pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap
TRANSCRIPT
PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAPSTRES KERJA KARYAWAN
SKRJPSI
Dm-ta. Kepada Fakultas Psikologi Dan ,,„,„ SosM ^ ^^ ^.nd„„esia lln,„k Me„,e„„hi Sebagian Dari Syarat-Syara, C„a Men.pero.eh
Derajat Sarjana SI Psikologi
Oleh :
FEBBVANTT
01 320 268
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYAUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA2006
HALAMAN PENGESAHAN
Dipertahankan didepan dewan penguji Skripsi Program Studi FakultasPsikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia untuk
memenuhi sebagian syarat-syaart guna memperoleh derajat sarjana S-lpsikologi
Pada Tanggal
•21 M 2006
Dewan Penguji :
1. Irwan Nuryana K, S.Psi.,M.Si
2. Ratna Syifa'a R, S.Psi.,M.Si
3. QurotuI Uyun, S.Psi.,M.Si
Mengesahkan,
Fakultas Psikologi Dan
Ilmu Sosial Budaya
versitas Islam Indonesia
:ua Program Studi
QurotuI Uyun^Psi.,M.Si
n
{'f>ni v^
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan dalam
membuat laporan penelitian, tidak melanggar kode etik akademik seperti
penjiplakan, pemalsuaan data, dan manipulasi data. Apabila dikemudian hari saya
terbukti melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima konsekuensi
berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Yang menyatakan,
Febbyanti
111
Ku PersembahkanSebagian KecilKaryaku Ini Buat:
Allah SWT
Segalapujian adalah milik-mu semoga karya ini menjadipemberattimbangan amal kebijakan ku diakhirat nanti
Rasullullah SA WAku niatkan setiap lembar karya ini dibuka, maka 10 shalawatterlantun untukmu
Ayah dan Ibuyang telah mendidik, mendukung dan senantiasamendoakanku
Adekuyang udah jadipenyemangat
Sahabat ku Mahrita
IV
VI
PRAKATA
Assalamu 'alaikum Wr. Wh.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya dan Atas karunia-Nya pulamelalui proses yang sangat panjang, akhirnya penyusun mampu menvelesaikanskripsi dengan judul "Pengaruh Pelatihan Keeerdasan Emosi terhadap Stres KerjaKaryawan PT.Matarindo Kreasi sarana", guna melengkapi syarat kelulusan jenjangStrata 1 pada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Buadaya Universitas IslamIndonesia
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik dan lancar tanpabantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penyusunmengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu danmendukung penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Drs. Edy. Suandi Hamid,M.Ec, selaku Rektor UniversitasIslam Indonesia, beserta seluruh staf Fakultas Psikolaogi dan Ilmu Sosial
Budaya yang telah membantu penyusun saat menempuh pendidikan diUniversitas Islam Indonesia.
2. Ibu QurotuI Uyun,S.Psi.,M.Si selaku Ketua Program Studi Psikologi FakultasPsikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
3- Bapak Irwan Nuryana K,S.Psi.,M.Si selaku pembimbing dengan sabarmembimbing penyusun untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Arief Fahmi, S.Psi.,M.Si selaku dosen wali
5. Pimpinan dan segenap staf PT.Matarindo Kreasi sarana yang telah bersedia
memberikan tempat dan membantu dalam hal informasi dan data selama
penelitian.
6. Semua respondcn yang telah membantu untuk mengisi kuesioner
7. Dan semua pihak yang tak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang turut
membantu penulis hingga skripsi ini terlaksana.
Semoga Allah SWT selalu meridhoi usaha kita dan senantiasa memberikan
limpahan rahmat dan taufik-Nya dalam kehidupan kita. Semoga skripsi ini dapatbermanfaat yang besar bagi kita.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb
vn
Yogyakarta, Juni 2006Penyusun
FEBBYANTI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL j
HALAMAN PENGESAHAN HHALAMAN PERNYATAAN HiHALAMAN PERSEMBAHAN ivHALAMAN MOTTO
PRAKATAVI
DAFTAR ISIvm
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBARXII
DAFTAR LAMPIRAN" XIV
INTISARIxv
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah i
B. Tujuan Peneliitan g
C. Manfaat Peneliitan 6
D. Keaslian Penelitian y
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres Kerja n
a.Pengertian Stres 9
b.Pengertian Stres Kerja 10
c.Aspek-aspek stres kerja 11
d.Faktor-faktor stres kerja 1-5
e.Tanda-tanda stres 15
B. Pelatihan kecerdasan emosi 17
l.Pengertian pelatihan kecerdasan emosi 17
2.Aspek-aspek kecerdasan emosi 18
3.Materi-materi pelatihan kecerdasan emosi 20
vm
C. Pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap
penurunan stres kerja 21
D. Hipotesis Penelitian 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 27
B. Definisi Operasional variabel Penelitian 27
C. Subjek penelitian 28
D. Rancangan penelitian 28
E. Metode pengumpulan data 31
F. Metode Analisis data..: 35
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan 36
1. Orientasi Kancah 36
2. Persiapan Penelitian 37
a.Persiapan admimistrasi 37
b.PersiapanAlat ukur 37
c.Persiapan modul 39
B. Pelaksanaan Penelitian 39
1. Pelaksanaan Eksperimen 39
2. Pelaksaan Wawancara 42
3. Pelaksaan Observasi 42
4. Pelaksaan Pretest 42
5. Pelaksanaan Posttest 43
C. Hasil Penelitian 43
1. Hasil Analisis data Secara Umum 43
2. Hasil Penelitian per Individu 51
a. Subjek 1 51
b. Subjek 2 52
c. Subjek 3 54
d. Subjek 4 56
e. Subjek 5 57
IX
e. Subjek 5 57
f. Subjek 6 59
g. Subjek 7 61
h. Subjek 8 62
i. Subjek 9 64
j. Subjek 10 66
D. Pembahasan 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 72
B. Saran 72
DAFTAR PUSTAKA 74
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Desain Rancangan Penelitian 30Tabel 2 Rancangan Pemberian Perlakuan 30Table 3Blue Print Skala Stres Kerja 33Tabel 4Distribusi Butir Skala Stres Kerja Sebelum Try-Out 33Tabel 5Skoring Aitem-aitem Skala Stres Kerja 34Tabel 6 Distribusi Butir Skala Stres Kerja Yang Gugur 33Tabel 7 Sebaran Aitem-Aitem Skala Stres Kerja Yang Valid 38Tabel 8 Jadwal Keg. Pemberian Materi Pelatihan Kecerdasan Emosi 41Tabel 9 Kategori Nilai Pretest Stres Kerja Subjek penelitian 44Tabel 10 Kategori Nilai Posttest Stres Kerja Subjek Penelitian 45Tabel 11 Deskripsi Data Penelitian 46Tabel 12 Hasil Uji Normalitas 47Tabel 13 Hasil Uji Homogenitas 47Tabel 14 Hasil Uji T 48
XI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Grafik skor Srres Kerja Aspek tugas 49
Gambar 2. Grafik Skor Stres Kerja Aspek Lingkungan Sosial 49
Gambar 3. Grafik Skor Stres Kerja Aspek Lingkungan Fisik 50
Gambar 4. Grafik Skor Stres Kerja Aspek Lingkungan Peran 50
Gambar 5. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 1 51
Gambar 6. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 1 52
Gambar 7. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 2 53
Gambar 8. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 2 53
Gambar 9. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 3 55
Gambar 10. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 3 55
Gambar 11. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 4 56
Gambar 12. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 4 57
Gambar 13. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 5 58
Gambar 14. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 5 59
Gambar 15. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 6 60
Gambar 16. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 6 60
Gambar 17. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 7 6J
Gambar 18. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 7 62
Gambar 19. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 8 63
Gambar 20 Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 8 64
xn
Gambar 21. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 9 65
Gambar 22. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 9 66
Gambar 23. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 10 66
Gambar 24. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 10 67
xm
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Alat Ukur Skala Try-outJ 76
Lampiran 2. Data Try-out82
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas 94Lampiran 4. Alat Ukur Skala Penelitian
v6
Lampiran 5. Data Penelitian Stres Kerja I00Lampiran 6. Output Stres KerjaLampiran 7. Modul Pelatihan...
104
Lampiran 8. Kontrak Pelatihan
Lampiran 9. Daftar Hadir Peserta Pelatihan (pretest, kelompokEksperimen saat pelatihan dan posttest) 125
Lampiran 10. Surat-surat Perizinan Pelatihan dan Surat Bukti Pelatihan 129Lampiran 11. Hasil WawancaraLampiran 12. Foto Pelatihan
138
xiv
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah pelatihanmeCtodea"k ^ ^T**""""^*«* ^ P"^ nieng'gun kanmetode eksperimen dengan memberikan perlakuan berupa pelatihan kecerdasanemosi pada kelompok eksperimen. Materi yang diberikan dalam pelatl^ini antar"lam : ranah intrapribadi (asertif, penghargaan din), ranah anLpribadiTempanhubungan antar pnbadi), pemecahan masalah, ketahanan menang'gung st e7d n
Subjek dalam pelatihan ini adalah karyawan PT Matarindo Kreasi SaranaKeseluruhan subjek berjumlah 20 orang dan terbagi menjadi dua kelompok yaituToorang kelompok eksperimen dan 10 orang kelompok kontrol. Subjek 20 orangtersebut berjenis kelamin laki-laki 14 orang dan wanita sebanyak 6orang Lata?belakang pendidikan subjek adalah SMP dan SMU
Desain eksperimen dalam penelitian ini adalah nonrandomized pretestposttest control group design dengan metode analisis d^ paired sample test Ha1dan penelitian mi menunjukan adanya pengaruh yang signifTan pelafihankecerdasan emosi terhadap stres kerja. Peatman
Kata kunci :Kecerdasan Emosi, Stres Kerja
xv
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman yang sudah serba maju di segala bidang seperti saat ini orang jadi
semakin sibuk bekerja dengan peralatan kerja yang digunakan sudah semakin
canggih, modern dan efisien. hal itu berdampak pada beban kerja di satuan-satuan
organisasi pun menjadi bertambah dan secara tidak langsung itu akan membuat
karyawan-karyawan untuk lebih mengeluarkan energi ekstra. Karyawan sering
mendapat tekanan yang berat untuk meningkatkan hasil kerjanya. Akibatnya para
pekerja mengalami stres karena beban kerja berlebihan. Hal itu menimbulkan
gangguan-gangguan kesehatan seperti penyakit fisik, gangguan jiwa ringan (mudah
gugup, marah, sulit konsentrasi, dll), kecelakaan kerja dan terjadinya lesu kerja.
Ditempat kerja, sekitar satu juta orang per hari jatuh sakit dikarenakan serangan
stres. Angka ini kemudian terwujud dalam 550 juta absent per tahun. Penelitian-
penelitian lainya menunjukkan bahwa secara kasar, 50 persen pekerja Amerika Utara
menderita keletihan dan kelelahan mental yang disebabkan stres (Rosental, 2002).
Akibatnya tanpa di sadari cepat atau lambat stres dalam taraf cukup tinggi pun akan
semakin terasa.
Menurut ILO (International Labour Organization) kerugian ekonomi akibat
stres pekerjaan di Amerika Serikat setara dengan 200 milyar dollar AS dalam bentuk
kehilangan produktivitas, pengeluaran untuk kesehatan, dan upah yang hilang karena
tingkat ketidakhadiran (glorianet.org/lowongan/arti-o36.html). Penyakit yang
berkaitan dengan stress diperkirakan menguras 200 milyar dollar AS setiap tahun di
Amerika Serikat. Menurut perhitungan, 75 hingga 85 persen dari semua kecelakaaan
dibidang industri berkaitan dengan stres (www.mail-archive.com). Stres pekerjaan
juga bisa menimbulkan kecelakaan kerja, terutama pada pekerja dengan tuntutan
beban kerja tinggi, perhatian kurang, bekerja gilir (shift) pada hari pertama dan akhir
minggu serta penyalahgunaan zat. Dari data, penyebab terjadinya kecelakaan 90
persen disebabkan tindakan kurang berhati-hati (unsafe act) dan 4 persen karena
kondisi tidak aman (unsafe condition). Dari tindakan kurang berhati-hati, 80 persen
akibat kondisi kesehatan jiwa yang kurang optimal saat terjadi kecelakaan (kompas,
28/02/02)
Di seluruh dunia setiap tahun ada sekitar 1,1 juta kematian karena penyakit
atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Data dari International Labor
Organization (ILO) mengungkapkan terjadinya 250 juta kecelakaan yang terjadi di
industri-industri di dunia yang menyebabkan 300.000 kematian. Setiap tahun terjadi
160 juta penyakit akibat hubungan kerja yang baru. Menurut dr Yusmansyah Idris
SpKJ masalah kesehatan jiwa yang sering dijumpai dalam lingkup industri dan
perusahaan akibat stres pekerjaan adalah penyakit fisik yang diinduksi stres,
misalnya penyakit jantung koroner, hipertensi, tukak lambung (Juanita, 2004). Hal
tersebut didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti
yaitu Plaut dan Friedman (1981) yang berhasil menemukan hubungan antara stres
dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat
berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi
serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti
penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan
meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif(Rini, 2002)
Karyawan-karyawan PT. Matarindo Kreasi sarana dalam menjalankan tugas,
dihadapkan pada suara bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin seperti pada saat
proses pengamplasan dan pada proses sending seller yaitu proses merapatkan pori-
pori kayu dan menghaluskannya, bahan kimia yang berasal dari penggunaan
pewarnaan pada kayu, ruangan yang tertutup membuat udara tidak sehat juga terasa
panas dan jenis pekerjaannya berulang-ulang sehingga bisa menimbulkan kebosanan.
Mereka dituntut bekerja dengan maksimal dan tidak melakukan kesalahan, karena
setiap produk sebelumnya telah dipesan oleh konsumen dan waktunya kadang
dibatasi. Karyawan meubel tidak kerja lembur jadi semua pekerjaan dikerjakan pada
siang hari. Dengan beban kerja sedemikian banyaknya, tidak tertutup kemungkinan
karyawan meubel akan mengalami stres kerja. Beberapa dari karyawan dalam
bekerja mengalami gejala-gejala stress kerja seperti terburu-buru dalam bekerja,
merasa cemas, ingin cepat selesai dalam mengerjakan tugas, sulit berkonsentrasi,
cepat berkeringat kalau merasa gugup, dan merasa tertekan dengan beban kerja
berlebih. Menurut Juanita (2004). di tempat kerja yang sering menggunakan berbagai
bahan kimia. suhu yang tinggi, radiasi, bising, dan Iain-lain. Dalam melakukan
pekerjaannya, pekerja sering harus menangani beban yang berat atau menggunakan
sikap tubuh dan gerakan yang tidak alamiah. Tuntutan pekerjaan juga menambah
beban mental bagi seseorang sehingga dapat menimbulkan stres yang
berkepanjangan. Tanda-tanda distress menurut Gregson & Looker (2004) dari segi
mental seperti cemas, tergesa-gesa, sulit berkonsentrasi, tidak sabaran. bosan, mudah
tersinggung, mudah marah dan Iain-lain. Menurut Handoko (1998) penyebab-
penyebab stres "on-the-job" antara lain, beban kerja yang berlebihan tekanan atau
desakan waktu dan Iain-lain.
Schuller (1980) mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang
berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang dihadapi oleh
karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran
kerja, serta mengalami kecelakaan. Menurunkan pemasukan dan keuntungan
perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya
antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan,
dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai
alasan. atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau
pun karena banyaknya kesalahan yang berulang (Rini, 2002)
Sebuah penelitian terhadap sekelompok karyawan yang bekerja di suatu
organisasi menunjukkan, bahwa stres kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan
konflik antara pihak karyawan dengan pihak manajemen. Tingginya sensitivitas
emosi berpotensi menyulut pertikaian dan menghambat kerja sama antara individu
satu dengan yang lain (Rini, 2002)
Menurut Theresa dalam Widhiastuti (2002) jika dilihat karakteristik
psikologis karyawan yang mengalami stres pada umumnya hampir sama dengan
tanda-tanda stress kerja yaitu sakit kepala, susah tidur, kurang dapat berkonsentrasi,
temperamental/mudah tersinggung, sakit maag, tidak ada kepuasan kerja, dan moral
kerja. Sedangkan menurut Ancok (1991) dari segi psikologis stres bisa menimbulkan
perasaan tidak bahagia, perasaan tertekan dan perasaan tidak aman. Seringkali
keadaan ini menimbulkan masalah emosi seperti cepat marah, produktivitas kerja
rendah, sering membuat kesalahan dalam kerja.
Mengendalikan emosi mempunyai peranan penting dalam menentukan stres
yang dialami seseorang, jika bisa mengendalikan emosi tentunya stres kerja pun bisa
dihindari atau dikurangi. Seperti menurut pendapat Battaudin (1999) yang
menyatakan bahwa jika seseorang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi maka
mempunyai kemampuan atau keterampilan dalam mengendalikan dirinya,
mempunyai semangat dan ketekunan yang tinggi, mampu memotivasi dirinya sendiri
dalam mengerjakan sesuatu dan mampu berinteraksi yang baik dengan orang lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa stres kerja
dan kecerdasan emosi saling berhubungan dimana kecerdasan emosi yang rendah
bisa menimbulkan stres dalam bekerja karena kurang bisa mengendalikan diri
sehingga jadi mudah marah dan cepat tersinggung, tidak mampu memotivasi diri
sendiri, tidak mempunyai semangat dalam bekerja ini bisa mempengaruhi
produktivitas kerja, dan yang terakhir tidak mampu berinteraksi dengan orang lain.
