-
i
PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN DEWASA DINI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Yosephine Harsentya Kristyantari
069114009
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
SKRIPSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
Motto
Knowing is not enough , we must apply. Willing is not enough,
we must do. -Bruce Lee-
Jika... kebahagiaan adalah tidak adanya rasa demam, maka saya tidak akan pernah mengenal kebahagiaan. Karena saya menderita demam pengetahuan, pengalaman, dan penciptaan.
-Diary Anaisnin-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
Karya ini kupersembahkan special untuk :
Yesus Kristus dan Bunda Maria Yang memberkati aku dalam menjalani kehidapanku selama ini dan telah mengirim Roh
pengertian untuk selalu mendampingiku demi kelancaran skripsi ini…
Papa ,Mamaku, kakak , adikku tersayang dan segenap keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan dan nasihat-nasihat serta sahabat-sahabatku
Dan Kekasihku yang selalu menyediakan waktu untuk memberikan saran dan dukungan serta sudah rela untuk memperbaiki laptopku ketika terkena virus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN DEWASA DINI
Yosephine Harsentya Kristyantari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan dewasa dini. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan dewasa dini. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 138 yang terbagi dari 69 laki-laki dan 69 perempuan yang memiliki rentan usia 20 sampai 40 tahun. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik purposive sampling. Data penelitian diungkapkan dengan skala kecerdasan emosi dengan teknik likert. Berdasarkan uji hipotesis dengan mengunakan independent sample t-test di peroleh nilai t sebesar -0,099 dengan probabilitas 0,922(p>0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis tidak terbukti, bahwa tidak terdapat perbedaan kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan dewasa dini. Namun, berdasarkan tinjauan tiap komponen kecerdasan emosi, pada komponen mengelola emosi terdapat perbedaan yang signifikan pada laki-laki dan perempuan dewasa dini dengan nilai t sebesar 2,340 dengan probabilitas 0,021 (p
-
viii
THE DIFFERENCE OF EMOTIONAL INTELLIGENCE BETWEEN MALE AND FEMALE EARLY ADULTHOOD
Yosephine Harsentya Kristyantari
ABSTRACT
This research aimed to determine the different of emotional intelligence between male
and female early adulthood. The hypothesis of this research was there are differences of emotional intelligence between male and female early adulthood. There were 138 subjects of this research divide into 69 male and 69 female early with age between 20 until 40 years old. In this research, researcher used purposive sampling technique. Data of this research was showed by emotional intelligence scale,Likert technique . Based on the hypothesis using the independent sample t-test, it was found that the t value -0,099 with 0,0922 (p>0,05) of probability. The result showed that the hypothesis is not valid, that there are no differences of emotional inteligence between male and female early adulthood. However, based on each compoment emotional intelligence, found that in managing emotion component there were significant differences between male and female early adulthood with the t value of 2, 340 and 0,021 (p
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan
rahmat-Nya serta kesempatan yang diberikan kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kecerdasan Emosi pada Laki-laki
dan Perempuan Dewasa Dini ” ini hingga selesai. Penulis menyadari proses
penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati saya ingin mengucapkan terimakasih yang
sangat dalam kepada:
1. Dr. Ch. Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang memotivasi kami untuk cepat menyelesaikan
skripsi.
2. Ratri Sunar, S.Psi.,M.Psi selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan motivasi dan fasilitas
untuk proses mengerjakan skripsi.
3. Tanti Arini, S.Psi.,M.Psi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memotivasi kami selama proses pengerjaan skripsi.
4. C. Siswa Widyatmoko, S.Psi.,M.Psi, sebagai dosen pembimbing skripsi dan
Mbak Haksi yang ikut membimbing dan mengarahkan dalam proses
penyusunan skripsi hingga selesai.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, Santa Dharma, Yogyakarta yang telah
memberikan pengetahuan dan ilmu yang berharga kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
6. Mas Doni, Mas Muji. Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Gie yang telah
membantu dan juga menjadi teman bagi para mahasiswa.
7. Seluruh anggota komunitas media dan dance di Semarang Terimakasih atas
partisipasi dan bantuannya dalam proses pengumpulan data.
8. Mama dan Papaku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan,
kesabaran dan nasihat yang sangat berguna.
9. Mas Hendri , Adek Hendar , dan dek’ Vina yang sudah memotivasi dan
memberikan doa dalam proses pengerjaan skripsi serta selalu menjadi teman
berkeluh kesah.
10. Tante Shinto, dek’Nabila, dek’Rafly , dan dek’Ridho atas canda tawa dan
motivasi yang diberikan.
11. Sahabatku tersayang Dewi Novialine atas dukungan, perhatian, pengertian
serta kebersamaan yang telah diberikan sampai saat ini.
12. Jamaludin‘Flazhh’ selaku teman, sahabat, dan kekasih yang telah memberikan
perhatian, dukungan, kesabaran, kebersamaan serta telah banyak membantu
dalam proses pengumpulan data dan pengolahan data.
13. Temanku terkentir dan terkonyol Agri ‘Mupet’ atas sindiran dan canda tawa
serta dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini.
14. Teman-temanku Tari, Liza, Ayu atas semua dukungan, bantuan dan dorongan
untuk cepat menyelesaikan skripsi.
15. Teman-teman satu perjuangan Ratih yang telah membantu, memotivasi untuk
hadir bimbingan dan memberikan dukungan setiap hari untuk menyelesaikan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
16. Kak’Maestri, Citra, dan Aji atas dukungan dan motivasi serta keleraannya
untuk menjadi preview skripsi ini.
17. Warga kost Pondok Morelia atas tumpangan dan canda tawa yang diberikan
serta dukungannya.
18. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu…terimakasih atas
dukungan yang diberikan.
Yogyakarta,
Penulis
Yosephine Harsentya Kristyantari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ..........................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xviii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
1. Secara Teoritis ..................................................................................... 5
2. Secara Praktis ..................................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Masa Dewasa Dini .................................................................................. 7
1. Pengertian Masa Dewasa Dini .......................................................... 7
2. Ciri-ciri Dewasa Dini ......................................................................... 8
3. Tugas Perkembangan Dewasa Dini .................................................... 11
4. Tahap Perkembangan Masa Dewasa Dini .......................................... 13
B. Kecerdasan Emosi .................................................................................. 15
1. Pengertian Kecerdasan Emosi ............................................................ 15
2. Komponen- komponen Kecerdasan emosi .......................................... 16
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan emosi ....................... 17
4. Pengukuran Kecerdasan Emosi ......................................................... 19
C. Perbedaan Laki – laki dan Perempuan dari Anatomi Otak .................... 21
D. Perbedaan Kecerdasan Emosi antara Laki –laki dan Perempuan .......... 25
E. Hipotesis .................................................................................................. 30
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 31
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 31
B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 31
C. Definisi Operasional Penelitian ............................................................... 31
1. Jenis Kelamin ..................................................................................... 31
2. Kecerdasan Emosi ............................................................................... 31
D. Subjek Penelitian .................................................................................... 32
E. Metode dan Alat Pengumpul Data .......................................................... 33
1. Metode ................................................................................................ 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
2. Alat Pengumpulan Data ...................................................................... 33
F. Pengujian Alat Ukur ............................................................................... 35
1. Validitas ............................................................................................. 35
2. Reliabilitas .......................................................................................... 35
3. Seleksi Item ........................................................................................ 36
G. Analisis Data ........................................................................................... 36
1. Uji Asumsi .......................................................................................... 36
2. Uji Hipotesis ....................................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 38
A. Persiapan Penelitian ............................................................................... 38
1. Uji Coba Alat Ukur ............................................................................. 38
2. Persiapan Penelitian ........................................................................... 40
B. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 41
C. Hasil Penelitian ...................................................................................... 41
1. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................... 41
2. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 42
3. Uji Asumsi .......................................................................................... 44
4. Uji Hipotesis ....................................................................................... 46
5. Analisis Tambahan ............................................................................. 46
D. Pembahasan ............................................................................................ 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 53
A. Kesimpulan ............................................................................................ 53
B. Saran ....................................................................................................... 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
1. Bagi Orang Dewasa Dini ................................................................... 53
2. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 55
LAMPIRAN ....................................................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Sebelum Dilakukan Uji Coba .... . 34
Tabel 2. Pemberian Skor Skala Kecerdasan Emosi ............................................ . 34
Tabel 3. Spesifikasi Item Gugur dari Skala Kecerdasan Emosi Setelah
Dilakukan Uji coba ................................................................................ . 39
Tabel 4. Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba ........................ . 39
Tabel 5. Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Final ........................................... . 40
Tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................. . 42
Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian ...................................................................... . 42
Tabel 8. Hasil Normalitas Keseluruhan Kecerdasan Emosi ............................... . 44
Tabel 9. Uji Homogenitas ................................................................................... . 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Skala Kecerdasan Emosi ( Uji Coba ) ...................................... 59
LAMPIRAN 2 : Uji Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi ................................. 65
LAMPIRAN 3 : Skala Penelitian ...................................................................... 69
LAMPIRAN 4 : Deskripsi Data, Normalitas, Homogenitas Kecerdasan Emosi 73
LAMPIRAN 5 : Uji Hipotsesis tiap Komponen ................................................. 75
LAMPIRAN 6 : Mean Teoritik dan Mean Empirik Laki-laki dan Perempuan .. 77
LAMPIRAN 7 : Mean Teoritik dan Mean Empirik Tiap Komponen ................ 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, masa dewasa dini telah dianggap sebagai masa ketika
orang muda mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cukup baik,
sehingga mereka menjadi stabil dan tenang secara emosional (Hurlock,
1997). Papalia (2008) juga mengatakan bahwa orang dewasa dini sudah
selayaknya dapat mengontrol dan mengendalikan emosi dalam dirinya. Hal
ini disebabkan emosi merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi
individu, karena emosi berperan dalam mempengaruhi seberapa efektif
individu menggunakan pikiran mereka.
