proposal edit bop

Upload: dhanydesember

Post on 04-Nov-2015

158 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

wtaaw4at

TRANSCRIPT

BABI PENDAHULUAN

A. Latar belakangDemam tifoid merupakan permasalahan kesehatan global yang penting dan harus mendapatkan perhatian khusus. Diseluruh dunia penyakit mi diperkirakan mencapai 16 juta kasus setiap tahunnya dengan 600.000 kasus dilaporkan berakhir dengan kematian. Meskipun statusnya dikatakan endemis diseluruh dunia, sebagian besar kasus tifoid muncul di kawasan Negara miskin dan berkembang terutama pada daerah dengan sanitasi air dan lingkungan yang kurang memadai seperti Afrika, Asia dan Amerika Latin (Zulkarnain, 2006 dalam Anonim, 2008).Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan kejadian 600.000 kasus kematian tiap tahun. Angka kejadian demam tifoid diketahul lebih tinggi pada negara berkembang khususnya di daerah tropis. Sehingga tak heran jika demam tifoid banyak ditemukan di Indonesia (Anonim. 2008).Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2005, demam tifoid menempati urutan ke-2 dan 10 penyakit terbanyak pasien rawat map di Rumah sakit tahun 2004 yaitu sebanyak 77.555 kasus (3,6%). Menurut hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001, demam tifoid menempati urutan ke-8 dan 10 penyakit penyebab kematian umum di Indonesia sebesar 4,3%. Pada tahun 2005 jumlah pasien rawat map demam tifoid yaitu 81.116 kasus (3,15%) dan menempati urutan ke-2 dan 10 penyakit terbanyak di rumah sakit Indonesia (Depkes RI, 2005). Data profil kesehatan Indonesia 2008 demam tifoid berada pada urutan ke 15 dan 22 penyakit penyebab kematian pada semua umur di Indonesia sebesar 1,6%. Dan data hasil surveilans penyakit Dinas Kesehatan Kota Kendari tahun 2010, distribusi penderita penyakit demam tifoid dan 12 puskesmas di Kota Kendari sebanyak 2030 penderita (Depkes RI, 2008).Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 penyakit yang disebabkan melalui makanan khususnya diare menempati urutan ke 13 dengan proporsi kematian sebesar 3.5% menjadi penyebab kematian pada semua umur, dan tingkat kematian penyakit diane di indonesia dan 15 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang dengan jumlah kematian sebanyak 209 orang atau CFR sebesar 2,48% (Depkes RI, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh 5 negara Asia, termasuk Indonesia, mengungkapkan bahwa angka kejadian demam tifoid tertinggi pada usia 2-4 tahun. Dan, selanjutnya usia 5-15 tahun. Bahkan, kasus cukup fatal banyak terjadi pada anak usia di bawah 4 tahun.Lingkungan merupakan salah satu bagian penting yang tidak bisa lepas dan kehidupan manusia. Lingkungan berperan penting dalam menentukan tingkat kesehatan suatu masyarakat. Perubahan lingkungan dapat berpengaruh terhadap perubahan hidup manusia, perubahan tersebut dapat berdampak positif dan dapat pula memberikan dampak negatif yang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia. (Bustan, 1997 dalam siska 2009)Lingkungan yang buruk sangat berpengaruh dalam penyebaran penyakit. Demam tifoid (thypoid fever) atau tifus abdominalis merupakan salah satu penyakit menular yang sangat erat kaitannya dengan lingkungan terutama lingkungan yang tidak memenuhi standar kesehatan yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan (Risai, 2009) yang dilakukan di puskesmas poasia pada tahun 2009 diperoleh hasil analisis penelitian yang mengatakan bahwa jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat beresiko terhadap kejadian penyakit tifoid pada wilayah kerja puskesmas Poasia tahun 2010.

