perpajakan week 4 - finish

69
PAJAK PENGHASILAN UNTUK TRANSAKSI KHUSUS 1. PPh Pasal 4 ayat 2 Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 ditentukan bahwa : 1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; 2. Penghasilan berupa hadiah undian; 3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; 4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan 5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikannya perlakuan tersendiri dimaksud antara lain adalah: a. Kesederhanaan dalam pemungutan pajak

Upload: valentine-juventia-teguh

Post on 24-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perpajakan Week 4 - Finish

PAJAK PENGHASILAN UNTUK TRANSAKSI KHUSUS

1. PPh Pasal 4 ayat 2

Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun1983

tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 ditentukan bahwa :

1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat

utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota

koperasi orang pribadi;

2. Penghasilan berupa hadiah undian;

3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang

diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan

modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha

jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Pemerintah.

Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikannya perlakuan tersendiri

dimaksud antara lain adalah:

a. Kesederhanaan dalam pemungutan pajak

b. Keadilan dan pemerataan dalam pengenaan pajak

c. Memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter.

Pertimbangan tersebut juga mendasari perlunya pemberian perilaku tersendiri terhadap

pengenaan pajak atas penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta

jenis-jenis penghasilan tertentu lainnya. Oleh karena itu, pengenaan pajak penghasilan

termasuk sifat, besarnya dan tata cara pelaksanaan pembayaran, pemotongan atau

pemungutan atas jenis-jenis penghasilan tersebut diatur tersendiri dengan peraturan

pemerintah. Dengan mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan pengenaan serta

tidak akan menambah beban bagi Wajib Pajak (WP) maupun Direktorat Jendral Pajak, maka

pengenaan pajak penghasilan dalam ketentuan ini dapat bersifat final.

Page 2: Perpajakan Week 4 - Finish

Berikut merupakan pemotong PPh Pasal 4 ayat (2), yaitu:

Koperasi;

Penyelenggara kegiatan;

Otoritas bursa; dan

Bendaharawan;

Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 4 ayat (2), adalah :

1. Penerima bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang

negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi

orang pribadi;

2. Penerima hadiah undian;

3. Penjual saham dan sekuritas lainnya; dan

4. Pemilik properti berupa tanah dan/atau bangunan;

Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah bersifat final; dan karena mempunyai sifat

final, maka pemotongan PPh pasal 4 ayat (2) tidak dapat dikreditkan. Begitu juga omzet yang

terkait dengan transaksi yang dikenakan PPh pasal 4 ayat (2) tidak dimasukkan dalam omzet

usaha, namun dimasukkan ke dalam omzet penghasilan yang telah dipotong PPh final.

2. Kredit Pajak Luar Negeri (PPh 24)

Pajak penghasilan pasal 24 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, menyatakan bahwa:

1) Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak

yang terutang berdasarkan Undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama. 

2) Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak

penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi

penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini. 

3) Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan

ditentukan sebagai berikut: 

a. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari

pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang

menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat

kedudukan; 

Page 3: Perpajakan Week 4 - Finish

b. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan

harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga,

royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;

c. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak

adalah negara tempat harta tersebut terletak;

d. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan

adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut

bertempat kedudukan atau berada; 

e. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap

tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan; 

f. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau

tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan

pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada; 

g. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap

berada; dan 

h. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk

usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada. 

4) Penentuan sumber penghasilan selain penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) menggunakan prinsip yang sama dengan prinsip yang dimaksud pada ayat

tersebut. 

5) Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyata kemudian

dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang menurut Undang-undang

ini harus ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau

pengembalian itu dilakukan. 

6) Ketentuan mengenai pelaksanaan pengkreditan pajak atas penghasilan dari luar negeri

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri (164/KMK.03/2002)

Supaya pajak yang terutang atau dibayar diluar negeri dapat dikreditkan, maka Wajib

Pajak harus menyampaikan surat permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan

dilampiri:

Page 4: Perpajakan Week 4 - Finish

1. Laporan Keuangan yang mencantumkan dengan jelas penghasilan dari luar negeri

tersebut;

2. Salinan Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri;

3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri

Permohonan kredit pajak tersebut harus disampaikan bersama dengan penyampaian

Surat Pemberitahuan Tahunan Penghasilan. Namun atas permohonan Wajib Pajak, Direktur

Jenderal Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian lampiran-lampiran

permohonan tersebut karena alasan-alasan diluar kekuasaan wajib pajak.

Penggabungan Penghasilan (SE-22/PJ.4/1995)

Untuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari dalam negeri maupun dari luar negeri maka seluruh

penghasilan Wajib Pajak tersebut dihitung dan digabungkan. Hasil penggabungan tersebut

dijadikan dasar untuk menghitung PPh pasal 24.

Atas penghasilan dari usaha, penggabungan penghasilan dilakukan dalam tahun

diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis).

Atas penghasilan lainnya seperti sewa, bunga, royalti, dan lain-lain,

penggabungan penghasilan dilakukan dalam tahun pajak diterimanya

penghasilan tersebut (cash basis)

Atas penghasilan berupa dividen yang diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dari

penyertaan modal sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham disetor atau

secara bersama-sama denga Wajib pajak dalam negeri lainnya sekurang-

kurangnya 50% dari jumlah saham disetor pada badan usaha di luar negeri yang

sahamya tidak diperdagangkan di bursa efek, dilakukan dalam tahun pajak di

mana dividen tersebut diperoleh.

Saat perolehan dividen dalam rangka penggabungan penghasilan ditetapkan sesuai

dengan Keputusan Menteri Keuangan, sebagai berikut:

1. Pada bulan keempat setelah akhir batas waktu kewajiban untuk menyampaikan

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh) badan

usaha di luar negeri untuk tahun pajak yang bersangkutan, atau;

Page 5: Perpajakan Week 4 - Finish

2. Jika tidak ditentukan batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, atau tidak

ada kewajiban penyampaian SPT PPh, saat diperolehnya dividen adalah pada

bulan ketujuh setelah tahun pajak berakhir.

Penentuan besarnya dividen yang digabungkan dengan penghasilan lainnya dihitung

berdasarkan besarnya proporsi pemilikan saham pada badan usaha di luar negeri atas laba

setelah pajak. Laba setelah pajak adalah laba usaha sesuai dengan laporan keuangan yang

disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim berlaku di negara yang

bersangkutan dan telah diaudit oleh akuntan publik, setelah dikurangi dengan PPh terutang di

negara tersebut.

Apabila kemudian terjadi pembagian dividen dalam jumlah yang melebihi dividen

berdasarkan penghitungan Wajib Pajak dalam negeri tersebut atau terjadi pembagian dividen,

kelebihan jumlah tersebut wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada tahun pajak

dibagikannya dividen tersebut. Namun apabila sebelum jangka waktu tersebut di atas badan

usaha di luar negeri dimaksud sudah membagikan dividen yang menjadi hak Wajib Pajak,

maka dividen yang digabungkan adalah sebesar dividen yang dibagikan tersebut. Dividen

yang menjadi hak Wajib Pajak  adalah dividen yang sekurang-kurangnya sama besarnya

dengan dividen yang dihitung sebanding dengan penyertaan Wajib Pajak pada badan usaha di

luar negeri. Apabila kemudian terjadi pembagian dividen selain dividen yang telah dibagikan

di atas, maka dividen tersebut wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada tahun pajak

dibagikannya dividen tersebut.

3. Ketentuan khusus PPh atas transaksi / industri tertentu

1. Penghasilan Modal Ventura

Bagian laba yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura dari penyertaan

modal pada perusahaan kecil dan menengah (nilai penjualan bersih tahun sebelumnya

tidak melebihi Rp 5 Milyar), bukan merupakan obyek PPh apabila memenuhi ketentuan

sebagai berikut :

a. Perusahaan pasangan usaha tersebut belum go publik.

b. Penyertaan tersebut dilakukan tidak melebihi jangka waktu 10 tahun.

c. Apabila penyertaan tersebut telah melewati jangka waktu 10 tahun, maka bagian

laba tersebut merupakan penghasilan (obyek PPh).

Page 6: Perpajakan Week 4 - Finish

Perusahaan modal ventura wajib membukukan secara terpisah antara penghasilan yang

merupakan obyek PPh dan bukan obyek PPh. Atas penghasilan perusahaan modal

ventura dari transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada

perusahaan pasangan usahanya (dengan syarat tersebut di atas) dikenakan PPh Final

sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai penjualan/pengalihan ( Peraturan Pemerintah

Nomor 4 Tahun 1995 )

Peraturan yang terkait, adalah:

a. Undang – Undang nomor 36 tahun 2008

Dalam Undang – Undang nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 3

huruf k perusahaan modal ventura adalah suatu perusahaan yang kegiatan usahanya

membiayai badan usaha (sebagai pasangan usaha) dalam bentuk penyertaan modal

untuk suatu jangka waktu tertentu. Berdasarkan ketentuan ini, bagian laba yang

diterima atau diperoleh dari perusahaan pasangan usaha tidak termasuk sebagai objek

pajak, dengan syarat perusahaan pasangan usaha tersebut merupakan perusahaan

mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dalam

sektor-sektor tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan saham perusahaan

tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

b. Peraturan Pemerintah nomor 4 tahun 1995

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

1995 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Perusahaan Modal Ventura Dari

Transaksi Penjualan Saham Atau Pengalihan Penyertaan Modal Pada Perusahaan

Pasangan Usahanya, atas penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi

penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan

usahanya dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Hal ini juga diatur dalam

UU no 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 2 huruf c.

Besarnya tarif pajak penghasilan atas penghasilan perusahaan modal ventura

adalah 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau pengalihan

penyertaan modal. Apabila transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan

modal tersebut dilakukan melalui bursa efek, maka pengenaan Pajak Penghasilannya

dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

Page 7: Perpajakan Week 4 - Finish

undangan tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari transaksi penjualan saham

di bursa efek.

c. Keputusan Menteri Keuangan nomor 250/KMK.04/1995

Berdasarkan KMK nomor 250/KMK.04/1995, bagian laba yang diterima atau

diperoleh perusahaan modal ventura dari penyertaan modal pada perusahaan kecil dan

menengah (nilai penjualan bersih tahun sebelumnya tidak melebihi Rp 5 Milyar),

bukan merupakan obyek PPh apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Perusahaan pasangan usaha tersebut belum go publik.

b. Penyertaan tersebut dilakukan tidak melebihi jangka waktu 10 tahun.

c. Apabila penyertaan tersebut telah melewati jangka waktu 10 tahun, maka bagian

laba tersebut merupakan penghasilan (obyek PPh).

Perusahaan modal ventura wajib membukukan secara terpisah antara penghasilan yang

merupakan obyek PPh dan bukan obyek PPh.

