ptk himpunan matematika smp

Upload: kosnawan-awan

Post on 09-Oct-2015

290 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

PTK Himpunan Matematika SMP

TRANSCRIPT

  • PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

    TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)

    DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN

    KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN HIMPUNAN

    PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 4 JUWANA PATI

    TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

    SKRIPSI

    Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

    Disusun Oleh :

    Dessy Puspita Sari

    07310101

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    IKIP PGRI SEMARANG

    2011

  • LEMBAR PERSETUJUAN

    Kami selaku pembimbing I dan pembimbing II dari mahasiswa IKIP PGRI Semarang:

    Nama : Dessy Puspita Sari

    NPM : 07310101

    Jurusan : Pendidikan Matematika

    Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe

    Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan

    Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasail

    Belajar Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa Kelas VII B SMP

    Negeri 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah dibuat oleh mahasiswa tersebut di atas telah

    selesai dan siap untuk diujikan.

    Semarang, Mei 2011

    Pembimbing I, Pembimbing II

    Dra. Intan Indiati, M. Pd. Drs. Sudargo, M. Si.

    NIP. 19610429 198603 2 002 NIP. 19601113 199203 1 001

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi berjudul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe

    Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan Pendekatan

    Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan

    Himpunan Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran

    2010/2011, yang ditulis oleh Dessy Puspita Sari telah dipertahankan di hadapan Sidang

    Panitia Ujian Skripsi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP

    PGRI Semarang, pada

    hari : Jumat

    tanggal : 17 Juni 2011

    Panitia Ujian,

    Ketua, Sekretaris,

    Drs. Nizaruddin,M.Si Drs. Rasiman,M.Pd

    NIP. 196803251994031004 NIP. 195602181986031001

    Anggota Penguji,

    1. Dra. Intan Indiati, M. Pd ( )

    NIP. 196104291986032002

    2. Drs. Sudargo, M. Si ( )

    NIP. 196011131992031001

    3. Achmad Buchori, S. Pd., M. Pd ( )

    NPP. 098101246

  • ABSTRAK

    Dessy Puspita Sari, 2011. Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe CIRC dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.

    Latar belakang dari penelitian ini adalah persepsi sebagian besar siswa yang menganggap matematika sebagai hal yang menakutkan. Hal ini perlu dirubah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Untuk merubah persepsi tersebut, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual.

    Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati pada materi pokok himpunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati melalui penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual saat proses belajar mengajar di kelas.

    Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati dengan jumlah siswa 40 yang terdiri dari 16 siswa putri dan 24 siswa putra.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I prestasi siswa menunjukkan rata-rata kelas sebesar 65,2 dengan ketuntasan belajar 70% sedangkan pada siklus II prestasi siswa menunjukkan rata-rata kelas sebesar 80,15 dengan ketuntasan belajar 87,5%. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC juga dapat meningkatkan kemampuan aktivitas dan kerjasama siswa: a. Meningkatnya rata-rata aktivitas siswa dari siklus I yaitu 73,82% yang menunjukkan

    masih di bawah indikator keberhasilan menjadi 84,75% di siklus II yang sudah memenuhi indikator keberhasilan.

    b. Meningkatnya rata-rata tingkat kerjasama siswa dari 74,7% yang masih di bawah indikator keberhasilan pada siklus I menjadi 83,45% yang sudah memenuhi indikator keberhasilan pada siklus II.

    Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan pokok bahasan himpunan siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati tahun pelajaran 2010/2011.

    Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan kesimpulan tersebut adalah sebaiknya model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual diterapkan dalam pembelajaran karena terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Kata kunci : penerapan, pembelajaran, keaktifan, hasil belajar.

  • MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

    Apa yang kita kerjakan dengan tekun menjadi lebih mudah bukan karena sifat tersebut berubah, tetapi karena kemampuan kita untuk bekerja telah meningkat.

    Semangat dan ketekunan dapat membuat orang yang biasa-biasa menjadi lebih unggul, tetapi ketidakacuhan dan kelesuan dapat membuat orang yang lebih unggul menjadi biasa-biasa saja.

    Selalu berharap pada Tuhan tidak akan pernah mengecewakan karena Allah senantiasa turut bekerja dalam segala hal yang kita lakukan untuk mendatangkan yang terbaik dari segala yang baik.

    PERSEMBAHAN Skripsi ini spesial ku persembahkan untuk :

    Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi yang terbaik buatku. Bapak dan ibuku tersayang, Bari dan Rini yang telah membimbingku dan memberikan kasih sayang,

    dukungan moril dan materiil serta doa yang tulus untukku.

    Adikku tercinta, Berlina yang selalu membuatku tersenyum dengan sikap-sikapnya yang lucu. Mbak Paris yang telah memberi motivasi dan membimbingku dengan sabar dalam penyelesaian

    skripsi ini.

    My best friend yaitu Natalia, Yeni, Bekti yang menghiburku di saat aku sedang sedih dan saatku membutuhkan dukungan, semoga kita semua tetap menjadi sahabat selamanya.

    Teman-temanku Dewi, Endra, Nia, Sonah, Farida, Zulfiana serta semuanya yang tergabung dalam kelas C angkatan 2007 yang selalu bahagia dan kompak dalam kondisi bagaimanapun, semoga sukses

    selalu.

    Teman-teman satu angkatan IKIP PGRI SEMARANG. Teman-temanku kost Trie_D yang selalu ceria dan membuatku tersenyum. Teman-teman PPL di SMP Kristen Gergaji Semarang dan teman-teman KKN di Kecamatan

    Banyumanik Kelurahan Pudak Payung..

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan

    karunia yang diberikan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

    berjudul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated

    Reading and Composition (CIRC) dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan

    Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan pada Siswa Kelas VII B SMP N 4

    Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terwujud

    bukan semata-mata hasil kerja penulis sendiri, melainkan atas bantuan dan bimbingan dari

    berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

    kepada yang terhormat:

    1. Muhdi, S.H, M.Hum. selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah berkenan

    memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan Program Sarjana.

    2. Drs. Nizaruddin, M.Si. selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang.

    3. Drs. Rasiman, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI

    Semarang.

    4. Dra. Intan Indiati, M.Pd. Selaku Pembimbing I pada penulisan skripsi ini dan juga

    sebagai seseorang yang telah memberikan ide, bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

    5. Drs. Sudargo, M.Si selaku Pembimbing II pada penulisan skripsi ini yang telah

    memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

    6. Susanto, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 4 Juwana Pati yang telah memberikan

    ijin melaksanakan penelitian ini.

    7. Ruswanti, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu pelaksanaan

    penelitian ini.

  • 8. Teman-teman jurusan pendidikan matematika khususnya kelas C angkatan 2007, sahabat-

    sahabat orang tua dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan bantuan materiil

    maupun spiritual sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini.

    9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

    penyusunan skripsi ini.

    Semoga skripsi ini dpaat bermanfaat dan dapat memperluas wawasan pembaca

    terutama dalam bidang pendidikan.

