referat finish fida

46
BAB I PENDAHULUAN Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Neoplasma merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal. 1) Dalam penggunaan istilah kedokteran yang umum, neoplasma sering disebut sebagai tumor. Dalam onkologi, neoplasma dibagi menjadi jinak (benigna) dan ganas (maligna/kanker). Terdapat perbedaan karakteristik tumor jinak dan ganas. Secara umum, tumor jinak merupakan tumor yang jarang mengancam jiwa, umumnya tumor jinak dapat diangkat seluruhnya dan jarang tumbuh kembali, serta tidak menginvasi dan menyebar ke jaringan sekitarnya ataupun bagian tubuh lainnya. Sementara itu, tumor ganas umumnya lebih berat daripada tumor jinak dan dapat mengancam jiwa, tumor ganas dapat diangkat tetapi dapat tumbuh kembali, serta sel tumor dapat menginvasi jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pada tumor jinak, sel berdiferensiasi baik dengan struktur yang mungkin khas jaringan asal; pertumbuhan biasanya progresif dan lambat, mungkin berhenti tumbuh atau menciut, gambaran mitotik jarang dan normal; invasi lokal biasanya kohesif dan ekspansil, massa berbatas tegas yang tidak 1

Upload: estong-myong

Post on 29-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT Finish Fida

BAB I

PENDAHULUAN

Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru. Neoplasma merupakan massa

abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan

pertumbuhan jaringan normal serta terus demikian walaupun rangsangan yang memicu

perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar tentang asal neoplasma adalah hilangnya

responsivitas terhadap faktor pengendali pertumbuhan yang normal.1)

Dalam penggunaan istilah kedokteran yang umum, neoplasma sering disebut sebagai

tumor. Dalam onkologi, neoplasma dibagi menjadi jinak (benigna) dan ganas

(maligna/kanker). Terdapat perbedaan karakteristik tumor jinak dan ganas. Secara umum,

tumor jinak merupakan tumor yang jarang mengancam jiwa, umumnya tumor jinak dapat

diangkat seluruhnya dan jarang tumbuh kembali, serta tidak menginvasi dan menyebar ke

jaringan sekitarnya ataupun bagian tubuh lainnya. Sementara itu, tumor ganas umumnya

lebih berat daripada tumor jinak dan dapat mengancam jiwa, tumor ganas dapat diangkat

tetapi dapat tumbuh kembali, serta sel tumor dapat menginvasi jaringan sekitarnya dan dapat

menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Pada tumor jinak, sel berdiferensiasi baik dengan struktur yang mungkin khas

jaringan asal; pertumbuhan biasanya progresif dan lambat, mungkin berhenti tumbuh atau

menciut, gambaran mitotik jarang dan normal; invasi lokal biasanya kohesif dan ekspansil,

massa berbatas tegas yang tidak menginvasi atau menginfiltrasi jaringan normal di

sekitarnya; serta tidak terjadi metastasis. Sementara itu, pada tumor ganas, sebagian sel tidak

menunjukkan diferensiasi disertai anaplasia dengan struktur yang sering tidak khas; laju

pertumbuhan tidak terduga dan mungkin cepat atau lambat, gambaran mitotik mungkin

banyak dan abnormal; bersifat invasif lokal, menginfiltrasi jaringan normal di sekitarnya,

kadang-kadang mugkin tampak kohesif dan ekspansil tetapi dengan invasi mikroskopik; serta

sering ditemukan metastasis.1)

Payudara dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki maupun wanita. Pada laki-laki,

payudara mengalami rudimenter dan tidak penting sedangkan pada wanita, payudara

mengalami pertumbuhan dan bersifat penting. Payudara merupakan salah satu organ penting

wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Oleh

1

Page 2: REFERAT Finish Fida

karena itu, gangguan pada payudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan

sebagaimana penyakit pada umumnya tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan

psikologis khusus.2)

Kelainan payudara perempuan jauh lebih sering dibandingkan dengan kelainan

payudara laki-laki.3) Mayoritas dari lesi yang terjadi pada payudara adalah jinak. Hampir 40%

dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada payudara mempunyai lesi

jinak. Sementara itu, perhatian lebih sering diberikan pada lesi ganas karena kanker payudara

merupakan lesi ganas yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun

sebenarnya insidens lesi jinak payudara adalah lebih tinggi dibandingkan dengan lesi ganas.4)

Kelainan jinak payudara merupakan kelompok lesi yang bersifat heterogen, terdiri dari

abnormalitas perkembangan, lesi inflamasi, proliferasi sel epitel dan stroma.5)

Mayoritas dari lesi jinak tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi

kanker, sehingga prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Dahulu, kebanyakan

dari lesi jinak ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah pembedahan yang

tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini

adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli

onkologi untuk mendeteksi lesi jinak dan membedakannya dengan kanker payudara in situ

dan invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang sesuai

dapat diberikan kepada pasien.4)

Penggunaan mammografi, ultrasound, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga

biopsi payudara dapat membantu dalam menegakkan diagnosis lesi jinak pada mayoritas dari

pasien.4)

2

Page 3: REFERAT Finish Fida

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Embriologi Payudara

Petunjuk pertama adanya kelenjar susu ditemukan dalam bentuk penebalan epidermis

yang menyerupai pita, garis, atau rigi susu. Pada mudigah 7 minggu, garis ini terbentang

di sebelah kanan dan kiri tubuh, dari pangkal lengan hingga daerah tungkai bawah.

