bab i -iv bgm 97-2003

68
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan merupakan tujuan utama pembangunan nasional. Salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia adalah gizi. (Depkes RI, 2002) Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. (Kementerian Kesehatan RI, 2012) Status gizi merupakan salah satu determinan utama status kesehatan penduduk. Salah satu indikator status gizi penduduk yang rendah adalah tingginya prevalensi gizi kurang 1

Upload: corry-nazara

Post on 25-Jul-2015

719 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I -IV BGM 97-2003

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara

berkelanjutan merupakan tujuan utama pembangunan nasional. Salah satu faktor penentu

utama kualitas sumber daya manusia adalah gizi. (Depkes RI, 2002) Upaya perbaikan

gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan

masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku

sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan

kemajuan ilmu dan teknologi. (Kementerian Kesehatan RI, 2012)

Status gizi merupakan salah satu determinan utama status kesehatan penduduk.

Salah satu indikator status gizi penduduk yang rendah adalah tingginya prevalensi gizi

kurang dan gizi buruk pada anak bawah lima tahun (balita) yang didasarkan pada berat

badan menurut umur (BB/U).

Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau berdasarkan hasil

pencatatan dan pelaporan (RR) program. Dari laporan yang ada dapat dijelaskan keadaan

gizi masyarakat Jawa Tengah yang tercermin dalam hasil penimbangan balita adalah

sebagai berikut yaitu dari data 2008 di mana jumlah balita yang di timbang sebesar

76,47%, yang naik berat badannya (N) sebesar 74,95% dan masih ditemukan balita yang

berada di Bawah Garis Merah (BGM) sebesar 2,99%. Pada tahun 2008, jumlah balita di

Semarang yang di timbang di posyandu dari seluruh balita yang ada (117.119 anak) yaitu

1

Page 2: Bab I -IV BGM 97-2003

sejumlah 93.272 anak (79,64%) dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya

sebanyak 74.775 anak (80,17%), Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 897 anak

(0,97%), tercatat kasus gizi kurang sebanyak 245 anak (13, 82%), dan kasus gizi buruk

sebanyak 30 anak (1,69%). (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2009).

Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals

(MDGs) yang harus dicapai disuatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu

terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6 persen atau kekurangan

gizi pada anak balita menjadi 15,5 persen (Bappenas, 2010). Pencapaian target MDGs

belum maksimal dan belum merata di setiap provinsi. Berdasarkan data riset kesehatan

dasar (Riskesdas) 2010, secara nasional prevalensi balita gizi buruk sebesar 4,9 persen

dan kekurangan gizi 17,9 persen.

Krisis yang melanda perekonomian Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah

berpengaruh negatif terhadap kondisi perekonomian secara menyeluruh dan khususnya

terhadap kesejahteraan penduduk. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak

mampu mengakses pangan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap keadaan gizi

terutama anak balita serta ibu hamil dan ibu menyusui. Di negara berkembang, kesakitan

dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi. Dengan demikian

status gizi balita perlu dipertahankan dalam status gizi baik, dengan cara memberikan

makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan. (Supariasa, 2001)

Status gizi kurang sampai gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang

sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada

akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi

kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia.

2

Page 3: Bab I -IV BGM 97-2003

Balita BGM memang bukan menunjukkan keadaan gizi buruk, tetapi sebagai

peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut, karena apabila balita BGM tidak segera

ditangani, maka ditakutkan akan jatuh ke dalam keadaan gizi buruk. Bila hal tersebut

tidak segera ditindak lanjut, maka akan semakin memperburuk kesehatan balita tersebut

sehingga bisa menimbulkan kematian balita. Secara rata-rata di provinsi Jawa Tengah,

cakupan Balita BGM berfluktuasi dari tahun 2004 sebesar 1,95 % menjadi 1,68 % pada

tahun 2005 dan 1,97 % di tahun 2006, tahun 2007 turun menjadi 1,52%, dan tahun 2008

naik menjadi 2,99%. (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2009).

Di Indonesia sendiri, angka kematian balita masih cukup tinggi. Salah satu

penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan

buruk. Kondisi gizi anak-anak Indonesia rata-rata lebih buruk dibanding gizi anak-anak

dunia dan bahkan juga dari anak-anak Afrika (Anonim, 2006). Badan kesehatan dunia

WHO memperkirakan bahwa 54 persen kematian bayi dan anak dilatarbelakangi keadaan

gizi yang buruk sedangkan masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen

kematian anak (WHO, 2011).

Angka Kematian Balita di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 11,60%

per 1000 kelahiran hidup, cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2008

yaitu 10,12 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita tertinggi adalah di kota

Semarang sebesar 23,50% per 1000 kelahiran hidup, dengan cakupan yang diharapkan

dalam MDG’s (Millenium Development Goals) ke–4 tahun 2015 yaitu 23 per 1000

kelahiran hidup. (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2009).

Di Puskesmas Borobudur masalah balita BGM juga merupakan salah satu

program gizi yang harus ditangani oleh petugas kesehatan. Berdasarkan hasil SPM bulan

3

Page 4: Bab I -IV BGM 97-2003

Januari - Mei tahun 2012 didapatkan hasil cakupan balita BGM sebesar 2,29%, dengan

pencapaian sebesar 65,45%, hal ini menjadi suatu masalah karena target yang ditetapkan

adalah < 1,5%. Kemudian dari 20 desa yang ada di wilayah Puskesmas Borobudur, salah

satu pencapaian yang rendah ditemukan di desa Giritengah yaitu dari 228 balita yang

ditimbang, terdapat 7 balita yang berada di Bawah Garis Merah. Dari hasil data SPM

didapatkan hasil cakupan balita Bawah Garis Merah di desa Giritengah pada bulan

Januari – Mei 2012 sebesar 3,07% dan pencapaiannya sebesar 48,85%. Karena target

SPM yang diharapkan adalah < 1,5 %, maka hal ini menjadi suatu masalah.

Dari 7 balita BGM yang berasal dari 6 dusun yang ada di Giritengah, yaitu Mijil,

Gedang Sambu, Kalitengah, Onggosoro, Ngaglik dan Kamal, di dusun Gedangsambu

paling banyak terdapat balita BGM yaitu sebanyak 3 balita. Berdasarkan data tersebut di

atas, maka penulis ingin mengevaluasi mengapa angka balita BGM masih tinggi di Desa

Giritengah, khususnya di dusun Gedang Sambu.

B. PERUMUSAN MASALAH

Setelah menganalisa penatalaksanaan program Gizi dengan indikator status gizi

balita usia 0 – 5 tahun Bawah Garis Merah yang ditangani selama periode bulan Januari -

Mei 2012, kenapa pada cakupan balita Bawah Garis Merah masih tinggi, apa yang

menjadi faktor penyebabnya dan bagaimana pemecahan masalah tersebut.

