perbedaan aktivitas antioksidan pada perendaman 1 …repo.stikesicme-jbg.ac.id/293/1/kti...

65
PERBEDAAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA PERENDAMAN 1 JAM DAN 2 JAM EKSTRAK AIR JAMUR TIRAM (Pleorarus ostreatus) KARYA TULIS ILMIAH PUJI RAHAYU HIDAYATI 141310064 PROGAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERBEDAAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA

    PERENDAMAN 1 JAM DAN 2 JAM EKSTRAK AIR JAMUR

    TIRAM (Pleorarus ostreatus)

    KARYA TULIS ILMIAH

    PUJI RAHAYU HIDAYATI

    141310064

    PROGAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

    SEKOLAH TINGGI KESEHATAN

    INSAN CENDEKIA MEDIKA

    JOMBANG

    2017

  • ii

    PERBEDAAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA

    PERENDAMAN 1 JAM DAN 2 JAM EKSTRAK AIR JAMUR

    TIRAM (Pleorarus ostreatus)

    Karya Tulis Ilmiah:

    Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan

    Menyelesaikan Studi di Program Studi Diploma III Analis Kesehatan

    PUJI RAHAYU HIDAYATI

    141310064

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    INSAN CENDEKIA MEDIKA

    JOMBANG

    2017

  • iii

    PERBEDAAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA PERENDAMAN 1 JAM

    DAN 2 JAM EKSTRAK AIR JAMUR TIRAM (PLEORARUS OSTREATUS)

    Puji Rahayu Hidayati*,Awaluddin Susanto**,Miftachul Sobirin***

    D-III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang

    2017

    ABSTRAK

    Jamurtirammemilikisenyawaantioksidanberperansebagaipenghambatreaksi

    dariradikalbebasdengancaramendonorkansatuelektronnyauntukmenstabilkanradik

    albebas.

    Namundalampengolahanjamurtiramdapatmengurangikandunganantioksidandalam

    jamurtiram. Untukitudilakukanpenelitianuntukmengetahui aktivitas antioksidan

    dari ekstrak jamur tiram yang direndam 1 jam dan direndam 2 jam.

    Aktivitasantioksidandiperolehdenganmenggunakanmetodeperedamradikal

    bebas DPPH (1,1 difenil-1-prikrilhidrazil) diukur dengan spektrofotometri UV-

    Vis.

    Hasil dari pengujian aktivitas ekstrak air jamur tiram yang direndam 1 jam

    didapatkan absorbansi 0,80262 dengan konsentrasi 0,21003 dan didapat kadar

    antioksidan sebesar 4,20 ppm. Pada perendaman 2 jam didapat nilai absorbansi

    0,80462 dengan konsentrasi 0,14706 dan didapat kadar antioksidan sebesar 2,94

    ppm.

    Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antioksidan dapat disimpulkan kadar

    aktivitas antioksidan yang direndam 1 jam sebesar 4,20 ppm dan yang direndam 2

    jam sebesar 2,94 ppm.

    Kata kunci :aktivitas antioksidan, ekstrak air jamurtiram, perendaman

  • iv

    DIFFERENCESIN ANTIOXIDANT ACTIVITY AT IMMERSION 1 HOUR

    AND IMMERSION 2 HOUR OF EXTRACTWATER OYSTER MUSHROOM

    (Pleurotus ostreatus)

    Puji Rahayu Hidayati*,Awaluddin Susanto**,Miftachul Sobirin***

    D-III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang

    2017

    ABSTRACT

    Oyster mushrooms have antioxidant compounds have role as a reaction

    inhibitor of free radicals by donating one electron to stabilize free radicals. But in

    the processing of oyster mushrooms can reduce the content of antioxidants in

    oyster mushrooms. The objectives of this research were to know antioxidant

    activity effect of immersion time to antioxidant activity of oyster mushroom water

    extract.

    Antioxidant activity was obtained by using the free radical reducer method of

    DPPH (1,1 diphenyl-1-prikrilhidrazil) measured withUV-Vis spectrophotometric.

    The result from antioxidant activity test of extract water oyster mushroom

    was immersion 1 hour obtained absorbance value 0,80262 with concentration

    0,21003 and obtained content antioxidant activity 4,20 ppm. At extract oyster

    mushroom with immersion 2 hour was obtained absorbance value 0,80462 with

    concentration 0,14706 and was obtained content antioxidant activity 2,94 ppm

    Based result of antioxidant activity able conclution antioxidant content of

    oyster mushroom extract with immersion 1 hour 4,20 ppm, while antioxidant

    content oyster mushroom water extract immersion for 2 hours 2,94 ppm.

    Keywords: antioxidant activity, DPPH, oyster mushroom water extract, soaking

  • v

  • vi

  • vii

  • viii

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Samarinda, 22 Samarinda 1995 dari pasangan bapak

    Sunanto dan ibu Khoiriyah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

    Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Sukoiber 1, tahun 2011 penulis lulus

    dari SMPN 1 Gudo, dan pada tahun 2014 penulis lulus dari SMA PGRI 2

    Jombang. Pada tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes ICMe Jombang

    melalui jalur PMDK dengan memilih program studi DIII Analis Kesehatan.

    Demikian riwayat hidup ini dibuat sebenarnya

    Jombang, Agustus 2017

    Yang menyatakan

    Puji Rahayu H.

    1414310064

  • ix

    MOTTO

    “Mengerjakan secara bertahap akan mendapat hasil yang bertahap”

    dengan hasil yang terjamin

    “Daripada melakukan secara instan, mendapat hasil yang instan”

    Instan dapatnya, instan pula hilangnya

  • x

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini untuk

    Allah SWT

    Atas rahmat, karunia dan kemudahan yang telah diberikan

    Untuk kedua orang tuaku

    Sunanto dan Khoiriyah

    Untuk dukungan moril maupun materi serta doa yang tiada henti untuk saya.

    Ucapan terima kasih takkan cukup untuk membalas semua pengorbanan kalian

    Kedua Adikku

    Amilia Sholikh Hidayati dan Chofifah Nur Hidayati

    Senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan doanya

    Sahabat dan Temanku

    Sinta, Nurkhasanah M. dan Maya Nurnaningsih

    Yang senantiasa memberi masukan, saran, kritikan dan membantu dalam proses

    penelitian

    Dosen Pembimbing

    Awaluddin Susanto,S.Pd.,M.Kes dan Miftachul Sobirin,S.Pd.,M.Si

    Atas bimbingan, masukan dan saran dalam menyusun karya tulis ini

    Dosen D III Analis Kesehatan

    Terima kasih untuk semua ilmu, nasehat dan bimbingannya selama ini

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha

    Penyayang, segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat-Nya, atas segala

    karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis

    ilmiah dengan judul “Perbedaan Aktivitas Antioksidan Pada Perendaman 1 Jam

    Dan 2 Jam Ekstrak Air Jamur Tiram (Pleorarus ostreatus)” sebagai salah satu

    syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis Kesehatan STIKes Insan

    Cendekia Medika Jombang.

    Keberhasilan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

    pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini peneliti ingin

    mengucapkan terima kasih kepada Bambang Tutuko, S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H. selaku

    Ketua STIKes ICMe Jombang, Erni Setyorini, S.KM., M.M., dan staff dosen D-

    III Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang, Awaluddin Susanto, S.Si., M.Kes.,

    selaku pembimbing, Miftachul Sobirin, S.Si., M.Si., selaku pembimbing, Begum

    Fauziah, S.Si., M.Farm., Ibu & Ayah, semua keluarga, serta semua pihak yang

    tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti dalam

    penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.

