asuhan keperawatan polisitemia vera pada tn.b di … nurbaety.pdf · 2018. 9. 20. · bagaimana...

81
ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA VERA PADA TN.B DI RUANG ICCU RSUD BAHTERAMAS KENDARI KARYA TULIS ILMIAH DI SUSUN OLEH: NURBAETY NIM : 144012017000601 PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI 2018

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA VERA PADA TN.B

    DI RUANG ICCU RSUD BAHTERAMAS

    KENDARI

    KARYA TULIS ILMIAH

    DI SUSUN OLEH:

    NURBAETY

    NIM : 144012017000601

    PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN

    POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    2018

  • ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA VERA PADA TN.B

    DI RUANG ICCU RSUD BAHTERAMAS

    KENDARI

    KARYA TULIS ILMIYAH

    Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program

    Diploma III Keperawatan

    DI SUSUN OLEH:

    NURBAETY

    NIM : 144012017000601

    PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERWATAN

    POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    2018

  • SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan dibwah ini :

    NAMA : NURBAETY

    NIM : 14401201700060 1

    Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari

    Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA

    VERA PADA TN.B DI RUANG ICCU RSUD

    BAHTERAMAS

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

    benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan orang lain

    yang saya akui sebagai atau pikiran saya sendiri.

    Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

    plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

    Kendari, 23 Juli 2018

    Yang Membuat

    Pernyataan,

    NURBAETY

  • iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS

    1. Nama Lengkap : Nurbaety

    2. Tempat / Tanggal Lahir : Ranteangin, 10 Desember 1974

    3. Jenis Kelamin : Perempuan

    4. Agama : Islam

    5. Suku / Kebangsaan : Palopo / Indonesia

    6. Alamat : Jln. Orinunggu, Lrg. Onepute No. 4

    7. No. Telp / Hp : 0853 4280 1274

    II. PENDIDIKAN

    No. Pendidikan Tahun Ajaran

    1. SDN 4 KOLAKA 1980 - 1986

    2. SMP NEGERI 2 KOLAKA 1986 - 1989

    3. SPK PPNI KENDARI 1990- 1993

    4. Politeknik Kesehatan Kendari 2017 - 2018

  • v

    MOTTO

    MAN JADDA WAJADA

    ( siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil)

    Karunia Allah yang paling lengkap adalah kehidupan

    Yang didasarkan pada ilmu pengetahuan

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad

    dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

    dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA VERA PADA

    "Tn. B" DI RUANG ICCU RSUD BAHTERAMAS KENDARI ”. Shalawat

    serta salam peneliti sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa

    umat manusia dari alam kegelapan kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan

    seperti sekarang ini.

    Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

    pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ilmiah,

    Sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh

    karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Askrening, SKM., M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

    Kementerian Kesehatan RI Kendari

    2. Ibu Hj. Nurjannah, BSC.,S.Pd.,M.Kes selaku pembimbing yang telah

    mengarahkan membimbing dan memberikan masukan dengan penuh

    kesabaran dan perhatian dalam membuat karya tulis ilmiah ini.

    3. Bapak Indriono Hadi, S. Kep., Ns., M. Kes selaku Ketua Jurusan

    Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Kendari

    4. Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Kendari Politeknik

    Kesehatan

    Kementerian Kesehatan RI Kendari yang telah memberikan bekal ilmu untuk

    bekal peneliti.

  • vii

    5. Bapak dr.M.Yusuf Hamra,M.Sc,Sp.PD selaku Direktur RSU Bahteramas,

    Kepala Ruangan serta kawan-kawan perawat ruang ICCU RSU Bahteramas

    yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian

    6. Teristimewa kepada suami, anak, dan saudara saya yang telah memberikan

    semangat restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.

    7. Rekan- rekan kelas seangkatan dan seperjuangan keperawatan yang tidak

    dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

    menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

    Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala

    kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa

    manfaat bagi pengembangan ilmu.

    Kendari, Agustus 2018

    Nurbaety

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. iv

    MOTTO ................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ........................................................................... vi

    DAFTAR ISI .......................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL.................................................................................. x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah............................................................... ........ 4

    C. Tujuan ......................................................................................... 4

    D. Manfaat ....................................................................................... 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian .................................................................................... 6

    B. Etiologi ........................................................................................ 8

    C. Manifestasi klinik ........................................................................ 9

    D. Patofisiologi ................................................................................ 12

    E. Komplikasi.......................................................................... ........ 14

    F. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 14

    G. Penatalaksanaan .......................................................................... 15

    H. Tinjauan Keperawatan ................................................................ 19

    1. Pengkajian ............................................................................ 21

    2. Diagnose Keperawatan.......................................................... 24

    3. Rencana Keperawatan ........................................................... 25

    BAB III TINJAUAN KASUS

    A. Pengkajian ................................................................................... 29

    B. Klasifikasi Data ........................................................................... 38

    C. Analisis Data ............................................................................... 39

    D. Diagnosa Keperawatan................................................................ 41

    E. Intervensi Keperawatan ............................................................... 42

  • ix

    F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ................................... 45

    BAB IV PEMBAHASAN

    A. Pengkajian ................................................................................... 54

    B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 55

    C. Intervensi Keperawatan ............................................................... 56

    D. Implementasi Keperawatan ......................................................... 57

    E. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 61

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................. 63

    B. Saran ............................................................................................ 64

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Polisitemia merupakan peningkatan jumlah dan volume sel darah

    merah, salah satu tandanya adalah hemoglobin meningkat (Guyton and

    Hall,2007). Polisitemia mengenai semua umur, sering pada pasien berumur

    40-60 tahun, rasio perbandingan pria dan perempuan antara 2:1 dan

    dilaporkan insidennya adalah 2,3 per 100.000 populasi dalam setahun

    (Darwin, 2006). Hemoglobin tinggi dapat meningkatkan kekentalan darah,

    dan akhirnya terjadi infark di otak, jantung, dan lain lain (Djoenaidi, 2004).

    Polisitemia Vera pertama kali diperkenalkan pada tahun 1882 oleh

    Louis Henri Vaquez, kemudian diperjelaskan oleh William Osler pada tahun

    1951. Pada tahun 1967 Louis Wasserman mendirikan Polycythemia vera

    Study Group (PVSG) dengan dilakukan penilitian diklinik secara formal.

    Polisitemia dibedakan menjadi 3, yaitu polisitemia vera, polisitemia

    relatif, dan polisitemia sekunder. Polisitemia sekunder terjadi peningkatan

    hormon eritropoeitin sebagai kompensasi dari hipoksia akibat ketinggian

    tempat (Darwin, 2006).

    Polisitemia Vera dapat mengenai semua umur, sering pada pasien

    berumur 40-60 tahun, dengan perbandingan antara pria dan wanita 2:1. Pada

    tahun 2010-2016 di Amerika Serikat angka kejadiannya ialah 2,3 per 100.000

    penduduk dalam setahun. Sedangkan berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan

    Medis Depkes RI pada tahun 2011, polisitemia vera merupakan penyakit

  • 2

    langka atau jarang terjadi, angka kejadiannya 1,4 per 100.000 penduduk

    dalam setahun (Depkes RI, 2011).

    Kabupaten Nganjuk terletak antara 11105’-111013’ BT dan 7020’-

    7050’ LS. Wilayahnya berada di daerah dataran rendah dan gunung.

    Kecamatan Sawahan terletak di daerah Gunung Wilis, dimana desa paling

    tinggi adalah desa Ngliman, yaitu 2552 mdpl (meter di atas permukaan laut)

    (BPS Kabupaten Nganjuk, 2009). Data laboratorium-hemoglobin di

    Puskesmas Kecamatan Sawahan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

    beberapa masyarakat desa Ngliman kadar hemoglobinnya mencapai 17 g/dl,

    17, 4 g/dl, bahkan ada yang 18,6 g/dl sehingga sel tunas pada sumsum tulang

    abnormal dan terjadi mutasi JAK 2 dan menyebabkan polisitemia. (Sueb,

    2011).

    Meningkatnya ketinggian tempat menyebabkan tekanan barometer

    dan tekanan parsial oksigen menurun. Hal ini terlihat pada ketinggian 2440

    mdpl tekanan barometer dari 760 mmHg di 0 mdpl menjadi 564 mmHg,

    tekanan parsial oksigen dari 159 mmHg di 0 mdpl menjadi 118,44 mmHg

    (Risa et al, 2003). Akibatnya transportasi oksigen ke jaringan berkurang,

    yang disebut hipoksia (Ganong, 2002).

    Penduduk asli lahir atau menetap bertahun-bertahun di daerah

    pegunungan mampu beradaptasi terhadap paparan rendahnya tekanan parsial

    oksigen. Hal ini terlihat dengan meningkatnya ventilasi paru, sel darah

    merah, dan hemoglobin yang dapat membantu memulihkan kandungan

    oksigen dan transportasinya (Giriwijoyo, 2008).

  • 3

    Tingginya nilai hemoglobin mengindikasikan adanya peningkatan

    kekentalan darah yang dapat mengganggu sirkulasi darah (Supariasa, 2001).

    Penderita ini lebih rentan terjadi stroke iskemik. Apalagi jika ditambah

    dengan peningkatan risiko terjadi trombus atau emboli (Djoenaidi, 2004).

    Hasil penelitian Chaturvedi (2014) membuktikan bahwa serangan stroke

    iskemik sering terjadi pada pagi hari (jam 06.00-12.00). Dalam penelitian

    tersebut disebutkan bahwa pada pagi hari kekentalan darah memuncak dan

    agregasi platelet meningkat (Tjipto, 20011).

