pengaruh kehidupan sosial budaya terhadap kesehatan suku di pulau sumatera 97-2003

Upload: putri-rahma-fanni

Post on 16-Oct-2015

145 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Pengaruh Kehidupan Sosial Budaya terhadap Kesehatan Suku Suku di Pulau SumateraOleh Tutorial C-1

  • Minang Orang Minang masih menjadi pengidap penyakit jantung terbanyak di Indonesia. Itu disebabkan karena kuliner di daerah ini bersantan dan berminyak.Masalah lain, jumlah dokter spesialis jantung pun sangat minim. Untuk di Sumatra Barat saja tenaga ahli jantung tersebut hanya lima orang, sementara pasiennya sangat banyak. Secara nasional hanya terdapat 560 orang dan 70 persen diantaranya berada di Jakarta. Hanya sekitar 30 persen yang berada di daerah.

  • Itulah yang menjadi dilema saat ini dan akan dicarikan solusinya melalui simposium on cardiovascular diseases (penyakit jantung) di Hotel Pangeran Beach, 11 Juni mendatang.Ketua Pelaksana yang juga Kepala Bagian Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Masrul Syafri, kepada Singgalang di RSUP M. Djamil, Selasa (7/6) mengatakan, penderita penyakit jantung memang banyak diidap oleh masyarakat Minang karena jenis makanannya.

  • Ragam masakan Masyarakat Minangkabau yang banyak berbahan santan dan daging membuat asupan lemak jenuh mereka lebih tinggi dibanding suku-suku lain di Indonesia.Hal itu terungkap lewat penelitian tahun 2007 yang dilakukan dr Ratna Djuwita dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ia melakukan riset mengenai asupan nutrien pada empat suku, yakni Minangkabau, Sunda, Jawa, dan Bugis."Rata-rata asupan lemak orang Indonesia sudah memenuhi pedoman gizi, tetapi kualitasnya masih buruk karena lebih banyak lemak jenuhnya," katanya dalam acara seminar bertajuk "Pentingnya Lemak Esensial dan Manfaatnya untuk Tubuh" di Jakarta, Sabtu (12/2/2011).

  • Rasio asupan lemak yang sehat, kata Ratna, adalah satu banding satu antara asam lemak jenuh (saturated fatty acid/SAFA), asam lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid/PUFA), asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fatty acid/MUFA). Dalam kombinasi yang tepat yakni 1:1:1, asupan makanan relatif akan lebih menyehatkan."Dari total 30 persen lemak yang harus kita konsumsi tiap hari, sebaiknya SAFA tidak lebih dari 10 persen dan 20 persen, lemak tak jenuh yang terdiri dari PUFA 6-10 persen, dan MUFA 10 persen," katanya.Kelebihan SAFA akan meningkatkan berbagai risiko kesehatan yang dipicu oleh dislipidemia. Dislipidemia adalah gangguan kesehatan akibat kelainan lemak dalam darah. Pada dislipidemia, kadar lemak-lemak jahat seperti kolesterol LDL dan trigliserida mengalami peningkatan. Sebaliknya kadar lemak yang baik, yaitu kolesterol HDL, justru mengalami penurunan.

  • Orang Minang tingkat dislipidemianya lebih tinggi dibanding 3 suku lainnya," kata Ratna.Dari penelitian terungkap, asupan SAFA orang Minang berasal dari santan, minyak goreng, daging, telur, dan daging unggas. "Orang Jawa dan Sunda suka makan santan juga, tetapi tidak sekental masakan Minang. Selain itu, pola makanan Jawa dan Sunda banyak sayuran, tahu, dan tempe," kata dosen dari Ilmu Gizi FKUI ini.Hasil penelitian Ratna tersebut sama dengan RISKESDAS tahun 2007 yang menemukan rasio asupan lemak jenuh dan tidak jenuh orang Indonesia belum seimbang. "Rasionya masih kurang dari 1, terbanyak masih SAFA," imbuhnya.

  • Batak TanoHasil pencatatan para tenaga medis yang menangani 21 kali pengobatan gratis dan massal di 17 lokasi selama tahun 2008 di sekitar lokasi Industri Pulp Kecamatan Parmaksian, Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba samosir, serta di sekitar Hutan Tanaman Industri atau HTI di Aeknauli Kabupaten Simalungun, Aekraja Kabupaten Tapanuli Utara dan Tele Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Pakpak Bharat.