Jika stres kerja sudah tidak bisa dihindari maka dampak yang ditimbulkannya pun
akan sangat merugikan baik bagi karyawan maupun perusahaan. Karyawan menjadi
tidak berprestasi, turunnya kepuasan kerja. mundurnya kinerja, kemangkiran kerja
(absenteisme) dan penyalahgunaan obat sedangkan secara kognitif dapat
menimbulkan pengambilan keputusan yang jelek, sulitnya berkonsentrasi dan sering
lupa. Jika sudah begitu karyawan bisa dikeluarkan dari perusahaan. Hal tersebut bisa
dihindari jika kecerdasan emosi karyawan tersebut tinggi sehingga dampak negatif
dari stres kerja dapat ditanggulangi.
Menurut Bachroni dan Aswani (1999) untuk mengurangi tingkat stres kerja
Sumber Daya Manusianya harus ditingkatkan dengan memberikan pelatihan-
pelatihan yang bisa membantu karyawan untuk lebih maju dan terampil. Patton
(1998) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan
mengendalikan perasaan emosi serta mengarahkan pikiran dan tindakan.
Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui kemauan, pengetahuan, dan
latihan. Berdasarkan latar belakang diatas dan pentingnya mengajarkan kecerdasan
emosi, maka penulis dalam penelitian ini merumuskan permasalahan sebagai berikut:
"Apakah pelatihan kecerdasan emosi secara efektif mampu menurunkan stres kerja
karyawan?"
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan
kecerdasan emosi terhadap penurunan stres kerja karyawan.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian secara teoritis adalah untuk memperluas wacana psikologi
industri dan organisasi serta menambah referensi teoritis yang ilmiah tentang
efektifitas pelatihan kecerdasan emosi pada karyawan.
Sedangkan manfaat praktis yang di dapat dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan membantu menurunkan stres kerja
2. Dengan memberikan pelatihan kecerdasan emosional pada karyawan, maka akan
sangat bermanfaat bagi perkembangankecerdasan emosi mereka.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan stres kerja antara lain
seperti Meliana, F.X, Sutyas Prihanto, dan A.J. Thahjoanggoro (2001) mengenai
Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kinerja Karyawan dan penelitian yang
dilakukan oleh Mirzha (2001) tentang Hubungan Stres Kerja pada karyawan Hotel
ditinjau dari Kecerdasan emosi, serta penelitian yang dilakukan oleh Suyati dan
Mangunhardjana (2002) mengenai Pengaruh Pelatihan Emotional Literacy terhadap
Kecerdasan Emosi remaja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
terdahulu antara lain :
1. Keaslian topik
Penelitian-penelitian yang terdahulu mempunya topik berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Meliana,
F.X, Sutyas Prihanto, dan A.J. Thahjoanggoro (2001) dengan topik Hubungan
antara Kecerdasan Emosi dengan Kinerja Karyawan dan penelitian yang
dilakukan oleh Mirzha (2001) tentang Hubungan Stres Kerja pada karyawan
Hotel ditinjau dari Kecerdasan emosi, serta penelitian yang dilakukan oleh Suyati
dan Mangunhardjana (2002) dengan topik Pengaruh Pelatihan Emotional
Literacy terhadap Kecerdasan Emosi Remaja sedangkan penelitian dari penulis
memiliki topik Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi terhadap Stres Kerja
Karyawan, maka penelitian yang dilakukan adalah asli.
2. Keaslian teori
Teori yang digunakan oleh penulis berdasaran teori dari Bar-On dan memiliki
aspek variabel stres kerja yang merupakan sintesa dari berbagai para ahli yang
dirumuskan menjadi teori baru teori dinyatakan asli.
3. Keaslian Alat ukur
Alat ukur yang digunakan peneliti dibuat sendiri oleh peneliti dengan
berdasarkan pada teori-teori yang dirumuskan menjadi aspek penelitian yang
akan diukur.
4. Keaslian subjek penelitian
Subjek yang digunkan dalam penelitian berbeda dengan subjek yang digunakan
dalam penelitian acuan. Subjek penelitian ini adalah karyawan meubel
PT.Matarindo Kreasi sarana, sedangkan subjek penelitian acuan subjeknya yaitu
karyawan Hotel, karyawan PT Dharmabakti Pakindo dan remaja.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain yang juga menggunakan metode
yang sama yaitu eksperimen adalah dalam penelitian ini mengungkap stres kerja
sedangkan penelitian Suyati & Mangunhardjana (2002) mengungkap kecerdasan
emosi. Berdasarkan perbedaaan-perbedaan tersebut maka penelitian ini dianggap
asli.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres Kerja
1. Pengertian Stress
Anorogo dan Widiyanti (1990) mendefinisikan stres sebagai suatu akibat dari
tekanan emosional, rangsangan-rangsangan atau suasana yang merusak keadaan
fisiologis seorang individu. Stres menurut Muchlas (1991) adalah kondisi dinamis
yang padanya individu menghadapi pertentangan antara kesempatan,
hambatan/tuntutan dalam hubungan dengan sesuatu yang diinginkan dan dianggap
pesting, tapi untuk memperolehnya masih menghadapi ketidakpastian.
Disebutkan oleh Hardjana (1994) bahwa pengalaman stres cenderung disertai
emosi. Ditambahkan bahwa orang yang mengalami stress menggunakan emosi itu
untuk menilai stres. Takut merupakan emosi yang biasa muncul pada waktu
seseorang merasa dalam keadaan yang dapat mendatangkan stres. Masih menurut
Hardjana bahwa manusia takut akan bersiap-siap melakukan intisipasi agar perasaan
takut tersebut tidak berlarut-larut. Antisipasi inilah yang digunakan seseorang umtuk
mengatasi dan mengelola stres (coping &manage stress).
Schuler (Robins, 1996) stres adalah suatu kondisi yang dinamik dimana
seseorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (contraits) atau
tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan
hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
10
Berdasarkan uraian diatas definisi stres adalah suatu akibat dari tekanan
emosi sehingga individu dihadapkan pada suatu pertentangan antara kesempatan,
hambatan/tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan
hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
2. Pengertian Stres Kerja
Menurut Rosyid (1996) stres yang dirasakan seseorang merupakan kondisi
yang muncul dari perpaduan antara faktor-faktor di dalam pekerjaan dengan faktor-
faktor di dalam diri seseorang. Kondisi ini menyebabkan yang bersangkutan tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sewaktu orang berada pada keadaan normal.
DuBrin dalam (Hartanti dan Rahaju, 2003) menyatakan stres kerja diartikan
sebagai stres yang terjadi pada pekerjaan, yang disebabkan oleh kondisi-kondisi
tertentu, yang apabila berlarut-larut akan menimbulkan burn-out (keletihan mental,
fisik dan emosional yang berlebihan).
Stres kerja adalah stres yang terjadi dalam bidang pekerjaan sebagai akibat
dari adanya ketidakseimbangan antara karakteritik individu dengan tuntutan
pekerjaan dan lingkungannya yang dipersepsikan sebagai hal-hal yang mengancam
kesejahteraan individu (Frasser, 1985)
Shinn (1984) mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi lingkungan kerja
yang bersifat negatif yang dihadapi oleh karyawan dan menimbulkan respon
karyawan terhadap kondisi tersebut baik respon yang bersifat psikologik maupun
respon yang bersifat fisiologik.
Berdasarkan pendapat para ahli penulis menarik kesimpulan stres kerja
adalah suatu keadaan dimana subjek dihadapkan tekanan di tempat kerja, disebabkan
11
oleh kondisi-kondisi yang berkaitan dengan lingkungan fisik, tugas-tugas yang
dihadapi, struktur dan iklim organisasi, dan hubungan interpersonal, yang
berpengaruh pada perubahan kondisi fisologis dan/atau psikologis sedemikian rupa
sehingga membuat individu menyimpang dari fungsi normalnya.
3. Aspek-aspek stres kerja karyawan
Tenaga kerja dalam interaksinya dipekerjaan, dipengaruhi oleh hasil interaksi
di tempat lain, di rumah, di perkumpulan dan sebagainya. Sumber stres kerja yang
menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan seseorang
jatuh sakit, tidak hanya datang dari satu macam pembangkit stres tetapi dari beberapa
pembangkit stres. Lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kesehatan karyawannya. Pembangkit stres di pekerjaan merupakan pembangkit stres
yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya karyawan.
Beberapa sumber stres menurut Cooper (Rini, 2002) yang dianggap sebagai sumber
stres kerja adalah stres karena kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan
interpersonal, kesempatan pengembangan karir, dan struktur organisasi.
McGrath (Oktasela, 2001) mengemukakan ada enam aspek yang pentingdalam dinamika terbentuknya stres kerja yaitu:
a. Stres yang bersumber dari tugas, berupa hal-hal yang berhubungan dengan tugas-tugas pekerjaan
b. Stres yang bersumber dari peran, yaitu adanya pertentangan peran dan kekaburanperan
12
c. Stres yang timbul karena behavioral setting, hal ini sangat tergantung pada
kemampuan individu untuk membaca situasi serta memanfaatkan fasilitas-
fasilitas yang ada
d. Stres yang bersumber pada lingkungan fisik, misal: pencahayaan yang kering,suhu yang terlalu dingin atau panas
e. Stres yang bersumber dari lingkungan sosial yang berupa ketidaksesuaian
hubungan interpersonal, isolasi dan Iain-lain
f Stres yang bersumber pada karakteristik individual, faktor ini berisi aspek-aspektertentu dalam individu yang membuat individu lebih mudah stres
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dan hasil diskusi penulis dengan dosen
pembimbing maka aspek stres kerja terbagi menjadi empat aspek, yaitu:
1• Stres yang bersumber dari tugas, berupa hal-hal yang berhubungan dengan tugas-
tugas pekerjaan seperti merasa putus asa dan tanpa daya, tidak sabar dalam
bekerja, sering terlambat masuk kerja, ketidakhadiran, kesulitan membuat
keputusan, kesalahan yang sembrono, kelalaian menyelesaikan pekerjaan.
2. Stres yang bersumber dari peran, yaitu adanya pertentangan peran dan kekaburan
peran seperti kurang mendapat tanggung jawab yang memadai, adanya
ambiguitas peran, bingung dengan tuganya, perbedaan nilai dengan perusahaan,
tertekan dengan peraturan, perubahan tipe pekerjaan, konflik peran.
3. Stres yang bersumber pada lingkungan fisik, misal: pencahayaan yang kurang,suhu yang terlalu dingin atau panas, khawatir, gelisah, sulit berkonsentrasi dalam
pengambilan keputusan dan masa-masa lelah yang panjang, iklim kerja yangmenimbulkan rasa tidak aman.
13
4. Stres yang bersumber dari lingkungan sosial yang berupa ketidaksesuaian
hubungan interpersonal, isolasi, lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan
diri sendiri, kesulitan berhubungan dengan orang lain, kerisauan tentang
kesalahan, menarik diri, merasa rendah diri, kehilangan ketertarikan pada orang
lain.
Berdasarkan hasil diskusi, maka dapat disimpulkan oleh penulis bahwa stres
kerja adalah berupa stres yang bersumber dari adanya tugas yang beriebihan, adanya
peran dimana terjadi kekaburan peran, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Stres Kerja
Suatu organisasi/perusahaan harus mempunyai kesesuaian antara kebutuhan
organisasi dan kebutuhan individu pekerja. Tidak adanya keseimbangan diantara
keduanya menimbulkan berbagai macam penyimpangan, baik penyimpangan fungsi
fisik, psikologis, maupun perilaku anggota organisasi/perusahaan. Secara umum
semua kondisi pekerjaan menyebabkan stres, tetapi ada sejumlah faktor-faktor
spesifik dalam pekerjaan yang memang sering menimbulkan stres.
Menurut Handoko (1998) stres yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Kondisi-kondisi yang
cenderung menyebabkan stres disebut stresors. Meskipun stres dapat di akibatkan
oleh hanya satu stresors, biasanya karyawan mengalami stres. Ada dua kategori
penyebab stres, yaitu on-the-job dan ojf-the-job.
Penyebab-penyebab stress "on-the-job "antara lain:
a. Beban kerja yang beriebihan
14
b. Tekanan atau desakan waktu
c. Kualitas supervise yang jelek
d. Iklim politis yang tidak aman
e. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
f. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawabg. Kemenduan peran (role ambiguity)
h. Frustrasi
i. Konflik antar pribadi dan antar kelompok
j. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan
k. Berbagai bentuk perubahan
Di lain pihak stres karyawan juga dapat disebabkan masalah yang terjadi diluarperusahaan. Penyebab-penyebab stres "off-the-job" yaitu:
a. Kekuatiran finansial
b. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
c. Masalah-masalah fisik
d. Masalah-masalah perkawinan (misal, perceraian)
e. Perubahan-perubahan yang terjadi ditempat tinggal
f Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara
Lebih lanjut lagi Davis (1981) mengatakan bahwa beberapa faktor penyebabstres kerja adalah beban kerja terlalu tinggi, jam kerja terlalu menekan, sistem
pengawasan yang kurang baik, keadaan politik yang tidak tenang, kurangnya
otoritas, kekaburan peran, perbedaan nilai antara pekerja dan perusahaaan,perubahan-perubahan yang ada dalam perusahaan dan adanya frustasi dari pekerja.
15
Namun demikian, kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan belum tentu
menimbulkan stres dalam diri individu. Kemunculan stres kerja tergantung padapersepsi dan reaksi individu tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja menurut NIOSH Research
(widhiastuti, 2002) dapat di bagi dua yaitu yang berasal dari dalam diri individu dan
dari luar individu, antara lain:
1. Faktor dari dalam diri individu
a. Usia
b. Kondisi fisik
c. Faktor kepribadian tipe A atau tipe B
2. Faktor dari luar diri individu -
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan kerja
5. Tanda-tanda stress
Menurut Munandar (2001) stres akan mempunyai dampak pada suasana hati
(mood), otot kerangka (musculoskeletal) dan organ-organ dalam badan (visceral).Tanda-tanda distress adalah sebagai berikut:
a. Tanda-tanda suasana hati (mood) seperti cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur
pada malam hari, menajdi mudah bingung dan lupa, menjadi sangat tidak
enak dan gelisah, menjadi gugup.
16
b. Tanda-tanda otot kerangka (musculoskeletal) seperti jari-jari dan tangan
gemetar, tiadk dapat duduk diam atau berdiri ditempat, mengembangkan tic
(gerakan tidak disengaja), kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegangatau kaku, menggagap jika berbicara dan leher menjadi kaku.
c. Tanda-tanda organ-organ dalam badan (visceral) seperti perut terganggu,
merasa jantung berdebar, banyak berkeringat, tangan berkeringat, merasa
kepala ringan ataua akan pingsan, mengalami kedinginan, wajah menjadipanas, mulut menjadi kering.
Tanda-tanda distress menurut Gregson &Looker (2004) dibagi menjadi dua yaitusecara fisik dan mental.
a. Fisik seperti merasakan detak jantung berdebar-debar, sesak napas, mulut
kering, ketegangan otot secara keseluruhan khususnya rahang, kegelisahan,lelah, sulit tidur, merasa sedih, berkeringat khususnya ditelapak tangan dan
bibir atas, tangan kaki dingin, sering kencing, makan beriebihan, kehilanganselera makan, makin banyak minum alcohol,
b. Mental seperti cemas, menangis, rendah diri, putus asa, menarik diri, tidak
sabar, mudah tersinggung dan beriebihan mudah marah, frustasi, bosan,
kehilangan ketertarikan pada penampilan sendiri dan pada orang lain,
polifasis (mengerjakan banayk hal sekaligus), tergesa-gesa, gagal
menyelesaikan tugas-tugas sebelum beralih ketugas berikutnya, sulit berpikir
jernih, berkonsentrasi, punya banyak hal untuk dikerjakan tapi tidak tahu
dimana memulainya sehingga mengakhiri sesuatu tanpa hasil.
17
Berdasar uraian di atas stres kerja berasal dari dalam diri individu yang bisa
membuat individu menjadi tidak mempunyai semangat dalam bekerja. Hal ini
disebabkan oleh faktor dari dalam diri individu yang mempengaruhi bagaimana
seseorang tersebut bertindak, terutama bila itu berhubungan dengan kecerdasan
emosi. Oleh sebab itu sangat perlu untuk mengkaji pelatihan kecerdasan emosi.
B. Pelatihan Kecerdasan Emosi
1. Pengertian Pelatihan Kecerdasan Emosi
Kata pelatihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris training yang diartikan
Chaplin (2000) dalam kamus lengkap Psikologi sebagai suatu serangkaian kegiatan
yang sistematis, berisikan instruksi, praktek, pemeriksaan ujian, dan dikenakan
kepada seseorang yang tengah dilatih, diajar atau dididik.
Menurut Salovey dan Mayer (Goleman, 2002) kecerdasan emosi adalah sebagai
kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk
membantu pikiran memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan
secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Bar-On (Stein & Book, 2002) menyatakan bahwa kecerdasan emosi merupakan
serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non-kognitif, yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.
