hubungan antara kecerdasan emosional dengan … · ciri-ciri kecerdasan emosional menurut daniel...

18
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA KELAS XII BAHASA DAN XII IPA 1 SMA KRISTEN 1 SALATIGA ARTIKEL TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Bimbingan Dan Konseling untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Marlyna Puspita Lucky 132012012 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

    DENGAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA

    KELAS XII BAHASA DAN XII IPA 1 SMA KRISTEN 1

    SALATIGA

    ARTIKEL TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Program Studi Bimbingan Dan Konseling

    untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Marlyna Puspita Lucky

    132012012

    PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • LEMBAR PERSETUJUAN

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

    DENGAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA

    KELAS XII BAHASA DAN XII IPA 1 SMA KRISTEN 1

    SALATIGA

    TUGAS AKHIR

    Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling

    untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh

    gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Marlyna Puspita Lucky

    132012012

    Disetujui Oleh :

    Drs. Umbu Tagela, M.Si

    Pembimbing I

    Y. Windrawanto, S.Pd, M.Pd

    Pembimbing II

    Setyorini, M.Pd

    Penguji

  • LEMBAR PENGESAHAN

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

    DENGAN KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA

    KELAS XII BAHASA DAN XII IPA 1 SMA KRISTEN 1

    SALATIGA

    Oleh

    Marlyna Puspita Lucky

    132012012

    Mengesahkan bahwa tugas akhir ini telah diuji, dipertahankan dan disetujui

    Dalam sidang Ujian tugas akhir pada tanggal 10 Januari 2017

    Disahkan Oleh:

    Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd

    Dekan FKIP

    Setyorini, M.Pd

    Kaprogdi BK

  • HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

    KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA KELAS XII

    BAHASA DAN XII IPA 1 SMA KRISTEN 1 SALATIGA

    Oleh :

    Marlyna Puspita Lucky

    (Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW)

    Pembimbing :

    Drs. Umbu Tagela, M.Si dan Y.Windrawanto, S.Pd, M.Pd

    (Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW)

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilakukan denga tujuan untuk mengetahui signifikansi

    hubungan antara kecerdasan emosional dengan kekerasan dalam pacaran

    pada siswa kelas XII Bahasa dan XII IPA 1 SMA Kristen 1 Salatiga

    dengan jumlah 38 Siswa yang sedang berpacaran dan pernah berpacaran.

    Pengumpulan data menggunakan dua kuisioner yaitu kecerdasan

    emosional dan kekerasan dalam pacaran dengan jumlah item pernyataan

    20 dan 20. Untuk hasil didapatkan correlation coefisien sebesar 0,711

    dengan signifikansi p = 0,000 < 0,01. Dengan ini menunjukkan bahwa ada

    hubungan signifikansi antara kecerdasan emosional dengan kekerasan

    dalam pacaran pada siswa kelas XII Bahasa dan XII IPA 1 SMA Kristen 1

    Salatiga. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat

    kecerdasan emosional semakin tinggi tingkat kekerasan dalam pacaran.

    Kata Kunci : Kecerdasan Emosional dan Kekerasan Dalam Pacaran

    PENDAHULUAN

    Perkembangan zaman pada

    saat ini sudah membuat orang

    mengartikan berpacaran dalam

    berbagai arti, bahkan para remaja

    perempuan sudah membuat dirinya

    tidak bisa hidup tanpa laki-laki atau

    bahkan bisa disebut jika tidak punya

    pacar tidak gaul. Dalam kehidupan

    pacaran pada saat ini juga sudah

    menyebabkan orang sangat

    bergantung dengan pasangan

    pacarannya, ada yang memanfaatkan

    dengan pacarnya sebagai tukang

    ojek, ATM berjalan, sekedar

    membuat para remaja menjadi

    terkenal sebab pasangannya adalah

    orang ternama di kelompok remaja

    sosial.

