yaitu guru dapat

berinteraksi dengan baik di dalam proses pembelajaran karena siswa ikut

berperan aktif di dalamnya.

c. Manfaat bagi Sekolah :

Penelitian Tindakan Kelas ini akhirnya akan bermanfaat juga bagi

sekolah yaitu dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran di

sekolah .

Page 9: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran Matematika

a. Hakekat Pendidikan

Hakekat pendidikan menurut Cholisin adalah “ pendidikan

merupakan proses budaya untuk mningkatkan harkat dan martabat manusia .

Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan

keluarga, masyarakat dan sekolah. (1996:20) Pendidikan menurut Undang-

Undang Nomor 20 tahun 2003 adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegitan bimbingan, pengajaran , dan atau pelatihan bagi

peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan nasional berarti

pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang

berdasarkan Pancasila dan Undang - Undang dasar 1945. Usaha sadar untuk

menyiapkan peseta didik yang dikenal secara umum dengan istilah murid atau

siswa memegang peranan sangat penting, sebab murid adalah obyek dan

sasaran dari pendidikan. Murid diharapkan melalui pendidikan ada

transformasi pengetahuan dari guru. Murid dapat diharapkan menjadi

generasi penerus perjuangan bangsa untuk mewujudkan tujuan Negara.

Pendidikan berlangsung seumur hidup mulai dari sejak lahir sampai

mati , oleh sebab itu menimba ilmu atau mencari ilmu itu wajib bagi seorang

muslim baik laki-laki maupun perempuan (Ah-Hadist). Mengapa mencari

Page 10: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

ilmu itu diwajibkan bagi semua orang ? , karena ilmu itu memegang penanan

penting bagi manusia, dengan ilmu manusia akan mampu untuk

mengembangkan teknologi . Untuk mentranformasi ilmu dari seorang guru ke

siswa membutuhkan perhatian yang sangat serius dari berbagai pihak.

Pendidikan itu sendiri menjadi tanggung jawab Pemerintah, orang tua dan

masyarakat. Pemerintah tidak akan mempu mewujudkan tujuan nasional di

bidang pendidikan , apabila tidak mendapatkan dukungan dari orang tua

maupun masyarakat.

Pentingnya pendidikan menyebabkan pemerintah selalu berusaha

untuk memperhatikan bidang pendidikan , agar tujuan nasional dapat tercapai.

Adapun tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945 alinea keempat adalah ;

“ Kemudian dari pada itu , untuk membentuk suatu Pemerintahan

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum , mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan sosial , maka disusunlah

kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan

kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa , Kemanusian yang adil dan beradab ,

Persatuan Indonesia , dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan / Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Page 11: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Sesuai dengan tujuan nasional tersebut, yang berkaitan dengan

pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdasakan berarti

suatu usaha untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas atau pandai

dalam berbagai bidang . Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut berbagai

cara dilakukan oleh pemerintah, mulai dari perbaikan perangkat kurikulum ,

menyiapkan tenaga pendidik yang tarmpil , penambahan biaya pendidikan

sampai pada perbaikan sarana dan prasarana. Berdasarkan penelitian para ahli

hasil pendidikan di negara kita masih jauh dari harapan dan sangat

memprihatinkan .

Komunikasi antara guru dan murid memegang peranan yang sangat

penting dalam proses pembelajaran Matematika . Berbagai upaya dapat

dilakukan oleh guru selaku pemegang kekuasaan dalam kelas untuk

merangsang keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses belajar

mengajar yang hidup akan dapat membantu keberhasilan guru dalam

menyampaikan pengajaran. Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran

akan membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional Indonesia yang

sekaligus mendorong terwujudnya tujuan nasional , seperti tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat.

Pendidikan Matematika di tana air saat ini sedang mngalami

perubahan paradigma. Terdapat kesadaran yang kuat, terutama ditingkat

pengambil kebijakan, untuk memperbaharui pendidikan matematika.

Tujuannya adalah agar pembelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa

dan dapat memberikan hasil kompetensi yang memadai baik untuk stuadi lanjut

maupun untuk memasuki dunia kerja.

Page 12: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

b. Pembelajaran Matematika di sekolah

Beberapa hal yang menjadi ciri praktik pendidikan di Indonesia

selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan

pelajaran dengan metode ceramah atau ekspositori sementara para siswa

mencatatnya pada buku catatan. Dalam proses pembelajaran yang demikian,

guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa

sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan

guru. Pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada

siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu menginagt

banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada

orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru

sendiri merasa belum mengajar kalu tidak menjelaskan materi pelajaran

kepada siswa ( Zamroni, 2000: 23). Selanjutnya Zamroni (2000) menjelaskan

lebih lanjut guru yang baik adalah guru yang mmenguasai bahan, dan selama

proses belajar mengajar mampu menyampaikan materi tanpa melihat buku

pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang selama 2 kali 45 menit dapat

menguasai kelas dan berceramah dengan suara yang lantang. Mata pelajaran

sesuai dengan GBPP atau apa yang telah tertulis di dalam buku paket.

Praktik pendidikan yang selama ini berlangsung di sekolah ternyata

sangat jauh dari hakikat pendidikan yang sesungguhnya, yaitu pendidikan yang

menjadikan siswa sebagai manusia yang memiliki kemampuan belajar untuk

mengembangkan potensi dirinya dan mengembangkan pengetahuan lebih

lanjut untuk kepentingan dirinya sendiri. Paradigma baru pendidikan lebih

menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk

Page 13: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan

pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tak terbatas pada yang

disampaikan guru (Zamroni, 2000:25). Guru harus mengubah perannya, tidak

lagi sebagai pemegang otoritas terrtinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi

menjadi fasiltator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan

oleh dirinya sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas

siswa aktif dalam belajarr, aktif berdidkusi, berani menyampaikan gagasan dan

menerima gagasan dari orang lain, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi

(Zamroni, 2000:26).

Menurut faham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi

dari orang yang mengenal susatu. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru

kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa

yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif

dimana terjadi proses assilmilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu

keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Sesorang yang

belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan

terus menerus (Suparno, 1997:12).

Seringkali diungkapkan bahwa menurut paradigma baru pendidikan

peran guru harus diubah, yaitu tidak sekedar menyapaikan materi pelajaran

kepada siswanya, tetapi harus mampu menjadi mediator dan fasilitator. Fungsi

mediator dan fasilitator sebagaimana disebutkan oleh Suparno (1997:13) dapat

dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:

Page 14: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung

jawab dalam membuat rancanagan, proses, dan penelitian. Karena itu

memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.

2. Menyediakan atau memberi kegiatan-kegiatan yang merangsang

keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan

gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.

Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif,

menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses

belajar siswa. Guru harus menyemanagati siswa, buru perlu menyediakan

pengalaman konflik.

3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan

atau tidak, guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan

siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan, guru

membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa

c. Keberanian siswa mengemukakan pendapat

Keberhasilan Proses kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan dua

faktor yaitu guru dan murid . Betapa pandainya seorang guru dan lincahnya

seorang guru dalam mengajar , akan tetapi dihadapkan dengan murid yang

kurang bereaksi ketika mengikuti proses pembelajaran , maka kegiatan

pembelajaran itu tidak akan berhasil. Demikian sebaliknya betapapun

pandaianya dan sikap aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

akan tetapi tidak diimbangan kelincahan guru dalam memilih metode atau

setartegi pembelajaran juga akan berakibat kegiatan pembelajaran tidak akan

berhasil. Penyampaian materi pelajaran Matematika sangat membutuhkan

Page 15: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

interaksi antara guru dan murid. Interaksi itu akan terjadi manakala guru dan

murid sama - sama ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran . Guru

harus mampu membangkitkan siswa untuk berani mengeukakan pendapatnya

dan murid harus selalu berusaha untuk bertanya maupun menjawab tanpa

diserta rasa takut.