4

Page 5: Bab I -IV BGM 97-2003

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui mengapa pencapaian balita

Bawah Garis Merah (BGM) rendah.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya penyebab banyaknya balita BGM di dusun Gedang Sambu,

desa Giritengah.

2. Diketahuinya pemecahan masalah balita BGM di Dusun Gedangsambu,

Desa Giritengah.

3. Diketahuinya prioritas pemecahan masalah balita BGM di Dusun

Gedangsambu, Desa Giritengah.

D. MANFAAT

1. Bagi Penulis

Untuk meningkatkan pengetahuan penulis tentang pendataan dan

penatalaksanaan balita BGM di Puskesmas Borobudur di Dusun Gedang

Sambu, Desa Giritengah, Kabupaten Magelang.

2. Bagi Puskesmas

i. Laporan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

pada saat melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu guna

meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan pengubahan perilaku

untuk lebih memperhatikan asupan gizi anak balita mereka, dan

khususnya bagi ibu yang memiliki balita BGM.

5

Page 6: Bab I -IV BGM 97-2003

ii. Sebagai masukan bagi Puskesmas untuk dapat meningkatkan

upaya penanganan balita BGM.

iii. Dapat memberikan masukan bagi petugas gizi dalam rangka

merencanakan gizi di masa mendatang.

3. Bagi Masyarakat

Dari hasil laporan ini diharapkan pengetahuan masyarakat dapat

bertambah terutama bagi ibu- ibu bahwa balita BGM merupakan suatu

kondisi yang harus diperhatikan sehingga tidak sampai jatuh ke arah gizi

buruk.

E. DEFINISI OPERASIONAL

BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita yang ditimbang berat badannya berada

pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.

F. BATASAN JUDUL

% BGM (cakupan BGM) =

Jumlah balita BGM

Jumlah seluruh balita yang ditimbang

Di Desa Giritengah pada bulan Januari – Mei 2012 didapatkan jumlah balita

BGM sebanyak 7 balita dan jumlah balita yang datang dan ditimbang sebanyak 228

balita, sehingga di Desa Giritengah didapatkan cakupan Balita BGM sebesar 3,07%. Hal

ini melebihi dari target yang ditetapkan yaitu < 1,5 %. Di dusun Gedangsambu sendiri

6

x 100%

Page 7: Bab I -IV BGM 97-2003

didapatkan jumlah balita BGM sebanyak 3 balita dan jumlah balita yang datang dan

ditimbang sebanyak 49 balita, sehingga di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah

didapatkan cakupan balita BGM sebesar 6,12%. Hal ini melebihi dari target yang hanya <

1,5%. Oleh karena itu penulis memilih judul tentang ”Rencana Peningkatan Program Gizi

Balita Bawah Garis Merah (BGM) Di Dusun Gedangsambu Desa Giritengah Wilayah

Puskesmas Borobudur Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Evaluasi Manajemen

Puskesmas Borobudur Periode Januari – Mei 2012”

G. METODOLOGI PENELITIAN

Survei dilakukan di Dusun Gedang Sambu, Desa Giritengah, Kecamatan

Borobudur, Kabupaten Magelang pada tanggal 21 Juni 2012 responden diambil secara

acak dan terkumpul perwakilan 30 orang sebagai responden, dimana 3 diantaranya

merupakan ibu dari balita BGM dan 1 ibu dari balita BGT di dusun Gedang Sambu. Jenis

data yang diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara wawancara terpimpin,

sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan yang terdapat pada Bidan desa, kader,

koordinator program gizi Puskesmas Borobudur, Kepala Dusun Gedang Sambu, dan dari

Kepala Desa Giritengah.

a. Data Primer, diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun

sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Kemudian pertanyaan

tersebut ditanyakan kepada ibu yang memilki balita BGM di Dusun Gedang

Sambu, Desa Giritengah yang sekaligus menjadi wilayah kerja Puskesmas

Borobudur.

7

Page 8: Bab I -IV BGM 97-2003

b. Data sekunder, berupa pengumpulan data-data dari Bidan desa, kader, koordinator

program gizi Puskesmas Borobudur, Kepala Dusun Gedang Sambu, dan dari

Kepala Desa Giritengah.

c. Data yang terkumpul diolah untuk selanjutnya dilakukan analisis masalah secara

deskriptif dengan metode pendekatan sistem, dengan melihat ketiga fungsi

manajemen baik P1, P2, P3 (P1/perencanaan, P2/pelaksanaan dan pengendalian,

P3/pengawasan dan pertanggungjawaban). Untuk selanjutnya dicari kemungkinan

penyebabnya dengan mempergunakan diagram fish bone. Kemudian penyebab

masalah dikonfirmasi kepada koordinator program untuk mencari penyebab

masalah yang paling mungkin. Dengan demikian dapat ditentukan alternatif

pemecahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah

dengan kriteria matriks dengan rumus (m x I x v) / C. Setelah di dapatkan

pemecahan masalah lalu dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah

yang terpilih.

8

Page 9: Bab I -IV BGM 97-2003

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita Bawah Garis Merah

Menurut Departemen Kesehatan (2005) Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah

balita yang saat ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah

garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Berat badan yang berada di Bawah

Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang

menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk,

karena ada anak yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu

dibawah garis merah pada KMS. Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) bukan

menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan

tindak lanjut. Hal ini tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya sudah

berada dibawah garis merah.

B. Status Gizi

Menurut Beck, status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi

merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan

riwayat diet.

Menurut Supariasa dkk (2002), status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Sedangkan menurut Almatsier (2001)

status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat gizi.

9

Page 10: Bab I -IV BGM 97-2003

C. Kartu Menuju Sehat (KMS)

Berdasarkan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (2009),

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan

normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS

gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga

dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya

lebih berat.

KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama

kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian

kegiatan yang terdiri dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui

penimbangan berat badan setiap bulan, pengisisan KMS, menentukan status pertumbuhan

berdasarkan hasil penimbangan berat badan dan menindaklanjuti setiap kasus gangguan

pertumbuhan.

Manfaat KMS-Balita adalah :

Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara

lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi,

penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak

pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan

anak dan rujukan ke Puskesmas/Rumah Sakit.

Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan

penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

10

Page 11: Bab I -IV BGM 97-2003

Gambar 1. Contoh Kartu Menuju Sehat (2009) untuk Perempuan

Gambar 2. Contoh Kartu Menuju Sehat (2009) untuk Laki-Laki

11

Page 12: Bab I -IV BGM 97-2003

D. Cara Memantau Pertumbuhan Balita

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil

penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil

penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah

garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik

pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik,

mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya.

