investigasi wabah anggasalman 2014
TRANSCRIPT
MAKALAH DISKUSI JUMAT
INVESTIGASI WABAH
Disusun Oleh :
ANGGA NUGRAHA
SALMAN ALFARISI
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
FEBRUARI 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya yang tidak terhitung, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah diskusi Ilmu Kedokteran Komunitas mengenai
“Investigasi Wabah “
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada para pembimbing kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing terselesaikannya makalah ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih banyak kepada para rekan-rekan yang
telah banyak membantu baik dorongan semangat maupun berupa materi untuk
dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk
itu penulis sangat berterimakasih untuk saran dan kritik yang membangun. Akhir
kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.
Bandar Lampung, Februari 2014
Penulis
I. PENDAHULUAN
Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang terjadinya wabah biasanya
datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien, keluarga pasien,
kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang terjadinya
wabah bisa juga berasal dari petugas kesehatan, laporan kematian, laporan hasil
pemeriksaan laboratorium, atau media lokal (surat kabar dan televisi). Pada
dasarnya wabah merupakan penyimpangan dari keadaan normal karena itu wabah
ditentukan dengan cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata
jumlah kasus dan variasinya di masa lalu (minggu, bulan, tahun) (Anwar, 1999).
Kenaikan jumlah kasus belum tentu mengisyaratkan terjadinya wabah. Terdapat
sejumlah faktor yang bisa menyebabkan jumlah kasus “tampak” meningkat
(Umar, 2000) :
(1) Variasi musim (misalnya, diare meningkat pada musim kemarau ketika air
bersih langka)
(2) Perubahan dalam pelaporan kasus;
(3) Kesalahan diagnosis (misalnya, kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium);
(4) Peningkatan kesadaran petugas kesehatan (meningkatkan intensitas
pelaporan);
(5) Media yang memberikan informasi bisa dari sumber yang tidak benar.
Terjadinya wabah dan teridentifikasinya sumber dan penyebab wabah perlu
ditanggapi dengan tepat. Jika terjadi kenaikan signifikan jumlah kasus sehingga
disebut wabah, maka pihak dinas kesehatan yang berwewenang harus membuat
keputusan apakah akan melakukan investigasi wabah. Sejumlah faktor
mempengaruhi dilakukan atau tidaknya investigasi wabah:
(1) Keparahan penyakit;
(2) Potensi untuk menyebar;
(3) Perhatian dan tekanan dari masyarakat;
(4) Ketersediaan sumber daya.
Beberapa penyakit menimbulkan manifestasi klinis ringan dan akan berhenti
dengan sendirinya (self-limiting diseases), misalnya flu biasa. Implikasinya, tidak
perlu dilakukan investigasi wabah maupun tindakan spesifik terhadap wabah,
kecuali kewaspadaan. Tetapi wabah lainnya akan terus berlangsung jika tidak
ditanggapi dengan langkah pengendalian yang tepat. Sejumlah penyakit lain
menunjukkan virulensi tinggi, mengakibatkan manifestasi klinis berat dan fatal,
misalnya flu burung. Implikasinya, sistem kesehatan perlu melakukan investigasi
wabah dan mengambil langkah-langkah segera dan tepat untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut penyakit itu (Soerawidjaja, 1999).
Langkah pencegahan kasus dan pengendalian wabah dapat dimulai sedini
mungkin setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi atau
penyelidikan wabah telah memberikan fakta yang jelas mendukung hipotesis
tentang penyebab terjadinya wabah, sumber agen infeksi, dan cara transmisi yang
menyebabkan wabah, maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu
menunggu pengujian hipotesis (Anwar, 1999).
II. ISI
1. DEFINISI WABAH
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya
penemuan kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenal dengan metode
investigasi wabah kolera di London (1854). Wabah adalah istilah umum untuk
menyebut kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada
banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut.
Wabah dipelajari dalam epidemiologi. Berikut adalah beberapa pengertian
wabah menurut berbagai sumber :
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah
meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit .
Last 1981
Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau
kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih
banyak dari keadaan biasa.