Siswa yang aktif dalam proses pembalajaran Matematika akan dapat

membantu tercapainya tujuan pengajaran tersebut. Siswa yang diam akan

menimbulkan multi tafsir dari guru seperti ;

1) diam bisa diartikan siswa sudah memahami dan menguasai apa yang

disampaiakan guru dalam proses pembelajaran

2) diam bisa diartikan siswa belum jelas dan belum memahami apa yang

disampaikan guru dalam proses pmbelajran

Berkaitan dengan sikap diamnya siswa ketika mengikuti proses

pembelajaran dan siswa sudah dapat menerima materi pelajaran yang

disampaikan guru maka hal tersebut tidaklah menjadi masalah . Sikap diam

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di mana sisa belum memahami

apa yang disampaikan guru ini akan berakibat fatal. Siswa yang diam ketika

menerima penjelasan yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran

mungkin disebabkan karena adanya dua faktor yaitu :

1) faktor dari guru itu sendiri

- guru yang menampakkan wajah yang seram

- guru tidak memberikan peluang kepada siswa untuk mengemukakan

pendapatnya

Page 16: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

- guru kurang tepat dalam memilih setrategi pembelajaran ketika

menyampaiakn meteri pelajaran

- penyampaiam guru yang kurang menarik

- guru kehabisan waktu

2) faktor dari siswa itu sendiri

- siswa kurang terbiasa bersosialisasi dengan temannya dan tidak bisa

belajar secara berkelompok

- siswa merasa takut untuk mengemukakan pendapatnya

- siswa merasa kurang pede dengan jawaban yang akan dikemukakan

- sikap masa bodoh siswa terhadap proses pembelajaran

- siswa kurang tertarik dengan proses pembelajaran yang disampaikan

guru.

Selanjutnya ditegaskan oleh Herman Hudoyo (1988:103), apabila

seorang guru ingin memberikan tugas kelompok, ia harus mempertimbangkan

soal-soal yang harus diseselaikan secara bersama di dalam kelompok itu, harus

dapat dipahami dan dapat dikerjakan oleh setiap anggota kelompok itu

sehingga setiap anggota kelompok dapat memberikan urunan pendapat yang

konstruktif, karena itu sebaiknya kemampuan matematika dari setiap kelompok

itu homogen.

2. Proses pembelajaran dengan model STAD

a. Proses pembelajaran

Ragam model pembelajaran Cooperative Learening karya Robert R. Slavin

(cooverative learning-theory, 1995) yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia oleh Prof. Dr. Muhamad Nur (1999) menjelaskan bermacam-macam jenisnya

Page 17: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

seperti Student Teams Achivement Division ( STAD), Teams Games Tournament (TGT),

Team Assisted Individualizion (TAI), Jigsaw, Jigsaw II, Cooperatve Integrated and

Composition (CIRC).

Lebih lanjut Muhamad Nur (1999) menjelaskan Student Teams Achivement

Division ( STAD), dapat diterjemahkan sebagai model pembelajaran kooperatif untuk

pengelompokkan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tangung jawab kelompok

untuk pembelajaran individu anggota. Inti kegiatan dalam STAD adalam tim/ kelompok

sebagai berikut : (1) mengajar: guru mempresentasikan materi pembelajaran, (2) belajar

dalam tim: siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/ kelompok mereka dengan

dipandu oleh LKS, untuk menuntaskan materi pelajaran, (3) pemberian kuis: siswa

mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak boleh bekerja sama, (4)

penghargaan: pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan tim/ kelompok

yangmemperoleh skor tertinggi dalam kuis.

Lebih jauh Muhamad Nur (1999) menjelaskan dalam STAD, adalah persiapan

guru sebelum memulai menggunakan model pembelajaran, seperti :

1. Nilai rata-rata harian dari siswa. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk

kelompok siswa yang heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok.

2. Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen tanpa membedakan

kecerdasan, suku/ bangsa, maupun agama. Jadi dalam setiap kelompok

sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing

siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kolompok terdiri atas 4

atau 5 siswa.

Page 18: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

3. Guru mempersiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS itu untuk belajar dan

bukan sekedar diisi dan dikumpulkan.

4. Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek oleh siswa

sendiri). Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk pada akhirnya diberi kunci

jawaban LKS.

5. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh siswa. Kuis berbeda dengan ulangan

harian. Waktu kuis berkisar antara 10 sampai 15 menit saja.

6. Membuat tes/ ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar yang

diharapkan.

Salah satu kompetensi guru menurut Direktorat Kependdikan

(Detendik) adalah pengelolaan pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut

guru dituntut harus merancang dan mengelola kegiatan pembelajaran yang

efektif dan efisien, interaktif dan menyenangkan. Keterbatasan kompetensi

guru dalam pengelolaan pembelajaran merupakan salah satu faktor penyebab

siswa tidak mampu mencapai kompetensi secara optimal.. Peran guru yang

selama ini sebagai knowledge tarnsformator telah bergeser menjadi knowledge

facilitator. Konsekuwensi dari perubahan paradikma tersenut guru perlu

memperkaya pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya terutama teori -

teori belajar dan model - model pembelajaran.

Setrategi belajar secara berkelompok ( cooperative Learning ) telah

menjadi salah satu pilihan para guru dalam mengelola pembelajaran . Namun

dalam penerapannya , proses pembelajaran di kelas kurang efektif karena

pengarahan guru kurang jelas dan memadai, keterbatasan sumber dan bahan

belajar , kesiapan siswa serta pengaturan kelas . Setrategi pembelajaran yang

Page 19: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

cocok adalah setrategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk

berani mengemukakan pendapat pada saat terjadi proses pembelajaran (

Slamet Santoso : 2005:2).

Model - model pembelajaran Cooperative Learning banyak ragamnya

dan sangat menarik perhatian bagi para guru , karena model ini memiliki

banyak kelebihan dibanding dengan model - model pembelajaran yang telah

dikenal selama ini . Di antara model-model tersebut ada yang dapat digunakan

oleh guru untuk meningkatkan meningkatkan prestasi siswa melalui belajar

secara kelompok. Salah satu model pembelajaran Cooperative Learning itu di

antaranya adalah teams-achievement divisions (STAD) . Model pembelajaran

ini digunakan untuk meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat bagi

siswa dalam proses pembelajaran dalam sebuah kelompok kecil, sehingga

muncul kebranian sedikit demi sedikit, yang pada akhirnya akan tumbuh

semangat percaya diri yang tinggi. . Model pembelajaran STAD sangat tepat

apabila digunakan untuk penyampaian materi pelajaran dengan diskusi.

Digunakan pula untuk mengajarkan keterampilan sosial , karena dengan model

ini di samping membantu siswa untuk kebersamaan, kekeluargaan dan berani

mengemukakan pendapat , juga untuk menghindari siswa mendominasi

pembicaraan .

b. Model pembelajaran STAD

Model-model dan setrategi pembelajaran pada saat itu telah berkembang

dengan pesat. Model-model pembelajaran itu di antaranya yang sudah

disebutkan di atas adalah model STAD yang dikenal dengan model yang

dapat membantu guru untuk membangkitkan siswa mau dan berani

Page 20: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

mengemukakan pendapat dalam kelompoknya. Model pembelajaran dengan

pendekatan STAD merupakan struktur yang dapat digunakan untuk

mengajarkan keterampilan sosial dan untuk menghindari siswa mendominasi

pembicaraan atau siswa diam sekali dalam proses pembelajaran . Jadi model

pembelajaran STAD juga untuk membatasi siswa yang sering mendominasi

pembicaraan , sehingga tidak memberi kesempatan pada kawan yang lain.

Apabila guru menggunakan model ini maka siswa yang tadinya kurang

bersemangat untuk mengemukakan pendapat akan termotivasi untuk berani

mengemukakan pendapat yang pada akhirnya akan dapat membantu tercapai

tujuan pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD)

oleh guru dalam proses pembelajaran Matematika dilakukan dengan

perencanaan dan langkah - langkah sebagai berikut :

1) Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

segera akan dibahas, di rumah masing-masing.

2) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan

mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok anggota dapat saling

tatap muka.

3) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.

4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.

Page 21: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu

tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

tidak bisa tadi.

6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.

7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.

8) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok.

9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

kelompok secara proporsional.

10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.

11) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.

12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.

13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.

14) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang

pokok bahasan yang sedang dipelajari.

Page 22: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

15) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

kembali ketempat duduknya masing-masing.

16) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

yang ditentukan.

Langkah - langkah model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD)

tersebut harus dilakukan dengan perencanaan yang matang . Penggunaan strategi

STAD yang tidak matang akan berakibat pada pelaksanaan yang kurang terarah yang

pada akhirnya tujuan tidak akan tercapai. Perencanaan yang matang akan dapat

membantu suksesnya penggunaan model pembelajaran STAD tersebut , karena nantinya

akan memperlancar dalam pelaksanaan tindakan . Guru pengampu mata pelajaran

Matematika harus mampu mempersiapkan langkah - langkah tersebut . Langkah –

langkah penalaksanaan tindakan tidak lepas dari perencanaan , oleh sebab itu penentuan

rencana tindakan perlu diperhatikan terutama yang berkaitan dengan waktu dan kondisi

kelas. Waktu yang sempit akan mengurangi berhasilan strategi tersebut untuk mencapai

kesuksesan program pembelajaran.

