makalah diagnosis ortho

27
Tugas Ortodonsia II DIAGNOSA ORTODONTIK Disusun oleh : Connie Erlin A 7606 Carla Maria D H 8602 Windra Rante M 8274 Diera Kususmawardhany 8606 Annisa Rosalia S 8316 Nova Noerdiany L 8608 Debi Christian I 8326 Anugerah Pekerti A 8610 Dimas S Novianto 8358 Fahri Reza R 8612 Rini Siska Sari 8572 Edwita Ramadhani 8616 Novi Atmania D 8574 Galuida Winarta T I 8620 Irma Damayanti S 8578 Mahadna Aulia R 8622 Annis Syarifah 8576 Ahmed Febri N.H 8624 Fitri Rahmawati 8580 Luqman Alfarizi P 8626 Astrodita Adya Seta 8582 Sadiyah 8628 1

Upload: hayu-qommaru-zala

Post on 13-Aug-2015

112 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Diagnosis Ortho

Tugas Ortodonsia II

DIAGNOSA ORTODONTIK

Disusun oleh :

Connie Erlin A 7606 Carla Maria D H 8602Windra Rante M 8274 Diera Kususmawardhany 8606Annisa Rosalia S 8316 Nova Noerdiany L 8608Debi Christian I 8326 Anugerah Pekerti A 8610Dimas S Novianto 8358 Fahri Reza R 8612Rini Siska Sari 8572 Edwita Ramadhani 8616Novi Atmania D 8574 Galuida Winarta T I 8620Irma Damayanti S 8578 Mahadna Aulia R 8622Annis Syarifah 8576 Ahmed Febri N.H 8624Fitri Rahmawati 8580 Luqman Alfarizi P 8626Astrodita Adya Seta 8582 Sadiyah 8628Noviani Dwi R 8584 Nur Rahmawati S 8630Conita Nugrahety 8586 Luthfianisa P K 8632Anggy Natya L 8588 Rama Insan K W 8634Anteng Laras Palupi 8590 Reiza Prambandana 8636Intan Kumaladewi 8592 Achmad Fikri A 8638Rista Putri S 8594 Dhyas Trisna P 8640Kiki Saputri 8596 Anggraeni Puspasari 8642Inten Pratiwi 8598 Monica Dwi Anggraini 8644Raden Revita Y I 8600 Tantia Cita D F 8646

Dhinintya Hyta Narissi L 8650

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada

2012

1

Page 2: Makalah Diagnosis Ortho

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Makalah ini pada dasarnya disusun sebagai syarat dalam memenuhi tugas

Ortodonsia II dan untuk menjelaskan mengenai diagnosa ortodontik.

Suatu kasus ortodontik dalam pemenuhan tujuan akhirnya dalam hal

tindakan estetis maupun kasus maloklusi gigi geligi, terlebih dahulu haruslah

terlibat dalam penegakan diagnosa, sebelum akhirnya sampai dalam penanganan

dan perawatan ortodontik. Diagnosa ortodontik bukanlah hal mudah yang dapat

diambil konklusinya dengan cepat dan tepat. Langkah-langkah awal dalam hal

pengambilan diagnosa merupakan kegiatan wajib yang patut diketahui dan

dilakukan oleh praktikan akademika calon maupun dokter gigi terkait.

Langkah tepat dalam penegakan diagnosa pasien akan menolong pasien

tersebut dalam melengkapi tujuan ortodontik yang diinginkan. Analisa kasus

pasien dengan seksama dan menyeluruh selanjutnya akan membantu dalam

rencana perawatan yang akan diberikan dokter gigi terhadap pasiennya. Dalam

makalah ini, akan dijelaskan bagaimana peranan penting diagnosa tersebut

terhadap kelangsungan prognosis pasien terkait anomali maupun maloklusi yang

diderita pasien tersebut.

Diagnosa ortodontik yang benar dan sesuai akan menuntun dokter gigi

menuju ke arah tujuan ortodontik pasien yang diharapkan.