2. Pajak penghasilan atas transaksi pasar modal

Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari

transaksi penjualan saham di bursa adalah:

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997;

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.04/ 1997.

Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar Modal menyediakan

berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti:

menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar

Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun

institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti

obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal adalah meningkatkan

dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan kriteria pasarnya secara efisien

yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.

Page 8: Perpajakan Week 4 - Finish

Pelaku pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat langsung dalam proses

transaksi adalah sebagai berikut:

Emiten

Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan

emisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten memiliki

berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum pemegang

saham (RUPS), antara lain :

Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk

meluaskan bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.

Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara modal sendiri dengan

modal asing.

Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang saham

lama kepada pemegang saham baru.

Investor

Investor merupakan orang / badan yang akan membeli atau menanamkan modalnya di

perusahaan yang melakukan emisi. Sebelum membeli surat berharga yang ditawarkan,

investor biasanya melakukan penelitian dan analisis tertentu. Penelitian ini mencakup

bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan analisis lainnya. Tujuan utama para

investor dalam pasar modal antara lain:

Memperoleh deviden. Ditujukan kepada keuntungan yang akan diperolehnya

berupa bunga yang dibayar oleh emiten dalam bentuk deviden.

Kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki maka semakin

besar menguasai perusahaan.

Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, agar pada saham yang

benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual beli sahamnya.

Lembaga Penunjang

Fungsi lembaga penunjang antara lain turut serta mendukung beroperasinya pasar

modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun investor dalam melakukan

berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal.

Penjamin emisi (underwriter).

Lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi sampai batas waktu tertentu dan

dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten.

Perantara perdagangan efek (broker/ pialang)

Page 9: Perpajakan Week 4 - Finish

Perantaraan dalam jual beli efek, yaitu perantara antara si penjual (emiten) dengan si

pembeli (investor). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh broker antara lain

meliputi:

Memberikan informasi tentang emiten

Melakukan penjualan efek kepada investor

Perdagangan efek (dealer)

Berfungsi sebagai:

Pedagang dalam jual beli efek

Sebagai perantara dalam jual beli efek

Penanggung (guarantor)

Lembaga penengah antara pemberi kepercayaan dengan penerima kepercayaan.

Lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum menanamkan dananya.

Wali amanat (trustee)

Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat (investor). Kegiatan

wali amanat meliputi:

Menilai kekayaan emiten

Menganalisis kemampuan emiten

Melakukan pengawasan dan perkembangan emiten

Memberi nasehat kepada para investor dalam hal yang berkaitan dengan emiten

Memonitor pembayaran bunga dan pokok obligasi

Bertindak sebagai agen pembayaran

Perusahaan surat berharga (securities company)

Mengkhususkan diri dalam perdagangan surat berharga yang tercatat di bursa efek.

Kegiatan perusahaan surat berharga antara lain :

Sebagai pedagang efek

Penjamin emisi

Perantara perdagangan efek

Pengelola dana

Perusahaan pengelola dana (investment company)

Mengelola surat-surat berharga yang akan menguntungkan sesuai dengan keinginan

investor, terdiri dari 2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan dana.

Kantor administrasi efek.

Kantor yang membantu para emiten maupun investor dalam rangka memperlancar

administrasinya.

Page 10: Perpajakan Week 4 - Finish

Membantu emiten dalam rangka emisi

Melaksanakan kegiatan menyimpan dan pengalihan hak atas saham para investor

Membantu menyusun daftar pemegang saham

Mempersiapkan koresponden emiten kepada para pemegang saham

Membuat laporan-laporan yang diperlukan.

Berdasarkan PP no 41 tahun 1994, objek pajak penghasilan final adalah penghasilan

yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan saham di

bursa efek. Sedangkan pemotong pajak penghasilan adalah penyelenggara bursa efek.

Penyelenggara bursa efek wajib menyetor seluruh pajak yang dipungut sekali sebulan

kepada bank persepsi atau kantor pos dan giro dengan surat setoran pajak, dan

menyampaikan laporan pemungutan dan penyetoran PPh kepada Dirjen Pajak

Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 0,1% (satu per

seribu) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan. Khusus untuk transaksi penjualan

saham pendiri berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan PPh dengan tarif 0,5% (setengah

persen) dari nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa di akhir tahun

1996;

b. Dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek setelah 1 Januari 1997,

maka nilai saham pendiri ditetapkan sebesar harga saham pada saat penawaran

umum perdana;

c. Penyetoran tambahan PPh atas saham pendiri dilakukan oleh emiten atas nama

pemilik saham pendiri:

selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah ditetapkannya Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 (tanggal 29 Mei 1997), apabila saham

perusahaan telah diperdagangkan di bursa efek sebelum Peraturan Pemerintah

Nomor 14 Tahun 1997 ditetapkan;

selambat – lambatnya 1 (satu) bulan setelah saham tersebut diperdagangkan di

bursa, apabila saham perusahaan baru diperdagangkan di bursa efek pada saat

atau setelah Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 ditetapkan (tanggal

29 Mei 1997);

Wajib Pajak yang memilih untuk memenuhi kewajiban PPhnya tidak

berdasarkan angka 3 di atas, atas penghasilan dari transaksi penjualan saham

Page 11: Perpajakan Week 4 - Finish

pendiri dikenakan PPh sesuai dengan tarif umum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 Undang-undang PPh.

3. Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang Dibebankan Pada Keuangan Negara / Daerah

Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari

transaksi penjualan saham di bursa adalah:

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010

Penghasilan tetap atau teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN atau APBD

meliputi penghasilan tetap dan teratur bagi:

1. Pejabat Negara untuk:

a. Gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap bulan

b. Imbalan tetap sejenisnya

2. PNS, Anggota TN!, dan Anggota POLRI, untuk gaji dan tunjangan lain yang sifatnya

tetap dan teratur setiap bulan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan; namun tidak termasuk biaya perjalanan dinas

3. Pensiunan, untuk uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur

setiap bulan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

4. Termasuk dalam pengertian gaji, uang pensiun, dan tunjangan lain sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) adalah gaji, uang pensiun, dan tunjangan ke-13 (ketiga belas).

Dalam hal penghasilan tetap dan teratur setiap bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) dan honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun yang diterima dalam

mata uang asing, penghitungan PPh Pasal 21 didasarkan pada nilai tukar (kurs) yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat pembayaran penghasilan

tersebut.

Dasar pengenaan PPh pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan adalah

Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP ditentukan berdasarkan penghasilan neto dikurangi

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Page 12: Perpajakan Week 4 - Finish

Besarnya penghasilan neto ditentukan berdasarkan jumlah seluruh penghasilan tetap dan

teratur setiap bulan dikurangi dengan biaya jabatan dan iuran terkait gaji yang dibayar

pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau anggota Polri kepada dana pension yang

pendiriannya disahkan oleh menteri keuangan.

Besarnya penghasilan neto sebagaimana bagi pensiunan ditentukan berdasarkan seluruh

penghasilan tetap dan teratur setiap bulan dikurangi dengan biaya pensiun sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang biaya pensiun.

Bagi honorarium atau imbalan lain, dasar pengenaan pajak PPh pasal 21 adalah

penghasilan bruto.

Masa pajak berakhir apabila pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau anggota Polri

terakhir bekerja

Tarif yang berlaku atas penghasilan ini adalah:

1. Untuk Penghasilan yang Bersifat Tetap

Tarif yang dikenakan menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas

jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, dan

PTKP. Untuk iuran pensiun, pengelola dana pensiun harus disahkan oleh Menteri

Keuangan.

2. Untuk Penghasilan yang Bersifat Tidak Tetap

Penghasilan yang dimaksud dapat berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama

apapun yang menjadi beban APBN atau APBD, dan dipotong oleh bendahara

pemerintah yang membayarkan honorarium atau imbalan tersebut. Adapun tarif yang

dikenakan adalah

1. Sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan

Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan

Bintara, dan Pensiunannya;

2. Sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III, Anggota

TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya;

3. Sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bagi Pejabat Negara, PNS

Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira

Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya.

Page 13: Perpajakan Week 4 - Finish

Tata Cara Pemotongan

Bendahara pemerintah yang melakukan pemotongan PPh Psl 21 adalah bendahara

pengeluaran pada kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, atau pemerintah

kabupaten/kota.

Untuk Pensiunan, pemotongan dilakukan oleh badan yang ditunjuk sesuai peraturan

perundang-undangan untuk melakukan pembayaran penghasilan.

Tata Cara Pelaporan dan Pembayaran

Pelaporan pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 21 untuk setiap Masa Pajak dilakukan

melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak

tempat Bendahara pemerintah.

PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Bendahara pemerintah dan badan yang ditunjuk untuk

mengelola dana pensiun, wajib disetor ke Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri

Keuangan, dalam jangka waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4. Pajak penghasilan usaha Konstruksi

Aturan Pelaksana tentang Pajak Penghasilan Usaha Konstruksi ada di dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 yang diubah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 2009

Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang menerima penghasilan dari usaha

di bidang jasa konstruksi.

Objek pajak penghasilan untuk pajak penghasilan usaha konstruksi merupakan

penghasilan yang diperoleh kontraktor dari usaha:

1. layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi,

Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang

dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu

mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.

Page 14: Perpajakan Week 4 - Finish

2. layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan

Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang

dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu

menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi

bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi

terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan

perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction)

serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).

3. layanan jasa konsultansi pengawasan konstruksi;

Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang

dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu

melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi

sampai selesai dan diserahterimakan;

Tarif pengenaan pajak

Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima penghasilan

Usaha

Bentuk Pekerjaan Klasifikasi Usaha Tarif Sifat

Pelaksanaan KonstruksiKecil 2% (*) Final

Menengah dan Besar 3% (*) Final

Perencanaan dan

Pengawasan

Kecil, Menengah dan

Besar4% (*) Final

Tidak Memiliki Kualifikasi Usaha :

Bentuk Pekerjaan Tarif Sifat

Pelaksanaan Konstruksi 4% (*) Final

Perencanaan dan Pengawasan 6% (*) Final

(*) dari jumlah/penerimaan pembayaran tidak termasuk PPN

Ketentuan ini berlaku 1 Agustus 2008, dalam hal :

Page 15: Perpajakan Week 4 - Finish

1. Kontrak yg ditandatangani sebelum 1 Agustus 2008 dan pembayaran dari kontrak

atau bagian dari kontrak tersebut dilakukan s.d tgl 31 Desember 2008 tunduk pada

ketentuan lama;

2. Kontrak yg ditandatangani sebelum 1 Agustus 2008 dan pembayaran dari kontrak

atau bagian dari kontrak tersebut setelah tgl 31 Desember 2008, maka :

a. Berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan ditandatangani penyedia jasa

s.d 31 Desember 2008, maka tunduk pada ketentuan lama;

b. Berita acara serah terima penyelesaian pekerjaan ditandatangani penyedia jasa

setelah 31 Desember 2008, maka tunduk pada ketentuan baru.

Besar kecilnya kualifikasi usaha berdasarkan Ketentuan dari LPJK (Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi). Menurut pasal 3 ayat 1 PP No 51 Tahun 2008, yang

dimaksud dengan kualifikasi usaha adalah stratifikasi yang ditentukan berdasarkan

sertifikasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).

Pasal 8 ayat (3) PP 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi

menyebutkan :

Kualifikasi usaha jasa konstruksi didasarkan pada tingkat/ kedalaman kompetensi dan

potensi kemampuan usaha, dan dapat digolongkan dalam:

a. kualifikasi usaha besar;

b. kualifikasi usaha menengah;

c. kualifikasi usaha kecil termasuk usaha orang perseorangan.

Pengertitan kualifikasi menurut PP 28 tahun 2000 adalah

bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa

konstruksi menurut tingkat / kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha, atau

penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa

konstruksi menurut tingkat / kedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan

keahlian.

Pasal 10 ayat (1) Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi No. 11a tahun 2008

tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi menyebutkan :

Penggolongan kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 didasarkan pada kriteria tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan

usaha, yang selanjutnya dibagi menurut kemampuan melaksanakan pekerjaan

Page 16: Perpajakan Week 4 - Finish

berdasarkan kriteria risiko, dan/atau kriteria penggunaan teknologi, dan/atau kriteria

besaran biaya, dapat dibagi jenjang kompetensinya dalam Gred sebagai berikut :

a. kualifikasi usaha besar, berupa : Gred 7, Gred 6

b. kualifikasi usaha menengah, berupa : Gred 5

c. kualifikasi usaha kecil, berupa : Gred 4, Gred 3, Gred 2, Gred 1 (usaha orang

perseorangan)

Sedangkan menurut Pasal 10 ayat (2) Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa

Konstruksi No. 12a tahun 2008 tentang Registrasi Usaha Jasa Perencana Konstruksi dan

Jasa Pengawas Konstruksi menyebutkan :

Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan jasa pengawas konstruksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jenjang kompetensinya dalam Gred, dapat dibagi

dalam golongan :

a. kualifikasi usaha besar, berupa : Gred 4

b. kualifikasi usaha menengah, berupa : Gred 3

c. kualifikasi usaha kecil, berupa : Gred 2, Gred 1 (usaha orang perseorangan)

Intinya, kualifikasi penyedia jasa konstruksi ada tiga, yaitu : besar, menengah, dan kecil.

Tata Cara Pemotongan

Bila pengguna jasa adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, bentuk

usaha tetap atau Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang ditunjuk oleh Direktur

Jenderal Pajak, dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran uang muka dan

termin. Selain wajib pajak tersebut, pajak disetor sendiri oleh penerima penghasilan pada

saat pembayaran uang muka dan termin.

Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan

Dalam hal Pajak Penghasilan yang terutang melalui pemotongan, maka Pembayaran atau

penyetoran pajak disetor ke bank persepsi atau kantor pos, paling lama tanggal 10 bulan

berikutnya setelah masa pajak berakhir;

Page 17: Perpajakan Week 4 - Finish

Dalam hal Pajak Penghasilan terutang harus disetor sendiri oleh yang penyedia jasa,

maka wajib menyetor ke bank persepsi atau kantor pos, paling lama tanggal 15 bulan

berikutnya setelah masa masa pajak berakhir;

Besarnya pajak penghasilan yang dipotong atau disetor sendiri adalah:

a. Jumlah pembayaran tidak termasuk pajak pertambahan nilai dikalikan tariff pajak

penghasilan

b. jumlah penerimaan pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan

tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dalam hal Pajak

Penghasilan disetor sendiri oleh Penyedia Jasa.

Jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan pembayaran sebagaimana dimaksud

merupakan bagian dari Nilai Kontrak Jasa Konstruksi.

Dalam hal terdapat selisih kekurangan Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan

Nilai Kontrak Jasa Konstruksi dengan Pajak Penghasilan berdasarkan pembayaran yang

telah dipotong atau disetor sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), selisih

kekurangan tersebut disetor sendiri oleh Penyedia Jasa.

Dalam hal Nilai Kontrak Jasa Konstruksi tidak dibayar sepenuhnya oleh Pengguna Jasa,

atas Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut tidak terutang Pajak

Penghasilan yang bersifat final, dengan syarat Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak

dibayar tersebut dicatat sebagai piutang yang tidak dapat ditagih

Piutang yang tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan

piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat

(1) huruf h Undang-Undang PPh.

Dalam hal piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) dapat ditagih kembali, tetap dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang

diterima atau diperoleh Penyedia Jasa dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang

berdasarkan ketentuan Undang-Undang PPh

Page 18: Perpajakan Week 4 - Finish

Penghasilan lain yang diterima atau diperoleh Penyedia Jasa dari luar usaha Jasa

Konstruksi dikenakan tarif berdasarkan ketentuan umum Undang-Undang PPh.

Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari kegiatan usaha Jasa Konstruksi termasuk

dalam perhitungan Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang dikenakan Pajak Penghasilan

yang bersifat final

Wajib Pajak wajib menyampaikan laporan pemotongan dan atau penyetoran pajaknya

melalui Surat Pemberitahuan Masa ke Kantor Pelayan Pajak atau KP2KP, paling lama 20

hari setelah masa pajak berakhir.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan pajak bertepatan dengan

hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat

dilakukan pada hari kerja berikutnya.

5. Pajak Penghasilan atas Dana Pensiun

Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan

bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam

pengertian pensiunan termasuk juga penerima tunjangan hari tua atau tabungan hari tua.

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010, Atas penghasilan

yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,

Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus, dikenai

pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final. Dimana akan dianggap

dibayarkan sekaligus dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam

jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.

Penghasilan berupa Uang Manfaat Pensiun yang dibayarkan secara sekaligus

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Page 19: Perpajakan Week 4 - Finish

a. Pembayaran sebanyak-banyaknya 20% (dua puluh persen) dari manfaat pensiun yang

dibayarkan secara sekaligus pada saat Pegawai sebagai peserta pensiun atau meninggal

dunia;

b. Pembayaran manfaat pensiun bulanan yang lebih kecil dari suatu jumlah tertentu yang

ditetapkan dari waktu ke waktu oleh Menteri Keuangan yang dibayarkan secara

sekaligus;

c. pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa dengan cara Dana

Pensiun membeli anuitas seumur hidup.

Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final tersebut akan menjadi terutang pada saat

dilakukan pembayaran Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,

atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus.

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Pesangon ditentukan

sebagai berikut:

Tarif Penghasilan Bruto

0% Rp 0 – Rp 50.000.000,-

5% Rp 50.000.000 – Rp 100.000.000

15% Rp 100.000.00 – Rp 500.000.000

25% >Rp 500.000.000

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 tersebut diterapkan atas jumlah kumulatif Uang

Pesangon yang dibayarkan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender,

contohnya:

Sedangkan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Manfaat

Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua ditentukan sebagai berikut:

a. sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah);

b. sebesar 5% (lima persen) atas penghasilan bruto di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah).

Page 20: Perpajakan Week 4 - Finish

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagaimana dimaksud di atas diberlakukan atas

jumlah kumulatif Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua

yang dibayarkan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.

Dalam hal terdapat bagian penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)

yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya,

pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan dengan menerapkan tarif Pasal 17

ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah bruto seluruh

penghasilan yang terutang atau dibayarkan kepada Pegawai pada masing-masing tahun

kalender yang bersangkutan. Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dipotong ini tidak bersifat

final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran pajak pendahuluan atau kredit pajak.

Pasal 2 ayat 2

“Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau

Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dianggap dibayarkan sekaligus

dalam hal sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu paling

lama 2 (dua) tahun kalender.”

Dalam hal Pegawai tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tarif pemotongan Pajak

Penghasilan Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih tinggi 20% (dua puluh

persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Pegawai yang dapat menunjukkan

Nomor Pokok Wajib Pajak.

Uang pesangon dialihkan secara sekaligus kepada pengelola dana pesangon tenaga

kerja

Dalam hal pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara sekaligus kepada Pengelola

Dana Pesangon Tenaga Kerja, Pegawai dianggap telah menerima hak atas Uang

Pesangon. Atas pengalihan Uang Pesangon kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga

Kerja tersebut akan terutang Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final sebagaimana

dimaksuddalam Pasal 2 ayat (1). Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final tersebut

akan dipotong oleh pemberi kerja. Sehingga pada saat Pengelola Dana Pesangon Tenaga

Kerja membayar Uang Pesangon kepada Pegawai, tidak dilakukan pemotongan Pajak

Penghasilan Pasal 21.

Page 21: Perpajakan Week 4 - Finish

Uang pesangon dialihkan secara bertahap kepada pengelola dana pesangon tenaga

kerja

Dalam hal pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara bertahap atau berkala

kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja, Pegawai dianggap belum menerima hak

atas Uang Pesangon. Atas pengalihan Uang Pesangon kepada Pengelola Dana Pesangon

Tenaga Kerja melalui pembayaran secara bertahap atau berkala tersebut tidak terutang

Pajak Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1). Sehingga Pada saat Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja membayar Uang

Pesangon kepada Pegawai, dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang

bersifat final oleh Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja.

Uang manfaat pensiun dialihkan kepada perusahaan asuransi jiwa

Dalam hal terjadi pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa

dengan cara Dana Pensiun membeli anuitas seumur hidup, Pegawai sebagai peserta

dianggap telah menerima hak atas Uang Manfaat Pensiun yang dibayarkan secara

sekaligus. Atas pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa

dengan cara Dana Pensiun membeli anuitas seumur hidup tersebut terutang Pajak

Penghasilan Pasal 21 yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja

atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan pada saat pembelian anuitas seumur hidup.

Pada saat perusahaan asuransi jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membayar

Uang Manfaat Pensiun kepada Pegawai, tidak dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan

Pasal21.

6. Restrukturisasi hutang

Restrukturisasi utang usaha terdiri dari :

a. Pembebasan utang (hair cut);

b. Pengalihan harta kepada kreditur untuk penyelesaian utang debt to asset swap); dan

atau

c. Perubahaan utang menjadi penyertaan modal (debt to equity swap).

Page 22: Perpajakan Week 4 - Finish

Kepada debitur dan kreditur yang melakukan restrukturisasi utang usaha dapat diberikan

fasilitas keringanan Pajak Penghasilan yang bersifat terbatas berdasarkan rekomendasi

dari Ketua Komite Kebijakan Sektor Keuangan.

Pembebasan Utang (Hair Cut) :

Pajak Penghasilan yang terutang atas keuntungan karena pembebasan utang (hair cut)

yang diperoleh debitur dibebaskan sebesar 30%.

Pajak penghasilan atas keuntungan karena pembebasan utang (bagian 70%-nya) dapat

diangsur pembayarannya paling lama 5 tahun sejak tanggal ketetapan pajak, kecuali

apabila sebelum lewat lima tahun tersebut perusahaan debitur dibubarkan atau

dialihkan kepada pihak lain.

Debt To Asset Swap :

PPh yang terutang atas keuntungan yang diperoleh debitur atau pihak ketiga karena

pengalihan harta kepada kreditur (debt to equity swap) untuk penyelesaian utang

dibebaskan, sepanjang pengalihan harta tersebut dinilai sebesar nilai buku harta pihak

yang mengalihkan.

Apabila nilai buku harta tersebut lebih besar dari pada nilai buku utang, maka

selisihnya merupakan kerugian debitur yang dapat dikurangkan dari Penghasilan

Kena Pajak dan merupakan keuntungan kreditur yang terutang Pajak Penghasilan.

Apabila nilai buku harta tersebut lebih rendah dari pada nilai buku utang, maka

selisihnya merupakan kerugian kreditur yang dapat dikurangkan dari Penghasilan

Kena Pajak dan merupakan keuntungan debitur yang dikenakan Pajak Penghasilan.

Debt To Equity Swap :

Pajak Penghasilan yang terutang atas keuntungan yang diperoleh debitur atau kreditur

karena perubahan utang menjadi penyertaan modal kreditur pada perusahaan debitur

(debt to equity swap) baik langsung maupun melalui pihak ketiga, dibebaskan

sepanjang penyertaan modal tersebut dinilai sebesar nilai buku utang pihak debitur..

Utang Bunga :

Atas utang bunga yang diberikan pembebasan tidak terutang PPh bagi kreditur.

Page 23: Perpajakan Week 4 - Finish

Apabila terdapat Pajak Penghasilan Pasal 23 atau Pasal 26 atas utang bunga yang

diberikan pembebasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang telah disetorkan

oleh debitur, maka Pajak Penghasilan Pasal 23 atau Pasal 26 tersebut dapat

dikembalikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Atas utang bunga yang tidak diberikan pembebasan termasuk utang bunga yang

diubah menjadi utang baru dan atau penyertaan modal, tetap terutang Pajak

Penghasilan oleh kreditur.

Pemotongan dan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 atau Pasal 26 oleh debitur

berkenaan dengan utang bunga yang tidak diberikan pembebasan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3) :

a. Untuk utang bunga yang diubah menjadi utang baru dan atau penyertaan

modal tetap dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Untuk utang bunga lainnya, diberikan penundaan hingga saat pembayaran dan

paling lama 5 (lima) tahun.

Keringanan pajak sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini hanya

diberikan terhadap restrukturisasi utang usaha yang diselesaikan dalam Tahun Pajak

2000, 2001 dan 2002.

Berdasarkan KEP - 28/PJ./1999

Yang dimaksud dengan Wajib Pajak tertentu dalam keputusan ini adalah Wajib Pajak

Badan yang melakukan restrukturisasi perusahaan dengan melaksanakan program

Pemerintah mengikuti ketentuan yang ditetapkan Indonesian Debt Restructuring Agency

(INDRA), Indonesian Bank Restructuring Agency (IBRA) dan Jakarta Initiative (JI).

Wajib Pajak tertentu yang memperoleh pembebasan utang dari kreditur dalam rangka

pelaksanaan program Pemerintah tersebut, pengakuan penghasilan atas pembebasan

utang tersebut dapat dialokasikan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun dalam jumlah yang

sama besarnya, yaitu setiap tahunnya sebesar 20 % dari pembebasan utang dimaksud,

dimulai dari tahun pajak saat dilakukannya pembebasan utang.

Page 24: Perpajakan Week 4 - Finish

7. Holding Company, Merger dan Akuisisi

Holding company

Holding Company adalah suatu perusahaan yang sebagian besar pendapatannya atau

seluruhnya berasal dari penyertaan pada perusahaan-perusahaan lain.

Penilaian Holding Company

a. Dalam menilai Holding Company, penilai usaha wajib melakukan penilaian terhadap

seluruh penyertaan atau kepemilikan pada entitas lain.

b. Dalam hal melakukan penilaian terhadap penyertaan atau kepemilikan dibawah 20%

(dua puluh persen) dan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan, baik

langsung maupun tidak langsung, dengan cara apapun pengelolaan dan/atau kebijakan

perusahaan tersebut maka berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) Penilai Usaha dapat menggunakan paling kurang satu Pendekatan Penilaian yaitu

Pendekatan Pasar (Market Based Approach)

2) Penilai Usaha dapat menggunakan laporan keuangan yang diaudit atau tidak

diaudit, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. jangka waktu antara tanggal laporan keuangan dan Tanggal Laporan Penilaian

Usaha tidak lebih dari 6 (enam) bulan

b. tanggal laporan keuangan yang digunakan wajib sama dengan Tanggal

Penilaian (Cut Off Date).

3) Dalam hal digunakan laporan keuangan yang tidak diaudit, wajib tersedia laporan

keuangan Obyek Penilaian yang telah diaudit oleh akuntan yang memiliki tanggal

laporan keuangan tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan dari Tanggal Penilaian (Cut

Off Date).

Tarif pajak holding company sesuai dengan tarif PPh badan yaitu 25%.

Merger dan Akuisisi

Merger adalah penggabungan dari dua atau lebih perusahaan menjadi satu kesatuan

yang terpadu. Perusahaan yang dominan dibanding dengan perusahaan yang lain akan

tetap mempertahankan identitasnya, sedangkan yang lemah akan mengaburkan identitas

yangdimilikinya. Sebelum merger dilaksanakan, biasanya beberapa persyaratan yang

diajukan oleh masing-masing perusahaan disahkan oleh manajemen yang bersangkutan.

Perjanjian penggabungan perusahaan harus sesuai dengan dan disahkan oleh instansi atau

Page 25: Perpajakan Week 4 - Finish

pengusaha yang berwenang. Dalam Kep.Men No.637/KMK.04/1994 merger disebut

dengan istilah penggabungan usaha yang didefinisikan sebagai ”Penggabungan dari dua

badan usaha atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan

usaha dan melalui dari badan usaha lainnya yang menggabung”. Hak dan kewajiban

perpajakan badan usaha yang di bubarkan dialihkan kepada perusahaan yang lain, namun

hak dan kewajiban perpajakan badan usaha yang dibubarkan harus terlebih dahulu di

selesaikan. Berdasarkan ketentuan perpajakan, subjek pajak badan berakhir setelah

penyelesaian pembubaran (likuidasi).

Karena itu, NPWP perusahaan yang dibubarkan harus diminta untuk dihapuskan dari

administrasi Kantor Pelayanan Pajak. Karena penggabungan dalam merger dilakukan

dengan pembubaran salah satu badan, maka kompensasi kerugian tidak diperkenankan

dalam merger. Misalnya, suatu badan yang menguntungkan mengambil alih perusahaan

yang rugi, penggabungan ini tidak dapat mengurangi Penghasilan Kena Pajaknya.

Kompensasi kerugian semacam ini tidak diperkenankan dalam ketentuan perpajakan di

Indonesia. Ketentuan ini sesuai dengan Kep.Men No.637/KMK.04/1994 tersebut.

Merger dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembelian Aktiva PT A membeli dengan tunai aktiva milik PT B. PT A tidak

mengambil alih badan usaha PT B secara keseluruhan, hanya aktiva atau merk

dagangnya. Penggabungan seperti ini mengakibatkan PT B menjadi kosong dan

struktur permodalannya tidak lagi memiliki sumber daya, sehingga perusahaan tidak

mempunyai aktivitas lagi. Bila keadaan seperti ini terus berlanjut maka PT B akan

mati dengan sendirinya, kecuali jika pemegang saham PT B menghendaki lain.Hak

dan kewajiban PT B tidak beralih kepada PT A. Demikian pula segala urusan

pembubaran termasuk hal-hal yang menyangkut hak dan kewajiban perpajakan berada

ditangan pemegang saham PT B. Penjualan harta oleh PT B kepada PT A dalam

perpajakan diperlakukan sebagai harta dari pemakaian. Ditinjau dari aspek

perpajakan, penggabungan ini dimaksudkan agar pemegang saham tidak dikenakan

pajak atas keuntungan penjualan saham.

b. Pembelian Saham Biasa Saham PT B dibeli oleh PT A, setelah itu PT B dibubarkan

untuk digabungkan kePT A. Apabila harga saham yang dibayarkan oleh PT A kepada

pemegang saham PT B lebih tinggi dari nilai buku, keuntungan ini yang dikenal

sebagai capital gain, merupakan objek pajak penghasilan. Sekalipun sekarang saham

PT B sepenuhnya adalah milik PT A, tidak berarti kedua perusahaan tersebut kini

Page 26: Perpajakan Week 4 - Finish

menjadi satu wajib pajak badan. Kedua badan tersebut masing-masing tetap

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sampai salah satu dibubarkan.

c. Menukarkan Saham dengan Aktiva PT A membeli aktiva atau merk dagang PT B dan

membayarnya dengan saham PT A. Dengan demikian, pemegang saham PT B juga

menjadi pemilik saham PT A. Setelah itu, PT B dibubarkan oleh pemegang sahamnya

yang juga sebagai pemegang saham PT A. Masalah perpajakan dalam transaksi tukar–

menukar seperti ini menimbulkan persoalan yang sedikit lebih rumit. Perlu dicatat

bahwa pemegang saham sebagai pemilik merupakan wajib pajak yang terpisah dari

badan usahanya. Dalam kasus ini pemegang saham PT B sebagai wajib pajak pribadi

menerima saham PT A sebagai pengganti aktiva PT B yang diambil alih. Padahal

aktiva tersebut adalah milik PT B yang merupakan wajib pajak badan tersendiri.

Dengan kata lain, pemegang saham PT B telah menerima pembayaran berupa saham

PT A yang seharusnya menjadi hak PT B, sedangkan PT B tidak menerima

pembayaran atas pengalihan hartanya kepada PT A. Merger dengan cara tukar

menukar saham dengan aktiva dapat disalahgunakan untuk menyeludupkan pajak.

Contohnya dalam kasus ini, pemegang saham PT B dapat menghilangkan jejak

penerimaannya dengan penggabungan usaha seperti ini.

d. Tukar-menukar Saham dengan SahamPT B diambil alih oleh PT A dengan

menukarkan sahamnya dengan saham pemilik PT B. Dalam tukar menukar ini ada

kemungkinan pemilik PT B memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh

pemilik PT B dari tukar menukar merupakan objek PPh. Setelah PT B sepenuhnya

menjadi milik PT A, perusahaan itu dibubarkan untuk digabungkan dengan PT A.

