perbedaan kecerdasan emosi pada laki-laki dan … · kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan...

97
i PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DEWASA DINI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Yosephine Harsentya Kristyantari 069114009 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 SKRIPSI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 17-Feb-2021

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i  

    PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA LAKI-LAKI DAN

    PEREMPUAN DEWASA DINI

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh:

    Yosephine Harsentya Kristyantari

    069114009

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2013

    SKRIPSI

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv  

    Motto

    Knowing is not enough , we must apply. Willing is not enough,

    we must do. -Bruce Lee-

    Jika... kebahagiaan adalah tidak adanya rasa demam, maka saya tidak akan pernah mengenal kebahagiaan. Karena saya menderita demam pengetahuan, pengalaman, dan penciptaan.

    -Diary Anaisnin-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v  

    Karya ini kupersembahkan special untuk :

    Yesus Kristus dan Bunda Maria Yang memberkati aku dalam menjalani kehidapanku selama ini dan telah mengirim Roh

    pengertian untuk selalu mendampingiku demi kelancaran skripsi ini…

    Papa ,Mamaku, kakak , adikku tersayang dan segenap keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan dan nasihat-nasihat serta sahabat-sahabatku

    Dan Kekasihku yang selalu menyediakan waktu untuk memberikan saran dan dukungan serta sudah rela untuk memperbaiki laptopku ketika terkena virus.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii  

    PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA LAKI-LAKI DAN

    PEREMPUAN DEWASA DINI

    Yosephine Harsentya Kristyantari

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan dewasa dini. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan dewasa dini. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 138 yang terbagi dari 69 laki-laki dan 69 perempuan yang memiliki rentan usia 20 sampai 40 tahun. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik purposive sampling. Data penelitian diungkapkan dengan skala kecerdasan emosi dengan teknik likert. Berdasarkan uji hipotesis dengan mengunakan independent sample t-test di peroleh nilai t sebesar -0,099 dengan probabilitas 0,922(p>0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis tidak terbukti, bahwa tidak terdapat perbedaan kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan dewasa dini. Namun, berdasarkan tinjauan tiap komponen kecerdasan emosi, pada komponen mengelola emosi terdapat perbedaan yang signifikan pada laki-laki dan perempuan dewasa dini dengan nilai t sebesar 2,340 dengan probabilitas 0,021 (p

  • viii  

    THE DIFFERENCE OF EMOTIONAL INTELLIGENCE BETWEEN MALE AND FEMALE EARLY ADULTHOOD

    Yosephine Harsentya Kristyantari

    ABSTRACT

    This research aimed to determine the different of emotional intelligence between male

    and female early adulthood. The hypothesis of this research was there are differences of emotional intelligence between male and female early adulthood. There were 138 subjects of this research divide into 69 male and 69 female early with age between 20 until 40 years old. In this research, researcher used purposive sampling technique. Data of this research was showed by emotional intelligence scale,Likert technique . Based on the hypothesis using the independent sample t-test, it was found that the t value -0,099 with 0,0922 (p>0,05) of probability. The result showed that the hypothesis is not valid, that there are no differences of emotional inteligence between male and female early adulthood. However, based on each compoment emotional intelligence, found that in managing emotion component there were significant differences between male and female early adulthood with the t value of 2, 340 and 0,021 (p

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x  

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan

    rahmat-Nya serta kesempatan yang diberikan kepada penulis dalam proses

    penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Laki-laki

    dan Perempuan Dewasa Dini ” ini hingga selesai. Penulis menyadari proses

    penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

    itu, dengan segala kerendahan hati saya ingin mengucapkan terimakasih yang

    sangat dalam kepada:

    1. Dr. Ch. Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta yang memotivasi kami untuk cepat menyelesaikan

    skripsi.

    2. Ratri Sunar, S.Psi.,M.Psi selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan motivasi dan fasilitas

    untuk proses mengerjakan skripsi.

    3. Tanti Arini, S.Psi.,M.Psi selaku dosen pembimbing akademik yang telah

    memotivasi kami selama proses pengerjaan skripsi.

    4. C. Siswa Widyatmoko, S.Psi.,M.Psi, sebagai dosen pembimbing skripsi dan

    Mbak Haksi yang ikut membimbing dan mengarahkan dalam proses

    penyusunan skripsi hingga selesai.

    5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, Santa Dharma, Yogyakarta yang telah

    memberikan pengetahuan dan ilmu yang berharga kepada penulis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi  

    6. Mas Doni, Mas Muji. Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Gie yang telah

    membantu dan juga menjadi teman bagi para mahasiswa.

    7. Seluruh anggota komunitas media dan dance di Semarang Terimakasih atas

    partisipasi dan bantuannya dalam proses pengumpulan data.

    8. Mama dan Papaku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan,

    kesabaran dan nasihat yang sangat berguna.

    9. Mas Hendri , Adek Hendar , dan dek’ Vina yang sudah memotivasi dan

    memberikan doa dalam proses pengerjaan skripsi serta selalu menjadi teman

    berkeluh kesah.

    10. Tante Shinto, dek’Nabila, dek’Rafly , dan dek’Ridho atas canda tawa dan

    motivasi yang diberikan.

    11. Sahabatku tersayang Dewi Novialine atas dukungan, perhatian, pengertian

    serta kebersamaan yang telah diberikan sampai saat ini.

    12. Jamaludin‘Flazhh’ selaku teman, sahabat, dan kekasih yang telah memberikan

    perhatian, dukungan, kesabaran, kebersamaan serta telah banyak membantu

    dalam proses pengumpulan data dan pengolahan data.

    13. Temanku terkentir dan terkonyol Agri ‘Mupet’ atas sindiran dan canda tawa

    serta dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini.

    14. Teman-temanku Tari, Liza, Ayu atas semua dukungan, bantuan dan dorongan

    untuk cepat menyelesaikan skripsi.

    15. Teman-teman satu perjuangan Ratih yang telah membantu, memotivasi untuk

    hadir bimbingan dan memberikan dukungan setiap hari untuk menyelesaikan

    skripsi ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii  

    16. Kak’Maestri, Citra, dan Aji atas dukungan dan motivasi serta keleraannya

    untuk menjadi preview skripsi ini.

    17. Warga kost Pondok Morelia atas tumpangan dan canda tawa yang diberikan

    serta dukungannya.

    18. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu…terimakasih atas

    dukungan yang diberikan.

    Yogyakarta,

    Penulis

    Yosephine Harsentya Kristyantari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii  

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

    HALAMAN MOTTO ..........................................................................................iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi

    ABSTRAK ......................................................................................................... vii

    ABSTRACT ....................................................................................................... viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... ix

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... x

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL................................................................................................xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xviii

    BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

    1. Secara Teoritis ..................................................................................... 5

    2. Secara Praktis ..................................................................................... 6

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv  

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7

    A. Masa Dewasa Dini .................................................................................. 7

    1. Pengertian Masa Dewasa Dini .......................................................... 7

    2. Ciri-ciri Dewasa Dini ......................................................................... 8

    3. Tugas Perkembangan Dewasa Dini .................................................... 11

    4. Tahap Perkembangan Masa Dewasa Dini .......................................... 13

    B. Kecerdasan Emosi .................................................................................. 15

    1. Pengertian Kecerdasan Emosi ............................................................ 15

    2. Komponen- komponen Kecerdasan emosi .......................................... 16

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan emosi ....................... 17

    4. Pengukuran Kecerdasan Emosi ......................................................... 19

    C. Perbedaan Laki – laki dan Perempuan dari Anatomi Otak .................... 21

    D. Perbedaan Kecerdasan Emosi antara Laki –laki dan Perempuan .......... 25

    E. Hipotesis .................................................................................................. 30

    BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 31

    A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 31

    B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 31

    C. Definisi Operasional Penelitian ............................................................... 31

    1. Jenis Kelamin ..................................................................................... 31

    2. Kecerdasan Emosi ............................................................................... 31

    D. Subjek Penelitian .................................................................................... 32

    E. Metode dan Alat Pengumpul Data .......................................................... 33

    1. Metode ................................................................................................ 33

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv  

    2. Alat Pengumpulan Data ...................................................................... 33

    F. Pengujian Alat Ukur ............................................................................... 35

    1. Validitas ............................................................................................. 35

    2. Reliabilitas .......................................................................................... 35

    3. Seleksi Item ........................................................................................ 36

    G. Analisis Data ........................................................................................... 36

    1. Uji Asumsi .......................................................................................... 36

    2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 37

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 38

    A. Persiapan Penelitian ............................................................................... 38

    1. Uji Coba Alat Ukur ............................................................................. 38

    2. Persiapan Penelitian ........................................................................... 40

    B. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 41

    C. Hasil Penelitian ...................................................................................... 41

    1. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................... 41

    2. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 42

    3. Uji Asumsi .......................................................................................... 44

    4. Uji Hipotesis ....................................................................................... 46

    5. Analisis Tambahan ............................................................................. 46

    D. Pembahasan ............................................................................................ 47

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 53 

    A. Kesimpulan ............................................................................................ 53 

    B. Saran ....................................................................................................... 53

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi  

    1. Bagi Orang Dewasa Dini ................................................................... 53

    2. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................... 54

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 55

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 58

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii  

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Sebelum Dilakukan Uji Coba .... . 34

    Tabel 2. Pemberian Skor Skala Kecerdasan Emosi ............................................ . 34

    Tabel 3. Spesifikasi Item Gugur dari Skala Kecerdasan Emosi Setelah

    Dilakukan Uji coba ................................................................................ . 39

    Tabel 4. Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba ........................ . 39

    Tabel 5. Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Final ........................................... . 40

    Tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................. . 42

    Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian ...................................................................... . 42

    Tabel 8. Hasil Normalitas Keseluruhan Kecerdasan Emosi ............................... . 44

    Tabel 9. Uji Homogenitas ................................................................................... . 45

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii  

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1 : Skala Kecerdasan Emosi ( Uji Coba ) ...................................... 59

    LAMPIRAN 2 : Uji Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi ................................. 65

    LAMPIRAN 3 : Skala Penelitian ...................................................................... 69

    LAMPIRAN 4 : Deskripsi Data, Normalitas, Homogenitas Kecerdasan Emosi 73

    LAMPIRAN 5 : Uji Hipotsesis tiap Komponen ................................................. 75

    LAMPIRAN 6 : Mean Teoritik dan Mean Empirik Laki-laki dan Perempuan .. 77

    LAMPIRAN 7 : Mean Teoritik dan Mean Empirik Tiap Komponen ................ 78

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pada umumnya, masa dewasa dini telah dianggap sebagai masa ketika

    orang muda mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cukup baik,

    sehingga mereka menjadi stabil dan tenang secara emosional (Hurlock,

    1997). Papalia (2008) juga mengatakan bahwa orang dewasa dini sudah

    selayaknya dapat mengontrol dan mengendalikan emosi dalam dirinya. Hal

    ini disebabkan emosi merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi

    individu, karena emosi berperan dalam mempengaruhi seberapa efektif

    individu menggunakan pikiran mereka.

    Dalam kenyataannya, ada pula orang dewasa dini yang masih kurang

    stabil secara emosi (Hurlock, 1997). Ketidakmampuan individu dalam

    mengendalikan emosi dapat memunculkan suatu masalah terutama pada usia

    dewasa dini. Selain itu, masalah-masalah juga muncul karena individu masih

    membutuhkan bantuan seseorang untuk membantunya pada masa peralihan

    dari remaja menuju dewasa. Hal ini disebabkan pada usia ini, individu

    rentan akan masalah. Masalah-masalah yang biasanya muncul adalah

    masalah-masalah mengenai kemampuan berinteraksi sosial, penyesuaian diri

    dalam bermasyarakat, serta pengendalian emosi (Hurlock, 1997).

    Berdasarkan hasil konsultasi bersama dr. Andri,SpKJ pada

    Kompas.com (2011), ditemukan bahwa Riftyza (25th) mengalami kesulitan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    dalam menjaga keseimbangan emosinya. Reftyza merasa memiliki masalah

    dengan emosinya ketika bertengkar dengan pacarnya. Ia selalu mencubit

    pacarnya hingga berbekas, merusak barang-barang miliknya, dan kerap

    menyakiti dirinya sendiri. Selain itu, ada juga fenomena mengenai kasus

    tentang perseteruan dua artis indonesia, yaitu Depe dan Jupe. Perseteruan

    tersebut bermula dari Depe dan Jupe tonjok-tonjokan pada saat pembuatan

    film Arwah Goyang Karawang yang berlanjut adu mulut di jejaring sosial

    twitter (wartanews, 2011). Fenomena-fenomena tersebut menunjukan bahwa

    terkadang orang dewasa pun masih ada yang belum dapat mengelola,

    menstabilkan, dan mengendalikan emosinya sendiri.

    Ada pula fenomena tentang meningkatnya perceraian di kalangan artis.

    Pada Suara Pembaruan.com (2011), dikatakan bahwa artis Steve Emanuel

    menjadi penyebab perceraian pasangan artis, Tia Ivanka dan George Manuel

    Sortillo. Namun Tia mengakui bahwa perceraian tersebut terjadi karena

    permasalahan penyesuaian perkawinan. Fenomena diperkuat dengan hasil

    penelitian Bouchard, Lussier, dan Sabourin (1999) yang menunjukan bahwa

    penyesuaian perkawinan yang rendah diakibatkan individu yang memiliki

    emosi yang kurang stabil dan memiliki tingkat emosi negatif yang tinggi

    (Wahyuningsih, 2005).

    Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut terlihat bahwa pada masa

    dewasa dini cenderung dipenuhi dengan masalah seperti masalah interaksi

    sosial, penyesuaian diri baik dalam masyarakat maupun perkawinan, dan

    pengendalian emosi. Masalah - masalah tersebut dapat ditanggulangi apabila

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    seseorang memiliki kecerdasaan emosi. Kecerdasan emosi adalah

    kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri,

    mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain

    (Goleman, 2009).

    Kecerdasan emosional dianggap penting karena memungkinkan

    seseorang untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang sangat baik

    dan memiliki dukungan sosial lebih baik (Goleman, 2009). Apabila

    seseorang berhasil dalam mengelola emosinya maka dapat dikatakan sebagai

    orang yang cerdas emosinya dan sebaliknya apabila tidak berhasil dalam hal

    tersebut maka ia akan dikatakan sebagai orang yang tidak cerdas emosinya.

    Cherniss (dalam Papalia, 2008) juga mengatakan bahwa individu memiliki

    kecerdasan emosi jika ia mampu mengelola hubungan yang baik dengan

    orang lain dan dapat berpikir sehat ketika berada di bawah tekanan.

    Dalam kehidupan, kita sering menemukan perbedaan-perbedaan antara

    orang yang satu dan yang lain. Perbedaan itu dapat dilihat dari segi usia,

    pendidikan, maupun jenis kelamin. Perbedaan tersebut mulai dari yang

    bersifat fisik, hingga yang berhubungan dengan kebiasaan, peran gender,

    sikap maupun sifat. Baron dan Cohen (2005) menyatakan bahwa perbedaan

    jenis kelamin masih sangat mungkin bahwa streotip jenis kelamin saat ini

    bervariasi dari norma. Guastello dan Guastello (2003), juga mengatakan

    bahwa peran jenis kelamin saat ini juga mengalami perubahan dan perilaku

    androgini telah meningkat di seluruh generasi. Menurut Mayer dan Salovey

    (1997), perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor utama yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    mempengaruhi kecerdasan emosi. (dalam Nunez, Berrocal, Montanes,

    Latorre, 2008).

    Beberapa penelitian menyatakan secara umum terdapat perbedaaan

    kecerdasaan emosi secara signifikan antara laki-laki dan perempuan.

    Menurut Duckelt dan Raffalli (1989), perempuan cenderung lebih emosional

    dan intim dalam interaksi sosial dibandingkan laki-laki, sehingga kecerdasan

    emosional mereka lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini mungkin karena

    masyarakat mensosialisasikan pendidikan emosi dengan cara yang berbeda

    pada masing-masing jenis kelamin (dalam Katyal, Awasthi, 2005).

    Penelitian lain yang ditulis oleh Leslie Brody dan Judith Hall, telah

    meringkas beberapa penelitian tentang perbedaan-perbedaan antara laki-laki

    dan perempuan, yang mengatakan bahwa karena anak perempuan lebih

    cepat terampil dalam berbahasa daripada anak laki-laki, maka mereka lebih

    mengunakan kata-kata untuk mengantikan reaksi-reaksi emosional seperti

    perkelahian fisik (dalam Goleman, 2009). Begitu pula dengan Gurian

    (2011), ia menjelaskan bahwa ternyata otak laki-laki dan perempuan berbeda

    sehingga mempengaruhi pengekspresian emosi. Pada bagian otak yaitu

    cerebal cortex cenderung lebih besar pada perempuan daripada laki-laki

    sehingga menyebabkan adanya perbedaan pada pengolahan emosi antara

    keduanya. Menurut Stein (2004), perempuan lebih sadar atas perasaan

    mereka sendiri dan orang lain serta memiliki hubungan yang lebih baik

    daripada laki-laki. Dengan kata lain, kecerdasan emosional anak perempuan

    lebih tinggi dari kecerdasan emosi anak laki-laki ( Mirza, Redzuan, 2010).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Berdasarkan beberapa literatur diatas menyatakan bahwa perempuan

    memiliki kecerdasan emosi lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

    Sebaliknya, Summiya, Hayat, dan Sheraz (2009), mengungkapkan bahwa

    laki-laki memiliki tingkat kecerdasan emosi lebih tinggi daripada

    perempuan. Goleman (1999) juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan

    kecerdasan emosi secara keseluruhan antara laki-laki dan perempuan. Oleh

    karena itu, peneliti ingin menguji perbedaan kecerdasan emosi antara laki-

    laki dan perempuan dewasa dini.

    B. Rumusan Masalah

    Apakah ada perbedaan kecerdasan emosi antara laki-laki dan

    perempuan usia dewasa dini?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan

    kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan usia dewasa dini.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Secara teoritis

    Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang

    psikologi khususnya psikologi perkembangan. Adanya penelitian ini

    diharapkan mampu memberikan informasi mengenai perbedaan

    kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan dewasa dini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    2. Secara praktis

    a. Bagi peneliti, agar dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan

    kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan usia dewasa dini

    pada masyarakat indonesia

    b. Bagi orang dewasa dini, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

    sebagai masukan dan saran agar orang dewasa dini dapat lebih

    memahami bahwa pentingnya memiliki kecerdasan emosi dalam

    hidupnya di masa-masa yang akan datang. Sehingga setiap individu

    dapat dapat hidup bahagia dengan memiliki interaksi sosial yang baik.

    Laki-laki dan perempuan dewasa dini diharapkan dapat memahami

    macam-macam emosi yang dimiliki pada setiap individu sehingga

    mereka dapat meningkatkan kecerdasan emosinya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Masa Dewasa Dini

    1. Pengertian Masa Dewasa Dini

    Hurlock (1997) mengatakan bahwa orang dewasa dini adalah individu

    yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan

    dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Sebagai orang

    dewasa dini mereka diharapkan dapat menyesuaikan diri secara mandiri.

    Orang dewasa dini umumnya berkisar antara usia 18 tahun hingga usia 40

    tahun.

    Menurut Santrock (2002) masa dewasa dini adalah masa transisi antara

    masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan kondisi

    ekonomi dan pribadi. Masa dewasa dini ditandai ketika seseorang

    mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap. Masa dewasa

    dini berkisar antara awal usia 20 tahun hingga 30an tahun.

    Menurut Papalia,dkk (2009), masa dewasa dini diawali dengan masa

    transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang biasanya memiliki

    rentang waktu antara remaja akhir hingga usia pertengahan dua puluhan. Hal

    ini seing disebut dengan emerging adulthood. Masa dewasa dini dimulai pada

    usia 20 tahun sampai usia 40 tahun.

    Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan bahwa masa dewasa dini

    adalah masa transisi dari remaja akhir. Hal ini didasarkan pada beberapa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    batasan umur yang dikemukakan para ahli tersebut, sehingga peneliti

    menggunakan batasan usia dewasa dini menurut Papalia (2009) yaitu dimulai

    dari usia 20 tahun hingga 40 tahun. Peneliti memilih ini disebabkan batasan

    usia yang tidak terlalu besar sehingga lebih spesifik.

    2. Ciri-ciri Masa Dewasa Dini

    Hurlock (1997) mengemukakan ciri-ciri yang menonjol dalam tahun-tahun

    masa dewasa dini, yaitu :

    1. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa pengaturan”

    Masa pengaturan ini adalah masa ketika seseorang mengatur hidup dan

    bertanggungjawab dalam kehidupannya. Pria muda mulai membentuk

    bidang pekerjaan yang akan ditanganinya sebagai kariernya, sedangkan

    wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan

    pengurus rumah tangga.

    2. Masa Dewasa Dini sebagai “ Masa Reproduktif”

    Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga. Masa reproduktif

    dapat ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa dini

    yang belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan

    pendidikannya dan memulai karirnya.

    3. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Bermasalah”

    Masa dewasa dini banyak dipenuhi dengan masalah. Masalah yang

    biasanya muncul adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan

    penyesuaian diri. Masalah yang dihadapi seperti masalah pekerjaan atau

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    jabatan, masalah teman hidup maupun masalah keuangan yang semuanya

    memerlukan penyesuaian di dalamnya.

    4. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Ketegangan Emosional”

    Ketegangan emosi seringkali muncul dalam kekhawatiran-

    kekhawatiran seperti kekhawatiran pada pekerjaan mereka, masalah

    perkawinan dan peran sebagai orangtua. Seseorang dalam masa dewasa

    dini atau pertengahan tiga puluhan dianggap telah mampu memecahkan

    masalah dengan cukup baik dan dapat mengontrol ketegangan emosi,

    sehingga seseorang dapat mencapai emosi yang stabil.

    5. Dewasa Dini sebagai “Masa Keterasingan Sosial”

    Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke

    dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah

    tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya pada masa

    remaja menjadi renggang, dan bersamaan dengan itu keterlibatan dalam

    kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang. Sebagai akibatnya,

    seseorang dewasa dini akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang

    disebut Erikson sebagai “krisis keterasingan”.

    6. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Komitmen”

    Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan

    tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada

    orangtua menjadi orang dewasa yang mandiri. Hal ini membuat mereka

    menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat

    komitmen-komitmen baru.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    7. Masa Dewasa Dini sering merupakan “Masa Ketergantungan”

    Banyak orang muda yang masih agak tergantung atau bahkan sangat

    tergantung pada orang-orang lain selama jangka waktu yang berbeda-beda.

    Ketergantungan ini mungkin pada orang tua, lembaga pendidikan yang

    memberikan beasiswa sebagian atau penuh karena memperoleh pinjaman

    untuk membiayai pendidikan mereka.

    8. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Perubahan Nilai”

    Ada beberapa alasan yang menyebabkan perubahan nilai pada masa

    dewasa dini, diantaranya karena orang dewasa dini ingin diterima pada

    kelompok orang dewasa lainnya, kelompok sosial, dan ekonomi orang

    dewasa.

    9. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup

    Baru”

    Masa dewasa dini merupakan periode yang paling banyak

    menghadapi perubahan. Menyesuaikan diri pada gaya hidup baru memang

    sulit, terlebih bagi kaum muda jaman sekarang karena persiapan yang

    mereka terima sewaktu masih anak-anak dan di masa remaja biasanya

    tidak berkaitan atau bahkan tidak cocok dengan gaya-gaya hidup baru ini.

    10. Masa Dewasa dini sebagai “Masa Kreatif”

    Bentuk kreatifitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa dini akan

    tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk

    mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan

    sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreatifitasnya ini melalui hobi,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    ada juga yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan

    ekspresi kreativitas.

    3. Tugas Perkembangan Dewasa Dini

    Menurut Havinghurst (dalam Yuliani, 2005) menyatakan terdapat

    delapan tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu dewasa dini

    adalah :

    1. Memilih pasangan hidup

    Masa dewasa dini merupakan masa awal membina karier dan

    keluarga. Kehidupan berkeluarga diawali dengan memilih pasangan hidup

    sebagai suami dan istri. Untuk menjadi pasangan suami-istri didasari oleh

    pertimbangan yang matang, seperti kesesuaian sifat, kesamaan tujuan

    hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan melaksanakan tugas-tugas

    rumah tangga.

    2. Belajar hidup dengan pasangan

    Hidup berkeluarga merupakan hidup bersama antara dua orang yang

    memiliki latar belakang kehidupan, sifat dan mungkin minat dan kebiasaan

    yang berbeda. Meskipun demikian, mereka memiliki kebutuhan yang

    sama, yaitu kebutuhan untuk hidup bersama. Hal tersebut tidak muncul

    begitu saja, tetapi harus ada kesediaan dan usaha dari kedua belah pihak

    untuk mempelajarinya agar terciptanya keharmonisan dalam keluarga.

    3. Memulai hidup berkeluarga

    Hampir seluruh aspek kemasyarakatan ada dalam keluarga. Dalam

    keluarga ada aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, agama, pendidikan,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    kesehatan, keamanan, estetika, dan lain-lain. Suami-istri dan anak-

    anaknya, harus dapat mengembangkan dan menata serta mengelola aspek-

    aspek tersebut, mengadakan pembagian tugas, mengembangkan

    mekanisme kerja, menciptakan iklim kehidupan dan lain-lain sehingga

    semua kebutuhan dapat terpenuhi dan semua urusan keluarga dapat

    diselesaikan dengan baik.

    4. Memelihara dan mendidik anak

    Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak sebagai pemersatu

    suami-istri, sebagai penerus generasi. Kehadiran anak harus dirawat,

    dipelihara dan dididik dengan baik.

    5. Mengelola rumah tangga

    Rumah tangga ibarat suatu perusahaan atau lembaga yang memiliki

    banyak bagian atau kaitan, baik antar bagian-bagiannya maupun bagian

    tersebut dengan bagian di luar rumah. Semua hal tersebut perlu

    direncanakan dan dikelola dengan baik, sehingga dapat membentuk satu

    kesatuan yang harmonis.

    6. Memulai kegiatan pekerjaan

    Pekerjaan bukan hanya berfungsi untuk mendapatkan nafkah,

    tetapi juga merupakan bagian dari karier sekaligus identitas dari nama

    baik keluarga. Seorang dewasa dini harus mempersiapkan, memilih, serta

    memasuki pekerjaan yang cocok dengan kemampuan dan latar belakang

    pendidikannya, untuk kemudian mengembangkan dirinya seoptimal

    mungkin dalam pekerjaan tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    7. Bertanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warga negara

    Seorang dewasa dini harus mampu membina hubungan sosial dengan

    sesama warga masyarakat. Selain orang dewasa dini dituntut mematuhi

    semua peraturan, ketentuan, dan nilai yang ada dalam masyarakat, ia juga

    dituntut untuk memelihara dan mengawasinya. Orang dewasa dini juga

    dituntut untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

    8. Menentukan persahabatan dalam kelompok sosial

    Di masyarakat terdapat berbagai kelompok sosial, seperti kelompok

    etnis, agama, budaya, profesi, hobi, dan lain-lain. Seorang dewasa dini

    dituntut untuk dapat hidup dalam berbagai kelompok sosial tersebut

    dengan harmonis.

    4. Tahap Perkembangan Masa Dewasa Dini

    Menurut Santrock (2002), menyatakan bahwa tahap perkembangan

    dewasa dini dibagi menjadi tiga, yaitu :

    1. Perkembangan fisik

    Pada masa dewasa dini, perkembangan fisik akan mencapai

    puncaknya, namun kondisi fisik ini juga menurun pada rentang usia

    dewasa dini. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya perhatian terhadap

    kesehatan, perhatian khusus mengenai diet, berat badan, olahraga, dan

    ketergantungan. Puncak kemampuan fisik ini terjadi pada usia dibawah

    tiga puluh tahun, yaitu 19 tahun hingga 26 tahun.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    2. Perkembangan kognitif

    Menurut Santrock (2002), dalam masa dewasalah individu mengatur

    pemikiran operasional mereka, seperti yang dikemukakan Piaget. Piaget

    mengatakan bahwa cara berpikir seseorang remaja dan seseorang dewasa

    itu sama, namun yang membedakan adalah apabila seseorang remaja

    mampu merencanakan dan membuat suatu hipotesis dari suatu masalah,

    sedangkan pada orang dewasa lebih mampu membuat hipotesis dan

    menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan. Gisela

    Labouvie-Vief (1982,1986) mengemukakan bahwa pada saat dewasa dini,

    seseorang lebih mengandalkan analisis logis dalam menyelesaikan

    masalah. William Perry mengatakan bahwa pemikiran orang dewasa yang

    berubah, awalnya berpikir secara dualistic namun berganti menjadi

    pemikiran yang beragam.

    3. Perkembangan Sosio-emosional

    Dalam tahap perkembangan ini, Santrock (2002) menjelaskan mulai

    adanya daya tarik, cinta dan hubungan dekat. Pada masa dewasa dini,

    orang lebih banyak tertarik pada orang yang memiliki kesamaan. Dengan

    adanya kesamaan maka individu akan merasa nyaman berinteraksi dengan

    orang lain.

    Pada masa dewasa dini juga mulai mengenal adanya keintiman dan

    kemandirian. Menurut Erikson tahapan dewasa dini berada pada tahap

    keenam, yaitu intimacy versus isolation ( keintiman versus isolasi ).

    Keintiman adalah tahap ketika seseorang membentuk hubungan intim

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    dengan orang lain. Namun, jika keintiman tidak berkembang pada masa

    dewasa dini, seseorang akan mengalami yang disebut dengan isolasi.

    B. Kecerdasan Emosi

    1. Pengertian Kecerdasan Emosi

    Kecerdasan emosi adalah kemampuan seperti kemampuan untuk

    memotivasi diri, dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan

    dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana

    hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan

    berpikir, berempati dan berdoa. Koordinasi suasana hati adalah inti dari

    hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri

    dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang

    tersebut akan memiliki tingkat emosional yang baik dan akan lebih

    menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya (Goleman,

    2009)

    Bar-On (Stein, Book, 2004) mendefinisikan kecerdasan emosi adalah

    serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi

    kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tekanan dan

    tuntutan dari tekanan lingkungan.

    Menurut Peter Salovey dan John Mayer, kecerdasan emosi merupakan

    kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan

    perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya dan

    mengendalikan perasan secara mendalam sehingga membantu

    perkembangan emosi dan intelektual (dalam Stein, Howard, 2000 ).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Berdasarkan definisi-definisi kecerdasan emosi di atas maka peneliti

    menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang

    dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, mampu

    mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain

    sehingga seseorang dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan

    lingkungan.

    2. Komponen-komponen Kecerdasan Emosi

    Salovey dan Mayer menjelaskan kecerdasan emosional mencakup 5

    kompetensi emosional dan sosial dasar (dalam Goleman, 2009) :

    a. Mengenal emosi diri sendiri

    Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali

    perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Hal ini merupakan dasar dari

    kecerdasan emosional sehingga para ahli psikologi menyebutkan

    kemampuan tersebut dengan istilah kesadaran diri.

    b. Mengelola emosi

    Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

    perasaannya agar dapat mengungkapkan dengan tepat. Kecakapan yang

    terungkap tergantung pada kesadaran diri, sehingga tercapai

    keseimbangan dalam diri individu.

    c. Memotivasi diri sendiri

    Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang

    sangat penting dalam kaitan untuk memberikan perhatian, untuk

    memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    d. Mengenali emosi orang lain

    Kemampuan mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Individu

    yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-

    sinyal sosial yang mengisyaratkan apa saja yang dibutuhkan orang lain

    sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka

    terhadap perasaan orang lain, dan lebih mampu mendengarkan orang

    lain.

    e. Membina hubungan

    Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan

    yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar

    pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses

    dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus

    dengan orang lain.

    3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

    Goleman (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi kecerdasan seseorang:

    1. Pengalaman

    Kecerdasan emosi dapat berkembang seiring perjalanan hidup seseorang.

    Ketika seseorang belajar untuk menangani suasana hati, menangani

    emosi yang menyulitkan, semakin cerdaslah emosi dan mampu membina

    hubungan yang baik dengan orang lain.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    2. Usia

    Semakin tua usia individu maka kecerdasan emosinya akan lebih baik

    dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Hal ini dipengaruhi oleh

    proses yang dialami oleh individu seiring bertambahnya usia. Menurut

    Bar-On (dalam Mizra, Redzuan, 2010) menunjukan bahwa kecerdasan

    emosi kelompok yang usianya lebih tua lebih tinggi daripada kelompok

    usia yang lebih muda. Hal ini didukung dengan pendapat Steven Stein

    yang menunjukan bahwa orang tua lebih sadar, bijaksana, dan terkendali

    dalam hal emosi. Dalam penelitian Mizra dan Redzuan (2010) pun

    menunjukan bahwa kecerdasan emosional berkembang dengan semakin

    tuanya anak-anak.

    3. Jenis Kelamin

    Tidak ada perbedaan antara kemampuan pria dan wanita dalam

    meningkatkan kecerdasan emosionalnya tetapi dari beberapa penelitian

    yang diperoleh rata-rata perempuan lebih memiliki keterampilan emosi

    yang lebih baik dibandingkan pria (dalam Nunez, Berrocal, Montanes,

    Latorre, 2008). Begitu pula menurut Duckelt dan Raffalli (1989),

    perempuan cenderung lebih emosional dan intim dalam interaksi sosial

    dibandingkan dengan laki-laki sehingga kecerdasan mereka lebih tinggi

    daripada laki-laki (dalam Katyal, Awasthi, 2005).

    4. Jabatan

    Semakin tinggi jabatan maka semakin tinggi juga kecerdasan emosional

    seseorang. Hal ini menyebabkan semakin penting keterampilan antar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    pribadinya dalam membuatnya menonjol dibandingkan mereka yang

    berprestasi biasa-biasa saja.

    4. Pengukuran Kecerdasan Emosi

    Pengukuran kecerdasan emosi secara umum dibagi menjadi 3 kategori

    (dalam Mayer, Roberts, Barsade, 2008) :

    1. Skala persepsi emosional

    Secara umum, skala ini menyajikan gambar wajah dan postur tubuh,

    gerakan, dan rekaman suara nada. Tugas peserta mengidentifikasikan

    emosi yang diungkapkan. Skala persepsi emosional antara lain adalah

    Diagnostic Analysis of Nonverbal Accuracy (DANVA) dan Japanese

    and Caucasian Brief Affect recognition Test (JACBART). DANVA-2

    menyajikan gambar-gambar emosional wajah dan postur tubuh dan

    peserta diminta mengidentifikasikan konten yang mereka lihat

    (senang/marah/sedih/takut) sedangkan JACBART meminta peserta

    untuk melihat ekspresi wajah emosional dalam format video dan

    kemudian mencocokan ekspresi untuk emosi (kebahagian, jijik, sedih,

    marah, terkejut, dan takut). Kedua alat ukur tersebut sangat

    membutuhkan biaya yang tidak sedikit baik untuk alat-alat yang

    digunakan dan memakan waktu yang cukup banyak sehingga

    penyajiannya pun kurang praktis .

    2. Pemahaman emosional

    Pemahaman emosional melibatkan tentang kemampuan

    mengambarkan perasaan sendiri dengan perasaan orang lain. Alat yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    digunakan untuk mengukur pemahaman emosional misalnya Levels of

    Emotional Awareness scale (LEAS). LEAS menyajikan dua puluh

    adegan sosial yang melibatkan dua karakter, “Anda” dan seorang

    individu tambahan, menampilkan empat jenis emosi: marah, takut,

    bahagia, dan kesedihan. Alat ukur ini pun membutuhkan biaya yang

    tidak sedikit dan tenaga serta waktu yang cukup lama sehingga kurang

    praktis.

    3. Pengukuran yang mengintegrasikan beberapa wilayah kecerdasan

    emosional

    Dari kedua kategori alat ukur kecerdasan emosi di atas alangkah

    lebih baiknya jika mengintegrasikan seluruhnya baik persepsi emosional

    maupun pemahaman emosional. Misal, Emotion Knowledge Test (EKT)

    dan Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT).

    EKT menyediakan 26 ekspresi wajah dan umunya digunakan pada anak-

    anak. Sedangkan, MSCEIT menyajikan delapan tugas yang mengukur

    beberapa aspek kecerdasan emosi termasuk persepsi emosi dengan

    meminta peserta untuk mengidentifikasikan wajah dan lanskap.

    Pemahaman emosi diukur melalui pemahaman bagaimana emosi

    tersebut bercampur misalnya, dua emosi yang berdekatan dengan

    perasaan negatif seperti (a) kesedihan dan ketakutan. (b) marah dan jijik.

    The Four-Branch Model mengukur berdasarkan empat komponen yaitu:

    (a) merasakan emosi, (b) pengunaan emosi untuk menfasilitasi berpikir,

    (c) memahami emosi, (d) mengelola emosi. The Four-Branch Model

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    diukur dengan cara menyajikan sketsa yang mengambarkan situasi sosial

    dan meminta peserta mengelola emosi dalam situasi tertentu. MSCEIT

    merupakan alat ukur yang juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit

    dan memakan waktu yang lama serta jika digunakan di Indonesia masih

    kurang cocok akibat pengaruh budaya pada setiap itemnya.

    C. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan Dilihat dari Anatomi Otak

    Menurut Shapiro (1997), banyak para ilmuwan membicarakan bahwa

    bagian otak yang biasa digunakan untuk berpikir adalah korteks. Selain

    dipandang sebagai bagian berpikir otak, korteks juga berperan penting dalam

    memahami kecerdasan emosional. Korteks memungkinkan kita mempunyai

    perasaan tentang perasaan kita sendiri dan qta memahami sesuatu secara

    mendalam. Korteks menganalisis mengapa kita mengalami perasaan tertentu

    dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya.. Ada juga bagian yang

    berbeda dari bagian otak yang mengurusi emosi yaitu sistem limbik.

    Sesungguhnya hubungan antara kedua bagian inilah yang menentukan

    kecerdasan emosional seseorang.

    Gurian (2011) menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki

    perbedaan dalam pemrosesan emosi. Hal ini disebabkan secara fisik, anatomi

    otak laki-laki dan perempuan memang berbeda. Gurian menyebutkan beberapa

    bagian otak yang sangat berpengaruh dalam pemrosesan emosi antara lain

    cerebral cortex, system limbic, hippocampus, amygdala, thalamus dan

    estrogens. Berikut penjelasannya :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    1. Cerebral cortex, mengandung neuron-neuron yang mendukung fungsi

    memori dan intelektual yang tinggi. Otak perempuan cenderung lebih

    menghubungkan antara neuron-neuron dan meningkatkan darah di area

    ini. Bagian ini juga memungkinkan kita memahami sesuatu secara

    mendalam, menganalisis mengapa kita mengalami perasaan tertentu dan

    selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Hal ini berdampak pada

    meningkatnya kecepatan proses pada otak perempuan yang membantu

    perempuan dalam merespon informasi lebih cepat dalam berpikir daripada

    laki-laki, sehingga perempuan lebih cerdas secara emosi dibandingkan

    laki-laki.

    2. System limbic, berisi sejumlah struktur meliputi hippocampus dan

    amygdale. System limbic sebagai pusat yang menaruh peran penting dalam

    bagaimana laki-laki dan perempuan belajar dan kinerja yang berbeda. Otak

    perempuan cenderung lebih banyak beristirahat untuk tingkat yang lebih

    besar karena labih banyak koneksi saraf anatar system limbic perempuan

    dan area pengolahan verbal. Hal ini berakibat perempuan cenderung dapat

    merespon secara lisan pengalaman stress dan pengekspresian emosi lebih

    cepat daripada laki-laki. Perempuan juga cenderung memiliki lebih banyak

    akses verbal dengan mendiskripsikan emosinya melalu tulisan. Hal ini

    menunjukan bahwa perempuan lebih cerdas secara emosi dibandingkan

    laki-laki,

    3. Hippocampus, merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran

    emosi dan tempat disimpannya memori jangka panjang atau permanen.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Pada perempuan cenderung lebih besar, jumlah dan kecepatan transmisi

    neuron lebih tinggi pada perempuan. Peningkatan memori pada wanita

    dapat memungkinkan mereka untuk mengakses lebih banyak informasi

    untuk mengingat, sehingga perempuan lebih cerdas secara emosi

    dibandingkan laki-laki.

    4. Amygdala, dipandang sebagai pusat dalam pengelolaan emosi terutama

    kemarahan dan ketakutan. Pada laki-laki amygdala cenderung lebih besar

    sehingga laki-laki dapat menjadi lebih agresif. Hal ini menunjukan bahwa

    laki-laki lebih rendah kecerdasan emosinya dibandingkan perempuan.

    5. Thalamus, merupakan bagian otak yang mengatur kehidupan emosi dan

    keselamatan fisik; proses informasi sensorik yang masuk memberitahukan

    kita apa yang terjadi pada tubuh bagian luar. Pemrosesan informasi pada

    perempuan cenderung lebih cepat terutama pada waktu-waktu tertentu

    seperti dalam waktu mestruasi. Hal ini berakibat perempuan lebih stress

    dan lebih aktif di thalamus selama mestruasi. Hal ini juga menunjukan

    bahwa kecerdasan emosi yang dimiliki laki-laki lebih besar dibandingkan

    perempuan.

    6. Estrogens, bagian ini lebih besar dialami oleh perempuan. Hal ini

    berpengaruh pada rendahnya agresi dan kompetitif. Sedangkan laki-laki

    memiliki bagian otak yang disebut testosterone yang berindikasi

    sebaliknya dari perempuan. Perbedaan tersebut menunjukan bahwa

    perempuan lebih cerdas secara emosi daripada laki-laki.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Gurian (2011) juga mengatakan bahwa beberapa pengaruh perbedaan otak

    menyebabkan beberapa indikasi yang terjadi pada laki-laki dan perempuan,

    antara lain:

    1. Perempuan lebih cepat dalam pemrosesan emosi terhadap stimulus

    sehingga lebih cepat dalam mengelola informasi. Terkadang laki-laki

    membutuhkan waktu yang lama untuk pemrosesan emosi.

    2. Secara emosi perempuan lebih terang-terangan menunjukan

    penderitaannya dengan menangis dan berbicara lebih banyak daripada

    laki-laki. Dengan kata lain kemampuan verbal perempuan lebih besar dari

    pada laki-laki.

    3. Ketika informasi datang dalam kontak emosi kedalam system limbic

    perempuan, aktivitas otak dapat bergerak cepat ke atas otak perempuan

    kearah empat lobus dimana pemikiran lebih banyak terjadi daripada otak

    laki-laki. Di sisi lain, Otak laki-laki tampaknya memiliki kecenderungan

    untuk memindahkan informasi dengan cepat ke bagian bawah dari system

    limbic (amygdala) dan batang otak. Dengan kata lain, seorang perempuan

    lebih dapat memproses rasa sakit, terluka, dan mendapatkan bantuan dari

    orang lain untuk membicarakan hal itu. Hal tersebut disebabkan

    perempuan lebih banyak memiliki kemampuan verbal dan alasan selama

    krisis. Sebaliknya, laki-laki cenderung menjadi agresif secara fisik

    (berperang) atau menarik diri.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    D. Perbedaan Kecerdasan Emosi Antara Laki-laki dan Perempuan

    Masa dewasa dini telah dianggap sebagai masa ketika orang muda mampu

    menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cukup baik, sehingga mereka

    menjadi stabil dan tenang secara emosional (Hurlock, 1997). Namun dalam

    kenyataannya, masih ada orang dewasa dini yang masih kurang stabil secara

    emosi. Masa dewasa dini juga dianggap sebagai masa yang dipenuhi banyak

    masalah. Masalah - masalah tersebut dapat ditanggulangi apabila seseorang

    memiliki kecerdasaan emosi.

    Kecerdasan emosi terdiri dari beberapa komponen. Setiap individu

    memiliki perbedaan-perbedaan kemampuan pada komponen-komponen

    tersebut. Perbedaan-perbedaan kemampuan pada komponen-komponen

    kecerdasan emosional memungkinkan terdapat perbedaan kecerdasan emosi

    antara laki-laki dan perempuan. Ada beberapa penelitan tentang emosi yang

    menunjukan perbedaan-perbedaan kemampuan pada komponen kecerdasan

    emosi (Goleman, 2009).

    Menurut Mizra dan Redzuan (2010), kecerdasan emosional anak

    perempuan lebih tinggi dari kecerdasan emosi anak laki-laki. Hal ini didukung

    dengan temuan Steven Stein (2004) yang menyatakan bahwa perempuan lebih

    menyadari perasaan mereka dan orang lain, berhubungan interpersonal yang

    lebih baik, dan secara signifikan lebih bertanggung jawab secara sosial

    daripada laki-laki (dalam Mizra, Redzuan, 2010). Penelitian lain yang ditulis

    oleh Katyal dan Awasthi (2005) menjelaskan bahwa perempuan cenderung

    lebih emosional dan intim dalam berinteraksi dibandingkan dengan laki-laki.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Selain itu juga lebih tingginya kecerdasan emosional dijelaskan berdasarkan

    karateristik kepribadian mereka serta anak perempuan juga rasa empati yang

    lebih tinggi dari pada laki-laki.

    Leslie Brody dan Judith Hall, telah meringkas beberapa penelitian tentang

    perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan, yang mengatakan

    bahwa karena anak perempuan lebih cepat terampil dalam berbahasa daripada

    anak laki-laki, maka mereka lebih mengunakan kata-kata untuk menggantikan

    reaksi-reaksi emosional seperti perkelahian fisik (dalam Goleman, 2009).