I.2 Perumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan diagnosa ortodontik?

2. Bagaimana peran diagnosa ortodontik terhadap tujuan ortodontik dokter

gigi?

3. Bagaimana pelaksanaan praktik kedokteran gigi dalam menegakkan

diagnosa ortodontik?

2

Page 3: Makalah Diagnosis Ortho

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Diagnosa Ortodontik

Menurut Rakosi dkk (1993), diagnosa didefinisikan sebagai sebuah alur

sistematis dalam menentukan kelainan; menemukan kelainan, perencanaan

terapi dan penjabaran indikasi, yang mengarahkan dokter untuk dapat

melakukan tindakan. Pengertian diagnosa adalah mempelajari dan

menyimpulkan data mengenai problem klinis dengan tujuan menentukan ada

atau tidaknya keadaan abnormal. (Eka, 2012)

Menurut Salzmann (1950), diagnosa dibedakan atas Diagnosa Medis

(Medical diagnosa) yaitu suatu diagnosa yang menetapkan penyimpangan dari

keadaan normal yang disebabkan oleh suatu penyakit yang membutuhkan

tindakan medis atau pengobatan, dan Diagnosa Ortodontik yaitu diagnosa yang

menetapkan suatu kelainan atau anomali oklusi gigi-gigi (bukan penyakit) yang

membutuhkan tindakan rehabilitasi.

Diagnosa ortodonti berbeda dengan diagnosa medis lainnya. Diagnosa

medis berhubungan dengan hal-hal yang bersifat patologis/penyakit, sedangkan

diagnosa ortodontik berhubungan dengan kelainan yang berhubungan dengan

hal-hal menyangkut gigi, rahang dan wajah (dentofasial), terutama kelainan

dalam hubungan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah (maloklusi). (Eka,

2012)

Dalam diagnosa ortodontik, biasanya digunakan analisa individual untuk

mendapatkan diagnosa yang benar. Informasi yang didapatkan harus objektif,

relevan, dan akurat. Kriteria diagnostik ortodontik, harus mencakup keseluruhan

sistem orofasial, dan juga harus selektif. Analisa individual akan menunjukkan

perkembangan sistem mastikasi tiap individu, yang oleh Andersen (1931)

disebut ‘individual optimum’. Analisa data individual secara sistematis dapat

menentukan tipe dalam kelompok kasus pada diagnosa. Pengelompokan kasus-

kasus yang sama ke dalam kelompok yang lebih besar, selanjutnya akan dibagi

ke dalam klasifikasi berdasarkan tipe-tipe kelainan yang ditemukan. (Rakosi

dkk, 1993) Menurut Schwarz (Iman, 2008), diagnosa ortodontik dapat dibagi

menjadi:

3

Page 4: Makalah Diagnosis Ortho

1. Diagnosa Biogenetik (Biogenetic diagnosa)

2. Diagnosa Sefalometrik (Cephalometric diagnosa)

3. Diagnosa Gigi geligi (Dental diagnosa)

Diagnosa ortodontik terdiri atas daftar semua aspek menyimpang yang

berhubungan dengan oklusi. Hal ini mendahului rencana perawatan yang

dilakukan karena hubungannya dengan berbagai macam faktor dan dampak

pada perawatan dari diagnosa yang perlu dipertimbangkan. (Heasman, 2003)

Dalam menangani setiap kasus ortodonti, para praktisi harus menyusun

rencana perawatan yang didasarkan pada diagnosa. Menurut Eka (2012),

keberhasilan perawatan ortodonti sangat ditentukan oleh diagnosa, rencana

perawatan, dan mekanoterapi yang tepat. Untuk menetapkan diagnosa, ada

prosedur standar yang mutlak untuk dilakukan. Prosedur standar tersebut

menurut Rakosi dkk (1993) meliputi anamnesis, pemeriksaan klinis intra dan

ekstra oral, analisa fungsional, analisa ronsenologis, analisa fotografi,

pemeriksaan radiologis, dan analisa model studi, yang dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung pada pasien. Setiap komponen data tersebut

memiliki peran yang sama pentingnya dalam menentukan diagnosa ortodontik

(Eka, 2012). Diagnosa dilakukan berdasarkan pengumpulan informasi secara

akurat tentang pasien dari pemeriksaan kasus secara logis. (Heasman, 2003)