Dalam kenyataannya, ada pula orang dewasa dini yang masih kurang
stabil secara emosi (Hurlock, 1997). Ketidakmampuan individu dalam
mengendalikan emosi dapat memunculkan suatu masalah terutama pada usia
dewasa dini. Selain itu, masalah-masalah juga muncul karena individu masih
membutuhkan bantuan seseorang untuk membantunya pada masa peralihan
dari remaja menuju dewasa. Hal ini disebabkan pada usia ini, individu
rentan akan masalah. Masalah-masalah yang biasanya muncul adalah
masalah-masalah mengenai kemampuan berinteraksi sosial, penyesuaian diri
dalam bermasyarakat, serta pengendalian emosi (Hurlock, 1997).
Berdasarkan hasil konsultasi bersama dr. Andri,SpKJ pada
Kompas.com (2011), ditemukan bahwa Riftyza (25th) mengalami kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
dalam menjaga keseimbangan emosinya. Reftyza merasa memiliki masalah
dengan emosinya ketika bertengkar dengan pacarnya. Ia selalu mencubit
pacarnya hingga berbekas, merusak barang-barang miliknya, dan kerap
menyakiti dirinya sendiri. Selain itu, ada juga fenomena mengenai kasus
tentang perseteruan dua artis indonesia, yaitu Depe dan Jupe. Perseteruan
tersebut bermula dari Depe dan Jupe tonjok-tonjokan pada saat pembuatan
film Arwah Goyang Karawang yang berlanjut adu mulut di jejaring sosial
twitter (wartanews, 2011). Fenomena-fenomena tersebut menunjukan bahwa
terkadang orang dewasa pun masih ada yang belum dapat mengelola,
menstabilkan, dan mengendalikan emosinya sendiri.
Ada pula fenomena tentang meningkatnya perceraian di kalangan artis.
Pada Suara Pembaruan.com (2011), dikatakan bahwa artis Steve Emanuel
menjadi penyebab perceraian pasangan artis, Tia Ivanka dan George Manuel
Sortillo. Namun Tia mengakui bahwa perceraian tersebut terjadi karena
permasalahan penyesuaian perkawinan. Fenomena diperkuat dengan hasil
penelitian Bouchard, Lussier, dan Sabourin (1999) yang menunjukan bahwa
penyesuaian perkawinan yang rendah diakibatkan individu yang memiliki
emosi yang kurang stabil dan memiliki tingkat emosi negatif yang tinggi
(Wahyuningsih, 2005).
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut terlihat bahwa pada masa
dewasa dini cenderung dipenuhi dengan masalah seperti masalah interaksi
sosial, penyesuaian diri baik dalam masyarakat maupun perkawinan, dan
pengendalian emosi. Masalah - masalah tersebut dapat ditanggulangi apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
seseorang memiliki kecerdasaan emosi. Kecerdasan emosi adalah
kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri,
mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain
(Goleman, 2009).
Kecerdasan emosional dianggap penting karena memungkinkan
seseorang untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang sangat baik
dan memiliki dukungan sosial lebih baik (Goleman, 2009). Apabila
seseorang berhasil dalam mengelola emosinya maka dapat dikatakan sebagai
orang yang cerdas emosinya dan sebaliknya apabila tidak berhasil dalam hal
tersebut maka ia akan dikatakan sebagai orang yang tidak cerdas emosinya.
Cherniss (dalam Papalia, 2008) juga mengatakan bahwa individu memiliki
kecerdasan emosi jika ia mampu mengelola hubungan yang baik dengan
orang lain dan dapat berpikir sehat ketika berada di bawah tekanan.
Dalam kehidupan, kita sering menemukan perbedaan-perbedaan antara
orang yang satu dan yang lain. Perbedaan itu dapat dilihat dari segi usia,
pendidikan, maupun jenis kelamin. Perbedaan tersebut mulai dari yang
bersifat fisik, hingga yang berhubungan dengan kebiasaan, peran gender,
sikap maupun sifat. Baron dan Cohen (2005) menyatakan bahwa perbedaan
jenis kelamin masih sangat mungkin bahwa streotip jenis kelamin saat ini
bervariasi dari norma. Guastello dan Guastello (2003), juga mengatakan
bahwa peran jenis kelamin saat ini juga mengalami perubahan dan perilaku
androgini telah meningkat di seluruh generasi. Menurut Mayer dan Salovey
(1997), perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor utama yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
mempengaruhi kecerdasan emosi. (dalam Nunez, Berrocal, Montanes,
Latorre, 2008).
Beberapa penelitian menyatakan secara umum terdapat perbedaaan
kecerdasaan emosi secara signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Menurut Duckelt dan Raffalli (1989), perempuan cenderung lebih emosional
dan intim dalam interaksi sosial dibandingkan laki-laki, sehingga kecerdasan
emosional mereka lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini mungkin karena
masyarakat mensosialisasikan pendidikan emosi dengan cara yang berbeda
pada masing-masing jenis kelamin (dalam Katyal, Awasthi, 2005).
Penelitian lain yang ditulis oleh Leslie Brody dan Judith Hall, telah
meringkas beberapa penelitian tentang perbedaan-perbedaan antara laki-laki
dan perempuan, yang mengatakan bahwa karena anak perempuan lebih
cepat terampil dalam berbahasa daripada anak laki-laki, maka mereka lebih
mengunakan kata-kata untuk mengantikan reaksi-reaksi emosional seperti
perkelahian fisik (dalam Goleman, 2009). Begitu pula dengan Gurian
(2011), ia menjelaskan bahwa ternyata otak laki-laki dan perempuan berbeda
sehingga mempengaruhi pengekspresian emosi. Pada bagian otak yaitu
cerebal cortex cenderung lebih besar pada perempuan daripada laki-laki
sehingga menyebabkan adanya perbedaan pada pengolahan emosi antara
keduanya. Menurut Stein (2004), perempuan lebih sadar atas perasaan
mereka sendiri dan orang lain serta memiliki hubungan yang lebih baik
daripada laki-laki. Dengan kata lain, kecerdasan emosional anak perempuan
lebih tinggi dari kecerdasan emosi anak laki-laki ( Mirza, Redzuan, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
Berdasarkan beberapa literatur diatas menyatakan bahwa perempuan
memiliki kecerdasan emosi lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Sebaliknya, Summiya, Hayat, dan Sheraz (2009), mengungkapkan bahwa
laki-laki memiliki tingkat kecerdasan emosi lebih tinggi daripada
perempuan. Goleman (1999) juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan
kecerdasan emosi secara keseluruhan antara laki-laki dan perempuan. Oleh
karena itu, peneliti ingin menguji perbedaan kecerdasan emosi antara laki-
laki dan perempuan dewasa dini.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan kecerdasan emosi antara laki-laki dan
perempuan usia dewasa dini?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan
kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan usia dewasa dini.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang
psikologi khususnya psikologi perkembangan. Adanya penelitian ini
diharapkan mampu memberikan informasi mengenai perbedaan
kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan dewasa dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti, agar dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan
kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan usia dewasa dini
pada masyarakat indonesia
b. Bagi orang dewasa dini, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai masukan dan saran agar orang dewasa dini dapat lebih
memahami bahwa pentingnya memiliki kecerdasan emosi dalam
hidupnya di masa-masa yang akan datang. Sehingga setiap individu
dapat dapat hidup bahagia dengan memiliki interaksi sosial yang baik.
Laki-laki dan perempuan dewasa dini diharapkan dapat memahami
macam-macam emosi yang dimiliki pada setiap individu sehingga
mereka dapat meningkatkan kecerdasan emosinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Dewasa Dini
1. Pengertian Masa Dewasa Dini
Hurlock (1997) mengatakan bahwa orang dewasa dini adalah individu
yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan
dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Sebagai orang
dewasa dini mereka diharapkan dapat menyesuaikan diri secara mandiri.
