untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa … · 2017. 4. 11. · matematika pada materi...

21
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SDN BENER 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Oleh Habib Rifai 292012037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

10 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

    UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    SISWA SDN BENER 02 KECAMATAN TENGARAN

    KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II

    TAHUN PELAJARAN 2015/2016

    SKRIPSI

    Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

    Oleh

    Habib Rifai

    292012037

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • i

  • ii

  • iii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

    UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    SISWA SDN BENER 02 KECAMATAN TENGARAN

    KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II

    TAHUN PELAJARAN 2015/2016

  • iv

  • v

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

    UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

    SISWA SDN BENER 02 KECAMATAN TENGARAN

    KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II

    TAHUN PELAJARAN 2015/2016

    Habib Rifai, Erlina Prihatnani

    [email protected]

    Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP

    Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

    ABSTRAK

    Pembelajaran yang berfokus pada guru tanpa adanya proses mengkonstruk

    pengetahuan oleh siswa sendiri menjadi dasar penelitian dengan

    menggunakan model Discovery Learning sebagai upaya tindak lanjut untuk

    meningkatkan rendahnya hasil belajar matematika. Tujuan penelitian ini

    adalah untuk menyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan sintaks

    Discovery Learning dan KTSP 2006, serta melaksanaan pembelajaran sesuai

    perencanaan tersebut guna meningkatkan hasil belajar matematika siswa

    kelas IV SDN Bener 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester

    II Tahun Pelajaran 2015/2016. Model DL diterapkan dalam pembelajaran

    matematika pada materi bangun ruang.Penelitian ini termasuk Penelitian

    Tindakan Kelas (PTK). Model PTK yang digunakan adalah model Spiral

    Kemmis & Mc Taggart dengan 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,

    observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Bener

    02 yang berjumlah 21 siswa pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.

    Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dokumentasi,

    observasi, dan tes. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

    kualitatif untuk mendeskripsikan pra siklus, siklus 1, siklus 2, serta antar

    siklus.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kelas meningkat dari pra

    siklus 63,2 menjadi 67,5 pada siklus 1 dan menjadi 81,5 pada siklus 2. Selain

    itu, persentase ketuntasan klasikal juga meningkat dari pra siklus 38%

    menjadi 48% pada siklus 1 dan menjadi 81% pada siklus 2. Pada siklus 2

    rata-rata kelas telah mencapai KKM (71) dan telah memenuhi kriteria

    ketuntasan minimal 75%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

    penyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan sintaks DL dan KTSP

    2006, serta pelaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan tersebut dapat

    meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Bener 02

    Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran

    2015/2016.

    Kata Kunci: Discovery Learning, Hasil Belajar Matematika, Penelitian Tindakan Kelas

    (PTK)

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Masalah

    Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 menyebutkan bahwa salah satu cita-

    cita bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Artinya, Indonesia memiliki

    1

  • vi

    cita-cita untuk menjadi negara yang memiliki Sumber Daya Manusia yang cerdas. Hal itu

    dapat dicapai salah satunya melalui pendidikan.

    Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari proses pembelajaran di kelas. Proses

    pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar merupakan salah satu faktor yang dapat

    mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan pada jenjang selanjutnya. Proses pembelajaran

    telah diatur dalam Permendiknas No. 14 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan

    Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa guru hendaknya

    menciptakan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan

    memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

    prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

    serta psikologis peserta didik. Standar ini juga harus digunakan termasuk dalam

    melaksanakan pembelajaran matematika. Standar isi pembelajaran matematika telah diatur

    dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan tersebut

    menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika pada SD/MI/Paket A atau bentuk lainya yang

    sederajat dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan

    teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang krit is, kreatif

    dan inovatif. Namun tidak semua pembelajaran matematika telah memenuhi standar proses

    dan standar isi tersebut. Salah satu diantaranya terjadi dalam pembelajaran matematika pada

    siswa kelas IV SD Negeri Bener 02.

    Hasil observasi dalam pembelajaran matematika siswa kelas IV di SDN Bener 02

    yang dialaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 5-8 Februari 2016 menunjukkan bahwa

    proses pembelajaran matematika di kelas belum berjalan interaktif, inspiratif dan juga belum

    memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipsi secara aktif. Proses pembelajaran yang

    tidak berfokus pada siswa namun justru guru yang mendominasi pelaksanaan proses belajar.