Jenis-jenis merger :

a. Merger Vertikal

Perusahaan masih dalam satu industri tetapi beda level atau tingkat

operasional.Contoh: Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan perusahaan

peternakanayam. Perusahaan pemintalan benang merger dengan perusahaan kain,

perusahaanban merger dengan perusahaan mobil.

b. Merger Horisontal

Perusahaan dalam satu industri membeli perusahaan di level operasi yang sama.

Contoh pabrik komputer gabung dengan pabrik komputer, merger antara dua

perusahaan roti, merger perusahaan sepatu.

Page 27: Perpajakan Week 4 - Finish

c. Merger Konglomerasi

Tidak ada hubungan industri pada perusahaan yang diakuisisi. Bertujuan untuk

meningkatkan profit perusahaan dari berbagai sumber atau unit bisnis.

Mergerantara berbagai perusahaan yang menghasilkan berbagai produk yang

berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan sepatu merger dengan

perusahaan elektronik, atau perusahaan mobil merger dengan perusahaan

makanan. Tujuan utama konglomerasi adalah untuk mencapai pertumbuhan badan

usaha dengan cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah saling

bertukar saham antara perusahaan yang disatukan. Contoh: perusahaan

pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan operator telepon seluler

nirkabel.

Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok

investor. Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku

atau jaminan produk akan diserap oleh pasar. Contoh: Aqua diakuisisi oleh Danone,

Pizza Hut oleh Coca-Cola, dan lain-lain.

Perlakuan Akuntansi atas Merger atau Akuisisi

1. Metode Penyatuan Kepentingan

Asumsi yang digunakan dalam metode penyatuan kepentingan adalah memandang

penggabungan usaha sebagai penyatuan pemilikan antara dua perusahaan. Dengan

demikian, dalam merger tidak timbul dasar baru mengenai pertanggung jawaban.

Neraca perusahaan – perusahaan yang bergabung disatukan dengan menambahkan

masing– masing aktiva dan utang serta laba yang ditahan tanpa dilakukan

penilaian kembali. Dasar nilai yang digunakan atas pengalihan harta dalam rangka

penggabungan usaha adalah nilai buku. Karena itu, dalam neraca perusahaan

merger tidak timbul goodwill. Penggunaan nilai buku atas pengalihan harta dalam

rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha tidak diperkenankan

dalam ketentuan fiskal, kecuali terhadap wajib pajak yang bergerak dalam bidang

perbankkan dan wajib pajak yang hendak menjual sahamnya di bursa efek (KMK

– 637/KMK.04/1994).

2. Metode Pembelian

Page 28: Perpajakan Week 4 - Finish

Metode pembelian memandang penggabungan usaha sebagai perusahaan, sama

halnya seperti pembelian aktiva. Dengan demikian merger mengakibatkan

perubahan kepemilikan sehingga seluruh aktiva dan utang perusahaan harus

dicatat berdasarkan nilai wajarnya atau harga pasarnya. Selisih tersebut dengan

jumlah utang dibayarkan harus dicatat sebagai goodwill. Karena aktiva yang

dialihkan dinilai berdasarkan harga pasar, selisih antara harga pasar dengan nilai

sisa buku merupakan penghasilan kena pajak. Sebab aktiva tersebut telah dinilai

kembali, jadwal penyusutan aktiva harus disusun kembali. Sebagai

konsekuensinya biaya penyusutan menjadi lebih besar.

Perlakuan Pajak

Ketentuan perpajakan baik atas pengalihan harta dalam rangka penggabungan,

peleburan atau pemekaran usaha (akuisisi) diatur dalam Pasal 4 Ayat 1 huruf d UU

No.36 Tahun 2008. Dalam pasal tersebut dijelaskan lebih lanjut bahwa selisih lebih

antara harga pasar dan nilai sisa buku dalam hal terjadi penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha merupakan penghasilan. Dalam hal

terjadi pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan modal, keuntungan

berupa selisih antara harga pasar dari harta yang diserahkan dan nilai bukunya

merupakan penghasilan.

Keuntungan berupa selisih antara harga pasar dan nilai perolehan atau nilai sisa buku

atas pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan merupakan penghasilan

bagi pihak yang mengalihkan kecuali harta tersebut dihibahkan kepada keluarga sedarah

dalam garis keturunan lurus satu derajat. Demikian juga, keuntungan berupa selisih

antara harga pasar dan nilai perolehan atau nilai sisa buku atas pengalihan harta berupa

bantuan atau sumbangan dan hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan

sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan

kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan bukan

merupakan penghasilan, sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

Masalah-masalah perpajakan seputar merger di Indonesia antara lain:

A. Potensi Penghindaran Pajak Yang Tinggi

Banyak yang menggunakan merger untuk menggabungkan kerugian dan kompensasi

kerugian dari perusahaan lain untuk meminimalkan beban pajak. Pada saat PMK No

Page 29: Perpajakan Week 4 - Finish

469 tahun 1998 masih berlaku, terdapat peraturan tidak boleh mengalihkan kerugian

kecuali terdapat revaluasi aktiva dari surviving company (perusahaan yang tidak

dilkuidasi saat merger) dan surviving company tersebut harus tetap aktif 2 tahun. Hal

ini dimanfaatkan oleh para penghindar pajak dengan cara membuat PT yang rugi

besar-besaran sebagai surviving company.

B. Beban Pajak yang berlebihan membuat Disinsentif untuk Merger

PPN dan BPHTB sangat memberatkan terutama bila nilai aset dari perusahaan yang

merger cukup signifikan. Hal ini lebih memberatkan lagi perusahaan yang memakai

metode nilai pasar karena terkena lagi serta PPh final 10% atas kenaikan nilai aktiva.

C. Peraturan Perpajakan yang Overprotektif menimbulkan Ketidakadilan

Akibat banyaknya kasus penghindaran pajak di masa lalu, peraturan pajak dibuat

sangat overprotektif terhadap merger. Larangan kompensasi kerugian untuk merger

dengan nilai buku membuat banyak bank-bank dengan nilai CAR (capital adequacy

ratio) tidak dapat merger. Padahal bank-bank tersebut rugi besar dan terancam

dilikuidasi namun tidak dapat mengkompensasikan kerugiannya padahal perusahaan

dalam situasi normal saja dapat mengkompensasikan kerugian. Hal ini menimbulkan

ketidakadilan antara sesama Wajib Pajak.

Untuk menyeimbangkan antara insentif ekonomi, asas keadilan dan usaha pencegahan

penghindaran pajak, beberapa negara menyatakan hal yang sama seperti PSAK no. 22,

yaitu persyaratan khusus untuk merger dengan nilai buku (bebas pajak) dan nilai pasar

(tidak bebas pajak).

8. Pelayaran, penerbangan dan pengeboran

Norma Perhitungan Khusus untuk menghitung penghasilan neto dari Wajib Pajak

tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3)

ditetapkan Menteri keuangan.

Ketentuan ini mengatur tentang Norma Perhitungan Khusus untuk golongan Wajib Pajak

tertentu, antara lain perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan

asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan

dagang asing, perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangunan-guna-serah

("build, operate, and transfer")

Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi

golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan praktis, atau sesuai

Page 30: Perpajakan Week 4 - Finish

dengan kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri

Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Perhitungan Khusus guna

menghitung besarnya penghasilan neto dari Wajib Pajak tertentu tersebut.

Tabel Tarif PPh Pasal 15

No

Uraian Tarif x DPP Penyetoran & Pelaporan Dasar Hukum

1 Charter Penerbangan Dalam Negeri

1,8%x Peredaran Bruto yang diterima berdasarkan perjanjian charter.

TIDAK FINAL

Disetor oleh pemotong paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Setor dengan menggunakan SSP, dengan:

KAP: 411129,

KJS: 101

Dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 15, dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

KMK 475/KMK.04/1996

SE 35/PJ.4/1996

2 Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri

1,2% x Peredaran bruto

FINAL

Disetor oleh pemotong: disetor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Disetor sendiri:disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya

Setor dengan menggunakan SSP, dengan:

KAP: 411128

KJS: 410

Dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 15, dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

KMK 416/KMK.04/1996

SE 29/PJ.4/1996

3 Perusahaan pelayaran dan penerbangan Luar Negeri

2,64% x Peredaran Bruto

FINAL

Disetor oleh pemotong: disetor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Disetor sendiri:disetor paling lambat tanggal 15 bulan

KMK 417/KMK.04/1996

SE 32/PJ.4/1996

Page 31: Perpajakan Week 4 - Finish

berikutnya

Setor dengan menggunakan SSP, dengan:

KAP: 411128,

KJS: 411

Dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 15, dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

4  WPLN yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia

Untuk negara yang tidak ada P3B dengan Indonesia:

0,44% x nilai ekspor bruto

Penghasilan neto= 1% x nilai ekspor bruto

Untuk negara yang mempunyai P3B dengan Indonesia:

disesuaikan dengan tarif P3B, untuk contoh penghitungan lihat di SE 2/PJ.03/2008.

FINAL

Disetor sendiri paling lambattanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterima penghasilan.

Disetor dengan menggunakan SSP dengan:

KAP: 411128

KJS: 413

Dilaporkan paling lambat tanggal 20bulan berikutnya dengan menggunakan Formulir dalam Lampiran I KEP 667/PJ./2001 dan dilampiri SSP lembar ke-3.

KMK 634/KMK.04/1994, berlaku mulai 1 Januari 1995

KEP 667/PJ/2001,berlaku mulai 29 Oktober 2001

SE 2/PJ.03/2008, ditetapkan tgl 31 Juli 2008.

5 WP yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon (Contract Manufacturing) Internasional di bidang produksi mainan anak-anak.

7% x tarif tertinggi Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh x total biaya pembuatan atau perakitan barang tidak termasuk biaya pemakaian bahan baku (direct materials).

Didalam SE 02/PJ.31/2003 disebutkan:

7% x 30% x total biaya pembuatan atau perakitan barang tidak termasuk biaya pemakaian bahan

Disetor dengan menggunakan SSP PPh Final paling lambat tgl 15 bulan berikutnya.

KAP: 411128

KJS: 499 (krn tdk ada disebutkan secara spesifik ttg jasa maklon ini)

Dilaporkan paling lambat tgl 20 bulan berikutnya. Tetapi tidak ada formulir khusus utk pelaporannya.

KMK 543/KMK.03/2002

SE 02/PJ.31/2003

Page 32: Perpajakan Week 4 - Finish

baku (direct materials).

FINAL

berlaku sejak 1 Januari 2003

9. Derivatif

Peraturan terkait pajak penghasilan derivatif:

Undang – Undang nomor 36 tahun 2008

Pengertian transaksi derivatif menurut SK Dir BI No.28/119/KEP/DIR, tanggal 29

Desember 1995 tentang transaksi derivatif adalah suatu kontrak atau perjanjian

pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai dari instrumen yang

mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, equity dan indeks, baik yang

diikuti dengan pergerakan atau tanpa pergerakan dana / instrumen.