    Gejala polisitemia sendiri bervariasi, yaitu gatal seluruh tubuh

    tanpa ada penyakit kulit terutama setelah mandi air hangat atau air panas,

    merasakan nyeri ,hangat, dan sensasi rasa terbakar pada telapak tangan dan

    kaki, perdarahan gusi dan memar tanpa sebab yang jelas (Darwin, 2006).

    Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Bahteramas dari tahun

    2014 sampai dengan bulan Mei 2018 didapatkan kasus polisitemia vera

    sebanyak 1 orang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kasus polisitemia vera

    merupakan penyakit yang langka dan jarang terjadi. Polisitemia vera

    merupakan kejadian pertama di RSUD Bahteramas. Penangganan penyakit

    polisitemia vera di RSUD Bahteramas masih belum terlalu spesifik baik

    penangganan dalam kedokteran maupun dalam tindakkan keperawatan,

    sehingga peneliti untuk memberikan pengalaman serta pengetahuan dalam

    menanggani pasien dengan penyakit Polisitemia vera yang benar. Selain itu,

    Penderita Polisitemia vera adalah anak saya sendiri.

  • 4

    Berdasarkan keterangan data diatas, maka penulis tertarik untuk

    menggali permasalahan tentang penyakit polisitemia vera dan membuat karya

    tulis ilmiah tentang “Asuhan keperawatan pada Tn.B dengan penyakit

    polisitemia vera di ruangan ICCU RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi

    tenggara”.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit polisitemia vera di ruangan

    ICCU RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    1. Tujuan Umum

    Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada kasus pasien

    poliitemia vera dengan menggunakan proses asuhan keperawatan yang

    disusun secara sistematis dan komprehensif.

    2. Tujuan Khusus

    a) Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan polisititemia

    vera

    b) Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan

    polisitemia vera

    c) Mampu merecanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan

    polisitemia vera

    d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan

    polisitemia vera

  • 5

    e) Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien

    dengan polisitemia vera

    D. Manfaat penelitian

    1. Bagi Masyarakat

    Menambah pengetahuan tentang asuhan keparawatan pada penyakit

    polisitemia vera yaitu salah satunya perubahan kadar hemoglobin yang

    terkandung dalam sel darah merah.

    2. Bagi Peneliti

    Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat dan

    melakukan asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan .

    3. Bagi Institusi Pendidikan

    Dapat dijadikan referensi baru atau bahan pembanding untuk

    menyempurnakan atau melanjutkan penelitian si peneliti.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. TINJAUAN DASAR

    1. PENGERTIAN

    Polisitemia berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel),

    dan hemia (darah). Jadi, polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah

    (eritrosit, leukosit, trombosit) di dalam darah. Polisitemia adalah suatu

    keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat

    pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.

    Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh

    terlalu banyak memproduksi sel darah merah. Orang dengan polisitemia

    memiliki peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah

    merah di atas batas normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya

    melebihi 18 g/dl

    Polisitemia vera adalah salah satu kelompok kanker darah yang di

    kenal sebagai neoplasma myelopraliferatifive.ini terjadi ketika mutasi

    pada gen menyebabkan masalah dengan produksi sel darah.

    Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera( primer) dan

    polisitemia sekunder. Polisitemia vera (yang secara harfiah

    diterjemahkan sebagai "polisitemia benar") juga dikenal sebagai suatu

    jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa polisitemia tidak

    disebabkan oleh gangguan lain. Polisitemia Primer: Dalam polisitemia

    primer peningkatan sel darah merah adalah karena masalah yang melekat.

  • 7

    Polisitemia primer dikarenakan sel benih hematopoietik mengalami

    proliferasi berlebihan tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya

    dengan kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses

    proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang adekuat.

    Polisitemia vera adalah contoh polisitemia primer. Jumlah sel darah

    merah atau eritrosit manusia umumnya berkisar antara 4 hingga 6 juta per

    mikroliter darah. Jumlah ini yang terbanyak dibandingkan dengan sel

    darah lainnya. Namun, jumlah sel darah merah bisa melebihi batas

    normal. Kondisi ini dikenal dengan sebutan polisitemia vera.

    Polisitemia sekunder: Jenis ini, proliferasi eritrosit disertai

    peningkatan kadar eritropoietin. Jadi, berbanding terbalik dengan

    polisitemia primer. Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan

    akan mencapai keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali ke

    batas normal. Contoh polisitemia sekunder fisiologis adalah hipoksia.

    Polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-

    faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor

    hati, tumor ginjal atau sindroma Cushing.

    Penyebab, gejala, dan perawatan dari dua kondisi yang berbeda-

    beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi

    kritis lebih dari polisitemia sekunder. Sel darah tubuh diproduksi di

    sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang,seperti tulang paha.

    Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah

    baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka

  • 8

    mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai

    penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-

    kadang sel-sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.

    2. ETIOLOGI

    a). Polisitemia primer

    Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang.

    Penyebabnya tidak diketahui. Namun, polisitemia ini hadir saat lahir,

    biasanya disebabkan oleh kelainan genetik warisan yang abnormal

    menyebabkan tingkat tinggi prekursor sel darah merah.

    b). Polisitemia sekunder

    polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap

    faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan,

    seperti:

    1) tumor hati,

    2) tumor ginjal atau sindroma Cushing

    3) peningkatan eritropoietin (EPO) produksi, baik dalam respon

    terhadap hipoksia kronis (kadar oksigen rendah) atau dari tumor

    mensekresi eritropoietin

    4) perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang

    tinggi, penyakit paru-paru parah, dan penyakit jantung. Bila ada

    kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan memproduksi

    lebih banyak sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel

    tubuh.

  • 9

    3. MANIFESTASI KLINIK

    Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan

    jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian

    akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat

    menyebabkan trombosis dan penurunan laju transport oksigen. Kedua hal

    tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan. Berbagai

    gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ yaitu berupa:

    a) Hiperviskositas

    Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan

    viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan :

    1) Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi

    akan menimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan

    eritrosit.

    2) Penurunan laju transport oksigen

    Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya

    oksigenasi jaringan. Berbagai gejala dapat timbul karena

    terganggunya oksigenasi organ sasaran (iskemia/infark) seperti di

    otak, mata, telinga, jantung, paru, dan ekstremitas.

    b) Penurunan shear rate.

    Penurunan shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi

    hemostasis primer yaitu agregasi trombosit pada endotel. Hal

    tersebut akan mengakibatkan timbulnya perdarahan walaupun

    jumlah trombosit > 450.000/mm3. Perdarahan terjadi pada 10 - 30 %

  • 10

    kasus Polisitemia Vera, manifestasinya dapat berupa epistaksis,

    ekimosis dan perdarahan gastrointestinal.

    c) Trombositosis (hitung trombosit > 400.000/mm3).

    Trombositosis dapat menimbulkan trombosis. Pada Polisitemia Vera

    tidak ada korelasi trombositosis dengan trombosis.

    d) Basofilia

    Lima puluh persen kasus Polisitemia Vera datang dengan gatal

    (pruritus) diseluruh tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10%

    kasus polisitemia vera datang dengan urtikaria suatu keadaan yang

    disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin dalam darah sebagai

    akibat meningkatnya basofilia. Terjadinya gastritis dan perdarahan

    lambung terjadi karena peningkatan kadar histamin.

    e) Splenomegali

    Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien Polisitemia vera.

    Splenomegali ini terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas

    hemopoesis ekstramedular

    f) Hepatomegali

    Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% Polisitemia Vera.

    Sebagaimana halnya splenomegali, hepatomegali juga merupakan

    akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.

    g) Gout.

    Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan

    splenomegali adalah sekuentrasi sel darah makin cepat dan banyak

  • 11

    dengan demikian produksi asam urat darah akan meningkat. Di sisi

    lain laju fitrasi gromerular menurun karena penurunan shear rate.

    Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia .

    h) Defisiensi vitamin B12 dan asam folat.

    Laju siklus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisiensi

    asam folat dan vitamin B12. Hal ini dijumpai pada ± 30% kasus

    Polisitemis Vera karena penggunaan untuk pembuatan sel darah,

    sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi pengikat vitamin B12

    (Unsaturated B12 Binding Capacity) dijumpai meningkat > 75%

    kasus.

    i) Muka kemerah-merahan (Plethora )

    Gambaran pembuluh darah dikulit atau diselaput lendir, konjungtiva

    hiperemis sebagai akibat peningkatan massa eritrosit.

    j) Keluhan lain yang tidak khas seperti : cepat lelah, sakit kepala, cepat

    lupa, vertigo, tinitus, perasaan panas.

    k) Manifestasi perdarahan (10-20 %), dapat berupa epistaksis,

    ekimosis, perdarahan gastrointestinal menyerupai ulkus peptikum.

    Perdarahan terjadi karena peningkatan viskositas darah akan

    menyebabkan ruptur spontan pembuluh darah arteri. Pasien

    Polisitemia Vera yang tidak diterapi beresiko terjadinya perdarahan

    waktu operasi atau trauma.

