ppt kasus 2 ai.pptx

21
Kelompok 3 03010255 Simlin Sutarli 03011014 Amelinda Utary 03012154 Margaretha Angelina A 03012168 Mochammad Syafiie 03012191 03012221 Raita Faza Amalia 03012237 Rizky Syarif Lubis 03012254 Shabrina Nur Afiati 03012271 Triwira Almunqis 03012289 Yogi Pasidri

Upload: triwiraalmunqidz

Post on 21-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Kelompok 3

03010255 Simlin Sutarli03011014 Amelinda Utary03012154 Margaretha Angelina A03012168 Mochammad Syafiie03012191 Nindyawati Husain03012206 Pradnya Ayu

03012221 Raita Faza Amalia03012237 Rizky Syarif Lubis03012254 Shabrina Nur Afiati03012271 Triwira Almunqis03012289 Yogi Pasidri

Magic Johnson

Tanggal 7 November 1991, Earvin “Magic” Johson, seorang pemain basket profesional dari Los Angeles mengumumkan secara resmi bahwa dirinya telah tertular HIV melalui hubungan heteroseksual. Ia masih harus memimpin regu bola basket Amerika “The Dream Team” pada olimpiade Barcelona 1992. Hal ini mendorong banyak orang untuk memeriksakan dirinya terhadap kemungkinan terinfeksi HIV.

KASUS 2

Heteroseksual: Cenderung untuk melakukan hubungan seks dengan orang yang berbeda jenis kelamin.

HIV: Virus Penyebab Penyakit AIDS

TERMINOLOGI

ETIOLOGI HIV

Penyebab HIV-AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang merupakan femili humanretrovirus dan

subfamili lentivirus. Human Immunodeficiency Virus, HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 yang terutama menyebabkan penyakit hiv

diseluruh dunia, sedangkan HIV-2 terutama di afrika.

MORFOLOGI HIV

Genom HIV

Gen StrukturalGen

Regulator1. Gag : mengkode

internal core protein, yaitu p24 dan p7 dan p17.

2. Pol : mengkode beberapa protein, yaitu enzim yang ada di nukleokapsid.

3. Env : mengkode precursor glikoprotein gp 160 yang kemudian dipecah menjadi gp 120 dan gp 41.

1. Replikasi : aktivasi transkripsi dari gen gen virus dan mentransport mRNA dari inti sitoplasma

2. Accesory gen : menghambat ekspresi molekul CD4 dan molekul MHC kelas 1 pada permukaan sel terinfeksi.

Gp 120 yang menonjol di permukaan virus akan berinteraksi dengan CD 4, sedangkan gp 41 di dalam envelope dan memperantarai fusiviral envelope.

P17 : menyusun matriks protein yang terpenting adalah p24 ( antigen yang digunakan untuk tes serologi).

Enzim – enzim yang ada di nukleokapsid : reverse transkriptasi, integrase, dan protease.

HIV bagian dalam mengandung single straded, positive polarity RNA ( disebut diploid).

Transmisi HIV-AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu; Transmisi Seksual. HIV di temukan di dalam cairan semen, baik sebagai

materi yang bebas maupun di dalam sel mononuklear yang terinfeksi. Transmisi Parenteral. Tidak hanya terjadi secara intrvenous (IV), tetapi

juga secara subcutane (SC) atau intramuskular (IM). Transmisi Ibu-Anak (transmisi vertikal). Faktor yang berperan pada transmisi ini terutama tingkat viremia pada ibu. Transmisi lewat cairan tubuh lain.

