proposal bab i

31
 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS (Penelitian Quasi Eksperimen Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 16 Garut Tahu Ajaran 2011/2012) A. Lat ar Be lak ang Masa lah Ren dah nya mut u pen did ika n nas ion al, khu sus nya pen did ika n sai ns mer upa kan manife sta si pen erap an pol a pen did ika n yan g tidak ses uai den gan tuntutan dan kebutuhan siswa. Selama ini pola pengajaran yang terjadi terlalu menekankan pada tuntutan akan hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa mel iha t bag aimana pro ses yan g har us dij ala ni. Dampak dar i pen erap an pol a  pengajaran seperti ini adalah siswa tidak memahami dan menguasai konsep yang di aja rkan. Rendahnya pe nguasaan kons ep Il mu Penget ahuan Al am (IP A) disebabkan oleh penggunaan pola pikir yang rendah pada pembentukan sistem konseptual IPA (Liliasari, 1996). Time broad education (BBE) Depdikbud (dalam Mia , 2003: 2) men yat aka n bah wa pembel ajar an di sekola h cender ung san gat teorit ik dan tid ak terk ait dengan lingku nga n dimana ana k ber ada , aki bat nya  pe sert a did ik tidak mampu menera pka n yang dip ela jari nya di sek ola h gun a menyelesaikan atau memecahkan masalah yang di jumpai dalam kehidupannya. Mod el pembel ajar an fis ika yan g saat ini dig una kan guru-guru fis ika sekolah menengah dipandang masih jauh dalam memenuhi fungsi dan tujuan mata  pe laja ran fis ika di tingka t SMA yan g dic ana ngk an Depdik nas , fakta ters ebut sangat berkaitan dengan bagaimana pembelajaran fisika di kelas, pembelajaran saat ini ternyata masih bersifat tradisional sehingga tidak semua siswa bisa terlibat aktif dalam pembelajaran (Rudi, 2008: 1). 1

Upload: tsana-badriah

Post on 13-Jul-2015

442 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 1/31

 

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS(Penelitian Quasi Eksperimen Kelas XI IPA Semester Genap

SMA Negeri 16 Garut Tahu Ajaran 2011/2012)

A. Latar Belakang Masalah

Rendahnya mutu pendidikan nasional, khususnya pendidikan sains

merupakan manifestasi penerapan pola pendidikan yang tidak sesuai dengan

tuntutan dan kebutuhan siswa. Selama ini pola pengajaran yang terjadi terlalu

menekankan pada tuntutan akan hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa

melihat bagaimana proses yang harus dijalani. Dampak dari penerapan pola

 pengajaran seperti ini adalah siswa tidak memahami dan menguasai konsep yang

diajarkan. Rendahnya penguasaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

disebabkan oleh penggunaan pola pikir yang rendah pada pembentukan sistem

konseptual IPA (Liliasari, 1996). Time broad education (BBE) Depdikbud (dalam

Mia, 2003: 2) menyatakan bahwa pembelajaran di sekolah cenderung sangat

teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan dimana anak berada, akibatnya

  peserta didik tidak mampu menerapkan yang dipelajarinya di sekolah guna

menyelesaikan atau memecahkan masalah yang di jumpai dalam kehidupannya.

Model pembelajaran fisika yang saat ini digunakan guru-guru fisika

sekolah menengah dipandang masih jauh dalam memenuhi fungsi dan tujuan mata

 pelajaran fisika di tingkat SMA yang dicanangkan Depdiknas, fakta tersebut

sangat berkaitan dengan bagaimana pembelajaran fisika di kelas, pembelajaran

saat ini ternyata masih bersifat tradisional sehingga tidak semua siswa bisa terlibat

aktif dalam pembelajaran (Rudi, 2008: 1).

1

Page 2: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 2/31

 

Sanjaya (2006: 1) menyatakn bahwa salah satu masalah yang dihadapi

dunia pendidikan adalah masalah lemahnya peroses pembelajaran dimana anak 

kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir, proses

  pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk 

menghapal informasi. Oleh karena itu, perlu diterapkannya model pembelajaran

yang memfasilitasi untuk melatih kemampuan sains siswa.

Fisika merupakan bagian dari pengetahuan sains atau IPA yang

didalamnya mengandung komponen proses (ways of finding out ), yakni kajiannya

melalui empirik, eksperimen, dan sejenisnya; produk ( system of ideas), yakni hasil

kajian yang berupa hukum, rumus, konsep, dan sejenisnya; dan sikap (attitude).

Artinya, pembelajaran fisika tidak cukup dengan hanya terpenuhinya salah satu

komponen saja.

Hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas XI SMAN 16 Garut

ditemukan fakta bahwa masalah utama dalam pembelajaran fisika adalah

kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Proses

 belajar mengajar terpusat pada guru, sehingga siswa menerima pelajaran secara

  pasif. Tidak mengherankan apabila konsep yang telah tertanam tidak akan

 bertahan lama dan akan mudah hilang lagi. Kelemahan lain dalam pembelajaran

fisika adalah pengajarannya yang terlampau matematis. Siswa cenderung dituntut

untuk menghapal rumus tanpa memahami konsep-konsep yang melatarbelakangi

terbentuknya rumus tersebut, sehingga siswa pun sulit menyerap konsep-konsep

fisisnya.

Gagne (Mia, 2003: 172) menyebutkan bahwa dengan mengembangkan

Page 3: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 3/31

 

keterampilan (IPA), anak didik akan dibuat kreatif sehingga mereka akan mampu

mempelajari IPA di tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat.

Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu

menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan

dan mengembangkan sikap dan nilai. Seluruh irama, gerak atau tindakan dalam

 proses belajar seperti ini akan menciptakan kondisi belajar yang melibatkan siswa

lebih aktif.

Indrawati (1999: 28) menyatakan bahwa keterampilan proses sains harus

dilatih dan dikembangkan karena keterampilan proses sains dapat membawa siswa

dalam mengembangkan pikirannya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk 

melakukan penemuan.

Bila melihat semua kenyataan di atas, maka untuk menyikapi persoalan

tersebut, agar keterampilan proses sains siswa dapat meningkat dan memahami

konsep-konsep fisika dengan baik, maka diperlukan proses pembelajaran yang

tepat dan efektif. Artinya, pembelajaran yang dilakukan harus tepat dengan

karakteristik materi dan efektif dalam penyampaian sehingga tujuan yang telah

ditetapkan dapat tercapai.

Sebenarnya dalam pembelajaran fisika, khususnya yang berkaitan dengan

konsep-konsep tertentu, terdapat beberapa kejadian atau fenomena yang dapat

dimanfaatkan guru untuk proses belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran

yang inovatif dan kontekstual adalah pembelajaran berbasis masalah. Model

 pembelajaran berbasis masalah ini berawal pada pendidikan medis (kedokteran).

Pendidikan medis menaruh perhatian besar terhadap fenomena praktisi medis

3

Page 4: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 4/31

 

muda yang memiliki pengetahuan faktual cukup, tetapi gagal menggunakan

  pengetahuannya saat menangani pasien sungguhan.(Maxwell, Bellisimo, &

Morgendoller, 1999).

Yudhiana (2009: 6) menyatakan bahwa pembelajaran siswa lebih

diorientasikan pada pola berpikir atau bekerja ilmiah, dan belum terlalu diarahkan

  pada masalah pemenuhan kebutuhan praktis untuk menangani masalah dalam

kehidupan, sehingga akan lebih tepat jika pembelajaran fisika dilakukan dengan

 berbasiskan fenomena. Fenomena yang dimaksud adalah gejala atau kejadian atau

 peristiwa yang kerap dijumpai siswa dalam kesehariannya baik yang terjadi di

alam maupun perkembangan teknologi.

Berangkat dari pemikiran tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan

suatu model pembelajaran berbasis fenomena untuk meningkatkan keterampilan

  proses sains. Model pembelajaran berbasis fenomena ini diadopsi dari model

  pembelajaran berbasis masalah (PBM; atau  Problem Based Learning  ) yang

merupakan bagian dari pembelajaran kontekstual. Fenomena fisika yang dijadikan

dasar pengamatan berupa fenomena-fenomena fisis yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari, atau fenomena yang muncul pada suatu demonstrasi sederhana dengan

menggunakan media demonstrasi berupa alat-alat sederhana yang mudah ditemui

dalam kehidupan sehari-hari.

Malcolm Wells, David Hestenes dan Gregg Swackhamer (1995)

mengemukakan bahwa melalui metode pemodelan dalam pengajaran fisika

dengan mengkonstruksi dan menggunakan model sains, siswa dapat

menggambarkan, menjelaskan, memprediksi dan menguasai fenomena fisika.

Page 5: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 5/31

 

Fakta menunjukkan bahwa metode pemodelan menghasilkan peningkatan gain

yang lebih tinggi dibandingkan metode pengajaran alternatif.

Penelitian sebelumnya (Yudiana, 2009) yang menunjukkan bahwa

 penerapan model Pembelajaran berbasis fenomena secara signifikan dapat lebih

efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi Fluida

dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran tradisional. Selanjutnya

(Solihat, 2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran

 berbasis fenomena secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan

keterampilan berfikir kritis siswa pada materi Listrik dinamis.

Materi fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep fluida

statis. Pemilihan materi tersebut dilakukan karena konsep fluida statis ini banyak 

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari siswa, namun tidak jarang siswa mengalami

kesulitan dalam memahami fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fluida

statis. Ini terbukti dari hasil wawancara yang menunjukkan nilai siswa yang tidak 

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) khususnya pada materi fluida

statis, nilai KKM materi fluida statis yaitu 65, tetapi masih terdapat siswa yang

mendapatkan nilai 54. Materi fluida statis juga akan menjadi prasyarat untuk 

siswa mempelajari materi selanjutnya yaitu materi fluida dinamis.

