proposal ayu

32
PROPOSAL PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGONTROL MOTIVASI BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIKKELAS XI SMAN 1 SINJAI TIMUR NURWAHYUNI TAWIL 101204003 PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Upload: abd-muis

Post on 06-Dec-2015

258 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Contoh proposal

TRANSCRIPT

PROPOSAL

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGONTROL MOTIVASI BELAJAR

FISIKA PESERTA DIDIKKELAS XI SMAN 1 SINJAI TIMUR

NURWAHYUNI TAWIL101204003

PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2013

JUDUL: PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP

HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGONTROL

MOTIVASI BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI

IPA SMAN 1 SINJAI TIMUR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting sebagai upaya

manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Oleh karena itu berbagai

upaya mesti dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan ini. Seiring

dengan berjalannya waktu pendidikan tak pernah lepas dari problematika-

problematika yang menyertainya. Perbaikan ini tidak hanya menyangkut

perbaikan sistem pendidikan atau kurikulum tetapi juga perbaikan subjek-subjek

pendidikan serta cara pembelajaran yang digunakan.

Tugas seorang guru maupun dosen adalah untuk memastikan agar setiap

komponen dalam pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Apabila komponen

ini telah terlaksana dengan baik, maka dapat dipastikan tujuan utama pendidikan

dapat dicapai sebagaimana mestinya. Sehubungan dengan itu, Pahan (dalam

Riduwan 2008:190) mengatakan bahwa guru sebagai salah satu unsur dalam PBM

memiliki multi peran, tidak terbatas hanya sebagai “pengajar” yang melakukan

transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi,

mengembangkan alternatif, dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru

memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan

pendidikan.

2

Guru perlu mengenal berbagai pendekatan, salah satunya adalah pendekatan

kontekstual. Pendekatan ini, memungkinkan proses belajar yang tenang dan

menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta

didik dapat mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran kontekstual juga mendorong peserta didik memahami hakikat,

makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin belajar.

Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Khutbah (2011), menyimpulkan bahwa

hasil belajar peserta didik SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan meningkat

setelah menggunakan pendekatan kontekstual. Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Irwandi (2009), menyimpulkan bahwa hasil belajar kognitif

peserta didik di SMA Negeri Kota Bengkulu yang mendapat perlakuan

pendekatan kontekstual melalui masyarakat belajar diperluas lebih baik daripada

masyarakat belajar terbatas. Bukan cuma itu, penelitian yang juga dilakukan oleh

Gley H. Antou, M. N. Tanor, dan J. J. Mamangkey (2012), menyatakan berhasil

meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual dengan model

direct instruction (pembelajaran langsung).

Peneliti di sini, selain ingin melihat pengaruh pendekatan kontekstual

terhadap hasil belajar, juga ingin mengontrol motivasi belajar peserta didik.

Peneliti ingin mengetahui apakah selain pendekatan kontekstual, motivasi belajar

awal peserta didik juga akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya atau tidak.

Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan

penelitian untuk melihat “Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil

3

Belajar Fisika dengan Mengontrol Motivasi Belajar Fisika Peserta Didik

Kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa besar hasil belajar Fisika yang diperoleh melalui pendekatan

konvensional bagi peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur?

2. Seberapa besar hasil belajar Fisika yang diperoleh melalui pendekatan

kontekstual bagi peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur?

3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pendekatan kontekstual dengan

pendekatan konvensional terhadap hasil belajar fisika yang memiliki motivasi

belajar tinggi pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur?

4. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pendekatan kontekstual dengan

pendekatan konvensional terhadap hasil belajar fisika yang memiliki motivasi

belajar rendah pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar Fisika yang diperoleh melalui

pendekatan konvensional peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.

2. Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar Fisika yang diperoleh melalui

pendekatan kontekstual peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.

4

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan kontekstual dengan

pendekatan konvensional terhadap hasil belajar fisika yang memiliki motivasi

belajar tinggi pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan kontekstual dengan

pendekatan konvensional terhadap hasil belajar fisika yang memiliki motivasi

belajar rendah pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Bagi pemerhati pendidikan, penelitian ini dapat memberikan gambaran

tentang peningkatan hasil belajar Fisika pada peserta didik kelas XI IPA

SMA Negeri 1 Sinjai Timur melalui pendekatan kontekstual dengan

mengontrol motivasi peserta didik yang selanjutnya dapat digunakan sebagai

bahan perbandingan dalam memilih metode mengajar Fisika yang tepat.

2. Bagi guru, khususnya guru mata pelajaran Fisika pada SMA Negeri 1Sinjai

Timur dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan

kualitas pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil belajar Fisika.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan

dan pertimbangan khususnya yang berminat mengembangkan hasil

penelitian ini.

5

II. KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Teori

1) Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan

tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme

(constructivism), bertanya (qustioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar

(learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik (authentic

assesment) (Trianto. 2007:103-104).

Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa

melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan

menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu

dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya. Pembelajaran kontekstual

sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar

siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih

bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas

siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian,

pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting

adalah proses (Rusman. 2011:190).

Menurut Kokom Komalasari (2010:38-41), materi pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki

6

Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi

Indikator

Materi dalam Pembelajaran Kontekstual

Materi dapat diaplikasikan dalam kehidupanMateri terkait

dengan materi lain dalam satu pelajaran dan materi pelajaran

lain

Materi terkait dengan lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, politik, psikologi

Materi berupa fakta, konsep, prinsip,

prosedur, nilai dan sikap dari SK, KD,

dan Indikator

Materi memberikan pengalaman langsung

melalui inkuiri

Materi mengembangkan kemampuan kooperatif

dan kemandirian

Materi mengembangkan kemampuan reflektif

karakteristik tersendiri, dimana dalam pemilihan fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur yang harus dibelajarkan kepada siswa hendaknya memerhatikan

beberapa hal berikut ini:

1. Keterkaitan dengan konteks lingkungan dimana siswa berada yang meliputi

lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan budaya, lingkungan politis,

lingkungan psikologis, dan lingkungan ekonomis.

2. Keterkaitan dengan materi pelajaran lain secara terpadu.

3. Mampu diaplikasikan dalam kehidupan siswa.

4. Memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan inquiry.

5. Mengembangkan kemampuan kooperatif sekaligus kemandirian.

6. Mengembangkan kemampuan melakukan refleksi.

Jika digambarkan maka dalam mengembangkan materi pembelajaran berbasis

pendekatan kontekstual, guru hendaknya melakukan hal sebagai berikut:

ALUR ANALISIS PENGEMBANGAN MATERI DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

7

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual

adalah konsep pembelajaran yang membantu siswa mengaitkan antara materi

pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Pendekatan Konvensional

Pendekatan konvensional adalah pendekatan yang disepakati digunakan di

SMAN 1 Sinjai Timur. Pendekatan tersebut adalah pendekatan ekspositori dengan

menggunakan metode ceramah, dimana guru lebih berperan aktif di dalam kelas

dibandingkan dengan peserta didiknya dan cenderung lebih berpusat kepada buku

pelajaran.

Menurut Sagala (2010), dalam pendekatan ini menunjukkan bahwa guru

berperan lebih aktif, lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan siswanya,

karena guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajaran secara tuntas,

sedangkan siswanya berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan pengolahan

bahan, karena menerima bahan ajaran yang disampaikan guru. Pendekatan

ekspositori disebut juga mengajar secara konvensional seperti metode ceramah

maupun demonstrasi. Pada pendekatan ini tidak terus menerus memberi informasi

tanpa peduli apakah siswa memahami informasi itu atau tidak. .

3) Hasil Belajar

Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur,

yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil

belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik setelah mengalami proses

belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil

8

belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia

menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2006).

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan

kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang

peserta didik untuk mengetahui pemahaman tentang bahan pelajaran atau materi

yang diajarkan sehingga dapat dipahami peserta didik. Untuk dapat menentukan

tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil

belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam

menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Suharsimi Arikunto,

2001). Hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri peserta

didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap

dan keterampilan (Oemar Hamalik, 2001).

Menurut Bloom dalam Nana Sudjana (2006), ada tiga ranah (domain) hasil

belajar, yaitu: 1). Ranah afektif, merupakan aspek yang berkaitan dengan

perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek;

2). Ranah psikomotor, merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan

melakukan pekerjaan yang melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan

dengan gerak fisik; 3). Ranah kognitif, merupakan aspek yang berkaitan dengan

kemampuan berpikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, kemampuan yang

berkaitan dengan perolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman,

konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini

9

merupakan penilaian yang dicapai seorang peserta didik untuk mengetahui

pemahaman tentang bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sehingga dapat

dipahami peserta didik. Dengan demikian jika pencapaian hasil belajar itu tinggi,

dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil.

4) Motivasi Belajar

Menurut Curzon yang dikutip oleh Sahabuddin (2007:135) motivasi berasal

dari kata motus, movere = to move yang didefinisikan oleh ahli-ahli psikologi

sebagai gejala yang meliputi dorongan dan perilaku mencari tujuan pribadi;

kecenderungan untuk melakukan kegiatan yang berawal dengan stimulus atau

dorongan yang kuat dan berakhir dengan respons penyesuaian yang tepat; yang

membangun, mengatur, dan menunjang pola perilaku.

Motivasi atau minat belajar merupakan hasrat untuk belajar dari seseorang

individu. Seorang siswa dapat belajar secara lebih efisien apabila ia berusaha

untuk belajar secara maksimal. Artinya, ia memotivasi dirinya sendiri. Motivasi

belajar dapat datang dari dalam diri siswa yang rajin membaca buku dan memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu masalah. Motivasi belajar dapat

dibangkitkan, ditingkatkan, dan dipelihara oleh kondisi-kondisi luar, seperti

penyajian pelajaran oleh guru dengan media bervariasi, metode yang tepat,

komunikasi yang dinamis, dan sebagainya (Hamdani, 2011:290).

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar

yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua

10

faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang

berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat

(Hamzah B. Uno. 2007:23).

Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, ialah: (1)

Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan

membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan

kelakuan-kelakuan lain pada seseorang; (2) Kita menentukan karakter dari proses

ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-

petunjuk dapat dipercaya, dapat dilihat kegunaannya dalam memperkirakan dan

menjelaskan tingkah laku lainnya (Oemar Hamalik. 2001:158).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:85), motivasi belajar penting bagi

siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut :

(1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. (2)

Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan

teman sebaya. (3) Mengarahkan kegiatan belajar. (4) Membesarkan semangat

belajar. (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja

(disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang berkesinambungan. Motivasi

belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman

tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai

berikut: (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa

untuk belajar sampai berhasil. (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar

siswa dikelas bermacam-ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tidak

memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang bersemangat untuk

11

belajar. (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara

bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman

diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. (4) Memberi peluang guru

untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis.

Menurut Oemar Hamalik (2001:166), guru dapat menggunakan berbagai

cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah

sebagai berikut. 1) Memberi angka; 2) pujian; 3) hadiah; 4) kerja kelompok; 5)

persaingan; 6) tujuan dan level of aspiration; 7) sarkasme; 8) penilaian; 9)

karyawisata dan ekskursi; 10) film pendidikan; 11) belajar melalui radio.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk belajar sehingga dapat

menimbulkan hasil yang maksimal.

B. Kerangka pikir

Salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar

Fisika adalah penggunaan pendekatan pembelajaran. Penerapan pembelajaran

yang baik akan memungkinkan peserta didik mengikuti pelajaran dengan baik dan

mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.

Pendekatan pembelajaran yang baik hendaknya diberi kesempatan kepada

peserta didik untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan (konsep) yang dipelajari.

Guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yang mengarakkan peserta didik untuk

menemukan kembali apa yang dipelajarinya. Disamping itu, dalam proses

kegiatan belajar peserta didik diajak berpikir secara aktif dan kreatif melalui

berbagai kegiatan yang mengarah pada penyelidikan dan penemuan konsep.

12

Proses penalaran yang menitikberatkan pada kegiatan peserta didik dalam bentuk

penyelidikan dan penemuan, penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah

membuat peserta didik tidak hanya belajar secara deduktif, tetapi juga berpikir

secara induktif. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan uraian ini adalah

pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan

peserta didik untuk menemukan sendiri masalah yang akan dibahas lalu

melakukan penyelidikan terhadap masalah itu, guru hanya memancing atau

menstimulus peserta didik dengan melemparkan berbagai pertanyaan yang

berkaitan dengan masalah untuk kemudian dijawab oleh peserta didik sampai

menemukan jawaban. Dari hasil jawaban tersebut peserta didik akan mendapatkan

sebuah kesimpulan. Kesimpulan itu merupakan sebuah penemuan baru bagi

peserta didik pada waktu kegiatan belajar. Oleh karena itu hasil belajar dengan

cara seperti ini lebih efektif, mudah dihafal, diingat dan mudah ditransfer dalam

memecahkan masalah. Disamping itu dapat meningkatkan penalaran peserta didik

dan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara bebas dan ilmiah.

Pendekatan kontekstual juga dapat menumbuhkan minat belajar peserta

didik karena dari hasil penemuan, peserta didik merasa puas dan terdorong

kembali untuk selalu menemukan hal-hal baru dalam belajar, dan apa yang

ditemukannya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam

pemecahan masalah. Namun setiap pendekatan pembelajaran sangat dipengaruhi

oleh motivasi belajar peserta didik. Meskipun secara teori suatu pendekatan

pembelajaran itu dikatakan baik, tetapi kalau motivasi peserta didik untuk belajar

13

kurang maka tetap akan berpengaruh terhadap ketidaktercapaian pembelajaran.

Oleh karena itu motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

hasil belajar sehingga dalam penelitian ini motivasi belajar peserta didik akan

dikontrol dalam penggunaan pendekatan sehingga variabel tersebut tidak

mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan.

Dengan demikian berdasarkan pemikiran di atas memungkinkan pendekatan

kontekstual dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar Fisika peserta

didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka dapat diturunkan hipotesis yaitu: “terdapat perbedaan pengaruh

pendekatan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konvensional terhadap

hasil belajar Fisika setelah mengontrol motivasi siswa kelas XI IPA SMAN 1

Sinjai Timur”.

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang terdiri dari empat

variabel yaitu: (1) Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, (2) pembelajaran

dengan pendekatan konvensional (3) hasil belajar peserta didik, (4) motivasi

belajar. Pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional merupakan variabel

bebas (independen). Hasil belajar peserta didik adalah variabel terikatnya

(dependen), sedangkan motivasi belajar adalah variabel kontrol (kovariabel).

14

Penelitian eksperimen ini bersifat kuantitatif, berupa data yang diperoleh dari hasil

tes hasil belajar Fisika

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai

Timur tahun ajaran 2013/2014.

3. Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Sinjai Timur kelas XI IPA semester

2 tahun ajaran 2013/2014.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari 4, yaitu hasil belajar Fisika, motivasi

belajar, dan pendekatan kentekstual dan pendekatan konvensional.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Hasil belajar Fisika

Hasil belajar Fisika merupakan skor yang dicapai oleh peserta didik

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Fisika yang diukur dengan tes hasil

belajar.

2. Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan usaha atau kondisi yang muncul dalam diri

peserta didik akibat adanya dorongan fisiologis dan psikologis untuk

melakukan aktivitas pembelajaran yang diperoleh dengan memberikan

angket motivasi.

15

3. Pendekatan pembelajaran kontekstual

Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang

dilakukan guru dengan menekankan pada penyajian materi dengan

mengambil pendekatan dunia nyata sehingga mendorong peserta didik

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pendekatan pembelajaran konvensional

Pendekatan pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang

cenderung berorientasi dan berpusat pada buku pelajaran dan kurang terkait

dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai

Timur tahun ajaran 2013/2014. Kelas XI IPA pada SMA ini terdiri dari 3 (tiga)

kelas, dengan jumlah peserta didik 96 orang. Karena jumlah populasi ini cukup

besar, tidak dapat dijangkau oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti hanya

mengambil sebagaian dari populasi untuk dijadikan sampel (responden) dalam

peneliti.

Dari populasi tersebut di atas, akan diambil dua kelas dijadikan sebagai

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Melihat jumlah peserta didik cukup banyak

dan terdiri dari beberapa kelas, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah random sampling supaya kelas yang terpilih benar-benar mewakili dari 3

kelas yang ada. Metode ini dipilih berdasarkan informasi yang didapatkan dari

guru bidang studi bahwa kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur bersifat homogen.

16

E. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan desain post-test only

dengan dua kelompok perlakuan berbeda. Kelompok pertama sebagai kelompok

eksperimen dan kelompok kedua sebagai kelompok control.

Desain eksperimennya yaitu sebagai berikut :

Kelompok Treatmen (Perlakuan)

E X1 T1 Y1

K X2 T2 Y2

Keterangan :

E = Kelas eksperimen yang diajar dengan pendekatan kontekstual

K = Kelas control yang di ajar dengan pendekatan konvensional

T1 = pendekatan pembelajaran kontekstual

T2 = Pendekatan pembelajaran konvensional

X = pre-test (kovariabel) yaitu motivasi belajar peserta didik, sebelum

diberikan perlakuan.

Y = Hasil belajar Fisika (Post-test) setelah di berikan perlakuan.

(Sugiyono, 2009)

Pada kelompok eksperimen di berikan pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual sedangkan pada kelas kontrol di berikan pembelajaran dengan

pendekatan konvensional.setiap kelompok dalam perlakuan mendapatkan

materi/bahan pelajaran yang sama,tetapi pada kelompok eksperimen di berikan

materi oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual, sedangkan

pada kelompok kontrol di berikan materi oleh peneliti dengan menggunakan

17

pendekatan pembelajaran konvensioanal. Setelah pemberian perlakuan terhadap

kedua kelompok selesai, selanjutnya kedua tersebut di berikan test hasil belajar

(post-test) untuk mengetahui efek dari perlakuan yang telah di berikan.

F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

peserta didik. Tes berbentuk uraian yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan

kisi-kisi soal. Sebelum instrument digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi

tes hasil belajar. Adapun validasi instrumen tes hasil belajar dilakukan dengan

cara validasi konstruk dan validasi isi. Penilaian akan dilakukan dengan memberi

tanda ceklist pada kolom yang sesuai dalam matriks uraian aspek yang dinilai.

Rentang penilaian yang akan digunakanyaitu: (1) tidak baik; (2) kurang baik; (3)

baik; (4) baik sekali. Instrumen tidak valid jika rata-tata penilaian = l, kurang

valid jika rata-tata penilaian = 2, valid jika rata-tata penilaian = 3 dan sangat

valid jika rata-rata penilaian = 4. Nurdin (dalam Ruslan, 2009).

Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar

peserta didik adalah kuesioner motivasi belajar yang dibuat sendiri oleh peneliti

dan divalidasi oleh pembimbing.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

memberikan angket motivasi sebelum perlakuan dan tes hasil belajar setelah

perlakuan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah statistik

deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk

18

mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk rata-rata, median, modus,

standar deviasi, dan varians.

Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yaitu mengujia

pakah terdapat pengaruh pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar Fisika

peserta didik setelah mengontrol motivasi. Sebelum menguji hipotesis, terlebih

dahulu dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas data dengan

menggunakan ujiChi-Kuadrat untuk normalitas dan uji F untuk uji homogenitas.

19

IV. DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2001. Kurrikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara..

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia

Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi dan PengukurannyaAnalisis di

BidangPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ridwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian Pendidikan dan Umum (bagi karyawan

dan peneliti muda). Bandung: Alfa Beta.

Ruslan. 2009. Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dan

Tipe NHT dalam Pembelajaran Aritmetika Sosial pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 3 Makassar . Tesis Pascasarjana UNM: (tidak diterbitkan)

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

20