  • Orang yang sudah berpacaran

    ataupun belum berpacaran kadang

    tidak bisa menyebutkan apa istilah

    dari pacaran, bahkan orang menyebut

    pacaran itu sebagai mainan saja. Dari

    perilaku dan gerak-gerik para

    pasangan sulit memahami dan

    menyikapi arti pacaran dikarenakan

    ada yang berpacaran serius dan

    hanya main-main saja atau sedang

    mencari jati diri. Pada hakikatnya

    tujuan dari berpacaran merupakan

    untuk saling berbagi tanpa harus

    menyakiti satu sama lain. Saling

    jatuh cinta merupakan hal yang

    manusiawi karena manusia hidupnya

    selalu membentuk hubungan sosial

    dengan orang lain dimana hubungan

    sosial ini akan meningkat seiring

    dengan pertambahan usia manusia itu

    sendiri.

    Berbicara tentang remaja

    mencari jati diri menimbulkan para

    remaja memperlakukan seenaknya

    sendiri terhadap pasangannya dan

    bersikap yang membuat pasangannya

    menjadi kesakitan atau bisa disebut

    dengan kekerasan dalam pacaran

    (KDP) hingga ke tindakan kriminal.

    Tindakan kekerasan dalam pacaran

    (KDP) ini juga semata mata bukan

    hanya remaja laki-laki saja yang

    melakukan tindakan kekerasan dalam

    pacaran (KDP) tetapi remaja

    perempuan juga bisa melakukan

    tindakan kekerasan dalam pacaran

    (KDP). Tingginya ketidakadilan

    terhadap derajat dalam hal gender

    masih sering kali terjadi dalam

    kehidupan sehari-hari, bahwa

    seorang perempuan biasa dianggap

    makhluk yang lemah, penurut, pasif,

    mengutamakan kepentingan laki-laki

    dan lain sebagainya, sehingga dirasa

    pantas menerima perlakuan yang

    tidak wajar atau semena-mena.

    (Setyawati, dalam Astuti 2014).

    Tingginya kasus kekerasan

    dalam pacaran yang ada di hasil

    tersebut menyebabkan pacaran

    bukanlah masa-masa yang indah bagi

    remaja tetapi pacaran yang dilakukan

    oleh remaja diwarnai dari berbagai

    penyimpangan. Ciri khas yang

    biasanya muncul korban hanya

    berdiam saja, dengan alasan bahwa

    korban kekerasan sangat mencintai

    pasangannya. Disamping itu korban

    kekerasan dalam masa pacaran

    cenderung lemah, kurang percaya

    diri. Apalagi ditambah sang pacar

    sudah menunjukan sikap menyesal,

    minta maaf, dan berjanji tidak akan

    mengulangi kesalahan lagi.

  • Kekerasan dalam pacaran dapat

    dihindari ketika para pelaku pacaran

    mengkomunikasikan emosinya

    dengan baik.

    Berdasarkan hasil wawancara

    yang dilakukan dengan Guru BK

    yang berkaitan dengan kecerdasan

    emosional dengan kekerasan dala

    pacaran,dan beberapa siswa SMA

    Kristen 1 Salatiga mengatakan

    bahwa ada beberapa teman yang

    mendapatkan tindakan kekerasan

    ketika bersama pacarnya, dapat

    disimpulkan bahwa siswa pernah

    mengalami dan melakukan kekerasan

    dalam pacaran.

    Siswa mampu bersosialisasi

    dengan baik terhadap teman

    sebayanya, juga mampu

    mengendalikan diri dan mampu

    menghargai satu sama lain. Namun

    hal ini berubah ketika sedang

    bersama pacarnya, ditunjukkan

    dengan bersikap lebih mendominasi

    diri terhadap hubungan yang sedang

    dijalani, menunjukkan siapa yang

    menjadi pihak superioritas, siapa

    yang paling berkuasa dalam

    hubungan yang sedang dijalani.