Sekalipun sebagian besar garis susu menghilang setelah terbentuk, sebagian kecil di

daerah dada masih menetap dan menembus mesenkim di bawahnya. Di daerah ini,

terbentuk 16-24 buah tunas, yang selanjutnya akan membentuk tonjol-tonjol tunas kecil

dan padat. Menjelang akhir masa kehidupan pralahir, tunas-tunas epitel ini berongga,

membentuk ductus lactiferus, dan tunas induknya membentuk saluran-saluran kecil dan

alveoli kelenjar susu. Ductus lactiferus pada mulanya ke sebuah lubang epitel kecil dan

setelah lahir, lubang ini berubah menjadi puting susu karena mesenkim di bawahnya

berproliferasi.6)

Gambar 1a dan b. Potongan melalui kelenjar susu yang sedang tumbuh, masing-

masing pada bulan ke-3 dan ke-8

Gambar 1c. Diagram yang memperlihatkan letak puting-puting susu tambahan

(garis biru menunjukkan garis susu)

Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran payudara unilateral

atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut mastitis

neonaturum ini disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan tumbuhnya asinus

3

Page 4: REFERAT Finish Fida

serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya

kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormon ini

menurun, dan hal ini merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin

inilah yang menimbulkan perubahan pada payudara.7)

2. Anatomi Payudara8)

Mamma dextra dan mamma sinistra berisi glandula mammaria, dan terdapat dalam

fascia superfisialis dinding thorax ventral. Pada bagian mamma yang paling menonjol

terdapat sebuah papilla, dikelilingi oleh daerah kulit yang lebih gelap yang disebut

areola. Mamma berisi sampai 20 glandula mammaria yang masing-masing memiliki

saluran dalam bentuk duktus lactiferus. Ductus lactiferus bermuara pada papilla

mammae. Alas mamma wanita berbentuk lebih kurang seperti lingkaran yang dalam arah

kraniokaudal terbentang antara costa II sampai VI dan dalam arah melintang dari tepi

lateral sternum sampai linea medioclavicularis.

Sebagian kecil glandula mammaria meluas ke arah kraniolateral sepanjang tepi kaudal

musculus pectoralis major ke axilla untuk membentuk ekor aksilar. Dua pertiga bagian

mamma bertumpu pada fascia yang menutupi musculus pectoralis major, sisanya

bertumpu pada fascia yang menutupi musculus serratus anterior. Antara glandula

mammaria dan fascia profunda terdapat jaringan ikat longgar dengan sedikit lemak,

dikenal sebagai ruang retromamer, yang memungkinkan mamma bergerak sedikit

terhadap dasarnya. Glandula mammaria ditambatkan dengan kokoh kepada dermis kulit

di atasnya melalui septa fibrosa (pita) yang disebut ligamentum suspensorium Cooper.

Ligamentum ini terutama terbentuk baik sekali pada bagian kranial glandula mammaria

dan membantu menunjang jaringan glandula mammaria.

Gambar 2. Potongan Sagital Payudara Wanita

4

Page 5: REFERAT Finish Fida

Gambar 3. Kuadran Payudara

Vaskularisasi arterial mamma berasal dari rami intercostales anteriores dari arteria

thoracica interna yakni salah satu cabang arteria subclavia, arteria thoracica lateralis dan

arteria thoracoacromialis yakni cabang arteria axillaris, dan arteria intercostalis posterior

(cabang pars thoracica aortae dalam spatia intercostalia II, III, dan IV).

Penyaluran darah vena dari thorax (terutama) terjadi ke vena axillaris dan vena

thoracica interna.

Gambar 4. Vaskularisasi Payudara

5

Page 6: REFERAT Finish Fida

Penyaluran limfe dari mamma sangat penting karena perannya pada metastasis

(penyebaran) sel kanker. Limfe disalurkan ke plexus lymphaticus subareolaris dan dari

sini:

a. Bagian terbesar (kira-kira 75%) disalurkan ke nodi lymphoidei axillares, terutama ke

kelompok pektoral tetapi ada juga limfe yang disalurkan ke kelompok apikal,

subskapular, lateral, dan sentral.

b. Bagian terbesar dari sisanya disalurkan ke nodi lymphoidei infraclaviculares,

supraclaviculares, dan parasternales (sepanjang arteri thoracica interna).

c. Sedikit limfe disalurkan melalui pembuluh limfe yang menampung limfe dari mamma

sebelahnya dan pembuluh limfe dinding abdomen veneral.

Gambar 5. Aliran Limfe Payudara

Saraf mamma berasal dari ramus cutaneus ventralis dan ramus cutaneus lateralis dari

nervi thoracica IV, VI. Saraf-saraf ini membawa serabut sensoris ke kulit mamma dan

serabut simpatis ke otot polos dalam dermis papilla mammae dan areola mammae serta

dalam pembuluh darah.

3. Fisiologi Payudara

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen

6

Page 7: REFERAT Finish Fida

dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofisis, telah menyebabkan

duktus berkembang dan timbulnya asinus.7)

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,

payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi

pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.

Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga

pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu,

pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu

haid mulai, semuanya berkurang.7)

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara

menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh

duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu

diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke

puting susu.7)

4. Pemeriksaan Fisik7)

Anamnesis penderita kelainan payudara harus meliputi riwayat kehamilan dan

ginekologi. Untuk inspeksi, pasien dapat diminta duduk tegak atau berbaring, atau

kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan,

lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Dengan

lengan terangkat lurus ke atas, kelainan terlihat lebih jelas.

Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di

punggung sehingga payudara itu terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan telapak jari

tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara.

Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika penderita berbaring kadang lebih

mudah ditemukan. Perabaan aksila pun agaknya lebih mudah pada posisi duduk.

Dengan menijat halus puting susu, dapat diketahui adanya pengeluaran cairan, darah,

atau nanah. Cairan yang keluar dari kedua puting selalu harus dibandingkan. Pengeluaran

cairan dari puting payudara di luar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan,

seperti karsinoma, papiloma di salah satu duktus, dan kelainan yang disertai ektasia

duktus.

