pkd cephalgia (syukran)
DESCRIPTION
Nyeri Kepala (Cephalgia)TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS DIPERSIAPKANTEMA : Cephalgia
Penyaji : Syukran (109103000044)
Pembimbing : dr. Fritz Sumantri Usman,SpS.,FINS.
Kepanitraan Klinik Neurologi RSUP Fatmawati
12 Februari 2013
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. PS Jenis kelamin : Perempuan Umur : 51 Tahun Pekerjaan : IRT Pendidikan : Tamat SLTP Agama : Islam Status perkawinan: Menikah Alamat : Disamarkan Datang ke RS : 06 Februari 2013
ANAMNESIS
Dilakukan auto-anamnesis pada tanggal 06 Februari
Keluhan Utama : Sakit kepala sebelah kanan
hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan : Leher dan pundak kaku
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (1)
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu.
Sakit kepala dirasakan oleh pasien seperti diikat pada kepala. Frekuensinya 3-4 kali seminggu.
Berdenyut (-), ditusuk-tusuk (-), rasa penuh di kepala (-). Sakit kepala dirasakan hilang timbul terutama saat pasien kecapekan.
Sakit kepala dirasakan tidak bertambah berat.
Pasien sering merasa kaku pada leher dan pundak sejak 3 bulan yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (2)
Pasien menyangkal adanya demam, mual muntah dan silau bila melihat cahaya.
Pasien mengaku nyeri tidak mengganggu tidur pasien dan tidak bertambah sakit pada malam hari.
Riwayat stress disangkal. Pasien sudah mencoba mengobati sendiri
dengan obat warung “panadol”, awalnya keluhan membaik tapi sejak 1 bulan terakhir tidak mempan lagi.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Riw. Hipertensi (+) sejak 4 tahun
yang lalu, terkontrol dengan Captopril 12.5 mg.
Riw. Diabetes mellitus disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.
Hipertensi (+) ayah, Diabetes melitus (-)
PEMERIKSAAN FISIK (1)
KEADAAN UMUM : Baik Kesadaran : Compos Mentis Sikap : Duduk Kooperasi : Kooperatif Keadaan Gizi : Baik Tekanan Darah : 130/90
mmHg; Nadi : 84 x/menit Suhu : 36,7oC Pernapasan : 16 x/menit GCS : E4M6V5 = 15
KEADAAN LOKAL Traumata stigmata : Tidak ada Pulsasi A. Karotis : Reguler-Equal Perdarahan Perifer : Capillary refill
time < 2 detik KGB : Tidak teraba
membesar Columna Vertebralis: Lurus di tengah
PEMERIKSAAN FISIK (2)
PEMERIKSAAN FISIK (3) Kulit : Warna sawo
matang, sianosis (-), ikterik (-)
Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata.
Mata : CA -/-, SI -/-, ptosis -/-, lagoftalmus -/-, pupil bulat isokor, Ø 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+
Telinga : Normotia +/+, Hidung : Deviasi septum
(-), sekret -/- Mulut : Pucat (-),
sianosis (-) Lidah : Jejas (-), kotor
(-) Tenggorok : Faring
hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang.
Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB dan kelenjar tiroid.
PEMERIKSAAN JANTUNG Inspeksi : iktus cordis tidak
tampak Palpasi : iktus cordis teraba di ICS V
linea midklavikula sinistra
Perkusi : batas kanan jantung di ICS IV linea sternalis dextra , batas kiri jantung 1 jari medial ICS V linea midklavikula sinistra,
Auskultasi : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK (4)
PEMERIKSAAN FISIK (4)
PEMERIKSAAN PARU Inspeksi : pergerakan naik-
turun dada simetris kanan kiri
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara napas vesikular; Ronki
-/- , Wheezing -/-.
