proposal ozin(edit)

Upload: wahyu-adyie

Post on 18-Jul-2015

1.188 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

A. Judul Pembelajaran Nilai Moral dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan Metode Gordon pada siswa kelas XI SMA N 1 Jekulo Kab. Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012

B. Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada

dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Di dalam karya sastra dilukiskan suatu keadaan dan kehidupan sosial suatu masyarakat,

peristiwa-peristiwa, ide dan gagasan serta tingkah laku yang dapat memunculkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat, salah satunya nilai moral. Sastra lahir disebabkan dorongan rasa manusia untuk mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta menaruh minat terhadap dunia realitas yang berlangsung sepanjang zaman

(Nurgiantoro, 2007:2). Novel merupakan salah satu dari karya sastra fiksi yang berisi tentang kehidupan masyarakat. Dalam cerita itu pembaca akan bertemu dengan berbagai perbuatan dan tingkah laku para tokoh yang dilukiskan oleh pengarang dalam berbagai peristiwa. Dengan sendirinya pembaca akan memahami perilaku-perilaku baik, sekaligus perilaku-perilaku buruk. Sikap dan perbuatan itulah yang kemudian dapat memberikan pandangan mengenai nilai moral yang dilakukan dengan sadar, dipandang dari sudut baik dan buruk (Djojosuroto, 2006:15). Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai

permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan (Nurgiantoro, 2007 : 2). Karya sastra merupakan realita kehidupan yang ditampilkan dalam ruang lingkup yang lebih sempit, tetapi penuh dengan berbagai persoalan. Persoalan tersebut mencakup hubungan antara manusia dengan manusia lain dalam hidup bermasyarakat/dalam lingkungan sosial dan persoalan hubungan manusia dengan tuhan. Pada dasarnya sastra lahir disebabkan oleh dorongan 1

2

manusia untuk berkarya dan mengungkapkan diri. Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup dan kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang didukung oleh pengalaman dan pengamatannya atas kehidupan tersebut. Karya sastra juga berfungsi sebagai tindakan komunikasi antar penulis dan pembaca serta menjembatani antara satu pembaca dengan pembaca lain. Maksudnya karya sastra tersebut dapat menghubungkan maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca satu dengan yang lainnya yang memiliki pandangan berbeda-beda. Konsep-konsep ideologis sangat penting bagi tindak komunikasi sastra, mengingat teks sastra tidak hanya merefleksikan secara deskriptif norma-norma dan nilai-nilai suatu masyarakat, melainkan sebaliknya mungkin saja dapat memperkuat atau meruntuhkan nilai dan norma tersebut, dan salah satunya adalah nilai moral. Suatu karya sastra dianggap berhasil bila mempunyai nilai. Nilai-nilai itu adalah : pertama sastra memberikan kesenangan langsung kepada pembacanya, kedua memanifestasikan keterampilan seseorang, ketiga

mengandung suatu hubungan antara peradaban atau masyarakat dengan kebudayaan, keempat mengandung ajaran-ajaran yang ada sangkut pautnya dengan etika moral dan agama. Semua hal tersebut tentunya sangat berkaitan dengan pemahaman nilai moral dalam sebuah karya sastra yang disampaikan oleh pengarang. Moral dalam karya sastra dipandang sebagai amanat, pesan, message. Novel merupakan salah satu karya fiksi, karya sastra fiksi menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan,

memperjuangkan hak dan martabat manusia. Hubungannya dengan pembelajaran sastra di SMA, sastra, mempunyai hubungan sangat erat. Pembelajaran sastra mempunyai empat manfaat bagi pembelajaran, yaitu meningkatkan pengetahuan budaya siswa, menciptakan cipta dan rasa siswa, menunjang pembentukan watak siswa, membantu ketrampilan berbahasa siswa (Djojosuroto. 2006 : 85). Karya sastra mempunyai hubungan yang erat dengan masalah-masalah dunia nyata, dalam