    Peneliti menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, karya

    tulis ilmiah yang peneliti susun masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran, dan

    nasihat sangat diharapkan oleh peneliti demi kesempurnaan karya ini.

    Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat terutama bagi peneliti dan bagi

    kita semua.

    Jombang, Agustus 2017

    Peneliti

  • xii

    DAFTAR ISI

    COVER LUAR .................................................................................... i

    COVER DALAM ................................................................................ ii

    ABSTRAK ........................................................................................... iii

    ABSTRACT ......................................................................................... iv

    LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ v

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ vi

    SURAT PERNYATAAN..................................................................... vii

    RIWAYAT HIDUP .............................................................................. viii

    MOTTO ............................................................................................... ix

    LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................. x

    KATA PENGANTAR ......................................................................... xi

    DAFTAR ISI ........................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG .......................................................... 1 1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................... 3 1.3 TUJUAN PENELITIAN ...................................................... 4 1.4 MANFAAT PENELITIAN .................................................. 4

    1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................... 4

    1.4.2 Manfaat Praktis............................................................. 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 JAMUR TIRAM 2.1.1 Taksonomi .................................................................... 5 2.1.2 Morfologi ..................................................................... 5 2.1.3 Kadungan ..................................................................... 6

    2.2 ANTIOKSIDAN 2.2.1 Pengertian ..................................................................... 7 2.2.2 Fungsi ........................................................................... 7 2.2.3 Cara Kerja ..................................................................... 8 2.2.4 Mekanisme Kerja.......................................................... 8 2.2.5 Antioksidan Alami........................................................ 9

    2.3 RADIKAL BEBAS 2.3.1 Pengertian ..................................................................... 11 2.3.2 Jenis .............................................................................. 11 2.3.3 Bahaya Ros Sebagai Radikal Bebas ............................. 12 2.3.4 Pembentukan Radikal Bebas ........................................ 12

    2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN 2.4.1 Pelarut Ekstraksi ........................................................... 13

  • xiii

    2.4.2 Suhu .............................................................................. 14 2.5 METODE DPPH ...................................................................... 14

    BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka konsep ...................................................................... 16 3.2 Penjelasan Kerangka Konsep ................................................... 17

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN 4.1.1 Tempat Penelitian ............................................................ 18

    4.1.2 Waktu Penelitian ............................................................. 18 4.2 DESAIN PENELITIAN ........................................................... 18 4.3 KERANGKA KERJA .............................................................. 19 4.4 POPULASI DAN SAMPEL

    4.4.1 Populasi ............................................................................ 20

    4.4.2 Sampel ............................................................................ 20 4.5 IDENTIFIKASI DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

    4.5.1 Identifikasi Variabel ....................................................... 20 4.5.2 Definisi Operasional ....................................................... 20

    4.6 PERALATAN DAN BAHAN 4.6.1 Peralatan .......................................................................... 21 4.6.2 Bahan .............................................................................. 21

    4.7 CARA PENGUMPULAN DATA 4.7.1 Penyiapan sampel ........................................................... 21 4.7.2 Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH ............. 22

    4.8 ALUR PEMERIKSAAN .......................................................... 24 4.9 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

    4.9.1 Pengolahan Data ........................................................... 25 4.9.2 Analisa Data ................................................................. 26

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil ......................................................................................... 27 5.2 Pembahasan .............................................................................. 29

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ............................................................................. 33 6.2 Saran ........................................................................................ 33

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiv

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Definisi Operasional ........................................................ 20

    Tabel 5.1 Perbedaan Struktur Jamur Tiram Sebelum Dan

    Sesudah Perendaman ......................................................... 27

    Tabel 5.2 Hasil Uji Antioksidan Ekstrak Jamur Tiram ...................... 28

    Tabel 5.3 Hasil Uji Pengukuran Absorbansi Vitamin C .................... 28

    Tabel 5.4 Nilai Persen Penghambat (% inhibition) ............................ 29

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Morfologi Jamur Tiram ................................................. 6

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep .......................................................... 16

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja ............................................................. 19

    Gambar 4.2 Alur Pemeriksaan .......................................................... 24

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Lembar Konsul Proposal dan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I

    Lampiran 2. Lembar Konsul Proposal dan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II

    Lampiran 3. Lembar Hasil Pemeriksaan Kadar Antioksidan Laboratorium ULP

    Lampiran 4. Hasil Perhitungan Persen Penghambat

    Lampiran 5. Surat Penelitian

    Lampiran 6. Dokumentasi

    Lampiran 7. Surat Bebas Plagiat

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Radikal bebas adalah sebuah molekul atau fragmen molekular yang

    berisi satu atau lebih elektron tidak berpasangan dibagian terluar atom atau

    orbital molekul. Keberadaan dari elektron yang tidak berpasangan menjadi

    sifat umum yang dimiliki oleh kebanyakan radikal. Radikal bebas

    menyerang makromolekul yang memicu kerusakan sel dan gangguan

    homeostatik. Target dari radikal bebas termasuk dalam semua macam

    molekul dalam tubuh, diantaranya, lipid, asam nukleat, dan protein.

    (Muhammed dkk.2015). Senyawa yang dapat mencegah atau mengurangi

    timbulnya aktivitas radikal bebas bebas adalah antioksidan (Lusiana.2015)

    Antioksidan sendiri bekerja dengan cara menunda dan menghambat

    pembentukan radikal bebas serta mengganggu propagasi dari radikal

    bebas. Satu molekul antioksidan dapat bereaksi dengan radikal bebas

    tunggal dan mampu untuk menetralkan radikal bebas dengan

    mendonasikan satu elektronnya, dengan berakhirnya reaksi hilangnya

    karbon ( Brewer.2011; Sen dkk.2010).

    Tubuh dapat memproduksi antioksidan sendiri yang dinamakan

    dengan antioksidan endogen. Antioksidan endogen diproduksi untuk

    menetralkan radikal bebas dan melindungi tubuh dari penyakit yang serta

    kerusakan jaringan. Selain antioksidan endogen, terdapat pula antioksidan

    eksogen yang diperoleh melalui makanan yang juga berperan penting

    untuk melindungi tubuh. Sumber utama antioksidan eksogen secara alami

    1

  • 2

    berasal dari biji padi-padian, buah, dan sayuran yang mengandung

    komponen antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, karoten, asam fenolik,

    fitat, dan fitoestrogen yang telah diakui memiliki potensi untuk

    mengurangi resiko penyakit (Sen dkk.2010).

    Antioksidan eksogen bekerja dengan cara mengganggu reaksi berantai

    radikal bebas. Senyawa pada tanaman yang memiliki kemampuan

    antioksidan eksogen adalah fenolat dan flavonoid. Fenolik memiliki

    kemampuan untuk donasi akitivitas atom H dan flavonoid berfungsi

    sebagai senyawa kelat dari logam (Brewer.2011). Sedangkan flavonoid

    sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada jenis

    padi-padian (sereal), sayur-sayuran dan buah. Flavonoid berperan sebagai

    antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui

    kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida

    (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang

    disebut aglikon (Redha.2010). Salah satu sumber makanan yang

    mempunyai kandungan antioksidan adalah jamur tiram.

    Jamur tiram mengandung karbohidrat 58%, lemak sebesar 1,6 %, dan

    protein sebesar 27%. Protein jamur mengandung leusin, isoleusin, valin,

    triptofan, lisin, fenilalanin, dan beberapa jenis asam amino lainnya yang

    penting dalam tubuh. Selain itu jamur tiram mengandung vitamin B

    kompleks yang tergolong tinggi (Ahmad dkk.2011). Serbuk jamur tiram

    putih mengandung senyawa bioaktif yang berperan dalam memberikan

    khasiat atau efek farmakologi, antara lain flavonoid, alkaloid, saponin, dan

    triterpenoid. Aktivitas yang tinggi dari asam fenolik di jamur tiram

  • 3

    memiliki fungsi sebagai antioksidan (Azhari.Yuliet.Khaerati.2016; Chang

    dan Miles.2004)

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) yang meneliti adanya

    antioksidan pada jamur tiram menggunakan ekstrak metanol, n-heksana

    hasil partisi, etil asetat hasil partisi, dan metanol hasil partisi semuanya

    dapat menunjukkan adanya antioksidan. Meskipun memiliki aktivitas

    antioksidan yang cukup tinggi pengolahan jamur tiram dapat

    mempengaruhi kandungan jamur tiram. Hal ini didukung oleh penelitian

    yang dilakukan oleh Momot dan Suryanto (2016) perendaman yang terlalu

    lama juga dapat menyebabkan penurunan aktivitas antioksidan

    Berdasarkan latar belakang tersebur dilakukan pengujian aktivitas

    antioksidan ekstrak air jamur tiram (Pleorarus ostreatus) dengan

    perbedaan waktu perendaman 1 jam dan 2 jam menggunakan metode

    DPPH.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Berapa aktivitas antioksidan ekstrak air jamur tiram yang direndam 1

    jam?

    2. Berapa aktivitas antioksidan ekstrak air jamur tiram yang direndam 2

    jam?

  • 4

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah tujuan dari penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak air jamur tiram yang

    direndam 1 jam

    2. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak air jamur tiram yang

    direndam 2 jam

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu

    menambah pengetahuan dan pemahaman bagi semua pihak

    mengenai pengaruh suhu dan waktu perendaman ekstrak air jamur

    tiram terhadap aktivitas antioksidan.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    a. Dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk melakukan

    pengembangan metode pemeriksaan lain pada penelitian

    selanjutnya.

    b. Dapat memberikan pengetahuan terhadap masyarakat tentang

    pengolahan jamur tiram yang dapat mempertahankan

    kandungan antioksidan yang terdapat dalam jamur tiram.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Jamur Tiram

    2.1.1 Taksonomi

    Jamur tiram dikenal dengan namasupa-liat di Jawa Barat.

    Jamur ini mempunyai nama lain shimeji (Jepang), abalone

    mushroom atau oyster mushroom (Eropa atau Amerika).

    Kedudukan jamur tiram dalam dunia fungi adalah sebagai berikut:

    Super Kingdom : Eukaryota

    Kingdom : Fungi

    Subdivisi : Eumycota

    Kelas : Basidiomycota

    Ordo : Agaricales

    Genus : Pleurotus

    Spesies : Pleurotus astreatus

    2.1.2 Morfologi

    Jamur tiram (P. astreatus) memiliki tekstur lembut dan

    memiliki variasi warna mencakup biru gelap, putih, kuning

    kecoklatan, kuning, dan merah muda. Tudung (pileus) biasanya

    berbentuk seperti kerang. Intensitas warna mungkin dapat berubah

    sesuai dengan perubahan faktor lingkungan, cahaya, dan suhu.

    Umumnya, warna menjadi lebih gelap dalam kondisi cahaya

    berlebih dan suhu dingin, dan warna akan terang dalam keadaan

    5

  • 6

    cahaya lemak dan suhu panas. Ukuran diameter jamur tiram

    bervariasi dari 5 – 30 cm. Permukaan bagian bawah berbentuk

    seperti insang ikan berwarna putih atau abu-abu. Batang (stipe)

    biasanya di tepi atau agak ke tengah. Jamur tiram tumbuh lebih

    kecil pada pohon dan tumbuh besar di subtrat buangan jerami

    kapas (Chang dan Miles.2004). Pada gambar 2.1 dapat dilihat

    morfologi secara umum dari jamur tiram.

    Gambar 2.1 Morfologi Jamur Tiram

    2.1.3 Kandungan Jamur Tiram

    Jamur tiram putih mengandung protein, lemak , fosfor, besi,

    tiamin, dan riboflavin lebih tinggi disbanding dengan jamur tiram

    lainnya. Dalam 100 gram jamur tiram mengandung protein 19%-

    35% dengan 9 macam asam amino, lemak 1,7-2,2% terdiri dari

    72% asam lemak tak jenuh. Sedangkan karbohidrat jamur terdiri

    dari tiamin, riboflavin, dan niasin merupakan vitamin B utama

    jamur, selain vitamin D dan C mineralnya terdiri dari K, P. Na,

    Mg, Zn, Fe, Mn, Co, dan Pb. Mikroelemen yang bersifat logam

    sangat rendah sehingga aman dikonsumsi (Nasution.2016). Jamur

    tiram mengandung flavonoid yang mempunyai aktivitas

    antiokisidan. Flavonoid dalam jamur tiram mampu menangkap

    radikal bebas ROS (Spesies Reaktif Oksigen) atau RNS (Spesies

  • 7

    Reaktif Nitrogen) malaui transfer elektreon sera penghambat

    peroksidasi (Azhari, Yuliet, Khaerati.2016)

    2.2 Antioksidan

    2.2.1 Pengertian Antioksidan

    Antioksidan adalah substansi yang menunda dan menghambat

    kerusakan oksidatif sebuah molekul. Pada satu waktu antioksidan

    dapat molekul dapat bereksi dengan satu radikal bebas dan sanggup

    menetralkan radikal bebas dengan medonorkan satu dari

    elektronnya. Antioksidan mencegah sel dan kerusakan jaringan. Sel

    memproduksi pertahanan melawan kelebihan radikal bebas dengan

    mekanisme pencegahan, mekanisme perbaikan, pertahanan fisik,

    dan pertahanan antioksidan.

    2.2.2 Fungsi Antioksidan

    Karakteristik dari antioksidan adalah mempunyai kemampuan

    untuk mengangkap radikal bebas. Radikal bebas sangat reaktif dan

    spesies oksigen diberikan dalam sistem biologi dari sumber variasi

    luas. Radikal bebas dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, dan

    lipid, atau DNA, serta memicu penyakit degeneratif. Komponen

    antioksidan seperti asam fenolik, asam polyphenol, dan flavonoid

    mencari radikal bebas seperti peroksidase, hydroperoksidase atau

    peroksil lipid, dan menghambat mekanisme oksidatif yang memicu

    penyakit degeneratif (Parkash.2001)

    Dua tipe antioksidan yang memodulasi radikal bebas yaitu

    antioksidan enzimatik dan nonenzimatik. Tubuh melindungi diri

  • 8

    dari spsies reaktif oksigen (ROS) dengan menggunaan mekanisme

    antioksidan enzimatik. Antioksidan enzimatik mengurangi level

    dari hidroperoksidase lipid dan H2O2, dengan demikian antioksidan

    enzimatik memiliki peran penting dalam mencegah peroksidase

    lipid, dan memelihara struktur dan fungsi membrane sel

    (Nimse.2015).

