peraturan daerah provinsi nusa tenggara barat ... ntb tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan...

102
PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda serta berhak atas rasa aman dari ancaman dari suatu kejadian bencana baik yang disebabkan oleh factor alam, factor nonalam maupun factor manusia; b. bahwa kejadian bencana dapat menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis, sehingga diperlukan upaya perlindungan kepada masyarakat melalui penyelenggaraan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh baik pada masa prabencana, tanggap darurat, maupun pasca bencana; c. bahwa peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana membutuhkan penjabaran lebih lanjut dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Bencana; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Wilayah-wilayah Daerah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

Upload: others

Post on 24-Jun-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

NOMOR 9 TAHUN 2014

TENTANG

PENANGGULANGAN BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan

perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat

dan harta benda serta berhak atas rasa aman dari ancaman

dari suatu kejadian bencana baik yang disebabkan oleh

factor alam, factor nonalam maupun factor manusia;

b. bahwa kejadian bencana dapat menyebabkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis, sehingga diperlukan

upaya perlindungan kepada masyarakat melalui

penyelenggaraan penanggulangan bencana secara

terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh baik

pada masa prabencana, tanggap darurat, maupun pasca

bencana;

c. bahwa peraturan perundang-undangan tentang

penyelenggaraan penanggulangan bencana membutuhkan

penjabaran lebih lanjut dengan memperhatikan nilai-nilai

kearifan lokal;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, huruf c, perlu membentuk

Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Bencana;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang

Pembentukan Wilayah-wilayah Daerah Provinsi Bali, Nusa

Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1649);

Page 2: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

2

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5589);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaga

Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 42,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4828):

6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang

Peran serta lembaga Internasional dan Lembaga Asing

Nonpemerintah Dalam Penanggulangan Bencana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4830);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA

BARAT

dan

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENANGGULANGAN

BENCANA.

Page 3: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

3

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Barat.

2. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya

disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang

selanjutnya disebut BAPPEDA adalah lembaga teknis

daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi koordinasi

dalam perumusan kebijakan perencanaan pembangunan

daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

5. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya

disingkat BPBD adalah Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

6. Masyarakat adalah Masyarakat di wilayah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

7. Forum Pengurangan Risiko Bencana yang selanjutnya

disebut Forum PRB adalah suatu forum yang dibentuk

sebagai media diskusi dan mediasi untuk mengakomodasi

inisiatif-inisiatif pengurangnan risiko bencana di daerah.

8. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam

dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

9. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, abrasi pantai, dan

tanah longsor.

10. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa nonalam yang antara

Page 4: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

4

lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan

wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan.

11. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh

manusia yang meliputi antara lain konflik sosial antar

kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

12. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah

serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan

pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan

pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.

13. Pengurangan Risiko Bencana adalah kegiatan untuk

mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan

kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana.

14. Prabencana adalah situasi dimana belum terjadi bencana.

15. Rencana Penanggulangan Bencana yang selanjutnya

disingkat RPB adalah dokumen perencanaan yang berisi

kebijakan strategi, program dan pilihan tindakan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana dari tahap pra,

tanggap darurat dan pascabencana.

16. Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana yang

selanjutnya disingkat RAD PRB adalah dokumen

perencanaan pengurangan risiko bencana yang berisi

landasan prioritas dan strategi yang disusun oleh seluruh

pemangku kepentinganyang disusun secara partisipatif,

komprehensip, dan sinergis untuk mengurangi risiko

bencana dalam rangka membangun kesiapsiagaan dan

ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana.

17. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi

yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen

perencanaan Provinsi untuk periode 5 (lima) tahun.

18. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi yang

selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan

Provinsi untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan

rencana pembangunan tahunan daerah.

19. Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi yang selanjutnya

disingkat dengan SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

20. Kegiatan Pencegahan Bencana adlah serangkaian kegiatan

yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan

dan/atau mengurangi ancaman bencana.

Page 5: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

5

21. Status Potensi Bencana Daerah adalah suatu keadaan yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk menilai potensi

bencana yang akan terjadi pada jangka waktu tertentu atas

dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk

menanggulangi bencana.

22. Daerah Rawan Bencana adalah daerah yg memiliki kondisi

atau karakteristik geologis,biologis, hidrologis, klimatologis,

geografis, social, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi

pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang

mengurangi kemampuan mencegas, meredam, mencapai

kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi

dampak buruk bahaya tertentu.

23. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan

akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu

tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa

terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan

atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.

24. Analisa risiko bencana yang selanjutnya disingkat ARB

adalah dokumen kajian risiko bencana.

25. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian,

serta melalui langkah yang tepat guna, dan berdaya guna.

26. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik, maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

ancaman bencana.

27. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan dengan segera, pada saat kejadian bencana

untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang

meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta

benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,

pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan

prasarana dan sarana.

28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah

salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk

mengklarifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah

penyakit dimana ada kejadian meningkatnya kesakitan

atau kematian yang bermakna secara epidemologi pada

suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

29. Wilayah Bencana adalah wilayah tertentu yang terkena

dampak bencana.

Page 6: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

6

30. Pascabencana adalah situasi setelah tanggap darurat

bencana.

31. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek

pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang

memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran

utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar

semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat

pada wilayah pascabencana.

32. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua

prasarana dan sarana kelembagaan pada wilayah

pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun

masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan

berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,

tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran

serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan

masyarakat pada wilayah pascabencana.

33. Korban bencana yang selanjutnya disebut Korban adalah

orang atau sekelompok orang yang menderita atau

meninggal dunia akibat bencana.

34. Kelompok rentan adalah bayi, anak usia di bawah lima

tahun, anak-anak, ibu hamil atau menyusui, penyamdang

cacat, orang lanjut usia dan orang sakit.

35. Kerugian adalah berkurang atau hilangnya manfaat dari

suatu kepemilikan korban bencana.

36. Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana adalah

alat yang dipakai untuk mempermudah pekerjaan,

pencapaian maksud dan tujuan, serta upaya yang

digunakan untuk mencegah, mengatasi, dan

menanggulangi bencana.

37. Kemudahan Akses adalah penyederhanaan proses atas

upaya penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat

tanggap darurat yang meliputi pengkajian secara cepat

terhadap lokasi bencana(need assessment), kerusakan

(demage assessment), dan penyediaan sumber daya;

pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan terhadap

kelompok rentan, dan pemulihan dengan segera prasarana

dan sarana fasilitas umum.

38. Lembaga usaha adalah setiap badan hukum yang dapat

berbentuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik

Daerah, koperasi atau swasta yang didirikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang

Page 7: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

7

menjalankan jenis usaha tetap dan terus menerus yang

bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

39. Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang

dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara Republik

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan,

profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan

dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila.

40. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian

peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang

kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh

lembaga yang berwenang.

BAB II

ASAS, PRINSIP, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Penyelenggaraan penaggulangan bencana berasaskan:

a. kemanusiaan;

b. keseimbangan, keselarasan dan keserasian;

c. kepastian hokum dan keadilan;

d. kebersamaan dan kemitraan;

e. kelestarian budaya dan lingkungan hidup;

f. ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

g. partisipasi;

Pasal 3

Prinsip penanggulangan bencana adalah:

a. cepat dan tepat;

b. prioritas;

c. koordinasi dan keterpaduan;

d. berdaya guna dan berhasil guna;

e. transparansi dan akuntabilitas;

f. pemberdayaan;

g. nondiskriminasi;

h. nonproletisi; dan

i. kemitraan;

j. pemberdayaan;

Page 8: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

8

k. nondiskriminatif; dan

l. membangun kembali kea rah yang lebih baik;

Pasal 4

Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk

menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan

menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada

masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak bencana.

Pasal 5

Ruang lingkup penyelenggaraan penanggulangan bencana

meliputi;

a. tahap pra bencana, dalam hal ancaman dan/atau dampak

bencana secara potensial lintas Kabupaten/Kota;

b. tahap tanggap darurat, dalam hal status dan tingkatan

kedaruratan bencana ditetapkan oleh Gubernur;

c. tahap Pasca bencana, dalam hal status dan tingkatan

kedaruratan bencana telah ditetapkan oleh Gubernur.

BAB III

KELEMBAGAAN

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah menjadi penanggungjawab dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

membentuk BPBD.

(3) BPBD terdiri atas unsur:

a. Pengarah penanggulangan bencana; dan

b. Pelaksana penanggulangan bencana

Pasal 7

BPBD mempunyai tugas:

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan

bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat

dan tepat, efektif dan efisien; dan

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

Page 9: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

9

Pasal 8

BPBD berwenang:

a. Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan

Pemerintah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana

terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup

pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi serta

rekonstruksi secara adil dan setara;

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penanganan pengungsi

akibat bencana;

c. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan

penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-

undangan;

d. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan

bencana;

e. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan

bencana;

f. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

Gubernur setiap bulan dalam kondisi normal dan setiap saat

dalam kondisi darurat bencana;

g. Mengendalikan pegumpulan dan penyaluran uang dan/atau

barang;

h. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima

dari APBD atau sumber lainnya; dan

i. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh

Pasal 9

(1) Unsur pengarah penanggulangan bencana daerah sebagaimana

dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) huruf a mempunyai tugas:

a. menyusun konsep pelaksanaan kebijakan penanggulangan

bencana;

b. memantau; dan

c. mengevaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana

daerah;

(2) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Terdiri atas :

a. Pejabat Pemerintah daerah terkait; dan

b. Anggota masyarakat, professional dan ahli.

(3) Keanggotan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf b dipilih melalui uji kepatutan yang dilakukan oleh

DPRD.

Page 10: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

10

Pasal 10

(1) Pembentukan unsure pelaksana penanggulangan bencana

daerah Sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) huruf b

merupakan kewenangan pemerntah daerah.

(2) Unsur pelaksana penanggulangan bencana sebagaimana

dimaksud

Ayat (1) mempunyai fungsi:

a. koordinasi;

b. komando; dan

c. pengendalian dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana.

(3) Keanggotaan unsur pelaksana penanggulangan bencana

sebagaimana Dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tenaga

professional dan ahli.

Pasal 11

Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 10 ayat (2), unsure pelaksana penanggulangan

bencana daerah mempunyai tugas secara terintegrasi yang

meliputi:

a. prabencana;

b. saat tanggap darurat; dan

c. pascabencana.

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Hak Masyarakat

Pasal 12

(1) Setiap orang berhak:

a. mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman,

khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana;

b. mendapatkan pendidikan, pelatihan dan keterampilan

dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana;

c. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan

tentang kebijakan penanggulangan bencana;

Page 11: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

11

d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian

dan/atau pemeliharaan program penyediaan bantuan

pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial;

e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap

kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang

berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan

f. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang

diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.

(2) Setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan

pemenuhan kebutuhan dasar.

(3) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian

karena terkena bencana yang disebabkan oleh kegagalan

konstruksi.

Pasal 13

(1) Hak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan

dalam penyelenggarakan penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b dilaksanakan

melalui kegiatan pendidikan formal dan non formal di semua

jenjang pendidikan.

(2) Kegiatan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dirumuskan dalam materi pelajaran dan/atau kurikulum

sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi di

daerah wewenangnya.

(3) Pendidikan bagi masyarakat tentang kebencanaan

diselenggarakan oleh SKPD terkait.

Bagian Kedua

Kewajiban Masyarakat

Pasal 14

Setiap orang berkewajiban:

a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis,

memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan dan

kelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

b. memberikan informasi yang benar kepada public tentang

penanggulangan bencana;

Page 12: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

12

c. melakukan kegiatan penanggulangan bencana baik secara

pribadi maupun kelompok relawan; dan

d. bertindak sebagai relawan baik sendiri atau secara kelompok

yang sepenuhnya berada dalam pengendalian BPBD.

BAB V

PRA BENCANA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 15

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan

prabencana meliputi:

a. situasi tidak terjadi bencana; dan

b. situasi terdapat potensi terjadi bencana.

Bagian Kedua

Situasi Tidak Terjadi Bencana

Pasal 16

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak

terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1)

meliputi :

a. perencanaan penanggulangan bencana;

b. pengurangan risiko bencana;

c. pencegahan;

d. pemanduan dalam perencanaan pembangunan;

e. persyaratan analisis risiko bencana;

f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;

g. pendidikan dan pelatihan; dan

h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

Pasal 17

(1) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 16 huruf a disusun dalam bentuk

RPB dan menjadi bagian dari RPJMD.

(2) Penyusunan RPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana

Page 13: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

13

dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada hasil analisis risiko

bencana.

(3) Penyusunan RPB dikoordinasikan oleh BPBD dengan

melibatkan unsure dari instansi/lembaga terkait pemerintah

daerah, non pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

(4) RPB ditetapkan dengan Peraturan Gubernur untuk jangka

waktu 5 (lima) tahun.

(5) Dalam hal penetapan RPJMD lebih awal dari RPB,

Pemerintah Daerah melakukan review terhadap RPJMD.

Pasal 18

(1) Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 huruf b disusun dalam bentuk RAD PRB.