    Begitu pula dengan Gurian (2011), Otak perempuan tidak hanya memiliki

    sitem limbik yang cenderung lebih besar yakni struktur hippocampus yang

    lebih besar. Sitem limbik inilah yang membuat perempuan cenderung untuk

    cepat merespon secara lisan dengan cepat melalui bahasa verbal dan

    hippocampus yang besar membuat perempuan lebih banyak menerima

    informasi karena peningkatan memori penyimpanan, yang jelas-jelas

    berlawanan dengan laki-laki yang dimana penguasaan verbal dan ingatan lebih

    kecil. Laki-laki cenderung memiliki amigdala yang lebih besar daripada

    perempuan sehingga laki-laki cenderung bersikap agresi. Perbedaan otak

    tersebut menyebabkan perempuan lebih terfokus pada emosi mereka dan

    merujuk dalam pembicaraan daripada laki-laki. Sementara banyak laki-laki

    yang sering mengekspresikan emosi seperti marah, perkelahian fisik atau

    frustasi lebih dari emosi lain seperti depresi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Goleman (2009) membandingkan pola bermain anak laki-laki dan

    perempuan untuk melihat bagaimana kecerdasan emosi berbeda antara jenis

    kelamin dapat terjadi. Ia mengutip Brody dan Hall dari Gender dan Emosi:

    "Ketika anak perempuan bermain bersama, mereka melakukannya dalam

    kelompok-kelompok intim kecil dengan penekanan pada meminimalkan

    permusuhan dan memaksimalkan kerjasama, sementara permainan anak laki-

    laki dalam kelompok yang lebih besar, dengan penekanan pada kompetisi.

    Jika seorang anak laki-laki yang telah tersakiti marah, ia diharapkan untuk

    keluar dari jalan dan berhenti menangis sehingga permainan bisa terus. Jika

    sama terjadi di antara sekelompok gadis yang sedang bermain, permainan

    berhenti sementara mengumpulkan semua orang untuk membantu

    menenangkan gadis yang menangis. Anak laki-laki bangga akan kebebasan,

    keras hati dan otonomi, sedangkan anak perempuan melihat diri mereka

    sebagai bagian dari hubungan. "

    Dalam proses ini, anak perempuan mengembangkan keterampilan

    komunikasi verbal dan non-verbal dan menjadi baik dalam mengekspresikan

    diri mereka sendiri dan memahami orang lain, yang menyebabkan empati

    tinggi dan tanggung jawab sosial. Anak laki-laki menjadi terampil

    meminimalkan emosi yang berkaitan dengan kerentanan, rasa bersalah,

    ketakutan dan sakit. Hal ini yang mengarah ke toleransi stres tinggi dan

    kepercayaan diri.

    Berdasarkan pemaparan menunjukan bahwa perempuan lebih mampu

    mengenali emosi diri sediri dan orang lain (empati), memotivasi diri,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    mengelola emosi, serta membina hubungan dengan orang lain dibandingkan

    dengan laki-laki. Adapun alur yang menjadi dinamika dalam proses ini

    sebagai berikut :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    BAGAN DINAMIKA

    Dalam kecerdasan emosi

    Perempuan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki

    Masa dewasa dini dianggap stabil secara emosi, matang, dan mampu menyelesaikan masalah sendiri

    Berdasarkan Perbedaan Anatomi otak yang mempengaruhi pengelolaan emosi laki-laki dan perempuan

    Laki-laki: Perempuan:

     

    Laki-laki : - Kurang empati - Lebih ekspresif dalam mengungkapkan

    kemarahan. - Memiliki toleransi stress lebih tinggi dan

    kepercayaan diri - Lebih agresif - Berpikir spasial.

    Perempuan : - Lebih kemampuan verbal lebih tinggi. - Lebih ekspresif dalam emosi sedih atau

    kecewa. - Lebih mudah berempati. - Hubungan interpersonal baik

    Lebih banyak menghubungkan neuron-neuron dan meningkatkan darah pada area ini sehingga lebih cepat untuk memproses emosi

    Cerebral cortex

    Lebih banyak bekerja untuk tingkat yang lebih besar dan cenderung kurang kemampuan verbalnya

    Lebih sedikit menghubungkan neuron-neuron dan kurang meningkatkan darah pada area ini sehingga lebih lambat untuk memproses emosi

    System limbicLebih banyak beristirahat untuk tingkat yang lebih besar, karena lebih banyak koneksi sarafnya antara system limbic dan area pengolahan verbal. Hal ini membuat lebih merespon secara lisan pengekspresian emosi dan kemampuan verbalnya lebih besar.

    Hippocampus

    lebih kecil jumlah dan kecepatan transisi neuronnya sehingga cenderung lebih sedikit mengakses informasi mengingat.

    lebih besar jumlah dan kecepatan transisi neuronnya sehingga cenderung lebih banyak mengakses informasi mengingat

    Amygdala Lebih kecil sehingga rendahnya agresif dan lebih memaksimalkan kerjasama

    Lebih besar sehingga lebih agresif dan kompetitif.

    Thalamus

    Estrogens

    Pemrosesan emosi lebih lambat sehingga secara fisik lebih agresif

    Pemrosesan lebih cepat sehingga lebih stress dan aktif

    testosteronLebih agresif dan kompetitif

    Rendahnya agresif dan kurang kompetitif

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    E. Hipotesis

    Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

    Ada perbedaan kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan usia dewasa

    dini, yang menunjukan bahwa perempuan memiliki kecerdasan emosi yang

    lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian inferensial kuantitatif

    komparatif. Penelitian inferensial kuantitatif komparatif merupakan penelitian

    yang melakukan analisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis.

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kecerdasan emosi antara laki-

    laki dan perempuan usia dewasa dini.

    B. Identifikasi Variabel Penelitian

    Variabel bebas : jenis kelamin

    Variabel tergantung : kecerdasan emosi

    C. Definisi Operasional Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini adalah variabel jenis kelamin dan kecerdasan emosi.

    1. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin adalah ciri fisik yang dimiliki seseorang yang akan

    mengelompokan individu dalam kelompok laki-laki dan perempuan.

    Pengelompokan jenis kelamin diperoleh dari identitas subjek penelitian yang

    diisikan pada bagian identitas skala penelitian yang diberikan.

    2. Kecerdasan Emosi

    Kecerdasan emosi adalah serangkaian kemampuan yang dimiliki seseorang

    berupa kemampuan dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    mampu mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain

    sehingga dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

    Kecerdasan emosi diukur dengan menggunakan skala yang disusun

    berdasarkan komponen-komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan

    oleh Salovey (dalam Goleman, 2009) yang meliputi : (1) mengenali emosi diri

    sendiri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi

    orang lain, (5) membina hubungan. Total skor yang diperoleh pada skala

    kecerdasan emosional menggambarkan tingkat kecerdasan emosi. Semakin

    tinggi nilai total pada skala, semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi yang

    dimiliki seseorang. Sebaliknya, semakin rendahnya nilai total pada skala, maka

    semakin rendah kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang.

    D. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang

    memiliki data mengenai variabel yang diteliti. Subjek penelitian pada dasarnya

    adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2005). Subjek

    dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan dewasa dini. Teknik

    pengambilan subjek menggunakan metode purposive sampling yaitu

    mengambil subjek dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2008). Adapun

    pertimbangan kriteria pemilihan subjek dalam penelitian ini berdasarkan usia,

    yaitu subjek adalah individu dengan usia 20 sampai kira-kira 40 tahun karena

    peneliti berasumsi bawah usia tersebut berada pada usia dewasa dini yang

    dimana dianggap sudah stabil secara emosi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

    1. Metode

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    alat ukur yang berupa pengisian skala psikologis. Skala psikologis

    merupakan alat ukur psikologis yang stimulusnya berupa pernyataan atau

    pertanyaan yang tidak langsung mengungkap artibut yang hendak diukur,

    melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan

    (Azwar,2010).

    2. Alat pengumpulan Data

    Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    skala Likert. Skala ini hanya menggunakan empat alternatif pilihan jawaban

    yakni sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), Setuju (S), dan sangat

    setuju (SS). Peneliti hanya menggunakan empat pilihan jawaban dengan

    tujuan agar reponden tidak cenderung memilih jawaban yang berada

    ditengah-tengah. Selain itu, menurut Azwar (2010) alternatif pilihan

    jawaban tengah yakni diwujudkan sebagai netral (N) atau ”tidak

    menentukan pendapat”. Pada penelitian ini, skala yang disusun oleh peneliti

    dengan mengacu berdasarkan komponen-komponen kecerdasan emosional

    yang dikemukakkan oleh Salovey dan Mayer (dalam Goleman,2009) yang

    meliputi : (1) mengenali emosi diri sendiri, (2) mengelola emosi, (3)

    momotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, (5) membina

    hubungan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    Berikut adalah tabel 1 yang menunjukan spesifikasi skala kecerdasan emosi:

    Tabel 1

    Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Sebelum dilakukan Uji Coba

    No. Komponen Favorabel Unfavorabel Total

    1. Mengenal Emosi Diri

    1,11,21,31,41 7,17,27,37,47 10

    2. Mengelola Emosi 3,13,23,33,43 9,19,29,39,49 10 3. Memotivasi Diri 5,15,25,35,45 10,20,30,40,50 10 4. Mengenal Emosi

    Orang lain 8,18,28,38,48 4,14,24,34.44 10

    5. Membina Hubungan 6,16,26,36,46 2,12,22,32,42 10 Jumlah 25 25 50

    Pada penelitian ini, peneliti mengunakan skala kecerdasan emosi yang

    terdiri dari 50 item dan secara keseluruhan item-item pada skala terdiri dari

    pernyataan favorabel dan unfavorabel. Pemberian skor skala kecerdasan Emosi

    dimulai dari angka 1 sampai dengan 4 untuk item yang favorabel. Sedangkan

    untuk item yang unfavorabel, pemberian skor dimulai dari angka 4 sampai dengan

    1. Di bawah ini adalah tabel 2 yaitu tabel pemberian skor skala kecerdasan emosi

    (Azwar ,2010)

    Tabel 2

    Pemberian Skor Skala Kecerdasan Emosi Jawaban Pernyataan

    Favorable Unfavorable Sangat setuju 4 1 Setuju 3 2 Tidak setuju 2 3 Sangat tidak setuju 1 4

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    F. Pengujian Alat Ukur

    1. Validitas

    Validitas alat ukur dalam penelitian sangat diperlukan karena dengan

    melalui pengujian dapat diketahui apakah alat ukur mampu menghasilkan data

    yang akurat sesuai dengan tujuan alat ukurnya (Azwar, 2010). Pada penelitian

    ini, validitas yang diuji adalah validitas isi. Uji validitas isi dilakukan untuk

    menunjukan sejauh mana tes, yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat

    dari isinya memang mengukur apa yang dimaksud untuk diukur. Validitas ini

    ditentukan berdasar representatifnya tes tersebut terhadap hal yang akan

    diukur. Validitas alat ukur pada penelitian ini, ditentukan melalui professional

    judgement dalam proses telaah item (Suryabrata, 2000). Peneliti membuat

    item-item sesuai dengan blue print dan mencangkup isi yang hendak diukur.