7

Page 8: REFERAT Finish Fida

5. Tumor Jinak Payudara

Kelainan dan penyakit jinak pada payudara meliputi ruang lingkup klinis yang luas

dan patologi yang berbeda. Ahli bedah memerlukan pemahaman yang dalam pada

kelainan dan penyakit jinak payudara sehingga dapat memberikan penjelasan yang tepat

pada wanita yang mengalami hal tersebut meliputi penatalaksanaan dan follow up yang

diperlukan.9)

Tabel 1. Massa yang Dapat Diraba pada Payudara10)

Usia Lesi yang Sering

Dijumpai

Karakteristik

15-25 tahun Fibroadenoma Biasanya berupa benjolan yang halus,

bundar, dapat digerakkan, dan tidak

nyeri ketika disentuh

25-50 tahun Kista

Perubahan fibrokistik

Kanker

Biasanya berupa benjolan yang lunak

hingga kenyal, bundar, dapat

digerakkan, dan sering terasa nyeri

saat disentuh

Noduler, menyerupai tambang

Benjolan yang ireguler, stelata, kenyal

atau keras, dan tidak memiliki batas

tegas dengan jaringan di sekelilingnya

> 50 tahun Kanker sampai terbukti

sebaliknya

Sama seperti di atas

Kehamilan/Laktasi Adenoma saat menyusui,

kista, mastitis, dan kanker

Sama seperti di atas

8

Page 9: REFERAT Finish Fida

Tabel 2. Klasifikasi ANDI (Aberrations of Normal Development and Involution) untuk

Kelainan Jinak pada Payudara9)

Usia Normal Kelainan Penyakit

Usia reproduksi

muda

(15-25 tahun)

Pertumbuhan

lobular

Pertumbuhan

stroma

Eversi papilla

mammae

Fibroadenoma

Adolescent

hypertrophy

Eversi papilla

mammae

Giant fibroadenoma

Gigantomastia

Abses subareolar

Fistula duktus

mammae

Usia reproduksi

lanjut

(25-40 tahun)

Perubahan dalam

siklus menstruasi

Hiperplasia sel

epitel dalam

kehamilan

Mastalgia siklis

Nodularitas

Sekret berdarah dari

papilla mammae

Mastalgia inkapasitas

Involusi

(35-55 tahun)

Involusi lobular

Involusi duktus:

- Dilatasi

- Skerosis

Eversi puting susu

Makrokista

Lesi sklerotik

Ektasia duktus

Retraksi papilla

mammae

Hiperplasia epitel

-

Mastitis periduktus

-

Hiperplasia atipikal

dari epitel

9

Page 10: REFERAT Finish Fida

Tabel 3. Klasifikasi Kelainan Jinak pada Payudara9)

Jenis Kelainan

Nonproliferasi Kista dan metaplasia apokrin

Ektasia duktus

Hiperplasia ringan dari epitel duktus

Kalsifikasi

Fibroadenoma

Proliferasi (tanpa lesi atipik) Adenosis sklerotik

Lesi radial dan sklerotik komplit

Hiperplasia epitel duktus

Papilloma intraduktus

Proliferasi (dengan lesi atipik) Hiperplasia lobular atipik

Hiperplasia duktus atipik

Gambar 6. Perbedaan Fibroadenoma, Kista, dan Kanker Payudara

Tumor jinak payudara yang penting secara klinis adalah fibroadenoma, papilloma

intraduktus, dan tumor filoides.11)

10

Page 11: REFERAT Finish Fida

Gambar 7. Beberapa Kelainan pada Payudara

a. Fibroadenoma

1) Definisi

Fibroadenoma adalah tumor jinak payudara dengan konsistensi padat yang terdiri

dari stroma dan epitel.12) Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang

umum terjadi pada wanita muda dan biasanya ditandai dengan adanya massa

tunggal di payudara Hal ini dapat dianggap sebagai proses hiperplastik daripada

neoplasma yang sesungguhnya.13)

2) Insidensi

Belum ada data pasti mengenai insiden fibroadenoma pada populasi umum. Dalam

suatu studi disebutkan bahwa angka kejadian fibroadenoma pada wanita yang

menjalani pemeriksaan di klinik payudara sekitar 7%-13% sementara itu pada studi

yang lain didapatkan 9% dari otopsi. Fibroadenoma didapatkan dari 50% semua

biopsi payudara dan hal ini meningkat mencapai 75% pada biopsi payudara wanita

yang berumur < 20 tahun.13) Namun, dapat dikatakan bahwa fibroadenoma

merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan pada wanita berusia < 30

tahun dengan puncak insiden pada usia 21-25 tahun.12)

3) Faktor Resiko

Fibroadenoma sering ditemukan pada wanita dengan sosioekonomi yang tinggi dan

pada wanita kulit hitam. Umur ketika menarche, umur ketika menopause, dan

terapi hormonal termasuk kontrasepsi oral tidak mengubah resiko untuk terjadinya

11

Page 12: REFERAT Finish Fida

penyakit ini. Sebaliknya, indeks massa tubuh dan jumlah kehamilan memiliki

korelasi negatif dengan kejadian fibroadenoma. Konsumsi vitamin C dalam jumlah

besar dan merokok dihubungkan dapat mengurangi resiko terjadinya

fibroadenoma. Faktor genetik tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian

fibroadenoma. Namun, riwayat kanker payudara dalam keluarga dapat

meningkatkan resiko berkembangnya tumor ini.13)

4) Patologi

Fibroadenoma biasanya terjadi pada umur 15-25 tahun yaitu pada saat

terjadinya penambahan struktur lobular pada sistem duktus payudara. Lobulus

yang mengalami hiperplasia pada saat tersebut dapat juga merupakan fase normal

dalam perkembangan payudara. Lobulus yang mengalami hiperplasia merupakan

ciri histologis dari fibroadenoma. Analisis komponen selular dari fibroadenoma

dengan polymerase chain reaction (PCR) menunjukkan adanya stroma dan sel

epitel poliklonal, hal ini mendukung teori yang menyatakan bahwa fibroadenoma

merupakan lesi hiperplastik yang dihubungkan dengan adanya kelainan dalam

maturasi normal payudara dibandingkan dengan neoplasma yang sesungguhnya.

Pola dari pertumbuhan stroma pada fibroadenoma tergantung dari komponen

epitelialnya, aktivitas mitosis stroma lebih tinggi. Fibroadenoma distimulasi oleh

estrogen dan progesteron, dan laktasi serta mengalami perubahan atrofi pada saat

menopause. Beberapa fibroadenoma memiliki reseptor dan respon terhadap

hormon pertumbuhan dan epidermal growth factors (EGF).13)

5) Gambaran Klinis

Fibroadenoma sering ditemukan secara kebetulan ketika dilakukan

pemeriksaan medis atau ketika pemeriksaan yang dilakukan sendiri.13)

Fibroadenoma biasanya berupa massa berukuran 1-5 cm yang berbentuk bulat atau

oval, elastis, diskret, relatif mudah digerakkan dan tidak nyeri. Diagnosis klinis

pada pasien muda umumnya tidak sulit. Pada wanita berusia > 30 tahun, fibrokistik

maupun karsinoma pada payudara harus dipertimbangkan.14)

Walaupun fibroadenoma dapat ditemukan pada seluruh kuadran payudara,

namun lebih sering ditemukan pada kuadran atas lateral. Beberapa lesi di payudara

memiliki karakteristik yang sama dan pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk

diagnosis yang akurat pada setengah sampai dua per tiga kasus. Walaupun

12

Page 13: REFERAT Finish Fida

demikian, hasil pemeriksaan palpasi dari massa tersebut dapat juga merupakan

tumor jinak payudara yang lainnya seperti fibrosis kistik.13)

Gambar 8. Fibroadenoma

a. Bentuk tumor umumnya soliter tetapi kadang-kadang multipel. Berbatas jelas dan

mudah digerakkan serta berkapsul. Konsistensinya padat kenyal. Lebar

penampang tumor bisa mencapai 1-10 cm

b. Pada irisan melintang tampak tumor berlobus-lobus dan berwarna kekuningan

dengan jaringan ikat fibrous berwarna merah sebagai pembatas antarlobus

Fibroadenoma Multipel

Dari 10-16% pasien dengan fibroadenoma multipel didapatkan 2-4 massa pada

satu payudara yang dapat diketahui sejak dini ataupun setelah beberapa tahun

kemudian. Berbeda dengan wanita yang memiliki fibroadenoma tunggal,

sebagian besar pasien dengan fibroadenoma multipel memiliki riwayat keluarga

yang memiliki tumor jenis ini. Telah dikemukan bahwa terdapat hubungan

antara fibroadenoma multipel dan kontrasepsi oral tetapi sampai sekarang

pernyataan tersebut belum disertai dengan bukti yang kuat.13)

13

a

b

Page 14: REFERAT Finish Fida

Giant Fibroadenoma dan Juvenile Fibroadenoma

Fibroadenoma yang berukuran lebih besar yaitu lebih dari 5 cm (sekitar 4% dari

keseluruhan) lazim disebut giant fibroadenoma tetapi istilah ini belum diterima

secara universal. Giant fibroadenoma biasanya ditemukan pada wanita hamil

maupun wanita yang sedang menyusui. Jika ditemukan pada perempuan remaja

disebut sebagai fibroadenoma juvenil. Lesi ini pada wanita muda terjadi pada

0,5-2% dari semua fibroadenoma dan massanya tumbuh dengan cepat yang

menyebabkan payudara menjadi tidak simetris, distorsi kulit, dan peregangan

puting susu. Secara histologis, fibroadenoma ini terdiri dari banyak sel dan

memiliki komponen lobulus yang lebih sedikit dibandingkan fibroadenoma

tunggal. Giant fibroadenoma merupakan tumor jinak yang tidak menjadi

ganas.13)

6) Pemeriksaan Penunjang13)

Sonografi

Sonografi payudara sering digunakan untuk mendiagnosis fibroadenoma.

Kriteria sonografi yang mendukung diagnosis fibroadenoma adalah adanya

massa berbentuk bulat atau oval dengan permukaan yang lunak dan echo

internal yang lemah dengan distribusi yang uniform dan atenuasi akustik

sedang. Teknik ini berguna untuk membedakan lesi solid dan kistik. Kadang-

kadang hasil sonografi fibroadenoma dan kanker payudara hampir sama, sekitar

25% fibroadenoma memiliki tepi yang iregular yang mirip dengan lesi yang

bersifat ganas.

Gambar 9. Gambaran Sonografi pada Fibroadenoma

14

Page 15: REFERAT Finish Fida

Mammografi

Penggunaan pada wanita muda jarang digunakan dan terbatas digunakan sebagai

pemeriksaan penunjang untuk diagnosis fibroadenoma. Walaupun demikian,

mamografi dapat memperlihatkan gambaran lesi infiltratif pada wanita usia tua.

Pada gambaran mamografi, fibroadenoma tampak lembut, homogen, dan berupa

nodul dengan batas tegas serta adanya kalsifikasi dengan permukaan kasar di

lapisan lebih dalam.

Sitologi aspirasi

Fine needle aspiration (FNA) menjadi metode popular untuk evaluasi massa di

payudara. Gambaran sitologik fibroadenoma adalah kumpulan dari sel spindel

tanpa sel radang dan sel lemak. Gambaran ini ditemukan pada 93% dari semua

kasus; bentuk sel yang uniform dan sitoplasma yang tersusun seperti honey

comb sheets ditemukan pada 95% dari seluruh kasus fibroadenoma. FNA dapat

digunakan sebagai penunjang dari diagnosis secara klinis. FNA memiliki

sensitivitas 86% dan spesifitas 76% dan pada kanker payudara, sensitivitas FNA

96% dan spesifitas 98%.

Gambar 10 . Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Gambaran histologis:

Secara histologis, fibroadenoma terdiri dari sel epitel dan sel troma. Pada bentuk

perikanalikulus sel epitel dan mioepitel membentuk duktus bundar sampai

memanjang yang dikelilingi oleh stroma fibroblastik longgar. Fibroadenoma

intrakanalikulus terdiri dari duktus-duktus memanjang yang juga dilapisi oleh

sel epitel kuboid dan mioepitel. Duktus tampak mengalami distorsi dan tertekan

oleh stroma sehingga bentuknya menjadi aneh (misalnya mirip leher jerapah).11)

15

Page 16: REFERAT Finish Fida

Gambar 11. Histologis Fibroadenoma Bentuk Perikanalikulus dan

Intrakanalikulus

7) Penatalaksanaan

Pada fibroadenoma dilakukan ekstirpasi di bawah pengaruh anestesi lokal atau

general. Fibroadenoma residif setelah pengangkatan jarang terjadi. Sekiranya

berlaku rekurensi, terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh. Pertama,

pembentukan dari trulymetachronous fibroadenoma. Kedua, asal dari tumor tidak

diangkat secara menyeluruh sewaktu operasi dan mungkin karena presentasi dari

tumor phyllodes yang tidak terdiagnosa.

Bagan 1. Penatalaksanaan Fibroadenoma pada Wanita Berusia < 35 Tahun

16

Page 17: REFERAT Finish Fida

Bagan 2. Penatalaksanaan Fibroadenoma pada Wanita Berusia > 35 Tahun

c. Papiloma Intraduktus

1) Definisi

Papiloma intraduktus merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus.7)

Tumor jinak ini menyerang epithelium duktus mammae dimana terjadinya

hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial. Tumor ini bisa terjadi di sepanjang

sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung dari sistem duktus yakni sinus

lactiferous dan duktus terminalis.

2) Insidensi

Papiloma intraduktus sering ditemukan pada wanita usia subur, dengan usia yang

sedikit lebih tua daripada wanita yang menderita fibroadenoma dan lebih muda

daripada yang menderita karsinoma payudara.11) Papiloma intraduktus sering

ditemukan pada wanita berusia 30-50 tahun.15) Insiden papilloma intraduktus yaitu

2-3%.16)

3) Etiopatogenesis

Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas. Tetapi ada dikatakan

bahwa, papilloma intraduktus ini terkait dengan proliferasi dari epitel fibrokistik

yang hiperplasia.

17

Page 18: REFERAT Finish Fida

4) Diagnosis

Pemeriksaan fisik

Hampir 90% papilloma intraduktus adalah dari tipe soliter. Papilloma

intraduktus soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari

pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah. Ada

juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun

massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba

sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.

Pada pasien dengan adanya discharge patologis dari papilla mammae tetapi

tak ditemukan adanya massa ketika dipalpasi, letak papilloma intraduktus

sebaiknya dikonfirmasi dengan letak orifisium pada duktus yang terserang

pada permukaan papilla mammae dan pemberian tekanan dengan jari di sekitar

areola mammae. Sekret serous atau bercampur darah yang keluar dari papilla

mammae tidak dapat membedakan papilloma intraduktus dengan karsinoma.

Ketika tumor dinyatakan dengan palpasi yang lembut sebaiknya

dikarakteristikkan dengan jumlah tumor, ukuran, konsistensi, permukaan, dan

tepinya.15)

Mammografi

Mammografi sederhana sebaiknya dilakukan pada pasien yang mengeluhkan

keluarnya cairan serous atau bercampur darah dari papilla mammae sebelum

dilakukan duktografi, terutama jika wanita tersebut berusia 35 tahun atau

lebih. Papilloma intraduktus tidak dapat dideteksi dengan mammografi

konvensional. Jika pada mammografi ditemukan adanya mikrokalsifikasi,

diperlukan pemeriksaan selanjutnya yaitu biopsi terutama jika mikrokalsifikasi

tersebut bersifat polimorfik, berkelompok, atau terdistribusi secara linear.15)

Duktografi

Duktografi merupakan teknik yang aman dan sederhana untuk melihat sistem

duktus pada pasien dengan keluhan adanya cairan yang keluar melalui papilla

mammae. Papilloma intraduktus digambarkan dengan adanya filling defects

dan duktus yang mengalami dilatasi.15)

Ultrasonografi

Ultrasonografi dengan resolusi tinggi dan 3dimensi sangat membantu dalam

melihat gangguan intraduktal dan menjadi pemeriksaan penunjang.

Sitologi discharge dari papilla mammae

18

Page 19: REFERAT Finish Fida

Sekret dari papilla mammae diperiksa dengan pengecatan Papanicolaou atau

May-Giemsa. Apusan sitologi dapat menunjukkan apakah masih dalam batas

normal, atipik, atau keganasan serta bentuk papillar. Papilloma intraduktal

ditandai dengan adanya kumpulan sel duktus yang berhubungan kuat. Sel dan

inti sel berbentuk uniform dan tidak mengalami mitosis. Eritosit tampak lebih

banyak pada pasien dengan papilloma intraduktus.15)

Duktoskopi mammae

Merupakan teknik endoskopi terbaru yang telah dipakai sejak 15 tahun yang

lalu.

Gambaran histologis:

Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla fibrovaskular yang dilapisi oleh

epitel kuboid hiperplastik dan lapisan mioepitel di bawahnya. Papilla mungkin

memperlihatkan percabangan yang kompleks dan mengisi seluruh lumen duktus.

Tumor bersifat jinak dan tidak menginvasi dinding duktus tempat tumor tersebut

berasal.

Gambar 12. Histologis Papilloma Intraduktus

5) Penatalaksanaan

19

Page 20: REFERAT Finish Fida

Bagan 3. Penatalaksanaan Pasien dengan Papilloma Intraduktus

Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan nipple discharge dapat menghilang

secara spontan dalam waktu beberapa minggu. Apabila hal ini tidak berlaku, eksisi

lokal duktus yang terkait bisa dilakukan. Eksisi duktus terminal merupakan prosedur

bedah pilihan sebagai penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan

anestesi lokal dengan atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus

yang terkait dengan nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal

mungkin. Apabila lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan ke arah maligna,

terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai radiasi.

d. Tumor Filoides

1) Definisi

Tumor filoides atau dikenal dengan kistosarkoma filoides adalah tumor

fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan

komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Sebagian

20

Page 21: REFERAT Finish Fida

besar tumor filoides bersifat jinak, tetapi sekitar 30% bersifat invasif lokal dan

15% menimbulkan metastasis jauh.11) Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan

dalam ukuran yang besar.

Tumor filoides merupakan tumor seperti fibroadenoma dengan pertumbuhan

stroma yang cepat. Tumor ini dapat berukuran besar dan jika dilakukan eksisi

yang tidak adekuat akan menyebabkan kekambuhan. Lesi ini dapat bersifat jinak

ataupun ganas. Jika jinak, tumor filoides dapat dieksisi lokal pada bagian tepi

jaringan payudara. Karena tumor ini dapat menjadi besar, mastektomi sederhana

kadang-kadang diperlukan.14) Tumor ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi

kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun.7)

2) Insidensi

Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45 tahun.

3) Gambaran Klinis

Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama

dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan

glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan berbenjol-benjol, berbatas

tegas dengan ukuran yang lebih besar dari fibroadenoma. Benjolan ini jarang

bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan

yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun

tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya

yang cepat.

21

Page 22: REFERAT Finish Fida

Gambar 13. Tumor Filoides

a. Tumor bisa mencapai penampang 10-15 cm dan tumbuh lebih cepat dalam

waktu yang singkat dibanding FAM. Berkapsul dengan konsistensi padat

kenyal. Kulit di atasnya dapat tertekan oleh tumor sehingga terjadi nekrosis

dan ulserasi

b. Pada irisan:

Warna abu-abu keputihan

Permukaan licin karena mengandung jaringan ikat miksomatik

Kadang-kadang tampak tonjolan-tonjolan papilomatik

Gambaran histologis:

Secara histologis, stroma tumor ini sangat selular dan padat serta memperlihatkan

aktivitas mitotik yang tinggi.11)

22

a

b

Page 23: REFERAT Finish Fida

Gambar 14. Histologi Tumor Filoides

4) Penanganan

Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan pengangkatan tumor disertai

2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar yang normal. Sedangkan

tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan

mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari

apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor

filoides ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak

ada sel keganasan yang tersisa.

Dapat dikatakan, penanggulangan terhadap tumor ini adalah eksisi luas. Jika

tumor sudah besar, biasanya perlu dilakukan mastektomi simpleks. Bila tumor

ternyata ganas, harus dilakukan mastektomi radikal walaupun mungkin

bermetastasis secara hematogen seperti sarkoma.7)

c. Kelainan Fibrokistik

1) Definisi

Perubahan fibrokistik (Fibrocystic changes/FCCs) merupakan kelainan jinak

payudara yang sering ditemukan.5) Perubahan fibrokistik meliputi perubahan yang

terjadi pada kelenjar (lobulus dan duktus) serta jaringan stroma.

2) Insidensi

Sering dialami oleh wanita premenopause yang berusia antara 20-50 tahun.5)

23

Page 24: REFERAT Finish Fida

3) Patogenesis

Patogenesis fibrokistik belum diketahui secara pasti, tetapi keseimbangan

hormonal, di mana estrogen lebih dominan dibandingkan progesteron memiliki

peranan penting dalam perkembangan penyakit ini.5)

4) Gambaran Klinis

Fibrokistik merupakan massa di payudara yang bersifat asimptomatik dan sering

ditemukan secara kebetulan. Pada kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik

biasanya multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan dengan konsistensi lunak,

terdapat penebalan, dan kadang terasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa

sangat nyeri selama periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan

hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami nyeri

payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen dan

progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada payudara

membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu

setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki

fase menopause. Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi

berhenti.

Terdapat fuktuasi ukuran, massa multipel atau bilateral yang mungkin tampak atau

pun tidak di payudara dan keluar cairan serous dari puting susu. Pasien memiliki

riwayat adanya pembengkakan payudara yang bersifat sementara ataupun nyeri di

sekitar payudara.14)

24

Page 25: REFERAT Finish Fida

Gambar 15. Fibrokistik

a. Tumor pada umumnya berupa massa soliter. Batas tidak jelas dengan besar

penampang bisa mencapai 2-10 cm. Konsistensi padat kenyal atau elastis

b. Pada potongan melintang tampak gambaran kenyal berupa karet, berwarna

putih kelabu dengan didapatkan adanya bintik-bintik kecil merah muda

kekuningan yang hampir tidak tampak

5) Diagnosis

Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau

biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis

kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di

kuadran atas maupun bawah.

Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama

untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik

didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian

atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan

pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi

berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,

sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila

cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,

maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.

25

a

b

Page 26: REFERAT Finish Fida

6) Pemeriksaan Penunjang

Mammografi dan ultrasonografi dapat digunakan untuk mengevaluasi massa pada

pasien dengan fibrokistik. Ultrasonografi dapat digunakan pada wanita yang

berusia < 30 tahun. Karena massa bersifat fibrokistik, kadang-kadang sulit untuk

dibedakan dengan karsinoma, sehingga sebaiknya dilakukan biopsi pada lesi yang

dicurigai. Sitologi dari fine needle aspiration (FNA) mungkin berguna, tetapi jika

massa yang dicurigai tersebut bersifat non-maligna pada pemeriksaan sitologinya

dan tidak kembali normal dalam beberapa bulan, maka sebaiknya dilakukan eksisi.

Adakalanya biopsi dengan jarum atupun FNA telah mencukupi.14)

7) Penatalaksanaan

Penyakit ini sering mengganggu ketentraman penderita karena kecemasan akan

keluhan nyerinya. Yang penting harus dipastikan bahwa kelainan tersebut bukanlah

tumor ganas. Bila ada keraguan, terutama bila pada massa tersebut teraba bagian

yang konsistensinya berbeda, perlu dilakukan biopsi. Nyeri yang hebat dan

berulang atau penderita yang khawatir dapat menjadi indikasi eksisi untuk

meyakinkan penderita.7)

8) Prognosis

Eksaserbasi nyeri, nyeri tekan, dan pembentukan kista dapat terjadi setiap waktu

hingga menopause, dan biasanya gejalanya akan berkurang, kecuali pada pasien

yang mendapatkan terapi hormonal. Pasien disarankan untuk melakukan

pemeriksaan pada payudaranya secara teratur setelah mengalami menstruasi dan

untuk mengkonfirmasikannya kepada klinisi jika massa tersebut tampak. Resiko

kanker payudara meningkat pada wanita dengan kondisi fibrokistik dengan

komponen epitel yang atipik atau proliferatif. Sebaiknya para wanita tetap

melakukan monitoring dengan baik melalui pemeriksaan fisik dan pencitraan.14)

c. Adenosis Sklerosis

1) Definisi

26

Page 27: REFERAT Finish Fida

Adenosis sklerosis secara klinis teraba seperti kelainan fibrokistik, tetapi secara

histopatologi tampak proliferasi jinak.7) Adenosis adalah pembesaran lobulus

payudara, yang mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya.

Apabila pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan

lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah

tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti

jaringan fibrous. Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini,

diantaranya adenosis agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk

digarisbawahi walaupun merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan

bukanlah kanker.

2) Gambaran Klinis

Apabila adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit

membedakan tumor ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara.

Perubahan histologis berupa proliferasi (proliferasi duktus) dan involusi (stromal

fibrosis, regresi epitel). Adenosis sklerosis dengan karakteristik lobus payudara

yang terdistorsi dan biasanya muncul pada mikrokista multipel, tetapi biasanya

muncul berupa massa yang dapat terpalpasi. Kalsifikasi dapat terbentuk pada

adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga semakin membingungkan

diagnosis.

3) Penatalaksanaan

Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini

jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui pembedahan dianjurkan untuk

memastikan tidak terjadinya kanker.

d. Nekrosis Lemak

1) Definisi

Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi

spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh berusaha

memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami kerusakan

tergantikan menjadi jaringan parut. Nekrosis lemak merupakan lesi pada payudara

yang jarang ditemukan tetapi penting secara klinis karena memproduksi massa

27

Page 28: REFERAT Finish Fida

(sering disertai dengan retraksi puting susu ataupun kulit payudara) yang tidak

dapat dibedakan dengan karsinoma ketika dilakukan pencitraan.14)

2) Etiologi

Trauma dapat menjadi penyebab terjadinya nekrosis lemak karena diketahui

bahwa 50% pasien yang mengalami nekrosis lemak memiliki riwayat trauma.

Nekrosis lemak dapat juga terjadi setelah reseksi segmental, terapi radiasi, atau

rekonstruksi setelah mastektomi.14)

3) Gambaran Klinis

Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar.

Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata.

4) Diagnosis

Karena kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah yang

mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan

kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.

Gambaran histopatologis:

Terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.

5) Penatalaksanaan

Sebaiknya dilakukan biopsi dengan jarum merupakan tindakan yang cukup tetapi

semua massa harus dieksisi untuk menghilangkan resiko terjadinya karsinoma.

e. Mastitis Sel Plasma

Mastitis sel plasma juga disebut mastitis komedo. Lesi ini merupakan radang subakut

yang didapat pada sistem duktus yang mulai di bawah areola. Gambaran klinisnya

sukar dibedakan dengan karsinoma yaitu berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit

dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat

pembesaran getah bening aksila.7)

28

Page 29: REFERAT Finish Fida

Gambar 16. Mastitis Sel Plasma

f. Galaktokel

Galaktokel adalah dilatasi kistik suatu duktus laktiferus yang tersumbat oleh air susu

dan terbentuk selama masa laktasi atau sehabis masa menyusui. Penyebab terjadinya

galaktokel adalah air susu yang mengental sehingga menyumbat lumen saluran karena

air susu jarang dikeluarkan, adanya penekanan saluran air susu dari luar, ibu berhenti

menyusui, dan pengunaan alat kontrasepsi oral atau galaktorea. Kista menimbulkan

benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal

serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Biasanya galaktokel

tampak rata, benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah

digerakkan. Apabila diagnosis masih diragukan dapat dilakukan skrining sonografi.