1. Anamnesis

A. Waktu

Pada saat usia 7 sampai 8 tahun, pemeriksaan terhadap perkembangan

oklusi sangat perlu untuk dicatat, seperti bentuk, posisi dan adanya

incisivus permanen dan untuk merencanakan intervensi yang sesuai

terhadap abnormalitas yang ditemukan yang akan mempengaruhi

urutan erupsi normal. Prognosis dari gigi molar pertama permanen

harus diperiksakan secara rutin sejak umur 8 tahun, dan palpasi dari

kaninus maksila yang akan erupsi ke lengkung gigi sekitar umur 10

tahun. Deteksi awal dari diskrepansi skeletal juga akan menunjukan

waktu yang optimal untuk perawatan agar dapat memaksimalkan

potensi pertumbuhan, tapi pada kebanyakan anak-anak

pemeriksaannya tertunda sampai gigi permanen telah erupsi.

Semua dokter gigi harus dapat melakukan pemeriksaan ortodontik

dasar untuk pasienya dan merujuk ke spesialis apabila diperlukan.

4

Page 5: Makalah Diagnosis Ortho

Ketika pertumbuhan gigi dan/atau oklusal menyimpang dari normal,

atau ketika diskrepansi secara signifikan pada pembentukan dentofasial

atau hubungan oklusal pada pasien yang menyangkut pasien dan

berpengaruh terhadap kesehatan gigi dalam jangka waktu yang lama,

hal tersebut diindikasikan untuk dirujuk. Selain dari data personal,

surat rujukan harus mengandung referensi secara spesifik terhadap:

Persepsi pasien terhadap masalah

Catatan kehadiran mereka

Tingkat kepekaan mereka terhadap kesehatan gigi

termasuk orang tuanya (jika perlu)

Status kebersihan oral

Perkiraan prognosis dari gigi terestorasi maupun trauma

Gambaran radiografi terbaru serta cetakan model rahang pasien juga

penting disertakan saat memberikan rujukan.

Pemeriksaan ortodontik meliputi 3 tahap yaitu :

a. Riwayat yang lengkap

b. Pemeriksaan klinis yang sistematik dan mendalam

c. Pengumpulan informasi yang relevan dari evaluasi khusus yang

diperlukan

B. Kepentingan perawatan

Kebutuhan perawatan ortodontik pada dasarnya dipengaruhi oleh dua

faktor utama:

Faktor pasien/orang tua, dimana termasuk jenis kelamin, umur,

tingkat kepercayaan diri, persepsi diri dan lingkungan terhadap

masalah oklusi dan gangguan perkembangan rahang, kelas

sosial, dan keinginan orang tua

Kesadaran dari dokter gigi

2. Riwayat

Pada dasarnya dokter gigi harus dapat mengidentifikasi:

Alasan pasien datang ke dokter gigi

Siapa yang mengajukan tentang perawatan

Perilaku perawatan

A. Riwayat Kesehatan

5

Page 6: Makalah Diagnosis Ortho

Kuesioner tentang kesehatan harus dilengkapi oleh setiap pasien atau

orang tuanya, dan hasil temuannya dikonfirmasi lebih lanjut lewat

wawancara di klinik. Beberapa kondisi kesehatan kemungkinan dapat

memberikan pengaruh terhadap perawatan ortodontik.

B. Riwayat Kesehatan Gigi

Kebiasaan, perluasan, dan frekuensi dari perawatan gigi sebelumnya

dengan tingkat kerjasama pasien harus dicatat, bersamaan dengan

perilaku kesehatan gigi pasien sehari-hari. Riwayat kehilangan gigi

awal pada gigi susu serta trauma incisor juga perlu dicatat. Jika

sebelumnya sudah pernah dilakukan perawatan ortodontik, detail

yang berhubungan dengan pencabutan gigi dan tipe alatnya harus

diperhatikan. Apabila perawatannya ditinggalkan, pasien harus

ditanya secara hati-hati untuk alasannya. Untuk pasien anak,

pertanyaan tentang perawatan ortodonsia pada saudara mereka dan

kerjasamanya, mugkin dapat membantu menilai tingkat kesadaran

keluarga tentang kesehatan gigi dan akan sangat mendukung apabila

ditawarkan dilakukan perawatan. Disarankan juga untuk menanyakan

riwayat tentang sendi TMJ termasuk nyeri, kelemahan otot maupun

kesulitan membuka mulut dan riwayat apabila pasien menyadari

memiliki kebiasaan bruxism.

C. Riwayat Sosial

Jarak dari tempat keluarga tinggal dan estimasi waktu perjalanan pada

saat melakukan perjanjian harus diperhatikan. Akses terhadap

transportasi, akan mempermudah kesadaran orang dewasa untuk

menemani pasien anak, bersamaan dengan informasi yang

berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat

memengaruhi kehadiran juga penting.

3. Pemeriksaan Klinis

Sebelum pasien anak duduk dikursi gigi sangat penting untuk menentukan

umur pasien dilihat dari tingginya dan tingkat kedewasaannya secara

umum. Hal ini juga dapat memberikan indikasi terhadap potensi tumbuh

dimasa mendatang. Apabila pasien ditemani oleh orang tua, genetik oklusi

keluarga juga penting untuk diperhatikan (misalnya diastema medial).

Tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk mencatat dan mengengevaluasi

6

Page 7: Makalah Diagnosis Ortho

aspek facial, oklusal dan fungsional dari pasien untuk melengkapi

diagnosa. Pemeriksaan ekstraoral yang diikuti pemeriksaan intraoral harus

dilakukan.

A. PEMERIKSAAN DALAM MULUT (INTRA ORAL)

Pemeriksaan dalam rongga mulut meliputi aspek-aspek  yang sangat

penting dan mempengaruhi hasil perawatan. Aspek-aspek tersebut adalah:

Keadaan gigi-geligi

Kelainan posisi gigi

Kebersihan mulut;

Gusi

Frenulum labial

Lidah;

Jaringan Lunak langit-langit (mukosa palatal)

Tonsil (amandel)

Garis tengah (median)

Jarak gigit vertikal

Jarak gigit horisontal

Gigitan silang

Celah antar gigi (diastema)

Kurva Spee

B. PEMERIKSAAN  RADIOGRAFI  (FOTO  RONSEN)

Pemeriksaan foto ronsen yang paling sering dilakukan adalah

pemeriksaan menggunakan foto ronsen panoramik. Kegunaan

pemeriksaan foto ronsen panoramik adalah:

7

Page 8: Makalah Diagnosis Ortho

1. Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan hubungan

gigi-gigi  rahang atas dengan rahang bawah

2. Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi sulung.

Informasi perkembangan gigi diperlukan untuk memberikan informasi

mengenai perkembangan oklusi gigi dan waktu yang tepat untuk

perawatan.

3. Melihat ada tidaknya kelainan patologis

Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai apakah suatu

prosedur dental diperlukan sebagai langkah awal sebelum melakukan

perawatan ortodontik. Berbagai struktur abnormal dapat  ditemukan dalam

pemeriksaan ini.

C. ANALISA  SEFALOMETRI

Analisa sefalometri terbagi dalam pemeriksaan sefalometri lateral dan

frontal. Adapun kegunaan pemeriksaan sefalometri adalah untuk:

- Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial

- Mendiagnosa kelainan kraniofasial;

- Mempelajari profil wajah;

- Merencanakan perawatan ortodonti;

- Evaluasi hasil perawatan ortodonti;

- Merencanakan dan mengevaluasi hasil perawatan bedah ortognati;

- Analisa fungsi sendi rahang; dan

- Untuk tujuan penelitian.

D. ANALISA FOTOGRAFI

Fotografi profil (pandangan samping) dan frontal (pandangan depan)

dilakukan untuk menganalisa hubungan antara jaringan keras di sekitar

wajah dengan kontur jaringan lunak. Analisa profil  dapat menjadi

bahanpertimbangan apakah pasien akan dilakukan prosedur pencabutan

gigi atau tidak. Analisa frontal memberikan informasi wajah yang simetris

atau tidak. Pada keadaan wajah yang tidak simetris, akan menjadi bahan

pertimbangan apakah akan dikoreksi hanya secara ortodonti, atau perlu

kombinasi dengan pembedahan. (Eka, 2012)

8

Page 9: Makalah Diagnosis Ortho

E. ANALISA MODEL STUDI

Analisa model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi

pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap

hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun

hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah

sagital, transversal, dan vertikal. (Rakosi dkk, 1993)

Menurut White (1996) model studi sebagai salah satu komponen

penting dalam perawatan ortodonti dibuat dengan beberapa tujuan

dan kegunaan, yaitu sebagai titik awal dimulainya perawatan, untuk

kepentingan presentasi, dan sebagai data tambahan untuk mendukung

hasil pemeriksaan klinis. Para praktisi menggunakan model studi

bukan hanya untuk merekam keadaan geligi dan mulut pasien

sebelum perawatan tetapi juga untuk menentukan adanya perbedaan

ukuran, bentuk, dan kedudukan gigi geligi pada masing-masing

rahang serta hubungan antar gigi geligi rahang atas dengan rahang

bawah. Data yang lengkap mengenai keadaan tersebut lebih

memungkinkan jika dilakukan analisa pada model studi.

F. PERSIAPAN ANALISA MODEL STUDI

Untuk keperluan diagnosa ortodonti, model studi harus dipersiapkan

dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak

hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di

vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat diperoleh

dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat

mendorong jaringan lunak di daerah tersebut semaksimal mungkin,

sehingga inklinasi mahkota dan akar terlihat. Jika hasil cetakan tidak

cukup tinggi, maka hasil analisa tidak akurat. Model studi dengan

basis 4 segi tujuh, yang dibuat dengan bantuan gigitan lilin dalam

9

Page 10: Makalah Diagnosis Ortho

keadaan oklusi sentrik serta diproses hingga mengkilat, akan

memudahkan pada saat analisa dan menyenangkan untuk dilihat pada

saat menjelaskan kasus kepada pasien. (Proffit, 2000)

- Macam-macam Analisa Model Studi

Analisa model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu

dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. Penilaian dalam arah

sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan

insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle;

ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun mandibula,

dan crossbite anterior. Penilaian dalam arah transversal antara lain

meliputi: pergeseran garis median, 5 asimetri wajah, asimetri

lengkung gigi, dan crossbite posterior. Penilaian dalam arah vertikal

antara lain meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior

maupun posterior, dan ketinggian palatum. (Rakosi dkk, 1993)

2.2 Pelaksanaan Diagnosa Ortodontik

Dalam diagnosa dan rencana perawatan, ortodontis harus:

1. Mengenali berbagai karakteristik maloklusi dan deformitas dentofasial

2. Mendefinisikan sumber masalah, termasuk etiologinya jika

memungkinkan

3. Merancang strategi perawatan berdasarkan kebutuhan yang spesifik

dan keinginan dari individu

Pada pelaksanaan diagnosa, tidak hanya berpusat pada area tertentu saja.

