cephalgia kasus

25
OLEH: LILIS SULISTIAWATI, S.KED PEMBIMBING : DR.NUR AMALIA VERBTY, SP.S CEPHALGIA ET CAUSA TENSION HEADACHE KEPANITERAAN KLINIK SENIOR FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI BAGIAN NEUROLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Upload: nana-heriyana

Post on 18-Dec-2015

169 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Cephalgia Kasus

TRANSCRIPT

Slide 1

oLEH:Lilis Sulistiawati, S.Ked

PEMBIMBING : dr.Nur Amalia Verbty, Sp.SCEPHALGIA ET CAUSA TENSION HEADACHEKEPANITERAAN KLINIK SENIORFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBIBAGIAN NEUROLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBIPENDAHULUANNyeri kepala (headache atau cephalgia) : rasa nyeri a/u rasa tdk mengenakkan pd seluruh daerah kepala dg batas bawah dari dagu sampai ke daerah belakang kepala (daerah oksipital dan sebagian daerah tengkuk).Berdasarkan penyebabnya : nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder.Nyeri kepala primer nyeri kepala yg tdk jelas tdpt kelainan anatomi a/u kelainan struktur a/u sejenisnya. Dibagi : migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala cluster, dan nyeri kepala primer lainnya. LAPORAN KASUSIdentifikasi Nama : Ny. YUmur: 37 TahunJenis kelamin: PerempuanAgama: IslamAlamat: Jl. Dusun kampung baru RT 05 SEI bengkal Tebo IlirPekerjaan: IRTMRS: 29 Juli 2014

Anamnesis:

1 minggu SMRS pasien mengeluh sakit kepala, sakit kepala dirasakan seperti ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul, terkadang disertai dengan keluarnya air mata, sakit kepala tidak disertai mual dan muntah, tidak takut melihat cahaya dan tidak takut mendengar suara. Sakit dirasakan hilang timbul. Saat keluhan timbul, keluhan menetap pada lokasi yang sama. Lamanya setiap serangan tidak menentu, biasanya keluhan timbul selama 1-2 jam. Pasien mengatakan keluhan nyeri biasanya timbul jika stress, saat duduk santai menonton tv, membaca, ataupun pekerjaan lain yang membutuhkan konsentrasi. Rasa nyeri tidak bertambah berat bila pasien beraktivitas. Keluhan telinga berdenging (-), penglihatan kabur (-), silau (-). Pusing berputar disangkal. Pasien sudah dua kali berobat kedokter dan diberi obat namun tidak ada perbaikan. 2 hari SMRS pasien merasakan sakit kepala semakin hebat, sakit kepala dirasakan seperti ditekan terutama pada bagian belakang kepala sampai ke leher. Pasien mengaku lehernya terasa tegang jika sakit kepala timbul, terkadang disertai dengan keluarnya air mata, sakit kepala tidak disertai mual dan muntah. Kemudian pasien berobat ke RSUD Raden Mattaher Jambi.Riwayat Hipertensi disangkal. Riwayat DM disangkal. Riwayat maag (-). Riwayat trauma kepala (-)

Pemeriksaan fisik

Status generalisKesadaran: Compos mentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5Tekanan darah: 120/80 mmHgNadi: 88x/IRespirasi: 20x/iSuhu: 36,4oC

Status InternusKepala: Mata : CA-/-, SI -/-, Pupil : isokor, refleks cahaya (+)Visus : ka:6/6, ki:6/6Leher: JVP 5-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)Dada: Simetris, tidak ada retraksiJantung: BJ I dan BJ II regular, Gallop (-), Mur-mur (-)Paru: Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-Fungsi Motorik: tidak ada kelainanFungsi Sensorik: tidak ada kelainanFungsi luhur: tidak ada kelainanFungsi vegetatif: tidak ada kelainanGejala ransangan meningeal : tidak adaGerakan abnormal: tidak adaGait dan Keseimbangan: tidak adaDiagnosisDiagnosis klinis: CephalgiaDiagnosis Topis: -Diagnosis Etiologi: Tension type headache

Penataaksanaan :

Terapi farmakologis.IVFD: RL 20 tetes/ menitAspirin 3 x 325 mgAmitriptilin 3 x 25 mgTerapi non-farmakologisMelakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20-30 menitTidur teraturPernafasan dengan diafragma atau metode- metode relaksasi otot

11PrognosisQuo ad vitam: dubia ad bonamQuo ad fungsionam: dubia ad bonamQuo ad sanam: dubia ad bonam

Hasil pemeriksaan labor

WBC: 9.9 103/mm3 RBC: 5.21 106/mm3 Hemoglobin :14.5 g/dlHematokrit: 43.5 % PLT: 296 103/mm3 PCT :.231 %Gula darah sewaktu: 118mg/dl

TERIMA KASIHRIWAYAT PERKEMBANGAN:

Rawat hari ke-2S : Pasien mengeluh kepala masih terasa sakit dan badan lemas.O : TD : 110/70 mmHg T : 36oC N : 82x/i RR : 18x/iA: Cephalgia et causa Tension type headache.P : Terapi farmakologis.IVFD: RL 20 tetes/ menitIbuprofen 3 x 1 mgAmitriptilin 3 x 25 mg

Terapi non-farmakologisMelakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20-30 menitTidur teraturPernafasan dengan diafragma atau metode-metode relaksasi otot

Rawat hari ke-3

S : Pasien mengatakan sakit kepala sudah mulai berkurang.O : TD : 120/80 mmHg T : 36oC N : 88 x/i RR : 20 x/iA: Cephalgia et causa Tension type headache.P : Terapi farmakologis.IVFD: RL 20 tetes/ menitIbuprofen 3 x 1 mgAmitriptilin 3 x 25 mg

Terapi non-farmakologisMelakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20-30 menitTidur teraturPernafasan dengan diafragma atau metode-metode relaksasi ototTENSION TYPE HEADACHEDefinisiMerupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus otot- otot kepala dan tengkuk (M.splenius kapitis, M.temporalis,M.maseter,M.sternokleidomastoid,M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator skapula).Etiologi

Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah stress, depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.

Epidemiologi

TTH terjadi 78 % sepanjang hidup dimana Tension Type Headache episodik terjadi 63 % dan Tension Type Headache kronik terjadi 3 %. Tension Type Headache episodik lebih banyak mengenai pasien wanita yaitu sebesar 71% sedangkan pada pria sebanyak 56 %. Biasanya mengenai umur 20 40 tahun.

Klasifikasi

Tension Type Headache episodik, apabila frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan. Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung selama 30 menit 7 hari.Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung lebih dari 6 bulan.

Diagnosa

Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang-kurangnya dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit, (2) intensitas ringan-sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia.Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang- berat, tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.Terapi

Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH.Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan/atau mucles relaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang efektif untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia (asetaminofen, aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah butalbital dan kafein (dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal) yang akan menambah efektifitas pengobatan.

Menurut consensus IX PERDOSSI, terapi farmakologi pada TTH adalah:Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 mingguAnalgetik: aspirin 1000 mg/hari, Acetaminofen 1000 mg/hari,, NSAID (Ibuprofen 800 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, Diklofenak 50-100 mg/hari)Kafein (analgetik adjuvant) 65 mgKombinasi 325 aspirin, acetaminofen + 40 mg kafein2.Tipe KronisAntidepresanJenis trisiklik: amitryptilinAnti anxietasBaik pada pengobatan kronis dan preventif terutama pada penderita dengan kormobid anxietas. Golongan yang sering diipakai benzodiazepine dan butalbutal, namun obat ono bersifat addiktif.

Pencegahan

Pencegahan TTH adalah dengan mencegah terjadinya stress dengan olahraga teratur, istirahat yang cukup, relaksasi otot (massage, yoga, stretching), meditasi, dan biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka dapat dilakukan behavioral therapy. Selain itu, TTH dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah posisi tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Sjahrir H. Nyeri Kepala. Medan: USU, 2004. hal. 2.Jenie, MN. Diagnosis Nyeri Kepala. Dalam: Kumpulan Makalah Utama Temu Regional Neurologi XIV FK UGM-UNDIP-UNS. Magelang 19-20 Juli 1997. Yogyakarta: Bagian/SMF Penyakit Saraf FK UGM/RSUP Dr.Sardjito, 1997. hal.16-7.Snell RS. Meninges Otak Dan Medula Spinalis. Dalam: Neuroanatomi klinik. 5th ed. Jakarta: EGC, 2006. hal. 487.Adams RD, Victor M. Intracranial Neoplasms And Paraneoplastic Disorder. Dalam: Principles of Neurology. 8th ed. New York: McGraw Hill Inc, 2005. hal.544-82.Sjahrir H. Patofisiologi nyeri kepala. In: Nyeri kepala dan vertigo. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press, 2008. hal.1,2,16,50-72.Bigal ME, Lipton R. Headache: Classification in Section 6. Dalam: Headache and Facial Pain Chapter 54. McMahon ebook.Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: FK UGM, 2009.Sjahrir, Hasan, dkk. Konsensus Nasional IV Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala. Surabaya: Universitas Airlangga, 2013.