    Tujuan penelitian yang akan

    dicapai dalam penelitian ini adalah

    untuk mengetahui signifikan

    hubungan antara kecerdasan

    emosional dengan kekerasan dalam

    pacaran pada siswa kelas XII Bahasa

    dan XII IPA 1 SMA Kristen 1

    salatiga.

    KAJIAN TEORI

    Kekerasan Dalam Pacaran (KDP)

    Definisi kekerasan dalam pacaran

    Kekerasan atau bahasa inggris :

    violence berasal dari kata latin :

    violentinus yang berasal dari kata

    (vi) atau (vis) berarti (kekuasaan atau

    berkuasa). Dalam bahasa sehari hari

    konsep kekerasam meliputi

    pengertian yang sangat luas mulai

    dari tindakan penghancuran harta

    benda, pemerkosaan, pemukulan,

    perusakan yang bersifat ritual,

    penyiksaan dan bahkan sampai

    pembunuhan. Secara sosiologis,

    kekerasan merupakan suatu konflik

    sosial yang tidak terkendali oleh

    masyarakat dengan mengabaikan

    norma dan nilai sosial sehingga

    menimbulkan tindakan merusak.

    Murray (2006) mendefinisikan

    kekerasan dalam pacaran (abusive

    datting relathionship) sebagai

    penggunaan dengan sengaja taktik

    kekerasan dan tekanan fisik untuk

    mendapatkan serta mempertahankan

    kekuasaan dan kontrol terhadap

  • pasangan intimnya. Set (2009)

    menambahkan pendapat bahwa

    kekerasan dalam pacaran merupakan

    pola kekerasan berupa pelanggaran

    etika fisik maupun psikis dalam

    hubungan cinta untuk mengendalikan

    dan mengatur pasangan menuruti

    semua keinginan pelaku. Set (2009)

    menambahkan kekerasan dalam

    pacaran terjadi ketika ada kondisi

    yang tidak setara antara pasangan

    remaja, yang disebut sebagai

    hubungan dominan tidak seimbang.

    Set (2009) menambahkan

    bahwa sebagian besar hubungan

    cinta remaja memiliki titik lemah di

    dalam masalah keseimbangan dan

    kesetaraan dalam berpendapat,

    bersikap dan berbuat. Ketika

    dominasi terjadi tanpa perlawanan

    dari pasangan untuk kembali

    menyetarakan posisinya dalam

    hubungan cinta pasangan, maka akan

    muncul kondisi yang disebut sebagai

    kekerasan dalam pacaran. Dalam hal

    berpacaran, pasangan tidak sadar

    bahwa dia sudah di perlakukan tidak

    baik dan tidak pantas oleh

    pasangannya, remaja masih

    menganggap bahwa pacaran yang

    dilakukan baik-baik saja. Karena

    pada umumnya pacaran adalah masa

    yang indah untuk menyatukan dua

    perbedaan watak yang diwarnai

    emosi bahagia manisnya perbedaan.

    Faktor yang mempengaruhi

    Kekerasan dalam pacaran meurut

    Metropolitan King City Counsil

    (dalam Murray, 2006) :

    a. Penerimaan teman sebaya

    b. Ekspetasi gender

    c. Kurang pengalaman, kurang

    informasi

    d. Punya sedikit kontak dengan

    orang dewasa

    e. Kurang akses pada sumber

    sosial

    f. Masalah legal

    g. Penyalahgunaan substansi

    Dari uraian di atas dapat

    disimpulkan bahwa terdapat tujuh

    beberapa faktor yang mempengaruhi

    perilaku kekerasan dalam pacaran

    yaitu, penerimaan teman sebaya,

    ekspetasi gender, kurang pengalaman

    kurang informasi, punya sedikit

    kontak dengan orang dewasa, kurang

    akses pada sumber sosial, masalah

    legal, dan penyalahgunaan substansi.

    Remaja yang melakukan kekerasan

    dalam pacaran tidak mampu menilai

    apa yang di perbuat dan akan

    menyimpan rahasia untuk diri

    sendiri.

  • Aspek-aspek kekerasan dalam

    pacaran menurut Murray (2006)

    yaitu verbal, emosi, kekerasan

    seksual, dan kekerasan fisik. Dalam

    verbal terdapat hal yang menjadi

    suatu perilaku kekerasan seperti

    memanggil dengan sebutan buruk

    (seperti pelacur, oon, goblok, dan

    sebutan yang tidak pantas lainnya),

    kata-kata dengan kasar dengan nada

    tinggi, dan memaki-maki pasangan

    pada saat berdua maupun secara

    sengaja maupun tidak sengaja

    mempermalukan pacar di depan

    umum dengan kata-kata yang kasar

    atau mengejeknya.

    Perilaku kekerasan dalam

    pacaran sering kali yang terjadi

    adalah pemerkosaan, awalnya

    pasangan berciuman, sentuhan yang

    tidak di hendaki, dan menjurus ke

    tindakan pemerkosaan dan pelaku

    kekerasan memaksa untuk

    melakukan dan mengancam akan

    meninggalkan, atau akan melakukan

    penganiayaan.

    Kecerdasan Emosional

    Steiner (1997) (dalam Ekowati,

    2013) menjelaskan pengertian

    kecerdasan emosional adalah suatu

    kemampuan yang dapat mengerti

    emosional diri sendiri dan orang lain,

    serta mengetahui bagaimana emosi

    diri sendiri terekspresikan untuk

    meningkatkan maksimal etis sebagai

    kekuatan pribadi.

    Senada dengan definisi

    tersebut, Mayer dan Solovey (dalam

    Goleman, 2001) mengungkapkan

    kecerdasan emosi sebagai

    kemampuan untuk memantau dan

    mengendalikan perasaan sendiri dan

    orang lain, dan menggunakan

    perasaan-perasaan itu untuk memadu

    pikiran dan tindakan.

    Dari beberapa pengertian

    tersebut ada kecenderungan arti

    bahwa kecerdasan emosional adalah

    kemampuan mengenali perasaan

    sendiri dan perasaan orang lain,

    mampu memotivasi diri sendiri, dan

    mampu mengolah emosi pada diri

    sendiri dan orang lain.

    ciri-ciri kecerdasan emosional

    menurut Daniel Goleman (2001)

    terdapat 5 ciri kecerdasan emosi,

    yaitu :

    a. Mengenali emosi diri

    b. Mengelola emosi

    c. Memotivasi diri

    d. Empati

    e. Membina hubungan

    Dari uraian diatas remaja

    mampu mengendalikan emosi

  • dirinya tersebut, mampu mengerti

    perasaan dan memiliki kekuatan

    semangat untuk melakukan

    aktivitas tertentu.

    Hubungan Kecerdasan Emosional

    dengan Kekerasan Dalam Pacaran

    Pada umunya manusia yang

    sedang menjalin hubungan cinta akan

    membuat pasangannya menjadi

    nyaman dan bahagia berada di

    dekatnya, pasangan yang pada

    awalnya memberikan sebuah cinta

    yang sangat tulus membuat lawan

    pasangannya menjadi bahagia hingga

    akhirnya munculah sebuah pacaran

    yang negatif dan membuat pasangan

    tersebut masuk ke dalam tindak

    kekerasan.

    Menurut Set (2009) sebagian

    besar hubungan cinta remaja

    memiliki titik lemah di dalam

    masalah keseimbangan dan

    kesetaraan dalam berpendapat,

    bersikap dan berbuat. Ketika

    dominasi terjadi tanpa perlawanan

    dari pasangan untuk kembali

    menyetarakan posisinya dalam

    hubungan cinta pasangan, maka akan

    muncul kondisi yang disebut sebagai

    kekerasan dalam pacaran. Sebuah

    tindak kekerasan ini dalam keadaan

    sadar dan membuat korbannya

    kesakitan orang yang melakukan

    tindak kekerasan tidak dapat

    mengontrol emosinya dengan baik.