Patton (2002) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai suatu kekuatan dibalik
singgasana kemampuan intelektual, dan merupakan dasar-dasar pembentukan emosi
yang mencakup keterampilan-keterampilan untuk menunda kepuasan,
mengendalikan impuls-impuls, tetap optimis, menyalurkan emosi yang kuat secara
efektif, mampu memotivasi diri, mampu menangani kelemahan, bisa menunjukkan
rasa empati kepada orang lain dan mampu membangun kesadaran diri dan
pemahaman pribadi.
Berdasarkan uraian di atas penulis mendefinisikan pelatihan kecerdasan
emosi sebagai suatu cara untuk meningkatkan kemampuan emosional individu
melalui serangkaian kegiatan yang bertujuan agar individu tersebut mampu
mengelola, memahami emosi dan bisa mengekspresikan emosinya yang ia miliki
serta dapat mengenali emosi orang lain secara tepat sehingga mampu mengatasi
berbagai macam tekanan, mampu berinteraksi dengan orang lain secara tepat, dan
mampu memotivasi dirinya sendiri.
2. Aspek-aspek kecerdasan emosi
Goleman (1999) membagi kecerdasan emosi menjadi lima dasar aspek yaitu :
a. Kesadaran diri
Mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk
memnadu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas
kemampuan diri dan kepercaan diri yang kuat.
b. Pengaturan diri
Menangani emosi kita sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas,
mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
19
c. Motivasi
Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak
sangat efektif, dan untuk bertahan mengahadapi kegagalan dan frustasi.
d. Empati
Merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan
bermacam-macam orang seratamenjalin hubungan denganorang lain.
e. Keterampilan sosial
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan
dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
menggunakan keterampilan-keterampilan ini mempengaruhi dan memimpin
bermusyawarah dan memnyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dalam
tim.
Komponen dasar kecerdasan emosional menurut Bar-On (Stein & Book, 2002)
dibagi menjadi lima bagian :
a. Ranah Intrapribadi mencakup kesadaran diri emosional, asertivitas, mpnghajgai
diri dan aktualisasi diri.
b. Ranah Antarpribadi, mencakup empati, hubungan interpersonal, tanggung jawab
sosial.
c. Ranah penyesuaian diri mencangkup untuk memecahkan masalah, menguji
kenyataan, dan fleksibilitas.
20
d. Ranah pengendalian stres mencakup ketahanaan menanggung stres dan
pengendalian impuls.
e. Ranah suasana hati umum, mencakup optimis dan kebahagiaan.
Aspek-aspek kecerdasan emosi dari para ahli dapat disimpulkan oleh
penulis menjadi lima aspek yang mengarah pada aspek yang diungkapkan oleh Bar-
On yaitu Ranah Intrapribadi, Ranah Antarpribadi, Pemecahan masalah, ketahanan
menanggung stres dan Optimis.
3. Materi-materi Pelatihan Kecerdasan emosi
Materi-materi yang akan diberikan dalam pelatihan kecerdasan emosi adalah :
a. Ranah Intrapribadi
Tujuannya adalah agar karyawan memiliki kemampuan berupa kesadaran diri
emosional dalam menghadapi masalah, asertifitas atau ketegasan, menghargai diri
sendiri dengan berperilaku yang tidak memalukan diri dan aktualisasi diri yang
maksimal akan kemampuan diri
b. Ranah Antarpribadi
Tujuan materi ini adalah meningkatkan keterampilan karyawan agar mampu
bersikap empati, mampu menjalin hubungan dengan orang lain secara efektif tanpa
mengabaikan tanggung jawab sosial
c Pemecahan Masalah
Tujuan dari pemberian materi ini adalah agar karyawan dapat meningkatkan
kemampuan untuk memecahkan masalah, menguji fakta atau kenyataan yang ada
2©
untuk mengetahui kebenaran, dan juga tetap memiliki sikap fleksibel, terutama pada
perubahan yang membangun
d. Ketahanaan menanggung stres
Tujuan dari materi ini adalah agar karyawan tetap menjaga diri tetap tenang dan
terkendali meskipun mengalami stres baik dalam diri atau dari luar diri. Karyawan
dapat meningkatkan kemampuan toleransi terhadap stres dan dapat mengendalikan
impuls-impuls yang masuk atau mempengaruhi diri
e. Optimisme.
Tujuannya adalah agar karyawan dapat mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadapi maslah
sulit.
Berdasar uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima materi yang
akan diberikan dalam pelatihan kecerdasan emosi, yaitu : Ranah Intarpribadi (asertif,
penghargaan diri), ranah antarpribadi (empati, hubungan antra pribadi), pemecahan
masalah, pengendalian impuls, dan optimis.
C. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi terhadap penurunan stres kerja
Tuntutan pekerjaan yang tinggi, membuat seseorang bisa mengalami stres
berat. Jika seseorang sudah mengalami stres kadang terlihat kurang aktif yang
berakibat pada kualitas kerjanya sangat buruk. Selain itu karyawan menjadi lebih
suka melamun, berkhayal, bermalas-malasan, jika diajak berbicara responnya lambat,
karyawan menjadi sering datang terlambat atau bahkan tidak datang sekalian
(www.glorinet.org/lowongan/arti-103.htm)
21
Robin (1996) menyatakan bahwa stres dapat menurunkan kepuasan kerja,
mundurnya kinerja, kemangkiran kerja (absenteisme) dan penyalahgunaan obat
sedangkan secara kognitif dapat menimbulkan pengambilan keputusan yang jelek,
sulitnya berkonsentrasi dan sering lupa. Jika berlarut-larut pengaruh stres yang tidak
teratasi menimbulkan gejala badaniah, jiwa dan gejala sosial. Dampak dari stress
tidak langsung memberikan akibat walaupun begitu banyak diantaranya yang segera
memperlihatkan manifestasinya. Gejala emosional seperti lupa, sukar konsentrasi,
sukar mengambil keputusan, cemas, was-was, khawatir, mimpi-mimpi buruk,
murung, mudah marah/jengkel, mudah menangis, pikiran bunuh diri, gelisah,
pandangan putus asa dan sebagainya. Gejala sosial seperti makin banyak
merokok/minum/makan, sering mengontrol pintu jendela, menarik diri dari
pergaulan sosial, mudah bertengkar membunuh dan lainnya.
Melihat dari beberapa gejala yang disebabkan stres yang berkepanjangan
bukan hanya akan menggerogoti kemampuan mental tetapi juga akan membuat orang
kurang cerdas secara emosional orang yang sedang jengkel akan sulit membaca
emosi orang lain secara akurat bisa menurunkan keterampilan dasar yang paling
dibutuhkan untuk empati, dan akibatnya mengurangi keterampilan sosial.
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri,
bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan,
kesedihan, kemarahan), mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres
(www, duduns. net/index)
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurahaju (2005)
bahwa emosi menjadi penting karena ekspresi emosi yang tepat terbukti bisa
23
melenyapkan stres kerja. Semakin tepat seseorang mengkomunikasikan perasaannya,
semakin nyaman perasaannya. Keterampilan manjemen emosi memungkinkan
seseorang menjadi akrab dan mampu bersahabat, komunikasi dengan baik dan
terbuka dengan orang lain.
Komunikasi yang baik bisa memperbaiki pemahaman karyawan terhadap
situasi-situasi stres, dan program-program latihan dapat di selenggarakan untuk
mengembangkan keterampilan dan sikap dalam menangani stres. Berdasarkan uraian
hubungan di atas, maka perlu diadakan pelatihan yang dapat ditujukan untuk
meningkatkan kecerdasan emosi terutama dikalangan karyawan meubel yang masih
cenderung kurang memahami arti pentingnya kecerdasan emosi yang dapat
memungkinkan untuk mengurangi tingkat stres kerja dan mengarah pada kinerja
yang baik.
Adapun materi-materi pelatihan kecerdasan emosi yang dapat
mengembangkan emosi karyawan adalah: Ranah intrapribadi, Ranah antarpribadi,
pemecahan masalah, ketahanan menanggung stres, dan optimis.
Ranah intrapribadi adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang. Ranaft
intrapribadi mencakup sikap asertif dan penghargaan diri. Dengan pemberian materi
sikap asertif diharapkan karyawan mampu mengungkapkan perasaan, mampu
mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka, karyawan juga mampu
untuk mempertahankan hak-hak pribadi. Dengan sikap asertif seseorang bisa
mengurangi stres karena kebanyakan masalah pekerjaan berasal dari kurangnya
kesempatan untuk membuat perubahan atau keputusan dengan sikap asertif
24
seseorang bisa menentukan pekerjaan yang mampu dilakukan dengan cara kerja yang
diharapkan oleh perusahaan (www.cybermed.cbn.net.id)
Pemberian materi penghargaan diri membuat karyawan mampu untuk menyukai diri
sendiri apa adanya dan mempunyai kemampuan mensyukuri berbagai aspek dan
kemungkinan positif yang kita cerap dan juga menerima aspek negative dan
keterbatasan diri sendiri dengan tetap menyukainya, dan mampu memahami
kelebihan dan kekurangan diri sendiri (Stein & Book, 2002)
Ranah antarpribadi adalah kemampuan untuk menjalin hubungan dengan
orang lain. Ranah Antarpribadi mencakup empati dan hubungan antar pribadi.
Pemberian materi empati membuat karyawan mampu menyadari, memahami, dan
menghargai perasaan dan pikiran orang lain.
Sedangkan pemberian materi hubungan antar pribadi membuat karyawan mampu
membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan yang ditandai dengan
keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang. Seseorang yang
mengalami stres kepekaan terhadap kebutuhan orang lain menjadi menurun dan
orang lain akan dianggap sebagai pengganggu yang membuat seseorang menjadi
tidak sabar. Akibatnya hubungan dengan orang-orang sekitar dipenuhi konflik yang
akhirnya menimbulkan permusuhan (www, cybermed. cbn. net, id). Oleh karena itu
penting sekali karyawan diberikan materi hubungan antar pribadi agar mampu
membina hubungan yang baik sehingga bisa saling kerjasama dalam bekerja.
Pemecahan Masalah dapat membuat karyawan mampu untuk mengenali dan
merumuskan masalah, serta mampu menemukan dan menerapkan pemecahan yang
ampuh. orang yang berhasil memecahkan masalah memandang masalah sebagai
25
tanyangan yang hams diatasi atau sebagai pengalaman berharga yang akan
membantu menjadi kuat. Orang yang tidak mempunyai kemampuan ini sering gagal
melihat suatu kendala sebelum akhirnya mereka merasakannya atau menyadarinya,
seseorang menjadi cemas, kebingunan dan kehilangan percaya diri (Stein & Book,
2002)
Ketahanaan menanggung stres dapat membuat karyawan mampu menghadapi
peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi
berantakan. Orang yang memilki ketahanan menanggung stress akan tetap tenang
dan tetap fokus, walaupun dalam suasana penuh tekanan. Mempunyai kemampuan
untuk tetap rileks, meredam emosi (Stein & Book, 2002)
Optimis dapat membuat karyawan mampu melihat sisi terang kehidupan dan
memelihara sikap positif, sekalipun ketika dalam kesulitan. Orang yang mempunyai
sikap optimis akan lebih mudah beradaptasi secara fisik maupun psikis terhadap stres
dibanding mereka yang pesimistis (kompas.com/kesehatan/news/0210/29.htm).
Selain itu berbagai penelitian menunjukkan orang optimis memiliki kondisi
kesehatan lebih baik, jarang sakit dan berumur lebih panjang. Orang optimis jarang
terserang stres apalagi depresi (www.indomedia.com)
Dengan pemberian materi-materi tersebut di atas, karyawan mampu
mengatasi stres kerja karena kemampuan-kemampuan karyawan bertambah. Adanya
sikap asertif, karyawan akan mampu mengungkapkan perasaan, mampu
mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka, karyawan juga mampu
untuk mempertahankan hak-hak pribadi. Adanya penghargaan diri karyawan akan
mampu untuk menyukai dan menerima diri sendiri, mampu memahami kelebihan
26
dan kekurangan. Adanya empati karyawan akan mampu menyadari, memahami, dan
menghargai perasaan dan pikiran orang lain. Adanya hubungan antar pribadi
karyawan akan mampu membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan
yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang.
Adanya pemecahan masalah karyawan akan mampu untuk mengenali dan
merumuskan masalah, serta mampu menemukan dan menerapkan pemecahan yang
ampuh. Adanya ketahanan menanggung stres karyawan akan mampu menghadapi
peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi
berantakan. Adanya sikap optimis karyawan akan mampu melihat sisi terang
kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun ketika dalam kesulitan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa materi-materi yang
diberikan dalam pelatihan kecerdasan emosi mampu menurunkan stres kerja
karyawan karena materi-materi yang diberikan dalam pelatihan tersebut bisa
meminimalisirkan stres kerja karyawan.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memiliki jawaban sementara dari
permasalahan yang diajukan dalam penelitian sampai terbukti hasil penelitian yang
akan diuji kebenarannya secara statistik. Hipotesis yang diajukan adalah "Ada
pengaruh yang signifikan pelatihan kecerdasan emosi terhadap stres kerja karyawan
PT. Matarindo Kreasi sarana".
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan dibahas penelitian ini :
1. Variabel tergantung : Stres Kerja
2. Varibel bebas : Pelatihan Kecerdasan Emosi
B. Definisi Operasional variabel:
1. Stres kerja adalah suatu keadaan dimana subjek yang dihadapkan pada tekanan
ditempat kerja, yang disebabkan oleh kondisi-kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan fisik, tugas-tugas yang dihadapi, struktur dan iklim organisasi, dan
hubungan interpersonal, yang berpengaruh pada perubahan kondisi fisologis
dan/atau psikologis sedemikian rupa sehingga membuat individu menyimpang
dari fungsi normalnya. Diukur melalui aspek-aspek stres kerja antara lain: aspek
tugas, aspek lingkungan sosial, aspek lingkungan fisik dan aspek peran.
Stres kerja diukur dengan menggunakan skala stres kerja yang disusun oleh
penulis sendiri berdasarkan beberapa teori yaitu teori Looker & Gregson, teori
Munandar, serta teori Davis & Newstrom.
Stres kerja diketahui melalui skor yang diperoleh subjek setelah mengisi skala
stres kerja. Semakin tinggi skor yang diperoleh karyawan, semakin tinggi stres
kerjanya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh karyawan, maka
semakin rendah stres kerjanya.
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi kancah dan persiapan
1. Orientasi kancah
Penelitian dan pengambilan data dilakukan di PT. Matarindo Kreasi sarana
yang terletak di jalan Godean KM 6 Dowangan Banyuraden Gamping Yogyakarta.
Perusahaan PT. Matarindo Kreasi sarana memproduksi barang-barang meubel seperti
dapur set, ranjang, kursi, meja, lemari dan sebagainya. Dalam mengerjakan produk
tersebut biasanya para pekerja mengerjakan produk antara satu sampai tujuh buah
untuk kapasitas perbulan. Adapun proses yang dilakukan karyawan adalah
pendempulan, pengamplasan, sending seller untuk merapatkan pori-pori dan
menghaluskan, pengamplasan, sending seller dan pewarnaan, pengamplasan, clear
dengan top coat glass pada tahap ini untuk menentukan warna dari produk clear doff
atau semi glass, dan perakitan. Jumlah keseluruhan karyawan sebanyak 117 orang,
yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian finishing, operator kayu, dan bagian
pengiriman barang. Tenaga kerja bagian Operator PT. Matarindo Kreasi sarana
merupakan sampel yang diambil oleh peneliti untuk melakukan penelitian tentang
stres kerja karyawan. Beberapa dari karyawan dalam bekerja mengalami gejala-
gejala stres kerja seperti terburu-buru dalam bekerja, merasa cemas, ingin cepat
selesai dalam mengerjakan tugas, sulit berkonsentrasi, cepat berkeringat kalau
merasa gugup, dan merasa tertekan dengan beban kerja berlebih.
37
Subjek yang digunakan peneliti memiliki umur yang berbeda-beda yaitu umur
yang termuda adalah 30 tahun dan yang tertua adalah 43 tahun dengan jenis kelamin
laki-laki sejumlah 14 orang dan jenis kelamin wanita berjumlah 6orang yang terbagi
dua kelompok yaitu 10 orang kelompok eksperimen dan 10 orang kelompok kontrol.
Ruang yang digunakan sebagai tempat pelatihan adalah ruang rapat yang
berada di sebelah barat ruang staf dengan kapasitas ruangan berjumlah 20 orang dan
berukuran 8 x 6 m, tidak memilki ventilasi karena ruangan dirancang kedap suara
agar suara bising yang di timbulkan dari alat tidak mengganggu, sebuah white board,
20 kursi kayu, 2 buah meja yang satu bentuk oval dan segi empat, dua buah lampu.
Penataan kursi hari pertama dan hari kedua tidak berubah kelompok eksperimen
duduk melingkar.
2. Persiapan penelitian
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi adalah dengan mengurus perizinan dengan membuat
surat izin ke instansi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis yang
disertai proposal penelitian yang telah disetujui pembimbing skripsi. Surat izin
tersebut dimulai dengan surat izin yang dikeluarkan Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Indonesia ata nama Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
nomor 41/Dek/70/FP/II/2006 tertanggal 02 Februari 2006 yang tertuju untuk
pimpinan PT Matarindo Kreasi sarana.