Penatalaksanaan galaktokel sama seperti beberapa kista, yaitu dengan dilakukannya

drainase cairan kista tetapi jika galaktokel terinfeksi, maka diperlukan tindakan

dengan pembedahan.

29

Page 30: REFERAT Finish Fida

Gambar 17. Galaktokel

g. Kelainan Lain (Lipoma, Leiomioma, Histiositoma, dan Kista Sebacea)

Lipoma, leiomioma, histiositoma, dan kista sebacea merupakan tumor yang mungkin

terdapat di payudara tetapi tidak ada sangkut pautnya dengan jaringan kelenjar

payudara.7)

6. Diagnosis Dini

Upaya diagnosis dini kelainan pada payudara dapat dilakukan dengan berbagai jenis

pemeriksaan payudara, yaitu:2)

a. Sadari (pemeriksaan payudara sendiri) atau BSE (breast self examination)

b. Saranis (pemeriksaan payudara klinis) oleh dokter atau bidan

c. Biopsi aspirasi jarum halus

d. Mamografi

e. Breast imaging (misalnya ultrasound atau MRI)

30

Page 31: REFERAT Finish Fida

Untuk mendapatkan secara dini adanya kelainan payudara perlu pemeriksaan yang

tepat baik waktu maupun teknik pemeriksaannya. Sebagai pedomannya dapat dipakai

sebagai berikut:

a. Mulai umur 20 tahun: pemeriksaan Sadari tiap bulan

b. Usia 20-40 tahun: Saranis tiap 3 tahun dan mamografi awal (usia 35-40 tahun)

c. Usia 40-50 tahun: Mamografi tiap 1-2 tahun dan Saranis tiap tahun

d. Usia > 50 tahun: Mamografi dan Saranis tahunan

31

Page 32: REFERAT Finish Fida

BAB III

PENUTUP

Kelainan pada payudara dapat berupa suatu gangguan pertumbuhan, inflamasi,

penyakit proliferatif dan tumor. Tumor jinak mamma ialah lesi jinak yang berasal dari dari

parenkim, stroma, areola dan papilla mammae. Hampir semua etiologi tumor jinak payudara

belum secara pasti. Namun, berbagai penelitian beranggapan pengaruh hormonal merupakan

pemicu terjadinya tumor jinak payudara yang ada.Tumor jinak payudara merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya tumor ganas payudara. Risiko terjadinya tumor ganas payudara

setelah didiagnosis lesi jinak payudara meningkat terutama pada lesi tumor jinak payudara

dengan riwayat keluarga menderita tumor ganas payudara.17)

Kelainan dan penyakit jinak pada payudara meliputi ruang lingkup klinis yang luas

dan patologi yang berbeda. Ahli bedah memerlukan pemahaman yang dalam pada kelainan

dan penyakit jinak payudara sehingga dapat memberikan penjelasan yang tepat pada wanita

yang mengalami hal tersebut meliputi penatalaksanaan dan follow up yang diperlukan.9)

32

Page 33: REFERAT Finish Fida

DAFTAR PUSTAKA

1) Kumar, Vinay. 2007. Robbins Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 1. Jakarta: EGC.

2) Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

3) Kumar, Vinay. 2007. Robbins Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC.

4) Warsito, D.T. 2010. Tumor Jinak Payudara. Available from: http://

4703l.com/2010/10/tumor-jinak-payudara.html. (Accessed: March 6th, 2012).

5) Guray, Merth et al. 2006. Benign Breast Disease: Classification, Diagnosis, and

Management. Available from

http://theoncologist.alphamedpress.org/content/11/5/435.full.pdf. (Accessed: March 2nd,

2012).

6) Sadler, T.W. 1997. Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-7. Jakarta: EGC.

7) Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

8) Moore, Keith I.N Agur Anne M.R. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.

9) Brunicardi, F. Charles. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery Ninth Edition. USA:The

McGraw-Hill Companies.

10) Bikley L.S. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Edisi 8.

Jakarta: EGC.

11) Sander, M.A. 2007. Atlas Berwarna Patologi Anatomi Jilid 2. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

12) Norton, J.A. 2003. Essential Practice of Surgery: Basic Science and Clinical Evidence.

New York: Springer.

13) Greenberg, Ron et al. 1998. Management of Breast Fibroadenomas. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1497021/pdf/jgi_188.pdf. (Accessed:

March 2nd, 2012).

14) Doherty, Gerard M. 2009. Current Diagnosis & Treatment Surgery 13 Edition. USA: Mc

Graw-Hill Companies.

15) Al Sarakbi, W et al. 2006. Review: Breast Papillomas: Current Management with A

Focus on A New Diagnostic and Therapeutic Modality. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1395317/pdf/1477-7800-3-1.pdf.

(Accessed: March 2nd, 2012).

33

Page 34: REFERAT Finish Fida

16) Ganesan, S. 2006. Ultrasound Spectrum in Intraductal Papillary Neoplasms of Breast.

Available from: http://bjr.birjournals.org/content/79/946/843.full.pdf. (Accessed: March

2nd, 2012).

17) Budiani, R.D. dkk. Profil Lesi Jinak dan Ganas pada Sediaan Jaringan Tumor Payudara

Di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas. Available from:

http://fk.uns.ac.id/index.php/penelitiandosen/detail/23/profil-lesi-jinak-dan-ganas-pada-

sediaan-jaringan-tumor-payudara-di-laboratorium-patalogi-anatomi-fakultas-kedokteran-

universitas. (Accessed: March 6th, 2012).

34