  • 12

    4. PATOFISIOLOGI

    Terdapat 3 jenis polisitemia yaitu relatif (apparent), primer, dan

    sekunder.

    a) Polisitemia relatif berhubungan dengan dehidrasi. Dikatakan relatif

    karena terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah

    merah tidak mengalami perubahan.

    b) Polisitemia primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel

    benih hematopoietik tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau

    hanya dengan kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal,

    proses proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang kuat.

    c) Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai

    peningkatan kadar eritropoietin. Peningkatan massa sel darah merah

    lama kelamaan akan mencapai keadaan hemostasis dan kadar

    eritropoietin kembali normal. Contoh polisitemia ini adalah hipoksia.

    Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV) disebabkan oleh

    kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat

    sel batang normal pada sumsum tulang terdapat pula sel batang abnormal

    yang dapat mengganggu atau menurunkan pertumbuhan dan pematangan

    sel normal. Bagaimana perubahan sel tunas normal jadi abnormal masih

    belum diketahui.

    Progenitor sel darah penderita menunjukkan respon yang

    abnormal terhadap faktor pertumbuhan. Hasil produksi eritrosit tidak

    dipengaruhi oleh jumlah eritropoetin. Kelainan-kelainan tersebut dapat

  • 13

    terjadi karena adanya perubahan DNA yang dikenal dengan

    mutasi.Mutasi ini terjadi di gen JAK2 (Janus kinase-2) yang

    memproduksi protein penting yang berperan dalam produksi darah.

    Pada keadaan normal, kelangsungan proses eritropoiesis dimulai

    dengan ikatan antara ligan eritropoietin (Epo) dengan reseptornya (Epo-

    R). Setelah terjadi ikatan, terjadi fosforilasi pada protein JAK. Protein

    JAK yang teraktivasi dan terfosforilasi, kemudian memfosforilasi domain

    reseptor di sitoplasma. Akibatnya, terjadi aktivasi signal transducers and

    activators of transcription (STAT). Molekul STAT masuk ke inti sel

    (nucleus), lalu mengikat secara spesifik sekuens regulasi sehingga terjadi

    aktivasi atau inhibisi proses trasnkripsi dari hematopoietic growth

    factor.Pada penderita PV, terjadi mutasi pada JAK2 yaitu pada posisi 617

    dimana terjadi pergantian valin menjadi fenilalanin (V617F), dikenal

    dengan nama JAK2V617F. Hal ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2

    tertekan sehingga proses aktivasi JAK2 berlangsung tak terkontrol. Oleh

    karena itu, proses eritropoiesis dapat berlangsung tanpa atau hanya

    sedikit hematopoetic growth factor.

    Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel

    darah merah, sel darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah

    meningkat. Penderita cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan

    dan menyebabkan gangguan mekanisme homeostatis yang disebabkan

    oleh peningkatan sel darah merah dan tingginya jumlah platelet.

  • 14

    Thrombosis dapat terjadi di pembuluh darah yang dapat

    menyebabkan stroke, pembuluh vena, arteri retinal atau sindrom Budd-

    Chiari. Fungsi platelet penderita PV menjadi tidak normal sehingga dapat

    menyebabkan terjadinya pendarahan. Peningkatan pergantian sel dapat

    menyebabkan terbentuknya hiperurisemia, peningkatan resiko pirai dan

    batu ginjal.

    5. KOMPLIKASI

    Kelebihan sel darah merah dapat dikaitkan dengan komplikasi lain,

    termasuk Kemungkinan Komplikasi

    a) Perdarahan dari lambung atau bagian lain pada saluran pencernaan.

    b) Batu Ginjal Asam urat

    c) Gagal jantung

    d) Leukemia / leukositosis

    e) Myelofibrosis

    f) Penyakit ulkus peptikum

    g) Trombosis (pembekuan darah, yang dapat menyebabkan stroke

    atau

    serangan jantung).

    6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a) Pemeriksaan Fisik, yaitu ada tidaknya pembesaran limpa dan

    penampilan kulit (eritema).

    b) Pemeriksaan Darah

  • 15

    Jumlah sel darah ditentukan oleh complete blood cell count

    (CBC), sebuah tes standar untuk mengukur konsentrasi eritrosit,

    leukosit dan trombosit dalam darah. PV ditandai dengan adanya

    peningkatan hematokrit, jumlah sel darah putih(terutama neutrofil),

    dan jumlah platelet. Pemeriksaan darah lainnya, yaitu adanya

    peningkatan kadar serum B12, peningkatan kadar asam urat dalam

    serum, saturasi oksigen pada arteri, dan pengukuran kadar

    eritropoietin (EPO) dalam darah.

    c) Pemeriksaan Sumsum tulang

    Meliputi pemeriksaan histopatologi dan nalisis kromosom

    sel-sel sumsum tulang (untuk mengetahui kelainan sifat sel tunas

    (stem cells) pada sumsum tulang akibat mutasi dari gen Janus

    kinase-2/JAK2).

    7. PENATALAKSANAAN

    a. Tujuan Terapi

    Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan

    pasien. Yang dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan

    memperpanjang harapan hidup pasien. Tujuan terapi yaitu:

    1) Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah

    merah

    (eritrosit)

  • 16

    2) Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena,

    serebrovaskular,thrombosis vena dalam, infark miokard, oklusi

    arteri perifer, dan infark pulmonal.

    3) Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal.

    b. Prinsip terapi

    1) Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus

    (individual) dan mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.

    2) Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/

    polisitemia yang belum terkendali.

    3) Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment)

    4) Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek

    sterilisasi pada pasien usia muda.

    5) Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu

    atau kemoterapi sitostatik.

    c. Terapi PV

    1) Flebotomi

    Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin

    satu-satunya bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak

    pasien, kadang-kadang selama bertahun-tahun dan merupakan

    pengobatan yang dianjurkan. Indikasi flebotomi terutama pada

    semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada pasien yang

    masih dalam usia subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah

    diambil setiap hari sampai nilai hematokrit mulai menuru. Jika

  • 17

    nilai hematokrit sudah mencapai normal, maka darah diambil

    setiap beberapa bulan, sesuai dengan kebutuhan. Target

    hematokrit yang ingin dicapai adalah

  • 18

    pada pria < 45% dan memberikannya lagi jika > 52%, pada

    wanita < 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.

    3) Fosfor Radiokatif (P32)

    Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah

    satu cara untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali

    diberikan dengan dosis sekitar 2-3mCi/m2 secar intravena,

    apabila diberikan per oral maka dosis dinaikkan 25%.

    Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32

    Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu. Jika

    diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang

    dibutuhkan.Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua

    dinaikkan 25% dari dosis pertama, dan diberikan sekitar 10-12

    minggu setelah dosis pertama.

    4) Kemoterapi Biologi (Sitokin)

    Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera

    terutama untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit .

    800.00/mm3). Produk biologi yang digunakan adalah Interferon

    (Intron-A, Roveron-) digunakan terutama pada keadaan

    trombositemia yang tidak dapat dikendalikan. Kebanyakan

    klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid

    (Cytoxan).

  • 19

    d. Pengobatan pendukung

    1) Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral

    pada pasien dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan

    fungsi ginjal.

    2) Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika

    diperlukan

    dapat diberikan Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A

    (PUVA).

    3) Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor

    H2.

    4) Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin.

    5) Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika

    hidroksiurea tidak memberikan toleransi yang baik atau dalam

    kasus trombositosis sekunder (jumlah platelet tinggi). Anagrelid

    mengurangi tingkat pembentukan trombosit di sumsum. Pasien

    yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung umumnya

    tidak diobati dengan anagrelid.

    B. TINJAUAN KEPERAWATAN

    1. Identitas klien

    Meliputi:nama,umur,alamat,nomorregister,pekerjaan,pendidikan,agama

    2. Keadaan dan keluhan utama

    Apa yang menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita lakukan

  • 20

    yaitu

    pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe

    3. Riwayat penyakit dahulu

    a) Adanya penyakit kronis seperti penyakit hati,ginjal

    b) Adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan

    kronis

    c) Adanya riwayat penyakit hematology,penyakit malabsorbsi.

    4. Riwayat penyakit keluarga

    a) Adanya riwayat penyakit kronis dalam keluarga yang berhubungan

    dengan status penyakit yang diderita klien saat ini

    b) Adanya anggota keluarga yang menderita sama dengan klien

    c) Adanya kecendrungan keluarga untuk terjadi anemia

    5. Riwayat penyakit sekarang

    Apa yang dirasakan klien saat ini yang berhubungan dengan status

    penyakit yang dideritanya(anemia)

    6. Data sosial,psikologis dan agama

    Keyakinan klien terhadap budaya dan agama yang mempengaruhi

    kebiasaan klien dan pilihan pengobatan misal penolakan transfusi darah

    dan adanya depresi

    7. Data kebiasaan sehari-hari

    a. Nutrisi

    1) Penurunan masukan diet

    2) masukan diet rendah protein hawan

  • 21

    3) kurangnya intake zat makanan tertentu:vitamin b12,asam folat

    b. Aktivitas istirahat

    Frekuensi dan kualitas pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

    c. Eliminasi BAK dan BAB

    Frekuensi,warna,konsistensi dan bau

    C. PENGKAJIAN

    1) Sistim Sirkulasi

    a) Gejala:

    (1). riwayat kehilangan darah kronis

    (2). riwayat endokarditis infektif kronis

    (3). palpitasi

    b) Tanda:

    (1). Tekanan darah : Peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan

    tekanan

    nadi melebar, hipotensi postural.

    (2). Disritmia:abnormalitas EKG misal:depresi segmen ST dan

    pendataran atau depresi gelombang T jika terjadi takikardia.