Pendekatan problem-oriented untuk diagnosa dan rencana perawatan telah

secara luas dianjurkan pada bidang kedokteran maupun kedokteran gigi dalam

hal menilai kondisi pasien. Esensi dari pendekatan problem-oriented adalah

perkembangan data yang komprehensif mengenai informasi yang didapat dari

pasien. Untuk tujuan perawatan ortodontik, data tersebut dapat diperoleh dari

tiga sumber utama:

1. Menanyakan pasien (anamnesis)

2. Pemeriksaan klinis terhadap pasien

3. Evaluasi dari rekam medis, termasuk gigi, radiograf, gambaran fasial

dan intraoral

10

Page 11: Makalah Diagnosis Ortho

Data ortodontik

a. Data interview

a. Chief complaint / Keluhan Utama

Setelah pasien membuat kunjungan pertama, kemudian keluhan

utama muncul, baik dengan tujuan pasien mengenai mencari solusi

masalah fungsional maupun estetika. Proses ini biasanya terdiri dari

oral interview, walaupun kuisioner mungkin digunakan untuk

memeriksa apa yang pasien rasakan tetapi pasien tidak dapat

mengungkapkan dengan baik. Kuisioner ini dapat membantu pasien

untuk mengevaluasi dengan teliti mengenai pilihan estetika dan dapat

menunjukkan dengan spesifik pada bagian yang dirasakan nyeri atau

tidak nyaman.

b. Medical history (termasuk dental history)

Untuk mendapat riwayat medis, ortodontis atau asisten harus selalu

menanyakan beberapa pertanyaan penting, karena kebanyakan pasien

tidak menyadari hubungan antara kesehatan secara umum dengan

perkembangan terhadap dental. Hal penting yang harus diketahui

meliputi saat terakhir berobat, pernah dirawat inap di rumah sakit atau

tidak, dan obat-obatan apa saja yang pernah digunakan. Hal-hal lain

yang lebih luas meliputi riwayat alergi, riwayat transfuse darah, dan

masalah terhadap jantung atau demam reumatik.

Kesehatan dan kondisi dental pasien merupakan indikator yang baik

dari kecurigaan terhadap penyakit periodontal maupun karies.

Pertanyaan penting lain untuk ditanyakan adalah apakah pasien

pernah memiliki trauma terhadap gigi. Perawatan ortodontik dapat

memperburuk gejala periapikal yang telah ada (walaupun pada bagian

tepi/marginal) yang dikarenakan trauma. Biasanya pergerakan gigi

dikeluhkan jika masalah semakin buruk.

c. Family history

Riwayat keluarga dapat dimulai dengan menanyakan apakah saudara

pasien mengalami perawatan ortodontik dan diskusi mengenai

sumber masalah mereka. Pertanyaan yang juga ditanyakan apakah

orang tua pasien juga pernah mengalami perawatan ortodontik. Jika

11

Page 12: Makalah Diagnosis Ortho

jawabannya ya, ortodontis perlu tahu alasan perawatan dari orang tua

pasien tersebut.

d. Social and behavioral history

Informasi mengenai riwayat ini lebih sulit untuk dicapai karena

pasien sering enggan untuk bicara mengenai masalah emosional anak.

Pertanyaan mengenai perkembangan semasa sekolah dapat

membantu. Jika ortodontis mencurigai adanya masalah emosional

karena menemukan perilaku seperti kebiasaan menghisap jempol

yang lama, perkembangan yang buruk saat sekolah, berjalan saat tidur

pada anak, ortodondontis harus menanyakan apakah keluarganya

menerima konseling. Jika terdapat masalah utama, orang tua pasien

kemudian biasanya akan bercerita mengenai perceraian, pasangannya

yang sakit atau meninggal, atau masalah serius lainnya dalam rumah.

Pertanyaan mengenai perkembangan pada masa sekolah dapat

mengungkapkan anak memiliki ketidakmampuan dalam belajar. Pada

kasus seperti ini, ortodontis harus memodifikasi pendekatan terhadap

anak karena pasien seperti ini mungkin memiliki pengurangan jangka

waktu pemusatan perhatian dan oleh karena itu tidak seharusnya

menerima informasi yang terlalu detil pada saat konsultasi.

e. Status pertumbuhan fisik

Selama evaluasi pasien, ortodontis harus memperhatikan

perkembangan fisik secara umum dalam hubungannya terhadap

pertumbuhan yang terjadi dan potensi pertumbuhan yang tersisa.