(2) Penyusunan RAD PRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikoordinasikan oleh BPBD secara menyeluruh dan terpadu

dalam suatu forum yang meliputi unsure dari pemerintah

daerah, non pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

(3) Penetapan RAD PRB dilakukan dengan Keputusan Kepala

BPBD setelah dikoordinasikan dengan BAPPEDA.

(4) RAD PRB diintegrasikan dengan RKPD dalam forum

musrenbang Provinsi oleh BPBD bersama BAPPEDA.

Pasal 19

(1) Upaya mengurangi atau menghilangkan resiko bencana dan

kerentanan pihak yang terancam bencana di koordinasikan

oleh BPBD dengan melibatkan SKPD terkait lainnya.

(2) Skpd sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) adalah instansi

pemerintah daerah yang membidangi :

a. sosial;

b. kesehatan;

c. pendidikan;

d. pekerjaan umum;

e. penataan ruang;

f. lingkungan hidup;

Page 14: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

14

g. perumahan;

b. kehutanan;

c. perkebunan;

d. pertanian dan tanaman pangan;

e. kelautan dan perikanan;

f. peternakan;

g. perhubungan;

h. komunikasi dan informasi;

i. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

j. pertambangan dan energy;

k. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

Pasal 20

(1) BPBD sesuai dengan kewenangannya melakukan

inventarisasi dan kajian kegiatan pembangunan yang dapat

menimbulkan risiko bencana

(2) Setiap kegiatan pembangunan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana

sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Kepala

BNPB.

Pasal 21

(1) BPBD bersama-sama dengan SKPD yang membidangi

penataan ruang berdasarkan kewenangannya melakukan

koordinasi dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang

sesuai rencana tata ruang wilayah.

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi pemantauan dan evaluasi terhadap

perencanaan dan pelaksanaan tata ruang, serta penerapan

persyaratan analisis risiko bencana.

(3) hasil pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

menjadi bahan rekomendasi bagi terbitnya perizinan

pemanfaatan ruang.

Page 15: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

15

Pasal 22

(1) Pendidikan dan pelatihan kebencanaan bagi aparatur

diselenggarakan oleh instansi yang membidangi pendidikan dan

pelatihan.

(2) Pendidikan dan pelatihan terkait dengan penanggulangan

bencana bagi masyarakat dapat diselenggarakan oleh

lembaga/organisasi/forum berkoordinasi dengan BPBD.

(3) BPBD memfasilitasi materi pendidikan dan pelatihan

terkait penanggulangan bencana bagi sekolah dan masyarakat.

Bagian Ketiga

Situasi Terdapat Potensi Terjadi Bencana

Pasal 23

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi

terdapat potensi terjadi bencana sebagaiman dimaksud dalam

pasal 15 huruf b, meliputi:

a. kesiapsiagaan;

b. peringatan dini; dan

c. mitigasi bencana.

Pasal 24

(1) BPBD melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan

kesiapsiagaan oleh instansi/lembaga terkait dalam bentuk :

a. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan

kedaruratan bencana;

b. pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistem

peringatan dini;

c. penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan

kebutuhan dasar;

d. pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan gladi

tentang mekanisme tanggap darurat;

e. penyiapan jalur dan lokasi evakuasi;

f. penyusunan data dan informasi yang akurat, serta

pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana;

dan

g. penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan

untuk pemenuhan pemulihan sarana dan prasarana.

Page 16: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

16

(2) Pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat melibatkan masyarakat dan lembaga

usaha.

Pasal 25

(1) Peringatan dini disusun dan dilaksanakan oleh

instansi/lembaga yang berwenang sesuai dengan jenis

ancaman bencana.

(2) BPBD melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga yang

berwenang untuk memastikan terselenggaranya peringatan

dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 26

(1) Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23

huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak

yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat yang

berada pada kawasan rawan bencana.

(2) Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui kegiatan structural dan non structural.

(3) Kegiatan mitigasi structural meliputi :

a. Perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang

berdasarkan pada analisis risiko bencana; dan

b. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur,

dan tata bangunan.

(4) Kegiatan mitigasi non structural meliputi penyelenggaraan

Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan.

BAB VI

TANGGAP DARURAT BENCANA

Pasal 27

(1) Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat

tanggap darurat meliputi:

a. pengkajian secara cepat terhadap lokasi, kerusakan,

kerugian dan sumberdaya;

b. penentuan status keadaan darurat bencana;

c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;

d. pemenuhan kebutuhan dasar;

e. perlindungan terhadap kelompok rentan;

Page 17: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

17

f. pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital; dan

(2) Pengendalian penyelenggaraan penanggulangan bencana

pada saat tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dibawah kewenangan BPBD.

Pasal 28

BPBD melakukan kaji cepat untuk menentukan kebutuhan dan

tindakan penanggulangan bencana yang tepat pada saat

tanggap darurat.

Pasal 29

(1) Status keadaan darurat bencana ditetapkan oleh Gubernur

atas usul BPBD berdasarkan hasil kaji cepat dan tepat.

(2) Pada saat status keadaan darurat bencana telah

ditetapkan,BPBD mempunyai kemudahan akses di bidang :

a. pengerahan sumberdaya manusia;

b. pengerahan peralatan;

c. pengerahan logistik;

d. imigrasi, cukai, dan karantina;

e. perizinan;

f. pengadaan barang/jasa;

g. pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau

barang;

h. penyelamatan; dan

i. komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.

(3) Pada saat status keadaan darurat bencana telah ditetapkan,

BPBD mempunyai kemudahan dalam hal :

a. Menggunakan dana siap pakai dalam APBD dan

ditempatkan dalam anggaran BPBD untuk pengadaan

barang dan/jasa.

b. Mengajukan permintaan serta melakukan penerimaan dan

penggunaan sumber daya, peralatan dan logistic dari

instansi/lembaga masyarakat untuk melakukan kegiatan

tanggap darurat sesuai kebutuhan.

c. memberikan persetujuan kepada instansi/lembaga terkait

untuk melakukan pengadaan barang/jasa dalam

penyelenggaraan tanggap darurat bencana secara khusus

melalui pembelian/pengadaan langsung yang efektif dan

efisien sesuai dengan kondisi saat keadaan tanggap

darurat berlangsung.

Page 18: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

18

(4) dalam hal penerimaan dana siap pakai dari pemerintah,

BPBD membuat laporan :

a. Kepada Gubernur untuk selanjutnya dipergunakan sesuai

dengan kebutuhan situasi dan kondisi kedaruratan

bencana;

b. pertanggungjawaban penggu aan dana siap pakai dari

Pemerintah kepada BNPB sesuai dengan pedoman yang

telah ditetapkan oleh Kepala BNPB: dan

c. pertanggungjawaban dan menginformasikannya kepada

public terkait penerimaan dan penggunaan uang dan/atau

barang dari masyarakat.

Pasal 30

Dalam penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena

bencana,BPBD melaksanakan fungsi komando pengerahan

sumber daya manusia, peralatan, logistic, dan penyelamatan

sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencananya

Pasal 31

Pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan oleh instansi/lembaga

terkait dibawah koordinasi BPBD sesuai dengan standar

minimum mmeliputi bantuan penyediaan : kebutuhan air bersih

dan sanitasi, pangan, sandang; pelayanan kesehatan; pelayanan

psikososial; dan penampungan serta tempat hunian.

Pasal 32

Perlindungan terhadap kelompok rentan dilakukan oleh

instansi/lembaga terkait dibawah koordinasi BPBD berupa

penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan,

dan psikososial.

Pasal 33

BPBD melakukan koordinasi upaya pemulihan dengan segera

prasarana dan sarana vital dari instansi/lembaga terkait agar

kehidupan masyarakat tetap berlangsung.

Page 19: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

19

BAB VII

Pasca Bencana

Pasal 34

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap

pascabencana meliputi:

a. rehabilitas; dan

b. rekonstruksi.

Pasal 35

(1) Rehabilitasi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui

kegiatan :

a. perbaikan lingkungan daerah bencana;

b. perbaikan prasarana dan sarana umum;

c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;

d. pemulihan sosial psikologis;

e. pelayanan kesehatan;

f. rekonsiliasi dan resolusi konflik;

g. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;

h. pemulihan keamanan dan ketertiban;

i. pemulihan fungsi pemerintah: dan

j. pemulihan fungsi pelayanan publik.

(2) Untuk mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat pada

wilayah pasca bencana, Pemerintah Daerah menetapkan

prioritas rehabilitasi didasarkan pada analisis kerusakan

dan kerugian akibat bencana.

(3) Analisis kerusakan bencana dan kerugian akibat bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh

instansi/lembaga terkait dikoordinasikan oleh BPBD.

(4) Prioritas kegiatan rehabilitasi pasca bencana ditetapkan

dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 36

(1) Pemerintah Daerah menyusun rencana rehabilitasi

didasarkan pada analisis kerusak dan kerugian akibat

bencana.

(2) Penyusunan rencana rehabilitasi harus memperhatikan

aspirasi masyarakat melalui sebuah forum konsultasi

publik.

Page 20: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

20

(3) Penyusunan rencana rehabilitasi harus memperhatikan :

a. pengaturan mengenai standar konstruksi bangunan; b. kondisi social;

c. adat istiadat; d. budaya; dan e. ekonomi.

(4) Rencana rehabilitasi ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 37 (1) Dalam melakukan rehabilitasi, Pemerintah Daerah wajib

menggunakan dana penanggulangan bencana dari APBD

Provinsi. (2) Dalam hal APBD tidak memadai, Pemerintah Daerah dapat

meminta bantuan dana kepada Pemerintah untuk

melaksanakan kegiatan rehabilitasi.

Pasal 38 (1) Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 34

huruf a dilaksanakan oleh instansi/lembaga terkait yang

dikoordinasikan oleh BPBD. (2) Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi harus mengedepankan

aspek pemberdayaan masyarakat sekitar terkena dampak

bencana.

Pasal 39

(1) Rekonstruksi pada wilayah pasca bencana dilakukan melalui

kegiatan :

a. pembangunan kembali prasarana dan sarana;

b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;

c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya

masyarakat;

d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan

peralatan yang lebih baik serta tahan bencana;

e. partisipasi dan peran serta lembaga serta organisasi

kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;

f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya;

g. peningkatan fungsi pelayanan publik; dan

h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

(2) Untuk mempercepat pembangunan kembali semua

prasarana dan sarana serta kelembagaan pada wilayah pasca

bencana, pemerintah daerah menetapkan prioritas kegiatan

Page 21: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

21

rekonstruksi didasarkan pada analisis kerusakan dan

kerugian akibat bencana.

(3) Analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh

instansi/lembaga terkait dikoordinasikan oleh BPBD.

(4) Prioritas kegiatan rekonstruksi pasca bencana ditetapkan

dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 40

(1) Pemerintah Daerah bertanggungjawab melaksanakan

kegiatan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal

34 huruf b, kecuali prasarana dan sarana yang merupakan

tanggungjawab Pemerintah.

(2) Pemerintah Daerah menyusun rencana rekonstruksi sebagai

satu kesatuan dari rencana rehabilitasi yang didasarkan

pada analisi kerusakan dan kerugian akibat bencana.

(3) Penyusunan rencana rekonstruksi harus memperhatikan

aspirasi masyarakat melalui sebuah forum konsultasi public.

(4) Penyusunan rencana rekonstruksi harus memperhatikan :

a. rencana tata ruang wilayah;

b. pengaturan mengenai standar konstruksi bangunan;

c. kondisi social;

d. adat istiadat;

e. budaya; dan

f. ekonomi.

(5) Rencana rekonstruksi dtetapkan oleh Gubernur.

Pasal 41

(1) Dalam melakukan rekonstruksi, Pemerintah Daerah wajib

menggunakan dana penanggulangan bencana dari APBD.

(2) Dalam hal APBD tidak memadai, Pemerintah Daerah dapat

meminta bantuan dana kepada Pemerintah untuk

melaksanakan kegiatan rekonstruksi.

(3) Selain permintaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) pemerintah Daerah dapat meminta bantuan kepada

pemerintah berupa:

a. tenaga ahli;

b. peralatan;

c. pembangunan prasarana.

Page 22: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

22

Pasal 42

(1) Pelaksanaan kegiatan rekonsrtuksi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 40 ayat (1) dilaksanakan oleh instansi/lembaga

terkait yang dikoordinasikan oleh BPBD.

(2) Pelaksanaan kegiatan rekonstruksi harus mengedepankan

aspek pemberdayaan masyarakat sekitar yang terkena

dampak bencana.

BAB VIII

KOORDINASI DAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

Pasal 43

(1) Koordinasi antar daerah dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana meliputi :

a. antar Daerah provinsi dengan Daerah kabupaten/Kota;

b. antar daerah kabupaten/Kota dalam satu daerah

Provinsi;

c. antar daerah provinsi dengan daerah provinsi lainnya.

(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui rapat koordinasi antar BPBD Provinsi dengan BPBD

Kabupaten/Kota minimal 1 (satu) kali dalam satu tahun dan

sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

Pasal 44

(1 Kerjasama antar Daerah Kabupaten/Kota dimaksudkan

untuk efisiensi penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Gubernur bertanggungjawab untuk memfasilitasi kerjasama

wajib penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(3) Kerjasama wajib penyelenggaraan penganggulangan bencana

sebagaimana di maksud pada ayat (2) merupakan kerja sama

antar-Daerah yang berbatasan untuk penyelenggaraan

penanggulangan bencana yang memiliki eksternalitas lintas

Daerah, dan penyediaan layanan publik yang lebih efisien

jika dikelola bersama.