    Semarang, Mei 2011

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.i

    LEMBAR PERSETUJUAN ii

    HALAMAN PENGESAHAN iii

    ABSTRAKSI.. iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

    KATA PENGANTAR vi

    DAFTAR ISI.viii

    DAFTAR LAMPIRAN x

    BAB I PENDAHULUAN... 1

    A. Latar Belakang. 1

    B. Penegasan Istilah.. 4

    C. Permasalahan... 7

    D. Strategi Pemecahan Masalah.7

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................... 8

    F. Sistematika Penulisan Skripsi.....10

    BAB II LANDASAN TEORI.12

    A. Pengertian Belajar...... 12

    B. Prinsip-Prinsip Belajar... 14

    C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar... 16

    D. Pembelajaran Matematika.. 23

    E. Hasil Belajar...25

    F. Keaktifan Siswa. 31

    G. Model Pembelajaran Kooperatif.... 33

    H. Model Cooperative Learning Tipe CIRC.. 36

    I. Pembelajaran Kontekstual..41

    J. Uraian Materi Tentang Himpunan..45

    K. Kerangka Berpikir...56

    L. Hipotesis Tindakan.58

    BAB III METODE PENELITIAN.. 59

    A. Lokasi dan Subyek Penelitian.... 59

  • B. Faktor Penelitian 59

    C. Rancangan Penelitian..... 60

    D. Data dan Cara Pengambilan Data...68

    E. Uji Instrumen..68

    F. Analisis Data.. 74

    G. Indikator Keberhasilan... 77

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 79

    A. Persiapan penelitian... 79

    B. Uji Coba Instrumen 80

    C. Pelaksanaan Penelitian... 91

    D. Pembahasan...106

    BAB V PENUTUP... 110

    A. Kesimpulan.. 110

    B. Saran.111

    DAFTAR PUSTAKA

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Daftar Nama Kelas Uji Coba

    Lampiran 2 Daftar Nama Kelas Penelitian

    Lampiran 3 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Siklus I

    Lampiran 4 Soal Uji Coba Siklus I

    Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus I

    Lampiran 6 Tabel Uji Instrumen Siklus I

    Lampiran 7 Tabel Bantu Siklus I

    Lampiran 8 Tabel Bantu 2 Siklus I

    Lampiran 9 Perhitungan Validitas Siklus I

    Lampiran 10 Perhitungan Reliabilitas Siklus I

    Lampiran 11 Perhitungan Daya Pembeda Soal Siklus I

    Lampiran 12 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Siklus I

    Lampiran 13 Penentuan Butir Soal Yang Digunakan Kelas Penelitian Siklus I

    Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

    Lampiran 15 Soal Tes Evaluasi Siklus I

    Lampiran 16 Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus I

    Lampiran 17 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I

    Lampiran 18 Hasil Tes Siklus I

    Lampiran 19 Soal Diskusi Kelompok Siklus I

    Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Diskusi Siklus I

    Lampiran 21 Daftar Nama Kelompok Siklus I

    Lampiran 22 Lembar Observasi Kerja Sama Siswa Siklus I

    Lampiran 23 Lembar Observasi Kelompok Siklus I

    Lampiran 24 Nilai Hasil Diskusi Siklus I

  • Lampiran 25 Daftar Angket Penilaian Sikap Siswa Siklus I

    Lampiran 26 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I

    Lampiran 27 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Siklus II

    Lampiran 28 Soal Uji Coba Siklus II

    Lampiran 29 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Siklus II

    Lampiran 30 Tabel Uji Instrumen Siklus II

    Lampiran 31 Tabel Bantu Siklus II

    Lampiran 32 Tabel Bantu 2 Siklus II

    Lampiran 33 Perhitungan Validitas Siklus II

    Lampiran 34 Perhitungan Reliabilitas Siklus II

    Lampiran 35 Perhitungan Daya Pembeda Soal Siklus II

    Lampiran 36 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Siklus II

    Lampiran 37 Penentuan Butir Soal Yang Digunakan Kelas Penelitian Siklus II

    Lampiran 38 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

    Lampiran 39 Soal Tes Evaluasi Siklus II

    Lampiran 40 Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus II

    Lampiran 41 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II

    Lampiran 42 Hasil Tes Siklus II

    Lampiran 43 Soal Diskusi Kelompok Siklus II

    Lampiran 44 Kunci Jawaban Soal Diskusi Siklus II

    Lampiran 45 Daftar Nama Kelompok Siklus II

    Lampiran 46 Lembar Observasi Kerja Sama Siswa Siklus II

    Lampiran 47 Lembar Observasi Kelompok Siklus II

    Lampiran 48 Nilai Hasil Diskusi Siklus II

    Lampiran 49 Daftar Angket Penilaian Sikap Siswa Siklus II

  • Lampiran 50 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II

    Lampiran 51 Tabel r Product Moment

    Lampiran 52 Tabel distribusi t

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat didukung oleh

    arus globalisasi yang hebat memunculkan adanya persaingan dalam berbagai bidang

    kehidupan, salah satu diantaranya bidang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu upaya

    untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi

    memerlukan suatu pendukung yaitu kiat dalam meningkatkan mutu pendidikan.

    Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang komplek. Peristiwa

    tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, sehingga manusia itu

    tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Manusia tumbuh melalui belajar dan proses

    kegiatannya tidak terlepas dari kegiatan belajar. Dalam proses kegiatan belajar mengajar

    yang perlu mendapat perhatian adalah berusaha mengacu pada ketiga ranah, yaitu: ranah

    pengetahuan (kognitif), ranah nilai atau sikap (afektif), dan ranah keterampilan

    (psikomotorik).

    Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting

    dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut matematika dapat

    memberi bekal kepada siswa untuk menerapkan matematika dalam berbagai keperluan.

    Akan tetapi persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak dapat diacuhkan begitu

    saja. Umumnya pelajaran matematika di sekolah menjadi momok bagi siswa. Sifat

    abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam

    memahami konsep-konsep matematika. Di samping itu penyebab lainnya adalah cara

    mengajar guru yang tidak cocok bagi siswa, guru hanya mengajar dengan satu metode

  • yang kebetulan tidak cocok dan sukar dimengerti oleh siswa, dan sebagai akibatnya

    prestasi matematika yang dicapai siswa rendah.

    Keberhasilan belajar matematika, salah satunya ditentukan oleh minat siswa, dan

    untuk membangkitkan minat siswa tersebut ditentukan oleh kemampuan guru dalam

    menggunakan pendekatan mengajarnya yang dapat mengakibatkan siswa lebih tertarik,

    mengerti, berperan serta aktif, mencari dan menemukan sendiri. Karena itu guru harus

    mampu mengadakan komunikasi dengan siswa dan dapat memilih metode yang tepat.

    Pada saat proses belajar nampak gejala-gejala antara lain: kemampuan

    menganalisis dan menyelesaikan soal rendah, siswa pasif dan cenderung suka

    mencontoh, sehingga jika diberikan soal-soal yang berbeda dengan contoh yang

    diberikan, mereka tidak mampu menyelesaikan. Mungkin rendahnya hasil belajar siswa

    dikarenakan kurangnya pendekatan pembelajaran yang sesuai, metode kurang bervariasi,

    pemanfaatan lingkungan/alat peraga juga kurang dan dukungan orang tua dan masyarakat

    rendah.

    Fakta di lapangan menunjukkan bahwa umumnya siswa mengerti dengan

    penjelasan serta contoh soal yang diberikan guru, namun ketika kembali ke rumah dan

    ingin menyelesaikan soal-soal yang sedikit berbeda dengan contoh sebelumnya, siswa

    kembali bingung bahkan lupa dengan penjelasan gurunya. Apa yang dialami siswa ini

    menunjukkan bahwa siswa belum mempunyai pengetahuan konseptual.

    Setelah diadakan studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru matematika

    kelas VIIB SMPN 4 Juwana Pati tahun pelajaran 2010/2011, terdapat fakta di lapangan

    bahwa pembelajaran matematika yang terjadi di SMPN 4 Juwana belum mencapai hasil

    yang memuaskan. Hal Ini dapat dilihat dari hasil ulangan matematika yang diperoleh

    masih banyak yang di bawah nilai KKM. Selain itu juga, dalam berlangsungnya kegiatan

    pembelajaran, keaktifan siswa-siswanya juga kurang,karena hanya mencapai 60%.

  • Berarti hal ini menunjukkan bahwa guru hanya mentransfer pengetahuan, sehingga siswa

    tidak mengalami sendiri dan ini dapat mengakibatkan siswa sulit memahami materi

    pelajaran yang disampaikan oleh guru.

    Semua itu memang tidak terlepas dari pandangan siswa pada umumnya terhadap

    pelajaran matematika yang menganggap sebagai momok yang menakutkan,

    mengakibatkan siswa kurang aktif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

    Pembelajaran yang selama ini diterapkan hanya sekedar ceramah dan latihan soal,

    membuat suasana belajar di kelas sangat monoton, kurang menarik apalagi ditambah

    konsentrasi siswa yang kurang optimal. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan

    diterapkan suatu pembelajaran matematika yang tidak hanya mentransfer pengetahuan

    guru kepada siswa. Pembelajaran ini hendaknya juga mengaitkan pengalaman kehidupan

    nyata siswa dengan materi dan konsep matematika. Model pembelajaran yang kiranya

    tepat adalah model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated

    Reading and Compoisition (CIRC) dengan kombinasi model pembelajaran kontekstual

    yang merupakan model pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi

    pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan

    matematika dalam kehidupan sehari-hari.