Ortodontis yang berpengalaman tahu bahwa hasil klinis terbaik

tercapai pada orang yang pertumbuhannya baik dan hasil yang

terburuk tercapai pada orang yang pertumbuhannya buruk.

Pertumbuhan dinilai dari jumlah, kecepatan, arah, dan pola

pertumbuhan yang memfasilitasi perawatan.

b. Pemeriksaan klinis dan rekaman diagnostic

Pemeriksaan klinis memiliki dua tujuan:

1. Untuk mengevaluasi estetika, patologi jaringan keras dan lunak,

fungsi rahang

2. Menentukan apakah rekaman diagnostik diperlukan

12

Page 13: Makalah Diagnosis Ortho

Tujuan rekaman diagnostik adalah mendokumentasikan kondisi awal

pasien dan untuk menambah informasi diagnostik yang didapat dari

interview dan pemeriksaan klinis. Rekaman dapat dibagi menjadi:

i. Dental cast dan occlusal record

Dental cast untuk tujuan ortodontik dibedakan dari cara diambil

untuk tujuan dental yang lain, dengan 2 cara:

- Cetakan dilebihkan untuk membiarkan sebanyak mungkin

prosesus alveolar dan gigi yang terlihat

- Dental cast ditrim dengan dasar yang simetris untuk visualisasi

yang lebih baik dari asimetri pada bentuk arkus atau posisi gigi

ii. Facial photograph

a. Frontal

Pasien berada pada posisi kepala natural dan terlihat

menghadap lurus terhadap kamera.

Tipe posisi yang dapat diambil:

- Posisi istirahat

- Gigi pada interkuspal maksimal, dengan bibir tertutup

b. Frontal dinamis (tersenyum)

c. Close up dengan pose tersenyum

d. Three quarter view (450)

e. Profil

f. An optional submental view

iii. Fotografi Intraoral: kanan dan kiri lateral, anterior, upper occlusal,

lower occlusal.

iv. Radiografi

- Radiografi intraoral

- Radiografi panoramik

- Radiografi sefalometri

(Graber et al, 2000)

Pada saat identifikasi dan prioritas masalah ortodonti pasien,  dapat

ditentukan  4  hal yang harus dihadapi dalam menentukan rencana perawatan yang

optimal, yaitu :

1) Waktu perawatan

13

Page 14: Makalah Diagnosis Ortho

2) Tingkat kerumitan perawatan

3) Perkiraankeberhasilan perawatan yang diperoleh, dan

4) Memperhatikan tujuan dan keinginan pasien (orang tua pasien) yang

dirawat ortodonti.

(Eka, 2012)

Brook dan Shaw (1989) memperkenalkan garis besar dari indeks

prioritas perawatan ortodonti yang terdiri dari dua bagian, bagian pertama

menilai dan memberikan skor bagi faktor2 oklusi dang gangguan kesehatan

rongga mulut, bagian kedua memberikan skor untuk derajat gangguan estetik

yang disebabkan karena malposisi gigi2 anterior

Tahap penilaian dan perencanaan perawatan ortodonti:

a) Informasi latar belakang

b) Penilaian variasi oklusal

c) Penilaian faktor2 etiologi dan keterbatasan dari perawatan

korektif

d) Garis besar tujuan perawatan

e) Rencana perawatan yang terprinci

Kriteria yang merupakan dasar realistik untuk menilai perlunya

perawatan ortodonsi:

1. Jika dirasakan perlu bagi subjek untuk mendapatkan posisi postural

adaptasi dari mandibula

2. Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula dari posisi istirahat

atau dari posisi postural adaptasi ke posisi interkuspal

3. Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme

refleksyang merugikan selama fungsi oklusal dari mandibula

4. Jika gigi-gigi menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan lunak

5. Jika gigi susunannya berjejal atau tidak teratur, yang bisa merupakan

faktor predisposisi dari penyaki periodontal atau penyakit gigi

6. Jika penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi jika posisi gigi

menghalangi posisi bicara normal

(Foster, 1997)

Untuk menetapkan diagnosa diperlukan pengumpulan data  yang cermat

mengenai pasien tersebut serta dilakukan  seleksi kasus secara menyeluruh

sehingga diperoleh daftar masalah ortodonti.

