presus anestesi spinal kasus sc dgn kpd

15
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Umur : 23 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Ruang : Edelweis Tanggal Masuk RS : 3 Desember 2012 Jenis Pembedahan : SC Teknik Anestesi : SAB SP L3-L4 Ɵ 26 LCS (+) PARESE (+) II. ANAMNESIS A. Keluhan Utama : Keluar air-air disertai lendir darah B. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien dating ke RSUD Cilegon dengan keluhan keluar air- air disertai lendir darah sejak ± 18 jam SMRS. Pasien juga mengeluhkan mules sejak kemarin pagi. Lalu pasien dibawa ke bidan oleh keluarganya dan diberikan obat yang membuatnya semakin mules. Pasien mengaku mules yang dirasakannya menjadi semakin sering dan semakin lama. Karena tidak ada kemajuan persalinan, pasien dirujuk oleh bidan ke RSUD Cilegon.Pasien masih merasakan gerakan aktif janinnya. Pasien mengaku hamil anak

Upload: resi-nurseptiani

Post on 06-Aug-2015

120 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Ruang : Edelweis

Tanggal Masuk RS : 3 Desember 2012

Jenis Pembedahan : SC

Teknik Anestesi : SAB SP L3-L4 Ɵ 26 LCS (+) PARESE (+)

II. ANAMNESIS

A. Keluhan Utama :

Keluar air-air disertai lendir darah

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dating ke RSUD Cilegon dengan keluhan keluar air-air disertai lendir darah

sejak ± 18 jam SMRS. Pasien juga mengeluhkan mules sejak kemarin pagi. Lalu

pasien dibawa ke bidan oleh keluarganya dan diberikan obat yang membuatnya

semakin mules. Pasien mengaku mules yang dirasakannya menjadi semakin sering

dan semakin lama. Karena tidak ada kemajuan persalinan, pasien dirujuk oleh bidan

ke RSUD Cilegon.Pasien masih merasakan gerakan aktif janinnya. Pasien mengaku

hamil anak pertama dengan usia kehamilan 9 bulan. Pasien selama ini rutin

melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat operasi sebelumnya (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat penyakit asma, hipertensi, kencing manis dalam keluarga disangkal.

E. Anamnesis yang berkaitan dengan anestesi :

- Riwayat alergi obat dan makanan disangkal

Page 2: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

- Riwayat asma disangkal

- Riwayat kencing manis disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal

- Riwayat penyakit jantung disangkal

- Riwayat operasi sebelumnya disangkal

- Riwayat penyakit ginjal disangkal

- Penderita tidak memakai gigi palsu, tidak ada gigi yang goyang

- Batuk pilek, nyeri dada disangkal

II. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik, kesadaran composmentis

Tanda Vital : T : 110/80 mmHg RR : 22x/menit

N : 82x / menit Suhu : 36,8oC

BB : 54 kg ASA : I

Kepala : Normosefal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya tidak

langsung (+/+), refleks cahaya langsung (+/+)

Telinga : Tidak ada sekret yang keluar

Hidung : Tidak ada secret yang keluar, nafas cuping hidung (-)

Mulut : Mukosa bibir tampak kemerahan dan lembab, gigi goyang (-), gigi

palsu (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), pembesaran tiroid (-)

Tenggorok : Faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1

Thoraks :

Paru : Insepeksi : Hemitoraks kanan dan kiri tampak simetris statis dinamis

Palpasi : Fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra

Perkusi :

Batas kanan jantung: ICS IV linea parasternalis kanan

Batas atas jantung: ICS II linea parasternalis kiri

Batas kiri jantung: ICS V linea midklavikularis

Page 3: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : linea nigra (+), striae gravidarum (+)A

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : TPU 36 cm, presentasi kepala

Perkusi : Timpani di seluruh abdomen

Kulit : Sianosis (-)

Ekstremitas : Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Edema -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Status Obstetri

Hamil 39 minggu

TFU : 36 cm

DJJ : 148x/menit

Letak kepala U puki

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah : Hb : 12,0 gr %

Ht : 37,2 %

L : 7.050 /uL

Tr : 132.000 /uL

Masa Perdarahan : 2’

Masa Pembekuan : 8’

Golongan Darah : A (Rh+)

HbsAg : Non Reaktif

Anti HIV : Non Reaktif

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan diagnosis

preoperative : status fisik ASA I. Akan dilakukan jenis operasi “Sectio Caesarea” dengan

jenis anestesi “Regional Anestesi”.