    Salah satu materi matematika yang diajarkan di SMP Kelas VII adalah Himpunan.

    Materi ini sering muncul dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, dengan

    menerapkan model pembelajaran CIRC melalui pendekatan kontekstual dalam

    pembelajaran matematika pada materi pokok himpunan diharapkan dapat meningkatkan

    pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi tersebut.

    Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul

    Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated

    Reading and Composition (CIRC) dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan

  • Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa Kelas VIIB SMPN 4

    Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.

    B. Penegasan Istilah

    Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran maka dalam memahami judul penelitian ini

    perlu adanya penjelasan istilah-istilah dalam judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang

    mendapat penegasan adalah:

    1. Penerapan

    Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2005:560), penerapan

    berarti pemasangan, pengenaan, perihal, mempraktekkan. Yang dimaksud penerapan

    di sini adalah mempraktekan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC untuk

    meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

    2. Model Pembelajaran

    Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

    penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

    analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional

    di kelas. (Suprijono,2009:45).

    3. Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu model

    pembelajaran yang mempunyai konsep lebih luas meliputi semua jenis kerja

    kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh

    guru. (Suprijono,2009:54).

    4. Cooperative Learning Tipe Cooperative Integrated Reading and Compoisition (CIRC)

    Suatu model pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan peserta didik

    dalam proses pembelajarannya membangun kemampuan peserta didik untuk

  • membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya

    (Suyitno,2007:12).

    5. CTL

    CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

    diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat

    hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

    kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Suprijono,2009:79)

    6. Meningkatkan

    Meningkatkan artinya menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya);

    mempertinggi; memperhebat (produk, dan sebagainya); mengangkat diri. (KBBI,

    2005: 574).

    7. Keaktifan

    Keaktifan artinya kegiatan atau kesibukan, tangkas, giat bekerja, dinamis dan

    bertenaga (KBBI, 2005: 24).

    8. Hasil Belajar

    Hasil adalah sesuatu yang diadakan(dibuat, dijadikan, dan sebaginya)oleh

    usaha. (KBBI, 2005: 166)

    Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

    hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto,

    2003:2).

    Jadi, hasil belajar adalah sesuatu yang dilakukan dengan usaha untuk

    memperoleh suatu perubahan. Dalam penelitian ini diharapkan agar memperoleh

    hasil belajar yang meningkat atau perubahan yang lebih baik.

  • 9. Materi Pokok Himpunan

    Himpunan merupakan salah satu materi sub pokok bahasan pelajaran

    matematika siswa SMP kelas VII semester 2 tahun pelajaran 2010/2011 yang

    digunakan dalam penelitian ini.

    Berdasarkan penegasan istilah di atas, secara keseluruhan maksud dari judul

    penelitian ini adalah keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC

    dengan pendekatan kontekstual pada sub pokok bahasan himpunan ditandai dengan

    peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 4 Juwana tahun

    pelajaran 2010/2011.

    C. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam

    penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan

    kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bagi siswa kelas VII B SMP

    Negeri 4 Juwana Pati tahun pelajaran 2010/1011 pada materi pokok Himpunan?"

    D. Strategi Pemecahan Masalah

    Agar hasil belajar, keaktifan, dan minat belajar siswa serta kemampuan mengajar

    guru kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati dalam pembelajaran matematika khususnya

    dalam pokok bahasan himpunan dapat meningkat, maka strategi pemecahan masalah

    dalam penelitian ini dirancang melalui penelitian tindakan kelas menggunakan model

    pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan

    pendekatan kontekstual. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus yaitu

    siklus I dan siklus II, masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap. Siklus II dilakukan

    apabila pada siklus I belum terjadi peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas

  • VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari test siswa

    sedangkan peningkatkan keaktifan siswa dapat dilihat pada lembar observasi.

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban atas

    masalah yang telah dirumuskan di atas. Tujuan tersebut adalah untuk mengetahui

    peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas VII B SMP N 4 Juwana Pati

    melalui penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual saat

    proses belajar mengajar di kelas.

    2. Manfaat penelitian

    Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak

    diantaranya sebagai berikut:

    a. Bagi siswa

    1)Menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika

    2)Meningkatkan keaktifan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan

    3) Menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi dalam diri siswa

    4) Meningkatkan hasil belajar.

    5) Membangkitkan rasa percaya diri.

    6) Membimbing temannya yang memerlukan bantuan

    b. Bagi guru

    1) Diharapkan dapat membuka cakrawala berpikir guru.

    2) Dapat meningkatkan kreativitas guru.

  • 3) Meringankan beban guru dalam membimbing siswa di kelas,

    khususnya ketika menyelesaikan soal-soal.

    c. Bagi sekolah

    1) Bertambahnya siswa yang berhasil pada setiap kelulusan.

    2) Meningkatnya hasil belajar siswa.

    3) Menciptakan sekolah sebagai pusatnya ilmu pengetahuan.

    4) Meningkatkan kualitas mutu hasil pendidikan.

    d. Bagi Peneliti

    Dapat menambah pengetahuan dan disiplin ilmu pendidikan khususnya dalam

    mengajar matematika bagi peneliti sebagai seorang calon guru matematika.

    F. Sistematika Penulisan Skripsi

    Untuk mempermudah dalam memahami urutan-urutan serta memberikan

    gambaran secara keseluruhan dalam skripsi ini, maka perlu diberikan sistematika yang

    digunakan dalam penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi

    tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir skripsi.

    Bagian awal atau pendahuluan skripsi ini secara berturut-turut berupa halaman

    judul, halaman pengesahan, abstrak, halaman motto dan persembahan, kata pengantar,

    daftar isi dan daftar lampiran.

    Bagian isi dari skripsi ini di bagi menjadi lima bab, yaitu pendahuluan,landasan

    teori dan hipotesis, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dan penutup.

    Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, penegasan

    istilah,perumusan masalah dan strategi pemecahan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian serta sistematika penulisan skripsi.

  • Bab II Landasan teori dan hipotesis, berisi pembahasan tentang pengertian belajar,

    prinsip-prinsip belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar,

    pengertian pembelajaran matematika, hasil belajar, keaktifan siswa, model Cooperative

    Learning tipe CIRC, pembelajaran kontekstual, uraian materi himpunan, kerangka

    berfikir dan hipotesis tindakan.

    Bab III Metode penelitian, berisi pembahasan tentang lokasi penelitian dan subjek

    penelitian, faktor penelitian, rancangan penelitian, data dan cara pengambilan data, uji

    istrumen, analisis data dan indikator keberhasilan.

    Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi pembahasan tentang pelaksanaan

    penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

    Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

    Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka yang memberikan informasi tentang

    sumber-sumber referensi sebagai literature yang digunakan serta lampiran-lampiran.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A. Pengertian Belajar

    Belajar merupakan kegiatan-kegiatan bagi setiap orang, pengetahuan

    keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan

    berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat

    diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan

    suatu perubahan tingkah laku. (Hudoyo, 1990: 10).

    Pendapat itu menunjukan bahwa belajar adalah proses perubahan. Perubahan-

    perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya

    perubahan tingkah laku yang tampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak

    dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dimaksud bukan perubahan negatif tetapi

    perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau perbaikan.

    Belajar di sekolah mempunyai maksud dan tujuan untuk menguasai ilmu

    pengetahuan, pengertian belajar dari berbagai ahli berbeda-beda, perbedaan arti belajar

    antara lain karena adanya dasar-dasar percobaan yang berbeda. Selanjutnya akan

    dikemukakan beberapa dari sekian banyak ahli yang mendefinisikan belajar sebagai suatu

    perubahan, (Darsono,2001:3-4), antara lain:

    1. Marle J.Moskowitz dan Arthur R.Ogel

    Pada dasarnya belajar adalah perubahan prilaku sebagai hasil langsung dari

    pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem saraf yang dibawa

    sejak lahir.

    12

  • 2. Morris L. Bigge

    Belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak

    diwariskan secara genetis.

    3. James O. Whittaker

    Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku

    melalui latihan atau pengalaman.

    4. Aaron Quinn Sartain dkk

    Belajar adalah suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman.

    5. W.S Winkel

    Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

    dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

    ketrampilan, dan nilai-sikap.

    Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar di atas maka dapat

    disimpulkan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan pada diri seseorang yang belajar

    karena pengalaman. Perbuatan belajar adalah perbuatan yang disengaja untuk mencapai

    hasil.

    Menurut Herman Hudoyo (1990:2), terdapat tiga masalah pokok dalam belajar,

    yaitu:

    1. Masalah mengenai bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang

    dilaksanakan

    2. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar

    3. Masalah mengenai hasil belajar.

  • B. Prinsip-prinsip Belajar

    Menurut Dimyati dan Mudjiono terdapat tujuh prinsip dalam belajar yaitu:

    1. Perhatian dan Motivasi

    Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian

    terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan

    kebutuhannya. Motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas

    seseorang.

    2. Keaktifan

    Siswa mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan

    aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa

    dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif

    mengalami sendiri. John dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah

    menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif

    harus datang dari siswa sendiri.

    3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

    Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun

    lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan

    kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan

    dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat

    mengadakan latihan-latihan.

    4. Pengulangan

    Dalam kegiatan belajar diperlukan pengulangan hal ini dikarenakan dengan

    mengadakan pengulangan maka daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas

    daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan

    sebagainya akan berkembang.

  • 5. Tantangan

    Dalam mencapai tujuan belajar, siswa mengalami hambatan yaitu mempelajari bahan

    belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan

    mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan tersebut telah diatasi maka

    tujuan belajar telah tercapai.

    6. Balikan atau Penguatan

    Balikan (feedback) adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun bagi

    guru. Penguatan (reinforcement) adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru

    terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.

    7. Perbedaan Individual

    Perbedaaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya,

    perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.

    C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

    Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat

    digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

    1. Faktor internal

    a. Faktor Jasmaniah

    Faktor dalam terdiri dari:

    1) Kesehatan

    Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau

    bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan

    seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

  • 2) Cacat tubuh

    Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

    sempurna mengenai tubuh atau badan.

    b. Faktor psikologis

    1) Intelegensi

    Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk

    menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan

    efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara

    efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

    2) Perhatian

    Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun

    semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek.

    3) Minat

    Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk mempertahankan dan mengenang

    beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperlihatkan terus-

    menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian,

    karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan

    senang, sedangkan minat selalu diikuti perasaan senang dan dari situ diperoleh

    kepuasan.

    4) Bakat

    Menurut Hilgard bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru

    akan teralisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

    5) Motif

    Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam

    menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai

  • tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif

    itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

    6) Kematangan

    Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di

    mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

    7) Kesiapan

    Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: kesediaan untuk

    memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang

    dan juga berhubungan dengan kematangan.

    c. Faktor Kelelahan

    Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

    dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelemahan rohani.

    Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

    kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat

    dilihat adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk

    menghasilkan sesuatu hilang.

    2. Faktor eksternal

    a. Keluarga

    1) Cara Orang Tua Mendidik

    Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal

    ini dipertegas oleh Sutjipto Wirodidjojo bahwa keluarga adalah lembaga

    pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk

    pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan

    ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

  • 2) Relasi Antaranggota Keluarga

    Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan

    anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga

    yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak.

    3) Suasana Rumah

    Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejasian yang sering

    terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga

    merupakan faktor yang penting yang tidak merupakan faktor yang disengaja.

    4) Keadaan Ekonomi Keluarga

    Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang

    sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhannya pokoknya juga

    membutuhkan fasilitas belajar yang memadai.

    5) Pengertian Orang Tua

    Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Kadang-kadang anak

    mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib memberi dorongan dan

    semangat.

    6) Latar Belakang Kebudayaan

    Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak

    dalam belajar. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak.

    b. Sekolah

    1) Metode Mengajar

    Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam

    mengajar.

  • 2) Kurikulum

    Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.

    Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa

    menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

    3) Relasi Guru dengan Siswa

    Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga

    dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar juga

    dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.

    4) Relasi Siswa dengan Siswa

    Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat

    bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa

    kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.

    5) Disiplin Sekolah

    Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah

    dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalm

    mengajar dengan melaksanankan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan

    dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas, gedung

    sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola

    seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam

    pelayanannya kepada siswa.

    6) Alat pelajaran

    Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran

    yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk

    menerima bahan yang diajarkan itu.

  • 7) Waktu Sekolah

    Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar di sekolah, jika siswa

    bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah, akan mengalami kesulitan

    di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar

    konsentrasi dan berpikir pada kondisi badannya yang lemah.

    8) Standar Pelajaran di Atas ukuran

    Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran

    di atas ukuran standar. Akibatnya merasa kurang mampu dan takut kepada guru.

    9) Keadaan Gedung

    Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-

    masing menuntut keadaan gedung yang memadai di dalam setiap kelas.

    10) Metode Belajar

    Dengan cara belajar siswa yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa. Juga

    dalam pembagian waktu dalam pelajaran.

    11) Tugas Rumah

    Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di

    rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain.

    c. Masyarakat

    Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

    belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat.

    1) Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

    Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

    perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan

    masyarakat yang terlalu banyak jika tidak dapat mengatur waktunya maka akan

    terganggu belajarnya.

  • 2) Mass Media

    Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga

    terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek

    terhaadap siswa.

    3) Teman Bergaul

    Pengaruh dari teman-teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya

    daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik begitu

    juga sebaliknya.

    4) Bentuk Kehidupan Masyarakat

    Kehidupan masyarakat di sekitar kita juga berpengaruh terhadap belajar siswa.

    Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang terpelajar atau yang berjudi

    semuanya akan memberi pengaruh terhadap belajar siswa.

    D. Pembelajaran matematika

    1. Pembelajaran

    Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa

    sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2001: 24).

    Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai

    pengalaman sehingga tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas.

    2. Matematika

    Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran,

    dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yamg lainnya dengan jumlah

    banyak yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Secara

  • singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep

    abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudoyo,1990:4).

    Berdasarkan pengamatan dan pengalaman pelajaran matematika identik

    dengan mata pelajaran yang paling sulit dan menegangkan, sehingga kurang diminati

    oleh siswa. Sebenarnya matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang

    menyenangkan, hal ini dapat dibuktikan jika kita pandai dalam mata pelajaran

    matematika berarti kita telah berlatih untuk teliti, berfikir kritis dan praktis. Hal ini

    tidak disadari oleh sebagian siswa sehingga mereka merasa matematika sebagai ilmu

    yang sukar, ruwet dan membingungkan dan pada akhirnya menolak untuk belajar

    matematika. Belajar matematika akan terasa indah jika kita mengetahui cara

    mempelajarinya. Ada beberapa kiat belajar matematika,diantaranya :

    a. Menanamkan kepada anak bahwa matematika itu penting

    b. Mengajak anak untuk mempelajari hal menarik dan menggelitik rasa ingin tahu

    tentang matematika

    c. Melatih daya tahan anak menyelesaikan soal matematika

    d. Mengajari anak mengotak-atik soal

    e. Mencanangkan dua wajib yaitu wajib mempelajari yang sudah dijelaskan dan

    wajib mempelajari yang hendak dijelaskan

    f. Melibatkan anak dalam proses belajar mengajar di sekolah

    g. Mengarahkan anak untuk membuat cacatan lengkap dan rapi, ringkasan konsep

    dan rumus penting.

    E. Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

    mengalami aktivitas belajar (Catharina,2006:5).

  • Menurut Benyamin S.Bloom dalam Catharina (2006:7) mengusulkan tiga

    taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan

    ranah psikomotorik.

    1. Ranah Kognitif

    Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan

    kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori berikut:

    a. Pengetahuan

    Pengetahuan ini meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang

    luas. Pengetahuan mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah pada ranah

    kognitif.

    b. Pemahaman

    Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi

    pembelajaran. Hasil belajar ini berada pada satu tahap di atas pengingatan materi

    sederhana dan mencerminkan tingkat pemahaman paling rendah.

    c. Penerapan

    Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang

    telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. Hal ini mencakup penerapan

    hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil, dan teori. Hasil

    belajar di bidang ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada

    tingkat pemahaman sebelumnya.

    d. Analisis

    Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-

    bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup

    identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian dan mengenai prinsip-

    prinsip pengorganisasian. Hasil belaja ini mencerminkan tingkat intelektual libih

  • tinggi daripada pemahaman dan penerapan, karena memerlukan pemahaman isi

    dan bentuk struktural materi pembelajaran yang telah dipelajari.

    e. Sintesis

    Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam

    rangka membentuk struktur yang baru. Hasil belajar bidang ini menekankan

    perilaku kognitif dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-

    pola baru.

    f. Penilaian

    Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi

    pembelajaran untuk tujuan tertentu. Hasil belajar di bidang ini adalah paling

    tinggi di dalam hirarkhi kognitif karena berisi unsur-unsur seluruh kategori

    tersebut dan ditambah dengan keputusan tentang nilai yang didasarkan pada

    kriteria yang telah ditetapkan secara jelas.

