tugas vera 97-2003

23
Empat Industri Terbukti Cemari Kali Surabaya SURABAYA, KAMIS Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel limbah cair oleh Laboratorium Perum Jasa Tirta I, terdapat dua industri rumah tangga dan dua pabrik di sepanjang Kali Surabaya dan Kali Tengah yang membuang limbah berbahaya. Tim gabungan pengendalian limbah Kali Surabaya akan segera memberikan peringatan keras kepada empat industri tersebut. "Tingkat pencemaran tinggi dihasilkan dua industri rumah tangga pencucian kain di Desa Kedung Klintir dan Desa Wonorejo, Kecamatan Jetis, Mojokerto. Kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) di dua industri tersebut 180 miligram per liter padahal kadar normal hanya 50 miligram per liter. Sedangkan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) 950 miligram per liter, lebih tinggi dari kadar normal 150 miligram per liter," kata Wakil Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air IV Perum Jasa Tirta I (PJT I) Syam, Kamis (13/11) di Surabaya. Sementara itu, dua pabrik, yaitu PT Sura baya Agung Kertas dan PT Wings Surya juga positif membuang limbah cair yang tak memenuhi standar baku. Limbah cair kedua industri ini melebihi baku mutu air, baik dari sisi BOD, COD, maupun kadar zat padat yang tersuspensi di dalam air. "Dua industri lain yang kemarin ikut diambil sampel limbahnya, yaitu PT Adi Prima Surya Printa dan PT Miwon tak mengandung limbah berbahaya. Limbah kedua industri ini masih memenuhi standar baku mutu air," kata Syam. Hasil uji laboratorium tersebut merupakan langkah dari pa troli air yang dilakukan tim gabungan pengendalian limbah kali Surabaya. Tim tersebut terdiri dari Bapedal Provinsi Jawa Tiur, Polwiltabes Surabaya, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Surabaya, LSM Konsorsium Lingkungan Hidup, dan Divisi Jasa Air da n Sumber Air IV PJT I. "Bulan ini tim gabungan akan memberikan pembinaan dan sosialisasi. Namun jika pembuangan limbah berbahaya tetap berlangsung maka tim segera mengambil tindakan berupa penutupan instalasi pengolahan limbah serta pembongkaran saluran lim bah yang berada di sepanjang bantaran sungai," kata Koordinator Konsorsium Lingkungan Hidup Imam Rohani. Menurut Imam, hukum terhadap pelanggaran pembuangan limbah di sungai sudah jelas tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Namun demikian, tindakan tegas pada para pelanggar jarang diterapkan. Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air IV Perum Jasa Tirta I (PJT I) Widyo Parwanto mengatakan, di sepanjang anak Kali Surabaya yaitu Kali Tengah terdapat sekitar 19 industri. Sedangkan, di sepanjang Kali Surabaya terdapat 92 industri. Hingga saat ini langkah yang dilakukan PJT I untuk mengurangi beban limbah hanyalah melakukan pengenceran. Saat kadar limbah berlebih, debit air di hulu sungai yang biasanya hanya 18 meter kubik per detik kami

Upload: priskaangelina

Post on 08-Aug-2015

83 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Vera 97-2003

Empat Industri Terbukti Cemari Kali Surabaya

SURABAYA, KAMIS — Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel limbah cair oleh Laboratorium Perum Jasa Tirta I, terdapat dua industri rumah tangga dan dua pabrik di sepanjang Kali Surabaya dan Kali Tengah yang membuang limbah berbahaya. Tim gabungan pengendalian limbah Kali Surabaya akan segera memberikan peringatan keras kepada empat industri tersebut.

"Tingkat pencemaran tinggi dihasilkan dua industri rumah tangga pencucian kain di Desa Kedung Klintir dan Desa Wonorejo, Kecamatan Jetis, Mojokerto. Kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) di dua industri tersebut 180 miligram per liter padahal kadar normal hanya 50 miligram per liter. Sedangkan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) 950 miligram per liter, lebih tinggi dari kadar normal 150 miligram per liter," kata Wakil Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air IV Perum Jasa Tirta I (PJT I) Syam, Kamis (13/11) di Surabaya.

Sementara itu, dua pabrik, yaitu PT Sura baya Agung Kertas dan PT Wings Surya juga positif membuang limbah cair yang tak memenuhi standar baku. Limbah cair kedua industri ini melebihi baku mutu air, baik dari sisi BOD, COD, maupun kadar zat padat yang tersuspensi di dalam air. "Dua industri lain yang kemarin ikut diambil sampel limbahnya, yaitu PT Adi Prima Surya Printa dan PT Miwon tak mengandung limbah berbahaya. Limbah kedua industri ini masih memenuhi standar baku mutu air," kata Syam.

Hasil uji laboratorium tersebut merupakan langkah dari pa troli air yang dilakukan tim gabungan pengendalian limbah kali Surabaya. Tim tersebut terdiri dari Bapedal Provinsi Jawa Tiur, Polwiltabes Surabaya, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Surabaya, LSM Konsorsium Lingkungan Hidup, dan Divisi Jasa Air da n Sumber Air IV PJT I.

"Bulan ini tim gabungan akan memberikan pembinaan dan sosialisasi. Namun jika pembuangan limbah berbahaya tetap berlangsung maka tim segera mengambil tindakan berupa penutupan instalasi pengolahan limbah serta pembongkaran saluran lim bah yang berada di sepanjang bantaran sungai," kata Koordinator Konsorsium Lingkungan Hidup Imam Rohani.

Menurut Imam, hukum terhadap pelanggaran pembuangan limbah di sungai sudah jelas tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Namun demikian, tindakan tegas pada para pelanggar jarang diterapkan.

Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air IV Perum Jasa Tirta I (PJT I) Widyo Parwanto mengatakan, di sepanjang anak Kali Surabaya yaitu Kali Tengah terdapat sekitar 19 industri. Sedangkan, di sepanjang Kali Surabaya terdapat 92 industri.

Hingga saat ini langkah yang dilakukan PJT I untuk mengurangi beban limbah hanyalah melakukan pengenceran. Saat kadar limbah berlebih, debit air di hulu sungai yang biasanya hanya 18 meter kubik per detik kami tambah menjadi 40 meter kubik per detik. Karena itu, peringatan keras pada pelaku industri harus dilakukan.

Page 2: Tugas Vera 97-2003

Budaya Menyiram WC Masih Rendah!

GRESIK, KOMPAS.com - Budaya pelajar menyiram water closed setelah buang air besar dan buang air kecil masih rendah sehingga WC sekolah terkesan kumuh dan berbau. Sementara tidak semua WC sekolah tidak dilengkapi sarana air bersih. Hal itu terungkap dalam pelati han kader sanitasi sekolah yang diikuti 24 guru dan pelajar di Gresik.

Sebanyak 24 orang guru dan pelajar dari SMAN 1 Driyorejo, SMA Raden Patah, SMPN 1 Driyorejo dan MTS Raden Patah selama dua hari mulai Selasa (21/7) menjalani pelatihan Kader Sanitasi Sekolah yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecoton dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik serta PT Wings Surya. Dalam pelatihan peserta mendapatkan materi tentang Pengelolaan Limbah padat (Solid Waste), Limbah cair Domestik (Grey Water) dan Pengelolaan Limbah Tinja (Black Water ), Pengenalan perilaku sehat di lingkungan sekolah.

Selain diisi dengan teori sanitasi peserta juga melakukan kegiatan outdoor (outbound Activity) yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas dan kerjasama kelompok (team work). Kegiatan ini berhasil mengidentifikasi masalah sanitasi yang ada di sekolah ma sing-masing peserta diantaranya adalah rendahnya budaya pelajar untuk menyiram water closed (WC) setelah dipakai untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil.

"Akibatnya secara umum WC disekolah menimbulkan kesan kumuh dan berbau. WC sekolah yang sekarang ada kurang terawat karena tidak ada upaya pemeliharaan dan rendahnya kesadaran pelajar untuk menjaga kebersihan WC," ujar Alfiatus Sholiha, pelajar dari SMA Raden Patah Kesamben Wetan Kecamatan Driyorejo

Masalah lain yang terindentifikasi adalah belum tercukupinya sarana air bersih di SMAN 1 Driyorejo sehingga pada musim kemarau seperti sekarang banyak dijumpai WC sekolah tidak dilengkapi sarana air bersih. "Air yang selama ini kami manfaatkan adalah air sumur bor yang bersifat sadah dan keruh, apalagi pada musim kemarau air semakin sulit untuk diperoleh," ujar Mutmainah Spd, guru pembimbing kelompok Go Gress School (GGS) SMAN 1 Driyorejo. Kelompok GGS SMAN 1 Driyorejo saat ini sedang menyusun sebuah teknologi tepat guna untuk memanfaatkan dan mengelolah air yang keruh menjadi air bersih.

Sedangkan masalah penting yang dihadapi oleh SMPN 1 Driyorejo adalah belum terkelolanya sampah di lingkungan sekolah. Hal itu menimbulkan dampak bau dan mengganggu estetika sekolah, apalagi saat ini TPS sampah yang ada berdekatan dengan selokan.

Hary Setijono Wibowo dari PT Wings Surya Driyorejo yang menjadi salah satu narasumber dalam Training Kader Sanitasi Sekolah menyatakan melalui kegiatan yang berbasis pada pemahaman akan kondisi lingkungan sekolah bisa memunculkan gagasan baru. "Dari kegiatan itu diharapkan mampu menumbuhkan pemahaman individu akan situasi yang dialami dalam lingkungannya dan memicu ide-ide tentang solusi," katanya.

Menurut Hary pelatihan kali ini menjadi awal dari kegiatan penyehatan lingkungan sekolah di Wilayah Kecamatan Driyorejo selama tiga bulan. Kegiatan itu mencakup sosialisasi sekolah sehat, pembenahan sarana WC yang sehat dan kampanye hidup Bersih melalui Zero Waste School (sekolah tanpa limbah).

Ketua Panitia Training Kader Sanitasi Sekolah, Winda Putri menyatakan pelatihan ini adalah bagian dari program perbaikan kualitas daerah aliran sungai (DAS) Brantas. "Output dari kegiatan ini adalah terbentuknya sekolah-sekolah ditepi Sungai yang sama sekali tidak mengeluarkan limbah yang mencemari sungai," kata Winda.

 

Page 3: Tugas Vera 97-2003

Pencemaran Lingkungan Memprihatinkan

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X menyatakan pencemaran air dan udara di wilayah pemukiman padat dan perkotaan DIY sudah dalam taraf mencemaskan. Ini ditambah semakin berkurangnya tingkat ketersediaan air bersih akibat penggunannya yang tidak efisien.

Misalnya, terjadi Pencemaran air, khususnya di sungai karena kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sangat rendah. Sungai dianggap tempat pembuangan sampah, limbah rumah tangga dan limbah industri. "Tingkat pencemaran air di K ali Code, Gajahwong dan Winongo yang terjadi di perkotaan dengan populasi penduduk padat masih memprihatinkan," ujar Sultan dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kamis (25/6) di Kepatihan, Yogyakarta.

Di lingkungan padat penduduk perkotaan, banyak sumber air bersih yang tercemar bakteri E Coli akibat pembuatan septictank yang tidak memenuhi aturan. Rusaknya lingkungan, lanjut Sultan, membuat orang miskin menjadi lebih miskin, dan mudah sakit. Kondisi itu diperparah dengan penggunaan air bersih secara tidak efisien sehingga ketersediaan air bersih semakin berkurang.

