per jalan an
DESCRIPTION
PERJALANANTRANSCRIPT
PERJALANAN
CANDI PRAMBANANDISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENGIKUTI UN DAN US
DISUSUN OLEH :NAMA : I KOMANG BAYU PARAMISA
NIS : 3598
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANKABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
SMA NEGERI 1 PAGAR DEWATAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
PERJALANAN
CANDI PRAMBANAN
DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENGIKUTI UN DAN US
DISUSUN OLEH :NAMA : I KOMANG BAYU PARAMISANIS : 3598
DINAS PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANKABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
SMA NEGERI 1 PAGAR DEWATAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
PENGESAHAN
Karya tulis berjudul Perjalanan Candi Prambanan telah disetujui dan disahkan oleh guru
pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
Drs. KasiyoNip :
Diuji oleh tim penguji pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji 1 Penguji 2
Drs. I Nyoman Alit Drs. Kasiyo Nip : Nip :
Mengetahui
Kepala SMAN 01 Pagar Dewa
Amad Sambudi, S.Pd. M.PdNip:
PERSEMBAHANPuji syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah Tuhan berikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Dengan selesainya karya tulis ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis.
Karya tulis Ini penulis persembahkan kepada :
1. Bapak Amad Sambudi, S.Pd. M.Pd Selaku kepala SMA Negeri 1 Pagar Dewa yang telah
memberikan izin study tour.
2. Bapak dan Ibu Guru serta staf Tata Usaha SMA Negeri 1 Pagar Dewa yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis.
3. Bapak I Gede Widama Manuaba, S.Ag yang telah membimbing penulis selama Proses study
tour berlangsung.
4. Bapak Drs. Kasiyo selaku pembimbing yang telang membingbing penulis dalam pembuatan
karya tulis ini.
5. Ayah dan Ibu Tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
6. Teman-teman XII IPS 1 dan adik kelas X dan XI yang telah memberikan saran-saran
konstruktifnya.
7. Pihak-pihak lain yang telah membantu penyelesaian laopran ini.
MOTTO
1. Hari ini setidaknya sedikit lebih baik dari hari kemarin. ( penulis)
2. Berbuat Sedikit lebih baik dari pada hanya bicara. (penulis)
3. Mengoreksi diri adalah modal sebuah tindakan ( LKS Sosiologi)
4. Jangan pernah menganggap belajar sebagai suatu kewajiban, tetapi anggaplah belajar sebagai
suatu kesempatan yang menyenangkan untuk membebaskan diri dalam mempelajari keindahan
alam dan kehidupan. Belajar adalah untuk kebahagiaanmu sendiri dan akan memberikan
keuntungan bagi masyarakat tempatmu bekerja nanti. (Albert Einstein)
5. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh (HR
Muslim)
6. Berani mengakui kesalahan, bertanggung jawab dan memperbaiki untuk lebih baik (Freedison)
7. Orang yang gampang bersedih akan sukar mencapai apa yang dicita-citakan. (Mahatma Gandhi)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan karunianya kepada Penuls sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat
pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam rangka untuk
mengikuti UN dan US SMA Negeri 1 Pagar Dewa tahun pelajaran 2011/2012. Dalam laporan ini
termuat sejarah mengenai Keberadaan Candi Prambanan yang erat kaitannya dengan kejayaan
Hindu di Pulau Jawa.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung tersusunya karya tulis ini. Dan semoga Karya Tulis ini mendapat tanggapan yang
positif dari pembaca. Karya tulis ini disusun secara intensif dan pemaparan yang terdapat di
dalamnya dirasa cukup jelas dan lengkap. Namun Penulis menyadari bahwa karya tulis ini
belumlah sempurna. Kritik dan saran konstruktif sangat penulis harapkan untuk menuju kearah
kesempurnaan itu. Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat brmanfaat dan dapat dijadikan
sebagai khasanah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Pagar Dewa,…………………2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PENGESAHAN .......................................................................................ii
PERSEMBAHAN ...................................................................................iii
MOTTO .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Dasar penulisan............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
1.4 Metode Pengumpulan Data......................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 4
BAB III PEMBAHAAN
3.1Sejarah Singkat ............................................................................ 7
3.2 Deskripsi Baangunan .................................................................. 8
3.3 Candi Utama............................................................................... 10
3.3.1 Candi Siwa................................................................ 11
3.3.2 Candi Wisnu.............................................................. 16
3.3.3 Candi Brahma ........................................................... 18
3.4 Candi Pendamping ...................................................................... 19
3.4.1 Candi Nandi........................................................................ 19
3.4.2 Angsa ................................................................................. 20
3.4.2 Garuda ................................................................................ 20
3.4.3 Candi Apit............................................................................21
3.4.4 Candi Kelir ..........................................................................21
3.4.5 Candi Sudut........................................................................ 21
3.5 Perkembangan Pemugaran Candi Prambanan ..............................21
3.6 Etika Di Candi Prambanan ...........................................................23
3.7 Fasilitas di Kompleks Candi Prambanan..................................... 24
3.8 Lokasi Candi Prambanan ............................................................ 24
3.9 Candi-Candi Lain Di Sekitar Prambanan ....................................25
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 29
4.2 Saran-saran ................................................................................. 30
Daftar Pustaka................................................................................................31
Lampiran........................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG KARYA TULIS
Candi Prambanan adalah salah satu candi terbesar yang ada di Indonesia dan merupakan salah
satu situs kebanggaan yang dimiliki Indonesia baik sebagai objek wisata maupun sarana
keagamaan. Candi ini merupakan candi yang bercorak Hindu sesuai dengan fakta sejarah yang
ada. Candi ini terbilang cukup unik dan menarik karena pada awalnya candi ini dibangun tidak
menggunakan semen atau perekat lainnya. Penulis merasa tertarik untuk mempelajari dan
akhirnya menyusunnya dalam bentuk sebuah karya tulis
Karya tulis ini ditulis berdasarkan hasil kunjungan ke Candi Prambanan yang terletak di daerah
Prambanan Sleman-Yogyakarta saat study tour. Dalam penulisan karya tulis ini, penulis
memiliki beberapa alasan yaitu penulis secara langsung mengamati bentuk fisik candi
Prambanan di lapangan, mengemukakan sebab-sebab mengapa masalah yang dipersoaalkan
perlu diteliti dan ditulis. Adapun penyusunannya dilatar belakangi oleh :
1. Salah satu syarat untuk mengikuti ujian nasional (UN) dan ujian sekolah (US) 2012.
2. Bentuk pertanggung jawaban atas study tour yang dilaksanankan.
3. Program tahunan SMAN 1 Pagar Dewa.
1.2 DASAR PENULISAN KARYA TULIS
Dasar penulisan laporan ini adalah :
a) Program pendidikan karya wisata SMA Negeri 1 Pagar Dewa tahun pelajaran 2011/2012.
b) Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US)
1.3 TUJUAN PENULISAN
Karya tulis yang berjudul laporan study tour ke candi prambanan ini ditulis bukanlah tanpa
tujuan, adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperluas wawasan penulis dan pembaca mengenai situs sejarah candi prambanan.
2. Memberikan gambaran umum mengenai candi prambanan serta perkembangannya.
3. Penyebaran informasi tentang upaya pelestarian Candi Prambanan.
4. Mengetahui sejarah tentang asal mula dibangunnya candi prambanan dan candi-candi
disekitarnya
5. Menumbuhkan minat generasi muda terhadap sejarah melalui penelitian benda-benda bersejarah.
1.4 METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode-metode penulisan.
Adapun metode tersebut adalah :
a. Metode observasi
Yaitu proses pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan lalu mencatatnya dengan
sistematis terhadap obyek. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode ini agar lebih jelas dan
secara langsung dapat mengetahui Candi Prambanan yang berada di Daerah Prambanan.
b. Metode study pustaka
Yaitu penulis membaca dan mengkaji buku-buku dan brosur yang membahas tentang candi
prambanan.
c. Browsing internet
Yaitu mencari data-data terkait dengan candi prambanan di berbagai situs-situs web.
BAB II
LANDASAN TEORI
Candi adalah sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari
agama Hindu-Buddha. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Namun demikian,
istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja.
Banyak situs-situs purbakala lain dari masa Hindu-Buddha atau Klasik Indonesia, baik sebagai
istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya, disebut dengan istilah candi. Candi juga
berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Durga). Karenanya
candi selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya
candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati. Sebuah candi tidaklah di bangin tanpa arti,
melainkan terdapat filosopi-filosopi yang menyertainya, seperti struktur, bentuk, dan lain
sebagainya. Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar
belakang agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi.
Pembangunan candi dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang terdapat dalam suatu kitab
Vastusastra atau Silpasastra yang dikerjakan oleh silpin yaitu seniman yang membuat candi
(arsitek zaman dahulu). Salah satu bagian dari kitab Vastusastra adalah Manasara yang berasal
dari India Selatan, yang tidak hanya berisi patokan-patokan membuat kuil beserta seluruh
komponennya saja, melainkan juga arsitektur profan, bentuk kota, desa, benteng, penempatan
kuil-kuil di kompleks kota/desa, dan lain sebagainya. Beberapa ketentuan dari kitab selain
Manasara namun sangat penting di Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya
didirikan di dekat air, baik air sungai (terutama di dekat pertemuan 2 buah sungai, danau, laut,
bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan sebuah jambangan berisi air
di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut. Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan
sebuah candi yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, di lembah, dsb. Seperti kita
ketahui, candi-candi pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan candi Borobudur terletak
di dekat pertemuan sungai Opak dan sungai Progo.
Candi Prambanan terletak di lingkungan Taman Wisata Prambanan, kurang lebih 17 km ke arah
timur dari Yogyakarta, tepatnya di Desa Prambanan Kecamatan Bokoharjo. Lokasinya hanya
sekitar 100 m dari jalan raya Yogya-Solo, sehingga tidak sulit untuk menemukannya. Sebagian
dari kawasan wisata yang yang terletak pada ketinggian 154 m di atas permukaan laut ini
termasuk dalam wilayah Kabupaten Sleman. sedangkan sebagian lagi masuk dalam wilayah
Klaten. Secara administratif kompleks candi ini berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Masyarakat menyebut candi ini dengan nama candi Larajonggrang, suatu
sebutan yang sebenarnya keliru. Rara dalam bahasa Jawa untuk menyebut anak gadis. Dalam
cerita rakyat, Rara Jonggrang dikenal sebagai putri Prabhu Ratubaka yang namanya diabadikan
sebagai nama peninggalan kompleks bangunan di perbukitan Saragedug sebelah selatan Candi
Prambanan.
Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai saat ini belum
dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa
Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu
Raja Balitung Maha Sambu. Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang
ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti
berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.
Gambar 2.1 Candi Prambanan
Pemugaran Candi Prambanan memakan waktu yang sangat panjang, seakan tak pernah selesai.
Mulai dari awal ditemukannya hingga saat ini. Candi prambanan merupakan tempat wisata yang
memiliki fasilitas cukup lengkap. Hal inilah yang menarik minat wisatawan lokal maupun
mancanegara.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 SEJARAH SINGKATCandi Prambanan merupakan candi hindu yang dibangun oleh raja-raja dinasti Sanjaya pada
abad IX, ditemukanya tulisan nama Pikatan pada candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa
candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan kemudian diselesaikan oleh raja Rakai Balitung
berdasarkan prasasti berangka tahun 856 M “Prasasti Siwargiha” sebagai manifest politik untuk
meneguhkan kedudukan sebagai raja yang besar. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan
Mataram ke Jawa Timur berkaitan tidak terawatnya candi di daerah ini di tambah terjadinya
gempa bumi serta beberapa kali letusan gunung merapi menjadikan candi prambanan runtuh
tinggal puing-puing batu yang berserakan. Apalagi ditambah dengan gempa pada tahun 2006,
Usaha pemugaran pun mulai dilakukan.
Pada tanggal 20 Desember 1953 pemugaran Candi induk Loro Jonggrang secara resmi
dinyatakan selesai oleh Dr. Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Pertama.
Komplek percandian prambanan terdiri atas bawa, latar tengah dan latar atas (Latar Pusat) Latar
bawah tak berisi apapun. Didalam latar tengah terdapat reruntuhan candi-candi parawa. Latar
pusat adalah latar terpenting diatas berdiri 6 buah candi besar dan kecil. Candi-candi utama
terdiri atas 2 deret yang paling berhadapan.
Deret pertama yaitu candi Siwa, candi Wisnu, dan candi Brahma. Deret kedua yaitu candi Nandi,
candi Angsa dan candi Garuda. Pada ujung lorong yang memisah kedua deretan candi tersebut
terdapat candi apit secara keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah candi.
3.2 DESKRIPSI BANGUNAN
Denah asli Candi Prambanan berbentuk persegi panjang, terdiri atas halaman luar dan tiga
pelataran, yaitu Jaba (pelataran luar), Tengahan (pelataran tengah) dan Njeron (pelataran dalam).
Halaman luar merupakan areal terbuka yang mengelilingi pelataran luar. Pelataran luar
berbentuk bujur dengan luas 390 m2. Pelataran ini dahulu dikelilingi oleh pagar batu yang kini
sudah tinggal reruntuhan. Pelataran luar saat ini hanya merupakan pelataran kosong. Belum
diketahui apakah semula terdapat bangunan atau hiasan lain di pelataran ini.
Di tengah pelataran luar, terdapat pelataran kedua, yaitu pelataran tengah yang berbentuk persegi
panjang seluas 222 m2. Pelataran tengah dahulu juga dikelilingi pagar batu yang saat ini juga
sudah runtuh. Pelataran ini terdiri atas empat teras berundak, makin ke dalam makin tinggi. Di
teras pertama, yaitu teras yang terbawah, terdapat 68 candi kecil yang berderet berkeliling,
terbagi dalam empat baris oleh jalan penghubung antarpintu pelataran. Di teras kedua terdapat 60
candi, di teras ketiga terdapat 52 candi, dan di teras keempat, atau teras teratas, terdapat 44 candi.
Seluruh candi di pelataran tengah ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu luas denah
dasar 6 m2 dan tinggi 14 m. Hampir semua candi di pelataran tengah tersebut saat ini dalam
keadaan hancur. Yang tersisa hanya reruntuhannya saja.
Pelataran dalam, merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan yang dianggap sebagai
tempat yang paling suci. Pelataran ini berdenah persegi empat seluas 110 m2, dengan tinggi
sekitar 1,5 m dari permukaan teras teratas pelataran tengah. Pelataran ini dikelilingi oleh turap
dan pagar batu. Di keempat sisinya terdapat gerbang berbentuk gapura paduraksa. Saat ini hanya
gapura di sisi selatan yang masih utuh. Di depan masing-masing gerbang pelataran teratas
terdapat sepasang candi kecil, berdenah dasar bujur sangkar seluas 1, 5 m2 dengan tinggi 4
meter. Di pelataran dalam terdapat 2 barisan candi yang membujur arah utara selatan. Di barisan
barat terdapat 3 buah candi yang menghadap ke timur. Candi yang letaknya paling utara adalah
Candi Wisnu, di tengah adalah Candi Syiwa, dan di selatan adalah Candi Brahma. Di barisan
timur juga terdapat 3 buah candi yang menghadap ke barat. Ketiga candi ini disebut candi
wahana (wahana = kendaraan), karena masing-masing candi diberi nama sesuai dengan binatang
yang merupakan tunggangan dewa yang candinya terletak di hadapannya.
Candi yang berhadapan dengan Candi Wisnu adalah Candi Garuda, yang berhadapan dengan
Candi Syiwa adalah Candi Nandi (lembu), dan yang berhadapan dengan Candi Brahma adalah
Candi Angsa. Dengan demikian, keenam candi ini saling berhadapan membentuk lorong. Candi
Wisnu, Brahma, Angsa, Garuda dan Nandi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu
berdenah dasar bujur sangkar seluas 15 m2 dengan tinggi 25 m. Di ujung utara dan selatan
lorong masing-masing terdapat sebuah candi kecil yang saling berhadapan, yang disebut Candi
Apit.
(a) (b)
Gambar 3.2.1 (a) Denah Candi Prambanan secara keseluruhan(b) Denah candi utama
3.3 CANDI UTAMA
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan
Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu
menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke
barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu.
Dalam filosopi hindu, Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman (Sang Hyang Widhi, sebutan
Tuhan dalam agama Hindu) dalam menciptakan, memelihara, melebur alam beserta isinya.
Trimurti terdiri dari 3 yaitu:
a. Dewa Brahma yang berfungsi sebagai pencipta/Utpathi, Sakti: Dewi Saraswati yang merupakan
dewi ilmu pengetahuan, Senjata: Busur, Simbol: A, Warna: Merah.
b. Dewa Wisnu berfungsi sebagai Pemelihara / Sthiti. Dalam menjalankan tugasnya beliau dibanti
oleh Dewi Laksmi atau Sri. Atribut atau Senjata dewa Wisnu adalah Cakram dengan Simbol
aksara U,Warna Hitam
c. Dewa Siwa
Berfungsi sebagai Penghancur / Pralina yang memiliki kekuatau atau Sakti Dewi Durga, Uma,
dan Parwati. Dewa Siwa bersenjatakan Trisula Dengan Simbol M dan Warna Panca Warna
Apabila simbol dari ketiga dewa tesebut digabungkan, maka akan menjadi AUM yang dibaca
"OM" ( ॐ ) yang merupakan simbol suci agama Hindu. Inilah yang menjadi dasar candi
prambanan.
3.3.1 Candi Siwa
Pada saat ditemukan, Candi Siwa berada dalam kondisi rusak berat. Pemugarannya memakan
waktu yang cukup lama, yaitu dimulai pada tahun 1918 dan baru selesai pada tahun 1953.
Dinamakan Candi Syiwa karena di dalam candi ini terdapat Arca Siwa. Candi Siwa dikenal juga
dengan nama Candi Rara Jonggrang, karena dalam salah satu ruangannya terdapat Arca Durga
Mahisasuramardani, yang sering disebut sebagai Arca Rara Jonggrang. Tubuh candi berdiri di
atas batur setinggi sekitar 2,5 m. Candi Siwa, yang terletak di tengah barisan barat, merupakan
candi terbesar. Denah dasarnya berbentuk bujur sangkar seluas 34 m2 dengan tinggi 47 meter.
Gambar a1. Arca Siwa
Sepanjang dinding kaki candi dihiasi dengan pahatan dua macam hiasan yang letaknya
berselang-seling. Yang pertama adalah gambar seekor singa yang berdiri di antara dua pohon
kalpataru. Hiasan ini terdapat di semua sisi kaki Candi Syiwa dan kelima candi besar lainnya.
Pada dinding kaki di sisi utara dan selatan Candi Syiwa, hiasan singa di atas diapit dengan panil
yang memuat pahatan sepasang binatang yang sedang berteduh di bawah sebatang pohon
kalpataru yang tumbuh dalam jambangan. Berbagai binatang yang digambarkan di sini, di
antaranya: kera, merak, kijang, kelinci, kambing, dan anjing. Di atas setiap pohon bertengger dua
ekor burung.
Pada sisi-sisi lain dinding kaki candi, baik kaki Candi Syiwa maupun candi besar lainnya, panil
bergambar binatang ini diganti dengan panil ber gambar kinara-kinari, sepasang burung
berkepala manusia, yang juga sedang berteduh di bawah pohon kalpataru.
Tangga untuk naik ke permukaan batur terletak di sisi timur. Tangga atas ini dilengkapi dengan
pipi tangga yang dindingnya dihiasi dengan pahatan sulur-suluran dan binatang. Pangkal pipi
tangga dihiasi pahatan kepala naga yang menganga lebar dengan sosok dewa dalam mulutnya. Di
kiri dan kanan tangga terdapat candi kecil yang beratap runcing dengan pahatan Arca Siwa di
keempat sisi tubuhnya. Di puncak tangga terdapat gapura paduraksa menuju lorong di
permukaan batur. Di atas ambang gapura terdapat pahatan Kalamakara yang indah. Di balik
gapura terdapat sepasang candi kecil yang mempunyai relung di tubuhnya. Relung tersebut berisi
Arca Mahakala dan Nandiswara, dewa-dewa penjaga pintu.
Di permukaan batur terdapat selasar selebar sekitar 1 m yang mengelilingi tubuh candi. Selasar
ini dilengkapi dengan pagar atau langkan, sehingga bentuknya mirip sebuah lorong tanpa atap.
Lorong berlangkan ini berbelok-belok menyudut, membagi dinding candi menjadi 6 bagian.
Sepanjang dinding tubuh candi dihiasi deretan pahatan Arca Lokapala. Lokapala adalah dewa-
dewa penjaga arah mata angin, seperti Bayu, Indra, Baruna, Agni dan Yama. Sepanjang sisi
dalam dinding langkan terpahat relief Ramayana. Cerita Ramayana ini dipahatkan searah jarum
jam, dimulai dari adegan Wisnu yang diminta turun ke bumi oleh para raja guna mengatasi
kekacuan yang diperbuat oleh Rahwana dan diakhiri dengan adegan selesainya pembangunan
jembatan melintas samudera menuju Negara Alengka. Sambungan cerita Ramayana terdapat
dinding dalam langkan Candi Brahma.
Di atas dinding langkan berderet hiasan ratna. Di bawah ratna, pada sisi luar dinding langkan,
terdapat relung kecil dengan hiasan Kalamakara di atasnya. Dalam relung terdapat 2 motif
pahatan yang ditampilkan berselang-seling, yaitu gambar 3 orang yang berdiri sambil
berpegangan tangan dan 3 orang yang sedang memainkan berbagai jenis alat musik.
Pintu masuk ke ruangan-ruangan dalam tubuh candi terdapat di teras yang lebih tinggi lagi.
Untuk mencapai teras atas, terdapat tangga di depan masing-masing pintu ruangan. Dalam tubuh
candi terdapat empat ruangan yang mengelilingi ruangan utama yang terletak di tengah tubuh
candi. Jalan masuk ke ruangan utama adalah melalui ruang yang menghadap ke timur. Ruangan
ini ruangan kosong tanpa arca atau hiasan apapun. Pintu masuk ke ruang utama letaknya segaris
dengan pintu masuk ke ruang timur. Ruang utama ini disebut Ruang Siwa karena di tengah
ruangan terdapat Arca Siwa Mahadewa, yaitu Siwa dalam posisi berdiri di atas teratai dengan
satu tangan terangkat di depan dada dan tangan lain mendatar di depan perut. Arca Syiwa
tersebut terletak di atas umpak (landasan) setinggi sekitar 60 cm, berbentuk yoni dengan saluran
pembuangan air di sepanjang tepi permukaannya. Konon Arca Syiwa ini menggambarkan Raja
Balitung dari Mataram Hindu (898 - 910 M) yang dipuja sebagai Siwa.
Tidak terdapat pintu penghubung antara Ruang Syiwa dengan ketiga ruang di sisi lain. Ruang
utara, barat, dan selatan memiliki pintu sendiri-sendiri yang terletak tepat di depan tangga naik
ke teras atas. Dalam ruang utara terdapat Arca Durga Mahisasuramardini, yaitu Durga sebagai
dewi kematian, yang menggambarkan permaisuri Raja Balitung. Durga digambarkan sebagai
dewi bertangan delapan dalam posisi berdiri di atas Lembu Nandi menghadap ke Candi Wisnu.
Satu tangan kanannya dalam posisi bertelekan pada sebuah gada, sedangkan ketiga tangan
lainnya masing-masing memegang anak panah, pedang dan cakram. Satu tangan kirinya
memegang kepala Asura, raksasa kerdil yang berdiri di atas kepala mahisa (lembu), sedangkan
ketiga tangan lainnya memegang busur, perisai dan bunga. Arca Durga ini oleh masyarakat
sekitar disebut juga Arca Rara Jonggrang, karena arca ini diyakini sebagai penjelmaan Rara
Jonggrang. Rara Jonggrang adalah putri raja dalam legenda setempat, yang dikutuk menjadi arca
oleh Bandung Bandawasa.
Dalam ruang barat terdapat Arca Ganesha dalam posisi bersila di atas padmasana (singgasana
bunga teratai) dengan kedua telapak kaki saling bertemu. Kedua telapak tangan menumpang di
lutut dalam posisi tengadah, sementara belalainya tertumpang dilengan kiri. Arca Ganesha ini
menggambarkan putra mahkota Raja Balitung. selempang di bahu menunjukkan bahwa ia juga
seorang panglima perang.
Dalam ruang selatan terdapat Arca Agastya atau Siwa Mahaguru. Arca ini meliliki postur tubuh
agak gemuk dan berjenggot. Siwa Mahaguru digambarkan dalam posisi berdiri menghadap ke
Candi Brahma di selatan dengan tangan kanan memegang tasbih sdan tangan kiri memegang
sebuah kendi. Di belakangnya, di sebelah kiri terdapat pengusir lalat dan di sebelah kanan
terdapat trisula. Konon Arca Siwa Mahaguru ini menggambarkan seorang pendeta penasihat
kerajaan.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan
menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain
masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa).
3.3.2 Candi Wisnu
Candi Wisnu terdapat di sebelah utara Candi Siwa. Tubuh candi berdiri di atas batur yang
membentuk selasar berlangkan. Tangga untuk naik ke permukaan batur terletak di sisi timur. Di
sepanjang dinding tubuh candi berderet panil dengan pahatan yang menggambarkan Lokapala.
Sepanjang dinding dalam langkan dihiasi seretan panil yang memuat relief Krisnayana.
Krisnayana adalah kisah kehidupan Krisna sejak ia dilahirkan sampai ia berhasil menduduki
tahta Kerajaaan Dwaraka. Di atas dinding langkan berderet hiasan ratna. Di bawah ratna, pada
sisi luar dinding langkan, terdapat relung kecil dengan hiasan Kalamakara di atasnya. Dalam
relung terdapat pahatan yang menggambarkan Wisnu sebagai pendeta yang sedang duduk
dengan berbagai posisi tangan.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, dipersembahkan kepada Batara
Wisnu, yang menghadap ke arah utara. Candi Wisnu hanya mempunyai 1 ruangan dengan satu
pintu yang menghadap ke timur. Dalam ruangan tersebut, terdapat Arca Wisnu dalam posisi
berdiri di atas 'umpak' berbentuk yoni. Wisnu digambarkan sebagai dewa bertangan 4. Tangan
kanan belakang memegang Cakra (senjata Wisnu) sedangkan tangan kiri memegang tiram.
Tangan kanan depan memegang gada dan tangan kiri memegang setangkai bunga teratai.
Gambar b1. Arca Dewa Wisnu
3.3.3 Candi Brahma
Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan
satu ruangan berisi arca Brahma. Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Di
dalam satu-satunya ruangan yang ada, berdirilah arca brahma berkepala 4 dan bertangan 4. Arca
ini sebenarnya sangat indah tetapi sudah rusak salah satu tangannya memegang tasbih yang
satunnya lagi memegang “kamandalu” tempat air. Ke empat wajahnya menggambarkan ke empat
kitab suci Weda masing-masing menghadap ke arah mata angin. Ke empat lengannya
menggambarkan ke empat arah mata angin. Sebagai pencipta ia membawa air karena seluruh
alam keluar dari air. Tasbih menggambarakan waktu dasar kaki candi juga di kelilingi oleh
selasar yang di batasi pagar langkah dimana pada dinding langkah ceritera Ramayana dan Relief
serupa pada candi siwa sehingga tamat.
Gambar c1. Arca Dewa Brahma
3.4 CANDI PENDAMPING
Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini
untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain tiga candi pendamping, juga
terdapat candi penjaga. Berikut akan diulas satu persatu.
3.4.2 Candi Nandi
Candi ini mempunyai satu tangga masuk yang menghadap ke barat, yaitu ke Candi Syiwa. Nandi
adalah lembu suci tunggangan Dewa Syiwa. Jika dibandingkan dengan Candi Garuda dan Candi
Angsa yang berada di sebelah kanan dan kirinya, Candi Nandi mempunyai bentuk yang sama,
hanya ukurannya sedikit lebih besar dan lebih tinggi. Tubuh candi berdiri di atas batur setinggi
sekitar 2 meter. Seperti yang terdapat di Candi Siwa, pada dinding kaki terdapat dua motif
pahatan yang letaknya berselang-seling. Yang pertama merupakan gambar singa yang berdiri di
antara dua pohon kalpataru dan yang kedua merupakan gambar sepasang binatang yang berteduh
di bawah pohon kalpataru. Di atas pohon bertengger dua ekor burung. Gambar-gambar semacam
ini terdapat juga pada candi wahana lainnya. Candi Nandi memiliki satu ruangan dalam
tubuhnya. Tangga dan pintu masuk ke ruangan terletak di sisi barat. Dalam ruangan terdapat
Arca Lembu Nandi, kendaraan Syiwa, dalam posisi berbaring menghadap ke barat.
Gambar a1 Arca Nandi
Dalam ruangan tersebut terdapat juga dua arca, yaitu Arca Surya (dewa matahari) yang sedang
berdiri di atas kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda dan Arca Candra (dewa bulan) yang
sedang berdiri di atas kereta yang ditarik oleh sepuluh ekor kuda. Dinding ruangan tidak dihias
dan terdapat sebuah batu yang menonjol pada tiap sisi dinding yang berfungsi sebagai tempat
meletakkan lampu minyak. Dinding lorong di sekeliling tubuhcandi juga polos tanpa hiasan
pahatan.
3.4.3 Candi Angsa
Candi ini mempunyai satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas dasarnya 13 m2 dan tingginya
22 m. mungkin ruangan ini hanya di pakai untuk kandang angsa hewan yang biasa di kendarai
oleh Brahma.
3.4.4 Candi Garuda
Di dalam satu-satunya ruangan yang ada, terdapat area kecil yang berwujud seekor garuda diatas
seekor naga, Garuda adalah kendaraan Wisnu.
3.4.5 Candi Apit
Candi Apit merupakan sepasang candi yang saling berhadapan. Letaknya, masing-masing, di
ujung selatan dan ujung utara lorong di antara kedua barisan candi besar. Kedua candi ini
berdenah bujur sangkar seluas 6 m2 dengan ketinggian 16 m. tubuh candi berdiri di atas batur
setinggi sekitar 2,5 m. Tidak terdapat selasar di permukaan kaki candi. Masing-masing
mempunyai satu tangga menuju satu-satunya ruangan dalam tubuhnya. Hanya ada hal yang
istimewa tentang candi ini, ialah ketika candi ini sudah selesai di bangun kembali, kelihatan
sangat indah.
3.4.6 Candi Kelir
Luas dasarnya 1, 55 m2 dengan tinggi 4,10 m. Candi ini tidak mempunyai tangga masuk.
Fungsinya sebagai penolak bala.
3.4.7 Candi Sudut
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 m.
3.5 PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI PRAMBANAN
Candi yang dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi ini mengalami beberapa renovasi sejak
tahun pembuatannya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.
Renovasi candi ini dimulai pada tahun 1918, dan sampai sekarang belum selesai. Bangunan
utama baru diselesaikan pada tahun 1953. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan
batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah
candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak
candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi
ini adalah sebuah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991, berarti
bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi
peperangan.
Gambar 3.5.1pemugaran candi prambanan
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala Richter (sementara United States
Geological Survey melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala Richter) menghantam daerah
Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan
kematian pada penduduk di sana. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Candi
Prambanan, khususnya Candi Brahma,beberapa kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu kini
sedang diperbaiki. Sejak tanggal 18 September 2006, anda sudah bisa memasuki zona 1 Candi
Prambanan meski belum bisa masuk ke dalam candi.
3.6 ETIKA DI CANDI PRAMBANAN
Untuk menjaga kesakralran candi prambanan maka diterapkan aturan baru. Aturan mewajibkan
seluruh pengunjung candi prambanan memakai sarung batik dan sandal bersol karet, terutama
bagi yang bercelana pendek atau rok mini. Aturan yang berlaku baik untuk wisatawan
mancanegara maupun wisatawan domestik mengenai sandal bersol karet untuk menjaga agar
batu candi tidak aus karena gesekan. Tahun ini pihak pengelola candi menggalakkan berbagai
program untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Pihak yang menggalakkan program ini
yaitu PT Taman Wisata Candi Borobudur dan Ratu Boko (PT TWCBPRB) dan bertujuan karena
candi itu sejatinya adalah tempat ibadah, maka sebagai pengunjung kesopanan harus dijaga.
Bersikaplah yang sewajarnya dan jangan berbuat yang melanggar etika beringkah laku seperti
merusak areal percandian, mencoret candi, menaiki candi, dan lain sebagainya.
3.7 FASILITAS DI KOMPLEKS CANDI PRAMBANAN
Segala informasi yang berkenaan dengan Candi Prambanan, berikut berbagai jenis cindera mata,
hingga buku-buku kepariwisataan dan potensi tujuan wisata sekitar DIY atau Jateng, bisa
wisatawan dapatkan di Pusat Penerangan Candi Prambanan. Dan demi memudahkan wisatawan
menikmati segala keindahan, disediakan sebuah rangkaian Kereta Mini yang akan mengelilingi
kawasan Taman Wisata Candi Prambanan hingga ke Candi Sewu.
Selain itu, kawasan Taman Wisata Candi Prambanan juga memiliki Arena Bermain Anak-Anak
yang sejuk dan nyaman, dimana sering digunakan sebagai tempat lomba burung berkicau.
Masyarakat umum juga dapat memanfaatkan Bumi Perkemahan Rama Shinta yang tersedia di
dalam kawasan untuk acara-acara pertemuan, acara keluarga, ulang tahun, perpisahan sekolah
maupun resepsi pernikahan. Sebab di Bumi Perkemahan tersedia tempat parkir, pendopo, toilet,
kamar mandi dan lapangan olahraga yang dapat dimanfaatkan. Bahkan disini juga tersdia
penyewaan tenda, pengeras suara, meja, kursi, lampu penerangan dan acara kesenian Reog.
3.8 LOKASI CANDI PRAMBANAN
Candi Prambanan terletak persis di perbatasan provinsi daerah istimewa yogyakarta dan provinsi
jawa tengah. Letaknya kurang lebih 17 km ke arah timur dari Kota Yogyakarta. Cndi Prambanan
masuk kedalam dua wilayah, yakni kecamatan prambanan kabupaten sleman Privinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan kecamatan prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Kompleks Candi Prambanan berdiri 200 meter sebelah utara jalan Yogyakarta. Sedangkan untuk
pintu masuk taman wisata Candi Prambanan dari arah sebelah timur.
3.9 CANDI-CANDI LAIN DI SEKITAR PRAMBANAN
1. Candi Lumbung, Brubah Dan Sewu
Ketiga candi budha ini tinggal reruntuhan kecuali candi sewu yang masih bias dinikmati
keindahanya. Masih di kawasan Candi Prambanan, kurang lebih 1 km di utara, wisatawan juga
dapat melihat komplek bangunan suci Candi Sewu. Agak berbeda dengan Prambanan, Candi
Sewu merupakan peninggalan kebudayaan Buddha kedua terbesar setelah Borobudur.
Berdasarkan prasasti dan data arsitekturnya, Candi Sewu dibangun sekitar tahun 782 M–792 M,
tepatnya pada masa pemerintahan Rakai Panakaran dan Rakai Panaraban (seorang raja besar
Mataram kuno). Dan merajuk pada prasasti berangka tahun 714 C atau 792 M yang ditemukan
pada tahun 1960 disini, nama asli Candi Sewu adalah Manjus’rigrha atau rumah Manjusri, yaitu
salah satu Boddhisatwa dalam agama Buddha.
2. Candi Plaosan
Candi ini dibangun pada abad 9 Masehi oleh Rakai Pikatan sebagai hadiah kepada permaisuri.
Kelompok candi Plaosan utara terdiri atas 2 candi induk, 58 parawa, 126 buah stupa. Kelompok
candi Plaosan selatan hanya berupa sebuah candi. Halaman candi induk terbagi 2 yang masing-
masing diatasnya berdiri atas untuk tempat tinggal pada pendeta budha dan tingkat bawah untuk
kegiatan keagamaan.
3. Candi Boko (Keraton Ratu Boko)
Letaknya + 3 km kearah selatan dari percandian prambanan, terdiri dari atas bukit kidul yang
merupakan lanjutan dari pegunungan seribu dengan pemandangan alam yang permai
disekitarnya bangunan ini sangat unik, dan lebih mengesankan sebuah keratin. Diperkirakan
Balaputera Dewa dari denasti syailendra yang beragama budha. Mendirikanya pada pertengahan
9 masehi sebagai benteng pertahanan yang strategis terhadap Rakai Pikatan.
4. Candi Banyunibo
Candi ini terletak + 200 m kearah tenggara dari candi Boko terdiri atas sebuah lembah “Banyu
berarti air” nibo berarti jatuh menetes yang bermakna bagi lingkungan masyarakat Jawa. Candi
budha ini didirikan pada abad 9 masehi. Arca-arca bodhisatwa terpahat pada dinding luarnya
dinding ini dihias dengan indah Biara Budha yang dibangun pada + abad 8 Masehi ini terletak
pada sisi kiri jalan raya Yogya – Solo, masuk + 500 m ke arah utara. Bangunan ini merupakan
kumpulan dari candi yang hilang.
5. Candi Kalasan
Peninggalan agama tertua adalah candi ini didirikan oleh penangkaran, Raja kedua dari kerajaan
mataram kuno pada abad 8 masehi sebagai persembahan kepada Dewi Tara Lengkung
“Kalamakara dengan hiasan khayangan diatasanya terdapat di pintu masuk begitu indah.
Keindahan hiasan dan relief-reliefnya disebabkan oleh penggunaan sejenis semen kuno
“Bajralepa” candi ini dianggap permata kesenian Jawa Tengah.
6. Candi Sambisari
Setelah terpendam selama berabad-abad karena letusan gunung berapi pada bulan juli 1966
ditemukan kembali secara kebetulan oleh seorang pentane yang tengah mengerjakan sawahnya.
Pada tahun 1986 telah selesai pugar keunikanya ia terletak 6,5 m di bawah permukaan tanah dan
tidak mempunyai kaki candi yang sebenarnya. Bangunan terdiri atas sebuah candi induk dan 3
candi pewarna yang tidak bertubuh maupun berkaki. Pada sisi-sisi luar dinding candi induknya
terdapat relung-relung yang berisi arca-arca. Didalam ruangannya terdapat Lingga dan Yoni,
kedua aspek dari siwa. Kesatuanya melambangkan totalitas dan kesuburan.
7. Candi Sari
“Sari” berarti indah/cantik sesuai bentuknya yang ramping. Mungkin karena keindahannya yang
menarik perhatian Ia dinamakan demikian karena puncak atap berhias 9 stupa.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan
karunianya penulis diberi kesempatan menyelesaikan pembuatan laporan karya tulis tentang
Candi Prambanan tanpa halangan suatu apapun. Yang terletak persis di perbatasan Propinsi Jawa
Tengah + 17 Km kea rah timur dari kota Yogyakarta. Daerah ini merupakan daerah yang
mempunyai banyak sejarah sehingga tidak heran banyak wisatawan asing yang ingin
mengunjungi tempat-tempat wisata di daerah Istimewa Yogyakarta terutama di candi Prambanan
yang berdiri di sebelah timur sungai Opak + 200 m sebelah utara Yogya – Solo.
Dengan adanya data yang diperoleh dari uraian penulis dapat menyimpulkan :
1. Candi prambanan memiliki keistimewaan dan pesona keindahan yang bukan saja dari bentuk
bangunan dan tata ruang, namun juga dari sisi filosopi dan sejarahnya.
2. Candi Prambanan memiliki banyak sejarah sehingga banyak wisatawan mancanegara yang
datang untuk melihat secara langsung kemegahannya.
3. Candi Prambanan merupakan peninggalan kebudayaan Hindu terbesar di Indonesia dan warisan
bernilai tinggi dari abad ke-9.
4.2 SARAN-SARAN
Setelah Penulis berkunjung ketempat rekreasi ini, penulis mempunyai sedikit saran untuk tempat
rekreasi yang menyenangkan antara lain :
1. Kunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di daerah Yogyakarta agar dapat menambah
wawasan dan pengetahuan tentang sejara-sejarah dan seni budaya Indonesia.
2. Jagalah etika dalam berkunjung ke Candi Prambanan karena tempat tersebut sejatinya adalah
tempat ibadah
3. Lestarikan dan kembangkan potensi warisan budaya agar Candi Prambanan yang sebagai
peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya ini mampu memaksimalkan potensi karena
selain merupakan sumber penghasilan untuk masyarakat sekitar Prambanan juga aset parawisata
nasional Indonesia penambah devisa Negara selain non-migas.
4. Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan Candi
Borobudur tersebut tetap menjadi daya tarik terutama dari segi kepariwisataan , arkeologi dan
ilmu pengetahuan .
5. Penulis mengharapkan kerapihan dan kebersihan di Candi Prambanan tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Candi di Indonesia. Candi Prambanan. http://candi.pnri.go.id/jawa
_tengah_yogyakarta/prambanan/prambanan.htm. 29 januari 2012
Candi-candi di Jawa Tengah (2011). Candi Prambanan. (http://candidiy
.tripod.com/prambanan.htm. 29 januari 2012
Djogjakarta (2008). Candi Prambanan. http://djogjakarta.blogdetik.com /hr/candi-prambanan/
29 januari 2012.
Fariable (2011). Kompleks candi prambanan-candi Roro Jonggrang.
http://fariable.blogspot.com/2011/01/kompleks-candi-prambanan-candi-roro.html. 29 januari
2012
Google (2012). Hasil penelusuran Gambar. http:// google.com. 29 januari 2012.
Srandilmandalagiri.blogspot.com (2011), Laporan Hasil Karya Tulis Ke Candi Prambanan.
http://srandilmandalagiri.blogspot.com/2011/06/ laporan-hasil -karya-tulis- ke-candi.html , 29
januari 2012.
Suara Pembaharuan (2011). Banyak Rusak, Pemugaran Candi Prambanan Butuh waktu 8
Tahun. http://www.suarapembaruan.com/home/banyak-rusak-pemugaran- candi-prambanan-
butuh-waktu-8-tahun/5843. 29 january 2012
Wikipedia (2012. Wikipedia Indonesia. http://wikipedia-Indonesia.com. 29 januari 2012
Wisata Prambanan (2011) Candi Prambanan. Yogyakarta
Gambar 1 Peta digital yogyakarta
Gambar 2. Keindahan candi prambanan
Gambar 3. Candi Prambanan di lihat dari sisi selatan
Gambar 4. Reruntuhan candi yang belum direnovasi
Gambar 5. pahatan di dinding candi
1.1 Latar Belakang Candi Prambanan
Akhir-akhir ini perkembangan candi di Indonesia belum menampakan hasil yang
menggembirakan dengan jumlah pengunjung yang selalu menurun setiap tahunnya. Agar pengembangan candi tersebut meningkat, hal yang harus ditingkatkan yaitu tentang pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengetahuan sejarah masa lalu, serta kebersihan, keindahan situs-situs bersejarah lainnya, sehingga dapat diharapkan partisipasi mereka dalam menjaga kebersihan serta keasrian candi agar tetap terpelihara.Dengan demikian candi prambanan ini bisa ditingkatkan daya tariknya agar masyarakat Indonesia serta masyarakat internasional berminat mengunjungi candi prambanan untuk mengetahui sejarah-sejarah yang ada di negara kita. Dalam hal inipemerintah pusat dan daerah perlu berjuang keras agar candi nasional menjadi tujuan objek pariwisata bagi wisata domestik dan mancanegara untuk mengetahui sejarah nasional dan dunia..1.2 Identifikasi Masalah
Perlu peningkatan daya tarik terhadap budaya sejarah masa lalu Indonesia agar masyarakat mengetahui betapa pentingnya sejarah masa lalu negaranya, terutama candi Prambanan yang dahulu merupakan sejarah atau legenda dari Loro Jonggrang. Ini merupakan tugas pemerintah untuk membikin program yang lebih menarik untuk mengatasi permasalahanyang berlangsung selama ini.1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapatlah dirumuskan pokok permasalahan. Antara lain :
1. Bagaimana daya tarik candi Prambanan meningkatkan wisata domestik dan mancanegara.2. Seberapa besar minat masyarakat untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Indonesia.
Penelitian ini akan dibatasi oleh hal-hal yang bersifat pengetahuan tentang sejarah pada candi Prambanan yang menjadi tempat sejarahnya Loro Jonggrang.1.4 Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini yaitu :1. Mengenal lebih lanjut tentang sejarah masa lalu candi Prambanan.2.Membangkitkan minat wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk berwisata di candi Prambanan.3.Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang sosial dan budaya.4.Melatih diri dalam menyusun suatu masalah kedalam bentuk tulisan.5.Belajar mencintai dan melindungi warisan budaya bangsa.6.Salah satu syarat dalam mengikuti ujian sekolah dan ujian nasional.
BAB IIPEMBAHASAN MATERI
2.1 Sejarah Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja Dinasti
Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi menimbulkan pendapat
bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung
berdasarkan prasasti berangka 856 M “Prasasti Siwargrarha” sebagai manifest politik untuk
meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.Prasasti Siwargrarha tahun 856 M yang
dikeluarkan oleh Rakai Pikatan tidak diketahui asalnya, kini disimpan di Museum Nasional
Jakarta.
Prasasti ini mulai menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil menguraikan dan
membahasnya. Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam prasati tersebut, yaitu: Bahasanya
merupakan contoh tertua prasasti yang berangka tahun yang ditulis dalam puisi Jawa kuna;
Isinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari
pertengahan abas ke IX M; Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang suatu “gugusan
candi”, sesuatu yang unik dalam epigrafi Jawa kuna.Dari uraian diatas yang menarik adalah
peristiwa sejarah dan uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa sejarah yang
dimaksud adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga Sailendra melawan Rakai
Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa kalah dan melarikan diri ke Sumatera.
Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang
perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi besar.
Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut dalam prasasti Siwargrarha
dapat dibandingkan dengan kompleks candi Prambanan, gugusan candi yang dibangun pusatnya
dipagari tembok keliling dan dikelilingi oleh deretan candi perwara yang disusun bersap hanya
terdapat pada candi Prambanan.Disebutkan pula candi Perwara sama dalam bentuk dan ukuran.
Hal lain yang menarik adalah 2 buah candi Apit, masing-masing didekat pintu masuk
utara dan selatan.Keterangan mengenai gugusan candi yang terletak didekat sungai
mengingatkan pada gugusan candi Prambanan dengan sungai Opak di sebelah baratnya dan jika
dari jarak antara sungai Opak dan gugusan candi Prambanan dan adanya pembelokan aliran
sungai kemungkinan pembelokan tersebut terjadi diantara desa Klurak dan Bogem. Dengan
demikian, tampaknya uraian yang terdapat dalam prasasti Siwargrarha tentang gugusan candi
tersebut lebih cocok dengan keadaan candi Prambanan.
Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak
terawatnya candi-candi di daerah Prambanan, kondisi ini semakin parah dengan terjadinya
gempa bumi dan beberapa kali meletusnya Gunung Merapi yang menjadikan candi Prambanan
runtuh dan meninggalkan puing-puing batu yang berserakan. Candi Prambanan dikenal kembali
saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan
tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Candi Prambanan dikenal kembai saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991.
Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok. Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko, yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks candi Prambanan.
Usaha pertama kali untuk menyelamatkan candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman
pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902
dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan
candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil
disusun percobaan candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan pemugaran
diselesaikan oleh bangsa Indonesia, tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar dan
secara resmi dinyatakan selasai oleh Presiden Dr. Ir. Sukarno.
Pemugaran candi di wilayah Prambanan terus dilaksanakan, diantaranya yaitu pemugaran candi
Brahma dan candi Wisnu. Pemugaran candi Brahma dimulai pada tahun 1977 dan telah selesai
dan diresmikan oleh Prof Dr. Haryati Soebandio tanggal 23 Maret 1987. Candi wisnu mulai
dipugar pada tahun 1982 selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 27 April 1991.
Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi yang berada di depan candi
Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut.
2.2 Objek Yang Terdapat Pada Candi Prambanan
A.Objek Pada Candi Prambanan
Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter,
dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju
Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa(tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara).
Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi
Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan
Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).
B.Relief Pada Candi Prambanan
Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief
cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana.
masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana
tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.
Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana
yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat
cansi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan
candi Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar
langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief
cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan
Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.
Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa
Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut
legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh
ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah
patung dalam waktu satu malam.
Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati
oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.
Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana
(kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang
ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi,
kendaraan Dewa Shiwa.
Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu
yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa
itu kini telah dipugar.
Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah
halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.
Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian
16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di
sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut
Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini,
terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi
candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.
Sejarah
CANDI PRAMBANAN merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter, dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).
Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.
Candi Prambanan dikenal kembai saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok.
Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko, yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks candi Prambanan.
Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat cansi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak di
sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.
Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.
Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.
Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa.
Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa itu kini telah dipugar.
Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.
Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut.
Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.
1. A. LATAR BELAKANG
Daerah istimewa yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan nama jogja,merupakan kota yang terkenal dengan sejarah dan warisan budayanya.
Yogyakarta merupakan pusat kerajaan mataram,dan sampai saat ini masih ada keraton yang masih berfungsi dalam arti sesungguhnya.jogja juga memiliki banyak candi yang berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan besar zaman dahulu,salah satunya adalah candi borobudur yang dibangun pada abad ke 9 olehdinasti syailendra,sedangkan arsitek dari candi tersebut adalah gunadharma.
Pegunungan,pantai-pantai,hamparan sawah yang hijau dan udara yang sejuk menghiasi keindahan kota jogja.masyarakat jogja hidup dengan damai dan mempunyai keramahan yang khaas.coba kita berkeliling desa,kita pasti akan mendapat senyuman dansapaan yang hangat dari para penduduk sekitar.
Suasana seni yang begitu terasa di jogja.malioboro yang merupakan urat nadi jogja dibanjiri barang-barang kerajinana dari segenap penjuru.para pengayuh becakpun siap mengantarkan kita mengelilingi tempat-tempat pariwisata.
Tak ayal bila kota jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu tujuan utama para wisatawan mancanegara,untuk berlibur dan mengabiskan sisa waktu istirahatnya di jogja.
BAB II
CANDI PRAMBANAN
1. A. Letak Candi Prambanan
Setelah puas dengan pemendangan di Candi Borobudur, kami melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan. Kami tinggal balik lagi ke Kota Yogjakarta. Dari Yogyakarta, lurus saja ke arah timur (arah ke kota Solo). Candi Prambanan itu terletak di sebelah kiri jalan Yogya-Solo, tepat di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah. Candi Prambanan terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, kabupaten Sleman, Provinsi daerah Istimewa Yogyakarta.
1. B. Pendiri Candi Prambanan
Pada abad ke 9 Kerajaan Mataram Hindu diperintah oleh seorang rajayang bernama rakai Pikatan yang berasal dari Dinasti Sanjaya. Beliau mempunyai seorang permaisuri yang bernama Pramodawardani. Pramodawardani adalah putri dari amaratungga, pendiri Candi Borobudur dari Dinast Syailendra. Pada masa pemerintahannya, Raja Rakai Pikatan mendirikan sebuah bangunan Candi Hindu yang megah dan indah. Candi tersebut adalah Candi Prambanan. Candi tersebut dibangun sebagai ungkapan rasa syukur kepada dewa Syiwa.
Sampai pada akhir pemerintahanrakai Pikatan, penbangunan Candi Prambanan belum selesai. Selanjutnya, pembangunan candi tersebut dilanjutkan dan diselesaikan oleh raja berikutnya yaitu Rakai Belitung.
1. C. Kompleks Candi Prambanan
Kompleks candi prambanan terdiri atas tiga halaman. Halaman-halaman itu sebagai berikut.
1. Halaman Pertama
Halaman pertama luasnya 110 x 110 meter. Di halaman pertama tersebut terdapat beberapa candi yaitu Cndi Siwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, Candi Nandi, Candi Garuda, Candi Hangsa, Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok (Sudut). Candi induk pada halaman pertama adalah Candi Siwa yang menghadap ke arah timur.
1. Candi Siwa
Candi terbesar di halaman pertama merupakan candi utama. Dalam candi tersebut terdapat arca Dewa Siwa Mahadewa. Selaiin Arca Siwa Mahadewa dalam Candi Siwa terdapat juga Arca Agastya, Ganesa, dan Durga Mahisasuramardini.Pada dinding Candi Siwa terdapat Relief cerita Ramayana. Cerita dimulai dari Raden Rama memenangkan sayembara dan menerima hadiah Dewi Sinta sampai pembuatan bendungan oleh para prajurit kera menuju negeri Alengka. Untuk mengetahui jalan cerita Ramayana tersebut pengunjung harus berjalan searah jarum jam. Cara membaca relief seperti itu disebut pradaksian.Di depan Candi Siwa terdapat Candi Nandi yang di dalamnya terdapat Arca Lembu Nandi yang merupakan kendaraan Dewa siwa.
1. Candi Brahma
Candi Brahma terletak di sebelah selatan Candi Siwa. Di dalam candi tersebut terdapat Arca Dewa.Brahma. pada dinding Candi Brahma juba terdapat relief Ramayana yang merupakan kelanjutan relief Ramayana yang terdapat di Candi Siwa. Di depan Candi Brahma terdapat Candi Hangsa yang di dalamnya terdapat Arca Hangsa yang merupakan kendaraan Dewa Brahma.
1. Candi Wisnu
Candi Wisnu terletak di sebelah utaraCandi Siwa. Di dalam Candi Wisnu tersebut terdapat Acra Wisnu. Pada dinding Candi Wisnu terdapat relief cerita Kresnayana yang menceritakan tentang riwayat Kresna. Di depan Candi Wianu terdapat Candi Garuda yang di dalamnya terdapat Arca Burung Garuda Suparna yang merupakan kendaraan Dea Wisnu.
1. Candi Apit
Candi Apit terdapat di sebelah utara dan selatan Candi Siwa. Candi Apit merupakan pendamping Candi Brahma, Candi Siwa, dan Candi Wisnu.
1. Candi Kelir dan Candi Sudut (Patok)
Di halaman pertama juga terdapat beberapa candi yang dinamakan Candi Kelir dan Candi Sudut (Patok).
1. Halaman Kedua/Tengah
Halaman kedua/tengah kompleks Candi Prambanan ini seluas 222 x 222 meter. Di halaman kedua kompleks Candi Prambanan terdapat 224 candi kecil yang disusun menjadi empat deret. Candi-candi tersebut disebut Candi Perwara. Deret pertama terdiri dari 68 Candi Perwara. Deret kedua terdiri dari 60 Candi Perwara. Deret ketiga terdiri dari 44 Candi Perwara. Candi-candi Perwara tersebut mengelilingi candi utama pada halaman utama.
1. Halaman Ketiga/Luar
Di halaman luar kmpleks Candi Prambanan sampai saat ini belum ditemukan peninggalan-peninggalan candi. Halaman ini merupakan halaman terluar dari kompleks Candi Prambanan. Di halaman luar bagian barat terdapat Panggung Terbuka Ramayana. Pada waktu-waktu tertentu di Panggung Terbuka Ramayana dipentaskan Sendratari Ramayana yang mengisahkan tentang cerita Ramayana.Candi Prambanan ditemukan pertama kali pada tahun 1733 oleh seorang berkebangsaan Belanda, C>A> Lons. Pada waktu itu keadaan Candi Prambanan tertimbun tanah dan ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman.Seperti halnya Candi Borobudur, Candi Prambanan juga mengalami beberapa kali pemugaran. Pada tahun 1902 Van Erp mengadakan pemugaran pada Candi Prambanan. Pada tanggal 20 Desember 1953 pemugaran Candi Siwa dinyatakan selesai seluruhnya dan diresmika oleh Presiden Soekarno. Selanjutnya, pemugaran tahap ketiga selesai pada tanggal 20 Februari 1993. peresmian selesainya pemugaran dilakukan oleh Presiden Soeharto.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari 17.000
pulau membentang dari Sabang hingga Merauke. Karena itu, negara kita
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Tidak hanya pulau-pulau
yang membentang dari Barat ke Timur maupun Utara ke Selatan negara kita
juga dikenal memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, salah
satunyadibidang pariwisata. Banyak turis-turis mancanegara yang sengaja
datang ke Indonesia untuk memanjakan diri mereka dengan menikmati
keindahan alam Indonesia ini. Banyak dari mereka yang justru jatuh cinta
dengan kekayaan alam Indonesia. Memang, negara kita menjadi salah satu
surga wisata bagi para pelancong luar dan dalam negeri. Berbagai hal
menarik dan menakjubkan ada di sini. Akan tetapi pemanfaatan sumber
daya alam Indonesia masih belum maksimal sehingga kita belum
memperoleh hasil yang optimal terutama dari sektor pariwisata.
Pada tahun 2009 pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal
penerimaan devisasetelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak
kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara
yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74%
dibandingkan tahun sebelumnya, dan menyumbangkan devisa bagi negara
sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat. Hal ini merupakan pancapaian
yang sangat baik dan signifikan bagi perkembangan pariwisata dan ekonomi
Indonesia. Namun beberapa golongan masyarakat merasa banyak hal yang
belum terpenuhi dalam hal fasilitas wisata. Seperti di Candi Borobudur,
terdapat kereta wisata yang mengajak pengunjung berkeliling. Namun,
kereta tersebut hanya mengantarkan pengunjung hingga ke lokasi utama
Candi Borobudur, setelah itu pengunjung harus berjalan kaki cukup jauh
untuk bisa kembali ke pintu gerbang. Cukup melelahkan terutama bagi
pengunjung yang tidak terbiasa berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh.
Di Pulau Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu tempat
yang paling sering dikunjungi wisatawan mancanegara maupun domestik
karena terdapat banyak objek wisata yang memiliki daya tarik bagi para
wisatawan, seperti Taman Pintar, Kraton, Museum Affandi, dan objek wisata
disekitarnya seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Pada 2010
tercatat kunjungan wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian
152.843 dari mancanegara dan 1.304.137 orang dari nusantara. Bayangkan
jika pengelolaan objek wisata di Daerah Istimewa Yogyakata dan setiap
wilayah Indonesia telah maksimal, bisa dipastikan wisatawan yang
berkunjung semakin bertambah dan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan wilayah lainnya semakin meningkat. Pada tahun 2010 di DIY tedapat 91
desa wisata dengan 51 di antaranya yang layak dikunjungi. Ini berarti ada
sekitar 40 desa wisata DIY yang tidak layak dikunjungi. Diantara desa-desa
yang dapat dikunjungi tersebut memiliki keistimewaan masing-masing
seperti Desa Kasongan, akan tetapi fasilitas di lokasi yang tidak memiliki
lahan parkir membuat orang-orang yang berkunjung merasa kesulitan untuk
mencari tempat parkir kendaraan yang aman dan memadai.
Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek
wisata yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat
signifikan menjadi motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum
bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu: jasa; perdagangan; hotel dan
restoran; serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek pengganda
(multiplier effect) yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan
meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja
dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.
Selain hal tersebut diatas latar belakang dibuatnya karya ilmiah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
serta menambah pengetahuan tentang objek wisata di Yoyakarta dan
sekitarnya.
Tujuan
Tujuan dibuatnya karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui seberapa
jauh optimalisasi pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya oleh pihak-pihak
terkait dan manfaatnya bagi kehidupan masyarakat.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui objek-objek wisata yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya.
Dapat memperoleh hal-hal positif yang berkaitan dengan objek-objek wisata
Yogyakarta dan sekitarnya.
Mengetahui sejarah objek-objek wisata Yogyakarta dan sekitarnya.
Mengetahui sejauh mana pengoptimalan objek-objek wisata yang ada di
Yogyakarta dan sekitarnya.
Kartini tidak di karuniai Tuhan umur panjang. Lahir pada 21 April 1879 dan meninggal pada 17 September 1904. Tetapi umur yang pendek itu sempat menggoreskan riwayat yang dikenal banyak orang. Dikenal lantaran surat-suratnya yang mampu menggerakkan hati setiap pembacanya. Surat-surat itu ia tulis sejak 25 Mei 1899 sampai dengan 7 September 1904. Surat terakhir ia tulis tepat sepuluh hari sebelum ia meninggal. Gaya, ungkapan, serta ketajaman surat-surat itu mencerminkan kecerdasan dan pribadinya yang tanggap terhadap soal-soal kemanusiaan yang terjadi di sekitarnya. Kartini tampil sebagai pribadi yang gelisah, yang bertanya. Sekalipun dalam ciri-ciri aristokrasinya yang lembut dan penuh etiket kesopanan, tak pelak Kartini adalah sebuah protes, bahkan ia meneriakkan tuntutan-tuntutan yang keras dan sarkastis. Suaranya bergaung menembus ruang dan waktu yang luas dan panjang. Bahkan ia pada akhirnya telah menjadi bagian dari sejarah sebuah bangsa.1Surat-surat Kartini memang telah menjadi bukti sejarah tentang kemelut yang terjadi di sebuah masyarakat yang sedang mengalami perubahan mendasar. Dalam kehidupan Kartini, perubahan zaman itu menampakkan diri dalam bentuk pergulatan batin yang tandas. la bukan hanya mewakili cita-cita akan perubahan, akan tetapi juga kiblat. Yakni kiblat baru yang ditandai oleh masuknya pengaruh pendidikan Barat ke benak sumsum masyarakat Jawa tradisional pada masa tu. Kartini sekaligus juga mewakili wajah sebuah masyarakat yang enggan berubah, yang hendak mempertahankan milik berupa pusaka lama yang bernama adat. Terjadilah kecamuk pertentangan, tarik-menarik, konflik dan pergulatan batin. Dilema-dilema pelik bertabur di hadapan Kartini. Kekuatan-kekuatan besar, kepentingan-kepentingan kaum feodal dan kolonial, bertarung saling berebut pengaruh, saling tabrak dan kadang muncul pula dalam topeng-topeng tipu
muslihat dan siasat. Kartini tepat berada di tengah kemelut itu. Ia harus menentukan sikap.
Dalam surat-suratnya yang membentang pada jarak waktu selama kurang lebih
lima tahun, dapatlah ditelusuri pengalaman Kartini, pergulatannya selaku anak
sebuah zaman yang sedang berubah. Kartini sendiri bukanlah pemenang dalam
persengketaan dan perlawanan tersebut. Ia tidak keluar di sana selaku "pahlawan"
yang dengan gegap gempita memaklumkan keunggulannya atas lawan-lawannya
yang bernama penjajahan, penindasan, kekolotan, kebodohan, dan keserakahan.
Dan sebenarnya ia tidak hanya berhadapan dengan kebodohan bangsanya, akan
tetapi juga kebodohan pihak kolonial Barat yang hendak menghalangi perubahan-
perubahan yang sedang terjadi di tengah bangsanya.
Tulisan ini mengangkat permasalahan-permasalan apa sajakah yang dihadapi
Kartini pada zamannya, berdasarkan surat-surat Kartini kepada rekan-rekan
korespondensinya di negeri Belanda.
**
Kartini, sebagai anak penguasa tertinggi di wilayah Jepara, tidak mengalami
persoalan apa-apa dan akan merasa hidup sangat berbahagia di rumah besar
kabupaten seandainya ia tidak berkenalan dengan gagasan-gagasan yang dibawa
masuk oleh pendidikan model Barat ke tengah-tengah kehidupannya. Nasib telah
membawanya ke arah lain. Bakat, kecerdasan, serta kepekaannya turut
menyeretnya kepada pilihan-pilihan yang amat sulit ketika ia semakin lama
semakin menyelami kebudayaan Barat serta nilai-nilai baru yang amat ia kagumi.
Agaknya basis pendidikan yang rendah tersebut cukup bagi Kartini untuk
mengembangkannya sendiri. Khususnya berbekal penguasaan Belanda serta
kekuatan intelektualnya, ia mampu menyerap dan merumuskan persoalan yang
sedang dihadapi oleh bangsanya. Kartini, dalam keterbatasannya sebagai makluk
perempuan di dalam gedung kabupaten, mampu melayangkan pandangan dan cita-
citanya ke dunia modern di Barat. Ia menjelajahi pikiran-pikiran dunia maju dengan
jalan korespondensi. Dalam terbitan kumpulan surat-surat Kartini yang disusun oleh
Abendanon, terdapat sepuluh alamat dan lebih separo adalah perempuan.
Beruntung bahwa Niewenhuijs dalam artikelnya tentang Kartini secara luas
menyebut teman-teman korespondensinya, meskipun surat-surat tersebut sudah
tidak dapat ditemukan lagi. Ada kemungkinan jumlah sahabat korespondensi Kartini
lebih banyak lagi, mengingat dalam surat-suratnya yang sudah terbit Kartini
menyebut sejumlah nama atau tema tertentu yang berhubuftgan dengan nama-
nama tersebut, misalnya Snouck Hurgronje.
Sahabat pena Kartini bukanlah orang sembarangan. Mereka pada umumnya
memiliki pendidikan serta kedudukan yang tinggi di tengah masyarakat pada masa
itu. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan Kartini yang hanya lulusan sekolah dasar,
dan lagi usianya masih sangat muda. Dalam surat-suratnya Kartini tampak mampu
mengimbangi gagasan-gagasan mereka. Ia menyerap, mengolah, serta
merumuskan sendiri pikiran-pikiran tersebut sampai menjadi milik Kartini sendiri.
Dengan cara itu Kartini telah menjadi bagian dalam percaturan ide-ide .
Barat modern. Dengan kemauan dan kemampuannya berbahasa Belanda, yang
merupakan bahasa terpenting untuk memahami khasanah kebudayaan barat di
Hindia Belanda saat itu, ia sangat mengetahui apa yang sedang terjadi berikut
segala persoalan yang sedang berkembang sehubungan dengan relasi antara
negeri Belanda dan tanah jajahannya, Hindia Belancla. Dengan demikian Kartini
banyak mengerti tentang aliran baru yang mulai muncul dan menjadi lebih banyak
pendukungnya di kalangan swasta maupun amtenar Belanda yang terkenal dengan
nama " aliran Etis".
Di pihak lain, secara mengagumkan pula Kartini, dengan caranya sendiri berhasil
mengetahui keadaan rakyatnya, khususnya di Jawa. Dalam surat-suratnya ia kerap
menceritakan keadaan masyarakat pribumi, khususnya di sekitar Kabupaten Jepara.
Ia merumuskan persoalan-persoalan rakyat yang diketahuinya, kedaan hidup
mereka, kepercayaan mereka, serta hambatan-hambatan yang mereka hadapi.
Salah satu pokok yang dapat dibicarakan dan diinformasikannya secara tepat
adalah mengenai kehidupan keluarganya selaku priyayi tinggi di Jawa, yang masih
sangat terkungkung oleh banyak tata cara dan adat istiadat, yang pada akhirnya,
tidak bisa tidak, ditentangnya dengan keras.
Dalam ruang lingkup pergaulan, pengalaman, serta wawasan yang diperoleh Kartini
di tengah lingkungan tersebut di atas, maka ia dengan jelas dapat merumuskan
persoalan-persoalan yang dihadapinya. Dalam surat-suratnya, sedikitnya
terkandung tiga hal yang selalu muncul dan menjadi pokok perhatiannya. Pertama,
soal emansipasi wanita, khususnya melawan adat serta ajaran feodal yang
memelihara praktek poligami. Kedua masalah pendidikan di kalangan rakyat Jawa.
Dan ketiga adalah buruknya kehidupan rakyat yang disebabkan oleh bermacam-
macam sebab, khususnya menyangkut kondisi kesehatan mereka.
Persoalan Poligami
Poligami, yang memungkinkan seorang laki-laki secara sah bisa memiliki istri lebih
dari seorang, merupakan salah satu hasil penilaian tertentu mengenai hubungan
antara laki-laki dengan perempuan, khususnya dalam lembaga perkawinan. Dalam
lingkungan kehidupan bangsawan Jawa, tempat Kartini hidup, praktek poligami
merupakan hal yang biasa. Kebiasaan dan adat-istiadat yang hidup di kalangan
masyarakat- khususnya di kalangan priyayi Jawa yang berkedudukan tinggi,
memang menempatkan kedudukan perempuan memang tidak sama dengan
kedudukan kaum laki-laki. Perempuan tidak sepantasnya mengerjakan hal-hal yang
dikerjakan oleh laki-laki. Kedudukan yang dianggap cocok untuk perempuan adalah
sebagai pemelihara kedudukan rumah tangga. Seorang lelaki Jawa dididik secara
terpisah dan memiliki kesempatan yang jauh lebih besar dan lebih bebas. Dalam
rangka itu maka lelaki Jawa melihat seorang perempuan Jawa tidak bisa lebih
daripada melihatnya dalam hubungan sebuah keluarga, atau keluarga-keluarga
dengan seorang lelaki sebagai kepalanya; tepatnya dalam hubungan perkawinan.
Perempuan hanya berharga apabila dihubungkan dengan soal perkawinan. Dan
perkawinan itu sendiri seringkali merupakan puncak kesengsaraan kaum
perempuan, karena meskipun menjadi istri sah dari suaminya, ia bukan satu-
satunya istri, melainkan salah satu istri drsamping istri-istri yang lain. Kartini
melihat kenyataan yang timpang dan tidak adil ini dengan kegeraman.
"...saya akan menyinggung kaum lelaki dalam sifat mereka yang selalu
mementingkan diri sendiri, egoistis. Celakalah mereka itu...yang menganggap
egoisme lelaki semacam ini sebagai sesuatu yang sah dan adil".2
Kartini mengemukakan persoalan poligami sebagai pemberontakan. Ia mengetahui
bahwa adat-istiadat semacam ini, apabila diberi toleransi, akan memperanakkan
jenis ketidakadilan yang lain, seperti kawin paksa, batasan yang menyakitkan hati
tentang hak perceraian, perkawinan anak-anak di bawah umur, dan penghormatan
martabat seorang perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Kartini tidak
membesar-besarkan soal poligami ini, ia tidak berkhayal. Ia sendiri dalam
keluarganya, mengalami kepedihan yang diakibatkan oleh musuh besarnya yang
utama itu.
Ibu kandung Kartini bukan raden ayu, dan sekalipun ia istri sah dari Bupati
Sosroningrat, Ibu Kartini tidak berhak untuk tinggal di rumah utama kabupaten.
Ngasirah melahirkan delapan orang anak, lima di antaranya adalah lelaki. Raden
Ayu memiliki tiga orang anak perempuan. Sekalipun Kartini tidak pernah
mengungkapkan secara terbuka penderitaan yang dialami oleh ibu kandungnya,
dapat dibayangkan betapa perasaannya melihat keanehan kehidupan di kabupaten.
Ngasirah tetap dalam martabatnya selaku perempuan, tetap harus merangkak-
rangkak dan menunduk-nunduk karena ia berasal dari kalangan jelata. Sedangkan
anak-anaknya, karena mereka merupakan benih dari seorang bangsawan,
dihormati selaku para bangsawan. Dengan demikian Ngasirah tidak dianggap
sebagai seorang Ibu, melainkan hanya seperti seorang pembantu, atau sekedar
seorang yang telah melahirkan. Kartini dengan pedih menulis:
"... saya telah melihat neraka darijarak dekat-malahan saya berada di
dalamnya-,.. .saya telah menyaksikan penderitaan, dan merasakan sendiri
kesengsaraan ibu saya sendiri... karena saya adalahanaknya." (F.G.P. Jaquet; 2987,
tidak terbit di DDTL oleh Abendanon).3
Pengalaman lain tentang poligami terjadi pada adiknya sendiri Kardinah. Kardinah
menikah dengan patih dari Pemalang, yang sudah beristri dan mempunyai enam
orang anak. Perkawinan itu dilakukan dengan paksaan kedua orang tuanya. Kartini
sendiri dengan semangat menyala-nyala menuliskan pendapatnya tentang
perkawinan dan poligami. Dalam salah satu suratnya kepada sahabatnya, Stella, ia
menulis:
"..Saya tidak akan, sekali-kali tidak akan jatuh cinta. Karena mencintai seseorang,
menurut hemat saya, pertama-tama harus ada rasa hormat. Dan saya tidak bisa
menghormati seorang pemuda Jawa. Bagaimana saya bisa menghormati seseorang
yang sudah kawin dan menjadi ayah, yang apabila sudah bosan kepada ibu dan
anak-anaknya, dapat membawa perempuan lain ke rumah dan mengawininya
secara syah..."4
Kepada alamat lain, yaitu Ny. Abendanon-Mandri, Kartini juga melancarkan
serangannya yang sengit ke arah poligami dengan menyuarakan protesnya:
"...Bukankah hal itu merupakan perkosaan terhadap kodrat alam, apabila
perempuan harus tinggal dengan damai serumah dengan madunya?
Sesungguhnyalah, anak bangsa ini sendiri, kaum perempuan hams mendengarkan
suaranya. Masih akan adakah orang yang dengan tenang mengatakan bahwa
"keadaan mereka melihat dan mengetahui yang telah karni lihat sendiri? Saya
pernah mengutip sesuatu pidato Prof. Max Muller, seorang ahli bahasa-bahasa
Timur yang ulung dari Jerman, yang juga ahli sejarah dan lain-lain. Bunyinya kurang
lebih: Poligami seperti yang dijalankan bangsa-bangsa Timur adalah suatu
kebajikan bagi kaum perempuan dan gadis-gadis yang di dalam negerinya tidak
dapat hidup tanpa suami atau pelindung. Max Muller sudah tiada, kami tidak dapat
memanggilnya kemari untuk memperlihatkan adat itu kepadanya. Orang berusaha
membohongi kami, bahwa tidak kawin itu bukan hanya aib, melainkan juga dosa
besar...".5
Perlawanan Kartini terhadap praktek poligami di kalangan bangsawan Jawa pada
akhirnya membawa dia pada kesadaran bahwa ia sendiri sudah selalu hidup dalam
bayang-bayang musuh besar yang dilawannya. Ia sadar bahwa ia sedang
berhadapan dengan lawan yang sangat bengis dan kuat, yang didukung oleh adapt
istiadat, bahkan juga dibenarkan oleh ajaran-ajaran agama yang ada pada masa itu.
Sudah sewajarnya apabila Kartini juga merasa was-was dan takut.
"... Saya putus asa, dengan rasa pedih-perih saya punter-puntir tangan saya jadi
satu. Sebagai manusia saya merasa seorang diri tidak mampu melawan kejahatan
berukuran raksasa itu, dan yang - aduh alangkah, kejamnya! Dilindungi oleh ajaran
Islam dan dihidupi oleh kebodohan perempuan: korbannya aduh! saya pikir saya
mungkin pada suatu ketika mungkin nasib menimpakan kepada saya suatu siksaan
yang kejam, yang bernama poligami itu! Saya tidak mau! Mulutku menjerit hatiku
menggemakan jeritan itu ribuan kali...".
Dugaan Katini tidak luput. Tiga tahun kemudian ia harus menikah dengan seorang
yang bukan pilihannya sendiri. Lagi pula laki-laki itu memiliki tiga istri dan tujuh
orang anak. Anak yang tertua hanya berbeda delapan tahun dengan Kartini.
Pernikahan dengan Bupati Rembang, Djojoadiningrat, tak dapat dielakkan dan itu
berlangsung pada 8 November 1903. Mengenai pertunangannya, Kartini merasakan
itu sebagai kehinaan yang memalukan. Mahkota di kepalanya telah direnggut dan
jatuh berantakan di pasir. Kebanggaan dan kebesaran dirinya telah sirna. Kartini
merasa bahwa dirinya kini hanyalah salah seorang dari ribuan korban perempuan
Jawa yang hendak ditolongnya. Malah ia telah menambah jumlah bilangan korban
tersebut. Perlawanan Kartini menemui jalan buntu, bahkan menelan korban baru,
dirinya sendiri.
Rintihan Kartini yang bernada tragis disuratkan juga kepada Ny. Abendanon, kurang
lebih sebulan sebelum hari pernikahan. Ia merasa telah mati dengan sia-sia. Secara
fisik, moral telah patah, tak memiliki apa-apa lagi. Ia merasa gagal dalam
perjuangannya, tak satupun hasil, yang dicapainya. Semuanya, segala cita-cita
telah runtuh oleh oleh egoisme orang-orang. Sayap-sayap telah putus, hatinya
pecah berkeping-keping. Ia harus mengangkat sendiri beban penderitaan beban
penderitaan itu, dan ia merasa tidak mampu menanggungnya.
Sesudah pernikahan, ia segera diboyong ke Rembang, dan menjadi raden ayu di
kabupaten. Kartini tidak memberontak lagi, tidak menjeritkan kegelisahananya
terhadap nasib perempuan Jawa. Surat-surat yang ditulisnya dari Rembang bukan
lagi surat-surat protes tentang kedudukan perempuan, dan bukan tentang soal
poligami. Tampaknya ia berusaha damai dengan keadaannya yang baru. Tanpa
protes Kartini memang tidak berhak lagi mengeluhkan keputusan yang telah
diambilnya meskipun dengan berat dan terpaksa, surat-surat Kartini pada periode
Rembang adalah surat yang menyatakan kebahagiannya di tengah suami, ketiga
istri selir, dan tujuh anak-anaknya. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama.
Kebahagiaan itu dengan sendirinya berhenti, ketika pada 17 September 1904 ia
meninggal, empat hari setelah ia melahirkan anak laki-lakinya.
Pendidikan Rakyat dan Emansipasi Wanita
Minat kartini pada soal pendidikan di kalangan masyarakat luas amatlah besar. Ia
menyadari keterbelakangan mereka. Massa rakyat yang berjumlah jutaan orang
tersebut masih berada dalam kegelapan dan kebodohan. Keterbelakangan ini amat
mempengaruhi kesejahteraan hidup rakyat, karena mereka tidak tahu bagaimana
mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi, seperti soal pangan, kesehatan,
mengatur ekonomi rumah tangga, ataupun mendidik anak. Kartini bercita-cita
memperbaharui masyarakat yang kolot, yang tidak punya daya hidup lagi. Ia ingin
membuat perubahan. Dalam suratnya yang panjang kepada Estella Zeehandellar
pada Januari 1900, Kartini banyak membicarakan keadaan rakyat yang
menyedihkan yang disebabkan oleh suasana kolonial, khususnya para pejabatnya.
Kartini merasa bahwa pemerintah kolonial setengah hati menolong memajukan
rakyat. Kartini mengutip pandangan ayahnya yang tertuang dalam sebuah nota
untuk pemerintah yang menyatakan bahwa salah satu kunci untuk memecahkan
persoalan rakyat di tanah Jawa adalah dengan mendidik mereka.
Pemerintah tidak mungkin bisa menyediakan nasi di piring bagi setiap orang untuk
mereka makan, tetapi yang bisa dilakukan pemerintah adalah memberikan daya
upaya agar rakyat sanggup mencapai tempat di mana makanan itu tersedia. Daya
upaya itu adalah pendidikan. Pemberian pendidikan kepada anak negeri berarti
bahwa pemerintah memberikan suluh ke tangan mereka, agar selanjutnya ia sendiri
menemukan jalan yang semestinya menuju tempat di mana nasi itu terdapat.
Selanjutnya terdapat kecanggungan pemerintah melakukan pendidikan rakyat,
Kartini mengemukakan kritiknya yang pedas:
"...hak adalah hak dan adil adalah adil. Maklumlah, dalam hal kemajuan dan
peradaban, kami ingin sama dengan orang Eropa. Hak yang kami tuntut untuk diri
kami sendiri, harus kami berikan pula kepada orang lain yang memintanya kepada
kami. Merintangi kemajuan rakyat kiranya sama halnya dengan perbuatan Tsar,
yang mengkotbahkan perdamaian dunia, sedang ia sendiri menginjak-injak hak
rakyat dengan kakinya".6
Dan selanjutnya:
"Oh, sekarang saya paham, mengapa orang tidak setuju dengan kemajuan orang
Jawa. Kalau orang Jawa berpengatahuan, ia tidak akan lagi mengiyakan dan
mengamini saja segala sesuatu yang ingin dikatakan atau diwajibkan kepada
mereka oleh atasan mereka".
Dalam soal pendidikan kepada rakyat, khususnya yang memberikan perhatian
besar kepada peran kaum perempuan, Kartini banyak memperoleh ide yang segar
dari Direktur Urusan Pengajaran dan Kerajinan, J.H. Abendanon, salah seorang dari
kalangan etisi yang menaruh perhatian pada usaha memajukan rakyat pribumi.
Kartini mengutip sebuah surat edaran Abendanon yang ditujukan kepada kepala-
kepala pemerintahan daerah mengenai pendirian sekolah untuk anak-anak
perempuan bumiputra.
Dari masa ke masa menjadi semakin jelas bahwa kemajuan para perempuan
merupakan faktor yang penting untuk untuk membudayakan bangsa itu.
Kecerdasan penduduk bumiputera tidak akan terjadi secara cepat bila perempuan
adalah pendukung peradaban.
Uraian Kartini mengenai persoalan ini bertaburan hampir dalam setiap suratnya,
dan ia mengemukakan dengan penuh semangat serta optimisme yang tinggi.
Pikiran Kartini mengenai permasalahan pendidikan paling jelas dan sistematik
tampak dalam sebuah nota yang ditulisnya dengan judul "Berikanlah Pendidikan
Kepada Orangjawa". Naskah itu ditulis oleh Kartini di Jepara pada Januari 1903. Di
samping itu juga anaskah lain yang ditulis oleh Kartini dan Rukmini, adiknya (dari
ibu lain), yang juga merupakan nota pada lampiran surat permohonan pada
pemerintah tertanggal 19 April 1903. Gagasan Kartini tentang pendidikan banyak
dibentuk dan didasari pemikiran-pemikiran Abendanon. Dialah orang Belanda
pertama dengan jabatan tinggi yang dengan sungguh hati mencari jalan agar kaum
wanita benar-benar memperoleh pendidikan.
Keadaan Rakyat di Mata Kartini
Dalam hal pendidikan, emansipasi wanita, dan pemikiran sehubungan dengan
Kartini menyandarkan diri pada informasi serta wawasan sahabat-sahabat penanya
dari Belanda. Namun menyangkut persoalan rakyatnya, Kartini memperoleh
informasi dari lingkungannya sendiri terutama dari ayah dan saudara-saudaranya,
serta atas inisiatifnya sendiri menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Penuturannya tentang keadaan rakyat yang ia ketahui bahkan seolah-olah
merupakan kritik yang dialamatkan kepada teman-teman Belandanya itu. Sekalipun
kebanyakan waktunya dia habiskan di kamarnya untuk membaca, merenung dan
menulis, Kartini sering juga keluar dari tembok kabupaten. Dengan pengamatannya
yang tajam ia mampu merumuskan persoalan masyarakat di sekitarnya. Ia sering
pula mengikuti ayahnya melakukan kunjungan ke desa-desa di wilayah
kekuasaannya. Atas inisiatifnya sendiri pula ia mengamati kehidupan para pembatik
dari dekat. Juga Ia bisa banyak bercerita tentang industri kayu yang terkenal di
daerah Jepara. Kartini tahu dengan tepat harga serta pendapatan yang diperoleh
oleh perajin tersebut. Selain itu ia juga sangat memberi perhatian pada berita-berita
hangat tentang keadaan rakyat melalui koran yang dibacanya.
Dalam hubungan ini tepatlah apabila pertama-tama disebut tentang persoalan
candu. Kebiasaan menghisap candu ini sudah lama menjadi penyakit masyarakat
yang menghabiskan daya hidup rakyat Jawa. Bencana ini telah dialami oleh rakyat
secara menyeluruh sebagai kutuk mengerikan. Kriminalitas dan serta keruntuhan
hidup rumah tangga selalu merupakan akibat yang disuguhkan oleh candu. Candu
adalah musuh besar masyarakat tetapi soalnya adalah perdagangan candu justru
dilindungi oleh pemerintah. Tulis Kartini sengit:
"Persoalan ini tetap mengharu biru dalam bayangan Kartini sebagai laknat besar.
Kira-kira lima setengah tahun kemudian, di Rembang ia menulis lagi tentang usaha
suaminya, Bupati Djojoadiningrat, untuk mengakhiri kebiasaan buruk rakyat
tersebut. Namun usaha tersebut mendapat jawaban dari seorang anggota Dewari
Hindia, bahwa pemerintah memang membutuhkan uang. Tengoklah! Tulis Kartini,
jadi bukannya rakyat yang tidak mau berhenti menghisap candu, tetapi pemerintah.
Pahit tetapi benar, kutuk terhadap orang Jawa adalah sesuatu kekuatan hidup bagi
pemerintah".
Soal lain yang menjadi keprihatinan Kartini adalah pajak. Sebagai orang yang
memikirkan rakyatnya, Kartini tidak dapat melepaskan satu soal yang sudah sejak
zaman Tanam Paksa amat memberati rakyat, yaitu soal pajak. Ia juga mengatakan
bahwa zaman tatkala para penguasa pribumi memeras rakyatnya sebagaimana
dikumandangkan dengan nyaring oleh Multatuli telah lewat. Kartini kini amat
meresahkan beban pajak yang ditaruh dipundak rakyat oleh pemerintah. Ayahnya
seorang penguasa pribumi, tidak seperti yang digambarkan Multatuli. Kartini
mengakui bahwa kritik amat keras yang dilancarkan oleh buku Max Havelaar
terhadap para penguasa pribumi ada benarnya. Tetapi secara khusus menyangkut
ayahnya, ia menyangkal keras bahwa ayahnya menindas rakyat.
Dengan permainan kata yang halus dan lucu, Kartini berusaha menjelaskan bahwa
yang menyebabkan wabah penyakit dan bencana kelaparan serta kesengsaraan
rakyat adalah regen (bahasa Belanda, yang artinya hujan). Saat itu hampir seluruh
Jawa memang mengalami bencana alam beruntun, kalau bukan musim kering yang
berkepanjangan, hujan kelewat banyak, sehingga panen selalu gagal. Jadi
kesengsaraan disebabkan oleh regen (hujan), dan bukan oleh regent (bahasa
Belanda, artinya bupati), yang oleh Multatuli digambarkan sebagai penghisap dan
penindas rakyat. Kartini sering bercerita tentang ayahnya yang bekerjan keras
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ia juga memberi gambaran tentang
pamannya, Bupati Demak, sebagai seorang pemuka masyarakat yang sungguh-
sungguh memedulikan rakyatnya. Namun, Kartini juga tidak menutup mata
terhadap praktek buruk pejabat yang masih suka menerima upeti-upeti serta
pungutan pada rakyat. la menilai hal itu sebagi hal yang sangat memalukan. Bupati
Jepara ini dengan sekuat tenaga bekerja untuk rakyat, tetapi.., pemerintah memang
membebani rakyat dengan berbagai pajak yang sangat berat. Sebagai ilustrasi
Kartini memberi contoh kecil tetapi menyakitkan:
"...Apa sebab orang Jawa menjadi miskin? Pemotong rumput yang setiap hari
penghasilannya hanya 10 atau 12 sen terkena pajak pencaharian. Untuk tiap ekor
kambing atau domba yang disembelih, hams membayar pajak 20 sen. Demikianlah
penjual sate yang tiap hari menyembelih dua ekor kambing hams membayar pajak
setiap tahun 144 gulden. Lalu berapakah penghasilan mereka? Hanya cukup untuk
hidup...".7
Persoalan ketiga yang amat banyak memperoleh perhatian Kartini menyangkut
wabah penyakit dan soal kelaparan di kalangan penduduk. Pada paro kedua abad
19 dalam siklus kira-kira sepuluh tahun, pulau Jawa selalu dihinggapi serangan
epidemi yang selalu memakan korban jiwa puluhan ribu. Penyakit rakyat menular
ke mana-mana, seperti tuberkolosis, kolera, beri-beri, cacing, malaria, pes, dan lain-
lain yang begitu berjangkit sukar untuk dibendung. Hal itu memperlihatkan betapa
buruknya kondisi kehidupan rakyat baik di wilayah pedesaan maupun di kota. Juga
pelayanan kesehatan rakyat yang amat jelek, ditambah lagi kebodohan rakyat yang
tidak mengerti bagaimana menanggulangi wabah tersebut. Ditambah lagi dengan
bencana alam, musim kering yang telalu panjang, atau banjir yang tak tertahan
yang menyebabkan gagalnya panen dan bencana kelaparan. Pada tahun 1901 dan
1902 seluruh Pulau Jawa memang secara serentak dijangkiti oleh penyakit dan juga
bahaya kelaparan.
Dalam suratnya tanggal 10 Agustus 1901 kepada Dr. Adriani, Kartini bercerita
tentang wabah kolera yang berjangkit di Semarang dan juga kota-kota besar
lainnya, seperti Batavia dan Surabaya. Dalam surat yang sama ia menulis tentang
bencana kelaparan di Purwadadi. Pada bulan Oktober tahun yang sama, ia menulis
kepada Stella Zeehandelaar tentang kegagalan padi di derah Purwadadi dan
Demak. Sekitar 26.000 bau sawah tidak bisa mengeluarkan biji. Bencana ini
meniupkan pula kutuk kolera. Dalam suratnya tanggal 26 Mei, ia juga menceritakan
wabah kolera yang memakan korban 200 jiwa dalam seminggu. Wabah ini
menyerang kota Pemalang di mana adiknya, Kardinah, tinggal. Dan akhirnya pada
tanggal 17 Januari 1903 ia menyurat kepada Ny. Van Kol, memberitahukan
kesengsaraan rakyat Jepara yang tertimpa musim kering yang ganas dan panjang.
Sawah-sawah menjadi padang berwarna coklat, dan bencana yang menyakitkan itu
tampak membayang: kelaparan.
Bencana tersebut masih ditambah dengan bencana khusus untuk wanita, yaitu
kematian ibu sewaktu melahirkan. Ia menulis dengan pedih: setiap tahun di Pulau
Jawa dan seluruh Hindia Belanda rata-rata 20.000 wanita mati karena rnelahirkan,
dan 30.000 anak lahir meninggal karena pertolongan bidan yang tidak sempurna.
Semua gambaran yang diberikan Kartini, yang sering dengan amat mengharukan
dan kadang-kadang amat tajam diungkapkan, menunjukkan betapa "gelap-nya"
kehidupan rakyat Jawa saat itu. Mereka secara fisik dan mental amat terbelakang.
Secara sosial amat terbelenggu oleh adat yang buruk serta kebiasaan yang
merusak, dan selain itu dibebani pajak berat oleh pemerintah. Kondisi fisik
lingkungan, serta kesehatan amat menyedihkan sehingga selalu menjadi bulan-
bulanan siklus epidemi yang memakan korban ribuan jiwa.
***
Pergulatan Kartini bisa dimengerti dengan baik manakala seluruh pergulatan
batinnya diletakkan dalam konteks sebuah proses besar perubahan masyarakat di
Indonesia pada pergantian abad ke-19 dan abad ke-20. Perubahan itu khususnya
terjadi ketika masyarakat semakin disadarkan kepada upaya untuk memikirkan
masa depan yang lebih baik, ketika mereka mulai semakin mengerti makna kata
"kemajuan" yang disebarluaskan pada oleh pemerintah kolonial saat itu. Cita-cita
tantang kemajuan itu disebarluaskan oleh pemerintah kolonial menjalankan
program "politik etis". Pendidikan Barat mulai diperkenalkan secara sistematis di
kalangan penduduk bumiputra melalui para bangsawan dan pegawai pemerintah.
Pendidikan semacam inilah yang bagaikan virus merasuki seluruh bagian
masyarakat, menyebabkan demam dan menganggu kehidupan masyarakat sehari-
hari. Cita-cita untuk mengubah masyarakat semakin meningkat dan meluas di
segenap lapisan.
Dalam proses tersebut, Kartini bisa dibilang sebagai personifikasi dari proses
perubahan tersebut. Karena seluruh hidupnya ia curahkan kepada upaya mengajak
semua orang untuk terlibat dalam gerakan memperkenalkan gagasan-gagasan baru
tentang emansipasi, kebebasan, dan kemandirian, sebelum pada akhirnya harus
mengakui bahwa dirinya terlalu kecil untuk berhadapan dengan tantangan yang
terlalu besar.
Sumber
1. Th. Sumartana, Tuhan dan Agama Dalam Pergulatan Batin Kartini, hlm. 1.
2. Surat Kartini yang melukiskan hubungan yang memilukan antara laki-laki dan
perempuan Jawa antara lain dpat dibaca dalam suratnya kepada Stella
Zehandelar tanggal 17 Mei 1902.
3. F.G.P. Jaquet; 1987, tidak terbit di DDTL oleh Abendanon.
4. Surat tertanggal 6 November 1989 kepada Stella Zehandelaar … dalam
Armin Pane, 1992.
5. Surat tanggal 27 Maret 1902 kepada Ny. Abendanon Mandri … dalam DDTL.
6. Surat tertanggal 9 Januari 1901 kepada Stella Zeehandelaar … dalam DDTL
7. Surat Kartini tertanggal 10 Agustus kepada Ny. Abendanon Mandri pada
periods Rembang, sejak perkawinannya tanggal 8 November 1903, Kartini
tidak banyak lagi bercerita tentang cita-citanya mengenai pendidikan dan
emansipasi wanita. Disitu tampak bahwa Kartini Kalah dan gagal, Namun
pada masa itu dengan nada sengit ia banyak bicara soal keadaan rakyat
yang miskin dan sulit, karena pajak dan pengaruh candu dari pemerintah
kolonial.
MENGENAL PAHLAWAN NASIONAL RM. SURYOPRANOTO by Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta · 0 komentar
Kesan kota Yogyakarta yang disampaikan oleh Ir. Sukarno, bahwa
"Yogyakarta menjadi termashur olehkarena jiwa kemerdekaannya.
Hidupkanlah terus jiwa kemerdekaan itu". Kesan tersebut bukan muncul
begitu saja tanpa alasan. Namun dilandasi oleh peristiwa-peristiwa sejarah
yang melatarbelakanginya.
Sejak zaman Kerajaan Mataram, Yogyakarta telah menorehkan tinta emas
dalam album sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dari merintis hingga
mengisi kemerdekaan. Deretan nama tokoh pahlawan nasional muncul dari
Yogyakarta mengisi lembar demi lembar kenangan bangsa tersebut. Salah
satu diantaranya adalah RM. Suryopranoto, seorang tokoh keturunan
bangsawan Istana Pakualaman Yogyakarta. Karena kegigihannya dalam
membela kaum buruh melalui pemogokan, oleh pamerintah Belanda diberi
julukan "de staking koning" (raja pemogokan).
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jiwa pahlawannya".
Demikianlah kata bijak yang sering kita dengan. Namun, akan lebih
bijaksana jika pernyataan tersebut diberi makna baru, bahwa bukan hanya
jiwa pahlawannya, namun juga jiwa perjuangannya. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, marilah kita coba renungkan kembali siapa dan bagaimana,
pahlawan nasional RM. Suryopranoto.
Lahir Hingga Menjadi Pegawai Pemerintah Kolonial
RM. Suryopranoto dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal tanggal 11 Juni
1871. Ia adalah putra Kanjeng Pangeran Arya (KPA) Suryaningrat, seorang
pangeran istana Pakualaman putra Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
(KGPAA) Paku Alam III yang lahir dari garwa padmi (permaisuri). Oleh KPA
Suryaningrat, ayahnya, putra laki-laki tersebut diberi nama RM Iskandar.
Anak laki-laki yang kelak lebih populer dengan nama RM. Suryopranoto
tersebut merupakan putra pertama KPA Suryaningrat dari sembilan orang
bersaudara. Adapun kedelapan adiknya antara lain: R.M.. Suryosisworo, Ray.
Suwartiyah Bintang, R.Ay. Suwardinah Suryopratiknyo, R.M. Suwardi (Ki
Hadjar Dewantara), R.M. Joko Suwarto (KRT. Suryoningrat), R.M. Suwarman
Suryaningrat, R.M. Surtiman Suryodiputro, dan R.M. Harun Al Rosyid. (Drs.
Suratmin, 1981/1982:19)
Tahun-tahun pertama RM. Iskandar tumbuh berkembang di lingkungan
istana Pakualaman. Sebagai cucu pertama, RM Iskandar mendapat
perlakuan istimewa dari eyang putrinya. Ia sangat dimanjakan. Ketika RM
Iskandar sembuh dari sakit, apa saja yang dikehendakinya selalu dipenuhi.
Oleh neneknya RM. Iskandar diajak ke pasar Prambanan dan apa yang
dimintanya agar diambil dan abdi dalem yang mengawalnya yang akan
membayar. Dalam perkembangannya RM Iskandar tumbuh menjadi
bangsawan istana yang gamar berkelahi. Tabiat ini sudah nampak sejak
masa kanak-kanak, sering terlibat dalam perkelahian dengan anak abdi
dalem. Jika ada buah sawo kecik yang jatuh di halaman istana Pakualaman,
RM Iskandar segera menyuruh perga anak abdi dalem yang telah berada
disana. Jika seruannya tidak diindahkan maka perkelahian tak dapat
dihindari dan baru selesai setelah ada abdi dalem yang melerainya.
(Budiawan, 1991 : 25)
Pada usia kurang lebih tujuh tahun, RM Iskandar mengikuti ayahnya hidup
dikampung, keluar dari istana Pakualaman. Peristiwa ini merupakan hal yang
biasa, karena bila seorang pangeran telah berkeluarga, berhak untuk
dibuatkan rumah tinggal di luar istana. Namun bagi KPA Suryaningrat,
nampaknya peristiwa itu merupakan hal luar biasa. Seakan mereka memang
dibuang dari kehidupan istana Pakualaman. Hal itu dilatarbelakangi oleh
anggapan Belanda bahwa ayah KPA Suryaningrat (KGPAA Paku Alam III)
merupakan anasir yang menghalangi perkembangan kolonialisme. Sehingga
lengkap sudah cobaan yang diterima oleh KPA Suryaningrat setelah ia
kehilangan haknya sebagai putra mahkota setelah menderita tuna netra saat
memasuki usia dewasa. Sebagai pengganti KPA Suryaningrat, Belanda
mengangkat saudara sepupunya yang bernama Pangeran Notoningrat
sebagai KGPAA Paku Alam IV yang kemudian bergelar KGPAA Surya
Sasranigrat. (Budiawan, 1991: 21)
Kepindahan KPA Suryaningrat sekeluarga, termasuk RM Iskandar,
menjadikan kehidupan kampung lebih akrab dengan mereka. Pergaulan
dengan kaum bangsawan menjadi berkurang dan sebaliknya pergaulan
dengan anak kampung lebih meningkat. Kedekatannya dengan anak
kampung terlihat jelas ketika RM Iskandar bersama anak-anak kampung
belajar Al-Qur'an. Kadang-kadang setelah belajar, mereka tidak pulang dan
tidur di masjid Kauman. Permainan dan kebiasaan RM Iskandar juga
menyesuaikan dengan kehidupan anak-anak kampung lainnya, yang
biasanya mengandung unsur petualangan. Salah satu petualangan yang
biasa dilakukan oleh RM Iskandar adalah "memet" atau mencari ikan di Kali
Code dibawah jembatan Sayidan. Petualangan lain yang sering dilakukan
oleh RM Suryopranoto adalah berkelahi dengan para sinyo (anak-anak
keturunan orang Belanda). Para sinyo melontarkan kata-kata yang bagi RM
Iskandar begitu memekakkan teilinga dengan mengatakan orang bumi
putera bodoh, biadab, ataupun orang Jawa Inlander. Ketika ucapan itu
terdengar di hadapannya, RM Iskandar lalu menterjemahkannya sebagai
tantangan untuk berkelahi. Hal itu ia perlihatkan ketika saudara sepupunya
yang bernama Sutartinah (kelak menjadi Nyi Hadjar Dewantara) dihina oleh
seorang sinyo Belanda.(Budiawan, 1991 : 29-31)
Memasuki usia belasan tahun, karena tabiatnya yang pemarah dan gemar
berkelahi, di kampungnya yaitu sebelah timur Istana Pakualaman, RM
Iskandar mendapat sebutan "Si Landung". Hal ini karena. tubuhnya yang
gagah tinggi besar. Sebutan lain yang tak kalah populernya adalah "RM
Iskandar Pendekar Jalanan. (Bambang Sukawati, 1983 : 24)
Meskipun ia telah hidup dan berbaur dengan anak-anak kampung, namun
ikatan dengan istana Pakualaman tetap terjalin. Pada waktu-waktu tertentu,
RM Iskandar sebagai keturunan bangsawan harus memenuhi kewajibannya
untuk menghadap raja. Hal ini untuk menanamkan nilai-nilai disiplin, hormat,
dan sopan. Dalam audiensi tersebut anak-anak dituntut dapat bersikap
halus, sopan, tenang dan patuh.(Budiawan, 1991 : 27)
Memasuki usia tujuh tahun, RM Iskandar mulai memasuki dunia pendidikan
formal di sekolah bentukan Belanda yaitu ELS (Europheesche Lagere School)
sebuah sekolah rendah Eropa. Kesempatan untuk bersekolah di tempat ini
dapat dinikmati oleh RM Iskandar karena kedudukannya sebagai seorang
bangsawan sehingga dapat digolongkan dalam golongan pribumi yang
dipersamakan (gelijkgesteld). Setelah lulus dari ELS, RM Iskandar mengambil
kursus pegawai rendah (Klein Abtenaren Cursus) yang setingkat dengan
MULO (Meer Uitgebreid Lager Ondenvijs), yaitu setingkat SLTP sekarang.
Lulus dari Klein Ambtenaren Cursus, RM Iskandar memperoleh ijazah Klein
Ambtenaren -Examen. (Budiawan, 1991 : 32).
Dengan ijazah yang dimilikinya, RM Iskandar diterima sebagai juru tulis di
sebuah kantor pemerintah kolonial di Tuban (Gresik). Ditempat kerjanya ini,
RM Iskandar bertemu dengan RM Oemar Said Cokroaminoto, seorang
pekerja dalam sebuah kongsi dagang. Fenomena yang disampaikan oleh
Oemar Said Cokroaminoto kepada RM Iskandar berkisar masalah penetrasi
kaum kecil (pedagang kecil) yang dilakukan oleh kaum pemilik modal
(kapitalis). Ternyata apa yang disampaikan oleh Oemar Said Cokroaminoto
ada kesamaan dengan apa yang terjadi di kantor tempat kerjanya, yaitu
penghinaan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pejabat
Belanda terhadap anak buahnya seorang pegawai rendahan pribumi. Namun
pertemuan tersebut tidak berlangsung lama, karena setelah itu RM Iskandar
dipecat dari pekerjaannya. Hal itu disebabkan RM Suryopranoto
menempeleng seorang kontrolir Belanda yang menghina seorang pegawai
rendahan bumiputera. Tanpa menunggu surat pemecatan yang dikeluarkan
oleh Kantor Kontrolir di Tuban, RM Iskandar segera pulang ke Yogyakarta,
dan disambut dengan pujian ayahnya. Pangeran Sasraningrat pamannya
selaku Gusti Wakil, beberapa hari kemudian mengangkatnya sebagai
Wedono Sentono yang menyerupai kepala bagian administrasi kerabat Paku
Alam dengan pangkat Pandji. (Bambang Sukawati, 1983 : 46-47)
Dengan jabatan barunya, RM Iskandar mampu lebih banyak belajar dari
kondisi yang berkembang di Pakualaman. Kaum lemah menjadi makanan
kaum kuat. Rentenir meraja lela. Bagi RM Iskandar hal ini merupakan
"genderang perang" untuk memanbantu kaum lemah. Pada tahun 1900 RM
Iskandar bersama dengan kawan-kawannya mendirikan perkumpulan yang
diberinama "Mardi Kaskaya", yaitu sebuah organisasi yang menyerupai
usaha simpan pinjam.(Bambang Sukawati, 1983 : 48) Disamping itu, karena
ketertarikannya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, RM Iskandar
tahun 1901 mendirikan sebuah klub atau medan pertemuan yang
diberinama Societeit Sutrohardjo. Dalam klub ini orang bisa membaca
berbagai bacaan, seperti surat kabar, majalah dan sebagainya.(Budiawan,
1991:48)
Dua buah organisasi sosial ekonomi yang berhasil dibentuk oleh RM Iskandar
tersebut menimbulkan dampak yang luar biasa. Majunya "Mardi Kaskaya"
menjadikan ruang gerak rentenir yang telah lama menekan hidup rakyat
menjadi lebih sempit. Bahkan kebencian rakyat terhadap mereka (rentenir)
tidak jarang memunculkan makian yang berbuntut perkelahian. Hal itu
karena reaksi rakyat ditanggapi oleh mereka. Fenomena ini oleh Asisten
Residen dipandang sebagai gejala yang mengganggu ketertiban umum.
Kondisi ini langsung dikaitkan dengan keberadaan "Mardi Kaskaya". Oleh
karena RM Iskandar adalah pendiri dan penggeraknya, maka tuduhan
terhadapnya sebagai biang keladi semuanya itu tidak terelakkan. Atas dasar
tuduhan tersebut rencana membuang RM Iskandar telah disiapkan. Dengan
dalih disekolahkan ke MLS (Middelbare Landbouw School) atau Sekolah
Mengah Pertanian di Bogor, RM Suryopranoto berusaha dibuang. (Budiawan,
1991:49)
Sesampainya di Bogor, RM. Iskandar tidak semata-mata hanya belajar saja,
namun tetap aktif bergaul dengan pelajar-pelajar lainnya baik dari kalangan
bupitera maupun indo. Beberapa sahabat barunya yang berhasil
memberikan nuansa baru dalam cakrawala berpikirnya antara lain: Van
Hinloopen Labberton seorang tokoh theosofi Belanda tempat RM
Suryopranoto mondok, Ernest Eugene Douwes Francois Dekker seorang
peranakan Jawa Belanda yang berjiwa ksatria, H. Van Kol, van De Venter,
dan para pelajar pribumi baik yang sedang belajar di STOVIA (School tot
Opleiding van Inlandsche Arisen) atau Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.
(Budiawan, 1991:50)
Pada tahun 1904 ketika RM Iskandar dan seorang pemuda bernama Achmad
merigurus adiknya RM Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) yang
mendapat tugas belajar di STOVIA, mempergunakan kesempatan tersebut
untuk mempropagandakan sebuah organisasi yang digagasnya, yaitu
"Pirukunan Jawi". Karena waktunya yang kurang pas maka propaganda
tersebut belum berhasil. Ketika itu Soetomo tokoh Budi Utomo, belum
banyak perannya di STOVIA. (Bambang Sukawati, 1983 :54)
Perkenalannya dengan Van Hinloopen Labberton memberikan dasar-dasar
ilmiah dalam pemikiran Islam, sehingga RM Iskandar mampu
mengembangkan Islam dalam konteks ilmiah. Sedangkan melalui EEF
Douwes Dekker banyak keuntungan yang diraih oleh RM Iskandar.
Disamping mampu memperluas cakrawala berpikirnya dengan mengadopsi
buah-buah pikiran yang dilontarkan tokoh pendukung politik etis ini, juga
adanya bibliothiek besar di rumahnya yang terbuka bagi siapa saja,
termasuk para pelajar pribumi. Ditambah lagi bahwa EEF Douwes Dekker
memberi kesempatan kepada RM Iskandar untuk membantu dalam dewari
redaksi Bataviaasch Niewsblad, sebuah surat kabar berbahasa Belanda
dibawah pimpinan EEF Douwes Dekker. Pada sisi lain H Van Kol dan Van De
Venter yang dikenal sebagai tokoh sosialis Belanda dan penganjur politik
etis, serta simpatisan terhadap pergerakan nasional, memberikan masukan
yang berharga bagi RM Iskandar tentang pengetahuan awal mengenai
paham sosialisme yang digeluti oleh hampir setiap aktifis pergerakan. Dari
mereka berdua ini pula RM Iskandar banyak memperoleh buku-buku te
ntang Sosialisme, Demokrasi, Nasionalisme dan lain sebagainya (Budiawan,
1991 :55)
Pada tahun 1907, RM Iskandar berhasil menyelesikan pendidikannya di MLS
dan berhak atas dua buah ijazah sekaligus yaitu Landbouw Kundige (ahli
pertanian) dan Landbouw Leeraar (guru pertanian). Dengan ijazah tersebut
RM Iskandar dipekerjakan di Wonosobo sebagai Kepala Dinas Pertanian
(Landbouw Consulent) untuk daerah Wonosobo, Dieng, dan Batur guna
mengawasi perkebunan tembakau di Kejajar - Garung. Kemudian ia
dipindahkan ke Wonosobo karena harus memimpin sebuah sekolah
pertanian. Ketika menjalankan pekerjaannya di Wonosobo, RM Iskandar
bertemu dengan seorang gadis, anak Kyai Abdussukur penghulu Agama
Karang Anyar yang bernama Jauharin Insyiah, yang kemudian menjadi
Nyonya Suryopranoto. Sejak perkawinan itulah maka dengan resmi nama RM
Iskandar diganti menjadi RM Suryopranoto. (Bambang Sukawati, 1983 : 55)
Dari perkawinannya dengan R.Ay. Jauharin Insiyah, R.M. Suryopranoto
dianugerahi empat orang putri dan enam orang putra, yaitu: 1. R.Ay. Retno
Setoadi Yudopranoto, 2. R.M. Sumaryo, 3. R.Ay. Sri Kamariyah Sumarno, 4.
R.M. Sutaryo, 5. R.M. Sunaryo, 6. R.Ay. Retno Setyati Sriyono Suryosuparto,
7. R.M. Suharyo, 8. R.Ay. Endang Sasakamdani Abdullah Kartoatmojo, 9. R.M.
Imam Sumantri, S.H., 10. R.M. Bambang Susilarjo. (Drs. Suratmin,
1981/1982:25-26)
Masuk Dunia Pergerakan
Pada tanggal 20 Mei 1908, di Jakarta tepatnya di gedung STOVIA,
dicetuskanlah beridirinya Organisasi Budi Utomo. Nampaknya organisasi
yang dipelopori oleh Dr Wahidin Sudirohusodo dengan program Studie Fond-
nya ini telah menyentuh hati RM Suryopranoto. Hal ini mungkin dilandasi
oleh beberapa kali pertemuannya dengan Dr. Wahidin Sudirohusodo yang
ketika masih di Yogyakarta pernah menjadi dokter keluarga ayahnya.
Disamping itu, pembicaraan yang agak serius pernah berlangsung ketika Dr.
Wahidin Sudirohusodo singgah di pondokannya di Bogor. Mungkin pula
adanya ide mendirikan "Pirukunan Jawi" yang gagal ada hubunganya dengan
kedekatannya dengan Dr. Wahidin Sudirohusodo. (Budiawan, 1991 :58-59)
Ketertarikannya RM Suryopranoto terhadap Budi Utomo ini, dibuktikan
bergaungnya RM Suryopranoto ke dalam organisasi tersebut. Bahkan dalam
kongresnya pertama di Yogyakarta tanggal 3-5 Oktober 1908, RM
Suryopranoto terpilih sebagai Secretaris Hoofbestuur. Namun ketertarikan
RM Suryopranoto terhadap Budi Utomo berlangsung kurang lebih hanya
empat tahun. Setelah berkiprah di dalam Budi Utomo, antara lain dalam
pembentukan Onderling Leven-Zekering Maatschappij PGHB (sebuah
organisasi yang bergerak dlam bidang asuransi jiwa, yang kemudian
berkembang menjadi O.L. Mij Bumi Putera dan selanjutnya menjadi Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera 1912) dimana dia menjadi anggota dewan
komisaris bersama dengan Sastrowidjojo, Soetandar, dan Dwidjosewojo yang
selama menjalankan tugasnya tidak pernah digaji, akhirnya RM
Suryopranoto menemukan hal-hal yang tidak memuaskan dalam Budi
Utomo.(Budiawan, 1991:62,66-67)
Budi Utomo yang kebanyakan dipimpin oleh kaum priyayi menyebabkan
emansipasi sosial yang meperjuangkan rakyat kecil menjadi terganjal.
Disamping itu dominasi kelompok tua menggiring organisasi Budi Utomo
mengarah pada kooperatif dengan pemerintah Belanda. Ketidak puasan
tersebut berpuncak pada keluarnya RM Suryopranoto dan beberapa tokoh
dari organisai tersebut dan bergabung ke organisasi lain yang dipandang
cocok. RM Suryopranoto keluar dari Budi Utomo dan masuk ke SI (Sarekat
Islam) yang setahun sebelumnya bernama SDI (Serikat Dagang Islam) yang
berdiri di bawah pimpinan Haji Saman Hudi tahun 1911.(Bambang Sukawati,
1983 : 57)
Kelahiran SI yang dianggap berhasil menyuarakan cita-cita emansipasi sosial
menimbulkan daya tarik bagi sejumlah aktifis. Hal ini sangat berbeda dengan
Budi Utomo yang menerjemahkan cita-cita emansipasi itu hanya dalam
dunia pendidikan untuk dapat mengakat martabat kaum bumi putera yang
dalam prakteknya hanya terbatas pada kaum priyayi. SI dengan tegas
mendifinisikan cita-citanya sebagai suatu penentuan nasib sendiri dalam
politik. Dalam perjuangannya, SI selalu menampakkan sifatnya yang anti
kapitalis dan menentang praktek feodalisme. Inilah yang menarik bagi RM
Suryopranoto sehingga ia memilih menjadi bagian di dalamnya. Dalam
susunan pengurus SI pusat atau CSI (Central Sarekat Islam), RM
Suryopranoto berhasil terpilih sebagai salah satu anggota komisaris melalui
kongres I SI di Yogyakarta tahun 1914. Ketika itu RM. Suryopranoto masih
berkedudukan sebagai Secretaris Hoofbestuur Budi Utomo dan sekaligus
sebagai Kpala Dinas Pertanian dan Kepala Sekolah Pertanian di Wonosobo.
Bisa dibayangkan betapa sulitnya dalam mengatur waktu. Namun bagi RM.
Suryopranoto niat dan semangatlah yang dapat menyelesaikan
permasalahan yang dia hadapi. (Budiawan, 1991 : 68-69)
Pada tahun 1915, peristiwa aksi sepihak muncul di depan mata RM.
Suryopranoto. Dengan alasan karena masuk menjadi anggota SI, seorang
pegawai rendahan pribumi dipecat dari pekerjaanya. Bagi RM. Suryopranoto,
hal ini dianggap sebagai panggilan untuk memperjuangkan keadilan yang
telah telah menjadi tekadnya. Sifat seorang bertemperamen tinggi mulai
muncul, dengan mendatangi pejabat Belanda dengan amarah yang meledak-
ledak. Bahkan aksi protesnya dilakukan dengan tindakan yang luar biasa
dalam kondisi waktu itu. Secara demonstratif, RM. Suryopranoto
mengeluarkan Surat Pengangkatan Jabatan dan Ijazah yang diperolehnya
dari MLS Bogor. Dihadapan pejabat Belanda itu, disobek-sobeklah kedua
surat berharga itu, sambil mengucapkan janji bahwa mulai saat itu RM.
Suryopranoto tidak akan lagi bekerja untuk kepentingan pemerintah
Belanda. Apa yang diucapkan oleh RM. Suryopranoto bukan hanya di bibir
saja. Berkali-kali pembesar Belanda mencoba untuk menyuapnya agar mau
dan bersedia lagi bekerja untuk kepentingan pemerintah Belanda. Namun
hal itu tidak ditanggapinya. Dengan lepasnya RM. Suryopranoto dari ikatan
dinas dengan pemerintah kolonial Belanda, kebebasan yang sebebas-
bebasnya akhirnya dapat diraih. Dengan demikian curahan perhatiannya
kepada dunia pergerakan dapat dilakukannya dengan maksimal. (Bambang
Sukawati, 1983 : 59)
Sebagai seorang pribadi yang dinamis, keras, dan berjiwa petualang, RM.
Suryopranoto tidak dapat tinggal diam. Di dalam organisasi barunya yaitu SI,
bersama dengan rekan-rekannya antara lain: Raden Joyodiwiryo, Raden
Sastrowiyono, dan Raden Muso, RM. Suryopranoto mendirikan Organisasi
Tentara Buruh Adhi Dharma, dimana ia duduk sebagai pimpinannya.
(Bambang Sulistyo, 1995 : 44)
Organisasi Adhi Dharma ini, sesuai dengan namanya yang mempunyai arti
"Kewajiban Utama", merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang
sosial-ekonomi dan sosial-pendidikan. Untuk merealisasikan misi yang telah
dicanangkan yaitu meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan-rakyat serta
meningkatkan kehidupan di bidang sosial ekonomi, maka berbagai usaha
telah dijalankan oleh Adhi Dharma. Adapun usaha-usaha tersebut antara
lain: 1) Mendirikan sekolah-sekolah umum bagi rakyat dan kaum miskin
dalam bentuk SD / HIS, SMP, Sekolah Guru dan Schakel School. HIS Adhi
Dharma ini merupakan sekolah partikelir pertama yang didirikan di
Indonesia. 2) Mengadakan penyebaran inf ormasi melalui ceraman dan
diskusi kepada generasi muda tentang kemasyarakatan dan pergerakan.
Sebagai hasil nyata dari usaha ini maka lahirlah JIB / Jong Islamieten Bond
yang diketuai oleh Syamsoeridjal adik bungsu Nyonya Suryopranoto. 3)
Membuka biro-biro bantuan hukum khususnya bagi kaum lemah atas
tindakan sewenang-wenang para penguasa. Lembaga ini sangat membantu
rakyat yang tertindas. Keberadaan RM. Suryopranoto yang langsung
menangani lembaga ini, menjadikan rakyat menjadi terlindungi jika berada
di bawah naungan Adhi Dharma. 4) Mendirikan Koperasi Gotong Royong
dengan nama Mardi Kaskaya, yang dulu pernah ada tahun 1900, namun
tidak berkembang semenjak ditinggal oleh RM. Suryopranoto ke Bogor untuk
menempuh pendidikan di MLS. 5) Membentuk brigade kesehtatan rakyat
"Adhi Dharma". 6) Mengadakan pendidikan kader melalui majalah "Medan
Budiman". 7) Mendirikan Gedung Adhi Dharma di Jl. Gunung Ketur
Yogyakarta. 8) Mengembangkan cabang-cabang Adhi Dharma di berbagai
kota seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra. (Bambang Sukawati,
1983:72-74)
Disamping sebagai pemimpin Adhi Dharma, RM. Suryopranoto juga
merupakan anggota komisaris CSI, dan sekaligus pengurus SI Cabang
Yogyakarta. Sehinga bukan tidak beralasan apabila sekolah-sekolah Adhi
Dharma oleh RM Suryopranoto dinyatakan sebagai sekolah SI. Untuk itu bagi
anggota-anggota SI yang berniat menyekolahkan anak-anaknya dianjurkan
untuk pergi ke Yogyakarta. (Bambang Sulistyo, 1995 : 49)
Tugas RM. Suryopranoto yang menduduki tempat penting bersama Haji
Umar Said Cokroaminoto dalam SI, adalah mengurus masalah gerakan buruh
dan tani. Tugas ini, dikaitkan dengan hasil kongres SI di Surabaya tahun
1918, merupakan bidang garapan pokok SI. Oleh karena itu pada tahun
1919, dalam kongres SI di Surabaya, setelah mempertimbangkan dan
mempelajari perkembangan yang terjadi, RM. Suryopranoto berani
menegaskan bahwa sudah waktunya dilakukan aksi massa untuk
melaksanakan program SI menuntut dihapusnya kerja paksa, pembagian air
sawah rakyat tani, serta adanya kuli ordonansi. Sebagai bentuk tangapan
dari apa yang ditegaskan oleh RM. Suryopranoto tersebut maka di berbagai
daerah muncul aksi-aksi sporadis menentang tindakan kaum kapitalis antara
lain berupa pembakaran kebun tebu dan pemogokan. (Bambang Sukawati,
1983 : 75)
Melihat kenyataan yang ada, maka RM. Suryopranoto melalui Adhi Dharma
berusaha mengubah gerakan massa tersebut ke dalam bentuk gerakan yang
terkoordinasi dalam sebuah organisasi. RM. Suryopranoto menyatakan
bahwa kaum buruh dan tani harus bersatu memperjuangkan kepentingannya
tanpa harus melanggar peraturan dengan melakukan tindak pencurian dan
pembakaran. Usaha tersebut menjadi kenyataan setelah bulan Agusutus
1918, RM Suryopranoto mengumumkan beridirinya Personeel Fabriek Bond
(PFB), Perkumpulan Tani dan Koperasi yang kemudian lazim disebut dengan
Perkumpulan Kaum Tani atau Sarekat Tani, dan Perserikatan Kaum Burum
Umum (PKBO / Perserikatan Kaoem Boeroeh Oemoeni). Kembali RM.
Suryopranoto menganjurkan agar buruh tetap pada pabrik menjadi anggota
PFB, buruh musiman di perkembunan tebu masuk menjadi anggota PKBO,
dan kuli kenceng atau pemilik tanah yang disewa pabrik agar mendirikan
koperasi dan bergabung dalam Sarekat Tani. Ketiga organisasi tersebut
diketuai oleh RM. Suryopranoto. Dalam perkembangannya PFB segera
menjadi kuat dibawah SI Yogyakarta. (Bambang Sulistyo, 1995 :72)
Mulai akhir tahun 1918 anggota PFB kira-kira 700 orang, pada akhir tahun
1919 menjadi lebih kurang 8.000 orang yang tersebut di 90 pabrik gula.
Memasuki bulan Desember 1919 anggota PFB mencapai 8.723 dan bulan
April 1920 anggota PFB telah mencapai 31.000 orang yang tersebut ke 190
pabrik bula. Dengan demikian anggota PFB telah tersebar ke seluruh pabrik
gula di Jawa dan merupakan organisasi buruh terbesar di Indonesia.
(Bambang Sulistyo, 1995 :86)
Tahun-tahun sesudah berkecamuknya Perang Dunia I merupakan masa yang
sulit. Hal itu sangat dirasakan oleh sebagian besar rakyat di Hindia Belanda.
Peristiwa tersebut mengakibatkan buruknya situasi ekonomi di Eropa yang
ditandai dengan semakin merosotnya barang-barang produksi Eropa.
Sementara itu daerah Hindia Belanda sangat menggantungkan diri pada
impor barang-barang kebutuhan pokok dari Eropa. Sesuai dengan hukum
ekonomi, dimana kebutuhan meningkat maka harga barangpun menjadi
semakin tinggi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika harga barang-
barang tersebut juga naik. Hal itu sungguh berbeda dengan apa yang terjadi
dengan upah buruh. Upah buruh tidak dapat mengikuti naiknya harga
barang-barang, kalaupun upah buruh naik, namun tidak sebanding dengan
harga barang-barang yang ada. Kondisi ini sangat menyengsarakan rakyat,
khususnya para buruh. (Budiawan, 1991 : 86)
Aksi Pemogokan
Kondisi tersebut memancing munculnya aksi para buruh yang menuntut
perbaikan nasib, yang salah satu model yang dipakai adalah pemogokan.
Aksi ini akan berhasil jika didukung oleh momentum yang tepat dimana
waktu itu posisi buruh sangat dibutuhkan oleh pemilik modal guna
meningkatkan produksinya, dan adanya solidaritas antar kaum buruh
dengan tidak memanfaatkan keadaan jika aktifis pemogok di kenai sangsi
(dipecat), buruh lain agar tidak mau mengisi lowongan yang ada. Koordinasi
ini akan berjalan dengan baik jika dibentuk suatu organisasi sekerja. Dengan
latar belakang inilah maka dalam rapat CSI di Yogyakarta pada akhir
Desember 1919 diputuskan untuk didirikan federasi buruh yang bernama
Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB) dengan susunan pengurus
sementara adalah Semaun (ketua), RM. Suryopranoto (Wakili Ketua),
Bergsma (Bendahara). Adapun basis PPKB berada di Semarang. Susunan
tersebut selanjutnya disempurnakan dalam kongres PPKB I tanggal 1
Agustus 1920 di Semarang, dengan format baru yaitu: Semaun (ketua), RM.
Suryopranoto (Wakil Ketua), H. Agus Salim (Sekretaris), dan Alimin
(Pembantu). (Budiawan, 1991: 88 dan 96)
Sejalan dengan lahirnya PPKB yang kemudian muncul cabang-cabangnya di
seluruh Jawa, pada sekitar pertengahan 1920 muncul berbagai aksi
pemogokan yang waktunya hampir bersamaan antara lain di Electische
Zagerij (Pabrik Gergaji Listrik) di Surabaya, perusahaan perkebunan
Tembakau di Klaten, drukkerij (percetakan) "Sindoro" di Pekalongan, pabrik
tapioka di Malang, pabrikgula di Malang, pabrik gula di Langse, Pati, dan
pabrik kayu di Malang, pabrikgula di Surabaya, dan Kanigoro, Madiun,
Posbond di Weltevreden, dan pabrik gula di Tegal. Disitu terlihat bahwa aksi
pemogokan banyak terjadi di pabrik gula. Hal itu dapat dimengerti, karena
gula pada waktu itu memegang peran sebagai komoditi eksport yang
menjanjikan, serta disitulah nasib buruh banyak bergantung. Dalam hal ini,
peranan RM Suryopranoto bersama PFB-nya cukup besar. Hal ini terkait
dengan propanda yang dilakukannya di daerah-daerah dekat pabrik gula.
PFB yang mengangkat masalah ekonomi, bukan politik, masih dapat ditolerir
oleh para penguasa perkebunan dan pemerintah. (Budiawan, 1991 : 90)
Jumlah massa PFB yang cukup besar, dan kondisi obyektif dimana kebencian
rakyat terutama buruh terhadap kaum kapitalis mulai meluap-luap, RM.
Suryopranoto dengan optimis menyerukan bahwa mobilisasi buruh besar-
besaran dengan melakukan pemogokan umum untuk memperoleh
kemenangan akan berjalan dengan lancar. Namun seruan yang
disampaikannya dalam Kongres PPKB tanggal 1 Agustus 1920 di Semarang
tersebut ditanggapi negatif oleh Semaun ketua PPKB sementara.
Menurutnya, RM. Suryopranoto telah melakukan aksi-aksi pemogokan
sebelumnya yang tidak dikonsultasikan dulu dengannya. Akan tetapi
tanggapan Semaun tersebut tidak digubrisnya, ia tetap jalan terus. Langkah
awal yang dilakukannya yaitu mengirimkan ultimatum kepada
Suikersyndicaat (para majikan gula) pada tanggal 9 Agustus 1920.
Ultimatum yang diajukan tersebut kurang lebih berisi bahwa upah buruh
yang rendah, sementara biaya hidup telah melambung tinggi, dan pimpinan
pabrik gula menolak membahas hal-hal yang menyangkut nasib buruh
tersebut memicu keresahan para buruh. Disaming itu PFB menuntut agar
keberadaannya diakui sebagai organisasi serikat buruh gula. Jika tuntutan
tersebut tidak dikabulkan maka dalam waktu dekat akan dilangsungkan
pemogokan umum. (Budiawan, 1991:97-98)
Sesudah ultimatum tersebut tidak ditanggapi, maka RM. Suryopranoto
mengumumkan berlangsungnya pemogokan tanpa dukungan dari Semaun
dan kelompoknya. Pemogokan pertama kali di Indonesia berlangsung dari
pabrik gula Padokan Yogyakarta, kemudian munyusul pabrik Gula Nglungge
Delanggu, Sala, jatiroto dan seterusnya meluas di seluruh Jawa. RM.
Suryopranoto secara bergilir mendatangi tempat-tempat pemogokan untuk
memimpin sendiri dan mengobarkan semangat. Karena aksinya inilah maka
Pers Belanda memberi gelar kepada RM Suryopranoto dengan "De
Stakingskoning" (si Raja Pemogokan). (Bambang Sukawati, 1983:76)
Meski tuntutan-tuntutan mengenai kenaikan upah dapat dikabulkan oleh
kaum kapitalis para pemilik pabrik gula, yang juga bearti meningkatkan
kaum buruh, namun pada akhirnya PFB gagal diakui sebagai organisasi
buruh. Di sinilah awal keruntuhan PFB. Dari peristiwa ini menyebabkan
pamor RM. Suryopranoto dan PFB mulai menyurut. Cabang-cabang PFB di
daerah mulai melepaskan diri dan kehilangan kontrol dari pusat. Bahkan ada
yang kemudian justru mendirikan sarikat baru dengan nama SBP (Serikat
Buruh Pabrikan) yang berorientasi ke Semarang (kubu Semaun). Yang terjadi
kemudian adalah pemogokan-pemogokan yang bersifat lokal. Isu yang
dimunculkan hanyalah berkisar masalah kenaikan upah dan pengurangan
jam kerja. Ini berarti mereka telah berjalan sendiri dan menurut kepentingan
sendiri-sendiri pula. Disamping itu PFB mengalami kehancuran akibat krisis
finansial yang dialaminya. Guna memperbaiki keadaan, pada tanggal 31
Desember 1920 - 2 Januari 1921 diadakanlah kongres PFB. Dalam kongres
tersebut, guna memperbaiki kondisi finansial organisasi, RM Suryopranoto
menghimbau agar iuran anggota PFB lebih teratur lagi. Namun apa yang
disampaikan oleh RM Suryopranoto kurang mendapat tanggapan dari
anggotanya. Kian hari kondisi keuangan PFB semakin buruk sehingga untuk
membayar sewa kantor saja sudah tidak mampu lagi, sehingga harus
dipindahkan ke salah satu gedung kosong di Sekolah Adhi Dharma. Bukanlah
RM. Suryopranoto jika harus menyerah di tengah jalan. Meski keadaan jauh
dari seperti yang diharpakan, RM. Suryopranoto pantang menyerah. Dia
tetap menyerukan aksi pemogokan umum pada musim giling tebu tahun
1921. Namun para buruh yang kebanyakan telah belajar dari pengalaman,
yaitu dipecat dan tidak dipekerjakan kembali setelah aksi mogok, rnaka
seruan RM Suryopranoto tidak mendapat tanggapakan yang positif, dan ini
berarti rekonsiliasi PFB gagal. (Budiawan, 1991:114,117-118)
Dalam salah satunya pidatonya di Delanggu, RM Suryopranoto melakukan
kritik terhadap pemerintah bahkan telah berani menghina polisi yang
bertugas mengawasi rapat. Atas tuduhan tersebut RM Suryopranoto terkena
Spreekdelict, dan dihadapkan pada Raad van Justitie sehingga harus
menerima hukuman penjara selama dua minggu di Malang sejak akhir
Desember 1921. Memasuki bulan Januari 1922 RM. Suryopranoto telah
keluar dari penjara. Sementara itu pada tanggal 28 Januari 1922, PPPB
menyelenggarakan rapat umum di Yogyakarta yang sekaligus menyambut
pembebasan RM Suryopranoto dari penjara. Dalam petemuan itu RM
Suryopranoto menyampaikan pidato bahwa pemogokan merupakan day a
upaya buat mendidik kemerdekaan kaum buruh. Selanjutnya untuk
persiapan pemogokan umum dibentuk Comite Hidoep Merdeka yang diketuai
oleh RM Suryopranoto. Meski telah dipersiapkan, namun pemogokan gagal
dilaksanakan. Hal ini karena adanya intimidasi dari pemerintah, yang akan
memecat karyawan pegadaian jika diketahui terlibat dengan aksi
pemogokan yang diinstruksikan oleh PPPB. (Budiawan, 1991:129 dan 133)
Titik Balik
Semenjak rencana pemogokan umum PPPB (Januari-Februari 1922) gagal,
situasi pergerakan buruh mengalami pasang surut. RM. Suryopranoto
sebagai ketua PPPB dan Prawirowijoto selalu sekretaris PPPB segera
melakukan perbaikan. Namun perbaikan yang dilakukannya tidak lebih
hanyalah bersifat defensif, dan sangat menurun radikalitasnya, bahkan
sampai ia ditahan di Semarang tahun 1926 selama enam bulan, geliat
pergerakan buruh semakin tidak terasa. Keluar dari penjara, RM
Suryopranoto mulai bersikap lebih moderat dan kooperatif. Meski demikian
ia tetap konsisten dengan idealismenya. Sikap moderat itu tampak ketika
dalam rapat bersama antara PPPB dan VIPBOW (Vereniging Inheems
Personeel Burgerlijke Openbare Werken) yang berlangsung tanggal 31 Mei
1919. Salah satu keputusannya adalah rencananya membentuk sentral baru
yang anggota-anggotanya hanya terbatas para pegawai pemerintah saja.
Sentral baru tersebut kemudian bernama PVPN (Persatuan Vakbonden
Pegawai Negeri). Selain itu diputuskan pula bahwa sentral baru ini tidak
berpolitik serta tidak beraliran agama. Memasuki tahun 1930, ketika usianya
memasuki 60 tahun, RM. Suryopranoto disamping aktif dalam PVPN, juga
aktif dalam sebuah partai politik dengan bergabung dengan PSII (Partasi
Sarikat Islam Indonesia). Dalam partai itu RM Suryopranoto duduk sebagai
anggota Dewan Partai atau Majelis Takkhim bersama dengan H. Agus Salim,
sertai berberapa yang lain, dengan diketuai oleh HOSCokroaminoto.
(Budiawan, 1991:157-159)
Namun PSII yang moderat itu, dalam perkembangannya memunculkan sifat
lamanya yaitu keras dan radikal. Dalam perkembangannya dalam tubuh PSII
terjadi pertikaian antar pimpinan. Hal ini memunculkan dua kubu yang sulit
dipertemukan. Yang satu adalah Duet Cokro - Salim (Cokroaminoto dan Agus
Salim) dan Suryo - Sukiman (RM Suryopranoto dan Sukiman). Akibat dari
pertikaian itu Sukiman dipecat oleh Cokroaminoto dan kemudian mendirikan
PII (Partai Islam Indonesia). Sedangkan RM. Suryopranoto mengundurkan diri
dari PSII dan selanjutnya menggabungkan diri pada PII. Dalam PII ini RM
Suryopranoto hanya duduk sebagai anggota dan tidak begitu aktif lagi.
Makin lama aktifitasnya dalam politik makin berkurang. Selanjutnya RM
Suryopranoto lebih aktif dalam dunia pendidikan dengan mengajar murid-
murid Sekolah Adhi Dharma dan menulis. Melalui hobinya yang suka menulis
ini RM Suryopranoto ditangkap dan dijebloskan ke dalam Penjara Sukamiskin
mulai tahun 1933 - 1935. Tindakan ini dilatarbelakangi oleh tulisan RM.
Suryopranoto yang berupa Encyclopedic Socialisme, yang direncanakan
terbit dalam 3 jilid. Namun sebelum karya itu selasai, RM Suryopranoto
keburu ditangkap oleh polisi kolonial. Hal itu karena dalam karyanya
tersebut RM Suryopranoto telah menghasut rakyat. (Budiawan, 1991:161)
Keluar dari Penjara Sukamiskin, kondisi RM. Suryopranoto mulai menurun. la
memutuskan mengundurkan diri dari kegiatan politik dan keluar dari PII.
Waktunya dipergunakan untuk kegiatan di Instituut Adhi Dharma. Disamping
ilmu pertanian, ia memberikan pelajaran berbagai cabang ilmu seperti
tatanegara, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Pada masa
pendudukan Jepang, RM Suryopranoto semakin menjauh dari kegiatan
politik. Disamping karena seluruh kegiatan politik dilarang untuk dilakukan
oleh Jepang, juga faktor usia yang telah lanjut. Perguruan Adhi Dharma pun
waktu itu tidak luput dari larangan tersebut. Karena Adhi Dharma ditutup,
RM. Suryopranoto membantu mengajar di Taman Tani Tamansiswa,
disamping juga mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Namun setelah
masa pendudukan berakhir, dan memasuki masa kemerdekaan, Perguruan
Adhi Dharma dibuka kembali dan RM Suryopranoto kembali mengajar di
perguruan tersebut. Disamping itu ia memberikan kursus-kursus politik. Agar
kursus tidak hanya dapat diikuti anak-anak sekolah saja, maka materi yang
diberikan diterbitkan dalam buku antara lain: 1) Dasar Peladjaran Politik,
2)Tjara Mendirikan Perserikatan, 3) Dasar Tata negera Indonesia. (Budiawan,
1991:162-164)
Menyadari keadaan fisiknya maka sejak tahun 1949 ia berhenti mengajar
dan memberi kursus dan lebih banyak tinggal di rumah untuk melakukan
kegiatan spritual dengan belajar dan menghanyati Al-Qur'an. Membuat
kliping-kliping artikel keagamaan juga sering dilakukakan. Kebanyakan
sumber yang diambil adalah dari koran Kedaulatan Rakyat.(Budiawan,
1991:166)
Pada tanggal 15 Oktober 1959, RM Suryopranoto meninggal dunia di Cimahi,
Jawa Barat. Jenazahnya dikembumikan di Makam "Rachmat Jati" Kota Cede,
Yogyakarta, tanggal 17 Oktober 1959, dengan upacara kemiliteran sebagai
seorang Perwira Tinggi, Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden RI No.
310, RM. Suryopranoto dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Rebulik Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1960 juga kepadanya diterimakan
anugerah Bintang Maha Putra Tingkat II Republik Indonesia.(Budiawan, 1991:
81 dan 178)
PELAYANAN PRIMA DI MUSEUM : SEBUAH KEBUTUHAN MENGHADAPI VISIT MUSEUM YEAR TAHUN 2010 Sabtu, 23 April 2011 by Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta · 0 komentar
Oleh : Suharja
Sebuah pelajaran sangat beharga dapat dipetik dari sejarah perkembangan Negeri Cina
yang begitu pesat pada saat ini ialah semboyan nasionalnya. Semboyan nasional bangsa cina
mengantarkan cina menjadi Negara modern dan negeri industri tersbesar di asia. Semboyan
bangsa cina “‘I want to change my life” merupakan semboyan yang dipakai oleh seluruh lapisan
masyarakat cina sehingga bangsa cina yang sangat miskin dan terbelakang dua dekade yang lalu
berubah menjadi raksasa ekonomi yang canggih didunia. Cina benar-benar berubah sesuai
dengan semboyannya mengubah kehidupan masyarakat “”menjadi macan Asia”. Tidak
terkecuali dalam permuseuman di Cina pun turut berkembang pesat sejalan dengan
perkembangan industrinya.
Kita sebagai insan permuseuman perlu belajar banyak dan sangatlah relevan untuk untuk
memicu etos kerja di museum. Berkaitan dengan program Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata di tahun 2010 yaitu tahun Kunjungan Museum, sudah sepantasnya kita berbenah diri
untuk menyiapkan program-program museum agar lebih dikenal dan benar-benar menjadi tempat
tujuan wisata pendidikan yang dapat diandalkan. Tidak kalah penting adalah menyiapkan garda
terdepan mudium yaitu pelayanan. Pelayanan merupakan kunci utama bagi kesuksesan museum.
Pelayanan memiliki beberapa arti antara lain membantu menyiapkan (mengurus) apa
yang diperlukan seseorang(soetopo,1999).sedangkan pelayanan adalah merupaqkan usaha
melayani kebutuhan orang lain (kamur besar bahasa Indonesia. 1995). Pelayanan yang sangat
baik/pelayanan yasng baik. Pelayanan prima merupakan bagian dari Total Quality Service
museum terhadap pengunjungnya. Sedangkan Total Quality Service adalah sistem manajemen
strategik dan integrative yang melibatkan semua manajer dan pegawai serta menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses
organisasi, agar dapat memenuhi & melebihi kebutuhan, keinginan & harapan pelangan
(sistematis, 1996).
Pelayanan prima dimusium tidak terlaksana tanpa adanya profsionalitas kerja. Pegawai
harus memiliki dedikasi yang tinggi dan professional. Hal itu dapat dilihat dan ditujukan dari
cirri profesionalisme antara lain kebanggaan terhadap profesi kerja di museum. Pegawai museum
harus mencintai pekerjaannya terlebih dulu. Dengan mencintai pekerjaan maka etos kerja akan
meningkat dan kebanggaan profesinya tertanam di dalam sanubarinya. Selanjutnya pegawai
museum merupakan pelayan bagi pengunjungmuseum, siapapun pengunjung harus dilayani
tanpa terkecualidengan sepenuh hati. Ibarat berdagang maka pengujung museum adalah raja
yang harus dilayani kebutuhannya. Jika dua hal tersebut diatas sudah menjadi bagian dari etos
kerja pegawai museum maka dengan sendiri setiap permasalahan yang muncul dalam museum
baik teknis maupun non teknis akan dfapat karena cirri ketiga professional adalah problem solver
yaitu mengatasi segala masalah, bukan membuat masalah baru.
Pelayanan prima di meuseum tidak dpaat dilepaskan dari tiga pilar utama
yaitukompetensi, customer (pelanggan) dan competitor. Artinya untuk melayani secara prima
maka pegawai museum harus memiliki kompetensi atau keahlian sesuai dengan bidang tugasnya
masing-masing. Tenaga pemandu harus memiliki keahlian dibidang konservasi dan sebagainya.
Pendek kata penempatan personil harus sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Selanjutnya
segala kegiatan dan aktifitas museum muaranya adalah untuk pelanggan atau customer. Artinya
harus menentukan positioning yang tepat dalam menjaring pelanggan disesuaikan dengan visi
dan misi museum. Jika focus pelanggan sudah ditetapkan maka harus dilaksanakan secara
konsisten dan berkesinambungan. Tidak kalah penting hal berikutnya adalah selalu bealajr dari
kemajuan institusi sejenis sehingga museum tidak ketinggalan. Kemajuan pesaing atau
kompetito lain harus menjadi cambuk untuk selalu mengembangkan dan mencari inovasi demi
kemajuan dan kepuasan pelanggan.
Filosofi pelayanan prima yang dapat diterapkan di museum antara lain :
1. Fokus pada pelanggan (pelanggan segalanya)
2. Obsesi terhadap kualitas (selalu ada peningkatan kualitas, minimal pelayanan pada tahun
ini harus lebih baik dari tahun kemarin)
3. Pendekatan ilmiah (inovatif dan kreatif, trial and error)
4. Komitmen jangka panjang (perlu perubahan budaya bahwa segala aktivitas harus
direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan diadakan pengawasan & evaluasi)
5. Kerjasama tim, perlu ditekankan bahwa semau lini pekerjaan adalah penting, tidak ada
yang tidak penting, semua lini memilki andil dalam mencapi kemajuan sehingga jika
salah satu lini tidak berfungsi akan menggangg lini lainnya.
6. Perbaikan sistem secara berkelanjutan(pegawai museum tidak boleh puas dengan hasil
yang telah diraih, selali ada perbaikan dan kemajuan)
7. Pendidikan dan pelatihan (untuk meningkatkan kompetensi pegeawai perlu diadakan
pendidikan dan latihan secara berjanjang)
Pada akhirnya sesuatu pelayanan bisa disebut sebagai pelayanan prima apabila sudah memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
1. Perbaikan berkelanjutan, artinya selalu ada peningkatan dalam setiap kegiatan.
2. Bebas dari cacat / mengurangi cacat
3. Pemenuhan kebutuhan sejak awal dan setiap saat (mulai dari masuk, menikmati, keluar
museum, membawa kenangan)
4. Melakukan secara benar (standar pelayanan) pelayanan di museum harus terukur dan
memiliki standar baku.
5. Membahagiakan pelanggan, artinya pengunjung adalah ibarat raja yang harus dilayani
dan dipuaskan)
Pelayanan di mueum dapat dikatakan sebagai pelayanan prima apabila memiliki cirri-ciri standar
pelayanan prima antara lain sebagai berikut :
1. Ketepatan waktu pelayanan, jam buka dan tutup museum harus konsisten. Untuk
mengantisipasi pengunjung sebaiknya pegawai museum dibagian pelayanan harus sudah
siap sebelum jam buka. Jangan sampai pengunjung museum sudah ada tetapi pegawai
yang menangani belum ada.
2. Akurasi pelayanan, artinya pelayanan dilakukan sesuai dengan kebutuhan umur,
pendidikan dan kepentingan pelanggan. Pelayanan terhadap anak-anak TK tentu berbeda
dengan pelayanan terhadap anak-anak SD, dan seterusnya. Museum harus memiliki
standar pelayanan terhadap masing-masing pelanggan sesuai dengan umur dan
pendidikannya.
3. Kecepatan dalam pelayanan karena waktu pengunjung terbatas. Biasanya pengunjung
museum mengunjungi museum dengan waktu yang terbatas. Rata-rata pengunjung berada
di museum kurang lebih sekitar satu sampai satu setengah jam. Sebab kunjungan ke
museum biasanya merupakan paket kunjungan dengan obyek wisata lainnya sehingga
waktunya terbats. Oleh karena itu kecepatan dalam pelayanan sangat dibutuhkan.
4. Kesopanan dan keramahan. Hal ini merupakan kunci utama untuk menarik pengunjung.
Pelayanan yang ramah dan sopan dapat mejadi senjata yang sangat ampuh dalam
pemasaran karena kekecwaan pelayanan yang dialami pengunjung akan disampaikan ke
semua orang yang ditemuinya. Tetapi kepuaan pelayanan hanya akan disampaikan
kepada sepuluh orang teman terdekatnnya.
5. Kemudahan mendapatkan pelayanan, waktu yang sangat pendek dalam melayani
pengunjung harus diimbangi dengan kemudahan untuk mendapat berbagai akses yang
dibutuhkan pengunjung baik informasi sarana dan prasana museum.
6. Kenyamanan dalam pelayanan (di semua lini). Museum harus dilengkapi dengan sarana
dan prasana yang mendukung museum sebagai tujuan wisata, pendidikan dan pusat
informasi. Pengunjung harus memilki kenangan tersendiri yang lain dari pada yang lain
di museum.
7. Atribut pendukung lainnya seperti bersih, indah dan berkesan.
Dalam pelaksanaannya tentu tidak mudah karena selain ada faktor pendukung tentu ada
faktor penghambatnya. Adapun factor pendukung tercapainya pelaksanaan pelayanan prima
antara lain :
1. Self Esteem / Harga Diri
Harga diri merupakan unsure penting dalam pelayanan. Keteladanan dan keprimaan harus
dimulai dari lini atas manajemen. Segala sesuatu harus dimulai dari saat ini, mulai dari sdiri
sendiri, dan mulai dari hal terkecil.
2. Exceed Expectation / melampaui yang diharapkan.
Museum harus membuat visi misi yang tidak bisa dijangkau agar bisa memenuhi harapan dan
keinginan pengunjung karena banyak organisasi menciptakan haapan tinggi tetapi pelayanan
hanya biasa-biasa saja atau bahkan kurang sehingga menjadi boomerang karena tidak sesuai
dengan promosi yang diterima masyarakat.
3. Recovery / pembenahan.
Agar museum benar-benar manjadi milik pengunjung maka pihak museum perlu mengadakan
studi tentang kebutuhan pelanggan museum baik dari tingkat umur maupun pendidikan.
Mengetahui kebutuhan pelanggan merupakan kebutuhan pokok agar keberadaannya benar-benar
sesuai kebutuhan. Keluhan pelanggan bukan masalah tapi merupakan peluang untuk
memperbaiki kesalahan. Pembenahan harus selalu diadakan setiap tahun, kalau bisa harus ada
hal baru ang dapat dinikmati oleh pengunjung museum setiap tahunnya.
4. Vision / pendangan ke depan
Museum harus menciptakan kultur organisasi (dorporate culture) karena museum merupakan
industri budaya yang memerlukan kreatifitas pegawai. Teknologi merupakan bagian dari kerja
bukan sebaliknya.
5. Improve / peningkatan.
Museum harus selalu memiliki inovasi baru dengan kata lain berubah atau ditinggalkan
pelanggan.
6. Care / perhatian
Museum harus berupaya menyenangkan pelanggan serta memperhatikan kualitas pelayanan.
7. Empower / pemberdayaan.
Pegawai museum harus diberdayakan sesuai dengan keahlian bidangnya masing-masing.
Pegawai museum perlu belajar dari kesalahan.
8. Sustainable / berkelanjutan.
Segala sesuatu aktifitas di museum harus dilaksanakan secara berkelanjutan..
Ada beberapa perilaku yang perlu dihindari oleh pegawai museum agar tidak menghambat
kemajuan yaitu antara lain perilaku negative Bounded Rationality atau memeprtahankan status
quo dan menolak perubahan. Perilaku yang kedua adalah Opprtunistic Behavior yaitu perilaku
yang hanya mengejar keuntungan sendiri dengan kecurangan. Jika perilaku ini masih banyak
dilakukan oleh pegawai musueum maka besar kemungkinan museum akan maju dan dikenal baik
oleh masyarakat. Ada dua pilihan yaitu mau maju atau mundur. Ada kebiasaan bangsa Indonesia
yang salah satu mebenarkan yang biasa artinya segala sesuatu walaupun salah jika dilakukan
oleh banyak orang dianggap sebagai sesuatu yang benar. Pola tersebut harus diubah menjadi
membinasakan yang benar. Artinya walaupun perilaku itu banyak dilakukan oleh banyak orang
tetapi jika hal itu salah sebaiknya jangan ditiru. Biasakanlah segala sesuatu yang benar. Kunci
terakhir kemajuan adalah tidak ada kemajuan tanpa perubahan tanpa perbuatan, serta tidak ada
perbuatan tanpa kemajuan. Intinya untuk maju adalah mau berbuat perubahan untuk kemajuan.
Daftar Pustaka :
Hardjosoedarmo, Soewarso (1997), Dasar Dasar Total Quality Management, Yogyakarta,
Penerbit Andi.
Hardjosoekarto, Sudarsono (1994), Beberapa Persfektif Pelayanan Prima, Bisnis dan Birokrasi,
No.3/Vol IV/September, 1994.
Soetopo (1990), Pelayanan Prima, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 1999.
Daftar Pustaka :
Hardjosoedarmo, Soewarso (1997), Dasar Dasar Total Quality Management, Yogyakarta,
Penerbit Andi.
Hardjosoekarto, Sudarsono (1994), Beberapa Persfektif Pelayanan Prima, Bisnis dan Birokrasi,
No.3/Vol IV/September, 1994.
Soetopo (1990), Pelayanan Prima, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 1999.