(4) Dalam hal kerja sama wajib penyelenggaraann

penanggulanagan bencana tidak dilaksanakan oleh Daerah

kabupaten/kota, gubernur sebagai wakil pemerintah pusat

mengambil alih pelaksanaannya.

Page 23: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

23

BAB IX

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 45

(1) Masyarakat, lembaga social kemasyarakatan dan lembaga

usaha memiliki kesempatan yang sama untuk berperan

serta dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Masyarakat, lembaga social kemasyarakatan dan lembaga

usaha dapat membentuk forum sebagai wahana untuk

berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Pasal 46

(1) Anggota forum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat

(2) terdiri dari unsur :

a.Pemerintah daerah

b.Lembaga Swadaya Masyarakat

c.Lembaga sosial keagamaan

d.Organisasi sosial kemasyarakatan

e.Perguruan tinggi

f.Sekolah negeri dan swasta

g.Media masa

h.Dunia usaha

i.Masyarakat

(2). Tugas, fungsi dan kepengurusan forum ditetapkan dengan

Keputusan gubernur.

BAB.X

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

Pasal 47

Pemantauan penyelenggaraan penanggulangan bencana

dilakukan oleh BPBD sebagai bahan evaluasi menyeluruh dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana

Pasal 48

(1) BPBD menyusun laporan penyelenggaraan penanggulangan

bencana

(2) Laporan penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri

dari:

a. Laporan situasi kejadian bencana;

Page 24: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

24

b. Laporan bulanan kejadian bencana; dan

c. Laporan menyeluruh penyelenggaraan penanggulangan

bencana.

Pasal 49

Laporan situasi kejadian bencana sebagaimana dimaksud dalam

pasal 48 ayat (2) huruf a disusun pada saat tanggap darurat

dengan memuat :

a. waktu dan lokasi kejadian;

b. penyebab bencana;

c. cakupan wilayah dampak bencana;

d. penyebab kejadian bencana;

e. dampak bencana (jumlah korban jiwa dan

kerusakan/kerugian serta dampak social ekonomi yang

ditimbulkan)

f. upaya penanganan yang dilakukan;

g. bantuan yang diperlukan;

h. kendala yang dihadapi.

Pasal 50

Laporan bulanan kejadian bencana sebagaimana dimaksud

dalam pasal 48 ayat (2) huruf b merupakan rekapituasi jumlah

kejadian, dampak bencana yang disajikan dalam tabulasi.

Pasal 51

Laporan menyeluruh penyelenggaraan penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 ayat (2) huruf c meliputi

kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada prabencana yang dibuat

setiap bulan dan setiap tahun.

Pasal 52

(1) Evaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana

dilakukan dalam rangka pencapaian standar minimum dan

peningkatan kinerja penanggulangan bencana.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

oleh BPBD.

Page 25: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

25

BAB VII

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA

Pasal 53

(1) Sumber Dana penanggulangan bencana dapat berasal dari :

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN)

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

(2) Sumber Dana yang bersumber dari APBD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b, dianggarkan setiap tahun 1

% (satu persen) dari APBD sesuai kemampuan keuangan

daerah.

(3) Dana penanggulangan bencana yang bersumber dari APBD

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dialokasikan kepada

masing-masing SKPD yang menangani penanggulangan

bencana.

(4) Besarnya alokasi dana untuk masing-masing SKPD

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan

Keputusan Gubernur.

(5) Dana penanggulang bencana yang ada dalam anggaran

SKPD, penggunaan dan pemantauannya dikoordinasikan

oleh BPBD.

Pasal 54

(1) Masyarakat dapat mengumpulkan dan menyalurkan dana

untuk penanggulanan bencana ketika tejadi bencana.

(2) Pengumpulan dana oleh masyarakat dan penyalurannya

sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dikoordinasikan oleh

BPBD.

Page 26: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

26

Pasal 55

(1) Dana uperasional BPBD menjadi tanggung jawab bersama

antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota sesuai kewenangannya yang terdiri atas:

a. dana penanggulangan bencana yang berasal dari APBN,

APBD, dan/atau masyarakat untuk digunakan pada

tahap prabencana,saat tanggap darurat bencana dan

pasca bencana.

b. dana kontijensi bencana yang disediakan dalam APBN

untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana.

c. dana siap pakai yang disediakan dalam APBN untuk

kegiatan pada saat tanggap darrat serta Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota menyediakan dana siap pakai

dalam anggaran penanggulangan bencana yng berasal

dari APBD dan menempatkannya dalam anggaran

BPBD, dan harus selalu tersedia sesuai dengan

kebutuhan pada saat tanggap darurat; dan

d. dana bantuan social berpola hibah yang disediakan

dalam APBN untuk kegiatan pada tahap pasca bencana.

(2) Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai

wilayah dan kewenangannya mendorong partisipasi

masyarakat dalam penyediaan dana, barang dan atau jasa

yang bersumber dari masyarakat, baik masyarakat dalam

negeri maupun masyarakat internasional sesuai peraturan-

perundangan yg berlaku.

(3) Dana, barang maupun jasa yang berasal dari Lembaga

Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah

penyalurannya berkoordinasi dengan BNPB.

Pasal 56

(1) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam pasar 55

huruf c digunakan terbatas pada pengadaan barang dan

atau jasa untuk:

a. pencairan dan penyelamatan korban bencana;

b. pertolongan darurat;

c. evakuasi korban bencana;

d. kebutuhan air bersih dan sanitasi;

Page 27: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

27

e. pangan;

f. sandang;

g. pelayanan kesehatan;

h. penampungan serta tempat hunian sementara; dan

i. pembayaran uang lelah petugas semua kegiatan yang

memerlukan tenaga yang telah direkrut dalam Sistem

komando tanggap darurat.

(2) BPBD pada saat Tanggap Darurat dapat melaksanakan

pengadaan barang dan atau jasa sesuai kebutuhan, kondisi

dan karakteristik wilayah bencana secara langsung yang

efisien dan efektif

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 57

Semua ketentuan mengenai pengelolaan bencana yang ada

sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini masih tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan daerah

ini.

Pasal 58

Peraturan Gubernur sebagai peraturan pelaksanaan dari

peraturan daerah ini wajib ditetapkan paling lama 6 (enam)

bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Page 28: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

28

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 59

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Ditetapkan di Mataram

pada tanggal

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

H. M. ZAINUL MAJDI

Diundangkan di Mataram

pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NTB,

H. MUHAMMAD NUR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

NOMOR NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT:

(7/12)

Page 29: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

29

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

NOMOR TAHUN 2014

TENTANG

PENANGGULANGAN BENCANA

I. UMUM

Bencana merupakan suatu fenomena yang berdampak merusak

dan muncul dengan atau tanpa prediksi yang selalu menyertai

kehidupan manusia. Dampak yang merusak ini dapat berupa korban

jiwa dan/atau kerugian harta benda sehingga mangacaukan tatanan

alam dan sosial. Potensi penyebab bencana dapat dikelompokkan dalam

3 (tiga) jenis bencana, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan

bencana sosial. Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena

alam, letusan gunung berapi, angin topan, tanah longsor, kekeringan,

kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman,

epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/benda-

benda angkasa. Bencana nonalam antara lain kebakaran hutan/lahan

yang disebabkan oleh manusia, kecelakan transportasi, kegagalan

konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran

lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara lain

berupa kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang

sering terjadi.

Sedangkan menurut waktu terjadinya, bencana dikelompokkan

menjadi; 1). Bencana periodik (bencana yang terjadi secara berkala dan

dapat diprediksi, seperti banjir, kekeringan, tanah longsor dan gunung

meletus) dan 2). Bencana sporadis (bencana yang terjadi secara tiba-tiba

dan tidak dapat diprediksi, seperti gempa bumi).

Beberapa ancaman bencana berikut tersebar di beberapa wilayah di

Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu gempa bumi, gunung merapi, tanah

longsor, banjir, erosi, abrasi-sedimentasi,kekeringan,kebakaran

hutan,wabah flu burung, kegagalan teknologi dan sanitari. Mencermati

hal-hal tersebut diatas dan dalam rangka memberikan landasan hokum

yang kuat bagi penyelenggaraan penanggulangan bencana di Provinsi

Nusa Tenggara Barat, perlu disusun Peraturan daerah tentang

penanggulangan bencana yang pada prinsipnya mengatur tahapan

bencana meliputi pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca

Page 30: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

30

bencana. Materi muatan peraturan daerah ini berisikan ketentuan-

ketentuan pokok sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan Penanggulangan bencana merupakan tanggung

jawab dan wewenang Pemerintah dan pemerintah daerah, yang

dilaksanakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan

menyeluruh.

2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam tahap tanggap

darurat dilaksanakan sepenuhnya oleh Badan Nasional

Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana

Daerah. Badan penanggulangan bencana tersebut terdiri dari unsur

pengarah dan unsur pelaksana. Badan Nasional Penanggulangan

Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai

tugas dan fungsi antara lain pengkoordinasian penyelenggaraan

penanggulangan bencana secara terencana dan terpadu sesuai dengan

kewenangannya.

3. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan

memperhatikan hak masyarakat yang antara lain mendapatkan

bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, mendapatkan perlindungan

sosial, mendapatkan pendidikan dan keterampilan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana, berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan.

4. Kegiatan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan memberikan

kesempatan secara luas kepada lembaga usaha dan lembaga

internasional.

5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan pada tahap

prabencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana, karena

masing-masing tahapan mempunyai karakteristik penanganan yang

berbeda.

6. Pada saat tanggap darurat, kegiatan penanggulangan bencana selain

didukung dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

danAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, juga disediakan dana

siap pakai dengan pertanggungjawaban melalui mekanisme khusus.

7. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana

dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada

setiap tahapan bencana, agar tidak terjadi penyimpangan dalam

penggunaan dana penanggulangan bencana.

Dengan materi muatan sebagaimana disebutkan diatas, peraturan

daerah ini diharapkan dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana sehingga penyelenggaraan

Page 31: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

31

penanggulangan bencana di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat

dilaksanakan secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” termanifestasi dalam

bentuk jaminan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi

manusia, harkat dan martabat setiap masyarakat secara

proporsional.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”asas keadilan” adalah dalam

penanggulangan bencana harus mencerminkan keadilan secara

proporsional bagi setiap Masyarakat tanpa terkecuali.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas kesamaan kedudukan dalam

hukum danpemerintahan” adalah dalam penanggulangan

bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar

belakang, antara lain, agama, suku, ras,golongan, gender, atau

status sosial.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan, keselarasan dan

keserasian” adalah dalam penanggulangan bencana

mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan,

keselarasan tata kehidupan dan lingkungan dan keserasian

lingkungan dan kehidupan sosial Masyarakat.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian hukum”

adalah dalam penanggulangan bencana harus dapat

menimbulkan ketertiban dalam Masyarakat melalui jaminan

adanya kepastian hukum.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah

penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan

tanggung jawab bersama Pemerintah Daerah dan Masyarakat

yang dilakukan secara gotong royong.

Huruf g

Page 32: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

32

Yang dimaksud dengan “asas kelestarian lingkungan hidup”

adalah dalam penanggulangan bencana mencerminkan

kelestarian lingkunganuntuk generasi sekarang dan untuk

generasi yang akan datang demikepentingan Daerah.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “asas ilmu pengetahuan dan teknologi”

adalah penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu

pengetahuan dan teknologi secara optimal sehingga

mempermudah dan mempercepat proses penanggulangan

bencana, baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana,

maupun pada tahap pasca bencana.

ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah

penyelenggaraan penanggulangan bencana harus dilaksanakan

secaracepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan

Huruf b

Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah apabila terjadi

bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan

diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah kegiatan

penyelenggaraan penanggulangan bencana didasarkan pada

waktu, tenaga, biaya digunakan sesuai kebutuhan. Yang

dimaksud dengan “prinsip keterpaduan” adalah penyelenggaraan

penanggulangan bencana dilakukan tepat sasaran dan

bermanfaat bagi masyarakat.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah dalam

mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak

membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang

dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah kegiatan

penyelenggaraan penanggulangan bencana harus berhasil guna,

khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan tidak

membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah

penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan secara

terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud

dengan “prinsip akuntabilitas” adalah penyelenggaraan

Page 33: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

33

penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

Huruf f

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi” adalah negara

dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak

memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin,

suku, agama, ras, dan aliran politik apapun.

Huruf i

Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah pelarangan kegiatan

menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat

bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan

darurat bencana.

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Ayat (1)

Ancaman lintas Kabupaten/Kota,contohnya letusan gunung rinjani

yang secara administrative berada pada wilayah Kabupaten Lombok

Utara,Lombok Tengah dan Lombok Timur.

Dampak bencana secara potensial lintas kabupaten/kota,

contohnya gempa bumi dan tsunami

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Page 34: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

34

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

Page 35: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

35

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Cukup jelas

Pasal 32

Cukup Jelas

Pasal 33

Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Cukup jelas

Pasal 41

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Contohnya, dalam hal penyusunan system peringatan dini banjir

dimana sumber ancaman berada di suatu kabupaten.kota

Page 36: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

36

sementara masyarakat potensial terdampak berada di wilayah

kabupaten/kota lain.

