post sc dg peb
DESCRIPTION
tfgvgvjghbvgvhTRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny ”I” PIOOOI AbOOO Post SC hari pertama
Dengan Pre Eklamsi Berat
Di Ruang Nifas RSUD dr. Moch Soewandhie
SURABAYA
Di susun oleh :
Mita khurniasari
0605.27
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYAGAMA HUSADA - MALANG
2008
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa nifas dimulai setelah dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Sarwono,
1999: 37). Nifas merupakan suatu hal yang selalu dilalui wanita setelah proses
persalinan sampai organ-organ reproduksi kembali seperti ke keadaan semula dalam
waktu 6 minggu. Sangat diperlukan perawatan yang benar pada masa nifas. Karena
metode ini merupakan masa kritis. Diperkirakan bahwa 60 % kematian
maternalakibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam.
Dengan diberikan asuhan kebidanan pada masa nifas post SC dengan benar dan
sesuai dengan kebutuhan pasien diharapkan masa nifas terlewati dengan lancar
sehingga angka kematian dapat menurun.
1.2 Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas sehingga dapat
memperluas dan memperbanyak pengetahuan serta keterampilan mengenai
asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC.
b. Tujuan khusus
Dengan disusunnya laporan ini diharapkan mahasiswa mampu:
Mengumpulkan dan menganalisa data
Mengidentifikasi diagnosa dan masalah
Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
Mengidentifikasi kebutuhan segera
Merencanakan antisipasi masalah potensial
Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan
Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
1.3 Sistematika penulisan
BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan dan
sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan pustaka berisi konsep dasar SC, post partum, dan PEB,
manajemen asuhan kebidanan.
BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian data, identifikasi diagnosa
dan masalah, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan
segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar sectio secarea
2.1.1 Pengertian sectio secarea
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
(Mari hamilton, Perawatan maternitas)
Pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim.
(Kapita selecta kedokteran hal 334)
2.1.2 Indikasi sectio secarea
Ibu
- Panggul sempit absolute
- Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
- Partus lama
- Placenta previa
- Induksi yang gagal
- Kelainan letak
Janin
a. Letak lintang
- Bila ada kesenpitan panggul adalah yang terbaik dalam segala
letak lintang dengan janin janin hidup atau besar
- Primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan SC
meskipun tidak ada gangguan atau panggul sempit
b. Letak bokong
SC dianjurkan pada letak bokong bila ada:
- Panggul sempit
- Primigravida
- Gawat janin
- Anak mahal atau anak besar
- Presentasi janin muka (bila defleksi)
- Gemeli menurut edtsman SC dianjurkan bila janin pertama
letak lintang/ presentasi bahu dan bila terjadi inter locking
(Rustam mochtar, 118)
2.1.3 Jenis operasi sectio secarea
a. Abdomen (sectio secarea abdominalis)
Sectio secarea klasik atau kosporal dengan insisi memanjang
pada korpus uteri
Sectio secarea ismika atau profunda/ low servikal dengan insisi
pada segmen bawah rahim
Sectio secarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka perineum
perietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis
c. Vagina (sectio secarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio secarea dapat dilakukan
sebagai berikut:
Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning
Sayatan melintang (transversal) menurut kerr
Sayatan huruf T (T-incision)
2.1.4 Teknik sectio secarea
1. Sectio secarea klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm
Kelebihan
- Mengeluarkan janin lebih cepat
- Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
- Sayatan dapat diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
- Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena
tidak ada repertonealisasi yang baik
- Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura
uteri spontan
2. Sectio secarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm dari bawah
pusat
Kelebihan
- Penjahitan luka lebih mudah
- Penutupan luka dengan reperitoneal yang baik
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
- Perdarahan kurang
- Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture
uteri spontan kurang atau lebih kecil
Kekurangan
- Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan atonia uteri putus sehingga mengakibatkan
perdarahan yang banyak
- Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi
(Rustam mochtar, 100)
2.1.5 Perawatan fisik pasca operasi
Membaringkan ibu dengan posisi nyaman
Melakukan observasi setelah operasi yaitu TTV tiap 15 menit
setiap 1 jam kemudian 30 menit pada jam selanjutnya
Mempertahankan kecepatan aliran infus
Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
Ukur pengeluaran urine, kateter dilepas 1-2 jam seelah
pemberian cairan dihentikan
- Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah bedah atau
sesudah semalam (U-41)
- Jika urine tidak jernih biarkan kateter dipasang sampai
urine jernih
Menganjurkan ibu untuk menekan insisi ketika nafas dalam 2
jam selama 24 jam
Merawat luka operasi setiap hari
Psikologis
- Memberikan kesempatan sedini mungkin bagi ibu untuk
interaksi ibu dengan bayinya (bounding attachment)
- Memberikan informasi tentang perasaan ibu terhadap
kelahiran secarea dan peranannya sebagai ibu
2.1.6 Perawatan pasca bedah
a. Pemberian cairan
- Selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi
- Cairan yang diberikan dekstrosa 5-10% gram fisiologis dan
ringer laktat secara bergantian dengan jumlah tetesan + 20 tetes
permenit
- Bila kadar Hb rendah berikan transfusi darah sesuai dengan
kebutuhan
- Jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur
b. Diit
- Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral
- Pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan 6-10 jam
pasca bedahberupa air putih/ air teh
- Setelah cairan infus dihentikan, berikan makanan bubur
saring, minuman air buah, selanjutnya bertahap kemakanan biasa
- Pemberian makanan rutin tersebut akan berubah bila
dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya
kembung/ meteorismus dan peristaltik usus yang kurang
sempurna
c. Nyeri
Diberikan obat-obat anti sakit dan penenang seperti IM Pethidin
dengan dosis 100-150 mg/ Morfin 10-15 mg per infus atau obat-obat
lainnya
d. Mobilisasi
- Miring kekanan dan kekiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam
setelah penderita sadar
- Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
terlentang sedini mungkin
- Pada hari kedua penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya
- Posisi tidur dirubah menjadi setengah duduk (semi fowler)
- Secara berturut-turut penderita dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar jalan sendiri pada hari ke 3-5 pasca bedah
e. Kateterisasi
- Dianjurkan pemasangan kateter menetap (dower kateter/ balon
kateter) yang terpasang selama 24 jam sampai 48 jam atau lebih
lama lagi
- Bila tidak dipasang kateter menetap maka kira-kira 12 jam pasca
bedah dilakukan kateterisasi, kateterisasi dapat diulang setiap 8
jam kecuali penderita dapat kencing sendiri
f. Pemberian obat-obatan
- Antibiotika, kemotherapi dan antiflamasi
- Obat-obatan pencegah perut kembung (plasil, perimperan,
prostigmin) jika terjadi distensi abdomen boleh diberikan
suppositoria 36 jam pasca bedah
g. Perawatan rutin dilakukan + tiap 24 jam
Yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran :
- Tekanan darah
- Jumlah nadi permenit
- Frekuensi pernafasan permenit
- Jumlah cairan masuk dan keluar
- Suhu badan dan pemeriksaan lainnya menurut jenis
operasi dan kasus
2.1.7 Konsep dasar masa nifas
2.2.1 Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil
(Rustam mochtar, 1998: 115)
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
(Helena varney, 1999: 225)
Puerperium merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan pada keadaan normal, berlangsung selama 6
minggu/ 42 hari
2.2.2 Fisiologi masa nifas
a. Involusi
Proses involusi uterus
Involusi Tinggi fundus uteri Berat badan
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari di bawah pusat
pertengahan pusat sympisis
tidak teraba di atas sympisis
bertambah kecil
sebesar normal
1000 gr
750 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
b. Lochea
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya:
Lochea rubra
Keluar pada hari ke-3 berwarna merah dan hitam yang terdiri dari
sel desidua, verniks kaseosa, sisa mekonium, sisa darah
Lochea sanguinolenta
Keluar pada hari ke 3-7 berisi darah lendir berwarna merah
kekuningan
Loche serosa
Keluar pada hari ke 7-14 berwarna kuning
Lochea alba
Keluar dan terjadi setelah hari ke 14 berwarna putih
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus setelah persalinan,
ostium uteri eksternum dapat dimasuki oleh 2-3 jari tangan, setelah 6
minggu post natal serviks menutup
d. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta penegangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, vulva vagina kembali ke keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol
e. Perineum
Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju pada post natal
hari ke-5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum melahirkan
f. Payudara
Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa kembali, jika
laktasi disupresi payudara akan terjadi lebih besar, lebih kencang dan
lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal
serta dimulai laktasi.
g. Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama kemungkinan terdapat
spasme sfingter dan oedema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan pubis selama persalinan
h. Sistem gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama 1-2 hari
i. Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
esterogen. Volume darah kembali kepada keadaan sebelum hamil.
Jumlah sel darah merah dan kadar haemoglobin kembali normal pada
hari ke-6
j. Perubahan psikologis
Fase taking in (ketergantungan)
Terjadi pada hari 1-2 biasanya perhatian ibu terutama terhadap
kebutuhan dirinya sendiri pasif dan tidak menginginkan
kontakdengan bayinya tetapi bukan tidak memperhatikan
Fase taking hold
Terjadi pada hari 3-4, ibu biasanya mengatasi fungsi tubuh seperti
BAK dan BAB melakukan aktifitas duduk, jalan dan belajar tentang
perawatan diri sendiri dan anaknya sehingga timbul kurang percaya
diri
Fase letting go
Berlangsung pada hari ke 5-6 terjadi peningkatan kemandirian dalam
perawatan bayi dan dirinya
2.1.8 KIE
a. Mobilisasi
Ibu harus isirahat sering miring kiri dan kanan kemudian mulai
berjalan-jalan
b. Diet
Ibu harus makan-makanan yang bergizi dan cukup kalori yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur dan buah-buahan
c. Miksi
Jangan ditahan, segera dilakukan sendiri secepatnya, kadang
mengalami sulit kencing karena oedema selama persalinan/ sfingter
uretra tertekan oleh kepala janin
d. Defekasi
BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila sulit BAB bisa
diberikan obat laksan per oral/ per rectal
e. Perawatan payudara
Hendaknya dilakukan perawatan payudarasecara rutin 2 kali sehari
sebelum mandi untuk memperlancar produksi ASI
f. Menyusui
Hendaknya memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan
menyusui bayinya secara teratur setiap 2 jam dengan bergantian
antara payudara kanan dan kiri
g. Senggama
Secara fisik melakukan hubungan suami istri bila darah merah sudah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1-2 jari kedalam vagina tanpa
rasa sakit
h. KB
Menganjurkan pada ibu untuk segera ikutr KB jika sudah
mendapatkan menstruasi dan menganjurkan ibu untuk menggunakan
jenis KB yang tidak mengganggu proses laktasi seperti jenis KB non
hormonal (IUD, kalender, atau juga KB suntik 3 bulan)
2.3 Konsep dasar preeklamsi berat
2.3.1 Pengertian
Pre eklamsi berat merupakan suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan hipertensi > 160/110 disertai protein urine dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, proteinuria
timbul karena kehamilan dan terjadi pada triwulan ke-3
2.3.2 Etiologi
Apa yang menjadi penyebab sampai sekarang masih belum diketahui, banyak
teori yang mencoba menerangkan. Teori yang dapat diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut :
Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion dan mola hidatidosa
Sebab bertambahnya frekuenso dengan makin tuanya kehamilan
Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus
Sebab jarangnya terjadi eklamsi pada kehamilan-kehamilan tersebut
Sebab terjadinya hipertensi, edema, protein urine, kejang dan koma
2.3.3 Patologi
Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa
perubahan anatomi patologi pada alat-alat itu pada eklamsi tidak banyak berbeda
dari pada yang ditemukan pada eklamsi. Perubahan tersebut mungkin sekali
disebabkan oleh vaso spasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah
merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan- kelainan tersebut
2.3.4 Gejala klinis
Gejala dan tanda-tanda pre eklamsi berat:
Desakan/ tekanan darah systole >160 mmHg , diastole >110 mmHg. Desakan
atau tekanan darah tidak menurun meskipun bumil sudah dirawat di RS dan
menjalani tirah baring
Protein urine >5 gr / 24 jam atau kuantitatif 4+ (++++)
Oliguria jumlah produksi urine <500 cc/ 24 jam atau disertai kenaikan kadar
kreatinin darah
Adanya gejala-gejala impending eklamsi yaitu gangguan virus, gangguan
cerebral, nyeri epigastrium, dan hiperfleksia
Adanya sindrom help (Hemolysis elevated liver enymness low platelet count)
Tromboait > 100000/mm2
Edema pulmonal
Koma
2.3.5 Pemeriksaan dan diagnosa
Kronik hipertensi kehamilan 20 minggu/ lebih
Didapatkan satu/ lebih gejala-gejala preeklamsi berat
2.3.6 Diagnosa banding
Kronik hipertensi dan kenhamilan
Pada hipertensi menahun (kronik) adanya tekanan darah yang meninggi.
Sebelum hamil, pada kehamilan muda atau 6 bulan post partum akan akan
sangat berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan fundaskopijuga
berguna karena perdarahan dan eksudat jarang terjadi / ditemuksn pada
preeklamsi kelainan tersebut biasanya menunjukkan hipertensi menahun
Kehamilan dengan sindron nefrotik
Kehamilan dengan payah jantung
2.3.7 Penatalaksanaan
Perawatan konservatif
Indikasi
Pada kehamilan <37 minggu adanya tanda-tanda impending eklamsi
Pengobatan
Dikamar bersalin
Pengobatan dan evaluasi selama tinggal diruang bersalin
- Tirah baring
- Infus RL yang mengandung 5% dekstrosa 60-125 cc/jam
- 10 gr MgSO4 40% IM setiap 6 jam sampai dengan 24 jam pasca
persalinan (kalau tidak ada kontraindikasi)
- Berikan anti hipertensi :
Klonidin
Satu ampul mengandung 0,15 mg/cc, tersedia di kamar bersalin
Tablet nifedipin 3 x 10 mg (pilihan pertama) atau
tablet Metaldopsi 3 x 250 mg. Bila systole >180 mmHg atau
diastole >110 mmHg digunakan injeksi 1 ampul klonidin yang
mengandung 0,15 mg/cc klonidin dilarutkan dalam 10cc larutan
aquabidest. Disuntikkan mula-mula 5 cc (IV) perlahan-lahan
selama 5 menitkemudian tekanan darah diukur, bila belum ada
penurunan diberi sisanya 5 cc (IV) sampai 5 menit sampai tekanan
darah diastole normal
Pemeriksaan lab
Dilakukan pemerikasaan lab tertentu (fungsi hepar dan ginjal) dan
produksi urine selama 24 jam
Konsultasi pada bagian lain
- Bagian mata
- Bagian jantung
- Bagian lain sesuai indikasi
Diit tinggi protein rendah karbohidrat
Dilakukan penilaian kesejahteraan janin
Pemeriksaan fisisk
Adanya tanda-tanda impending eklamsi
Kenaikan progesif dan tekanan darah
Adanya sindrom help
Adanya kenaikan fungsi ginjal
Penilaian kesejahteraan janin jelek
Penderita boleh pulang jika :
Pasien sudah mencapai perbaikan dengan tanda-tanda pre eklamsi ringan
Perawatan dilanjutkan sukurang-kurangnya 3 hari lagi (diperkirakan lama
perawatan 1-2 minggu)
Jika keadaan tetap, tidak bertambah berat/ buruk
2.4 Konsep manajemen kebidanan pada post SC hari ke 1 dengan PEB
2.4.1 PENGKAJIAN DATA
Tanggal MRS :
Tanggal pengkajian :
Jam :
Tempat :
A. Data subyektif
1. Biodata
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang pertama secara secarea
karena tekanan darahnya tinggi dan ibu merasakan nyeri pada luka
operasinya
3. Riwayat haid
Dikaji untuk mengetahui siklus haid, banyaknya , keluhan saat haid,
mengetahui HPHT untuk menentukan TP
4. Riwayat pernikahan
5. Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit hipertensi biasanya muncul baik selama hamil maupun setelah
melahirkan, biasanya saat hamil usia >20 minggu
6. Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menuru, menular dan menahun
seperti hipertensi, DM dll
7. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada dalam keluarganya yang memiliki riwayat penyakit menular
menurun dan menahun seperti hipertensi, DM dll
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
a. Kehamilan
Penyakit hipertensi dalam kehamilan biasanya muncul pada UK > 20
minggu/ pada umumnya trimester III. PEB sering terjadi pada
Primigravida, kehamilan ganda, hidramnion dan molahidatindosa
b. Riwayat persalinan
Memiliki riwayat persalinan SC, riwayat preeklamsi pada persalinan
yang lalu
c. Riwayat nifas
Ibu mengeluh nyeri pada luka bekas operasinya
9. Riwayat KB
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola istirahat
Pada ibu post partum dengan luka bekas SC dianjurkan untuk banyak
istirahat dan tidak melakukan aktivitas yang berat
Pola nutrisi
Pada ibu post SC dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi makanan yang
bergizi terutama makanan yang berprotein, karena berfungsi untuk
mengganti jaringan tubuh atau sel yang rusak sehingga luka bekas SC
cepat kering dan sembuh
Pola aktivitas
Pada ibu post SC dianjurkan untuk mobilisasi dini misalnya tidur miring
kiri/miring kanan. Aktivitas ibu post SC tidak boleh terlalu berat karena
luka bekas SC belum benar-benar pulih
Pola eliminasi
Pada ibu post SC biasanya masih terpasang kateter. Ibu dianjurkan untuk
tidak menahan kencing karena kandung kemih yang penuh dapat
menyebabkan retensi urune yang mengakibatkan proses involusi uterus
tidak berjalan lancar
Pola kebersihan
Ibu post SC dianjurkan untuk selalu menjaga personal hygiene &
environtment hygiene. Terutama pada daerah luka bekas SC usahakan
luka yang masih basah selalu bersih dan terhindar dari bakteri atau virus
agar tidak terjadi infeksi.
Pola kebiasaan lain \
Perlu dikaji kebiasaan merokok, minum jamu-jamuan/ pantang makanan
dapat membahayakan kondisi ibu dan bayinya. Pantang makanan dan
jamu-jamuan dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka
11. Riwayat psikologis
Pada hari pertama post partum biasanya ibu masih merasakan
ketergantungan
12. Riwayat social budaya
Untuk mengetahui tradisi/ kebiasaan yang dianut yang dapat mempengaruhi
keadaan ibupost SC (seperti pantang makanan)
13. Riwayat spititual
Mengetahui kepercayaan apa yang dianut
B. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik -lemah
Kesadaran : Composmentis – coma
TTV : TD : >160/90 mmHg
Nadi : normalnya 70-90 x/menit
Suhu : normalnya 36,5-37,5 oC
RR : normalnya 16-24 x/menit
2. Pemeriksaan khusus
Inspeksi
Muka : kadang terdapat oedema
Mata : kadang terdapat oedem pada kelopak mata
Mulut :
Leher :
Payudara :
Abdomen : terdapat luka bekas operasi adakah infeksi pada luka operasi
Genetalia : terdapat lochea rubra dan biasanya terpasang kateter
Anus :
Ekstremitas : atas (tidak oedema, terpasang infuse RD5%)
bawah (biasanya terdapat oedema)
Palpasi
Leher :
Dada :
Abdoment : TFU 2 jari dibawah pusat, UC baik/ jelek
Ekstremitas : pitting oedema
Auskultasi
Dada :
Abdomen : terndapat meteorismus
Perkusi
Abdomen : kembung
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan protein urine (++++)
Pemeriksaan kadar Hb post SC
2.2.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx : Ny”…” P…. Ab… post SC hari ke-1
Ds : ibu mengatakan telah melahirkan anak yang ke… pada tanggal … dengan
operasi secarea
Do : Keadaan umum : baik -lemah
Kesadaran : Composmentis – coma
TTV : TD : >160/90 mmHg
Nadi : normalnya 70-90 x/menit
Suhu : normalnya 36,5-37,5 oC
RR : normalnya 16-24 x/menit
Inspeksi
Muka : kadang terdapat oedema
Mata : kadang terdapat oedem pada kelopak mata
Abdomen : terdapat luka bekas operasi adakah infeksi pada luka operasi
Genetalia : terdapat lochea rubra dan biasanya terpasang kateter
Ekstremitas : atas (tidak oedema, terpasang infuse RD5%)
bawah (biasanya terdapat oedema)
Palpasi
Abdoment : TFU 2 jari dibawah pusat, UC baik/ jelek
Ekstremitas : pitting oedema
Auskultasi
Abdomen : terndapat meteorismus
Perkusi
Abdomen : kembung
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan protein urine (++++)
Pemeriksaan kadar Hb post SC
Masalah 1: gangguan rasa nyeri sehubungan dengan nyeri luka operasi
Masalah 2: bendungan payudara
2.4.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
- Infeksi pada luka bekas operasi
2.4.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
- Perawatan luka bekas operasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
2.4.5 INTERVENSI
Dx : Ny”…” P….Ab… post SC hari ke-1 dengan PEB dan febris
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan kondisi ibu membaik dan
luka bekas operasi kering
Kriteria hasil : - KU dan TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi komplikasi, TFU, UC dan lochea normal
Intervensi
1. Beri penjelasan pada ibu tentang keadaannya dan tindakan yang diberikan
R/ ibu dan keluarga kooperati terhadap tindakan yang diberikan
2. Lakukan cuci tangan sebelum dan susedah melakukan tindakan
R/ upaya pencegahan masuknya kuman/ bakteri yang merupakan sumber infeksi
3. Lakukan pemeriksaan TTV dan keluhan lainnya
R/ sebagai parameter deteksi dini adanya infeksi dan komplikasi
4. Lakukan observasi TFU, UC, pengeluaran lochea dan perdarahan
R/ deteksi dini terjadinya infeksi dan subinvolusi
5. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
R/ ibu merasa lebih tenang dan mengerti akan kondisinya saat ini
6. Lakukan pemantauan jumlah intake dan out put
R/ parameter kerja organ tubuh
7. Anjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap
R/ mobilisasi dapat memperlancar peredaran darah dan relaksasi otot
8. berikan pada ibu diet bertahap dengan makanan TKTP dan rendah garam
R/ melatih motilitas usus dan mencegahviskositas darah
9. lakukan kolaborasi pemberian terapi dengan dokter
R/ melakukan fungsi dependent
Masalah 1 : gangguan rasa nyeri sehubungan dengan luka bekas operasi
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu diharapkan nyeri
berkurang
Kritera hasil : ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri dan rasa nyeri berkurang
Intervensi :
1. Berikan obat analgesik pada ibu secara IV
R/ mengurangi rasa nyeri
2. Posisikan ibu senyaman mungkin
R/ dengan posisi yang nyaman, merasa tenang dan dapat mengurangi rasa
nyeri
3. Ajari ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam-dalam
R/ merelaksasikan otot-otot diding perut
Masalah 2 : bendungan payudara
1. Lakukan perawatan payudara
R/ memperlancar peredaran darah
2. Kompres dengan air hangat kemudian air dingin
R/ merelaksasikan otot-otot payudara
2.4.6 IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi
2.4.7 EVALUASI
Sesuai dengan kriteria hasil
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN DATA
Tanggal MRS : 18 juli 2008
Tanggal pengkajian : 22 juli 2008
Tempat : Ruang nifas RSD Dr. Moch. Soewandhie, Surabaya
A. Data subyektif
1. Biodata
Nama ibu : Ny “I” Nama suami : Tn “M”
Umur : 37 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : STM
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Boto putih Gg 2 no 19
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang pertama secara operasi
karena tekanan darahnya tinggi dan ibu merasakan nyeri pada luka
operasinya, dan merasakan badannya terasa panas
3. Riwayat haid
Menarche : 13 th
Siklus : teratur 28 hari
Lama : 7-10 hari
Dismenorhea : -
HPHT : 24-10-2007
TP : 31-07-2008
UK : 38-39 minggu
4. Riwayat pernikahan
Menikah : 1 kali
Lama : 1 th
5. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang menderita penyakit tekanan darah tinggi
6. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil memang menderita tekanan
darah tinggi
7. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan didalam keluarganya ada yang menderita tekanan darah
tinggi dan diabetes yaitu kakak kandungnya
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
a. Kehamilan
Trimester 1: ibu memeriksakan kehamilannya 2x di puskesmas diberi
tablet tambah darah dengan keluhan mual muntah
Trimester 2: ibu memeriksakan kehamilannya 4x di puskesmas dan
mendapatkan imunisasi TT dan tablet Fe tetapi tidak ada keluhan apapun
Trimester 3: ibu memeriksakan kehamilannya 2x di RS dan di beri tablet
Fe tidak ada keluhan apapun
b. Riwayat persalinan
Pada tanggal 21-07-2008 ibu melahirkan dengan operasi secarea karena
darah tingginya. Bayi lahir langsung menangis dengan berat badan 3600
gr dan berjenis kelamin perempuan
c. Riwayat nifas
Ibu mengeluh nyeri pada luka bekas operasinya
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan ingin mengikuti KB suntik 3 bulanan setelah kelahiran anak
pertamanya ini
10. Pola kebiasaan sehari-hari
no Pola
kebiasaan
Sebelum MRS Saat MRS
1
2
3
4
Istirahat
Nutrisi
Aktivitas
Eleminasi
Tidur siang 2 jam
Tidur malam 8 jam
Makan 3x sehari dengan porsi
nasi, sayur, lauk: tahu, tempe,
ikan, dan buah dan minum 6-8
gelas per hari
Waktu hamil ibu masih dapat
mengerjakan pekerjaan rumah
tangga seperti memasak,
menyapu, mengepel dll
BAK 5-6 x/hari dengan
konsistensi cair, warna
kekuningan bau amoniak
BAB 1 x/hari dengan
konsistensi padat lunak, warna
kuning bau yang khas
Ibu banyak istirahat karena
hanya berbaring di tempat tidur
Ibu makan 3x dengan porsi
nasi, lauk ikan & tempe buah
pepaya dan minum 6-8 gelas
per hari
Ibu hanya berbaring di tempat
tidur dan saat melakukan
kegiatan selalu dibantu
keluarganya karena rasa
nyerinya
BAK masih terpasang kateter
BAB ibu masih belum bias
BAB setelah operasi sampai
sekarang
11. Riwayat psikologis
Ibu merasa lega karena telah melahirkan anaknya meskipun melalui operasi
12. Riwayat social budaya
a. Riwayat social
Hubungan ibu dengan keluarganya baik, hal itu terbukti karena keluarga
dan tetangganya yang menjenguk
b. Riwayat budaya
Dalam keluarganya tidak ada budaya pantang makanan
13. Riwayat spititual
Ibu menganut agama islam dan selalu berdoa agar bayinya selamat
B. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 38,2 oC
RR : 42 x/menit
2. Pemeriksaan khusus
Inspeksi
Muka : tidak ada cloasma gravidarum, tidak oedema
Mata : simetris, sclera tidak icterus, konjungtiva tidak pucat, mata tidak oedem
Mulut : bibir tidak kering, tidak pucat, tidak terdapat stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun bendungan vena jugularis
Dada : payudara bersih, putting susu menonjol terdapat bendungan payudara
Abdomen : terdapat luka bekas operasi yang tertutup kasa kering
Genetalia : terdapat lochea rubra dan terpasang kateter
Anus : tidak ada hemmoroid
Ekstremitas : atas (tidak oedema, terpasang infuse RD5%)
bawah (tidak ada oedema)
Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun vena jugularis
Dada : tidak ada benjolan
Abdoment : TFU 2 jari dibawah pusat, UC baik, kandung kemih kosong
Auskultasi
Dada : tidak ada bunyi ronkhi maupun wheezing
Abdomen : bising usus 20 x permenit
Perkusi
Abdomen : tidak kembung
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan protein urine (-)
Pemeriksaan lab:
Hematologi: - Hb 9,8 gr %
- Leucocyte 8200
- PCV 29,5
- LED/BBS (1 jam) 31
- Deferential: eusinophil, basofil, staff, segmen 83
- Lymphocyte 12
- Monocyte 5
- Trombocyte 230.000
Klinik kimia : AIK phorphatese
SGOT 16
SGPT 11
Protein total : Albumin 2,8
Kreatine serum 0,54
Urium darah 18
d. Terapi : Injeksi Amphisilin 4 X 1
Gentamisin 1 X 160
Ondacentron 3 X 1
Xyclo 1
Ketorolac 3 X 1
Pemberian Infus RD 5 %
3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Dx : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-1
Ds : ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya pada tanggal 21-07-2008
dengan operasi secarea
Do : Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 38,2 oC
RR : 42 x/menit
Inspeksi
Dada : payudara bersih, putting susu menonjol terdapat bendungan payudara
Abdomen : terdapat luka bekas operasi yang tertutup kasa kering
Genetalia : terdapat lochea rubra dan terpasang kateter
Ekstremitas : atas (tidak oedema, terpasang infuse RD5%)
bawah (tidak oedema)
Palpasi
Dada : tidak ada benjolan, terdapat nyeri tekan
Abdoment : TFU 2 jari dibawah pusat, UC baik, kandung kemih kosong
Ekstremitas : oedema -/-
Masalah 1: gangguan rasa nyeri sehubungan dengan nyeri luka operasi
Masalah 2: bendungan payudara
3.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
- Infeksi pada luka bekas operasi
3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
- Perawatan luka bekas operasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
3.5 INTERVENSI
Dx : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-1 dengan PEB dan febris
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan kondisi ibu membaik dan
luka bekas operasi kering
Kriteria hasil : - KU dan TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi komplikasi, TFU, UC dan lochea normal
Intervensi
1. Beri penjelasan pada ibu tentang keadaannya dan tindakan yang diberikan
R/ ibu dan keluarga kooperati terhadap tindakan yang diberikan
2. Lakukan cuci tangan sebelum dan susedah melakukan tindakan
R/ upaya pencegahan masuknya kuman/ bakteri yang merupakan sumber infeksi
3. Lakukan pemeriksaan TTV dan keluhan lainnya
R/ sebagai parameter deteksi dini adanya infeksi dan komplikasi
4. Lakukan observasi TFU, UC, pengeluaran lochea dan perdarahan
R/ deteksi dini terjadinya infeksi dan subinvolusi
5. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
R/ ibu merasa lebih tenang dan mengerti akan kondisinya saat ini
6. Lakukan pemantauan jumlah intake dan out put
R/ parameter kerja organ tubuh
7. Anjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap
R/ mobilisasi dapat memperlancar peredaran darah dan relaksasi otot
8. berikan pada ibu diet bertahap dengan makanan TKTP dan rendah garam
R/ melatih motilitas usus dan mencegahviskositas darah
9. lakukan kolaborasi pemberian terapi dengan dokter
R/ melakukan fungsi dependent
Masalah 1 : gangguan rasa nyeri sehubungan dengan luka bekas operasi
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu diharapkan nyeri
berkurang
Kritera hasil : ibu dapat beradaptasi dengan rasa nyeri dan rasa nyeri berkurang
Intervensi :
1. Berikan obat analgesik pada ibu secara IV
R/ mengurangi rasa nyeri
2. Posisikan ibu senyaman mungkin
R/ dengan posisi yang nyaman, merasa tenang dan dapat mengurangi rasa
nyeri
3. Ajari ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam-dalam
R/ merelaksasikan otot-otot diding perut
Masalah 2 : bendungan payudara
1. Lakukan perawatan payudara
R/ memperlancar peredaran darah
2. Kompres dengan air hangat kemudian air dingin
R/ merelaksasikan otot-otot payudara
3.6 IMPLEMENTASI
Tanggal : 22 Juli 2008
Jam : 10.00 WIB
Dx : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-1 dengan PEB dan febris
1. Memberikan penjelasan tentang keadaan dirinya bahwa keadaannya baik-baik
saja dan tidak ada yang perlu di khawatirkan, lukanya akan sembuh mengering
dalam waktu 5-7 hari tergantung dari perwatan yang dilakukan dan memang
awalnya ada rasa sedikit nyeri
2. Melakukan cuci tangan dengan air dan sabun kemudian dibasuh dengan air
mengalir kemudian mengeringkannya dengan handuk kering
3. Melakukan pemeriksaan dan observasi TTV dan keadaan umum untuk
mendeteksi adanya komplikasi
4. Melakukan observasi : TFU 2 jari di bawah pusat, UC baik, dan pengeluaran
lochea rubra
5. Melakukan observasi & menjelaskan pada ibu temtang hasil pemeriksaannya
dan menganjurkan ibu harus banyak istirahat dan ibu masih tetap menjalani
terapi agar kondisinya cepat pulih dan tekanan darah ibu menjadi normal
kembali
6. Melakukan pemantauan jumlah intake dan oup put termasuk cairan yang
diberikan yaitu per infuse, makan, minum dan urine setiap 6 jam. Urine
sebanyak 250 cc/ 6 jam dan nterpasang cairan RD5%
7. Mengajarkan pada ibu mobilisasi bertahapyaitu miring kiri/ kanan dimulai sejak
6-10 jam setelah ibu sadar, melakukan latihan pernafasan dengan posisi tidur
terlentang sedini mungkin, pada hari ke-2
8. memberikan pada ibu diet bertahap TKTP dan rendah garamsetelah ibu bias
flatus ibu boleh makan dan minum mulai dari bubur halus sampai nantinya
makanan biasa. Dan ibu harus mengurangi makanan yang mengandung banyak
garam agar tekanan darah tidak naik lagi
9. melakukan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi yaitu Amphisilin,
gentamisin, ondacentron dan Xyclo
Masalah 1 : gangguan rasa nyeri sehubungan dengan luka bekas operasi
1. memberikan obat analgesik pada ibu secara IM untuk mengurangi rasa nyeri
2. memberikan posisi senyaman mungkin pada ibu dengan posisi terlentang
3. mengajari ibu teknik relaksasi dengan enarik nafas dalam-dalam lalu
menghembuskannya
Masalah 2 : pembengkakan akibat bendungan payudara
1. melakukan perawatan payudara
2. mengompres payudara dengan air hangat kemudian air dingin dengancara
berselang-seling untuk memperlancar peredaran darah dan juga
merelaksasikan otot-otot payudara
3.7 EVALUASI
Tanggal : 22 Juli 2008
Jam : 12.00 WIB
S : Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang pertama secara operasi secarea
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 130/ 90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 37,6 oC
Payudara : lunak tidak ada pembengkakan, dan tidak ada nyeri tekan
Genetalia : terdapat lochea rubra dan terpasang kateter
Abdomen : terdapat luka bekas operasi, TFU 2 jari di bawah pusat, UC baik
Ekstremitas : tidak oedema, ekstremitas atas terpasang RD5%
A : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-1 masalah teratasi
P : Observasi TTV, kandung kemih dan KU
Observasi TFU lochea dan UC
Pemenuhan nutrisi
Mobilisasi bertahap
Terapi sesuai advice dokter
Masalah 1
S : ibu mengatakan luka bekas operasi masih terasa nyeri akan tetapi sudah
berkurang
O : ibu tampak sedikit menyeringai ketika melakukan aktivitas miring kiri, miring
kanan maupun duduk
A : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-1 masalah teratasi sebagian
P : Atur posisi dan mobilisasi bertahap
Masalah 2
S : ibu mengatakan sudah tidak nyeri tekan lagi pada payudaranya karena sudah
dilakukan perawatan payudara
O : KU : baik
Kesadaran : composmentis
TD 120/70 mmHg
Nadi 78 x/menit
Suhu 38 oC
A : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-1 masalah teratasi
P : berikan makan dan minum dengan porsi sedikit tetapi sering dan minum yang
banyak , personal hygiene dan perwatan payudara
3.8 CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 23 Juli 2008
Jam : 18.00 WIB
S : Ibu mengatakan sudah bisa menyusui bayinya karena sudah di rawat gabung
dengannya
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/ 70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 37,5 oC
Payudara : lunak tidak ada pembengkakan, dan tidak ada nyeri tekan
Genetalia : terdapat lochea rubra dan terpasang kateter
Abdomen : terdapat luka bekas operasi, TFU 3 jari di bawah pusat, UC baik
Ekstremitas : tidak oedema, ekstremitas atas terpasang RD5%
A : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-2 masalah teratasi
P : Observasi TTV, kandung kemih dan KU
Observasi TFU lochea dan UC
Pemenuhan nutrisi
Mobilisasi bertahap
Terapi sesuai advice dokter
Masalah 1
S : ibu mengatakan luka bekas operasi masih terasa nyeri akan tetapi sudah
berkurang dan ibu mulai dapat menyesuaikan diri dengan rasa nyerinya
O : ibu tampak sedikit menyeringai ketika melakukan aktivitas miring kiri, miring
kanan maupun duduk
A : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-2 masalah teratasi sebagian
P : Atur posisi dan mobilisasi bertahap
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 24 Juli 2008
Jam : 18.00 WIB
S : Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya yang pertama secara operasi secarea
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/ 70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 37,3 OC
Payudara : lunak tidak ada pembengkakan, dan tidak ada nyeri tekan
Genetalia : terdapat lochea rubra dan terpasang kateter
Abdomen : terdapat luka bekas operasi, TFU 4 jari di bawah pusat, UC baik
Ekstremitas : tidak oedema, ekstremitas atas terpasang RD5%
A : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-3 masalah teratasi
P : Observasi TTV, kandung kemih dan KU
Observasi TFU lochea dan UC
Pemenuhan nutrisi
Mobilisasi bertahap
Terapi sesuai advice dokter
Masalah 1
S : ibu mengatakan nyeri sudah berkurang dan ibu akan menjalankan saran petugas
kesehatan
O : wajah ibu tampak rileks dan ibu tidak lagi meringis kesakitan, lokhea rubra, bau
biasa, TFU 4 jari di bawah pusat, UC baik
A : Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-3 masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan ibu untuk relaksasi bila timbul nyerilanjutkan obat secara teratur
Beritahu ibu untuk control dan agar ibu untuk control sesuai jadwal
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan bagian dari studi kasus yang membahas kesenjangan
dan kesamaan antara teori dan praktek yaitu antara tinjauan pustaka dengan praktek
klinik di lapangan. Dalam kasus tidak di temukan perbedaan yang berarti/ penting.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-1
di Ruang nifas RSUD Dr. Moch. Soewandhie Surabaya. Maka diharapkan dengan
intervensi yang benar dan didukung dengan implementasi yang optimal dan KIE
yang jelas sehingga lebih bisa diterima oleh pasien dam keluarga. Diharapkan pasien
terus membaik dan luka bekas operasi cepat sembuh dan kering.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kasus Ny”I” PIOOOI AbOOO post SC hari ke-1 dengan PEB mendapatkan
penanganan yang tidak jauh beda dengan teori
Pada masa post partum dengan luka operasi, ibu dianjurkan untuk melakukan
mobilisasi dini, makan-makanan bergizi yang mengandung banyak protein (zat
pembangun) untuk mengganti sel/ jaringan yang rusak selain itu ibu dianjurkan
untuk selalu menjaga kebersihan terutama pada daerah bekas operasi agar terhindar
dari infeksi
Saran
1. Keluhan-keluhan setelah operasi (post SC) sebaiknya mendapat perhatian
khusus dari petugas kesehatan
2. untuk petugas kesehatan diharapkan memberikan informasi dan KIE yang
dibutuhkan ibu nifas secara jelas
3. bagi ibu nifas post SC diharapkan dapat melaksanakan KIE sesuai anjuran
petugas
DAFTAR PUSATAKA
FKUI. Obstetri patologi bagian obstetri dan ginekologi, FKUI: Bandung
Hamilton, persis. Dasar-dasar perawatan maternitas. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB. Jakarta
: EGC
Mansjoer arif dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran jilid 1 edisi 3. Jakarta : Media
Aeuscapelus
Mochtar, Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri jilid 2. Jakarta : EGC
Prairohardjo, sarwono, 1999. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal. Jakarta : YBP-SP