Sultan meminta agar air limbah kebutuhan domestik bisa didaur ulang guna dimanfaatkan kembali, misalnya untuk mencuci kendaraan. Selain itu, juga menghemat penggunaan air bersih. D i sisi lain, menurut Sultan, pencemaran udara akibat gas buang kendaraan seperti timbak dan karbon monoksida juga mencemaskan karena melebihi ambang batas di beberapa titik pusat kota.

Menurut Sultan perlu dilakukan kerja sama dengan perguran tinggi untuk mengurangi pencemaran akibat emisi gas buang kendaraan. Selain itu, perlu dilakukan penanaman jenis-jenis pohon yang mampu menyerap gas karbon seperti pohon mahoni, angsana, mangga, dan tanjung di lokasi-lokasi dengan pencemaran tinggi.

Page 4: Tugas Vera 97-2003

Kualitas Udara Jakarta Sudah Mengkhawatirkan

JAKARTA, KOMPAS.com — Pencemaran udara di Indonesia, khususnya Jakarta, telah mengkhawatirkan jika dibandingkan dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demikian dikatakan Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Lingkungan Yetti Rusli.

"Pencemaran paling berat terjadi di Jakarta dibandingkan dengan Tokyo, Beijing, Seoul, Taipei, Bangkok, Kuala Lumpur, dan Manila," katanya.

Seminar dan temu wartawan itu bertema "Inisiatif dan respons Indonesia terhadap Fenomena Perubahan Iklim Global" yang diselenggarakan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).

Berdasarkan data yang ada, total estimasi polutan CO yang diestimasikan dari seluruh aktivitas di Kota Jakarta adalah 686,864 ton per tahun atau 48,6 persen dari jumlah emisi lima polutan.

Penyebab dari pencemaran udara di Jakarta sekitar 80 persen berasal dari sektor transportasi dan 20 persen dari industri serta limbah domestik. Sementara, emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan sebesar 20 persen.

"Kawasan hutan yang lebat dengan pepohonan dapat berperan sebagai obat untuk mengurangi emisi karbon (CO2) karena akan menyerap karbon sekitar 50 persen dari biomasa pohon," kata dia.

Page 5: Tugas Vera 97-2003

Polusi Udara Ganggu Perkembangan Janin

JAKARTA, KOMPAS.com — Paparan polusi udara dari kendaraan bermotor bisa mengganggu pertumbuhan janin dan mengakibatkan berat badan lahir rendah. Para ibu hamil dianjurkan menghindari paparan polusi itu.

”Jika ibu hamil menderita penyakit terkait polusi udara, itu memengaruhi suplai makanan pada bayi,” kata dr Rinawati Rohsiswatmo dari Divisi Neonatal Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada pertengahan pekan ini di Jakarta.

Rina menjelaskan, masalah berat badan lahir rendah berdampak buruk pada kesehatan bayi. Salah satunya, bayi berisiko mengalami serangan akut seperti hipertermia dan tidak bisa bernapas normal. Dalam jangka panjang, hal itu bisa menghambat perkembangan otak.

Di Indonesia, 15-17 persen total jumlah bayi lahir dengan berat badan rendah, yaitu 2,5 kilogram atau kurang. ”Penyebab langsung di Indonesia adalah suplai makanan ke bayi kurang karena ibu sakit atau pembuluh darahnya terganggu saat hamil dan ada kelainan pada janin,” ujarnya.

Hasil studi di AS yang dipublikasikan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Komunitas sebagaimana dikutip situs BBC menyebutkan, tingginya paparan polusi dari asap kendaraan bermotor pada ibu pada awal dan akhir kehamilan bisa menyebabkan janin tidak tumbuh baik sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah.

Studi itu melibatkan 336.000 bayi baru lahir sebagai subyek penelitian di New Jersey tahun 1999-2003. Para peneliti dari University of Medicine and Dentistry di New Jersey memakai informasi akta kelahiran dan data rumah sakit. Mereka merekam data para ibu hamil, termasuk etnik, status pernikahan, pendidikan, perokok atau bukan, dan tempat tinggal saat bayi lahir.

Para ilmuwan juga mengambil data Badan Perlindungan Lingkungan AS tentang polusi udara dari titik pemantauan dengan radius 10 km di seluruh penjuru New Jersey. Data itu untuk memantau paparan polusi udara terhadap para ibu pada trimester pertama kehamilan, dari rumah ke tempat kerja.

Hasil studi itu menunjukkan, dibandingkan dengan ibu yang memiliki bayi berbobot tubuh lahir normal, para ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dan sangat rendah ternyata berusia lebih muda, tingkat pendidikan rendah, etnik Afrika-Amerika, perokok, miskin, dan orang tua tunggal.

Ada dua jenis polusi kendaraan bermotor yang berdampak pada pertumbuhan janin, yaitu partikel hitam dan nitrogen dioksida. Dua jenis polusi itu bisa masuk paru-paru dan mengganggu fungsi organ itu. (EVY).

Page 6: Tugas Vera 97-2003

Polusi dan Pemanasan Global Matikan Biota Laut

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti pada Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian Institution Washington Amerika, Nancy Knowlton mengatakan wilayah laut yang luas memang berpotensi sebagai penyerap karbon (carbon sink) yang besar. Akan tetapi hal tersebut dapat mengakibatkan rusaknya kehidupan biota laut. Hal tersebut dijelaskan Nancy dalam diskusi tentang keanekaragaman terumbu karang di Komunitas Utan Kayu, Jakarta, Kamis.

"Laut memang menyimpan potensi penyerapan karbon besar tetapi dampaknya bisa mengakibatkan kadar air laut menjadi asam (asidifikasi) yang bisa menyebabkan kerusakan biota laut," kata Nancy yang datang ke Indonesia sebagai salah satu peneliti dari Amerika Serikat pada Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado.

Kerusakan biota laut seperti karang karena asidifikasi antara lain pemutihan karang (bleaching), osteoporosis terumbu karang dan sedimentasi. Nancy mengatakan kerusakan terumbu karang memang telah berlangsung sejak lama, misalnya sekitar 80 persen terumbu karang di Karibia telah hilang selama 30 tahun sejak 1977.

Dia juga menyebutkan terumbu karang di Indonesia Timur dan Papua Nugini tinggal 68 persen, sedangkan kawasan Indonesia Barat tinggal 29 persen. Kerusakan pada terumbu karang, katanya, bisa merusak simbiosis antara terumbu karang dan alga simbiotik yang terjadi karena suhu air laut meningkat dan kadar mineral tinggi (eutropic).

Ia menjelaskan, kematian massal biota laut juga bisa terjadi apabila suhu air laut meningkat secara mendadak atau meningkat sampai diatas suhu yang bisa ditoleransi oleh biota laut.Nancy mengatakan peningkatan suhu laut juga mengikuti peningkatan kadar karbondioksida yaitu bila suhu meningkat satu derajat maka kadar CO2 mencapai 375 ppm (part per milion), bila meningkat dua derajat maka kadar CO2 bisa menjadi 450-500 ppm, dan bila meningkat tiga derajat maka kadar CO2 meningkat menjadi di atas 500 ppm.

Usaha konservasi terhadap biota laut termasuk terumbu karang, katanya, bisa berhasil dilakukan apabila memang terkait langsung dengan ekonomi masyarakat di daerah tersebut.Misalnya dia mencontohkan di Negara Palau, konservasi terumbu karang bisa berhasil karena masyarakat mengandalkan wisata bahari seperti menyelam pada terumbu karang di daerah tersebut.

Nancy juga menyebutkan bahwa nilai ekonomis terumbu karang di dunia seperti dari makanan, perikanan, keanekaragaman dan wisata bahari secara global mencapai 29,8 miliar dolar AS per tahunnya. Sedangkan di Hawai, nilai ekonomis terumbu karang bisa mencapai mencapai 361 juta dolar AS untuk non ekstraktif dan 3 juta dolar AS untuk perikanan pesisir. "Sedangkan di Indonesia bisa mencapai 1,6 miliar dolar AS per tahunnya," tambah Nancy.

Dengan kata lain, laut harus diperlakukan bukan sebagai penyelamat perubahan iklim. Sebaliknya, perubahan iklim harus dicegah sesegera mungkin agar kehidupan biota laut yang ada di dalamnya tetap terjaga dan dapat terus dimanfaatkan secara berlanjut dari generasi ke generasi. 

Page 7: Tugas Vera 97-2003

Pencemaran Lingkungan Resahkan WargaWONOSARI, KOMPAS.com - Pencemaran lingkungan di wilayah Kabupaten Gunung Kidul telah

membangkitkan keresahan warga. Laporan terkait pencemaran lingkungan terus mengalir ke Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul. Namun, pelaporan pencemaran lingkungan tersebut masih sulit ditindak secara hukum.

Hasil pengukuran pencemaran lingkungan yang secara rutin dilakukan Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan (Kapedal) Gunung Kidul menunjukkan kadar pencemaran masih di bawah ambang batas. "Meski di bawah ambang, tetapi harus sudah mulai diwaspadai karena mulai membahayakan," ujar Kepala Kapedal Gunung Kidul Agus Priyanto, Jumat (29/5).

Dari laporan pengujian udara ambient per Maret 2009, lanjut Kepala Seksi Pengawasan Kapedal Ana Prihatini, kadar karbon monoksida, timbal, dan nitrogen dioksida di udara masih normal, tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat kebisingan di hampir seluruh titik penelitian telah melebihi ambang batas atau di atas 70 desibel.

Pengawasan terhadap pencemaran air juga telah dilakukan dengan mengontrol kualitas air di 14 sungai sebanyak empat kali dalam setahun. Tahun ini, Kapedal Gunung Kidul baru memulai pengukuran kadar pencemaran air di 20 telaga.

Menurut Agus, kondisi telaga di Gunung Kidul sudah sangat mengkhawatirkan. Dari total 282 telaga, hanya tersisa 66 telaga yang mampu menyimpan air hingga musim kemarau. Kerusakan telaga tersebut terutama akibat rusaknya daerah tangkapan air.

Kerusakan telaga semakin diperparah dengan adanya pendangkalan telaga, pencemaran kimiawi, serta pencemaran biologis. Telaga di Gunung Kidul yang merupakan cekungan lembah di perbukitan karst biasa dimanfaatkan warga untuk mandi, mencuci, dan memandikan ternak.

Warga dari Desa Karangtengah, Kecamatan Wonosari, misalnya, mengeluhkan pencemaran udara dari proses pembakaran gamping di tobong-tobong yang bany ak bermunculan. Buruknya kebersihan lingkungan di beberapa peternakan ayam juga telah dikeluhkan warga.

Page 8: Tugas Vera 97-2003

Jakarta Dipenuhi Sampah

JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta masih dipenuhi ceceran sampah yang dibiarkan menumpuk di sungai, saluran air, dan pasar. Tumpukan sampah ini menjadi

sumber pencemaran tanah, air, dan udara.

Sampah - sampah ini juga menyebabkan masalah banjir di Jakarta tidak pernah tuntas teratasi. Akhir pekan kemarin, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna mengakui, setiap hari terdapat sekitar 2.000 meter kubik sampah tidak terangkut.

Menurut Eko, produksi yang terus menerus dan keterbatasan jumlah armada pengangkut membuat sampah sampah itu tidak terangkut dengan baik. Akibat banyaknya jumlah sampah yang tidak terangkut, volume tumpukan sampah di bantaran sungai setiap hari bertambah.

Di seluruh Jakarta, terdapat 13 aliran sungai utama dan tak terhitung jumlah anak anak sungai maupun saluran saluran pembuangan. Kasat mata, di setiap aliran air, selalu saja terlihat sampah, baik yang mengapung hanyut dalam arus atau menumpuk di sepanjang tepiannya.

Page 9: Tugas Vera 97-2003

112 Industri Kecil di Winongo Belum Punya IPAL

YOGYAKARTA, RABU — Sekitar 112 industri skala kecil di sepanjang bantaran Sungai Winongo di Kota Yogyakarta belum memiliki instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) komunal. Ada indikasi mereka membuang sisa hasil produksi ke sungai.

Kepala Subseksi Bidang Pemulihan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Pieter Lawoasal mengatakan, industri tersebut terdiri atas industri tahu, tempe, mie, dan kecap. Kawasan industri kecil lainnya yang belum memiliki IPAL komunal berada di Patuk, yakni industri makanan kecil bakpia. Menurut Pieter, mereka membuang ke saluran limbah yang diperuntukkan bagi limbah rumah tangga.

Karena belum ada IPAL maka timbul bau menyengat dan pencemaran lingkungan, ujar Pieter di sela-sela sosialisasi pembangunan IPAL komunal di Darakan, Kota Gede, Rabu (4/3). Selain warga dan pihak pemerintah, turut hadir pada kegiatan ini LSM Environmental Services Program (ESP) dan LSM Lestari.

Keberadaan IPAL komunal, menurut Pieter, memiliki fungsi penting untuk menjaga kondisi lingkungan, baik itu air maupun tanah dari zat-zat pencemar. Pieter mencontohkan, kandungan bakteri ecoli di daerah yang memiliki IPAL komunal menunjukkan perbaikan. Jika pada pengukuran sampel (sebelum ada IPAL) jumlah bakteri ecoli mencapai 2400 mnp. "Setahun kemudian (setelah ada IPAL) menunjukkan angka ecoli-nya 100 mnp," ujarnya.

BLH sendiri tahun ini akan membangun satu unit IPAL komunal di lingkungan industri kecil tahu dan tempe di wilayah Prenggan senilai Rp 200 juta menggunakan dana alokasi khusus. Tahun lalu, telah dibangun satu unit IPAL serupa di daerah Wirobrajan. Bahkan, gas yang dihasilkan oleh IPAL ini telah dimanfaatkan oleh sekitar 25 industri rumah tangga. Sedangkan tahun 2000 telah dibangun empat unit IPAL komunal di Ngampilan dan dimanfaatkan oleh 20 industri.

Community Base Water and Sanitation ESP Oni Hartono mengatakan, penerapan IPAL komunal untuk limbah industri tahu dan tempe berbeda dengan limbah rumah tangga (MCK). Diperlukan penanganan tersendiri untuk mengelolanya. Selama ini ESP banyak terlibat dalam penanganan IPAL komunal rumah tangga.

Meski di bantaran Winonggo berdiri banyak industri kecil, ternyata kadar pencemar masih di bawah Gajah Wong. Penyebabnya, kondisi daerah aliran Gajah Wong tidak sepanjang Winongo. Ada informasi dari peternak ikan bahwa kolam yang memperoleh air dari Gajah Wong harganya cenderung lebih rendah. Rasanya juga tidak terlalu enak, meski semua ini masih perlu dibuktikan, ujar Agus Hartono, Direktur LSM Lestari.

Page 10: Tugas Vera 97-2003

Limbah Wings Cemari 18 Ha Sawah

SURABAYA, SENIN - Berdasarkan uji laboratorium, limbah industri PT Wings Surya dinyatakan melampaui baku mutu buangan limbah cair. Limbah cair yang mengalir ke Kali Tengah tersebut merusak sekitar 18 hektar tanaman padi milik warga Desa Driyorejo, Kecamatan Driyorejo, Gresik.

Pantauan tingkat pencemaran limbah milik produsen detergen PT Wings Surya dilakukan oleh Divisi Pengaduan Pencemaran Lingkungan Ecoton yang mengambil sampel air pada tanggal 16 September 2008, 16 Oktober 2008, dan 23 Oktober 2008.

"Kami mengambil empat sampel buangan air PT Wings Surya di beberapa tempat terpisah. Setelah diteliti, air tersebut mengandung limbah yang melanggar baku mutu buangan limbah cair berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur 45/2000," kata Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton Prigi Arisandi, Senin (27/10) di Surabaya.

Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan di Perum Jasa Tirta I Mojokerto, kandungan limba h terbesar terjadi pada Orhto Phospat (P2O4) dan Detergen. P2O4 yang yang terlarut mencapai 1.671,158 miligram per liter hingga 2.472,253 miligram per liter dari standar normal 30 miligram per liter. Sedangkan kandungan Detergen mencapai 216, 900 miligram per liter hingga 427,500 miligram per liter dari standar normal 30 miligram per liter.

"Limbah cair buangan PT Wings Surya mengalir ke Kali Tengah. Padahal, air tersebut digunakan warga untuk mengairi sawah mereka. Tanaman padi yang terkena aliran air bercampur limbah langsung menguning dan kering. Petani akhirnya mengamali gagal panen," ucapnya.

Menurut Prigi, air irigasi Kali Tengah yang telah bercampur dengan limbah PT Wings Surya menyebabkan areal sawah mengalami penurunan tigkat keasaman (pH) dan u kuran zat terlarut (TDS/total dissolve solid). Kandungan pH di lahan persawahan pada 16 Oktober 2008 mencapai 9 sedangkan kandungan TDS mencapai 10.000 ppm (part per million).

Program Manajer Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton Daru Setyorini mengatakan, selain mematikan tanaman, pencemaran limbah di seputar aliran sungai Kali Tengah akan membahayakan kesehatan masyarakat. Pasalnya, Kali Tengah merupakan anak sungai Kali Surabaya yang menjadi sumber konsumsi masyarakat Surabaya dan sekitarnya.