38
b. Persiapan Alat Ukur
Uji coba (try-out) alat ukur dilakukan pada tanggal 06 februari dan 13 februari
2006. Uji coba dilakukan dua kali karena dari uji coba pertama yaitu tanggal 06
februari 2006 subjek banyak yang menjawab dengan jawaban yang sama sehingga
mempengaruhi hasil dari penelitian. Kemudian peneliti melakukan uji coba lagi pada
tanggal 13 februari dengan menyebar skala pada 18 orang karyawan. Jumlah subjek
uji coba sebanyak 42 orang merupakan karyawan yang bekerja di bagian operator
kayu. Penulis melakukan perhitungan untuk mengetahui validitas aitem skala stres
kerja dan reliabilitasnya.
Tabel 6. Distribusi Butir SkalaStres Kerja Yang Gugur
Aspek Butir Vafourable Butir Unfavourable Total
Nomer Butir Jumlah Nomer Butir Jumlah
Tugas 9,17,15,32,38Lingkungan Sosia 26,49,50Lingkungan Fisik 13,21,44Peran 15
Total
5
3
j
1
12
18
4,
6,22,29
8,16,24,37
1
1->
4
9
6
4
6
5
21
Keseluruhan pengolahan untuk uji validitas alat ukur dilakukan dengan SPSS
for Windows untuk menghasilkan aitem-aitem yang sahih. Uji validitas skala stres
kerja yang di uji cobakan sebanyak 50 butir soal, dan dari 50 butir soal tersebut
dihasilkan 29 aitem yang sahih dan 21 aitem gugur. Hal tersebut disebabkan karena
penyusunan kalimat yang terlalu sempit maknanya sehingga banyak yang tidak
sesuai dengan keadaan yang digambarkan oleh aitem yang gugur. Koefisien
vaaliditas aitem yang digunakan tersebut bergerak anatara 0.270 sampai dengan
0.604 dibawah ini adalah sebaran aitem skala stres kerja setelah diuji coba.
Tabel 7. Sebaran Aitem-aitem Skala Stres kerja Yang Valid
Nomor Aitem Jumlah
Aspek Favourable Unfavourable AitemTugasLingk. Sosial
Lingk. Fisik
Peran
Total Aitem
1(1), 42 (4), 46 (27)3(2), 11(11), 19(7), 33(20)
39(5), 43(25), 47(29)
5(3), 28(16), 35(8),
40(23), 48(28)
7(9), 23(14), 30(17)
36(22), 41(24), 45(26)
21
2(6), 10(10)20(13), 27(15),
34(21)
14(12)
24(18), 31(19)
8
5
10
6
8
29
39
c. Persiapan Modul
Modul yang digunakan dalam pelatihan disusun sendiri oleh peneliti dengan
mengacu pada susunan atau kerangka dari modul yang dibuat oleh Herlinasawitri
(2005). Penulis membuat modul yang bersumber dari teori kecerdasan emosinya Bar-
On (Stein dan Book, 2002). Modul yang digunakan dalam pelatihan ini telah
mendapat persetujuan dari dosen pembimbing skripsi, dan dosen lain yang ahli
dalam bidang penelitian dengan metode eksperimen berupa pelatihan-pelatihan.
Berdasarkan koreksi terhadap modul, maka peneliti menghasilkan modul yang dapat
mendukung penelitian dan pelatihan yang dilakukan peneliti.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan penelitian berupa pelaksaan pelatihan yang dilaksanakan selama
dua hari dengan rentang satu minggu. Pelatihan pada hari pertama adalah pemberian
materi ranah intrapribadi (Asertif, Penghargaan diri), materi ranah antarpribadi
(empati, hubungan antar pribadi). Hari kedua pelatihan adalah pemberian materi
ketahanan menanggung stres dan materi affect (optimis).
40
Subjek pelatihan adalah karyawan yang bekerja dibagian finishing yang
dijadikan peneliti sebagai sampel penelitian untuk mewakili populasi karyawan PT.
Matarindo Kreasi sarana di kabupaten Sleman. Sebelumnya subjek penelitian telah
diusulkan oleh perusahaan yang seluruhnya berjumlah 20 orang, dengan jenis
kelamin laki-laki 14 orang dan wanita 6 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok eksperimen 10 dan kelompok kontrol 10 orang dengan usia antara 30
tahun sampai 43 tahun. Adapun penentuan pembagian kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol atas dasar pilihan subjek sendiri dengan penandatanganan kontrak
pelatihan. Pelatihan dilakukan selama dua hari dengan rentang satu minggu adapun
susunan kegiatannya adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Jadwal kegiatan Pemberian Materi Pelatihan Kecerdasan Emosi
Kelompok
Eksperimen
dan Kontrol
Ekperimen
dan Kontrol
Ekperimen
dan Kontrol
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Ekperimen
dan Kontrol
Materi
Perkenalan
Penandatanganan
Kontrak Pelatihan
Memilih Kelompok
Eksperimen atau
kontrol
Pretest
Ranah Intrapribadi
(Asertif,
Penghargaan diri)
Ranah Antarpribadi
(Empati,
Hubungan
antarpribadi),
tugas rumah berupa
penghargaan diri
dan hubungan
antarpribadi
Pemecahan
masalah
Pembahasan tugasrumah yangdiberikan
hari sebelumnya
(penghargaan diri,
Hubungan antar
pribadi
Materi ketahanan
menanggung stres
Materi Optimis
Postest
Hari, Tanggal Waktu (WIB)
Sabtu, 25 feb
2006
Sabtu, 25 feb
2006
Sabtu, 25 Feb
2006
Sabtu, 25 Feb
2006
Sabtu, 25 Feb
2006
Sabtu, 04 Maret
2006
Sabtu, 04 Maret
2006
Sabtu, 04 Maret
2006
Sabtu, 04 Maret
2006
09.00-09.10
09.10-09.30
09.30-10.00
10.00-11.20
1.20-12.00
09.30-10.00
10.00-10.30
10.30-11.00
11.00-11.30
Tempat
Ruang Rapat
Ruang Rapat
Ruang Rapat
Ruang Rapat
Ruang Rapat
Ruang Rapat
Ruang Rapat
Ruang Rapat
Ruang Rapat
41
42
2. Pelaksanaan Wawancara
Pelaksanaan wawancara dilakukan pada tanggal 04 Maret 2006 pada pukul
11.30 sampai dengan pukul 12.30 WIB yang dilakukan setelah posttest. Wawancara
dilakukan hanya pada tiap peserta dari kelompok eksperimen. Wawancara dilakukan
dengan dipandu oleh Co-Trainer yang mencatat hasil jawaban wawancara dari
peserta yang menjadi tangling jawabnya. Alat yang digunakan dalam wawancara
adalah bolpoint dan kertas pencatat yang bertujuan untuk mengetahui apa yang
dirasakan peserta sebelum mengikuti pelatihan, saat mengikuti pelatihan, setelah
mengikuti pelatihan dan menceritakan perubahan apa yang dirasakan, peneliti juga
meminta saran dan kritik yang membangun tentang pelatihan yang telah diikuti
dalam bentuk kelebihan dan kekurangan untuk dilakukan evaluasi bagi peneliti lain
yang mungkin berkenan meneliti hal yang sama. Wawancara dilakukan diruang rapat
dan hanya pada kelompok eksperimen.
3. Pelaksanaan Observasi
Observasi dilakukan oleh co-trainer pada saat pelatihan berlangsung. Tujuan
dari dilakukannya observasi adalah untuk mengetahui apakah pelatihan kecerdasan
emosi yang dilakukan sesuai dengan modul. Observasi juga dilakukan pada peserta
pelatihan dan diterapkan juga untuk mengobservasi trainer apakah sudah sesuai
dengan modul yang telah ditetapkan. Observasi mengambil tempat di ruang rapat dan
berjalan lancar.
4. Pelaksanaan pretest
Pelaksanaan pretest dilaksanakan pada dua kelompok yaitu kelompok
eksperiman dan kelompok kontrol. Pretest dilaksanakan diruang rapat sebelum
43
diadakannya pelatihan kecerdasan emosi. Pretest dilakukan pada tanggal 25 februari
2006 pada pukul 09.30 sampai pukul 10.00 WIB. Adapun tujuan dilakukan pretest
adalah untuk mengetahui keadaan peserta sebelum pelatihan dan dibandingkan
dengan hasil posttest sebagai pemantau apakah ada perubahan pada subjek setelah
mengikuti pelatihan kecerdasan emosi. Keseluruhan jumlah pesertapretest adalah 20
orang.
5. Pelaksanaan posttest
Pelaksanaan posttest dilakukan ruang rapat yang dikenakan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest dilakukan pada tanggal 04 maret 2006
pukul 11.00 sampai dengan 11.30 WIB. Posttest kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilaksanakan dalam satu ruangan, dengan jumlah pesertanya 20
orang yang terbagi menjadi 10 orang kelompok eksperimen dan 10 orang kelompok
kontrol.
C. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Data Secara Umum
Dari hasil pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari dengan rentang waktu
satu minggu yaitu pada tanggal 25 Februari 2006 dan 04 Maret 2006, yang
dilanjutkan dengan pengambilan pretest dan posttest berdasarkan dari lima aspek
pelatihan kecerdasan emosi yang diberikan dengan cara mengisi daftar skala yang
digunakan untuk mengukur stres kerja para peserta pelatihan yang bekerja sebagai
karyawan meubel. Subjek penelitian pada kelompok eksperimen berjumlah 10 orang
dan kelompok kontrol juga berjumlah 10 orang yang berusia 30 sampai 43 tahun.
44
Dengan tingkat pendidikan dari SMA (Sekolah Menengah Atas) dan SLTP (Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama).
Sebelum melakukan pemasangan subjek pada hasil pretest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, penulis melakukan penormaan terlebih dahulu
pada skala stres kerja yang telah dibuat oleh penulis. Penulis membagi norma untuk
skala stres kerja menjadi lima kategori, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah,
sangat rendah. Penulis menggunakan rumus kategorisasi bersifat relatif, sehingga
luas interval yang mencakup setiap kategori dapat ditetapkan sesuai dengan yang
diinginkan selama penetapan itu berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima
akal.
Berdasarkan penormaan tersebut, penulis dapat melakukan pemasangan subjek
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diketahui pula deskripsi subjek
penelitian berdasarkan kategorisasi stres kerja masing-masing. Tabel 9 menunjukkan
deskripsi subjek penelitian berdasarkan hasil pretest yang telah mereka lakukan :
Tabel 9. Kategori Nilai Pretest Stres Kerja Subjek Penelitian
Kategori Norma Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
n Persentase n Persentase
Sangat Tinggi >98,6 0 0% 0 0%
Tinggi 81,2<X<98,6 0 0% 0 0%
Sedang 63,8>X<81,2 0 0% 2 20%
Rendah 46,4 > X < 63,8 8 80% 8 80%
Sangat Rendah <46,4 2 20% 0 0%
Berdasar Tabel 9 diatas tampak bahwa stres kerja kelompok eksperimen
pada saat prestes terbanyak pada kategori rendah (80%). Kelompok kontrol juga
memilki persentase stres kerja pada kategori rendah (80%).
i
Nilai rata-rata stres kerja pada kelompok eksperimen untuk pretest adalah 54.4
sehingga secara umum tingkat stres kerja berada pada tingkat rendah. Sedangkan,
nilai rata-rata stres kerja pada kelompok kontrol untuk pretest adalah 61.3 sehingga
secaraumum tingkat stres kerja berada pada tingkat rendah.
Setelah skoring pada posttest dilakukan, diperoleh pula deskripsi nilai kategori
posttest pada kedua kelompok subjek. Tabel 10 memperlihatkan deskripsi kategori
hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol :
Tabel 10. Kategori Nilai Posttest Stres Kerja Subjek Penelitian
Kategori Norma Kelompok Eksperimen Kelompok Kontroln Persentase n Persentase
Sangat Tinggi >98,6 0 0% 0 0%
Tinggi 8I,2<X<98,6 0 0% 0 0%
Sedang 63,8>X<81,2 0 0% 5 50%
Rendah 46,4 > X < 63,8 4 40% 5 50%
Sangat Rendah <46.4 6 60% 0 0%
Berdasar Tabel 10 diatas tampak bahwa stres kerja kelompok eksperimen pada
saat posttest terbanyak pada kategori sangat rendah (60%). Kelompok kontrol
memiliki presentase stres kerja pada kategori yang sama, yaitu kategori sedang dan
rendah (50%).
Nilai rata-rata stres kerja pada kelompok eksperimen untuk posttest adalah 46.2
sehingga secara umum tingkat stres kerja berada pada tingkat sangat rendah. Nilai
rata-rata stres kerja pada kelompok kontrol untuk postest adalah 62.1 sehingga secara
umum tingkat stres kerja berada tingkat rendah.
46
Setelah seluruh data penelitian terkumpul, yakni pretest dan posttest. Maka
penulis dapat membuat deskripsi data penelitian yang diperlihatkan pada tabel 11
berikut:
Tabel 11. Deskripsi Data penelitian
Variabel Empirik Hipotetik
Min Maks Mean Maks Min Mean
Skor Pretest Kelompok 41 63 52 116 29 72.5
eksperimenSkor Pretest kelompok 36 55 60.5 116 29 72.5
kontrol
Skor Posttest kelompok 50 71 45.5 116 29 72.5
eksperimenSkor Posttest kelompok 53 72 62.5 116 29 72.5
kontrol
Setelah pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi, yang
terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi berupa uji normalitas yang
bertujuan untuk mengetahui apakah bentuk kurve data stres kerja dapat digambarkan
dengan kurve normal. Sedangkan uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui
apakah data yang ada homogen atau tidak. Jika uji asumsi yang dilakukan
menghasilkan data yang normal dan homogen, maka peneliti menggunakan uji-t
dengan menggunakan paired sample l-tesl untuk mengetahui apakah ada tingkat
perbedaan stres kerja setelah mengikuti pelatihan kecerdasan emosi. Uji asumsi
menggunakan sistem komputer SPSS for Windows 12.
Uji asumsi normalitas dilakuakn dengan menggunakan teknik Two Sample
Kolmogorof-Smirnov pada program SPSS for Windows 12. Hasil uji asumsi ini
menunjukkan nilai K-SZ untuk skor variabel stres kerja pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol adalah sebesar 0.894 dimana p=0.400 (p>0.05) maka stres
kerja tersebut berdistribusi normal (analisis lengkap dapat dilihat di lampiran).
47
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas
Variabel SkorK-SZ
Stres Kerja p.894 rj.4KategoriNormal
Selanjutnya, dilakukan uji asumsi homogenitas pada data pretest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Hail iji homogenitas pada skor pretest variabel
stres kerja kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memperlihatkan nilai Levene
Statistic sebesar 0.126 dimana p = 0.727 (p > 0.05) berarti varian skor stres kerja
bersifat homogen (analisis lengkap dapat dilihat di lampiran).
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas
Variabel Levene StatisticStres Kerja 0.126 0.727
KategoriHomogen
Setelah uji asumsi seluruhnya terpenuhi, maka langkah berikutnya adalah uji
hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan disini adalah uji perbedaan, dalam hal ini
digunakan teknik paired sample t-test pada program SPSS 12 for windows. Uji
perbedaan dilakukan pada beberapa pasangan variabel, antara lain: skor pretest
kelompok eksperimen dengan skor posttest kelompok eksperimen, skor pretest
kelompok kontrol dengan skor posttest kelompok kontrol, serta selisih skor (gain
skor) pretest-posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasil analisis untuk pasangan satu, yaitu variabel skor pretest kelompok
eksperimen dengan skor posttest kelompok eksperimen, adalah nilai beda (t) sebesar
5.068 dengan p=0.001 (p<0.05). Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara skor
pretest kelompok eksperimen dengan skor posttest kelompok eksperimen.
49
skor pretest dan posttest untuk aspek tugas tetap. Gambar 1 berikut ini
memperlihatkan penurunan skor stres kerja subjek untuk aspek tugas :
Grafik Skor Stres Kerja Aspek Tugas
3 5 7
Jumlah Subjek
- pretest
- posttest
Gambar 1. Grafik Skor Stres Kerja Aspek tugas
Skor stres kerja untuk aspek lingkungan sosial menunjukan bahwa delapan
subjek mengalami penurunan dan dua subjek tidak mengalami peningkatan maupun
penurunan atau skor pretest dan posttest untuk aspek lingkungan sosial tetap.
Gambar 2berikut ini memperlihatkan penurunan skor stres kerja subjek untuk aspek
Lingkungan sosial :
Grafik Skor Stres Kerja Aspek LingkunganSosial
* 8 30% « 20* £ 10 *;
j^-j^ ^r^*^^*=*** —♦-- pretest
^ ns 0 •
—•— - posttest
in "o
1 3 5 7 9
Jumlah subjek
Gambar 2. Grafik Skor Stres Kerja Aspek Lingkungan Sosial
Skor stres kerja untuk aspek lingkungan fisik menunjukan bahwa lima subjek
mengalami penurunan dan lima subjek tidak mengalami peningkatan maupun
penurunan atau skor pretest dan posttest untuk aspek lingkungan fisik tetap. Gambar
50
3 berikut ini memperlihatkan penurunan skor stres kerja subjek untuk aspek
Lingkungan fisik :
Grafik Skor Stres Kerja Aspek LingkunganFisik
<° a> ,,-«g 15
|f 105
o cx. rein -a 0
- pretest
• posttest
13 5 7 9
Jumlah Subjek
Gambar 3. Grafik SkorStres Kerja Aspek Lingkungan Fisik
Skor stres kerja untuk aspek peran menunjukan bahwa tujuh subjek mengalami
penurunan dan satu subjek mengalami peningkatan dan 2 subjek tidak mengalami
peningkatan maupun penurunan atau skor pretest dan posttest untuk aspek peran
tetap. Gambar 4 berikut ini memperlihatkan penurunan skor stres kerja subjek untuk
aspek peran :
Grafik Skor Stres Kerja Aspek Peran
3 5 7 9
Jumlah Subjek
- pretest
• posttest
Gambar 4. Grafik Skor Stres KerjaAspek Peran
Berdasar hasil analisis diatas maka hipotesis penelitian yang diajukan penulis
yang berupa adanya pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap stres kerja dapat
diterima.
