prosiding seminar regional radiologi i

14
PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I Yogyakarta, 27 Januari 2018 Diterbitkan Oleh : D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara, Condong-Catur, Depok, Sleman 55281, Telp (0274)4477701, 4477703, fax (0274) 4477702, email:[email protected] Website: www.gunabangsa.ac.id YOGYAKARTA-INDONESIA

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

PROSIDING

SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

Yogyakarta, 27 Januari 2018

Diterbitkan Oleh :

D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

Jl. Ring Road Utara, Condong-Catur, Depok, Sleman 55281, Telp (0274)4477701, 4477703,

fax (0274) 4477702, email:[email protected]

Website: www.gunabangsa.ac.id

YOGYAKARTA-INDONESIA

Page 2: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

ii

EDITOR/PENILAI

LPPM STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

Dian Wuri Astuti S.Si., M.Sc

REVIEWER

M.Radifar M.Biotech

Darmawati S.T., M.Si (FM)

PRODI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

Alpha Olivia Hidayati S.Si., M.P.H

Muhammad Sofyan S.ST., M.Kes

Siti Arifah M.Kes

Efita Pratiwi Adi S.Pd., M.Sc

Muflihatun S.Si., M.Sc

PROSIDING

Ayu Wita Sari S.Si., M.Sc

Anita Nur Mayani S.Tr. Rad

Devy Novita Ikadari S.Tr. Rad

Alamat Institusi

Jl. Ring Road Utara Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta,

Telp.0274-4477701, 4477703, fax 0274-4477702

Email:[email protected]

Page 3: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk

dan Karunia-Nya sehingga dapat diterbitkan Prosiding Seminar Regional Radiologi I

dengan mengambil Tema “Implementasi Msct Dan Mri Dalam Screening,

Diagnosis Dan Teraphy Planning Pada Pasien Kanker”. Penerbitan prosiding ini

merupakan dokumentasi karya ilmiah para peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang

berkaitan dengan kesehatan dan telah dipresentasikan pada tanggal 27 Januari 2018 di

Hotel Grand Serela Yogyakarta.

Seminar dan presentasi ilmiah ini diselenggarakan yang ke I dan akan menjadi

kegiatan rutin tahunan di program studi diploma tiga teknik radiodiagnostik dan

radioterapi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta dengan tujuan untuk mengetahui

perkembangan aktivitas penelitian yang telah dicapai oleh para peneliti di bidang

kesehatan. Pembukaan kegiatan seminar regional radiologi dan presentasi ilmiah

dilakukan oleh Ketua STIKES Guna Bangsa Yogyakarta dr., R. Soerjo Hadijono,

SpOG(k), DTRM&B(Ch) dan dilanjutkan dengan ceramah umum I dengan judul

INTERPRETASI MRI ONCOLOGY DARI SEGI SCREENING,DIAGNOSIS DAN

THERAPHY PLANNING oleh Dr. Elia Aditya B.K., Sp.Onk.Rad, ceramah umum II

oleh Franky Jacobus Dimpudus, M.MagRes. Tech dengan judul MRI ONCOLOGY

DALAM SCREENING, DIAGNOSIS DAN THERAPHY PLANNING, ceramah

umum III oleh Wahyu Widhianto S.Si dengan judul PERKEMBANGAN

TEKNOLOGI MRI DALAM SCREENING, DIAGNOSIS DAN THERAPHY

PLANNING.

Di dalam buku prosiding ini berisi karya tulis ilmiah yang telah

dipresentasikan dalam seminar regional radiologi I sebanyak 10 makalah yang

disampaikan dalam siding oral dan parallel. Karya tulis ilmiah tersebut berasal dari

STIKES Guna Bangsa (3), UNDIP (3), STIKES Jendral A.Yani (1), UII (1), UNAIR

(1), RS. Kasih Ibu Bali (1). Prosiding ini telah melalui proses penilaian dan editing

oelh dewan editor serta dilengkapi dengan diskusi dan tanya jawab pada saat seminar

berlangsung.

Semoga penerbitan prosiding ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan untuk

lebih memacu dan mengembangkan penelitian yang akan datang. Kepada semua

pihak yang telah ikut membantu penerbitan prosiding ini kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Maret 2018

Editor

Page 4: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

iv

SAMBUTAN

KETUA PROGRAM STUDI D3

TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami

sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Editor dan semua pihak

yang terlibat dalam penyelesaian dan penerbitan prosiding ini. Prosiding ini

merupakan dokumentasi karya ilmiah para penulis yang telah dipresentasikan pada

seminar regional radiologi I pada tanggal 27 Januari 2018 di Hotel Grand Serela

Yogyakarta dengan tema “Implementasi Msct Dan Mri Dalam Screening,

Diagnosis Dan Teraphy Planning Pada Pasien Kanker”.