    Item-item skala pengukuran kepada dosen pembimbing kemudian diseleksi

    kembali hingga layak digunakan.

    2. Reliabilitas

    Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur,

    yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak

    reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan

    skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor eror

    (kesalahan) daripada faktor perbedaan sesungguhnya (Azwar, 2010). Uji

    reabilitas dilakukan untuk mengukur keajegan hasil pengukuran. Dengan kata

    lain, uji reliabilitas diperlukan untuk melihat sejauhmana pengukuran itu dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran kembali

    dengan alat ukur yang sama.

    Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realiabilitas (rxx’ ) yang angkanya

    berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien

    realibilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi realibilitasnya.

    Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti makin

    rendahnya realibilitas (Azwar, 2010).

    3. Seleksi item

    Seleksi item dilakukan dengan uji coba skala. Item yang memiliki harga rix

    kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya

    diskriminasi rendah. Batasan ini merupakan suatu konvensi. Peneliti

    diperbolehkan untuk menentukan sendiri batasan daya diskriminasi itemnya

    dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala penelitian (Azwar,2010).

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan batasan harga rix lebih besar dari

    0,25 dianggap memuaskan. Hal ini bertujuan untuk meminimaliskan jumlah

    item yang gugur.

    G. Analisis Data

    1. Uji Asumsi

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data penelitan

    berasal dari populasi yang sebarannya normal. Karena hal ini sangat

    terkait dengan jenis statistik yang akan digunakan, parametrik atau non-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    parametrik. Pengujian normalitas mengunakan Kolmogorof-Smirnov (K-

    S) dua eror. Sebaran item-item yang dikatakan normal jika : p > 0,05.

    2. Uji Homogenitas

    Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari sample

    yang diuji tersebut sama. Cara melihat homogenitas yaitu dengan melihat

    nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 ( p > 0,05 ) maka kedua

    kelompok sampel memiliki varian yang sama. Apabila pobabilitasnya

    lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki

    varian yang sama. Begitu pula sebaliknya, jika probabilitasnya kurang dari

    0,05 (p < 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki varian yang tidak

    sama.

    2. Uji Hipotesis

    Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, karena itu untuk

    menganalisis data digunakan uji statistika yang mengukur hipotesis.Uji

    hipotesis penelitian ini menggunakan uji-t (Independent Sample t-test).

    Untuk memudahkan penghitungan, analisis uji-t pada penelitian ini

    menggunakan program SPSS 16.0

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  •   

    38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Persiapan Penelitian

    1. Uji Coba Alat Ukur

    Persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian

    adalah menyusun skala Kecerdasan Emosi dengan mengacu berdasarkan

    komponen-komponen kecerdasan emosi yang dikemukan oleh Salovey

    dan Mayer (dalam Goleman, 2009) yang meliputi : (1) mengenali emosi

    diri sendiri, (2) mengelola emosi, (3) momotivasi diri sendiri, (4)

    mengenali emosi orang lain, (5) membina hubungan. Skala Kecerdasan

    Emosi sudah disetujui oleh dosen pembimbing dan diuji cobakan pada 64

    subjek. Pelaksanaan uji coba pada akhir bulan Oktober 2012. Skala yang

    diberikan adalah skala kecerdasan emosi yang berisi 50 item. Skala

    diberikan pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi, Universitas

    Sanata Dharma.

    Item-item dalam penelitian dikatakan sahih apabila rix lebih dari 0,25

    dengan p < 0,05 (Azwar, 2010). Berdasarkan analisis tersebut, maka

    jumlah item yang baik sebanyak 29 item dan item yang gugur 21 item.

    Namun, item yang digunakan dalam kuesioner ini sebanyak 20 item. Hal

    ini dilakukan untuk mengimbangi jumlah item per aspek. Hasil uji coba

    skala kecerdasan emosi dapat dilihat pada tabel 3 .

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39  

    Tabel 3

    Spesifikasi Item Gugur dari Skala Kecerdasan Emosi Setelah

    Dilakukan Uji Coba

    No.

    Komponen Favorabel Unfavorabel

    Baik Gugur Baik Gugur

    1. Mengenal Emosi Diri

    21 1,11,31,41

    17,27,37

    7,47

    2. Mengelola Emosi

    13,23 3,33,43 29,49 9,19,39

    3. Memotivasi Diri

    5,25,35,45

    15, - 10,20,30,40,50

    4. Mengenal Emosi Orang lain

    28,48 8,18,38 34.44 4,14,24

    5. Membina Hubungan

    6,26,36 16,46 42 2,12,22,32

    Jumlah 12 13 8 17

    Tabel 4

    Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba

    No. Komponen Favorabel Unfavorabel Total

    1. Mengenal Emosi Diri

    21 17,27,37 4

    2. Mengelola Emosi

    13,23 29,49 4

    3. Memotivasi Diri 5,25,35,45 - 4 4. Mengenal Emosi

    Orang lain 28,48 34.44 4

    5. Membina Hubungan

    6,26,36 42 4

    Jumlah 10 10 20

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40  

    Tabel 5

    Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Final

    No. Komponen Favorabel Unfavorabel Total

    1. Mengenal Emosi Diri

    1 7,11,17 4

    2. Mengelola Emosi

    3,13 9,19 4

    3. Memotivasi Diri 5,15,20,10 - 4 4. Mengenal Emosi

    Orang lain 8,18 4,14 4

    5. Membina Hubungan

    6,12,16 2 4

    Jumlah 10 10 20

    2. Pesiapan Penelitian

    Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini meliputi

    persiapan administrasi, persiapan peneliti untuk mencari informasi subjek.

    Persiapan administrasi berupa permohonan ijin untuk pengambilan data.

    Permohonan ijin diperoleh dari subjek yang bersangkutan. Subjek dipilih

    berdsarkan kriteria yang telah dibuat peneliti, subjek dipilih berdasarkan

    usia. Penelitian dilakukan oleh beberapa komunitas media dan dance di

    Semarang yang anggotanya yang masuk dalam kriteria. Dalam hal ini

    peneliti datang ke tempat dimana beberapa komunitas berkumpul dan

    meminta izin secara langsung kepada subjek yang bersangkutan sehingga

    penelitian dapat dilakukan sesuai dengan keadaaan subjek.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41  

    B. Pelaksanan Penelitian

    Pelaksanaan dilaksanakan pada awal Desember 2012 dengan

    memberikan skala Kecerdasan Emosi pada subjek penelitian sebanyak 138

    eksemplar yang berisi 20 pernyataan dan diinstruksikan secara individual

    yaitu peneliti membagikan dan menjelaskan prosedur pengisian skala. Setelah

    pengambilan data, peneliti memeriksa kelengkapan data yang diperoleh untuk

    melihat apakah data sudah memenuhi kriteria. Semua kuesioner memenuhi

    kriteria sehingga semua skala diikutsertakan dalam analisis data.

    C. Hasil Penelitian

    1. Deskripsi Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang

    memiliki data mengenai variabel yang diteliti. Subjek penelitian pada

    dasarnya adalah yang dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar,2000).

    Subjek penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan dewasa dini dari

    berbagai komunitas media dan dance di Semarang.

    Teknik pengambilan subjek mengunakan metode purposive sampling yaitu

    mengambil subjek dengan kriteria tertentu (Azwar,2000). Adapun kriteria

    pemilihan subjek dengan berdasarkan usia berkisar 20 sampai 40 tahun.

    Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah individu dalam beberapa

    komunitas media dan dance di Semarang. Subjek yang diteliti berjumlah

    138 orang dengan rincian 69 laki-laki dan 69 perempuan. Berikut

    gambaran umum tentang subjek penelitian dapat dilihat pada tabel

    dibawah ini:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42  

    Tabel 6

    Deskripsi Subjek Penelitian

    Karakteristik Jenis kelamin Usia

    Laki-laki = 69 orang Perempuan = 69 orang

    20 (16 laki-laki, 9 perempuan) 21 ( 9 laki-laki, 6 perempuan) 22 ( 7 laki-laki, 3 perempuan) 23( 6 laki-laki, 16 perempuan) 24 ( 7 laki-laki, 8 perempuan) 25 ( 6 laki-laki, 2 perempuan) 26 ( 3 laki-laki, 4 perempuan) 27 ( 2 laki-laki, 5 perempuan) 28 ( 1 laki-laki, 2 perempuan) 29 ( 3 laki-laki, 2 perempuan) 30 ( 1 laki-laki, 4 perempuan) 31 ( 1 laki-laki, 3 perempuan) 32 ( 3 laki-laki, 0 perempuan) 33 ( 0 laki-laki, 2 perempuan) 34( 1 laki-laki, 1 perempuan) 36 ( 2 laki-laki, 0 perempuan) 38 ( 0 laki-laki, 2 perempuan) 39 ( 1 laki-laki, 0 perempuan)

    Total = 138

    2. Deskripsi Data Penelitian

    Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran skala kecerdasan emosi, yang

    dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 7

    Deskripsi Data Penelitian

    Variabel Teoritik SD Empirik SD

    Xmax Xmin Mean Xmax Xmin Mean

    KE 80 20 50 10 77 48 62,33 5,155

    Mean Teoritik dan Empiris Skala Kecerdasan Emosi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43  

    a. Mean Teoritik diketahui dari :

    Jumlah item = 20 item

    Skor maximum = jumlah item x nilai tertinggi

    = 20 x 4

    = 80

    Skor minimum = jumlah item x nilai terendah

    = 20 x 1

    = 20

    MT =

    MT =

    MT =

    MT = 50

    Range = skor miximum – skor minimum

    = 80 – 20

    = 60

    Standar Deviasi = = = 10�

    b. Mean Empirik diketahui melalui perhitungan program SPSS 16 for

    windows yang menunjukan skor terendah 48 dan skor tertinggi 77,

    dengan mean empirik M= 62,33 .

    Data tersebut menunjukan bahwa mean Empirik lebih besar dari mean

    Teoritik. Hal ini berarti bahwa laki-laki dan perempuan dewasa dini

    memiliki kecerdasan emosi yang cenderung kearah positif.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44  

    3. Uji Asumsi

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya

    sebaran data yang dianalisis (Arikunto,2003). Uji Normalitas

    dilakukan dengan mengunakan Kolmogorov-Smirnov Test dari

    program SPSS 16 for windows, dengan melihat probabilitasnya.

    Apabila nilai probabilitasnya sama dengan 0,05 (p=0,05) atau lebih

    dari 0,05 (p>0,05), maka sebaran skornya dinyatakan normal.

    Sebaliknya, apabila nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (p

  • 45  

    sebaran skor pada perempuan dinyatakan tidak normal. Namun, pada

    laki-laki adalah 0,200 , sehingga p > 0,05 atau 0,200 > 0,05. Dengan

    demikian sebaran skor pada laki-laki dinyatakan normal.

    2. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah varian yang

    digunakan sample penelitian bersifat homogen. Tingkat homogenitas

    ini dapat dilihat melalui taraf signifikan levene’s test for equality of

    variance. Cara melihat homogenitasnya yaitu dengan melihat nilai

    probabilitasnya. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05

    (p>0,05) maka kedua kelompok sample memiliki varian yang sama.

    Begitu pula sebaliknya, jika probabilitasnya kurang dari 0,05 (p 0,05). Hal ini menunjukan bahwa data yang digunakan

    dalam penelitian ini memiliki varians yang sama dan berasal dari

    populasi yang sama. Dengan demikian maka kedua kelompok tersebut

    dinyatakan homogen. Berikut hasil homogenitas pada tabel 9.

    Tabel 9

    Uji Homogenitas

    Levene statistic Sig. Kategori

    1,973 0.162 Homogen

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46  

    4. Uji Hipotesis

    Pada hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai probabilitas

    keseluruhan dan sebaran pada perempuan menunjukan bahwa p>0,05

    sehingga dinyatakan tidak normal. Ketidaknormalan tersebut menunjukan

    angka yang tidak terlalu parah. Selain itu, Uji t juga termasuk analisis

    statistik yang agak kebal dengan kondisi ketidaknormalan sehingga uji t

    tetap dapat digunakan ( Santoso, 2010)

    Perhitungan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan

    Independent Sample t-test dengan bantuan program SPSS 16.0 for

    windows. Hipotesis dalam penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan

    yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kecerdasan emosi.

    Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai t sebesar -0,099 dengan

    probabilitas 0,922 (p>0,05) maka dinyatakan tidak ada perbedaan

    signifikan antara laki-laki dan perempuan dewasa dini dalam kecerdasan

    emosi.

    Pada tabel group statistic kecerdasan emosi terlihat bahwa mean laki-

    laki dan perempuan hampir sama. Hal ini berarti bahwa laki-laki dan

    perempuan tidak memiliki perbedaan kecerdasan emosi. Oleh sebab itu,

    hipotesis dalam penelitian ini tidak terbukti.

    C. Analisis Tambahan

    Uji hipotesis tambahan dilakukan untuk mengetahui perbedaan dari setiap

    komponen yang ada dalam kecerdasan emosi. Dalam hal ini peneliti menguji

    hipotesis berdasarkan komponen-komponen yang terdapat dalam kecerdasan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47  

    emosi yaitu mengenal emosi diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri

    sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

    Berdasarkan hasil uji hipotesis per komponen dinyatakan bahwa tidak ada

    perbedaan pada keempat komponen kecerdasan emosi kecuali komponen

    mengelola emosi pada laki-laki dan perempuan. Hasil uji t dari komponen

    mengenal emosi diri yang ditunjukan oleh kelompok laki-laki dan perempuan

    dewasa dini adalah p sebesar 0,413. Karena P > 0,05, maka dinyatakan tidak

    ada perbedaaan yang signifikan. Sama halnya dengan komponen memotivasi

    diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan, secara rinci dari

    komponen memotivasi diri diperoleh untuk nilai p sebesar 0,839. Karena p >

    0,05 maka dinyatakan tidak ada perbedaan kecerdasan emosi. Berdasarkan

    komponen mengenali emosi orang lain diperoleh p sebesar 0,525. Hal ini

    juga menunjukan hasil yang tidak siginifikan. Begitu pula pada komponen

    membina hubungan diperoleh p sebesar 0,893 (p>0,05) juga menyatakan

    bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, pada komponen

    mengelola emosi diperoleh p sebesar 0,021 (p

  • 48  

    kecerdasan emosional yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.

    Adapun penelitian lain, Khaterina dan Garliah (2012) menyatakan bahwa

    tidak terdapat perbedaan kecerdasan emosional yang signifikan secara

    keseluruhan.

    Secara umum, keseluruhan kelompok menunjukan bahwa mereka sama-

    sama memiliki kecerdasan emosi yang hampir sama. Kemiripan dalam

    kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan dewasa dini ini dipengaruhi

    oleh beberapa hal. Goleman (2009) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi

    penting bagi kehidupan karena memungkinkan seseorang untuk

    mengembangkan hubungan interpersonal yang sangat baik dan memiliki

    dukungan sosial yang lebih baik. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan

    memiliki kesempatan yang sama untuk mengasah dan mempelajari

    kemampuan kecerdasan emosi yang mereka miliki guna mendukung

    kehidupan yang lebih harmonis. Secara teoritis, terdapat beberapa yakni

    faktor pengalaman diri sendiri dan jenis kelamin yang mendukung seseorang

    untuk belajar menangani suasana hati dan menangani emosi yang

    menyulitkan. Selain itu, kemiripan ini dapat disebabkan oleh pengaruh

    karakteristik subjek pada penelitian ini. Subjek penelitian ini mayoritas

    dancer. Seorang dancer secara tidak langsung akan mendapatkan kecerdasan

    emosi dan kreativitas karena gerakan dalam tarian dapat menciptakan

    semangat dan sensasi emosi. Setiap dancer harus dapat menguasai diri untuk

    dapat mensinkronkan gerakan yang dilakukan dengan ketukan music yang

    didengarkan. Proses itulah yang membentuk kecerdasan emosi seseorang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49  

    (Agustina,2013). Beberapa uraian ini menunjukan bahwa tidak adanya

    perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dewasa dini dalam

    meningkatkan kecerdasan emosi.

    Disisi lain, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam

    komponen-komponen tertentu dari kecerdasan emosi. Pada penelitian ini

    laki-laki dan perempuan berbeda dalam aspek mengelola emosi. Hal ini dapat

    juga disebabkan oleh cara masyarakat mensosialisakan pendidikan emosi

    secara berbeda (dalam Nunez, Berrocal, Montanes, Latorre, 2008).

    Berdasarkan hasil uji t pada komponen mengelola emosi, laki-laki dan

    perempuan dewasa dini ditemukan perbedaan dalam kecerdasan emosi yang

    menunjukan bahwa nilai rata-rata laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Pada

    komponen ini, laki-laki dan perempuan berupaya untuk menanggani perasaan

    agar perasaannya dapat terungkap dengan pas, yang dapat membebaskan

    mereka dari perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan. Orang-orang yang

    buruk dalam keterampilan ini akan terus menerus melawan perasaan murung,

    sementara mereka yang memiliki keterampilan ini dengan baik dapat bangkit

    kembali dari kemerosotan dalam kehidupan (Goleman, 2009). Hal ini dapat

    kita lihat dari beberapa kasus yang berpendapat bahwa laki-