1. Balita naik berat badannya bila :

Balita naik (N) bila:

a. Grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau,

12

Page 13: Bab I -IV BGM 97-2003

b. Kenaikan berat badan sama dengan KBM (Kenaikan berat badan

minimal) atau lebih.

Tabel 1. KBM untuk laki-laki

Tabel 2. KBM untuk Perempuan

Usia 1 bulan 800 gram

Usia 2 bulan 900 gram

Usia 3 bulan 800 gram

Usia 4 bulan 600 gram

Usia 5 bulan 500 gram

Usia 6 dan 7 bulan 400 gram

Usia 8-11 bulan 300 gram

Usia 12-60 bulan 200 gram

13

Page 14: Bab I -IV BGM 97-2003

Gambar 3. Indikator KMS bila balita naik berat badannya

2. Balita tidak naik berat badannya (T) bila :

a. Garis pertumbuhannya mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan

dibawahnya, atau,

b. Kenaikan berat badan kurang dari KBM (Kenaikan Berat Badan Minimal).

Usia 1 bulan 800 gram

Usia 2 bulan 900 gram

Usia 3 bulan 800 gram

Usia 4 bulan 600 gram

Usia 5 bulan 500 gram

Usia 6 bulan 400 gram

Usia 7-10 bulan 300 gram

Usia 11-60 bulan 200 gram

14

Page 15: Bab I -IV BGM 97-2003

Gambar 4. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya

3. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami

gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, dimana berat badan balita

dibawah garis merah KMS sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/

Rumah Sakit. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada

KMS merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi

bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang

telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah

pada KMS.

Gambar 5. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah

4. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik, artinya balita mengalami

gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah

Sakit.

15

Page 16: Bab I -IV BGM 97-2003

Gambar 6. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil

5. Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

Gambar 7. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan

6. Balita sehat, bila: Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna

atau pindah ke pita warna diatasnya.

Gambar 8. Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat

Berat badan yang tercantum pada KMS hanya menggambarkan pola pertumbuhan

berat badan balita bukan Berat Badan per Umur. Berat Badan di Bawah Garis Merah

(BGM) bukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk

konfirmasi dan tindak lanjutnya, tetapi perlu diingat tidak berlaku pada anak dengan berat

badan awalnya memang sudah dibawah garis merah. Naik-turunya berat badan balita

selalu mengikuti pita warna pada KMS. Kartu Menujuh Sehat (KMS) itu hanya

16

Page 17: Bab I -IV BGM 97-2003

difungsikan untuk pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita serta promosinya,

bukan untuk penilaian status gizi. Hasil penimbangan balita di Posyandu hanya dapat

dimanfaatkan atau digunakan untuk:

1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan individu balita dengan melihat berat

badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau BGM

2. Perkiraan perkembangan dan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan

melihat persentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan

keseluruhan balita yang ditimbang (% N/D), termasuk juga persentase balita yang

BGM di banding dengan keseluruhan balita yang ditimbang (%BGM/D).

3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat.

4. Pembinaan kegiatan Posyandu dengan menilai cakupan program dan partisipasi

masyarakat dalam kegiatan posyandu.

E. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

1. Pendapatan Keluarga

Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji, upah, serta

pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan

dalam kurun waktu tertentu. Pendapatan adalah segala bentuk penghasilan atau

penerimaan yang nyata dari seluruh anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga.

Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut

membaik juga. Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan

dibeli dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar

17

Page 18: Bab I -IV BGM 97-2003

pula persentase dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur

mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya. Jadi penghasilan merupakan faktor

penting bagi kuantitas dan kualitas. (Andarwati, 2003; Lailatul, 2006)

2. Tingkat Pengetahuan Gizi ibu

Menurut Achmad Djaeni dalam penelitian Lailatul memyatakan bahwa

pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu

yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia

akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk

dikonsumsi. Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin

mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya

termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota

keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga

(Andarwati, 2003; Lailatul, 2006).

3. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi rendahnya tingkat

pendidikan ibu erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan terhadap perawatan kesehatan,

higiene pemeriksaan kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan

dan gizi anak-anak dan keluarganya. Disamping itu pendidikan berpengaruh pula pada

faktor sosial ekonomi lainya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup, makanan,

perumahan dan tempat tinggal.

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan

untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari kepentingan gizi keluarga,

18

Page 19: Bab I -IV BGM 97-2003

pendidikan diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi

didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan secepatnya. (Andarwati, 2003; Lailatul,

2006)

4. Akses Kesehatan

Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status

gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita hamil, ibu menyusui, bayi dan

anak-anak kecil, sehingga dapat menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang

paling sering melayani masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang

melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses kesehatan yang

selalu siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan derajat

kesehatan. Dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan

pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi (Andarwati, 2003; Lailatul, 2006).

5. Status Kesehatan

Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama, dan bila bekerja bersama-

sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk dibandingkan bila kedua faktor

tersebut masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Infeksi memperburuk taraf gizi dan

sebaliknya, gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit

infeksi. Kuman-kuman yang tidak terlalu berbahaya pada anak-anak dengan gizi baik,

akan bisa menyebabkan kematian pada anak-anak dengan gizi buruk.

Gangguan gizi dan rawan infeksi merupakan suatu pasangan yang erat. Infeksi

bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu: mempengaruhi

nafsu makan, dapat juga menyebabkan kehilangan bahan makanan karena diare atau

19

Page 20: Bab I -IV BGM 97-2003

muntah-muntah, atau mempengaruhi metabolisme dan banyak cara lagi (Andarwati,

2003; Lailatul, 2006).

Faktor-faktor yang mempenaruhi status gizi yang telah dijelaskan diatas dapat

digambarkan melalui skema yang terdapat pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Sumber : Penelitian Lailatul Munawaroh tahun 2006.

Gambar 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Dari Gambar 9 dapat dijelaskan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi

status gizi, yaitu yang memberikan pengaruh langsung dan tidak langsung. Faktor yang

memberikan pengaruh langsung adalah konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi

atau tidak. Sedangka faktor yang memberikan pengaruh tidak langsung adalah daya beli

keluarga, ketersediaan pangan, pola konsumsi, pola distribusi, perilaku hidup sehat dan

20

Pendapatan Keluarga

Jumlah Anggota Keluarga

Budaya

Setempat

Pengetahuan Gizi Ibu

Pendidikan Ibu

Pemilihan Bahan Makanan Pada

Balita

Pemberian Makanan Pada

Balita

Pola Makan:

Karbohidrat Protein Vitamin A Fe (besi)

Status GiziGenetik

Penyakit Infeksi

Pelayanan Kesehatan

Page 21: Bab I -IV BGM 97-2003

bersih, akses ke pelayanan kesehatan (man, money, material, mechine, methode, P1, P2,

dan P3). Keadaan faktor tidak langsung dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan keluarga

tentang gizi, keadaan sosial, budaya, dan ekonomi.

Gambar 10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi.

STATUS

GIZI

Konsumsi

makanan

Pengukuran Antropometri (BB/U)

Penyuluhan gizi/peran serta masyarakat

Penyakit infeksi dan parasit

Daya beliKetersediaan pangan di keluarga & masyarakatPola konsumsiPola distribusi

Perilaku hidup bersih

dan sehat

Tingkat pengetahuan keluarga tentang kesehatan gizi

Tersedia & terjangkaunya

pelayanan kesehatan dan gizi

(5M, P1-5)

SUMBER DAYA

Sosial-Budaya-Ekonomi

21

Page 22: Bab I -IV BGM 97-2003

F. STATUS GIZI dan KARTU MENUJU SEHAT

Dengan jelasnya keterangan tentang status gizi dan KMS diatas, tidak benar

apabila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah Gizi Buruk, karena

1. Kartu Menuju Sehat (KMS) hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan

perkembangan balita NAIK, TURUN dan BGM. Sementara Penentuan  status gizi

buruk atau Status Gizi merupakan assesment status gizi seseorang dengan

menggunakan tabel antropometri, walaupun penggunaan indeks sama yaitu Berat

Badan menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama karena untuk tabel antropomteri

hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang dan Gizi buruk.

2. Berat Badan  yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan

perkiraan untuk menilai seseorang  menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti 

seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah

mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada

KMS.

3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan menggunakan

pendekatan Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil penimbangan Berat

Badan dan juga umur, termasuk juga Tinggi Badan

22

Page 23: Bab I -IV BGM 97-2003

BAB III

DATA UMUM & DATA KHUSUS

A. Program-program Puskesmas

1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah:

1. KIA dan KB

2. Gizi

3. Kesehatan lingkungan

4. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)

5. Promosi Kesehatan

6. Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas antara lain :

1. Upaya Kesehatan Sekolah

2. Upaya Kesehatan Jiwa

3. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

4. Upaya Perawatan Masyarakat

23

Page 24: Bab I -IV BGM 97-2003

B. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Penanggulangan 4 masalah gizi utama yaitu :

1. Kurang Kalori Protein

2. Kurang Vitamin A

3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

4. Anemia Gizi

Tujuan :

Menurunnya angka penyakit gizi kurang yang umumnya banyak diderita

oleh masyarakat berpenghasilan rendah, terutama pada anak balita dan wanita.

Sasaran :

a. Penurunan prevalensi KKP pada balita

b. Penurunan prevalensi kurang vit. A di daerah rawan

c. Penurunan prevalensi gangguan akibat kekurangan iodium

d. Penurunan prevalensi anemi gizi pada ibu hamil

e. Adanya perubahan pola konsumsi pangan yg makin beraneka ragam,

seimbang dan bermutu gizi.

Pokok-pokok program perbaikan gizi :

1. Usaha perbaikan gizi keluarga

2. Usaha perbaikan gizi institusi

3. Pencegahan dan Penanggulangan gondok endemik

4. Pencegahan dan penanggulangan kekurangan vit.A

5. Pencegahan dan penanggulangan anemia gizi

6. Sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)

24

Page 25: Bab I -IV BGM 97-2003

7. Perbaikan makanan bayi dan anak

Tabel 3. Program Kesehatan Dasar di Puskesmas

Jenis Pelayanan Kesehatan Dasar

Jenis Kegiatan

Indikator

Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Pemantauan Pertumbuhan

Balita

Pelayanan Gizi

1. Balita yg datang & ditimbang (D/S)2. Balita yg naik berat badannya

(N/D)3. Balita BGM

4. Cakupan bayi (6-11bln) dpt kapsul vit A 1x

5. Cakupan anak balita (12-59 bln) dpt vit A 2x/th

6. Cakupan bumil mendapat 90 tablet Fe

7. Balita gizi buruk mendapat perawatan

8. Cakupan pemberian MP ASI pd bayi BGM dari gakin

9. Cakupan WUS yg mendapatkan kapsul yodium di daerah endemis GAKI

10. Desa dengan garam beryodium (dinkes)

11. Kecamatan bebas rawan gizi (dinkes)

12. Cakupan bufas yg dapat kapsul vit A

Peran Puskesmas dalam Penanganan Balita BGM :

- Pelaksanaan kegiatan Posyandu setiap bulan guna memantau pertumbuhan dan

perkembangan balita

25

Page 26: Bab I -IV BGM 97-2003

- Penyuluhan atau edukasi yang dilakukan oleh bidan desa atau para kader

Posyandu

- Kunjungan rumah balita BGM pada waktu-waktu dan kondisi tertentu

- Pemberian PMT/MP-ASI pada balita BGM dari warga miskin dengan kondisi

tertentu

C. Data Umum Desa Giritengah

1. Keadaan Geografis

a. Batas Wilayah

Desa Giritengah terletak di wilayah Kecamatan Borobudur Kabupaten

Magelang Propinsi Jawa Tengah dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Karanganyar

Sebelah Selatan : Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebelah Timur : Desa Tanjungsari

Sebelah Barat : Desa Ngadiharjo

Dusun-dusun yang terdapat di Desa Giritengah ada 6 dusun yaitu Dusun

Kalitengah, Dusun Gedangsambu, Dusun Kamal, Dusun Ngaglik, Dusun Mijil,

Dusun Onggosoro.

b. Luas Wilayah Menurut Penggunaan

Luas wilayah Desa Giritengah berdasarkan data statistik tahun 2012 adalah

364 hektar.

26

Page 27: Bab I -IV BGM 97-2003

U Ds. Karanganyar

2012

Ds. Ngadiharjo

Dsn. Mijil : Jalan DesaDsn. Kalitengah Ds. Tanjungsari : Batas Desa

: Batas DusunPosmati : Jalan Dusun

: Masjidbukit limasan : Sekolahan

Secang : Kantor Desa : Polindes

Dsn. Kamal : Sub Terminal Dsn. Gedang. s : Persawahan

: Jembatan: Posmati ( Potensi wisata desa ): Suroloyo: TK & RA

Dsn. Onggosoro : Poskamling Dsn. Ngaglik

Ds. Giripurno Suroloyo : Bukit Limasan ( Sun Rise )

Pegunungan Menoreh

Daerah Istimewa Yogyakarta

KETERANGAN:

MANDIRI PERDESAAN

DESA GIRITENGAH

PETA DESA GIRITENGAH

Di BuatKPMD

Maschur s

Ketua TPK

Suharnanto

SPP

SPP

SPP

Gambar 11. Peta Wilayah Desa Giritengah

2. Keadaan Demografis

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Giritengah pada tahun 2012 berdasarkan data statistik

balai desa Giritengah adalah 3.342 jiwa.

b. Data Penduduk

Jumlah penduduk Desa Giritengah tahun 2012 yaitu proporsi laki-laki lebih

banyak dibandingkan perempuaan yaitu 1.703 jiwa, sedangkan perempuan 1.639

jiwa. Jumlah penduduk miskin di Desa Giritengah sebanyak 1.500 jiwa. Jumlah

27

Page 28: Bab I -IV BGM 97-2003

Kepala Keluarga (KK) sebanyak 951 KK, dengan jumlah KK miskin sebanyak 700

KK.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Giritengah tahun 2012.