"Air yang terkontaminasi limbah mengandung residu racun yang terus menumpuk karena kandungan detergen tidak dapat diuraikan bakteri. Padahal, zat-zat dalam limbah tersebut memiliki sifat karsinogen yang dapat mengakibatkan penyakit kanker," ujarnya. Kekhawatiran ini beralasan karena aliran Kali Tengah mengalami pertemuan dengan Kali Surabaya di Desa Bambe, Driyorejo, Gresik. Letak pertemuan kedua sungai ini hanya dua kilometer dari PDAM Karang Pilang, Surabaya.

Menyikapi ancaman limbah PT Wings Surya, Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton telah melaporkan pelanggaran baku mutu limbah cair PT Wings Surya ke Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya. Melalui Surat Laporan LP/K/1538/X/2008/SPK tersebut, pihak kepolisian diharapkan segera melakukan penyidikan dan upaya penegakan hukum.

"Sejak tahun 1999 hingga 2004, pabrik ini telah masuk dalam industri yang dipantau pemerintah tapi setelah itu tidak ada kelanjutan pemantauan. Karena itu kami menyerahkan sertifikat hasil analisa laboratorium sebagai bukti konkrit," kata Prigi.

Sementara itu Kepala Humas PT Wings Surya Yahya mengungkapkan, pihaknya belum bisa memberikan tanggapan lebih lanjut tentang laporan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton. Dalam waktu dekat PT Wings Surya akan memberikan keterangan tentang masalah ini.

Page 11: Tugas Vera 97-2003

Teluk Lampung Tercemar Berat

Bandar Lampung, Kompas - Pembudidaya ikan kerapu dan kerang mutiara mengeluhkan pencemaran berat akibat limbah tambak udang, limbah rumah tangga, dan industri di perairan Teluk lampung. Mereka mendesak pemerintah daerah untuk mengelola pesisir dan mengatur tambak udang karena pencemaran mematikan kerapu atau kerang hingga mencapai 50-60 persen.

Presiden Direktur PT Hikari Lampung Permai Gunawan Yunarko, Jumat (22/8) di kompleks pembudidayaan kerang mutiara di Tanjung Putus, Pesawaran, pada acara penandatanganan kesepakatan kerja sama antara Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lampung dengan perusahaan produsen mutiara mengatakan, kondisi perairan Teluk Lampung saat ini sudah tidak sehat lagi untuk dimanfaatkan sebagai area pembudidayaan kerang mutiara. Limbah cair dari tambak-tambak udang yang terdapat di sekitar wilayah Padang Cermin hingga Punduh Pidada sangat kental dan mengandung sisa-sisa makanan udang ataupun obat-obatan.

Limbah cair itu kebanyakan dibuang begitu saja ke perairan Teluk Lampung tanpa melalui proses pengolahan limbah. Akibatnya, air laut yang masih bagus tercampur dengan limbah.

Langsung ke lautKepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pesawaran Afrudin pada acara itu

membenarkan, pencemaran berat itu semakin berat dengan banyaknya limbah rumah tangga ataupun industri di sekitar Bandar Lampung yang langsung membuang begitu saja limbahnya ke perairan Teluk Lampung.

Khusus untuk pencemaran tambak, ungkap Afrudin, ia membenarkan bahwa di wilayah Pesawaran sekarang ini semakin banyak tambak udang yang dibuka dan tidak memiliki unit pengolahan limbah. Terhitung dari perbatasan Bandar Lampung-Pesawaran mulai dari Kecamatan Padang Cermin hingga Kecamatan Punduh Pidada sebanyak 40-an pengusaha membuka usaha tambak di pesisir Pesawaran.

Terhitung lebih dari 300 hektar pesisir Pesawaran habis dan berubah menjadi tambak udang intensif dengan kepemilikan lahan antara 5 hingga 30 hektar.

”Para pengusaha tersebut bahkan membabat habis hutan bakau yang seharusnya menjadi penyaring perairan dengan tambak serta bisa menjadi area tumbuhnya ikan-ikan kecil atau kerang,” ujar Afrudin.

Menurut Afrudin, pencemaran terjadi saat petambak mulai memanen udang. Begitu udang terangkat, limbah cair dari kolam langsung dibuang ke laut tanpa melalui proses pengolahan.

Page 12: Tugas Vera 97-2003

Pencemaran Sungai di Indonesia Meningkat 30 PersenJAKARTA, KOMPAS.com - Hasil

pemantauan yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup terhadap indeks kualitas air sungai, menunjukkan kecenderungan peningkatan pencemaran hingga 30 persen.

"Dari 52 sungai yang dipantau, hampir 30 persen kecenderungan meningkat pencemaran sungai dari cemar sedang menjadi cemar berat," kata Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas, Henry Bastaman, di Jakarta, Kamis (5/4/2012) ini.

Lebih lanjut Henry menjelaskan, pencemaran air sungai tersebut paling tinggi diindikasikan dari semakin meningkatnya limbah domestik, walaupun di beberapa sungai disebabkan oleh kegiatan tambang.

Menurut dia, intensitas meningkatnya pencemaran akibat kegiatan tambang meningkat, terutama di daerah timur seperti Maluku dan Papua.

Papua yang pada 2009 menduduki peringkat pertama untuk indeks kualitas lingkungan hidup turun peringkat dua, salah satunya disebabkan karena meningkatnya pencemaran air sungai.

Sungai yang tercemar di Papua yaitu Sungai Mamberamo dan Danau Sentani, jelas Henry, seraya menambahkan, selama ini pemerintah berkonsentrasi memperbaiki indeks kualitas air sungai-sungai yang berada di Pulau Jawa. Namun kenyataanya di wilayah timur ada kecenderungan pencemaran meningkat.

Kecenderungan meningkatnya pencemaran air sungai tersebut, dapat diartikan semakin banyaknya kegiatan yang membebani media air sungai, dan semakin padatnya jumlah penduduk, sehingga mendesak untuk membuka pemukiman baru hingga ke daerah aliran sungai.

"Saya kira kondisi seperti ini harus menjadi peringatan bahwa upaya yang sudah kita lakukan cukup gencar, tapi masih terjadi pencemaran yang cukup berat," tambah dia.

Upaya yang dilakukan, salah satunya Kementerian Lingkungan Hidup menyampaikan ke daerah, agar pengukuran indeks kualitas air ditingkatkan dan menjadi landasan kebijakan di masing-masing daerah.

Page 13: Tugas Vera 97-2003

Setiap Hari 330 Ton Limbah Masuk ke Hilir Sungai Brantas

SURABAYA, KOMPAS.com - Pencemaran Kali Brantas di Jawa Timur mengalami tingkat parah di bagian hilir. Setiap hari, diperkirakan masuk sekitar 330 ton limbah cair. Dari limbah tersebut, 63 persen di antaranya berasal dari limbah domestik dan 37 persen lainnya limbah industri.

Rusaknya kualitas air di Sungai Brantas sangat ironis karena 16 kabupaten/kota di wilayah daerah aliran Sungai Brantas setiap hari mengkonsumsi 20 kubik per detik air yang terkontaminasi limbah.

"Rusaknya kualitas air di Sungai Brantas sangat ironis karena 16 kabupaten/kota di wilayah daerah aliran Sungai Brantas setiap hari mengkonsumsi 20 kubik per detik air yang terkontaminasi limbah. Ini harus menjadi keprihatinan bersama yang harus segera ditindaklanjuti," ujar Prigi Arisandi, aktivis lingkungan hidup di Surabaya, Senin (22/3/2010).

Saat ini, Pemprov Jatim tengah merancang Peraturan Gubernur tentang penetapan kelas air. Dari rancangan awal, Pemprov Jatim rencananya menetapkan sungai-sungai di Jatim dalam kelas dua, tiga, dan empat.

Artinya, peruntukan sungai-sungai di Jatim hanya untuk budidaya, wisata, serta sekedar irigasi buangan. Dengan penetapan kelas sungai-sungai di Jatim menjadi sungai kelas dua, tiga, dan empat, maka tak ada satupun sungai di Jatim yang layak dikonsumsi atau masuk dalam kategaori kelas satu.

"Rencana penetapan kelas ini menunjukkan tak adanya upaya dari Pemprov Jatim untuk memperbaiki kualitas air sungai di Jatim menjadi lebih baik," kata Prigi.

Ia mengusulkan, seluruh pemimpin daerah di 16 kabupaten/kota yang berada di sekitar aliran Kali Brantas untuk bersama-sama membagi tugas dan membahas rencana sinergis penyelamatan Kali Brantas.

Tanpa adanya gerakan bersama, peningkatan kualitas air Kali Brantas tak akan terwujud. Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Jatim Agus Maimun menyatakan, keberpihakan Pemprov Jatim dalam upaya penyelamatan kualitas air kurang.

Saat ini, Pemprov Jatim justru fokus pada eksplorasi mata air Umbulan di Pasuruan, sementara kualitas air Kali Brantas dan sebagainya belum terperhatikan.

Sejauh ini, Pemprov Jatim baru melakukan upaya penghijauan di daerah lahan kritis dengan sistem aero seeding atau penaburan benih lewat udara.

Namun demikian, penerapan aturan tegas pada industri-industri atau rumah tangga yang membuang limbah di sepanjang aliran sungai belum terlaksana. Sejumlah pelaku pencemaran yang terjerat hukum pun akhirnya lepas tanpa sanksi yang berarti.

Page 14: Tugas Vera 97-2003

Pencemaran Kali Barantas, Pemerintah Tidak Tegas

MALANG, MINGGU-  Selama tiga tahun terakhir ini ada delapan perusahaan di hulu Waduk Sutami yang membuang limbah industri di atas standar baku mutu limbah cair. Namun belum ada tindakan tegas dari pemerintah atas kondisi itu.

Demikian dituturkan Direktur Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON), Prigi Arisandi, Minggu (11/5) saat dihubungi dari Malang, Jawa Timur. Hal itu, menurut Prigi, merupakan contoh nyata ketidaktegasan pemerintah menindak pelaku pencemaran lingkungan.

Respon pemerintah terhadap persoalan pencemaran Sungai Brantas yang berujung pada kematian ikan di Waduk Sutami sangat lambat. "Jika tahun 1980-an dahulu gubernur Jatim Sunandar Priyo Sudarmo bisa menutup empat pabrik yang mencemari Kali Surabaya, dan Gubernur Sularso bisa menutup Kali Sadar Sidoarjo yang mencemari Sungai Brantas, kenapa sekarang tidak ada keberanian seperti ini?" tutur Prigi.

Berdasar data yang diperoleh ECOTON dari provinsi, rata-rata per tahun ada perusahaan yang membuang limbah melebihi baku mutu ke Sungai Brantas. Data 2004-2006 terdapat empat industri tapioka, dua industri gula, dan dua industri kertas (di hulu Waduk Sutami) yang membuang limbah dengan kandungan bahan kimia tinggi (BOD) melebihi 1000mg/L bahkan hingga mencapai 10.551 mg/L. Padahal standarnya nilai BOD limbah industri berkisar 50-100 mg/L.

Page 15: Tugas Vera 97-2003

Limbah Medis Tak TerpantauJAKARTA, KOMPAS - Pertambahan jumlah rumah sakit, klinik kesehatan, laboratorium medis,

dan puskesmas menambah jumlah limbah medis. Namun, penanganan limbah medis—berupa peralatan medis, sisa jaringan tubuh atau cairan pasien, dan cairan kimia—tidak terpantau. Sebagian limbah itu dibuang tanpa pengolahan.

Asisten Deputi Urusan Pengelolaan Bahan Beracun Berbahaya (B3) dan Limbah B3 Manufaktur-Agroindustri Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Emma Rachmawaty menyatakan, kebanyakan rumah sakit, klinik, atau laboratorium belum memisahkan limbah medis yang dihasilkan. Proses pengolahan limbah medis tidak terpantau sehingga sulit memastikan volume limbah medis yang dibuang tanpa pengolahan.