    2.2.3 Cara Kerja Antioksidan

    Antioksidan adalah komponen atau sistem yang menghambat

    formasi dari radikal bebas atau memotong perambatan dari radikal

    bebas oleh satu atau beberapa mekanisme (Brewer.2010) :

    1. Mencari spesies yang memulai peroksidasi

    2. Pengkelatan ion logam seperti yang tidak dapat menghasilkan

    spesies reaktif atau peruraian peroksidase

    3. Pendinginan O2 pembentukan peroksidae

    4. Memotong reaksi berantai autosidatif

    5. Mengurai konsentrasi O2

    2.2.4 Mekanisme Kerja

    Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah

    menghambat oksidasi lemak. Untuk mempermudah pemahaman

    tentang mekanisme kerja antioksidan perlu dijelaskan lebih dahulu

    mekanisme oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap

    utama yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi

    terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu senyawa turunan

    asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat

  • 9

    hilangnya salah satu atom hodrogen. Pada tahap selanjutnya yaitu

    propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen

    membentuk radikal peroksi. Radikal peroksi lebih lanjut akan

    menyerang asam lemak sehingga menghasilkan hidroperoksiase

    dan radikal asam lemak baru.

    Inisiasi : RH R* + H* (reaksi 1)

    Propagasi : R* + O2 ROO* (reaksi 2)

    ROOH* + RH ROOH + R* (reaksi 3)

    Hidroperoksida akan terbentuk sifat tidak stabil dan akan

    terdegradasi lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil

    rantai pendek seperti aldehida dan keton yang bertanggung jawab

    atas flavor makanan berlemak. Tanpa adannya antioksidan reaksi

    oksidasi akan mengalami terminsai melalui reaksi antar radikal

    bebas yang membentuk bukan radikal bebas (Sari.2012)

    Terminasi : ROO* + ROO* non radikal (reaksi 4)

    R* + ROO* non radikal

    R* + R* non radikal

    2.2.5 Antioksidan Alami

    Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit

    sekunder yang paling banyak ditemukan didalam jaringan tanaman.

    Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan

    struktur kimia C6-C3-C6. Berbagai jenis senyawa kandungan dan

    aktivitas flavonoid sebagai salah satu kelompok antiosidan alami

    yang terdapat pada jenis padi-padian (sereal), sayur-sayuran, dan

  • 10

    buah telah banyak dipulikasikan. Flavonoid berperan sebagai

    antioksidan alami dengan cara mendonasikan atom hidrogen atau

    melalui kemampuan sebagai senyawa kelat logam berada dalam

    bentuk glukosa (mengandung rantai samping glukosa) ayau dalam

    bentuk bebas disebut aglikon (Redha.2010)

    Setiap grup flavonoid memiliki kapasitas antioksidan. Flavon

    dan catechin rasaya menjadi flavonoid paling kuat untuk

    melindungi tubuh dari spesies reaktif oksigen. Sel tubuh dan

    jaringan secara terus menerus terancam mengalami kerusakan

    disebabkan radikal bebas dan spesies rekatif oksigen yang

    diproduksi secara selama mekanisme oksigen normal atau

    diinduksi oleh kerusakan eksogen.

    Peningkatan spesies reaktif oksigen selama cidera hasil dari

    konsumsi dan penipisan senyawa antioksian endogen. Flavonoid

    memiliki efek adiktif sebagai senyawa antioksidan. Flavonoid

    dapat mengganggu ≥ 3 sistem produksi radikal bebas dan juga

    dapat menigkatkan fungsi antioksidan endogen.

    Flavonoid dapat melindungi kerusakan DNA dari efek induksi

    oleh radikal hidroksil. Satu dari mekanisme yang menjelaskan efek

    perlindungan dari flavonoid di DNA berkaitan dengan perlekatan

    ion logam, seperti tembaga dan besi. Komplek flavonoid dengan

    tembaga dan besi mencegah pembentukan ROS (Nimse.2015)

    Flavonoid dapat mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh

    radikal bebas dengan mekanisme :

  • 11

    1. Secara langsung mencari spesie reaktif oksigen

    2. Pergerakan dari antioksidan enzimtik

    3. Aktivitas perkelatan logam

    4. Reduksi dari radikal α- tocoperil

    5. Menurunkan tekanan oksidasi yang disebabkan oksida nitrit

    6. Meningkatkan kemampuan antioksidan dari antioksidan

    molekular yang rendah (Prochazkova.2011).

    2.3 Radikal Bebas

    2.3.1 Pengertian Radikal Bebas

    Radikal bebas adalah sebuah molekul atau fragmen molekular

    yang berisi satu atau lebih elektron tidak berpasangan dibagian

    terluar atom atau orbital melekul. Spesies reaktif oksigen (ROS)

    dan spesies reaktif nitrogen (RNS) gambaran dari radikal bebas dan

    non radikal bebas. Reaktivitas dari radikal bebas umumnya lebih

    kuat dari spesies non radikal meskipun radikal lebih kurang stabil.

    Radikal bebas dibentuk dari perpecahan molekul homolitik dari

    ikatan senyawa dan melalui reaksi redoks, dalam satu kali

    pembentukan reaktif yang tinggi dapat memulai reaksi berantai

    (Sen.2011)

    2.3.2 Jenis Radikal Bebas

    Radikal berasal berasal dari oksigen yang mewakili kelas

    terpenting dari spesies radikal yang dihasilkan di sistem tunggal.

    Melokular oksigen (dioksigen) mempunyai keunikan susunan

    electron dan merupakan radikal. Penambahan satu electron untuk

  • 12

    dioksigen membentuk radikal anion superoksida (O2-). Anion

    superoksida, timbul melalui proses metabolit atau mengikuti

    aktivitas oksigen oleh penyinaran fisik dianggap sebagai ROS

    utama, dan dapat berinteraksi lebih lanjut dengan molekul lain

    untuk menghasilkan ROS kedua, baik secara langsung atau umum

    melalui enzim, logam, proses katalis.(Valko.2007).

    2.3.3 Bahaya ROS sebagai Radikal Bebas

    Pada konsentrasi tinggi, ROS dapat menjadi mediator dari

    kerusakan struktur sel, asam nuklaer, lipid, dan protein. O2- radikal

    bertanggung jawan untuk peroksidase lipid dan kemampuan untuk

    menurunkan aktivitas pertahanan sistem enzim seperti katalase

    (CAT) dan peroksidase glutathione (GPx), yang dapat

    menyebabkan kerusakan ribonukleat yang dibutukan untuk sistesis

    DNA (Sen.2011)

    2.3.4 Pembentukan Radikal Bebas

    Pembentukan ROS (Spesies Reaktif Oksigen) dimulai dari

    penyerapan oksigen, aktivasi oksidasi NADPH, dan produksi

    radikal superoksida anion (O2-, 1). Kemudian O2

    - secara cepat

    diubah menjadi H2O2 oleh SOD (2)

    ROS dapat berperan menjadi salah satu dari dua oksigen

    tergantung dari hasil mekanisme dalam menghancurkan

  • 13

    moikroorganisme. Spesies reaktif dapat juga dibentuk oleh sistem

    myoloperoksidase-halida-H2O2. Enzim myeloperoksidase (MPO)

    dihasilkan di granula sitoplasma neutrophil, yang menhadirkan ion

    clorida, dimana H2O2 diubah menjadi hypochlorous (HOCl, 3)

    berpotensi oksidan kuat dan agen antimikroba.

    ROS juga dibentuk dari O2- dan H2O2 melalui resoiratory burst oleh

    reaksi Fenton (4) dan Haber-Weiss (5)

    2.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Antioksidan

    2.4.1 Pelarut Ekstraksi

    Pelarut ekstraksi lebih sering digunakan untuk melarutkan

    antioksidan dan mengasilkan aktivitas antioksidan yang kuat

    tergantung dari pelarut, perbedaan petensi antioksidan tergantung

    dari kandungan polaritas yang berbeda. Pelarut tidak polar adalah

    pelarut yang bekerja dengan memisahkan polyphenol dari air. Etil

    asetat dan dietil eter telah digunakan untuk mengekstraksi fenol

    yang memiliki berat molekul rendah dan ekstraksi polyphenol

    dengan etil acetat dari bahan alami dilaporkan mempunyai aktivitas

    antioksidan yang kuat. Etanol dan air banyak digunakan untuk

    alasan kesehatan dan jumlahnya melimpah (Moure.2001).