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 1.703 50,95%

Perempuan 1.639 49,04%

Total 3.342 100%

Sumber : Profil Desa Giritengah tahun 2012

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kategori Usia Desa Giritengah tahun 2012.

Kategori Usia Jumlah Persentase

Usia 0-14 tahun 1.030 30,81%

Usia 15-49 tahun 1.799 53,83%

Usia 50 tahun ke atas 513 15,35%

Total 3.342 100%

Sumber : Profil Desa Giritengah tahun 2012

c. Tingkat Pendidikan Penduduk sebagai berikut:

28

Page 29: Bab I -IV BGM 97-2003

Tabel 6. Tingkat Pendidikan di Wilayah Desa Giritengah

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Tidak Sekolah 4 0,16%

Tidak Tamat SD 103 4,26%

Tamat SD/Sederajat 1.516 62,80%

Tamat SLTP/Sederajat 455 18,84%

Tamat SLTA/Sederajat 288 11,93%

Diploma (D1/D2/D3) 5 0,20%

Sarjana (S1/S2) 16 0,66%

Pendidikan Pesantren 27 1,11%

Total 2.414 100%

Sumber: Data Statisik Desa Giritengah 2012

d. Mata pencaharian

Tabel 7. Mata Pencaharian di Wilayah Desa Giritengah

Mata Pencaharian Jumlah Persentase

Petani 1.667 54,40%

Buruh Tani 45 1,46%

Buruh Bangunan 67 2,18%

PNS/TNI/Polri 21 0,68%

Pedagang 79 2,57%

Lain-lain 1.185 38,67%

Total 3.064 100%

Sumber: Data Statisik Desa Giritengah 2012

e. Agama Penduduk Desa Giritengah

29

Page 30: Bab I -IV BGM 97-2003

Tabel 8. Agama Penduduk di Wilayah Desa Giritengah

Agama Jumlah Persentase

Islam 3.173 94,94%

Katolik 10 0,29%

Penghayat 159 4,75%

Total 3342 100%

Sumber: Data Statisik Desa Giritengah 2012

3. Sarana dan Prasarana Desa Giritengah

a. Bidang Kesehatan Desa Giritengah tahun 2012 :

Bidan : 1 orang

Dukun Terlatih : 5 orang

Kader Posyandu : 30 orang

Posyandu : 7 buah

Polindes : 1 buah

b. Fasilitas Pendidikan Desa Giritengah tahun 2012:

TPQ/TPA : 8 buah

TK/PAUD : 2 buah

SD/MI : 3 buah

SLTP/MTs : 0 buah

SLTA : 0 buah

4. Kondisi Jalan

30

Page 31: Bab I -IV BGM 97-2003

Jalan tanah : 2.000 m

Jalan telasah/telfort/perkerasan : 1.000 m

Jalan beton : 1.000 m

Jalan aspal : 6.000 m

5. Akses

Jarak Desa ke Kecamatan : 5,5 km

Waktu tempuh ke Kecamatan : 0,3 jam

Waktu tempuh ke pusat fasilitas terdekat (pasar, kesehatan, pemerintahan) :

0,25 jam

Ketersediaan angkutan umum : 0,35 per jam

D. Profil Dusun Gedangsambu

Jumlah Penduduk Dusun Gedungsambu : 535 jiwa

Nama Kepala Dusun Gedungsambu : Parmanto

Jumlah RT : 5 RT

Jumlah KK : 160 KK

Tabel 9. Jumlah KK dan Jumlah Balita di Dusun Gedangsambu

RT Nama Ketua RT Jumlah KK Jumlah Balita

31

Page 32: Bab I -IV BGM 97-2003

RT I Sudiman 33 KK 13

RT II Supadi 32 KK 10

RT III Sukir 27 KK 7

RT IV Kadir 24 KK 10

RT V Saleh 44 KK 20

Total 160 KK 60

E. Data Khusus

Tabel 10. Hasil Cakupan Balita BGM di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah,

Kecamatan Borobudur Periode Januari – Mei 2012

Dusun

Sasaran

(Jumlah

Balita yang

Ditimbang)

Kunjungan BGM (0-5 Tahun)

Hasil

Akhir

Cakupan

(%)

Pencapaian

(%)Jan Feb Mar Apr Mei

Gedangsambu 49 4 4 3 3 3 3 6,12 24,5

Tabel 11. Daftar Balita BGM dan BGT di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah,

Kecamatan Borobudur Bulan Mei 2012

No Nama Anak JKTanggal

LahirUmur

Nama Orangtua

Berat badan lahir (g)

Kelompok

BB Bulan Mei 2012

1. Febri Rahmawati

P 8-10-11 8 bln Kamsiyah/ Sutarno

3000 BGM Tidak menimb

ang

3. Septiansa Atilah P 21-9-10 1 thn 9 bln Ngadiyah/Waliyono

1800 BGM 7,8

4. Ade Septiyano L 17-9-10 1 thn 9 bln Etik/ Henityo

2200 BGM 7,8

2. Ridho Setiawan L 27-2-10 23 bln Rowiyah/Anto

3500 BGT 9,5

BAB IV

ANALISA MASALAH

32

Page 33: Bab I -IV BGM 97-2003

A. Indikator Program Puskesmas yang Bermasalah

Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring

dan evaluasi. Indikator adalah variabel yang menunjukkan/menggambarkan

keadaan dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan.

Dalam pelaksanaan kegiatan programnya Puskesmas Borobudur masih ada

beberapa cakupan kegiatan yang belum mencapai target Dinas Kesehatan

Kabupaten Magelang. Hal ini tentu masih menjadi masalah yang harus dicari

penyebab dan upaya penyelesaiannya. Pada Puskesmas Borobudur di desa

Giritengah, ditemukan masalah yaitu didapatkan pada laporan cakupan balita

BGM (Bawah Garis Merah) yang lebih tinggi dari target. Salah satu indikator

keberhasilan kegiatan gizi adalah balita BGM yang ditangani. Penanggulangan

balita BGM menjadi fokus kegiatan, program kegiatan gizi.

Indikator dari program Gizi di Puskesmas Borobudur adalah cakupan

balita dengan pertumbuhan dibawah garis merah yang ditangani dari bulan Januari

- Mei 2012 sebanyak 2,29%, sehingga masih menjadi masalah karena didapatkan

target SPM yang lebih dari 1,5%. Pada desa Giritengah didapatkan data cakupan

3,07% dan pencapaian 48,85%, sementara pada Dusun Gedangsambu, Desa

Giritengah, didapatkan data cakupan 6,12% dan pencapaian 24,5%, dimana target

yang telah ditetapkan adalah < 1,5 %.

Cakupan Balita BGM di Puskesmas Borobudur

Cakupan BGM (%) = Jumlah Balita BGM

33

x 100%

Page 34: Bab I -IV BGM 97-2003

Jumlah Balita yang Ditimbang (D)

= 86

3753

= 2,29%

Pencapaian (%) = Target DinKes

Cakupan

= 1,5

2,29

= 65,45%

Cakupan Balita BGM di Desa Giritengah

Cakupan BGM (%) = Jumlah Balita BGM

Jumlah Balita yang Ditimbang (D)

= 7

228

= 3,07%

Pencapaian (%) = Target DinKes

Cakupan

= 1,5

3,07

= 48,85%

Cakupan Balita BGM di Dusun Gedangsambu

Cakupan BGM (%) = Jumlah Balita BGM

34

x 100%

x 100%

x 100%

x 100%

x 100%

x 100%

Page 35: Bab I -IV BGM 97-2003

Jumlah Balita yang Ditimbang (D)

= 3

49

= 6,12%

Pencapaian (%) = Target Din.Kes

Cakupan

= 1,5

6,12

= 24,5%

Tabel 12. Rangkuman Cakupan dan Pencapaian Program Balita Bawah Garis Merah Periode

Januari – Mei Tahun 2012

CAKUPAN PENCAPAIAN

PUSKESMAS BOROBUDUR 2,29% 65,45%

DESA GIRITENGAH 3,07% 48,85%

DUSUN GEDANGSAMBU 6,12% 24,5%

B. Analisa Hasil

Pada hari Kamis, tanggal 21 Juni 2012 pukul 10.00 - selesai, telah

dilaksanakan wawancara dengan bidan desa, kader, serta orang tua balita BGM

secara terpisah di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur,

Kabupaten Magelang.

1. Hasil Wawancara Kader

35

x 100%

x 100%

x 100%

Page 36: Bab I -IV BGM 97-2003

Kader di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur,

Kabupaten Magelang.berjumlah 5 orang, wawancara dilakukan pada 5 orang kader

dari Dusun Gedangsambu, dimana pada dusun tersebut terdapat balita BGM.

Wawancara yang dilakukan pada kader adalah dengan mengajukan pertanyaan

mengenai KMS, BGM, Tumbuh Kembang dan Pengetahuan Gizi. Dari hasil

wawancara didapatkan hasil bahwa dari 5 kader tersebut, kelimanya mengenal

sistem pencatatan hasil penimbangan di KMS dan bagaimana menjelaskan hasil

penimbangan dalam KMS tersebut kepada ibu balita. Kelima kader juga mengenal

definisi dari BGM namun hanya satu yang memahami secara menyeluruh dan

mendalam mengenai bagaimana BGM bisa terjadi dan penanganannya. Kader

hanya mengetahui bahwa BGM adalah pertumbuhan balita yang timbanganya lebih

kecil dari berat balita seusianya. Mengenai pengetahuan gizi, kelima kader tersebut

sudah cukup mengetahui, namun belum cukup mengerti tentang apa yang harus

disampaikan dalam melaksanakan penyuluhan gizi berdasarkan KMS kepada ibu

balita khususnya kepada ibu balita BGM.

2. Hasil Wawancara Bidan Desa

Bidan desa yang terdapat di Desa Giritengah hanya 1 bidan. Bidan desa ini

harus menangani dan bertanggung jawab atas 7 Posyandu yang berada pada 6

dusun di Desa Giritengah. Bidan mengatakan bahwa dirinya telah sering

mengingatkan pada ibu untuk selalu mengikuti perkembangan balitanya dengan

selalu mengikuti program posyandu dan jangan hanya pada saat sakit baru dibawa

ke bidan atau dokter. Tetapi sebagian besar dari para ibu tersebut tidak

36

Page 37: Bab I -IV BGM 97-2003

mengindahkan nasehatnya, karena kebanyakan dari para ibu masih beranggapan

selama balitanya mau makan banyak dan tidak sakit maka itu berarti kondisinya

sehat-sehat saja. Menurut bidan, sebagian besar masyarakat Dusun Gedangsambu

masih memiliki kebiasaan untuk memberi makan hanya saat anak mau sedangkan

saat anak enggan untuk makan maka ibu tidak memaksakan ataupun

mendisiplinkan porsi serta jam makan si anak. Pola pemikiran seperti diatas,

menurut bidan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Dusun Gedangsambu. Selain

itu, meskipun sebagian besar dari para ibu tersebut sudah mengerti mengenai

pentingnya pola makan seimbang tapi mereka tidak mampu menjalankannya

dikarenakan kebiasaan yang sudah ada.

Selain itu, sebagian ibu juga terbiasa memberikan jajanan kepada anak balita

mereka yang tidak diperhatikan kebersihan, kandungan gizi dan cara memasaknya.

Ibu juga mudah menyerah ketika menghadapi anak mereka yang sulit untuk makan,

sehingga membelikan jajanan yang diinginkan si anak seperti permen dan chiki

tanpa mensiasati untuk menyelipkan makanan yang bergizi untuk anak. Selama

seharian si anak hanya makan jajanan tersebut dan hal ini terjadi secara terus

menerus yang menyebabkan asupan gizi tidak memenuhi kebutuhan si anak.

Dalam wawancara yang dilakukan, bidan desa juga mengatakan bahwa

kendala lainnya yang didapati dalam usaha Penanganan Balita BGM adalah

rendahnya sumber daya manusia (SDM) dihubungkan dengan tingkat pendidikan

yang masih rendah, sehingga tidak tercapai pola pikir yang sama antara bidan,

kader dan masyarakat. Menurut bidan, hal tersebut menyebabkan tidak tercapainya

tujuan penerapan Balita Sehat, karena apa yang disampaikan oleh bidan,

37

Page 38: Bab I -IV BGM 97-2003

dipersepsikan berbeda oleh masyarakat setempat. Terlebih lagi masyarakat

setempat masih mempertahankan pola tradisi yang ada, seperti tersebut di atas.