    Hal itu dapat dilihat dari bagaimana guru langsung memberikan dan menjelaskan materi,

    siswa hanya duduk dan mendengar untuk menerima materi. Proses pembelajaran matematika

    yang terjadi di kelas tersebut adalah proses tranfer (perpindahan) pengetahuan/informasi dari

    guru ke siswa tanpa adanya upaya guru untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa

    guna mempelajari konsep baru. Proses pembelajaran yang terjadi selanjutnya adalah

    pemberian contoh soal dari penerapan konsep yang diberikan. Seperti halnya dalam

    mempelajari konsep, pada tahap ini pun guru masih merupakan pihak yang paling

    mendominasi. Hal ini dapat dilihat bagaimana guru sebagai pihak yang mengajukan

    pertanyaan dan guru pula yang menyelesaikan soal tersebut. Peran siswa dalam pembelajaran

    matematika hanya terlihat dari proses soal latihan, itu pun terbatas. Siswa hanya

    2

  • vii

    menyelesaikan soal yang sesuai dengan contoh dan jika ada variasi soal lainnya, maka

    kembali guru yang harus menyelesaikannya untuk memberikan contoh.

    Keberhasilan proses pembelajaran salah satunya dapat diukur dengan dari hasil

    belajar. Hasil belajar menurut Dzamarah dan Zain (2006) adalah perolehan skor yang dicapai

    siswa ketika maupun setelah mengikuti kegiatan belajar yang menunjukan gambaran

    penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan dari hasil instrumen yang digunakan

    sebagai alat pengukur keberhasilan. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Nawawi

    (Susanto, 2013:5) hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan siswa dalam mempelajari

    pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes tentang materi

    pelajaran tertentu. Adapun menurut Sudjana (Kunandar, 2011:276), hasil belajar adalah suatu

    akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang

    disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Dari pendapat-

    pendapattersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu perolehan atau

    keberhasilan siswa dalam mempelajari materi yang didapat siswa ketika maupun setelah

    mengikuti kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dengan

    menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana.

    Hasil belajar dari proses pembelajaran matematika di SDN Bener 02 kelas IV tersebut

    tidak optimal. Berdasarkan data dari daftar nilai guru terlihat sebagian besar (62%) mencapai

    nilai di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 71. Rata-rata matematika yang dicapai 21 siswa

    kelas IV hanya sebesar 63,2. Oleh karena itu perlu adanya upaya tindak lanjut dari

    permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika siswa kelas IV di SD Negeri

    Bener 02.

    Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, menurut Wasliman

    (2007:158) hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik adalah hasil interaksi dari berbagai

    faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor Internal merupakan faktor yang

    bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor

    internal ini meliputi: kecerdasan, kebiasaan belajar, motivasi belajar, ketekunan, minat dan

    perhatian, sikap, serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor Eksternal merupakan faktor yang

    berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah,

    dan masyarakat. Oleh karena itu dipilihlah salah satu faktor eksternal yaitu penerapan model

    pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran yang dipilih adalahmodel

    pembelajaran yang sesuai dengan standar proses dan standar isi, namun juga memperhatikan

    hakikat belajar matematika, dengan tidak menegsampingkan karakteristik siswa.

    3

  • viii

    Menurut paham kontruktivisme, pengetahuan tidak bisa dipindahkan dari guru ke

    siswa (Suparno, 2004). Belajar menurut paham ini adalah bagaimana siswa

    mengkonstruksikan suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan

    peran guru hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam menciptakan iklim belajar

    yang kondusif (Heruman, 2013:5). Dari segi karakteristik siswa, siswa SD kelas IV berusia 9-

    11 tahun. Menurut teori Piaget (Schunk, 2012:333), siswa dengan usia ini masuk dalam

    kategori tahap operasional konkrit. Artinya, siswa pada tahap ini harus belajar dengan

    diarahkan pada hal yang bersifat konkrit. Pada tahap ini siswa sudah dapat melakukan

    pemecahan masalah yang agak komplek selama masalah itu konkrit dan tidak abstrak.

    Menurut Bruner (Heruman, 2013:4), belajar matematika tidak lepas dari belajar

    konsep. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep

    menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu, siswa harus lebih banyak diberi

    kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut. Dalam belajar, siswa tidak menerima,

    tetapi mengkonstruk sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Oleh karena itu diperlukan model

    pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruk sendiri bukan sekedar

    menerima pembelajaran itu. Salah satu model pembelajaran yang menekankan konsep

    tersebut adalah model pembelajaran Discovery Learning (DL).

    Discover berarti menemukan, sedangkan Discovery adalah penemuan. Oleh karena itu,

    Illahi (2012: 33-34) mendefinisikan DL sebagai salah satu model yang memungkinkan para

    anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menggunakan

    proses mentalnya untuk menemukan suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari. Menurut