  • Pengobatan gratis yang diselenggarakan PT Toba Pulp Lestari atau PT TPL sebagai wujud kepedulian masyarakat itu diikuti 3.006 orang, dan para tenaga medis yang terdiri atas tenaga-tenaga Margie Andalan mitra dari PT.Toba Pulp Lestari dan tenaga Puskesmas setempat berhasil mengidentifikasi 37 jenis penyakit yang diidap oleh 2.651 orang.

  • Kasus ISPApenyakit yang sebenarnya juga jamak dialami masyarakat perkotaanMencapai 884 kasus atau 33,3% terdapat di semua lokasi, akan tetapi tertinggi 92 kasus di Banjarganjang Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir.Dengan urutan kedua sejumlah 74 masing-masing di Siruar dan Doloknauli. ISPA berkaitan dengan perubahan cuaca, pola konsumsi dan juga sanitasi.

  • Kasus lain tetapi jumlahnya jauh lebih kecil, sejumlah 126 kasus atau 12,2%, yakni tukak lambung atau maag, tertinggi di Doloknauli sejumlah 36 dan Hasibuan Simamora sejumlah 35.Jenis penyakit lainnya meliputi yakni kelamin berkaitan dengan susunan syaraf 181 kasus, reumatik 175, kulit karena infeksi 113, kulit karena alergi 93 dan diare 75.

  • Selebihnya, scabies atau kulit karena tungau, infeksi saluran pernafasan bawah, cacingan, defisiensi gizi, TB paru, rongga mulut, anemia, kencing manis, infeksi telinga bagian tengah, kulit karena jamur, varices dan campak.Kasus paling rendah dengan hanya 1 kasus, meliputi antara lain gondok endemik, infeksi pada kehamilan serta rabies atau gila anjing. Hanya, penyakit paling banyak menyebabkan kematian selama 10 tahun terakhir, jantung, hanya tercatat 3 kasus.Lambertus Siregar, Kapala CSR atau Corporate Social Responsibility PT.Toba Pulp Lestari yang men-drive pengobatan gratis itu mengemukakan hari ini, program yang mendapat sambutan hangat dimana-mana itu sedapat mungkin masih akan dilanjutkan.

  • Praktek kesehatan keluarga kepercayaan kuno Tapanuli adalah syamaisme, yaitu suatu kepercayaan dengan melakukan pemasukan roh ke dalam tubuh seseorang sehingga roh itu dapat berkata-kata. Orang yang menjadi perantara disebut Shaman. Shaman bagi orang Tapanuli disebut Si Baso (dukun wanita). Ketika Baso ini berkata-kata, bahasanya harus ditafsirkan secara khas.

  • Pembicaraan inilah yang dipercayai akan menjadi pentunjuk bagi orang untuk pengobatan dan ramalan. Selain Baso, ada juga yang memegang peranan penting yaitu Datu, biasanya seorang laki-laki. Berlainan dengan Baso, Datu di dalam kegiatannya tidak hanya menjadi perantara, melainkan langsung berbicara dengan roh. Datu bertugas mengobati orang sakit.

  • Tapanuli atau Batak TobaMenurut kepercayaan orang Tapanuli, apabila seseorang jatuh sakit, tondi (roh) si sakit pergi kesuatu tempat meninggalkan tubuhnya. Karena tondi itu pergi, orang tersebut jatuh sakit, agar orang yang sakit dapat sembuh, tondi nya harus dipanggil kembali agar masuk ke dalam tubuh orang sakit tersebut (Tondi Mulak Tu Badan). Jika tondi itu sudah dipanggil berulang-ulang tidak pulang juga, berarti orang tersebut tidak ada harapan untuk sembuh atau hidup.

  • Mengenal Masalah Kesehatan KeluargaMenurut perspektif Tapanuli seseorang dikatakan sakit apabila tidak dapat beraktivitas. Ada 2 jenis penyakit:penyakit yang disebabkan oleh virus atau kuman penyakit, ditandai dengan gejala-gejala seperti kurang lesu, lemas, nafsu makan berkurang, demampenyakit yang kedua adalah penyakit karena diguna-guna atau disebut aziturtur misalnya penyakit gadam yaitu tidak dapat disembuhkan. Hanya orang yang memiliki keahlian khusus yang dapat membedakan kedua jenis penyakit ini (Nainggolan, 2009).

  • Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluargaKeputusan masalah kesehatan berada di tangan suami, tetapi umumnya suami harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan istri dan anak-anaknya sebelum mengambil keputusan. Jika keluarga mengalami keterbatasan maka keluarga meminta bantuan kepada keluarga besar atau keluarga yang masih memiliki hubungan marga (Nainggolan dan Pakpahan, 2009).

  • Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu mudaPerawatan kepada anggota keluarga yang sakit tergantung kepada keparahan penyakit. Selama keluarga masih mampu memberikan perawatan di rumah maka anggota keluarga tidak akan dibawa berobat. Jenis penyakit yang langsung dibawa berobat muntah mencret, batuk berat, dan jenis penyakit yang parah lainnya (Nainggolan, 2009).

  • Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.Sebelum membangun rumah langkah pertama yang dilakukan ada acara khusus yaitu pada peletakan batu pertama dipecahkan sebuah telur, dengan harapan rumah tersebut akan memberikan kesejukan dan kenyamanan bagi penghuninya. Bentuk rumah pada suku Batak Toba yang berjenis rumah panggung, menandakan keluarga tersebut keluarga yang kaya, karena fungsi dari kolong rumah adalah kandang binatang ternak, jadi jika memiliki banyak ternak bentuk rumahnya seperti rumah panggung (Nainggolan, 2009).

  • Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. (2)Dalam keluarga Tapanuli atau Batak Toba tidak ada jadwal khusus dalam kebersihan, prinsipnya jika rumah atau lingkungan sekitar kotor harus dibersihkan, tetapi pada malam hari dilarang menyapu rumah ke arah pintu karena dianggap menolak rejeki yang datang (Pakpahan, 2009).

  • Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengobatan, lama-kelamaan orang Tapanuli mencari pengobatan ke tenaga kesehatan atau puskesmas terdekat. Walaupun demikian, masih ada yang berobat ke shaman untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga mereka, baik keluarga yang tinggal di pedalaman maupun yang berada di luar Sumatera Utara.

  • KaroMakanan sehari-hari suku Karo hampir sama dengan makanan suku lainnya di Indonesia. Makanan pokoknya adalah beras, ditambah lauk-pauk yang dalam bahasa Karo disebut dengan ikan ras gulen(ikan dan sayur). Secara singkat makanan khusus tersebut dapat berupa cimpa dan ragamnya, rires(lemang), terites, cipera, tasak telu, kidu, tape(i), cingcang, daging tutung(panggang) dan lain sebagainya.

  • Biasanya setiap makanan khusus tersebut disajikan dalam acara-acara khusus suku Karo. Dalam bagian ini akan dijelaskan beberapa antara lain:Kerja Tahun(pesta tahunan) biasanya menyajikan cimpa, lemang, beragam masakan daging, tape, terites atau disebut juga pagit-pagit.Kerja nereh empo(pesta perkawinan) biasanya menyajikan daging, cingcang dan kadang juga terites.Mbesur-mbesuri( pesta untuk syukuran ketika padi mau berbuah dan ketika seorang ibu hamil) biasanya disajikan beragam cimpa, cipera, tasak telu dan pola(nira).

  • Erpangir(mandi buang sial) biasanya menyajikan tasak telu, cipera dan pola.Perumah begu(memanggil arwah) biasanya menyajikan tasak telu, beragam cimpa, dan cipera.Mengket Rumah Mbaru (masuk rumah baru) biasanya menyajikan cimpa, pisang, makanan dari daging kadang juga menyajikan terites jika memotong lembu.Masih banyak acara khusus dalam suku Karo yang menyajikan makanan khas Karo tersebut. Ada juga makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang agaknya aneh seperti laba-laba sawah, ulat pohon rumbia, cibet(metamorfosa dari capung) dan banyak makanan aneh lainnya.