  • 14

    2.4.2 Suhu

    Suhu selama pengeringan dan ekstraksi, memberi pengaruh

    kepada stabilitas komponen karena kimia dan degradasi enzimatik,

    kehilangan karena penguapan dari dekomposisi termal. Selain itu,

    untuk antioksidan sintetik evaporasi dan dekomposisi menjadi

    mekanisme utama hilangnya aktivitas. Dalam penambaan

    dekomposisi termal, fenol dapat bereaksi komponen lainnya.

    Terjadi penurunan sekitar 20% antivitas antioksidan pada

    pemanasan 90O C. Suhu selama ekstraksi dapat mempengaruhi

    perbedaan komponen ekstrak, pendidihan dan dibiarkan

    meningkatkan kandungan total polyphenol (Moure.2001).

    2.5 Metode DPPH (1,1-diphenyl-2picrylhydrazyl)

    Metode DPPH digunakan untuk menentukan aktivitas antioksidan

    dengan cara menggunakan radikal bebas yang stabil α, α-diphenyl-β

    picrylhydrazyl (DPPH; C18H12N5O6, M=394.33). Metode ini berdasarkan

    kemampuan kapasitas pencarian aktioksidan. Elektron ganjil dari atom

    nitrogen dalam DPPH direduksi dengan menerima atom hydrogen dari

    antiokisdan (Kadare dan Singh.2011)

    Molekul DPPH mempunyai karakteristik sebagai radikal bebas yang

    stabil berdasarkan delokalisasi cabang elektron keseluruhan molekul,

    sehingga molekul tidak dismerise seperti yang terjadi pada radikal bebas

    lainnya. Delokalisasi memimbulkan warna violet.

  • 15

    Ketika larutan DPPH dicampur dengan subtansi yang dapat

    mendonorkan atom hydrogen menyebabkan reduksi dengan hilangnya

    warna violet (residu menjadi berwarna kuning pucat). Mewakili radikal

    DPPH oleh Z●

    dan donor molekul oleh AH, reaksi sebagai berikut

    Ketika ZH direduksi dan A●

    merupakan radikal bebas diproduksi pada

    tahap pertama. Radial yang terakhir mengalami reaksi lebih lanjut yang

    mengontrol stoikiometri, yaitu berkurangnya jumlah molekul DPPH oleh

    satu molekul pereduksi.

    Komponen antioksidan dapat larut air, lipid, dan tidak dapat larut atau

    melewati batas dinding sel. Bahan pelarut yang ditetapkan dalam mencari

    aktivitas radikal oleh DPPH adalah metanol dan etanol. Konsentrasi kerja

    larutan DPPH menggunakan konsentrasi antara 0,05 mM sampai 1,5 M.

    Lamanya reaksi dari pencarian aktivitas antara larutan DPPH dari sampel

    adalah 30 menit. Penentuan absorbansi dari pencarian aktivitas radikal

    bebas oleh DPPH pada panjang gelombang 517 nm dan 515 nm

    (Molyneux.2004).

    Z● + AH = ZH + A●

  • 16

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    3.1 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep dalam penelitian ini disajikan pada gambar 3.1

    Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Perbedaan Aktivitas Antioksidan Pada

    Perendaman 1 Jam Dan 2 Jam Ekstrak Air Jamur Tiram (Pleorarus

    ostreatus)

    Jamur tiram

    Antioksidan

    Radikal bebas Suhu

    Flavonoid

    Saponim

    Flavonoid

    Asam Fenol

    Flavonoid

    Keterangan

    :

    : Tidak Diteliti

    : Diteliti

    Waktu Perendaman

    Aktivitas antiokidan

    Aktivitas antioksidan

  • 17

    3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual

    Jamur tiram (Pleorarus ostreatus) memiliki kandungan flavonoid ,

    asam fenol dan saponim. Kandungan flavonoid yang dimiliki oleh jamur

    tiram memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi (Chang dan Miles.2004).

    Aktivitas aktioksidan pada sayuran dapat dipengaruhi oleh suhu dan waktu

    perendaman. Kandungan antioksidan akan menurun seiring dengan

    meningkatnya suhu dan lama pemansan (Wassalwa.2016). Sedangkan

    untuk waktu perendaman menunjukkan bahwa semakin lama perendaman

    semakin menurunkan kemampuan antioksidan (Momuat dan

    Suryanto.2016). Meningkat dan menurunnya aktivitas antioksidan akan

    berpengaruh terhadap kemampuan antioksidan dalam menangkal radikal

    bebas.

    16

  • 18

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    4.1.1 Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan

    (penyusunan proposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir

    dari bulan November 2016 sampai dengan Mei 2017.

    4.1.2 Tempat Penelitian

    Lokasi penelitian untuk pembuatan ekstrak jamur tiram akan

    dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Program Studi DIII

    Analis Kesehatan STIKES ICME JOMBANG dan untuk uji DPPH

    dilakukan di Laboratorium ULP Fakultas Farmasi Universitas

    Airlangga. Sedangkan bahan jamur tiram dalam penelitian ini

    didapat dari tempat budidaya jamur tiram di Jalan dr. Sutomo gang

    Kecamatan 1-2 Jombang.

    4.2 Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    deskriptif yaitu penelitian bertujuan untuk mendeskriptikan, menjelaskan,

    memaparkan tentang perbedaanaktivitas antioksidan pada perendaman 1

    jam dan 2 jam ekstrak air jamur tiram yang dibandingkan dengan vitamin

    C.

    18

  • 19

    4.3 Kerangka Kerja

    Kerangka kerja dalam penelitian ini disajikan pada gambar 4.1

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja Perbedaan Aktivitas Antioksidan Pada Perendaman

    1 Jam Dan 2 Jam Ekstrak Air Jamur Tiram (Pleorarus ostreatus)

    Penentuan Masalah

    Penyusunan Proposal

    Populasi Jamur Tiram (pleoratus ostreatus)

    Sampel Jamur tiram (Pleoratus oatreatus)

    Desain Penelitian Deskriptif

    Pengolahan dan Analisa Data

    Pengumpulan Data

    Penyajian Data

    dananalisa Data

    Penarikan Kesimpulan

    Penyusunan Laporan Akhir

  • 20

    4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Pegambilan Sampel

    4.4.1 Populasi

    Polulasi dalam penelitian ini adalah jamur tiram (Pleorarus

    ostreatus)

    4.4.2 Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah adalah jamur tiram (Pleorarus

    ostreatus)

    4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

    4.5.1 Identifikasi Variabel

    1. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini adalah peredaman.

    4.5.2 Definisi Operasional

    Tabel 4.1 Definisi Operasional

    Variabel Definisi

    Operasional

    Parameter Alat

    Ukur

    Skala

    Perendaman

    1 jam dan 2

    jam

    Ekstrak air

    jamur tiram

    diperoleh

    dengan

    melakukan

    perendaman

    jamur tiram

    dengan

    menggunakan

    aquadest

    selama 1 jam

    dan 2 jam .

    Kemudian

    diperas untuk

    memperoleh

    sari dari jamur

    tiram.

    Hasil

    pengukuran

    aktivitas

    antiksidan

    Observasi Nominal

  • 21

    4.6 Peralatan dan Bahan

    4.6.1 Peralatan

    1. Neraca analitik

    2. Beaker glass

    3. Batang pengaduk

    4. Pipet ukur

    5. Pipet tetes

    6. Gelas ukur

    7. Push ball

    8. Kain

    9. Kapas

    10. Tabung reaksi

    11. Labu ukur 25 mL

    12. Labu ukur 100 mL

    13. Alumunium foil

    14. Kuvet

    15. Spektrofotomer UV-vis

    4.6.2 Bahan

    1. Jamur tiram

    2. Aquadest

    3. Etanol

    4. Reagen DPPH

    5. Tablet Vitmin C

    4.7 Cara Pengumpulan Data

    4.7.1 Penyiapan sampel

    A. Jamur Tiram Dengan Air Suhu Kamar

    1. Mencuci bersih jamur tiram hingga bersih

    2. Memotong jamur tiram kecil-kecil

    3. Menimbang jamur tiram yang sudah dipotong seberat 50 gr

    4. Menambahkan dengan aquadest 500 mL

  • 22

    5. Merendam jamur tiram dengan aquadets selama 1 jam dan 2

    jam

    6. Diperas dan disaring untuk menghasilkan ekstrak air

    4.7.2 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

    a. Pembuatan Kurva Kalibrasi Asam Askorbat

    1. Sebanyak 0,2 mL larutan asam askorbat dimasukkan dalam

    tabung reaksi

    2. Menambahkan dengan 1,5 mL metanol pada tabung reaksi

    yang sama

    3. Kemudian dipipet sebanyak 0,3 mL

    4. Menambahkan dengan metanol sebanyak 7,5 mL

    5. Menambahkan dengan DPPH 0,3 mL

    6. Diakukan pengkuran absorban dengan spektrofotometer dengan

    panjang gelombang 517 nm.

    7. Menghitung persen aktivitasnya

    b. Penetapan serapan kontrol

    1. Memipet 5 mL larutan DPPH 0,5 mM ke dalam labu ukur 25

    mL

    2. Menambahkan metanol pada labu ukur yang sama sampai pada

    garis tanda batas labu ukur

    3. Mengukur absorbansi DPPH dengan spektrofotometer pada

    panjang gelombang 517 nm

    c. Pemeriksaan Aktivitas Antioksidan

  • 23

    1. Menimbang 25 mL ekstrak jamur tiram dilarukan dengan

    metanol 25 mL

    2. Dimasukkan kedalam labu ukur 25 mL

    3. Menambahkan dengan metanol pada labu ukur yang sama

    sampai garis tanda batas labu ukur

    4. Larutan induk dipipet sebanyak 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml;

    ke dalam labu ukur 25 ml yang berbeda.

    5. Didapatkan masing-masing konsentrasi uji 4 ppm, 8 ppm, 2

    ppm, dan 16 ppm

    6. Kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 0,5 ml larutan

    DPPH 0,5 mM

    7. Menambahkan dengan metanol pada labu ukur yang sama

    sampai garis tanda batas labu ukur

    8. Disimpan di tempat gelap selama 30 menit.

    9. Masing-masing konsentrasi diukur absorbansi dengan

    menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 517

    nm

    d. Penentuan Aktivitas Antioksidan

    Aktivitas antioksidan dinyatakan dalam persen penghambat (%

    inhibition) dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    % 𝑖𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑡𝑖𝑜𝑛 =𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑘𝑜 − 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

    Absorban blanko 𝑥 100%

  • 24

    4.8 Alur Pemeriksaan

    Jamur Tiram (Pleoratus ostreatus) 50 gr

    Ditambahkan Aquadest 500 ml

    Perendaman 1 Jam

    Ekstrak Air Jamur Tiram

    Ekstrak Air Jamur Tiram

    4 ppm

    Ekstrak Air Jamur Tiram

    8 ppm

    Ekstrak Air Jamur Tiram

    12 ppm

    Inkubasi

    30 menit

    Kontrol

    Asam

    Askorbat

    Absorbansi

    Spektrofotometer panjang gelombang 517 nm

    Perhitungan % inhibition

    Larutan

    Blanko

    DPPH

    25 mg dilarutkan etanol dalam labu ukur 25 mL

    0,1 ml 0,2 ml 0,3 ml 0,4 ml

    Dilakukan pengenceran dalam labu ukur 25 mL

    Larutan induk

    Ditambahan 5 ml DPPH 0,5 mM

    Ditambahakan etanol sampai garis tanda

    Ekstrak Air Jamur Tiram

    16 ppm

    Dipotong kecil-kecil

    Perendaman 2 Jam

  • 25

    Gambar 4.2 Alur Pemeriksaan Perbedaan Aktivitas Antioksidan Pada Perendaman 1

    Jam Dan 2 Jam Ekstrak Air Jamur Tiram (Pleorarus ostreatus)

  • 26

    4.9 Pengolahan dan Analisa Data

    4.9.1 Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

    Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data terlebih

    dahulu melalui tahap coding, tabulating.

    a. Coding

    Pada penelitian ini,penelii memberikan kode sebagai berikut

    1. Data umum

    Waktu perendaman

    Contoh : - Perendaman 1 jam (1)

    - Perendaman 2 jam (2)

    2. Data Khusus

    Aktivitas Antioksidan

    Katagori : 1. Nilai Absorbansi

    2. Nilai Persen Penghamabat

    3. Kadar Antioksidan

    b. Tabulating

    Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk tabel yang

    menggambarkan hasil pemeriksaan aktivitas antioksidan jamur tiram:

    1. Tabel data Perubahan Struktur dan Warna Jamur Tiram setelah

    perlakuan

    2. Tabel data Absorbansi dari Ekstrak Jamur Tiram

    3. Tabel data berdasarkan perhitungan % inhibition aktivitas

    antioksidan jamur tiram dari perhitungan absorbansi sampel.

  • 27

    4.9.8 Analisa Data

    Aktivitas antioksidan ekstrak air jamur tiram dengan perbedaan

    waktu perendaman 1 jam dan 2 jam yang disetarakan dengan kadar

    antioksidan vitamin dianalisa secara deskriptif.

  • 28

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian

    5.1.1 Penyiapan Bahan

    Jamur Tiram (Pleorotus ostreatus) sebanyak 500 gr yang

    diperoleh dari tempat budidaya jamur tiram di Jalan dr. Sutomo

    gang Kecamatan 1-2 Jombang.