Orang dewasa dini umumnya berkisar antara usia 18 tahun hingga usia 40
tahun.
Menurut Santrock (2002) masa dewasa dini adalah masa transisi antara
masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan kondisi
ekonomi dan pribadi. Masa dewasa dini ditandai ketika seseorang
mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap. Masa dewasa
dini berkisar antara awal usia 20 tahun hingga 30an tahun.
Menurut Papalia,dkk (2009), masa dewasa dini diawali dengan masa
transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang biasanya memiliki
rentang waktu antara remaja akhir hingga usia pertengahan dua puluhan. Hal
ini seing disebut dengan emerging adulthood. Masa dewasa dini dimulai pada
usia 20 tahun sampai usia 40 tahun.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan bahwa masa dewasa dini
adalah masa transisi dari remaja akhir. Hal ini didasarkan pada beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
batasan umur yang dikemukakan para ahli tersebut, sehingga peneliti
menggunakan batasan usia dewasa dini menurut Papalia (2009) yaitu dimulai
dari usia 20 tahun hingga 40 tahun. Peneliti memilih ini disebabkan batasan
usia yang tidak terlalu besar sehingga lebih spesifik.
2. Ciri-ciri Masa Dewasa Dini
Hurlock (1997) mengemukakan ciri-ciri yang menonjol dalam tahun-tahun
masa dewasa dini, yaitu :
1. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa pengaturan”
Masa pengaturan ini adalah masa ketika seseorang mengatur hidup dan
bertanggungjawab dalam kehidupannya. Pria muda mulai membentuk
bidang pekerjaan yang akan ditanganinya sebagai kariernya, sedangkan
wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan
pengurus rumah tangga.
2. Masa Dewasa Dini sebagai “ Masa Reproduktif”
Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga. Masa reproduktif
dapat ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa dini
yang belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan
pendidikannya dan memulai karirnya.
3. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Bermasalah”
Masa dewasa dini banyak dipenuhi dengan masalah. Masalah yang
biasanya muncul adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan
penyesuaian diri. Masalah yang dihadapi seperti masalah pekerjaan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
jabatan, masalah teman hidup maupun masalah keuangan yang semuanya
memerlukan penyesuaian di dalamnya.
4. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Ketegangan Emosional”
Ketegangan emosi seringkali muncul dalam kekhawatiran-
kekhawatiran seperti kekhawatiran pada pekerjaan mereka, masalah
perkawinan dan peran sebagai orangtua. Seseorang dalam masa dewasa
dini atau pertengahan tiga puluhan dianggap telah mampu memecahkan
masalah dengan cukup baik dan dapat mengontrol ketegangan emosi,
sehingga seseorang dapat mencapai emosi yang stabil.
5. Dewasa Dini sebagai “Masa Keterasingan Sosial”
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke
dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah
tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya pada masa
remaja menjadi renggang, dan bersamaan dengan itu keterlibatan dalam
kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang. Sebagai akibatnya,
seseorang dewasa dini akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang
disebut Erikson sebagai “krisis keterasingan”.
6. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Komitmen”
Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan
tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada
orangtua menjadi orang dewasa yang mandiri. Hal ini membuat mereka
menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat
komitmen-komitmen baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
7. Masa Dewasa Dini sering merupakan “Masa Ketergantungan”
Banyak orang muda yang masih agak tergantung atau bahkan sangat
tergantung pada orang-orang lain selama jangka waktu yang berbeda-beda.
Ketergantungan ini mungkin pada orang tua, lembaga pendidikan yang
memberikan beasiswa sebagian atau penuh karena memperoleh pinjaman
untuk membiayai pendidikan mereka.
8. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Perubahan Nilai”
Ada beberapa alasan yang menyebabkan perubahan nilai pada masa
dewasa dini, diantaranya karena orang dewasa dini ingin diterima pada
kelompok orang dewasa lainnya, kelompok sosial, dan ekonomi orang
dewasa.
9. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup
Baru”
Masa dewasa dini merupakan periode yang paling banyak
menghadapi perubahan. Menyesuaikan diri pada gaya hidup baru memang
sulit, terlebih bagi kaum muda jaman sekarang karena persiapan yang
mereka terima sewaktu masih anak-anak dan di masa remaja biasanya
tidak berkaitan atau bahkan tidak cocok dengan gaya-gaya hidup baru ini.
10. Masa Dewasa dini sebagai “Masa Kreatif”
Bentuk kreatifitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa dini akan
tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk
mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan
sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreatifitasnya ini melalui hobi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
ada juga yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan
ekspresi kreativitas.
3. Tugas Perkembangan Dewasa Dini
Menurut Havinghurst (dalam Yuliani, 2005) menyatakan terdapat
delapan tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu dewasa dini
adalah :
1. Memilih pasangan hidup
Masa dewasa dini merupakan masa awal membina karier dan
keluarga. Kehidupan berkeluarga diawali dengan memilih pasangan hidup
sebagai suami dan istri. Untuk menjadi pasangan suami-istri didasari oleh
pertimbangan yang matang, seperti kesesuaian sifat, kesamaan tujuan
hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan melaksanakan tugas-tugas
rumah tangga.
2. Belajar hidup dengan pasangan
Hidup berkeluarga merupakan hidup bersama antara dua orang yang
memiliki latar belakang kehidupan, sifat dan mungkin minat dan kebiasaan
yang berbeda. Meskipun demikian, mereka memiliki kebutuhan yang
sama, yaitu kebutuhan untuk hidup bersama. Hal tersebut tidak muncul
begitu saja, tetapi harus ada kesediaan dan usaha dari kedua belah pihak
untuk mempelajarinya agar terciptanya keharmonisan dalam keluarga.
3. Memulai hidup berkeluarga
Hampir seluruh aspek kemasyarakatan ada dalam keluarga. Dalam
keluarga ada aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, agama, pendidikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
kesehatan, keamanan, estetika, dan lain-lain. Suami-istri dan anak-
anaknya, harus dapat mengembangkan dan menata serta mengelola aspek-
aspek tersebut, mengadakan pembagian tugas, mengembangkan
mekanisme kerja, menciptakan iklim kehidupan dan lain-lain sehingga
semua kebutuhan dapat terpenuhi dan semua urusan keluarga dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Memelihara dan mendidik anak
Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak sebagai pemersatu
suami-istri, sebagai penerus generasi. Kehadiran anak harus dirawat,
dipelihara dan dididik dengan baik.
5. Mengelola rumah tangga
Rumah tangga ibarat suatu perusahaan atau lembaga yang memiliki
banyak bagian atau kaitan, baik antar bagian-bagiannya maupun bagian
tersebut dengan bagian di luar rumah. Semua hal tersebut perlu
direncanakan dan dikelola dengan baik, sehingga dapat membentuk satu
kesatuan yang harmonis.
6. Memulai kegiatan pekerjaan
Pekerjaan bukan hanya berfungsi untuk mendapatkan nafkah,
tetapi juga merupakan bagian dari karier sekaligus identitas dari nama
baik keluarga. Seorang dewasa dini harus mempersiapkan, memilih, serta
memasuki pekerjaan yang cocok dengan kemampuan dan latar belakang
pendidikannya, untuk kemudian mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin dalam pekerjaan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
7. Bertanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warga negara
Seorang dewasa dini harus mampu membina hubungan sosial dengan
sesama warga masyarakat. Selain orang dewasa dini dituntut mematuhi
semua peraturan, ketentuan, dan nilai yang ada dalam masyarakat, ia juga
dituntut untuk memelihara dan mengawasinya. Orang dewasa dini juga
dituntut untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.
8. Menentukan persahabatan dalam kelompok sosial
Di masyarakat terdapat berbagai kelompok sosial, seperti kelompok
etnis, agama, budaya, profesi, hobi, dan lain-lain. Seorang dewasa dini
dituntut untuk dapat hidup dalam berbagai kelompok sosial tersebut
dengan harmonis.