14

Page 15: Makalah Diagnosis Ortho

Dalam penetapan diagnosa dan rencana perawatan akan melalui proses

yang sama, namun prosedur dan tujuannya berbeda.  Pengumpulan data dan

penyusunan daftar masalah  untuk mendapatkan kebenaran yang bersifat ilmiah.

Pada tahap ini hendaknya  tidak boleh memasukan pendapat atau keputusan

pribadi, sebaliknya pada situasi tersebut diperlukan penilaian berdasarkan fakta.

Di lain pihak rencana perawatan tujuannya tidak memiliki kebenaran secara

ilmiah, tetapi merupakan kebijakan ortodontis. Rencana perawatan yang bijak yang

dilakukan oleh ortodontis akan sangat menguntungkan pasien. Pemilihan perawatan

yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan jika disadari bahwa

rencana perawatan merupakan suatu proses interaktif dimana pasien dilibatkan dalam

proses membuat keputusan.

Perawatan yang terbaik bagi pasien tidak lagi berdasarkan keputusan

ortodontis sendiri, tetapi melibatkan pasien dan orang tuanya. Secara etika

pasien berhak untuk mengontrol apa yang terjadi pada perawatan mereka.

Keberhasilan dan kemungkinan kegagalan perawatan juga perlu dibicarakan

dengan pasien, oleh karena itu perlu penandatanganan informed consent atau

persetujuan perawatan. (Eka, 2012)

15

Page 16: Makalah Diagnosis Ortho

BAB III

KESIMPULAN

Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Diagnosa dibutuhkan sebagai dasar bagi dokter untuk melakukan tindakan.

Dalam ortodonsia, diagnosa dibutuhkan untuk menentukan perawatan yang

akan dilakukan terhadap pasien.

2. Pemilihan perawatan yang tepat, tentu dapat terjadi jika diagnosanya tepat dan

jika disadari bahwa rencana perawatan merupakan suatu proses interaktif dimana

pasien dilibatkan dalam proses membuat keputusan

16

Page 17: Makalah Diagnosis Ortho

DAFTAR PUSTAKA

Eka, E. 2012. Sekilas Ilmu Ortodonti (Keahlian merapikan gigi dan menserasikan

bentuk wajah ). Spesialis Ortodonti Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanudin. http://www.orthodontic-eka.com/2012/02/sekilas-ilmu-

ortodonti-keahlian.html diakses pada 7 Oktober 2012 pukul 20:00

Foster, T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsia. Jakarta: EGC.

Graber, Thomas M. and Robert L. Vanarsdall. 2000. Orthodontics: Current

Principles and Technique, 3rd edition. St. Louis: Mosby Inc.

Heasman, P. 2003. Master in Dentinstry volume 2 : Restorative Dentistry, Paediatric

Dentistry and Orthodontics. London : Churcill Livingstone.

Iman, Pinandi. 2008. Buku Ajar Ortodonsia II. Yogyakarta: Bagian Ortodonsia Fak.

Kedokteran Gigi UGM.

Proffit, W.R., dkk. 2000. Contemporary Orthodontic, Edisi III. St. Louis: Mosby Inc.

Rakosi, Thomas et al.1993. Orthodontic – Diagnosa. New York : George Theme

Verlag. Page : 3-5

White, L.W. 1996. Modern Orthodontic Treatment Planning and Therapy, Edisi I.

California: Ormco Corporation.

17