    Sejumlah 50 gr jamur tiram direndam dengan aquadest

    sebanyak 500 mL dengan perbedaan waktu perendaman selama 1

    jam dan 2 jam. setelah dilakukan perendaman didapatkan

    perbedaan morfologi jamur tiram. Selama proses perendaman

    terjadi penyerapan air kedalam sel sel jamur ditandai dengan

    perubuhanan warna dan tekstur jamur tiram. Perbedaan struktur

    jamur tiram setelah dilakukan perendaman disajikan pada tabel 5.1

    Tabel 5.1 Perbedaan Tekstur Jamur Tiram Sebelum dan

    Sesudah Perendamandi Laboratorium

    Mikrobiologi D III Analis Kesehatan tahun 2017

    Perlakuan Tekstur Jamur Tiram Warna

    Sebelum perendaman Kering, tidak lembek Putih

    Perendaman 1 jam Basah, lembek Putih pucat

    Perendaman 2 jam Basah, lembek Putih pucat

    5.1.2 Uji Aktivitas Antioksidan

    Setelah didapat ekstrak jamur tiram dilakukan pengujian

    anktivitas antioksidan dengan melakukan perendaman radikal

    bebas DPPH (1,1 dipenhilpikrilhidrazil). Pengujian aktivitas

    27

  • 29

    antioksidan masing-masing ekstrak menggunakan spektrofotometer

    UV-Vis dengan penjang gelombang 520 nm. Selanjutnya, diukur

    absorbansinya sehingga didapatkan konsentrasi dan kadar

    antioksidan dari jamur tiram. Hasil kadar antioksidan dapat dilihat

    pada tabel 5.2

    Tabel 5.2 Hasil Uji Antioksidan Ekstrak Jamur Tiram di

    Laboratorium ULP Universitas Airlangga tahun 2017

    Perlakuan

    Ulangan

    Absorbansi

    Konsentrasi

    Kadar

    Antioksidan

    setara dg

    Vit C

    Perendaman

    1 Jam

    1 0,80256 0,21199 4,24

    2 0,80269 0,20808 4,16

    Perendaman

    2 Jam

    1 0.80452 0,15020 3,00

    2 0,80472 0,14392 2,88

    Hasil kadar antioksidan pada Tabel 5.2 dibandingan dengan

    kadar dan nilai absorbansi vitamin C yang tabelnya dapat dilihat

    pada tabel 5.3. Berdasarkan tabel tersebut kadar antioksidan pada

    ekstrak jamur tiram dengan perendaman 1 dan 2 jam setara dengan

    konsentrasi antioksidan vitamin C pada 4,53 ppm yang artinya

    kadar antioksidan cenderung rendah

    Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Absorban Vitamin C dari

    Laboratorium ULP Universitas Airlangga tahun 2017

    No Kadar

    Antioksidan

    Absorbansi

    1 0 0,80713

    2 4,53 0,66672

    3 9,06 0,52928

    4 13,58 0,36539

    5 18,11 0,23913

  • 30

    Selain dibandingkan dengan kadar antioksidan vitamin C

    ekstrak jamur tiram dengan perendaman 1 dan 2 jam juga dihitung

    persen penghambat (% inhibition) yang dapat dilihat pada tabel 5.4

    dari Laboratorium ULP Universitas Airlangga tahun 2017. Pada

    tabel tersebut rata-rata kemampuan antioksidan esktrak jamur tiram

    cenderung rendah jika dibandingkan dengan vitamin C.

    Tabel 5.4 Nilai Persen Penghambat (% inhibition) dari Rumus

    Perhitungan Persen Penghambat tahun 2017

    5.2 Pembahasan

    5.2.1 Proses Perendaman

    Pada proses perendaman jamur tiram menggunakan aquadest

    terjadi perubahan tesktur jamur. Jamur tiram yang awalnya keras

    dan kering menjadi basah dan lembek serta mengandung banyak

    air. Semakin lama perendaman semakin banyak pula kandungan air

    dalam jamur tiram. Hal ini menyebabkan kandungan flavonoid

    dalam jamur tiram berkurang seiring lamanya perendaman.

    Menurut Momout dan Suryanto (2016) perendaman yang semakin

    Perlakuan Absorbansi Persen

    penghambat

    (%)

    Absorbansi

    vitamin C

    Persen

    penghambat

    (%)

    Perendaman

    1 jam

    0,80256 0,56 0,80713 0

    0,80269 0,55 0,66672 17,39

    Perendaman

    2 jam

    0,80452 0,32 0,52928 34,59

    0,80472 0,29 0,36539 54,72

    0,23913 70,73

  • 31

    lama menyebabkan penurunan kandungan flavonoid hal ini

    desebabkan karena adanya katalisis oleh enzim polyfenoloxidase

    Setelah direndam dan didapatkan ekstrak, pengujian

    dilanjutkan untuk mengetahui kandungan antioksidan dengan

    metode DPPH, adanya antioksidan pada sampel ditunjukkan

    dengan adanya perubahan warna dari ungu menjadi kuning.

    Perubahan warna menujukkan adanya reaksi antara kandungan

    senyawa metabolit yang ada pada ekstrak jamur tiram dengan

    radikal bebas DPPH. Perubahan warna juga menunjukkan adanya

    aktivitas antioksidan ekstrak jamur tiram yang mampu menurunkan

    kandungan radikal bebas DPPH. Hal ini sejalan dengan Prakash

    (2010) yang menyatakan bahwa aktivitas reduksi oleh antioksidan

    ditunjukkan dengan adanya perubahan warna yang menujukkan

    adanya reaksi antara elektron tunggal DPPH menjadi berpasangan

    dengan atom hidrogen yang didonorkan.

    Antioksidan yang digunakan untuk pembanding atau kontrol

    adalah vitamin C. Vitamin C menghasilkan persen penghambat

    tertinggi sebesar 70,73% (Tabel 5.4). Hasil tersebut menujukkan

    kemampuan vitamin C dalam meredam radikal bebas sangat baik.

    Penggunaan vitamin C sebagai pembanding banyak digunakan

    karena vitamin C merupakan antioksidan alami yang mempunyai

    empat gugus karboksil yang mana atom hidrogen pada gugus

    karboksil mampu mendonorkan elektronnya pada radikal bebas

  • 32

    untuk menstabilkan radikal bebas (Praditasari,2016). Vitamin C

    dapat memutus reaksi radikal bebas yang dihasilkan melalui lipid

    peroksidasi.

    5.2.2 Aktivitas Aktioksidan Pada Perendaman 1 Jam

    Pada pengujian aktivitas antioksdan ekstrak air jamur tiram yang

    direndam 1 jam didapatkan hasil absorbansi sebesar 0,80256 pada

    pengulangan 1 dan 0,80269 pada pengulangan 2. Jika dibandingkan

    dengan nilai absorbansi dari vitamin C (Tabel 5.3) dengan nilai

    absorbansi tertinggi 0,23913 dan yang terendah 0,80713, absorbansi

    dari ekstrak jamur tiram terbilang rendah . Untuk nilai dari persen

    penghambat dari ekstrak air jamur tiram yang direndam 1 jam

    didapatkan nilai 0,56% dan 0,55 pada pengulangan 2. Kemampuan

    ekstrak jamur tiram dalam meredam radikal bebas masih rendah jika

    dibandingkan dengan persen penghambat dari vitamin C sebesar

    70,33%. Setalah didapatkan nilai absorbansi dan persen penghambat,

    didapatkan hasil kadar antioksidan ekstrak air jamur tiram

    perendaman 1 jam yang diseratakan dengan kadar vitamin C sebesar

    4,20 ppm.

    5.2.3 Aktivitas antioksidan pada perendaman 2 jam

    Pada pengujian aktivitas antioksdan ekstrak air jamur tiram

    yang direndam 2 jam didapatkan hasil absorbansi sebesar

  • 33

    0,80452pada pengulangan 1 dan 0,80472 pada pengulangan 2. Jika

    dibandingkan dengan nilai absorbansi dari vitamin C (Tabel 5.3)

    dengan nilai absorbansi tertinggi 0,23913 dan yang terendah

    0,80713, absorbansi dari ekstrak jamur tiram terbilang rendah .

    Untuk nilai dari persen penghambat dari ekstrak air jamur tiram

    yang direndam 2 jam didapatkan nilai 3,00 % pengulangan 1 dan

    pada pengulangan 2 sebesar 2,88 %. Kemampuan ekstrak jamur

    tiram dalam meredam radikal bebas masih rendah jika

    dibandingkan dengan persen penghambat dari vitamin C sebesar

    70,33%. Setalah didapatkan nilai absorbansi dan persen

    penghambat, didapatkan hasil kadar antioksidan ekstrak air jamur

    tiram perendaman 1 jam yang diseratakan dengan kadar vitamin C

    sebesar 2,94 ppm

    Berdasarkan hasil kadar aktivtas antiokisdan jamur tiram pada

    perenmdanan satu jam dan jam didapat rata-rata selisih kadar

    antioksidan sebesar 1,29 ppm. Namun perendaman dalam

    pengolahan jamur tiram diperlukan untuk membantu mengurangi

    bau langu yang terdapat pada jamur tiram. Untuk itu perlu

    diperhatikan waktu perendaman jamur tiram, namun masih

    diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh waktu

    perendaman jamur tiram terhadap aktivitas antioksidan.