Macam-macam dari produk derivatif berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun

1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi:

1. Kontrak Forward : Transaksi antara pembeli dan penjual yang bersepakat untuk

menyerahkan komoditi atau aset dalam jumlah dan mutu tertentu pada tanggal

yang ditetapkan di masa datang.

2. Kontrak opsi: Hak, bukan kewajiban untuk membeli (call) dan menjual (put)

komoditi/aset tertentu pada tingkat hargayang ditetapkan (strike/exercise price)

dalam jangka waktu tertentu (sampai tanggal berakhir).

3. Kontrak swap : Perjanjian untuk membeli dan menjualsecara bersamaan

komoditi/aset yang sama dalam jangka panjang (satu sampai tujuh

tahun).Transaksi derivatif yang sering dilakukan diantaranya adalah opsi

(option), yaitu hak untuk membeli (call option) atau menjual (put option) suatu

valuta asing (misalnya US Dollar) dengan penyerahan untuk jangka waktu di

depan. Mekanisme dari bentuk ini adalah sebagai berikut: investor dapat saja

memperoleh hak membeli atau menjual kontrak dimasa datang dengan harga

tertentu.

Page 33: Perpajakan Week 4 - Finish

Menurut Undang – Undang nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 4

ayat 2 huruf c menyatakan bahwa penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas

lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan

saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang

diterima oleh perusahaan modal ventura merupakan salah satu penghasilan yang

dikenai pajak final. Pajak penghasilan atas penghasilan dari transaksi derivatif

berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa ditetapkan sebesar 2,5%

dari margin awal. Margin awal adalah sejumlah uang atau surat berharga yang

harus ditempatkan oleh pialang berjangka atau anggota bursa pada lembaga

kliring dan penjamin untuk menjamin pelaksanaan transaksi kontrak berjangka.

Lembaga kliring dan penjamin merupakan badan usaha dan atau sarana

pelaksanaan kliring dan penjaminan transaksi di bursa, termasuk lembaga kliring

dan penjamin berjangka.

Page 34: Perpajakan Week 4 - Finish

CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

Sebelum 1 Januari 2010, Perusahaan menerapkan PSAK 54 tentang restrukturisasi

utang bermasalah. Selisih lebih nilai tercatat pinjaman (termasuk bunga, denda yang

berhubungan) di atas jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dalam

persyaratan baru utang dalam restrukturisasi utang bermasalah, terbatas pada modifikasi

atas persyaratan utang langsung diakui sebagai keuntungan hasil restrukturisasi. Setelah

restrukturisasi, jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan

baru dikurangkan dari nilai tercatat utang dan tidak ada beban bunga yang diakui hingga

jatuh tempo utang tersebut.

Jika nilai tercatat pinjaman kurang dari jumlah pembayaran kas masa depan yang

ditetapkan dalam persyaratan baru utang dalam restrukturisasi utang bermasalah, terbatas

pada modifikasi atas persyaratan utang maka tidak ada keuntungan ataupun kerugian hasil

restrukturisasi yang diakui.

Dampak restrukturisasi tersebut diakui secara prosfektif sejak saat restrukturisasi

dilaksanakan. Setelah restrukturisasi, beban bunga dihitung dengan menggunakan tingkat

bunga efektif konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode

sampai dengan jatuh temponya. Semua biaya langsung yang berhubungan dengan

restrukturisasi utang bermasalah yang terkait dengan modifikasi pinjaman dikurangkan

dengan keuntungan restrukturisasi atau diakui sebagai beban periode berjalan jika tidak

ada keuntungan restrukturisasi yang diakui.

KREDIT INVESTASI 1

PT Bank Central Asia Tbk (BCA)

a. Pada bulan Juni 2007, CMS memperoleh pinjaman dari BCA dengan jumlah tidak

melebihi dari Rp 440 miliar dengan jangka waktu pinjaman selama 10 tahun, jatuh

tempo tanggal 22 Juni 2017.

b. Pada Februari 2008, CMS telah memperoleh tambahan kredit dari BCA sebesar Rp 60

miliar dengan perincian Rp 55 milliar untuk kredit investasi dan Rp 5 miliar untuk

fasilitas Interest During Construction

(IDC). Pinjaman ini mempunyai jangka waktu 10 tahun dengan masa tenggang 2

tahun, yang akan berakhir

Page 35: Perpajakan Week 4 - Finish

pada tanggal 22 Juni 2017. Pinjaman tersebut dibebani bunga antara 11,25% - 14,5%

per tahun. Pinjaman tersebut dijamin dengan hak konsesi Jalan tol dan pendapatan

Jalan tol secara pari-pasu dengan Bank Mega pendapatan ganti rugi dari Pemerintah,

pendapatan dari klaim asuransi dan bank garansi yang diterima debitor, rekening

penampungan dan rekening operasional.

Pada bulan Juni 2007, CMS mendapatkan fasilitas pinjaman kredit investasi dari Bank

Mega dengan jumlah tidak melebihi dari Rp 440 miliar yang terbagi atas:

a. Fasilitas term loan sebesar Rp 400 miliar dengan jangka waktu 10 tahun dengan masa

tenggang waktu 2 tahun, yang akan berakhir tanggal 21 Juni 2017. Tingkat bunga

pinjaman ini 11,5% per tahun.

b. Pinjaman tersebut dijamin dengan seluruh pendapatan Jalan tol secara pari-pasu

dengan BCA, hak pengusahaan jalan tol dan jaminan lain yang diminta oleh bank dari

waktu ke waktu.

Pada tanggal 22 Februari 2008, CMS memperoleh tambahan fasilitas kredit dari Bank

Mega sebesar Rp 60 miliar terdiri dari Rp 55 miliar untuk fasilitas kredit investasi dan Rp

5 miliar untuk fasilitas IDC. Jaminan, jangka waktu pinjaman dan tingkat suku bunga

sama dengan pinjaman yang diterima sebelumnya.

Pinjaman tersebut dijamin dengan seluruh pendapatan Jalan tol secara pari-pasu dengan

BCA, hak pengusahaan jalan tol dan jaminan lain yang diminta oleh bank dari waktu ke

waktu.

Sehubungan dengan perjanjian bank tersebut, Perusahaan mengeluarkan perjanjian

kesanggupan kepada BCA dan surat pernyataan kepada Bank Mega, diantaranya

menyatakan bahwa setiap saat dan dengan alasan apapun, terjadi peningkatan biaya

proyek (cost overrun ) dan/atau kekurangan dana untuk menyelesaikan proyek sesuai

jadwal, maka Perusahaan setuju dan bersedia untuk membayar, menutup atau

menanggung seluruh kekurangan dana pembiayaan proyek tersebut sehingga proyek

dapat diselesaikan sesuai rencana dan jadwal yang telah ditetapkan, dengan cara

memberikan pinjaman pemegang saham dana tunai atau tambahan setoran modal atau

cara pendanaan lain (selanjutnya disebut Tagihan Pemegang Saham).

Page 36: Perpajakan Week 4 - Finish

Selanjutnya, Perusahaan berjanji untuk menyediakan Tagihan Pemegang Saham dalam

rangka menjaga likuiditas pembayaran liabilitas kepada bank selama CMS masih

mempunyai liabilitas kepada bank berdasarkan perjanjian kredit.

Pinjaman tersebut diatas telah direstrukturisasi pada tahun 2009 seperti diuraikan di

bawah ini:

Pada akhir tahun 2008, CMS menunggak pembayaran bunga pinjaman yang jatuh tempo.

Sesuai dengan perjanjian kredit bank, jika CMS gagal memenuhi liabilitas nya, kreditur

dapat menyatakan bahwa seluruh pinjaman menjadi jatuh tempo seketika dan wajib

dibayar sekaligus. Pada tanggal 31 Desember 2008, seluruh pinjaman tersebut

direklasifikasi ke utang jangka pendek. Pada tanggal 4 Agustus 2009, CMS telah

menandatangani perjanjian restrukturisasi yang telah ditandatangani oleh Perusahaan,

CMS, BCA dan Bank Mega.

Ketentuan dan persyaratan atas perjanjian restrukturisasi ditetapkan sebagai berikut:

a. Dana yang tersedia di rekening penampungan digunakan untuk mengurangi liabilitas

CMS kepada BCA

sebesar Rp 9.184.204.100 dan Bank Mega sebesar Rp 7.822.777.264.

b. Bunga yang ditangguhkan dihitung dengan menggunakan suku bunga 6% per tahun.

c. CMS diwajibkan untuk membayar dimuka kepada BCA dan Bank Mega masing-

masing sebesar Rp 50 miliar, untuk membayar liabilitas tersebut, CMS meminjam

kepada Perusahaan. Perusahaan meminjam kepada BCA dan Bank Mega masing-

masing sebesar Rp 50 miliar yang digunakan untuk persyaratan pembayaran dimuka.

Pinjaman ini dibayarkan secara triwulanan selama tiga puluh enam (36) bulan hingga

tanggal 4 Agustus 2012 untuk BCA dan tanggal 25 Juli 2012 untuk Bank Mega.

Pinjaman dari BCA dan Bank Mega dikenakan bunga masing-masing sebesar 9% dan

15% per tahun.

d. Ketentuan dan persyaratan atas liabilitas yang direstrukturisasi adalah sebagai berikut:

Fasilitas pinjaman berjangka dari BCA dan Bank Mega menjadi masing-masing

sebesar Rp 261.653.449.690 dan Rp 259.225.568.510; dan

Obligasi konversi diterbitkan kepada BCA Rp 175.279.233.011 dan Bank Mega

sebesar Rp 176.055.036.258. Jangka waktu fasilitas pinjaman ini 12 tahun termasuk

Page 37: Perpajakan Week 4 - Finish

masa tenggang 2 tahun, dengan jadual pembayaran pokok sebesar 1% untuk tahun

ke-3 hingga ke-5 , sebesar 2% untuk tahun ke-6 hingga ke-8, sebesar 5% untuk

tahun ke-9 hingga ke-11 dan 76% untuk tahun ke-12. Suku bunga per tahun sebesar

6% untuk tahun pertama dan tahun ke-2, 7% untuk tahun ke-3 dan ke-4, 8% untuk

tahun ke-5 dan ke-6 serta 9% untuk tahun ke-7 hingga ke-12.

Atas restrukturisasi utang bank tersebut, CMS tidak membukukan keuntungan

restrukturisasi karena jumlah pembayaran kas masa depan utang dan bunga setelah

restrukturisasi melebihi jumlah tercatat utang bank sebelum restrukturisasi. Bunga yang

dibebaskan sebesar Rp 63.183.028.234 diakui sebagai premi dan diamortisasi selama

jangka waktu pinjaman baru menggunakan suku bunga efektif. Premi tersebut

dialokasikan ke pinjaman berjangka dan obligasi konversi berdasarkan jumlah pokok

yang direstrukturisasi.