    Kontrol emosi dikaitkan dengan

    kecerdasan emosional dimana pelaku

    kekerasan tersebut belum dapat

    mengenali, memahami, dan

    mengatur emosi dengan efektif

    sebagai ukuran kecerdasan emosinya.

    Steiner (1997) menjelaskan

    pengertian kecerdasan emosional

    adalah suatu kemampuan yang dapat

    mengerti emosi diri sendiri dan orang

    lain, serta mengetahui bagaimana

    emosi diri sendiri terekspresikan

    untuk meningkatkan maksimal etis

    sebagai kekuatan pribadi. Emosi

    tersebut sangat dibutuhkan di

    kehidupan sehari-hari, salah satunya

    ketika sesorang berada dalam situasi

    berpacaran.

    METODE

    Jenis Penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini

    adalah penelitian korelasional.

    Menurut Arikunto, (2010) penelitian

    korelasional merupakan penelitian

    untuk mengetahui ada atau tidak

    adanya hubungan antara dua atau

    beberapa variabel. Dengan teknik

    korelasional, peneliti dapat

    mengetahui variasi dan sebuah

  • variabel dengan variabel lain besar

    atau tingginya hubungan tersebut

    dinyatakan dalam bentuk koefisien

    korelasi.

    Teknik pengambilan sampel

    dalam penelitian ini menggunakan

    teknik purposive sampling yaitu

    teknik penentuan sampel dengan

    pertimbangan tertentu sebagai

    responden atau sampel.

    Pertimbangan yang

    digunakan adalah banyak siswa yang

    berpacaran dan dari berbagai suku

    dan etnis di siswa-siswi kelas XII

    Bahasa dan kelas XII IPA 1 yang

    berjumlah 38 siswa yang pernah dan

    sedang berpacaran.

    Kelas XII IPA 1

    Kelas Bahasa

    Uji coba instrumen

    Uji Validitas

    Standar pengukuran yang

    digunakan untuk menentukan

    validitas item berdasarkan pendapat

    Azwar (2012) yaitu instrumen

    penelitian akan valid apabila memilki

    koefisien correcrted item total

    correlation > 0,2. Uji validitas

    instrumen kecerdasan emosional

    menunjukkan bahwa dari 40 item

    pertanyaan semua item menunjukkan

    corrected to total correlation ≥ 0,20.

    Item-item tersebut memiliki koefisien

    to total correlation terendah r= 0,313

    dan tertinggi r=0,750. Uji validitas

    kekerasan dalam pacaran

    menunjukkan bahwa dari 40 item

    pertanyaan semua item menunjukkan

    corrected to total correlation ≥ 0,20.

    Item-item tersebut memiliki koefisien

    to total correlation terendah r=0,204

    dan tertinggi r=0,764.

    Uji Reliabilitas

    Reliabilitas adalah sejauh

    mana hasil suatu pengukuran dapat

    dipercaya (Azwar, 2007). Artinya

    bahwa hasil pengukuran dapat

    dipercaya apabila dalam pelaksanaan

    pengukuran terhadap kelompok

    subjek yang sama diperoleh hasil

    yang relatif sama selama dalam diri

    subjek yang diukur memang belum

    berubah dan dikatakan reliabel jika

    Pernah Pacaran 8

    Sedang Pacaran 9

    Belum Pernah Pacaran -

    JUMLAH 17

    Pernah Pacaran 5

    Sedang Pacaran 16

    Belum Pernah Pacaran 5

    JUMLAH 26

  • besarnya korelasi minimal α > 0,70.

    Uji coba dilaksanakan dan

    didapatkan hasil untuk item

    kecerdasan emosional dengan

    cronbach’s Alpha sebesar 0,935, dan

    untuk kekerasan dalam pacaran

    didapatkan hasil sebesar 0,911.

    Analisis data menggunakan kendall’s

    Tau b dengan dibantu oleh spss versi

    20.