    Wilcox (Hosnan, 2014: 281), pembelajaran DL mendorong siswa untuk belajar sebagian

    besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan

    guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang

    memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

    Syah (Hosnan, 2014:289) mengatakan bahwa terdapat 6 hal yang harus ada dalam

    pembelajaran DL yaitu pertama Problem Statement(pernyataan/ identifikasi masalah),siswa

    mengidentifikasi berbagai permasalahan, kemudian dipilih salah satu dan dirumuskan dalam

    bentuk hipotesis. KeduaStimulation(stimulasi/pemberian rangsangan), siswa dihadapkan pada

    sesuatu yang menimbulkan kebingungan agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri,

    serta siswa diberi pertanyaan dan diminta untuk membaca buku atau mendengarkan uraian

    yang menunjang dalam persiapan pememcahan permasalahan.Ketiga Data Collection

    (pengumpulan data), siswa mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan, seperti

    membaca literatur, mengamati objek, melakukan wawancara dengan nara sumber, melakukan

    4

  • ix

    uji coba sendiri, dan lain sebagainya. Keempat Data Prosesing (pengolahan data),siswa

    melakukan pengolahan, penafsiran, pengklasifikasian, pemprosesan, penghitungan,

    pengacakan, dan penyusunan data untuk mendapatkan jawaban sementara dari persoalan yang

    diajukan.Kelima Verifikation(pembuktian), siswa melakukan pemeriksaan secara cermat

    untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis/jawaban semetara yang telah ditetapkan

    dengan mengkonsultasikan kepada guru. Keenam Generalisation (menarik

    kesimpulan/generalisasi), siswa diberi kesempatan untuk menarik kesimpulan untuk dijadikan

    prinsip umum agar dapat digunakan dalam memecahkan semua masalah yang sama. Terdapat

    3 ciri utama dalam DL (Hosnan, 2014:284) yaitu 1) mengekplorasi dan memecahkan masalah

    untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan, 2) berpusat pada

    siswa, dan 3) kegiatan menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama.

    Kelebihan model pembelajaran Discovery Learning menurut Marzaro (Hosnan, 2014:

    288) yaitu siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan, menumbuhkan

    sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan), mendukung kemampuan problem

    solving siswa, memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan

    demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar,

    materi yang dipelajari dapat mencapai kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas

    karena siswa dilibatkan dalam proses penemuan, siswa belajar bagaimana belajar (learn how

    to learn), belajar menghargai diri sendiri, memotivasi diri dan mudah untuk mentranfer,

    pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat, hasil belajar discovery mempunyai efek

    tranfer yang lebih baik daripada hasilnya, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan

    untuk berpiir bebas, serta melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk

    menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

    Selain kelebihan terdapat kekurangan dari model pembelajaran Discovery Learning.

    Kekurangan model pembelajaran Discovery Learningmenurut Hosnan (2014: 288-289) yaitu

    guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara guru dengan

    siswa, menyita waktu banyak, menyita pekerjaan guru, tidak semua siswa mampu melakukan

    penemuan, tidak berlaku untuk semua topik, model Discovery Learning membutuhkan waktu

    yang lebih lama daripada ekspositori, kemampuan berpikir siswa ada yang masih terbatas,

    kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitas, terlalu cepat pada suatu kesimpulan,

    faktor kebudayaan atau kebiasaan yang masih menggunakan pola pembelajaran lama, tidak

    semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih

    terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah, serta tidak semua topik cocok

    5

  • x

    disampaikan dengan model ini. Umumnya, topik-topik yang berhubungan dengan prinsip

    dapat dikembangkan dengan model penemuan.

    Keberhasilan model pembelajaran DL untuk meningkatkan hasil belajar sudah

    dibuktikan dalam beberapa penelitian, diantaranya penelitian Khadijah, Cita, dan Iriyanto.

    Khadijah (2015) menerapkan DL pada siswa kelas IV dalam mata pelajaran matematika pada

    materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Adapun penelitian Cita (2013) dan Iriyanto

    (2012) berturut-turut menerapkan DL pada siswa kelas IV dan kelas VI dalam mata pelajaran

    matematika pada materi bangun ruang dan materi titik koordinat.

    Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika siswa kelas

    IV SDN Bener 02, maka dilakukan penelitian dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran

    guna meningkatkan hasil belajar. Adanya teori dan hasil penelitian tentang DL menjadi dasar

    pemilihan model DL sebagai model yang akan diterapkan pada pembelajaran matematika

    dalam upaya tindak lanjut atas permasalahan yang terjadi. Penelitian ini diberi judul

    “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

    Matematika Siswa Kelas IV SDN Bener 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

    Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”.

    Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian

    ini yaitu untuk menyusunan rencana pembelajaran yang sesuai dengan sintaks Discovery

    Learning dan KTSP 2006, serta melaksanaan pembelajaran sesuai perencanaan tersebut dapat

    meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Bener 02 Kecamatan Tengaran

    Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

    Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.

    Berikut uraian dari keduanya.

    1. Manfaat Teoritis

    Penerapan Discovery Learning dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika di

    kelas. Perbaikan proses pembelajaran matematika diharapkan dapat berdampak pada

    peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran hendaknya dapat

    meningkatkan kualitas pendidikan sehingga semakin mendekatkan Indonesia dalam meraih

    cita-cita untuk mencerdas kehidupan bangsa.

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian dalam penerapan model pembelajaran Discovery Learning ini

    diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak. Bagi siswa, diharapkan penelitian ini

    6

  • xi

    dapat bermanfaat untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruk

    pengetahuan yang dipelajari, memberi kesempatan seluas-luasnya untuk siswa dapat belajar

    dengan aktif, serta membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

    Selain bermanfaat bagi siswa, penerapan Discovery Learning pada penelitian ini

    diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, untuk memberikan informasi tentang model

    pembelajaran Discovery Learning, memberi gambaran tentang penerapan model pembelajaran

    Discovery Learning pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang, dan bahan

    referensi yang dapat menginspirasi guru untuk mendesain dan melaksanakan model

    pembelajaran Discovery Learning pada materi selanjutnya.

    Penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi sekolah dan peneliti lain. Bagi

    sekolah, diharapkan dapat mengadakan workshop penyusunan perencanaan pembelajaran

    inovatif khususnya Discovery Learning bagi guru lainnya agar dapat meniru kompetensi

    pedagogik guru di sekolah tersebut. Bagi penelitian lain, diharapkan penelitian ini dapat

    dijadikan sebagai bahan rujukan yang dapat memperkuat landasan teori penelitian terkait

    dengan Discovery Learning.

    METODE PENELITIAN

    Jenis Penelitian

    Jenis Penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

    Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    merupakan suatu bentuk tindakan refleksi diri yang dilakukan dengan penyelidikan sistematis

    oleh guru atau orang lain yang bertujuan untuk memecahkan masalah nyata yang berfokus

    pada suatu kelas. PTK dalam penelitian ini menggunakan model spiral Kemmis & Mc

    Taggart. Penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 komponen

    (Kunandar, 2011: 70), yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), observasi dan refleksi.

    Siklus ini akan berjalan terus dengan tahap berurutan sampai mencapai tujuan yang

    ditentukan , sesuai dengan indikator kinerja.

    Subjek dan Karakteristik Subjek Penelitian

    Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri

    Bener 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Jumlah siswa yang terdapat di SD

    tersebut yaitu sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 11 laki-laki dan 10 perempuan.

    Karakteristik subjek penelitian, siswa kelas IV di SDN Bener 02 tahun pelajaran

    2015/2016 diantaranya adalah rasa ingin tahu, kepedulian, kerjasama dan aktif. Aktif dan rasa

    ingin tahu siswa dapat dilihat dari bagaimana siswa berani bertanya di luar pelajaran.

    7

  • xii

    Kepedulian dan kerjasama siswa tampak dari bagaimana siswa saat melakukan piket pulang

    sekolah, siswa saling membantu dan membagi tugas.

    Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini dapatb dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu variabel

    bebas dan variabel terikat. Penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model

    pembelajaran Discovery Learning.DL dalam penelitian ini diartikan sebagai model

    pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Bener 02.

    Sedangkan yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika

    siswa kelas IV SD Negeri Bener 02. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini

    didefinisikan sebagai faktor yang dipengaruhi dari model pembelajaran DL.

    Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

    Data dalam penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif

    berasal dari lembar observasi aktifitas siswa dan lembar observasi guru dalam menggunakan

    metode pembelajaran Discovery Learning, data kuantitatif berupa tes hasil belajar siswa.

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    dokumentasi, metode observasi, dan metode tes.Metode dokumentasi dalam penelitian ini

    digunakan untuk mendapatkan hasil perolehan nilai matematika sebelum diberi tindakan (nilai

    para siklus).Metode observasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian

    perencanaan pembelajaran dengan sintaks DL berdasarkan KTSP pelaksanaan pembelajaran

    dengan rencana yang telah disusun, serta aktifitas yang dilakukan guru dan siswa saat

    pelaksanaan pembelajaran.Metode tes digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil

    belajar yang diperoleh siswa setelah adanya tindakan.

    Indikator Kinerja

    Indikator keberhasilan merupakan ketentuan atau patokan yang menentukan bahwa

    penelitian tersebut telah berhasil atau belum. Berikut Indikator keberhasilan yang digunakan

    dalam penelitian ini yaitu rata-rata nilai tes siswa mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 71,

    rata-rata kelas telah mengalami peningkatan setelah pelaksanaan tindakan yang dapat dilihat

    melalui perbandingan pada tiap siklus, dan telah memenuhi syarat minimal klasikal yang

    dapat dilihat dari ketercapaian klasikal siswa yang tuntas mencapai minimal 75%.

    Teknik Analisis Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

    Data kuantitatif digunakan untuk analisis deskriptif guna membandingkan hasil belajar siklus

    1 dan siklus 2. Adapun data kualitatif digunakan untuk analisis deskriptif guna

    mendeskripsikan hasil observasi dan refleksi dari tiap siklus.