Bidan juga mengatakan banyak ibu yang sudah cukup mengerti tentang gizi yang

baik untuk anak tetapi karena faktor ekonomi pada akhirnya para ibu terebut tidak

mampu membeli makanan dengan gizi yang seimbang bagi anak mereka sehingga

anak mereka gizi nya tetap kurang.

3. Hasil Survei Ibu yang Memiliki Balita di Dusun Gedangsambu,

Desa Giritengah

Pada Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah, didapatkan pendidikan terakhir

ibu balita rata-rata adalah SD.

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu Balita Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah

Tahun 2012

Pendidikan Terakhir

IbuJumlah Persentase

SD 17 56,7%

SMP 8 26,7%

SMA 5 16,7%

Total 30 100%

Sebagian besar ibu balita di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah tidak

bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga rata-rata dari orangtua

balita adalah kurang dari Rp.500.000 per bulan.

Tabel 14. Status Pekerjaan Ibu Balita Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah Tahun

2012

38

Page 39: Bab I -IV BGM 97-2003

Status Pekerjaan Ibu Jumlah Persentase

Bekerja 8 26,7%

Tidak Bekerja 22 73,3%

Total 30 100%

Tabel 15. Penghasilan Keluarga per bulan Orangtua Balita Dusun Gedangsambu, Desa

Giritengah Tahun 2012

Penghasilan Keluarga Jumlah Persentase

Kurang dari Rp. 500.000 per bulan 26 86,7%

Rp. 500.000 – Rp.1.000.000 per bulan 3 10,0%

Lebih dari Rp. 1.000.000 per bulan 1 3,3%

Total 30 100%

Dari total 30 ibu balita yang diambil sebagai responden, 3 ibu diantaranya

memiliki balita BGM dan 1 ibu memiliki balita BGT. Saat dilakukan survei,

disebar 30 kuesioner yang berisi identitas dan 30 pertanyaan dengan pilihan

jawaban yang tertutup. Berikut dipaparkan hasil pengisian kuesioner dari ibu balita

di Dusun Gedangsambu, Desa Giritengah. Pemaparan hasil pengisian terpisah

antara ibu dengan balita BGM dan BGT dengan yang tidak BGM. Berikut

pemaparan hasilnya :

Tabel 16. Hasil Pengisian Kuesioner Ibu Balita Non-BGM di Dusun Gedangsambu

39

Page 40: Bab I -IV BGM 97-2003

INDIKATOR

YANG

DIHARAPKAN

YANG TIDAK

DIHARAPKAN

JUMLAH % JUMLAH %

Dalam 1-3 bulan terakhir ini, apakah anak

balita ibu pernah menderita sakit? (misal :

demam, batuk, pilek, muntah, diare dan

lainnya?

5 19,2% 21 80,8%

Kegiatan apa yang dilakukan saat

Posyandu?26 100% 0 0%

Siapa yang melakukan kegiatan di

Posyandu?26 100% 0 0%

Kapan saja Posyandu dilaksanakan? 25 96,2% 1 3,8%

Apa maksud dilakukan penimbangan &

pengukuran berat dan tinggi badan bayi

dan balita?

24 92,3% 2 7,7%

Setelah menimbang berat badan &

mengukur tinggi badan anak, apa yang

selanjutnya harus dilakukan bidan/kader?

24 92,3% 2 7,7%

Apa kepanjangan dari KMS itu? 22 84,6% 4 15,4%

Apa fungsi dari KMS itu? 22 84,6% 4 15,4%

Jika pada KMS berat badan anak ibu

berada di bawah garis merah, apakah

maksudnya?

20 76,9% 6 23,1%

Apakah kepanjangan dari balita BGM itu? 20 76,9% 6 23,1%

Bila balita ibu BGM, apa yang seharusnya

dilakukan?22 84,6% 4 15,4%

Apa yang dimaksud dengan gizi

seimbang?26 100% 0 0%

Mana di bawah ini yang merupakan

makanan yang baik dan dapat mencukupi

gizi anak setiap kali makan?

26 100% 0 0%

40

Page 41: Bab I -IV BGM 97-2003

Bagaimana mengetahui bahwa kebutuhan

makan anak sudah tercukupi?21 80,8% 5 19,2%

Mengkonsumsi makanan yang beraneka

ragam merupakan suatu keharusan untuk

memenuhi kebutuhan gizi anak ibu?

20 76,9% 6 23,1%

Membawa anak anda setiap bulan ke

Posyandu untuk ditimbang dan diukur

berat dan tinggi badan merupakan suatu

hal yang penting?

26 100% 0 0%

Jika ternyata anak balita ibu selera

makannya kurang, apakah ibu akan

mencari tahu penyebabnya?

26 100% 0 0%

Ibu menyiapkan makan pagi/sarapan

untuk anak balita ibu sebelum aktivitas?25 96,2% 1 3,8%

Anak balita ibu selalu ibu beri makanan

beraneka ragam yang terdiri dari

nasi/kentang/jagung disertai lauk pauk

dan sayur setiap kali makan

18 69,2% 8 30,8%

Anak balita ibu minum susu setiap hari

nya?16 61,5% 10 38,5%

Ibu memberikan air minum yang sudah

dimasak kepada anak balita ibu?24 92,3% 2 7,7%

Ibu selalu membawa anak balita ibu setiap

bulannya ke Posyandu untuk diukur berat

dan tinggi badannya?

26 100% 0 0%

Ibu selalu memperhatikan pertumbuhan

anak melalui buku/kartu yang digunakan

untuk mencatat hasil penimbangan berat

& tinggi badan tiap Posyandu?

26 100% 0 0%

Dalam sehari ibu menyempatkan waktu

untuk menyuapi makanan kepada anak

balita?

24 92,3% 2 7,7%

Ibu selalu melaksanakan pesan/saran/ilmu 26 100% 0 0%

41

Page 42: Bab I -IV BGM 97-2003

tentang kesehatan anak yang diberikan

oleh para bidan/kader?

Ibu memahami dan mengerti isi buku KIA

dan KMS?22 84,6% 4 15,4%

Ibu selalu menjaga kebersihan makanan

yang akan dimakan anak?26 100% 0 0%

Ibu memeriksakan anak ibu kemana

ketika anak ibu sakit?26 100% 0 0%

42

Page 43: Bab I -IV BGM 97-2003

Tabel 17. Hasil Pengisian Kuesioner Pengetahuan Ibu Balita BGM & BGT di Dusun Gedangsambu

PERTANYAANIBU BGM

1

IBU BGM

2

IBU BGM

3IBU BGT

Dalam 1-3 bulan terakhir

ini, apakah anak balita ibu

pernah menderita sakit?

(misal : demam, batuk,

pilek, muntah, diare dan

lainnya?