    Hasil Penelitian

    Analisis Defkriptif

    Dengan data sudah terkumpul setelah

    diisi oleh para siswa kelas XII

    Bahasa dan XII IPA 1. Maka dimulai

    analisis dengan dibantu oleh program

    spss 20 for windows. Dan didapatkan

    hasil sebagai berikut :

    Distribusi Kekerasan Dalam

    Pacaran

    Berdasarkan tabel kekerasan dalam

    pacaran pada siswa kelas XII Bahasa

    dan XII IPA 1 SMA Kristen 1

    Salatiga sebagian besar pada kategori

    sedang (60,52%..

    Distribusi Kecerdasan Emosional

    Berdasarkan tabel kecerdasan

    emosional pada siswa kelas XII

    Bahasa dan XII IPA 1 SMA Kristen

    1 Salatiga sebagian besar pada

    kategori sedang (73,68%).

    Uji Korelasi

    Hasil analisis korelasi antara

    kecerdasan emosional dengan

    kekerasan dalam pacaran

    Kategori Range

    Skor

    Frekuensi Prosentase

    (%)

    Tinggi 130 –

    160

    10 26,31 %

    Sedang 80 –

    129

    28 73,68 %

    Rendah 40 –

    79

    0 0 %

    Jumlah 38 100 %

    Correlations

    Kece

    rdas

    ane

    mosi

    Keke

    rasa

    ndala

    mpac

    aran

    Kend

    all's

    tau_b

    Kecerdas

    anemosi

    Correlati

    on

    Coefficie

    nt

    1,00

    0 ,711

    **

    Sig. (2-

    tailed) . ,000

    N 38 38

    Kekerasa

    ndalampa

    caran

    Correlati

    on

    Coefficie

    nt

    ,711**

    1,00

    0

    Sig. (2-

    tailed) ,000 .

    N 38 38

    **. Correlation is significant at the 0.01 level

    (2-tailed).

    Kategori Range

    Skor

    Frekuensi Prosentase

    (%)

    Tinggi 130 –

    160

    0 0 %

    Sedang 80 –

    129

    23 60,52 %

    Rendah 40 –

    79

    15 39,48 %

    Jumlah 38 100 %

  • Berdasarkan tabel menunjukkan hasil

    bahwa dalam penelitian ini koefisien

    korelasi hubungan antara kecerdasan

    emosional dengan kekerasan dalam

    pacaran pada siswa kelas XII Bahasa

    XII IPA 1 SMA Kristen 1 Salatiga

    hasilnya r = 0,711** dengan

    koefisien signifikan 0,000

  • kekerasan dalam pacaran. Sebuah

    tindak kekerasan ini dalam keadaan

    sadar dan membuat korbannya

    kesakitan orang yang melakukan

    tindak kekerasan tidak dapat

    mengontrol emosinya dengan baik.

    Kontrol emosi dikaitkan dengan

    kecerdasan emosional dimana pelaku

    kekerasan tersebut belum dapat

    mengenali, memahami, dan

    mengatur emosi dengan efektif

    sebagai ukuran kecerdasan emosinya.

    PENUTUP

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah

    : ada hubungan yang signifikan

    antara kecerdasan emosional dengan

    kekerasan dalam pacaran dengan

    hasil koefisien korelasi sebesar

    r=0,711** dan pada Sig (2-tailed) =

    0,000

  • Azwar. 2007. Reabilitas dan

    Validitas edisi ke-3.

    Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

    ______. 1998. Sikap Manusia : Teori

    dan Pengukurannya.

    Yogyakarta : Liberty

    Chusairi, A. 2000. Analisis Gender

    dan Transformasi Sosial.

    Jurnal Akhatipe, 1(1),4-

    13

    Christiana, Yohana. 2010. Sikap

    Terhadap Kekerasan dalam

    pacaran Pada Remaja

    Ditinjau Dari Kecerdasan

    Emosi Dan Persepsi

    Terhadap Informasi

    Mengenai Kekerasan Dalam

    Pacaran Dari Orang Tua.