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Cukup jelas

Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Cukup jelas

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52

Cukup jelas

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Cukup jelas

Pasal 55

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Cukup jelas

Pasal 58

Page 37: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

37

Cukup jelas

Pasal 59

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

NOMOR….

Page 38: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

NOMOR 9 TAHUN 2014

TENTANG

PENANGGULANGAN BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan diri

pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda serta

berhak atas rasa aman dari ancaman dari suatu kejadian bencana

baik yang disebabkan oleh factor alam, factor nonalam maupun

factor manusia;

b. bahwa kejadian bencana dapat menyebabkan timbulnya korban

jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis, sehingga diperlukan upaya perlindungan

kepada masyarakat melalui penyelenggaraan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan

menyeluruh baik pada masa prabencana, tanggap darurat,

maupun pasca bencana;

c. bahwa peraturan perundang-undangan tentang penyelenggaraan

penanggulangan bencana membutuhkan penjabaran lebih lanjut

dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah

tentang Penanggulangan Bencana;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Wilayah-wilayah Daerah Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan

Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 1649);

Page 39: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

2

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4723);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5589);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaga Negara

Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4828):

6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran

serta lembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah

Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4830);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

dan

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

Page 40: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

3

1. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

2. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat

DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya

disebut BAPPEDA adalah lembaga teknis daerah yang mempunyai

tugas pokok dan fungsi koordinasi dalam perumusan kebijakan

perencanaan pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

5. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya

disingkat BPBD adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

6. Masyarakat adalah Masyarakat di wilayah Provinsi Nusa Tenggara

Barat.

7. Forum Pengurangan Risiko Bencana yang selanjutnya disebut

Forum PRB adalah suatu forum yang dibentuk sebagai media

diskusi dan mediasi untuk mengakomodasi inisiatif-inisiatif

pengurangnan risiko bencana di daerah.

8. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau

nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis.

9. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,

angin topan, abrasi pantai, dan tanah longsor.

10. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal

teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit,

kebakaran dan krisis pangan.

11. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang

meliputi antara lain konflik sosial antar kelompok atau antar

komunitas masyarakat, dan teror.

Page 41: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

4

12. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian

upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,

tanggap darurat dan rehabilitasi.

13. Pengurangan Risiko Bencana adalah kegiatan untuk mengurangi

ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam menghadapi bencana.

14. Prabencana adalah situasi dimana belum terjadi bencana.

15. Rencana Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat RPB

adalah dokumen perencanaan yang berisi kebijakan strategi,

program dan pilihan tindakan dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana dari tahap pra, tanggap darurat dan

pascabencana.

16. Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana yang

selanjutnya disingkat RAD PRB adalah dokumen perencanaan

pengurangan risiko bencana yang berisi landasan prioritas dan

strategi yang disusun oleh seluruh pemangku kepentinganyang

disusun secara partisipatif, komprehensip, dan sinergis untuk

mengurangi risiko bencana dalam rangka membangun

kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi

bencana.

17. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi yang

selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan

Provinsi untuk periode 5 (lima) tahun.

18. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi yang selanjutnya

disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Provinsi untuk

periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

tahunan daerah.

19. Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi yang selanjutnya

disingkat dengan SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

20. Kegiatan Pencegahan Bencana adlah serangkaian kegiatan yang

dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau

mengurangi ancaman bencana.

21. Status Potensi Bencana Daerah adalah suatu keadaan yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk menilai potensi bencana

yang akan terjadi pada jangka waktu tertentu atas dasar

Page 42: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

5

rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi

bencana.

22. Daerah Rawan Bencana adalah daerah yg memiliki kondisi atau

karakteristik geologis,biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,

social, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah

untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan

mencegas, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi

kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

23. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat

bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat

berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,

mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan

kegiatan masyarakat.

24. Analisa risiko bencana yang selanjutnya disingkat ARB adalah

dokumen kajian risiko bencana.

25. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian, serta melalui

langkah yang tepat guna, dan berdaya guna.

26. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran

dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

27. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan segera, pada saat kejadian bencana untuk

menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi

kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,

pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasarana dan sarana.

28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah salah

satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklarifikasikan

peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit dimana ada kejadian

meningkatnya kesakitan atau kematian yang bermakna secara

epidemologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

29. Wilayah Bencana adalah wilayah tertentu yang terkena dampak

bencana.

30. Pascabencana adalah situasi setelah tanggap darurat bencana.

31. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek

pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai

pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk

Page 43: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

6

normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek

pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah

pascabencana.

32. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan

sarana kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada

tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama

tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan

budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran

serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan masyarakat pada

wilayah pascabencana.

33. Korban bencana yang selanjutnya disebut Korban adalah orang

atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia

akibat bencana.

34. Kelompok rentan adalah bayi, anak usia di bawah lima tahun,

anak-anak, ibu hamil atau menyusui, penyamdang cacat, orang

lanjut usia dan orang sakit.

35. Kerugian adalah berkurang atau hilangnya manfaat dari suatu

kepemilikan korban bencana.

36. Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana adalah alat yang

dipakai untuk mempermudah pekerjaan, pencapaian maksud dan

tujuan, serta upaya yang digunakan untuk mencegah, mengatasi,

dan menanggulangi bencana.

37. Kemudahan Akses adalah penyederhanaan proses atas upaya

penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap

darurat yang meliputi pengkajian secara cepat terhadap lokasi

bencana(need assessment), kerusakan (demage assessment), dan

penyediaan sumber daya; pemenuhan kebutuhan dasar,

perlindungan terhadap kelompok rentan, dan pemulihan dengan

segera prasarana dan sarana fasilitas umum.

38. Lembaga usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi

atau swasta yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan

terus menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

39. Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh

anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara

sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama,

Page 44: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

7

dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk

berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan

nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila.

40. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan

terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang

berwenang.

BAB II

ASAS, PRINSIP, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Penyelenggaraan penaggulangan bencana berasaskan:

a. kemanusiaan;

b. keseimbangan, keselarasan dan keserasian;

c. kepastian hokum dan keadilan;

d. kebersamaan dan kemitraan;

e. kelestarian budaya dan lingkungan hidup;

f. ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

g. partisipasi;

Pasal 3

Prinsip penanggulangan bencana adalah:

a. cepat dan tepat;

b. prioritas;

c. koordinasi dan keterpaduan;

d. berdaya guna dan berhasil guna;

e. transparansi dan akuntabilitas;

f. pemberdayaan;

g. nondiskriminasi;

h. nonproletisi; dan

i. kemitraan;

j. pemberdayaan;

k. nondiskriminatif; dan

l. membangun kembali kea rah yang lebih baik;

Page 45: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

8

Pasal 4

Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin

terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara

terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka

memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko,

dan dampak bencana.

Pasal 5

Ruang lingkup penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi;

a. tahap pra bencana, dalam hal ancaman dan/atau dampak

bencana secara potensial lintas Kabupaten/Kota;

b. tahap tanggap darurat, dalam hal status dan tingkatan

kedaruratan bencana ditetapkan oleh Gubernur;

c. tahap Pasca bencana, dalam hal status dan tingkatan kedaruratan

bencana telah ditetapkan oleh Gubernur.

BAB III

KELEMBAGAAN

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah menjadi penanggungjawab dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

membentuk BPBD.

(3) BPBD terdiri atas unsur:

a. Pengarah penanggulangan bencana; dan

b. Pelaksana penanggulangan bencana

Pasal 7

BPBD mempunyai tugas:

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana

dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat,

efektif dan efisien; dan

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

Page 46: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

9

Pasal 8

BPBD berwenang:

a. Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan

Pemerintah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap

usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,

penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan

setara;

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penanganan pengungsi

akibat bencana;

c. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan

penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-

undangan;

d. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana;

e. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;

f. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

Gubernur setiap bulan dalam kondisi normal dan setiap saat dalam

kondisi darurat bencana;

g. Mengendalikan pegumpulan dan penyaluran uang dan/atau barang;

h. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari

APBD atau sumber lainnya; dan

i. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana

secara terencana, terpadu dan menyeluruh

Pasal 9

(1) Unsur pengarah penanggulangan bencana daerah sebagaimana

dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) huruf a mempunyai tugas:

a. menyusun konsep pelaksanaan kebijakan penanggulangan

bencana;

b. memantau; dan

c. mengevaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah;

(2) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Terdiri atas :

a. Pejabat Pemerintah daerah terkait; dan

b. Anggota masyarakat, professional dan ahli.

(3) Keanggotan unsure pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b dipilih melalui uji kepatutan yang dilakukan oleh DPRD.

Page 47: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

10

Pasal 10

(1) Pembentukan unsure pelaksana penanggulangan bencana daerah

Sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) huruf b merupakan

kewenangan pemerntah daerah.

(2) Unsur pelaksana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud

Ayat (1) mempunyai fungsi:

a. koordinasi;

b. komando; dan

c. pengendalian dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(3) Keanggotaan unsur pelaksana penanggulangan bencana sebagaimana

Dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tenaga professional dan ahli.

Pasal 11

Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 10 ayat (2), unsure pelaksana penanggulangan bencana

daerah mempunyai tugas secara terintegrasi yang meliputi:

a. prabencana;

b. saat tanggap darurat; dan

c. pascabencana.

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu

Hak Masyarakat

Pasal 12

(1) Setiap orang berhak:

a. mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman, khususnya

bagi kelompok masyarakat rentan bencana;

b. mendapatkan pendidikan, pelatihan dan keterampilan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana;

c. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang

kebijakan penanggulangan bencana;

Page 48: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

11

d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian dan/atau

pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan

kesehatan termasuk dukungan psikososial;

e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan

penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan

diri dan komunitasnya; dan

f. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur

atas pelaksanaan penanggulangan bencana.

(2) Setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan

pemenuhan kebutuhan dasar.

(3) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian karena

terkena bencana yang disebabkan oleh kegagalan konstruksi.

Pasal 13

(1) Hak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam

penyelenggarakan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud

dalam pasal 7 huruf b dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan

formal dan non formal di semua jenjang pendidikan.

(2) Kegiatan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dirumuskan dalam materi pelajaran dan/atau kurikulum sekolah

mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi di daerah

wewenangnya.

(3) Pendidikan bagi masyarakat tentang kebencanaan diselenggarakan

oleh SKPD terkait.

Bagian Kedua

Kewajiban Masyarakat

Pasal 14

Setiap orang berkewajiban:

a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara

keseimbangan, keserasian, keselarasan dan kelestarian fungsi

lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

Page 49: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

12

b. memberikan informasi yang benar kepada public tentang

penanggulangan bencana;

c. melakukan kegiatan penanggulangan bencana baik secara pribadi

maupun kelompok relawan; dan

d. bertindak sebagai relawan baik sendiri atau secara kelompok yang

sepenuhnya berada dalam pengendalian BPBD.

BAB V

PRA BENCANA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 15

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana

meliputi:

a. situasi tidak terjadi bencana; dan

b. situasi terdapat potensi terjadi bencana.

Bagian Kedua

Situasi Tidak Terjadi Bencana

Pasal 16

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi

bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) meliputi :

a. perencanaan penanggulangan bencana;

b. pengurangan risiko bencana;

c. pencegahan;

d. pemanduan dalam perencanaan pembangunan;

e. persyaratan analisis risiko bencana;

f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;

g. pendidikan dan pelatihan; dan

h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

Page 50: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

13

Pasal 17

(1) Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 huruf a disusun dalam bentuk RPB dan menjadi

bagian dari RPJMD.

(2) Penyusunan RPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) didasarkan pada hasil analisis risiko bencana.

(3) Penyusunan RPB dikoordinasikan oleh BPBD dengan melibatkan

unsure dari instansi/lembaga terkait pemerintah daerah, non

pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

(4) RPB ditetapkan dengan Peraturan Gubernur untuk jangka waktu 5

(lima) tahun.

(5) Dalam hal penetapan RPJMD lebih awal dari RPB, Pemerintah

Daerah melakukan review terhadap RPJMD.

Pasal 18

(1) Pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal

16 huruf b disusun dalam bentuk RAD PRB.

(2) Penyusunan RAD PRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikoordinasikan oleh BPBD secara menyeluruh dan terpadu dalam

suatu forum yang meliputi unsure dari pemerintah daerah, non

pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

(3) Penetapan RAD PRB dilakukan dengan Keputusan Kepala BPBD

setelah dikoordinasikan dengan BAPPEDA.

(4) RAD PRB diintegrasikan dengan RKPD dalam forum musrenbang

Provinsi oleh BPBD bersama BAPPEDA.

Pasal 19

(1) Upaya mengurangi atau menghilangkan resiko bencana dan

kerentanan pihak yang terancam bencana di koordinasikan oleh

BPBD dengan melibatkan SKPD terkait lainnya.