  • Suku Karo memang memiliki sedikit keanehan dalam hal makanan. Banyak makanan yang dianggap jijik bagi suku lain merupakan makanan favorit di kalangan orang Karo. Sebut saja misalnya laba-laba( lawah-lawah) yang di dapat di persawahan mereka konsumsi. Juga kidu atau ulat dari pohon rumbia yang kadang dimakan mentah-mentah, orang karo juga memakan anjing tanah( singke) yang di persawahan. Mungkin yang disebutkan itu hanyalah baru beberapa makanan aneh dalam Suku Karo dan pastinya masih banyak makanan lainnya.

  • Dalam makalah ini yang dibahas adalah terites, sejenis makanan yang bahan dasarnya secara kasar adalah makanan lembu yang telah berada dalam usus lembu. Terites atau sebagian masyarakat lain lebih mengenalnya dengan sebutan pagit-pagit merupakan salah satu makanan yang menurut suku lain adalah hal yang aneh dan mungkin menjijikkan. Terites tersebut diambil dari lambung kedua sapi( lembu dalam masyarakat Karo) dalam istilah biologinya dikenal dengan istilah rumen namun dalam orang Karo disebut tuka si peduaken(usus nomor dua). Kata pagit-pagit sendiri berarti yang pahit-pahit adalah padanan kata yang paling cocok.

  • Terites adalah makanan yang dimasak dengan beragam bumbu secara Suku Karo. Seperti asal katanya yakni pagit berarti pahit, rasanya memang agak sedikit cenderung ke pahit karena bahannya sari rumput dari usus lembu dan juga bumbu lain yang umumnya terasa pahit juga. Terites ini memiliki bahan dasar sari( perasan air) dari usus lembu tersebut, bungke yang banyak(rimbang), sere, daun ubi, asam yang banyak, jahe, cingkam( kulit kayu hutan yang rasanya juga pahit) dan bulung-bulung kerangen( sejenis daun-daun kayu hutan yang banyak ragamnya tapi memang untuk dikonsumsi).

  • Terites sendiri dimasak minimal selama tiga jam dalam api kadang dimasak sampai enam jam. Terites ini juga dicampur dengan babat, kikil dan daging dari lembu tersebut ketika dimasak.

  • Namun ada juga masyarakat Karo yang membuat terites tidak hanya dari lembu saja tapi dari kambing dan kerbau juga. Ketiga makhluk tersebut memang sama dalam proses pencernaannya. Tapi yang paling sering dibuat menjadi tersites adalah dari lembu atau sapi. Orang luar banyak menyebut terites ini dengan sebutan soto Karo karena memang mirip dengan soto. Tapi sedikit berbeda dengan rasa dan aroma, terites ini didominasi oleh aroma sari dari uusus lembu tersebut.

  • Bagi masyarakat Karo sendiri ada beberapa makna dari makanan terites tersebut antara lain secara garis besarnya adalah makanan sebagai obat, makanan sebagai budaya (makanan dan bukan makanan). Secara makanan sebagai obat masyarakat Karo mempercayai terites tersebut dapat mengobati berbagai macam penyakit, antara lain:Penyakit maag, hal ini mereka percayai dari sumber bahannya yakni sari makanan lembu yang telah mengandung berbagai komponen makanan yang dibutuhkan.Masuk anginPeningkat nafsu makan

  • Sedangkan sebagai makanan budaya, terites tidak mudah didapatkan untuk konsumsi sehari-hari, namun hanya pada saat-saat tertentu saja. Makanan terites akan mudah dijumpai pada saat hari-hari yang menyenangkan seperti:Kerja Tahun/Merdang Merdem( pesta tahunan) dimana semua keluarga yang berada jauh berkumpul untuk syukuran atas panen(dulu padi) tapi sekarang berbagai usaha.Kerja Erdemu Bayu(pesta perkawinan) dalam hal ini juga keluarga besar dari kedua belah pihak berkumpul untuk melangsungkan pesta adat tersebut.

  • sourceshttp://www.minangforum.com/Thread-Orang-Minang-Rentan-Penyakit-Jantunghttp://bersamatoba.com/tobasa/berita/di-tano-batak-dihuta-huta-penyakit-paling-banyak-adalah-infeksi-pernapasan-bagian-atas.htmlhttp://sukutapanuli.blogspot.com/http://salmensembiring.blogspot.com/

  • TERIMA KASIH