polisitemia vera

29
Keganasan dan Kelainan pada Darah Jelita Sihombing 102011027 Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 No. Telp (021) 5694-2061 Fax: (021) 563-1731 e-mail : [email protected] ______________________________________________________________ _____________ Pendahuluan Keganasan pada darah dengan meningkatnya jumlah eritrosit absolut dan volume darah total biasa dikenal dalam dunia medis dengan istilah polisitemia vera. Suku kata polisitemia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti poly (banyak), cyt (sel), dan hemia (darah) adalah suatu kelainan pada sistem mieloproliferatif dimana terbentuknya klon abnormal pada hemopoitik sel induk dengan meningkatnya sensitivitas pada growth factors yang berbeda yang menyebabkan adanya maturasi yang mengakibatkan peningkatan sel-sel. 1 Biasanya pada polisitemia vera didapatkan viskositas darah yang sangat meningkat sehingga pembuluh darah yang dilalui oleh aliran darah akan melambat. Selain itu akan didapatkan volume darah yang meningkat yang mengakibatkan alur balik vena pun meningkat. Hampir seluruh tekanan darah arteri pada penderita polisitemia didapatkan normal, walaupun mungkin 1 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Upload: jelita-sihombing

Post on 28-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kelainan dan keganasan pada darah

TRANSCRIPT

Page 1: Polisitemia vera

Keganasan dan Kelainan pada DarahJelita Sihombing

102011027

Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061Fax: (021) 563-1731

e-mail : [email protected]

___________________________________________________________________________

Pendahuluan

Keganasan pada darah dengan meningkatnya jumlah eritrosit absolut dan volume

darah total biasa dikenal dalam dunia medis dengan istilah polisitemia vera. Suku kata

polisitemia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti poly (banyak), cyt (sel),

dan hemia (darah) adalah suatu kelainan pada sistem mieloproliferatif dimana terbentuknya

klon abnormal pada hemopoitik sel induk dengan meningkatnya sensitivitas pada growth

factors yang berbeda yang menyebabkan adanya maturasi yang mengakibatkan peningkatan

sel-sel.1

Biasanya pada polisitemia vera didapatkan viskositas darah yang sangat meningkat

sehingga pembuluh darah yang dilalui oleh aliran darah akan melambat. Selain itu akan

didapatkan volume darah yang meningkat yang mengakibatkan alur balik vena pun

meningkat. Hampir seluruh tekanan darah arteri pada penderita polisitemia didapatkan

normal, walaupun mungkin pada kira-kira sepertiga penderita polisitemia vera bisa

didapatkan tekanan darah arteri yang meningkat. Hal ini menandakan bahwa mekanisme

pengaturan tekanan darah dapat mengimbangi kenaikan viskositas darah, yang mungkin

dapat menaikkan resistensi perifer serta akan meningkatkan tekanan arteri dalam batas

tertentu. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

polisitemia vera.2,3

Anamnesa

1 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 2: Polisitemia vera

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan

tertentu dengan penolong pasien. Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan

dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar

pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang

dikeluhkan oleh pasien.

Tujuan melakukan anamnesis adalah mengembangkan pemahaman mengenai masalah

medis pasien dan membuat diagnosis banding. Walaupun telah banyak kemajuan dalam

pemeriksaan diagnostik modern, namun anamnesis klinis masih sangat dipelukan untuk

mendapatkan diagnosis yang akurat. Akan tetapi, proses ini juga memungkinkan dokter untuk

mengenal pasiennya serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar

belakang sosial pasien.

Seorang dokter biasanya akan berusaha memperoleh informasi:

1. Nama, usia, tinggi, berat badan.

2. Masalah atau keluhan utama pasien dan riwayatnya.

3. Riwayat kesehatan pada masa lalu (seperti penyakit berat, operasi/pembedahan, atau

penyakit yang tengah diderita oleh pasien)

4. Kelainan pada organ.

5. Riwayat keluarga.

6. Riwayat penyakit pada masa kanak-kanak.

7. Status social-ekonomi, pekerjaan, penggunaan obat, tembakau, alokohol.

8. Penggunaan obat rutin.

Pada kasus yang kita peroleh, kita dapat menentukan anamnesis sebagai berikut :

1. Keluhan Utama :

Seorang pria datang dengan keluhan sakit kepala hebat sejak satu bulan lalu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sakit kepala hebat sejak 1 bulan SMRS. Selain pusing pasien juga merasa cepat lelah

dan berdebar-debar. Pemeriksaan fisik: kulit wajah kemerahan, conjungtiva tidak

anemis, pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Hasil lab: Hb 19g/dL.

Menanyakan kepada pasien :

- Tanyakan sejak kapan timbulnya rasa sakit ?

- Tanyakan pada pasien keluhan yang dirasakan sudah berapa lama ?

2 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 3: Polisitemia vera

- Bagaimana sifat nyerinya, dalam bentuk serangan atau terus menerus ?

- Dimana lokasi nyeri, menetap atau berpindah dan menjalar ?

- Apakah progresif, makin lama makin berat atau makin sering ?

- Adakah gejala sistemik lain, seperti demam, berdebar-debar dan lain sebagainya ?

3. Riwayat Penyakit Dahulu

- Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang serupa ?

- Adakah riwayat kelainan darah ?

4. Riwayat Obat-obatan

- Apakah pasien sedang menjalani terapi dengan antibiotik? Atau memiliki alergi

dengan antibiotik tertentu ?

- Apakah setelah menggunakan obat, pasien bertambah baik atau semakin

memburuk ?

5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

- Adakah riwayat kelainan darah dalam keluarga ?

6. Riwayat Sosioekonomi

- Apakah ini menganggu kehidupan atau pekerjaannya ?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Pemeriksaan yang pertama dilakukan ketika pasien datang adalah pemeriksaan tanda-

tanda vital. Untuk melihat apakah pasien datang dalam keadaan kompos mentis atau tidak,

melihat apakah pasien datang tampak sakit ringan atau berat. Pada kasus yang didapatkan

dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan fisik pasien sebagai berikut:

Pemeriksaan fisik: Kulit wajah kemerahan, conjungtiva tidak anemis, pemeriksaan

lainnya dalam batas normal. Hasil lab: Hb: 19g/dL. Ht: 65%, Trombosit: 60.000, Leukosit:

28.000, Eritrosit: 6.000.000, Retikulosit: 2.5%.

Pada penyakit polisitemia vera biasanya akan didapatkan kelainan fisik sebagai berikut:4

a. Muka penderita akan terlihat merah. Disekitar kulit muka, leher, telinga dan selaput

lendir akan terlihat gambaran pembuluh darah. Pada pemeriksaan di kedua mata,

konjungtiva pasien akan terlihat sangat merah karena adanya pelebaran dari pembuluh

darah. Dapat terlihat adanya perubahan hiperviskositas pada fundus, termasuk vena

retina yang melebar dan berkelok-kelok dan harus dicari adanya perdarahan.

3 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 4: Polisitemia vera

b. Inspeksi lidah dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat sianosis sentral.

c.Pemeriksaan sistem kardiovaskular lebih baik dilakukan untuk memastikan apakah

terdapat pembesaran jantung yang disertai bising sistolik.

d. Pemeriksaan sistem pernapasan dilakukan untuk mengetahui adanya tanda penyakit

paru kronik yang disertai dengan ronkhi basah.

e. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari apakah terdapat pembesaran limpa

(splenomegali) atau tidak. Pada penderita polisitemia vera dapat ditemukan

pembesaran limpa serta pembesaran hepar. Pembesarannya bersifat keras dan tidak

terdapat nyeri tekan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dari polisitemia vera adalah

dengan melakukan uji laboratorium meliputi hal-hal sebagai berikut:5

1. Eritrosit

Peningkatan lebih dari 6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit biasanya normokrom

normositik kecuali jika terdapat transisi ke arah metaplasia mieloid.

2. Granulosit

Meningkat lebih dari setengah kasus polisitemia vera, akan meningkat berkisar antara

12 hingga 25.000 /mL hingga mencapai 60.000 /mL.

3. Trombosit

Berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat meningkat lebih dari 1 juta/mL yang

sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang abnormal.

4. B12 serum

B12 serum dapat meningkat tetapi dapat pula menurun, pada ± 30% kasus dan UBBC

(Unsaturated B12 Binding Capasity ) meningkat pada 75% lebih pada kasus

polisitemia vera.

5. Pemeriksaan Sumsum Tulang (SST)

4 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 5: Polisitemia vera

Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali bila ada kecurigaan

penyakit mieloproliferatif. Sitologi SST menunjukkan peningkatan selularitas seri

eritrosit, megakariosit dan mielosit. Sedangkan dari gambaran histopatologi sumsum

tulang adanya bentuk morfologi megakariosit yang patologis/abnormal dan sedikit

fibrosis merupakan petanda patognomonik polisitemia.

6. Peningkatan hemoglobin berkisar 18-24 gr/dl.

7. Peningkatan hematokrit dapat mencapai lebih dari 60 %.

8. Viskositas darah meningkat 5-8 kali normal.

9. Pemeriksaan Sitogenetik

Pada pasien policitemia yang belum mendapat pengobatan P53 atau kemoterapi

sitostatik dapat dijumpai kelainan mielodisplasia sindrom dengan kariotip deletion

20q, deletion 13q, trisomi 8, trisomi 9, trisomi 1q, deletion 5q atau monosomi 5,

deletion 7q atau monosomi 7.

10. Serum eritropoitin

Pada polisitemia vera serum eritropoitin menurun atau normal sedangkan pada

Polisitemia sekunder serum eritropoitin meningkat.

11. Pemeriksaan JAK2V617F

Ditemukan 90% pasien polisitemia vera. Di India tahun 2006 didapatkan positif

pemeriksaan JAK2V617F pada 80% pasien polisitemia vera.

Diagnosis Kerja

Polisitemia vera merupakan penyakit mieloproliferatif, sehingga dapat menyulitkan

dalam menegakkan diagnosis karena gambaran klinis yang hampir sama, sehingga tahun

1970 Polycythenia Vera Study Group menetapkan kriteria diagnosis berdasarkan kriteria

mayor dan kriteria minor.

Pada kriteria mayor :1-3

5 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 6: Polisitemia vera

1. Massa eritrosit: laki-laki >36 ml/kg, perempuan > 32 ml/kg

2. Saturasi Oksigen > 92 %

3. Splenomegali

Pada kriteria minor :1-3

1. Trombositosis > 400.000 /mm3

2. Lekositosis > 12.000 /mm3

3. Aktivasi Alkali fosfatase lekosit >100 ( tanpa ada demam / infeksi )

4. B 12 serum > 900 pg / ml atau UBBC (Unsaturated B12 Binding Capasity) > 2200

pg/ml

Untuk menegakkan diagnosis polisitemia vera harus didapatkan kriteria sebagai berikut:1-3

a. 3 kriteria mayor, atau

b. 2 kriteria mayor pertama + 2 kriteria minor

Beberapa kriteria (alkali fosfatase lekosit, B12 serum,UBBC) dianggap kurang

sensitif, sehingga dilakukan revisi kriteria diagnostik polisitemia vera sebagai berikut:

Kriteria kategori A :1-3

A1. Peningkatan massa eritrosit lebih dari 25 % diatas rata-rata angka normal.

A2. Tidak ada penyebab polisitemia sekunder.

A3. Splenomegali

A4. Petanda klon abnormal (Kariotipe abnormal).

Kriteria kategori B :1-3

B1. Trombositosis : lebih dari 400.000/mm3

B2. Leukositosis : lebih dari 12.000/mm3 (tidak ada infeksi).

B3. Splenomegali pada pemeriksaan radio isotop atau ultrasonografi

B4. Penurunan serum eritropoitin.

Diagnosis Polisitemia Vera harus didapatkan: Kategori A1 +A2 atau A3 atau A4 atau

Kategori A1 + A2 dan 2 kriteria kategori B. Sejak ditemukan mutasi JAK2V617F tahun 2005,

maka diusulkan pemeriksaan JAK2 sebagai kriteria diagnosis Polisitemia Vera.1-3

Diagnosis Banding

6 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 7: Polisitemia vera

Kemungkinan diagnosis banding dari kasus ini adalah klasifikasi dari perbedaan

polisitemia itu sendiri. Yang dimana klasifikasinya adalah sebagai berikut:6

a. Polisitemia Sekunder

Biasanya tidak disertai dengan penambahan jumlah lekosit dan trombosit, pada

pemeriksaan saturasi oksigen dalam eritrosit menurun (pada PV normal). Kadar alkali

fosfatase normal (pada PV meningkat). Pada polisitemia sekunder biasanya

didapatkan kelainan dasar penyakit seperti kelainan jantung bawaan, arterio venous

shunt, penyakit paru obstruktif menahun. Penyebab lain yang jarang dijumpai seperti

tumor otak, tumor ginjal, cushing sindrome, dan lain-lain. Hipoksemia biasanya

disertai dengan sianosis dan clubbing. Pada polisitemia sekunder biasanya tidak

disertai dengan penambahan jumlah leukosit dan trombosit.

b. Polisitemia Relatif

Tidak disertai peninggian jumlah lekosit dan trombosit. Terjadi akibat berkurangnya

volume plasma karena dehidrasi atau renjatan hipovolemik, tidak terdapat peninggian

jumlah leukosit dan trombosit.

c. Polisitemia Stres

Biasanya ditemukan pada laki-laki dengan hipertensi yang labil. Secara klinis sukar

dibedakan dengan polisitemia vera stadium awal, untuk mengetahuinya diperlukan

observasi yang agak lama. Pada polisitemia stres pada riwayat penyakitnya

didapatkan adanya riwayat stres emosional.

Etiologi

Etiologi dari polisitemia vera masih belum diketahui secara pasti apakah disebabkan

adanya rangsangan ke sumsum tulang akibat adanya hipoksia atau melalui rangsangan

hormonal. Namun sebagai suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat, polisitemia

bisa terjadi karena adanya sebagian populasi eritrosit yang abnormal. Berbeda dengan

keadaan normalnya, sel induk darah yang abnormal ini tidak membutuhkan eritropoetin untuk

proses pematangannya. Hal ini jelas membedakannya dari eritrositosis atau polisitemia

sekunder dimana eritropoetin tersebut meningkat secara fisiologis (wajar sebagai kompensasi

atas kebutuhan oksigen yang menigkat), biasanya pada keadaan dengan saturasi oksigen

7 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 8: Polisitemia vera

arteiral rendah, atau eritropoetin tersebut meningkat secara non fisiologis (tidak wajar) pada

sindrom paraneoplastik manifestasi neoplasma lain yang mensekresi eritropoetin.1,3

Faktor Resiko

Pada kategori resiko rendah biasanya didapatkan oleh usia muda dibawah umur 60

tahun dan tidak ada riwayat trombositosis dan jumlah trombosit kurang dari 150.000 / mm3.

Pada kategori resiko sedang biasanya mengenai umur yang sama dengan kategori resiko

rendah yaitu dibawah umur 60 tahun dan tidak ada riwayat trombositosis namun salah satu

dari platelet count dapat lebih tinggi dari 150.000 / mm3 dan bisa didapatkan adanya faktor

resiko kelainan jantung. Sedangkan pada kategori resiko tinggi akan mengenai usia 60 tahun

ke atas atau orang tua yang positif didiagnosa polisitemia vera.

Faktor resiko dari polisitemia dapat dibedakan sebagai berikut:7

1. Usia > 60 tahun, dengan sejarah trombositosis.

2. Hipoksia dari penyakit paru-paru (kronis) jangka panjang dan merokok. Akibat dari

hipoksia adalah peningkatan jumlah eritropoietin. Dengan adanya peningkatan jumlah

eritropoietin oleh ginjal, akan mengakibatkan peningkatan pembentukan sel darah

merah di sumsum tulang.

3. Penerimaan karbon monoksida (CO) kronis. Hemoglobin mempunyai afinitas yang

lebih tinggi terhadap CO daripada oksigen.

4. Orang yang tinggal di dataran tinggi mungkin juga mempunyai resiko polisitemia

pada tingkat oksigen lingkungan yang rendah.

5. Orang dengan mutasi genetik (yaitu pada gen Janus kinase-2  atau JAK-2), jenis

polisitemia familial dan keabnormalan hemoglobin juga membawa faktor resiko.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan jumlah total eritrosit

akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan penurunan kecepatan

aliran darah sehingga dapat menyebabkan trombosis dan penurunan laju transport oksigen.

Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai gejala

dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ yaitu berupa:1-3

1. Hiperviskositas

Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang

8 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 9: Polisitemia vera

kemudian akan menyebabkan :

Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi akan menimbulkan

eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.

Penurunan laju transport oksigen

Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai

gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ sasaran (iskemia/infark) seperti di

otak, mata, telinga, jantung, paru, dan ekstremitas.

2. Penurunan shear rate.

Penurunan shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi hemostasis primer yaitu

agregasi trombosit pada endotel. Hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya

perdarahan walaupun jumlah trombosit > 450.000/mm3. Perdarahan terjadi pada 10 -

30 % kasus polisitemia vera, manifestasinya dapat berupa epistaksis, ekimosis dan

perdarahan gastrointestinal.

3. Trombositosis (hitung trombosit > 400.000/mm3).

Trombositosis dapat menimbulkan trombosis. Pada polisitemia vera tidak ada korelasi

trombositosis dengan trombosis.

4. Basofilia

Lima puluh persen kasus polisitemia vera datang dengan gatal (pruritus) di seluruh

tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera datang

dengan urtikaria suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin

dalam darah sebagai akibat meningkatnya basofilia. Terjadinya gastritis dan

perdarahan lambung terjadi karena peningkatan kadar histamin.

5. Splenomegali

Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera. Splenomegali ini

terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.

6. Hepatomegali

9 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 10: Polisitemia vera

Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% polisitemia vera. Sebagaimana halnya

splenomegali, hepatomegali juga merupakan akibat sekunder hiperaktivitas

hemopoesis ekstramedular.

7. Gout

Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan splenomegali adalah

sekuentrasi sel darah makin cepat dan banyak dengan demikian produksi asam urat

darah akan meningkat. Di sisi lain laju fitrasi gromerular menurun karena penurunan

shear rate. Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia.

8. Defisiensi vitamin B12 dan asam folat.

Laju siklus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisiensi asam folat dan

vitamin B12. Hal ini dijumpai pada ± 30% kasus polisitemia vera karena penggunaan

untuk pembuatan sel darah, sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi pengikat

vitamin B12.

9. Muka kemerah-merahan (Plethora )

Gambaran pembuluh darah dikulit atau diselaput lendir, konjungtiva hiperemis

sebagai akibat peningkatan massa eritrosit.

10. Keluhan lain yang tidak khas seperti:

Cepat lelah, sakit kepala, cepat lupa, vertigo, tinitus, perasaan panas.

11. Manifestasi perdarahan (10-20 %)

Dapat berupa epistaksis, ekimosis, perdarahan gastrointestinal menyerupai ulkus

peptikum. Perdarahan terjadi karena peningkatan viskositas darah akan menyebabkan

ruptur spontan pembuluh darah arteri. Pasien polisitemia vera yang tidak diterapi

beresiko terjadinya perdarahan waktu operasi atau trauma.1,3,5

Perjalanan Klinis

Perjalanan klinis dari polisitemia vera dibagi menjadi beberapa fase, yaitu:1-3

a. Fase eritrositik atau fase polisitemia

10 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 11: Polisitemia vera

Fase ini merupakan fase permulaan. Pada fase ini didapatkan peningkatan jumlah

eritrosit yang dapat berlangsung hingga 5-25 tahun. Pada fase ini dibutuhkan

flebotomi secara teratur untuk mengendalikan viskositas darah dalam batas normal.

b. Fase burn out (terbakar habis ) atau spent out (terpakai habis)

Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh atau pasien memasuki

periode panjang yang tampaknya seperti remisi, kadang-kadang timbul anemia tetapi

trombositosis dan leukositosis biasanya menetap.

c. Fase mielofibrotik

Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi klinis dan perjalanan

klinis menjadi serupa dengan mielofibrosis dan metaplasia mieloid. Kadang-kadang

terjadi metaplasia mieloid pada limpa, hati,. kelenjar getah bening dan ginjal.

d. Fase terminal

Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera diakibatkan oleh

komplikasi trombosis atau perdarahan. Kematian karena mielofibrosis terjadi pada

kurang dari 15%. Kelangsungan hidup rerata pasien yang diobati berkisar antara 8 dan

15 tahun, sedangkan pada pasien yang tidak mendapat pengobatan hanya 18 bulan.

Dibandingkan dengan pengobatan flebotomi saja, resiko terjadinya leukimia akut

meningkat 5 kali jika pasien diberi pengobatan fosfor P32 dan 13 kali jika pasien

mendapat obat sitostatik seperti klorambusil.

Patogenesis

Patogenesis utama berasal dari peningkatan volume darah dan pengentalan yang

dihasilkan oleh eritrositosis. Bendungan yang melimpah pada semua jaringan dan alat tubuh

merupakan ciri khas polisitemia vera. Hati membesar dan sering mengandung fokus-fokus

metaplasi mieloid. Limpa juga agak membesar, mencapai 250 sampai 300 gram, dan sangat

kenyal. Sinus-sinus limpa dipadati oleh sel darah merah, seperti juga semua pembuluh darah

limpa. Pembuluh darah utama secara seragam melebar, biasanya karena pengentalan darah

yang kekurangan oksigen.1,3

11 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 12: Polisitemia vera

Akibat peningkatan kekentalan dan bendungan vaskuler, trombosis dan infark sering

terjadi paling sering mengenai jantung, limpa dan ginjal. Perdarahan terjadi pada kira-kira

sepertiga penderita, mungkin karena pelebaran pembuluh darah dan kelainan fungsi

trombosit. Biasanya mengenai saluran pencernaan, orofaring atau otak. Meskipun dikatakan

perdarahan ini kadang-kadang terjadi spontan, lebih sering terjadi setelah berbagai trauma

minor ataupun tindakan bedah. Ulkus peptikum dinyatakan pada kira-kira seperlima

penderita.

Polisitemia vera sebagai suatu penyakit neoplastik yang berkembang lambat, terjadi

karena sebagian populasi eritrosit berasal dari satu klon sel induk darah yang abnormal.

Berbeda dengan keadaan normalnya, sel induk darah yang abnormal ini tidak membutuhkan

eritropoetin untuk proses pematangannya.1,3

Penyakit polisitemia vera juga berkaitan dengan proliferasi berlebihan prekursor

eritroid, granulositik dan megakariositik. Di sini eritrositosis merupakan manifestasi primer.

Konsentrasi eritropoetin dalam serum pada polisitemia vera rendah tetapi tidak menghilang.

Prekursor eritroid pada pasien Polisitemia berespon terhadap eritropoetin dan mungkin

hipersensitif terhadap kerja hormon ini. Sel sumsum tulang dari pasien polisitemia vera

membentuk koloni prekursor eritroid dalam biakan tanpa ditambahkan eritropoetin.

Fenomena ini jarang dijumpai pada penyakit lain. Banyak dari pembentukan koloni eritroid

endogen pada polisitemia vera ini dihambat oleh penambahan antibodi terhadap eritropoetin,

yang mengisyaratkan peningkatan kepekaan terhadap eritropoetin. Namun sebagian

pembentukan sel darah merah pada polisitemia vera mungkin autonom dalam kaitannya

dengan eritropoetin. Selain itu terdapat peningkatan progenitor mieloid dan megakariositik di

sumsum tulang, yang mengisyaratkan bahwa panmielosis pada polisitemia vera ditandai oleh

ekspansi cadangan sel prekursor.1,3

Di dalam sirkulasi darah tepi pasien polisitemia vera didapati peninggian nilai

hematokrit. Terjadinya peningkatan konsentrasi eritrosit terhadap plasma dapat mencapai >

49% pada wanita (kadar Hb > 16 mg/dL) dan > 52% pada pria (kadar Hb > 17 mg/dL), serta

di dapati pula peningkatan jumlah total eritrosit (hitung eritrosit > 6 juta/mL).1-3

12 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 13: Polisitemia vera

Epidemiologi

Polisitemia vera biasanya muncul pada usia pertengahan akhir yang mengenai pasien

pada umur 40 hingga 60 tahun, walaupun kadang-kadang ditemukan kurang lebih 5% pada

mereka yang berusia lebih muda. Angka kejadian polisitemia vera ialah 7/1.000.000

penduduk dalam setahun. Penyakit ini dapat terjadi pada semua ras atau bangsa dan terdapat

sedikit predominansi pada laki-laki.1,3

Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan meliputi hal-hal sebagai berikut:1-3,8

1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal dan mengendalikan

eritropoesis dengan flebotomi.

2. Menghindari pembedahan efektif pada fase eritrositik atau polisitemia yang belum

terkendali.

3. Menghindari pengobatan berlebihan.

4. Menghindari obat yang mutagenik, teratogenik dan berefek sterilisasi pada pasien

usia muda.

5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi

sitostatik pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan :

a. Trombositosis persisten di atas 800.000/mL, terutama jika disertai gejala

trombosis.

b. Leukositosis progresif.

c. Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia problematik.

d.Gejala sistemik yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar

dikendalikan, penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi.

Media pengobatan dari polisitemia vera adalah sebagai berikut:1,3,8

1. Flebotomi

Indikasi flebotomi :

a. Polisitemia vera fase polisitemia

13 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 14: Polisitemia vera

b. Polisitemia sekunder fisiologis hanya dilakukan jika Ht > 55% (target Ht ≤ 55%)

c. Polisitemia sekunder non fisiologis bergantung pada derajat penatalaksanaan

terbatas gawat darurat sindrom paraneoplastik.

Tujuan flebotomi :1,3

a. Mempertahankan Ht ≤ 42 % pada wanita dan ≤ 47 % pada pria.

b. Mencegah timbulnya hiperviskositas dan penurunan shear rate.

Prosedur flebotomi :1,3

1. 250 – 500 cc darah dikeluarkan dengan blood donor collection set standar setiap 2

hari. Pada pasien dengan usia lebih dari 55 tahun atau penyakit vascular aterosklerotik

yang serius, flebotomi hanya boleh dilakukan dengan prinsip isovolemik yaitu

mengganti plasma darah yang dikeluarkan dengan cairan pengganti plasma, untuk

mencegah timbulnya bahaya iskemia serebral atau jantung karena status hipovolemik.

2. Sekitar 200 mg besi dikeluarkan pada tiap 500 mL darah. Defisiensi besi

merupakan efek samping pengobatan flebotomi berulang. Gejala defisiensi besi

seperti glositis, keilosis, disfagia dan astenia cepat hilang dengan pemberian preparat

besi.

2. Kemoterapi Sitostatika

Indikasi kemoterapi sitostatika :

a. Hanya untuk polisitemia vera.

b. Flebotomi sebagai pemeliharaan dibutuhkan > 3 kali sebulan.

c. Trombositosis yang terbukti menimbulkan trombosis.

d. Urtikaria berat yang tidak dapat diatasi dengan antitistamin.

e. Splenomegali simtomatik atau mengancam ruptur limpa.

Prosedur pemberian kemoterapi sitostatik :1,3

A. Hidroksiurea (Hydrea 500 mg/tablet)

14 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 15: Polisitemia vera

Dengan dosis 800-1200 mg/m2/hari atau diberikan sehari 2 kali dengan dosis 10-15

mg/kg BB/kali, jika telah tercapai target dapat dilanjutkan dengan pemberian

intermiten untuk pemeliharaan.

B. Klorambusil (Leukeran 5 mg/tablet)

Dengan dosis induksi 0,1 – 0,2 mg/kg BB/hari selama 3 – 6 minggu dan dosis

pemeliharaan 0,4 mg/kg BB tiap minggu.

C. Busulfan (Myleran 2 mg/tablet)

Dosis 0,06 mg/kg BB/hari atau 1,8 mg/m2/hari, jika telah mencapai target dapat

dilanjutkan dengan pemberian intermiten untuk pemeliharaan.

D. Interferon alfa

Efektif daripada terapi lain, untuk menghindari komplikasi hematologi yang

berhubungan dengan plebotomi atau terapi hidroksiurea dan dapat memperlambat

perkembangan mielofibrosis. Dosis 1 juta/unit 3x seminggu.

Pemberian obat dihentikan jika hematokrit :1,3

a. Pada pria ≤ 47% dan memberikannya lagi jika > 52%

b. Pada wanita ≤ 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.

3. Fosfor Radioaktif ( P32 )1-3

Sebelum pemberian terapi ini sebaiknya dilakukan plebotomi hingga hematrokit

normal. P32 pertama kali diberikan dengan dosis ± 2-3 mCi/m2 secara iv, apabila

diberikan peroral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu

pemberian P32 pertama :

- Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu.

- Tidak mendapatkan hasil, dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama dan

diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.

4. Kemoterapi biologi ( Sitokin )1,3,8

Tujuan pengobatan terutama untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit >

800.000/mm3). Produk biologi yang digunakan Interferon alfa (Intron –A 3 dan 5 juta

IU, Roveron –A 3 dan 9 juta IU) digunakan terutama pada keadaan trombositemia

15 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 16: Polisitemia vera

yang tidak dapat dikendalikan. Dosis yang dianjurkan 2 juta IU/m2/ subkutan atau IM

3 kali seminggu.

Kebanyakan klinisi mengkombinasikan dengan sitostatik siklofosfamid (Cytoxan 25

mg dan 50 mg/tablet) dengan dosis 100 mg/m2/hari, selama 10 – 14 hari atau target

telah tercapai (hitung trombosit < 800.000 / mm3) kemudian dapat dilanjutkan dengan

dosis pemeliharaan 100 mg/m2 1-2 kali seminggu.

5. Pengobatan Suportif1,3,8

a. Hiperurisemia diobati dengan alopurinol 100-300 mg/hari oral pada pasien dengan

penyakit yang aktif dengan memperlihatkan fungsi ginjal.

b. Pruritus ini disebabkan oleh adanya proliferasi sel mast dan basofil atau pelepasan

prostaglandin dan serotonin. Terapinya dapat diberikan antihistamin jika keluhan ini

muncul selepas diterapi dengan plebotomi.

c. Gastritis atau Ulkus peptikum dapat diberikan sebagai penghambat reseptor H2.

d. Trombositosis dan disfungsi trombosit dapat diberikan dosis rendah aspirin (40-100

mg perhari) untuk mencegah terjadinya trombosis.

Terapi polisitemia vera yang direkomendasikan :1,3,8

1. Plebotomi untuk mempertahankan hematokrit < 45%.

2. Aspirin dosis rendah (jika tidak ada kontra indikasi)

3.Terapi faktor resiko trombosis secara agresif (perokok hipertensi

hiperkolesterolemia, obesitas)

4. Pertimbangkan sitoreduksi jika :

(i) Pasien tidak toleransi dengan plebotomi

(ii) Trombositosis

(iii) Spenomegali progresif

5. Pilihan terapi sitoreduksi :

(i) Umur < 40 tahun – Interferon α

(ii) Umur > 40 tahun – Hidroksiurea

Pembedahan pada pasien polisitemia vera dibedakan menjadi:1,3

16 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 17: Polisitemia vera

A. Pembedahan Darurat

Pembedahan pada pasien polisitemia vera sebaiknya ditunda atau dihindari. Dalam

keadaan darurat, dilakukan plebotomi agresif dengan prinsip isovolemik dengan

mengganti plasma yang terbuang dengan plasmafusin 4% atau cairan plasma

ekspander lainnya, bukan cairan isotonis / garam fisiologis, suatu prosedur yang

merupakan tindakan penyelamatan hidup. Splenektomi sangat berbahaya untuk

dilakukan pada semua fase polisitemia, dan harus dihindari karena dalam perjalanan

penyakitnya jika terjadi fibrosis sumsum tulang organ inilah yang diharapkan sebagai

pengganti.

B. Pembedahan Berencana

Pembedahaan berencana dapat dilakukan setelah pasien terkendali. Lebih dari 75%

pasien dengan polisitemia vera tidak terkendali atau belum diobati akan mengalami

perdarahan atau komplikasi trombosis pada pembedahan. Diperkirakan sepertiga dari

pasien tersebut akan meninggal. Angka komplikasi akan menurun jika eritrositosis

sudah dikendalikan sebelum pembedahan.

The European Collaboration on Low dose Aspirin in Polycythemia Vera (ECLAP)

merekomendasikan penggunaan aspirin dosis rendah untuk semua pasien polisitemia

vera kecuali pada pasien yang ada riwayat perdarahan. Diagnosa awal dan

penggunaan aspirin dan sitoreduksi menurunkan insiden tromboisis.

Komplikasi

Komplikasi dari polisitemia vera dapat mengakibatkan hal-hal seperti:1-3,9

a. Trombosis

Terjadi disebabkan oleh karena hiperviskositas, arteriosklerosis dan trombositosis.

b. Perdarahan

Disebabkan karena regangan pembuluh darah akibat adanya hipervolemia dan

gangguan fungsi trombosit.

c. Gagal jantung

Disebabkan karena beban jantung terlalu berat akibat dari hipervolemia,

hiperviskositas, hipertusi dan kemungkinan infark miokard akibat trombosis.

17 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 18: Polisitemia vera

d. Leukemia mieloblastik

Sering terjadi pada pasien yang diberikan terapi dengan radioterapi atau fosfor

radioaktif.

e. Mielofibrosis

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang dapat kemoterapi intensif.

f. Gout dan nefrolitiasis

Disebabkan karena tingginya kadar asam urat dalam tubuh.

Prognosis

Polisitemia adalah penyakit kronis dan bila tanpa pengobatan kelangsungan hidup

penderita rata-rata 18 bulan. Dengan plebotomi kelangsungan hidup 14 tahun, dengan terapi

P32 kelangsungan hidup 12 tahun dan 9 tahun pada penderita dengan terapi klorambusil.

Penyebab utama morbiditi dan mortaliti adalah : 1,3,9

1. Trombosis, dilaporkan pada 15-60 % pasien, tergantung pada pengendalian

penyakit tersebut dan 10-40 % penyebab utama kematian.

2. Kompilkasi perdarahan timbul 15-35 % pada pasien polisitemia vera dan 6- 30%

menyebabkan kematian.

3. Terdapat 3-10 % pasien polisitemia vera berkembang menjadi mielofibrosis dan

pansitopenia.

4. Polisitemia vera dapat berkembang menjadi leukemia akut dan sindrom

mielodisplasia pada 1,5 % pasien dengan pengobatan hanya plebotomi. Peningkatan

resiko tranformasi 13,5 % dalam 5 tahun dengan pengobatan Klorambusil dan 10,2 %

dalam 6-10 tahun pada pasien dengan terapi P32. Terdapat juga 6% dalam 15 tahun

resiko terjadinya tranformasi pada pasien dengan pengobatan Hidroksiurea. Insiden

leukemia akut meningkat pada pasien yang mendapat P32 atau kemoterapi dengan

Khlorambusil.

18 Keganasan dan Kelainan pada Darah

Page 19: Polisitemia vera

Kesimpulan

Melalui tinjauan pustaka diatas telah dipaparkan apa yang menimbulkan keluhan pada

pasien tersebut. Diambil hipotesis bahwa pasien tersebut menderita keganasan kelainan darah

yang dikenal dengan polisitemia vera. Melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang,

differential diagnosis, working diagnosis, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis,

penatalaksanaan, komplikasi, serta prognosis, tinjauan pustaka ini mencoba untuk

menjelaskan faktor yang mempengaruhi sehingga pasien datang dengan keluhan tersebut.

Daftar Pustaka

1. Prenggono MD. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Polisitemia vera. Edisi ke-4.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2007.h.692-5.

2. George TI. Polycythemia Vera. In: Chronic myeloproliferative syndromes. Wintrobes

Atlas of Clinical Hematology;2007.p.104-8.

3. Supandiman I, Sumahtri R. Pedoman diagnosis dan terapi hematologi onkologi

medik. Dalam: Polisitemia vera. Jakarta: EGC;2003.h.83-90.

4. Mazza, Joseph J. Classification. In: Myeloproliferative diseases. Manual of Clinical

Hematology;2002.p.93-8.

5. Hillman, Robert S, Kenneth A. Polycythemia. Hematology in Clinical

Practice;2005.p.1-25.

6. Stuart BJ, Viera AJ. Polycythemia Vera. In: Polycythemia primary and secondary.

Practical Diagnosis of Hematologyc Disorders;2000.p.221-7.

7. Tefferi A. Polycthemia Vera. In: Comprehensive review and clinical

recommendations. Mayo Clin Proc;2003.p.78,174-194.

8. Campbell PJ, Green AR. Management of polycythemia vera and essential

thrombocythemia. Washington: American Society of Hematology;2005.p.201-8.

9. Shimoda K. Myeloproliferative disorders. In: Education book. Thailand: The XXXIInd

World Congress of The International Society of Hematology;2008.p.283-5.

19 Keganasan dan Kelainan pada Darah