    (3). Denyut nadi : takikardi dan melebar

    (4). Ekstremitas : Warna pucat pada kulit dan membran mukosa

    (konjongtiva,mulut, faring, bibir dan dasar kuku)

    (5). Sklera : Biru atau putih seperti mutiara.

    (6). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer

    dan vasokonstriksi kompensasi)

  • 22

    (7). Kuku : Mudah patah.

    (8). Rambut : Kering dan mudah putus.

    2) Sistim Neurosensori

    a). Gejala:

    (1) sakit kepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan

    berkosentrasi

    (2) imsomnia,penurunan penglihatan dan adanya bayangan pada

    mata

    (3) kelemahan,keseimbangan buruk,kaki goyah,parestesia tangan

    /kaki sensasi menjadi dingin

    b). Tanda:

    (1). Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis

    (2). Mental : tak mampu berespon.

    (3). Oftalmik : Hemoragis retina.

    (4). Gangguan koordinasi.

    3) Sistim Pernafasan

    a). Gejala: napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas

    b). Tanda: akipnea,ortopnea, dan dispnea

    4) Sistim Nutrisi

    a). Gejala:

    (1). penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah

    (2). nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada faring)

    (3). mual muntah,dyspepsia,anoreksia

  • 23

    (4). adanya penurunan berat badan

    b). Tanda:

    (1). Lidah tampak merah daging

    (2). Membran mukosa kering dan pucat.

    (3). Turgor kulit : buruk, kering, hilang elastisitas

    (4). Stomatitis dan glositis.

    (5). Bibir : Selitis(inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah)

    5) Sistim Aktivitas/ Istirahat

    a). Gejala:

    (1). Keletihan,kelemahan,malaise umum

    (2). kehilangan produktivitas,penurunan semangat untuk bekarja

    (3). toleransi terhadap latihan rendah

    (4). kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak

    b).Tanda:

    (1). Takikardia/takipnea,dispnea pada bekerja atau istirahat.

    (2). Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada

    sekitarnya.

    (3). Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

    (4). Ataksia,tubuh tidak tegak

    6) Sistim Seksualitas

    a). Gejala: hilang libido (pria dan wanita), impoten

    b). Tanda: Serviks dan dinding vagina pucat.

  • 24

    7) Sistim Keamanan dan Nyeri

    a). Gejala:

    (1). riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap bahan kimia

    (2). riwayat kanker

    (3). tidak toleran terhadap panas dan dingin

    (4). transfusi darah sebelumnya

    (5). gangguan penglihatan

    (6). penyembuhan luka buruk

    (7). sakit kepala dan nyeri abdomen samar

    b). Tanda:

    (1). Demam rendah, menggigil, dan berkeringat malam.

    (2). Limfadenopati umum

    (3). Petekie dan ekimosis.

    (4). Nyeri abdomen samar dan sakit kepala.

    D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan

    perubahan afinitas hemoglobin untuk oksigen .

    2. Nyeri akut berhubugan dengan agen cedera biologis

    3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan

    neuromuskular, Nyeri

    4. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Perubahan turgor

    (elastisitas kulit)

  • 25

    5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terkait

    penyakit

    E. INTERVENSI KEPERAWATAN

    1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan

    perubahan afinitas hemoglobin untuk oksigen

    Tujuan : perfusi jaringan dapat efektif

    Kriteria hasi : mempertahankan tingkat kesadaran

    biasanya/membaik, fungsi kognitif, fungsi

    motorik/sensorik

    Intervensi:

    a) Observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, saturasi, RR, suhu, pupil).

    b) Observasi balance cairan.

    c) Observasi status neurologis

    d) Tinggikan kepala tempat tidur 15- 30 derajat

    e) Pertahankan lingkungan yang tenang dan batasi jumlah pengunjung

    f) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi

    2. Nyeri akut berhubugan dengan agen cedera biologis

    Tujuan : menunjukkan nyeri berkurang atau hilang

    Kriteria Hasil : terlihat tenang dan rileks dan tidak ada keluhan

    nyeri

    Intervensi:

    a) Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, dan reaksi nyeri

    b) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam

  • 26

    c) Libatkan keluarga dalam tata laksana nyeri dengan memberikan

    kompres hangat

    d) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien

    e) Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi

    3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan

    neuromuskular, Nyeri

    Tujuan : untuk menghindari bahaya imobilitas,

    mencegah kecacatan, dan membantu pasien

    dalam memulihkan, melestarikan, atau

    mempertahankan mobilitas

    Kriteria hasil : Klien meningkat dalam aktivitas fisik

    Intervensi :

    a) Periksa tingkat fungsionalitas mobilitas.

    b) Kaji kekuatan untuk melakukan ROM ke semua sendi.

    c) Pantau kebutuhan nutrisi yang berkaitan dengan imobilitas.

    d) Hadirkan lingkungan yang aman: rel tempat tidur, tempat tidur

    di posisi bawah, barang penting yang dekat.

    e) Jalankan latihan ROM pasif atau aktif ke semua ekstremitas.

    4. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Perubahan turgor

    (elastisitas kulit)

    Tujuan : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

  • 27

    Kriteria hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

    (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,

    pigmentasi)

    Intervensi :

    a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

    b) Hindari kerutan pada tempat tidur

    c) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

    d) Monitor kulit akan adanya kemerahan

    e) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan

    f) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

    5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terkait

    penyakit

    Tujuan : Kowlwdge : disease process

    Kriteria hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman

    tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program

    pengobatan.

    a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang

    proses penyakit yang spesifik

    b) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

    berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

    tepat.

    c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,

    dengan cara yang tepat

  • 28

    d) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

    e) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

    f) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara

    yang tepat

  • 29

  • 30

  • 31

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    A. Pengkajian Keperawatan

    Ruang : ICCU

    Tanggal masuk/jam : 08 Juli 2018/11:00

    No.RM : 46 80 50

    Tanggal Pengkajian : 13 Juli 2018/09:00

    1. Pengumpulan data

    a). Identitas Pasien

    1) Nama : Tn. B

    2) Jenis kelamin : Laki-Laki

    3) Umur : 19 Tahun

    4) Status perkawinan : Belum Menikah

    5) Pendidikan : SMK

    6) Pekerjaan : Pelajar

    7) Suku : Buton

    8) Alamat : Jln. Orinunggu No.14 Kendari

    9) Agama : Islam

    b). Penanggung jawab

    1) Nama : Ny. N

    2) Umur : 44 tahun

    3) Hubungan dengan pasien : Ibu

  • 32

    2. Riwayat Keluarga

    Keterangan Genogram

    = Laki-laki

    = perempuan

    = Tinggal serumah

    = Keluarga yang sakit

    = Hubungan keluarga

    = Anggota keluarga yang meninggal

    44

    19

  • 33

    3. Anamnesa Keperawatan

    a. Alasan utama masuk RS

    Klien mengatakan nyeri kepala dan nyeri pada bagian persendian

    sejak 5 hari sebelum masuk RS, klien tampak lemah dan sulit

    berjalan. Klien sebelum dibawa ke RS minum obat hydroxy uread

    medac dari dr spesialis hematologi , kemudian klien dibawa ke

    RSUD Bahteramas masuk IGD jam 07.10, TD : 110/70 mmHg, N:

    90x/ menit, RR 15x/menit, S: 37C, diberikan terapi IVFD Ringer

    Lactat 20 tpm, inj.ranitidine 50mg, ketorolac 30mg.

    b. Keluhan utama

    Pasien nyeri

    c. Riwayat kesehatan lalu

    Klien sudah pernah di rawat di RS sebelumnya dengan penyakit

    yang sama dan telah di lakukan tindakan flebotomi sebanyak 2x,

    klien mempunyai riwayat hypokalemia sejak 2 tahun yang lalu,dan

    melakukan rawat jalan.

    d. Riwayat kesehatan keluarga

    Keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit

    keturunan seperti hipertensi,diabetes militus,penyakit

    jantung,Asma,TBC.

    e. Riwayat penyakit sekarang : Nyeri persendian , sejak 2 hari sebelum

    masuk rumah sakit, nyeri terus menerus,sakit kepala dan mual sejak

    3 hari sebelum masuk rumah sakit, di rumah sudah di minum dari

  • 34

    Dr. spesialis hematologi karena belum ada perubahan lalu di bawa ke

    RSUD Baheteramas , di IGD dilakukan tindakan infus Ringer Lactat

    dan inj.ketorolac dan inj.ranitidin jam 07.10, lalu pasien rawat inap

    di ruang ICCU RSUD Bahteramas.

    f. Riwayat pengobatan/alergi : Klien mempunyai riwayat pengobatan

    di dr spesialis hematologi, klien mempunyai riwayat alergi baik

    makanan yaitu udang ,klien tidak mempunyai riwayat alergi obat

    g. Pemeriksaan Fisik

    1. Keadaan Umum

    Sakit/nyeri :

    P : Klien merasakan nyeri saat beraktivitas dan hilang saat

    istirahat

    Q : nyeri seperti ditusuk – tusuk

    R : daerah persendian

    S : nyeri skala 5

    T : nyeri hilang timbul hingga 5 menit

    2. Sikap : Gelisah Kesadaran CM GCS = 15 E4 M6 V5

    3. Personal Hygine: Bersih

    4. Pendengaran

    Klien dapat mendengar dengan normal,fungsi telinga kiri dan

    kanan baik,tidak memakai alat bantu pendengaran,tidak ada

    gangguan pendengaran.

    5. Penglihatan

  • 35

    Klien dapat melihat dengan normal, tidak memakai alat bantu

    penglihatan, konjungtiva ananemis, sklera tidak ikterik, pupil

    isokhor 2/2mm, tidak ada kebutaan dan tidak ada katarak

    6. Pengecapan

    Klien mengatakan pengecapannya terasa pahit.lidah

    kotor,tampak berwarna putih.

    7. Penghidu

    Sistem presepsi sensori penghidu klien baik dan normal,tidak

    terdapat gangguan penghidu

    8. Peraba

    sistem presepsi sensori perabaan klien baik dan normal,tidak

    terdapat gangguan sistem presepsi sensori perabaan.

    9. Sistem Pernafasan

    Klien tidak sesak, tidak mempunyai riwayat bronkitis, asma,

    tuberkolusis, emfisema, pneumonia, tidak merokok, terpasang

    alat bantu oksigen nasal kanul 3 ml. Frekuensi 15 x/m,

    kedalaman: tidak normal (lambat dan dangkal), pengembangan

    dada simetris antara kanan dan kiri, suara nafas bersih,

    menggunakan otot asesoris, tidak ada nafas cuping hidung,

    fremitus teraba simetris antara kanan dan kiri, tidak sianosis.

    Pengembangan paru simetris, irama tidak teratur

    10. Sistem Kardiovaskuler

    Tekanan Darah : 110/70 mmHg

  • 36

    Nadi : 90 x/m

    Suhu : 37C

    Irama : teratur

    Kekuatan : kuat

    Akral : normal

    Pengisian kapiler : < 2 detik

    Edema : Tidak ada

    11. Sistem Saraf Pusat

    Kesadaran : Composmetis

    GCS : 15 E4 M6 V5

    Bicara : normal

    Pupil : isokor ukuran kanan/kiri :2/2

    Orientasi waktu ; Klien dapat menyebutkan waktu

    dengan baik yaitu saat pengkajian

    waktu pagi.

    Orientasi orang : Klien dapat menyebutkan nama diri

    sendiri dan mengenali orang-orang di

    sekelilingnya.

    Orientasi tempat : Klien mengetahui bahwa dia berada di

    rumah sakit.

    12. Sistem Gastrointestinal

  • 37

    Kehilangan selera makan : klien mengatakan

    selera makan

    berkurang.

    Mual : klien mengatakan mual

    Alergi : riwayat alergi

    makananp

    Masalah mengunyah atau menelan : tidak ada

    Gigi : bersih

    Berat badan biasa sebelum sakit : 60 kg

    Berat badan setelah sakit : 59 kg

    perubahan berat badan : Berat badan sekarang :

    59 kg

    Tinggi badan : 160 cm

    Bentuk badan : normal

    Turgor kulit : lembab

    Mukosa : sianosis

    13. Sistem Moskuloskeletal

    Rentang gerak : terbatas

    Keseimbangan cara berjalan : lemah

    Kemampuan memenuhi ADL : dibantu

    Kekuatan otot :

    5 5

    2 2

  • 38

    14. Sistem Intergumen

    Warna kulit : putih

    Turgor kulit : Baik/ lembab

    Memar : Tidak ada

    Lain : -

    h. Data Penunjang

    Pemeriksaan Laboratorium

    Tgl pemeriksaan: 19 Mei 2018

    Hematologi

    Paket Darah

    Otomatis

    Hasil Satuan Nilai

    Normal

    Hemoglobin 17,8 g/dL 11.3-15.5

    Leukosit 17,28 10^3/uL 3.6- 11.0

    Hematokrit 49 % 35-47

    Eritrosit 6.72 10^6/uL 3.80-5.20

    Trombosit 667 10^3/uL 150-400

    MCH L 26,5 Pg 26-34

    MCHC 38,5 g/dL 32-36

    MCV L 68,8 Fl 4-8

    DIFF COUNT

    Eosinofil 1.80 % 1-6

    Basofil 0.20 % 0-1

    Netrofil 54.30 % 50-70

  • 39

    Limfosit 36.00 % 22-40

    Monosit 7.70 % 4-8

    Golongan

    Darah

    O

    Imunologi

    i. Terapi yang diberikan Jam

    IVFD Ringer Lactat 12 Tpm

    Inj.ceftriaxone 1 x 1000 mg 08.00

    Inj.ranitidhin 2 x 50 mg 08.00 20.00

    Inj.ketorolac 08.00 16.00 24.00

    Po:

    Aspar k 2x1 08.00 20.00

    Micardis 40mg 1x1 08.00

    Pregabalin 2x1 08.00 20.00

    Hydroxy urea medac 500mg 2x1 08.00 20.00

  • 40

    B. Klasifikasi data

    Tabel 3.4

    Klasifikasi Data

    Data Subyektif Data Obyektif

    1. Klien mengatakan nyeri kepala dan nyeri pada persendian P : Klien merasakan nyeri saat beraktivitas dan hilang saat istirahat Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk R : daerah kepala dan persendian S : nyeri skala 5 T : nyeri hilang timbul hingga 5 menit

    2. Klien mengatakan lemah,sulit berjalan

    1. Kesadaran Composmetis GCS:15 E4M6V5

    2. wajah tampak menahan sakit 3. Klien tampak lemah, rentang

    gerak terbatas 4. Kekuatan otot : 5 5 2 2

    5. klien tampak gelisah 6. klien tampak lemah, sulit berjalan 7. TD :110/70 mmHg

    RR : 15 x/menit N : 88x/menit S : 37 oC CRT: < 2 detik

  • 41

    C. Analisa Data

    Nama Klien : Tn. B Hari / Tgl : Jumat, 13 Juli 2018

    No. RM : 46 80 50 Ruang Rawat : ICCU

    Tabel 3.5

    Analisa Data

    SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

    DS : - Klien mengatakan nyeri kepala

    dan nyeri pada persendian P : Klien merasakan nyeri saat beraktivitas dan hilang saat istirahat Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk R : daerah kepala dan persendian S : nyeri skala 5 T : nyeri hilang timbul hingga 5 menit

    DO : - Composmetis (GCS:15

    E4M6V5) - wajah tampak menahan sakit - klien tampak gelisah - TD :110/70 mmHg

    RR : 15 x/menit N : 88x/menit S : 38 oC CRT: < 2 detik

    Volume dan jumlah sel-sel darah

    ↓ Viskositas darah

    ↓ Share rate

    ↓ eritrostasis

    ↓ Penurunan transport O2 ke

    otak ↓

    Peningkatan Tik ↓

    Nyeri dipersepsikan ↓

    Nyeri akut

    Nyeri akut

    DS : - Klien mengatakan lemah, sulit

    berjalan DO:

    - klien tampak lemah - rentang gerak terbatas

    - Kekuatan otot :

    Volume dan jumlah sel-sel darah

    ↓ Viskositas darah

    ↓ Share rate

    ↓ eritrostasis

    Hambatan mobilitas fisik

  • 42

    SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

    5 5 2 2

    - TD :110/70 mmHg

    RR : 15x/menit N :88x/menit S : 37 oC

    Penurunan transport O2 ke otak ↓

    Peningkatan Tik ↓

    Nyeri pada persendian ↓

    Kekakuan otot ↓

    Hambatan mobilitas fisik

    D. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)

    Tabel 3.6

    Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)

    Tanggal No Diagnosa Kepeawatan Kode

    13/7/2018 1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan: DS : - Klien mengatakan nyeri kepala dan nyeri pada

    persendian P : Klien merasakan nyeri saat beraktivitas dan hilang saat istirahat Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk R : daerah kepala dan persendian S : nyeri skala 5 T : nyeri hilang timbul hingga 5 menit

    DO : - Composmentis (GCS:15 E4M6V5) - wajah tampak menahan sakit - klien tampak gelisah - TD :110/70 mmHg

    RR : 15 x/menit N : 88x/menit S : 37 oC CRT: < 2 detik

    00132

  • 43

    Tanggal No Diagnosa Kepeawatan Kode

    13/7/2018 2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan neuromuskular, Nyeri DS :

    - Klien mengatakan lemah, sulit berjalan DO:

    - klien tampak lemah - rentang gerak terbatas - Kekuatan otot :

    5 5 2 2

    - TD :110/70 mmHg RR : 15x/menit N :88x/menit S : 37 oC

    00091

  • 44

    F. Intervensi Keperawatan

    Nama Klien : Tn. B Hari / Tgl : Jumat, 13 Juli 2018

    No. RM : 46 80 50 Ruang Rawat : ICCU

    Tabel 3.7

    Intervensi Keperawatan

    Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan

    Rencana Tindakan Keperawatan

    Tujuan/Kriteria Hasil

    (NOC)

    Tindakan

    (NIC)

    Jum’at

    13/7/2018

    Nyeri akut berhubungan dengan respon

    agen cedera biologis ditandai dengan:

    DS :

    - Klien mengatakan nyeri kepala dan nyeri pada persendian

    P : Klien merasakan nyeri saat

    beraktivitas dan hilang saat

    istirahat

    Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk

    R : daerah kepala dan persendian

    S : nyeri skala 5

    T : nyeri hilang timbul hingga 5

    menit

    DO :

    - Composmentis (GCS:15 E4M6V5)

    - wajah tampak menahan sakit - klien tampak gelisah - TD :110/70 mmHg

    RR : 15 x/menit

    NOC:

    ( 2102 ) : Tingkat nyeri

    Kriteria Hasil: Berat 1,

    cukup berat 2, sedang 3,

    ringan 4, tidak ada nyeri 5

    210201:Nyeri dilaporkan 4

    210204:Mengerang dan

    meringis 4

    210206:Ekspresi nyeri waja

    4

    210208:Tidak bisa istrirahat

    5

    NIC:

    Manajemen Nyeri

    1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi,

    karakteristik, durasi frekuensi,

    kualitas dan factor presipitasi.

    2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai

    ketidaknyamanan

    3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

    pasien terhadap ketidaknyamanan

    (misalnya, suhu ruangan,

    pencahayaan, suara bising)

    4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (teknik relaksasi

    nafas dalam)

    5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu

    penurunan nyeri

  • 45

    Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan

    Rencana Tindakan Keperawatan

    Tujuan/Kriteria Hasil

    (NOC)

    Tindakan

    (NIC)

    N : 88x/menit

    S : 37 oC

    - CRT: < 2 detik

    Pemberian analgesik (2210)

    6. Cek adanya riwayat alergi obat. 7. Cek perintah pengobatan meliputi

    obat, dosis, dan frekuensi

    Monitor tanda-tanda vital (6680)

    Monitor tekanan darah, nadi, suhu

    dan status pernapasan dengan tepat

    Kamis

    13/7/2018

    Hambatan mobilitas fisik berhubungan

    dengan Gangguan neuromuskular,

    Nyeri

    DS :

    - Klien mengatakan lemah, sulit berjalan

    DO:

    - klien tampak lemah - rentang gerak terbatas - Kekuatan otot :

    5 5

    2 2

    NOC :

    Joint Movement : Active

    (00091)

    Kriteria Hasil :

    1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik

    2. Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas

    3. Memverbalisasikan perasaan dalam

    meningkatkan kekuatan

    dan kemampuan

    berpindah

    NIC:

    Exercise therapy : ambulation 1. Monitoring vital sign

    sebelum/sesudah latihan dan lihat

    respon pasien saat latihan.

    2. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik

    ambulasi

    3. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

    4. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri

    sesuai kemampuan

    5. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

    bantuan jika diperlukan.

  • 46

    Hr/Tgl Diagnosa Keperawatan

    Rencana Tindakan Keperawatan

    Tujuan/Kriteria Hasil

    (NOC)

    Tindakan

    (NIC)

    - TD :110/70 mmHg RR : 15x/menit

    N :88x/menit

    S : 37 oC

  • 47

    G. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

    Nama Klien : Tn. B Hari / Tgl : Jumat, 13 Juli 2018

    No. RM : 46 80 50 Ruang Rawat : ICCU

    Tabel 3.8

    Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

    Hari/Tgl/

    Jam Tindakan Keperawatan

    No

    Dx Evaluasi

    Jumat,

    13/7/2018

    09.00

    09.05

    1. Monitor tanda-tanda vital Hasil :

    Tekanan darah: 140/90 mmHg

    Nadi : 89 x/menit

    Suhu : 36,7 oC

    Pernapasan : 23 x/menit

    2. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi,

    karakteristik, durasi frekuensi, kualitas

    dan faktor presipitasi.

    Hasil :

    Klien mengeluh nyeri pada kepala dan

    persendian. Nyeri bertambah parah ketika

    bangun dari tidur, nyeri seperti tertusuk-

    tusuk. Dengan skala nyeri 6 dan nyeri

    hilang timbul

    1

    Jum’at, 13 Juli 2018 (jam 11.10)

    S :

    Klien mengatakan nyeri pada kepala, nyerinya hilang timbul dan rasanya seperti tertusuk-tusuk

    O :

    Tekanan darah: 140/90 mmHg

    Skala nyeri 5

    Klien nampak meringis memegang kepala A :

    Masalah nyeri belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

    Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,

    kualitas dan factor presipitasi.

    Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

    Observasi tanda-tanda vital.

    Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

  • 48

    Hari/Tgl/

    Jam Tindakan Keperawatan

    No

    Dx Evaluasi

    09.10

    09.20

    09.25

    09.27

    3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

    Hasil :

    Klien nampak meringis memegang

    kepala.

    4. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi (Teknik nafas dalam)

    Hasil : Klien Nampak mengikuti apa

    yang diajarkan (teknik relaksasi nafas

    dalam dan distraksi)

    5. Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

    Hasil : klien nampak mengerti dengan

    apa yang dianjurkan dan akan

    melakukannya.

    Hasil : Klien Nampak mengikuti apa

    yang diajarkan (teknik relaksasi nafas

    dalam dan distraksi)

    5. Menganjurkan klien untuk meningkatkan

    istirahat.

    Hasil : klien nampak mengerti dengan

    apa yang dianjurkan dan akan

    nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

    kebisingan berulang).

    Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

    Ajarkan tentang teknik non farmakologi (teknik relaksasi nafas dalam)

    Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

    Tingkatkan istirahat

  • 49

    Hari/Tgl/

    Jam Tindakan Keperawatan

    No

    Dx Evaluasi

    09.35

    09.45

    09.50

    09.55

    09.57

    melakukannya.

    6. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

    ruangan, pencahayaan dan kebisingan

    berulang)

    Hasil : Membatasi pengunjung dan

    mengontrol kebisingan.

    7. Mempertahankan body aligment dan posisi yang nyaman

    Hasil: klien mempertahankan body

    aligment.

    8. Mencegah pasien jatuh Hasil: klien dibantu saat berpindah dan

    mandi sehingga mencegah terjadinya

    jatuh

    9. Melakukan latihan aktif maupun pasif Hasil: klien melakukan latihan aktif

    dengan berjalan ditempat selama 1 menit

    10. Meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

    Hasil: klien mencoba mandi sendiri

    tetapi masih dalam pengawasan

    2

    S :

    Klien mengatakan masih sangat lemah saat terlalu lama

    berdiri dan berjalan”

    O :

    Keadaan umum klien lemah

    rentang gerak klien terbatas

    nampak menggunakan alat bantu(rostur)

    A :

    Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

    Pertahankan body aligment dan posisi yang nyaman

    Cegah pasien jatuh

    Lakukan latihan aktif maupun pasif

    Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

  • 50

    Hari/Tgl/

    Jam Tindakan Keperawatan

    No

    Dx Evaluasi

    Sabtu,

    14/07/2018

    07.30

    07.36

    07.36

    1. Monitor tanda-tanda vital Hasil :

    Tekanan darah: 150/70 mmHg

    Nadi : 92 x/menit

    Suhu : 36,6 oC

    Pernapasan : 23 x/menit

    2. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi,

    karakteristik, durasi frekuensi, kualitas

    dan faktor presipitasi.

    Hasil :

    Klien mengatakan kepalanya masih sakit

    terutama saat bangun tidur, nyerinya

    seperti tertusuk-tusuk dan menjalar

    hingga ke leher, skala nyeri 5 dan nyeri

    hilang timbul

    3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

    Hasil : Klien nampak meringis

    memegang kepala.

    1.

    Sabtu, 14 Juli 2018 (jam 11.00)

    S :

    Klien mengatakan kepalanya masih sakit menjalar

    hingga belakang leher, nyerinya seperti tertusuk-

    tusuk

    O :

    130/80 mmHg

    skala nyeri 4

    Klien nampak meringis memegang leher bagian

    belakang

    A :

    Masalah nyeri belum teratasi

    P : Intervensi dilanjutkan

    Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif

    termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,

    kualitas dan factor presipitasi.

    Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

    Observasi tanda-tanda vital.

    Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

    nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

    kebisingan berulang).

  • 51

    Hari/Tgl/

    Jam Tindakan Keperawatan

    No

    Dx Evaluasi

    07.46

    07.48

    07.50

    10.45

    11.10

    4. Menganjurkan untuk melakukan teknik non farmakologi (Teknik nafas dalam dan

    distraksi)

    Hasil : Klien mengatakan ia melakukan

    yang telah diajarkan perawat.

    5. Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

    Hasil : klien mengatakan ia susah untuk

    tidur

    6. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

    ruangan, pencahayaan dan kebisingan

    berulang)

    Hasil : Membatasi pengunjung dan

    mengontrol kebisingan.

    7. Mempertahankan body aligment dan posisi yang nyaman

    Hasil: klien mempertahankan body

    aligment.

    8. Mencegah pasien jatuh Hasil: klien dibantu saat berpindah dan

    mandi sehingga mencegah terjadinya

    jatuh

    2

    Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

    intervensi.

    Anjurkan tentang teknik non farmakologi (teknik

    relaksasi nafas dalam)

    Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

    Tingkatkan istirahat

    S :

    Klien mengatakan masih sangat lemah saat terlalu lama

    berdiri dan berjalan”

    O :

    Keadaan umum klien lemah

    rentang gerak klien terbatas

    nampak menggunakan alat bantu(rostur) A :

    Masalah belum teratasi

    P : Intervensi tetap dilanjutkan

    Pertahankan body aligment dan posisi yang nyaman

    Cegah pasien jatuh

    Lakukan latihan aktif maupun pasif

    Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

  • 52

    Hari/Tgl/

    Jam Tindakan Keperawatan

    No

    Dx Evaluasi

    11.10

    9. Melakukan latihan aktif maupun pasif Hasil: klien melakukan latihan aktif

    dengan berjalan ditempat selama 1 menit

    10. Meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

    Hasil: klien mencoba mandi sendiri

    tetapi masih dalam pengawasan

  • 53

    Hari/Tgl/

    Jam Tindakan Keperawatan

    No

    Dx Evaluasi

    Minggu,

    15/07/2018

    07.20

    07.25

    07.25

    07.40

    1. Monitor tanda-tanda vital Hasil :

    Tekanan darah: 130/80 mmHg

    Nadi : 90 x/menit

    Suhu : 36,6 oC

    Pernapasan : 24 x/menit

    2. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi,

    karakteristik, durasi frekuensi, kualitas

    dan faktor presipitasi.