Page 51: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

14

(2) SKPD sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) adalah instansi

pemerintah daerah yang membidangi :

a. sosial;

b. kesehatan;

c. pendidikan;

d. pekerjaan umum;

e. penataan ruang;

f. lingkungan hidup;

g. perumahan;

h. kehutanan;

i. perkebunan;

j. pertanian dan tanaman pangan;

k. kelautan dan perikanan;

l. peternakan;

m. perhubungan;

n. komunikasi dan informasi;

o. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

p. pertambangan dan energy;

q. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

Pasal 20

(1) BPBD sesuai dengan kewenangannya melakukan inventarisasi dan

kajian kegiatan pembangunan yang dapat menimbulkan risiko

bencana

(2) Setiap kegiatan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana sesuai dengan

persyaratan yang telah ditetapkan oleh Kepala BNPB.

Page 52: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

15

Pasal 21

(1) BPBD bersama-sama dengan SKPD yang membidangi penataan

ruang berdasarkan kewenangannya melakukan koordinasi dalam

hal pengendalian pemanfaatan ruang sesuai rencana tata ruang

wilayah.

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi pemantauan dan evaluasi terhadap perencanaan dan

pelaksanaan tata ruang, serta penerapan persyaratan analisis

risiko bencana.

(3) hasil pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi

bahan rekomendasi bagi terbitnya perizinan pemanfaatan ruang.

Pasal 22

(1) Pendidikan dan pelatihan kebencanaan bagi aparatur

diselenggarakan oleh instansi yang membidangi pendidikan dan

pelatihan.

(2) Pendidikan dan pelatihan terkait dengan penanggulangan bencana

bagi masyarakat dapat diselenggarakan oleh

lembaga/organisasi/forum berkoordinasi dengan BPBD.

(3) BPBD memfasilitasi materi pendidikan dan pelatihan terkait

penanggulangan bencana bagi sekolah dan masyarakat.

Bagian Ketiga

Situasi Terdapat Potensi Terjadi Bencana

Pasal 23

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat

potensi terjadi bencana sebagaiman dimaksud dalam pasal 15 huruf b,

meliputi:

a. kesiapsiagaan;

b. peringatan dini; dan

c. mitigasi bencana.

Page 53: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

16

Pasal 24

(1) BPBD melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan

oleh instansi/lembaga terkait dalam bentuk :

a. penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan

bencana;

b. pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistem

peringatan dini;

c. penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan

kebutuhan dasar;

d. pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan gladi tentang

mekanisme tanggap darurat;

e. penyiapan jalur dan lokasi evakuasi;

f. penyusunan data dan informasi yang akurat, serta

pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana; dan

g. penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan sarana dan prasarana.

(2) Pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat melibatkan masyarakat dan lembaga usaha.

Pasal 25

(1) Peringatan dini disusun dan dilaksanakan oleh instansi/lembaga

yang berwenang sesuai dengan jenis ancaman bencana.

(2) BPBD melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga yang

berwenang untuk memastikan terselenggaranya peringatan dini

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 26

(1) Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c

dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan

oleh bencana terhadap masyarakat yang berada pada kawasan

rawan bencana.

(2) Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

melalui kegiatan structural dan non structural.

(3) Kegiatan mitigasi structural meliputi :

Page 54: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

17

a. Perencanaan dan pelaksanaan penataan ruang berdasarkan

pada analisis risiko bencana; dan

b. pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan

tata bangunan.

(4) Kegiatan mitigasi non structural meliputi penyelenggaraan

Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan.

BAB VI

TANGGAP DARURAT BENCANA

Pasal 27

(1) Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap

darurat meliputi:

a. pengkajian secara cepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian

dan sumberdaya;

b. penentuan status keadaan darurat bencana;

c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;

d. pemenuhan kebutuhan dasar;

e. perlindungan terhadap kelompok rentan;

f. pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital; dan

(2) Pengendalian penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat

tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibawah

kewenangan BPBD.

Pasal 28

BPBD melakukan kaji cepat untuk menentukan kebutuhan dan

tindakan penanggulangan bencana yang tepat pada saat tanggap

darurat.

Pasal 29

(1) Status keadaan darurat bencana ditetapkan oleh Gubernur atas

usul BPBD berdasarkan hasil kaji cepat dan tepat.

(2) Pada saat status keadaan darurat bencana telah ditetapkan,BPBD

mempunyai kemudahan akses di bidang :

a. pengerahan sumberdaya manusia;

b. pengerahan peralatan;

c. pengerahan logistik;

Page 55: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

18

d. imigrasi, cukai, dan karantina;

e. perizinan;

f. pengadaan barang/jasa;

g. pengelolaan dan pertanggungjawaban uang dan/atau barang;

h. penyelamatan; dan

i. komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.

(3) Pada saat status keadaan darurat bencana telah ditetapkan, BPBD

mempunyai kemudahan dalam hal :

a. menggunakan dana siap pakai dalam APBD dan ditempatkan

dalam anggaran BPBD untuk pengadaan barang dan/jasa.

b. mengajukan permintaan serta melakukan penerimaan dan

penggunaan sumber daya, peralatan dan logistic dari

instansi/lembaga masyarakat untuk melakukan kegiatan

tanggap darurat sesuai kebutuhan.

c. memberikan persetujuan kepada instansi/lembaga terkait untuk

melakukan pengadaan barang/jasa dalam penyelenggaraan

tanggap darurat bencana secara khusus melalui

pembelian/pengadaan langsung yang efektif dan efisien sesuai

dengan kondisi saat keadaan tanggap darurat berlangsung.

(4) dalam hal penerimaan dana siap pakai dari pemerintah, BPBD

membuat laporan :

a. Kepada Gubernur untuk selanjutnya dipergunakan sesuai

dengan kebutuhan situasi dan kondisi kedaruratan bencana;

b. pertanggungjawaban penggu aan dana siap pakai dari

Pemerintah kepada BNPB sesuai dengan pedoman yang telah

ditetapkan oleh Kepala BNPB: dan

c. pertanggungjawaban dan menginformasikannya kepada public

terkait penerimaan dan penggunaan uang dan/atau barang dari

masyarakat.

Pasal 30

Dalam penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana,BPBD

melaksanakan fungsi komando pengerahan sumber daya manusia,

peralatan, logistic, dan penyelamatan sesuai dengan lokasi dan

tingkatan bencananya

Page 56: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

19

Pasal 31

Pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan oleh instansi/lembaga

terkait dibawah koordinasi BPBD sesuai dengan standar minimum

mmeliputi bantuan penyediaan : kebutuhan air bersih dan sanitasi,

pangan, sandang; pelayanan kesehatan; pelayanan psikososial; dan

penampungan serta tempat hunian.

Pasal 32

Perlindungan terhadap kelompok rentan dilakukan oleh

instansi/lembaga terkait dibawah koordinasi BPBD berupa

penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan

psikososial.

Pasal 33

BPBD melakukan koordinasi upaya pemulihan dengan segera

prasarana dan sarana vital dari instansi/lembaga terkait agar

kehidupan masyarakat tetap berlangsung.

BAB VII

Pasca Bencana

Pasal 34

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana

meliputi:

a. rehabilitas; dan

b. rekonstruksi.

Pasal 35

(1) Rehabilitasi pada wilayah pascabencana dilakukan melalui

kegiatan :

a. perbaikan lingkungan daerah bencana;

b. perbaikan prasarana dan sarana umum;

c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;

d. pemulihan sosial psikologis;

e. pelayanan kesehatan;

f. rekonsiliasi dan resolusi konflik;

Page 57: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

20

g. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;

h. pemulihan keamanan dan ketertiban;

i. pemulihan fungsi pemerintah: dan

j. pemulihan fungsi pelayanan publik.

(2) Untuk mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat pada

wilayah pasca bencana, Pemerintah Daerah menetapkan prioritas

rehabilitasi didasarkan pada analisis kerusakan dan kerugian

akibat bencana.

(3) Analisis kerusakan bencana dan kerugian akibat bencana

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh

instansi/lembaga terkait dikoordinasikan oleh BPBD.

(4) Prioritas kegiatan rehabilitasi pasca bencana ditetapkan dengan

Keputusan Gubernur.

Pasal 36

(1) Pemerintah Daerah menyusun rencana rehabilitasi didasarkan

pada analisis kerusak dan kerugian akibat bencana.

(2) Penyusunan rencana rehabilitasi harus memperhatikan aspirasi

masyarakat melalui sebuah forum konsultasi publik.

(3) Penyusunan rencana rehabilitasi harus memperhatikan :

a. pengaturan mengenai standar konstruksi bangunan; b. kondisi social;

c. adat istiadat; d. budaya; dan e. ekonomi.

(4) Rencana rehabilitasi ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 37

(1) Dalam melakukan rehabilitasi, Pemerintah Daerah wajib menggunakan dana penanggulangan bencana dari APBD Provinsi.

(2) Dalam hal APBD tidak memadai, Pemerintah Daerah dapat meminta bantuan dana kepada Pemerintah untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi.

Page 58: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

21

Pasal 38 (1) Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 huruf

a dilaksanakan oleh instansi/lembaga terkait yang dikoordinasikan oleh BPBD.

(2) Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi harus mengedepankan aspek

pemberdayaan masyarakat sekitar terkena dampak bencana.

Pasal 39

(1) Rekonstruksi pada wilayah pasca bencana dilakukan melalui

kegiatan :

a. pembangunan kembali prasarana dan sarana;

b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;

c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;

d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan

peralatan yang lebih baik serta tahan bencana;

e. partisipasi dan peran serta lembaga serta organisasi

kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;

f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya;

g. peningkatan fungsi pelayanan publik; dan

h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

(2) Untuk mempercepat pembangunan kembali semua prasarana dan

sarana serta kelembagaan pada wilayah pasca bencana,

pemerintah daerah menetapkan prioritas kegiatan rekonstruksi

didasarkan pada analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana.

(3) Analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh instansi/lembaga terkait

dikoordinasikan oleh BPBD.

(4) Prioritas kegiatan rekonstruksi pasca bencana ditetapkan dengan

Keputusan Gubernur.

Pasal 40

(1) Pemerintah Daerah bertanggungjawab melaksanakan kegiatan

rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 huruf b,

kecuali prasarana dan sarana yang merupakan tanggungjawab

Pemerintah.

Page 59: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

22

(2) Pemerintah Daerah menyusun rencana rekonstruksi sebagai satu

kesatuan dari rencana rehabilitasi yang didasarkan pada analisi

kerusakan dan kerugian akibat bencana.

(3) Penyusunan rencana rekonstruksi harus memperhatikan aspirasi

masyarakat melalui sebuah forum konsultasi public.

(4) Penyusunan rencana rekonstruksi harus memperhatikan :

a. rencana tata ruang wilayah;

b. pengaturan mengenai standar konstruksi bangunan;

c. kondisi social;

d. adat istiadat;

e. budaya; dan

f. ekonomi.

(5) Rencana rekonstruksi dtetapkan oleh Gubernur.

Pasal 41

(1) Dalam melakukan rekonstruksi, Pemerintah Daerah wajib

menggunakan dana penanggulangan bencana dari APBD.

(2) Dalam hal APBD tidak memadai, Pemerintah Daerah dapat

meminta bantuan dana kepada Pemerintah untuk melaksanakan

kegiatan rekonstruksi.

(3) Selain permintaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

pemerintah Daerah dapat meminta bantuan kepada pemerintah

berupa:

a. tenaga ahli;

b. peralatan;

c. pembangunan prasarana.

Pasal 42

(1) Pelaksanaan kegiatan rekonsrtuksi sebagaimana dimaksud dalam

pasal 40 ayat (1) dilaksanakan oleh instansi/lembaga terkait yang

dikoordinasikan oleh BPBD.

(2) Pelaksanaan kegiatan rekonstruksi harus mengedepankan aspek

pemberdayaan masyarakat sekitar yang terkena dampak bencana.

Page 60: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

23

BAB VIII

KOORDINASI DAN KERJASAMA ANTAR DAERAH

Pasal 43

(1) Koordinasi antar daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan

bencana meliputi :

a. antar Daerah provinsi dengan Daerah kabupaten/Kota;

b. antar daerah kabupaten/Kota dalam satu daerah Provinsi;

c. antar daerah provinsi dengan daerah provinsi lainnya.

(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

rapat koordinasi antar BPBD Provinsi dengan BPBD

Kabupaten/Kota minimal 1 (satu) kali dalam satu tahun dan

sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

Pasal 44

(1) Kerjasama antar Daerah Kabupaten/Kota dimaksudkan untuk

efisiensi penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Gubernur bertanggungjawab untuk memfasilitasi kerjasama wajib

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(3) Kerjasama wajib penyelenggaraan penganggulangan bencana

sebagaimana di maksud pada ayat (2) merupakan kerja sama

antar-Daerah yang berbatasan untuk penyelenggaraan

penanggulangan bencana yang memiliki eksternalitas lintas

Daerah, dan penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika

dikelola bersama.

(4) Dalam hal kerja sama wajib penyelenggaraann penanggulanagan

bencana tidak dilaksanakan oleh Daerah kabupaten/kota,gubernur

sebagai wakil pemerintah pusat mengambil alih pelaksanaannya.

BAB IX

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 45

(1) Masyarakat, lembaga social kemasyarakatan dan lembaga usaha

memiliki kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Masyarakat, lembaga social kemasyarakatan dan lembaga usaha

dapat membentuk forum sebagai wahana untuk berperan serta

Page 61: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

24

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Pasal 46

(1) Anggota forum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2)

terdiri dari unsur :

a. Pemerintah daerah

b. Lembaga Swadaya Masyarakat

c. embaga sosial keagamaan

d. Organisasi sosial kemasyarakatan

e. Perguruan tinggi

f. Sekolah negeri dan swasta

g. Media masa

h. Dunia usaha

i. Masyarakat

(2) Tugas, fungsi dan kepengurusan forum ditetapkan dengan

Keputusan gubernur.

BAB.X

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

Pasal 47

Pemantauan penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan

oleh BPBD sebagai bahan evaluasi menyeluruh dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana

Pasal 48

(1) BPBD menyusun laporan penyelenggaraan penanggulangan

bencana

(2) Laporan penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri dari:

a. Laporan situasi kejadian bencana;

b. Laporan bulanan kejadian bencana; dan

c. Laporan menyeluruh penyelenggaraan penanggulangan

bencana.

Page 62: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

25

Pasal 49

Laporan situasi kejadian bencana sebagaimana dimaksud dalam pasal

48 ayat (2) huruf a disusun pada saat tanggap darurat dengan

memuat:

a. waktu dan lokasi kejadian;

b. penyebab bencana;

c. cakupan wilayah dampak bencana;

d. penyebab kejadian bencana;

e. dampak bencana (jumlah korban jiwa dan kerusakan/kerugian serta

dampak social ekonomi yang ditimbulkan)

f. upaya penanganan yang dilakukan;

g. bantuan yang diperlukan;

h. kendala yang dihadapi.

Pasal 50

Laporan bulanan kejadian bencana sebagaimana dimaksud dalam

pasal 48 ayat (2) huruf b merupakan rekapituasi jumlah kejadian,

dampak bencana yang disajikan dalam tabulasi.

Pasal 51

Laporan menyeluruh penyelenggaraan penanggulangan bencana

sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 ayat (2) huruf c meliputi

kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada prabencana yang dibuat setiap

bulan dan setiap tahun.

Pasal 52

(1) Evaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan

dalam rangka pencapaian standar minimum dan peningkatan

kinerja penanggulangan bencana.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh

BPBD.

BAB VII

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA

Pasal 53

(1) Sumber Dana penanggulangan bencana dapat berasal dari :

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN)

Page 63: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

26

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

(2) Sumber Dana yang bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b, dianggarkan setiap tahun 1 % (satu persen)

dari APBD sesuai kemampuan keuangan daerah.

(3) Dana penanggulangan bencana yang bersumber dari APBD

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dialokasikan kepada masing-

masing SKPD yang menangani penanggulangan bencana.

(4) Besarnya alokasi dana untuk masing-masing SKPD sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

(5) Dana penanggulang bencana yang ada dalam anggaran SKPD,

penggunaan dan pemantauannya dikoordinasikan oleh BPBD.

Pasal 54

(1) Masyarakat dapat mengumpulkan dan menyalurkan dana untuk

penanggulanan bencana ketika tejadi bencana.

(2) Pengumpulan dana oleh masyarakat dan penyalurannya

sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dikoordinasikan oleh BPBD.

Pasal 55

(1) Dana uperasional BPBD menjadi tanggung jawab bersama antara

pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota

sesuai kewenangannya yang terdiri atas:

a. dana penanggulangan bencana yang berasal dari APBN, APBD,

dan/atau masyarakat untuk digunakan pada tahap

prabencana,saat tanggap darurat bencana dan pasca bencana.

b. dana kontijensi bencana yang disediakan dalam APBN untuk

kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana.

c. dana siap pakai yang disediakan dalam APBN untuk kegiatan

pada saat tanggap darrat serta Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota menyediakan dana siap pakai dalam

anggaran penanggulangan bencana yng berasal dari APBD dan

menempatkannya dalam anggaran BPBD, dan harus selalu

tersedia sesuai dengan kebutuhan pada saat tanggap darurat;

dan

Page 64: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

27

d. dana bantuan social berpola hibah yang disediakan dalam APBN

untuk kegiatan pada tahap pasca bencana.

(2) Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai

wilayah dan kewenangannya mendorong partisipasi masyarakat

dalam penyediaan dana, barang dan atau jasa yang bersumber dari

masyarakat, baik masyarakat dalam negeri maupun masyarakat

internasional sesuai peraturan-perundangan yg berlaku.

(3) Dana, barang maupun jasa yang berasal dari Lembaga

Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah penyalurannya

berkoordinasi dengan BNPB.

Pasal 56

(1) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam pasar 55 huruf c

digunakan terbatas pada pengadaan barang dan atau jasa untuk:

a. pencairan dan penyelamatan korban bencana;

b. pertolongan darurat;

c. evakuasi korban bencana;

d. kebutuhan air bersih dan sanitasi;

e. pangan;

f. sandang;

g. pelayanan kesehatan;

h. penampungan serta tempat hunian sementara; dan

i. pembayaran uang lelah petugas semua kegiatan yang

memerlukan tenaga yang telah direkrut dalam Sistem komando

tanggap darurat.

(2) BPBD pada saat Tanggap Darurat dapat melaksanakan pengadaan

barang dan atau jasa sesuai kebutuhan, kondisi dan karakteristik

wilayah bencana secara langsung yang efisien dan efektif

Page 65: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

28

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 57

Semua ketentuan mengenai pengelolaan bencana yang ada sebelum

diundangkannya Peraturan Daerah ini masih tetap berlaku sepanjang

tidak bertentangan dengan Peraturan daerah ini.

Pasal 58

Peraturan Gubernur sebagai peraturan pelaksanaan dari peraturan

daerah ini wajib ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak

Peraturan Daerah ini diundangkan.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 59

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Ditetapkan di Mataram

pada tanggal

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

H. M. ZAINUL MAJDI

Diundangkan di Mataram

pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NTB,

H. MUHAMMAD NUR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 NOMOR NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT : (7/12)

Page 66: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

29

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

NOMOR TAHUN 2014

TENTANG

PENANGGULANGAN BENCANA

I. UMUM

Bencana merupakan suatu fenomena yang berdampak merusak dan

muncul dengan atau tanpa prediksi yang selalu menyertai kehidupan manusia.

Dampak yang merusak ini dapat berupa korban jiwa dan/atau kerugian harta

benda sehingga mangacaukan tatanan alam dan sosial. Potensi penyebab

bencana dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) jenis bencana, yaitu bencana

alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam antara lain

berupa gempa bumi karena alam, letusan gunung berapi, angin topan, tanah

longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama

penyakit tanaman, epidemi, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian

antariksa/benda-benda angkasa. Bencana nonalam antara lain kebakaran

hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia, kecelakan transportasi, kegagalan

konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran

lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Bencana sosial antara lain berupa

kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang sering terjadi.

Sedangkan menurut waktu terjadinya, bencana dikelompokkan menjadi;

1). Bencana periodik (bencana yang terjadi secara berkala dan dapat diprediksi,

seperti banjir, kekeringan, tanah longsor dan gunung meletus) dan 2). Bencana

sporadis (bencana yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi,

seperti gempa bumi).

Beberapa ancaman bencana berikut tersebar di beberapa wilayah di

Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu gempa bumi, gunung merapi, tanah

longsor, banjir, erosi, abrasi-sedimentasi,kekeringan,kebakaran hutan,wabah

flu burung, kegagalan teknologi dan sanitari. Mencermati hal-hal tersebut

diatas dan dalam rangka memberikan landasan hokum yang kuat bagi

penyelenggaraan penanggulangan bencana di Provinsi Nusa Tenggara Barat,

perlu disusun Peraturan daerah tentang penanggulangan bencana yang pada

prinsipnya mengatur tahapan bencana meliputi pra bencana, saat tanggap

Page 67: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

30

darurat, dan pasca bencana. Materi muatan peraturan daerah ini berisikan

ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan

wewenang Pemerintah dan pemerintah daerah, yang dilaksanakan secara

terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.

2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam tahap tanggap darurat

dilaksanakan sepenuhnya oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana

dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Badan penanggulangan

bencana tersebut terdiri dari unsur pengarah dan unsur pelaksana. Badan

Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana

Daerah mempunyai tugas dan fungsi antara lain pengkoordinasian

penyelenggaraan penanggulangan bencana secara terencana dan terpadu

sesuai dengan kewenangannya.

3. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan

memperhatikan hak masyarakat yang antara lain mendapatkan bantuan

pemenuhan kebutuhan dasar, mendapatkan perlindungan sosial,

mendapatkan pendidikan dan keterampilan dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

4. Kegiatan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan memberikan

kesempatan secara luas kepada lembaga usaha dan lembaga internasional.

5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan pada tahap

prabencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana, karena masing-

masing tahapan mempunyai karakteristik penanganan yang berbeda.

6. Pada saat tanggap darurat, kegiatan penanggulangan bencana selain

didukung dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara danAnggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, juga disediakan dana siap pakai dengan

pertanggungjawaban melalui mekanisme khusus.

7. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana dilakukan

oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada setiap tahapan

bencana, agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan dana

penanggulangan bencana.

Dengan materi muatan sebagaimana disebutkan diatas, peraturan daerah ini

diharapkan dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana sehingga penyelenggaraan

penanggulangan bencana di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat dilaksanakan

secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu.

Page 68: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

31

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

ayat (1)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan” termanifestasi dalam

bentuk jaminan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi

manusia, harkat dan martabat setiap masyarakat secara proporsional.

Huruf b

Yang dimaksud dengan ”asas keadilan” adalah dalam penanggulangan

bencana harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap

Masyarakat tanpa terkecuali.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas kesamaan kedudukan dalam hukum

danpemerintahan” adalah dalam penanggulangan bencana tidak boleh

berisi hal-hal yang membedakan latar belakang, antara lain, agama,

suku, ras,golongan, gender, atau status sosial.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan, keselarasan dan

keserasian” adalah dalam penanggulangan bencana mencerminkan

keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan, keselarasan tata

kehidupan dan lingkungan dan keserasian lingkungan dan kehidupan

sosial Masyarakat.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah

dalam penanggulangan bencana harus dapat menimbulkan ketertiban

dalam Masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah penanggulangan

bencana pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung jawab bersama

Pemerintah Daerah dan Masyarakat yang dilakukan secara gotong

royong.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas kelestarian lingkungan hidup” adalah

dalam penanggulangan bencana mencerminkan kelestarian

Page 69: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

32

lingkunganuntuk generasi sekarang dan untuk generasi yang akan

datang demikepentingan Daerah.

Huruf h

Yang dimaksud dengan “asas ilmu pengetahuan dan teknologi” adalah

penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi secara optimal sehingga mempermudah dan mempercepat

proses penanggulangan bencana, baik pada tahap pencegahan, pada

saat terjadi bencana, maupun pada tahap pasca bencana.

ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah

penyelenggaraan penanggulangan bencana harus dilaksanakan

secaracepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan

Huruf b

Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah apabila terjadi

bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan

diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “prinsip koordinasi” adalah kegiatan

penyelenggaraan penanggulangan bencana didasarkan pada waktu,

tenaga, biaya digunakan sesuai kebutuhan. Yang dimaksud dengan

“prinsip keterpaduan” adalah penyelenggaraan penanggulangan

bencana dilakukan tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah dalam mengatasi

kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,

tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan “prinsip

berhasil guna” adalah kegiatan penyelenggaraan penanggulangan

bencana harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan

masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang

berlebihan.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “prinsip transparansi” adalah penyelenggaraan

penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan “prinsip akuntabilitas”

adalah penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan secara

terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.

Huruf f

Page 70: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

33

Cukup jelas

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Yang dimaksud dengan “prinsip nondiskriminasi” adalah negara dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana tidak memberikan

perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan

aliran politik apapun.

Huruf i

Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah pelarangan kegiatan

menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat

bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat

bencana.

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Ayat (1)

Ancaman lintas Kabupaten/Kota,contohnya letusan gunung rinjani yang

secara administrative berada pada wilayah Kabupaten Lombok

Utara,Lombok Tengah dan Lombok Timur.

Dampak bencana secara potensial lintas kabupaten/kota, contohnya

gempa bumi dan tsunami

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Page 71: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

34

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Page 72: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

35

Cukup jelas

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas

Pasal 29

Cukup jelas

Pasal 30

Cukup jelas

Pasal 31

Cukup jelas

Pasal 32

Cukup Jelas

Pasal 33

Cukup jelas

Pasal 34

Cukup jelas

Pasal 35

Cukup jelas

Pasal 36

Cukup jelas

Pasal 37

Cukup jelas

Pasal 38

Cukup jelas

Pasal 39

Cukup jelas

Pasal 40

Cukup jelas

Pasal 41

Ayat (1)

Cukup jelas

Page 73: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

36

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Contohnya, dalam hal penyusunan system peringatan dini banjir dimana

sumber ancaman berada di suatu kabupaten.kota sementara masyarakat

potensial terdampak berada di wilayah kabupaten/kota lain.

Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas

Pasal 45

Cukup jelas

Pasal 46

Cukup jelas

Pasal 47

Cukup jelas

Pasal 48

Cukup jelas

Pasal 49

Cukup jelas

Pasal 50

Cukup jelas

Pasal 51

Cukup jelas

Pasal 52

Cukup jelas

Pasal 53

Cukup jelas

Pasal 54

Cukup jelas

Pasal 55

Page 74: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

37

Cukup jelas

Pasal 56

Cukup jelas

Pasal 57

Cukup jelas

Pasal 58

Cukup jelas

Pasal 59

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR….