51
2. Hasil Penelitian per individu
Berikut diperlihatkan hasil analisis skor pretest dan posttest serta hasil
wawancara dan observasi pada setiap individu dalam kelompok eksperimen :
a. Subjek 1
Subjek satu pada saat pretest memiliki skor sebesar 59 dan tergolong pada
tingkat stress kerja rendah, namun demikian setelah diberikannya pelatihan
kecerdasan emosi, hasil posttest subjek satu menurun menjadi 52 hasil posttest tetap
berada pada kategori rendah.
Hal ini memperlihatkan bahwa pelatihan kecerdasan emosi telah mampu
menurunkan stres kerja pada diri subjek satu walaupun tidak mengalami perubahan
yang berarti. Gambaran berikut memperlihatkan penurunan skor stres kerja pada
pretest danposttest subjek satu.
60 .
°, - § a- g. ^ 1 50 f
45 I
subjek I
pretest postest
pretest dan posttest skala streskerja
D pretest
D postest
Gambar 5. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 1
Berdasarkan hal tersebut, subjek satu mengalami penurunan untuk skor stres
kerja sebanyak 7 poin, yaitu menurun 2poin pada aspek tugas, 5 poin pada aspek
lingkungan sosial. Gambar berikut ini memperlihatkan penurunan aspek stres kerja
padapretest danposttest subjek satu :
Grafik skoraspekstres kerja subjek I
f 30
IT o. n ^^ —"—posttesto v
00 tugas lingk lingk peransosial fisik
Aspek stres kerja
52
Gambar 6. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 1
Selama mengikuti pelatihan, subjek terlihat agak pendiam dan biasa-biasa
saja untuk ikut serta dalam setiap sesi pelatihan. Subjek sangat tertib selama ikut
pelatihan dan selalu dating tepat waktu atau sebelum pelatihan dimulai. Subjek pun
selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan mengikuti prosedur pelatihan.
Berdasarkan hasil wawancara subjek satu mengaku merasa senang setiap mengikuti
pelatihan dan merasakan adanya manfaat dari pelatihan ini. Berikut kutipan
wawancara subjek satu ketika ditanya tentang materi apa saja yang diajarkan dalam
pelatihan ini :
"Apa yang anda rasakan setelah mengikuti pelatihan ini?'
"Saya merasa mendapat pelajaran ketika mengikuti materi empati, saya baru
tahu pentingnya kita berempati, dan menjaga emosi kita" (SI. Wl.)
b. Subjek 2
Subjek dua pada saat pretest memiliki skor sebesar 50 dan tergolong pada
tingkat stres kerja rendah, namun demikian setelah diberikannya pelatihan
kecerdasan emosi, hasil posttest subjek dua menurun menjadi 48 hasil posttest tetap
berada pada kategori rendah.
56
manfaat dari pelatihan ini. Berikut kutipan wawancara subjek tiga ketika ditanya
tentang materi apa saja yang diajarkan dalam pelatihan ini :
"Apa yang andarasakan setelah mengikuti pelatihan ini?'
"pada saat pemberian materi asertif saya jadi bisa belajar kapan harus tegas
ataupun sebaliknya" (S3. Wl)
d. Subjek 4
Subjek empat pada saat pretest memiliki skor sebesar 61 dan tergolong pada
tingkat stres kerja rendah, namun demikian setelah diberikannya pelatihan
kecerdasan emosi, hasil posttest subjek empat menurun menjadi 53 hasil posttest
tetap berada pada kategori rendah.
Hal ini memperlihatkan bahwa pelatihan kecerdasan emosi telah mampu
menurunkan stress kerja pada diri subjek empat walaupun tidak mengalami
perubahan kategori yang berarti. Gambar berikut memperlihatkan penurunan skor
stres kerja padapretest dan posttest subjek empat.
subjek 4
70
o I § B 60•3 2 "S | 5()
& a.40
pretest postest
pretest dan posttest skala
stres kerja
D pretest
• postest
Gambar 11. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 4
57
Berdasarkan hal tersebut, subjek empat mengalami penurunan untuk skor
stres kerja sebanyak 14 poin, yaitu menurun 2 poin pada aspek tugas, 4 poin pada
aspek lingkungan sosial, 8 poin pada aspek peran. Gambar berikut ini
memperlihatkan penurunan aspek stres kerja pada pretest dan posttest subjek empat :
Grafik skor aspek stres kerja subjek 4
Ji 0
-♦— pretest
-•—posttest
tugas lingk lingk peran
sosial fisik
Aspek stres kerja
Gambar 12. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 4
Selama mengikuti pelatihan, subjek terlihat sangat antusias mengikuti
pelatihan, terlihat disetiap sesi subjek selalu ikut berpartisipasi, subjek juga tidak
malu-malu mengutarakan pendapatnya dan ikut memberikan masukan pada salah
satu temannya. Subjek pun selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan
mengikuti prosedur pelatihan. Berdasarkan hasil wawancara subjek empat mengaku
merasa senang setiap mengikuti pelatihan dan merasakan adanya manfaat dari
pelatihan ini. Berikut kutipan wawancara subjek empat ketika ditanya tentang materi
apa saja yang diajarkan dalam pelatihan ini :
"Apa yanganda rasakan setelah mengikuti pelatihan ini?'
"Keseluruhan materi pelatihan mempunyai manfaat buat saya dan membuat
saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan hal-hal yang belum saya
mengerti" (S4. Wl)
58
e. Subjek 5
Subjek lima pada saat pretest memiliki skor sebesar 61 dan tergolong pada
tingkat stres kerja rendah, namun demikian setelah diberikannya pelatihan
kecerdasan emosi, hasil posttest subjek lima menurun menjadi 45 sehingga hasil
posttest dapat digolongkan pada kategori sangat rendah.
Hal ini memperlihatkan bahwa pelatihan kecerdasan emosi telah mampu
menurunkan stres kerja pada diri subjek lima. Gambar berikut memperlihatkan
penurunan skor stres kerja pada pretest danposttest subjek lima.
100
5 H g £ so
subjek 5
pretest postest
pretest dan posttest skala stres
kerja
• pretest
• postest
Gambar 13. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 5
Berdasarkan hal tersebut, subjek lima mengalami penurunan untuk skor stres
kerja sebanyak 16 poin, yaitu menurun 2 poin pada aspek tugas, 7 poin pada aspek
lingkungan sosial, 4 poin pada aspek lingkungan fisik dan 3 poin pada aspek peran.
Gambar berikut ini memperlihatkan penurunan aspek stres kerja pada pretest dan
posttest subjek lima :
m
Grafik skor aspek stres kerja subjek 5
S•a 30 -
| | 20 ~y*~~*<^zr^^g-• ~~♦—Pretcsl£, f 10 .--—jj^=^^==*S-=^5- __,— posttesto 0 • -
^ tugas lingk lingk peransosial fisik
Aspek stres kerja
59
Gambar 14. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 5
Selama mengikuti pelatihan, subjek terlihat sedikit pendiam tapi tetap terlihat
santai dalam mengikuti pelatihan walaupun tidak seaktif teman-temannya yang lain,
dan jika dimintai pendapat subjek tidak susah untuk memberikan jawaban. Selama
mengikuti pelaithan subjek sangat tertib dan selalu sebelum pelatihan dimulai.
Berdasarkan hasil wawancara subjek lima mengaku merasa senang setiap mengikuti
pelatihan dan merasakan adanya manfaat dari pelatihan ini. Berikut kutipan
wawancara subjek lima ketika ditanya tentang materi apa saja yang diajarkan dalam
pelatihan ini :
"Apa yang anda rasakan setelah mengikuti pelatihan ini?'
"sesi dimana kita diajarkan bagaimana caramembina hubungan yang baik
dengan teman kerja kita" (S5. Wl)
f. Subjek 6
Subjek enam pada saat pretest memiliki skor sebesar 58 dan tergolong pada
tingkat stres kerja rendah, namun demikian setelah diberikannya pelatihan
kecerdasan emosi, hasil posttest subjek enam menurun menjadi 54 tetapi hasil
posttest tetap berada pada kategori rendah. Hal ini memperlihatkan bahwa
67
Hal ini memperlihatkan bahwa pelatihan kecerdasan emosi telah mampu
menurunkan stres kerja pada diri subjek sepuluh walaupun perubahannya tetap pada
kategori rendah. Gambar berikut memperlihatkan penurunan skor stres kerja padapretest danposttest subjek sepuluh.
subjek 10
u 83 B70,60 150 t
40 'P
n
D pretesti2 a 3 ot/j o. -o o. D postest
retest postest
->retest-posttest
skala stres cerja
Gambar 23. Grafik Skor Stres Kerja Subjek 10
Berdasarkan hal tersebut, subjek sepuluh mengalami penurunan untuk skor
stres kerja sebanyak 8 poin, yaitu menurun 4 poin pada aspek lingkungan fisik, 4
poin pada aspek peran. Gambar berikut ini memperlihatkan penurunan aspek stres
kerja pada pretest dan posttest subjek sepuluh :
Grafik skor aspek stres kerja subjek 10
tugas lingk lingk peransosial fisik
Aspek stres kerja
• pretest
• posttest
Gambar 23. Grafik Skor Aspek Stres Kerja Subjek 10
68
Selama mengikuti pelatihan, subjek terlihat biasa-biasa saja walaupun
terkadang subjek suka bercanda. Tapi subjek tetap serius mengikuti pelatihan dan
mengikuti prosedur pelatihan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara subjek
sepuluh mengaku merasa senang setiap mengikuti pelatihan dan merasakan adanya
manfaat dari pelatihan ini. Berikut kutipan wawancara subjek sepuluh ketika ditanya
tentang materi apa saja yang diajarkan dalam pelatihan ini :
"Apa yang anda rasakan setelah mengikuti pelatihan ini?'
"biasa saja tapi saya menjadi sedikit mengerti untuk bisa mengendalikan
emosi, dan berusaha belajar mendengarkan orang lain" (S10. Wl)
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pelatihan kecerdasan emosi
dapat berpengaruh pada stres kerja karyawan meubel diKabupaten Sleman dengan
menurunkan tingkat stres kerja yang terjadi di karyawan, dan tujuan penelitian
tercapai karena secara empirik terbukti bahwa terdapat pengaruh dari kecerdasan
emosi terhadap stres kerja. Tujuan penelitian yang tercapai menunjukkan bahwa
hipotesis yang diajukan yaitu ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap
stres kerja telah diterima. Ini berarti pelatihan kecerdasan emosi efektif dalam
menurunkan stres kerja karyawan.
Adanya pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap stres kerja karyawan
terlihat dari padapenurunan kategori stress kerja karyawan dari kategori rendah pada
pretest menuju kategori sangat rendah pada posttest, seperti terlihat pada tabel 10
mengenai deskripsi data penelitian.
69
Secara umum terdapat penurunan pada skor stress kerja posttest seluruh subjek
kelompok eksperimen. Namun, peningkatan yang signifikan hanya terjadi pada
beberapa subjek antara lain subjek lima dan subjek delapan. Penurunan skor stress
kerja pada kedua subjek tersebut lebih dari sepuluh poin. Subjek lima mengalami
penurunan terbesar yaitu sebanyak 16 poin. Penurunan stres kerja pada subjek lima
terutama terjadi pada aspek lingkungan sosial, yaitu terjadi penurunan sebanyak 7
poin, aspek lingkungan fisik 4 poin, aspek peran 3 poin dan terakhir pada aspek tugas
terjadi penurunan sebanyak 2 poin.
Sementara pada subjek delapan terjadi penurunan sebanyak 15 poin. Penurunan
terbesar terjadi pada aspek lingkungan fisik, yaitu terjadi penurunan sebanyak 6 poin,
aspek tugas 5 poin, aspek peran 3 poin dan terakhir pada aspek lingkungan sosial
terjadi penurunan sebanyak 1 poin.
Dari hasil analisis juga dapat terlihat bahwa pada posttest terdapat perbedaan
tingkat stres kerja antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada
kelompok eksperimen nilai rata-rata tingkat stres kerja sebesar 46.2 sedangkan untuk
kelompok kontrol adalah sebesar 62.1. Berdasarkan analisis data, juga menunjukkan
adanya perbedaan tingkat stres kerja pada kelompok eksperimen, dimana sebelum
mengikuti pelatihan sebesar 54.4 dan sesudah mengikuti pelatihan tingkat stres
kerjanya menurun menjadi sebesar 46.2. Hasil analisis untuk selisih skor pretest-
postest kelompok eksperimen dengan selisih skor pretest-postest kelompok kontrol
menunjukkan nilai t = -2.982 dengan nilai p = 0.015 (p < 0.05) sehingga ada
perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-postest pada kelompok
eksperimen dan selisih skor pretest-posttest pada kelompok kontrol. Maka, dapat
70
disimpulkan bahwa perbedaan tersebut terjadi karena pengaruh dari pelatihan
kecerdasan emosi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mirzha
(2001) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres
kerja. Dimana semakin tingggi taraf kecerdasan emosi seorang karyawan semakin
rendah tingkat stres kerja yang dimiliki dan sebaliknya.
Hasil penelitian Oktasela (2001) juga mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja. Semakin tinggi kecerdasan
emosi semakin rendah stres kerja, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi
maka stres kerja semakin tinggi.
Menurut Battaudin (1999) perusahaan yang berhasil mengembangkan
kecerdasan emosi para karyawannya akan menghasilkan karyawan-karyawan yang
kreatif, lebih antusias dan lebih menghayati tugas atau pekerjaannya. Dan tentunya
dampak yang langsung dirasakan adalah peningkatan produktivitas, kecepatan
beradaptasi dengan perubahan dan bertahannya karyawan-karyawan kunci di
perusahaan.
Pelatihan kecerdasan emosi bisa mempunyai pengaruh karena faktor dari para
peserta yang aktif dalam mengikuti pelatihan dan memahami dengan benar tujuan
pelatihan kecerdasan emosi yaitu untuk meningkatkan kecerdasan emosi yang ada
dalam diri peserta. Selain itu trainer yang bertugas mampu menyampaikan pelatihan
dengan baik dan bisa bekerja dengan baik sesuai modul yang disusun peneliti.
71
Penelitian ini pun memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperbaiki, yaitu
waktu pelaksanaan yang kurang lama. Pelaksanaan hanya dilakukan dua hari dengan
rentang satu minggu. Hal tersebut menyebabkan pengaruh dari pelatihan pun menjadi
berkurang. Dalam hal ini diperlukan waktu yang lebih lama dan pemberian tugas
rumah yang lebih berbobot, misalkan pelaksanaan pelatihan selama 3-4 hari dengan
rentang waktu 3 minggu. Selain itu terbatasnya waktu saat wawancara
mengakibatkan wawancara yang kurang mendalam karena hanya berlangsung selama
1 jam saja untuk 10 subjek yang terpakai. Kekurangan lainnya yaitu banyaknya aitem
yang gugur dari 50 aitem menjadi 29 aitem, itu berarti jumlah aitem yang gugur
sebanyak 21 aitem. Banyaknya aitem yang gugur karena penyusunan kalimat yang
kurang pas dan terlalu sempit maknanya. Keterbatasan lainya yaitu kelompok kontrol
tidak mendapatkan pengganti perlakuan seperti ceramah. Selain itu kebanyakan dari
anggota kelompok eksperimen berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak enam orang.
Keterbatasan juga terdapat pada pemilihan subjek yaitu peneliti tidak
melakukan random assignment dalam memilih subjek dikarenakan karyawan PT.
Matarindo Kreasi sarana sangat sibuk dalam memenuhi target produksi perusahaan,
maka peneliti terpaksa menggunakan desain penelitian berupa non-random (non-
random pretest-posttest control group design) merupakan desain eksperimen yang
dilakukan dengan pretest sebelum perlakuan dan posttest sesudahnya, sekaligus
terdapat kelompok eksperimen dan kelomopk kontrol. Non-randomized pretest-
posttest control group design termasuk eksperimen yang semu karena dilakukan
tanpa randomisasi (Latipun, 2004).
nilihan si BAB V
item acak PENUTUP
>mpok koi
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pelatihan kecerdasan emosi tsecara efektif mampu menurunkan stres kerja.
B. Saran
Berdasar pada penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi peserta pelatihan dan karyawan meubel pada umumnya
Disarankan bagi peserta dan karyawan meubel pada umumnya agar lebih
berusaha mengembangkan diri dan menggali potensi diri dengan cara mengikuti
pelatihan-pelatihan yang dapat membawa perubahan yang positif. Pelatihan-
pelatihan kecerdasan emosi hendaknya senantiasa diikuti untuk meningkatkan
kualitas pekerja agar lebih maksimal dalam bekerja dan mengurangi stres kerja yang
dapat menghambat kemajuan perusahaan.
2. Bagi peneliti lain
Saran ditujukan untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat melakukan
penelitian dalam waktu yang lebih lama, misalnya 3-4 hari dengan rentang 3 minggu
antara pretest dengan posttest, sehingga penelitian berikutnya lebih mampu mencapai
sasaran dan berpengaruh positif.