Hasil survey awal yang dilakukan peneliti di puskesmas Nambo, didapatkan data yaitu pada tahun 2011 angka kejadian demam tifoid sebanyak 230 kasus yang 67 diantaranya diderita oleh balita, pada tahun 2012 angka kejadian demam tifoid sebanyak 286 kasus yang 82 diantaranya diderita oleh balita dan pada tahun 2013 dan bulan Januari hingga Agustus angka kejadian demam tifoid sebanyak 402 kasus yang 124 diantaranya diderita oleh balita. Penyakit demem tifoid menempati urutan ke 3 dan 10 besar penyakit di Wilayah kerja Puskesmas Nambo tahun 20l3.Berdasarkan uraian diatas, penyakit demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan dengan angka kejadian yang cukup tinggi, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Nambo tahun 2013. Menurut teori Hendrik L. Bloom menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain faktor lingkungan dan faktor perilaku manusia seperti faktor kebiasaan mencuci tangan dan faktor kebersihan makanan. Perilaku manusia sangat erat hubungannya dengan faktor pengetahuan manusia itu sendiri.Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, kepandaian tentang suatu objek tertentu yang didapatkan melalui berbgai cara. Dengan pengetahuan yang balk tentang suatu penyakit akan mempengaruhi perilakunya masyarakat dalam upaya peningktan kesehatan masyarakat. Sehingga pengetahuan yang balk akan suatu penyakit akan mengahsilkan perilaku kesehatan yang baik pula inilah yang mendasari masyarakat untuk melakukan perilaku kesehatan yang baik dan begitu pula sebaliknya.Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya dan dikuti dengan penggunaan sabun atau antiseptik lainnya dengan tujuan menghilangaan kuman dan bakteri penyebab penyakit. Sehingga kebiasan mencuci tangan sangat erat hubungannya dengan timbulnya penyakit demam tifoid yang disebabkan oleh kuman dan bakteri.Air merupakan salah satu unsur yang tidak bisa lepas dan kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan menjaga kesehatan tubuh. Sehingga sumber air minum yang tidak sehat atau tercemar bakteri dapat menimbulkan berbagai penyakit pada manusia salah satunya adalah penyakit demam tifoid.B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh terjadinya penyakit demam tifoid pada balita di daerah pesisir di wilayah kerja Puskesmas Nambo.C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk mengetahui pengaruh kejadian penyakit demam tifoid pada balita di daerah pesisir di wilayah kerja Puskesmas Nambo tahun 2013.2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pengetahuan terhadap kejadian penyakit demam tifoid. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kebiasaan mencuci tangan terhadap kejadian penyakit demam tifoid. Untuk rnengetahui apakah ada pengaruh sumber air minum terhadap kejadian penyakit demam tifoid. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit demam tifoid di wilayah kerja puskesmas Nambo tahun 2013D. Manfaat Penelitian1. Manfaat praktisHasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi dunia kesehatan dalam menentukan kebijakan khususnya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit demam tifoid pada balita khususnya di wilayah kerja Puskesmas Nambo.2. Manfaat Teoritis2.1. Bagi bidang keilmuan untuk menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian demam tifoid.2.2. Bagi Dinas Kesehatan Kota kendari dan Instansi terkait hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk pengambilan kebijakan dalam penanggulangan penyakit demam tifoid.2.3. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi tentang dampak dan penyakit demam tifoid di suatu masyarakat sehingga dapat melakukan pencegahan dan penanggulangan untuk mewujudkan kesehatan masyarakat3. Manfaat PenelitiBagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru serta merupakan tambahan ilmu pengetahuan dalam memperluas wawasan tentang metode penelitian dan sebagai tugas akhir dalam rnenyelesaikan proses perkuliahan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Demam Tifoid1. DefinisiDemam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang Iebih dan 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram negatif Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam sd fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. (Darmowandowo, 2010). Demam Tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, yang masuk ke tubuh melalui mulut dan saluran cerna. Tinja dan air kencing dan pembawa kuman Salmonella typhi dapat mencemari makanan dan minuman akibat kurangnya disiplin untuk mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan kecil, sehingga tangan yang mengandung kuman Salmonella typhi mencemari makanan, minuman, dan alat makan. Lalat pun ikut membantu penyebaran kuman Salmonella typhi dan tinja yang mengandung Salmonella typhi ke makanan yang dihinggapi lalat. Air seni dan tinja pun dapat mencemari air tanah yang digunakan untuk sumber air minum atau memasak. lnilah pentingnya untuk memasak atau mengolah air dengan balk sebelum digunakan untuk air minum atau memasak (Billy, 2009)2. EtiologiDemam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhy), basil gram negatif, berfiagel, dan tidak berspora. Salmonella typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen 0 (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut (Tania, 2010). Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan Iaktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4 0C (130 F) selama 1 jam atau 60 0C (140 0 F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, air, es dan debu.(Depkes RI, 2006)3. Patogenesis dan Patologi Masa inkubasi demam tifoid 7 sampai 14 han. Masuknya kuman Salmonella typhi (tiphy) dan Salmonella paratyphi (S. paratyphi) ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang tercemar feses manusia. Setelah kuman melewati lambung, kuman masuk ke dalam usus halus dan invasi ke jaringan limfoid dan selanjutnya berkembang biak. Melalui saluran limfe mesenterik kuman masuk ke aliran darah sistemik dan mencapai sel-sel retikulo endothelial dan hati dan limpa. Kuman salmonella menghasilkan endotoksin yang merupakan kompleks lipopolisakarida dan berperan penting pada pathogenesis demam tifoid. Endotoksin bersifat pirogenik serta memperbesar reaksi peradangan dimana kuman salmonella berkembang biak. Endotoksin juga merupakan perangsang yang kuat untuk menghasilkan sitokin oleh sel-sel makrofag dan sel lekosit yang meradang sehingga dapat menyebabkan timbulnya demam dan gejala toksemia. Kelainan patologis yang uatama terjadi pada usus halus terutama di ileum bagian distal. Pada minggu pertama pada plak peyer tenjadi hiperpelasia berlanjut menjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi pada minggu ketiga, sehingga membentuk ulkus dan ulkus milah yang menyebabkan pendarahan. Kelainan-kelainan patologis yang sama juga dapat ditemykan organ tubuh lain seperti tulang, usus, pam, ginjal, jantung dan selaput otak (Depkes RI, 2006).4. EpidemiologisPenyakit ini tersebar merata diseluruh dunia. Insidensi penyakit demam tifoid diseluruh dunia mencapai 17 juta setahun dengan jumlah kematian sebanyak 600.000 orang. Di Amenika Serikat demam tifoid muncul sporadis dan relatif konstan berkisar antara 500 kasus setahun selama bertahun-tahun (bandingkan dengan demam tifoid yang dilaporkan sebanyak 2484 pada tahun 1950). Dengan memasyarakatnya perilaku hidup bersih dan sehat, memasyarakatnya pemakaian jamban yang saniter maka telah terjadi penurunan kasus dernam Tifoid, dan yang terjadi di Amerika Serikat adalah kasus import dan daerah endemis. Sekarang sering ditemukan strain yang resisten terhadap kioramfenikol dan terhadap antibiotika lain yang umum digunakan untuk demam tifoid (Chin, 2010)5. Manifestasi KlinisMasa inkubasi tergantung pada besarnya jumlah bekteri yang menginfeksi, masa inkubasi berlangsung dan 3 han sampai dengan I bulan dengan rata-rata antara 8-14 hari. Untuk gastroentenis yang disebabkan oleh paratifoid masa inkubasi berkisar antara 1-10 hari. Gejala-gejala kimis yang timbul sangat bervariasi dan ringan sampai dengan berat, dan asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian (Chin, 2010). Dalam minggu pertama penyakit biasanya menurun pada pagi han dan meningkat pada sore dan malam hari. Keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual muntah, obestipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan menigkat. Dalam minggu kedua pasien terus dalam keadaan demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga (Depkes RI, 2006).6. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Demam Tifoid Faktor penyebab demam tifoid adalah pola makan, kebersihan makanan, hygiene sanitasi (kualitas sumber air dan kebersihan jamban), tingkat pengetahuan kebersihan diri (kebiasaan cuci tangan dan kebersihan badan)(http://www.digilib.unimus.ac.idldownload.php?id3931. di unduh tanggal 22 maret 2011.)

6.1. Pola makan Pola makan dapat diartikan suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Jadi pola makan juga ikut menentukan kesehatan bagi tubuh kita (Anonim, 2011).6.2. Kebersihan Makanan Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang bagian makanan yang rusak. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah dan lain-lain. (Depkes, 2005).Makanan adalah bahan, biasanya berasal dan hewan atau tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dana nutrisi. Cairan dipakai untuk maksud mi sering disebut minuman, tetapi kata makanan juga bisa dipakai. Istilah mi kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti makanan untuk pemikiran. Kecukupan makanan dapat dmilai dengan status gizi secara antropometri. (Anonim, 2011).Cara menjaga makanan menunit WHO:1. Pilih makanan yang diolah demi keamanan. 2. Masak makanan dengan seksama.3. Makan makanan matang dengan segera.4. Simpan makanan matang dengan hati-hati.5. Panaskan kembali makanan matang dengan seksama.6. Hindari kontak antara makanan mentah dan makanan matang. 7. Cuci tangan berulang kali.8. Jaga kebersihan seluruh permukaan dapur.9. Lindungi makanan dan serangga, binatang pengerat dan binatang lain.10. Gunakan air yang aman.11. Kebersihan DiriKebersiahan diri adalah sikap perilaku hidup bersih pada seseorang agar badan terbebas dan kuman. Salah satu hal yang hams diperhatikan dalam menjaga kebersihan din adalah penilaku cuci tangan. Kebersihan din terutama dalam hal perilaku mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan, merupakan sesuatu yang sangat baik. Karena sebagian besar salmonella typhi ditularkan melalui perantara tangan.12. Hygiene SanitasiHygene adalah salah satu usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari berbagai usaha untuk memepertahankan atau memperbaiki kesehatan.Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia.13. Kualitas sumber air Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis dan subtropics terutama di daerah dengan kualitas ssumber air yang tidak balk dengan standar hygiene dan sanitasi rendah.14. Kebersihan JambanPenularan penyakit demam tifoid bersifat face-oral, maka pembuangan kotoran manusia rnelalui jamban sangatlah penting. Penggunaan jamban yang baik dan bersih dapat mengurangi risiko demam tifoid.7. PenatalaksanaanPengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dan pengobatan suportif meliputi istirahat dan diet, medikamentosa, terapi penyulit (tergantung penyulit yang terjadi). Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien hams tirah baring absolut sampai mmimal 7 han bebas demam atau kurag lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien (Mansjoer, 2009). Dalam pedoman pengendalian demam tifoid di jelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengobatan penderita demam tifoid dalam upaya penyembuhannya, diantaranya yaitu diet dan terapi siptornatik, serta dalam perawatan penderita harus tirah baring sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Penyembuhan juga hams di ikuti dengan proses pemberian nutrisi kepada penderita berupa cairan yang cukup baik secara oral maupun parenteral. (Depkes RI, 2006).B. Tinjaun Tentang Balita1. PengertianAnak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia mi merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.2. Karakteristik Balita Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2005). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dan apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dan masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan Iebih kecil dan anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang dibenikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering. Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia mi anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam penilaku. Pada masa mi anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan tidak terhadap setiap ajakan. Pada masa mi berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dan aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).C. Tinjauan tentang Variabel Penelitian1. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dan tahu dan mi terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tenjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah hasil tahu dan manusia yang sekedar menjawab pertanyaan what misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2009). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2010), yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalarn pengetahuan tingkat mi adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajani atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefmisikan., menyatakan dan sebagainya.b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi hams dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.c. Aplikasi (Application).Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.d. Analisis (Analysis).Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain, kemampuan analisis dapat dilihat penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis).Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan suatu bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation).Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Dalam (Erfandi, 2009) ada heberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya yaitu:1. Pendidikan.Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.2. Mass media/ informasi.Informasi yang diperoleh baik dan pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi barn. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opmi dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opmi seseorang. Adanya informasi barn mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.3. Sosial budaya dan ekonomi.Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ml akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.4. Lingkungan.Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal initerjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.5. Pengalaman. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dan masalah nyata dalam bidang kerjanya.6. Usia.Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya sernakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta Iebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia (Notoatmodjo, 2005).2. Kebiasaan Mencuci tanganMencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jan jemari dengan rnenggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dan ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dan kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. (Depkes RI, 2008).Cara Mencuci Tangan Yang Baik Dan Benar 1. Gunakan air yang bersih Air yang bersih tentu saja yang jernih, tidak berbau dan tidak berwarna. Ada banyak sekali standar kesehatan rnengenai air bersih terutama yang berhubungan dengan air minum dan untuk kesehatan, termasuk di dalamnya air yang bebas mikroorganisme, bahan kimia, dan bahan radioaktif. Namun untuk keperluan mencuci tangan bagi masyarakat awam maka dengan kriteria yang disebutkan yakni jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sudah cukup.2. Mencuci tangan harus menggunakan sabun Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya. Didalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah, tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan.3. Gunakan air yang mengalirMencuci tangan dengan menggunakan air yang mengalir merupakan salah satu cara yang paling efektif, karena dengan mencuci tangan di air mengalir maka kotoran dan kuman akan Iuruh terbawa air.Langkah mencuci tangan yang benarLangkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO 2005 yakni 7 langkah yang di kembangkan menjadi 10 Iangkah berikut(Anonim 2010).1. Basuh tangan dengan air mengalir2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan3. Gosok punggung tangan dan sela-sela jan tangan kin dan tangan kanan, begitu pula sebaliknya.4. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan, jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.6. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya.7. Gosok pergelangan tangan kin dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan sebaliknya.8. Bilas kedua tangan dengan air.9. Keringkan dengan lap tangan atau tissue.3. Sumber Air MinumAir adalah sebuah zat yang ada di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu seratus derajat celcius. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Ditinjau dan sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat (Notoatmodjo, 2003). a. Sumber AirDari sikius hidrologis dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara sepintas. Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum, Sumber-sumber air tersebut adalah: 1. air permukaan yang merupakan air sungai dan danau.2. air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah clangkal atau air tanah dalam serta mata air yang berasla dan air tanah.3. air angkasa, yaitu air yang berasal dan atmosfir, seperti hujan dan salju.b. Kualitas AirPeraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya yaitu: Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan PLTA.D. Kerangka PikirTifoid adalah penyakit ineksi yang disebabkan oleh kuman S. typhi yang masuk ke tubuh melalui saluran cerna. Kurangnnya pengetahuan seseorang tentang penularan kuman S. typhi akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan seharih an, serta penilau dalam pencegahan timbulnya penyakit tifoid. Tinja, air dan air kencing pembawa kuman S. 1)phi dapat mencemari makanan dan minuman akibat kurangnnya disiplin untuk mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan kecil, sehingga tangan yang mengandung S. lyphi dapat mencemari makanan dan minuman, serta alat makan.Berdasarkan pemikiran di atas maka dapat di hasilkan kerangka pemikiran sebagai berikut.

1. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada pengaruh antara pengetahuan dengan kejadian demam tifoid pada balita di daerah pesisir di wilayah kerja Puskesmas Nambo.Ha :Ada pengaruh antara pengetahuan dengan Kejadian demam tifoid pada balita di daerah pesisir di wilayah kerja Puskesmas Nambo.Ho :Tidak ada pengaruh antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian demam tifoid pada balita di daerah pesisir di wilaya kerja Puskesmas Nambo.Ha : Ada pengaruh antara kebiasaan mencuci Tangan dengan kejadian demam tifoid pada balita di daerah pesisir di wilayah kerja Puskesmas Nambo.Ho : Tidak ada pengaruh antara sumber air minum dengan kejadian demam tifoid pada balita di daerah pesisir di wilayah Kerja Puskesmas Nambo.Ha : Ada pengaruh antara sumber air minum dengan kejadian Demam tifoid pada balita di daerah pesisir di wilayah kerja Puskesmas Nambo

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian analitik. dengan pendekatan Case Control study, yakni membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol berdasarkan kasus terpapamya, dengan menggunakan pendekatan retrospektif dimana efek diidentifIkasi pada saat ini kemudian faktor resikonya diidentifikasi terjadinya pada waktu lain.Rancangan Penelitian case controlFaktor resiko Faktor resiko Faktor resiko Faktor resiko +Demam Tifoidi efek + 4 Matching: - Jenis Kelamin -Umur Demam Tifoid4 efek 4____ Populasi (sampel)

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Case Control

B. Waktu dan Tempat Penelitian1. Waktu Waktu penelitian di mulai setelah proposal ini diterima.2. TempatPenelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Nambo Kota Kendari.

C. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi dalam penelitian adalah sernua pasien balita yang terdiagnosa positif demam tifoid dan tidak positif terkena penyakit tifoid yang terdaftar sebagai pasien dalarn buku register di Puskesmas Nambo Kota Kendari selama tahun 2013 periode Januari-Agustus yaitu sebanyak 124 pasien.2. Sampel Sampel dalam pelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Nambo, Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara ada]ah sebagian dan jumlah populasi yaitu suspect tifoid yang terdaftar di puskesmas Nambo. Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus berikut: N n= N(d2) + 1 (Notoatmodjo, 2005) Ket: 4, n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi / c) d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan. t (0 L0 1./ 1241+124(0,0025) 124 =94.6=95 I 1,31 Jadi jumlah sampel dalarn penilitian ini sebanyak 95 orang. 28

1 + 124(0,052)

124

Selanjutnya karena sampel dalam penelitian dibagi dua yakni kasus dan kontrol, maka proporsi masing-masing kasus dan kontrol adalah sama (Murti, 2006). Jumlah untuk masing-masing kasus dan kontrol dapat diuraikan dibawah ini:a. Kasus Sampel kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang terdaftar dalam buku registrasi Puskesmas nambo dan terdiagnosa (positif) menderita penyakit demam Tifoid dengan jumlah sampel kasus sebesar 95 orang.b. KontrolSampel kontrol dalam penelitian ini adalah pasien yang terdaftar dalam buku registrasi Puskesmas Nambo dan tidak terdiagnosa menderita penyakit Demam Tifoid (negatif) dengan jumlah Sampel kontrol sebesar 95 orang.3. Teknik pengambilan sampelPengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling, adalah cara pengambilan sampel secara acak yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.D. Pengumpulan Data1. Jenis DataJenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang di peroleh secara langsung dan responden yang berhubungan dengan variabel penelitian. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dan Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas Nambo Kota Kendari.

2. Cara Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara Iangsung kepada responden dengan menggunakan alat bantu kuisioner, sedangkan untuk data sekunder dengan melihat dokumen yang ada pada Puskesmas Nambo.E. Pengolahan Data1. Editing yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul pada kuisioner.2. Coding yaitu pemberian kode pada data untuk memudahkan dalam memasukkan data dalam program komputer.3. Entry, yaitu memasuikkan data dalam program komputer untuk dilakukan analisis lanjut.4. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian direkap dan disusun dalam bentuk label agar dapat dibaca dengan mudah. F. Analisis DataAnalisis data menggunakan statistik inferensial sebagal berikut:1. UnivariatAnalisis univariant digunakan untuk mengetahui distribusi dan proporsi (persentase) dan tiap variabel bebas (pengetahuan, kebiasaan mencuci tangan dan sumber air minum) terhadap vanabel tenkat (Kejadian Penyakit demam tifoid pada balita).2. Analisis BivariatBertujuan menguji hubungan antara vaniabel bebas dan variabel terikat (Murti. 2007). Anahsis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji:a. Odds RatioKarena rancangan penelitian ini adalah case control, pengaruh antara variabel indeperiden dengan variabel dependen digunakan uji statistik Odds Ratio (OR) table kontingensi 2 x 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam model hubungan variabel sebagai berikut. Tabel 3.1 Kontingensi 2x2 Case Control StudyKelompok Studi Faktor Risiko Kasus KontrolTotal

Faktor Risiko(+)aba + b

Faktor Risiko(-)cDc + d

Jumlaha+cb+da+b+c+d

axd OR= bxc Keterangan: a Jumlah kasus dengan risiko positif b. Jumlah kontrol dengan risiko positif c. Jumlah kasus dengan nsiko negatif d. Jumlah kontrol dengan risiko negatif Adapun kaidah keputusan yang digunakan dalam OR adalah sebagai berikut: 1. Interval kepercayaan sebesar 95% 2. Nilai kemaknaan untuk melihat faktor risiko dengan kasus ditentukan berdasarkan batas-batas (limit) sebagai berikut:a. Jika OR> 1, merupakan fakior risiko terjadi kasus b. Jika OR < 1, merupakan faktor risiko proteksi atau perlindungan terjadinya kasus. c. Jika OR = 1, tidak adanva hubungan faktor risiko dengan kasus Nilai OR diangap bermaknajika lower dan upper limit tidak mencukupi. Upper limit = OR x e+F Lower limit = OR x e-FDimana: 1,96 a b c d E= log nature (2,72) Dasar pengambilan keputusan: 1. Jika nilai batas bawah dan nilai batas alas lebih besar dan I atau lebih kecil dan 1 atau dengan kata lain nilai batas bawah dan nilai batas alas tidak melewati angka 1 berarti hubungan tersebut bermakna. 2. Jika nilai batas bawah 1 atau lebih kecil dan 1 atau dengan kata lain nilai batas bawah dan nilai batas alas melewati angka 1, berarti hubungan tersebut tidak bermakna (Murti, 2006)3. Analisis MultivaniatAnalisis Multivaniat dilakukan terhadap lebih dan dua variabel biasanya hubungan antara satu variabel terikat dan dengan beberapa vaniabel bebas (Notoatmojo, 2005). Dalam analisis ini digunakan uji regresi logistik untuk mencari variabel independent yang paling berhubungan dengan variabel dependen.Logit(n) = In = 13 + j3 xji+132 1icj

(Bungin, 2005)

Keterangan: J3o: Konstanta 13i: Koefisien x11: Pengetahuan Xj2. Kebiasaan mencuci tangan xj4: Sumber Air Minum

G. Defmisi Operasional dan Kiiteria ObjektifSecara operasional, variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna vanabel penelitian. Singanmbun (1995) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang membenkan petunjuk bagaimana variabel itu diukur. Variabel dalam penelitian ini terdiri dan satu variabel terikat dan enam variabel bebas, yaitu: 1. Penderita Demam Tifoid yaitu orang yang memiliki gejala Demam Tifoid seperti Panas lebih dan 7 hari, biasanya mulai dengan panas yang makin hari makin meninggi. sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari. Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi, dan Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis. somnolen, sopor, bahkan sampai koma. (Darmowandowo, 2006).Kriteria Objektif Menderita : Bila hasil pemeriksan laboratorium dan diagnosa dokter menderita penyakit Demam Tifoid.Tidak Menderita : Bila hasil pemeriksan laboratorium dan diagnosa dokter tidak menderita penyakit Demam Tifoid. 2. Pengetahuan adalah merupakan hasil dan tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2010) Kriteria Objektif Baik : Bila responden menjawab 50% dan total skor. Kurang : Bila responden menjawab 50% dan total skor.(Arikunto,2005)3. Kebiasaan mencuci tangan adalah suatu tindakan secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dan kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. (Depkes 2007).Kriteria ObjektifBaik : Bila responden menjawab 60 % dan total skor. Kurang : Bila responden menjawab 60 % dan total skor.(Arikunto, 2005).4. Sumber air minum adalah sumber air yang diperoleh untuk dikonsumsi(minum) baik dengan atau tanpa pengolahan untuk kehidupan sehari-hari (Slamet. 2007). Kriteria ObjektifBaik : Bila kualitas fisik sumber air memenuhi standar kesehatan seperti tidak berbau, berasa. berwarna dan tidak berbusa. Kurang: Bila kualitas fisik sumber air tidak memenuhi standar Kesehatan sesuai kriteria di atas. (Depkes RI 2009).H. Instrument Penelitian.Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adaiah kuesioner (daftar pertanyaan) yang berupa pertanyaan-pertwiyaan dan observasi (pengamatan) terkait dengan variabel penelitian. dan Komputer dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS), sebaai alat bantu dalam mengumpul data serta mengolah data hasil penelitian.

KATA PENGANTAR A ssalamu A laikum Warahmatullahi Waharakaiuh. Puji syukur atas kehadirat AlLah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian dengan judul Pengaruh Terjadinya Penyakit Demam Tifoid pada Balita di Daerah Pesisir di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo Kota Kendari Tahun 2013 dengan tepat waktu. Tak lupa pula, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah saw yang senantiasa menjadi teladan yang baik dalam kehidupan kita. Penufisan proposal ini merupakan salah sam syarat akademis untuk menyelasaikan pendidikan sarjana (S 1) pada Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna. Penulis menyadari dalam melaksanakan penelitian hingga penulisan proposal ml tidak akan terlaksana dan berjalan dengan balk tanpa bimbingan dan dukungan dan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sriyana Herman, SKM, M. Kes selaku pembimbing I dan Ns. Ama Yulistasia, S.Kep selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Akhir kata, penulis menyadari proposal ml masih jauh dan sempurna, oleh sebab itu kritik, saran dan masukan yang sifatnya membangun dan pembaca umumnya sangat penulis harapkan. Kendari, Oktober 2013 Penulis

DAFTAR ISI J (_TDIJI4 i BABI PENDAIIULUAN A. Latar Belakang 1 B. RurnusanMasaiah C. Tujuan Penelitian . D. ManfaatPenelitiafl 6 BAB II TINJAUAN PUSTALKA A. Tinjauan Tentang Demam Tifoid 7 B. TinjauanTerLtaflgBahta 14 C. Tinjauan Tentang Variabel Penelitian 16 D. KerangkaPikir 24 l.HipotesisPenelitiafl 26 BAB UI METODOLOGI PENELITIAN A. JenisPenelitian 27 B. WaktudanTempatPeflehtlafl 27 C. PopulasidanSampel 28 D. Pengumpulan Data 29 E. Pengolahan Data 29 F. A.nalisisData 30 G. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 33 H. InstrumenPenelitian 34

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA Anies. 2005. Mewaspadai Penyakit Lingkungan. Elex Media Komputindo, Jakarta Anonim . 2006. Angka Kejadian Demam Tifoid. http:// ummusalma.wordpress.com di akses tanggal 14 Maret 2011 2008. Faktor-faktor Yang BerhubunLan Dengan Terjadinya Demam Tifoid Pada Perawat Di Rumah Sakit LTniurn Daerah (RSUD) Tugurejo Semarang. Semarang. skripsi yang tidak di publikasikan. _______ 2010(a). Mencuci Tangan. http://id.wikipedia.org/wiki. diakses tanggal 16 Maret 2011 _______ 2010(b). Cara Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar. http://rockvpanjaitan.blogspot.com. diakses tanggal 16 Maret 2011. Arikunto 2005. Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta ________ 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Billy, 2008. Demam Tifoid. http://konsulsehat.wordpress.com. diskses tanggal 10 September 2013. Bungin, 2005. Analisis Multivariat Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta Chin,, 2010. Manual Pemberantasan Pen yakit Menular. APFIA, Jakarta Darm awandowo 2010. Dem am Tifoid. http ://ummu salma. wordpress. corn. (iakses tanggal 0 September 2013.) Depkes R1 2004. Persyaratan KesehatanLingkungan Rumah Sakit. ________,2005. Profil Kesehatan Indonesia TahunC05. __________2006(a), Profil Kesehatan Indonesia lahun 2006. _________ 2006(b),Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid Bagi Tanaga kesehatan.Jakarta

_________ 2008.Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Erfandj, 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. http://forbetterhealth.wordpress.com/ Di akses tanggal 21 juni 2011 Henry,S, 2009. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Kasus Demam Tifoid Yang Dirawat Pada Bangsal Penyakit Dalam Di Rsup Dr.Kariadi Semarang. diakses tanggal 3 Maret 2010. Kasjono Kristiawan. 2008. Intisari Epidemiologi. Mitra Cendekia Press, Jogj akarta. Madjid 2009. Pengetahuan dan tindakan masyarakat dalam pemanfaatan jamban keluarga. http://datinkessulsel.wordpress.com. di akses tanggal 21 Juni 2011. Mansjoer. 2009. Demam Tifoid. http://ummusalma.wordpress.com. diakses tanggal 12 September 2013. Muaris.H. (2006). Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Mulia, 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Murti 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan kulaitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. ___________, 2009. fimu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Rineka Cipta, Jakarta. 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta. Risa, 2009. Faktor Risiko Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Kendari: Skripsi Universitas Haluoleo yang Tidak di publikasikan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna Pedoman Penulisan Skripsi Sirodjuddin,2008. Definisi Sampah. http://ardansirodjuddin.wordpress.com. di akses tanggal 21 Juni 2011. Siska, 2009. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat map Di Rurnah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi. Medan: Skripsi Universitas Sumatra Utara yang tidak di pubtikasikan. Sutomo, B & Anggraini, D. Y. 2010, Makanan Sehat Pendamping ASI. Demedia. Jakarta. Tania,, 2010. Penatalaksanaan Demam Tifoid. http:/fbelibis-al 7.com. diakses tanggal 16 Maret 2011. Uripi, V. 2005. Menu Sehat Untu Balita. Penerbit Puspa Swara, Jakarta http://www.digilib.unimus.ac.id/download php?id393 1. di unduh tanggal 22 maret 2011.