Jaminan

Pinjaman tersebut dijamin dengan seluruh tagihan pendapatan Jalan tol dan Hak

Pengusahaan Jalan Tol.

Pembatasan

Perjanjian restrukturisasi tersebut mencakup persyaratan tertentu yang membatasi CMS

untuk mensubordinasikan pinjaman ke pihak lain melakukan pembayaran tantiem, bonus,

dividen, utang pemegang saham atau pembayaran lainnya kepada pihak manapun kecuali

pembayaran remunerasi; memperoleh pinjaman baru dari pihak lain kecuali dari

Perusahaan; mengeluarkan saham baru, waran, opsi saham, atau obligasi konversi dan

melakukan IPO (initial public offering); menggunakan dana di rekening penampungan

untuk kegiatan operasional dan biaya yang timbul dari proses Penundaan liabilitas

Pembayaran Utang (PKPU); menjual, mengalihkan serta menjaminkan sebagian atau

seluruh aset penting; melakukan perubahan kegiatan usaha atau anggaran dasar; investasi,

akuisisi, divestasi, peleburan atau penggabungan usaha atau melakukan likuidasi;

melakukan perubahan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) tanpa persetujuan BCA

dan Bank Mega; melakukan transaksi yang tidak wajar dengan pihak hubungan istimewa.

Selain itu CMS juga wajib antara lain; menyetor seluruh pendapatan tol ke rekening

penampungan bersama serta menjaga saldo minimum rekening operasi di BCA dan Bank

Page 38: Perpajakan Week 4 - Finish

Mega masing-masing sebesar Rp 1 miliar; melindungi dan tidak melanggar ketentuan

PPJT; tepat waktu membayar liabilitas kepada bank; serta mematuhi mekanisme

distribusi kas.

KREDIT INVESTASI 2

Pada tahun 2009, CMS menerbitkan obligasi konversi atas nama sebagai hasil perjanjian

restrukturisasi utang dengan BCA dan Bank Mega. Obligasi konversi mempunyai jangka

waktu 5 tahun hingga 27 Juli 2014 dengan tingkat bunga 1,5% per tahun dan bunga

tambahan 2% per tahun yang hanya dibayar jika terdapat kelebihan dana dalam rekening

penampungan. Pembayaran bunga obligasi konversi untuk 3 bulan pertama dilakukan

setiap bulan pada setiap tanggal 25 yang dimulai pada tanggal 25 Agustus 2009,

selanjutnya pembayaran bunga dilakukan setiap tanggal 25 Januari dan 25 Juli sampai

dengan jatuh tempo.

Kredit investasi II merupakan perubahan kredit dari obligasi konversi melalui adendum

perjanjian, dengan persyaratan dan kondisi yang sama dengan utang obligasi konversi.

BCA dan Bank Mega mempunyai hak untuk mengkonversikan obligasi konversi menjadi

30% saham ditempatkan dan disetor CMS pada atau sesudah tanggal 27 Juli 2014,

dimana saham tersebut dibagi secara prorata antara BCA dan Bank Mega berdasarkan

jumlah pokok obligasi konversi. Berdasarkan perjanjian opsi, Perusahaan memberikan

hak kepada BCA dan Bank Mega untuk menjual dan mengalihkan obligasi konversi

tersebut kepada Perusahaan dan Perusahaan wajib, tanpa syarat apapun, untuk membeli

dan menerima pengalihan tersebut dengan pembayaran penuh dan lunas kepada BCA dan

Bank Mega. BCA dan Bank Mega berhak melaksanakan hak opsi tersebut pada atau

setelah tanggal jatuh tempo.

Berdasarkan liabilitas yang tercantum dalam Pasal 9 Perjanjian Obligasi Konversi antara

CMS dan BCA serta CMS dan Bank Mega, maka Perusahaan telah mendapatkan

persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan

tanggal 30 Juni 2010 atas pelaksanaan dari seluruh liabilitas Perusahaan dalam

memberikan dukungan kepada Entitas Anak, yaitu CMS dalam rangka pelaksanaan

restrukturisasi utang Entitas Anak tersebut sebagaimana telah diputuskan dalam RUPS

Page 39: Perpajakan Week 4 - Finish

Luar Biasa Perusahaan pada tanggal 29 Juni 2009 terkait dengan liabilitas untuk

melakukan pembayaran terhadap pokok, bunga, denda dan biaya lainnya berdasarkan

Perjanjian Restrukturisasi Utang; melakukan pembayaran terhadap pokok Obligasi

Konversi, Base Interest, denda dan biaya lainnya berdasarkan Perjanjian Obligasi

Konversi; dan menyetujui pelaksanaan seluruh liabilitas CMS sehubungan dengan

Perjanjian Alternatif dan seluruh dokumen sehubungan dengan Perjanjian Alternatif yang

merupakan addendum dari Perjanjian Obligasi Konversi.

Berdasarkan keputusan RUPSLB Perusahaan tersebut dan dengan memperhatikan

ketentuan dan syarat yang diatur dalam Pasal 12 Perjanjian Obligasi Konversi, maka

Perjanjian Obligasi Konversi yang telah ditandatangani oleh CMS dan Bank harus

diadendum menjadi Perjanjian Alternatif yang selanjutnya untuk perjanjian CMS dan

BCA disebut dengan Perjanjian Kredit Investasi 2 dan ditandatangani pada tanggal 30 Juli

2010, dengan isi dengan bentuk sebagaimana diatur dalam Lampiran VI perjanjian

obligasi konversi, dimana liabilitas pokok CMS kepada BM sebesar Rp 176.055.036.258

dan Rp 175.279.233.011 kepada BCA, jatuh tempo pinjaman adalah sampai dengan 27

Juli 2014, dengan tingkat suku bunga 1,5% per tahun dan ditambah 2% per tahun jika ada

kelebihan dana dari pendapatan tol setelah digunakan untuk membayar liabilitas bunga

pinjaman sesuai perjanjian restrukturisasi utang kepada BCA dan Bank Mega tanggal 4

Agustus 2009. Dengan dilakukannya adendum atas Perjanjian Obligasi Konversi, CMS

telah menarik Sertifikat Obligasi Konversi dan CMS mencatat obligasi konversi sebagai

kredit Investasi dari BCA dan Bank Mega. Seluruh persyaratan dan kondisi pada kredit

Invetasi 2 mengikuti ketentuan yang ada pada perjanjian Obligasi Konversi.

Dengan tetap memperhatikan Perjanjian Opsi yang telah ditandatangani pada tanggal 4

Agustus 2009, jika pada saat jatuh tempo Utang Kredit Investasi 2, Entitas Anak (CMS)

tidak dapat melaksanakan liabilitasnya kepada Bank, maka Entitas Anak (CMS)

memberikan Hak Opsi kepada BCA dan Bank Mega. Selain itu, Entitas Anak (CMS) pun

dapat menyetujui apabila Bank meminta agar Utang Entitas Anak (CMS) tersebut ditukar

menjadi saham Entitas Anak (CMS), sesuai dengan syarat dan ketentuan yang diatur

dalam Pasal 6 Perjanjian Opsi. Pada tahun 2009, CMS menerbitkan obligasi konversi atas

nama sebagai hasil perjanjian restrukturisasi utang dengan BCA dan Bank Mega.

Page 40: Perpajakan Week 4 - Finish

Obligasi konversi mempunyai jangka waktu 5 tahun hingga 27 Juli 2014 dengan tingkat

bunga 1,5% per tahun dan bunga tambahan 2% per tahun yang hanya dibayar jika

terdapat kelebihan dana dalam rekening penampungan. Pembayaran bunga obligasi

konversi untuk 3 bulan pertama dilakukan setiap bulan pada setiap tanggal 25 yang

dimulai pada tanggal 25 Agustus 2009, selanjutnya pembayaran bunga dilakukan setiap

tanggal 25 Januari dan 25 Juli sampai dengan jatuh tempo.

BCA dan Bank Mega mempunyai hak untuk mengkonversikan obligasi konversi menjadi

30% saham ditempatkan dan disetor CMS pada atau sesudah tanggal 27 Juli 2014,

dimana saham tersebut dibagi secara prorata antara BCA dan Bank Mega berdasarkan

jumlah pokok obligasi konversi.

Berdasarkan perjanjian opsi, Perusahaan memberikan hak kepada BCA dan Bank Mega

untuk menjual dan mengalihkan obligasi konversi tersebut kepada Perusahaan dan

Perusahaan wajib, tanpa syarat apapun, untuk membeli dan menerima pengalihan tersebut

dengan pembayaran penuh dan lunas kepada BCA dan Bank Mega. BCA dan Bank Mega

berhak melaksanakan hak opsi tersebut pada atau setelah tanggal jatuh tempo.

Tahun 2009, amortisasi premi untuk obligasi konversi sebesar Rp 2.085.461.879. Efektif

1 Januari 2010, Entitas Anak menerapkan PSAK 50 dan 55 sehingga sisa premium

pinjaman diakui sebagai keuntungan dan dicatat pada saldo laba. Berdasarkan liabilitas

yang tercantum dalam Pasal 9 Perjanjian Obligasi Konversi antara CMS dan BCA serta

CMS dan Bank Mega, maka Perusahaan telah mendapatkan persetujuan dari para

pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 30 Juni 2010

atas pelaksanaan dari seluruh liabilitas Perusahaan dalam memberikan dukungan kepada

entitas anak, yaitu CMS dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi utang entitas anak

tersebut sebagaimana telah diputuskan dalam RUPS Luar Biasa Perusahaan pada tanggal

29 Juni 2009 terkait dengan liabilitas untuk melakukan pembayaran terhadap pokok,

bunga, denda dan biaya lainnya berdasarkan Perjanjian Restrukturisasi Utang; melakukan

pembayaran terhadap pokok Obligasi Konversi, Base Interest, denda dan biaya lainnya

berdasarkan Perjanjian Obligasi Konversi; dan menyetujui pelaksanaan seluruh liabilitas

CMS sehubungan dengan Perjanjian Alternatif dan seluruh dokumen sehubungan dengan

Perjanjian Alternatif yang merupakan addendum dari Perjanjian Obligasi Konversi.