    Hasil :

    Klien mengatakan kepala dam persendian

    masih nyeri, skala nyeri 3 dan nyeri

    hilang timbul

    3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

    Hasil : Klien nampak meringis

    memegang kepala dan lutut bagian bawah

    dan pinggang.

    4. Menganjurkan untuk melakukan teknik non farmakologi (Teknik nafas dalam dan

    Hasil : Klien mengatakan ia melakukan

    1.

    2

    Minggu, 15 Juli 2018 (jam 10.50)

    S :

    Klien mengatakan nyeri kepalanya mulai

    berkurang hilang timbul

    O :

    120/80 mmHg

    skala nyeri 2

    A :

    Masalah nyeri teratasi

    P : Intervensi dihentikan

    S :

    klien mengatakan masih sangat lemah tetapi sudah

    mampu berdiri selama 1 menit tanpa alat bantu

    apapun.

    O :

    keadaan umum klien lemah

  • 54

    Hari/Tgl/

    Jam Tindakan Keperawatan

    No

    Dx Evaluasi

    07.41

    07.42

    07.45

    10.15

    10.15

    yang telah diajarkan perawat dan akan

    melakukan pada saat dirumah

    5. Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

    Hasil : klien mengatakan ia susah untuk

    tidur

    6. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

    ruangan, pencahayaan dan kebisingan

    berulang)

    Hasil : Membatasi pengunjung dan

    mengontrol kebisingan.

    7. Mempertahankan body aligment dan posisi yang nyaman

    Hasil: klien mempertahankan body

    aligment.

    8. Mencegah pasien jatuh Hasil: klien dibantu saat berpindah dan

    mandi sehingga mencegah terjadinya

    jatuh

    9. Melakukan latihan aktif maupun pasif Hasil: klien melakukan latihan aktif

    aktivitas klien meningkat

    tidak adanya cedera

    A :

    Masalah teratasi

    P : Intervensi dihentikan

  • 55

    Hari/Tgl/

    Jam Tindakan Keperawatan

    No

    Dx Evaluasi

    dengan berjalan ditempat selama 1 menit

    10. Meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

    Hasil: klien mencoba mandi sendiri

    tetapi masih dalam pengawasan

  • 56

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    A. Pengkajian

    Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

    verifikasi dan komunikasi tentang data klien. Fase proses keperawatan ini

    mencakup dua langkah yaitu data dari sumber primer (klien), dan sumber

    sekunder (keluarga dan tenaga kesehatan) dan analisis data sebagai dasar

    untuk diagnosa keperawatan. Pengkajian merupakan komponen dasar dalam

    proses keperawatan, sehingga dengan pengkajian yang tepat akan

    menentukan langkah berikutnya (Potter & Perry, 2005).

    Menurut Sugeng Jitowiyono (2018) gejala yang paling menonjol

    adalah peningkatan jumlah sel darah merah yang berlebihan karena produksi

    yang tidak terkontrol. Hal ini disertai dengan peningkatan produksi sel darah

    putih (myeloid) dan platelet (megakaryocytic), yang disebabkan oleh klon

    abnormal sel punca hematopoietik dengan peningkatan kepekaan terhadap

    berbagai faktor pertumbuhan untuk pematangannya. keluhan utama pada

    pasien dengan polisitemia vera adalah nyeri kepala, nyeri persendian, tampak

    lemah,rentang gerak terbatas dan sulit berjalan. Pada kasus, nyeri berlangsung

    selama 5 hari sebelum masuk Rumah sakit.

    Umumnya kesadaran pasien composmentis. Jarang terjadi penurunan

    kesadaran apatis,somnolet, sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila

    penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping

  • 57

    gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya yaitu napas tersengal

    dan susah bernapas ketika berbaring.

    Hasil pengkajian yang penulis lakukan pada Tn. B mengatakan nyeri

    di kepala dan nyeri persendian, lemas, sulit berjalan, rentang gerak terbatas,

    menggunakan alat bantu pada saat berjalan(rostur). Kesadaran Composmetis

    (GCS:14 E3 M6 V5), wajah tampak menahan sakit, tampak lemas, pucat,

    tidak nafsu makan, klien tampak gelisah, tampak lemah, TD :110/70 mmHg,

    RR : 17x/menit, N : 88x/menit, S : 37 oC, CRT: < 2 detik, BB sebelum

    masuk 60 kg , BB Sesudah masuk 59 kg, pemeriksaat LAB :Hemoglobin 17,8

    g/dL, leukosit 17,28 10^3/uL, eritrosit 6.72 10^6/uL.

    B. Diagnosis Keperawatan

    Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan

    respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang

    mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Diagnose keperawatan

    memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi

    tanggung gugat perawat (Potter & Perry, 2005).

    Menurut Nanda NIC-NOC (2014) diagnosa keperawatan yang

    muncul untuk pasien polisitemia vera adalah :

    6. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perubahan

    afinitas hemoglobin untuk oksigen .

    7. Nyeri akut berhubugan dengan agen cedera biologis

    8. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan neuromuskular, Nyeri

    9. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Perubahan turgor (elastisitas

    kulit)

  • 58

    10. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terkait

    penyakit

    Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada kasus

    pasien Tn. B ditemukan ada 2 diagnosa keperawatan yaitu :

    1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan

    klien mengatakan nyeri kepala dan nyeri persendian (P : Klien merasakan

    nyeri persendian sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, Q : nyeri seperti

    ditusuk-tusuk R : daerah kepala dan persendian, S : nyeri skala 5, T : nyeri

    terus-menerus).

    2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan neuromuskular, Nyeri

    ditandai dengan klien mengatakan lemah, rentang gerak terbatas, sulit berjalan,

    dan Kekuatan otot :

    5 5

    2 2

    C. Intervensi Keperawatan

    Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan

    kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan

    pasien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2011). Perencanaan adalah kategori dari

    perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang

    dipekirakan dan di intervensi kepeawatan dipilih untuk mencapai tujuan

    tersebut (Potter & Perry, 2005).

    Dari tiga diagnosa keperawatan selanjutnya dibuat rencana

    keperawatan sebagai tindakan pemecahan masalah keperawatan dimana

  • 59

    penulis membuat rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan

    kemudian menetapkan tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya menetapkan

    tindakan yang tepat.

    Pada intervensi keperawatan diagnosa nyeri akut dan hambatan

    mobilitas fisik tidak ada kesenjangan yang signifikan antara tinjauan teori dan

    tinjauan kasus dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga ada

    dalam intervensi keperawatan yang ada pada kasus.

    D. Implementasi Keperawatan

    Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah

    mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini

    dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi

    masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang

    dilakukan (Deswani, 2009). Implementasi yang merupakan kategori dari

    proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

    tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan

    dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Potter & Perry, 2005).

    Implementasi keperawatan dilaksanakan selama empat hari dimulai

    dari tanggal 13 - 16 Juli 2018 dimana semua tindakan yang dilaksanakan

    selalu berorientasi pada rencana yang telah dibuat terdahulu dengan

    mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang timbul sehingga tindakan

    keperawatan dapat tercapai pada asuhan keperawatan yang dilaksanakan

    dengan menerapkan komunikasi therapeutik dengan prinsip etis. Pada kasus

    ini tidak jauh beda dengan teori-teori yang ada di dalam rencana keperawatan.

  • 60

    Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut :

    1. Nyeri akut

    Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana

    keperawatan, pada hari pertama perawatan tindakan yaitu monitor tanda-

    tanda vital (Hasil : Tekanan darah: 140/70 mmHg, Nadi : 89 x/menit,

    Suhu : 36,7 oC, Pernapasan : 23 x/menit). Lakukan pengkajian nyeri

    secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,

    kualitas dan faktor presipitasi (Hasil : Klien mengeluh nyeri pada kepala

    dan persendian. Dengan skala nyeri 5 dan nyeri hilang timbul). Observasi

    reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan (Hasil : Klien nampak meringis

    dan merintih). Mengajarkan tentang teknik non farmakologi (Teknik

    nafas dalam) (Hasil : Klien Nampak mengikuti apa yang diajarkan

    (teknik relaksasi nafas dalam). Menganjurkan klien untuk meningkatkan

    istirahat (Hasil : klien nampak mengerti dengan apa yang dianjurkan dan

    akan melakukannya). Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

    nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan berulang) (Hasil

    : Membatasi pengunjung dan mengontrol kebisingan).

    Pada hari kedua perawatan tindakan yaitu monitor tanda-tanda vital

    (Hasil : Tekanan darah: 130/80 mmHg, Nadi : 92 x/menit, Suhu : 36,6

    oC, Pernapasan : 23 x/menit. Lakukan pengkajian nyeri secara

    komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas

    dan faktor presipitasi (Hasil :Klien mengeluh nyeri pada kepala dan

    persendian. Dengan skala nyeri 4 dan nyeri hilang timbul). Observasi

  • 61

    reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan (Hasil : Klien nampak merintih).