BAB II

Page 4: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

TINDAKAN ANESTESI

A. Preoperasi

Keadaan umum : Tampak Kesakitan

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

RR : 22x/menit

Infus ditangan kiri RL 500 ml

Telah terpasang kateter urin

B. Monitoring Tindakan Operasi

Jam TidakanTek.Darah

(mmHg)

Nadi

(x/menit)

Saturasi

O2 (%)

11.15 - pasien masuk ke ruang operai dan dipindahkan

ke meja operasi

- pemasangan monitoring tekanan darah, nadi,

dan saturasi O2

- infus terpasang di tangan kiri pasien

- pemberian premedikasi : Ondansetron 4 mg iv

bolus

115/93 74 100

11.20 - dilakukan tindakan anestesi regional dimulai

dari penentuan lokasi tindakan anestesi spinal

pada L3-L4

- desinfeksi lokasi suntikan anestesi spinal

- dilakukan suntikan anestesi spinal

menggunakan spinocain no.26 dengan posisi

pasien duduk tegak dan kepala menunduk

- pemberian anestesi spinal menggunakan

Bupivacaine 15 mg LCS (+) jernih, parese (+)

123/87 98 99

11.25 Operasi dimulai 139/82 101 99

11.30 - dilakukan skin test Ceftriaxone 125/93 112 97

Page 5: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

- penggantian cairan infus dengan Asering 500

ml

- bayi lahir

- pemberian Induzin 10 iu secara drip dan

Pospargin 0,2 mg bolus iv

11.35 107/88 92 99

11.40 118/70 88 98

11.45 - pemberian Ceftriaxon 1 gram bolus iv 128/91 86 98

11.50 - pemberian 02 secara inhalasi 2L/menit 133/99 111 97

11.55 - pemberian Ketorolac 30 mg bolus iv

- pemberian Tramadol 100 mg bolus iv

120/87 96 99

12.00 - operasi selesai

- pemberian Pronalges supp 100 mg dan Citrosol

supp 600 mcg

- alat monitoring dan inhalasi O2 dilepaskan

112/82 90 100

12.05 - pasien dipindahkan ke ruang Recovery Room 110/78 87 100

C. Laporan Anestesi

Lama Operasi : 35 menit (11.25-12.00)

Lama Anestesi : 45 menit (11.15-12.05)

Jenis Anestesi : Regional anestesi dengan teknik “Spinal Anestesi” menggunakan

Bupivacaine 15 mg (1 ampul 4 ml, 5mg/ml)

Posisi : pasien duduk tegak, dengan kepala menunduk ke bawah

Pernafasan : pemberian O2

Infus : Asering 500 ml

Medikasi : Bupivacaine 15 mg, Ceftriaxone 1 gram, Tramadol 100 mg,

Ketorolac 30 mg

Cairan : cairan masuk RL 500 ml

Cairan Asering 500 ml

Cairan outputnya 150 ml urin

D. Keadaan Akhir Pembedahan

Page 6: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

Pasien dipindahkan ke ruang Recovery Room, diobservasi terlebih dahulu tanda-tanda

vitalnya dan dinilai pemulihan kesadarannya sebelum dipindahkan ke ruang perawatan.

Pasien masuk ke ruang Recovery Room pukul 12.05 dan keluar pukul 12.30

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/85 mmHg

Nadi : 96x/menit

Pernafasan : 22x/menit

Saturasi : 99%

Penilaian pemulihan kesadaran

Pada anestesi spinal digunakan Bromage Score untuk menentukan apakah pasien bias

dipindahkan ke bangsal atau masih perlu dilakukan observasi di recovery room.

Kriteria penilaian :

Gerakan penuh dari tungkai 0

Tidak mampu ekstensi tungkai 1

Tidak mampu fleksi lutut 2

Tidak mampu fleksi pergelangan kaki 3

Jika skor Bromage ≤ 2 dapat dipindahkan ke ruang perawatan di bangsal

Pada pasien ini didapatkan, tidak mampu fleksi lutut dan mampu untuk melakukan fleksi

pergelangan kaki, maka skor bromage pada pasien ini adalah 2. Pasien bias dipindahkan

ke ruang perawatan di bangsal.

E. Post Operasi

Pasien mengeluhkan kepalanya terasa pusing disertai adanya mual-mual.

Page 7: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

BAB III

DISKUSI KASUS

Pre Operatif

Persiapan pre operatif pada pasien ini yaitu :

- Informasi terhadap penyakit yang akan dioperasinya

- Riwayat adanya penyakit Diabetes Melitus, Hipertensi, adanya alergi, asma, operasi

sebelumnya

- Makan minum terakhir bertujuan agar lambung dalam keadaan kosong sehingga bila

terjadi reflek esophagus tidak terjadi aspirasi isi lambung

- Informed consent kepada pasien terhadap pasien sebelum dilakukan tindakan anestesi

Pada pasien ini, didapatkan Klasifikasi ASA I

Durante Operatif

I. Premedikasi

Premedikasi yang diberikan pada pasien ini berupa ondansetron 4 mg iv secara bolus.

Ondansetron merupakan suatu antagonis selektif dan bersifat kompetitif terhadap reseptor

5-HT3, dengan cara menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga menekan

terjadinya reflex muntah pasca operasi.

II. Tindakan Anestesi

Pada kasus ini dipilih teknik anestesi regional menggunakan Bupivacaine 15 mg. teknik

anestesi regional (spinal) dipilih karena tindakan pembedahan seksio sesarea merupakan

jenis operasi abdomen bagian bawah. Selain itu, hal yang menjadi pertimbangan dalam

pemilihan teknik ini adalah pada ibu hamil terjadi perubahan fisiologi pada system

gastrointestinal yaitu pengosongan lambung menjadi lebih lambat dan tekanan

intragastrik meningkat sehingga lebih mudah terjadi regurgitasi sehingga memperkecil

kemungkinan terjadinya aspirasi bila dilakukan teknik intubasi. System traktus

respiratorius juga terjadi perubahan yaitu vaskularisasi mukosa traktus respiratorius

meningkat sehingga ada kecenderungan terjadi mukosa laring edema dan menyulitkan

Page 8: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

proses intubasi. Selain itu, anestesi spinal memiliki keuntungan ganda pada ibu dan

bayinya.

Prosedur Anestesi

III.Pemilihan Obat Anestesi

Bupivacaine merupakan obat yang dipilih pada pasien ini karena sifatnya yang hiperbarik

yaitu mempunyai berat jenis 1.027 dengan dosis 5-15 mg, dimana berat jenisnya lebih

besar daripada CSS sehingga pada saat awal penyebarannya di ruang sub arachnoid

sangat dipengaruhi oleh gravitasi. Hal ini membuat obat akan ikut turun ke bawah saat

kaki pasien direndahkan dan menurunkan resiko total blok.

Pemilihan bupivacaine 15 mg juga dikaitkan dengan fisiologi ibu hamil. Pada saat hamil,

aliran balik vena pada vena cava inferior tertekan sehingga mengakibatkan aliran darah ke

atas tertahan lalu menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah di medulla spinalis.