Undang-undang RI No.4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
Tinjauan definisi menurut undang-undang no.4 tahun 1984 dapat
mencakup empat hal berikut :
- Penyakit menular
Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan
oleh mikroorganisme atau produk toksinnya, yang ditularkan dari
penderita atau reservoirnya kepada manusia lain yang rentan
- Keadaan yang lazim
Jumlah penderita suatu penyakit menular dalam suatu masyarakat atau
wilayah sangat bervariasi tergantung dari penyebab penyakitnya, sifat-
sifat penduduk yang terserang serta lingkungan dimana penykait itu
terjangkit. Pada umumnya jumlah penderita penyakit menular di suatu
wilayah diamati dalam suatu kurun waktu tertentu (mingguan, bulan,
atau tahunan), berkisar pada angka sekitar nilai rata-rata (mean).
- Peningkatan jumlah penderita
Melebihi angka rata-ratanya, pedoman yang dipakai > 2 sd (standar
deviasi) dari harga rata-ratanya (mean)
- Dapat menimbulkan malapetaka
Penyakit memiliki potensi besar menular secara cepat
Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa .
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia th 1989
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Dari sudut arti kata
Wabah atau epidemic berasal dari bahasa Yunani yaitu epi berarti pada
dan demos yang berarti penduduk atau rakyat. Jadi epidemic diartikan
sebagai hal-hal yang terjadi pada penduduk (Anwar, 1999).
Dari sudut epidemiologi
Dari sudut epidemiologi wabah berarti suatu peningkatan kejadian
kesakitan atau kematian suatu penyakit di suatu tempat tertentu yang
melebihi keadaan biasanya (Umar, 2000).
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak,
yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan
lingkup global (pandemi) (Umar, 2000).
- OUTBREAK
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit
yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama
lain.
- EPIDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat
frekuensinya meningkat.
- PANDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya
telah mencakup wilayah yang luas
- ENDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama
berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul
dalam suatu wilayah tertentu.
2. PEMBAGIAN WABAH MENURUT SIFATNYA
a. Common Source Epidemic / Point Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah
orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu
yang relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa
keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia
di udara terbuka. Dapat ditandai oleh :
- Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat.
- Masa inkubasi yang pendek.
- Episode penyakit merupakan episode tunggal.
- Waktu munculnya penyakit jelas.
- Lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat (Chin, 2000).
b. Propagated/Progresive Epidemic atau Contagious disease epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu
lebih lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau
progressive epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang
baik langsung maupun melalui vector, relatif lama waktunya dan lama
masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran
anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat,
masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita
dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang
rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan
urutan generasi kasus. Ditandai oleh :
1. Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan.
2. Masa inkubasi yang panjang.
3. Episode penyakit yang bersifat majemuk.
4. Waktu munculnya penyakit tidak jelas.
5. Lenyapnya penyakit dalam waktu yang lama (Chin, 2000).
a. Mix Source Epidemic
Yang dimaksud disini adalah suatu keadaan wabah yang disamping
ditemukan gejala-gejala dari wabah bentuk pertama juga ditemukan
gejala-gejala dari wabah bentuk kedua (Chin, 2000).
Tabel 1. Tabel Pembagian Wabah Berdasarkan Sifatnya
3. LANGKAH LANGKAH INVESTIGASI WABAH
Adapun langkah-langkah investigasi wabah adalah sebagai berikut
(Soerawidjaja, 1999) :
1. Konfimasi / menegakkan diagnosa
Definisi kasus
Klasifikasi kasus dan tanda klinik
Pemeriksaan laboratorium
2. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan
Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah
ditentukan tentang KLB
Bandingkan dengan incidende penyakit itu pada minggu/bulan/tahun
sebelumnya
3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat
dan orang
Kapan mulai sakit (waktu)
Dimana mereka mendapat infeksi (tempat)
Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)
Gambaran wabah berdasarkan waktu
Perjalanan wabah berdasarkan waktu digamabarkan dengan grafik
histogram yang berbentuk kurva epidemic, gambaran ini membantu (Anwar,
1989) :
1. Memberi informasi samapai dimana proses wabah itu dan bagaimana
kemungkinan kelanjutannya
2. Memperkirakan kapan pemaparan terjadi dan memusatkan penyelidikan
pada periode tersebut, bila telah diketahui penyakit dan masa
inkubasinya.