Page 75: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

1

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

NOMOR 8 TAHUN 2014

TENTANG

PENGURANGAN RISIKO BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

Menimbang : a. bahwa wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki

kondisi geologis, geografis, hidrologis, demografis,

sosiografis yang menjadikannya rawan bencana, baik

bencana alam, bencana non-alam, maupun bencana sosial

yang berpotensi menimbulkan korban jiwa, kerugian harta

benda, dan kerugian dalam bentuk lain yang tidak ternilai;

b. bahwa untuk mengurangi korban dan kerugian akibat

bencana perlu upaya pengurangan risiko bencana dalam

mewujudkan ketangguhan masyarakat terhadap potensi

dan ancaman bencana dengan mempertimbangkan nilai-

nilai kearifan lokal;

Page 76: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

2

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Gubernur tentang Pengurangan Risiko Bencana;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang

pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I: Bali, Nusa

Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1649);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4548);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4373);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran

Page 77: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

3

Negara Republik Indonesia Nomor 42, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang

Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 23,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4829);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran

Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non

Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4830);

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun

2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2006

tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006

tentang Mitigasi Bencana;

11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi

Cepat Badan Nsional Penanggulangan Bencana;

12. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 10 Tahun 2008 tentang Sistem Komando Tanggap

Darurat Bencana;

13. Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nomor

14 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Pos

Komando Tanggap Darurat Bencana;

Page 78: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

4

14. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3

Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat yang di ubah menjadi Peraturan Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 10 Tahun 2011

tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi NTB

Nomor 3 Tahun 2009 tentang Lembaga Lain Sebagai Bagian

dari Perangkat Daerah Provinsi NTB (Lembaran Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 Nomor 16);

15. Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2009 tentang

Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat Dan Rincian Tugas, Fungsi

Dan Tata Kerja Pelaksanaan Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Berita

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 Nomor

49.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGURANGAN RISIKO

BENCANA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat.

4. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se Nusa Tenggara Barat.

Page 79: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

5

5. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara

Barat.

6. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi yang

selanjutnya disebut BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat.

7. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten/Kota yang

selanjutnya disebut BPBD Kabupaten/Kota.

8. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

9. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara

lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,

kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

10. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain

berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah

penyakit.

11. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang di akibatkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas

masyarakat dan teror.

12. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian

upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,

tanggap darurat dan rehabilitasi.

13. Lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang mempunyai

akta notaris/akta pendirian/anggaran dasar disertai anggaran

rumah tangga, yang memuat antara lain; asas, sifat, dan tujuan

lembaga, lingkup kegiatan, susunan organisasi, sumber-sumber

Page 80: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

6

keuangan serta mempunyai kepanitiaan, yang meliputi susunan

panitia, alamat kepanitiaan dan program kegiatan.

14. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan segera, pada saat kejadian bencana untuk

menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi

kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,

pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasarana dan

sarana.

15. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulan akibat

bencana pada suatu wilayah pada kurun waktu tertentu yang

dapat berupa kematian, luka, skit, jiwa terancam, hilangnya rasa

aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan

gangguan kegiatan masyarakat.

16. Pengurangan Risiko Bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengurangi risiko bencana.

17. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan

untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.

18. Status keadaan darurat adalah suatu keadaan yang ditetapkan

oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar

rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi

bencana.

19. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa

atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu

yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk becana.

20. Sistem Komando Tanggap Darurat adalah suatu sistem dalam

penanganan bencana pada status keadaan darurat, yang dalam

sistem tersebut BPBD memiliki kemudahan akses berupa fungsi

komando untuk memerintahkan sektor/lembaga terkait dalam

satu komando guna pengerahan sumber daya manusia,

peralatan, logistik dan penyelamatan.

Page 81: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

7

21. Komandan tanggap darurat adalah seorang pejabat yang

ditunjuk untuk melaksanakan fungsi komando tanggap darurat

bencana.

22. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang,

dan/atau badan hukum.

23. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang

menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

24. Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang

membutuhkan bantuan karena keadaan yang disandangnya

diantaranya masyarakat lanjut usia, penyandang cacat, anak-

anak, serta ibu hamil dan menyusui.

25. Tim Reaksi Cepat adalah suatu tim yang dibentuk oleh Kepala

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), yang terdiri

dari instansi/lembaga teknis/non teknis terkait yang bertugas

melaksanakan kegiatan kaji cepat bencana dan dampak bencana

pada saat tanggap darurat meliputi penilaian kebutuhan (need

asessment), penilaian kerusakan dan kerugian (damage and

losses asessment) serta memberikan dukungan pendampingan

dalam penanganan darurat bencana.

26. Badan usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi

atau Swasta yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan

terus menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

27. Lembaga Internasional adalah organisasi yang berada dalam

lingkup struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau

yang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa

atau organisasi internasional lainnya.

28. Lembaga asing non pemerintah adalah suatu lembaga

internasional yang terorganisasi secara fungsional bebas dari dan

tidak mewakili pemerintahan suatu negara atau organisasi

Page 82: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

8

internasional yang di bentuk secara terpisah dari suatu Negara

dimana organisasi itu didirikan.

29. Pengenalan Risiko Bencana adalah kegiatan yang dilakukan

untuk memberikan pemahaman dan kesadaran terhadap risiko

yang ditimbulkan apabila terjadi bencana.

30. Pemantauan Risiko Bencana adalah kegiatan yang dilakukan

untuk mengawasi segala kegiatan yang dapat menimbulkan

bencana.

Pasal 2

Ruang lingkup pengaturan dalam Peratuan Gubernur ini meliputi :

a. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

b. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

c. pengembangan budaya sadar bencana;

d. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan

bencana.

BAB II

PENGENALAN DAN PEMANTAUAN RISIKO BENCANA

Bagian Kesatu

Pengenalan Risiko Bencana

Pasal 3

(1) Kegiatan pengenalan dan pemantauan risiko bencana

dimaksudkan untuk mendapatkan data ancaman, kerentanan,

dan kemampuan masyarakat untuk menghadapi bencana.

(2) Kegiatan pengenalan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) kemudian digunakan untuk melaksanakan analisis risiko

bencana.

Pasal 4

(1) Untuk mendapakan data ancaman, kerentanan, dan kemampuan

masyarakat sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1)

dilakukan melalui kegiatan:

Page 83: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

9

a. survey/penelitian; dan

b. seminar dan lokakarya.

(2) Dalam hal melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) melibatkan unsur; pemerintah daerah, perguruan tinggi,

lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha.

Bagian kedua

Pemantauan Risiko Bencana

Pasal 5

Pemantauan risiko bencana meliputi :

a. penyusunan peta;

b. pengembangan sistim indikator risiko bencana dan kerentanan

skala lokal; dan

c. peringatan dini risiko bencana.

Pasal 6

Penyusunan peta sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf a

meliputi:

a. penyempurnaan dan pemutahiran peta risiko bencana;

b. penyusunan indeks risiko bencana Kabupaten/Kota;

c. purvey potensi Cekungan Air Tanah (CAT);

d. indentifikasi daerah rawan bencana longsor;

e. rapid risk assesment bencana dibeberapa wilayah yang menjadi

daerah rawan bencana (berdasarkan lokasi,jenis bencana, dan

risiko yang diakibatkan);

f. identifikasi program pembangunan sekitar kawasan hutan yang

rawan bencana;

g. pemetaan proyeksi pola dan proyeksi perubahan iklim bencana;

dan

h. pemetaan dan proyeksi deforestasi/reforestasi dan land use

change.

Page 84: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

10

Pasal 7

Pengembangan system indicator risiko dan kerentanan skala local

bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi:

a. Penyusunan sistim indikator risiko bencana dan kerentanannya

untuk menjadi standar didaerah provinsi dan Kabupaten/Kota.

b. Pengembangan sistim peringatan dini.

c. Pendataan informasi statistik mengenai kejadian bencana,

dampak, dan kerugian.

d. Penyediaan alat komunikasi tanggap darurat.

e. Mengembangkan model-model desain dan konstruksi rumah dan

bangunan lainnya yang tahan bencana sesuai dengan kondisi

wilayah.

Pasal 8

Peringatan dini risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

huruf c meliputi:

a. pengembangan sistem informasi elektronik berbasis website;

b. monitoring dan evaluasi secara berkala sebagai bagian dari

proses penyempurnaan system peningkatan dini;

c. review secara periodik dan memelihara sistem informasi sebagai

bagia dari sistem pringatan dini;

d. mengidentifikasi daerah-daerah prioritas yang perlu dibangun

jaringan inforamasi dini dimasing-masing kabupaten/kota;

e. penambahan jaringan pengamatan pendeteksi gempa/

seismometer di kabupaten/kota;

f. pembangunan pusat informasi penanganan bencana disetiap

kabupaten/kota;

g. penyempurnaan peta iklim secara berkala;

h. penyusunan studi risiko bencana dan sistem peringatan dini; dan

i. pendataan dan pengamatan visual dan aktifitas gunung api.

Page 85: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

11

BAB III

PERENCANAAN PARTISIPATIF PENANGGULANGAN BENCANA

Pasal 9

(1) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana dilakukan melalui

kegiatan:

a. penyusunan rencana penanggulangan bencana;

b. konsultasi publik dan uji publik.

(2) Perencanaan partisipatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

dilaksanakan dengan mempertimbangkan kearifan local masing-

masing daerah.

BAB IV

PENGEMBANGAN BUDAYA SADAR BENCANA

Pasal 10

(1) Pengembangan budaya sadar bencana dilaksanakan di bawah

kordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

(2) Pengembangan budaya sadar bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk:

a. sosialisasi;

b. pelatihan, simulasi/gladi; dan

c. penelitian, lokakarya dan seminar;

Pasal 11

(1) Sosialisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a

dilakukan kepada; unsur aparat pemerintah daerah, dunia usaha,

dan masyarakat.

(2) Pelatihan, simulasi/gladi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(2) huruf b dilakukan dengan melibatkan kalangan Aparat

Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Tentara Nasional Indonesia,

Kepolisian Republik Indonesia, Pelajar, Karang Taruna, Pramuka,

dan Masyarakat.

Page 86: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

12

(3) Penelitian, lokakarya, dan seminar sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (2) huruf c dilakukan untuk mengkaji potensi rawan

bencana.

(5) BPBD dalam melaksanakan kegiatan pengembangan sadar bencana

dapat bekerja sama dengan mitra BPBD.

BAB V

PENINGKATAN KOMITMEN TERHADAP PELAKU

PENANGGULANGAN BENCANA

Pasal 12

(1) Untuk melaksanakan kegiatan kegiatan pengurangan risiko bencana

dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui BPBD Provinsi dan BPBD

Kab/Kota.

(2) Kegiatan pengurangan risiko bencana dapat dilakukan oleh : dunia

usaha, lembaga swadaya masyarakat, dunia pendidikan, dan

kelompok masyarakat yang peduli terhadap upaya pengurangan

risiko bencana.

Pasal 13

(1) Untuk pengurangan risiko bencana, Pemerintah Daerah melakukan

kegiatan melalui eningkatan kapasitas pelaku.

(2) Peningkatan kapasitas pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan melalui kegiatan:

a. sosialisasi peraturan tentang kebencanaan;

b. pelatihan-pelatihan pengurangan risiko bencana;

c. simulasi/gladi pengurangan risiko bencana;

d. penyiapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

pengurangan risiko bencana;

e. penyusunan rencana kontinjensi (renkon);

f. rencana aksi pengurangan risiko bencana; dan

g. penguatan kelembagaan.

Page 87: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

13

(3) Pelaksanaan kegiatan pengingkatan kapasitas pelaku sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat bekerjasama dengan pihak lain.

BAB VI

PENGAWASAN DAN PEMBINAAN

Pasa 14

(1) Pemerintah Daerah melalui BPBD melakukan pengawasan

pelaksanaan pengurangan risiko bencana.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam

bentuk:

a. pengawasan terhadap kegiatan lembaga-lembaga/organisasi

nasional maupun internasional terkait dengan pengurangan risiko

bencana; dan

b. pengawasan terhadap kegiatan usaha baik yang dilakukan oleh

perorangan atau badan usaha yang dapat menimbulkan risiko

bencana.

(3) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan kepada Gubernur.

Pasal 15

(1) BPBD melakukan pembinaan yang berkaitan dengan pelaksanaan

kegiatan pengurangan risiko bencana.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

kegiatan :

a. bimbingan kepada lembaga/organisasi, dan masyarakat yang

melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana; dan

b. pelatihan-pelatihan untuk pengurangan risiko bencana

Page 88: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

14

BAB VII

PENUTUP

Pasal 16

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya di Berita Daerah Nusa

Tenggara Barat.

Ditetapkan di Mataram

Pada tanggal 20 Maret 2014

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

H.M. ZAINUL MAJDI

Diundangkan Di Mataram

Pada Tanggal 21 Maret 2014

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NTB

H. MUHAMMAD NUR

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 NOMOR 8

Page 89: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

1

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

NOMOR 8 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

NOMOR 8 TAHUN 2014

TENTANG

PENGURANGAN RISIKO BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

Menimbang : a. bahwa wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki

kondisi geologis, geografis, hidrologis, demografis,

sosiografis yang menjadikannya rawan bencana, baik

bencana alam, bencana non-alam, maupun bencana sosial

yang berpotensi menimbulkan korban jiwa, kerugian harta

benda, dan kerugian dalam bentuk lain yang tidak ternilai;

b. bahwa untuk mengurangi korban dan kerugian akibat

bencana perlu upaya pengurangan risiko bencana dalam

mewujudkan ketangguhan masyarakat terhadap potensi

dan ancaman bencana dengan mempertimbangkan nilai-

nilai kearifan lokal;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Gubernur tentang Pengurangan Risiko Bencana;

Page 90: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

2

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang

pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I: Bali, Nusa

Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

1649);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4548);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4373);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 42, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang

Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran

Page 91: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

3

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 23,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4829);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran

Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non

Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 44,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4830);

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun

2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2006

tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006

tentang Mitigasi Bencana;

11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap Tim Reaksi

Cepat Badan Nsional Penanggulangan Bencana;

12. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 10 Tahun 2008 tentang Sistem Komando Tanggap

Darurat Bencana;

13. Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nomor

14 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Pos

Komando Tanggap Darurat Bencana;

14. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3

Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Barat yang di ubah menjadi Peraturan Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 10 Tahun 2011

Page 92: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

4

tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi NTB

Nomor 3 Tahun 2009 tentang Lembaga Lain Sebagai Bagian

dari Perangkat Daerah Provinsi NTB (Lembaran Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 Nomor 16);

15. Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2009 tentang

Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Barat Dan Rincian Tugas, Fungsi

Dan Tata Kerja Pelaksanaan Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Berita

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009 Nomor

49.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGURANGAN RISIKO

BENCANA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

31. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

32. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

33. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat.

34. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se Nusa Tenggara Barat.

35. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota se Nusa Tenggara

Barat.

36. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi yang

selanjutnya disebut BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Page 93: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

5

37. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten/Kota yang

selanjutnya disebut BPBD Kabupaten/Kota.

38. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

39. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara

lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,

kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

40. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain

berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah

penyakit.

41. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang di akibatkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas

masyarakat dan teror.

42. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian

upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang

berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,

tanggap darurat dan rehabilitasi.

43. Lembaga kemasyarakatan adalah lembaga yang mempunyai

akta notaris/akta pendirian/anggaran dasar disertai anggaran

rumah tangga, yang memuat antara lain; asas, sifat, dan tujuan

lembaga, lingkup kegiatan, susunan organisasi, sumber-sumber

keuangan serta mempunyai kepanitiaan, yang meliputi susunan

panitia, alamat kepanitiaan dan program kegiatan.

44. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan dengan segera, pada saat kejadian bencana untuk

Page 94: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

6

menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi

kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,

pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasarana dan

sarana.

45. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulan akibat

bencana pada suatu wilayah pada kurun waktu tertentu yang

dapat berupa kematian, luka, skit, jiwa terancam, hilangnya rasa

aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan

gangguan kegiatan masyarakat.

46. Pengurangan Risiko Bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengurangi risiko bencana.

47. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan

untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.

48. Status keadaan darurat adalah suatu keadaan yang ditetapkan

oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar

rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi

bencana.

49. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa

atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu

yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk becana.

50. Sistem Komando Tanggap Darurat adalah suatu sistem dalam

penanganan bencana pada status keadaan darurat, yang dalam

sistem tersebut BPBD memiliki kemudahan akses berupa fungsi

komando untuk memerintahkan sektor/lembaga terkait dalam

satu komando guna pengerahan sumber daya manusia,

peralatan, logistik dan penyelamatan.

51. Komandan tanggap darurat adalah seorang pejabat yang

ditunjuk untuk melaksanakan fungsi komando tanggap darurat

bencana.

52. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang,

dan/atau badan hukum.

Page 95: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

7

53. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang

menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

54. Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang

membutuhkan bantuan karena keadaan yang disandangnya

diantaranya masyarakat lanjut usia, penyandang cacat, anak-

anak, serta ibu hamil dan menyusui.

55. Tim Reaksi Cepat adalah suatu tim yang dibentuk oleh Kepala

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), yang terdiri

dari instansi/lembaga teknis/non teknis terkait yang bertugas

melaksanakan kegiatan kaji cepat bencana dan dampak bencana

pada saat tanggap darurat meliputi penilaian kebutuhan (need

asessment), penilaian kerusakan dan kerugian (damage and

losses asessment) serta memberikan dukungan pendampingan

dalam penanganan darurat bencana.

56. Badan usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk

Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi

atau Swasta yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan

terus menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

57. Lembaga Internasional adalah organisasi yang berada dalam

lingkup struktur organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau

yang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa

atau organisasi internasional lainnya.

58. Lembaga asing non pemerintah adalah suatu lembaga

internasional yang terorganisasi secara fungsional bebas dari dan

tidak mewakili pemerintahan suatu negara atau organisasi

internasional yang di bentuk secara terpisah dari suatu Negara

dimana organisasi itu didirikan.

59. Pengenalan Risiko Bencana adalah kegiatan yang dilakukan

untuk memberikan pemahaman dan kesadaran terhadap risiko

yang ditimbulkan apabila terjadi bencana.

Page 96: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

8

60. Pemantauan Risiko Bencana adalah kegiatan yang dilakukan

untuk mengawasi segala kegiatan yang dapat menimbulkan

bencana.

Pasal 2

Ruang lingkup pengaturan dalam Peratuan Gubernur ini meliputi :

e. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

f. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

g. pengembangan budaya sadar bencana;

h. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan

bencana.

BAB II

PENGENALAN DAN PEMANTAUAN RISIKO BENCANA

Bagian Kesatu

Pengenalan Risiko Bencana

Pasal 3

(1) Kegiatan pengenalan dan pemantauan risiko bencana

dimaksudkan untuk mendapatkan data ancaman, kerentanan,

dan kemampuan masyarakat untuk menghadapi bencana.

(2) Kegiatan pengenalan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) kemudian digunakan untuk melaksanakan analisis risiko

bencana.

Pasal 4

(1) Untuk mendapakan data ancaman, kerentanan, dan kemampuan

masyarakat sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1)

dilakukan melalui kegiatan:

a. survey/penelitian; dan

b. seminar dan lokakarya.

(2) Dalam hal melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) melibatkan unsur; pemerintah daerah, perguruan tinggi,

lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha.

Page 97: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

9

Bagian kedua

Pemantauan Risiko Bencana

Pasal 5

Pemantauan risiko bencana meliputi :

d. penyusunan peta;

e. pengembangan sistim indikator risiko bencana dan kerentanan

skala lokal; dan

f. peringatan dini risiko bencana.

Pasal 6

Penyusunan peta sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf a

meliputi:

i. penyempurnaan dan pemutahiran peta risiko bencana;

j. penyusunan indeks risiko bencana Kabupaten/Kota;

k. purvey potensi Cekungan Air Tanah (CAT);

l. indentifikasi daerah rawan bencana longsor;

m. rapid risk assesment bencana dibeberapa wilayah yang menjadi

daerah rawan bencana (berdasarkan lokasi,jenis bencana, dan

risiko yang diakibatkan);

n. identifikasi program pembangunan sekitar kawasan hutan yang

rawan bencana;

o. pemetaan proyeksi pola dan proyeksi perubahan iklim bencana;

dan

p. pemetaan dan proyeksi deforestasi/reforestasi dan land use

change.

Pasal 7

Pengembangan system indicator risiko dan kerentanan skala local

bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi:

f. Penyusunan sistim indikator risiko bencana dan kerentanannya

untuk menjadi standar didaerah provinsi dan Kabupaten/Kota.

g. Pengembangan sistim peringatan dini.

h. Pendataan informasi statistik mengenai kejadian bencana,

dampak, dan kerugian.

Page 98: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

10

i. Penyediaan alat komunikasi tanggap darurat.

j. Mengembangkan model-model desain dan konstruksi rumah dan

bangunan lainnya yang tahan bencana sesuai dengan kondisi

wilayah.

Pasal 8

Peringatan dini risiko bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

huruf c meliputi:

i. pengembangan sistem informasi elektronik berbasis website;

j. monitoring dan evaluasi secara berkala sebagai bagian dari

proses penyempurnaan system peningkatan dini;

k. review secara periodik dan memelihara sistem informasi sebagai

bagia dari sistem pringatan dini;

l. mengidentifikasi daerah-daerah prioritas yang perlu dibangun

jaringan inforamasi dini dimasing-masing kabupaten/kota;

m. penambahan jaringan pengamatan pendeteksi gempa/

seismometer di kabupaten/kota;

n. pembangunan pusat informasi penanganan bencana disetiap

kabupaten/kota;

o. penyempurnaan peta iklim secara berkala;

p. penyusunan studi risiko bencana dan sistem peringatan dini; dan

i. pendataan dan pengamatan visual dan aktifitas gunung api.

BAB III

PERENCANAAN PARTISIPATIF PENANGGULANGAN BENCANA

Pasal 9

(1) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana dilakukan melalui

kegiatan:

a. penyusunan rencana penanggulangan bencana;

b. konsultasi publik dan uji publik.

(2) Perencanaan partisipatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

Page 99: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

11

dilaksanakan dengan mempertimbangkan kearifan local masing-

masing daerah.

BAB IV

PENGEMBANGAN BUDAYA SADAR BENCANA

Pasal 10

(1) Pengembangan budaya sadar bencana dilaksanakan di bawah

kordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

(2) Pengembangan budaya sadar bencana sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk:

d. sosialisasi;

e. pelatihan, simulasi/gladi; dan

f. penelitian, lokakarya dan seminar;

Pasal 11

(1) Sosialisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a

dilakukan kepada; unsur aparat pemerintah daerah, dunia usaha,

dan masyarakat.

(2) Pelatihan, simulasi/gladi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(2) huruf b dilakukan dengan melibatkan kalangan Aparat

Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Tentara Nasional Indonesia,

Kepolisian Republik Indonesia, Pelajar, Karang Taruna, Pramuka,

dan Masyarakat.

(3) Penelitian, lokakarya, dan seminar sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (2) huruf c dilakukan untuk mengkaji potensi rawan

bencana.

(5) BPBD dalam melaksanakan kegiatan pengembangan sadar bencana

dapat bekerja sama dengan mitra BPBD.

BAB V

PENINGKATAN KOMITMEN TERHADAP PELAKU

PENANGGULANGAN BENCANA

Page 100: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

12

Pasal 12

(1) Untuk melaksanakan kegiatan kegiatan pengurangan risiko bencana

dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui BPBD Provinsi dan BPBD

Kab/Kota.

(2) Kegiatan pengurangan risiko bencana dapat dilakukan oleh : dunia

usaha, lembaga swadaya masyarakat, dunia pendidikan, dan

kelompok masyarakat yang peduli terhadap upaya pengurangan

risiko bencana.

Pasal 13

(1) Untuk pengurangan risiko bencana, Pemerintah Daerah melakukan

kegiatan melalui eningkatan kapasitas pelaku.

(2) Peningkatan kapasitas pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan melalui kegiatan:

a. sosialisasi peraturan tentang kebencanaan;

b. pelatihan-pelatihan pengurangan risiko bencana;

c. simulasi/gladi pengurangan risiko bencana;

d. penyiapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

pengurangan risiko bencana;

e. penyusunan rencana kontinjensi (renkon);

f. rencana aksi pengurangan risiko bencana; dan

g. penguatan kelembagaan.

(3) Pelaksanaan kegiatan pengingkatan kapasitas pelaku sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat bekerjasama dengan pihak lain.

BAB VI

PENGAWASAN DAN PEMBINAAN

Pasa 14

(1) Pemerintah Daerah melalui BPBD melakukan pengawasan

pelaksanaan pengurangan risiko bencana.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam

bentuk:

a. pengawasan terhadap kegiatan lembaga-lembaga/organisasi

nasional maupun internasional terkait dengan pengurangan risiko

Page 101: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

13

bencana; dan

b. pengawasan terhadap kegiatan usaha baik yang dilakukan oleh

perorangan atau badan usaha yang dapat menimbulkan risiko

bencana.

(3) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan kepada Gubernur.

Pasal 15

(3) BPBD melakukan pembinaan yang berkaitan dengan pelaksanaan

kegiatan pengurangan risiko bencana.

(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

kegiatan :

a. bimbingan kepada lembaga/organisasi, dan masyarakat yang

melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana; dan

b. pelatihan-pelatihan untuk pengurangan risiko bencana

Page 102: PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ... NTB Tentang... · wabah penyakit, kebakaran dan krisis pangan. 11. ... prasarana dan sarana. 28. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya

14

BAB VII

PENUTUP

Pasal 16

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya di Berita Daerah Nusa

Tenggara Barat.

Ditetapkan di Mataram

Pada tanggal 20 Maret 2014

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

ttd

H.M. ZAINUL MAJDI

Diundangkan Di Mataram

Pada Tanggal 21 Maret 2014

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NTB

ttd

H. MUHAMMAD NUR

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 NOMOR 8

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BIRO HUKUM

H. RUSMAN NIP. 19620820 1985 1 010