YA YA YA YA

PENGETAHUAN

1.

dilakukan saat

Posyandu?

1 1 1 1

2.

kegiatan di

Posyandu?

1 1 1 1

3.

dilaksanakan?1 0 1 1

4. Apa

maksud dilakukan

penimbangan &

pengukuran berat dan

tinggi badan bayi dan

balita?

0 0 0 1

5. Setelah

menimbang berat

badan & mengukur

tinggi badan anak, apa

yang selanjutnya

harus dilakukan

bidan/kader?

0 0 0 1

6. Apa 0 0 0 1

43

Page 44: Bab I -IV BGM 97-2003

kepanjangan dari

KMS itu?

7. Apa

fungsi dari KMS itu?0 0 0 0

8. Jika

pada KMS berat

badan anak ibu berada

di bawah garis merah,

apakah maksudnya?

0 0 0 0

9. Apakah

kepanjangan dari

balita BGM itu?

0 0 0 1

10. Bila

balita ibu BGM, apa

yang seharusnya

dilakukan?

0 0 0 0

11. Apa

yang dimaksud

dengan gizi

seimbang?

1 0 1 0

12. Mana di

bawah ini yang

merupakan makanan

yang baik dan dapat

mencukupi gizi anak

setiap kali makan?

1 1 1 1

13. Bagaim

ana mengetahui

bahwa kebutuhan

makan anak sudah

tercukupi?

0 0 0 0

NILAI PENGETAHUAN 5 4 5 8

KRITERIA KURANG KURANG KURANG CUKUP

44

Page 45: Bab I -IV BGM 97-2003

10-13 : BAIK

7-10 : CUKUP

< 7 : KURANG

Dari 3 orang ibu balita BGM dan 1 ibu balita BGT yang menjadi responden,

melalui penjumlahan skor dari tiap pertanyaan, dimana bila jawaban benar diberi

nilai 1 dan bila jawaban salah diberi nilai 0, hasilnya ketiga ibu balita BGM

tersebut memiliki pengetahuan dengan kriteria kurang dan ibu balita BGT memiliki

pengetahuan cukup.

Tabel 18. Hasil Pengisian Kuesioner Sikap Ibu Balita BGM di Dusun Gedangsambu

PERTANYAAN FREKUENSI PERSENTASE

14. Mengkonsumsi makanan

yang beraneka ragam merupakan suatu

keharusan untuk memenuhi kebutuhan gizi

anak ibu?

a. Setuju

b. Tidak Setuju

2

2

50%

50%

15. Membawa anak anda setiap

bulan ke Posyandu untuk ditimbang dan

diukur berat dan tinggi badan merupakan

suatu hal yang penting?

a. Setuju

b. Tidak Setuju

4

0

100%

0%

16. Jika ternyata anak balita ibu

selera makannya kurang, apakah ibu akan

mencari tahu penyebabnya?

a. Ya

b. Tidak

3

1

75%

25%

45

Page 46: Bab I -IV BGM 97-2003

Tabel 19. Hasil Pengisian Kuesioner Perilaku Ibu Balita BGM di Dusun Gedangsambu

PERTANYAAN FREKUENSI PERSENTASE

1. Ibu menyiapkan makan pagi/sarapan untuk

anak balita ibu sebelum aktivitas?

a. Ya

b. Tidak

4

0

100%

0%

2. Anak balita ibu selalu ibu beri makanan

beraneka ragam yang terdiri dari

nasi/kentang/jagung disertai lauk pauk dan

sayur setiap kali makan

a. Ya

b. Tidak

0

4

0%

100%

3. Anak balita ibu minum susu setiap hari nya?

a. Ya

b. Tidak

0

4

0%

100%

4. Ibu memberikan air minum yang sudah

dimasak kepada anak balita ibu?

a. Ya

b. Tidak

4

0

100%

0%

5. Ibu selalu membawa anak balita ibu setiap

bulannya ke Posyandu untuk diukur berat

dan tinggi badannya?

a. Ya 3 75%

46

Page 47: Bab I -IV BGM 97-2003

b. Tidak 1 25%

6. Ibu selalu memperhatikan pertumbuhan

anak melalui buku/kartu yang digunakan

untuk mencatat hasil penimbangan berat &

tinggi badan tiap Posyandu?

a. Ya

b. Tidak

1

3

25%

75%

7. Dalam sehari ibu menyempatkan waktu

untuk menyuapi makanan kepada anak

balita?

a. Ya

b. Tidak

4

0

100%

0%

8. Ibu selalu melaksanakan pesan/saran/ilmu

tentang kesehatan anak yang diberikan oleh

para bidan/kader?

a. Ya

b. Tidak

3

1

75%

25%

9. Ibu memahami dan mengerti isi buku KIA

dan KMS?

a. Ya

b. Tidak

0

4

0%

100%

10. Ibu selalu menjaga kebersihan makanan

yang akan dimakan anak?

a. Ya

b. Tidak

4

0

100%

0%

11. Ibu memeriksakan anak ibu kemana ketika

anak ibu sakit?

a. Ke bidan /Puskesmas/dokter/RS

b. Diobati sendiri

4

0

100%

0%

4. Hasil Wawancara Ibu Balita BGM dan BGT

47

Page 48: Bab I -IV BGM 97-2003

Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang tua dari balita BGM dan 1 ibu

balita BGT, hampir semua ibu balita tersebut tidak tahu akan pola makan seimbang.

Kebanyakan ibu selalu memberikan makanan sesuai yang diinginkan anaknya tanpa

mempertimbangkan keseimbangan antara lauk, sayur serta makanan tambahan lain

seperti susu ataupun buah-buahan. Selain itu, ketidaktelatenan ibu dalam

memberikan makanan terhadap balitanya, dimana masih banyak para ibu yang tidak

mendisiplinkan jam makan maupun porsi makan balitanya, sehingga saat anak

bilang tidak mau makan ibu tersebut tidak berusaha untuk membujuk anaknya agar

makan. Saat ditanya alasannya, jawabannya karena mereka tidak tega melihat anak

mereka menangis ketika dipaksa untuk makan. Kurangnya pengetahuan ibu

mengenai balita BGM juga menjadi salah satu faktor. Selain itu masalah ekonomi

sehingga ibu tidak mampu membeli makanan yang bergizi untuk anak balita

mereka. Motivasi yang kurang juga berkontribusi menjadi salah satu faktor. Satu

dari tiga ibu balita BGM dalam wawancara jarang membawa anak nya ke

Posyandu, hanya beberapa kali saja ditimbang karena menganggap hal tersebut

tidak begitu penting, juga dari peran suami yang kurang mendorong istrinya untuk

membawa anak mereka ke Posyandu atau ke Bidan.

48

Page 49: Bab I -IV BGM 97-2003

49