  • 34

    BAB VI

    SIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang perbedaan

    aktivitas antioksidan pada perendaman 1 jam dan perendaman 2 jam

    ekstrak air jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dapat diambil kesimpulan

    bahwa

    1. Pada perendaman selama satu jam menghasilkan kadar antioksidan

    setara dengan vitamin C sebesar 4,20 ppm

    2. Pada perendaman selama dua jam menghasilkan kadar antioksidan

    setara dengan vitamin C sebesar 2,94 ppm

    6.2 Saran

    1. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penelitian waktu yang digunakan

    memiliki perbedaan jangka waktu yang relatif jauh, sehingga

    disaranakan untuk peneliti selanjutnya yang untuk menggunakan

    jangka waktu yang tidak terlalu jauh.

    2. Pada penelitian menggunakan aquadest sebagai pelarut ekstraksi yang

    memiliki kemampuan yang kurang baik dalam hal esktrasi. Dengan

    demikian kedepannya dimungkinkan untuk menggunakan pelarut

    organik seperti etanol untuk mendapat hasil ekstrak yang maksimal.

    3. Pada peneliti selanjutnya disaranan untuk menganalisa pengaruh waktu

    perendaman terhadap ativitas antioksidan.

    33

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad,dkk. 2013. Flavonoid : Struktur, Sifat Antioksidan, dan Peranan dalam

    Sistem Biologis. Jurnal Belian Vol 9 No 2

    Antolovich, M dkk. 2002. Methods For Testing Antioxidant Activity. The Royal

    Society of Chemistry

    Azhari.Yuliet.Khaerati. 2016. Uji Aktivitas Serbuk Jamur Tiram Jamur Tiram

    (Pleurotus ostreatus) Terhadap Kadar Glukosa Darah pada Model

    Hewan Coba Hiperkolesterolemia – Diabetes. Journal of Pharmacy

    Brewer, M.S. 2011. Natural Antioxidant: Sources, Compounds, Mechanisms of

    Action, and Potensitial Application. Comprehensive Review in Food

    Science and Food Safety

    Chang, S.T dan Miler, P.G. 2004. Mushroom,edisi ke-5.CRP Press

    Kedare, S.B. dan Singh, R.P. 2010. Genesis And Development of DPPH Method

    of Antioxidant Assay. J Food Sci Technol

    Lusiana. 2015. Potensi Antioksidan Ekstrak Jamur Tiram Putih (Pleurotus

    ostreatus). Jurnal Gradin Vol 11 No 1

    Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl

    (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci

    Technol.

    Momout, I. R. dan Suryanto, E. 2016. Pengaruh Lama Perendaman Terhadap

    Aktivitas Antioksidan Dari Empelur Sagu Baruk ( Arenga microcharpha

    ). Fakultas FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Chem. Prog. Vol 9 No. 1

    Moure, Aet all. 2001. Natural antioxidant from residual sources. Food Chemistry

    72

    Muhammed, T M. 2015. Free Radical and Human Health. International Journal

    of Innovation Sciences and Research Vol 4 No 6

    Nasution, J. 2016. Kandungan karbohidrat Dan Protein Jamur Tiram Putih

    (Plaurotus ostreatus) Pada Media Serbuk Kayu Kemiri (Aleurites

    moluccana) Dan Serbuk Kayu Campuran. Fakultas Biologi Universitas

    Medan Area. Jurnal Eksakta Vol 1

  • Nimse, S.B. dan Pal, D. 2015. Free Radical, Natural Antioxidant and Their

    Reaction Mechanisms. The Royal Society of ChemistryParkash, A., dkk.

    2010. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories Analilytical Progress

    Praditasari,A. 2016. Metode Uji Aktivitas Antioksidan Secara In Vitro Pada

    Tanaman Ekstrak. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran

    Prochazkova, D., Bousova, I., Wilhelmova. 2011. Antioxidant and Prooxidant of

    Flavonoids. https://www.researchgate.net/publication/49794711 diakses

    13 Desember 2016

    Ramadhan, T., Aminah, S. 2014. Pengaruh Pemasakan Terhadap Kandungan

    Antioksidan Sayuran. Buletin Pertanian Perkotaan Vol 4 No 2

    Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur , Sifat Antioksidan dan Peranan dalam

    Sistem Biologis. Jurnal Belian Vol 9 No 2

    Sari, I R M. 2012. Uji Aktivitas Ekstrak Jamur Tiram Pleurotus ostrearus

    Dengam Metode DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Dari

    Fraksi Teraktif. Universitas Indonesia

    Sen, S. 2011. Free Radical Antioxidant, Disease, And Phytomedicines: Current

    Status And Future Prospect. International Journal Of Pharmauntical

    Sciences Review And Research Vol 3

    Valko, M et all. 2007. Free Radicals And Antioxidant In Normal Physiological

    Functions And Human Disease. The International Journal of Biochemistry

    and Cell Biology

    https://www.researchgate.net/publication/49794711%20diakses%2013%20Desember%202016https://www.researchgate.net/publication/49794711%20diakses%2013%20Desember%202016https://www.researchgate.net/publication/49794711%20diakses%2013%20Desember%202016

  • LAMPIRAN 1

  • LAMPIRAN 2

  • LAMPIRAN 3

  • LAMPIRAN 4

    HASIL PERHITUNGAN PERSEN PENGHAMBAT

    Persen Penghambat Vitamin C

    1. Konsentrasi 4,53 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

    𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜𝑥 100 %

    =0,80713 − 0,66672

    0,80713𝑥 100 % = 17,39 %

    2. Konsentrasi 9,06 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

    𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜𝑥 100 %

    =0,80713 − 0,52928

    0,80713𝑥 100 % = 34,42 %

    3. Konsentrasi 13,58 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

    𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜𝑥 100 %

    =0,80713 − 0,36539

    0,80713𝑥 100 % = 54,72 %

    4. Konsentrasi 18,11 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

    𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜𝑥 100 %

    = 0,80713−0,23913

    0,80713𝑥 100 % = 70,73 %

    Persen penghambat Ekstrak Jamur Tiram Perendaman 1 Jam

    1. Ulangan 1 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

    𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜𝑥 100 %

    = 0,8071−0,80256

    0,80713𝑥 100 % = 0,56 %

    5. Ulangan 2 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

    𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜𝑥 100 %

    = 0,80713−0,80269

    0,80713𝑥 100 % = 0,55 % %

  • Persen penghambat Ekstrak Jamur Tiram Perendaman 1 Jam

    1. Ulangan 1 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

    𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜𝑥 100 %

    = 0,80713−0,80452

    0,80713𝑥 100 % = 0,32 % %

    2. Ulangan 2 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

    𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜𝑥 100 %

    = 0,80713−0,8047

    0,80713𝑥 100 % = 0,29 % %

  • LAMPIRAN 5

  • LAMPIRAN 6

    DOKUMENTASI

    NO KETERANGAN GAMBAR

    1.

    Jamur tiram

    2.

    Proses penimbangan

    3.

    Proses perendaman

    Jamur Tiram dengan

    Aquadest

  • 4.

    Proses Penyaringan

  • LAMPIRAN 7