Prosiding ini ditulis oleh para peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang

berkaitan dengan ilmu kesehatan. Di dalam prosiding ini diungkap beberapa

permasalahan yang mencakup kemajuan dan perkembangan litbang ilmu pengetahuan

di bidang kesehatan. Laporan hasil penelitian dalam prosiding ini diharapkan dapat

menjadi bahan referensi ilmiah dalam meningkatkan penelitian dan pengembangan

iptek bidang kesehatan di masa mendatang guna mendukung pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang kesehatan yang lebih luas.

Akhirnya kami berharap, semoga prosiding ini menjadi acuan yang

bermanfaat bagi berbagai pihak untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

kesehatan diseluruh Indonesia.

Yogyakarta, Maret 2018

Alpha Olivia Hidayati S.Si., M.P.H

Page 5: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

ISSN 2620-8040

v

DAFTAR ISI

Halaman Cover i

Editor ii

Pengantar Editor iii

Sambutan Kepala Prodi D3 Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi iv

Daftar isi v-vi

PENGARUH PENERAPAN METODE DISCHARGE PLANNING TERHADAP

KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE

Jennifa, Agus Santoso

Prodi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro

1-7

SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DOKUMENTASI

ASUHAN KEPERAWATAN

Regista Trigantara

Prodi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro

8-13

UPAYA DALAM MENGURANGI ABSENTEEISME TENAGA PERAWAT

PADA ORGANISASI KERJA

Amalia Mastuty

Prodi Magister Keperawatan Universitas Diponegoro

14-19

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL

YOGYAKARTA

Reni Merta Kusuma, Ristiana Eka Ariningtyas

STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

20-27

HUBUNGAN KESEIMBANGAN TUBUH DENGAN FREKUENSI JATUH

PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA

ABIYOSO YOGYAKARTA

Siti Arifah

STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

28-37

HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ANTIOKSIDAN VITAMIN A, C DAN

E TERHADAP PENANGANAN KNEE OSTEOARTHRITIS : RADIOGRAPHIC

PROGRESSION KNEE OSTEOARTHRITIS

Alpha Olivia Hidayati

STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

38-43

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN HIV/AIDS DI INDONESIA

MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER HIERARKI PADA TRIWULAN 1 TAHUN

2016

Defi Istiyani, Ginanjar Zakiah, Moh Khuailid Yusuf, Annisa Selma Timur Patria, Ika

Fatati Noviara, Edy Widodo

Universitas Islam Indonesia-Yogyakarta

44-50

Page 6: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

ISSN 2620-8040

vi

PENGUJIAN KINERJA PESAWAT MAGNETIC RESONANCE IMAGING DI

PROVINSI BALI

Gusti Bagus Yudhi Jaya Putra Atmaja

RS.Kasih Ibu Tabanan Bali

51-59

PENGUKURAN LAJU PAPARAN RADIASI DAN KEBOCORAN PESAWAT

SINAR-X DI LABORATORIUM RADIOLOGI STIKES GUNA BANGSA

YOGYAKARTA MENGGUNAKAN SURVEYMETER RANGER

Ayu Wita Sari

STIKES Guna Bangsa Yogyakarta

60-64

Page 7: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

PROSIDING

SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I Yogyakarta, 27 Januari 2018

Renni, dkk PISSN 2620-8040 20

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI

DI BANTUL YOGYAKARTA

Reni Merta Kusuma, Ristiana Eka Ariningtyas

Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

[email protected]

ABSTRAKS

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA.

Makanan terbaik bagi bayi baru lahir sampai 6 bulan kehidupannya adalah air susu ibu (ASI).

Kementerian Kesehatan menghimbau agar pemberian ASI dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun.

Asupan ASI yang cukup dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui motivasi ibu dalam memberikan ASI kepada anaknya dan perilaku ibu

saat menyusui. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan antara motivasi dan perilaku ibu dalam

memberikan ASI kepada anaknya. Rancangan penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan

pendekatan cross-sectional menggunakan metode survei untuk menguji hubungan-hubungan yang

terkait antara motivasi memberikan ASI dan perilaku ibu saat menyusui. Sampel sejumlah 202 ibu

menyusui yang memiliki anak berusia 6-12 bulan dengan teknik sampling Cluster Random Sampling.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Uji analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi dan

analisis korelasi Chi Square (X2). Hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah Bantul menyatakan

bahwa analisis korelasi antara motivasi dengan perilaku didapatkan hasil nilai r=0,172 dan p=0,014

artinya ada hubungan bermakna antara motivasi memberikan ASI dengan perilaku pemberian ASI

dengan cara menyusui. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan bermakna antara

motivasi ibu memberikan ASI dengan perilaku ibu saat menyusui.

Kata Kunci : Motivasi dan prilaku menyusui

PENDAHULUAN

Ibu yang sehat baik secara fisik

maupun psikologi memiliki kemampuan untuk

mengeluarkan air susu. Air Susu Ibu (ASI)

merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI

mengandung zat gizi lengkap yang dibutuhkan

oleh bayi. ASI matur yang disekresi hari ke-10

dan selanjutnya mengandung antibody

terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit

granulosit dan makrofag serta limfosit tipe T),

enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase,

katalase, fosfatase, amylase, fosfodiesterase,

alkalinfosfatase), protein (laktoferin, B12

binding protein), resistance factor terhadap

stafilokokus, komplemen, interferon producing

cell, dan hormon-hormon.1

ASI memiliki Kandungan yang lengkap

dan sesuai dengan kebutuhan bayi, sehingga

sampai dengan 6 bulan bayi cukup diberi ASI

saja. Bayi yang hanya diberi ASI saja selama 6

bulan memiliki kekebalan tubuh lebih baik

sehingga dapat terhindar dari kesakitan dan

kematian.2 World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dan

dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun3.

Pemberian ASI ekskluasif tidak hanya berada

dalam skala nasional bahkan WHO sudah

rekomendasikannya. Pemerintah Republik

Indonesia melalu Kementerian Kesehatan juga

sepakat dan berkomitme dalam menyukseskan

program ASI eksklusif di Indonesia.

Pemerintah berupaya untuk

menyukseskan program ASI eksklusif, salah

satunya dengan mengeluarkan Peraturan

Page 8: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

21 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk

Pemerintah Republik Indonesia No. 33 Tahun

2012 berisi tentang Pemberian ASI Eksklusif.

Peraturan ini dibuat untuk menjamin

pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan

sumber makanan terbaik sejak dilahirkan

sampai berusia 6 bulan, kebijakan ini juga

melindungi ibu dalam memberikan ASI

eksklusif kepada bayinya.4 Pemberian ASI

menguntungkan banyak pihak di antaranya ibu

dan bayi. Bayi yang mendapatkan ASI, apalagi

mendapatkan ASI saja selama 6 bulan, akan

memiliki ketahanan hidup lebih tinggi

dibandingkan yang tidak mendapat ASI. Hasil

penelitian menyatakan bahwa bayi yang diberi

ASI lebih dari 6 bulan memiliki ketahanan

hidup sebesar 33,3 kali dibandingkan yang

diberi ASI kurang dari 4 bulan.5

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) tahun 2015 mencatat

jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif

sebanyak 73,7%. Jumlah tersebut tidak jauh

beda dengan Kabupaten Bantul. Jumlah bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar

74,7%.6 Capaian ASI eksklusif di Indonesia

belum mencapai angka yang diharapkan yaitu

sebesar 80%. Dinas Kesehatan (DIY) tahun

2015 mencatat pada tahun 2013 jumlah bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak

62,05%. Pemberian ASI eksklusif meningkat

pada tahun 2014 menjadi 71,55% dan pada

tahun 2015 meningkat menjadi 74,73%.6 Data

tersebut menguatkan semua pihak untuk terus

giat meningkatkan cakupan pemberian ASI

eksklusif karena dengan pemberian ASI

eksklusif banyak sekali keuntungan baik bagi

ibu maupun kepada bayi.

Peningkatan prosentase pemberian ASI

eksklusif menjadi tanggung jawab semua

pihak dan segala upaya dilakukan agar

pemberian ASI eksklusif meningkatkan.

Banyak upaya meningkatkan pemberian ASI

eksklusif di antaranya dengan pelaksanaan

inisiasi menyusu dini dan program kelompok

pendukung ibu dalam pemberian ASI

eksklusif. Kelompok pendukung ibu untuk

menyukseskan pemberian ASI eksklusif

(praktik menyusu) sangat bermanfaat dalam

meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI

pada responden yang berpendidikan rendah,

tidak bekerja (sebagai ibu rumah tangga saja),

dan mendapatkan inisiasi menyusu dini.7

Sebanyak 75% bayi cukup bulan yang

dilakukan IMD di RS St. Carolus telah

berhasil menjalankan ASI eksklusif.

Keberhasilan ASI eksklusif yang tersebut juga

dipengaruhi keyakinan ibu terhadap produksi

ASI, dukungan keluarga, pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif, dan konseling ASI dari

petugas kesehatan.8 Hasil penelitian lain juga

menyatakan inisiasi menyusu dini, dukungan

tenaga kesehatan, dan dukungan suami

berhubungan dengan keberhasilan pemberian

ASI eksklusif. Dukungan tenaga kesehatan

merupakan factor paling berpengaruh terhadap

keberhasilan pemberian ASI eksklusif di

wilayah kerja Puskesmas Cilandak Jakarta.9

Banyak faktor yang memengaruhi

keberhasilan seorang ibu dalam memberikan

ASI eksklusif. Cakupan ASI tidak hanya

tergantung pada faktor ekstrinsik seperti

dukungan keluarga, dukungan tenang

kesehatan, atau fasilitas yang tersedia, tetapi

faktor intrinsik juga memegang peranan

penting. Faktor intrinsic di antaranya motivasi

diri dan tekad untuk mampu memberikan ASI

secara eksklusif pada bayinya. Pengalaman

menyusui dan informasi tentang ASI eksklusif

yang menjadi pengetahuan dapat

memengaruhi motivasi ibu dalam memberikan

ASI.10

Motivasi dari seorang ibu untuk

memberikan ASI kepada bayinya sangat

penting karena jika ibu tersebut memiliki

motivasi rendah untuk menyusui bayinya,

besar kemungkinan pelaksanaan pemberian

ASI juga menjadi rendah. Perilaku menyusui

yang tidak benar juga dapat menyebabkan

pendeknya waktu pemberian ASI. Bayi

memiliki hak untuk mendapatkan ASI mulai

lahir sampai 2 tahun kehidupannya. Kegagalan

pemberian ASI eksklusif diperparah dengan

ketidakyakinan dan ketidaksanggupan ibu

menyusi bayinya. Perilaku memberikan ASI

Page 9: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

22 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk

eksklusif salah satunya dipengaruhi oleh

motivasi ibu menyusui dalam memberikan

ASI eksklusif. Hasil penelitian menyatakan

bahwa pengetahuan dan motivasi berpengaruh

terhadap perilaku seseorang.11

Berdasarkan

uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk

mencari hubungan antara motivasi

memberikan ASI eksklusif dengan perilaku

ibu saat menyusui. Pemberian ASI dilakukan

secara langsung maupun secara tidak langsung

dengan ASI perah. Pemberian ASI perah pada

umumnya dilakukan oleh ibu menyusui yang

bekerja atau ibu yang tidak selalu berada di

dekat bayinya. Penelitian ini lebih fokus pada

motivasi memberikan ASI dan perilaku

menyusui yang tergambar selama menyusui/

teknik menyusui.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah analistik

korelasi dengan pendekatan cross-sectional.

Penelitian ini menggunakan metode survei

untuk menguji hubungan-hubungan yang

terkait antara motivasi memberikan ASI dan

perilaku ibu saat menyusui. Penelitian

dilakukan di Desa Bantul, Desa Guwosari,

Desa Bangunjiwo, dan Desa Pleret. Sumber

data berasal dari ibu menyusui yang memiliki

bayi berusia 6-12 bulan sebagai responden

karena tidak semua ibu yang melahirkan bayi

hidup mau menyusui bayinya. Alat ukur

berupa kuesiner.

Populasi penelitian ini adalah semua ibu

menyusui di Kabupaten Bantul Yogyakarta

yang berjumlah 2.176 orang. Sampel

penelitian ini adalah ibu menyusui di

Kabupaten Bantul Yogyakarta yang memiliki

bayi berusia 6-12 bulan dan tidak memiliki

riwayat penyakit yang menghalangi ibu untuk

menyusui berjumlah 202 ibu. Teknik

pengambilan sampel dilakukan secara cluster

random sampling. Analisis yang dilakukan

adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis

data bertujuan untuk mencari deskripsi tiap

variabel dan hubungan antar variabel (motivasi

memberikan ASI dan perilaku ibu saat

menyusui). Uji analisis yang digunakan adalah

analisis deskripsi dan analisis korelasi Chi

Square (X2).

HASIL

Tabel 1 menyajikan data karakteristik

responden yang terdiri dari usia, pendidikan,

dan pekerjaan. Responden terbanyak berusia

21-30 tahun sebanyak 60,9%. Responden

terbanyak berpendidikan SLTA sebanyak

70,8%. Responden lebih banyak yang bekerja

(PNS, pegawai swasta, dan buruh) sebesar

56,4%.

Tabel 1. Karakteristik responden

Jenis Kriteria Jumlah Prosentase

Usia 15-20 tahun 2 1%

21-30 tahun 123 60,9%

31-40 tahun 74 36,6%

>40 tahun 3 1,5%

Pendidikan SD 9 4,5%

SLTP 39 19,3%

SLTA 143 70,8%

PT 11 5,4%

Pekerjaan Bekerja 114 56,4%

Tidak bekerja 88 43,6%

Tabel 2. Analisis Deskripsi Motivasi

Memberikan ASI dan Perilaku Ibu Saat

Menyusui N Min Max Mean S.Dev

Motivasi

MemberikanASI

1. Waktu Pemberian ASI (%)

202 33,33 100 91,91 16,81

2. Manajemen

Laktasi (%)

202 0 100 93,81 17,95

3. Simpang Siur 4. ASI (%)

202 60 100 93,56 9,98

Perilaku Ibu

Saat Menyusui

Perilaku Menyusui

(%)

202 50 100 81,83 9,60

Tabel 2 menyajikan data deskripsi motivasi

(waktu pemberian ASI, manajemen laktasi,

dan simpang siur ASI) dan perilaku saat

menyusui. Analisis deskripsi pada variabel

motivasi memberikan ASI memperlihatkan

nilai mean yang tidak terlalu jauh berbeda

pada ketiga sub pokok materi. Nilai Mean

yang tertinggi adalah sub pokok materi

Page 10: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

23 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk

Manajemen Laktasi sebesar 93,81 dengan

Standar Deviasi 17,95. Analisis deskripsi pada

variabel perilaku ibu saat menyusui diperoleh

nilai Mean 81,83 dengan Standar Deviasi 9,6

tanpa ada sub pokok materi lain.