Akhirnya pelebaran pembuluh darah di medulla spinalis tadi membuat ruangannya

menjadi kecil. Jadi apabila volume cairan yang diberikan terlalu banyak menyebabkan

bloknya akan menjadi tinggi dan dapat mengakibatkan total blok.

Mekanisme kerja bupivacaine adalah mencegah konduksi rangsang saraf dengan

menghambat aliran ion, memperlambatkan perambatan rangsang saraf, meningkatkan

ambang eksitasi electron dan menurunkan kenaikan potensial aksi. Durasi analgetik obat

ini adalah selama 2-3 jam dan disuntik di daerah L3-L4. Selain itum bupivacaine spinal

turut menghasilkan relaksasi muscular yang cukup pada ekstremitas bawah selama 2-2,5

jam.

Terdapat beberapa macam obat lain yang diberikan pada pasien ini, yaitu :

Induxin 10 iu drip, digunakan dengan tujuan untuk mencegah perdarahan dengan

merangsang kontraksi uterus secara ritmik atau untuk mempertahankan tonus uterus post partum,

dengan waktu partus 3-5 menit

Pospargin 0,2 mg bolus digunakan untuk mencegah dan mengobati perdarahan uterus karena

pembedahan sesarea

Ketorolac 30 mg bolus merupakan analgetik non opioid bekerja dengan menghambat sintesis

prostaglandin. Ketorolac diberikan untuk mengatasi nyeri akut jangka pendek postoperasi, dengan

durasi kerja 6-8 jam

Page 9: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

Tramadol 100 mg drip merupakan analgetik narkotik yang bekerja menghambat pelepasan

neurotransmitter dari saraf aferen sehingga impuls nyeri terhambat

Ceftriaxon 1 gram bolus adalah obat antibiotic golongan sefalosporin dengan spectrum luas yang

membunuh bakteri gram positif dan gram negative dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri.

Ceftriaxone juga didistribusikan hanya sedikit didalam air susu ibu.

IV. Terapi Cairan

Pasien diberikan infus ringer laktat 500 ml dan asering 500 ml. ringer laktat dan asering merupakan cairan

dengan osmolaritas mendekati serum, sehingga terus berada dalam pembuluh darah. Natirum merupakan

kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotic. Klorida merupakan anion utama di plasma

darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot.

Elektroli-elektrolit ini merupakan elektrolit terpenting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menggantikan

kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan. Terapi ini bermanfaat

pada pasien yang mengalami hipovolemi dimana terjadi kekurangan cairan tubuh sehingga tekanan darah

terus menurun. Tidak ada interaksi dengan makanan atau obat lain sehingga pemberian infus ini aman untuk

digunakan.

BB = 65 kg

Maintenance = 2 cc/kgBB/jam = 2 x 65 kg = 130 cc/jam

Pengganti puasa = 8 x maintenance = 8 x 130 cc = 1040 cc/jam

Stress operasi = 8 cc/kgBB/jam = 8 x 65= 520cc/jam 

Pemberian Cairan :

1 jam pertama = (50% x pengganti puasa) + maintenance + stress operasi

= (50 % x 1040) +130 + 520 = 520 +130 + 520 = 1170 cc

Post Operatif

Setelah operasi selesai, pasien bawa ke ruang Recovery Room. Pasien berbaring dengan posisi kepala lebih

tinggi untuk mencegah spinal headache, karena efek obat anestesi masih ada. Observasi post sectio caesarea

dilakukan pemantauan secara ketat meliputi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan frekwensi nafas).

Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit. Setelah keadaan umum stabil, maka pasien dibawa ke ruangan.

Page 10: Presus Anestesi Spinal Kasus Sc Dgn Kpd

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief, S.A, Suryadi K.A. Dachlan M.R. 2009. Petunjuk praktis anestesiologi FKUI.

Jakarta : FKUI.

2. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput

Janin.ILMU KEBIDANAN. Yayasan Bina pustaka SARWONO

PRAWIROHARDJO.Jakarta.2002 Hal341-348.

3. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI.Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku

Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243