    2. Ranah afektif

    Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai.

    Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hirarkhi yang berentangan dari

    keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan

    pembelajaran afektif adalah sebagai berikut:

    a. Penerimaan, mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan

    atau fenomena tertentu. Dari sudut pandang pembelajaran, ia berkaitan dengan

    memperoleh, menangani, dan mengarahkan perhatian siswa. Penerimaan ini

    mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah di dalam ranah afektif.

    b. Penanggapan, mengacu pada partisipasi aktif pada diri siswa. Hasil belajar di

    bidang ini adalah penekanan pada kemahiran merespon, keinginan merespon,

  • atau kepuasan dalam merespon. Tingkat yang lebih tinggi dari kateori ini adalah

    mencakup tujuan pembelajaran yang umumnya diklasifikasikan ke dalam minat

    siswa, yakni: minat yang menekankan pencarian dan penikmatan kegiatan

    tertentu.

    c. Penilaian, berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena

    atau perilaku tertentu pada siswa. Penilaian didasarkan pada internalisasi

    seperangkat nilai tertentu, namun menunjukkan nilai-nilai yang diungkapkan di

    dalam perilaku yang ditampakkan oleh siswa. Hasil belajar di bidang ini

    dikaitkan dengan perilaku yang konsisten dan cukup stabil di dalam membuat

    nilai yang dapat dikenali secara jelas. Tujuan pembelajaran yang diklasifikasi ke

    dalam sikap dan apresiasi akan masuk ke dalam kategori ini.

    d. Pengorganisasian, berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda,

    memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem

    nilai yang konsisten secara internal. Hasil belajar ini dapat berkaitan dengan

    konseptualisasi nilai atau pengorganisasian sistem nilai. Tujuan pembelajaran

    yang berkaitan dengan pengembangan pandangan hidup dapat dimasukkan

    dalam kategori ini.

    e. Karakeristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai

    yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah

    lakunya. Perilaku pada tingkat ini adalah bersifat persuasif, konsisten dan dapat

    diramalkan. Hasil belajar pada tingkat ini mencakup berbagai aktivitas yang luas,

    namun penekatan dasarnya adalah pada kekhasan perilaku siswa atau siswa

    memiliki karakteristik yang khas.

  • 3. Ranah Psikomotorik

    Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan

    fisik seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

    Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih

    dengan ranah kognitif dan afektif.

    Menurut Elizabeth Simpson dalam Catharina (2006:10), kategori jenis

    perilaku untuk ranah psikomotorik yaitu:

    a. Persepsi, berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh

    petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

    b. Kesiapan, mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini

    mencakup kesiapan mental, kesiapan jasmani, dan kesiapan mental.

    c. Gerakan terbimbing, berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar

    keterampilan kompleks. Ia meliputi peniruan mengulangi tindakan yang

    didemonstrasikan oleh guru dan mencoba-coba.

    d. Gerakan terbiasa, hasil belajar pada tingkat ini berkaitan dengan keterampilan

    unjuk kerja dari berbagai tipe, namun pola-pola gerakannya kurang kompleks

    dibandingkan dengan tingkatan berikutnya yang lebih tinggi.

    e. Gerakan kompleks, berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari tindakan

    motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. Kecakapan

    ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan, dan yang memerlukan

    energi minimum.

    f. Penyesuaian, berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik

    sehingga individu siswa dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan

    persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

  • g. Kreativitas, mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan

    dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Hasil belajar pada tingkat

    ini menekankan aktivitas yang didasarkan pada keterampilan yang benar-benar

    telah dikembangkan.

    Beberapa fungsi hasil belajar, adalah sebagai berikut:

    1. Hasil belajar sebagai indikator kuantitas dan kualitas pengetahuan yang telah

    dikuasai oleh siswa.

    2. Hasil belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu.

    3. Hasil belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, asumsinya

    bahwa hasil belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan

    mutu pendidikan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Herman Hudoyo,1990:8)

    Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor:

    1. Faktor dalam diri individu atau faktor dari dalam peserta didik

    Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari

    individu, aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu,

    sedangkan aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-

    kemampuan intelektual, sosial, psikomotorik serta kondisi afektif dan konatif dari

    individu.

    2. Faktor lingkungan

    Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri

    siswa, baik faktor fisik maupun sosial psikologis yang berada pada lingkungan

    keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah memegang peranan

    penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi

  • sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar,

    suasana, dan pelaksanaan kegunaan belajar mengajar.

    Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa

    diantaranya adalah faktor guru. Dalam hal ini guru hendaknya dapat

    menggunakan teknik penyajian materi pelajaran secara sistematif yang dapat

    menunjang proses belajar, sehingga dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

    Keberhasilan suatu proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh adanya variasi

    model pembelajaran yang dipakai oleh guru.

    F. Keaktifan Siswa

    Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk

    yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan

    dan aspirasinya sendiri. Maka belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak

    bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif

    mengalami sendiri.

    Dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk

    selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan

    mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik,

    intelektual, dan emosional. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan

    fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik

    bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan

    sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang

    dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep

    dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

  • Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa bisa berwujud perilaku-perilaku/aktivitas-

    aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya

    mendengarkan dan mencatat. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar macam kegiatan

    siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

    1. Visual activities,

    2. Oral activities,

    3. Listening activities,

    4. Writing activities,

    5. Drawing activities,

    6. Motor activities,

    7. Mental activities,

    8. Emotional activities.

    (Sardiman,2010:101).

    Jadi dengan klasifikasi aktivitas tersebut menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah

    cukup kompleks dan bervariasi, sehingga memungkinkan terjadinya keaktifan siswa

    dalam proses pembelajaran.

    Di samping siswa yang berperan utama, peran guru juga berpengaruh penting

    terhadap terciptanya keaktifan dalam pembelajaran. Maka untuk dapat menimbulkan

    keaktifan belajar pada diri siswa, guru di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku

    berikut:

    1. menggunakan multimetode dan multimedia,

    2. memberikan tugas secara individual dan kelompok,

    3. memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok

    kecil,

  • 4. memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas,

    serta

    5. mengadakan tanya jawab dan diskusi.

    G. Model Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning)

    Model pembelajaran kooperatif adalah model yang terfokus pada penggunaan

    kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

    mencapai tujuan belajar (Nurhadi : 2004 :112). Dalam pembelajaran ini, siswa belajar di

    dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Pembelajaran

    kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan

    memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa

    secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-

    masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi

    aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

    Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil

    yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis

    kelamin, suku / ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok

    tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat

    secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok,

    tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru,

    dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

    Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama

    beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat

    bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang aktif,

    memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan

  • sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi

    pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam

    kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan

    guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan

    materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum

    menguasai materi pembelajaran.

    Pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai

    berikut :

    1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

    belajarnya.

    2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

    3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin

    yang berbeda-beda.

    4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

    Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran yang

    menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu :

    Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

    Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

    tersebut dan memotivasi belajar siswa.

    Fase 2 : Menyampaikan informasi

    Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau

    lewat bahan bacaan.

    Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok

    belajar dan membentuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

  • Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

    Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan

    tugas.

    Fase 5 : Evaluasi

    Guru mengevaluasi cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar

    individu dan kelompok.

    Fase 6 : Memberikan penghargaan

    Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar

    individu dan kelompok.

    (Trianto,2007:48-49).

    Para ahli telah menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan

    kinerja siswa dalam tugastugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami

    konsepkonsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir

    kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok

    bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugastugas

    akademik.

    Ketrampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam

    pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk

    melatihkan ketrampilan ketrampilan kerjasama dan kolaborasi, ketrampilkan

    ketrampilan tanya jawab, serta belajar untuk dapat menghargai satu sama lain.

    H. Model Cooperative Learning Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and

    Composition)

    Model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

    ditempatkan dalam kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari 4-5 tidak dibedakan atas

  • jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini

    sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah dan masing-masing siswa merasa

    cocok satu sama lain.

    Menurut Amin Suyitno (2005 : 12) kegiatan pokok dalam CIRC untuk

    memecahkan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni :

    1. Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca

    2. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang

    diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu

    variabel tertentu

    3. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita

    4. Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut(menuliskan urutan komposisi

    penyelesaiannya)

    5. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi)

    Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC untuk

    melatih siswa meningkatkan keterampilannya dalam menyelesaikan soal cerita, maka

    langkah yang ditempuh seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut:

    1. Guru menerangkan suatu materi pokok tertentu kepada peserta didiknya (misalnya

    dengan metode ceramah).

    2. Guru memberikan latihan soal termasuk cara menyelesaikan soal cerita.

    3. Guru siap melatih peserta didik untuk meningkatkan keterampilan peserta didiknya

    dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan Cooperative Learning tipe CIRC.

    4. Guru membentuk kelompokkelompok belajar peserta didik (Learning Society) yang

    heterogen. Setiap kelompok terdiri atas 4 atau 5 orang

    5. Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal cerita dan membagikannya kepada setiap peserta

    didik dalam kelompok yang sudah terbentuk.

  • 6. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan

    spesifik, sebagai berikut

    a. Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca

    soal cerita tersebut.

    b. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa

    yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan apa yang ditanyakan dengan

    suatu variabel tertentu.

    c. Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita.

    d. Menuliskan penyelesaian soal ceritanya secara urut (menuliskan urutan komposisi

    penyelesaiannya).

    e. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan atau penyelesaian (jika ada yang perlu

    direvisi).

    f. Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru.

    7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (Team Study).

    Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.

    8. Ketua kelompok melaporkan kepada guru tentang keberhasilan atau hambatan yang

    dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan guru dapat memberikan bantuan

    kepada kelompok secara proporsional.

    9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan

    dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.

    10.Guru meminta kepada perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan temuannya di

    depan kelas.

    11.Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator jika diperlukan.

    12.Guru memberikan umpan balik dan evaluasi atas materi yang telah dipresentasikan

    oleh siswa secara singkat (Teaching Group).

  • 13.Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria

    penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang

    dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas (Teams Scores and Teams

    Recognition).

    14.Guru memberikan tugas atau PR soal cerita secara individual kepada para siswa

    tentang materi pokok yang akan dipelajari.

    15.Guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan siswa kembali ke tempat duduk

    masing-masing.

    16.Menjelang akhir waktu pembelajaran guru mengulang secara klasikal tentang

    strategi pemecahan soal cerita.

    17.Siswa bersama guru merangkum pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah

    (Whole Class Unit).

    18.Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan

    (Suyitno, 2005 : 12-13).

    Model CIRC untuk Penerapan konsep Himpunan

    Mata pelajaran matematika kelas VII semester 2 terdiri dari beberapa bab

    dan sub bab, salah satunya adalah pokok bahasan himpunan. Pokok bahasan ini dapat

    diajarkan pada siswa dengan model pembelajaran CIRC. Materi pembelajaran yang

    diajarkan pada siswa dalam penelitian ini adalah himpunan. Tahapan pada model

    CIRC adalah sebagai berikut:

    1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para siswanya.

    2. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang model pembelajaran CIRC .

    3. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok

    4. Guru menjelaskan materi yang akan diajarkan.

  • 5. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap

    kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen tingkat kecerdasan dengan

    mempertimbangkan keharmonisan kerja kelompok.

    6. Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan.

    7. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya/melaporkan kepada guru

    tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Guru dapat memberikan

    bantuan secara individual.

    8. Guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi

    pemecahan masalah.

    Menurut penjelasan-penjelasan di atas,

    kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, yaitu:

    1. Sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

    2. Dominasi guru dalam proses pembelajaran kurang

    3. Pelaksanaan program sederhana

    4. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok

    5. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya

    6. Mengurangi perilaku siswa yang mengganggu

    7. Membantu siswa yang lemah

    8. Meningkatkan hasil belajar.

    Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, yaitu pada saat presentasi

    hanya siswa yang aktif saja yang tampil.

  • I. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

    Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan

    membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan

    cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari.

    Dalam pembelajaran kontekstual terdapat asumsi, antara lain:

    1. Belajar yang baik adalah jika peserta didik terlibat secara pribadi dalam pengalaman

    belajarnya.

    2. Pengetahuan harus ditemukan peserta didik sendiri agar mereka memiliki arti atau

    dapat membuat distingsi berbagai perilaku yang mereka pelajari.

    3. Peserta didik harus memiliki komitmen terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi

    dan berusaha secara aktif untuk mencapainya dalam kerangka kerja tertentu.

    (Suprijono,2009:80).

    Prinsip pembelajaran kontekstual, antara lain:

    1. Adanya ketergantungan

    Ketergantungan merupakan sistem yang mengintegrasikan berbagai komponen

    pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara fungsional.

    2. Adanya keanekaragaman

    Keanekaragaman mendorong berpikir kritis pesera didik untuk menemukan hubungan

    diantara entitas-entitas yang beraneka ragam itu.

    3. Pengaturan diri

    Prinsip ini mendorong pentingnya peserta didik mengeluarkan seluruh potensi yang

    dimilikinya.

    (Suprijono,2009:80-81).

  • Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD)

    penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:

    1. Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

    2. Experiencing, belajar adalah kegiatan mengalami, peserta didik berproses secara

    aktif dengan hal yang dipelajari, berupaya melakukan eksplorasi, mengkaji dan

    berusaha menemukan dan menciptakan hal baru yang dipelajarinya.

    3. Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang

    dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.

    4. Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar

    kelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.

    5. Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan

    pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.

    (Suprijono,2009:83-84).

    Ada tujuh komponen pembelajaran kontekstual, yaitu:

    1. Kontruktivisme

    Pengetahuan dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi. Belajar berbasis

    kontruktivisme menekankan pemahaman pada pola dari pengetahuan.

    2. Inkuiri

    Kata kunci pembelajaran kontekstual salah satunya adalah penemuan. Belajar

    penemuan menunjuk pada proses dan hasil belajar.

    3. Bertanya

    Melalui berbagai pertanyaan peserta didik dapat melakukan probing, sehingga

    informasi yang diperolehnya lebih dalam.

  • 4. Masyarakat Belajar

    Melalui interaksi dalam komunitas belajar proses dan hasil belajar menjadi lebih

    bermakna.

    5. Pemodelan

    Melalui pemodelan peserta didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan.

    6. Refleksi

    Refleksi adalah bagian penting dalam pembelajaran kontekstual.

    7. Penilaian Autentik

    Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

    gambaran perkembangan belajar peserta didik.

    (Suprijono,2009:85-88).

    Alasan pendekatan kontekstual menjadi pilihan:

    1. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan peserta didik menghafal fakta-fakta,

    tetapi sebuah strategi yang mendorong peserta didik mengkonstruksi pengetahuan di

    benak mereka sendiri.

    2. Melalui landasan filosofi konstruktivisme, pendekatan ini menjadi alternative strategi

    belajar yang baru, dimana peserta didik diharapkan belajar melalui mengalami bukan

    menghafal.

    J. Uraian Materi Tentang Himpunan

    1. Diagram Venn

    Himpunan dapat dinyatakan dalam bentuk gambar yang dikenal sebagai diagran

    Venn. Dalam membuat diagram Venn yang perlu diperhatikan, yaitu:

    a. Himpunan semesta (S) digambarkan sebagai persegi panjang dan huruf S

    diletakkan di sudut kiri atas persegi panjang.

  • b. Setiap himpunan yang dibicarakan (selain himpunan kosong) ditunjukkan oleh

    kurva tertutup.

    c. Setiap anggota ditunjukkan dengan noktah (titik).

    d. Bila anggota suatu himpunan banyak sekali, maka anggota-anggotanya tidak perlu

    dituliskan.