Page 41: Perpajakan Week 4 - Finish

Berdasarkan keputusan RUPSLB Perusahaan tersebut dan dengan memperhatikan

ketentuan dan syarat yang diatur dalam Pasal 12 Perjanjian Obligasi Konversi, maka

Perjanjian Obligasi Konversi yang telah ditandatangani oleh CMS dan Bank harus

diadendum menjadi Perjanjian Alternatif yang selanjutnya untuk perjanjian CMS dan

BCA disebut dengan Perjanjian Kredit Investasi II dan untuk perjanjian CMS dan Bank

Mega disebut dengan Perjanjian Kredit Term Loan II. Perjanjian Kredit Investasi II dan

Perjanjian Kredit Term Loan II ditandatangani pada tanggal 30 Juli 2010, dengan isi

dengan bentuk sebagaimana diatur dalam Lampiran VI perjanjian obligasi konversi,

dimana liabilitas pokok CMS kepada BM sebesar Rp176.055.036.258 dan Rp

175.279.233.011 kepada BCA, jatuh tempo pinjaman adalah sampai dengan 27 Juli 2014,

dengan tingkat suku bunga 1,5% per tahun dan ditambah 2% per tahun jika ada kelebihan

dana dari pendapatan tol setelah digunakan untuk membayar liabilitas bunga pinjaman

sesuai perjanjian restrukturisasi utang kepada BCA dan Bank Mega tanggal 4 Agustus

2009. Dengan dilakukannya adendum atas Perjanjian Obligasi Konversi, CMS telah

menarik Sertifikat Obligasi Konversi CMS dari BCA dan Bank Mega (Catatan 18 dan

32m).

Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang

dinyatakan dalam akta No. 71 tanggal 29 Juni 2009 dari Ny. Poerbaningsih Adi Warsito

S.H., Notaris di Jakarta, pemegang saham menyetujui:

Rencana Perusahaan untuk memberikan dukungan kepada CMS dalam rangka

restrukturisasi utang dalam bentuk :

a. Pelunasan dimuka sebesar Rp 100 miliar yang akan dipinjamkan oleh Perusahaan

kepada CMS.

b. Kesediaan Perusahaan untuk menunjang biaya operasi dan pemeliharaan selama 10

tahun serta penyelesaian biaya konstruksi dan tanah, kekurangan pembayaran bunga

jika diperlukan, yang diestimasikan sebesar Rp 374.522.726.877.

c. Reskedul dan rekondisi pinjaman menjadi senior debt dengan jangka waktu 12 tahun

sebesar Rp.500 miliar.

Page 42: Perpajakan Week 4 - Finish

d. Hak jual (put option ) kepada Perusahaan untuk Obligasi Konversi senilai Rp

351.334.269.272 pada akhir tahun ke-5 pada nilai par. Hak Jual ini tidak akan

terealisasi apabila CMS memiliki kemampuan refinancing .

1. Bahwa segala dokumen dan/atau perjanjian yang berkaitan dengan restrukturisasi

utang CMS sepanjang tidak diubah atau dibatalkan akan tetap berlaku.

2. Memberikan wewenang kepada direksi Perusahaan dengan persetujuan Dewan

Komisaris untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan sehubungan dengan

rencana transaksi dan atau pemberian dukungan kepada CMS, termasuk akan

tetapi tidak terbatas untuk menegosiasikan dan menandatangani atau turut

menandatangani Perjanjian Restrukturisasi Utang dan atau dokumen-dokumen

lain yang diperlukan dengan memakai syarat-syarat dan ketentuan yang dianggap

paling baik bagi Perusahaan serta tindakan-tindakan lain yang dianggap baik dan

berguna untuk mencapai tujuan penyelesaian restrukturisasi utang CMS dengan

sebaik-baiknya.

3. Pada 4 Agustus 2009, Perusahaan telah menandatangani perjanjian opsi dengan

BCA dan Bank Mega berkaitan dalam rangka restrukturisasi liabilitas CMS.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Perusahaan memberikan hak kepada BCA dan

Bank Mega sehingga Bank berhak menjual dan mengalihkan Obligasi Konversi

atau Utang CMS sebesar Rp 351.334.269.269 kepada Perusahaan dan Perusahaan

wajib, tanpa syarat apapun untuk membeli dan menerima pengalihan atas Obligasi

Konversi atau Utang debitur. Jatuh tempo obligasi konversi atau Utang CMS

adalah 27 Juli 2014.

Hasil dari RUPSLB tersebut dalam butir i di atas, kemudian ditindaklanjuti dalam

RUPSLB tanggal 30 Juni 2010 yang dituangkan dalam Akta Berita Acara Nomor: 77,

dibuat oleh Ny. Poerbaningsih Adi Warsito S.H., Notaris di Jakarta, dengan salah satu

hasil keputusan sebagai berikut: Sehubungan dengan telah disetujuinya Laporan Tahunan

dan disahkannya Laporan Keuangan tersebut di atas, RUPSLB juga menyetujui

pelaksanaan dari seluruh liabilitas Perusahaan dalam memberikan dukungan kepada

Entitas Anak, yaitu CMS dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi utang Entitas Anak

tersebut sebagaimana telah diputuskan dalam RUPS Luar Biasa Perusahaan pada tanggal

29 Juni 2009 terkait dengan liabilitas untuk melakukan pembayaran terhadap pokok,

Page 43: Perpajakan Week 4 - Finish

bunga, denda dan biaya lainnya berdasarkan Perjanjian Restrukturisasi Utang; melakukan

pembayaran terhadap pokok Obligasi Konversi, Base Interest, denda dan biaya lainnya

berdasarkan Perjanjian Obligasi Konversi; dan menyetujui pelaksanaan seluruh liabilitas

CMS sehubungan dengan Perjanjian Alternatif dan seluruh dokumen sehubungan dengan

Perjanjian Alternatif yang merupakan addendum dari Perjanjian Obligasi Konversi.

CMS melakukan restrukturisasi utang untuk merestruktur utang bermasalah dengan

tujuan untuk memperbaiki posisi keuangan debiturdan untuk meminimalisasikan kerugian

kreditur, yakni membayar utang dengan syarat yang lebih lunak atau lebih ringan

dibandingkan dengan syarat pembayaran utang sebelum dilakukannya proses

restrukturisasi utang, karena adanya konsesi khusus yang diberikan kreditur kepada

debitur.

Konsesi tersebut terdapat dalam perjanjian opsi dengan BCA dan Bank Mega

berkaitan dalam rangka restrukturisasi liabilitas CMS. Berdasarkan perjanjian tersebut,

Perusahaan memberikan hak kepada BCA dan Bank Mega sehingga Bank berhak menjual

dan mengalihkan Obligasi Konversi atau Utang CMS sebesar Rp 351.334.269.269 kepada

Perusahaan dan Perusahaan wajib, tanpa syarat apapun untuk membeli dan menerima

pengalihan atas Obligasi Konversi atau Utang debitur. Jatuh tempo obligasi konversi atau

Utang CMS adalah 27 Juli 2014.

Model yang digunakan oleh CMS dalam me-restrukturisasi utangnya adalah debt to

equity swap yakni perubahan utang menjadi penyertaan modal. Hal tersebut sesuai perjanjian

opsi dengan BCA dan Bank Mega pada 4 Agustus 2009 berkaitan dalam rangka

restrukturisasi liabilitas CMS. Berdasarkan perjanjian tersebut, Perusahaan memberikan

hak kepada BCA dan Bank Mega sehingga Bank berhak menjual dan mengalihkan

Obligasi Konversi atau Utang CMS sebesar Rp 351.334.269.269 kepada Perusahaan dan

Perusahaan wajib, tanpa syarat apapun untuk membeli dan menerima pengalihan atas

Obligasi Konversi atau Utang debitur. Jatuh tempo obligasi konversi atau Utang CMS

adalah 27 Juli 2014.

Restrukturisasi utang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2001 mengenai

pemberian keringanan Pajak Penghasilan kepada Wajib Pajak yang melakukan

restrukturisasi utang usaha melalui lembaga khusus yang dibentuk pemerintah.

Restrukturisasi utang hanya dapat dilakukan oleh Satuan Tugas Prakarsa Jakarta.

Keringanan pajak diberikan pada kreditur dan juga debitur berdasar rekomendasi Komite

Page 44: Perpajakan Week 4 - Finish

Kebijakan Standar Keuangan yang berada di bawah koordinasi Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian. Karena restrukturisasi utang yang dilakukan CMS ini berlangsung

pada 2009, sedangkan pada PP No.7 Tahun 2001, restrukturisasi utang yang memperoleh

keringanan pajak penghasilan karena bukan merupakan restrukturisasi utang usaha yang

diselesaikan dalam Tahun Pajak 2000, 2001 dan 2002, sehingga CMS tidak mendapat

keringanan pajak penghasilan.

Selain itu, dalam Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP - 563/PJ./2001

(pembaruan atas KEP 28/PJ71999) mengatur pengakuan penghasilan atas keuntungan

karena pembebasan utang yang diperoleh debitur dapat dialokasikan dalam jangka waktu

paling lama 5 (lima) tahun, yaitu dalam jumlah bagian yang sama besarnya setiap tahun

dan dimulai dari tahun pajak saat diperolehnya pembebasan utang.

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP - 563/PJ./2001

(pembaruan atas KEP 28/PJ71999): pengakuan penghasilan atas pembebasan utang bagi

wajib pajak tertentu memutuskan bahwa keuntungan dari penghapusan utang dari kreditur

dalam pelaksanaan program pemerintah, pengakuan penghasilan atas penghapusan utang

tersebut dapat diakui bertahap selama 5 tahun, tiap tahun sebesar 20% dari total

penghapusan utang. Kreditur juga dapat memilih untuk mengakui keuntungan

pembebasan utang tersebut secara sekaligus. Kreditur harus melaporkan hal ini kepada

Kantor Pelayanan Pajak setempat, jika tidak, maka kreditur akan dianggap mengakui

keuntungan pembebasan utang tersebut secara sekaligus.

CMS tidak membukukan keuntungan restrukturisasi utang tersebut karena jumlah

pembayaran kas masa depan, utang, dan bunga setelah restrukturisasi melebihi jumlah

tercatat utang bank sebelum restrukturisasi. Bunga yang dibebaskan sebesar Rp

63.183.028.234 diakui sebagai premi dan diamortisasi selama jangka waktu pinjaman

baru menggunakan suku bunga efektif. Premi tersebut dialokasikan ke pinjaman

berjangka dan obligasi konversi berdasarkan jumlah pokok yang direstrukturisasi. Entitas

Anak mengakui keuntungan dan dicatat pada saldo laba atas sisa premium obligasi

konversi, efektif 1 Januari 2010, sesuai dengan PSAK 50 dan 55. Sehingga keuntungan

atas sisa premium tersebut dapat diakui bertahap selama 5 tahun, tiap tahun sebesar 20%

dari total penghapusan utang, dan Pajak Penghasilan tahun berjalan yang dibayarkan oleh

perusahaan, tidak terlalu besar.

Page 45: Perpajakan Week 4 - Finish

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10 Buku 1. Salemba Empat: Jakarta.

http://www.ortax.org/

http://pajaktaxes.blogspot.com/2010/01/penghasilan-dana-pensiun.html

IAI. 2011. Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu. IAI: Jakarta

http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pph-pasal-15