DAFTAR PUSTAKA
Anorogo. P dan Widiyanti N. 1990. Psikologi Dalam Perusahaan. Rineka Cipta.Jakarta
As'ad. S.U. 2001. Psikologi Industri. Liberty. Yogyakarta
Azwar. S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Battaudin, T. 1999. Brainware Management; Generasi Kelima Manajemen Manusia.Gramedia. Jakarta
Chaplin, J.P. 2000. Kamus LengkapPsikologi. Rajawali Pers. Jakarta
Daryanto, D. 1996. Kamus Bahasa Indonesia. Grafindo. Jakarta.
Davis, K & Newstrom, J.W. 1993. Perilaku Dalam Organisasi (Terjemahan).Erlangga. Jakarta
Dede. 2001. Stres Pekerjaan suatu Fenomena Global, http://www.mail-archive.com/balita-anda(q)Jndoglobal.com/msg30781 .html
Frasser,T.M. 1992. Stres & Kepuasan Kerja. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta
F.X. Melianawati & P. Sutyas & Tjahjoanggoro. A.J. Hubungan Antara KecerdasanEmosi dengan Kinerja karyawan. Anima. Vol 17 No 1, 57-62 Tahun 2001.Yogyakarta
Goleman, D. 1996. Kecerdasan Emosi (Terjemahan). Gramedia Pustaka Utama.Jakarta
. 1997. Emotional Intelligent (Terjemahan). Gramedia Jakarta
1999. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. PTGramedia. Jakarta
. & Boyatzis, R & Mckee, A. 2004. Primal Leadership (Terjemahan).Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Handoko, H.T. 1998. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BPFE.Yogyakarta
Hardjana, M.A. 1994. Stres Tanpa Distres; Seni Mengolah Stres. Kanisius.Yogyakarta
Juanita, V.S. 2004. Kerja Sehat Membawa Berkat.http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/2006/kes4.html
Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen. UMM press. Malang
Looker, T & Gregson, O. 2004. Managing Stres (Terjemahan). Baca. Surabaya
Mirzha, A. B.R. 2001. Hubungan Stres Kerja Padaa Karyawan Hotel ditinjau dariKecerdasan Emosi. Skripsi, (Tidak diterbitkan). Fakulats Psikologi UniversitasIslam Indonesia. Yogyakarta
Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Universitas Indonesia.Jakarta
Nurahayu, Rini. Pengaruh Resistensi Perubahan dan Kecerdasan Emosi DosenTerhadap Sikap Dosen Mengenai Perubahan ITS Dari PTN MenujuPT.BHMN. www.Demandiri.or.id/2005
Nusantara, D. 1991. Stres dan Kepuasan Kerja. Dian Nusantara. Yogyakarta
Oktasela, D. 2001. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Stress Kerja Skripsi,(Tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Rini, F. J. 2002. Stres ^er/a.http//www.epsikologi.com/manaiemeri/2002/0301
Robins, P. S. 1986. Organization Bahavior Concept, Controversies & Application.New Jersey: Prentice Hall, A Division of Simon & Schuster Inc
. 1996. Perilaku Organisasi Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Prehallindo.Jakarta
Rosyid, H.F. 1996. Burnout: Penghambat Produktifitas Yang Perlu Dicermati.Buletin Psikologi. Tahun IV No I Agustus 1996, Yogyakarta.
Santoso, S. 1999. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Elex MediaKomputindo. Jakarta
Siagian, P.S. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta
Sigit, S. 2003. Psikologi Industri dan Organisasi. Universitas Sarjanawinata.Yogyakarta
Suryabrata. S. 1983. Metodologi Penelitian. CV Rajawali. Jakarta
Stein, S.J & Book, H.E. 2002. Ledakan EQ; 15 Prinsip Dasar Kecerdasan EmosiMeraih Sukses (Terjemahan). Bandung. Kaifa
Umar, H. 1998. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Gramedia PustakaUtama. Jakarta
www. Demandiri.or.id.
www.glorianet.org/lowongan/arti-036.html
www.kompas.com/health/news/0202/28/013556.htm
www.kompas.com/kesehatan/news/0210/29/223209.htm
Yogyakarta, Februari 2006
Dengan hormat,
Peneliti meminta Anda untuk mengisi skala berikut sebagai data yang penting
dalam penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk penyusunan skripsi. Sebagai
wujud tanggung jawab, peneliti akan menjamin kerahasiaan dalam pengisian skala
ini. Peneliti berharap Anda mengisi angket dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan
kondisi Anda saat ini.
Skala ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang hams diisi. Tugas Anda
adalah membaca petunjuknya dengan seksama, kemudian mejawab dengan pilihan
jawaban yang tersedia. Jawablah dengan teliti dan mohon perhatiaannya untuk tidak
terlewat satu nomor pun pernyataan dalam skala berikut ini. Anda diminta mengisi
identitas Anda dalam kolom yang telah disediakan.
Demikian petunjuk dan tata cara pengerjaan skala ini. Atas kesediaan dan perhatian
serta partisipasi anda, peneliti mengucapkan terima kasih. Selamat mengerjakan.
Hormat kami,
Peneliti
Febbyanti
IDENTITAS DIRI
Isilah identitas diri anda dengan selengkap-lengkapnya
Nama
Umur
Jabatan
Pendidikan
Jenis kelamin :
tahun
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET
Skala berikut disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Anda diminta
untuk memberikan jawaban sesuai dengan kondisi diri anda yang sebenarnya.
Berikan tanda silang (X) pada jawaban dengan alternatif pilihan jawaban
sebagai berikut:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak pernah
NO PERTANYAAN SL SR KD TP
1 Saya merasa tertekan jika diberikan beban kerja yang
berlebih
2 Saya tetap berusaha meskipun menemukan kesulitan
dalam bekerja
Saya sering merasa tertekan bila harus lembur bekerja
sementara anak-anak sedang butuh perhatian saya
4 Kritikan yang ditujukan kepada saya membuat kerja
saya menjadi lebih baik
5 Saya merasa cemas dengan kondisi dilingkungan tempat
kerja
6 Suara bising ditempat kerja tidak mempengaruhi
kinerja saya.
7 Saya bingung dengan tugas yang semestinya saya
kerjakan
8 Target perusahaan dan tuntutan tugas dari perusahan
tidak memberatkan saya
9 Saya sulit berkonsentrasi dalam menjalankan tugas yang
diberikan
10 Saya berusaha menjalankan tugas sebaik-baiknya dan
menyelesaikannya tepat waktu
11 Saya merasa tertekan dengan prestasi rekan kerja yang
lain.
12 Jika sedang bekerja pikiran saya sepenuhnya hanya
tertuju pada pekerjaan
13 Pikiran saya terganggu dengan ruangan yang terlalu
sesak
14 Saya sudah merasa aman dengan kondisi lingkungan
sekitar tempat saya bekerja
15 Biasanya saya mengerti dengan jelas apa yang
diharapkan dari saya didalam pekerjaan saya
16 Semua pekerjaan saya kerjakan dengan teliti dan hati-
hati
17 Saya ingin cepat selesai dalam mengerjakan tugas
18 Secara keseluruhan pekerjaan saya bervariasi dan
menarik
19 Masalah dalam keluarga mengganggu konsentrasi saya
dalam bekerja
20 Adanya rasa kekeluargaan membuat kami saling
membantu dalam menyelesaikan tugas
21 Kondisi ruangan yang panas membuat saya menjadi
lamban dalam bekerja
22 Saya merasa nyaman bekerja ditempat ini
23 Dalam mejalankan tugas saya merasa tertekan oleh
banyaknya peraturan dan prosedur kerja yang
menghambat keberhasilan tugas
24 Prosedur dan adanya peraturan membuat saya merasa
lebih disiplin
25 Saya merasa gugup jika harus mengerjakan pekerjaan
yang waktunya terbatas
26 Dalam bekerja saya lebih suka mengerjakannya sendiri
daripada harus bekerja sama dengan rekan yang lain
27 Berkumpul dengan rekan-rekan kerja saat istirahat
membuat saya lebih bersemangat dalam bekerja
28 Saya merasa tidak tenang dalam bekerja jika teringat
kondisi ruangan yang kurang aman
29 Saya tetap konsentrasi dan giat bekerja walaupun
kondisi ruangannya panas
30 Instruksi yang saya terima sering bertentangan satu
sama lain sehingga membingungkan
merasa tertekan
46 Saya kurang berhati-hati dalam bekerja sehingga
melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang
47 Saya merasa tidak nyaman harus berkumpul dengan
rekan kerja yang lain
48 Pebu yang banyak membuat dada saya terasa sesak
49 Jika jam istirahat saya lebih memilih idak bergabung
dengan yang lainnya
50 Saya lebih suka diam daripada harus berteman dengan
yang lain
Untuk kelengkapan data dan keakuratan data, mohon jawaban diperiksakembali agar tidak ada yang terlewati. Atas bantuan dan kerjasama Anda,kami ucapkan terima kasih.
nama
a1
a2
a3
a4
a5
a6
a7
a8
a9
1A
21
14
14
24
22
B2
11
22
4i
11
3C
21
11
13
14
14
D2
32
12
21
32
5E
13
22
41
14
2
6E
22
34
21
23
27
E2
22
31
31
32
8E
21
21
33
21
19
E2
12
22
31
41
10
E2
33
33
43
34
11
E2
13
34
32
42
12
E2
12
32
42
34
13
E2
32
12
32
32
14
E3
22
13
12
22
15
E2
11
14
33
32
16
E1
12
13
32
34
17
E2
12
32
42
32
18
E3
33
33
42
32
19
E1
12
11
41
41
20
E3
13
34
32
12
21
E2
12
12
31
42
22
E2
23
24
31
31
23
E2
21
12
41
31
24
E3
11
12
44
31
25
E2
33
13
31
33
5/9
/20
06
8:5
6:2
3A
M1
/12
31
-/3W
V£
3:9
5:8
90
03
/6/5
fr3
fr3
frI
££
35
3z
£fr
£fr
£t
33
VZ
z3
frfr
I3
£fr
1-£
3z
3I
V3
££
I.t
33
z3
s£
££
£V
3\z
zI
fr3
3£
£3
£0
3V
eV
fr£
VI
£t
61.e
Vc
££
£I
I3
81
1e
fr3
3P
£t
IL
\z
33
frI
3I
3I
91
Ie
fr3
1.t
I1.
VS
te
efr
fr£
3I
3i
n3
e3
I3
fr£
3I
£t
3e
fr3
I.3
1.3
I31-
t3
fr3
frfr
3V
In
.3
ee
33
3i
Zz
01.3
e3
fr£
33
3I
63
e3
fr£
fr3
1.I
8I
3£
££
3£
1.£
LZ
tfr
frI
frI.
VI
9Z
te
frV
fr£
IE
5e
cE
frV
fr3
33
frt
i£
frI
"7i-
£t
£3
Efr
3fr
IZ
tI
I3
3I
V3
IZ
I3
Vl
6te
81
-eZ
te9
1B
Sl-B
He
Eie
31
.BH
.BO
tB
a20
a21
a22
a23
a24
Ia25
a26
a27
a28
a29
11
21
21
14
22
1
23
21
11
22
21
3
31
41
21
22
24
1
41
33
21
21
32
3
51
22
14
23
22
1
61
34
21
22
34
1
72
11
12
11
21
2
81
23
11
21
12
1
91
23
23
11
32
2
10
23
42
22
32
21
11
42
44
43
24
43
12
14
32
12
23
21
13
34
21
22
32
1
14
13
21
22
13
1
15
11
21
22
12
1
16
13
21
42
13
1
17
12
11
22
1•2
4
18
23
22
33
22
12
19
11
34
11
21
41
20
31
12
34
22
21
21
22
31
11
12
22
22
13
23
12
12
32
23
12
34
31
24
31
24
24
24
41
23
43
25
14
23
13
33
34
5/9
/20
06
8:5
6:2
3A
M3
/12
Ol
CD
MOOCD
00
cnCD
toco
>s
to
IO
ro
toto
CO
IO
IO
CO00-JCD
tocototoroto
COtoooco
coto•utototo
cn4^co
to
to
Q>COo
toco
0)CO
4^COCOtototototocoCOto
cotoCOcotocoto
totototototoMto
cototoIOtocotoCOcococoro
tototocotoIOtocorototo
cototoCOtotorororoCO
COtoCO-b..&.COCO
COto
ro
0)COto
->•ACOCO•u-uro
COCOCO
toCO
toro-i
COro
toroto
coto
ro
roto
to
coco
*.JkCOION)to|co|j».j>.->mum»mmJUMN)1co|toro
_A
oCO
co_i
•&.roro
COCO_*
-t».to
-UCOto
Aro
COto
-&>ro_•
J>.toto
COCO_k
5/9
/20
06
8:5
6:2
3A
M
a50
12
22
31
42
52
64
71
81
91
10
3
11
2
12
2
13
1
14
1
15
2
16
1
17
2
18
2
19
2
20
2
21
2
22
1
23
1
24
1
25
1
6/1
2
nama
a1
a2
a3
a4
a5
a6
a7
a8
a9
26
E2
12
12
22
32
27
E2
22
24
31
32
28
E2
11
31
41
31
29
E2
13
34
32
12
30
E2
12
21
12
12
31
E3
31
12
44
31
32
R2
22
13
31
22
33
R2
11
12
31
21
34
R2
12
12
31
34
35
R2
32
22
12
31
36
R1
12
32
41
41
37
R2
12
12
31
32
38
R2
12
13
42
32
39
R3
11
12
44
31
40
R2
33
14
13
32
41
R1
31
13
41
41
42
E2
23
14
23
32
5/9
/20
06
8:5
6:2
3A
M7
/12
a10
a11
a12
a13
a14
a15
a16
a17
a18
a19
26
11
34
32
14
22
27
31
14
13
14
33
28
11
12
14
14
11
29
34
32
22
34
12
30
21
31
32
14
32
31
12
13
43
14
32
32
11
31
34
14
33
33
21
31
12
32
22
34
11
33
14
14
22
35
11
12
33
24
22
36
11
13
32
14
11
37
12
12
34
32
32
38
11
32
32
14
32
39
12
13
43
14
22
40
32
34
42
14
14
41
11
12
14
14
31
42
31
22
21
31
12
5/9
/20
06
8:5
6:2
3A
M8
/12
a20
a21
a22
a23
a24
a25
a26
a27
a28
a29
26
12
42
12
13
31
27
22
32
23
13
33
28
14
11
32
11
13
29
31
12
34
22
21
30
11
32
13
12
11
31
24
24
41
23
43
32
11
33
12
24
24
33
33
33
33
21
21
34
11
11
12
11
21
35
22
32
22
22
32
36
12
32
11
23
22
37
21
32
32
11
23
38
11
32
23
11
21
39
23
22
22
12
32
40
14
44
12
23
44
41
22
11
34
43
11
42
23
13
22
34
22
5/9
/20
06
8:5
6:2
3A
M9
/12
a30
a31
a32
a33
a34
a35
a36
a37
a38
a39
26
22
43
33
32
3
27
23
32
32
33
3
28
21
13
21
42
1
29
23
34
32
44
41
30
21
13
11
33
4
31
44
43
42
21
4
32
32
24
23
24
4
33
32
33
32
33
4
34
21
31
22
41
2
35
22
31
11
32
3
36
12
21
11
31
1
37
32
24
32
13
22
38
21
13
11
11
4
39
24
43
42
11
4
40
21
12
31
43
24
41
21
11
11
44
12
42
33
32
23
11
22
5/9
/20
06
8:5
6:2
3A
M1
0/1
2
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid
Excluded3
Total
42
0
42
100.0
.0
100.0
a Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.871 29
Item Statist cs
Mean Std. Deviation N
a1 2.02 .517 42
a2 1.67 .846 42
a3 1.98 .715 42
a5 2.50 .994 42
a7 1.79 .898 42
a10 1.52 .773 42
a11 1.76 .958 42
a14 2.40 1.127 42
a19 2.07 .778 42
a20 1.60 .798 42
a23 2.19 .943 42
a24 1.88 1.064 42
a27 2.24 .958 42
a28 2.40 .939 42
a30 2.43 .737 42
a31 1.95 1.011 42
a33 1.81 .943 42
a34 2.29 .891 42
a35 2.12 .968 42
a36 1.90 .958 42
a39 2.67 1.028 42
a40 1.98 1.093 42
a41 2.55 1.194 42
a42 1.67 .816 42
a43 1.83 1.146 42
a45 1.95 .825 42
a46 1.60 .734 42
a47 1.50 .862 42
a48 2.90L
.878 J 42
Srn
CD
to
U>
Ti
--J
<i
CU
cn
*-
0)
rn
3
wC
D
cn
ex
O 01
to
<
^ co
o^
:3 ;7
o -h
;^
'D
M:i
cd
Io
CO
o w (D CO
fl)
SI91
11H
ID
IU
01Ji
{>^
Ji
<i
Ji
Jv
00
vj
O)
Ol
UM
-i
UU
WW
UU
UM
MW
MM
-i-i-i
CO
OlO
l.U
W-'O
CO
-vl.U
CO
OC
O.^-'
0)
0)
->•
-~l
o
tl
DI
01H
Icn
co
ro
->
p^
.^
.^
.^
r^
P.^
p^
r^
^P
^^
c^
mai^
OT
^^
p^
^^
co
-v
J-ii
OT
^^
^co
oto
cD
oo
>o
ia>
o>
^4
^ro
co
co
c»
^o
ro
oA
»^
co
o
4*.