    Contoh Soal:

    Kelompok PKK di Desa Mustika Jaya, mendata ibu-ibu yang pandai dalam suatu

    pekerjaan seperti terlihat pada diagram Venn di bawah ini:

    S = {ibu PKK Desa Mustika Jaya}

    R = {ibu yang pandai memasak}

    I = {ibu yang pandai menjahit}

    a. Berapa orang yang pandai memasak?

    b. Berapa orang yang pandai memasak dan menjahit?

    c. Berapa orang yang belum pandai keduanya?

    d. Berapa orang yang hanya pandai menjahit?

    S BA

    HimpunanbiasaHimpunanSemesta

    S

    SIR

    Tuti

    Misnu Ati Tati

    Ade

    Kokom

    Nani

    Jenab

    Munar

    Siti

    Sri

    Yati

  • e. Berapa orang yang hanya pandai memasak?

    Jawab:

    a. ada 6 orang yang pandai memasak

    b. ada 2 orang yang pandai memasak dan menjahit

    c. ada 3 orang yang belum pandai keduanya

    d. ada 3 orang yang hanya pandai menjahit

    e. ada 4 orang yang hanya pandai memasak

    2. Hubungan Antar Himpunan

    Berikut ini akan dipelajari macam-macam hubungan antara himpunan yang satu

    dengan himpunan lainnya.

    a. Himpunan Saling Lepas

    Dua buah himpunan disebut saling lepas atau saling asing bila kedua himpunan itu

    tidak mempunyai anggota persekutuan.

    Himpunan saling lepas dinotasikan dengan // atau b. Himpunan tidak saling lepas

    Dua himpunan tidak saling lepas dapat ditinjau dari dua keadaan, yaitu:

    1) Himpunan yang satu bukan merupakan himpunan bagian yang lain

    Dari dua himpunan itu terlihat bahwa:

    RT, karena 1R tetapi 1T TR, karena 2T tetapi 2R

    S TR

    1 2

    9

    357 12

    10

  • 2) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian dari himpunan yang lain

    Dua himpunan dikatakan tidak saling lepas bila kedua himpunan itu

    mempunyai anggota persekutuan.

    c. Himpunan yang Sama (=)

    Dua himpunan dikatakan sama apabila keduanya mempunyai anggota yang sama.

    Dengan kata lain A = B, apabila AB dan BA. d. Himpunan yang Ekuivalen (~)

    Dua himpunan A dan B yang berhingga dikatakan ekuivalen apabila n(A) = n(B)

    dan dituliskan sebagai A ~ B.

    Contoh Soal:

    Diberikan: B = {bilangan prima antara 10 dan 15}, dan

    K = {bilangan ganjil antara 4 da 9}.

    Dari himpunan-himpunan di atas, apakah pasangan himpunan itu:

    a. sama, b. ekuivalen, c. saling lepas?

    Jawab:

    B = {11, 13} dan K = {5, 7}

    Hal ini berarti n(B)= 2 dan n(K) = 2.

    a. B K, karena BK dan KB. b. Ya, B~K, karena n(B) = n(K) = 2

    S

    K

    T

    1

    76 5

    4 3

    2

  • c. Ya, B // K, karena semua anggota B tidak ada persekutuan dengan semua anggota

    K.

    3. Irisan ( ) a. Pengertian Irisan Dua Himpunan

    Perhatikan dua himpunan di bawah ini:

    P = {a, b, c, d, e, f, g}, Q = {a, c, e, g, h}.

    Terlihat bahwa anggota persekutuan P dan Q adalah a, c, e, dan g. Hal ini berarti P

    dan Q beririsan dan ditulis PQ = {a, c, e, g}. Irisan P dan Q adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota P sekaligus anggota Q, ditulis dengan notasi

    pembentuk himpunan sebagai: PQ = {x | x P dan x Q}. b. Menentukan Irisan Dua Himpunan

    Irisan dua himpunan dapat ditinjau dari persekutuan dua himpunan itu atau dari

    hubungan antar himpunannya.

    1) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain

    SQP

    ab

    d

    f

    c eg

    h

    PQ

    S Q

    P

    1 43

    2

    PQ=P

  • Misalkan P = {1, 2, 3} dan Q = {1, 2, 3, 4}, maka hubungan antara P dan Q

    adalah PQ dan irisan kedua himpunan itu adalah PQ = {1, 2, 3} = P (lihat gambar di atas).

    2) Kedua himpunan sama

    Misalkan P = {r, a, m, t, i} dan Q = {t, i, r, a, m}. Hubungan antara himpunan P

    dan Q adalah P = Q, maka PQ = {t, i, r, a, m} = {r, a, m, t, i} = P = Q (lihat gambar). Diagram Venn untuk PQ dapat dilihat pada gambar di atas. Pada gambar terlihat n(P) = n(Q) = n(PQ) = 5

    3) Kedua himpunan saling lepas

    Misalkan P = {1, 3, 5, 7} dan Q = {a, b, c, d}. Keterhubungan antara P dan Q

    adalah P // Q (saling lepas) dan P ~ Q (ekuivalen), maka PQ = atau PQ = { }(lihat gambar di atas). Diagram Venn untuk PQ, ditunjukkan pada gambar di atas. Pada gambar terlihat bahwa: n(P) = 4, n(Q) = 4, dan n(PQ) = 0.

    4) Kedua himpunan tidak saling lepas, tetapi juga bukan merupakan himpunan

    bagian yang lain

    S QP

    i

    m

    tr a

    PQ = P = Q

    SQP

    1 3

    7 5

    a b

    dc

    PQ=

  • Misalkan: P = {1, 2, 3, 4, 5} dan Q = {2, 3, 6, 7}.

    Keterhubungan antara P dan Q adalah berpotongan atau tidak saling lepas ,

    maka P dan Q = P Q = {2, 3}. Contoh Soal:

    Perhatikan gambar di bawah ini:

    S = {penghuni Hotel Indonesia}

    A = {penghuni yang menyukai teh}

    B = {penghuni yang menyukai kopi}

    Tentukan:

    a. Berapa banyak penghuni yang menyukai teh?

    b. Berapa banyak penghuni yang tidak menyukai kopi tetapi menyukai teh?

    c. Berapa banyak penghuni yang menyukai teh dan kopi?

    d. Berapa banyak penghuni yang tidak menyukai keduanya?

    Jawab:

    a. n(A) = 4

    b. tidak menyukai kopi tetapi menyukai teh = 2

    S A B

    c

    d

    e

    f

    g

    h

    ba

    S QP

    3

    21

    4

    5

    7

    6

  • c. n(AB) = 2 d. tidak menyukai keduanya = 2

    4. Gabungan ( ) Operasi gabungan pada himpunan disimbolkan dengan . Misalkan, P = {2, 3, 4, 5} dan Q = {1, 2, 4, 7}, maka P Q = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}.

    Gabungan dua himpunan dapat ditentukan dari keterhubungan antar himpunan

    tersebut. Yaitu:

    a. Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian yang lain

    b. Kedua himpunan sama

    c. Kedua himpunan saling lepas

    d. Kedua himpunan tidak saling lepas, tetapi juga bukan merupakan himpunan bagian

    yang lain.

    5. Komplemen

    Perhatikan Q yang merupakan subset dari S berikut ini.

    S = {Mozart, Bach, Beethoven, Bizett, Strauss, Haydn, Schubert}

    Q = {Bach, Beethoven, Bizett}

    Himpunan S yang anggotanya selain anggota himpunan Q adalah:

    QPS

    12

    4

    3

    5 7

    PQ

  • {Mozart, Strauss, Haydn, Schubert}. Himpunan bagian dari S ini disebut komplemen

    Q dan ditulis Q (atau Qc) Q dibaca komplemen Q atau bukan Q. 6. Banyaknya Anggota Irisan, Gabungan, Komplemen dan Selisih

    Untuk menentukan banyaknya anggota dari irisan, gabungan, komplemen, dan selisih

    dari dua himpunan atau lebih, dapat digunakan diagram Venn atau rumusan dari

    operasi himpunan tersebut.

    Contoh:

    Dari diagram venn di atas diperoleh:

    Banyaknya anggota himpunan A adalah n(A) = p

    Banyaknya anggota himpunan B adalah n(B) = q

    Banyaknya anggota himpunan AB adalah n(AB) = r Banyaknya anggota himpunan AB adalah

    n(AB) = (p r) + r + (q r) = p r + r + q r

    = p + q r

    n(AB) = n(A) + n(B) n(AB) Jadi, rumus banyaknya anggota himpunan AB dan AB ditentukan oleh: n(AB) = n(A) + n(B) n(AB) n(AB) = n(A) + n(B) n(AB) n(AB) = n(S) n(AB)

    A B

    rpr qr

    n(A B)

    n(A B)S

  • Contoh Soal:

    Di kelas 1A terdapat 37 siswa di mana 7 orang gemar IPA, 4 orang gemar matematika

    tetapi tidak gemar IPA, dan 5 orang gemar keduanya.

    Tentukan banyaknya siswa yang:

    a. gemar IPA tapi tidak gemar matematka,

    b. gemar matematika,

    c. tidak gemar matematika,

    d. gemar matematika atau IPA,

    e. tidak gemar keduanya

    Jawab:

    Misalkan:

    S = himpunan siswa kelas 1A.

    P = himpunan siswa yang gemar IPA.

    M = himpunan siswa yang gemar matematika.

    n(S) = 37, n(P) = 7, n(M P) = 4, dan n(PM) = 5 a. Banyaknya siswa yang gemar IPA tetapi

    tidak gemar matematika:

    n(P M) = n(P) n(PM) = 2 orang b. Banyaknya siswa yang gemar matematika

    n(M) = n(M P) + n(PM) = 4 + 5 = 9 orang.

    c. Banyaknya siswa yang tidak gemar matematika

    n(M) = n(S) n(M)

    MPS

    7 5=2

    452

    5+4=9

    452

    MPS

  • = 37 9 = 28 orang.

    d. Banyaknya siswa yang gemar matematika atau IPA

    n(PM) = n(P) + n(M) n(PM) = 7 + 9 5

    = 11 orang.

    e. Banyaknya siswa yang gemar keduanya

    n(PM) = n(S) n(PM) = 37 11

    = 26 orang.

    K. Kerangka Berfikir

    Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka

    dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut.

    Pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan guru mata

    pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya, yang

    didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

    kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat

    beragam agar tejadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan

    siswa dalam mempelajari matematika tersebut (Suyitno, 2004:2).

    Keberhasilan sebuah proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    terutama siswa, fasilitas, guru, metode, system evaluasi. Faktor-faktor itu saling berkaitan

    langsung dan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Efektifitas

    dan efisiensi proses pembelajaran itu juga harus dilakukan melalui pemaduan seluruh

    faktor.

  • Salah satu faktor yang berpengaruh kuat terhadap ketercapaian keberhasilan itu

    adalah faktor pilihan metode. Pilihan metode yang tepat atau mampu memberikan

    motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini berarti akan sangat

    membantu siswa dalam meningkatkan daya serap terhadap sebuah materi pokok yang

    disampaikan guru.

    Mengingat kemampuan siswa dalam menyerap informasi berbeda-beda maka

    pemilihan metode harus disesuaikan dengan kondisi siswa dan pokok bahasan yang

    menjadi materi ajar, apalagi dalam pembelajaran matematika, proses pembelajaran tidak

    cukup hanya melalui tranfer ilmu atau informasi saja. Proses pembelajaran matematika

    harus lebih diarahkan kepada latihan-latihan soal, agar siswa terbiasa menghadapi

    persoalan atau kasus. Semakin sering siswa berhadapan dengan persoalan, akan semakin

    membantu siswa dalam memecahkan persoalan dan mengintegrasikan suatu persoalan

    terhadap persoalan lain.

    Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat, yang diharapkan

    dapat membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan secara aktif. Dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual

    dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bekerjasama dalam mengerjakan

    tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab

    dan lebih aktif.

    Dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe CIRC dengan

    pendekatan kontekstual ini awalnya guru memberikan materi tentang Himpunan dan

    indikator pencapaian konsep yang ingin dicapai. Selanjutnya guru membagi kelas

    menjadi beberapa kelompok. Setelah itu, guru membagi tugas berupa soal cerita yang

    berkaitan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata kepada setiap kelompok. Guru

    berkeliling mengawasi, membimbing dan membantu kelompok dalam mengerjakan

  • tugas. Setiap ketua kelompok melaporkan kepada guru tentang keberhasilan atau

    hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Setelah selesai guru meminta kepada

    perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikannya di depan kelas. Dengan

    langkah-langkah tersebut diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan

    pendekatan kontekstual ini dapat:

    1. Meningkatkan daya serap siswa terhadap mata pelajaran matematika.

    2. Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

    3. Memupuk keberanian siswa untuk berinisiatif dan mengembangkan rasa tanggung

    jawab.

    4. Siswa terbiasa menghadapi kasus, sehingga membantu siswa dalam memecahkan

    kasus dan mengintegrasikan suatu kasus terhadap kasus yang lain.

    L. Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas, maka dapat diambil suatu hipotesis

    tindakan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC

    (Cooperative Integrated Reading and Composition) dengan pendekatan kontekstual pada

    materi pokok himpunan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas

    VIIB semester 2 SMP Negeri 4 Juwana Pati.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

    Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP N 4 Juwana Pati

    dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII B semester 2 SMP N 4 Juwana Pati

    tahun pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 40 siswa.

    B. Faktor Penelitian

    Agar mampu menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini, maka faktor

    yang akan diteliti yaitu:

    1. Faktor siswa

    Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah materi pokok himpunan,

    keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan kerjasama antara siswa dalam suatu

    kelompok tersebut.

    2. Faktor guru

    Melihat cara guru dalam mengembangkan penerapan model pembelajaran CIRC

    dengan pendekatan kontekstual, penguasaan materi, kemampuan membimbing dan

  • berkomunikasi dengan siswa, menarik kesimpulan dan kesesuaian pelaksanaan

    pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran.

    C. Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian berupa penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat

    komponen pokok yaitu: perencanaan (Planning), tindakan (acting), pengamatan

    (observing), dan refleksi (reflektion). Hubungan antara keempat komponen tersebut

    menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Siklus inilah yang

    sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan. Ada dua siklus yang

    dirancang dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu siklus I dan siklus II. Hal ini

    dilakukan untuk mengetahui peningkatan model kooperatif tipe Cooperative Integrated

    Reading and Composition dengan pendekatan Kontekstual dan hasil belajar siswa pada

    kompetensi dasar Himpunan. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan,

    pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

    Berikut ini akan diuraikan secara singkat untuk masing-masing siklus:

    1. Siklus I

    a. Perencanaan

    1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, dalam hal ini peneliti memilih pokok

    bahasan himpunan.

    2) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan

    implementasi pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual

    pada materi himpunan.

    3) Merancang pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa

    dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa.

    59

  • 4) Membuat soal evaluasi yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan.

    5) Menyusun lembar kerja, angket, dan lembar observasi. Lembar kerja akan

    diberikan kepada siswa yang digunakan untuk menyelesaikan soal yang sesuai

    dengan tahapan pemecahan soal dan lembar observasi yang akan digunakan oleh

    peneliti adalah lembar pengamatan dan lembar observasi keaktifan siswa.

    b. Pelaksanaan Tindakan

    1) Guru memberikan motivasi mengenai pentingnya materi himpunan untuk

    kehidupan sehari-hari.

    2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi.

    3) Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model

    pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual sebagai

    suatu variasi model pembelajaran.

    4) Guru melakukan tanya jawab untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa

    tentang materi himpunan.

    5) Guru menyajikan materi himpunan secara garis besar (komponen teaching

    group).

    6) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang telah di

    dapatnya.

    7) Guru memberikan contoh latihan soal dan meminta siswa untuk menemukan dan

    menyelesaikannya sendiri.

    8) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen, setiap

    kelompok terdiri dari 5 orang.

  • 9) Guru membagikan soal-soal materi himpunan yang berkaitan dengan masalah

    kontekstual

    10) Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan

    spesifik sebagai berikut :

    a) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling

    membaca soal.

    b) Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita.

    c) Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita.

    d) Menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut (menuliskan urutan

    komposisi penyelesaiannya).

    e) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan atau penyelesaian (jika ada yang

    perlu direvisi).

    11) Guru berkeliling memberi motivasi, membimbing dengan instruksi seminimal

    mungkin ser