proposal edit 1

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asfiksia 1. Definisi Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda. Menurut IDAI Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Sebuah kondisi dimana terjadi penurunan jumlah oksigen secara ekstrim dalam tubuh disertai dengan peningkatan jumlah karbondioksida yang menyebabkan kehilangan kesadaran atau kematian (Medical Dictionary of American Heritage, 2007). Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saifuddin, 2001).

Upload: noris-christna

Post on 05-Jul-2015

121 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Edit 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asfiksia

1. Definisi

Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda. Menurut

IDAI Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat

lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia

dan asidosis.

Sebuah kondisi dimana terjadi penurunan jumlah oksigen secara ekstrim dalam

tubuh disertai dengan peningkatan jumlah karbondioksida yang menyebabkan kehilangan

kesadaran atau kematian (Medical Dictionary of American Heritage, 2007).

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses

ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia

juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saifuddin, 2001).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan

dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami

asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan

ibu hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi

selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Page 2: Proposal Edit 1

2. Etiologi

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi

darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi

di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia

bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada

bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini :

a. Faktor ibu

1) Preeklampsia dan eklampsia

2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

3) Partus macet

4) Demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

b. Faktor Tali Pusat

1) Lilitan tali pusat

2) Tali pusat pendek

3) Simpul tali pusat

4) Prolapsus tali pusat

c. Faktor Bayi

1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)

3) Kelainan bawaan (kongenital)

Page 3: Proposal Edit 1

4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk

menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu

harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan

resusitasi. Akan tetapi, ada kalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau

(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,

penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

3. Manifestasi Klinis

Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan

persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama

kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian

asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi.

Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada

dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan

asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik.

Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerob yang berupa

glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan

berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang

disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

a. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.

b. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.

Page 4: Proposal Edit 1

c. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya

resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem

sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan, (Rustam, 1998).

4. Gejala dan Tanda Asfiksia

a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

b. Warna kulit kebiruan

c. Kejang

d. Penurunan kesadaran.

5. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia

janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan

ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian menurut

Wiknjosastro (1999), yaitu :

a. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan

tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan

lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

b. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada

presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus

diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat

merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan

mudah.

Page 5: Proposal Edit 1

c. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks di buat

sayatan kecil pada kulit kepala janin dan di ambil contoh darah janin. Darah ini di

periksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun

sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin

disertai asfiksia.

6. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,

menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan

resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian

tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda

penting, yaitu :

a. Penafasan

b. Denyut jantung

c. Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat

keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan

bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar

pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

7. Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi

dalam keadaan siap pakai, yaitu :

Page 6: Proposal Edit 1

a. 2 helai kain / handuk.

b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk

kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala

bayii.

c. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.

d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

e. Kotak alat resusitasi.

f. Jam atau pencatat waktu, (Wiknjosastro, 2007).

Page 7: Proposal Edit 1

8. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai

ABC resusitasi, yaitu :

a. Memastikan saluran terbuka

1) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

2) Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

3) Bila perlu masukkan pipa endo trakheal (pipa ET) untuk memastikan saluran

pernafasan terbuka.

b. Memulai pernafasan

1) Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

2) Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau

mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

c. Mempertahankan sirkulasi

Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

1) Kompresi dada

2) Pengobatan.

9. Langkah-langkah Resusitasi

a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan

selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.

b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.

c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).

d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih

kemudian lanjutkan ke hidung.

Page 8: Proposal Edit 1

e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-

usap punggung bayi.

f. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik,

hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis

penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit,

lakukan ventilasi tekanan positif.

1) Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.

2) Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag

atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi

mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV

40 – 60 x / menit.

3) Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan

10.

a) 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.

b) 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.

c) 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai

kompresi jantung.

d) < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.

e) Kompresi jantung

Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara

kompresi jantung :

1) Kedua ibu jari menekan sternum sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh

bayi.

Page 9: Proposal Edit 1

2) Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang

tubuh bayi.

g. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.

h. Denyut jantung 80x/menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut

jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.

i. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 :

10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.

j. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.

k. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap

3 – 5 menit.

l. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak respon terhadap di

atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV

selama 2 menit (Wiknjosastro, 2007).

10. Persiapan resusitasi

Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua

faktor utama yang perlu dilakukan adalah :

a. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat

terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia

dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.

b. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil.

Persiapan minumum antara lain :

1) Alat pemanas siap pakai – Oksigen

2) Alat pengisap

Page 10: Proposal Edit 1

3) Alat sungkup dan balon resusitasi

4) Alat intubasi

5) Obat-obatan

11. Prinsip-prinsip Resusitasi yang Efektif

a. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus

rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.

b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus

dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien.

c. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu

tim yang terkoordinasi.

d. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya

ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.

e. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap

pakai.