    Menganjurkan untuk melakukan teknik non farmakologi (Teknik nafas

    dalam dan distraksi) (Hasil : Klien mengatakan ia melakukan yang telah

    diajarkan perawat). Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat

    (Hasil : klien mengatakan ia susah untuk tidur). Mengontrol lingkungan

    yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

    kebisingan berulang) (Hasil : Membatasi pengunjung dan mengontrol

    kebisingan).

    Pada hari ketiga perawatan tindakan yaitu Monitor tanda-tanda

    vital (Hasil :Tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu :

    36,6 oC, Pernapasan : 24 x/menit). Lakukan pengkajian nyeri secara

    komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas

    dan faktor presipitasi (Hasil :Klien mengatakan sakit kepalanya mulai

    berkurang , skala nyeri 2 dan nyeri hilang timbul). Menganjurkan untuk

    melakukan teknik non farmakologi (Teknik nafas dalam dan distraksi)

    (Hasil : Klien mengatakan ia melakukan yang telah diajarkan perawat).

    Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat (Hasil : klien

    mengatakan ia susah untuk tidur). Mengontrol lingkungan yang dapat

    mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

    berulang) (Hasil : Membatasi pengunjung dan mengontrol kebisingan)

  • 62

    2. Hambatan Mobilitas Fisik

    Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana

    keperawatan pada hari pertama perawatan tindakan yaitu

    mempertahankan body aligment dan posisi yang nyaman (Hasil: klien

    mempertahankan body aligment). Mencegah pasien jatuh (Hasil: klien

    dibantu saat berpindah dan mandi sehingga mencegah terjadinya jatuh).

    Melakukan latihan aktif maupun pasif (Hasil: klien melakukan latihan

    aktif dengan berjalan ditempat selama 1 menit). Meningkatkan aktivitas

    sesuai batas toleransi (Hasil: klien mencoba mandi sendiri tetapi masih

    dalam pengawasan).

    Pada hari kedua perawatan tindakan yaitu mempertahankan body

    aligment dan posisi yang nyaman (Hasil: klien mempertahankan body

    aligment). Mencegah pasien jatuh (Hasil: klien dibantu saat berpindah

    dan mandi sehingga mencegah terjadinya jatuh). Melakukan latihan aktif

    maupun pasif (Hasil: klien melakukan latihan aktif dengan berjalan

    ditempat selama 1 menit). Meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

    (Hasil: klien mencoba mandi sendiri tetapi masih dalam pengawasan).

    Pada hari ketiga yaitu mempertahankan body aligment dan posisi

    yang nyaman (Hasil: klien mempertahankan body aligment). Mencegah

    pasien jatuh (Hasil: klien dibantu saat berpindah dan mandi sehingga

    mencegah terjadinya jatuh). Melakukan latihan aktif maupun pasif

    (Hasil: klien melakukan latihan aktif dengan berjalan ditempat selama 1

  • 63

    menit). Meningkatkan aktivitas sesuai batas toleransi (Hasil: klien

    mencoba mandi sendiri tetapi masih dalam pengawasan).

    Pada hari ke empat semua masalah keperawatan telah teratasi dan

    intervensi keperawatan dihentikan.

    E. Evaluasi

    Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi

    dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu

    pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan

    penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal

    (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).

    Dalam kasus ini evaluasi keperawatan dilakukan sampai pasien di

    izinkan pulang, yaitu sebagai berikut :

    1. Nyeri Akut

    Pada hari Jum’at, 13 Juli 2018 (jam 09.30) klien mengatakan

    kepalanya masih sakit, tekanan darah: 140/90 mmHg, skala nyeri 5, klien

    nampak meringis dan merintih. Hari Sabtu, 14 Juli 2018 (jam 07.20) klien

    mengatakan kepalanya masih sakit, tekanan darah: 130/80 mmHg, skala

    nyeri 4, klien nampak merintih. Minggu, 15 Juli (jam 08.00) klien

    mengatakan kepalanya masih sakit tapi makin berkurang, tekanan darah:

    120/70 mmHg, skala nyeri 2. Kemudian pada hari Senin, 16 Juli 2018

    (jam 07.45) klien mengatakan kepalanya masih sakit namun tidak

    mengganggu, tekanan darah: 120/70 mmHg, Skala nyeri 2, masalah nyeri

    teratasi Intervensi dihentikan

  • 64

    2. Hambatan Mobilitas Fisik

    Pada hari Jum’at, 13 Juli 2018 (jam 09.30) pasien mengatakan

    lemah,rentang gerak terbatas dan sulit berjalan. Hari Sabtu, 14 Juli 2018

    (jam 07.20) pasien mengatakan masih lemah dan sulit berjalan. Minggu,

    15 Juli (jam 08.00) pasien mengatakan masih lemah tetapi sudah bisa

    berdiri selama 1 menit, intervensi dihentikan.

  • 65

    BAB V

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Adapun hasil asuhan keperawatan kepada klien yang didapatkan dari

    pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, menentukan rencana

    keperawatan, melakukan implementasi dan evaluasi, yaitu :

    1. Pengkajian

    Berdasarkan pengkajian pada Tn. B tanggal 13 Juli pukul 09.00

    WITA dengan polisitermia vera diperoleh data yang tidak jauh berbeda

    dengan manifestasi klinis dari penyakit polisitemia vera yaitu nyeri pada

    daerah kepala, nyeri pada persendian ektermitas atas dan bawah, rentang

    gerak terbatas dan sulit berjalan.

    2. Diagnosa Keperawatan

    Berdasarkan hasil data pengkajian yang telah dilakukan, dirumuskan

    diagnosa keperawatan pada Tn.B dengan polisitemia vera yang sesuai

    dengan teori yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis,

    Hambatan mobilitas fisik berhubungan gangguan neuromuskular,nyeri.

    3. Rencana Keperawatan

    Dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan diagnosa

    yang ditegakkan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan. Tidak ada

    kesenjangan rencana keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap

    diagnosa yang sama.

  • 66

    4. Implementasi Keperawatan

    Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada

    teori. Tidak semua tindakan yang direncanakan dilakukan karena penulis

    dalam melakukan tindakan lebih mengutamakan tindakan prioritas dalam

    proses pengobatan dan penyembuhan pasien dan juga disesuaikan dengan

    kondisi, situasi, dan perubahan yang dialami pasien.

    5. Evaluasi Keperawatan

    Klien di pulangkan karena kondisinya telah membaik dan disarankan

    untuk kembali melakukan kontrol. Maka penulis memberikan health

    education mengenai menganjurkan kepada klien untuk selalu melakuan

    teknik relaksasi napas dalam ketika nyeri kembali dirasakan dan

    menganjurkan klien untuk selalu meningkatkan istirahat.

    B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan yang telah ada maka penulis memberi

    beberapa saran, antara lain :

    1. Bagi Instansi Rumah Sakit

    Sebagai RSU Bahteramas Sulawesi Tenggara, untuk meningkatkan

    mutu pelayanan keperawatan yang ditunjang dengan pengadaan fasilitas-

    fasilitas yang memadai berkaitan dengan pasien Polisitemia vera.

    2. Bagi perawat

    2.1 Diharapkan dalam melakukan pengkajian hendaknya menjalin

    hubungan kerja sama yang baik antara klien dan perawat, agar data

    yang diperoleh sesuai dengan kondisi klien. Diharapkan dalam

    perumusan masalah sesuai dengan data yang diperoleh dari klien.

  • 67

    Dapat mengaplikasikan semua rencana dalam melaksanakan

    tindakan keperawatan. Kemudian dapat memperoleh evaluasi sesuai

    yang diharapkan sebelumnya.

    2.2 Diharapkan kepada perawat untuk dapat memberikan Health

    Education pada pasien terkait hal-hal yang berhubungan dengan

    penyakitnya, sehingga mampu mengurangi tingkat stres hospitalisasi.

    3. Bagi institusi pendidikan

    Diharapkan agar lebih membekali mahasiswa didiknya tentang

    pembuatan asuhan keperawatan baik itu yang terkait penyakit polisitemia

    vera maupun penyakit-penyakit lainnya.

    4. Bagi klien dan keluarga klien

    Diharapkan keterlibatan dan kerja sama antara klien dan keluarga

    klien dengan perawat dalam proses keperawatan. Sehingga didapatkan

    proses keperawatan yang berkesinambungan, cepat dan tepat kepada klien.

    5. Bagi Mahasiswa

    Untuk mahasiswa yang akan melakukan studi kasus selanjutnya agar lebih

    memeperhatikan dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan

    data yang diperoleh pada saat pengkajian.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Carpenito, L. J. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.

    Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI

    Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan kabupaten nganjuk. Surabaya : Depkes RI

    Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba

    Medika

    Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta

    : EGC

    Internasional, NANDA,(2012). Diagnosis Keperawatan Difinisi dan

    Klasifikasi(2012-2014). Jakarta : EGC

    Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan 3.

    Yogyakarta. Media Action.

    Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta.

    RSU Bahteramas. 2018. Profil RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

    Tahun 2018. Kendari (Tidak dipublikasikan).

    Sugeng. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem

    hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

    Suriadi & Yuliani, R., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak,Jakarta: PT.

    Percetakan Penebar Swadaya,

    Tarwoto&Wartonah, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

    Jakarta: Salemba Medika

    Willkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis

    NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil / NOC. Alih bahasa : Esty

    Wahyuningsih, editor edisi bahasa Indonesia: Dwi Widiarti. Edisi 9.

    Jakarta: EGC.