    Jurnal Penelitian UNIKA

    Soegijapranata.

    http://eprints.unika.ac.id/3359

    /1/06.40.0121_Yohana_Chris

    tiana.pdf.

    Diakses pada tanggal 29 Mei

    2013

    Fakih, M. 1996. Analisis Gender dan

    Transformasi Sosial.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Goleman, D. 2001. Kecerdasan

    emosi untuk mencapai

    puncak prestasi, Jakarta:

    Gramedia Pustaka

    Utama.

    __________. 2007. Kecerdasan a

    Emosional. (Alih bahasa: T.

    Hermaya). Jakarta:

    Gramedia Pustaka Utama.

    Hadi, S. 1994. Metodologi Research.

    Yogyakarta Penerbitan Andi.

    Iqbal, H.M. 2011. Pokok-Pokok

    Materi Statistika 1 (Statistika

    Diskriptif). Jakarta : PT.

    Bumi Aksara. (Edisi

    Kedua).

    Murray, Jill. 2006. But I Love Him:

    Mencegah Kekerasan dan

    Dominasi Pasangan

    Dalam Pacaran. Alih Bahasa

    : Yuda, S. Jakarta : PT.

    Bhuana Ilmu Populer.

    N. S., Arieka. 2007. Love Shouldn’t

    Hurt Sebuah Ulasan tentang

    Dating

    Violence. Di unduh tanggal

    24 November 2011, dari

    http://ariekaonly.multiply.co

    m/journal/.../LOVE_SHOUL

    DT_HURT_sebuah_ulasan_t

    entang_DATING_VIOLENC

    E_Keke

    Salovey, R. (2008). Pengaruh

    kecerdasan emosional

    terhadap kinerja Guru SMA

    di pekanbaru. Riau.

    Skripsi (Tidak diterbitkan).

    Fakultas Psikologi

    Universitas Kristen Satya

    Wacana. Salatiga.

    Set, S. 2009. Stop Kekerasan dalam

    pacaran!. Yogyakarta:

    Kanisius.

    Setyawati, Karlina. 2010. Studi

    Eksplorasi Mengenai Faktor

    – Faktor Penyebab Dan

    Dampak Sosial Kekerasan

    Dalam Pacaran ( Dating

    Violance) Di Kalangan

    Mahasiswa Jurusan Sosiologi

    Fakultas Ilmu Sosial Dan

    Ilmu Politik Sebelas Maret.

    Surakarta: USM (skripsi

    tidak diterbitkan).

    Stein,S., Book E. (2002). Ledakan

    EQ: 15 Prinsip Dasar

    http://eprints.unika.ac.id/3359/1/06.40.0121_Yohana_Christiana.pdfhttp://eprints.unika.ac.id/3359/1/06.40.0121_Yohana_Christiana.pdfhttp://eprints.unika.ac.id/3359/1/06.40.0121_Yohana_Christiana.pdfhttp://ariekaonly.multiply.com/journal/.../LOVE_SHOULDT_HURT_sebuah_ulasan_tentang_DATING_VIOLENCE_Kekehttp://ariekaonly.multiply.com/journal/.../LOVE_SHOULDT_HURT_sebuah_ulasan_tentang_DATING_VIOLENCE_Kekehttp://ariekaonly.multiply.com/journal/.../LOVE_SHOULDT_HURT_sebuah_ulasan_tentang_DATING_VIOLENCE_Kekehttp://ariekaonly.multiply.com/journal/.../LOVE_SHOULDT_HURT_sebuah_ulasan_tentang_DATING_VIOLENCE_Kekehttp://ariekaonly.multiply.com/journal/.../LOVE_SHOULDT_HURT_sebuah_ulasan_tentang_DATING_VIOLENCE_Keke

  • Kecerdasan Emosional

    Meraih Sukses (Januarsary.

    T.R.,dkk, Pengalih bahasa).

    Bandung: Kaifah.

    Sugiyono. 2011. Statistika Untuk

    Penelitian. Bandung :

    Alfabeta.