3

dunia nyata terdapat tingkah laku manusia dalam kenidupan masyarakat yang dapat menimbulkan adanya pandangan baik dan buruk , maka pengajarannya harus dipandang sebagai sesuatu yang penting. Apabila sastra itu diajarkan dengan baik maka akan memberikan manfaat yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit dipecahkan (Rahmanto, 1993 : 15). Sastra selain memperhalus budi dan mendewasakan manusia juga mampu menggugah rasa dan pemikiran. Pengalaman berfikir inilah yang sangat diperlukan oleh siswa dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang utuh sehingga dapat membentuk watak siswa menjadi pribadi yang baik dengan pengetahuannya mengenai nilai moral yang digambarkan oleh tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Oleh sebab itulah pembelajaran sastra di SMA tentang nilai moral sangat cocok untuk diterapkan. Di SMA terdapat kompetensi dasar yang membahas tentang analisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Dunia

remaja sangat bervariasi dengan segala macam permasalahannya. Pemikiran yang modern dan cenderung labil memerlukan banyak pemahaman terhadap norma dan etika yang ada dalam kehidupan masyarakat. Unsur ekstrinsik yang dibahas pada novel mengenai nilai moral dirasa sangat penting. Dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar menawarkan banyak nilai moral yang dapat dipetik dari kisah hidup tokoh utamanya. Nilai moral dalam karya sastra dipandang sebagai amanat dan pesan pengarang yang patut ditiru dalam kehidupan nyata. Amanat dan pesan hanya dibahas secara umum saja, padahal banyak sekali nilai-nilai luhur yang bisa kita dapat jika mau mempelajari lebih dalam mengenai nilai-nilai tersebut dan lebih spesifik lagi. Agnes Davonar memiliki eksistensi dalam dunia kepenulisan dia memulai karirnya dari blog, dua kakak beradik ini telah banyak melahirkan cerita online yang begitu dekat dengan pembacanya. Lebih dari sejuta pembaca telah melihat karyanya melalui www.agnesdavonar.net. Sepanjang karirnya sebagai penulis novel, kakak beradik sudah menulis 6 novel, yaitu, My Idiot Brother, Sahabat: Tentang kisah cinta, Kisah Sejati dan Tragedi Kehidupan,Ayah Mengapa Aku Berbeda?, Misteri Kematian Gaby dan

4

Lagunya Jauh, serta Surat Kecil Untuk Tuhan untuk merespon pembaca kisah hidup seorang gadis sebagai inspirasi siapapun. Dari alasan tersebut, akhirnya penulis menggunakan novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar sebagai bahan penelitian dan menjadi alternatif pembelajaran di SMA. Dan dari hal-hal tersebut penulis membuat judul Pembelajaran Nilai Moral dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar dengan Metode Gordon pada siswa kelas XI SMA N 1 Jekulo Kab. Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka, masalah yang akan penulis bahas dalam proposal ini adalah : 1. Bagaimana Nilai Moral dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar? 2. Bagaimana Nilai Moral dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar menjadi alternatif pembelajaran di SMA?

D. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar. 2. Mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran di SMA.

5

H. Landasan Teori 1. Pengertian Novel Novel dalam istilah Indonesia adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiantoro, 2007 : 9-10). Novel merupakan karya sastra yang berbentuk prosa, salah satunya adalah adanya kesatuan makna dalam wujud paragrafparagraf yang membentuk kesatuan yang disebut cerita. Yang

menampilkan tokoh-tokoh serta tema dan amanat rangkaian peristiwa.

yang dijalin dalam

Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detai, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Novel adalah salah satu karya sastra yang terbangun oleh unsur-unsur yang secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu (1) unsur intrinsik, dan (2)unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur dari luar suatu novel yang mempengaruhi misi karya sastra tersebut, misalnya faktor psikologi, agama, filsafat dan politik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya satra dari dalam, seperti tokoh , latar (setting ),alur (plot),tema dan pusat penceritaan atau point of view (Noor, 2005 :29) Dalam sebuah novel, unsur-unsur pembangunnya saling terkait dan hadir bersama-sama dalam membentuk sebuah cerita. Namum dibanding unsur-unsur lain,unsur tokoh dan penokohan merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah novel. Pesan yamg disampaikan penggarang kepada pembaca dapat diketahui lewat unsur penokohan tersebut. Menurut Nurgiyantoro (2007 : 22) unsur-unsur tersebut merupakan sebuah totalitas, sesuatu yang keseluruhan yang bersifat artistik , sebagai sebuah totalitas novel mempunyai bagian-bagian,unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menguntungkan.

6

2. Unsur-unsur Novel Novel dibangun dengan dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel mencakup tokoh dan penokohan, tema, latar ( Nurgiantoro, 2007 : 36). Unsur ekstrinsik mencakup berbagai nilai, misal menemukan nilai moral. Untuk menganalisis penelitian ini, tidak semua unsur pembangun novel digunakan, hanya yang diperlukan saja. Adapun unsur-unsur yang digunakan adalah tema, tokoh dan penokohan, latar. a. Tema Hakikat tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang lewat karyanya itu. Tema merupakan hal yang sangat penting dalam suatu cerita. Menetukan tema pokok dalam sebuah cerita hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan dan menilai diantara sejumlah makna yang ditafsirkan oleh karya yang bersangkutan (Nurgiantoro, 2007 : 82-83) sedangkan makna minor bersifat mendukung dan mencerminkan makna utama dan memperjelas makna cerita. Tema merupakan gagasan atau pikiran utama dalam sebuah karya sastra, baik yang terungkap maupun yang tidak (Sudjiman, 1992 : 78). Terungkap/eksplisit manakala tema tadi disebutkan dalam wacana yang bersangkutan. Dan dimaksud dengan tidak

terungkap/implisit mana kala pembaca harus mereka -reka terlebih dahulu tentang tema yang dimaksud. b. Tokoh dan Penokohan 1) Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Berdasarkan fungsinya atau penting tidaknya kehadiran tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan

7

menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral merupakan tokoh yang memegang peran pemimpin dalam sebuah cerita (Sudjiman , 1992 :17-18). Tokoh utama sering muncul dan sering dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu tokoh utama merupakan titik pusat tumbuhnya bermacam-macam peristiwa yang menjalin rangkaian cerita. Sedangkan tokoh bawahan menurut Grimes (dalam Sudjiman ,1992 :19)adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya. Di dalam cerita,tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Menurut Aminudin (1995 : 81)kriteria dalam menentukan tokoh utama adalah (a) keseringan muncul dalam cerita, (b) lewat petunjuk pengarang, (c) lewat judul cerita. Menurut Saad dan Ester (melalui Harjito, 2007:50), untuk menentukan tokoh utama ada empat cara: a) tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tema. b) tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. c) tokoh yang banyak memerlukan waktu penceritaan. d) tokoh utama juga dapat dilihat dari judul cerita 2) Penokohan Penokohan juga disebut dengan perwatakan adalah

penggambaran mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa keyakinanya, sikapnya, pandangan hidupnya, adat istiadatnya dan sebagainya. Menurut Sudjiman (1992 : 23) menyatakan bahwa penokohan adalah penyajian watak dan penciptaan citra tokoh. Perwatakan dari setiap tokoh dalam cerita fiksi akan memberikan bermacam tanggapan dan kesan dari pembaca. Seseorang tokoh mungkin akan memberikan rasa senang dan simpatik pembaca karena menggambarkan watak yang penuh kasih sayang dan berbudi pekerti. Sedangkan tokoh lain mungkin juga menimbulkan rasa tidak

8

suka bahkan benci karena memiliki watak yang jahat, egois dan tingkah lakunya kurang baik. Penokohan secara umum ada dua cara yaitu analitik dan dramatik. Disebut analitik kalau pengarang menyebut watak sang tokoh secara langsung, apa adanya atau secara tersurat. Disebut secara dramatik manakala pembaca seperti menyimpulkan sendiri bagaimana sifat dan tokoh pengertian dramatik tidak harus berupa percakapan langsung, namun berwujud lukisan..

c. Latar Latar memberikan pijakan yang konkret dan jelas, hal ini penting untuk memberikan kesan nyata pada pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Dalam analisis novel, latar juga merupakan unsur yang sangat penting karena latar turut mendukung masalah, tema, alur dan penokohan. Latar yang baik harus bisa mendeskripsikan secara jelas peristiwa-peristiwa, perwatakan tokoh, dan konflik yang dialami tokoh cerita, sehingga cerita menjadi hidup dan segar seolah-olah sungguh terjadi dalam kehidupan nyata ( Nurgiantoro, 2007 : 216). Sebagai sebuah unsur cerita latar tidak dapat berdiri sendiri. Latar dikembangkan bersam dengan tokoh dan penokohan. antar tokoh dan latar mempunyai hubungan timbale balik. sifat-sifat latar dalam banyak hal sangat mempengaruhi watak seorang tokoh. Maka sebab itu banyak dikatakan bahwa watak seseorang itu terbentuk dari keadaan latarnya. Latar dibagi kedalam tiga unsur pokok yaitu: 1) Latar Waktu Latar waktu dalam karya sastra fiksi menjadi dominan dan fungsional jika digarap secara teliti, terutama jika digabungkan dengan waktu sejarah. Sesuatu yang diceritakan harus sesuai dengan perkembangan sejarah, segala sesuatu yang menyangkut

9

dengan waktu langsung atau tidak langsung, harus sesuai dengan waktu sejarah yang menjadi acuan. Latar waktu juga berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 2) Latar Tempat Latar tempat mengarah pada lokasi atau tempat terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Unsur tempat dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, lokasi tertentu dan dengan nama yang tidak begitu jelas (Nurgiantoro, 2007 : 227). 3) Latar Sosial Dalam latar sosial mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan social masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, keyakinan, pandangan hidup , cara berfikir dan bersikap, dan sebagainya (Nurgiantoro, 2007 : 233-234). 3. Nilai moral Kata yang sangat dekat dengan etika adalah moral,moral dari bahasa latin mos mores yang bearti kebiasaan. Jadi etika dan moral mempunyai arti yang sama yakni adat kebiasaan. Yang dimaksud adat kebisaan adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, moral yang bejat,artinya mereka

berpegangan pada norma yang tidak baik (Djojosuroto, 2006:10). Nilai moral merupakan ukuran atau pedoman perbuatan manusia. Seseorang dilakukan bermoral apabila orang itu bertingkah laku sesuai dengan ukuran moral yang dipakai di masyarakat ia tinggal. Nilai moral yang disampaikan pengarang menyatu dalam alur cerita. Dalam cerita itu pembaca akan bertemu berbagai perbuatan para tokoh yang dituliskan pengarang dalam berbagai peristiwa. Melalui

10

alur cerita itulah pengarang memberikan petunjuk, nasihat atau pesan perbuatan susila dan budi pekerti. Sebuah karya ditulis pengarang antara lain menawarkan model kehidupan yang idealkan. Fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan perilaku tokoh sesuai dengan pandangan tentang moral (Djojosuroto, 2006:15). Moral dalam karya satra dapat dipandang sebagai amanat, pesan, message. Bahkan,unsur amanat itu sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari diciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pesan moral yang disampaikan lewat cerita fiksi tentulah berbeda efeknya dibanding yang lewat,tulisan non fiksi. Karya sastra (fiksi) senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan denga sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat kemanusiaan tersebut pada hakekatnya bersifat universal. Artinya sifat itu diyakini dan dimilki oleh manusia sejagad. Ia tidak hanya bersifat kebangsaan apalagi perseorangan. sebuah karya fiksi yang menawarkan nilai moral yang bersifat universal, biasanya akan diterima kebenaranya secara universal juga (Nurgiantoro, 2007 : 322). Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Moralitas merupakan salah satu cirri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk lain. Moralitas dalam diri manusia merupakan kesadaran tentang baik dan buruk : tentang yang boleh dan dilarang, tentang yang harus dilakukan dan yang tidak pantas dilakukan (Djojosuroto, 2006 : 11). Dalam menilai tingkah laku seseorang secara lahiriah memang agak sulit. Penilaian tidak hanya terbatas pada sikap lahiriah saja, tetapi harus melihat secara keseluruhan. Harus diamati motivasi apakah yang melatarbelakangi atau yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu perbuatan. Motivasi seseorang untuk berbuat

11

sesuatu itulah yang sebenarnya menjadi tolak ukur kepribadian seseorang. a. Macam-macam sikap kepribadian nilai moral Menurut Suseno (1987 : 142-150) sikap-sikap kepribadian nilai moral yang kuat adalah : 1) Kejujuran Kejujuran berhubungan dengan ketulusan hati dan

kelurusan hati. Suseno menyatakan bahwa bersikap terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran adalah kemunafikan dan sering beracun. Bersikap jujur kepada orang lain berarti dua sikap yaitu bersikap terbuka dan bersifat fair. Bersikap terbuka artinya, kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri (kita berhak atas batin kita). Yang dimaksud terbuka bukan berarti pertanyaan orang lain kita jawab selengkap-lengkapnya, dan orang lain berhak mengetahui perasaan dan pikiran kita. Sehingga tidak pernah menyembunyikan dengan apa yang kita perlihatkan. Yang kedua bersikap wajar atau (fair), yaitu memperlakukan menurut standar-standar yang dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Bersikap tidak pernah bertindak bertentangan suara hati dan keyakinannya. Keselarasan yang berdasarkan kepalsuan, ketidakadilan, dan kebohongan akan disobeknya. 2) Nilai-nilai ontentik Nilai otentik berasal asli. Manusia otentik adalah manusia yang menghayati, menunjukkan dirinya sesuai dengan keaslian, dengan kepribadian yang sebenarnya 3) Kesediaan Untuk Bertanggung Jawab Kesediaan untuk bertanggung jawab adalah yang pertama kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan, dengan sebaik mungkin. Bertanggung jawab bearti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kedua bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan. Etika peraturan hanya mempertanyakan

12

apakah sesuatu atau tidak, sehingga terikat pada yang perlu dan nilai yang mau dihasilkan. 4) Kemandirian Moral Kemandirian bearti kita tidak pernah ikut-ikutan dengan berbagai pandangan moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penilitian dan penilitian dalam bertindak sesuai dengannya. Kemandirian adalah kekuatan batin untuk memahami, sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya. 5) Keberanian Moral Keberanian adalah ketekatan dalam bertindak sikap sendiri. Keberanian menunjukkan dalam tekad untuk tetap

mempertahankan sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban pun apabila tidak disetujui atau secara aktif dilawan oleh lingkungan, sehingga tidak mundur dari tugas dam tanggung jawab. Keberanian adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik. 6) Kerendahan Hati Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataan. Orang yang rendah hati tidak hanya melihat kelemahanya, melainkan juga kekuatannya sehingga sadar akan keterbatasan kebaikan kita, termasuk kemampuan untuk memberikan penilaian moral terbatas. Sehingga penilaian moral terbatas. Sehingga penilaian kita masih jauh dari sempurna karena hati kita belum jernih. 7) Realistis dan Kritis Realistis dan kritis adalah menjamin keadilan dan menciptakan sesuatu keadaan masyarakat yang membuka dan kemungkinkan lebih besar dari anggota-anggota untuk membangun hidup yang lebih yang bebas dari penderitaan dan lebih bahagia (Suseno,1987:150).

13

b. Prinsip-prinsip Moral Untuk menilai tindakan secara moral, diperlukan tolak ukur yang tepat. Tolak ukur ini merupakan prinsip dasar moral. Suseno (dalam Djojosuroto, 2006 : 12-14) mengemukakan tiga unsur dasar moral yaitu: 1) Prinsip Keadilan Kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakikat terbatas. Secara logis dibutuhkan prinsip tambahan yang plato mengatakan keadilan merupakan prasyarat. Kesejahtraan dan kebahagiaan yang sebenarnya. Jadi, keadilan adalah keutamaan yang harus dikejar. Keunggulan dan keutamaan jiwa adalah keadilan, dan ketidakadilan adalah kelemahannya. Oleh karena itu jiwa yang adil atau orang yang adil akan hidup dengan baik dan orang yang tidak baik akan hidup dengan tidak baik. Adil pada hakikatnya bearti bahwa kita memberikan kepada siapa saja yang menjadi haknya. Pada hakikatnya semua orang sama nilainya sebagai manusia. Maka tuntutan dasar keadilan ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang,dalam situasi yang sama, jadi prinsip keadilan mengukapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang yang berada dalam situasi yang sama dan menghormati hak semua pihak. 2) Prinsip Sikap Baik Prinsip sikap baik yaitu suatu prinsip yang bertolak dari prinsip utilitarisme yang mengatakan hendaknya jangan merugikan orang lain. Dengan kata lain bahwa sikap yang dituntut dari kita sebagai dasar dalam berhubungan dengan orang lain adalah sikap yang positif dan baik. Prinsip itu mengajurkan bahwa kita harus mengusahakan akibat-akibat baik sebanyak mungkin dan

mengusahakan untuk sedapat-dapatnya mencegah akibat-akibat buruk dari tindakan kita terhadap orang lain. Pebuatan baik ini

14

bukan semata-mata dalam arti sempir,melainkan sikap hati positif terhadap orang lain,dan kemauan baik terhadapnya. Prinsip baik berarti memandang seseorang dan sesuatu tidak hanya sejauh berguna baginya. Melainkan menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan, dan menunjang perkembangannya, mendukung kehidupan dan

mencegah kematiannya demi dia sendiri. 3) Prinsip Hormat Terhadap Diri Sendiri Prinsip ini mengatakan bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini berdasarkan paham bahwa manusia adalah prinsip, pusat berpengertian dan berkehendak yang memiliki kebebasan dan suara hati, makhluk berakal budi. Selain itu manusia juga wajib memperlakukan dirinya sendiri dengan hormat. seseorang wajib menghormati martabatnya sendiri. Prinsip ini mempunyai dua arah. Pertama dituntut agar seseorang tidak membiarkan dirinya diperas, diperalat, diperkosa atau diperbudak. Kedua, jangan sampai membiasakan diri sendiri.

4. Pembelajaran Sastra di SMA Karya sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia pendidikan nyata. Sebab itu sangat keliru bila di dalam dunia pendidikan selalu menganggap bidang eksata lebih utama, lebih penting dibandingkan dengan ilmu sosial atau ilmu-ilmu humaniora. Kenyataan ini

mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah untuk menyebut fenomena yang sederhana dan gamblang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. Sastra dalam pembelajaran di SMA sering menjadi latihan (Rahmanto, 1989 : 10). Sastra mempunyai kedudukan dalam pengajaran di kurikulum.

15

Terdapat hubungan yang positif antara pembelajaran sastra dengan pembelajaran bidang studi lain apabila pembelajaran sastra dilaksanakan dengan kreatif, dengan pilihan yang mampu merangsang daya kritis siswa, serta dipercayai bahwa sastra hanyalah mengantarkan siswa ke jenjang kedewasaan. Pengajaran sastra harus dilakukan dengan tepat agar pengajaran sastra dapat memberikan manfaat yang besar untuk pendidikan. Sistem pendidikan haruslah menyediakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk menjelajahi masalah, berekspresi, dan mengungkapkan pendapat dengan bebas (Rahmanto, 1989 : 20-21). Tiga hal pokok yang umumnya ada dalam pembelajaran yaitu, Guru, siswa, dan materi. Guru dalam proses pembelajaran sebagai fasilitator bagi siswanya, tetapi guru bukanlah semata-mata sumber pokok dari materi. Siswa dapat menemukan sendiri materi-materi baru yang ada di buku dan internet. Kecanggihan teknologi memudahkan siswa untuk menemukan hal-hal baru di luar materi yang diberikan oleh guru. Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran inti di sekolah yang berkaitan dengan sastra, karena pelajaran Bahasa Indonesia menjadi salah satu pelajaran yang digunakan sebagai ujian akhir sekolah. Sehingga semua pelaku pendidikan hendaknya sadar tentang pentingnya

memberikan pembelajaran sastra kepada siswa dengan cara yang kreatif dan menarik sehingga siswa berminat untuk mendalami sastra lebih detail. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar yang baik. Proses belajar itu dikatakan berlangsung dengan baik apabila seseorang itu sekarang dapat mengetahui atau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui atau tidak dapat dilakukannya. Berdasarkan Standar Kompetensi : memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan, dan dalam Kompetensi Dasar : menganalisis unsurunsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan (BSNP, 2006 : 267). Maka Nilai moral masuk dalam materi pesan/amanat yang merupakan salah satu unsur-unsur intrinsik. Materi tersebut terdapat

16

dalam pembelajaran siswa kelas XI semester 1. Apabila Nilai moral dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar menjadi alternatif pembelajaran dalam materi unsur-unsur intrinsik novel tentu sangat membantu dan member manfaat bagi proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih memahami materi tersebut. Untuk mengetahui pemahaman yang komprehensif tentang strategi pembelajaran Sastra Indonesia dan efektivitasnya terhadap pencapaian tujuan belajar, kajian pustaka penelitian ini akan diffokuskan pada pembelajaran sastra (novel) yang meliputi Indikator, materi pembelajaran, metode, strategi, pendekatan, media, dan evaluasi. a. Indikator Dari alternatif pembelajaran mengenai nilai moral dapat ditentukan indikator. Pembelajaran sastra di SMA untuk analisis Nilai moral dalam novel, terdapat dalam SK: Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan. KD: Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. b. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran ada hubungannya dengan proses penyusunan rancangan pengajaran, merupakan gabungan antara pengetahuan, keterampilan dan faktor sikap. Dengan materi ajar, memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu (Syaiful, 2005: 225). Alternatif pembelajaran ini menggunakan berbagai materi antara lain: 1) Materi Fakta Materi fakta adalah segala hal yang berwujud kenyataan atau kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

17

2) Materi konsep Materi konsep adalah segala yang berwujud pengertianpengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti /isi dan sebagainya. 3) Materi Prosedur Materi Prosedur meliputi langkah-langkah secara

sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. c. Metode pembelajaran 1. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara/tindakan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Pemilihan kombinasi metode pembelajaran yang tepat akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan

tujuannya dapat tercapai. 2. Jenis-jenis Metode pembelajaran a) Metode Bercerita Metode bercerita ialah suatu cara mengajar dengan bercerita. Pada hakikatnya metode bercerita sama dengan metode ceramah. Karena informasi disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lisan dari seseorang kepada orang lain. Dalam metode bercerita baik guru ataupun anak didik dapat berperan sebagai penutur. Guru dapat menugaskan salah satu seseorang atau beberapa orang anak didik untuk menceritakan sesuatu peristiwa atau topik. (Syaiful, 2005: 242). Kelebihan dan kekurangan mudah metode ini kelas, adalah. mudah

Kelebihannya,guru

menguasai

menyiapkannya, dan guru mudah melaksanakanya. Sedangkan kekuranganya yaitu, hanya guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat, menyebabkan anak didik pasif karena guru yang

18

aktif, dan anak didik lebih cenderung hafal isi cerita daripada sari cerita yang dituturkan b) Metode Diskusi Metode Diskusi adalah cara pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk membentuk kelompok dan berinteraksi untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dalam metode ini, siswa akan dibiasakan mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran (Syaiful, 2005 : 236-237). Kelebihan dan kekurangan metode ini adalah, kelebihan menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan, menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik, membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain. Sedangkan kekuranganya, tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, peserta didik mendapat informasi yang terbatas, dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. c) Metode Tanya jawab Metode Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Penggunaan metode Tanya jawab bermaksud memoyivasi anak didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar, atau guru yang bertanya dan anak didik yang menjawab (Syaiful, 2005 : 241). Kelebihan dan kekurangan metode ini adalah, kelebihannya lebih mengaktifkan anak didik dibandingkan dengan metode ceramah, anak akan lebih cepat mengerti, mengetahui perbedaan pendapat antara anak didik dan guru, dan akan membawa ke arah suatu diskusi. Sedangkan

19

kekuranganya

adalah

mudah

menyimpang

dari

pokok

persoalan, dapat menimbulkan beberapa masalah baru, anak didik terkadang merasa takut memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. d. Pendekatan Pembelajaran 1. Pengertian Pendekatan pembelajaran Pendekatan pembelajaran adalah tingkat pembelajaran bahasa (Suwarna, 2002:57). 2. Jenis-jenis pendekatan pembelajaran a) Pendekatan Behaviorisik Pada pendekatan ini menekankan bahwa belajar bahasa dapat dikendalikan dari luar, yaitu dengan sistem stimulus respon. b) Pendekatan Nativistik Pendekatan ini lahir atas pandangan Chomsky, seorang ahli linguistic. Pendekatan ini menganggap bahwa kemampuan berbahasa merupakan warisan biologis atau merupakan pemberian alam (Suwarna, 2002:65). c) Pendekatan kognitif Pendekatan ini dipelopori oleh Pieget. Lingkungan tidak memiliki peran yang berarti dalam pembentukan kemampuan berbahasa. Perkembangan berbahasa ditentukan oleh asumsi atau pendirian mengenai bahasa atau boleh dikatakan falsafah tentang

keterlibatan secara aktif seorang anak dengan lingkunganya. (Suwarna, 2002:66). f. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media pembelajaran Media pembelajaran adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada pembelajar

(Suwarna, 2002:145)

20

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran a) Media Hasil Teknologi Cetak Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto, dll. Teknologi menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak. b) Media Hasil Teknologi Berbasis Komputer Teknologi berbasis komputer merupakan cara

menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikroprosesor. Perbedaan antara media yang dihasilkan oleh teknologi berbasis komputer dengan dua teknologi lainnya adalah karena informasi/materi disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan atau visual. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis komputer dalam pengajaran, umumnya di kenal sebagai Computer Assisted Instruction (Pengajaran berbantuan komputer), LCD. Aplikasi tersebut meliputi drills dan practice (latihan untuk membantu siswa menguasai materi yang telah dipelajari sebelumnya), tutorial (penyajian materi pelajaran secara bertahap), permainan dan simulasi (latihan mengaplikasikan, pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari). g. Evaluasi 1. Pengertian evaluasi Evaluasi pembelajaran adalah memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarkan criteria tertentu, untuk mendapatkan evaluasi yang meyakinkan dan objektif dimulai dari informasi kuantitatif dan kualitatif (Syaiful, 2005:25). Evaluasi bertujuan memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar anak didik dan memberikan masukan kepada guru yang dia lakukan dalam pengajaran.

21

2. Jenis alat evaluasi a) Tes Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai peritiwa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapainya kawan-kawannya atau nilai standar yang ditetapkan. Jadi, tekni tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa (testi, tercoba) yang sedang dites. b) Nontes Teknik nontes merupakan alat penilaian yang

dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan si tertes (testi, tercoba, Inggris:testee) tanpa dengan alat tes. Teknik nontes dipergunakan untuk mendapatkan data yang tidak, atau paling tidak secara tidak langsung, berkaitan dengan tingkah laku kognitif

22

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 1995. Pengatar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensido. Bahri, Syaiful. 2005. Guru dan Anak Didik. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta. Pustaka. Harjto. 2007.Melek Sastra. Semarang: Kontak Center Noor,Redyanto. 2004.Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo. Nurgiyantoro, Burhan . 2007. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahmanto, B. 1989. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius Salam, Burhanuddin. 2008. Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta : PT Rineka Cipta. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya. Suseno, Franz Magris. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius. Suwarna, Pringgawidagda. 2002.Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. W. Hasyim, Mustofa. 2004. Perempuan yang Menolak Untuk Didandan. Yogyakarta: Narasi