J*.
•*.
Ol
UO
l
CD
-g
CD
-g
CO
00
CO
CJ1
OC
O*
CO
U*
UJi
Mo
ocd
cn
-^
CO
Ol
00
00
00
00
00
01
Ol
Ol
Ol
CD
Ol
-J
Ol
-p>
.4
*.
oi
cn
4*
4*
4*
4*
4*-
Ol
4*
co
co
co
cd
ai
;vj
.u_L
MU
(3)
00
00
-vl
O0
0o
-^O
OO
OO
CD
OIG
OW
Olo
*-~
——
*•
—-
o0
00
00
0C
OC
OC
OC
OC
Oco
io
oo
oo
aio
o-v
i
CO
o o
ai
co
co
J*,
co
co
oo
OC
OO
4>>
4*
00
01
AIO
l»C
tJ
N*
»
00
00
00
00
00
00
00
01
Ol
-vl
Ol
Ol
Ol
Ol
-^
00
OOl
00
00
00
UA
cn
oiA
Au
ciico
OO
—I
—^
AA
CD
Ol
CO
00
CD
OO
W0
0C
D4
*0
0
oo
oo
oo
oo
oo
oo
oo
oo
oo
aiaiaiaiaiaiaiaiai
CD
-vlrO
OlO
lO
l-vJO
-vl
cn
ai
-J
4*.
*.
4>.
to
-~J
dco
co
cn
~~J
~n|
4»
4*.
00
-vl
4-
OIO
M
co
CO
4»-
co
*-
CO
CO
CO
CO
4*.
-vj
oo
cn
oC
D->
.-»
•C
O0
00
0o
->•
oC
O4
*->
•4
*
00
00
01
Ol
00
00
00
00
01
Ol
Ol
00
CO
00
ai
ai
-vl
00
00
00
00
oi
oi
ai
CD
CD
CD
~2?
35L
=CD
°2"
CDQ
)C
D3
a.
_.
CD<
~O
J=
.C
Oo
CD
o 01
O
CD
O CD
CD
fu
CD
Q.
^•i
CO
0)
CA
O OC
D 3 i H
o OO C
O
CD
(11
—*
—*
CD
o
O 35L
CI)
•F0
_.
cr
cd=
r.3
">
NO PERTANYAAN
10
11
12
13
14
15
Saya merasa tertekan diberikan beban kerja yang berlebih
Saya merasa tertekan bila harus lembur bekerja sementara
anak-anak/saudara sedang butuhperhatian
Saya merasa cemas dengan kondisi di lingkungan tempat
kerja
Saya menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan
kesalahan yang telah dilakukan daripada mencari jalan
keluarnya
Hubungan yang tidak harmonis ditempat kerja
mengganggu pikiran saya
Saya tetap berusaha meskipun menemukan kesulitan
dalam bekerja
Masalah dalam keluarga mengganggu konsentrasi saya
dalam bekerja
Suara bising yang di akibatkan oleh alat membuat
konsentrasi saya berkurang
Saya bingung dengan tugas yang semestinya saya
kerjakan
Saya berusaha menjalankan tugas sebaik-baiknya dengan
menyelesaikannya tepat waktu
Saya meresa tertekan denagn prestasi rekan kerja yang lain
Saya sudah merasa aman dengan kondisi lingkungan
tempat saya berkerja
Kami saling membantu dalam menyelesaikan tugas
Dalam menjalankan tugas saya merasa tertekan dengan
dengan banyaknya peraturan yang menghambat
keberhasilan tugas
Berkumpul dengan rekan-rekan kerja membuat saya
bersemangat dalam bekerja
SL SR KD
16 Saya merasa tidak tenang jika teringat kondisi ruangan
yang kurang aman
17 Instruksi yang saya terima bertentangan satu sama lain
sehingga membingungkan
18 Adanya peratuaran membuat saya lebih disiplin
19 Saya merasa terabaikan dalam setiap kesempatan
20 Saya kesal apabila ada teman yang menegur kesalahan
vavq
21 Saya berusaha tetap tenang walaupun merasa terganggu
dengan sikap rekan kerja yang menjengkelkan
22 Saya cenderung cepat lelah dalam bekerja karena
pekerjaan saya tidak sesuai dengan ilmu yang saya tekuni
sebelumnya
23 Tempat kerja yang terlalu bising membuat saya terburu-
buru dalam bekerja
24 Pikiran saya tidak bisa berkembang karena terbatasnya
kesempatan
25 Saya tidak cocok dengan lingkungan yang mengutamakan
kebersamaan dalam bekerja
26 Adanya ketentuan target dari perusahaan membuat saya
merasa tertekan
27 Saya kurang berhati-hati dalam bekreja sehingga
melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang
28 Debu yang banyak membuat dada saya terasa sesak
29 Saya merasa tidak nyaman harus berkumpul dengan rekan
kerja yang laini
ata matarindo
pretest postest kelompok gain
1
2
59
50
52
48
1.00
1.00
-7.00
-2.00
3 56 42 1.00 -14.00
4 61 53 1.00 -8.00
5 61 45 1.00 -16.00
6 58 54 1.00 -4.00
7 41 36 1.00 -5.00
8 52 37 1.00 -15.00
9 43 40 1.00 -3.00
10 63 55 1.00 -8.00
11 70 72 2.00
12 71 66 2.00 -5.00
13 61 68 2.00 7.00
14 54 54 2.00 .00
15 66 70 2.00 4.00
16 53 53 2.00 .00
17 62 54 2.00 -8.00
18 66 72 2.00 6.00
19 60 57 2.00 -3.00
20 50 55 2.00 5.00
tt/2/72UUb IAIAM HIV) in
Uji Hipotesis
T-Test kelompok eksperimen
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Pair
1
pretest eksperimen
postest eksperimen
54.40
46.20
10
10
7.691
7.208
2.432
2.279
Paired Sam pies Correlations
N Correlation Sig.Pair
1
pretest eksperimen &postest eksperimen 10 .766 .010
Paired Samples Test
Paired Differences
t df iig. (2-tailedMean 'td. Deviatior
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower UpperPair pretest eksperim1 postest eksperirr 8.200 5.116 1.618 4.540 11.860 5.068 9 .001
T-Test kelompok kontrol
Paired Sampl es Statistics
Mean N Qw nevjation
Std. Error
Mean
Pair
1
pretest eksperimen
posttest kontrol
54.40
62.1000
10
10
7.691
8.15748
2.432
2.57962
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.Kair
i
(jiciesi: eksperimen& posttest kontrol 10 .152 .676
Paired Samples Test
Paired Differences
t df ig. (2-tailedMean td. Deviatio
Std. Erroi
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower UpperPair pretest eksperin1 posttest kontrol ?.70000 10.32849 3.26616 5.08856 -.31144 -2.358 9 .043
MODUL PELATIHAN KECERDASAN EMOSI
Ranah Intrapribadi
Asertif
A. Tujuan pertemuan
1. Peserta bisa lebih mengungkapkan perasaan
2. Peserta mampu menggunakan keyakinan dan pemikirannya secara terbuka
3. Peserta mampu mempertahankan hak-hak pribadi
B. Materi dan Alat Bantu
1. Lembar lalihan
2. Lembar tugas
3. Kertas catatan
4. Bolpoint
C. Metode yang digunakan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Pemberian tugas
D. Prosedur
1. Persiapan sebelum pertemuan dimulai pelatih memberikan salam kepada
para peserta dan memulai perkenalan antara pelatih dengan peserta
pelatihan dan menjelaskan kegunaan pelatihan ini (10 menit)
2. Pelatih memberikan skala pemanasan yang berisi pertanyaan-pertanyaan
seputar sikap asertif (10 menit)
3. Kemudian pelatih menampilkan contoh percakapan kepada peserta yang
menunjukan sikap asertif dan pasif (10 menit)
4. Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan mendiskusikan
latihan tersebut kemudian peserta diminta memilih manakah pernyataan
yang asertif dan kemukan alasannya (10 menit)
5. Pelatih merangkum hasil pertemuan pada sesi itu (5 menit)
Ranah Antarpribadi
Empati
A Tujuan pertemuan
1. Peserta mampu menyadari dan memahami perasaan orang lain
2. Peserta mempunyai kemampuan untuk bisa peka dan menyelaraskan tentang
apa, bagaimana dan latar belakang perasaan orang lain sebagaimana orang
tersebut merasakan
B Materi dan Alat Bantu
1. Lembar latihan
2. Lembar iugas
3. Kertas catatan
4. Bolpini
C Metode yang digunakan
1. Diskusi
2. Pemberian lugas
D Prosedur
1. Pelatih dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan pelatih menampilkan
contoh percakapan empati (10 menit)
2. Peserta diminta mendiskusikan dan menjelaskan tentang makna dan arti
penting empati serta bagaimana melakukannya (10 menit)
3. Peserta mendiskusikan beberapa dialog dan diminta memilih, manakah
pernyataan empati dengan mengemukakan alasannya (10 menit)
4. Kemudian pelatih merangkum hasil pertemuan pada sesi itu.(5 menit)
Hubungan Antar Pribadi
A. Tujuan
1. Peserta mampu mensyukuri berbagai aspek positif dan menerima aspek
negatif
2. Peserta mempunyai keterbatasan diri untuk tetap menyukai diri sendiri
B. Materi dan Alat Bantu
1. Lembar latihan
2. Lembar tugas
3. Kertas catatan
4. Bolpoint
C. Metode yang digunakan
1. Diskusi
2. Pemberian tugas
D. Prosedur
1. Peserta masih dibagi dalam kelompok-kelompok
2. Pelatih menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan hubungan antar
pribadi(15 menit)
3. Kemudian pelatih membagikan lembar tugas yang dikerjakan secara
individu (5 menit)
Pemecahan Masalah (Kognisi Orientasi)
A. Tujuan Pertemuan
1. Peserta mampu untuk mengenali dan merumuskan masalah, serta menemukan
dan menerapkan pemecahan yang ampuh.
B. Materi dan Alat Bantu
1. Lembar latihan
2. Lembar tugas
3. Kertas catatan
4. Bolpoint
C. Metode yang digunakan
1. Ceramah
2r-v* l
. 1J1SK.US1
3. Pemberian tugas
D. Prosedur
1. Peserta masih dibagi dalam kelompok-kelompok. Pelatih membagikan
lembar tugas yang di kerjakan secara individu (10 menit)
2. Peserta diminta untuk mendiskusikan dan bagaimana menyelesaikan
beberapa kasus dengan kerja tim, yang kemudian hasil pemecahan tersebut
dibacakan oleh masing-masing kelompok berikut alasannya (20 menit)
3. Pelatih merangkum hasil pertemuan pada sesi itu (10 menit)
Ketahanan menanggung stres
A. Tujuan Pertemuan
1. Peserta mampu menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan siiuasi
penuh tekanan dengan baik
B. Materi dan Alat Bantu
1. Lembar latihan
2. Lembar tugas
3. Kertas catatan
4. Bolpoint
C. Metode yang digunakan
1. Diskusi
2. Pemberian lugas
D. Prosedur
1. Peserta diminta untuk menuliskan perasaan-perasaan yang tidak
menyenangkan yang sering mengganggu dan sulit untuk ditanggulangi.
Seberapa sering perasaan itu muncul dalam kehidupan pribadi mereka (10
menit)
2. Pelatih di minta untuk memberikan cara apa yang digunakan untuk
menghadapi stres baik cara yang ampuh atau tidak ampuh (10 menit)
3. Peserta diminta menuliskan cara yang dipiiih dari untuk menghadapi stres
(5 menit)
4. Kemudian pelatih merangkum hasil pertemuan pada sesi itu (5 menit)
Optimis
A. Tujuan Pertemuan
1. Peserta mampu untuk melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap
positif sekalipun dalam kesulitan.
B. Materi dan Alat Bantu
1. Lembar latihan
2. Lembar tugas
3. Kertas catatan
4. Bolpoint
C. Metode yang digunakan
1. Diskusi
2. Pemberian tugas
D. Prosedur
1. Pelatih membagi peserta menjadi kelompok-kelompok kecil maksimal 3-4
orang, pelatih menampilkan contoh kasus kepada peserta yang menunjukkan
sikap optimis (15 menit)
2. Peserta diminta menjawab worksheet sikap optimis yang kemudian diminta
untuk membacakan satu persatu jawaban dari worksheet tersebut dalam
kelompoknya, dan yang lain mendengarkan dan boleh memberi tanggapan
atas jawaban anggoia kelompok lain (20 menit)
3. Kemudian pelatih merangkum hasil pertemuan pada sesi itu (5 menit)
^ Anda ditugasi untuk segera menyelesaikan tugas secepatnya. Rekan
kerja anda yang lain bisa dengan santainya istirahat sementara yang lain
sibuk bekerja. Anda ingin rekan kerja anda tersebut membantu karena
besok tugasnya harus sudah selesai. Lantas Anda :
a. Karena tahu rekan kerja tidak mau diganggu maka Anda,
memutuskan untuk pergi dan memberikan waktu sebentar untuk
istirahat kemudian mendatanginya lagi
b. Mengatakan dengan tegas, "Anda masih bisa santai-santai disini.
Sementara saya dan rekan-rekan yang lain berusaha keras
menegerjakan tugas ini. Anda harus mengerti bahwa saya juga
butuh istirahat daripada anda. Kalau seperti ini lebih baik Anda
tidak usah bekerja disini, atau aka saya laporkan ke atasan.
c. Berkata, "maaf, saya tahu anda tidak mau di ganggu, dan tugas kita
ini harus segera diselesaikan, dan bisakah Anda ikut membantu,
setelah itu anda bisa istirahat lagi.
Contoh percakapan asertif
Aldi: Rita, aku baru saja makan siang bersama dengan Bandi karyawan kantor yang
baru pindah pekan lalu dan belum kenal siapa-siapa. Menurutku bagus juga jika
kita mengundang makan malam. Kalau malam ini bagaimana?
Rita: Sekarang sudah jam berapa? Jam lima ya? Kenapa mendadak sekali
pemberitahuannya. Bagaimana kalau lain waktu saja?
Aldi: Memang bisa sih lain waktu...tapi, keliatannya dia tak punya acara malam ini.
Begini saja, kamu menyiapkan meja makannya, nanti aku keluar untuk
membeli ayam goreng, sayur dan lauk lainnya. Setelah makan kita ajak Bandi
untuk ngobrol dan main catur sebelum pulang Bandi akan datangjam delapan,
jadi kita bisa menyiapkan segalanya.
Rita: oke kalau begitutigajam mestinya cukup. Aku siapkan tempatnya dulu.
Aldi: asyiik, sampai ketemu jam delapan disini ya.
Percakapan di atas menunjukkan sikap asertif. Karena Aldi yang mendadak
mengundang rekannya tidak memaksa Rita dan memberi jalan keluar yang tepat dan
menyenangkan Rita yang kebingungan karena sangat mendadak.
Kunci jawaban Ranah intrapribadi (asertif).
Soal latihan 2b.
Reaksi (a) pasif : menunjukan sikap yang langsung menyerah, menghindari
konfrontasi memang perlu, namun jika dapat menggunakan cara yang tepat maka
tidak akan menimbulkan konfrontasi.
Reaksi (b) agresif : bersikap terlalu keras, bicara terlalu tegas dan mengancam tanpa
memberi pertimbangan akan menimbulkan konfrontasi yang tidak diinginkan.
Reaksi (c) asertif : dengan jelas memberi tahu rekan kerja apa yang diinginkan
dengan tetap membperhatikan kebutuhan rekan kerja dengan mengatakan akan
memakainya sebentar dan akan diserahkan lagi penggunaannya oleh rekan kerja
merupakan cara terbaik untuk mewujudkan keinginan berbagai pihak.
i pukul
ituk lemt
di naik p;
ngebut (
lahal kita
pengaha
i; kamuk
lpatan lai
i meman
nan",
dong. P;
kelkan".
lak ada sa
al sekali
mjengkel
uk lagi.
impat har
Nama :
1. Seberapa besar anda menyukai diri Anda ?
Jawab
2. Apa kelebihan Anda yang menonjol ?
Jawab
3. Apa kekurangan Anda yang menonjol ?
Jawab
4. Apa manfaat dari kelebihan Anda ?
Jawab
5. Bagaimana anda meningkatkan kelebihan Anda ?
Jawab
6. Apa yang paling Anda dambakan ?
Jawab
7. Target apa yang terpenting dalam hidup Anda ?
Jawab
8. Perubahan apa yang bisa Anda lakukan untuk melakukan perubahan ?
Jawab
Diskusikan dialog berikut ini:
© Rekan kerja anda pulang kerja pukul 19.00 WIB dikarenakan ada
pekerjaan yang mengharuskannya untuk lembur, lalu datang kerumah anda
untuk berkeluh kesah, " aku tidak jadi naik pangkat; Ridwan yang diangkat.
Lalu, aku dapat surat tilang karena ngebut dalam perjalanan pulang. Aku
benar-benar pusing jadinya".
Anda menanggapi
a) "Tidak jadi naik pangkat, padahal kita sudah memperkirakannya dan
sudah membayangkan dapat pengahasilan lebih banyak apa yang
terjadi.
b) "Tak usah terlalu dipikirkan; kamukan pintar. Aku sangat yakin
padamu. Pasti bakal ada kesempatan lain.
c) "Tidak usah heran. Ridwan memang luar biasa; sangat pintar;
peramah dan lebih berpengalaman".
d) "Wah...,benar-benar hari sial dong. Pasti kamu mikir apa mungkin
hari ini akan semakin menjengkelkan".
e) "Wow.. .kamu pasti merasa tidak ada satupun yang beres hari ini."
f) "Ah, kamu pasti merasa sebal sekali. Ayo dimakan dulu kuenya.
Kamu pasti belum makan ya?
g) "Ya ampun kedengaraanya menjengkelkan sekali, tapi ada kok orang
lain pengalamannya lebih buruk lagi. Masih ingat Pak Rudi? Bulan
lalu dia kehilangan pekerjaan empat hari kemudian istrinyakabur."
Isilah beberapa pernyataan berikut ini :
Andalebih sukaberkumpul dengan orang lain ataukah sendirian?
Dalam situasi apakah anda lebih suka berkumpul dengan orang lain?
Apakah yang umumnya disukai orang dari anda?
Apakah yang mereka tidak sukai?
Dari beberapa kegiatan di bawah ini manakah yang membuat anda merasa
tidak nyaman; berkenalan dengan orang baru, pergi kerja, pesta pernikahan,
berbicara depan umum, bertanya kepada orang asing, melakukan
pembicaraan yang serius dengan seseorang, mengajarkan hal baru kepada
orang dekat dengan anda, ataukah akrab dengan seseorang?
Yang manakah dari berbagai kegiatan diatas (atau aneka kegiatan lain yang
anda susun sendiri) yang paling membuat anda tidak nyaman? Mengapa
demikian?
Gambarkan secara ringkas terakhir kalinya anda merasa tidak nyaman ketika
mengalami salah satu situasi diatas. Bagaimana perasaan anda? Apakah anda
menyadari perasaan orang lain yang terlibat dalam situasi tersebut? Apa yang
terlintas dalam benak anda? Bagaimana anda dapat menangani situasi
tersebut dengan lebih baik?
Contoh Percakapan Empati
Wahyu
Iwan
Wahyu
Iwan
Wahyu
Iwan
Wahyu
Iwan
Wahyu
Aku tidak diterima masuk tim sepak bola
Yaa, payah kamu
(setelah terdiam sejenak, cemberut) kamu pasti tidak tahu bagaimana
apa rasanya.
: Pasti rasanya tidak enak sekali. Ayah tahu kamu ingin sekali masuk
tim itu.
: Ah kamu sok tahu? Kamu kan pernah cerita bahwa dulu kamu satu-
satunya orang yang bahkan mengoper bola saja tidak bisa.: Memang, tapi aku tahu kamu pasti merasa kecewa.
: Iya, aku nggak ngomongin rasa kecewanya, tapi soal sepak bola.Wan. Sepak bola!
: Iya, aku tahu tapi...
:Nggak Wan, kamu sama sekali tidak tahu, dan juga tidak mengerti.
Kesan pertama Iwan berusaha bersikap baik dengan mengatakan hal yangsemestinya. Dengan mengutarakan betapa kecewanya Wahyu tidak diterima di timinti. Tanggapan Wahyu menunjukkan bahwa Iwan tidak memahami apa yangdirasakan dan dipikirkannya. Iwan malah menambah kesalahannya denganmengalihkan topik pembicaraan kepada dirinya sendiri dan rasa kecewa yang tidakspesifik yang pernah dialaminya. Dengan bersikap seperti itu, cara pandang Iwandalam melihat persoalan semakin jauh dari sudut pandang Wahyu.
Jika percakapanya dirubah menjadi:
Iwan : Sepertinya sulit ya membicarakan hal ini dengan ayah? Kamu pastiberpikir bahwa ayah tidak tahu apa-apa tentang hal ini, padahalsepakbola itu sangat penting bagimu.
Wahyu : yaa, begitulah
Iwan : Masalahnya juga mungkin tidak menjadi lebih mudah, karenasemua temanmu punya Ayah yang benar-benar tahu tentang
sepakbola dan mengajak mereka menyaksikan pertandingan.
Optimis
Tuliskan dibawah ini, hal-hal yang menurut Anda dapat Anda lakukan untuk
membuat masa depan Anda di tempat kerja, di dalam keluarga dan juga di
kehidupan sosial menjadi lebih baik
2. Coba pikirkan orang yang menurut Anda dapat di kategorikan sebagai orang
pesimis, dan pelajaran apa yang dapat Anda petik dari hal tersebut?
HASIL WAWANCARA SUBJEK PENELITIAN
1. Nama subjek : S
T : Apa yang anda rasakan, sebelum mengikuti pelatihan?
J : sebelum mengikuti pelatihan saya merasa belum mengerti apa yang
dimaksud dengan asertif maupun empati
T : Apa yang anda rasakan selama mengikuti pelatihan?
J : selama mengikuti pelatihan saya merasa hati saya tergugah untuk bisa
mempelajari asertif dan empati dan juga bisa bertanya mengenai masalah-
masalah saya.
T : sesi apa yang membuat anda berkesan?
J : Saya merasa mendapat pelajaran ketika mengikuti materi empati, saya baru
tahu pentingnya kita berempati, dan menjaga emosi kita
T : Apa yang anda rasakan, sesudah anda mengikuti pelatihan?
J : sesudah mengikuti pelatihan saya merasa mengerti apa yang dikemukakan
oleh pembimbing dan saya berusaha merubah sikap saya
T : Apakah anda merasakan adanya perubahan, jika iya perubahan apa yang
anda rasakan?
J : saya merasa ada perubahan, kalau bicara lebih hati-hati jangan sampai
menyinggung atau melukai orang lain
T : berikan saran dan kritik dari pelatihan yang kami adakan guna perbaikan dan
masukan-masukan
J : pelatihannya sudah cukup baik hanya waktunya kurang lama seperti 3 hari
2. Nama subjek : W
T: Apa yang anda rasakan, sebelum mengikuti pelatihan?
J : Saya merasa penasaran dengan pelatihan ini dan sebelum mengikuti pelatihan
saya merasa biasa-biasa
T : Apa yang anda rasakan selama mengikuti pelatihan?
J : saya merasa adanya rasa kekeluargaan dan lebih menghargai antar sesama
rekan kerja
4. Nama subjek : B
T : Apa yang anda rasakan, sebelum mengikuti pelatihan?
J : Saya merasa biasa-biasa saja
T : Apa yang anda rasakan selama mengikuti pelatihan?
J : Ternyata banyak hal yang belum saya tahu
T : Sesi apa yang membuat anda berkesan?
J : Keseluruhan materi pelatihan mempunyai manfaat buat saya dan membuat
saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan hal-hal yang belum saya
mengerti
T : Apa yang anda rasakan, sesudah anda mengikuti pelatihan?
J : Saya jadi banyak tahu apa arti empati, bagaimana harus berteman dengan
baik
T : Apakah anda merasakan adanya perubahan, jika iya perubahan apa yang anda
rasakan?
J : ya, saya merasa sedikit lebih tenang kalo menghadapi rekan kerja yang
menjengkelkan
T : berikan saran dan kritik dari pelatihan yang kami adakan guna perbaikan dan
masukan-masukan
J : sudah baik, perlu diadakan kegiatan seperti ini
5. Nama subjek : H
T : Apa yang anda rasakan, sebelum mengikuti pelatihan?
J : rasa ingin tahu apa pelatihan itu
T : Apa yang anda rasakan selama mengikuti pelatihan?
J : yang saya rasakan selama pelatihan adalah mendapat pengetahuan tentang
mengendalikan emosi dan lain lain
T : sesi apa yang membuat anda berkesan?
J : Sesi dimana kita diajarkan bagaimana cara membina hubungan yang baik
dengan teman kerja kita
T : Apa yang anda rasakan, sesudah anda mengikuti pelatihan?
J : rasanya lega dengan pelatihan ini seakan-akan bisa merubah diri sendiri tidak
menjadi emosional dan bisa mendidik dalam keluarga yang harmonis
T : Apakah anda merasakan adanya perubahan, jika iya perubahan apa yang
anda rasakan?
J : ya, yang saya rasakan bisa membuat saya tidak terlalu emosi dan bisa
menjaga sifat-sifat
T : berikan saran dan kritik dari pelatihan yang kami adakan guna perbaikan dan
masukan-masukan
J : saya merasa semuanya sudah berjalan dengan baik
6. Nama subjek : S
T : Apa yang anda rasakan, sebelum mengikuti pelatihan?
J : saya kurang bisa bergaul dengan yang lain dan lebih tertutup
T : Apa yang anda rasakan selama mengikuti pelatihan?
J : saya menjadi mengerti semua masalah ada penyelesaiannya
T : sesi apa yang membuat anda berkesan?
J : Sesi Optimis
T : Apa yang anda rasakan, sesudah anda mengikuti pelatihan?
J : Saya jadi paham bahwa sikap optimis itu perlu
T : Apakah anda merasakan adanya perubahan, jika iya perubahan apa yang
anda rasakan?
J : Ya, saya jadi lebih optimis dalam menjalani semua hal dalam hidup ini
T : berikan saran dan kritik dari pelatihan yang kami adakan guna perbaikan dan
masukan-masukan
J : pelatihannya menyenangkan
7. Nama subjek : H
T: Apa yang anda rasakan, sebelum mengikuti pelatihan?
J : saya kurang bisa membawakan diri
T : Apa yang anda rasakan selama mengikuti pelatihan?
J : senang dan banyak mendapat pengetahuan
T : sesi apa yang membuat anda berkesan?
J : Saat materi manajemen stres, ternyata setiap orang mempunyai caranya
tersendiri untuk menyelesaikan masalahnya dan caranya ternyata lucu-lucu
T : Apa yang anda rasakan, sesudah anda mengikuti pelatihan?
J : lebih santai dan lebih menghargai perasaan orang lain
T : Apakah anda merasakan adanya perubahan, jika iya perubahan apa yang anda
rasakan?
J : saya merasa lebih tenang menghadapi masalah dan lebih terbuka
T : berikan saran dan kritik dari pelatihan yang kami adakan guna perbaikan dan
masukan-masukan
J : pelatihannya sudah bagus
8. Nama subjek : I
T : Apa yang anda rasakan, sebelum mengikuti pelatihan?
J : saya tidak tahu kelebihan dan kekurangan saya
T : Apa yang anda rasakan selama mengikuti pelatihan?
J : saya dapat mengerti apa yang ada pada diri saya entah itu potensi yang saya
miliki maupun kekurangana yang harus saya perbaiki
T : sesi apa yang membuat anda berkesan?
J : semua materi membuat saya menjadi belajar dan mengevaluasi diri
mengenai kekurangan dan kelebihan diri saya
T : Apa yang anda rasakan, sesudah anda mengikuti pelatihan?
J : saya jadi tahu apa kekurangan diri saya
T : Apakah anda merasakan adanya perubahan, jika iya perubahan apa yang
anda rasakan?
J : ya, perubahan tentang kebersamaan yang mulanya bekerja sendiri-sendiri
sekarang saling membantu dan saling pengertian
T : berikan saran dan kritik dari pelatihan yang kami adakan guna perbaikan
dan masukan-masukan
J : sarannya waktunya lebih lama lagi
9. Nama subjek : S
T : Apa yang anda rasakan, sebelum mengikuti pelatihan?
J : saya agak pendiam dan tertutup
T : Apa yang anda rasakan selama mengikuti pelatihan?
J : saya belajar sedikit terbuka dan pelatihannya menyenangkan
T : sesi apa yang membuat anda berkesan?
J : materi penghargaan diri, sedikit banyak membuat saya agar lebih
menghargai diri saya sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihannya
T : Apa yang anda rasakan, sesudah anda mengikuti pelatihan?
J :saya lebih tenang
T : Apakah anda merasakan adanya perubahan, jika iya perubahan apa yang
anda rasakan?
J : saya lebih optimis dalam menjalani hidup dan mengerti setiap orang pasti
punya kekurangan dan kelebihan
T : berikan saran dan kritik dari pelatihan yang kami adakan guna perbaikan
dan masukan-masukan
J : pelatihan seperti ini seharusnya sering diadakan
10. Nama subjek : IR
T : Apa yang anda rasakan, sebelum mengikuti pelatihan?
J : saya merasa kurang mengerti orang lain
T : Apa yang anda rasakan selama mengikuti pelatihan?
J : pelatihannya menyenangkan, saya semangat mengikutinya
T : sesi apa yang membuat anda berkesan?
J : Semuanya membuat saya menjadi lebih mengerti untuk lebih
mengendalikan emosi, dan berusaha untuk belajar mendengarkan orang lain
T : Apa yang anda rasakan, sesudah anda mengikuti pelatihan?
J : saya jadi tahu dan mengerti banyak hal
T : Apakah anda merasakan adanya perubahan, jika iya perubahan apa yang anda
rasakan?
J : ya, saya belajar lebih sabar dalam menghadapi sesuatu
T : berikan saran dan kritik dari pelatihan yang kami adakan guna perbaikan dan
masukan-masukan
J : sarannya pelatihan seperti ini perlu diadakan lagi
nx-test
PELATIHAN KECERDASAN EMOSI
KARYAWAN PT. MATARINDO DI KABtJPATEN SLEMAN
HARI/TANGGAL : Sabtu / 25 Februari 2006
WAKTU : 09.00 s.d. seiesai
TEMPAT : di ruang rapat PT. Matarindo
NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN
fbuck a-y-hsb' is^C- Z/9-/0X
j-tatiijali OfiTctfoi-
p/Lu/iv Operatorqfr
/*<&' Of-ero-far.]c-\A~i n<Zh O p <• Uxt-at 0~
S^ua A'-Srrir/ a^talfiPtfxZ)ffgr-\(MAi\
Lo\ L&eTD •(UUH&lri
vViiWWCU
Y\FW\. %\&A$fafo ll-S-UV^r^
13 \\j*M \ c\a/\
14 Pulrr0\A(\AA-t
15 -t^v J v-
16
17u fi^L-^'^
^Ldrvieb19 ^utfdr no o^^^Z^20 «V?l*0 SW?+10^C7 -o
t \<^^>2T\M^)
DAFTAR HADIR
PELATIHAN KECERDASAN EMOSI
KARYAWAN PT. MATARINDO DI KABUPATEN SLEMAN
HARI/TANGGAL : Sabtu / 25 Februari 2006
WAKTU : 09.00 s.d. selesai
TEMPAT : di ruan« rapat PT. IVIatarindo
NO
11
13
16
IT
79"
20
NAMA
ryud, tf^h'f;'
i-i i •rtyNL-jc
f,pJUi\H
Inajei
' i i '-;. i n
J~r=s tnJl
(H%\Jjarya•<V/1 L(2-('~D • /tUyffYi'iW
d$U\gl
JABATAN TANDA TANGAN
opc l/froP it••^rjtor
tfhurator1JL
cp<sri>-£ Q*kr
i
~sBt.jr_/2c/^Li5:4:
'¥-c: /•-'•:•; ft-r
i)>nAUL:
%^
3-
Nomor
LampiranHal
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS PSIKOLOGIAlamat: Kampus Terpadu, Jl. KaliurangKM. 14,5 Besi, Sleman Yogyakarta 55584Telp. 0274-896146 Ext. (1114), Fax. 0274-896146 Ext. (1116), E-maiI:[email protected]
41/Dek/70/FP/II/2006
Permohonan Ijin Penelitian untuk Skripsi
2 Februari 2006
Kepada Yth.Pimpinan PT MatarindoYogyakarta
Bismillahirrahrnanirrahiem
Assalamu'alaikum wr.wb.
Dengan ini kami memohon bantuan Bapak/Ibu untuk memberi ijin padamahasiswa kami :
Nama
No. Mahasiswa
: Febbyanti: 01320268
Agar dapat melakukan penelitian/try out angket di instansi yang Bapak/Ibupimpin.Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa yang bersangkutan dalam rangkapenyusunan skripsi sebagai syarat kelulusan study di fakultas kami.
Adapun judul skripsinya adalah:"Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Stres Kerja Karyawan"
Demikian permohonan kami, atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Saudarakami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Mengetahui,Dekan*Fakultas Psikologi UII
Dr. Sukarti
Pembimbjng Skripsii 'i
Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi., M.Si.
matarindokreasisarana. p>t
-office : jl.kdiurang km.6 pandegarini no.9 yogyakarta 55283 -indcnesiaD (0274)880049.880873 lax. (0274)885551
laclory : ringroad barat dowangon banyuroden gamping sleman yogyakarta 55293O (0274)621915.621591 lax. (0274)621591
SURAT KETERANGAN
NO.88/SKT/MKS/III/2006
Manajemen PT.Matarindo Kreasi sarana.Yogyakarta dengan ini menerangkanBahwa:
Nama
Nomor Mahasiswa
Fakultas /Program StudiPerguruan Tinggi
FEBBYANTI
01320628
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Telah melaksanakan penelitian tanggal 25 Febuari 2006 dan 04 Maret 2006 Dengan Judul* PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP STRESKERJA KARYAWAN " di PT Matarindo Kreasi sarana, JL. RING ROAD BARATDowangan ,Banyuraden,Gamping ,Sleman Yogyakarta.
Demikian Surat Keterangan ini di BerikanKepadayang bersangkutan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta :06 Maret 2006Manajemen~PT.Matarindo Kreasi sarana
IR.M.FUAD J^HARManajer Produksi
?~'/Jf*^*
v'*r-A
iVr"
",*
^|4M^t-?<
:•-a
m£
-*/!-