PEMERIKSAAN FISIK (4)
PEMERIKSAAN ABDOMEN Inspeksi : datar Palpasi : Supel, hepar/lien tidak
teraba membesar Perkusi : Timpani Auskultasi : BU (+) normal
PEMERIKSAAN FISIK EKSTREMITAS Akral hangat +/+, edema pitting -/-,
sianosis -/-, clubbing fingers -/-.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS (1)
RANGSANGAN MENINGEAL Kaku kuduk : (-) Laseque : >70o/>70o Kernig : >135o/>135o
Brudzinski I : -/- Brudzinski II : -/-
PENINGKATAN TIK Penurunan kesadaran (-) muntah (-) nyeri kepala hebat (-)
SARAF – SARAF KRANIAL N.I
Normosmia +/+ N.II
Acies Visus : kesan baik dekstra dan sinistra Visus Campus : Baik Lihat warna : Baik Funduskopi : tidak dilakukan
N. III,IV dan VI Kedudukan bola mata : Ortoposisi/ortoposisi Pergerakan bola mata : baik ke segala arah Eksoftalmus : -/- Nistagmus : -/-
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS (2)
Pupil- Isokor, bulat, Ø
3mm/3mm- RCL +/+- RCTL +/+- Akomodasi : Baik- Konvergensi: Baik
N. V- Cab. Motorik :
Baik/BaikBaik
- Cab. Sensorik o Opthalmicus :
+/+o Maksilaris : +/+o Mandibularis :
+/+
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS (3)
N. VII- Motorik orbitofrontal:
+/+- Motorik orbikularis:
+/+ - Pengecap lidah :
tidak dilakukan
N.VIII- Vestibular : vertigo -/-,
nistagmus -/-
- Koklear : Weber tidak ada lateralisasi, Rinne +/+, Swabach normal
N. IX, X– Motorik : arkus
faring simetris, uvula ditengah
– Sensorik : baik/baik N. XI- Mengangkat bahu : Baik- Menoleh : Baik N. XII– Pergerakkan lidah : tidak
ada deviasi- Atrofi : (-)- Fasikulasi : (-)- Tremor : (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS (4)
SISTEM MOTORIK
GERAKAN INVOLUNTERTremor : (-)
chorea : (-) atetose : (-)mioklonik : (-)tics : (-)
TROFIK Normotrofik
TONUSNormotonus
SISTEM SENSORIK Sistem Sensorik :
Propioseptif : Baik
Eksteroseptif : Baik
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS (5)
5555
5555
5555
5555
FUNGSI SEREBELAR Ataxia : (-) Disdiadokokinesis : (-) Jari-jari : Baik Jari-hidung : Baik Tumit-lutut : Baik Rebound : (-)
phenomenon Hipotoni : (-)
FUNGSI LUHUR Astereognosia :
(-) Apraksia :
(-) Afasia :
(-)
FUNGSI OTONOM
BAB dan BAK baik
Sekresi keringat baik
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS (6)
REFLEKS FISIOLOGIS Kornea : Tidak
dilakukan
Faring : Tidak
dilakukan Biceps : +2/+2 Triceps : +2/+2 Radius : +2/+2 Dinding perut : -/- Otot perut : -/- Lutut : +2/+2 Cremaster : Tidak
dilakukan
REFLEKS PATOLOGIS Hoffman tromer : -/- Babinski : -/- Chaddok : -/- Gordon : -/- Schaeffer : -/- Klonus otot : -/- Klonus tumit : -/-
KEADAAN PSIKIS Intelegensia :
baik Tanda regresi
: (-) Demensia : (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS (7)
RESUME (1) Pasien datang dengan keluhan sakit kepala sebelah
kanan sejak 3 bulan yang lalu. Sakit kepala dirasakan seperti perasaan diikat pada kepala. Frekuensinya 3-4 kali seminggu. Sakit kepala dirasakan hilang timbul terutama saat pasien kecapekan. Sakit kepala dirasakan tidak bertambah berat.
Pasien sering merasa kaku pada leher dan pundak sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh sering kesemutan pada tungkai kiri sejak 6 bulan yang lalu. Pasien sudah mencoba mengobati sendiri dengan obat warung “panadol”, awalnya keluhan membaik tapi sejak 1 bulan terakhir tidak mempan lagi.