Guru perlu menyadari bahaw peserta didik adalah manusia yang sukar diduga

tindakannya karena sangat komplek kepribadiannya. Karena itu tidak dapat dibenarkan

bila menyampaikan materi matematika kepada peserta didik dengan satu macam metode

ata model saja yang alasannya hanya mendasarkan kepada pengalaman sendiri, uaitu

berhasil memahami materi matematika tersebut dengan metode atau model yang

digunakan itu atau ia berhasil mengajar dengan menggunakan model yang ia

pergunakan ketika menghadapi kelompom peserta didik tretentu. Guru seyogyanya

mengasumsikan tenutang kemampuan peserta didik yang berbeda satu sama lain dan

Page 23: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

akan berbeda pula bagaimana mereka itu belajar matemattika (Herman Hudoyo, 1988:

122).

Belajar kooperatif yang dilakukan sekelompok kecil siswa ini tidak sekedar

belajar bersama (kolaboratif), tapi konsep/prinsip yang dipelajari itu menjadi tanggung

jawab bersama sekaligus menjadi tanggung jawab individu ( Herman Hudoyo,

2005:28). Jadi pencapaian hasil belajar itu dimiliki baik oleh kelompok maupun

individu. Dengan demikian antara siswa harus saling membantu, yang pandai harus

membantu si lemah sehingga si lemah menjadi memahami bahan yang dipelajari

tersebut. Antara siswa saling bertanya, mendiskusikan idea, belajar mendenganrkan

orang lain, melakukan kritik membangun, menyimpulkan penemuan mereka dalam

bentuk tulisan. Usaha menginvestigasi, menemukan atau menyelesaikan masalah sangat

cocok digunakan dalam bentuk diskusi senis belajar kelompok tersebut. Apabila belajar

secara kelompok ini dilaksanakan akan melibatkan anak secara emosional dan sesial

selama pelajaran berlangsung sehingga dapat membuat matematika menjadi lebih

menarik dan anak mau belajar.

Page 24: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

B. Kerangka Berfikir

KONDISI

AWAL

TINDAKAN

KONDISI

AKHIR

Guru :

Belum menggunakan

Model pembelajaran

STAD

Siswa :

Presatasi

Belajar siswa

belum baik

MENGGUNAKAN

MODEL

STAD

PRESTASI BELAJAR

SISWA MENINGKAT

SIKLUS II

Waktu

80 menit

SIKLUS I

Waktu

80 menit

Page 25: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

C. Hipotisis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dirumuskan di atas maka peneliti

dapat membuat kesimpulan sementara yang lazim disebut hipotesis. Adapun hipotetsis

dalam penelitian ini dapat peneliti rumuskan sebagai berikut

“ Melalui model pembelajaran teams-achievement divisions (STAD) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika bagi siswa kelas VII D

SMP Negeri 1 Bumiayu pada semester Kedua tahun pelajaran 2008/2009 “

Page 26: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Peneliian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester kedua tahun pelajaran

2008/2009 , mengapa kami mengambil waktu itu ? karena dengan

pertimbangan sebagai berikut :

a. Semester kedua merupakan waktu yang tepat untuk mengadakan

penelitian guna menentukan proses pembelajaran pada jenjang kelas

berikutnya

b. Waktunya yang tepat untuk mengembangkan inovasi pembelajaran

seperti melakukan Model pembelajaran STAD .

Pembagian waktu untuk pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut ;

bulan pertama menyusun perencanaan untuk penelitian , bulan kedua untuk

menyusun instrumen penelitian, bulan ketiga untuk melakukan tindakan atau

untuk pengumpulan data , bulan keempat untuk melakukan analisis data ,

bulan kelima untuk melakukan pembahasan dan diskusi hasil analisis silus I

dan siklus II , sedangkan bulan keenam untuk penulisan laporan hasil

penelitian. Pembagian waktu penelitian seperti tersebut diatas lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini ;

Page 27: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Tabel 1.

Alokasi Waktu Penelitian

No Uraian Kegiatan

Bulan

I II III IV V VI

1 Menyusun perencanaan

penelitian

2 Menyusun instrument

penelitian

3 Malakukan tindakan /

pengumpulan data

4 Analisia data

5 Pembahasan dan diskusi

hasil analisa siklus I

dan II

6 Penulisan laporan hasil

penelitian

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilakukan di SMP Negeri 1 Bumiayu , kelas VII

D , yang terletak di desa Kalierang , Kecamatan Bumiayu , Kabupaten Brebes.

Tempat ini kami pilih karena peneliti mengajar di SMP Negeri 1 Bumiayu dan

pada tahun pelajaran 2008/2009 mengajar di kelas VII D , sehingga sangat tepat

dan relevan untuk mengadakan penelitian.

Page 28: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

B. Subyek Penelitian

Sejalan dengan hipotesis yang akan diuji , Penelitian Tindakan Kelas tidak

menggunakan populasi dan sampel karena siswa itu sendiri merupakan populasi

dan obyek penelitian . Jadi yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu yang berjumlah 36 anak.

G. Sumber Data

Sumber data sangatlah penting dalam suatu penelitian, adapun yang

dimaksud dengan sumber data adalah asal mula data yang diperoleh untuk

mengumpulkan kelengkapan penelitian. Sumber data ada dua macam yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yaitu sumber data yang

didapat secara langsung dari subyek penelitian , adapun sumber data sekunder

adalah sumber dara yang diperoleh secara tidak langsung dari subyeknya.

Penelitian ini menggunakan sumber data premer yaitu langsung dari subyeknya

yaitu siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu.

H. Tehnik dan Alat Pengumpul Data

Tehnik dan alat pengumpul data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut ;

1. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ada beberapa macam antara lain tes

dan non tes. Tehnik pengumpulan data tes bisa berbentuk tertulis dan bisa

berbentuk tidak tertulis ( lesan ). Sedangkan tehnik pengumpulan data non tes

bisa berbentuk wawancara, observasi dan skala. Adapun tehnik pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data bentuk

Page 29: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

observasi yaitu mengamati subyek penelitian dalam suatu pembelajaran mata

pelajaran Matematika yang berkaitan dengan kepercayaan diri siswa dalam

mengemukakan pendapat dalam kelompok belajar.

2. Alat pengumpulan data

Berdasarkan tehnik pengumpulan data seperti tersebut di atas , maka alat

pengumpulan data yang digunakan dan yang sesuai dengan jenis penelitian ini

adalah berbentuk lembar pengamatan.

I. Validasi Data

Mengingat penelitian ini merupakan penelitian proses pembelajaran dan

termasuk bentuk penelitian kwalitatif bukan kwantitatif maka data dibutuhkan tidak

dalam bentuk angka . Sehubungan penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan

data dengan observasi serta alat pengumpulan data dengan lembar pengamatan , maka

untuk mengukur validitas datanya melalui triangulasi sumber yaitu dengan sumber

siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu yang berjumlah 36 arang siswa.

J. Indikator Kinerja

Berdasarkan latar belakang masalah seperti tersebut di atas bahwa harapan akhir

dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Matematika dan bertitik tolak dari kondisi awal bahwa sebagian besar siswa kelas VII

D SMP Negeri 1 Bumiayu , maka dengan penelitian ini diharapkan adanya peningkatan

frekuensi siswa yang dapat menyelesaikan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam

KKM adalah 6 orang, kemudian 24 anak pada sikulus pertama dan pada siklus terakhir

dapat menyelesaikan seluruh siswa dalam kelas VII D yang berjumlah 36 siswa.

Page 30: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

K. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas yang terdiri dari 2 ( dua ) siklus dengan prosedur penelitian senagai nerikut :

1. Metode penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )

2. Langkah-langkah :

a. Seklus I ( pertama )

1) Plaining / perencanaan

- mengkondikan kelas

- menyiapkan materi pembelajaran

- menyiapkan instrument penilaian

- menyiapkan instrumen lembar pengamatan

2) Acting / pelaksanaan

a) Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

segera akan dibahas, di rumah masing-masing.

b) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dalam

empat (4) kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap

kelompok anggota dapat saling tatap muka.

c) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.

Page 31: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

d) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.

e) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu

tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

tidak bias tadi.

f) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.

g) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.

h) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok.

i) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

kelompok secara proporsional.

j) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.

k) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.

l) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.