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembelajaran berbasis fenomena

dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran fisika,

maka dilakukan penelitian dengan kajian yang diteliti adalah “Model 

 Pembelajaran Berbasis Fenomena untuk Meningkatkan Keterampilan Proses

 Sains Siswa pada Materi Fluida Statis.” (Penelitian dilakukan terhadap kelas XI

5

Page 6: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 6/31

 

SMAN 16 Garut).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok penelitian ini

dirumuskan:

A. Bagaimanakah aktivitas siswa dan guru pada setiap tahapan dari penerapan

model pembelajaran berbasis fenomena?

B. Apakah penerapan model pembelajaran fisika berbasis fenomena dapat

meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi fluida statis?

C. Batasan Masalah

1. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 16

Garut semester genap tahun ajaran 2011/2012.

2. Penerapan model pembelajaran berbasis fenomena pada materi

  pokok Fluida Statis berdasarkan tahapan model pembelajaran

berbasis fenomena.

3. Materi pokok Fluida Statis pada pembelajaran berbasis masalah ini

dibatasi, yaitu tentang Tekanan Hidrostatis, Hukum Pascal dan

Hukum Arcimedes.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui aktivitas siswa dan guru pada setiap tahapan model

 pembelajaran berbasis masalah.

2. Mengetahui Apakah penerapan model pembelajaran fisika berbasis

 fenomena dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada

Page 7: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 7/31

 

materi fluida statis.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yang

 berguna, antara lain:

1. Bagi siswa, memberikan nuansa baru

model belajar yang memungkinkan tiap

siswa berkesempatan untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa.

2. Bagi para guru memberikan masukan untuk menerapkan model

 pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif model

 pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains

siswa dalam belajar fisika.

3. Bagi lembaga, dapat memberikan informasi sebagai upaya untuk 

meningkatkan mutu proses pendidikan.

4. Bagi peneliti, dapat dijadikan dasar kajian bagi penelitian

 berikutnya.

F. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Berbasis Fenomena

Model pembelajaran berbasis fenomena didefinisikan sebagai suatu

 pembelajaran fisika yang didasarkan pada kejadian atau fenomena fisika yang

terjadi. Fenomena fisika ini dapat berupa fenomena alam atau fenomena fisika

yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Tahap-tahap pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena secara singkat adalah: (1)

7

Page 8: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 8/31

 

Orientasi siswa pada pengamatan fenomena; (2) mengorganisasi siswa untuk 

 belajar; (3) membimbing penyelidikan individu atau kelompok; (4) menyajikan

hasil penyelidikan; (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk 

mengkomunikasikan kesimpulan hasil eksperimen, serta menganalisis dan

mengevaluasi suatu fenomena fisika. Keterlaksanaan model pembelajaran diamati

dengan melakukan observasi pada lembar observasi.

2. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang diperlukan untuk 

memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip,

hukum-hukum, dan teori-teori sains. Indikator keterampilan proses sains yang

diharapkan dapat dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis fenomena

ini adalah (1) melakukan pengamatan; (2) menafsirkan pengamatan; (3)

mengkomunikasikan; dan (4) menerapkan konsep atau prinsip. Keterampilan

 proses sains tersebut diukur dengan menggunakan tes keterampilan proses sains

 berbentuk soal-soal pilihan ganda yang dilaksanakan pada saat pre test dan post

test.

3. Fluida Statis

Materi Pokok Fluida Statis adalah salah satu materi yang diajarkan pada

kelas XI SMA Semester Genap, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dengan kompetensi dasar Menganalisis hukum-hukum yang

  berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari..

G. Kerangka Berpikir

Page 9: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 9/31

 

Fenomena merupakan gejala atau peristiwa yang teramati yang timbul

  pada suatu objek. Fenomena fisika dimunculkan suatu benda ketika benda

tersebut mendapatkan perlakuan tertentu dapat menunjukkan suatu gejala yang

 bisa dipelajari dan dipahami.

Model pembelajaran berbasis fenomena didasarkan pada pengamatan

suatu fenomena fisika. Dalam pembelajaran tersebut, siswa mengamati gejala atau

 peristiwa yang muncul pada suatu fenomena yang ada, kemudian menjelaskan hal

apa yang menyebabkan fenomena tersebut muncul atau terjadi. Model

 pembelajaran berbasis fenomena ini diadopsi dari model Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM) dimana yang menjadi permasalahannya berupa fenomena fisika.

Model pembelajaran berbasis fenomena yang diadopsi dari pembelajaran

 berbasis masalah memiliki karakteristik student center pembelajaran difokuskan

  pada penanaman konsep terlebih dahulu diawal pembelajaran. Siswa

diorientasikan pada fenomena fisis yang sering terjadi di alam maupun pada

 produk teknologi melalui kegiatan demonstrasi atau praktikum. Anak-anak akan

lebih mudah memahami konsep- konsep yang rumit dan abstrak jika disertai

contoh- contoh konkrit, contoh- contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan

kondisi yang dihadapi dengan mempraktikkan sendiri upaya penemuan konsep

melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui perlakuan fisik dan

 penanganan benda yang benar- benar nyata (Semiawan, 1989 : 14).

Pembelajaran berbasis fenomena ini digunakan untuk menggali

keterampilan proses sains yang dapat ditingkatkan melalui penggunaan model

  pembelajaran ini. Pembelajaran berbasis fenomena ini dilakukan melalui

9

Page 10: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 10/31

 

  pendekatan pembelajaran kontekstual, dimana siswa dilibatkan secara penuh

dalam proses pembelajaran. Belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual

 bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses

 pengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman tersebut diharapkan

 perkembangan keilmuan siswa terjadi secara utuh, tidak hanya berkembang dalam

aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor.

Gallagher (1975) mengungkapkan bahwa keterampilan-keterampilan

  proses sains seperti mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, meramalkan,

merumuskan hipotesis, menyusun definisi operasional, bereksperimen,

menafsirkan data, dan menyusun model, adalah “...skill for acquiring and 

organizing knowledge about the environment ”

Menurut Semiawan (1989: 16) bahwa keterampilan proses sains adalah

keterampilan yang dimiliki siswa untuk mengelola hasil yang didapat dalam

kegiatan belajar mengajar yang memberikan kesempatan yang seluas- luasnya

kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,

menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan hasil

 prolehannya tersebut.

Dalam pembelajaran sains dengan pendekatan keterampilan proses sains,

hendaknya guru bertindak sebagai fasilitator dan berprinsip pada bagaimana siswa

 belajar dan bukan pada apa yang harus dipelajari siswa. Dalam hal ini, sebaiknya

guru tidak memberikan konsep langsung pada siswa, tetapi berusaha untuk 

membimbing dan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa dapat

menguji dan menemukan fakta ataupun konsep-konsep baru (Sidharta, 2005: 14).

Page 11: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 11/31

 

Keterampilan proses terdiri dari sejumlah keterampilan yang satu sama

lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam

masing-masing keterampilan tersebut. Menurut Rustaman (2005: 80), jenis-jenis

keterampilan proses sains dan karakteristiknya dapat dilihat:

Tabel 1.1. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains

No.

Keterampilan Proses

Sains

Karakteristik 

1. Melakukan Pengamatan

(Observasi)

o Menggunakan indera penglihat,

 pembau, pendengar, pengecap dan

 peraba.

o Menggunakan fakta yang relevan

dan memadai.

2. Mengajukan Pertanyaan o Pertanyaan yang diajukan dapat

meminta penjelasan tentang apa,

mengapa, bagaimana ataupun

menanyakan latar belakang

hipotesis.

3. Menafsirkan Pengamatan

(Interpretasi)

o Mencatat setiap hasil pengamatan.

o Menghubung-hubungkan hasil

 penga-matan.

o Menemukan pola atau keteraturan

dari suatu seri pengamatan.

Menyimpulkan.

4. Mengelompokkan o Mencari perbedaan.

11

Page 12: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 12/31

 

(Klasifikasi) o Mengontraskan ciri-ciri.

o Mencari kesamaan.

o Membandingkan.

Mencari dasar penggolongan atau pola

yang sudah ada.

5. Meramalkan (Prediksi) o Mengajukan perkiraan tentang

sesuatu yang belum terjadi

 berdasarkan suatu kecenderungan.

6. Berhipotesis o Menyatakan hubungan antara dua

variabel atau memperkirakan

 penyebab sesuatu terjadi.

7. Merencanakan Percobaan

atau Penyelidikan

o Menentukan alat dan bahan.

o

Menentukan variabel atau peubah.

o Menentukan variabel kontrol dan

variabel bebas.

o Menentukan apa yang diamati,

diukur atau ditulis.

o Menentukan cara dan langkah

kerja.

Menentukan cara mengolah data.

8. Menerapkan Konsep atau

Prinsip

o Menjelaskan sesuatu peristiwa

dengan menggunakan konsep

yang telah dimiliki.

Page 13: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 13/31

 

Menerapkan konsep yang telah dipelajari

dalam situasi baru.

9. Berkomunikasi o Membaca grafik, tabel atau

diagram.

o Menjelaskan hasil percobaan.

Menyusun dan menyampaikan laporan

secara sistematis dan jelas.

Salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan

keterampilan proses sains adalah model pembelajaran berbasis fenomena .

adapun tahapan dalam pembelajaran ini adalah (1) orientasi siswa pada fenomena;

(2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individu

atau kelompok; (4) menyajikan hasil penyelidikan; (5) menganalisis dan

mengevaluasi penjelasan fenomena yang disajikan pada tahapan (1) (Suhandi,

dkk: 2010).

Seluruh pola pikir yang merangkum operasional penelitian ini terlihat

dalam gambar 1.1 berikut:

13

Page 14: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 14/31

 

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Ho

: Tidak terdapat peningkatan keterampilan proses yang signifikan setelah

diterapkan model pembelajaran berbasis fenomena

Ha

: Terdapat peningkatan keterampilan proses sains yang signifikan setelah

diterapkan model pembelajaran berbasis fenomena.

I. Metodologi Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:

1. Menentukan Jenis Data

Jenis data yang diambil dari penelitian ini yaitu bersifat kuantitatif dan

kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka atau

 bilangan yang diperoleh dari hasil tes atau format observasi. Data kualitatif adalah

data yang tidak berupa angka. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

diantaranya:

a. Data kualitatif berupa data tentang aktifitas siswa dan guru dalam

setiap tahapan model pembelajaran berbasis fenomena yang diperoleh

dari format observasi.

  b. Data kuantitaif berupa data tentang gambaran peningkatan

keterampilan proses sains siswa melalui pembelajaran berbasis

 fenomena pada materi pokok fluida statis, yang diperoleh dari normal

gain hasil pre test dan post test.

Page 15: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 15/31

 

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil yaitu SMAN 16 Garut. Peneliti memilih

SMAN 16 Garut sebagai lokasi penelitian dikarenakan aspek KPS di SMAN 16

Garut sama sekali belum pernah diteliti dan diterapkan penggunaanya dalam

  proses pembelajaran. Selain itu juga salah satu alasannya adalah karena

laboratorium IPA di SMAN 16 Garut belum digunakan secara efektif dan

 pembelajaran di SMAN 16 Garut relative menggunakan model pembelajaran yang

monoton.

3. Populasi dan Sampel

Populasi yang dipilih yaitu seluruh siswa-siswi kelas XI IPA SMAN 16

Garut. Metode penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik  simple

random sampling . Penelitian yang dilakukan adalah dengan meneliti perwakilan

dari siswa kelas XI IPA. Kelas yang terpilih menjadi sampel adalah kelas XI IPA

1 dengan jumlah siswa adalah 30 orang.

4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

semu (quasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok 

siswa (kelompok eksperimen) tanpa adanya kelompok pembanding (kelompok 

kontrol).

Menurut Syambasri Munaf (Fandia, 2001: 30), penelitian semu itu bertujuan

untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan yang dapat diperoleh

dengan eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk 

15

Page 16: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 16/31

 

mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.

5. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-

 posttest design. Representasi desain one-group pretest-posttest seperti dijelaskan

dalam Sugiyono (2009: 74) diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.2

Desain Penelitian

 Pretest  Perlakuan  Postest 

O1 X O

2

Keterangan :

O1

: Tes awal ( pretest ), dilakukan sebelum adanya perlakuan

X : Perlakuan (treatment ), yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

berbasis fenomena.

O2

: Tes akhir ( posttest ), dilakukan setelah adanya perlakuan

6. Jadwal dan Waktu Penelitian

Jadwal dan waktu penelitian disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan

kondisi pengajaran fisika terselenggara.

Adapun rencana dari jadwal dan waktu penelitian adalah sebagai berikut:

Hari Tanggal Jam Tempat Keterangan

Tahap Perencanaan

Senin 17 Oktober 08.00 WIB- SMAN 16 Observasi dan

Page 17: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 17/31

 

2011 10.00 WIB Garut wawancara ke

SMAN 16 Garut

Jumat 11 November  

2011

Kondisional Kampus

UIN SGD

Bandung

Pembuatan

 proposal

Rabu 30 November  

2011

10.00 WIB Prodi

Pendidikan

Fisika

Bimbingan

 proposal

Senin 05 Desember  

2011

Kondisional Kampus

UIN SGD

Bandung

Penyusunan

instrument

Jumat 16 Desember  

2011

10.00 WIB Prodi

Pendidikan

Fisika

ACC dan

duplikasi judul

Jumat 06 Januari 2012 14.30 WIB Jurusan

MIPA

Pengesahan judul

 proposal

Senin 09 Januari 2012 08.00 WIB Prodi

Pendidikan

Fisika

Daftar seminar 

 proposal

Rabu 11 Januari 2012 08.00 WIB Kampus

UIN SGD

Bandung

Seminar proposal

skripsi

Tahap Pelaksanaan

Rabu 11 April 2012 2 x 45 menit

(09.30 –  

11.00)

Ruang kelas

XI IPA 1

Pengujian soal

Pretest

Jum’at 13 April 2012 2 x 45 menit

(07.00 –  

08.30)

Ruang kelas

XI IPA 1

Tekanan

Hidrostatik 

Sabtu 14 April 2012 2 x 45 menit

(07.00 –  

08.30)

Ruang kelas

XI IPA 1

Hukum Pascal

Rabu 18 April 2012 2 x 45 menit

(09.30 –  

Ruang kelas

XI IPA 1

Hukum

17

Page 18: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 18/31

 

11.00) Archimades

Jumat 20 April 2012 2 x 45 menit(07.00 –  

08.30)

Ruang kelasXI IPA 1

Pengujian soal post test

Tahap Pelaporan

Kamis 10 Mei 2012 09.00 WIB Kampus

UIN SGD

Bandung

Daftar sidang

munaqasah

Senin 14 Mei 2012 08.00 WIB Kampus

UIN SGD

Bandung

Sidang

Munaqasahskripsi

7. Prosedur Penelitian

Proses yang ditempuh dalam penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

a. Tahap Perencanaan/ Persiapan Penelitian

  Pada tahap ini ada beberapa proses yang ditempuh, yaitu:

1) Melakukan studi literatur untuk memperoleh teori yang akurat

mengenai permasalahan yang akan diteliti,

2) Melakukan telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang

dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian untuk 

mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

hendak dicapai, agar model pembelajaran dan pendekatan

 belajar yang diterapkan dalam penelitian dapat memperoleh

hasil sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar 

yang dijabarkan dalam kurikulum,

3) Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan

 penelitian,

Page 19: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 19/31

 

4) Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat dilakukannya

 penelitian,

5) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

skenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran

yang digunakan pada penelitian yaitu pembelajaran berbasis

fenomena untuk setiap pembelajaran,

6) Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan,

7) Pembuatan perangkat tes,

8) Membuat pedoman observasi ,

9) Membuat jadwal kegiatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

  Pada tahap ini dilakukan uji coba model pembelajaran berbasis fenomena

yang telah disusun. Pada saat uji coba berlangsung, peneliti dibantu oleh seorang

observer yang mengamati proses pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas siswa.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada tahap pelaksanaan ini

adalah:

1) Memberikan pretest pada kelas yang dijadikan penelitian. Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterampilan

 proses sains siswa sebelum pembelajaran,

2) Memberikan perlakuan pada kelas yaitu dengan menerapkan

model pembelajaran berbasis fenomena pada materi fluida

statis,

3) Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan

19

Page 20: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 20/31

 

observasi tentang keterlaksanaan model pembelajaran berbasis

fenomena,

4) Melaksanakan post test, untuk mengetahui tingkat

keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran.

c. Tahap Akhir

Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap akhir ini adalah:

1) Mengolah dan menganalisis data hasil pre test dan post test,

2) Menganalisis hasil penelitian,

3) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan

data untuk menjawab permasalahan penelitian,

4) Memberikan saran-saran terhadap kekurangan yang menjadi hambatan

dalam pelaksanaan pembelajaran.

5) Mengkonsultasikan hasil pengolahan data penelitian kepada dosen

 pembimbing.

Prosedur penelitian di atas dapat digambarkan dalam bentuk skema penulisan

sebagai berikut:

Page 21: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 21/31

 

21

Page 22: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 22/31

 

8. Instrumen Penelitian

a. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian antara lain

 berupa tes keterampilan proses sains, dan lembar observasi pembelajaran.

1) Tes Keterampilan Proses Sains

Tes ini merupakan tes keterampilan proses sains berbentuk pilihan ganda.

Tes ini dibuat untuk menguji keterampilan proses sains siswa dalam menjelaskan

fenomena fisika sesuai dengan indikator-indikator keterampilan proses sains yang

ditentukan.

2) Lembar Observasi

Observasi dilakukan terhadap siswa dan Guru untuk melihat

keterlaksanaan model pembelajaran berbasis fenomena. Tujuannya adalah untuk 

mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berbasis fenomena dapat

terlaksana dengan baik dan sesuai dengan kriteria atau batasan yang telah

ditetapkan.

b. Analisis Instrumen

1) Analisis Lembar Observasi

Lembar observasi sebelumnya diuji keterbacaannya oleh observer dan

ditelaah oleh ahli (dosen pembimbing) tentang layak atau tidaknya penggunaan

lembar observasi yang akan ditanyakan dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa.

2) Analisis keterampilan proses sains

Page 23: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 23/31

 

1) Analisis Kualitatif Butir 

Soal

Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan

 berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Aspek yang

diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah

dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman

  penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu

mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum

yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.

2) Analisis Kuantitatif 

Analisis instrumen dilakukan terhadap instrumen butir soal yang

digunakan. Untuk mengetahui kualitas soal tes yang digunakan dilakukan analisis

 butir soa. yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kemudahan

dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Anates V. 4.1.0.

a) Uji Validitas

Skor tiap soal dalam soal multiple choise didapat berdasarkan benar atau

salahnya jawaban yang diberikan. Skor tiap soal dalam soal isian LKS

 berdasarkan atas jumlah nilai yang didapat berdasarkan atas rentang nilai yang

telah ditentukan sebelumnya.

Pengujian validitas tiap butir soal multiple choise dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi biserial, yaitu :

(Arikunto, 2007: 79)

23

Page 24: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 24/31

 

Keterangan:

gbis

M  p

M t 

SD

 p

q

= Koefisien korelasi biserial (validitas item)

= Mean skor pada tes dari peserta yang menjawab benar 

= Mean skor total

= Standar deviasi dari skor total

= Proporsi siswa yang menjawab benar 

= Proporsi siswa yang menjawab salah (1-p)

Setelah didapat nilai validitasnya, kemudian diinterpretasikan terhadap

tabel nilai r seperti di bawah ini:

Interpretasi Nilai r 

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < r  xy 

≤ 1,00

0,60 < r  xy 

≤ 0,80

0,40 < r  xy 

≤ 0,60

0,20 < r  xy 

≤ 0,40

0,00 < r  xy 

≤ 0,20

r  xy 

≤ 0,00

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

RendahSangat Rendah

Tidak valid

(Arikunto, 2007: 79)

 b) Uji Reliabilitas

Mencari reliabilitas Instrumen dengan bentuk soal multipel choise dengan

menggunakan rumus rumus K-R 20:

   

  

  Σ−   

  

−=

2

2

111 S 

 pqS 

n

n R

(Arikunto, 2007 : 100)

Keterangan:

 R11

 p

= Reliabilitas tes secara keseluruhan

= Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar 

= Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

Page 25: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 25/31

 

q

Σpq

n

= Jumlah hasil perkalian antara p dan q

= Banyaknya item

= Standar deviasi dari tes (akar varians)

 Nilai reliabilitas yang didapatkan kemudian diinterpretasikan berdasarkan

tabel di bawah ini:

Interpretasi Nilai 11r 

Indeks reliabilitas Interpretasi

0,80 <11r 

≤ 1,00

Sangat Tinggi

0,60 < 11r 

 ≤ 0,80

Tinggi

0,40 < 11r  ≤ 0,60

Sedang 

0,20 < 11r 

 ≤ 0,40

 Rendah

0,00 < 11r  ≤ 0,20

Sangat rendah

(Arikunto, 2007 : 103)

c) Daya Pembeda

Mengetahui daya pembeda dalam bentuk soal multiple choise pada tes

KPS menggunakan rumus :

(Arikunto, 2007: 213)

Keterangan:

 

 D p

 BA

 BB

 J  A

 J  B

= Daya pembeda

= Jumlah jawaban benar dari kelompok atas

= Jumlah jawaban benar dari kelompok bawah

= Banyaknya peserta kelompok atas

= Banyaknya peserta kelompok bawah

Setelah didapat hasil daya pembeda, maka diinterpretasikan terhadap tabel

di bawah ini:

25

Page 26: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 26/31

 

Interpretasi Nilai DIndeks Daya Pembeda Interpretasi

D = 0,00

Sangat 

 Jelek 

0,00 < D ≤ 0,20  Jelek 

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70  Baik 

0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik 

(Arikunto, 2007: 218)

d) Uji Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran ini dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal

tergolong sukar, sedang, atau mudah. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00-1,00

dengan menggunakan rumus :

(Arikunto, 2007: 208)

Keterangan :

 P  = indeks kesukaran

 B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar 

 JS = jumlah seluruh peserta tes

Dengan kategori seperti dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Kategori Tingkat Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi

 p < 0,30 Sukar 

0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang 

0,70 < p ≤ 1,00 Mudah

 

Page 27: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 27/31

 

( Arikunto, 2007: 210)

9. Teknik Analisa Data

a. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi nilai tes awal dan tes

akhir keterampilan proses sains dan data hasil observasi keterlaksanaan model

 pembelajaran.

b. Pengolahan Data

Pengolahan data dimaksudkan untuk mengolah data mentah berupa hasil

 penelitian supaya dapat ditafsirkan dan mengandung makna.

1) Data aktivitas guru dan siswa

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa digunakan paparan sederhana

hasil analisis lembar observasi setiap pertemuan. Data hasil observasi diperoleh

dari lembar observasi guru dan siswa selama pembelajaran. Observasi aktivitas

guru dan siswa ini, bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model

 pembelajaran berbasis fenomena oleh guru dan siswa. Dalam lembar observasi

aktivitas guru dan siswa disediakan kolom kritik dan saran. Hal ini dilakukan agar 

kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama pembelajaran bias diketahui

sehingga diharapkan pembelajaran selanjutnya lebih baik.

2) Data Keterampilan Proses Sains

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains melalui

  pembelajaran dihitung berdasarkan skor gain yang ternormalisasi. Hal ini

27

Page 28: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 28/31

 

 Ei

 EiOi 22 )( −

∑= χ 

dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan

gain masing-masing siswa. Gain yang ternormalisasi dicari dengan menggunakan

rumus  g factor yang dikembangkan oleh Hake, R. R (Cheng, et al, 2004, dalam

Wiyono, 2009), yaitu:

 

dengan: S  Post  

= skor tes akhir;

  S  Pre

= skor tes awal;

  S Maks

= skor maksimum; dan

dengan kategori perolehan N-gain diklasifikasikan pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7. Klasifikasi N-gain

Kategori perolehan N-gain Keterangan

 N-gain > 0,70 Tinggi

0,30 < N-gain < 0,70 Sedang

 N-gain < 0,30 Rendah

(Wiyono, 2009)

Uji normalitas distribusi data, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua

rerata dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS 14.0 for Windows

 Evaluation Version.

Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan rumus

(Subana, 2005: 170)

Keterangan :

2 χ  = Chi Kuadrat

Oi = Frekuensi Observasi

 Ei = Frekuensi Ekspektasi

Page 29: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 29/31

 

b

V  F =

Uji chi kuadrat jika n > 30

Dengan kriteria :

• Jika2

 χ hitung

<2

 χ daftar 

, maka distribusi normal

• Jika2

 χ hitung

>2

 χ daftar 

, maka distribusi tidak normal

Jika data yang akan diujikan n < 30, maka menggunakan uji normalitas

 Kolmogorov–Smirnov, dengan langkah-langkah di bawah ini (Cahyono,

2006: 17):

• Menyusun data dari nilai terkecil sampai nilai terbesar 

• Menentukan frekuensi pada tiap nilai

• Menentukan rata-rata dari nilai (

Menentukan Cf (frekuensi kumulatif yang ke-i ke bawah)

Menentukan standar deviasi (SD) dengan menggunakan persamaan:

•Menentukan nilai Z dengan menggunakan persamaan:

Menentukan nilai F t berdasarkan dari tabel Z yang telah tersedia

Menghitung nilai F  s

dengan cara membagi Cf dengan jumlah n,

Mencari hasil tertinggi , berdasarkan tabel di atas

Menentukan taraf signifikansi yang dipakai

• Mencari nilai normalitas tabel dengan menggunakan tabel Kolmogorov-

Smirnov. Apabila nilai hitung < nilai tabel, maka data tersebut normal.

a) Menentukan uji homogenitas (kesamaan) dua variansi yaitu varian skor 

tes dengan cara mencari nilai F :

(Subana, 2000: 171)

Dengan:

V b = Varian yang lebih besar 

29

Page 30: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 30/31

 

21

 _ 

21

 _ 

11

nndsg 

 x xt 

+

−=

Vk  = Varian yang lebih kecil

Dengan kriteria :a. Jika F 

hitung < F 

daftar  , maka data homogen

 b. Jika F hitung 

> F daftar ,

maka data tidak homogen

Uji homogenitas dilaksanakan setelah diketahui bahwa data tersebut normal.

 b) Uji Hipotesis

Menentukan nilai t hitung 

dengan rumus :

(Subana, 2000: 174)

Keterangan :

1

 _ 

 x = rata-rata data kelompok 1

2

 _ 

 x = rata-rata data kelompok 2

dsg = nilai deviasi standar gabungan

Apabila sampel kecil (n < 30) maka, uji “t ” menggunakan persamaan

Fisher, yaitu:

(Sudijono, 1992: 304 -305)

Jika t hitung  

 berada dalam daerah penerimaan, seperti :

- t tabel  

< t hitung  

< t tabel 

Berarti Ho

diterima menunjukkan tidak terdapat peningkatan, sebaliknya

Page 31: Proposal Bab i

5/12/2018 Proposal Bab i - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-bab-i 31/31

 

2

2

1

1

2

 _ 

1

 _ 

1

n

n

 X  X t 

+

−=

 jika thitung

di luar daerah penerimaan berarti Hayang diterima berarti menunjukkan

terdapat peningkatan (signifikan). Apabila data tidak homogen maka dilakukan uji

t1 dengan rumus :

(Subana, 2000: 171)

Keterangan :

1

 _ 

 X  = rata-rata hitung data kelompok 1

2

 _ 

 X  = rata-rata hitung kelompok 2

1V  = varians data kelompok 1

2V  = varians data kelompok 2

1n = jumlah kelompok 1

2n = jumlah kelompok 2

Jika nilai t1 berada di luar interval –t 1tabel  

< t1hitung

< t1tabel

maka hipotesis diterima.

c) Apabila data tidak normal, maka digunakan statistik nonparametik dengan

menggunakan uji Wilcoxon dengan rumus :

24

)12).(1(

4

)12).(1( ++−

++=

nnn X 

nnnW 

(Nurgana, 1985: 29)

Jika Whitung

< Wtabel

maka H0

ditolak.

31