pr ortho dr tito
TRANSCRIPT
1. Tanda pasti fraktur:
- Deformitas ( Translasi, Angulasi, Rotasi, Panjang)
- Krepitasi
- False of movement
2. Pemeriksaan status lokalis pada fraktur:
a. Look:
Bisa didapatkan adanya pembengkakan, memar dan deformitas (salah satu tanda
pasti dari fraktur). Hal yang penting adalah apakah kulit intak. Jika ada kulit yang
terbuka pada daerah fraktur (tulang yang fraktur langsung berhubungan dengan
dunia luar), maka termasuk dalam fraktur terbuka (open fracture). Selain itu juga
diperiksa ekstremitas pada bagian distal fraktur serta warna kulitnya.
b. Feel:
Pada bagian yang fraktur dapat terjadi perlunakan. Krepitasi merupakan salah satu
tanda pasti fraktur yang dapat diperiksa melalui perabaan.
c. Move:
Pada pemeriksaan ROM dapat ditemukan adanya krepitus dan pergerakan yang
abnormal. Diperiksa juga pergerakan pada sendi bagian distal fraktur. Sering
ditemukan adanya sendi palsu (pseudoarthrosis) yang diakibatkan karena fraktur
yang terjadi.
3. Fraktur kominutif adalah fraktur dimana terdapat lebih dari dua fragmen,
dikarenakan penyambungan yang tidak sempurna dari permukaan fraktur, seringkali
tidak stabil. Fraktur kominutif disebabkan karena high-energy direct trauma.
Fraktur kominutif seringkali lambat dalam penyembuhan (penyambungan), hal ini
dikarenakan:
a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih parah
b. Seringkali bersifat tidak stabil
4. Komplikasi fraktur:
a. Komplikasi umum: blood loss, syok, emboli lemak, kegagaln kardiorespirasi.
b. Komplikasi lokal:
Early complication: komplikasi awal dapat timbul sebagai bagian dari luka
primer atau muncul hanya dalam beberapa hari atau minggu.
Late complication
Komplikasi fraktur
5. - Skin traksi:
Skin traksi mampu mempertahankan tarikan tidak lebih dari 4 atau 5 kg. Holland
strapping atau oneway-stretch Elastoplast dilekatkan pada kulit yang telah dicukur
dan dibalut dengan perban. Maleolus dilindungi oleh jaringan Gamgee, dan plester
digunakan sebagai traksi.
- Skeletal traksi:
Traksi dimana sebuah kawat kaku atau pin dimasukkan dibelakang tuberkulum
tibialis untuk pinggul, paha dan lutut yang cedera, atau melalui calacaneum untuk
fraktur tibia, serta tali yang terikat untuk menerapkan traksi.
6. Prinsip penatalaksanaan fraktur:
Fraktur tertutup (closed fracture)
Hal umum yang perlu dipertimbangkan adalah penanganan pasien secara
keseluruhan, bukan hanya sebatas frakturnya.
Penatalaksanaan fraktur terdiri dari manipulasi untuk memperbaiki posisi
fragmen, diikuti oleh splintage untuk menahan fragmen bersama-sama sampai
fragmen bersatu. Ada 3 langkah yang dilakukan:
a. Reduksi (reduce)
Reduksi bertujuan untuk aposisi yang adekuat alignment yang normal dari
fragmen-fragmen tulang. Ada dua jenis reduksi, yaitu reduksi terbuka dan
reduksi tertutup, dimana indikasi untuk dilakukan reduksi terbuka adalah:
- Gagal setelah dilakukan reduksi tertutup, dikarenakan kesulitan dalam
mengontrol fragmen atau dikarenakan terdapat jaringan lunak diantara
fragmen-fragmen fraktur.
- Ketika adanya fragmen articular yang besar yang membutuhkan posisioning
yang akurat.
- Traksi karena tarikan (avulsi) dimana fragmen fraktur saling terpisah.
b. Fiksasi (hold), yang meliputi:
- Continuous traction
- Cast splintage
- Functional bracing
- Internal fixation, indikasi:
1. Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi.
2. Fraktur yang secara tidak stabil dan rawan kembali terjadi displace setelah
reduksi.
3. Fraktur dengan proses penyembuhan (penyambungan) lambat atau buruk,
terutama fraktur leher femur.
4. Fraktur patologis di mana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan.
5. Beberapa patah tulang di mana fiksasi awal (baik dengan fiksasi internal
atau eksternal) mampu mengurangi risiko komplikasi umum dan
kegagalan organ multisistem.
6. Fraktur pada pasien yang memiliki penyulit keperawatan (lumpuh, mereka
dengan beberapa cedera dan sangat tua).
- External fixation, indikasi:
1. Fraktur yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak yang parah.
2. Fraktur sekitar sendi yang berpotensi cocok untuk fiksasi internal tetapi
jaringan lunak terlalu membengkak untuk memungkinkan terjadinya operasi
yang aman.
3. Pasien dengan beberapa luka yang parah, terutama jika ada patah tulang
femur bilateral, fraktur panggul dengan perdarahan hebat, dan mereka dengan
cedera kepala.
4. Ununited fracture.
5. Fraktur yang terinfeksi, yang dengan fiksasi internal mungkin tidak cocok.
c. Exercise
Fraktur terbuka (open fracture)
Semua patah tulang terbuka, seberapa pun parahnya, harus diasumsikan bila hal
tersebut merupakan suatu luka yang terkontaminasi, serta dilakukan pencegahan
supaya tidak terjadi infeksi. Empat prinsip penatalaksanaan fraktur terbuka
adalah:
a. Antibiotik profilaksis
b. Debridement luka
c. Stabilisasi fraktur
d. Penutupan luka
7. Anatomi femur (trochanter mayor dan trochanter minor)