Page 32: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

m) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.

n) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang

pokok bahasan yang sedang dipelajari.

o) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

kembali ketempat duduknya masing-masing.

p) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

yang ditentukan.

3) Observing / pengamatan

- melakukan pengamatan dengan memakai format observasi

- menilai hasil tindakan dengan menggunakan format pengamatan

4) Reflecting / umpan balik

- melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi mutu,

jumlah dan waktu dari setiap macam tindaan

- melakukan diskusi untuk membahas hasil evaluasi tindakan

- memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi , untuk

digunakan sebagai pedoman pada siklus berikutnya

- evaluasi tindakan I

Page 33: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

b. Seklus II ( kedua )

1) Plaining / perencanaan

- identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah

- mengkondisikan kelas

- pengembangan program tindakan I

2) Acting / pelaksanaan

a) Guru dapat meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

segera akan dibahas, di rumah masing-masing.

b) Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dalam

sembilan (9) kelompok dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap

kelompok anggota dapat saling tatap muka.

c) Guru memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.

d) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.

e) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, tem,an satu

tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

tidak bias tadi.

f) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.

Page 34: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

g) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.

h) Guru berkeliling mengawasi kinerja kelompok.

i) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

kelompok secara proporsional.

j) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.

k) Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.

l) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.

m) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.

n) Guru memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa tentang

pokok bahasan yang sedang dipelajari.

o) Guru dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

kembali ketempat duduknya masing-masing.

p) Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

yang ditentukan.

Page 35: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

3) Observing / pengamatan

- melakukan pengamatan dengan memakai format observasi

- menilai hasil tindakan dengan menggunakan format pengamatan

4) Reflecting / umpan balik

- melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi mutu, jumlah

dan waktu dari setiap macam tindaan

- melakukan diskusi untuk membahas hasil tindakan II

- evaluasi tindakan II untuk dibandingkan dengan kondisi awal dan hasil

tindakan pertama

KONDISI

AKHIR

Page 36: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Pemiliham strategi pembelajaran yang cocok akan dapat membantu tercapainya

tujuan pembelajaran, terutama sekali mata pelajaran Matematika yang banyak

membutuhkan tanggapan dan masukkan dari siswa. Mata Pelajaran Matematika dalam

penyampaiannya oleh guru banyak menggunakan diskusi, karena termasuk mata

pelajaran yang dinamis dalam arti selalu menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Jadi mata pelajaran Matematika diharapkan tidak monoton apabila disajikan seperti

mata pelajaran sosial. Siswa diharapkan beriterakasi dalam kelompok kecilnya dan

saling bertukar pendapat, saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

Dewasa ini banyak siswa kurang berhasil dan kurang antusias dalam mengikuti

pembelajaran mata pelajaran Matematika. Siswa yang prestasi belajarnya rendah serta

selalu diam di dalam kelas ketika terjadi proses pembelajaran baik ketika mendengarkan

keterangan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran maupun di dalam diskusi,

akan menimbulkan tanda tanya. Siswa yang selalu diam itu bisa menimbulkan multi

tafsir dari guru , mungkin siswa diam karena sudah menguasai konsep yang

disampaikan guru , mungkin siswa diam karena belum mengetahui konsep yang

disampaikan guru, mungkin siswa diam karena tidak berani mengemukakan pendapat.

Apabila siswa dapat membiasakan mengemukakan pendapat dan mempunyai

keberanian untuk angkat bicara dalam proses prmbelajaran , akan dapat membantu guru

dalam mewujudkan tujuan pembelajaran.

Guru sangat berperan dalam usaha membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan hasil belajarnya. Jadi siswa yang kurang prestasi belajar matematika

berangkali disebabkan oleh guru yang belum menemukan setrategi pembelajaran yang

cocok . Berbagai macam model pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru untuk

mengekfektifkan proses pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang cocok

oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran yang berkaitan dengan upaya

peningkatan keberanian mengemukakan pendapat dan membentuk kelompok kecil

belum banyak dilakukan .

Page 37: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Sehubungan dengan pemilihan setrategi pembelajaran yang tepat untuk

membantu siswa berani mengemukakan pendapat yaitu dengan model STAD . Guna

membuktikan keakuratan setrategi tersebut , pada kesempatan ini peneliti mencoba

untuk menggunakan strategi pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran

Matematika. Peneliti mencoba penggunaan model STAD pada Kompetensi Dasar

Memahami pengertian dan notasi himpunan serta penyajiannya melalui penggunaan

model pembelajaran STAD diharapkan guru yang tadinya belum mendapat respon dari

siswa dan hasil belajarnya masih rendah , maka setelah dilakukan tindakan prestasi siwa

menjadi lebih baik. Demikian halnya siswa , yang tadinya prestasi belajarnya masih

rendah pada Kompetensi Dasar ini, maka dengan adanya tindakan ini prestasi belajar

pendidikan Matematika secara umum juga semakin meningkat.

Gambar 1

Peneliti sedang mengadakan pembelajaran sebelum tindakan

Penggunaan model pembelajaran STAD merupakan solusi untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Peneliti berusaha untuk membuktikan model pembelajaran tersebut

dengan mengadakan Penelitan Tindakan Kelas terhadap 36 siswa kelas VII D SMP

Negeri 1 Bumiayu pada semester dua , tahun pelajaran 2008/2009. Sebelum peneliti

menggunakan model pembelajaran STAD, hasil belajar siswa yang telah selesai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) nya baru ada 6 siswa saja dari sejumlah 36 anak kelas VII

D pada waktu terjadi proses pembelajaran dengan waktu 80 menit (2 jam pelajaran).

Page 38: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Jumlah 6 siswa yang selesai KKM tersebut terdiri dari 3 anak perempuan dan 3 anak

laki-laki . Sebagai gambaran tentang hasil belajar siswa tampak lebih jelas peneliti

kemukakan dalam tebel 3 di bawah ini ;

Tabel . 3

Kondisi Awal

No Jumlah siswa KKM Terlampui KKM Belum

Terlampui

1 L P J L P L P

16 20 36 3 3 13 17

Berdasarkan tabel di atas , kalau diprosentasi siswa yang berhasil mencapai

KKM hanya 16,67 % yakni 6 orang siswa dari 36 orang jumlah siswa kelas VII D.

Dengan demikian siswa yang belum berhasil atau belum terlampui KKM nya sejumlah

30 orang siswa atau 83,33 %. Banyaknya siswa yang belum terlampui dalam KKM

tersebut , kemungkinan adanya beberapa faktor seperti yang telah peneliti uraikan di

atas. Jumlah siswa yang terlampui KKM yang hanya 16,67 % tersebut sangatlah

memprihatinkan dalam suatu proses pembelajaran , terlebih lagi mata pelajaran

Matematika. Kondisi seperti ini jika dibiarkan berlajnut, dikhawatirkan akan semakin

merosot prestasi belajar matematika pada kelas ini. Apabila dibandingkan antara jumlah

anak yang terlampui KKM dengan yang belum terlampui KKM nya akan tampak

dalam gambar diagram batang di bawah ini :

Page 39: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Gambar 1 .

Diagram Batang Prosentase Perbandingan Siswa yang Terlampui KKM

Keterangan : = siswa yang Terlampaui KKM 16,67 %

= siswa yang belum Terlampaui KKM 83,33 %

Keadaan tersebut sangat memprihatinkan dan perlu adanya model pembelajaran yang

tepat. Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

B. Deskripsi Hasil Siklus I

Berdasarkan kenyataan pada deskripsi kondisi awal seperti tersebut di atas

dimana sebagian besar siswa belum terlampui KKM nya. Siswa yang belum terlampui

KKM diantaranya diakibatkan oleh faktor guru itu sendiri . Faktor guru itu terutama

sekali adalah karena guru belum menemukan setertegi pembelajaran yang cocok.

1

2

0

20

40

60

80

100

1 2

Page 40: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan ( Detendik ) salah satu kompetensi guru

adalah pengelolaan pembelajaran . Sehubungan dengan hal tersebur guru dituntut untuk

mampu merancanag dan mengelola kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien,

interaktif dan menyenangkan. Keterbatasan kompetensi guru dalam pengelolaan

pembelajaran merupakan salah satu faktor penyebab siswa tidak mampu mencapai

kompetensi secara optimal.

Gambar 2

Peneliti sedang mengadakan pembelajaran padan Tindakan Pertama

Paradigma guru sebagai knowledge transfarmator telah bergeser menjadi

knowledge facilitator . Konsekuensi dari perubahan paradigma tersebut guru harus

mampu untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan keterampilannya, terutama

teori - teori belajar dan model - model pembelajaran. Model pembelajaran yang juga

disebut dengan istilah setrategi pembelajaran telah berkembang dengan pesat untuk

menjawab tantangan dan mengantisipasi tuntutan perkembangan sosial , ekonomi dan

teknologi informasi yang telah mengglobal. Setrategi pembelajaran secara

Page 41: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

berkelompok ( cooperative Learning ) telah menjadi salah satu pilihan para guru dalam

mengelola pembelajaran . Namun dalam penerapannya , proses pembelajaran di kelas

kurang efektif karena pengarahan guru kurang jelas dan memadai, keterbatasan sumber

dan bahan belajar , kesiapan siswa serta pengaturan kelas . Setrategi pembelajaran yang

cocok adalah setrategi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk berani

mengemukakan pendapat pada saat terjadi proses pembelajaran . Strategi pembelajaran

tersebut banyak ragamnya , guru tinggal memilih mana yang paling cocok dan ekektif

serta efisien ( Slamet Santoso : 2005:2).

Model - model pembelajaran Cooperative Learning banyak ragamnya dan

sangat menarik perhatian bagi para guru , karena model ini memiliki banyak kelebihan

dibanding dengan model-model pembelajaran yang telah dikenal selama ini. Di antara

model-model tersebut ada yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan

keberanian siswa mengemukakan pendapat. Pada kesempatan ini peneliti mencoba

menerapkan salah satu model pembelajaran Cooperative Learning yang disebut STAD .

Model pembelajaran ini digunakan untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa

dalam proses pembelajaran. Model atau setrategi pembelajaran teams-achievement

divisions (STAD) sangat tepat apabila digunakan untuk penyampain materi pelajaran

dengan diskusi dalam kelompok kecil. Digunakan pula untuk mengajarkan

keterampilan sosial karena dengan model ini di samping membantu siswa untuk

meningkatkan hasil belajar, juga untuk meningkatkan rasa kerjasama dan jiwa sosial

seluruh anggota diskusi.

Peneliti mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan penerapan model

pembelajaran STAD terhadap siswa kelas VII D SMP Negri 1 Bumiayu jumlah 36

orang siswa pada semester kedua tahun pelajaran 2008/2009. Pelaksanaan Penelitian

Page 42: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Tindakan Kelas sesuai dengan jadwal waktu penelitian telah kami lakukan pada bulan

Januari 2009. Penelitian dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus

kedua. Siklus pertama dilakukan pada awal bulan Maret 2009 ( minggu pertama)

sedangkan siklus kedua dilaksankan pada akhir bulan Maret 2009 ( minggu ketiga ).

Penelitian dilakukan dengan penggunaan Model pembelajaran STAD pada mata

pelajaran Matematika dengan pelaksanaan sebagai berikut ;

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VII D

Semester : Kadua

Standar Kompetensi : Aljabar: Memahami hubunagan garis dengan garis, garis

dengan sudut, suudut dengan sudut serta menentukan

ukurannya.

Kompetensi Dasar : Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan

jenis sudut.

Indikator : 1.1. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling sejajar

melalui benda konkrit.

1.2. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling berimpit

melalui benda konkrit.

1.3. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling

berpotongan melalui benda konkrit

Page 43: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

1.4. Menjelaskan kedudukan dua garis yang saling

bersilangan melalui benda konkrit

Metari Pembelajaran : 1. Garis

2. Kedudukan dua garis

Model Pembelajaran : Teams-Achievement Divisions (STAD)

Langkah-langkah :

1 Perencanaan tindakan

a. Apersepsi

- kelas dikondisikan untuk pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

model STAD

- membagi dalam empat kelompok sesuai aturan STAD

- menyiapkan LKS`dan kuncinya

- menyiapkan soal untuk tugas rumah

- menyiapkan instrument lembar pengamatan

- menyiapkan lembar evaluasi

b. Inti

Belajar di rumah apa yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang,

membentuk kelompok, LKS dan kuncinya, tugas rumah, tes formatif

Page 44: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

c. Penutup

Sesuai dengan perencanaan bahwa berdasarkan pengamatan atau opservasi

maka akan dihasilkan data yang dapat ditarik kesimpulan. Data yang didapat dari hasil

pengamatan akan diketahui bahwa prestasi belajar siswa akan meningkat setelah guru

menggunakan model pembelajaran STAD.

2. Pelaksanaan tindakan

a. Apersepsi

- guru menjelaskan tehnik pelaksanaan pembelejaran dengan model STAD

agar prestasi belajar siswa meningkat

- guru membagi kelompok sesuai dengan aturan STAD

- mempersiapkan LKS dan kuncinya

- tes formatif dan tugas rumah

- waktu pelaksanaan 60 menit

b. Inti

1) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

segera akan dibahas, di rumah masing-masing.

2) Di kelas, guru membentuk dalam empat kelompok belajar yang

heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok

anggota dapat saling tatap muka.

3) Peneliti memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.

Page 45: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.

5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman satu

tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

tidak bias tadi.

6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.

7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.

8) Peneliti berkeliling mengawasi kinerja kelompok.

9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

kelompok secara proporsional.

10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.

11) Peneliti bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.

12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.

Page 46: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.

14) Peneliti memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa

tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.

15) Peneliti dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

kembali ketempat duduknya masing-masing.

16) Peneliti dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

yang ditentukan.

c. Penutup

Sesuai dengan perencanaan bahwa berdasarkan pengamatan atau observasi

maka akan dihasilkan data yang dapat ditarik kesimpulan. Data yang didapat dari hasil

pengamatan akan diketahui bahwa prestasi belajar siswa akan meningkat setelah guru

menggunakan model pembelajaran STAD

3. Pengamatan tindakan

Berdasarkan hasil pengamatan yaitu selama proses pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan model STAD pada seklus pertama dalam waktu 60

menit maka didapat data sebagai berikut ; siswa yang terlampui KKM nya ada sejumlah

24 anak, sedangkan siswa yang belum terlampui KKM nya ada sejumalah 12 anak.

Prosentase anak yang terlampui KKM nya 66,67 % , sedangkan anak yang belum

berani terlampui KKM nya adalah 33,33 % . Perbandingan prosentase anak yang telah

Page 47: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

terlampui dengan yang belum terlampui pada siklus I ini seperti tampak lebih jelas pada

gambar diagram batang di bawah ini :

Gambar 2 .

Diagram Batang Prosentase Hasil Siklus I

Keterangan : = siswa yang Terlampui KKM 66,67 %

= siswa yang belum Terlampui KKM 33,33 %

Keterangan tersebut dapat diperjelas pada tabel berikut di bawah inii :

Tabel 3

Frekuensi siswa yang terlampui KKM setelah Tindakan Pertama

No Jumlah siswa KKM Terlampui KKM Belum

Terlampui

1 L P J L P L P

16 20 36 11 13 5 7

1

2

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2

Page 48: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

4. Reflekssi

Dibandingkan dengan kondisi awal maka pembelajaran dengan model STAD

terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebelum guru menggunakan

strategi STAD dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa yang terlampui KKM

nya hanya 6 anak saja (16,67 %) dan masih terdapat 30 anak ( 83,33 % ) yang belum

terlampui KKM nya. Setelah guru menggunakan strategi STAD dalam proses

pembelajaran dengan waktu 60 menit pada siklus pertama ada peniningkatan. Siswa

yang terlampui KKM nya ada 24 anak ( 66,67 % ) , sedangkan siswa yang belum

terlampui KKM nya ada 25 anak ( 33,33 %) . Perbandingan antara kondisi awal

dengan tindakan pada siklus pertama dapat dilihat pada gambar diagram batang di

bawah ini .

Gambar 3

Diagram Batang Perbandingan Kondisi Awal Dengan Tindakan Siklus I

Keterangan : = kondisi awal = 16,67 % terlampui

= 83,33 % belum terlampui

1

0

20

40

60

80

100

1 2

Page 49: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

= tindakan siklus I = 66,67% terlampui

= 33,33 % belum terlampaui

Perbandingan antara deskripsi kondisi awal dengan deskripsi hasil tindakan

siklus pertama nampak dengan jelas bahwa ada peningkatan yang cukup tajam.

Perbadingan tersebut kalau di buat secara kuantitatif antara siswa yang terlampui

KKMdketika belum ada tindakan dengan dibandingkan setelah tindakan siklus I dapat

digambarkan dalam diagram batang seperti tersebut dalam gambar 4 di bawah ini .

Gambar 4 .

Diagram Batang Perbandingan kuantitatif Kondisi Awal dengan Siklus I

Keterangan : = kondisi awal = 6 siswa yang terlampui KKM

= tindakan sikuls I = 24 siswa yang terlampui KKM

2

1

2

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2

Page 50: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

C. Deskripsi Hasil Seklus II

Berdasarkan kenyataan pada hasil deskripsi kondisi awal dan hasil deskripsi

seklus pertama ternyata siswa yang terlampui KKM nya meningkat setelah guru

menggunakan model pembelajaran STAD. Tampak bahwa pada deskripsi kondisi awal

siswa yang berani mengemukakan pendapat dalam kelompok hanya 6 anak (16,67 %) ,

akan tetapi setelah guru menggunakan setrategi pembelajaran STAD jumlah siswa yang

terlampui KKM nya meningkat menjadi 24 orang ( 66,67 % ). Masih terdapat 12 anak

yang belum terlampui KKM nya. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut peneliti berusaha

untuk melanjutkan Penelitian Tindakan Kelas dengan penggunaan model pembelajaran

STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus kedua . Pada siklus yang

kedua ini perencanaan dan pelaksanaannya hampir sama , hanya sedikit perbedaan

terutama pada pembagian kelompok, indikator dan waktu pelaksanaan.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus kedua ini sesuai dengan

jadwal waktu dan telah peneliti lakukan pada bulan keempat yaitu pada akhir bulan

April 2009 ( minggu ketiga ) . Penelitian dilakukan dengan menggunakan model

pembelajaran STAD pada mata pelajaran Matematika dengan perencanaan sebagai

berikut ;

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : VII D

Semester : Kadua

Page 51: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Satandar Kompetensi : Aljabar ; Memahami hubungan garis dengan garis, garis

dengan sudut, sudut dengan sudut serta menentukan

ukurannya

Kompetensi Dasar : Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis

sudut

Indikator : 1.1 Mengenal satuansudut yang sering digunakan

5. Mengubah satuan sudut ke satuan lain

6. Menjumlahkan dan mengurangi satuan sudut

Meteri Pembelajaran : 1. Sudut

Model Pembelajaran : Dengan pendekatan STAD

Langkah-langkah :

1 Perencanaan tindakan

a. Apersepsi

Kelas dikondisikan untuk pembelajaran dengan model STAD. Berpijak pada

hasil tindakan siklus pertama untuk dijadikan dasar pelaksanaan tindakan pada siklus

kedua. Materi yang dibahas sama hanya indikatornya yang berbeda .

b. Inti

Perencanakan untuk melakukan pembelajaran dengan pendekatan strategi

pembelajaran STAD guna meningkatkan prestasi belajar siswa dengan alokasi waktu

pelaksanaan yang berbeda. Kalau pada siklus pertama waktu yang digunakan adalah

60 menit , maka pada siklus yang kedua ini waktu yang digunakan adalah 80 menit ( 2

Page 52: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

jam pelajaran ) . Penambahan waktu dimaksudkan untuk memberi kesempatan lebih

banyak bagi siswa yang diskusi kelompoknya masih belum optimal agar lebih dalam

lagi. Disamping itu pula, ketika pada tindakan pertama anggota kelompok terdiri dari

sembilan (9) siswa, tetapi pada tindakan ke dua ini tiap kelompok hanya terdiri dari

empat (4) siswa.

Gambar

Siswa berlatih mengemukakan pendapat dalam kelompok pada tindakan kedua

c. Penutup

Berdasarkan pengamatan atau observasi pada siklus pertama, bahwa ada

peningkatan prestasi belajar siswa setelah guru menggunakan stretegi pembelajaran

STAD. Akan tetapi masih terdapat 12 siswa yang belum terlampui KKM nya pada

siklus pertama. Peneliti mencoba untuk melanjutkan penelitiannya dengan harapan

siswa yang belum terlampui KKM nya akan segera menyelesaikannya. Waktu diskusi

kelompok yang lebih lama bila dibandingkan dengan tindakan siklus pertama dengan

harapan siswa belum terlampui KKM nya dapat menenmukan kompetensinya secara

mandiri.

Page 53: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

2. Pelaksanaan tindakan

a. Apersepsi

- guru menjelaskan tehnik pelaksanaan pembelejaran dengan model STAD

agar prestasi belajar siswa meninkat

- guru membagi kelompok dalam sembilan kelompok sesuai dengan

aturan STAD

- mempersiapkan LKS dan kuncinya

- tes formatif dan tugas rumah

- waktu pelaksanaan 80 menit

b. Inti

1) Peneliti meminta siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang

segera akan dibahas, di rumah masing-masing.

2) Di kelas, guru membentuk dalam sembilan kelompok belajar yang

heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap kelompok

anggota dapat saling tatap muka.

3) Peneliti memberikan LKS, setiap kelompok diberi dua set.

4) Menganjurkan dalam setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan

LKS secara berpasangan dua-dua atau tiga-tiga. Kemudian saling

mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan tersebut.

Page 54: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

5) Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, tem,an satu

tim/kelompok bertanggungjawab untuk menjelaskan kepada teman yang

tidak bisa tadi.

6) Memberikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.

7) Apabila ada pertanyaan siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan

itu kepada teman satu kelompoknya sebelum mengajukan kepada guru.

8) Peneliti berkeliling mengawasi kinerja kelompok.

9) Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

kelompok secara proporsional.

10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.

11) Peneliti bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator bila diperlukan.

12) Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada

seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerjasama dalam mengerjakan

kuis. Setelah selesai, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.

13) Berikan penghargaan kepada yang benar, dan kelompok yang

memperoleh skor tertinggi, berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.

14) Peneliti memberikan tugas/PR secara individual kepada para siswa

tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari.

Page 55: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

15) Peneliti dapat membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

kembali ketempat duduknya masing-masing.

16) Peneliti dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi

yang ditentukan.

c. Penutup

Sesuai dengan perencanaan bahwa berdasarkan pengamatan atau opservasi

pada tindakan siklus kedua maka akan dapat dibandingkan dengan deskripsi awal ,

deskripsi siklus pertama dan diskripsi siklus kedua . Hasil tersebut digunakan untuk

menarik kesimpulan tentang peningkatan keberanian siswa untuk mengemukakan

pendapat .

3. Pengamatan Tindakan

Pengamatan tindakan ini didasarkan pada hasil pengamatan selama proses

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan model STAD pada seklus kedua

dalam waktu 80 menit . Hasil pengamatan selama 2 jam pelajaran , maka diperoleh

data sebagai berikut ; siswa yang terlampui KKM nya ada sejumlah 36 anak ,

sedangkan siswa yang belum terlampui KKM nya tidak ada sama sekali, seperti tampak

dalam gambar 5 di bawah ini ;

Page 56: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Gambar 5

Diagram Batang Hasil Tindakan Siklus II

Keterangan : = siswa yang belum terlampui KKM = 0 anak

= siswa yang telah Terlampui KKM = 36 anak

Dilihat dari banyaknya siswa yang terlampui KKM nya ; siswa yang telah

terlampui sejumlah 36 siswa , sedangkan siswa tidak terlampui KKM nya sama sekali

tidak ada atau 0 anak. Gambaran hasil siklus kedua untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini ;

1

2

0

20

40

60

80

100

1 2

Page 57: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Tabel 6

Frekuensi siswa yang terlampui KKM setelah Tindakan kedua

No Jumlah siswa KKM Terlampui KKM Belum

Terlampui

1 L P J L P L P

16 20 36 16 20 0 0

Dengan model STAD siswa yang terlampui KKM nya pada siklus kedua ini

mencapai 100 % atau 36 siswa dari 36 siswa.

7. Reflekssi

Dibandingkan dengan hasil deskripsi seklus pertama maka pembelajaran

dengan strategi STAD pada siklus kedua , keberhasilan siswa dalam menyelesaikanan

KKM nya meningkat sangat tajam, dari 24 siswa yang terlampui pada siklus pertama

menjadi 36 siswa setelah tindakan kedua. Atau dari 66,67 % menjadi 100 %.

Perbandingan siswa yang telah terlampui KKM pada siklus pertama dan siklus kedua

dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini

Page 58: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Diagram 5 .

Perbandingan Hasil Deskripsi Siklus I dengan Siklus II

Keterangan : = = Hasil deskripsi siklus pertama = 66,67 %

= Hasil eskripsi siklus kedua = 100 %

D. Pembahasan Tiap siklus dan Antar Siklus

1. Penggunaan strategi pembelajaran STAD untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Proses pembelajaran materi pelajaran Matematika sangat membutuhkan

seorang guru yang inovatif dan kreatif. Banyak terjadi di sekolah - sekolah manapun

1

2

0

20

40

60

80

100

1 2

Page 59: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

bahwa pelajaran Matematika kurang banyak peminatnya. Guna mengatasi sikap anak

yang kurang berminat tersebut guru dapat menggunakan setrategi pembelajaran STAD

dalam proses pembelajaran materi pelajaran Matematika. Model pembelajaran STAD

ini di samping akan dapat mengatasi siswa yang kurang berhasil prestasi belajar

matematikanya juga untuk membatasi siswa yang sering mendominasi pembicaraan.

Siswa yang sering mendominasi menyampaikan pendapat itu juga akan menimbulkan

masalah. Masalah dari siswa yang suka mendominasi pembicaraan tersebut akan

berdampak pada siswa yang lain . Dampak tersebut di antaranya adalah siswa yang lain

akan enggan untuk mengemukakan pendapat karena merasa minder dan mungkin

waktu sudah habis karena dihabiskan oleh kawan yang suka mendomonasi pembicaraan

. Tindakan pembelajaran dengan model STAD yang peneliti lakukan dengan dua siklus

seperti tampak pada tabel di bawah ini;

Tabel 9

Tindakan siklus pertama dan siklus kedua

Tindakan

Siklus I Siklus II

1)Peneliti meminta siswa untuk

mempelajari suatu pokok bahasan

yang segera akan dibahas, di rumah

masing-masing.

2)Di kelas, guru membentuk

kelompok belajar dalam empat

1)Peneliti meminta siswa untuk

mempelajari suatu pokok bahasan

yang segera akan dibahas, di rumah

masing-masing.

2)Di kelas, guru membentuk

kelompok belajar dalam sembilan

Page 60: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

kelompok yang heterogen dan

mengatur tempat duduk siswa agar

setiap kelompok anggota dapat saling

tatap muka.

3)Peneliti memberikan LKS, setiap

kelompok diberi dua set.

4)Menganjurkan dalam setiap siswa

dalam kelompok dapat mengerjakan

LKS secara berpasangan dua-dua atau

tiga-tiga. Kemudian saling mengecek

pekerjaannya diantara teman dalam

pasangan tersebut.

5)Bila ada siswa yang tidak dapat

mengerjakan LKS, teman satu

tim/kelompok bertanggungjawab

untuk menjelaskan kepada teman yang

tidak bisa tadi.

6)Memberikan kunci LKS agar siswa

dapat mengecek pekerjaan sendiri.

7)Apabila ada pertanyaan siswa,

mintalah mereka mengajukan

yang heterogen dan mengatur tempat

duduk siswa agar setiap kelompok

anggota dapat saling tatap muka.

3)Peneliti memberikan LKS, setiap

kelompok diberi dua set.

4)Menganjurkan dalam setiap siswa

dalam kelompok dapat mengerjakan

LKS secara berpasangan dua-dua atau

tiga-tiga. Kemudian saling mengecek

pekerjaannya diantara teman dalam

pasangan tersebut.

5)Bila ada siswa yang tidak dapat

mengerjakan LKS, teman satu

tim/kelompok bertanggungjawab

untuk menjelaskan kepada teman yang

tidak bisa tadi.

6)Memberikan kunci LKS agar siswa

dapat mengecek pekerjaan sendiri.

7)Apabila ada pertanyaan siswa,

Page 61: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

pertanyaan itu kepada teman satu

kelompoknya sebelum mengajukan

kepada guru.

8)Peneliti berkeliling mengawasi

kinerja kelompok.

9)Ketua kelompok, melaporkan

keberhasilan kelompoknya atau

melapor kepada guru tentang

hambatan yang dialami anggota

kelompoknya dalam mengisi LKS.

Jika diperlukan, guru dapat

memberikan bantuan kepada

kelompok secara proporsional.

10)Ketua kelompok harus dapat

menetapkan bahwa setiap anggota

telah memahami, dan dapat

mengerjakan LKS yang diberikan

guru.

11)Peneliti bertindak sebagai nara

sumber atau fasilitator bila diperlukan.

12)Setelah selesai mengerjakan LKS

secara tuntas, berikan kuis kepada

mintalah mereka mengajukan

pertanyaan itu kepada teman satu

kelompoknya sebelum mengajukan

kepada guru.

8)Peneliti berkeliling mengawasi

kinerja kelompok.

9)Ketua kelompok, melaporkan

keberhasilan kelompoknya atau

melapor kepada guru tentang

hambatan yang dialami anggota

kelompoknya dalam mengisi LKS.

Jika diperlukan, guru dapat

memberikan bantuan kepada

kelompok secara proporsional.

10)Ketua kelompok harus dapat

menetapkan bahwa setiap anggota

telah memahami, dan dapat

mengerjakan LKS yang diberikan

guru.

11)Peneliti bertindak sebagai nara

sumber atau fasilitator bila diperlukan.

12)Setelah selesai mengerjakan LKS

Page 62: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

seluruh siswa. Para siswa tidak boleh

bekerjasama dalam mengerjakan kuis.

Setelah selesai, langsung dikoreksi

untuk melihat hasil kuis.

13)Berikan penghargaan kepada yang

benar, dan kelompok yang

memperoleh skor tertinggi, berilah

pengakuan/pujian kepada prestasi tim.

14)Peneliti memberikan tugas/PR

secara individual kepada para siswa

tentang pokok bahasan yang sedang

dipelajari.

15)Peneliti dapat membubarkan

kelompok yang dibentuk dan para

siswa kembali ketempat duduknya

masing-masing.

16)Peneliti dapat memberikan tes

formatif, sesuai dengan

TPK/kompetensi yang ditentukan.

17) Waktu 60 menit

secara tuntas, berikan kuis kepada

seluruh siswa. Para siswa tidak boleh

bekerjasama dalam mengerjakan kuis.

Setelah selesai, langsung dikoreksi

untuk melihat hasil kuis.

13)Berikan penghargaan kepada yang

benar, dan kelompok yang

memperoleh skor tertinggi, berilah

pengakuan/pujian kepada prestasi tim.

14)Peneliti memberikan tugas/PR

secara individual kepada para siswa

tentang pokok bahasan yang sedang

dipelajari.

15)Peneliti dapat membubarkan

kelompok yang dibentuk dan para

siswa kembali ketempat duduknya

masing-masing.

16)Peneliti dapat memberikan tes

formatif, sesuai dengan

TPK/kompetensi yang ditentukan.

17) Waktu 80 menit

Page 63: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

2. Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan tindakan maka

penggunaan setrategi pembelajaran STAD pada siklus pertama menunjukkan adanya

peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan tersebut tampak lebih jelas bila

dibandingkan dengan kondisi awal. Hasil pengamatan tindakan siklus kedua juga

menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa apabila dibandingkan dengan

siklus pertama. Jadi tindakan siklus pertama maupun siklus kedua menunjukkan

adanya peningkatan yang cukup tajam.

3. Hasil refleksi

Deskripsi kondisi awal yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum

terlampui KKM nya ( 83,33 % ). Pada kondisi awal anak yang terlampui KKM ny 6

siswa ( 16,67 % ) sedangkan yang belum terlampui KKM nya ada 30 siswa . Setelah

guru menggunakan pendekatan setrategi pembelajaran STAD pada siklus pertama

dengan waktu 60 menit menunjukkan adanya peningkatan . Peningkatan pada siklus

pertama bila dibandingkan dengan kondisi awal dari 6 anak ( 16,67 % ) yang telah

terlampui KKM nya menjadi 24 anak. Peningkatan pada siklus pertama itu sebesar 24

anak ( 66,67 % ) . Jadi pada deskripsi siklus pertama ini siswa yang telah terlampui

KKM nya ada 24 siswa dari 36 siswa.

Tindakan pada siklus kedua juga menunjukkan adanya peningkatan dari jumlah

siswa yang telah terlampui KKM nya setelah guru menggunakan model pembelajaran

STAD. Pada siklus kedua ini tindakan dilaksanakan dengan waktu 80 mmenit.

Berdasarkan pengamatan pada tindakan siklus kedua jumlah siswa yang telah terlampui

KKM nya ada sejumlah 36 anak. Jadi ada peningkatan sejumlah 24 orang anak yang

Page 64: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

pada siklus pertama belum terlampui KKM nya. Dibandingkan dengan deskripsi

kondisi awal , maka deskripsi hasil tindakan siklus pertama dan deskripsi hasil

tindakan siklus kedua akan tampak lebih jelas dalam tabel di bawah ini ;

Tabel 10

Perbandingan Deskripsi Kondisi Awal , Siklus I dan siklus II

Deskripsi Kondisi siswa

Terlampui KKM Belum Terlampui KKM

1. Kondisi awal

2. Siklus pertama

3. Siklus kedua

6 anak

24 anak

36 anak

30 anak

12 anak

0 anak

Perbandingan deskripsi kondisi awal dengan deskripsi hasil tindakan

silus pertama dan hasil tindakan siklus kedua kalau dibuat prosentase akan nampak

seperti namap dalam di bawah ini.

Page 65: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Tabel 11

Perbandingan Prosentase Deskripsi Kondisi Awal , Siklus I dan siklus II

Deskripsi Kondisi siswa

Terlampui KKM Belum Terlampui KKM

1. Kondisi awal

2. Siklus pertama

3. Siklus kedua

16,67 %

66,67 %

100 %

83,33 %

33,3 %

0 %

Berdasarkan tabel 10 di atas dapat dipahami bahwa terlampui KKM nya

antara deskripsi kondisi awal, hasil deskripsi siklus pertama dan hasil deskripsi siklus

ke dua seperti nampak dalam tabel 11 di atas, kalau digambarkan dalam diagram batang

akan nampak seperti di bawah ini ;

Diagram 6 .

Perbandingan Deskripsi Kondisi Awal, Deskripsi Siklus I dan Siklus II

Yang terlampaui KKM

0

20

40

60

80

100

1 2 3

Series1

Page 66: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Keterangan : = = Hasil deskripsi kondisi awal 16,67 %

= Hasil eskripsi siklus pertama 66,67 %

= Hasil siklus kedua 100 %

Perbandingan dari kondisi awal sampai pada hasil tindakan siklus kedua

tersebut menunjukkan adanya peningkatan. Perbandingan anatara kondisi awal,

tindakan siklus pertama dan kedua yang belum terlampaui KKM juga tampak seperti

gambar 7 di bawah ini .

Diagram 6 .

Prosentase Deskripsi Kondisi Awal, Deskripsi Siklus I dan Siklus II

Yang belum terlampaui KKM

1

2

3

0

20

40

60

80

100

1 2 3

Page 67: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Keterangan : = = Hasil deskripsi kondisi awal, 66,67 %

= Hasil deskripsi siklus I : 33,33 %

= Hasil siklus II, 0 %

E. Kesimpulan dari Hasil Penelitiann

Berdasarkan hasil penelitian dengan penggunaan setrategi pembelajaran

STAD dalam proses pembelajaran Matematika dapat meningkataan prestasi belajar

siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa tampak dalam hasil penelitian. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada deskripsi kondisi awal anak yang terlampui KKM

nya ada 6 siswa. Hasil tindakan pada siklus pertama siswa yang terlampui KKM nya

meningkat menjadi 24 anak dan hasil tindakan pada siklus kedua meningkat menjadi 36

anak.

1

2

3

Page 68: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Seperti yang telah peneliti uraikan di muka bahwa tujuan khusus Penelitian

Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan presatasi belajar siswa dalam proses

pembelajaran Matematika dengan Model pembelajaran STAD pada siswa kelas VII D

SMP Negeri 1 Bumiayu. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran STAD dapat meningkatakan prestasi belajar siswa. Penelitian ini

dilakukan dengan dua siklus , hasil penelitian siklus pertama maupun siklus kedua

menunjukkan bahwa masing-masing siklus ada peningkatan.

Simpulan tersebut diperoleh melalui pengamatan atau observasi terhadap

tindakan yang dilakukukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran. Hasil

pengamatan pada siklus pertama menunjukkan adanya peningkatan terlampui KKM

nya sebesar 24 anak . Tindakan Siklus kedua siswa yang terlampui KKM nya menjadi

36 anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pada BAB II yang berbunyi

melalui Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran Matetatika bagi siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Bumiayu pada

semester Kadua tahun pelajaran 2008/2009 dapat diterima. Jadi berdasarkan hasil

penelitian pada Bab IV seperti tersebut di atas maka peneliti dapat menyajikan suatu

simpulan sebagai berikut ;

Page 69: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

1. Penggunaan model pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran

Matetmatika dengan waktu 60 menit pada siklus pertama terlampui KKM

nya meningkat bila dibandingkan dengan kondisi awal. Peningkatan itu

sebesar 24 aanak ( 66,67% ).

2. Pada siklus kedua dengan waktu 80 menit siswa yang terlampui KKM nya

meningkat menjadi 36 anak ( 100 % ).

B. Implikasi

Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat diterapkan dalam

proses pembelajaran Matetamtika. Penerapan hasil penelitian tersebut akan dapat

membantu tercapainya tujuan pembelajaran terutama untuk peningkatan prestasi

belajar siswa. Hasil penelitian ini penerapannya dapat dimanfaatkan oleh :

1. Diri pribadi peneliti.

Penggunaan model pembelajaran STAD yang telah dilakukan oleh peneliti dan

hasilnya menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Berpijak dari hasil

penelitian tersebut , kemudian oleh peneliti diterapkan dalam proses pembelajaran

Matematika . Jadi hasil penelitian tersebut sangat bermaanfaat khususnya pada diri

peneliti untuk mengefektifkan proses pembelajaran .

3. Guru Pengampu Mata Pelajaran Matematika

Sehubungan dengan hasil penilitian yang menunjukkan adanya peningkatan

presatasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika maka penerapannya

tidak hanya dapat dilakukan oleh peneliti sendiri akan tetapi dapat juga diterapkan oleh

guru lainnya. Guru pengampu mata pelajaran Matematika pada umumnya yang telah

Page 70: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

membaca hasil penelitian ini dapat menerapkan model pembelajaran STAD untuk

meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam melakukan proses pembelajaran .

C. Saran – saran

Dari simpulan yang sudah dinyatakan berdasarkan hasil penelitia , maka

peneliti dapat mengajukan saran-saran kepada guru pengampu mata pelajaran

Matematika sebagai berikut ;

1. Berdasarkan hasil penelitian yang membuktikan bahwa model pembelajaran

STAD dalam proses pembelajaran Matematika terbukti dapat meningkatkan presatsi

belajar siswa, maka model pembelajaran STAD ini dapat dijadikan salah satu acuan

bagi guru dalam pembelajaran Matematika

2. Guna meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran Matematika maka

hasil penelitian ini dapat dijadikan langkah awal bagi guru Matematika untuk

mendadakan penelitian tindak lanjut dengan materi yang sejenis.

Page 71: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Yasin . 1987 . Pembaharuan Kurikulum . Jakarta : PT. Balai Pustaka

C. Asri Budiningsih. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1998. Petunjuk Administrasi Sekolah

Lanjutan Pertama edoman Penyususnan Karya Ilmiah di Bidang Pendidikan

. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1998. Pedoman Penyususnan Karya Ilmiah

di Bidang Pendidikan . Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Model - model Cooperative Learning.

Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama

Departemen Pendidikan Nasional . 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta : Direktorat Pendidikan

Lanjutan Pertama

Flato. 1990. The Power of Mathematics. New York: McGraw Hill.

Herman Hudoyo. 1988. Mangajar Balajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dirjen

Dikti

Herman Hudoyo. 1989. Tes Obyetif dalam Kaintannya dengan Hasil Belajar dan

Proses Belajar Matematika: Studi Terbatas. Terdapat dalam forum penelitian

Page 72: Ptk matematika

© copyright www.suripno.com

Imam barnadib. 1996. Dasar-dasar Kependidikan. Yogyakarta : Ghalia Indonesia

Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

Mary Leonhardt. 2003. 99 Ways to get your kids to do their home bork. New

York : Tree Rivers Prees

Masnur Muslich. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.

Malang : Bumi Aksara

Pemerintah Kabupaten Magelang . 2006 . Modul Pembelajaran . Kota Mungkid :

Badan Kepegawaian Daerah

Rochiati Wiraadmadja. 2006 . Metode Penelitian Tindakan Kelas . Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

Slamet Santosa. 2005. Model – Modul TOC Model Pembelajaran Inovative. Semarang

: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah

Suharsimi Arikunto ; Suhardjono ; Supardi . 2006 . Penelitian Tindakan Kelas

Jakarta : PT. Bumi Aksara

Suparno, P. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.