4. Tahap Perkembangan Masa Dewasa Dini
Menurut Santrock (2002), menyatakan bahwa tahap perkembangan
dewasa dini dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Perkembangan fisik
Pada masa dewasa dini, perkembangan fisik akan mencapai
puncaknya, namun kondisi fisik ini juga menurun pada rentang usia
dewasa dini. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya perhatian terhadap
kesehatan, perhatian khusus mengenai diet, berat badan, olahraga, dan
ketergantungan. Puncak kemampuan fisik ini terjadi pada usia dibawah
tiga puluh tahun, yaitu 19 tahun hingga 26 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
2. Perkembangan kognitif
Menurut Santrock (2002), dalam masa dewasalah individu mengatur
pemikiran operasional mereka, seperti yang dikemukakan Piaget. Piaget
mengatakan bahwa cara berpikir seseorang remaja dan seseorang dewasa
itu sama, namun yang membedakan adalah apabila seseorang remaja
mampu merencanakan dan membuat suatu hipotesis dari suatu masalah,
sedangkan pada orang dewasa lebih mampu membuat hipotesis dan
menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan. Gisela
Labouvie-Vief (1982,1986) mengemukakan bahwa pada saat dewasa dini,
seseorang lebih mengandalkan analisis logis dalam menyelesaikan
masalah. William Perry mengatakan bahwa pemikiran orang dewasa yang
berubah, awalnya berpikir secara dualistic namun berganti menjadi
pemikiran yang beragam.
3. Perkembangan Sosio-emosional
Dalam tahap perkembangan ini, Santrock (2002) menjelaskan mulai
adanya daya tarik, cinta dan hubungan dekat. Pada masa dewasa dini,
orang lebih banyak tertarik pada orang yang memiliki kesamaan. Dengan
adanya kesamaan maka individu akan merasa nyaman berinteraksi dengan
orang lain.
Pada masa dewasa dini juga mulai mengenal adanya keintiman dan
kemandirian. Menurut Erikson tahapan dewasa dini berada pada tahap
keenam, yaitu intimacy versus isolation ( keintiman versus isolasi ).
Keintiman adalah tahap ketika seseorang membentuk hubungan intim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
dengan orang lain. Namun, jika keintiman tidak berkembang pada masa
dewasa dini, seseorang akan mengalami yang disebut dengan isolasi.
B. Kecerdasan Emosi
1. Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah kemampuan seperti kemampuan untuk
memotivasi diri, dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana
hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan
berpikir, berempati dan berdoa. Koordinasi suasana hati adalah inti dari
hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri
dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang
tersebut akan memiliki tingkat emosional yang baik dan akan lebih
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya (Goleman,
2009)
Bar-On (Stein, Book, 2004) mendefinisikan kecerdasan emosi adalah
serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tekanan dan
tuntutan dari tekanan lingkungan.
Menurut Peter Salovey dan John Mayer, kecerdasan emosi merupakan
kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan
perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya dan
mengendalikan perasan secara mendalam sehingga membantu
perkembangan emosi dan intelektual (dalam Stein, Howard, 2000 ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
Berdasarkan definisi-definisi kecerdasan emosi di atas maka peneliti
menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang
dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, mampu
mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain
sehingga seseorang dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.
2. Komponen-komponen Kecerdasan Emosi
Salovey dan Mayer menjelaskan kecerdasan emosional mencakup 5
kompetensi emosional dan sosial dasar (dalam Goleman, 2009) :
a. Mengenal emosi diri sendiri
Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Hal ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional sehingga para ahli psikologi menyebutkan
kemampuan tersebut dengan istilah kesadaran diri.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaannya agar dapat mengungkapkan dengan tepat. Kecakapan yang
terungkap tergantung pada kesadaran diri, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu.
c. Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang
sangat penting dalam kaitan untuk memberikan perhatian, untuk
memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
d. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Individu
yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-
sinyal sosial yang mengisyaratkan apa saja yang dibutuhkan orang lain
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka
terhadap perasaan orang lain, dan lebih mampu mendengarkan orang
lain.
e. Membina hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan
yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar
pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses
dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus
dengan orang lain.
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Goleman (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan seseorang:
1. Pengalaman
Kecerdasan emosi dapat berkembang seiring perjalanan hidup seseorang.
Ketika seseorang belajar untuk menangani suasana hati, menangani
emosi yang menyulitkan, semakin cerdaslah emosi dan mampu membina
hubungan yang baik dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
2. Usia
Semakin tua usia individu maka kecerdasan emosinya akan lebih baik
dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Hal ini dipengaruhi oleh
proses yang dialami oleh individu seiring bertambahnya usia. Menurut
Bar-On (dalam Mizra, Redzuan, 2010) menunjukan bahwa kecerdasan
emosi kelompok yang usianya lebih tua lebih tinggi daripada kelompok
usia yang lebih muda. Hal ini didukung dengan pendapat Steven Stein
yang menunjukan bahwa orang tua lebih sadar, bijaksana, dan terkendali
dalam hal emosi. Dalam penelitian Mizra dan Redzuan (2010) pun
menunjukan bahwa kecerdasan emosional berkembang dengan semakin
tuanya anak-anak.
3. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan antara kemampuan pria dan wanita dalam
meningkatkan kecerdasan emosionalnya tetapi dari beberapa penelitian
yang diperoleh rata-rata perempuan lebih memiliki keterampilan emosi
yang lebih baik dibandingkan pria (dalam Nunez, Berrocal, Montanes,
Latorre, 2008). Begitu pula menurut Duckelt dan Raffalli (1989),
perempuan cenderung lebih emosional dan intim dalam interaksi sosial
dibandingkan dengan laki-laki sehingga kecerdasan mereka lebih tinggi
daripada laki-laki (dalam Katyal, Awasthi, 2005).
4. Jabatan
Semakin tinggi jabatan maka semakin tinggi juga kecerdasan emosional
seseorang. Hal ini menyebabkan semakin penting keterampilan antar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
pribadinya dalam membuatnya menonjol dibandingkan mereka yang
berprestasi biasa-biasa saja.
4. Pengukuran Kecerdasan Emosi
Pengukuran kecerdasan emosi secara umum dibagi menjadi 3 kategori
(dalam Mayer, Roberts, Barsade, 2008) :
1. Skala persepsi emosional
Secara umum, skala ini menyajikan gambar wajah dan postur tubuh,
gerakan, dan rekaman suara nada. Tugas peserta mengidentifikasikan
emosi yang diungkapkan. Skala persepsi emosional antara lain adalah
Diagnostic Analysis of Nonverbal Accuracy (DANVA) dan Japanese
and Caucasian Brief Affect recognition Test (JACBART). DANVA-2
menyajikan gambar-gambar emosional wajah dan postur tubuh dan
peserta diminta mengidentifikasikan konten yang mereka lihat
(senang/marah/sedih/takut) sedangkan JACBART meminta peserta
untuk melihat ekspresi wajah emosional dalam format video dan
kemudian mencocokan ekspresi untuk emosi (kebahagian, jijik, sedih,
marah, terkejut, dan takut). Kedua alat ukur tersebut sangat
membutuhkan biaya yang tidak sedikit baik untuk alat-alat yang
digunakan dan memakan waktu yang cukup banyak sehingga
penyajiannya pun kurang praktis .
2. Pemahaman emosional
Pemahaman emosional melibatkan tentang kemampuan
mengambarkan perasaan sendiri dengan perasaan orang lain. Alat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
digunakan untuk mengukur pemahaman emosional misalnya Levels of
Emotional Awareness scale (LEAS). LEAS menyajikan dua puluh
adegan sosial yang melibatkan dua karakter, “Anda” dan seorang
individu tambahan, menampilkan empat jenis emosi: marah, takut,
bahagia, dan kesedihan. Alat ukur ini pun membutuhkan biaya yang
tidak sedikit dan tenaga serta waktu yang cukup lama sehingga kurang
praktis.
3. Pengukuran yang mengintegrasikan beberapa wilayah kecerdasan
emosional
Dari kedua kategori alat ukur kecerdasan emosi di atas alangkah
lebih baiknya jika mengintegrasikan seluruhnya baik persepsi emosional
maupun pemahaman emosional. Misal, Emotion Knowledge Test (EKT)
dan Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT).
EKT menyediakan 26 ekspresi wajah dan umunya digunakan pada anak-
anak. Sedangkan, MSCEIT menyajikan delapan tugas yang mengukur
beberapa aspek kecerdasan emosi termasuk persepsi emosi dengan
meminta peserta untuk mengidentifikasikan wajah dan lanskap.
Pemahaman emosi diukur melalui pemahaman bagaimana emosi
tersebut bercampur misalnya, dua emosi yang berdekatan dengan
perasaan negatif seperti (a) kesedihan dan ketakutan. (b) marah dan jijik.
The Four-Branch Model mengukur berdasarkan empat komponen yaitu:
(a) merasakan emosi, (b) pengunaan emosi untuk menfasilitasi berpikir,
(c) memahami emosi, (d) mengelola emosi. The Four-Branch Model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
diukur dengan cara menyajikan sketsa yang mengambarkan situasi sosial
dan meminta peserta mengelola emosi dalam situasi tertentu. MSCEIT
merupakan alat ukur yang juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit
dan memakan waktu yang lama serta jika digunakan di Indonesia masih
kurang cocok akibat pengaruh budaya pada setiap itemnya.
C. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan Dilihat dari Anatomi Otak
Menurut Shapiro (1997), banyak para ilmuwan membicarakan bahwa
bagian otak yang biasa digunakan untuk berpikir adalah korteks. Selain
dipandang sebagai bagian berpikir otak, korteks juga berperan penting dalam
memahami kecerdasan emosional. Korteks memungkinkan kita mempunyai
perasaan tentang perasaan kita sendiri dan qta memahami sesuatu secara
mendalam. Korteks menganalisis mengapa kita mengalami perasaan tertentu
dan selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya.. Ada juga bagian yang
berbeda dari bagian otak yang mengurusi emosi yaitu sistem limbik.
Sesungguhnya hubungan antara kedua bagian inilah yang menentukan
kecerdasan emosional seseorang.
Gurian (2011) menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan dalam pemrosesan emosi. Hal ini disebabkan secara fisik, anatomi
otak laki-laki dan perempuan memang berbeda. Gurian menyebutkan beberapa
bagian otak yang sangat berpengaruh dalam pemrosesan emosi antara lain
cerebral cortex, system limbic, hippocampus, amygdala, thalamus dan
estrogens. Berikut penjelasannya :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
1. Cerebral cortex, mengandung neuron-neuron yang mendukung fungsi
memori dan intelektual yang tinggi. Otak perempuan cenderung lebih
menghubungkan antara neuron-neuron dan meningkatkan darah di area
ini. Bagian ini juga memungkinkan kita memahami sesuatu secara
mendalam, menganalisis mengapa kita mengalami perasaan tertentu dan
selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Hal ini berdampak pada
meningkatnya kecepatan proses pada otak perempuan yang membantu
perempuan dalam merespon informasi lebih cepat dalam berpikir daripada
laki-laki, sehingga perempuan lebih cerdas secara emosi dibandingkan
laki-laki.
2. System limbic, berisi sejumlah struktur meliputi hippocampus dan
amygdale. System limbic sebagai pusat yang menaruh peran penting dalam
bagaimana laki-laki dan perempuan belajar dan kinerja yang berbeda. Otak
perempuan cenderung lebih banyak beristirahat untuk tingkat yang lebih
besar karena labih banyak koneksi saraf anatar system limbic perempuan
dan area pengolahan verbal. Hal ini berakibat perempuan cenderung dapat
merespon secara lisan pengalaman stress dan pengekspresian emosi lebih
cepat daripada laki-laki. Perempuan juga cenderung memiliki lebih banyak
akses verbal dengan mendiskripsikan emosinya melalu tulisan. Hal ini
menunjukan bahwa perempuan lebih cerdas secara emosi dibandingkan
laki-laki,
3. Hippocampus, merupakan tempat berlangsungnya proses pembelajaran
emosi dan tempat disimpannya memori jangka panjang atau permanen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Pada perempuan cenderung lebih besar, jumlah dan kecepatan transmisi
neuron lebih tinggi pada perempuan. Peningkatan memori pada wanita
dapat memungkinkan mereka untuk mengakses lebih banyak informasi
untuk mengingat, sehingga perempuan lebih cerdas secara emosi
dibandingkan laki-laki.
4. Amygdala, dipandang sebagai pusat dalam pengelolaan emosi terutama
kemarahan dan ketakutan. Pada laki-laki amygdala cenderung lebih besar
sehingga laki-laki dapat menjadi lebih agresif. Hal ini menunjukan bahwa
laki-laki lebih rendah kecerdasan emosinya dibandingkan perempuan.
5. Thalamus, merupakan bagian otak yang mengatur kehidupan emosi dan
keselamatan fisik; proses informasi sensorik yang masuk memberitahukan
kita apa yang terjadi pada tubuh bagian luar. Pemrosesan informasi pada
perempuan cenderung lebih cepat terutama pada waktu-waktu tertentu
seperti dalam waktu mestruasi. Hal ini berakibat perempuan lebih stress
dan lebih aktif di thalamus selama mestruasi. Hal ini juga menunjukan
bahwa kecerdasan emosi yang dimiliki laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan.
6. Estrogens, bagian ini lebih besar dialami oleh perempuan. Hal ini
berpengaruh pada rendahnya agresi dan kompetitif. Sedangkan laki-laki
memiliki bagian otak yang disebut testosterone yang berindikasi
sebaliknya dari perempuan. Perbedaan tersebut menunjukan bahwa
perempuan lebih cerdas secara emosi daripada laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
Gurian (2011) juga mengatakan bahwa beberapa pengaruh perbedaan otak
menyebabkan beberapa indikasi yang terjadi pada laki-laki dan perempuan,
antara lain:
1. Perempuan lebih cepat dalam pemrosesan emosi terhadap stimulus
sehingga lebih cepat dalam mengelola informasi. Terkadang laki-laki
membutuhkan waktu yang lama untuk pemrosesan emosi.
2. Secara emosi perempuan lebih terang-terangan menunjukan
penderitaannya dengan menangis dan berbicara lebih banyak daripada
laki-laki. Dengan kata lain kemampuan verbal perempuan lebih besar dari
pada laki-laki.
3. Ketika informasi datang dalam kontak emosi kedalam system limbic
perempuan, aktivitas otak dapat bergerak cepat ke atas otak perempuan
kearah empat lobus dimana pemikiran lebih banyak terjadi daripada otak
laki-laki. Di sisi lain, Otak laki-laki tampaknya memiliki kecenderungan
untuk memindahkan informasi dengan cepat ke bagian bawah dari system
limbic (amygdala) dan batang otak. Dengan kata lain, seorang perempuan
lebih dapat memproses rasa sakit, terluka, dan mendapatkan bantuan dari
orang lain untuk membicarakan hal itu. Hal tersebut disebabkan
perempuan lebih banyak memiliki kemampuan verbal dan alasan selama
krisis. Sebaliknya, laki-laki cenderung menjadi agresif secara fisik
(berperang) atau menarik diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
D. Perbedaan Kecerdasan Emosi Antara Laki-laki dan Perempuan
Masa dewasa dini telah dianggap sebagai masa ketika orang muda mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cukup baik, sehingga mereka
menjadi stabil dan tenang secara emosional (Hurlock, 1997). Namun dalam
kenyataannya, masih ada orang dewasa dini yang masih kurang stabil secara
emosi. Masa dewasa dini juga dianggap sebagai masa yang dipenuhi banyak
masalah. Masalah - masalah tersebut dapat ditanggulangi apabila seseorang
memiliki kecerdasaan emosi.
Kecerdasan emosi terdiri dari beberapa komponen. Setiap individu
memiliki perbedaan-perbedaan kemampuan pada komponen-komponen
tersebut. Perbedaan-perbedaan kemampuan pada komponen-komponen
kecerdasan emosional memungkinkan terdapat perbedaan kecerdasan emosi
antara laki-laki dan perempuan. Ada beberapa penelitan tentang emosi yang
menunjukan perbedaan-perbedaan kemampuan pada komponen kecerdasan
emosi (Goleman, 2009).
Menurut Mizra dan Redzuan (2010), kecerdasan emosional anak
perempuan lebih tinggi dari kecerdasan emosi anak laki-laki. Hal ini didukung
dengan temuan Steven Stein (2004) yang menyatakan bahwa perempuan lebih
menyadari perasaan mereka dan orang lain, berhubungan interpersonal yang
lebih baik, dan secara signifikan lebih bertanggung jawab secara sosial
daripada laki-laki (dalam Mizra, Redzuan, 2010). Penelitian lain yang ditulis
oleh Katyal dan Awasthi (2005) menjelaskan bahwa perempuan cenderung
lebih emosional dan intim dalam berinteraksi dibandingkan dengan laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
Selain itu juga lebih tingginya kecerdasan emosional dijelaskan berdasarkan
karateristik kepribadian mereka serta anak perempuan juga rasa empati yang
lebih tinggi dari pada laki-laki.
Leslie Brody dan Judith Hall, telah meringkas beberapa penelitian tentang
perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan, yang mengatakan
bahwa karena anak perempuan lebih cepat terampil dalam berbahasa daripada
anak laki-laki, maka mereka lebih mengunakan kata-kata untuk menggantikan
reaksi-reaksi emosional seperti perkelahian fisik (dalam Goleman, 2009).