Tabel 3. Deskripsi Faktor Agregat Sub Faktor

N Min Max Mean S.Dev

Faktor

Motivasi

Ibu (%)

202 55.56 100 93.10 8.70

Faktor

Perilaku

Menyus

ui (%)

202 50.00 100 81.83 9.60

Tabel 3 menyajikan deskripsi faktor agregat

sub faktor motivasi dan perilaku menyusui.

Sub faktor motivasi memiliki nilai Mean 93,10

yang artinya motivasi memberikan ASI masuk

dalam kategori sangat baik. Sub faktor

perilaku memiliki nilai Mean 81,83 yang

artinya perilaku ibu saat menyusui masuk

dalam kategori baik.

Tabel 4. Korelasi Motivasi Memberikan ASI

dan Perilaku Ibu Saat Menyusui

Faktor Motivasi

Ibu (%)

Faktor

Perilaku

Menyusui (%)

Faktor

Motivasi Ibu (%)

Pearson

Correlation

1 .172*

Sig. (2-tailed)

.014

N 202 202

Perilaku Menyusui

(%)

Pearson Correlation

.172* 1

Sig. (2-

tailed)

.014

N 202 202

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Tabel 4 menyajikan korelasi motivasi dan

perilaku ibu menyusui. Analisis korelasi antara

motivasi dengan perilaku didapatkan hasil

nilai r=0,172 dan p=0,014 artinya ada

hubungan bermakna antara motivasi

memberikan ASI dengan perilaku ibu saat

menyusui.

PEMBAHASAN

Tabel 1 memperlihatkan jumlah

responden paling banyak berusia 21-30 tahun

(60,9%). Rentang usia 21-30 tahun merupakan

usia produktif dan usia reproduksi sehat bagi

perempuan. Usia reproduksi sehat yang

dimaksud adalah sehat untuk mampu melalui

masa kehamilan, persalinan, nifas, dan

menjadi akseptor kontrasepsi. Rentang usia

tersebut termasuk masa dewasa muda

merupakan rentang usia dengan pertumbuhan

fungsi tubuh dalam tahap yang optimal.12,13

Responden yang berusia kurang dari

20 tahun berjumlah 1% sedang 99% lainnya

berusia lebih dari 20 tahun. Data ini

memperlihatkan bahwa masyarakat semakin

sadar bahwa usia reproduksi sehat adalah lebih

dari 20 tahun. Semakin tingginya tingkat

kesadaran masyarakat terkait usia reproduksi

sehat, maka besar kemungkinan pengendalian

angka kematian ibu dan anak. Data ini sejalan

dengan hasil penelitian di RS Cipto

Mangunkusumo Jakarta yang menemukan

bahwa proporsi ASI eksklusif lebih tinggi

pada kelompok ibu yang berusia lebih dari 25

tahun. Kematangan usia juga dipengaruhi oleh

faktor psikis. Faktor psikis yang positif seperti

percaya diri yang kuat, merasa yakin akan

kecukupan ASI, tidak stres dan sikap positif

terhadap perilaku menyusui berperan

mendukung keberhasilan ASI eksklusif.8

Semakin matangnya usia pasangan

suami istri dalam menjalani kehidupan rumah

tangga, maka kesadaran mengenai keluarga

berkualitas juga semakin tinggi. Salah satunya

dengan kesadaran memberikan makanan

terbaik bagi bayi untuk mendukung tumbuh

kembang. Komposisi ASI yan terdiri dari zat

gizi yang dibutuhkan bagi bayi dan untuk

mendapatkan ASI, keluarga tidak perlu

mengeluarkan biaya sehingga dapat membantu

pengaturan pengeluaran anggaran rumah

tangga. ASI mengandung kolostrum yang kaya

akan antibodi karena mengandung protein

untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman

dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI

eksklusif dapat mengurangi risiko kematian

Page 11: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

24 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk

pada bayi. ASI mengandung immunoglobulin,

protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan

kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi

dengan warna susu lebih putih. Selain

mengandung zat-zat makanan, ASI juga

mengandung zat penyerap berupa enzim

tersendiri yang tidak akan menganggu enzim

di usus.1,7,14,15

Tabel 1 memperlihatkan responden

berpendidikan SLTA dan PT berjumlah

76,2%. Prosentase tersebut memperlihatkan

bahwa perempuan yang memasuki usia

reproduksi tahap menyusui mempunyai

pendidikan lanjut. Tingkat pendidikan sering

dikaitkan dengan kemampuan seseorang

menerima, melakukan, dan mengembangkan

informasi agar kehidupannya lebih berkualitas.

Dalam hal ini kemampuan seorang ibu untuk

memberikan makanan terbaik bagi bayinya

berupa ASI saja selama 6 bulan dan

dilanjutkan sampai usia anak 2 tahun.12

Salah

satu penelitian menemukan ibu dengan

pendidikan menengah ke atas mampu mencari

pengetahuan dan wawasan mengenai ASI

melalui situs internet, komunitas jejaring

sosial. Komunitas sosial tersebut menjadi

salah satu wahana bagi ibu untuk berbagi

informasi mengenai ASI dan berdiskusi

mengenai masalah ataupun kesulitan selama

menyusui.8

Komunitas pendukung ibu dalam

memberikan ASI juga merupakan salah satu

solusi jika selama menyusui ditemukan

masalah. Kelompok Pendukung Ibu (KP-Ibu)

merupakan peer-support (kelompok sebaya),

bukan kelas edukasi/penyuluhan. KP-Ibu

muncul karena penyuluhan telah banyak

dilakukan tetapi tidak dapat meningkatkan ASI

eksklusif. Pengetahuan tidak cukup mengubah

perilaku dalam memberikan ASI, sehingga ibu

membutuhkan keterampilan dan dukungan

(kepercayaan, penerimaan, pengakuan, dan

penghargaan) terhadap perasaan-perasaan ibu

menyusui. Suasana saling memberi dukungan

lebih mudah terbangun dalam kelompok

sebaya yang mempunyai pengalamandan

situasi lingkungan yang sama.7

Tabel 1 memperlihatkan 56,4% ibu

yang menjadi responden merupakan ibu

bekerja (PNS, pegawai swasta, dan buruh). Ibu

yang bekerja dituntut untuk mempu mengatur

antara pemberian ASI dan pekerjaan tidak

saling mengganggu. Pengaturan waktu untuk

hal-hal tersebut tidak dapat dianggap mudah.

Hal ini terlihat dari hasil penelitian di antara

27 informan yang bekerja sebagai buruh hanya

2 informan yang berhasil memberikan ASI

eksklusif. Kegagalan tersebut disebabkan

beberapa hal. Pengetahuan tentang

menyimpang ASI dan tata laksana pemberian

ASI di tempat kerja, ketersediaan fasilitas dan

sarana ASI, serta dukungan atasan kerja dan

tenaga kesehatan merupakan sejumlah faktor

(predisposing, enabling, dan reinforcing) yang

berperan dalam keberhasilan pemberian ASI

eksklusif di tempat kerja buruh industri tekstil

di Jakarta.14

Suatu hasil penelitian determinan

perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu

bekerja memperlihatkan bahwa 62,5%

responden memberikan ASI eksklusif. Alasan

responden berhenti menyusui eksklusif bukan

karena bekerja melainkan karena ASI sedikit.

Hasil analisis multivariat ditemukan bahwa

variabel umur, sikap, dukungan pengasuh, dan

ketersediaan fasilitas berhubungan dengan

perilaku pemberian ASI eksklusif.16

Pernyataan sedikitnya ASI yang

diproduksi tidak lepas dari sikap ibu. Rasa

percaya diri seorang ibu mampu memberikan

ASI eksklusif merupakan modal penting dalam

keberhasilan proses menyusui. Sikap yang

muncul juga dipengaruhi oleh motivasi. Hasil

penelitian menyatakan bahwa ibu yang

menyusui eksklusif memiliki motivasi

intrinsik dan ekstrinsik yang tinggi

dibandingkan ibu yang tidak menyusui

eksklusif. Motivasi instrinsik terdiri dari

tanggung jawab, harapan masa depan, menjadi

contoh, pengakuan dari orang lain, dan

memperluas pergaulan. Motivasi ekstrinsik

Page 12: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

25 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk

terdiri dari kebijakan atau program, fasilitas,

anjuran dukungan, dan tenaga kesehatan ahli

dan ramah.13,16

Deskripsi motivasi dalam penelitian

ini tercantum pada tabel 2. Nilai mean dari

ketiga sub pokok motivasi menyusui tidak

jauh berbeda. Semua bernilai di atas 90

dengan maksud motivasi dalam menyusui

terkategori tinggi. Tingginya motivasi ini

dapat menjadi daya dorong seorang ibu

memiliki perilaku untuk menyusui bayinya.

Terlaksananya perilaku menyusui maka besar

kemungkinan pemberian ASI dapat

berkesinambungan sampai anak berusia 2

tahun. Tabel 3 menyajikan data bahwa nilai

motivasi dan perilaku berkategori tinggi. Data

tersebut menjadi komponen pendukung untuk

analisis korelasi motivasi dan perilaku.

Hasilnya ada hubungan antara motivasi

memberikan ASI dengan perilaku menyusui

(tabel 4). Kedua variabel tersebut saling terkait

dari motivasi akan terlihat perilaku.

Motivasi yang muncul diharapkan

muncul dan mendukung terbentuknya perilaku

untuk mampu menyusui anaknya. Jika

seseorang tidak memiliki motivasi untuk

menyusui bayinya maka orang tersebut juga

tidak ingin memiliki perilaku menyusui

bayinya, meskipun di dalam penelitian ini

hasil analisis menyatakan bahwa tidak ada

kaitannya antara motivasi dengan perilaku.

Motivasi diri memengaruhi perilaku

seseorang. Motivasi menjadi pendorongan atau

usaha yang disadari memengaruhi tingkah laku

seseorang agar hatinya tergerak bertindak

melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil

atau tujuan tertentu.17

Hasil penelitian lain menemukan

bahwa motivasi instrinsik dan ekstrinsik ibu

menyusui secara eksklusif lebih tinggi

daripada ibu yang tidak menyusui secara

eksklusif. Penelitian tersebut memisahkan 2

kelompok ibu yang dapat memberikan ASI

eksklusif dan yang tidak eksklusif. Kedua

kelompok tersebut setelah diteliti lebih dalam

ibu yang menyusui eksklusif memiliki

motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik

yang lebih tinggi. Motivasi yang tinggi juga

didukung oleh lain di antaranya tenaga

kesehatan.13

Hasil temuan dalam penelitian ini

berbeda dengan penelitian di wilayah

Puskesmas Cilandak Jakarta. Penelitian di

wilayah Puskesmas Cilandak Jakarta

menemukan bahwa tidak ada hubungan

bermakna antara motivasi diri dengan

keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Tidak

ada hubungan keduanya karena responden

penelitian di wilayah Puskesmas Cilandak

Jakarta masih beranggapan bahwa ASI mereka

masih kurang untuk kebutuhan bayi dan

kebiasaan memberikan makanan selain ASI

pada usia kurang dari 6 bulan telah dilakukan

turun menurun. Pemahaman tersebut

diperberat dengan menyatakan bahwa

pemberian makanan selain ASI pada usia

kurang dari 6 bulan tidak pernah timbul

masalah selama ini.9

Anggapan tersebut banyak dialami

oleh ibu menyusui dan menjadi pekerjaan

besar bagi tenaga kesehatan agar konsep yang

tertanam dapat berubah menjadi konsep baru

bahwa hanya ASI saja makanan terbaik baik

bagi bayi yang berusia kurang dari 6 bulan dan

pemberian ASI dilanjutkan sampai anak usia 2

tahun dengan ditambah makanan pendamping

ASI.

Dukungan bagi ibu menyusui sangat

penting agar keberlanjutan sehingga anak

disusui sampai usia 2 tahun. Dukungan

keluarga terutama suami berupa dukungan

emotional (rasa empati, cinta, kepercayaan,

dan motivasi), dukungan informational

(wacana pengetahuan pemberian ASI

eksklusif), dukungan indtrumental

(ketersediaan sarana dan dana memudahkan

ibu memberikan ASI eksklusif), dan dukungan

appraisal (penghargaan atas usaha yang

dilakukan ibu untuk memberikan ASI

eksklusif).9

Dukungan dari tenaga kesehatan

juga dapat meningkatkan motivasi ibu untuk

memberian ASI eksklusif (motivasi eksternal).

Page 13: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

26 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk

Salah satu hasil penelitian menemukan bahwa

kedudukan tenaga kesehatan sangat penting.

Hal ini bisa jadi karena pengaruh pemahaman

warga terhadap kedudukan tenaga kesehatan.

Tingginya kedudukan tenaga kesehatan dalam

pemahaman warga dapat dioptimalkan agar

program ASI eksklusif dapat sukses.

Dukungan dari tempat kerja juga berperan

dalam memotivasi ibu untuk memberikan ASI

eksklusif. Ketersediaan ruangan, wastafel, dan

peralatan untuk memerah serta penyimpan ASI

(pompa ASI, botol ASI, kulkas, alat steril

botol, cooler bag).14

Motivasi dan perilaku seseorang juga

bisa muncul dari pergaulan seseorang dengan

orang lain, terlebih lagi motivasi dapat muncul

dari sekelompok orang yang memiliki niat

untuk mendukung ibu menyusui memberikan

ASI sebagai makanan bergizi bagi bayinya

sampai bayi berusia 24 bulan. Kelompok

tersebut disebut dengan Kelompok Pendukung

ASI (KP-ASI) atau KP-Ibu. KP-ASI

merupakan kumpulan beberapa orang yang

mengalami situasi yang sama atau memiliki

tujuan yang sama, yang bertemu secara rutin

untuk saling menceritakan kesulitan,

keberhasilan, informasi dan ide berkaitan

dengan situasi yang dihadapi atau upaya

mencapai tujuan yang diinginkan.7,18

KESIMPULAN

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa

ada hubungan bermakna antara motivasi ibu

memberikan ASI dengan perilaku ibu saat

menyusui. Konstinuitas ibu memberikan ASI

kepada bayinya membutuhkan dukungan dari

pihak lain. Dukungan dari keluarga, tenaga

kesehatan, dan tempat bekerja jika ibu

menyusui berstatus bekerja sangat dibutuhkan

untuk ibu menyusui guna menyukseskan

program ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Suraatmaja, S., 1997, ASI Petunjuk untuk

Tenaga Kesehatan, Editor: Soetjiningsih,

EGC, Jakarta

[2] World Health Organization, 2009, Infant

and Young Child Feefing (IYCT) Model

Chapter for Textbook for Medical

Students and Alied Health Professionals,

World Health Organization, Switzerland

[3] Setegn, T., Belachew, T., Gerbaba, M.,

Deribe, K., Deribrew, A., Biadgilign, S.,

2012. Factors Associated with Exclusive

Breasfeeding Practices Among Mothers in

Goba District, South East Ethiopia: A

Cross-Sectional Study, International

Breastfeeding Journal, No. 17, Vol. 7, 1-8

[4] Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2013, Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Kementerian

Kesehatan, R.I., Jakarta.

[5] Nurmiati, Besral, 2008, Pengaruh Durasi

Pemberian ASI terhadap Ketahanan

Hidup Bayi di Indonesia, Makara

Kesehatan, No. 2, Vol. 12, 47-52

[6] Dinas Kesehatan Daerah Istimewa

Yogyakarta, 2015, Profil Kesehatan

Daerah Istimewa Yogyakarta 2015, Dinas

Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta,

Yogyakarta

[7] Susilo, J., Kurdanti, W., Siswati, T., 2012,

Hubungan Program Kelompok

Pendukung Ibu Terhadap Pengetahuan

dan Praktik Pemberian ASI Eksklusif,

Gizi Indon, No. 1, Vol. 35, 30-40

[8] Fahriani, R., Rohsiswatmo, R., Hendarto,

A., 2014, Faktor yang Memengaruhi

Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi

Cukup Bulan yang Dilakukan Inisiasi

Menyusu Dini, Sari Pediatri, No. 6, Vol.

15, 394-402.

[9] Azriani, D., Wasnidar, 2014, Keberhasilan

Pemberian ASI Eksklusif, Jurnal Health

Quality, No. 2, Vol. 4, 77-83.

[10] Racine, E. F., Friock, K. D., Strobino, D.,

Laura M., Carpenter, L. M., Milligan, R.,

Pugh, L. C., 2011, How Motivation

Influences Breastfeeding Duration Among

Low Income Women. J Hum Lact, No. 2,

Vol. 25, 173-181

[11] Suharti, S., 2010, Hubungan Pengetahuan

dan Sikap dengan Perilaku Kepala

Keluarga dalam Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah (di Wilayah

Kerja Puskesmas Loa Ipuh Kabupaten

Page 14: PROSIDING SEMINAR REGIONAL RADIOLOGI I

MOTIVASI MEMBERIKAN ASI DAN PERILAKU MENYUSUI DI BANTUL YOGYAKARTA

27 | PISSN 2620-8040 Renni, dkk

Kutai Kartanegara), Laporan Penelitian

Tugas Akhir

[12] Kusuma, R., Ariningtyas, R., 2015,

Hubungan Pengetahuan tentang ASI

dengan Perilaku Ibu Saat Menyusui di

Kabupaten Bantul, Media Ilmu

Kesehatan, No. 3, Vol. 4, 7-14

[13] Armini, N. W., Somoyani, N. K., Budiani,

N. N., 2015, Perbedaan Motivasi

Instriksik dan Motivasi Ekstrinsik dalam

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh Ibu

Menyusui Eksklusif dengan Ibu Menyusui

Tidak Eksklusif, Jurnal Skala Husada,

No. 1, Vol. 12, 8-14

[14] Rizkianti, A., Prasodjo, R., Novianti,

Saptarini, I., 2014, Analisis Faktor

Keberhasilan Praktik Pemberian ASI

Eksklusif di Tempat Kerja pada Buruh

Insdustri Tekstil di Jakarta, Bul. Penelit.

Kesehat, No. 4, Vol. 42, 237-248

[15] Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2015, Profil Kesehatan

Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

[16] Abdullah, G. I., Ayubi, D., 2013.

Determinan Perilaku Pemberian Air Susu

Ibu Eksklusif pada Ibu Bekerja. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional, No. 7,

Vol. 7, 298-303

[17] Purwanto, M. N., 2007, Psikologi

Pendidikan, Remaja Rosdakarya,

Bandung.

[18] Tim, 2015, Gelar Kelompok Pendukung

ASI,.http://www.tubankab.go.id/public/c_

news/news_detail/356.shtml tertanggal 15

Juni 2015 diunduh 30 Oktober 2015