RESUME (2)Pemeriksaan fisik: Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4M6V5 = 15 Tanda Vital : TD: 130/90 mmHg, N:
84x/menit, Suhu: 36,70C, P:16x/menit Jantung kardiomegali, paru, abdomen, dan ekstremitas
dalam batas normalPemeriksaan neurologis: TRM : KK (-), L: -/-, K: >1350/>1350 Pupil isokor 3mm/3mm, RCL: +/+, RCTL: +/+ N. Cranial: Parese (-) Motorik: Refleks Fisiologis : ++/++ Refleks Patologis : -/- Sensorik : Baik Otonom : Baik
DIAGNOSIS KERJA Diagnosis klinis : Cephalgia Diagnosis etiologis : Tension Type
Headache Diagnosis topis : Muskulus
pericarnii, trapezius, sternokleidomastoideus
PENATALAKSANAAN
Paracetamol 3 x 500 mg Diazepam 1 x 2 mg Neurobion 1 x 1 tab
Prognosa
Ad vitam : Bonam Ad functionam : Bonam Ad sanactionam : Dubia ad bonam
Pendahuluan
• Cephalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi akibat banyak sebab pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap
• Sakit kepala bisa merupakan keluhan primer atau sekunder
• Nyeri kepala primer merupakan diagnosis utama, bukan disebabkan karena adanya penyakit organik lain.
• Nyeri kepala sekunder merupakan gejala ikutan karena adanya penyakit lain, seperti trauma, infeksi, gangguan metabolik, radang sinus, dan lain-lain.
Pendahuluan
Tension-type headache nyeri kepala tegang karena kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk.
manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau holistik yang tertekan.
Nyeri kepala ini sering memberi respons pengobatan dengan analgesik biasa
Pendahuluan
Di negara maju seperti Eropa dan Amerika tension type headache salah satu penyakit yang paling mahal karena akibat dari sakit kepala ini bisa menurunkan produktivitas seseorang.
Dilaporkan pada suatu studi tahun 2000, 74% pasien adalah pekerja yang tidak masuk kerja beberapa hari oleh karena penyakit ini.
Cephalgia
nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang (Oleson & Bonica, 1990).
Klasifikasi sakit kepala menurutInternational Headache Society
A. Sakit kepala primer Migrain Tension-type
headache Cluster headache Miscelllaneous
headache not associated with structural lession
B. Sakit kepala sekunder Headache
associated with (HAW) head trauma
HAW vascular disorder
HAW nonvascular intracranial disorder
HAW substances or their withdrawal
HAW nonchepalic infection
HAW metabolic disorder
HAW disorder of the cranium, neck, eyes, ears, nose, sinuses, teeth, mouth, or other facial or cranial structure
Cranial neuralgia, nerve trunk pain, and deafferentation pain
Headache not classifiable
Sakit Kepala Primer Sakit kepala tegang otot (tension-type
headache) Sakit kepala migrain Sakit kepala kelompok (cluster
headache)
Migrain Migren berasal dari kata Yunani yang berarti
“sakit kepala sesisi”. Suatu kondisi kronis yang dikarakterisir oleh
sakit kepala episodik dengan intensitas sedang – berat yang berakhir dalam waktu 4 – 72 jam (International Headache Society).
Nyeri kepala yang paling sering ditemukan. Biasanya terasa berdenyut di satu sisi kepala
(unilateral) dengan frekuensi, lama serta hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam dan bertambah dengan aktivitas.
Dapat disertai mual dan atau muntah atau fonofobia dan fotofobia
Epidemiologi Migrain
Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien.