”Sebagian limbah medis rumah sakit, klinik, atau laboratorium dibuang tanpa pengolahan. Ada yang tercampur sampah domestik dan terbuang ke tempat pembuangan akhir atau TPA. Ada limbah rumah sakit yang dibuang ke sungai. Ada pula limbah medis yang diperjualbelikan tanpa izin. Padahal, limbah medis termasuk B3,” kata Emma dalam seminar limbah medis di Jakarta, Rabu (4/8).

Profil Kesehatan Indonesia 2008 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan menyatakan, jumlah rumah sakit di Indonesia pada 2008 mencapai 1.372 unit. Sementara jumlah puskesmas telah mencapai 8.548 unit. Tidak diperoleh jumlah klinik dan laboratorium.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Harnowati menyatakan, sulit memantau jumlah klinik dan laboratorium swasta di DIY. ”Jumlahnya telah berlipat-lipat dibandingkan 10 tahun lalu. Aktivitas mereka tentu saja menghasilkan limbah medis dan itu belum terpantau,” kata Harnowati.

Kepala Bidang Industri Logam, Elektronika, dan Mesin KLH Anton Sardjanto menyatakan, sepanjang Januari hingga Juli 2010, pihaknya memantau 16 rumah sakit kelas A di empat provinsi. ”Semua rumah sakit itu memiliki instalasi pengolahan air limbah. Namun, kandungan amonium, fosfat, dan chemical oxygen demand dalam air limbah sebagian rumah sakit melebihi baku mutu,” kata Anton.

Direktur Bali Fokus Yuyun Ismawati menyatakan, 49 persen dari rumah sakit di Indonesia memiliki insinerator, tetapi sebagian besar insinerator itu suhu pembakaran maksimalnya kurang dari 800 derajat celsius.

”Padahal, pemusnahan limbah medis dengan suhu kurang dari 800 derajat celsius berisiko mencemari udara dengan dioksin. Jika pemusnahan juga membakar limbah medis yang mengandung PVC, pemusnahan dengan insinerator akan mencemari udara dengan dioksin,” kata Yuyun.

Page 16: Tugas Vera 97-2003

Sejumlah Industri Buang Limbah Langsung ke Sungai

SURABAYA, MINGGU - Dalam patroli air kelima Jumat (30/1) hingga Sabtu (31/1) lalu, petugas menemukan sejumlah industri yang membuang limbah secara langsung ke Kali Surabaya. Instalasi pengolahan limbah yang tersedia bahkan tak dimanfaatkan.

Patroli air kelima yang berlangsung Jumat pukul 21.00 hingga Sabtu pukul 04.00 dini hari berhasil melakukan pemberkasan di tiga tempat, yaitu pabrik tahu di Jambangan, Surabaya, Pabrik Kertas Surabaya Mekabox di Driyorejo Gresik, dan rumah pemotongan hewan (RPH) Kedurus, Surabaya.

Dari ketiga tempat tersebut, dua industri yaitu pabrik tahu Jambangan dan RPH Kedurus terindikasi membuang limbah secara langsung. Di industri tahu Jambangan, tim patroli air sama sekali tak menemukan instalasi pengolahan limbah (ipal). Limbah hasil pengolahan tahu langsung dialirkan ke Kali Surabaya.

Sementara itu, meski memiliki sarana ipal modern, RPH Kedurus yang memotong sekitar 50 ekor hingga 75 ekor sapi per hari juga membuang langsung limbahnya ke Kali Surabaya. Limbah bekas pemotongan hewan mengalir melalui parit sepanjang sekitar 30 meter, limbah tersebut berwarna merah tua dan mengeluarkan bau busuk menyengat.

Sumarsono, salah satu staf pemotongan hewan awalnya mengatakan kepada petugas bahwa ipal beroperasi secara otomatis. Namun, saat dicek mesin ipal ternyata tak dihidupkan.

Sebelumnya, tim patroli air yang terdiri dari Perum Jasa Tirta I, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, Polwiltabes Surabaya, Disperindag Provinsi Jawa Timur, dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat melakukan peninjauan di pabrik kertas karton PT Surabaya Mekabox.

Di tempat ini, petugas mengambil sampel limbah di lokasi ipal yang sedang beroperasi. Di lihat dari fasilitas ipal ya ng tersedia, ipal milik PT Surabaya Mekabox relatif bekerja dengan baik.

Koordinator Konsorsium Lingkungan Hidup Imam Rochani mengungkapkan, salah satu pabrik keramik yaitu PT Platinum yang sebelumnya pernah mendapat peringatan kembali membuang limbah yang berwarna kuning pekat. Kondisi limbah di saluran pembuangan tampaknya tak berubah. "Jika demikian terus, harus diberikan peringatan keras," ujarnya.

Menurut Imam, baik industri swasta maupun pemerintah harus ditindak tegas jika terbukti membuang limbah. "Masih banyak industri yang tak memanfaatkan ipal. Badan pengawas di kabupaten dan kota harus mengawasi lebih ketat," tutur Imam.

Mentalitas Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya Togar Silaban mengatakan,

kemampuan BLH melakukan pengawasan terhadap industri di sepanjang Kali Surabaya terbatas. Fungsi penegakan hukum seperti patroli air harus dilakukan agar pengawasan lebih efektif.

"Namun ini semua tergantung dari mentalitas para pelaku industri," ucapnya.Menurut Togar, semua langkah baik pengawasan rutin, patroli air, serta kampanye harus ditempuh.

Melalui semua langkah tersebut diharapkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga kualitas air Kali Surabaya muncul.

Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air IV Perum Jasa Tirta I Widy o Parwanto mengungkapkan, patroli air akan terus dilakukan. Jika memang terbukti melanggar, maka proses hukum harus dijalankan.