    8

  • xiii

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pra Siklus

    Peneliti melakukan observasi selama 3 hari pada mata pelajaran matematika di SDN

    Bener 02. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika di kelas IV

    matematika belum berfokus pada siswa namun justru guru yang mendominasi pelaksanaan

    proses belajar.Hal itu dapat dilihat dari bagaimana guru langsung memberikan dan

    menjelaskan materi, siswa hanya duduk dan mendengar penjelasan guru. Siswa tidak diberi

    kesempatan untuk mengkonstruk pengetahuan pada materi yang dipelajari. Siswa sebagai

    subjek pembelajaran hanya menerima materi yang disampaikan guru.

    Hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak optimal. Hal ini salah satunya dilihat

    dari rekapitulasi hasil ulangan harian yang ditampilkan pada Tabel 1. Rata-rata dari 21 siswa

    tersebut hanya mencapai 63,9. Nilai ini masih di bawah KKM ditentukan yaitu 71. Selain itu,

    siswa yang masuk dalam kategori tuntas juga hanya mencapai 38%, sedangkan yang 62%

    lainya tidak mencapai KKM. Hal ini tidak sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang

    telah ditetapkan dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDN Bener 02 yang

    menyatakan bahwa suatu kelas dikatakan telah tuntas belajarnya apabila sekurang-kurangnya

    75% siswa telah mencapai KKM.

    Tabel 1

    Data Hasil Belajar Matematika Pra Silkus

    Jumlah Siswa

    Nilai Tertinggi

    Nilai Terendah

    Nilai Rata-Rata Kelas

    Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum

    Tuntas

    Jumlah Persentase Jumlah Persentase

    21 87 33 63,9 8 38% 13 62%

    Siklus 1

    Persiapan dan Pelaksanaan Siklus 1

    Guru menerapkan pembelajaran dengan memperhatikan standar proses KTSP dan

    menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sesuai dengan rencana yang telah

    disusun pada siklus 1. Adapun pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan 3 kali

    pertemuan.Materi yang dipelajari pada siklus 1 adalah sifat-sifat bangun ruang.

    Kegiatan ini diawali dengan mengkondisikan siswa agar mampu menerima pelajaran.

    Dilanjutkan guru dengan menyampaikan pertanyaan yang mendorong siswa untuk

    menemukan pengetahuan sendiriyaitu dengan menanyakan: “Berapa jumlah sisi, rusuk dan

    titik sudut pada bangun ruang kubus, balok, kerucut, tabung, dan bola? Apakah semuanya

    sama?”.Setelah itu siswa dibagi menjadi 5 kelompok yang beranggotakan 4 siswayaitu

    dengan cara guru membagikan gambar benda yang menyerupai bangun ruang kubus, balok,

    9

  • xiv

    kerucut, tabung, dan bola kepada setiap siswa. Siswa diminta untuk mencari dan memilih

    diantara 5 bangun ruang yang telah diletakkan pada tempat yang berbeda sesuai dengan

    kesamaan bentuk dan warna gambar benda yang didapatkan (terbentuk 5 kelompok). Siswa

    selanjutnya diberi stimulus/rangsangan yang membuat siswa menjadi timbul keinginan untuk

    menyelidiki sendiri tentang sifat-sifat bangun ruang yaitu dengan dibagikannya sebuah

    bangun ruang kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya bersama kelompok, siswa

    diminta untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati dan mengidentifikasi (sisi, rusuk,

    dan titik sudut) bangun ruang yang telah didapatkan. Siswa mengolah data dengan

    menganalisis hasil pengamatan dan menuliskannya pada LKS yang telah diberikan, serta

    melengkapi lagu sebagai kesimpulan hasil pengamatan. Guru menjadi fasilitator saat siswa

    sedang melakukan pengolahan data. Siswa memeriksa jawaban sementara yang didapatkan

    saat pengolahan data dengan mempresentasikan di depan kelas yang diawali dengan

    kelompok kubus dan diakhiri kelompok bola dan pada setiap akhir presentasi setiap kelompok

    diakhiri dengan menyanyikan lagu yang telah dilengkapi liriknya. Guru yang mengoreksi

    hasil jawaban siswa saat melakukan presentasi. Selanjutnya siswa menarik kesimpulan

    jawaban tentang sifat-sifat bangun ruang dengan lagu yang telah dinyanyikan siswa saat

    presentasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

    Sebagai kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal pilihan ganda yang diberikan oleh

    guru sesuia dengan indikator pada siklus 1 pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Aktifitas

    siswa pada saat pembelajaran diamati oleh guru, sedangkan aktifitas guru dalam pembelajaran

    diamati oleh observer.

    Observasi dan Refleksi Siklus 1

    Pengamatan ini difokuskan pada aktifitas yang dilakukan siswa pada saat

    pembelajaran, serta aktifitas yang dilakukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

    sesuai dengan perencanaan yang menggunakan model Discovery Learning dalam

    pembelajaran matematika. Hasil rekapitulasi pengisian lembar observasi guru dan rekapitulasi

    pengisian lembar observasi siswa pada siklus dapat dilihatpada Tabel 2 dan Tabel 3.

    10

  • xv

    Tabel 2

    Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi

    Aktifitas Guru Siklus 1

    No. Aspek yang diamati Persentase Kategori

    A. Persiapan

    1. Kesesuaian penyusunan RPP dengan KTSP 82,81% Sangat baik

    2. Kesesuaian penyusunan RPP dengan menggunakan model

    Discovery Learning. 86,11% Sangat Baik

    B. Pelaksanaan

    3. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal 81,25% Sangat Baik

    4. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan inti 86,11% Sangat Baik

    5. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan penutup 66,67% Baik

    C. Penguasaan Kelas

    6. Keterampilan penguasaan kelas 85,71% Sangat Baik

    Tabel 3

    Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi

    Aktifitas Siswa Siklus 1

    Kegiatan

    Kriteria

    Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik

    Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

    Klasikal 10 47,62% 8 38,10% 3 14,29%

    Diskusi Kelompok 5 23,81% 8 38,10% 8 38,10%

    Presentasi 7 33,33% 13 61,90% 1 4,76%

    Individual 2 9,52% 9 42,86% 10 47,62%

    Dari hasil data observasi yang dilakukan pada siklus 1 diperoleh hasil observasi

    sebagai berikut.

    1. Penyusunan RPP sesuai dengan sintaks Discovery Learning dan sesuai KTSP sudah baik.

    2. Pelaksanaan pada siklus 1 sudah terlaksana sesuai dengan rencana.

    3. Beberapa siswa sudah aktif dalam berdiskusi dan mengerjakan LK.

    4. Siswa sudah jujur dan tekun dalam mengerjakan tugas dan tes.

    5. Guru kurang menunjukkan semangat saat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

    6. Keterampilan guru dalam hal mengatur jalannya diskusi dan presentasi masih kurang.

    7. Guru dalam mengambil kesimpulan kurang jelas.

    8. Pembagian tugas siswa saat presentasi masih belum jelas.

    9. Belum optimalnya penggunaan media untuk proses pembuktian saat presentasi.

    10. Siswa kurang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.

    Siklus 2

    Persiapan dan Pelaksanaan Siklus 2

    Guru menerapkan pembelajaran dengan memperhatikan standar proses KTSP dan

    menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sesuai dengan rencana yang telah

    11

  • xvi

    disusun seperti pada siklus 1. Adapun pembelajaran pada siklus 2 dilaksanakan 3 kali

    pertemuan. Namun materi yang digunakan pada siklus 2 berbeda dengan siklus 1 yaitu

    menentukan jaring-jaring kubus dan balok.

    Kegiatan ini diawali dengan mengkondisikan siswa agar mampu menerima pelajaran.

    Dilanjutkan guru dengan menyampaikan pertanyaan yang mendorong siswa untuk

    menemukan pengetahuan sendiri yaitu dengan menanyakan: “Apakah ada rangkaian persegi

    lain yang dapat dibuat kubus?, Ada berapa banyak?” dan “Apakah ada rangkaian persegi

    panjang lain yang dapat dibuat balok?, Ada berapa banyak?”. Setelah itu siswa dibagi menjadi

    4 kelompok yang beranggotakan 5 siswa yaitu dengan cara guru membagi persegi dan persegi

    panjang yang bermacam-macam warnanya kepada setiap siswa secara acak dan siswa

    berkelompok sesuai dengan kesamaan warna yang didapatkan. Siswa selanjutnya

    mengumpulkan dan menyusun persegi dan persegi panjang yang dibagikan kepada setiap

    siswa pada kelompok agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri tentang jaring-jaring

    kubus dan balok. Selanjutnya bersama kelompok, siswa diminta untuk mengumpulkan data

    dengan cara menggabungkan persegi dan persegi panjang yang didapat menjadi satu

    rangkaian jaring-jaring kubus dan balok, serta merangkai bentuk jaring-jaring lain yang dapat

    dibuat kubus dan balok. Siswa mengolah data dengan bekerja dalam kelompok untuk

    menemukan/membuat jaring-jaring kubus dan balok dengan merangkai persegi dan persegi

    panjang yang telah diberikan guru. Guru menjadi fasilitator saat siswa sedang melakukan

    pengolahan data (penemuan). Siswa memeriksa jawaban sementara yang didapatkan saat

    pengolahan data dengan mempresentasikan di depan kelas dengan mempersilahkan kelompok

    yang telah menemukan bentuk jaring-jaring kubus dan balok untuk menggambar di papan

    tulis dan ketika ada kelompok yang menggambar sama dengan yang sudah digambar oleh

    kelompok lain, guru menghentikan proses diskusi dan bertanya “apakah kedua sama?” dan

    membuktikan dengan puzzle (rangkaian persegi/persegi panjang) bahwa itu sama. Selanjutnya

    guru mempersilahkan untuk mencari bentuk yang berbeda. Selanjutnya siswa menarik

    kesimpulan jawaban tentang jaring-jaring kubus dan balok dengan menyimpulkan ciri-ciri

    jaring-jaring bangun kubus dan bukan kubus serta jaring bangun balok dan bukan balok.

    Selanjutnya siswa menggambar bentuk jaring-jaring kubus tersebut pada LK. Guru menutup

    pembelajaran dengan salam.

    Seperti pada siklus 1, kegiatan pada siklus 2 juga diakhiri dengan siswa mengerjakan

    soal. Namun pada siklus 2 soal yang digunakan berupa soal isian yang diberikan oleh guru

    sesuai dengan indikator pada siklus 2 pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Aktifitas siswa

    12

  • xvii

    pada saat pembelajaran diamati oleh guru, sedangkan aktifitas guru dalam pembelajaran

    diamati oleh observer.

    Observasi dan Refleksi Siklus 2

    Pengamatan ini difokuskan pada aktifitas yang dilakukan siswa pada saat

    pembelajaran, serta aktifitas yang dilakukan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

    sesuai dengan perencanaan yang menggunakan model Discovery Learning dalam

    pembelajaran matematika. Hasil rekapitulasi pengisian lembar observasi guru dan rekapitulasi

    pengisian lembar observasi siswa pada siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

    Tabel 4

    Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi

    Aktifitas Guru Siklus 2

    No. Aspek yang diamati Persentase Kategori

    A. Persiapan

    1. Kesesuaian penyusunan RPP dengan KTSP 93,75% Sangat baik

    2. Kesesuaian penyusunan RPP dengan menggunakan model

    Discovery Learning. 88,89% Sangat Baik

    B. Pelaksanaan

    3. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal 87,5% Sangat Baik

    4. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan inti 91,67% Sangat Baik

    5. Pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan penutup 91,67% Sangat Baik

    C. Penguasaan Kelas

    6. Keterampilan penguasaan kelas 87,50% Sangat Baik

    Tabel 5

    Hasil Rekapitulasi Lembar Observasi

    Aktifitas Siswa Siklus 2

    Kegiatan

    Kriteria

    Kurang Baik Cukup Baik Sangat Baik

    Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

    Klasikal 3 14,29% 7 33,33% 11 52,38%

    Diskusi Kelompok 1 4.76% 11 52,38% 9 42,86%

    Presentasi 5 23,81% 9 42,86% 7 33,33%

    Individual 0 0,00% 6 28,57% 15 71,43%

    Dari hasil data observasi yang dilakukan pada siklus 2 diperoleh hasil observasi

    sebagai berikut.

    1. Siswa sudah termotivasi dengan baik.

    2. Siswa menjadi aktif dalam melakukan kegiatan menggunakan model Discovery Learning.

    Antar Siklus

    Perkembangan nilai hasil belajar siswa dari sebelum tindakan (pra siklus), siklus 1,

    dan siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 6.

    13

  • xviii

    Tabel 6

    Perbandingan Hasil Belajar

    Siklus 1 dan Siklus 2

    Siklus Jumlah

    Siswa

    Nilai

    Tertinggi

    Nilai

    Terendah

    Nilai

    Rata-Rata

    Kelas

    Siswa yang

    Tuntas

    Siswa yang

    Belum Tuntas

    Jumlah Persentase Jumlah Persentase

    Siklus 1 21 97 40 67,7 10 48% 11 52%

    Siklus 2 21 100 52 81,4 17 81% 4 19%

    Dari Tabel6terlihat bahwa dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan rata-rata kelas

    dari 67,7 menjadi 81,4 dengan ketuntasan yang juga terjadi peningkatan sebesar 33% yaitu

    dari 48% menjadi 81%. Persentase ketuntasan kelas IV yang dicapai pada siklus 1 ke siklus 2

    tersebut telah mencapai standar yang ditentukan SDN Bener 02 yaitu minimal 75% siswa

    tuntas KKM, serta nilai rata-rata kelas juga telah mencapai KKM yang telah ditentikan yaitu

    71.

    Pembahasan

    Persentase siswa yang tuntas pada Tabel 6 diambil dari nilai tes siklus 1 pada materi

    sifat-sifat bangun ruang menggunakan model discovery learning adalah 48% (10 siswa). Pada

    siklus 2, persentase siswa yang tuntas yang diambil dari tes siklus 2 pada materi jaring-jaring

    bangun ruang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning adalah 81% (17 siswa).

    Tabel 6 menunjukan peningkatan jumlah siswa tuntas dari siklus 1 ke siklus 2. Kondisi

    tersebut juga diiringi dengan menurunnya jumlah siswa yang tidak tuntas mulai dari 11 siswa

    menjadi 4 siswa. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada

    siklus 1 yaitu hanya 48% siswa tuntas dan meningkat pada siklus 2 yaitu menjadi 81% siswa

    tuntas. Hasil tersebut telah memenuhi indikator kinerja pada penelitian ini yaitu 75% tuntas

    dengan KKM 71, sehingga pelaksanaan pembelajaran dihentikan pada siklus 2. Hal ini

    dikarenakan sudah mencapai 3 indikator kinerja yaitu rata-rata kelas secara klasikal telah

    mencapai KKM, jumlah siswa yang mencapai KKM telah mengalami peningkatan, dan 75%

    siswa telah mencapai KKM yang ditentukan.

    PENUTUP

    Simpulan

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SD Negeri Bener 02

    pada mata pelajaran Matematika. Dalam penelelitian ini peneliti menggunakan model

    pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil

    penelitian yang telah dilakukan di SDN Bener 02 dengan subjek siswa kelas IV, maka dapat

    disimpukan bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan sintaks DL dan

    KTSP 2006, serta pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan perencanaan tersebut dapat

    14

  • xix

    meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Bener 02 Kecamatan Tengaran

    Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari

    banyaknya ketuntasan siswa pada siklus 1 sebesar 48% dan naik pada siklus 2 menjadi 81%,

    sehingga telah memenuhi indikator kinerja yaitu minimal 75% dari seluruh siswa telah tuntas.

    Selain itu, rata-rata yang didapat pada siklus 1 sebesar 67,5 dan naik pada siklus 2 sebesar

    81,5. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar pada siklus 1 ke siklus 2 telah mengalami

    peningkatan dan telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 71.

    Saran

    Penelitian ini telah memberikan data empirik bahwa penerapan model pembelajaran

    Discovery Learning dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar

    matematika siswa kelas IV SDN Bener 02. Atas dasar hasil tersebut, maka diajukan saran

    yaitubagi siswa, siswa dapat mengkostruk pengetahuan yang dipelajarinya sendiri, siswa

    dapat belajar dengan aktif, dan siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.Bagi guru, guru

    dapat memahami tentang model pembelajaran Discovery Learning, guru dapat menerapkan

    model pembelajaran Discovery Learning pada mata pelajaran matematika materi bangun

    ruang, dan guru dapat terinspirasi untuk mendesain dan melaksanakan model pembelajaran

    Discovery Learning pada materi selanjutnya.Bagi sekolah, sekolah dapat mengadakan

    workshop penyusunan perencanaan pembelajaran inovatif khususnya Discovery Learning

    bagi guru lainnya agar dapat meniru kompetensi pedagogik guru di sekolah tersebut.Bagi

    peneliti lain, peneliti lain disarankan untuk dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan

    rujukan yang dapat memperkuat landasan teori penelitian terkait dengan Discovery Learning.

    DAFTAR PUSTAKA

    Cita, Tiarani. 2013. Penerapan Metode Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

    SD Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok Bangun Ruang (Penelitian

    Tindakan Kelas di SDN Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat).

    Skripsi. Bandung: FKIP UPI diakses melalui http://repository.upi.edu/1928/ pada

    tanggal 12 Maret 2016 pukul 20.37 WIB.

    Dzamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

    Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja

    Rosdakarya.

    Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:

    Ghalia Indonesia.

    Illahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational

    Skill. Jogjakarta: DIVA Press.

    15

    http://repository.upi.edu/1928/

  • xx

    Iriyanto, Beti. 2012. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Dengan Menggunkan Alat

    Perga Dua Dimensi Dan Metode Penemuan (Discovery) Pada Siswa Kelas IV

    Semester II SD Negeri Posong Kecamatan Tulis Kabupaten Batang Tahun Pelajaran

    2011/2012. Skripsi. Salatiga: FKIP UKSW diakses melalui http://repository.

    uksw.edu/handle/123456789/2136 pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 20.37 WIB.

    Khadijah, Siti. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Discovery Learning

    Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 066046 Medan Helvetia Tahun

    Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Medan: FKIP UNIMED diakses melalui http://digilib.

    unimed.ac.id/bookmark/37093/belajar pada tanggal 12 Maret 2016 pukul 20.37 WIB.

    Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi

    Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

    Schunk, Dale H. 2012. Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar.

    Suparno, Paul. 2004. Filsafat Konstruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

    Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

    Prenada Media Group.

    Wasliman. 2007. Modul Problematika Pendidikan Dasar, Sekolah Pascasarjana Universitas

    Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI Press.

    16