Begitu pula dengan Gurian (2011), Otak perempuan tidak hanya memiliki
sitem limbik yang cenderung lebih besar yakni struktur hippocampus yang
lebih besar. Sitem limbik inilah yang membuat perempuan cenderung untuk
cepat merespon secara lisan dengan cepat melalui bahasa verbal dan
hippocampus yang besar membuat perempuan lebih banyak menerima
informasi karena peningkatan memori penyimpanan, yang jelas-jelas
berlawanan dengan laki-laki yang dimana penguasaan verbal dan ingatan lebih
kecil. Laki-laki cenderung memiliki amigdala yang lebih besar daripada
perempuan sehingga laki-laki cenderung bersikap agresi. Perbedaan otak
tersebut menyebabkan perempuan lebih terfokus pada emosi mereka dan
merujuk dalam pembicaraan daripada laki-laki. Sementara banyak laki-laki
yang sering mengekspresikan emosi seperti marah, perkelahian fisik atau
frustasi lebih dari emosi lain seperti depresi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
Goleman (2009) membandingkan pola bermain anak laki-laki dan
perempuan untuk melihat bagaimana kecerdasan emosi berbeda antara jenis
kelamin dapat terjadi. Ia mengutip Brody dan Hall dari Gender dan Emosi:
"Ketika anak perempuan bermain bersama, mereka melakukannya dalam
kelompok-kelompok intim kecil dengan penekanan pada meminimalkan
permusuhan dan memaksimalkan kerjasama, sementara permainan anak laki-
laki dalam kelompok yang lebih besar, dengan penekanan pada kompetisi.
Jika seorang anak laki-laki yang telah tersakiti marah, ia diharapkan untuk
keluar dari jalan dan berhenti menangis sehingga permainan bisa terus. Jika
sama terjadi di antara sekelompok gadis yang sedang bermain, permainan
berhenti sementara mengumpulkan semua orang untuk membantu
menenangkan gadis yang menangis. Anak laki-laki bangga akan kebebasan,
keras hati dan otonomi, sedangkan anak perempuan melihat diri mereka
sebagai bagian dari hubungan. "
Dalam proses ini, anak perempuan mengembangkan keterampilan
komunikasi verbal dan non-verbal dan menjadi baik dalam mengekspresikan
diri mereka sendiri dan memahami orang lain, yang menyebabkan empati
tinggi dan tanggung jawab sosial. Anak laki-laki menjadi terampil
meminimalkan emosi yang berkaitan dengan kerentanan, rasa bersalah,
ketakutan dan sakit. Hal ini yang mengarah ke toleransi stres tinggi dan
kepercayaan diri.
Berdasarkan pemaparan menunjukan bahwa perempuan lebih mampu
mengenali emosi diri sediri dan orang lain (empati), memotivasi diri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
mengelola emosi, serta membina hubungan dengan orang lain dibandingkan
dengan laki-laki. Adapun alur yang menjadi dinamika dalam proses ini
sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
BAGAN DINAMIKA
Dalam kecerdasan emosi
Perempuan memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki
Masa dewasa dini dianggap stabil secara emosi, matang, dan mampu menyelesaikan masalah sendiri
Berdasarkan Perbedaan Anatomi otak yang mempengaruhi pengelolaan emosi laki-laki dan perempuan
Laki-laki: Perempuan:
Laki-laki : - Kurang empati - Lebih ekspresif dalam mengungkapkan
kemarahan. - Memiliki toleransi stress lebih tinggi dan
kepercayaan diri - Lebih agresif - Berpikir spasial.
Perempuan : - Lebih kemampuan verbal lebih tinggi. - Lebih ekspresif dalam emosi sedih atau
kecewa. - Lebih mudah berempati. - Hubungan interpersonal baik
Lebih banyak menghubungkan neuron-neuron dan meningkatkan darah pada area ini sehingga lebih cepat untuk memproses emosi
Cerebral cortex
Lebih banyak bekerja untuk tingkat yang lebih besar dan cenderung kurang kemampuan verbalnya
Lebih sedikit menghubungkan neuron-neuron dan kurang meningkatkan darah pada area ini sehingga lebih lambat untuk memproses emosi
System limbicLebih banyak beristirahat untuk tingkat yang lebih besar, karena lebih banyak koneksi sarafnya antara system limbic dan area pengolahan verbal. Hal ini membuat lebih merespon secara lisan pengekspresian emosi dan kemampuan verbalnya lebih besar.
Hippocampus
lebih kecil jumlah dan kecepatan transisi neuronnya sehingga cenderung lebih sedikit mengakses informasi mengingat.
lebih besar jumlah dan kecepatan transisi neuronnya sehingga cenderung lebih banyak mengakses informasi mengingat
Amygdala Lebih kecil sehingga rendahnya agresif dan lebih memaksimalkan kerjasama
Lebih besar sehingga lebih agresif dan kompetitif.
Thalamus
Estrogens
Pemrosesan emosi lebih lambat sehingga secara fisik lebih agresif
Pemrosesan lebih cepat sehingga lebih stress dan aktif
testosteronLebih agresif dan kompetitif
Rendahnya agresif dan kurang kompetitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ada perbedaan kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan usia dewasa
dini, yang menunjukan bahwa perempuan memiliki kecerdasan emosi yang
lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian inferensial kuantitatif
komparatif. Penelitian inferensial kuantitatif komparatif merupakan penelitian
yang melakukan analisis hubungan antar variabel dengan pengujian hipotesis.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan kecerdasan emosi antara laki-
laki dan perempuan usia dewasa dini.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas : jenis kelamin
Variabel tergantung : kecerdasan emosi
C. Definisi Operasional Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel jenis kelamin dan kecerdasan emosi.
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah ciri fisik yang dimiliki seseorang yang akan
mengelompokan individu dalam kelompok laki-laki dan perempuan.
Pengelompokan jenis kelamin diperoleh dari identitas subjek penelitian yang
diisikan pada bagian identitas skala penelitian yang diberikan.
2. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah serangkaian kemampuan yang dimiliki seseorang
berupa kemampuan dalam memahami perasaan diri sendiri dan orang lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
mampu mengendalikan emosi dan mampu berhubungan dengan orang lain
sehingga dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
Kecerdasan emosi diukur dengan menggunakan skala yang disusun
berdasarkan komponen-komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan
oleh Salovey (dalam Goleman, 2009) yang meliputi : (1) mengenali emosi diri
sendiri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi
orang lain, (5) membina hubungan. Total skor yang diperoleh pada skala
kecerdasan emosional menggambarkan tingkat kecerdasan emosi. Semakin
tinggi nilai total pada skala, semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi yang
dimiliki seseorang. Sebaliknya, semakin rendahnya nilai total pada skala, maka
semakin rendah kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang
memiliki data mengenai variabel yang diteliti. Subjek penelitian pada dasarnya
adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2005). Subjek
dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan dewasa dini. Teknik
pengambilan subjek menggunakan metode purposive sampling yaitu
mengambil subjek dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2008). Adapun
pertimbangan kriteria pemilihan subjek dalam penelitian ini berdasarkan usia,
yaitu subjek adalah individu dengan usia 20 sampai kira-kira 40 tahun karena
peneliti berasumsi bawah usia tersebut berada pada usia dewasa dini yang
dimana dianggap sudah stabil secara emosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
1. Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
alat ukur yang berupa pengisian skala psikologis. Skala psikologis
merupakan alat ukur psikologis yang stimulusnya berupa pernyataan atau
pertanyaan yang tidak langsung mengungkap artibut yang hendak diukur,
melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan
(Azwar,2010).
2. Alat pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala Likert. Skala ini hanya menggunakan empat alternatif pilihan jawaban
yakni sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), Setuju (S), dan sangat
setuju (SS). Peneliti hanya menggunakan empat pilihan jawaban dengan
tujuan agar reponden tidak cenderung memilih jawaban yang berada
ditengah-tengah. Selain itu, menurut Azwar (2010) alternatif pilihan
jawaban tengah yakni diwujudkan sebagai netral (N) atau ”tidak
menentukan pendapat”. Pada penelitian ini, skala yang disusun oleh peneliti
dengan mengacu berdasarkan komponen-komponen kecerdasan emosional
yang dikemukakkan oleh Salovey dan Mayer (dalam Goleman,2009) yang
meliputi : (1) mengenali emosi diri sendiri, (2) mengelola emosi, (3)
momotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, (5) membina
hubungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
Berikut adalah tabel 1 yang menunjukan spesifikasi skala kecerdasan emosi:
Tabel 1
Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Sebelum dilakukan Uji Coba
No. Komponen Favorabel Unfavorabel Total
1. Mengenal Emosi Diri
1,11,21,31,41 7,17,27,37,47 10
2. Mengelola Emosi 3,13,23,33,43 9,19,29,39,49 10 3. Memotivasi Diri 5,15,25,35,45 10,20,30,40,50 10 4. Mengenal Emosi
Orang lain 8,18,28,38,48 4,14,24,34.44 10
5. Membina Hubungan 6,16,26,36,46 2,12,22,32,42 10 Jumlah 25 25 50
Pada penelitian ini, peneliti mengunakan skala kecerdasan emosi yang
terdiri dari 50 item dan secara keseluruhan item-item pada skala terdiri dari
pernyataan favorabel dan unfavorabel. Pemberian skor skala kecerdasan Emosi
dimulai dari angka 1 sampai dengan 4 untuk item yang favorabel. Sedangkan
untuk item yang unfavorabel, pemberian skor dimulai dari angka 4 sampai dengan
1. Di bawah ini adalah tabel 2 yaitu tabel pemberian skor skala kecerdasan emosi
(Azwar ,2010)
Tabel 2
Pemberian Skor Skala Kecerdasan Emosi Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable Sangat setuju 4 1 Setuju 3 2 Tidak setuju 2 3 Sangat tidak setuju 1 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
F. Pengujian Alat Ukur
1. Validitas
Validitas alat ukur dalam penelitian sangat diperlukan karena dengan
melalui pengujian dapat diketahui apakah alat ukur mampu menghasilkan data
yang akurat sesuai dengan tujuan alat ukurnya (Azwar, 2010). Pada penelitian
ini, validitas yang diuji adalah validitas isi. Uji validitas isi dilakukan untuk
menunjukan sejauh mana tes, yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat
dari isinya memang mengukur apa yang dimaksud untuk diukur. Validitas ini
ditentukan berdasar representatifnya tes tersebut terhadap hal yang akan
diukur. Validitas alat ukur pada penelitian ini, ditentukan melalui professional
judgement dalam proses telaah item (Suryabrata, 2000). Peneliti membuat
item-item sesuai dengan blue print dan mencangkup isi yang hendak diukur.
Item-item skala pengukuran kepada dosen pembimbing kemudian diseleksi
kembali hingga layak digunakan.
2. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur,
yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak
reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan
skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor eror
(kesalahan) daripada faktor perbedaan sesungguhnya (Azwar, 2010). Uji
reabilitas dilakukan untuk mengukur keajegan hasil pengukuran. Dengan kata
lain, uji reliabilitas diperlukan untuk melihat sejauhmana pengukuran itu dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran kembali
dengan alat ukur yang sama.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realiabilitas (rxx’ ) yang angkanya
berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien
realibilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi realibilitasnya.
Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti makin
rendahnya realibilitas (Azwar, 2010).
3. Seleksi item
Seleksi item dilakukan dengan uji coba skala. Item yang memiliki harga rix
kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya
diskriminasi rendah. Batasan ini merupakan suatu konvensi. Peneliti
diperbolehkan untuk menentukan sendiri batasan daya diskriminasi itemnya
dengan mempertimbangkan isi dan tujuan skala penelitian (Azwar,2010).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan batasan harga rix lebih besar dari
0,25 dianggap memuaskan. Hal ini bertujuan untuk meminimaliskan jumlah
item yang gugur.
G. Analisis Data
1. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data penelitan
berasal dari populasi yang sebarannya normal. Karena hal ini sangat
terkait dengan jenis statistik yang akan digunakan, parametrik atau non-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
parametrik. Pengujian normalitas mengunakan Kolmogorof-Smirnov (K-
S) dua eror. Sebaran item-item yang dikatakan normal jika : p > 0,05.
2. Uji Homogenitas
Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari sample
yang diuji tersebut sama. Cara melihat homogenitas yaitu dengan melihat
nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 ( p > 0,05 ) maka kedua
kelompok sampel memiliki varian yang sama. Apabila pobabilitasnya
lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki
varian yang sama. Begitu pula sebaliknya, jika probabilitasnya kurang dari
0,05 (p < 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki varian yang tidak
sama.
2. Uji Hipotesis
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, karena itu untuk
menganalisis data digunakan uji statistika yang mengukur hipotesis.Uji
hipotesis penelitian ini menggunakan uji-t (Independent Sample t-test).
Untuk memudahkan penghitungan, analisis uji-t pada penelitian ini
menggunakan program SPSS 16.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Uji Coba Alat Ukur
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian
adalah menyusun skala Kecerdasan Emosi dengan mengacu berdasarkan
komponen-komponen kecerdasan emosi yang dikemukan oleh Salovey
dan Mayer (dalam Goleman, 2009) yang meliputi : (1) mengenali emosi
diri sendiri, (2) mengelola emosi, (3) momotivasi diri sendiri, (4)
mengenali emosi orang lain, (5) membina hubungan. Skala Kecerdasan
Emosi sudah disetujui oleh dosen pembimbing dan diuji cobakan pada 64
subjek. Pelaksanaan uji coba pada akhir bulan Oktober 2012. Skala yang
diberikan adalah skala kecerdasan emosi yang berisi 50 item. Skala
diberikan pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi, Universitas
Sanata Dharma.
Item-item dalam penelitian dikatakan sahih apabila rix lebih dari 0,25
dengan p < 0,05 (Azwar, 2010). Berdasarkan analisis tersebut, maka
jumlah item yang baik sebanyak 29 item dan item yang gugur 21 item.
Namun, item yang digunakan dalam kuesioner ini sebanyak 20 item. Hal
ini dilakukan untuk mengimbangi jumlah item per aspek. Hasil uji coba
skala kecerdasan emosi dapat dilihat pada tabel 3 .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Tabel 3
Spesifikasi Item Gugur dari Skala Kecerdasan Emosi Setelah
Dilakukan Uji Coba
No.
Komponen Favorabel Unfavorabel
Baik Gugur Baik Gugur
1. Mengenal Emosi Diri
21 1,11,31,41
17,27,37
7,47
2. Mengelola Emosi
13,23 3,33,43 29,49 9,19,39
3. Memotivasi Diri
5,25,35,45
15, - 10,20,30,40,50
4. Mengenal Emosi Orang lain
28,48 8,18,38 34.44 4,14,24
5. Membina Hubungan
6,26,36 16,46 42 2,12,22,32
Jumlah 12 13 8 17
Tabel 4
Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Setelah Uji Coba
No. Komponen Favorabel Unfavorabel Total
1. Mengenal Emosi Diri
21 17,27,37 4
2. Mengelola Emosi
13,23 29,49 4
3. Memotivasi Diri 5,25,35,45 - 4 4. Mengenal Emosi
Orang lain 28,48 34.44 4
5. Membina Hubungan
6,26,36 42 4
Jumlah 10 10 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
Tabel 5
Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosi Final
No. Komponen Favorabel Unfavorabel Total
1. Mengenal Emosi Diri
1 7,11,17 4
2. Mengelola Emosi
3,13 9,19 4
3. Memotivasi Diri 5,15,20,10 - 4 4. Mengenal Emosi
Orang lain 8,18 4,14 4
5. Membina Hubungan
6,12,16 2 4
Jumlah 10 10 20
2. Pesiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini meliputi
persiapan administrasi, persiapan peneliti untuk mencari informasi subjek.
Persiapan administrasi berupa permohonan ijin untuk pengambilan data.
Permohonan ijin diperoleh dari subjek yang bersangkutan. Subjek dipilih
berdsarkan kriteria yang telah dibuat peneliti, subjek dipilih berdasarkan
usia. Penelitian dilakukan oleh beberapa komunitas media dan dance di
Semarang yang anggotanya yang masuk dalam kriteria. Dalam hal ini
peneliti datang ke tempat dimana beberapa komunitas berkumpul dan
meminta izin secara langsung kepada subjek yang bersangkutan sehingga
penelitian dapat dilakukan sesuai dengan keadaaan subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
B. Pelaksanan Penelitian
Pelaksanaan dilaksanakan pada awal Desember 2012 dengan
memberikan skala Kecerdasan Emosi pada subjek penelitian sebanyak 138
eksemplar yang berisi 20 pernyataan dan diinstruksikan secara individual
yaitu peneliti membagikan dan menjelaskan prosedur pengisian skala. Setelah
pengambilan data, peneliti memeriksa kelengkapan data yang diperoleh untuk
melihat apakah data sudah memenuhi kriteria. Semua kuesioner memenuhi
kriteria sehingga semua skala diikutsertakan dalam analisis data.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang
memiliki data mengenai variabel yang diteliti. Subjek penelitian pada
dasarnya adalah yang dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar,2000).
Subjek penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan dewasa dini dari
berbagai komunitas media dan dance di Semarang.
Teknik pengambilan subjek mengunakan metode purposive sampling yaitu
mengambil subjek dengan kriteria tertentu (Azwar,2000). Adapun kriteria
pemilihan subjek dengan berdasarkan usia berkisar 20 sampai 40 tahun.
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah individu dalam beberapa
komunitas media dan dance di Semarang. Subjek yang diteliti berjumlah
138 orang dengan rincian 69 laki-laki dan 69 perempuan. Berikut
gambaran umum tentang subjek penelitian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Tabel 6
Deskripsi Subjek Penelitian
Karakteristik Jenis kelamin Usia
Laki-laki = 69 orang Perempuan = 69 orang
20 (16 laki-laki, 9 perempuan) 21 ( 9 laki-laki, 6 perempuan) 22 ( 7 laki-laki, 3 perempuan) 23( 6 laki-laki, 16 perempuan) 24 ( 7 laki-laki, 8 perempuan) 25 ( 6 laki-laki, 2 perempuan) 26 ( 3 laki-laki, 4 perempuan) 27 ( 2 laki-laki, 5 perempuan) 28 ( 1 laki-laki, 2 perempuan) 29 ( 3 laki-laki, 2 perempuan) 30 ( 1 laki-laki, 4 perempuan) 31 ( 1 laki-laki, 3 perempuan) 32 ( 3 laki-laki, 0 perempuan) 33 ( 0 laki-laki, 2 perempuan) 34( 1 laki-laki, 1 perempuan) 36 ( 2 laki-laki, 0 perempuan) 38 ( 0 laki-laki, 2 perempuan) 39 ( 1 laki-laki, 0 perempuan)
Total = 138
2. Deskripsi Data Penelitian
Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran skala kecerdasan emosi, yang
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Teoritik SD Empirik SD
Xmax Xmin Mean Xmax Xmin Mean
KE 80 20 50 10 77 48 62,33 5,155
Mean Teoritik dan Empiris Skala Kecerdasan Emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
a. Mean Teoritik diketahui dari :
Jumlah item = 20 item
Skor maximum = jumlah item x nilai tertinggi
= 20 x 4
= 80
Skor minimum = jumlah item x nilai terendah
= 20 x 1
= 20
MT =
MT =
MT =
MT = 50
Range = skor miximum – skor minimum
= 80 – 20
= 60
Standar Deviasi = = = 10�
b. Mean Empirik diketahui melalui perhitungan program SPSS 16 for
windows yang menunjukan skor terendah 48 dan skor tertinggi 77,
dengan mean empirik M= 62,33 .
Data tersebut menunjukan bahwa mean Empirik lebih besar dari mean
Teoritik. Hal ini berarti bahwa laki-laki dan perempuan dewasa dini
memiliki kecerdasan emosi yang cenderung kearah positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
3. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya
sebaran data yang dianalisis (Arikunto,2003). Uji Normalitas
dilakukan dengan mengunakan Kolmogorov-Smirnov Test dari
program SPSS 16 for windows, dengan melihat probabilitasnya.
Apabila nilai probabilitasnya sama dengan 0,05 (p=0,05) atau lebih
dari 0,05 (p>0,05), maka sebaran skornya dinyatakan normal.
Sebaliknya, apabila nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (p
-
45
sebaran skor pada perempuan dinyatakan tidak normal. Namun, pada
laki-laki adalah 0,200 , sehingga p > 0,05 atau 0,200 > 0,05. Dengan
demikian sebaran skor pada laki-laki dinyatakan normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah varian yang
digunakan sample penelitian bersifat homogen. Tingkat homogenitas
ini dapat dilihat melalui taraf signifikan levene’s test for equality of
variance. Cara melihat homogenitasnya yaitu dengan melihat nilai
probabilitasnya. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05
(p>0,05) maka kedua kelompok sample memiliki varian yang sama.
Begitu pula sebaliknya, jika probabilitasnya kurang dari 0,05 (p 0,05). Hal ini menunjukan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki varians yang sama dan berasal dari
populasi yang sama. Dengan demikian maka kedua kelompok tersebut
dinyatakan homogen. Berikut hasil homogenitas pada tabel 9.
Tabel 9
Uji Homogenitas
Levene statistic Sig. Kategori
1,973 0.162 Homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
4. Uji Hipotesis
Pada hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai probabilitas
keseluruhan dan sebaran pada perempuan menunjukan bahwa p>0,05
sehingga dinyatakan tidak normal. Ketidaknormalan tersebut menunjukan
angka yang tidak terlalu parah. Selain itu, Uji t juga termasuk analisis
statistik yang agak kebal dengan kondisi ketidaknormalan sehingga uji t
tetap dapat digunakan ( Santoso, 2010)
Perhitungan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan
Independent Sample t-test dengan bantuan program SPSS 16.0 for
windows. Hipotesis dalam penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kecerdasan emosi.
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai t sebesar -0,099 dengan
probabilitas 0,922 (p>0,05) maka dinyatakan tidak ada perbedaan
signifikan antara laki-laki dan perempuan dewasa dini dalam kecerdasan
emosi.
Pada tabel group statistic kecerdasan emosi terlihat bahwa mean laki-
laki dan perempuan hampir sama. Hal ini berarti bahwa laki-laki dan
perempuan tidak memiliki perbedaan kecerdasan emosi. Oleh sebab itu,
hipotesis dalam penelitian ini tidak terbukti.
C. Analisis Tambahan
Uji hipotesis tambahan dilakukan untuk mengetahui perbedaan dari setiap
komponen yang ada dalam kecerdasan emosi. Dalam hal ini peneliti menguji
hipotesis berdasarkan komponen-komponen yang terdapat dalam kecerdasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
emosi yaitu mengenal emosi diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis per komponen dinyatakan bahwa tidak ada
perbedaan pada keempat komponen kecerdasan emosi kecuali komponen
mengelola emosi pada laki-laki dan perempuan. Hasil uji t dari komponen
mengenal emosi diri yang ditunjukan oleh kelompok laki-laki dan perempuan
dewasa dini adalah p sebesar 0,413. Karena P > 0,05, maka dinyatakan tidak
ada perbedaaan yang signifikan. Sama halnya dengan komponen memotivasi
diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan, secara rinci dari
komponen memotivasi diri diperoleh untuk nilai p sebesar 0,839. Karena p >
0,05 maka dinyatakan tidak ada perbedaan kecerdasan emosi. Berdasarkan
komponen mengenali emosi orang lain diperoleh p sebesar 0,525. Hal ini
juga menunjukan hasil yang tidak siginifikan. Begitu pula pada komponen
membina hubungan diperoleh p sebesar 0,893 (p>0,05) juga menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, pada komponen
mengelola emosi diperoleh p sebesar 0,021 (p
-
48
kecerdasan emosional yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Adapun penelitian lain, Khaterina dan Garliah (2012) menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan kecerdasan emosional yang signifikan secara
keseluruhan.
Secara umum, keseluruhan kelompok menunjukan bahwa mereka sama-
sama memiliki kecerdasan emosi yang hampir sama. Kemiripan dalam
kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan dewasa dini ini dipengaruhi
oleh beberapa hal. Goleman (2009) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi
penting bagi kehidupan karena memungkinkan seseorang untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang sangat baik dan memiliki
dukungan sosial yang lebih baik. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan
memiliki kesempatan yang sama untuk mengasah dan mempelajari
kemampuan kecerdasan emosi yang mereka miliki guna mendukung
kehidupan yang lebih harmonis. Secara teoritis, terdapat beberapa yakni
faktor pengalaman diri sendiri dan jenis kelamin yang mendukung seseorang
untuk belajar menangani suasana hati dan menangani emosi yang
menyulitkan. Selain itu, kemiripan ini dapat disebabkan oleh pengaruh
karakteristik subjek pada penelitian ini. Subjek penelitian ini mayoritas
dancer. Seorang dancer secara tidak langsung akan mendapatkan kecerdasan
emosi dan kreativitas karena gerakan dalam tarian dapat menciptakan
semangat dan sensasi emosi. Setiap dancer harus dapat menguasai diri untuk
dapat mensinkronkan gerakan yang dilakukan dengan ketukan music yang
didengarkan. Proses itulah yang membentuk kecerdasan emosi seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
49
(Agustina,2013). Beberapa uraian ini menunjukan bahwa tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dewasa dini dalam
meningkatkan kecerdasan emosi.
Disisi lain, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam
komponen-komponen tertentu dari kecerdasan emosi. Pada penelitian ini
laki-laki dan perempuan berbeda dalam aspek mengelola emosi. Hal ini dapat
juga disebabkan oleh cara masyarakat mensosialisakan pendidikan emosi
secara berbeda (dalam Nunez, Berrocal, Montanes, Latorre, 2008).
Berdasarkan hasil uji t pada komponen mengelola emosi, laki-laki dan
perempuan dewasa dini ditemukan perbedaan dalam kecerdasan emosi yang
menunjukan bahwa nilai rata-rata laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Pada
komponen ini, laki-laki dan perempuan berupaya untuk menanggani perasaan
agar perasaannya dapat terungkap dengan pas, yang dapat membebaskan
mereka dari perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan. Orang-orang yang
buruk dalam keterampilan ini akan terus menerus melawan perasaan murung,
sementara mereka yang memiliki keterampilan ini dengan baik dapat bangkit
kembali dari kemerosotan dalam kehidupan (Goleman, 2009). Hal ini dapat
kita lihat dari beberapa kasus yang berpendapat bahwa laki-