3. Menarik kesimpulan tentang pola kejadian, dengan demikian
mengetahui apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang,
atau campuran keduanya
Kemungkinan periode pemaparan dapat dilakukan dengan (Anwar, 1989):
1. Mencari masa inkubasi terpanjang, terpendek, dan rata-rata
2. Menentukan puncak wabah atau kasus mediannya, dan menghitung
mundur satu masa inkubasi rata-rata
3. Dari kasus paling awal kejadian wabah, dihitung mundur masa inkubasi
terpendek
Masa inkubasi penyakit adalah waktu antara masuknya agens penyakit
sampai timbulnya gejala pertama. Informasi tentang masa inkubasi
bermanfaat billa penyakit belum diketahui sehingga mempersempit
diagnosis diferensial dam memperikan periode pemaparan. Cara
menghitung median masa inkubasi :
a. Susunan teratur berdasarkan waktu kejadiannya
b. Buat frekuensi kumulatifnya
c. Tentukan posisi kasus paling tengah
d. Tentukan kelas median
e. Median masa inkubasi ditentukan dengan menghitung jarak antara
waktu pemaparan dan kasus median
Gambaran wabah berdasarkan tempat
Gambaran wabah berdasarkan tempat menggunakan gambaran grafik
berbentuk Spot map. Grafik ini menunjukkan kejadian dengan titik/symbol
tempat tertentu yang menggambarkan distribusi geografi suatu kejadian
menurut golongan atau jenis kejadian namun mengabaikan populasi
(Anwar, 1989).
Gambaran wabah berdasarkan ciri orang
Variable orang dalam epidemiologi adalah karakteristik individu yang ada
hubungannya dengan keterpajanan atau kerentanan terhadapa suatu
penyakit.Misalnya karakteristik inang ( umur, jenis kelamin, ras/suku, status
kesehatan) atau berdasarkan pemaparan ( pekerjaan, penggunaan obat-
obatan) (Anwar, 1989).
4. Rumuskan suatu hipotesa sementara
Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi penderita
(pattern of disease)
Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut
5. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji
hipotesis :
Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi
Kembangkan dan buatkan check list.
Lakukan survey dengan sampel yang cukup
6. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan
Lakukan wawancara dengan :
a. Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)
b. Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik mengenai
waktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi mereka tidak sakit
(control)
Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya
Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan
faktor yang ikut berperan
Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium
7. Buatlah analisa dan interpretasi data
Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan
Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi
Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan grafik-
grafik yang diperlukan
Terapkan test statistik
Interpretasi data secara keseluruhan
8. Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan
Dalam pembuatan suatu hipotesis suatu wabah, hendaknya petugas
memformulasikan hipotesis meliputi sumber agens penyakit, cara
penularan, dan pemaparan yang mengakibatkan sakit.
1. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu:
a. Apa reservoir utama agen penyakitnya?
b. Bagaimana cara penularannya?
c. Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan?
d. Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
2. Wawancara dengan beberapa penderita
3. Mengumpulkan beberapa penderita dan mencari kesamaan pemaparan.
4. Kunjungan rumah penderita
5. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
6. Epidemiologi diskriptif
Lakukan uji hipotesis
Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :
a. Sesuai dengan sifat penyebab penyakit
b. Sumber infeksi
c. Cara penulara
d. Faktor lain yang berperan
9. Lakukan tindakan penanggulangan
Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin upaya
penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah
diketahui Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata
rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian
mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.
Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.
Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang
berhubungan.
Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang
10. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi
tersebut.
Pendahuluan
Latar Belakang
Uraian tentang penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian
Analisis data dan kesimpulan
Tindakan penanggulangan
Dampak-dampak penting
Saran rekomendasi
4. KLASIFIKASI WABAH
Menurut penyebabnya, penyakit yang menimbulkan wabah digolongkan
menjadi (Umar, 2000) :
1. Toxin, terdiri dari :
a. Enterotoxin (Stapylococcus aureus)
b. Exotoxin (Clostridium botolinum)
c. Endotoxin
2. Infeksi
a. Virus
b. Bakteri
c. Protozoa
d. Cacing
3. Toxin Biologis
a. Racun jamur, Plankton, racun ikan, racum tumbuhan.
b. Afla toxin
4. Toxin Kimia
a. Zat kimia organik : logam berat (Hg).
b. Gas beracun : CO2, CO.
5. PENYAKIT YANG SERING MENIMBULKAN WABAH
Penyakit yang dapat menimbulkan wabah (Permenkes RI no.
1501/Menkes/Per/X/2010)
1. Kholera
a. Berak-berak mendadak disertai muntah-muntah, Tinja mengucur
seperti air sehingga dalam waktu singkat tubuh kekurangan cairan
(dehidrasi).
b. Pemeriksaan laboratorium pada najis/ muntahan menunjukkan adanya
kuman cholera (vibrio cholera) dan dalam darah terdapat zat antinya.
2. Demam kuning
a. Demam tinggi mendadak, kulit kuning, sakit kepala, lemah/lesu, mual,
muntah, denyut nadi lemah dan lambat, seringkali disertai dengan
perdarahan berupa mimisan, perdarahan mulut, muntah darah, berak
darah.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus
demam kuning atau zat antinya.
3. Tifus bercak
a. Demam ± 2 minggu, sakit kepala, menggigil, badan lemah, kadang-
kadang selama masa demam ditemukan bercak-bercak merah
menimbul pada kulit.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya zat anti
terhadap tifus bercak wabah I (Rickettsia prowazeki).
4. Campak
a. Panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek dan conjungtivitis fotophoby
yang berakhir lebih kurang setelah 3-7 hari. Masa timbulnya bercak-
bercak merah (rash) pada kulit sesudah kira-kira 3 hari panas. Mula-
mula timbul pada belakang telinga menyebar ke seluruh muka, dada
dan anggota badan lainnya. Bercak bertahan selama 4-6 hari.
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir konjungtiva dan tenggorokan
menunjukkan adanya virus campak, dan pada darah terdapat virus
campak atau zat antinya.
5. Difteri
a. Panas lebih kurang 38 0, adanya pseudomembran putih keabu-abuan,
tak mudah lepas dan mudah berdarah. Letak pseudomembran bisa di
faring, laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak
seperti leher sapi disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan
sesak nafas disertai bunyi (stridor).
b. Pemeriksaan laboratorium pada jaringan luka menunjukkan adanya
kuman difteri.
6. Rabies
a. Demam tinggi, sakit kepala hebat, kelumpuhan mulai dari tungkai
menjalar ke atas, sulit menelan, takut air (hydrophobia), sulit bernafas,
kesadaran menurun, terjadi beberapa minggu sampai satu tahun setelah
digigit anjing, kucing, kera, atau hewan penular rabies lainnya yang
menderita rabies.
b. Pemeriksaan laboratorium pada otak dan kelenjar air liur hewan yang
menggigit, dan pada air liur, air mata serta jaringan otak penderita
menunjukkan adanya virus rabies.
7. Influenza
Demam, perasaan dingin dan ingusan 1-6 hari, sering kali disertai sakit
kepala, sakit pada otot-otot dan batuk. Pemeriksaan laboratorium pada
darah menunjukkan adanya virus influenza atau zat antinya.
8. Tifus Perut
Demam tinggi terus menerus 1 minggu atau lebih, badan lemah, sakit
kepala, sembelit kadang-kadang diare, permukaan lidah kotor dan
pinggirnya merah, disertai dengan kesadaran menurun. Pemeriksaan
laboratorium pada darah, air seni, tinja atau sumsum tulang menunjukkan
kuman salmonella typhi dan pada darah terdapat kenaikan kadar zat
antinya.
9. Encephalitis
a. Panas tinggi, kejang-kejang, kesadaran menurun dan reflek patologis
positif.
b. Pemeriksaan lab darah atau cairan serebrospinal menunjukkan adanya
virus/ kuman atau zat antinya.
10. Pes
a. Demam tinggi mendadak, disertai pembengkakan kelenjar (bubo)
dilipat paha atau ketiak, atau leher, batuk darah mendadak (tanpa
didahului sakit batuk).
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah, cairan bubo, sputum atau usap
tenggorok menunjukkan adanya kuman pes (Yersinia pestis).
11. Demam bolak-balik
a. Demam 2-9 hari diikuti masa tanpa demam 3-4 hari yang berulang-
ulang 2-10 kali. Kadang-kadang selama masa masa demam ditemukan
bercak-bercak merah dikulit.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus
kuman demam bolak-balik (Borellia recurrentis).
12. DBD
a. Demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu
atau gelisah, nyeri ulu hati, hati membesar, dan disertai perdarahan
dikulit berupa bintik merah (petechiae), ruam, lebam. Kadang-kadang
berak darah, muntah darah, kesadaran menurun, dan renjatan (shock).
b. Pemeriksaan lab pada darah menunjukkan adanya pengentalan darah
(hemokonsentrasi) dan kekurangan sel pembekuan darah (trombosit),
dan ditemukan virus dengue atau zat antinya.
13. Polio
a. Panas, ingusan, batuk, lemas, muntah, diare. Panas menurun kemudian
timbul kelemahan/ kelumpuhan anggota gerak (lengan/kaki), biasanya
asimetris.
b. Pemeriksaan laboratorium pada tinja atau lendir tenggorokan
menunjukkan adanya virus polio dan pada darah terdapat zat antinya.
14. Pertusis
a. Batuk beruntun, pada akhir batuk anak menarik nafas panjang dan
terdengar suara “hup” (whoop) khas, biasanya disertai muntah.
Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Anak mengeluarkan riak
liat dan kental. Akibat batuk yang dapat terjadi perdarahan konjungtiva
atau edema periorbital. Lamanya batuk 1-3 bulan (batuk 100 hari).
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir tenggorokan menunjukkan
adanya kuman pertusis (Bordetella pertusis).
15. Malaria
a. Demam, berkeringat, dingin, menggigil, yang berulang setiap 1-3 hari,
sakit kepala hebat, badan lemah, muka pucat, sering disertai mual,
muntah dan nyeri otot. Kadang-kadang limpa membesar, kejang dan
kesadaran menurun.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya parasit
malaria.
16. Hepatitis
a. Demam, badan lemas, mual, selaput mata kuning, air seni berwarna
seperti air the kental.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah/ tinja menunjukkan adanya virus
hepatitis dan darah juga terdapat antigen virus tersebut.
17. Meningitis
Panas, kaku kuduk, kejang-kejang, kesadaran menurun, reflek patologis
positif. Pemeriksaan laboratorium pada LCS.
18. Anthrax
a. Tipe kulit : Kulit melepuh (vesikel) tanpa sebab yang jelas atau tukak
(ulkus) dengan pinggir menonjol dan bagian tengahnya berwarna
merah tua-kehitaman, kadang-kadang disertai demam tinggi.
b. Tipe gastrointestinal : Sakit perut hebat terjadi beberapa jam sesudah
makan daging hewan yang menderita penyakit anthrax (Bacillus
anthracis).
19. Diare
Penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air
besar/defekasi (lebih 3 kali sehari) disertai adanya perubahan bentuk atau
kondisi tinja dari penderita.
20. Keracunan
a. Penderita jatuh sakit mendadak dengan gejala pusing, mual/muntah,
dan kejang (cramp) perut atau usus, kadang-kadang disertai adanya
kejang otot serta gejala khas keracunan lainnya.
b. Pada pemeriksaan laboratorium tinja atau muntahan menunjukkan
adanya penyebab keracunan dan konsentrasinya melebihi ambang
normal.
6. KEGIATAN PENANGGULANGAN WABAH
Untuk dapat melakukan penanggulangan wabah banyak kegiatan yang harus
dilakukan. Untuk suatu Puskesmas, kegiatan tersebut secara sederhana dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu (Chin, 2000) :
1) Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah
Merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan. Untuk dapat
menetapkan terjangkit atau tidaknya wabah tersebut, perlu dilakukan
pengumpulan data, penganalisaan data, dan penarikan kesimpulan. Agar
kesimpulan tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya perlu dimiliki
suatu pedoman pengambilan kesimpulan. Pedoman yang dimaksud dikenal
dengan nama Nilai Batas Keadaan Wabah (NBKW) yaitu suatu nilai yang
dipakai untuk menentukan ada atau tidaknya suatu wabah. Menghitung
NBKW untuk satu periode waktu tertentu perlu 2 angka:
1. Jumlah rata-rata penderita penyakit (Mean)
2. Standar deviasi
Periode waktu: disesuaikan dengan situasi dan kondisi PUSKESMAS
adalah 1 minggu. Apabila data tersedia gunakan data tahun yang lalu, bila
tidak tersedia gunakan data untuk 12 minggu
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penetapan terjangkitnya
keadaan wabah adalah :
a. Melakukan pengumpulan data
- Data tentang penyakit menular saja (UU No.4/tahun 1984)
- Pengumpulan data secara pasif (karena keterbatasan
SDM,dana dan sarana), yaitu:
Data kegiatan rutin
Laporan pelayanan berobat jalan BP di setiap
Puskesmas (data tidak lengkap)
Data laporan masyarakat
b. Melakukan analisis data
Mengolah dan menyajikan data yang terkumpul. Perhitungan
antara lain: jumlah dan penyebaran orang-orang yang terserang
penyakit
c. Menarik kesimpulan
Perlu tolok ukur : NILAI BATAS KEADAAN WABAH
Rumus nilai batas keadaan wabah :
X + 2 SD
X = jumlah seluruh kasus
Jumlah minggu
SD = jml (x-X)2
N-1
Keterangan :
X = nilai rata-rata (mean) kasus per minggu
SD = standar deviasi
x = jumlah kasus per minggu
N = jumlah minggu
Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok
tertentu, selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang terjadinya
wabah biasanya datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan
pasien, keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi
informasi tentang terjadinya wabah bisa juga berasal dari petugas
kesehatan, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau
media lokal (surat kabar dan televisi). Pada dasarnya wabah merupakan
penyimpangan dari keadaan normal karena itu wabah ditentukan dengan
cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah
kasus dan variasinya di masa lalu (minggu, bulan, tahun) (Soerawidjaja,
1989).
2) Melaksanakan penanganan keadaan wabah
Setelah data mengenai investigasi kasus dan penyebab telah memberikan
fakta tentang penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah
pengendalian hendaknya segera dilakukan. Makin cepat respons
pengendalian, makin besar peluang keberhasilan pengendalian. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menentukan cara penanggulangan yang
paling efektif dan melakukan surveilence terhadap faktor lain yang
berhubungan (Anwar, 1989).
Apabila telah dibuktikan adanya wabah, kegiatan selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah melaksanakan penanganan wabah. Untuk ini ada tiga hal
yang harus dilakukan yakni (Anwar, 1989):
a. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada kasus
b. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat
c. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan terhadap lingkungan
Tindakan terhadap kasus
a. Anamnesis
- Terhadap kasus & keluarga
- identitas : nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama
- Keluhan utama, keluhan tambahan
- Riwayat penyakit : keterangan sekitar dan selama masa inkubasi untuk
menentukan sumber penularan (manusia/hewan/benda mati) pencarian
kasus baru (amati orang-orang yang kontak)
b. Pemeriksaan fisik
seperti pemeriksaan fisik penderita yang biasa sesuai dengan jenis
penyakit menular yang diderita
c. Pengambilan sediaan untuk pemeriksaan Lab
Untuk konfirmasi diagnosis, Sediaan (specimen) berupa:
1) darah : Dilakukan 2 kali yaitu pengambilan selama masa akut
dan masa penyembuhan
- 10 cc
- beri antikoagulansia
2) tinja : -beberapa gram
-rectal swab
-simpan dalam botol steril dalam cairan yang berisi
garam fisiologis
d. Diagnosis
Tegakkan diagnosis klinis dilengkapi hasil laboratorium (bila tidak
mungkin atau hasilnya terlalu lama dapat diabaikan)
e. Terapi
Pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita, terapi bisa bersifat:
-etiologis
-simptomatis
f. Isolasi
ialah memisahkan penderita dari orang lain untuk beberapa waktu, pada
tempat dan kondisi khusus untuk mencegah baik langsung atau tidak
langsung adanya pemindahan penyakit dari penderita. Lama isolasi
tergantung pada masa inkubasi penyakit. Bila perlu dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehtan yang lebih tinggi (rujukan medis)
Tindakan terhadap masyarakat
a. Promosi kesehatan
b. Spesific Protection
c. Pencarian kasus baru, terdiri dari :
1) Cara telusur ke belakang (Backward tracing)
- menentukan masa inkubasi penyakit
- menetukan tanggal mulainya masa inkubasi
- menentukan sumber penularan penyakit (orang, makanan,
minuman, binatang dan lain-lain.
- menentukan orang-orang yang kontak dengan penderita
pada saat mulainya masa inkubasi
- menentukan tempat atau lokasi terjadinya kontak tersebut.
2) Cara telusur ke depan (Forward tracing)
Untuk mencari kasus baru yang ditulari oleh penderita.
Cara :
- Tentukan masa inkubasi penyakit tersebut
- Catat kemana saja kasus tersebut pergi selama masa
inkubasi dan selama masa sakit.
- Catat orang-orang yang mungkin tertular penyakit
- Catat sumber makanan/minuman atau barang lain yang
tercemari
- Lakukan konfirmasi hasil diagnosis dengan hasil Lab.
- Awasi tersangka kontak
Tindakan terhadap lingkungan
a. Lingkungan fisik
1) Terhadap lingkungan fisik yang masih baik
Contoh:
- perlindungan sumber air minum
- perlindungan makanan & minuman
2) Terhadap lingkungan fisik yang teklah tercemar
Contoh :
Kloridasi sumber air
Pemberian antiseptik
Pemusnahan barang-barang yang telah tercemar
3) Terhadap lingkungan fisik yang dipakai sebagai
sarang vektor
Contoh: ‘pengobatan’ atau pemusnahan
abatisasi dan penimbunan rawa
b. Lingkungan biologik
Ada 3 macam
1) Tindakan terhadap binatang yang sehat
Tujuan : agar tidak menjadi reservoir bibit penyakit
Contoh : imunisasi rabies pada anjing yang sehat
2) Tindakan terhadap binatang yang sakit
Tujuan: agar tidak sampai menjadi penyebab timbulnya penyakit
Contoh: membunuh anjing yang terserang rabies
3) Tindakan terhadap vektor
Tujuan : Memusnahkan vektor
Contoh: fogging pada DBD (DHF)
3) Menetapkan berakhirnya keadaan wabah
Cara menetapkan berakhirnya keadaan wabah adalah sama dengan
menetapkan terjangkitnya wabah, yakni melakukan pengumpulan data,
penganalisaan data, dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan
disini juga memanfaatkan Nilai Batas Keadaan Wabah yang telah
ditetapkan.
Hal yang perlu diketahui dalam menetapkan berakhirnya keadaan wabah:
a. Keadaan lazim (normal) dari suatu penyakit, hitung NBKW
b. Keadaan penyakit saat ini
Lakukan pengumpulan data:
- kegiatan rutin
- laporan masyarakat
- yang dicari sendiri secara aktif di lapangan
Bandingkan data kedua keadaan ini, agar kita dapat menarik kesimpulan
apakah keadaan wabah telah berakhir atau belum. Cara mengambil
kesimpulan berakhirnya keadaan wabah dapat mempergunakan teknik
grafik dan teknik tabel penyakit
4) Pelaporan wabah
Pada dasarnya laporan wabah tersbut meliputi laporan terjangkitnya
keadaan wabah, laporan penanganan wabah serta laporan berakhirnya
keadaan wabah. Semua laporan ini dipersiapkan oleh Puskesmas untk
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Tingkat II. Adanya laporan seperti ini
dipandang penting dalam rangka penyusunan rencana-rencana dan
pelaksanaan rencana kerja penanggulangan wabah itu sendiri.
Jenis Laporan
a. Laporan terjangkitnya keadaan wabah
Laporan harus dikirimkan dalam waktu 24 jam setelah keadaan wabah
itu diketahui (Laporan W1) ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten,
yang selanjutnya dikirimkan pula laporan oleh Dinkes ke propinsi dan
Depkes ( Ditjen P2M-PLP)
b. Laporan penyelidikan epidemiologi sementara
Tentang:
- jenis penyakit yang mewabah
- jumlah penderita yang terserang
- lokasi tempat terjadinya wabah
- waktu terjadinya wabah
- sumber penularan yang dicurigai
c. Laporan keadaan wabah
Laporan mingguan (W2) (rutin, baik ada maupun tidak ada wabah)
Puskesmas Kabupaten/Kota Propinsi Ditjen P2MPLP
Yang dilaporkan : data morbiditas dan mortalitas beberapa penyakit
yang berpotensi menimbulkan wabah.
d. Laporan berakhirnya wabah
Ruang lingkup penanggulangan wabah di Indonesia masih terbatas pada
penyakit menular. Jika ditinjau dari sudut program kesehatan masyarakat,
maka ada tidaknya penyakit menular di suatu Negara merupakan petunjuk
dari maju atau tidaknya program kesehatan masyarakat di Negara tersebut.
Lazimnya jika penyakit menular banyak ditemukan ini berarti program
kesehatan masyarakat belum maju dan demukian juga sebaliknya.
Gambar 2. Alur Penanggulangan Wabah
VII. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan
yang berlaku di Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang KLB mengacu pada
Keputusan Dirjen No. 451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada
unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan,
tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
VIII. PELACAKAN KLB
1) Garis Besar Pelacakan KLB
b. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan
tempat kejadian
c. Analisa data yang diteliti dengan ketajaman pemikiran.
d. Adanya suatu garis besar tentang sistematika langkah-langkah yang
pada dasarnya harus ditempuh dan dikembangkan dalam setiap usaha
pelacakan.
2) Analisis Situasi Awal
a. Penentuan atau penegakan diagnosis
b. Penentuan adanya wabah
c. Uraian keadaan wabah (waktu, tempat dan orang)
3) Analisis Lanjutan
a. Usaha Penemuan kasus tambahan
Adakan pelacakan ke rumah sakit dan dokter praktek ntuk
menemukan kemungkinan adanya kasus diteliti yang belum ada
dalam laporan.
Pelacakan intensif terhadap mereka yang tanpa gejala, gejala
ringan tetapi mempunyai potensi menderita atau kontak dengan
penderita.
b. Analisa Data secara berkesinambungan.
c. Menegakkan Hipotesis
d. Tindakan Pemadaman wabah dan tindak lanjut.
Tindakan diambil sesuai dengan hasil analisis
Diadakan follow up sampai keadaan normal kembali.
Yang menimbulkan potensi timbulnya wabah kembali disusunkan
suatu format pengamatan yang berkesinambungan dalam bentuk
survailans epidemiologi terutama high risk.
4) Penanggulangan KLB
a. SKD KLB
b. Penyelidikan dan penanggulangan KLB
c. Pengembangan sistem surveilans termasukpengembangan jaringan
informasid) Koordinasi kegiatan surveilans : lintas program dan lintas
sektoral
Macam Penyakit Menular
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh suatu mikroorganisme
atau produk toksinnya, yang ditular-kan dari penderita atau reservoirnya
kepada manusia lain yang rentan Penyakit menular termasuk kelompok
penyakit infeksi (infectious diseases) (Soerawidjaja, 1989)
Menular/tidaknya penyakit infeksi tergantung pada 3 faktor:
a. Host (Penjamu)
b. Agent (Bibit penyakit)
c. Environment (Lingkungan)
Mikroorganisme dengan sifat-sifat yang dimilikinya, dibedakan atas:
1. patogenisitas yaitu kemampuan menimbulkan penyakit pada penjamu
2. virulensi yaitu ukuran keganasan atau derajat kerusakan
3. antigenisitas yaitu kemampuan menimbulkan mekanisme pertahanan
tubuh
4. infektivitas yaitu kemampuan melakukan invasi, menyesuaikan diri,
bertempat tinggal serta berkembang biak dalam diri penjamu.
Ditinjau dari kemungkinan timbulnya wabah, dibagi menjadi (Chin, 2000):
1. Penyakit karantina atau penyakit wabah
Termasuk UU No.1 dan No.2 tahun 1962. Yang terpenting: kolera, pes,
polio dan difteri
2. Penyakit menular dengan potensi wabah tinggi
Penyakit yang menular dengan cepat serta mortalitas tinggi, Contoh:
DHF, diare, campak, pertusis dan rabies
3. Penyakit menular dengan potensi wabah rendah
Sama dengan kelompok ke-2, hanya karena kemajuan iptekdok/kesmas
maka angka penularan dan mortalitasnya telah dapat ditekan. Contoh:
Malaria, meningitis, framboesia, keracunan, influenza, tetanus neonatorum
dan tifus perut.
4. Penyakit menular yang tidak berpotensial wabah
Walaupun morbiditasnya masih tinggi, perlu diprogramkan
pemberantasannya. Contoh: Tb, cacing, lepra, sifilis,Go, Filariasis
IX. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULYA WABAH
d. Herd immunity yang rendah
adalah daya tahan masyarakat terhadap penyebran penyakit infeksi
karena sebagian besar anggota masyarakat memiliki kekebalan terhadap
penyakit infeksi tersebut. Dalam keadaan tertentu herd immunity ini bisa
menurun sehingga terjadi wabah.
e. Patogenesity
adalah kemampuan bibit penyakit untuk dapat menimbulkan suatu
penyakit.
c. lingkungan yang buruk
adalah seluruh kondisi yang terdapat disekitar mikroorganisme tetapi
mempengaruhi kehidupan atau perkembangan mikroorganisme tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Azrul.1999.Pengantar Epidemiologi.Jakarta Barat:Binarupa Aksara.
Chin, James.2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta:Rineka
Cipta.
Umar.2000. Surveilens Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta :Jakarta Pers.
Soerawidjaja, Resna A dan Anwar, Azrul, 1989. Penanggulangan Wabah oleh
Puskesmas Edisi Pertama. Jakarta. Bina Rupa Aksara.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1501/MENKES/PER/X/2010
Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulangan.