182005317 proposal edit

Upload: priya-adhi-yaksa

Post on 17-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangBerdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas kecamatan Koja tahun 2013 ditemukan bahwa ISPA di Puskesmas Kecamatan Koja menempati urutan nomor 1 dari 10 penyakit terbanyak di daerah tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pemukiman penduduk sangat berdekatan dengan pabrik kosmetik, makanan, textile, serta banyak yang letaknya berhadapan dengan jalan raya sehingga tingginya polusi udara daerah tersebut yang merupakan salah satu penyebab gangguan saluran pernapasan.Penyakit ISPA adalah merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tersering pada anak-anak di negara-negara yang sedang berkembang. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 didapatkan bahwa dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun terdapat 4 juta (26,67%) kematian yang diakibatkan oleh penyakit ISPA setiap tahunnya. Sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (khusus bayi muda). 3 ISPA juga merupakan satu dari 3 penyakit penyebab kematian bayi selain komplikasi perinatal, dan diare (Depkes, 1995). ISPA hingga saat ini masih mencatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak dinegara berkembang. Episode penyakit batuk pilek di Indonesia diperkirakan terjadi tiga sampai enam kali pertahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-60 % kunjungan berobat di Puskesmas dan 15-30 % kunjungan berobat dirawat jalan dan rawat inap di rumah sakit (Depkes RI, 2009).Data yang diperoleh dari profil kesehatan DKI Jakarta tahun 2007 ditemukan kejadian ISPA/Pneumonia di Jakarta timur dengan jumlah penderita 3004, 488 diantaranya adalah balita namun yang ditangani hanya 419 balita (86%). (Profil Kesehatan DKI Jakarta, 2007).Lebih dari dua dasawarsa ini penyakit ISPA selalu menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia. Salah satu penyebab terjadinya ISPA adalah rendahnya kualitas udara baik didalam maupun diluar rumah baik secara biologis fisik maupun kimia (Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007).ISPA merupakan salah satu penyebab dari tiga penyakit yang sering melanda di Jakarta, cuaca yang tidak menentu seperti kadang hujan, panas yang menyebabkan suhu lingkungan tidak stabil (Dinkes DKI, 2012). Data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Koja Jakarta utara ISPA menjadi urutan pertama dalam 10 penyakit tertinggi yang kebanyakan diderita oleh balita yang berusia 1-4 tahun yaitu sebanyak 7.797 (33,7%) anak pada tahun 2011. (Laporan tahunan Puskesmas kecamatan Koja,2011)Dinegara maju diperkirakan angka kematian pertahun karena pencemaran udara dalam ruang rumah sebesar 67% dipedesaan dan 23% diperkotaan, sedangkan dinegara berkembang angka kematian terkait pencemaran udara dalam ruang rumah daerah perkotaan sebesar 9 % dan didaerah pedesaan sebesar 1 % dari total kematian (WHO, 2000).Ada banyak factor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung maupun tidak langsung. Sutrisna (1993) faktor resiko yang menyebabkan ISPA pada balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orang tua), status gizi, tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara). Depkes (2002) menyebutkan bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik (Daulay, 1992).Anak berumur dibawah 2 tahun mempunyai risiko terserang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) lebih besar dari pada anak diatas 2 tahun sampai 5 tahun, keadaan ini karena pada anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya relatif sempit (Rizandi, 2006).Berdasarkan penelitian tahun 2010 yang dilakukan oleh Nuryanto diperoleh hasil bahwa Proporsi balita yang menderita ISPA sebanyak 56%, Faktor yang berhubungan dengan penyakit ISPA pada balita adalah status gizi balita, status imunisasi, kepadatan tempat tinggal, keadaan ventilasi rumah, status merokok orang tua, tingkat pendidikan orang tua, tingkat pengetahuan ibu, dan sosial ekonomi keluarga kemudian pada peneliti lain tahun 2007 oleh bagian peneliti USU didapatkan hasil Proporsi balita yang menderita ISPA terbesar pada balita yang berumur 2-59bulan yaitu sebesar 80%, berjenis kelamin perempuan sebesar 85,3%, status gizi tidak baik sebesar 89,1%, berat badan lahir rendah (24 bulanOrdinal

7Jenis kelamin

Mengacu pada status seks pada balita seseorang, terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara laki-laki dan perempuan (Henderson, Christine, 2006)Wawancara Kuesioner 1. Laki-laki2. perempuanOrdinal

8Berat badan lahir

Berat badan bayi sesaat setelah lahir (Depkes RI, 2002)Wawancara Keusioner 1. BBLR, jika berat badan < 2500 gram2. Normal, jika berat badan 2500 gramOrdinal

9Suplementasi vitamin APemberian vitamin A kepada anak yang berusia 6-59 bulan yang bertujuan selain untuk mencegah kebutaan juga untuk menanggulangi kekurangan vitamin A, yangdiberikan pada bulan Februari dan Agustus (Depkes, 2006)Wawancara Kuesioner1. Tidak lengkap2. lengkapOrdinal

10Status imunisasiPemberian imunisasi secara lengkap kepada bayi yaitu BCG 1kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Hepatitis B 3 kali, serta Campak 1 kali ( Depkes RI, 2002)Wawancara Kuesioner 1. Tidak lengkap2. lengkapOrdinal

11ASI eksklusifPemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan (WHO,2001)WawancaraKuesioner1. Tidak, bila tidak sesuai dengan definisi ASI eksklusif2. Ya, apabila sesuai dengan definisi ASI eksklusifOrdinal

12Pendidikan ibuJemjang pendididkan terakhir yang ditempuh oleh ibu, terdiri atas pendidikan dasar (wajib belajar 9 tahun) dan pendidikan tinggi (UU No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional)WawancaraKuesioner1. Rendah (tidak sekolah, SD, SLTP)2. Tinggi (SLTA, Perguruan Tinggi)Ordinal

13Pengetahuan ibuTingkat pengetahuan ibu yang diklasifikasikan berdasarkan pengetahuan tentang gejala, atau tanda penyebab, cara penularan, cara pencegahan ISPA (jurnal Kes-Mas FKM UI, 2010)WawancaraKuesioner1. Kurang, jika jawaban yang benar