± 30-40 % penduduk USA pernah mengalami nyeri kepala hebat pada masa hidupnya, dimana nyeri tegang otot dan migraine menduduki peringkat nomor satu
Epidemiologi Migrain• Di US terjadi pada 18% wanita, 6% pria, 4 %
anak-anak• Puncak prevalensi baik pada pria & wanita
umur 25 – 55 th• Faktor hormonal mungkin berperan mengapa
wanita lebih banyak menderita migrain• Anak laki-laki menderita migrain pada onset
yang lebih awal dibandingkan anak perempuan• Penderita migrain sebagian besar memiliki
riwayat keluarga migrain, dan sebagian besar juga sering mengalami sakit kepala tegang otot
Klasifikasi International Headache Society (IHS)
1. Migrain tanpa aura (common migraine)2. Migrain dengan aura (classic migraine)3. Migraine with prolonged aura4. Basilar migraine (menggantikan basilar artery
migraine)5. Migraine aura without headache (menggantikan
migraine equivalent atau achepalic migraine)6. Benign paroxysmal vertigo of childhood7. Migrainous infraction (menggantikan
complicated migraine)
EtiologiDiketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya serangan
migraine yaitu: Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau
sebelumnya/ perubahan hormonal. Stress dan kecemasan. Terlambat makan Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-
buahan. Cahaya kilat atau berkelip. Cuaca terutama pada cuaca tekanan rendah Psikis baik pada peristiwa duka ataupun pada peristiwa
bahagia Banyak tidur atau kurang tidur Penyakit kronik misal penyakit ginjal kronik Faktor herediter Faktor kepribadian
Gejala MigrainAda lima gejala yang dapat diidentifikasi :• Prodrome: suatu rangkaian “peringatan” sebelum terjadi
serangan meliputi perubahan mood, perubahan perasaan /sensasi (bau atau rasa), atau lelah dan ketegangan otot
• Aura: melihat kilatan lampu blits (photopsia) atau melihat garis zig zag disekitar mata dan hilangnya sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata (scintillating scotoma), dan wajah yang pucat. gangguan visual yang mendahului serangan sakit kepala
• Sakit kepala: umumnya satu sisi, berdenyut-denyut, disertai mual dan muntah, sensitif terhadap cahaya dan suara. Terjadi antara 4 – 72 jam.
• Berhentinya sakit kepala: meskipun tidak diobati, nyeri biasanya akan menghilang dengan tidur
• Postdrome: tanda-tanda lain migrain seperti tidak bisa makan, tidak konsentrasi, kelelahan
Patofisiologi Migrain
Patofisiologi• Menurut teori/hipotesis vaskuler : aura disebabkan
oleh vasokonstriksi intraserebral diikuti dengan vasodilatasi ekstrakranial
• Aura mungkin merupakan manifestasi penyebaran depresi, suatu peristiwa neuronal yang dikarakterisir oleh gelombang penghambatan yang menyebabkan turunnya aliran darah otak sampai 25-35 %
• Nyeri disebabkan karena aktivitas sistem trigemino-vaskular yang menyebabkan pelepasan subtansi P, neurokinin A, CGRP vasodilatasi dan nyeri
• Aktivitas di dalam sistem trigeminal diregulasi oleh saraf noradrenergik dan serotonergik
• Reseptor 5-HT, terutama 5-HT1 dan 5-HT2 terlibat dalam patofisiologi migrain
Peningkatan kadar 5-HT vasokonstriksi menurunkan aliran darah kranial iskemia aura
Iskemi selanjutnya akan berkurang dan diikuti oleh periode vasodilatasi serebral, neurogenic inflammation, dan nyeri.
Dilatasi atau konstriksi
pembuluh darah serebri dan kulit
kepala
Pencetus
Rangsangan serotoninergik & adrenergik
dibatang otak ↑
Merangsang N. V
Mual
Muntah
FotofobiaHipotalamus
CTZ
Talamus
Korteks
Nyeri
Faktor Pemicu Migrain• Faktor psikologis
Stress, depresi• Faktor lingkungan
Rokok Bau menyengat Perubahan cuaca Cahaya atau suara
• Faktor makanan Yg mengandung
tiramin Food additive
(MSG,aspartam) Coklat,kopi Jeruk
• Obat-obatan Simetidin Kokain Fluoksetin Indometasin Nikotin Nifedipin, dll.
• Faktor hormonal Mens Hamil, menopause
• Gaya hidup Kurang atau kebanyakan
tidur Terlambat makan, dll.
Diagnosis Migrain
• berdasarkan gejala klinis dan riwayat pasien pasien diharapkan punya “migrain diary” (mencatat waktu, intensitas, pemicu dan durasi sakit kepala)
• Migrain tanpa aura: Sedikitnya 5 serangan dengan karakteristik
tertentu Terjadi antara 4 – 72 jam Karakteristik : unilateral, berdenyut-denyut,
intensitas sedang sampai berat, bisa bertambah dengan aktivitas fisik (mis. Naik tangga)
Pasien mengalami mual dan/atau muntah, atau photophobia atau phonophobia
Diagnosis• Migrain dengan aura :
Pasien mengalami migrain dengan sedikitnya 3 dari 4 karakteristik : Pasien mengalami gajala aura yang reversibel
(meliputi: gangguan visual, sensasi abnormal pada kulit, sulit bicara, dan kelemahan otot)
pasien mengalami aura yang berkembang secara bertahap lebih dari 4 menit atau 2 gejala aura berturut-turut
gejala aura berakhir tidak lebih dari 60 menit aura terjadi tidak lebih dari 60 menit sebelum
tejadinya sakit kepala• Selain itu, perlu ada pemeriksaan terhadap
riwayat pengobatan, kondisi fisik, dan uji neurologis (CT Scan)
Tujuan terapi• Menghilangkan gejala/nyeri pada saat serangan
(terapi abortif) atau mencegah serangan (terapi profilaksis)
Tujuan Terapi jangka panjang• Mengurangi frekuensi dan keparahan serangan• Mengurangi patient disability selama serangan,• Memperbaiki kualitas hidup pasien• Mencegah serangan berikutnya• Menghindarkan penggunaan obat yang makin
bertambah• Memberikan edukasi pasien utk dapat
menatalaksana penyakitnya
Strategi terapi
Menghindari atau menghilangkan pemicu
Terapi abortif dimulai pada saat terjadinya serangan akut dengan analgesia.
Terapi profilaksis diperlukan jika serangan terjadi lebih dari 2-3 kali sebulan, serangan berat dan menyebabkan gangguan fungsi, terapi simptomatik gagal atau menyebabkan efek samping yang serius
Tatalaksana Terapi
Terapi Profilaksis menghindari pemicu menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis:• Episodik• Jangka pendek• Jangka panjang Terapi abortif menggunakan obat-obat
penghilang nyeri dan/atau vasokonstriktor
SAKIT KEPALA KELOMPOK (CLUSTER)
Cluster headache
Salah satu nyeri kepala kronik yang sering mengganggu kehidupan seseorang dan pasien terbangun karena nyeri kepala.
sering menyebabkan perubahan emosional seseorang
Epidemiologi
• Lebih jarang terjadi dibandingkan migrain dan sakit kepala tegang otot
• Prevalensi lebih tinggi pd pria (0,5% laki-laki dan 0,1% dari populasi wanita).
• Tidak ada riwayat keluarga• Dapat terjadi pd segala usia, paling sering
terjadi pada usia akhir 20an• Pengobatan mungkin akan mengubah dari
sakit kepala kronis ke episodik, tetapi tidak bisa menyembuhkan
Cluster Headache• Nyeri sangat berat
berlangsung sekitar 30-45 menit, berlokasi dibelakang atau disekitar salah satu mata dan dapat menyebar ke sekitar temporal, rahang, hidung, dagu dan gigi.
• terjadi dilatasi pembuluh darah yang berlebihan disekitar salah satu mata
• Gejalanya : wajah kemerahan secara unilateral (sebelah sisi), keluar air mata (lakrimasi), hidung berair (rinorrhea)
• Ptosis, perubahan pupil, berkeringat yang unilateral atau bilateral dan fasial flushing.
• Berbeda dg migren tidak ada gejala mual muntah,gangguan visual atau sensitivitas terhadap cahaya, suara, dll.
• tidak bersifat herediter
Patofisiologi Cluster Headache
Fokus patofisiologi terletak di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang pleksus perikarotis. Pleksus ini mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2 nervus trigeminus, ganglia servikalis superior/SCG (simpatetik) dan ganglia sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik).
Diperkirakan focus iritatif di sekitar pleksus membawa impuls-impuls ke batang otak rasa nyeri di daerah periorbital, retroorbital dan dahi.
Hubungan polisinaptik dalam batang otak merangsang neuron-neuron dalam kolumna intermediolateral sumsum tulang belakang (simpatetik) dan nucleus salivatorius superior (parasimpatetik).
Serat-serat preganglioner dari nucleus-nukleus ini membawa impuls-impuls
Merangsang SCG (simpatetik) sekresi keringat di dahi Merangsang SPG (parasimpatetik) sekresi air mata (lakrimasi) dan
air hidung (rinorrhea).
Terapi Cluster headache
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan (profilaksis)
Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral
Obat-obat terapi abortif: Oksigen Ergotamin
o Dosis sama dengan dosis untuk migrain Sumatriptan
Obat-obat untuk terapi profilaksis: Verapamil Litium Ergotamin Metisergid Kortikosteroid Topiramat
Tension-Type Headache
Serangan nyeri kepala berulang yang berlangsung dalam hitungan menit sampai hari, dengan sifat nyeri yang biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan sampai berat, bilateral, gejala penyerta tidak menonjol.
Definisi Tension-type headache timbul karena
kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk (m.Splenius kapitis, m.Temporalis, m.Maseter, m.Sternokleidomastoideus, m.Trapezius, m.Servikalis posterior, dan m.Levator skapule).
Sakit kepala tipe ini banyak terdapat pada wanita masa menopause dan premenstrual.
Epidemiologi
• Sakit kepala paling umum terjadi prevalensi 69% pd pria dan 88% wanita
• Dapat dimulai pada segala usia, onset terutama pada usia remaja dan dewasa muda
• 40% memiliki riwayat keluarga sakit kepala tegang otot
• Umumnya sakit kepala berkurang dengan meningkatnya usia
• 25% pasien juga mengidap migrain
SAKIT KEPALA TEGANG OTOT (tension-type)
• Merupakan jenis yang paling banyak dijumpai, disebabkan karena kontraksi otot di kepala
• Rasa nyeri tumpul yang konstan, atau perasaan menekan yang tidak enak pada leher, pelipis, dahi, atau di sekitar kepala, leher terasa kaku
• Umumnya terjadi secara bilateral (terjadi pada kedua belah sisi pada waktu yang sama)
• Jarang terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi antara umur 20 sampai 40 tahun
Tension-type headache• Episodik jika seseorang menderita sedikitnya 10 kali
sakit kepala yang lamanya berkisar 30 menit – 7 hari, dan terjadi kurang dari 180 kali setahun.
• Sakit kepalanya memiliki sedikitnya 2 dari tanda-tanda di bawah ini : Rasa menekan/berat yang berlokasi di kedua belah sisi kepala Sakit dengan intensitas ringan sampai sedang Tidak bertambah saat naik tangga atau aktivitas fisik yg serupa Tidak mual atau muntah Mungkin sensitif terhadap cahaya atau suara, tapi tidak
keduanya• Kronik jika seseorang menderita sakit kepala dengan
frekuensi rata-rata 15 hari dalam sebulan (atau 180 hari dalam setahun) selama 6 bulan, dan memiliki tanda-tanda seperti episodic tension-type headache.
• Selain itu, pasien tidak menderita gangguan penyakit lain seperti diperlihatkan dengan uji fisik maupun neurologis
Gejala Klinis
Pada yang episodik sebagian besar sembuh dengan obat-obat analgetik bebas yang beredar dipasaran.
Pada yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi.
Gejala lain gangguan tidur (sering terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dan gangguan haid.
Keluhan emosi antara lain perasaan bersalah, putus asa, tidak berharga, takut sakit atau mati.
Keluhan psikis yaitu konsentrasi buruk, minat menurun, ambisi menurun atau hilang, daya ingat buruk dan mau bunuh diri.
Lokasi
Tension-type headache dapat terjadi secara:
Bilateral. Predominasi oksipital-nukhal. Temporal. Frontal.
Kadang menyebar difus di puncak kepala.
Patogenesis Nyeri kepala yang timbul adalah manifestasi
dari reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional atau kelelahan.
Respon fisiologis yang terjadi meliputi refleks vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi menetap otot-otot skelet kulit kepala (scalp), wajah, leher dan bahu secara terus menerus.
Faktor Pencetus
Stres Kecemasan Depresi Konflik emosional Kelelahan
Penatalaksaan
Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya.
Terapi farmakologik Menggunakan analgesik atau
analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri
Contoh : aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesik
Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau depresi
Antidepresan amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound headache
Terapi farmakologik
Penenang/ansiolitik : Klordiazepoksid 5mg tablet dengan
dosis 15-30mg/hari. Klobazam 10mg tablet dengan dosis
20- 30mg/hari. Lorazepam 1-2mg tablet dengan
dosis 3- 6mg/hari.
Tatalaksana Psikoterapi bermanfaat pada kasus
dengan ansietas atau depresi yang berat.
Fisioterapi terdiri dari diatermi, masase, kompres hangat, TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation).
Tindakan lain injeksi trigger point dengan 0,25 – 0,50 ml lidokain 1% dicampur deksametason/triamsolon dalam volume yang sama dapat membantu mempercepat penyembuhan nyeri kepala tegang pada kasus-kasus tertentu.
Tata Laksana Terapi
• Terapi Non-farmakologi melakukan latihan peregangan leher atau otot
bahu sedikitnya 20 - 30 menit perubahan posisi tidur pernafasan dengan diafragma atau metode
relaksasi otot yang lain Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :
Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat menonton televisi
Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
Diagnosis HeadacheAnamnesis Usia timbulnya Lamanya & frekwensi nyeri kepala Sisi mana yang sakit Kualitas nyeri kepala Saat timbulnya nyeri kepala Fenomena lain yang menyertainya
seperti photofobia,phonofobia, gangguan penglihatan, kelemahan otot, febris
Hal yang memperburuk nyeri kepala batuk.
Pemeriksaan fisik. Keadaan umum pasien & mentalnya. Tanda tanda rangsangan meningeal Adakah kelainan saraf cranial Adakah kelainan pada kekuatan otot,
refleks dan koordinasinya
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah ,LED Lumbal punksi Elektroensefalografi CT Scan kepala, MRI
TERIMA KASIH…
DAFTAR PUSTAKA Sjahrir H, Samino, Ali W, editor. Konsensus Nasional Penanganan
Nyeri Kepala di Indonesia. Jakarta: PERDOSI. 1999. Diamond S. Migrain Headache. In: Diamond ML, Solomon GD,
editors. Diamond and Dalessio’s: The Practicing Physician’s Approach to Headache. 6th ed. Philadelphia: WB. Saunders. 1999. p. 46-70.
Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP. Clinical Neurology. 5th ed. New York: McGraw-Hill/Appleton & Lange. 2002.
Lumbantobing, S,M. Neurologi Klinik. Jakarta : FKUI. 2008 Mardjono, Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.
2008. R. P., Lewis, et al. Merrit’s Neurology. 11th ed. New York :
Lippincott Williams and Winkins. 2005. Ropper A and Brown R.ed. . Adam and Victor’s Principle of
Neurology 8th Edition. New York: Mc Graw Hill-Medical Publishing Division. 2005.