TRANSMISI

STADIUM KLINIS HIV

Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV

Asimtomatik,Aktifitas fisik normal

Sakit ringan,aktifitas fisik normal

Sakit sedang,penampilan lemah

Sakit berat,penampilan sangat lemah

Tidak ada gejala Penurunan BB (sedang), yg tidak diketahui penyebabnya

Penurunan BB (berat),tidak diketahui penyebabnya

HIV Wasting Syndrome

Limfadenopati generalisata persisten pembengkakan KGB multipel, ukuran kecil, tidak nyeri

Infeksi saluran napas atas berulang (faringitis,dll)

Demam & diare kronis > 1 bln< tanpa sebab yang jelas

Candidiasis esophagus/trakea/bronkus/paru

Cheilitis angularis luka pd sudut mulut

Kandidiasis mukut yg menetap

Pneumonia bakterial berulang

Dermatitis seboroik

Oral hairy leukoplakia

Ensefalopati HIV

Herpes zoster Tb paru Ca serviks invasif

Infeksi bakteri yg berat (pneumoni,dl)

Gejala Klinis

Gejala Umum/ Konstitusional

Demam, Faringitis, limfadenopati, sakit kepala/retroorbital, arthalgia/mialgia, lethargy/malaise,

anoreksia/penurunan berat badan,

nause/vomitu/diare

Gejala Dermatologik

Erythematous maculopapular

rash & mucocutaneus

ulceration

Gejala Neurologik

Meninngitis, enchepalitis,

neuropati perifer dan myelopathy

WINDOW PERIODE

DIAGNOSIS LABORATORIUM

Metode pemeriksaan laboratorium dasar untuk diagnosis infeksi HIV dibagi dalam dua kelompok yaitu :

1. Uji Immunologi

2. Uji Virologi

1). Uji Imunologi

Uji imunologi untuk menemukan respon antibody terhadap HIV-1 dan digunakan sebagai test skrining, meliputi enzyme immunoassays atau enzyme –linked immunosorbent assay (ELISAs) sebaik tes serologi cepat (rapid test). Uji Western blot atau indirect immunofluorescence assay (IFA) digunakan untuk memperkuat hasil reaktif dari test skrining

2). Uji Virologi

Tes virologi untuk diagnosis infeksi HIV-1 meliputi kultur virus, tes amplifikasi asam nukleat / nucleic acid amplification test (NAATs) , test untuk menemukan asam nukleat HIV-1 seperti DNA arau RNA HIV-1 dan test untuk komponen virus (seperti uji untuk protein kapsid virus (antigen p24)).

PENATALAKSANAAN PADA HIV

PRIMER

1. Pencegahan dilakukan dengan tindakan seks yang aman ,bisa dengan pendekatan ABC ,yaitu : - Abstinence : Tidak pernah melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah . - Be Faithful : jika sudah melakukan hubungan seks diharapkan untuk tetap setia dengan pasangannya dengan cara tidak berganti ganti pasangan . - Use Condom: Menggunakan condom secara rutin

2. Berhenti menjadi pengguna NAPZA ( Narkotika suntikan) atau, usahakan agar selalu menggunakan jarum suntik yang steril ,serta tidak menggunakannya secara bersama sama

3. Pencegahan penyebaran HIV melalui Transfusi darah dilakukan dengan mengadakan uji skrinning adanya antibodi dari hiv.

SEKUNDER

Infeksi HIV menyebabkan penurunan imun (imunodeficiency) secara progresif maka dari itu perlu diberikan obat :

a. Pengobatan suportif yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta tidur yang cukup dan menjaga kebersihan.

B. Pengobatan untuk menekan replikasi HIV dengan obat anti retroviral (ARV).

C. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS seperti jamur,tuberkulosis, hepatitis, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks.

PENCEGAHAN HIV/AIDS

1. Melalui hubungan seksual

Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan biologis. Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (homogami) Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS. Tidak melakukan hubungan anogenital. Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.

2. Melaui darah Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang tingi serta peralatan canggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya dengan uji petik. Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah yang dicurigai harus di buang. Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali habis dipakai. Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus disterillisasikan secara baku. Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik bersama. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)

3. Melaui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Wiradharma Danny, Rusli Inge, Wiradarma Karin. Aspek imunologi HIV-AIDS. Jakarta; Universitas Trisakti, 2013.P. 21-24.

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf