per jalan an

127
PERJALANAN CANDI PRAMBANAN DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENGIKUTI UN DAN US DISUSUN OLEH : NAMA : I KOMANG BAYU PARAMISA NIS : 3598 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT SMA NEGERI 1 PAGAR DEWA TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012

Upload: rizal-ainur-ichsan

Post on 25-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PERJALANAN

TRANSCRIPT

Page 1: Per Jalan An

PERJALANAN

CANDI PRAMBANANDISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENGIKUTI UN DAN US

DISUSUN OLEH :NAMA : I KOMANG BAYU PARAMISA

                           NIS : 3598

DINAS PENDIDIKAN  DAN KEBUDAYAANKABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

SMA NEGERI 1 PAGAR DEWATAHUN PELAJARAN 2011/ 2012

PERJALANAN

CANDI PRAMBANAN

Page 2: Per Jalan An

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENGIKUTI UN DAN US

DISUSUN OLEH :NAMA : I KOMANG BAYU PARAMISANIS : 3598

DINAS PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANKABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

SMA NEGERI 1 PAGAR DEWATAHUN PELAJARAN 2011/ 2012

Page 3: Per Jalan An

PENGESAHAN

Karya tulis berjudul Perjalanan Candi Prambanan telah disetujui dan disahkan oleh guru

pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing

Drs. KasiyoNip :

Diuji oleh tim penguji pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji 1 Penguji 2

Drs. I Nyoman Alit Drs. Kasiyo Nip : Nip :

Mengetahui

Kepala SMAN 01 Pagar Dewa

Amad Sambudi, S.Pd. M.PdNip:

Page 4: Per Jalan An

PERSEMBAHANPuji syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah Tuhan berikan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Dengan selesainya karya tulis ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis.

Karya tulis Ini penulis persembahkan kepada :

1.      Bapak Amad Sambudi, S.Pd. M.Pd Selaku kepala SMA Negeri 1 Pagar Dewa yang telah

memberikan izin study tour.

2.      Bapak dan Ibu Guru serta staf Tata Usaha SMA Negeri 1 Pagar Dewa yang telah memberikan

bimbingan kepada penulis.

3.      Bapak I Gede Widama Manuaba, S.Ag yang telah membimbing penulis selama Proses study

tour berlangsung.

4.      Bapak Drs. Kasiyo selaku pembimbing yang telang membingbing penulis dalam pembuatan

karya tulis ini.

5.      Ayah dan Ibu Tercinta yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

6.      Teman-teman XII IPS 1 dan adik kelas X dan XI yang telah memberikan saran-saran

konstruktifnya.

7.      Pihak-pihak lain yang telah membantu penyelesaian laopran ini.

Page 5: Per Jalan An

MOTTO

1.      Hari ini setidaknya sedikit lebih baik dari hari kemarin. ( penulis)

2. Berbuat Sedikit lebih baik dari pada hanya bicara. (penulis)

3. Mengoreksi diri adalah modal sebuah tindakan ( LKS Sosiologi)

4.      Jangan pernah menganggap belajar sebagai suatu kewajiban, tetapi anggaplah belajar sebagai

suatu kesempatan yang menyenangkan untuk membebaskan diri dalam mempelajari keindahan

alam dan kehidupan. Belajar adalah untuk kebahagiaanmu sendiri dan akan memberikan

keuntungan bagi masyarakat tempatmu bekerja nanti. (Albert Einstein)

5.      Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh (HR

Muslim)

6.      Berani mengakui kesalahan, bertanggung jawab dan memperbaiki untuk lebih baik (Freedison)

7.      Orang yang gampang bersedih akan sukar mencapai apa yang dicita-citakan. (Mahatma Gandhi)

Page 6: Per Jalan An

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

Rahmat dan karunianya kepada Penuls sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat

pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam rangka untuk

mengikuti UN dan US SMA Negeri 1 Pagar Dewa tahun pelajaran 2011/2012. Dalam laporan ini

termuat sejarah mengenai Keberadaan Candi Prambanan yang erat kaitannya dengan kejayaan

Hindu di Pulau Jawa.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

mendukung tersusunya karya tulis ini. Dan semoga Karya Tulis ini mendapat tanggapan yang

positif dari pembaca. Karya tulis ini disusun secara intensif dan pemaparan yang terdapat di

dalamnya dirasa cukup jelas dan lengkap. Namun Penulis menyadari bahwa karya tulis ini

belumlah sempurna. Kritik dan saran konstruktif sangat penulis harapkan untuk menuju kearah

kesempurnaan itu. Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat brmanfaat dan dapat dijadikan

sebagai khasanah ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pagar Dewa,…………………2012

Penulis

Page 7: Per Jalan An

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

PENGESAHAN .......................................................................................ii

PERSEMBAHAN ...................................................................................iii

MOTTO .................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................ v

DAFTAR ISI .......................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang............................................................................. 1

1.2  Dasar penulisan............................................................................ 2

1.3  Tujuan Penulisan ........................................................................ 2

1.4  Metode Pengumpulan Data......................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 4

BAB III PEMBAHAAN

3.1Sejarah Singkat ............................................................................ 7

3.2  Deskripsi Baangunan .................................................................. 8

3.3  Candi Utama............................................................................... 10

3.3.1        Candi Siwa................................................................ 11

3.3.2        Candi Wisnu.............................................................. 16

3.3.3        Candi Brahma ........................................................... 18

3.4 Candi Pendamping ...................................................................... 19

3.4.1 Candi Nandi........................................................................ 19

3.4.2 Angsa ................................................................................. 20

Page 8: Per Jalan An

3.4.2 Garuda ................................................................................ 20

3.4.3 Candi Apit............................................................................21

3.4.4 Candi Kelir ..........................................................................21

3.4.5 Candi Sudut........................................................................ 21

3.5 Perkembangan Pemugaran Candi Prambanan ..............................21

3.6 Etika Di Candi Prambanan ...........................................................23

3.7 Fasilitas di Kompleks Candi Prambanan..................................... 24

3.8 Lokasi Candi Prambanan ............................................................ 24

3.9 Candi-Candi Lain Di Sekitar Prambanan ....................................25

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ................................................................................ 29

4.2 Saran-saran ................................................................................. 30

Daftar Pustaka................................................................................................31

Lampiran........................................................................................................32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG KARYA TULIS

Candi Prambanan adalah salah satu candi terbesar yang ada di Indonesia dan merupakan salah

satu situs kebanggaan yang dimiliki Indonesia baik sebagai objek wisata maupun sarana

keagamaan. Candi ini merupakan candi yang bercorak Hindu sesuai dengan fakta sejarah yang

Page 9: Per Jalan An

ada. Candi ini terbilang cukup unik dan menarik karena pada awalnya candi ini dibangun tidak

menggunakan semen atau perekat lainnya. Penulis merasa tertarik untuk mempelajari dan

akhirnya menyusunnya dalam bentuk sebuah karya tulis

Karya tulis ini ditulis berdasarkan hasil kunjungan ke Candi Prambanan yang terletak di daerah

Prambanan Sleman-Yogyakarta saat study tour. Dalam penulisan karya tulis ini, penulis

memiliki beberapa alasan yaitu penulis secara langsung mengamati bentuk fisik candi

Prambanan di lapangan, mengemukakan sebab-sebab mengapa masalah yang dipersoaalkan

perlu diteliti dan ditulis. Adapun penyusunannya dilatar belakangi oleh :

1.      Salah satu syarat untuk mengikuti ujian nasional (UN) dan ujian sekolah (US) 2012.

2.      Bentuk pertanggung jawaban atas study tour yang dilaksanankan.

3.      Program tahunan SMAN 1 Pagar Dewa.

1.2  DASAR PENULISAN KARYA TULIS

Dasar penulisan laporan ini adalah :

a)      Program pendidikan karya wisata SMA Negeri 1 Pagar Dewa tahun pelajaran 2011/2012.

b)      Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah (US)

1.3  TUJUAN PENULISAN

Karya tulis yang berjudul laporan study tour ke candi prambanan ini ditulis bukanlah tanpa

tujuan, adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :

1.      Untuk memperluas wawasan penulis dan pembaca mengenai situs sejarah candi prambanan.

2.      Memberikan gambaran umum mengenai candi prambanan serta perkembangannya.

3.      Penyebaran informasi tentang upaya pelestarian Candi Prambanan.

Page 10: Per Jalan An

4.      Mengetahui sejarah tentang asal mula dibangunnya candi prambanan dan candi-candi

disekitarnya

5.      Menumbuhkan minat generasi muda terhadap sejarah melalui penelitian benda-benda bersejarah.

1.4  METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode-metode penulisan.

Adapun metode tersebut adalah :

a.       Metode observasi

Yaitu proses pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan lalu mencatatnya dengan

sistematis terhadap obyek. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode ini agar lebih jelas dan

secara langsung dapat mengetahui Candi Prambanan yang berada di Daerah Prambanan.

b.      Metode study pustaka

Yaitu penulis membaca dan mengkaji buku-buku dan brosur yang membahas tentang candi

prambanan.

c.       Browsing internet

Yaitu mencari data-data terkait dengan candi prambanan di berbagai situs-situs web.

Page 11: Per Jalan An

BAB II

LANDASAN TEORI

Candi adalah sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari

agama Hindu-Buddha. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Namun demikian,

istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja.

Banyak situs-situs purbakala lain dari masa Hindu-Buddha atau Klasik Indonesia, baik sebagai

istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya, disebut dengan istilah candi. Candi juga

berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Durga). Karenanya

candi selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya

candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati. Sebuah candi tidaklah di bangin tanpa arti,

melainkan terdapat filosopi-filosopi yang menyertainya, seperti struktur, bentuk, dan lain

sebagainya. Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar

belakang agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi.

Pembangunan candi dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang terdapat dalam suatu kitab

Vastusastra atau Silpasastra yang dikerjakan oleh silpin yaitu seniman yang membuat candi

(arsitek zaman dahulu). Salah satu bagian dari kitab Vastusastra adalah Manasara yang berasal

dari India Selatan, yang tidak hanya berisi patokan-patokan membuat kuil beserta seluruh

komponennya saja, melainkan juga arsitektur profan, bentuk kota, desa, benteng, penempatan

kuil-kuil di kompleks kota/desa, dan lain sebagainya. Beberapa ketentuan dari kitab selain

Manasara namun sangat penting di Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya

didirikan di dekat air, baik air sungai (terutama di dekat pertemuan 2 buah sungai, danau, laut,

Page 12: Per Jalan An

bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan sebuah jambangan berisi air

di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut. Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan

sebuah candi yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, di lembah, dsb. Seperti kita

ketahui, candi-candi pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan candi Borobudur terletak

di dekat pertemuan sungai Opak dan sungai Progo.

Candi Prambanan terletak di lingkungan Taman Wisata Prambanan, kurang lebih 17 km ke arah

timur dari Yogyakarta, tepatnya di Desa Prambanan Kecamatan Bokoharjo. Lokasinya hanya

sekitar 100 m dari jalan raya Yogya-Solo, sehingga tidak sulit untuk menemukannya. Sebagian

dari kawasan wisata yang yang terletak pada ketinggian 154 m di atas permukaan laut ini

termasuk dalam wilayah Kabupaten Sleman. sedangkan sebagian lagi masuk dalam wilayah

Klaten. Secara administratif kompleks candi ini berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah

Istimewa Yogyakarta. Masyarakat menyebut candi ini dengan nama candi Larajonggrang, suatu

sebutan yang sebenarnya keliru. Rara dalam bahasa Jawa untuk menyebut anak gadis. Dalam

cerita rakyat, Rara Jonggrang dikenal sebagai putri Prabhu Ratubaka yang namanya diabadikan

sebagai nama peninggalan kompleks bangunan di perbukitan Saragedug sebelah selatan Candi

Prambanan.

Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai saat ini belum

dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa

Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu

Raja Balitung Maha Sambu. Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang

ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti

berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.

Page 13: Per Jalan An

Gambar 2.1 Candi Prambanan

Pemugaran Candi Prambanan memakan waktu yang sangat panjang, seakan tak pernah selesai.

Mulai dari awal ditemukannya hingga saat ini. Candi prambanan merupakan tempat wisata yang

memiliki fasilitas cukup lengkap. Hal inilah yang menarik minat wisatawan lokal maupun

mancanegara.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 SEJARAH SINGKATCandi Prambanan merupakan candi hindu yang dibangun oleh raja-raja dinasti Sanjaya pada

abad IX, ditemukanya tulisan nama Pikatan pada candi ini yang menimbulkan pendapat bahwa

candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan kemudian diselesaikan oleh raja Rakai Balitung

berdasarkan prasasti berangka tahun 856 M “Prasasti Siwargiha” sebagai manifest politik untuk

meneguhkan kedudukan sebagai raja yang besar. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan

Page 14: Per Jalan An

Mataram ke Jawa Timur berkaitan tidak terawatnya candi di daerah ini di tambah terjadinya

gempa bumi serta beberapa kali letusan gunung merapi menjadikan candi prambanan runtuh

tinggal puing-puing batu yang berserakan. Apalagi ditambah dengan gempa pada tahun 2006,

Usaha pemugaran pun mulai dilakukan.

Pada tanggal 20 Desember 1953 pemugaran Candi induk Loro Jonggrang secara resmi

dinyatakan selesai oleh Dr. Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Pertama.

Komplek percandian prambanan terdiri atas bawa, latar tengah dan latar atas (Latar Pusat) Latar

bawah tak berisi apapun. Didalam latar tengah terdapat reruntuhan candi-candi parawa. Latar

pusat adalah latar terpenting diatas berdiri 6 buah candi besar dan kecil. Candi-candi utama

terdiri atas 2 deret yang paling berhadapan.

Deret pertama yaitu candi Siwa, candi Wisnu, dan candi Brahma. Deret kedua yaitu candi Nandi,

candi Angsa dan candi Garuda. Pada ujung lorong yang memisah kedua deretan candi tersebut

terdapat candi apit secara keseluruhan percandian ini terdiri atas 240 buah candi.

3.2 DESKRIPSI BANGUNAN

Denah asli Candi Prambanan berbentuk persegi panjang, terdiri atas halaman luar dan tiga

pelataran, yaitu Jaba (pelataran luar), Tengahan (pelataran tengah) dan Njeron (pelataran dalam).

Halaman luar merupakan areal terbuka yang mengelilingi pelataran luar. Pelataran luar

berbentuk bujur dengan luas 390 m2. Pelataran ini dahulu dikelilingi oleh pagar batu yang kini

sudah tinggal reruntuhan. Pelataran luar saat ini hanya merupakan pelataran kosong. Belum

diketahui apakah semula terdapat bangunan atau hiasan lain di pelataran ini.

Page 15: Per Jalan An

Di tengah pelataran luar, terdapat pelataran kedua, yaitu pelataran tengah yang berbentuk persegi

panjang seluas 222 m2. Pelataran tengah dahulu juga dikelilingi pagar batu yang saat ini juga

sudah runtuh. Pelataran ini terdiri atas empat teras berundak, makin ke dalam makin tinggi. Di

teras pertama, yaitu teras yang terbawah, terdapat 68 candi kecil yang berderet berkeliling,

terbagi dalam empat baris oleh jalan penghubung antarpintu pelataran. Di teras kedua terdapat 60

candi, di teras ketiga terdapat 52 candi, dan di teras keempat, atau teras teratas, terdapat 44 candi.

Seluruh candi di pelataran tengah ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu luas denah

dasar 6 m2 dan tinggi 14 m. Hampir semua candi di pelataran tengah tersebut saat ini dalam

keadaan hancur. Yang tersisa hanya reruntuhannya saja.

Pelataran dalam, merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan yang dianggap sebagai

tempat yang paling suci. Pelataran ini berdenah persegi empat seluas 110 m2, dengan tinggi

sekitar 1,5 m dari permukaan teras teratas pelataran tengah. Pelataran ini dikelilingi oleh turap

dan pagar batu. Di keempat sisinya terdapat gerbang berbentuk gapura paduraksa. Saat ini hanya

gapura di sisi selatan yang masih utuh. Di depan masing-masing gerbang pelataran teratas

terdapat sepasang candi kecil, berdenah dasar bujur sangkar seluas 1, 5 m2 dengan tinggi 4

meter. Di pelataran dalam terdapat 2 barisan candi yang membujur arah utara selatan. Di barisan

barat terdapat 3 buah candi yang menghadap ke timur. Candi yang letaknya paling utara adalah

Candi Wisnu, di tengah adalah Candi Syiwa, dan di selatan adalah Candi Brahma. Di barisan

timur juga terdapat 3 buah candi yang menghadap ke barat. Ketiga candi ini disebut candi

wahana (wahana = kendaraan), karena masing-masing candi diberi nama sesuai dengan binatang

yang merupakan tunggangan dewa yang candinya terletak di hadapannya.

Page 16: Per Jalan An

Candi yang berhadapan dengan Candi Wisnu adalah Candi Garuda, yang berhadapan dengan

Candi Syiwa adalah Candi Nandi (lembu), dan yang berhadapan dengan Candi Brahma adalah

Candi Angsa. Dengan demikian, keenam candi ini saling berhadapan membentuk lorong. Candi

Wisnu, Brahma, Angsa, Garuda dan Nandi mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu

berdenah dasar bujur sangkar seluas 15 m2 dengan tinggi 25 m. Di ujung utara dan selatan

lorong masing-masing terdapat sebuah candi kecil yang saling berhadapan, yang disebut Candi

Apit.

Page 17: Per Jalan An
Page 18: Per Jalan An

(a)    (b)

Gambar 3.2.1 (a) Denah Candi Prambanan secara keseluruhan(b) Denah candi utama

3.3  CANDI UTAMA

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan

Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu

menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke

barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu.

Dalam filosopi hindu, Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman (Sang Hyang Widhi, sebutan

Tuhan dalam agama Hindu) dalam menciptakan, memelihara, melebur alam beserta isinya.

Trimurti terdiri dari 3 yaitu:

a.                   Dewa Brahma yang berfungsi sebagai pencipta/Utpathi, Sakti: Dewi Saraswati yang merupakan

dewi ilmu pengetahuan, Senjata: Busur, Simbol: A, Warna: Merah.

b.      Dewa Wisnu berfungsi sebagai Pemelihara / Sthiti. Dalam menjalankan tugasnya beliau dibanti

oleh Dewi Laksmi atau Sri. Atribut atau Senjata dewa Wisnu adalah Cakram dengan Simbol

aksara U,Warna Hitam

c.       Dewa Siwa

Berfungsi sebagai Penghancur / Pralina yang memiliki kekuatau atau Sakti Dewi Durga, Uma,

dan Parwati. Dewa Siwa bersenjatakan Trisula Dengan Simbol M dan Warna Panca Warna

Page 19: Per Jalan An

Apabila simbol dari ketiga dewa tesebut digabungkan, maka akan menjadi AUM yang dibaca

"OM" ( ॐ ) yang merupakan simbol suci agama Hindu. Inilah yang menjadi dasar candi

prambanan.

3.3.1 Candi Siwa

Pada saat ditemukan, Candi Siwa berada dalam kondisi rusak berat. Pemugarannya memakan

waktu yang cukup lama, yaitu dimulai pada tahun 1918 dan baru selesai pada tahun 1953.

Dinamakan Candi Syiwa karena di dalam candi ini terdapat Arca Siwa. Candi Siwa dikenal juga

dengan nama Candi Rara Jonggrang, karena dalam salah satu ruangannya terdapat Arca Durga

Mahisasuramardani, yang sering disebut sebagai Arca Rara Jonggrang. Tubuh candi berdiri di

atas batur setinggi sekitar 2,5 m. Candi Siwa, yang terletak di tengah barisan barat, merupakan

candi terbesar. Denah dasarnya berbentuk bujur sangkar seluas 34 m2 dengan tinggi 47 meter.

Page 20: Per Jalan An

Gambar a1. Arca Siwa

Sepanjang dinding kaki candi dihiasi dengan pahatan dua macam hiasan yang letaknya

berselang-seling. Yang pertama adalah gambar seekor singa yang berdiri di antara dua pohon

kalpataru. Hiasan ini terdapat di semua sisi kaki Candi Syiwa dan kelima candi besar lainnya.

Pada dinding kaki di sisi utara dan selatan Candi Syiwa, hiasan singa di atas diapit dengan panil

yang memuat pahatan sepasang binatang yang sedang berteduh di bawah sebatang pohon

kalpataru yang tumbuh dalam jambangan. Berbagai binatang yang digambarkan di sini, di

antaranya: kera, merak, kijang, kelinci, kambing, dan anjing. Di atas setiap pohon bertengger dua

ekor burung.

Pada sisi-sisi lain dinding kaki candi, baik kaki Candi Syiwa maupun candi besar lainnya, panil

bergambar binatang ini diganti dengan panil ber gambar kinara-kinari, sepasang burung

berkepala manusia, yang juga sedang berteduh di bawah pohon kalpataru.

Tangga untuk naik ke permukaan batur terletak di sisi timur. Tangga atas ini dilengkapi dengan

pipi tangga yang dindingnya dihiasi dengan pahatan sulur-suluran dan binatang. Pangkal pipi

tangga dihiasi pahatan kepala naga yang menganga lebar dengan sosok dewa dalam mulutnya. Di

kiri dan kanan tangga terdapat candi kecil yang beratap runcing dengan pahatan Arca Siwa di

keempat sisi tubuhnya. Di puncak tangga terdapat gapura paduraksa menuju lorong di

permukaan batur. Di atas ambang gapura terdapat pahatan Kalamakara yang indah. Di balik

gapura terdapat sepasang candi kecil yang mempunyai relung di tubuhnya. Relung tersebut berisi

Arca Mahakala dan Nandiswara, dewa-dewa penjaga pintu.

Page 21: Per Jalan An

Di permukaan batur terdapat selasar selebar sekitar 1 m yang mengelilingi tubuh candi. Selasar

ini dilengkapi dengan pagar atau langkan, sehingga bentuknya mirip sebuah lorong tanpa atap.

Lorong berlangkan ini berbelok-belok menyudut, membagi dinding candi menjadi 6 bagian.

Sepanjang dinding tubuh candi dihiasi deretan pahatan Arca Lokapala. Lokapala adalah dewa-

dewa penjaga arah mata angin, seperti Bayu, Indra, Baruna, Agni dan Yama. Sepanjang sisi

dalam dinding langkan terpahat relief Ramayana. Cerita Ramayana ini dipahatkan searah jarum

jam, dimulai dari adegan Wisnu yang diminta turun ke bumi oleh para raja guna mengatasi

kekacuan yang diperbuat oleh Rahwana dan diakhiri dengan adegan selesainya pembangunan

jembatan melintas samudera menuju Negara Alengka. Sambungan cerita Ramayana terdapat

dinding dalam langkan Candi Brahma.

Di atas dinding langkan berderet hiasan ratna. Di bawah ratna, pada sisi luar dinding langkan,

terdapat relung kecil dengan hiasan Kalamakara di atasnya. Dalam relung terdapat 2 motif

pahatan yang ditampilkan berselang-seling, yaitu gambar 3 orang yang berdiri sambil

berpegangan tangan dan 3 orang yang sedang memainkan berbagai jenis alat musik.

Pintu masuk ke ruangan-ruangan dalam tubuh candi terdapat di teras yang lebih tinggi lagi.

Untuk mencapai teras atas, terdapat tangga di depan masing-masing pintu ruangan. Dalam tubuh

candi terdapat empat ruangan yang mengelilingi ruangan utama yang terletak di tengah tubuh

candi. Jalan masuk ke ruangan utama adalah melalui ruang yang menghadap ke timur. Ruangan

ini ruangan kosong tanpa arca atau hiasan apapun. Pintu masuk ke ruang utama letaknya segaris

dengan pintu masuk ke ruang timur. Ruang utama ini disebut Ruang Siwa karena di tengah

ruangan terdapat Arca Siwa Mahadewa, yaitu Siwa dalam posisi berdiri di atas teratai dengan

satu tangan terangkat di depan dada dan tangan lain mendatar di depan perut. Arca Syiwa

Page 22: Per Jalan An

tersebut terletak di atas umpak (landasan) setinggi sekitar 60 cm, berbentuk yoni dengan saluran

pembuangan air di sepanjang tepi permukaannya. Konon Arca Syiwa ini menggambarkan Raja

Balitung dari Mataram Hindu (898 - 910 M) yang dipuja sebagai Siwa.

Tidak terdapat pintu penghubung antara Ruang Syiwa dengan ketiga ruang di sisi lain. Ruang

utara, barat, dan selatan memiliki pintu sendiri-sendiri yang terletak tepat di depan tangga naik

ke teras atas. Dalam ruang utara terdapat Arca Durga Mahisasuramardini, yaitu Durga sebagai

dewi kematian, yang menggambarkan permaisuri Raja Balitung. Durga digambarkan sebagai

dewi bertangan delapan dalam posisi berdiri di atas Lembu Nandi menghadap ke Candi Wisnu.

Satu tangan kanannya dalam posisi bertelekan pada sebuah gada, sedangkan ketiga tangan

lainnya masing-masing memegang anak panah, pedang dan cakram. Satu tangan kirinya

memegang kepala Asura, raksasa kerdil yang berdiri di atas kepala mahisa (lembu), sedangkan

ketiga tangan lainnya memegang busur, perisai dan bunga. Arca Durga ini oleh masyarakat

sekitar disebut juga Arca Rara Jonggrang, karena arca ini diyakini sebagai penjelmaan Rara

Jonggrang. Rara Jonggrang adalah putri raja dalam legenda setempat, yang dikutuk menjadi arca

oleh Bandung Bandawasa.

Dalam ruang barat terdapat Arca Ganesha dalam posisi bersila di atas padmasana (singgasana

bunga teratai) dengan kedua telapak kaki saling bertemu. Kedua telapak tangan menumpang di

lutut dalam posisi tengadah, sementara belalainya tertumpang dilengan kiri. Arca Ganesha ini

menggambarkan putra mahkota Raja Balitung. selempang di bahu menunjukkan bahwa ia juga

seorang panglima perang.

Page 23: Per Jalan An

Dalam ruang selatan terdapat Arca Agastya atau Siwa Mahaguru. Arca ini meliliki postur tubuh

agak gemuk dan berjenggot. Siwa Mahaguru digambarkan dalam posisi berdiri menghadap ke

Candi Brahma di selatan dengan tangan kanan memegang tasbih sdan tangan kiri memegang

sebuah kendi. Di belakangnya, di sebelah kiri terdapat pengusir lalat dan di sebelah kanan

terdapat trisula. Konon Arca Siwa Mahaguru ini menggambarkan seorang pendeta penasihat

kerajaan.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan

menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain

masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa).

3.3.2        Candi Wisnu

Candi Wisnu terdapat di sebelah utara Candi Siwa. Tubuh candi berdiri di atas batur yang

membentuk selasar berlangkan. Tangga untuk naik ke permukaan batur terletak di sisi timur. Di

sepanjang dinding tubuh candi berderet panil dengan pahatan yang menggambarkan Lokapala.

Sepanjang dinding dalam langkan dihiasi seretan panil yang memuat relief Krisnayana.

Krisnayana adalah kisah kehidupan Krisna sejak ia dilahirkan sampai ia berhasil menduduki

tahta Kerajaaan Dwaraka. Di atas dinding langkan berderet hiasan ratna. Di bawah ratna, pada

sisi luar dinding langkan, terdapat relung kecil dengan hiasan Kalamakara di atasnya. Dalam

relung terdapat pahatan yang menggambarkan Wisnu sebagai pendeta yang sedang duduk

dengan berbagai posisi tangan.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, dipersembahkan kepada Batara

Wisnu, yang menghadap ke arah utara. Candi Wisnu hanya mempunyai 1 ruangan dengan satu

Page 24: Per Jalan An

pintu yang menghadap ke timur. Dalam ruangan tersebut, terdapat Arca Wisnu dalam posisi

berdiri di atas 'umpak' berbentuk yoni. Wisnu digambarkan sebagai dewa bertangan 4. Tangan

kanan belakang memegang Cakra (senjata Wisnu) sedangkan tangan kiri memegang tiram.

Tangan kanan depan memegang gada dan tangan kiri memegang setangkai bunga teratai.

Gambar b1. Arca Dewa Wisnu

3.3.3        Candi Brahma

Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan

satu ruangan berisi arca Brahma. Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Di

dalam satu-satunya ruangan yang ada, berdirilah arca brahma berkepala 4 dan bertangan 4. Arca

ini sebenarnya sangat indah tetapi sudah rusak salah satu tangannya memegang tasbih yang

satunnya lagi memegang “kamandalu” tempat air. Ke empat wajahnya menggambarkan ke empat

kitab suci Weda masing-masing menghadap ke arah mata angin. Ke empat lengannya

menggambarkan ke empat arah mata angin. Sebagai pencipta ia membawa air karena seluruh

Page 25: Per Jalan An

alam keluar dari air. Tasbih menggambarakan waktu dasar kaki candi juga di kelilingi oleh

selasar yang di batasi pagar langkah dimana pada dinding langkah ceritera Ramayana dan Relief

serupa pada candi siwa sehingga tamat.

Gambar c1. Arca Dewa Brahma

3.4      CANDI PENDAMPING

Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini

untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain tiga candi pendamping, juga

terdapat candi penjaga. Berikut akan diulas satu persatu.

Page 26: Per Jalan An

3.4.2        Candi Nandi

Candi ini mempunyai satu tangga masuk yang menghadap ke barat, yaitu ke Candi Syiwa. Nandi

adalah lembu suci tunggangan Dewa Syiwa. Jika dibandingkan dengan Candi Garuda dan Candi

Angsa yang berada di sebelah kanan dan kirinya, Candi Nandi mempunyai bentuk yang sama,

hanya ukurannya sedikit lebih besar dan lebih tinggi. Tubuh candi berdiri di atas batur setinggi

sekitar 2 meter. Seperti yang terdapat di Candi Siwa, pada dinding kaki terdapat dua motif

pahatan yang letaknya berselang-seling. Yang pertama merupakan gambar singa yang berdiri di

antara dua pohon kalpataru dan yang kedua merupakan gambar sepasang binatang yang berteduh

di bawah pohon kalpataru. Di atas pohon bertengger dua ekor burung. Gambar-gambar semacam

ini terdapat juga pada candi wahana lainnya. Candi Nandi memiliki satu ruangan dalam

tubuhnya. Tangga dan pintu masuk ke ruangan terletak di sisi barat. Dalam ruangan terdapat

Arca Lembu Nandi, kendaraan Syiwa, dalam posisi berbaring menghadap ke barat.

Page 27: Per Jalan An

Gambar a1 Arca Nandi

Dalam ruangan tersebut terdapat juga dua arca, yaitu Arca Surya (dewa matahari) yang sedang

berdiri di atas kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda dan Arca Candra (dewa bulan) yang

sedang berdiri di atas kereta yang ditarik oleh sepuluh ekor kuda. Dinding ruangan tidak dihias

dan terdapat sebuah batu yang menonjol pada tiap sisi dinding yang berfungsi sebagai tempat

meletakkan lampu minyak. Dinding lorong di sekeliling tubuhcandi juga polos tanpa hiasan

pahatan.

3.4.3        Candi Angsa

Candi ini mempunyai satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas dasarnya 13 m2 dan tingginya

22 m. mungkin ruangan ini hanya di pakai untuk kandang angsa hewan yang biasa di kendarai

oleh Brahma.

3.4.4        Candi Garuda

Di dalam satu-satunya ruangan yang ada, terdapat area kecil yang berwujud seekor garuda diatas

seekor naga, Garuda adalah kendaraan Wisnu.

3.4.5        Candi Apit

Candi Apit merupakan sepasang candi yang saling berhadapan. Letaknya, masing-masing, di

ujung selatan dan ujung utara lorong di antara kedua barisan candi besar. Kedua candi ini

berdenah bujur sangkar seluas 6 m2 dengan ketinggian 16 m. tubuh candi berdiri di atas batur

setinggi sekitar 2,5 m. Tidak terdapat selasar di permukaan kaki candi. Masing-masing

mempunyai satu tangga menuju satu-satunya ruangan dalam tubuhnya. Hanya ada hal yang

Page 28: Per Jalan An

istimewa tentang candi ini, ialah ketika candi ini sudah selesai di bangun kembali, kelihatan

sangat indah.

3.4.6        Candi Kelir

Luas dasarnya 1, 55 m2 dengan tinggi 4,10 m. Candi ini tidak mempunyai tangga masuk.

Fungsinya sebagai penolak bala.

3.4.7        Candi Sudut

Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 m.

3.5      PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI PRAMBANAN

Candi yang dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi ini mengalami beberapa renovasi sejak

tahun pembuatannya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.

Renovasi candi ini dimulai pada tahun 1918, dan sampai sekarang belum selesai. Bangunan

utama baru diselesaikan pada tahun 1953. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan

batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah

candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak

candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi

ini adalah sebuah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991, berarti

bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi

peperangan.

Page 29: Per Jalan An

Gambar 3.5.1pemugaran candi prambanan

Page 30: Per Jalan An

Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala Richter (sementara United States

Geological Survey melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala Richter) menghantam daerah

Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan

kematian pada penduduk di sana. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Candi

Prambanan, khususnya Candi Brahma,beberapa kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu kini

sedang diperbaiki. Sejak tanggal 18 September 2006, anda sudah bisa memasuki zona 1 Candi

Prambanan meski belum bisa masuk ke dalam candi.

3.6      ETIKA DI CANDI PRAMBANAN

Untuk menjaga kesakralran candi prambanan maka diterapkan aturan baru. Aturan mewajibkan

seluruh pengunjung candi prambanan memakai sarung batik dan sandal bersol karet, terutama

bagi yang bercelana pendek atau rok mini. Aturan yang berlaku baik untuk wisatawan

mancanegara maupun wisatawan domestik mengenai sandal bersol karet untuk menjaga agar

batu candi tidak aus karena gesekan. Tahun ini pihak pengelola candi menggalakkan berbagai

program untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Pihak yang menggalakkan program ini

yaitu PT Taman Wisata Candi Borobudur dan Ratu Boko (PT TWCBPRB) dan bertujuan karena

candi itu sejatinya adalah tempat ibadah, maka sebagai pengunjung kesopanan harus dijaga.

Bersikaplah yang sewajarnya dan jangan berbuat yang melanggar etika beringkah laku seperti

merusak areal percandian, mencoret candi, menaiki candi, dan lain sebagainya.

3.7      FASILITAS DI KOMPLEKS CANDI PRAMBANAN

Page 31: Per Jalan An

Segala informasi yang berkenaan dengan Candi Prambanan, berikut berbagai jenis cindera mata,

hingga buku-buku kepariwisataan dan potensi tujuan wisata sekitar DIY atau Jateng, bisa

wisatawan dapatkan di Pusat Penerangan Candi Prambanan. Dan demi memudahkan wisatawan

menikmati segala keindahan, disediakan sebuah rangkaian Kereta Mini yang akan mengelilingi

kawasan Taman Wisata Candi Prambanan hingga ke Candi Sewu.

Selain itu, kawasan Taman Wisata Candi Prambanan juga memiliki Arena Bermain Anak-Anak

yang sejuk dan nyaman, dimana sering digunakan sebagai tempat lomba burung berkicau.

Masyarakat umum juga dapat memanfaatkan Bumi Perkemahan Rama Shinta yang tersedia di

dalam kawasan untuk acara-acara pertemuan, acara keluarga, ulang tahun, perpisahan sekolah

maupun resepsi pernikahan. Sebab di Bumi Perkemahan tersedia tempat parkir, pendopo, toilet,

kamar mandi dan lapangan olahraga yang dapat dimanfaatkan. Bahkan disini juga tersdia

penyewaan tenda, pengeras suara, meja, kursi, lampu penerangan dan acara kesenian Reog.

3.8      LOKASI CANDI PRAMBANAN

Candi Prambanan terletak persis di perbatasan provinsi daerah istimewa yogyakarta dan provinsi

jawa tengah. Letaknya kurang lebih 17 km ke arah timur dari Kota Yogyakarta. Cndi Prambanan

masuk kedalam dua wilayah, yakni kecamatan prambanan kabupaten sleman Privinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dan kecamatan prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Kompleks Candi Prambanan berdiri 200 meter sebelah utara jalan Yogyakarta. Sedangkan untuk

pintu masuk taman wisata Candi Prambanan dari arah sebelah timur.

Page 32: Per Jalan An

3.9      CANDI-CANDI LAIN DI SEKITAR PRAMBANAN

1.      Candi Lumbung, Brubah Dan Sewu

Ketiga candi budha ini tinggal reruntuhan kecuali candi sewu yang masih bias dinikmati

keindahanya. Masih di kawasan Candi Prambanan, kurang lebih 1 km di utara, wisatawan juga

dapat melihat komplek bangunan suci Candi Sewu. Agak berbeda dengan Prambanan, Candi

Sewu merupakan peninggalan kebudayaan Buddha kedua terbesar setelah Borobudur.

Berdasarkan prasasti dan data arsitekturnya, Candi Sewu dibangun sekitar tahun 782 M–792 M,

tepatnya pada masa pemerintahan Rakai Panakaran dan Rakai Panaraban (seorang raja besar

Mataram kuno). Dan merajuk pada prasasti berangka tahun 714 C atau 792 M yang ditemukan

pada tahun 1960 disini, nama asli Candi Sewu adalah Manjus’rigrha atau rumah Manjusri, yaitu

salah satu Boddhisatwa dalam agama Buddha.

2.      Candi Plaosan

Page 33: Per Jalan An

Candi ini dibangun pada abad 9 Masehi oleh Rakai Pikatan sebagai hadiah kepada permaisuri.

Kelompok candi Plaosan utara terdiri atas 2 candi induk, 58 parawa, 126 buah stupa. Kelompok

candi Plaosan selatan hanya berupa sebuah candi. Halaman candi induk terbagi 2 yang masing-

masing diatasnya berdiri atas untuk tempat tinggal pada pendeta budha dan tingkat bawah untuk

kegiatan keagamaan.

3.      Candi Boko (Keraton Ratu Boko)

Letaknya + 3 km kearah selatan dari percandian prambanan, terdiri dari atas bukit kidul yang

merupakan lanjutan dari pegunungan seribu dengan pemandangan alam yang permai

disekitarnya bangunan ini sangat unik, dan lebih mengesankan sebuah keratin. Diperkirakan

Balaputera Dewa dari denasti syailendra yang beragama budha. Mendirikanya pada pertengahan

9 masehi sebagai benteng pertahanan yang strategis terhadap Rakai Pikatan.

4.      Candi Banyunibo

Candi ini terletak + 200 m kearah tenggara dari candi Boko terdiri atas sebuah lembah “Banyu

berarti air” nibo berarti jatuh menetes yang bermakna bagi lingkungan masyarakat Jawa. Candi

budha ini didirikan pada abad 9 masehi. Arca-arca bodhisatwa terpahat pada dinding luarnya

dinding ini dihias dengan indah Biara Budha yang dibangun pada + abad 8 Masehi ini terletak

pada sisi kiri jalan raya Yogya – Solo, masuk + 500 m ke arah utara. Bangunan ini merupakan

kumpulan dari candi yang hilang.

5.      Candi Kalasan

Peninggalan agama tertua adalah candi ini didirikan oleh penangkaran, Raja kedua dari kerajaan

mataram kuno pada abad 8 masehi sebagai persembahan kepada Dewi Tara Lengkung

Page 34: Per Jalan An

“Kalamakara dengan hiasan khayangan diatasanya terdapat di pintu masuk begitu indah.

Keindahan hiasan dan relief-reliefnya disebabkan oleh penggunaan sejenis semen kuno

“Bajralepa” candi ini dianggap permata kesenian Jawa Tengah.

6.      Candi Sambisari

Setelah terpendam selama berabad-abad karena letusan gunung berapi pada bulan juli 1966

ditemukan kembali secara kebetulan oleh seorang pentane yang tengah mengerjakan sawahnya.

Pada tahun 1986 telah selesai pugar keunikanya ia terletak 6,5 m di bawah permukaan tanah dan

tidak mempunyai kaki candi yang sebenarnya. Bangunan terdiri atas sebuah candi induk dan 3

candi pewarna yang tidak bertubuh maupun berkaki. Pada sisi-sisi luar dinding candi induknya

terdapat relung-relung yang berisi arca-arca. Didalam ruangannya terdapat Lingga dan Yoni,

kedua aspek dari siwa. Kesatuanya melambangkan totalitas dan kesuburan.

7.      Candi Sari

“Sari” berarti indah/cantik sesuai bentuknya yang ramping. Mungkin karena keindahannya yang

menarik perhatian Ia dinamakan demikian karena puncak atap berhias 9 stupa.

Page 35: Per Jalan An

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan

karunianya penulis diberi kesempatan menyelesaikan pembuatan laporan karya tulis tentang

Candi Prambanan tanpa halangan suatu apapun. Yang terletak persis di perbatasan Propinsi Jawa

Tengah + 17 Km kea rah timur dari kota Yogyakarta. Daerah ini merupakan daerah yang

mempunyai banyak sejarah sehingga tidak heran banyak wisatawan asing yang ingin

mengunjungi tempat-tempat wisata di daerah Istimewa Yogyakarta terutama di candi Prambanan

yang berdiri di sebelah timur sungai Opak + 200 m sebelah utara Yogya – Solo.

Dengan adanya data yang diperoleh dari uraian penulis dapat menyimpulkan :

1.      Candi prambanan memiliki keistimewaan dan pesona keindahan yang bukan saja dari bentuk

bangunan dan tata ruang, namun juga dari sisi filosopi dan sejarahnya.

2.      Candi Prambanan memiliki banyak sejarah sehingga banyak wisatawan mancanegara yang

datang untuk melihat secara langsung kemegahannya.

3.      Candi Prambanan merupakan peninggalan kebudayaan Hindu terbesar di Indonesia dan warisan

bernilai tinggi dari abad ke-9.

4.2 SARAN-SARAN

Setelah Penulis berkunjung ketempat rekreasi ini, penulis mempunyai sedikit saran untuk tempat

rekreasi yang menyenangkan antara lain :

Page 36: Per Jalan An

1.      Kunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di daerah Yogyakarta agar dapat menambah

wawasan dan pengetahuan tentang sejara-sejarah dan seni budaya Indonesia.

2.      Jagalah etika dalam berkunjung ke Candi Prambanan karena tempat tersebut sejatinya adalah

tempat ibadah

3.      Lestarikan dan kembangkan potensi warisan budaya agar Candi Prambanan yang sebagai

peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya ini mampu memaksimalkan potensi karena

selain merupakan sumber penghasilan untuk masyarakat sekitar Prambanan juga aset parawisata

nasional Indonesia penambah devisa Negara selain non-migas.

4.      Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan Candi

Borobudur tersebut tetap menjadi daya tarik terutama dari segi kepariwisataan , arkeologi dan

ilmu pengetahuan .

5.      Penulis mengharapkan kerapihan dan kebersihan di Candi Prambanan tetap terjaga.

Page 37: Per Jalan An

DAFTAR PUSTAKA

Candi di Indonesia. Candi Prambanan. http://candi.pnri.go.id/jawa

_tengah_yogyakarta/prambanan/prambanan.htm. 29 januari 2012

Candi-candi di Jawa Tengah (2011). Candi Prambanan. (http://candidiy

.tripod.com/prambanan.htm. 29 januari 2012

Djogjakarta (2008). Candi Prambanan. http://djogjakarta.blogdetik.com /hr/candi-prambanan/

29 januari 2012.

Fariable (2011). Kompleks candi prambanan-candi Roro Jonggrang.

http://fariable.blogspot.com/2011/01/kompleks-candi-prambanan-candi-roro.html. 29 januari

2012

Google (2012). Hasil penelusuran Gambar. http:// google.com. 29 januari 2012.

Srandilmandalagiri.blogspot.com (2011), Laporan Hasil Karya Tulis Ke Candi Prambanan.

http://srandilmandalagiri.blogspot.com/2011/06/ laporan-hasil -karya-tulis- ke-candi.html , 29

januari 2012.

Suara Pembaharuan (2011). Banyak Rusak, Pemugaran Candi Prambanan Butuh waktu 8

Tahun. http://www.suarapembaruan.com/home/banyak-rusak-pemugaran- candi-prambanan-

butuh-waktu-8-tahun/5843. 29 january 2012

Wikipedia (2012. Wikipedia Indonesia. http://wikipedia-Indonesia.com. 29 januari 2012

Wisata Prambanan (2011) Candi Prambanan. Yogyakarta

Page 38: Per Jalan An

Gambar 1 Peta digital yogyakarta

Page 39: Per Jalan An

Gambar 2. Keindahan candi prambanan

Gambar 3. Candi Prambanan di lihat dari sisi selatan

Page 40: Per Jalan An

Gambar 4. Reruntuhan candi yang belum direnovasi

Gambar 5. pahatan di dinding candi

Page 41: Per Jalan An

1.1 Latar Belakang Candi Prambanan

         Akhir-akhir ini perkembangan candi di Indonesia belum menampakan hasil yang

menggembirakan dengan jumlah pengunjung yang selalu menurun setiap tahunnya. Agar pengembangan candi tersebut meningkat, hal yang harus ditingkatkan yaitu tentang pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengetahuan sejarah masa lalu, serta kebersihan, keindahan situs-situs bersejarah lainnya, sehingga dapat diharapkan partisipasi mereka dalam menjaga kebersihan serta keasrian candi agar tetap terpelihara.Dengan demikian candi prambanan ini bisa ditingkatkan daya tariknya agar masyarakat Indonesia serta masyarakat internasional berminat  mengunjungi candi prambanan untuk mengetahui sejarah-sejarah yang ada di negara kita. Dalam hal inipemerintah pusat dan daerah perlu berjuang keras agar candi nasional menjadi tujuan objek pariwisata bagi wisata domestik dan mancanegara untuk mengetahui sejarah nasional dan dunia..1.2 Identifikasi Masalah

Perlu peningkatan daya tarik terhadap budaya sejarah masa lalu Indonesia agar masyarakat mengetahui betapa pentingnya sejarah masa lalu negaranya, terutama candi Prambanan yang dahulu merupakan sejarah atau legenda dari Loro Jonggrang.            Ini merupakan tugas pemerintah untuk membikin program yang lebih menarik untuk mengatasi permasalahanyang berlangsung selama ini.1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapatlah dirumuskan pokok permasalahan. Antara lain :

1.      Bagaimana daya tarik candi Prambanan meningkatkan wisata domestik dan mancanegara.2.      Seberapa besar minat masyarakat untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Indonesia.

                Penelitian ini akan dibatasi oleh hal-hal yang bersifat pengetahuan tentang sejarah pada candi Prambanan yang menjadi tempat sejarahnya Loro Jonggrang.1.4 Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini yaitu :1. Mengenal lebih lanjut tentang sejarah masa lalu candi Prambanan.2.Membangkitkan minat wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk berwisata di candi Prambanan.3.Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang sosial dan budaya.4.Melatih diri dalam menyusun suatu masalah kedalam bentuk tulisan.5.Belajar mencintai dan melindungi warisan budaya bangsa.6.Salah satu syarat dalam mengikuti ujian sekolah dan ujian nasional.

Page 42: Per Jalan An

BAB IIPEMBAHASAN MATERI

2.1 Sejarah Candi Prambanan

                  Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja Dinasti

Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi menimbulkan pendapat

bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung

berdasarkan prasasti berangka 856 M “Prasasti Siwargrarha” sebagai manifest politik untuk

meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.Prasasti Siwargrarha tahun 856 M yang

Page 43: Per Jalan An

dikeluarkan oleh Rakai Pikatan tidak diketahui asalnya, kini disimpan di Museum Nasional

Jakarta.

Prasasti ini mulai menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil menguraikan dan

membahasnya. Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam prasati tersebut, yaitu: Bahasanya

merupakan contoh tertua prasasti yang berangka tahun yang ditulis dalam puisi Jawa kuna;

Isinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari

pertengahan abas ke IX M; Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang suatu “gugusan

candi”, sesuatu yang unik dalam epigrafi Jawa kuna.Dari uraian diatas yang menarik adalah

peristiwa sejarah dan uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa sejarah yang

dimaksud adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga Sailendra melawan Rakai

Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa kalah dan melarikan diri ke Sumatera.

Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang

perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi besar.

                 Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut dalam prasasti Siwargrarha

dapat dibandingkan dengan kompleks candi Prambanan, gugusan candi yang dibangun pusatnya

dipagari tembok keliling dan dikelilingi oleh deretan candi perwara yang disusun bersap hanya

terdapat pada candi Prambanan.Disebutkan pula candi Perwara sama dalam bentuk dan ukuran.

                 Hal lain yang menarik adalah 2 buah candi Apit, masing-masing didekat pintu masuk

utara dan selatan.Keterangan mengenai gugusan candi yang terletak didekat sungai

mengingatkan pada gugusan candi Prambanan dengan sungai Opak di sebelah baratnya dan jika

dari jarak antara sungai Opak dan gugusan candi Prambanan dan adanya pembelokan aliran

sungai kemungkinan pembelokan tersebut terjadi diantara desa Klurak dan Bogem. Dengan

demikian, tampaknya uraian yang terdapat dalam prasasti Siwargrarha tentang gugusan candi

tersebut lebih cocok dengan keadaan candi Prambanan.

                  Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak

terawatnya candi-candi di daerah Prambanan, kondisi ini semakin parah dengan terjadinya

gempa bumi dan beberapa kali meletusnya Gunung Merapi yang menjadikan candi Prambanan

runtuh dan meninggalkan puing-puing batu yang berserakan. Candi Prambanan dikenal kembali

saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan

tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar.            Candi Prambanan dikenal kembai saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991.

Page 44: Per Jalan An

Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok.            Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko, yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks candi Prambanan.

                 Usaha pertama kali untuk menyelamatkan candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman

pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902

dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan

candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil

disusun percobaan candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan pemugaran

diselesaikan oleh bangsa Indonesia, tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar dan

secara resmi dinyatakan selasai oleh Presiden Dr. Ir. Sukarno.

Pemugaran candi di wilayah Prambanan terus dilaksanakan, diantaranya yaitu pemugaran candi

Brahma dan candi Wisnu. Pemugaran candi Brahma dimulai pada tahun 1977 dan telah selesai

dan diresmikan oleh Prof Dr. Haryati Soebandio tanggal 23 Maret 1987. Candi wisnu mulai

dipugar pada tahun 1982 selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 27 April 1991.

Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi yang berada di depan candi

Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut.

2.2 Objek Yang Terdapat Pada Candi Prambanan

A.Objek Pada Candi Prambanan

            Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter,

dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju

Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa(tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara).

Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi

Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan

Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).

B.Relief Pada Candi Prambanan

Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief

cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana.

Page 45: Per Jalan An

masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana

tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.

Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana

yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat

cansi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan

candi Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar

langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief

cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan

Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.

Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa

Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut

legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh

ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah

patung dalam waktu satu malam.

Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati

oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.

Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana

(kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang

ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi,

kendaraan Dewa Shiwa.

Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu

yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa

itu kini telah dipugar.

Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah

halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.

Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian

16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di

sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut

Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini,

terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi

candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.

Page 46: Per Jalan An

Sejarah

CANDI PRAMBANAN merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, berketinggian 47 meter, dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju Solo. Candi yang utama yaitu Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).

Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.

Candi Prambanan dikenal kembai saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok.

Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca (Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter. Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai candi Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko, yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks candi Prambanan.

Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat cansi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak di

Page 47: Per Jalan An

sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.

Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.

Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.

Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa.

Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa itu kini telah dipugar.

Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.

Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut.

Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.

Page 48: Per Jalan An

1. A.           LATAR BELAKANG

Daerah istimewa yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan nama jogja,merupakan kota yang terkenal dengan sejarah dan warisan budayanya.

Yogyakarta merupakan pusat kerajaan mataram,dan sampai saat ini masih ada keraton yang masih berfungsi dalam arti sesungguhnya.jogja juga memiliki banyak candi yang berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan besar zaman dahulu,salah satunya adalah candi borobudur yang dibangun pada abad ke 9 olehdinasti syailendra,sedangkan arsitek dari candi tersebut adalah gunadharma.

Pegunungan,pantai-pantai,hamparan sawah yang hijau dan udara yang sejuk menghiasi keindahan kota jogja.masyarakat jogja hidup dengan damai dan mempunyai keramahan yang khaas.coba kita berkeliling desa,kita pasti akan mendapat senyuman dansapaan yang hangat dari para penduduk sekitar.

Suasana seni yang begitu terasa di jogja.malioboro yang merupakan urat nadi jogja dibanjiri barang-barang kerajinana dari segenap penjuru.para pengayuh becakpun siap mengantarkan kita mengelilingi tempat-tempat pariwisata.

Tak ayal bila kota jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu tujuan utama para wisatawan mancanegara,untuk berlibur dan mengabiskan sisa waktu istirahatnya di jogja.

 

BAB II

CANDI PRAMBANAN

 

1. A.      Letak Candi Prambanan

Setelah puas dengan pemendangan di Candi Borobudur, kami melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan. Kami tinggal balik lagi ke Kota Yogjakarta. Dari Yogyakarta, lurus saja ke arah timur (arah ke kota Solo). Candi Prambanan itu terletak di sebelah kiri jalan Yogya-Solo, tepat di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Provinsi Jawa Tengah. Candi Prambanan terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, kabupaten Sleman, Provinsi daerah Istimewa Yogyakarta.

 

1. B.       Pendiri Candi Prambanan

Page 49: Per Jalan An

Pada abad ke 9 Kerajaan Mataram Hindu diperintah oleh seorang rajayang bernama rakai Pikatan yang berasal dari Dinasti Sanjaya. Beliau mempunyai seorang permaisuri yang bernama Pramodawardani. Pramodawardani adalah putri dari amaratungga, pendiri Candi Borobudur dari Dinast Syailendra. Pada masa pemerintahannya, Raja Rakai Pikatan mendirikan sebuah bangunan Candi Hindu yang megah dan indah. Candi tersebut adalah Candi Prambanan. Candi tersebut dibangun sebagai ungkapan rasa syukur kepada dewa Syiwa.

Sampai pada akhir pemerintahanrakai Pikatan, penbangunan Candi Prambanan belum selesai. Selanjutnya, pembangunan candi tersebut dilanjutkan dan diselesaikan oleh raja berikutnya yaitu Rakai Belitung.

 

1. C.      Kompleks Candi Prambanan

Kompleks candi prambanan terdiri atas tiga halaman. Halaman-halaman itu sebagai berikut.

1. Halaman Pertama

Halaman pertama luasnya 110 x 110 meter. Di halaman pertama tersebut terdapat beberapa candi yaitu Cndi Siwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, Candi Nandi, Candi Garuda, Candi Hangsa, Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok (Sudut). Candi induk pada halaman pertama adalah Candi Siwa yang menghadap ke arah timur.

1. Candi Siwa

Candi terbesar di halaman pertama merupakan candi utama. Dalam candi tersebut terdapat arca Dewa Siwa Mahadewa. Selaiin Arca Siwa Mahadewa dalam Candi Siwa terdapat juga Arca Agastya, Ganesa, dan Durga Mahisasuramardini.Pada dinding Candi Siwa terdapat Relief cerita Ramayana. Cerita dimulai dari Raden Rama memenangkan sayembara dan menerima hadiah Dewi Sinta sampai pembuatan bendungan oleh para prajurit kera menuju negeri Alengka. Untuk mengetahui jalan cerita Ramayana tersebut pengunjung harus berjalan searah jarum jam. Cara membaca relief seperti itu disebut pradaksian.Di depan Candi Siwa terdapat Candi Nandi yang di dalamnya terdapat Arca Lembu Nandi yang merupakan kendaraan Dewa siwa.

1. Candi Brahma

Candi Brahma terletak di sebelah selatan Candi Siwa. Di dalam candi tersebut terdapat Arca Dewa.Brahma. pada dinding Candi Brahma juba terdapat relief Ramayana yang merupakan kelanjutan relief Ramayana yang terdapat di Candi Siwa. Di depan Candi Brahma terdapat Candi Hangsa yang di dalamnya terdapat Arca Hangsa yang merupakan kendaraan Dewa Brahma.

1. Candi Wisnu

Page 50: Per Jalan An

Candi Wisnu terletak di sebelah utaraCandi Siwa. Di dalam Candi Wisnu tersebut terdapat Acra Wisnu. Pada dinding Candi Wisnu terdapat relief cerita Kresnayana yang menceritakan tentang riwayat Kresna. Di depan Candi Wianu terdapat Candi Garuda yang di dalamnya terdapat Arca Burung Garuda Suparna yang merupakan kendaraan Dea Wisnu.

1. Candi Apit

Candi Apit terdapat di sebelah utara dan selatan Candi Siwa. Candi Apit merupakan pendamping Candi Brahma, Candi Siwa, dan Candi Wisnu.

1. Candi Kelir dan Candi Sudut (Patok)

Di halaman pertama juga terdapat beberapa candi yang dinamakan Candi Kelir dan Candi Sudut (Patok).

1. Halaman Kedua/Tengah

Halaman kedua/tengah kompleks Candi Prambanan ini seluas 222 x 222 meter. Di halaman kedua kompleks Candi Prambanan terdapat 224 candi kecil yang disusun menjadi empat deret. Candi-candi tersebut disebut Candi Perwara. Deret pertama terdiri dari 68 Candi Perwara. Deret kedua terdiri dari 60 Candi Perwara. Deret ketiga terdiri dari 44 Candi Perwara. Candi-candi Perwara tersebut mengelilingi candi utama pada halaman utama.

1. Halaman Ketiga/Luar

Di halaman luar kmpleks Candi Prambanan sampai saat ini belum ditemukan peninggalan-peninggalan candi. Halaman ini merupakan halaman terluar dari kompleks Candi Prambanan. Di halaman luar bagian barat terdapat Panggung Terbuka Ramayana. Pada waktu-waktu tertentu di Panggung Terbuka Ramayana dipentaskan Sendratari Ramayana yang mengisahkan tentang cerita Ramayana.Candi Prambanan ditemukan pertama kali pada tahun 1733 oleh seorang berkebangsaan Belanda, C>A> Lons. Pada waktu itu keadaan Candi Prambanan tertimbun tanah dan ditumbuhi oleh berbagai macam tanaman.Seperti halnya Candi Borobudur, Candi Prambanan juga mengalami beberapa kali pemugaran. Pada tahun 1902 Van Erp mengadakan pemugaran pada Candi Prambanan. Pada tanggal 20 Desember 1953 pemugaran Candi Siwa dinyatakan selesai seluruhnya dan diresmika oleh Presiden Soekarno. Selanjutnya, pemugaran tahap ketiga selesai pada tanggal 20 Februari 1993. peresmian selesainya pemugaran dilakukan oleh Presiden Soeharto.

 

Page 51: Per Jalan An

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan lebih dari 17.000

pulau membentang dari Sabang hingga Merauke. Karena itu, negara kita

merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Tidak hanya pulau-pulau

yang membentang dari Barat ke Timur maupun Utara ke Selatan negara kita

juga dikenal memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, salah

satunyadibidang pariwisata. Banyak turis-turis mancanegara yang sengaja

datang ke Indonesia untuk memanjakan diri mereka dengan menikmati

keindahan alam Indonesia ini. Banyak dari mereka yang justru jatuh cinta

dengan kekayaan alam Indonesia. Memang, negara kita menjadi salah satu

surga wisata bagi para pelancong luar dan dalam negeri. Berbagai hal

menarik dan menakjubkan ada di sini. Akan tetapi pemanfaatan sumber

daya alam Indonesia masih belum maksimal sehingga kita belum

memperoleh hasil yang optimal terutama dari sektor pariwisata.

Pada tahun 2009 pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal

penerimaan devisasetelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak

kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara

yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74%

dibandingkan tahun sebelumnya, dan menyumbangkan devisa bagi negara

sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat. Hal ini merupakan pancapaian

yang sangat baik dan signifikan bagi perkembangan pariwisata dan ekonomi

Indonesia. Namun beberapa golongan masyarakat merasa banyak hal yang

belum terpenuhi dalam hal fasilitas wisata. Seperti di Candi Borobudur,

terdapat kereta wisata yang mengajak pengunjung berkeliling. Namun,

kereta tersebut hanya mengantarkan pengunjung hingga ke lokasi utama

Candi Borobudur, setelah itu pengunjung harus berjalan kaki cukup jauh

Page 52: Per Jalan An

untuk bisa kembali ke pintu gerbang. Cukup melelahkan terutama bagi

pengunjung yang tidak terbiasa berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh.

Di Pulau Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu tempat

yang paling sering dikunjungi wisatawan mancanegara maupun domestik

karena terdapat banyak objek wisata yang memiliki daya tarik bagi para

wisatawan, seperti Taman Pintar, Kraton, Museum Affandi, dan objek wisata

disekitarnya seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Pada 2010

tercatat kunjungan wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian

152.843 dari mancanegara dan 1.304.137 orang dari nusantara. Bayangkan

jika pengelolaan objek wisata di Daerah Istimewa Yogyakata dan setiap

wilayah Indonesia telah maksimal, bisa dipastikan wisatawan yang

berkunjung semakin bertambah dan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta

dan wilayah lainnya semakin meningkat. Pada tahun 2010 di DIY tedapat 91

desa wisata dengan 51 di antaranya yang layak dikunjungi. Ini berarti ada

sekitar 40 desa wisata DIY yang tidak layak dikunjungi. Diantara desa-desa

yang dapat dikunjungi tersebut memiliki keistimewaan masing-masing

seperti Desa Kasongan, akan tetapi fasilitas di lokasi yang tidak memiliki

lahan parkir membuat orang-orang yang berkunjung merasa kesulitan untuk

mencari tempat parkir kendaraan yang aman dan memadai.

Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek

wisata yang terjangkau dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat

signifikan menjadi motor kegiatan perekonomian DIY yang secara umum

bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu: jasa; perdagangan; hotel dan

restoran; serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata memberi efek pengganda

(multiplier effect) yang nyata bagi sektor perdagangan disebabkan

meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga kerja

dan sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.

Selain hal tersebut diatas latar belakang dibuatnya karya ilmiah ini

adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia

serta menambah pengetahuan tentang objek wisata di Yoyakarta dan

sekitarnya.

Page 53: Per Jalan An

Tujuan

Tujuan dibuatnya karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui seberapa

jauh optimalisasi pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya oleh pihak-pihak

terkait dan manfaatnya bagi kehidupan masyarakat.

1.4    Manfaat

Dapat mengetahui objek-objek wisata yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya.

Dapat memperoleh hal-hal positif yang berkaitan dengan objek-objek wisata

Yogyakarta dan sekitarnya.

Mengetahui sejarah objek-objek wisata Yogyakarta dan sekitarnya.

Mengetahui sejauh mana pengoptimalan objek-objek wisata yang ada di

Yogyakarta dan sekitarnya.

Kartini tidak di karuniai Tuhan umur panjang. Lahir pada 21 April 1879 dan meninggal pada 17 September 1904. Tetapi umur yang pendek itu sempat menggoreskan riwayat yang dikenal banyak orang. Dikenal lantaran surat-suratnya yang mampu menggerakkan hati setiap pembacanya. Surat-surat itu ia tulis sejak 25 Mei 1899 sampai dengan 7 September 1904. Surat terakhir ia tulis tepat sepuluh hari sebelum ia meninggal. Gaya, ungkapan, serta ketajaman surat-surat itu mencerminkan kecerdasan dan pribadinya yang tanggap terhadap soal-soal kemanusiaan yang terjadi di sekitarnya. Kartini tampil sebagai pribadi yang gelisah, yang bertanya. Sekalipun dalam ciri-ciri aristokrasinya yang lembut dan penuh etiket kesopanan, tak pelak Kartini adalah sebuah protes, bahkan ia meneriakkan tuntutan-tuntutan yang keras dan sarkastis. Suaranya bergaung menembus ruang dan waktu yang luas dan panjang. Bahkan ia pada akhirnya telah menjadi bagian dari sejarah sebuah bangsa.1Surat-surat Kartini memang telah menjadi bukti sejarah tentang kemelut yang terjadi di sebuah masyarakat yang sedang mengalami perubahan mendasar. Dalam kehidupan Kartini, perubahan zaman itu menampakkan diri dalam bentuk pergulatan batin yang tandas. la bukan hanya mewakili cita-cita akan perubahan, akan tetapi juga kiblat. Yakni kiblat baru yang ditandai oleh masuknya pengaruh pendidikan Barat ke benak sumsum masyarakat Jawa tradisional pada masa tu. Kartini sekaligus juga mewakili wajah sebuah masyarakat yang enggan berubah, yang hendak mempertahankan milik berupa pusaka lama yang bernama adat. Terjadilah kecamuk pertentangan, tarik-menarik, konflik dan pergulatan batin. Dilema-dilema pelik bertabur di hadapan Kartini. Kekuatan-kekuatan besar, kepentingan-kepentingan kaum feodal dan kolonial, bertarung saling berebut pengaruh, saling tabrak dan kadang muncul pula dalam topeng-topeng tipu

Page 54: Per Jalan An

muslihat dan siasat. Kartini tepat berada di tengah kemelut itu. Ia harus menentukan sikap.

Dalam surat-suratnya yang membentang pada jarak waktu selama kurang lebih

lima tahun, dapatlah ditelusuri pengalaman Kartini, pergulatannya selaku anak

sebuah zaman yang sedang berubah. Kartini sendiri bukanlah pemenang dalam

persengketaan dan perlawanan tersebut. Ia tidak keluar di sana selaku "pahlawan"

yang dengan gegap gempita memaklumkan keunggulannya atas lawan-lawannya

yang bernama penjajahan, penindasan, kekolotan, kebodohan, dan keserakahan.

Dan sebenarnya ia tidak hanya berhadapan dengan kebodohan bangsanya, akan

tetapi juga kebodohan pihak kolonial Barat yang hendak menghalangi perubahan-

perubahan yang sedang terjadi di tengah bangsanya.

Tulisan ini mengangkat permasalahan-permasalan apa sajakah yang dihadapi

Kartini pada zamannya, berdasarkan surat-surat Kartini kepada rekan-rekan

korespondensinya di negeri Belanda.

**

Kartini, sebagai anak penguasa tertinggi di wilayah Jepara, tidak mengalami

persoalan apa-apa dan akan merasa hidup sangat berbahagia di rumah besar

kabupaten seandainya ia tidak berkenalan dengan gagasan-gagasan yang dibawa

masuk oleh pendidikan model Barat ke tengah-tengah kehidupannya. Nasib telah

membawanya ke arah lain. Bakat, kecerdasan, serta kepekaannya turut

menyeretnya kepada pilihan-pilihan yang amat sulit ketika ia semakin lama

semakin menyelami kebudayaan Barat serta nilai-nilai baru yang amat ia kagumi.

Agaknya basis pendidikan yang rendah tersebut cukup bagi Kartini untuk

mengembangkannya sendiri. Khususnya berbekal penguasaan Belanda serta

kekuatan intelektualnya, ia mampu menyerap dan merumuskan persoalan yang

sedang dihadapi oleh bangsanya. Kartini, dalam keterbatasannya sebagai makluk

perempuan di dalam gedung kabupaten, mampu melayangkan pandangan dan cita-

citanya ke dunia modern di Barat. Ia menjelajahi pikiran-pikiran dunia maju dengan

jalan korespondensi. Dalam terbitan kumpulan surat-surat Kartini yang disusun oleh

Abendanon, terdapat sepuluh alamat dan lebih separo adalah perempuan.

Beruntung bahwa Niewenhuijs dalam artikelnya tentang Kartini secara luas

Page 55: Per Jalan An

menyebut teman-teman korespondensinya, meskipun surat-surat tersebut sudah

tidak dapat ditemukan lagi. Ada kemungkinan jumlah sahabat korespondensi Kartini

lebih banyak lagi, mengingat dalam surat-suratnya yang sudah terbit Kartini

menyebut sejumlah nama atau tema tertentu yang berhubuftgan dengan nama-

nama tersebut, misalnya Snouck Hurgronje.

Sahabat pena Kartini bukanlah orang sembarangan. Mereka pada umumnya

memiliki pendidikan serta kedudukan yang tinggi di tengah masyarakat pada masa

itu. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan Kartini yang hanya lulusan sekolah dasar,

dan lagi usianya masih sangat muda. Dalam surat-suratnya Kartini tampak mampu

mengimbangi gagasan-gagasan mereka. Ia menyerap, mengolah, serta

merumuskan sendiri pikiran-pikiran tersebut sampai menjadi milik Kartini sendiri.

Dengan cara itu Kartini telah menjadi bagian dalam percaturan ide-ide .

Barat modern. Dengan kemauan dan kemampuannya berbahasa Belanda, yang

merupakan bahasa terpenting untuk memahami khasanah kebudayaan barat di

Hindia Belanda saat itu, ia sangat mengetahui apa yang sedang terjadi berikut

segala persoalan yang sedang berkembang sehubungan dengan relasi antara

negeri Belanda dan tanah jajahannya, Hindia Belancla. Dengan demikian Kartini

banyak mengerti tentang aliran baru yang mulai muncul dan menjadi lebih banyak

pendukungnya di kalangan swasta maupun amtenar Belanda yang terkenal dengan

nama " aliran Etis".

Di pihak lain, secara mengagumkan pula Kartini, dengan caranya sendiri berhasil

mengetahui keadaan rakyatnya, khususnya di Jawa. Dalam surat-suratnya ia kerap

menceritakan keadaan masyarakat pribumi, khususnya di sekitar Kabupaten Jepara.

Ia merumuskan persoalan-persoalan rakyat yang diketahuinya, kedaan hidup

mereka, kepercayaan mereka, serta hambatan-hambatan yang mereka hadapi.

Salah satu pokok yang dapat dibicarakan dan diinformasikannya secara tepat

adalah mengenai kehidupan keluarganya selaku priyayi tinggi di Jawa, yang masih

sangat terkungkung oleh banyak tata cara dan adat istiadat, yang pada akhirnya,

tidak bisa tidak, ditentangnya dengan keras.

Dalam ruang lingkup pergaulan, pengalaman, serta wawasan yang diperoleh Kartini

di tengah lingkungan tersebut di atas, maka ia dengan jelas dapat merumuskan

Page 56: Per Jalan An

persoalan-persoalan yang dihadapinya. Dalam surat-suratnya, sedikitnya

terkandung tiga hal yang selalu muncul dan menjadi pokok perhatiannya. Pertama,

soal emansipasi wanita, khususnya melawan adat serta ajaran feodal yang

memelihara praktek poligami. Kedua masalah pendidikan di kalangan rakyat Jawa.

Dan ketiga adalah buruknya kehidupan rakyat yang disebabkan oleh bermacam-

macam sebab, khususnya menyangkut kondisi kesehatan mereka.

Persoalan Poligami

Poligami, yang memungkinkan seorang laki-laki secara sah bisa memiliki istri lebih

dari seorang, merupakan salah satu hasil penilaian tertentu mengenai hubungan

antara laki-laki dengan perempuan, khususnya dalam lembaga perkawinan. Dalam

lingkungan kehidupan bangsawan Jawa, tempat Kartini hidup, praktek poligami

merupakan hal yang biasa. Kebiasaan dan adat-istiadat yang hidup di kalangan

masyarakat- khususnya di kalangan priyayi Jawa yang berkedudukan tinggi,

memang menempatkan kedudukan perempuan memang tidak sama dengan

kedudukan kaum laki-laki. Perempuan tidak sepantasnya mengerjakan hal-hal yang

dikerjakan oleh laki-laki. Kedudukan yang dianggap cocok untuk perempuan adalah

sebagai pemelihara kedudukan rumah tangga. Seorang lelaki Jawa dididik secara

terpisah dan memiliki kesempatan yang jauh lebih besar dan lebih bebas. Dalam

rangka itu maka lelaki Jawa melihat seorang perempuan Jawa tidak bisa lebih

daripada melihatnya dalam hubungan sebuah keluarga, atau keluarga-keluarga

dengan seorang lelaki sebagai kepalanya; tepatnya dalam hubungan perkawinan.

Perempuan hanya berharga apabila dihubungkan dengan soal perkawinan. Dan

perkawinan itu sendiri seringkali merupakan puncak kesengsaraan kaum

perempuan, karena meskipun menjadi istri sah dari suaminya, ia bukan satu-

satunya istri, melainkan salah satu istri drsamping istri-istri yang lain. Kartini

melihat kenyataan yang timpang dan tidak adil ini dengan kegeraman.

"...saya akan menyinggung kaum lelaki dalam sifat mereka yang selalu

mementingkan diri sendiri, egoistis. Celakalah mereka itu...yang menganggap

egoisme lelaki semacam ini sebagai sesuatu yang sah dan adil".2

Kartini mengemukakan persoalan poligami sebagai pemberontakan. Ia mengetahui

bahwa adat-istiadat semacam ini, apabila diberi toleransi, akan memperanakkan

Page 57: Per Jalan An

jenis ketidakadilan yang lain, seperti kawin paksa, batasan yang menyakitkan hati

tentang hak perceraian, perkawinan anak-anak di bawah umur, dan penghormatan

martabat seorang perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Kartini tidak

membesar-besarkan soal poligami ini, ia tidak berkhayal. Ia sendiri dalam

keluarganya, mengalami kepedihan yang diakibatkan oleh musuh besarnya yang

utama itu.

Ibu kandung Kartini bukan raden ayu, dan sekalipun ia istri sah dari Bupati

Sosroningrat, Ibu Kartini tidak berhak untuk tinggal di rumah utama kabupaten.

Ngasirah melahirkan delapan orang anak, lima di antaranya adalah lelaki. Raden

Ayu memiliki tiga orang anak perempuan. Sekalipun Kartini tidak pernah

mengungkapkan secara terbuka penderitaan yang dialami oleh ibu kandungnya,

dapat dibayangkan betapa perasaannya melihat keanehan kehidupan di kabupaten.

Ngasirah tetap dalam martabatnya selaku perempuan, tetap harus merangkak-

rangkak dan menunduk-nunduk karena ia berasal dari kalangan jelata. Sedangkan

anak-anaknya, karena mereka merupakan benih dari seorang bangsawan,

dihormati selaku para bangsawan. Dengan demikian Ngasirah tidak dianggap

sebagai seorang Ibu, melainkan hanya seperti seorang pembantu, atau sekedar

seorang yang telah melahirkan. Kartini dengan pedih menulis:

"... saya telah melihat neraka darijarak dekat-malahan saya berada di

dalamnya-,.. .saya telah menyaksikan penderitaan, dan merasakan sendiri

kesengsaraan ibu saya sendiri... karena saya adalahanaknya." (F.G.P. Jaquet; 2987,

tidak terbit di DDTL oleh Abendanon).3

Pengalaman lain tentang poligami terjadi pada adiknya sendiri Kardinah. Kardinah

menikah dengan patih dari Pemalang, yang sudah beristri dan mempunyai enam

orang anak. Perkawinan itu dilakukan dengan paksaan kedua orang tuanya. Kartini

sendiri dengan semangat menyala-nyala menuliskan pendapatnya tentang

perkawinan dan poligami. Dalam salah satu suratnya kepada sahabatnya, Stella, ia

menulis:

"..Saya tidak akan, sekali-kali tidak akan jatuh cinta. Karena mencintai seseorang,

menurut hemat saya, pertama-tama harus ada rasa hormat. Dan saya tidak bisa

menghormati seorang pemuda Jawa. Bagaimana saya bisa menghormati seseorang

Page 58: Per Jalan An

yang sudah kawin dan menjadi ayah, yang apabila sudah bosan kepada ibu dan

anak-anaknya, dapat membawa perempuan lain ke rumah dan mengawininya

secara syah..."4

Kepada alamat lain, yaitu Ny. Abendanon-Mandri, Kartini juga melancarkan

serangannya yang sengit ke arah poligami dengan menyuarakan protesnya:

"...Bukankah hal itu merupakan perkosaan terhadap kodrat alam, apabila

perempuan harus tinggal dengan damai serumah dengan madunya?

Sesungguhnyalah, anak bangsa ini sendiri, kaum perempuan hams mendengarkan

suaranya. Masih akan adakah orang yang dengan tenang mengatakan bahwa

"keadaan mereka melihat dan mengetahui yang telah karni lihat sendiri? Saya

pernah mengutip sesuatu pidato Prof. Max Muller, seorang ahli bahasa-bahasa

Timur yang ulung dari Jerman, yang juga ahli sejarah dan lain-lain. Bunyinya kurang

lebih: Poligami seperti yang dijalankan bangsa-bangsa Timur adalah suatu

kebajikan bagi kaum perempuan dan gadis-gadis yang di dalam negerinya tidak

dapat hidup tanpa suami atau pelindung. Max Muller sudah tiada, kami tidak dapat

memanggilnya kemari untuk memperlihatkan adat itu kepadanya. Orang berusaha

membohongi kami, bahwa tidak kawin itu bukan hanya aib, melainkan juga dosa

besar...".5

Perlawanan Kartini terhadap praktek poligami di kalangan bangsawan Jawa pada

akhirnya membawa dia pada kesadaran bahwa ia sendiri sudah selalu hidup dalam

bayang-bayang musuh besar yang dilawannya. Ia sadar bahwa ia sedang

berhadapan dengan lawan yang sangat bengis dan kuat, yang didukung oleh adapt

istiadat, bahkan juga dibenarkan oleh ajaran-ajaran agama yang ada pada masa itu.

Sudah sewajarnya apabila Kartini juga merasa was-was dan takut.

"... Saya putus asa, dengan rasa pedih-perih saya punter-puntir tangan saya jadi

satu. Sebagai manusia saya merasa seorang diri tidak mampu melawan kejahatan

berukuran raksasa itu, dan yang - aduh alangkah, kejamnya! Dilindungi oleh ajaran

Islam dan dihidupi oleh kebodohan perempuan: korbannya aduh! saya pikir saya

mungkin pada suatu ketika mungkin nasib menimpakan kepada saya suatu siksaan

yang kejam, yang bernama poligami itu! Saya tidak mau! Mulutku menjerit hatiku

menggemakan jeritan itu ribuan kali...".

Page 59: Per Jalan An

Dugaan Katini tidak luput. Tiga tahun kemudian ia harus menikah dengan seorang

yang bukan pilihannya sendiri. Lagi pula laki-laki itu memiliki tiga istri dan tujuh

orang anak. Anak yang tertua hanya berbeda delapan tahun dengan Kartini.

Pernikahan dengan Bupati Rembang, Djojoadiningrat, tak dapat dielakkan dan itu

berlangsung pada 8 November 1903. Mengenai pertunangannya, Kartini merasakan

itu sebagai kehinaan yang memalukan. Mahkota di kepalanya telah direnggut dan

jatuh berantakan di pasir. Kebanggaan dan kebesaran dirinya telah sirna. Kartini

merasa bahwa dirinya kini hanyalah salah seorang dari ribuan korban perempuan

Jawa yang hendak ditolongnya. Malah ia telah menambah jumlah bilangan korban

tersebut. Perlawanan Kartini menemui jalan buntu, bahkan menelan korban baru,

dirinya sendiri.

Rintihan Kartini yang bernada tragis disuratkan juga kepada Ny. Abendanon, kurang

lebih sebulan sebelum hari pernikahan. Ia merasa telah mati dengan sia-sia. Secara

fisik, moral telah patah, tak memiliki apa-apa lagi. Ia merasa gagal dalam

perjuangannya, tak satupun hasil, yang dicapainya. Semuanya, segala cita-cita

telah runtuh oleh oleh egoisme orang-orang. Sayap-sayap telah putus, hatinya

pecah berkeping-keping. Ia harus mengangkat sendiri beban penderitaan beban

penderitaan itu, dan ia merasa tidak mampu menanggungnya.

Sesudah pernikahan, ia segera diboyong ke Rembang, dan menjadi raden ayu di

kabupaten. Kartini tidak memberontak lagi, tidak menjeritkan kegelisahananya

terhadap nasib perempuan Jawa. Surat-surat yang ditulisnya dari Rembang bukan

lagi surat-surat protes tentang kedudukan perempuan, dan bukan tentang soal

poligami. Tampaknya ia berusaha damai dengan keadaannya yang baru. Tanpa

protes Kartini memang tidak berhak lagi mengeluhkan keputusan yang telah

diambilnya meskipun dengan berat dan terpaksa, surat-surat Kartini pada periode

Rembang adalah surat yang menyatakan kebahagiannya di tengah suami, ketiga

istri selir, dan tujuh anak-anaknya. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama.

Kebahagiaan itu dengan sendirinya berhenti, ketika pada 17 September 1904 ia

meninggal, empat hari setelah ia melahirkan anak laki-lakinya.

Pendidikan Rakyat dan Emansipasi Wanita

Page 60: Per Jalan An

Minat kartini pada soal pendidikan di kalangan masyarakat luas amatlah besar. Ia

menyadari keterbelakangan mereka. Massa rakyat yang berjumlah jutaan orang

tersebut masih berada dalam kegelapan dan kebodohan. Keterbelakangan ini amat

mempengaruhi kesejahteraan hidup rakyat, karena mereka tidak tahu bagaimana

mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi, seperti soal pangan, kesehatan,

mengatur ekonomi rumah tangga, ataupun mendidik anak. Kartini bercita-cita

memperbaharui masyarakat yang kolot, yang tidak punya daya hidup lagi. Ia ingin

membuat perubahan. Dalam suratnya yang panjang kepada Estella Zeehandellar

pada Januari 1900, Kartini banyak membicarakan keadaan rakyat yang

menyedihkan yang disebabkan oleh suasana kolonial, khususnya para pejabatnya.

Kartini merasa bahwa pemerintah kolonial setengah hati menolong memajukan

rakyat. Kartini mengutip pandangan ayahnya yang tertuang dalam sebuah nota

untuk pemerintah yang menyatakan bahwa salah satu kunci untuk memecahkan

persoalan rakyat di tanah Jawa adalah dengan mendidik mereka.

Pemerintah tidak mungkin bisa menyediakan nasi di piring bagi setiap orang untuk

mereka makan, tetapi yang bisa dilakukan pemerintah adalah memberikan daya

upaya agar rakyat sanggup mencapai tempat di mana makanan itu tersedia. Daya

upaya itu adalah pendidikan. Pemberian pendidikan kepada anak negeri berarti

bahwa pemerintah memberikan suluh ke tangan mereka, agar selanjutnya ia sendiri

menemukan jalan yang semestinya menuju tempat di mana nasi itu terdapat.

Selanjutnya terdapat kecanggungan pemerintah melakukan pendidikan rakyat,

Kartini mengemukakan kritiknya yang pedas:

"...hak adalah hak dan adil adalah adil. Maklumlah, dalam hal kemajuan dan

peradaban, kami ingin sama dengan orang Eropa. Hak yang kami tuntut untuk diri

kami sendiri, harus kami berikan pula kepada orang lain yang memintanya kepada

kami. Merintangi kemajuan rakyat kiranya sama halnya dengan perbuatan Tsar,

yang mengkotbahkan perdamaian dunia, sedang ia sendiri menginjak-injak hak

rakyat dengan kakinya".6

Dan selanjutnya:

Page 61: Per Jalan An

"Oh, sekarang saya paham, mengapa orang tidak setuju dengan kemajuan orang

Jawa. Kalau orang Jawa berpengatahuan, ia tidak akan lagi mengiyakan dan

mengamini saja segala sesuatu yang ingin dikatakan atau diwajibkan kepada

mereka oleh atasan mereka".

Dalam soal pendidikan kepada rakyat, khususnya yang memberikan perhatian

besar kepada peran kaum perempuan, Kartini banyak memperoleh ide yang segar

dari Direktur Urusan Pengajaran dan Kerajinan, J.H. Abendanon, salah seorang dari

kalangan etisi yang menaruh perhatian pada usaha memajukan rakyat pribumi.

Kartini mengutip sebuah surat edaran Abendanon yang ditujukan kepada kepala-

kepala pemerintahan daerah mengenai pendirian sekolah untuk anak-anak

perempuan bumiputra.

Dari masa ke masa menjadi semakin jelas bahwa kemajuan para perempuan

merupakan faktor yang penting untuk untuk membudayakan bangsa itu.

Kecerdasan penduduk bumiputera tidak akan terjadi secara cepat bila perempuan

adalah pendukung peradaban.

Uraian Kartini mengenai persoalan ini bertaburan hampir dalam setiap suratnya,

dan ia mengemukakan dengan penuh semangat serta optimisme yang tinggi.

Pikiran Kartini mengenai permasalahan pendidikan paling jelas dan sistematik

tampak dalam sebuah nota yang ditulisnya dengan judul "Berikanlah Pendidikan

Kepada Orangjawa". Naskah itu ditulis oleh Kartini di Jepara pada Januari 1903. Di

samping itu juga anaskah lain yang ditulis oleh Kartini dan Rukmini, adiknya (dari

ibu lain), yang juga merupakan nota pada lampiran surat permohonan pada

pemerintah tertanggal 19 April 1903. Gagasan Kartini tentang pendidikan banyak

dibentuk dan didasari pemikiran-pemikiran Abendanon. Dialah orang Belanda

pertama dengan jabatan tinggi yang dengan sungguh hati mencari jalan agar kaum

wanita benar-benar memperoleh pendidikan.

Keadaan Rakyat di Mata Kartini

Dalam hal pendidikan, emansipasi wanita, dan pemikiran sehubungan dengan

Kartini menyandarkan diri pada informasi serta wawasan sahabat-sahabat penanya

dari Belanda. Namun menyangkut persoalan rakyatnya, Kartini memperoleh

Page 62: Per Jalan An

informasi dari lingkungannya sendiri terutama dari ayah dan saudara-saudaranya,

serta atas inisiatifnya sendiri menyaksikan dengan mata kepala sendiri.

Penuturannya tentang keadaan rakyat yang ia ketahui bahkan seolah-olah

merupakan kritik yang dialamatkan kepada teman-teman Belandanya itu. Sekalipun

kebanyakan waktunya dia habiskan di kamarnya untuk membaca, merenung dan

menulis, Kartini sering juga keluar dari tembok kabupaten. Dengan pengamatannya

yang tajam ia mampu merumuskan persoalan masyarakat di sekitarnya. Ia sering

pula mengikuti ayahnya melakukan kunjungan ke desa-desa di wilayah

kekuasaannya. Atas inisiatifnya sendiri pula ia mengamati kehidupan para pembatik

dari dekat. Juga Ia bisa banyak bercerita tentang industri kayu yang terkenal di

daerah Jepara. Kartini tahu dengan tepat harga serta pendapatan yang diperoleh

oleh perajin tersebut. Selain itu ia juga sangat memberi perhatian pada berita-berita

hangat tentang keadaan rakyat melalui koran yang dibacanya.

Dalam hubungan ini tepatlah apabila pertama-tama disebut tentang persoalan

candu. Kebiasaan menghisap candu ini sudah lama menjadi penyakit masyarakat

yang menghabiskan daya hidup rakyat Jawa. Bencana ini telah dialami oleh rakyat

secara menyeluruh sebagai kutuk mengerikan. Kriminalitas dan serta keruntuhan

hidup rumah tangga selalu merupakan akibat yang disuguhkan oleh candu. Candu

adalah musuh besar masyarakat tetapi soalnya adalah perdagangan candu justru

dilindungi oleh pemerintah. Tulis Kartini sengit:

"Persoalan ini tetap mengharu biru dalam bayangan Kartini sebagai laknat besar.

Kira-kira lima setengah tahun kemudian, di Rembang ia menulis lagi tentang usaha

suaminya, Bupati Djojoadiningrat, untuk mengakhiri kebiasaan buruk rakyat

tersebut. Namun usaha tersebut mendapat jawaban dari seorang anggota Dewari

Hindia, bahwa pemerintah memang membutuhkan uang. Tengoklah! Tulis Kartini,

jadi bukannya rakyat yang tidak mau berhenti menghisap candu, tetapi pemerintah.

Pahit tetapi benar, kutuk terhadap orang Jawa adalah sesuatu kekuatan hidup bagi

pemerintah".

Soal lain yang menjadi keprihatinan Kartini adalah pajak. Sebagai orang yang

memikirkan rakyatnya, Kartini tidak dapat melepaskan satu soal yang sudah sejak

zaman Tanam Paksa amat memberati rakyat, yaitu soal pajak. Ia juga mengatakan

Page 63: Per Jalan An

bahwa zaman tatkala para penguasa pribumi memeras rakyatnya sebagaimana

dikumandangkan dengan nyaring oleh Multatuli telah lewat. Kartini kini amat

meresahkan beban pajak yang ditaruh dipundak rakyat oleh pemerintah. Ayahnya

seorang penguasa pribumi, tidak seperti yang digambarkan Multatuli. Kartini

mengakui bahwa kritik amat keras yang dilancarkan oleh buku Max Havelaar

terhadap para penguasa pribumi ada benarnya. Tetapi secara khusus menyangkut

ayahnya, ia menyangkal keras bahwa ayahnya menindas rakyat.

Dengan permainan kata yang halus dan lucu, Kartini berusaha menjelaskan bahwa

yang menyebabkan wabah penyakit dan bencana kelaparan serta kesengsaraan

rakyat adalah regen (bahasa Belanda, yang artinya hujan). Saat itu hampir seluruh

Jawa memang mengalami bencana alam beruntun, kalau bukan musim kering yang

berkepanjangan, hujan kelewat banyak, sehingga panen selalu gagal. Jadi

kesengsaraan disebabkan oleh regen (hujan), dan bukan oleh regent (bahasa

Belanda, artinya bupati), yang oleh Multatuli digambarkan sebagai penghisap dan

penindas rakyat. Kartini sering bercerita tentang ayahnya yang bekerjan keras

untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ia juga memberi gambaran tentang

pamannya, Bupati Demak, sebagai seorang pemuka masyarakat yang sungguh-

sungguh memedulikan rakyatnya. Namun, Kartini juga tidak menutup mata

terhadap praktek buruk pejabat yang masih suka menerima upeti-upeti serta

pungutan pada rakyat. la menilai hal itu sebagi hal yang sangat memalukan. Bupati

Jepara ini dengan sekuat tenaga bekerja untuk rakyat, tetapi.., pemerintah memang

membebani rakyat dengan berbagai pajak yang sangat berat. Sebagai ilustrasi

Kartini memberi contoh kecil tetapi menyakitkan:

"...Apa sebab orang Jawa menjadi miskin? Pemotong rumput yang setiap hari

penghasilannya hanya 10 atau 12 sen terkena pajak pencaharian. Untuk tiap ekor

kambing atau domba yang disembelih, hams membayar pajak 20 sen. Demikianlah

penjual sate yang tiap hari menyembelih dua ekor kambing hams membayar pajak

setiap tahun 144 gulden. Lalu berapakah penghasilan mereka? Hanya cukup untuk

hidup...".7

Persoalan ketiga yang amat banyak memperoleh perhatian Kartini menyangkut

wabah penyakit dan soal kelaparan di kalangan penduduk. Pada paro kedua abad

Page 64: Per Jalan An

19 dalam siklus kira-kira sepuluh tahun, pulau Jawa selalu dihinggapi serangan

epidemi yang selalu memakan korban jiwa puluhan ribu. Penyakit rakyat menular

ke mana-mana, seperti tuberkolosis, kolera, beri-beri, cacing, malaria, pes, dan lain-

lain yang begitu berjangkit sukar untuk dibendung. Hal itu memperlihatkan betapa

buruknya kondisi kehidupan rakyat baik di wilayah pedesaan maupun di kota. Juga

pelayanan kesehatan rakyat yang amat jelek, ditambah lagi kebodohan rakyat yang

tidak mengerti bagaimana menanggulangi wabah tersebut. Ditambah lagi dengan

bencana alam, musim kering yang telalu panjang, atau banjir yang tak tertahan

yang menyebabkan gagalnya panen dan bencana kelaparan. Pada tahun 1901 dan

1902 seluruh Pulau Jawa memang secara serentak dijangkiti oleh penyakit dan juga

bahaya kelaparan.

Dalam suratnya tanggal 10 Agustus 1901 kepada Dr. Adriani, Kartini bercerita

tentang wabah kolera yang berjangkit di Semarang dan juga kota-kota besar

lainnya, seperti Batavia dan Surabaya. Dalam surat yang sama ia menulis tentang

bencana kelaparan di Purwadadi. Pada bulan Oktober tahun yang sama, ia menulis

kepada Stella Zeehandelaar tentang kegagalan padi di derah Purwadadi dan

Demak. Sekitar 26.000 bau sawah tidak bisa mengeluarkan biji. Bencana ini

meniupkan pula kutuk kolera. Dalam suratnya tanggal 26 Mei, ia juga menceritakan

wabah kolera yang memakan korban 200 jiwa dalam seminggu. Wabah ini

menyerang kota Pemalang di mana adiknya, Kardinah, tinggal. Dan akhirnya pada

tanggal 17 Januari 1903 ia menyurat kepada Ny. Van Kol, memberitahukan

kesengsaraan rakyat Jepara yang tertimpa musim kering yang ganas dan panjang.

Sawah-sawah menjadi padang berwarna coklat, dan bencana yang menyakitkan itu

tampak membayang: kelaparan.

Bencana tersebut masih ditambah dengan bencana khusus untuk wanita, yaitu

kematian ibu sewaktu melahirkan. Ia menulis dengan pedih: setiap tahun di Pulau

Jawa dan seluruh Hindia Belanda rata-rata 20.000 wanita mati karena rnelahirkan,

dan 30.000 anak lahir meninggal karena pertolongan bidan yang tidak sempurna.

Semua gambaran yang diberikan Kartini, yang sering dengan amat mengharukan

dan kadang-kadang amat tajam diungkapkan, menunjukkan betapa "gelap-nya"

kehidupan rakyat Jawa saat itu. Mereka secara fisik dan mental amat terbelakang.

Secara sosial amat terbelenggu oleh adat yang buruk serta kebiasaan yang

Page 65: Per Jalan An

merusak, dan selain itu dibebani pajak berat oleh pemerintah. Kondisi fisik

lingkungan, serta kesehatan amat menyedihkan sehingga selalu menjadi bulan-

bulanan siklus epidemi yang memakan korban ribuan jiwa.

***

Pergulatan Kartini bisa dimengerti dengan baik manakala seluruh pergulatan

batinnya diletakkan dalam konteks sebuah proses besar perubahan masyarakat di

Indonesia pada pergantian abad ke-19 dan abad ke-20. Perubahan itu khususnya

terjadi ketika masyarakat semakin disadarkan kepada upaya untuk memikirkan

masa depan yang lebih baik, ketika mereka mulai semakin mengerti makna kata

"kemajuan" yang disebarluaskan pada oleh pemerintah kolonial saat itu. Cita-cita

tantang kemajuan itu disebarluaskan oleh pemerintah kolonial menjalankan

program "politik etis". Pendidikan Barat mulai diperkenalkan secara sistematis di

kalangan penduduk bumiputra melalui para bangsawan dan pegawai pemerintah.

Pendidikan semacam inilah yang bagaikan virus merasuki seluruh bagian

masyarakat, menyebabkan demam dan menganggu kehidupan masyarakat sehari-

hari. Cita-cita untuk mengubah masyarakat semakin meningkat dan meluas di

segenap lapisan.

Dalam proses tersebut, Kartini bisa dibilang sebagai personifikasi dari proses

perubahan tersebut. Karena seluruh hidupnya ia curahkan kepada upaya mengajak

semua orang untuk terlibat dalam gerakan memperkenalkan gagasan-gagasan baru

tentang emansipasi, kebebasan, dan kemandirian, sebelum pada akhirnya harus

mengakui bahwa dirinya terlalu kecil untuk berhadapan dengan tantangan yang

terlalu besar.

Sumber

1. Th. Sumartana, Tuhan dan Agama Dalam Pergulatan Batin Kartini, hlm. 1.

2. Surat Kartini yang melukiskan hubungan yang memilukan antara laki-laki dan

perempuan Jawa antara lain dpat dibaca dalam suratnya kepada Stella

Zehandelar tanggal 17 Mei 1902.

3. F.G.P. Jaquet; 1987, tidak terbit di DDTL oleh Abendanon.

Page 66: Per Jalan An

4. Surat tertanggal 6 November 1989 kepada Stella Zehandelaar … dalam

Armin Pane, 1992.

5. Surat tanggal 27 Maret 1902 kepada Ny. Abendanon Mandri … dalam DDTL.

6. Surat tertanggal 9 Januari 1901 kepada Stella Zeehandelaar … dalam DDTL

7. Surat Kartini tertanggal 10 Agustus kepada Ny. Abendanon Mandri pada

periods Rembang, sejak perkawinannya tanggal 8 November 1903, Kartini

tidak banyak lagi bercerita tentang cita-citanya mengenai pendidikan dan

emansipasi wanita. Disitu tampak bahwa Kartini Kalah dan gagal, Namun

pada masa itu dengan nada sengit ia banyak bicara soal keadaan rakyat

yang miskin dan sulit, karena pajak dan pengaruh candu dari pemerintah

kolonial.

MENGENAL PAHLAWAN NASIONAL RM. SURYOPRANOTO by Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta · 0 komentar

Kesan kota Yogyakarta yang disampaikan oleh Ir. Sukarno, bahwa

"Yogyakarta menjadi termashur olehkarena jiwa kemerdekaannya.

Hidupkanlah terus jiwa kemerdekaan itu". Kesan tersebut bukan muncul

begitu saja tanpa alasan. Namun dilandasi oleh peristiwa-peristiwa sejarah

yang melatarbelakanginya.

Sejak zaman Kerajaan Mataram, Yogyakarta telah menorehkan tinta emas

dalam album sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dari merintis hingga

mengisi kemerdekaan. Deretan nama tokoh pahlawan nasional muncul dari

Yogyakarta mengisi lembar demi lembar kenangan bangsa tersebut. Salah

satu diantaranya adalah RM. Suryopranoto, seorang tokoh keturunan

bangsawan Istana Pakualaman Yogyakarta. Karena kegigihannya dalam

membela kaum buruh melalui pemogokan, oleh pamerintah Belanda diberi

julukan "de staking koning" (raja pemogokan).

Page 67: Per Jalan An

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jiwa pahlawannya".

Demikianlah kata bijak yang sering kita dengan. Namun, akan lebih

bijaksana jika pernyataan tersebut diberi makna baru, bahwa bukan hanya

jiwa pahlawannya, namun juga jiwa perjuangannya. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini, marilah kita coba renungkan kembali siapa dan bagaimana,

pahlawan nasional RM. Suryopranoto.

Lahir Hingga Menjadi Pegawai Pemerintah Kolonial

RM. Suryopranoto dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal tanggal 11 Juni

1871. Ia adalah putra Kanjeng Pangeran Arya (KPA) Suryaningrat, seorang

pangeran istana Pakualaman putra Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya

(KGPAA) Paku Alam III yang lahir dari garwa padmi (permaisuri). Oleh KPA

Suryaningrat, ayahnya, putra laki-laki tersebut diberi nama RM Iskandar.

Anak laki-laki yang kelak lebih populer dengan nama RM. Suryopranoto

tersebut merupakan putra pertama KPA Suryaningrat dari sembilan orang

bersaudara. Adapun kedelapan adiknya antara lain: R.M.. Suryosisworo, Ray.

Suwartiyah Bintang, R.Ay. Suwardinah Suryopratiknyo, R.M. Suwardi (Ki

Hadjar Dewantara), R.M. Joko Suwarto (KRT. Suryoningrat), R.M. Suwarman

Suryaningrat, R.M. Surtiman Suryodiputro, dan R.M. Harun Al Rosyid. (Drs.

Suratmin, 1981/1982:19)

Tahun-tahun pertama RM. Iskandar tumbuh berkembang di lingkungan

istana Pakualaman. Sebagai cucu pertama, RM Iskandar mendapat

perlakuan istimewa dari eyang putrinya. Ia sangat dimanjakan. Ketika RM

Iskandar sembuh dari sakit, apa saja yang dikehendakinya selalu dipenuhi.

Oleh neneknya RM. Iskandar diajak ke pasar Prambanan dan apa yang

dimintanya agar diambil dan abdi dalem yang mengawalnya yang akan

membayar. Dalam perkembangannya RM Iskandar tumbuh menjadi

bangsawan istana yang gamar berkelahi. Tabiat ini sudah nampak sejak

masa kanak-kanak, sering terlibat dalam perkelahian dengan anak abdi

dalem. Jika ada buah sawo kecik yang jatuh di halaman istana Pakualaman,

Page 68: Per Jalan An

RM Iskandar segera menyuruh perga anak abdi dalem yang telah berada

disana. Jika seruannya tidak diindahkan maka perkelahian tak dapat

dihindari dan baru selesai setelah ada abdi dalem yang melerainya.

(Budiawan, 1991 : 25)

Pada usia kurang lebih tujuh tahun, RM Iskandar mengikuti ayahnya hidup

dikampung, keluar dari istana Pakualaman. Peristiwa ini merupakan hal yang

biasa, karena bila seorang pangeran telah berkeluarga, berhak untuk

dibuatkan rumah tinggal di luar istana. Namun bagi KPA Suryaningrat,

nampaknya peristiwa itu merupakan hal luar biasa. Seakan mereka memang

dibuang dari kehidupan istana Pakualaman. Hal itu dilatarbelakangi oleh

anggapan Belanda bahwa ayah KPA Suryaningrat (KGPAA Paku Alam III)

merupakan anasir yang menghalangi perkembangan kolonialisme. Sehingga

lengkap sudah cobaan yang diterima oleh KPA Suryaningrat setelah ia

kehilangan haknya sebagai putra mahkota setelah menderita tuna netra saat

memasuki usia dewasa. Sebagai pengganti KPA Suryaningrat, Belanda

mengangkat saudara sepupunya yang bernama Pangeran Notoningrat

sebagai KGPAA Paku Alam IV yang kemudian bergelar KGPAA Surya

Sasranigrat. (Budiawan, 1991: 21)

Kepindahan KPA Suryaningrat sekeluarga, termasuk RM Iskandar,

menjadikan kehidupan kampung lebih akrab dengan mereka. Pergaulan

dengan kaum bangsawan menjadi berkurang dan sebaliknya pergaulan

dengan anak kampung lebih meningkat. Kedekatannya dengan anak

kampung terlihat jelas ketika RM Iskandar bersama anak-anak kampung

belajar Al-Qur'an. Kadang-kadang setelah belajar, mereka tidak pulang dan

tidur di masjid Kauman. Permainan dan kebiasaan RM Iskandar juga

menyesuaikan dengan kehidupan anak-anak kampung lainnya, yang

biasanya mengandung unsur petualangan. Salah satu petualangan yang

biasa dilakukan oleh RM Iskandar adalah "memet" atau mencari ikan di Kali

Code dibawah jembatan Sayidan. Petualangan lain yang sering dilakukan

Page 69: Per Jalan An

oleh RM Suryopranoto adalah berkelahi dengan para sinyo (anak-anak

keturunan orang Belanda). Para sinyo melontarkan kata-kata yang bagi RM

Iskandar begitu memekakkan teilinga dengan mengatakan orang bumi

putera bodoh, biadab, ataupun orang Jawa Inlander. Ketika ucapan itu

terdengar di hadapannya, RM Iskandar lalu menterjemahkannya sebagai

tantangan untuk berkelahi. Hal itu ia perlihatkan ketika saudara sepupunya

yang bernama Sutartinah (kelak menjadi Nyi Hadjar Dewantara) dihina oleh

seorang sinyo Belanda.(Budiawan, 1991 : 29-31)

Memasuki usia belasan tahun, karena tabiatnya yang pemarah dan gemar

berkelahi, di kampungnya yaitu sebelah timur Istana Pakualaman, RM

Iskandar mendapat sebutan "Si Landung". Hal ini karena. tubuhnya yang

gagah tinggi besar. Sebutan lain yang tak kalah populernya adalah "RM

Iskandar Pendekar Jalanan. (Bambang Sukawati, 1983 : 24)

Meskipun ia telah hidup dan berbaur dengan anak-anak kampung, namun

ikatan dengan istana Pakualaman tetap terjalin. Pada waktu-waktu tertentu,

RM Iskandar sebagai keturunan bangsawan harus memenuhi kewajibannya

untuk menghadap raja. Hal ini untuk menanamkan nilai-nilai disiplin, hormat,

dan sopan. Dalam audiensi tersebut anak-anak dituntut dapat bersikap

halus, sopan, tenang dan patuh.(Budiawan, 1991 : 27)

Memasuki usia tujuh tahun, RM Iskandar mulai memasuki dunia pendidikan

formal di sekolah bentukan Belanda yaitu ELS (Europheesche Lagere School)

sebuah sekolah rendah Eropa. Kesempatan untuk bersekolah di tempat ini

dapat dinikmati oleh RM Iskandar karena kedudukannya sebagai seorang

bangsawan sehingga dapat digolongkan dalam golongan pribumi yang

dipersamakan (gelijkgesteld). Setelah lulus dari ELS, RM Iskandar mengambil

kursus pegawai rendah (Klein Abtenaren Cursus) yang setingkat dengan

MULO (Meer Uitgebreid Lager Ondenvijs), yaitu setingkat SLTP sekarang.

Lulus dari Klein Ambtenaren Cursus, RM Iskandar memperoleh ijazah Klein

Ambtenaren -Examen. (Budiawan, 1991 : 32).

Page 70: Per Jalan An

Dengan ijazah yang dimilikinya, RM Iskandar diterima sebagai juru tulis di

sebuah kantor pemerintah kolonial di Tuban (Gresik). Ditempat kerjanya ini,

RM Iskandar bertemu dengan RM Oemar Said Cokroaminoto, seorang

pekerja dalam sebuah kongsi dagang. Fenomena yang disampaikan oleh

Oemar Said Cokroaminoto kepada RM Iskandar berkisar masalah penetrasi

kaum kecil (pedagang kecil) yang dilakukan oleh kaum pemilik modal

(kapitalis). Ternyata apa yang disampaikan oleh Oemar Said Cokroaminoto

ada kesamaan dengan apa yang terjadi di kantor tempat kerjanya, yaitu

penghinaan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pejabat

Belanda terhadap anak buahnya seorang pegawai rendahan pribumi. Namun

pertemuan tersebut tidak berlangsung lama, karena setelah itu RM Iskandar

dipecat dari pekerjaannya. Hal itu disebabkan RM Suryopranoto

menempeleng seorang kontrolir Belanda yang menghina seorang pegawai

rendahan bumiputera. Tanpa menunggu surat pemecatan yang dikeluarkan

oleh Kantor Kontrolir di Tuban, RM Iskandar segera pulang ke Yogyakarta,

dan disambut dengan pujian ayahnya. Pangeran Sasraningrat pamannya

selaku Gusti Wakil, beberapa hari kemudian mengangkatnya sebagai

Wedono Sentono yang menyerupai kepala bagian administrasi kerabat Paku

Alam dengan pangkat Pandji. (Bambang Sukawati, 1983 : 46-47)

Dengan jabatan barunya, RM Iskandar mampu lebih banyak belajar dari

kondisi yang berkembang di Pakualaman. Kaum lemah menjadi makanan

kaum kuat. Rentenir meraja lela. Bagi RM Iskandar hal ini merupakan

"genderang perang" untuk memanbantu kaum lemah. Pada tahun 1900 RM

Iskandar bersama dengan kawan-kawannya mendirikan perkumpulan yang

diberinama "Mardi Kaskaya", yaitu sebuah organisasi yang menyerupai

usaha simpan pinjam.(Bambang Sukawati, 1983 : 48) Disamping itu, karena

ketertarikannya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, RM Iskandar

tahun 1901 mendirikan sebuah klub atau medan pertemuan yang

diberinama Societeit Sutrohardjo. Dalam klub ini orang bisa membaca

Page 71: Per Jalan An

berbagai bacaan, seperti surat kabar, majalah dan sebagainya.(Budiawan,

1991:48)

Dua buah organisasi sosial ekonomi yang berhasil dibentuk oleh RM Iskandar

tersebut menimbulkan dampak yang luar biasa. Majunya "Mardi Kaskaya"

menjadikan ruang gerak rentenir yang telah lama menekan hidup rakyat

menjadi lebih sempit. Bahkan kebencian rakyat terhadap mereka (rentenir)

tidak jarang memunculkan makian yang berbuntut perkelahian. Hal itu

karena reaksi rakyat ditanggapi oleh mereka. Fenomena ini oleh Asisten

Residen dipandang sebagai gejala yang mengganggu ketertiban umum.

Kondisi ini langsung dikaitkan dengan keberadaan "Mardi Kaskaya". Oleh

karena RM Iskandar adalah pendiri dan penggeraknya, maka tuduhan

terhadapnya sebagai biang keladi semuanya itu tidak terelakkan. Atas dasar

tuduhan tersebut rencana membuang RM Iskandar telah disiapkan. Dengan

dalih disekolahkan ke MLS (Middelbare Landbouw School) atau Sekolah

Mengah Pertanian di Bogor, RM Suryopranoto berusaha dibuang. (Budiawan,

1991:49)

Sesampainya di Bogor, RM. Iskandar tidak semata-mata hanya belajar saja,

namun tetap aktif bergaul dengan pelajar-pelajar lainnya baik dari kalangan

bupitera maupun indo. Beberapa sahabat barunya yang berhasil

memberikan nuansa baru dalam cakrawala berpikirnya antara lain: Van

Hinloopen Labberton seorang tokoh theosofi Belanda tempat RM

Suryopranoto mondok, Ernest Eugene Douwes Francois Dekker seorang

peranakan Jawa Belanda yang berjiwa ksatria, H. Van Kol, van De Venter,

dan para pelajar pribumi baik yang sedang belajar di STOVIA (School tot

Opleiding van Inlandsche Arisen) atau Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.

(Budiawan, 1991:50)

Pada tahun 1904 ketika RM Iskandar dan seorang pemuda bernama Achmad

merigurus adiknya RM Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) yang

mendapat tugas belajar di STOVIA, mempergunakan kesempatan tersebut

Page 72: Per Jalan An

untuk mempropagandakan sebuah organisasi yang digagasnya, yaitu

"Pirukunan Jawi". Karena waktunya yang kurang pas maka propaganda

tersebut belum berhasil. Ketika itu Soetomo tokoh Budi Utomo, belum

banyak perannya di STOVIA. (Bambang Sukawati, 1983 :54)

Perkenalannya dengan Van Hinloopen Labberton memberikan dasar-dasar

ilmiah dalam pemikiran Islam, sehingga RM Iskandar mampu

mengembangkan Islam dalam konteks ilmiah. Sedangkan melalui EEF

Douwes Dekker banyak keuntungan yang diraih oleh RM Iskandar.

Disamping mampu memperluas cakrawala berpikirnya dengan mengadopsi

buah-buah pikiran yang dilontarkan tokoh pendukung politik etis ini, juga

adanya bibliothiek besar di rumahnya yang terbuka bagi siapa saja,

termasuk para pelajar pribumi. Ditambah lagi bahwa EEF Douwes Dekker

memberi kesempatan kepada RM Iskandar untuk membantu dalam dewari

redaksi Bataviaasch Niewsblad, sebuah surat kabar berbahasa Belanda

dibawah pimpinan EEF Douwes Dekker. Pada sisi lain H Van Kol dan Van De

Venter yang dikenal sebagai tokoh sosialis Belanda dan penganjur politik

etis, serta simpatisan terhadap pergerakan nasional, memberikan masukan

yang berharga bagi RM Iskandar tentang pengetahuan awal mengenai

paham sosialisme yang digeluti oleh hampir setiap aktifis pergerakan. Dari

mereka berdua ini pula RM Iskandar banyak memperoleh buku-buku te

ntang Sosialisme, Demokrasi, Nasionalisme dan lain sebagainya (Budiawan,

1991 :55)

Pada tahun 1907, RM Iskandar berhasil menyelesikan pendidikannya di MLS

dan berhak atas dua buah ijazah sekaligus yaitu Landbouw Kundige (ahli

pertanian) dan Landbouw Leeraar (guru pertanian). Dengan ijazah tersebut

RM Iskandar dipekerjakan di Wonosobo sebagai Kepala Dinas Pertanian

(Landbouw Consulent) untuk daerah Wonosobo, Dieng, dan Batur guna

mengawasi perkebunan tembakau di Kejajar - Garung. Kemudian ia

dipindahkan ke Wonosobo karena harus memimpin sebuah sekolah

Page 73: Per Jalan An

pertanian. Ketika menjalankan pekerjaannya di Wonosobo, RM Iskandar

bertemu dengan seorang gadis, anak Kyai Abdussukur penghulu Agama

Karang Anyar yang bernama Jauharin Insyiah, yang kemudian menjadi

Nyonya Suryopranoto. Sejak perkawinan itulah maka dengan resmi nama RM

Iskandar diganti menjadi RM Suryopranoto. (Bambang Sukawati, 1983 : 55)

Dari perkawinannya dengan R.Ay. Jauharin Insiyah, R.M. Suryopranoto

dianugerahi empat orang putri dan enam orang putra, yaitu: 1. R.Ay. Retno

Setoadi Yudopranoto, 2. R.M. Sumaryo, 3. R.Ay. Sri Kamariyah Sumarno, 4.

R.M. Sutaryo, 5. R.M. Sunaryo, 6. R.Ay. Retno Setyati Sriyono Suryosuparto,

7. R.M. Suharyo, 8. R.Ay. Endang Sasakamdani Abdullah Kartoatmojo, 9. R.M.

Imam Sumantri, S.H., 10. R.M. Bambang Susilarjo. (Drs. Suratmin,

1981/1982:25-26)

Masuk Dunia Pergerakan

Pada tanggal 20 Mei 1908, di Jakarta tepatnya di gedung STOVIA,

dicetuskanlah beridirinya Organisasi Budi Utomo. Nampaknya organisasi

yang dipelopori oleh Dr Wahidin Sudirohusodo dengan program Studie Fond-

nya ini telah menyentuh hati RM Suryopranoto. Hal ini mungkin dilandasi

oleh beberapa kali pertemuannya dengan Dr. Wahidin Sudirohusodo yang

ketika masih di Yogyakarta pernah menjadi dokter keluarga ayahnya.

Disamping itu, pembicaraan yang agak serius pernah berlangsung ketika Dr.

Wahidin Sudirohusodo singgah di pondokannya di Bogor. Mungkin pula

adanya ide mendirikan "Pirukunan Jawi" yang gagal ada hubunganya dengan

kedekatannya dengan Dr. Wahidin Sudirohusodo. (Budiawan, 1991 :58-59)

Ketertarikannya RM Suryopranoto terhadap Budi Utomo ini, dibuktikan

bergaungnya RM Suryopranoto ke dalam organisasi tersebut. Bahkan dalam

kongresnya pertama di Yogyakarta tanggal 3-5 Oktober 1908, RM

Suryopranoto terpilih sebagai Secretaris Hoofbestuur. Namun ketertarikan

RM Suryopranoto terhadap Budi Utomo berlangsung kurang lebih hanya

Page 74: Per Jalan An

empat tahun. Setelah berkiprah di dalam Budi Utomo, antara lain dalam

pembentukan Onderling Leven-Zekering Maatschappij PGHB (sebuah

organisasi yang bergerak dlam bidang asuransi jiwa, yang kemudian

berkembang menjadi O.L. Mij Bumi Putera dan selanjutnya menjadi Asuransi

Jiwa Bersama Bumiputera 1912) dimana dia menjadi anggota dewan

komisaris bersama dengan Sastrowidjojo, Soetandar, dan Dwidjosewojo yang

selama menjalankan tugasnya tidak pernah digaji, akhirnya RM

Suryopranoto menemukan hal-hal yang tidak memuaskan dalam Budi

Utomo.(Budiawan, 1991:62,66-67)

Budi Utomo yang kebanyakan dipimpin oleh kaum priyayi menyebabkan

emansipasi sosial yang meperjuangkan rakyat kecil menjadi terganjal.

Disamping itu dominasi kelompok tua menggiring organisasi Budi Utomo

mengarah pada kooperatif dengan pemerintah Belanda. Ketidak puasan

tersebut berpuncak pada keluarnya RM Suryopranoto dan beberapa tokoh

dari organisai tersebut dan bergabung ke organisasi lain yang dipandang

cocok. RM Suryopranoto keluar dari Budi Utomo dan masuk ke SI (Sarekat

Islam) yang setahun sebelumnya bernama SDI (Serikat Dagang Islam) yang

berdiri di bawah pimpinan Haji Saman Hudi tahun 1911.(Bambang Sukawati,

1983 : 57)

Kelahiran SI yang dianggap berhasil menyuarakan cita-cita emansipasi sosial

menimbulkan daya tarik bagi sejumlah aktifis. Hal ini sangat berbeda dengan

Budi Utomo yang menerjemahkan cita-cita emansipasi itu hanya dalam

dunia pendidikan untuk dapat mengakat martabat kaum bumi putera yang

dalam prakteknya hanya terbatas pada kaum priyayi. SI dengan tegas

mendifinisikan cita-citanya sebagai suatu penentuan nasib sendiri dalam

politik. Dalam perjuangannya, SI selalu menampakkan sifatnya yang anti

kapitalis dan menentang praktek feodalisme. Inilah yang menarik bagi RM

Suryopranoto sehingga ia memilih menjadi bagian di dalamnya. Dalam

susunan pengurus SI pusat atau CSI (Central Sarekat Islam), RM

Page 75: Per Jalan An

Suryopranoto berhasil terpilih sebagai salah satu anggota komisaris melalui

kongres I SI di Yogyakarta tahun 1914. Ketika itu RM. Suryopranoto masih

berkedudukan sebagai Secretaris Hoofbestuur Budi Utomo dan sekaligus

sebagai Kpala Dinas Pertanian dan Kepala Sekolah Pertanian di Wonosobo.

Bisa dibayangkan betapa sulitnya dalam mengatur waktu. Namun bagi RM.

Suryopranoto niat dan semangatlah yang dapat menyelesaikan

permasalahan yang dia hadapi. (Budiawan, 1991 : 68-69)

Pada tahun 1915, peristiwa aksi sepihak muncul di depan mata RM.

Suryopranoto. Dengan alasan karena masuk menjadi anggota SI, seorang

pegawai rendahan pribumi dipecat dari pekerjaanya. Bagi RM. Suryopranoto,

hal ini dianggap sebagai panggilan untuk memperjuangkan keadilan yang

telah telah menjadi tekadnya. Sifat seorang bertemperamen tinggi mulai

muncul, dengan mendatangi pejabat Belanda dengan amarah yang meledak-

ledak. Bahkan aksi protesnya dilakukan dengan tindakan yang luar biasa

dalam kondisi waktu itu. Secara demonstratif, RM. Suryopranoto

mengeluarkan Surat Pengangkatan Jabatan dan Ijazah yang diperolehnya

dari MLS Bogor. Dihadapan pejabat Belanda itu, disobek-sobeklah kedua

surat berharga itu, sambil mengucapkan janji bahwa mulai saat itu RM.

Suryopranoto tidak akan lagi bekerja untuk kepentingan pemerintah

Belanda. Apa yang diucapkan oleh RM. Suryopranoto bukan hanya di bibir

saja. Berkali-kali pembesar Belanda mencoba untuk menyuapnya agar mau

dan bersedia lagi bekerja untuk kepentingan pemerintah Belanda. Namun

hal itu tidak ditanggapinya. Dengan lepasnya RM. Suryopranoto dari ikatan

dinas dengan pemerintah kolonial Belanda, kebebasan yang sebebas-

bebasnya akhirnya dapat diraih. Dengan demikian curahan perhatiannya

kepada dunia pergerakan dapat dilakukannya dengan maksimal. (Bambang

Sukawati, 1983 : 59)

Sebagai seorang pribadi yang dinamis, keras, dan berjiwa petualang, RM.

Suryopranoto tidak dapat tinggal diam. Di dalam organisasi barunya yaitu SI,

Page 76: Per Jalan An

bersama dengan rekan-rekannya antara lain: Raden Joyodiwiryo, Raden

Sastrowiyono, dan Raden Muso, RM. Suryopranoto mendirikan Organisasi

Tentara Buruh Adhi Dharma, dimana ia duduk sebagai pimpinannya.

(Bambang Sulistyo, 1995 : 44)

Organisasi Adhi Dharma ini, sesuai dengan namanya yang mempunyai arti

"Kewajiban Utama", merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang

sosial-ekonomi dan sosial-pendidikan. Untuk merealisasikan misi yang telah

dicanangkan yaitu meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan-rakyat serta

meningkatkan kehidupan di bidang sosial ekonomi, maka berbagai usaha

telah dijalankan oleh Adhi Dharma. Adapun usaha-usaha tersebut antara

lain: 1) Mendirikan sekolah-sekolah umum bagi rakyat dan kaum miskin

dalam bentuk SD / HIS, SMP, Sekolah Guru dan Schakel School. HIS Adhi

Dharma ini merupakan sekolah partikelir pertama yang didirikan di

Indonesia. 2) Mengadakan penyebaran inf ormasi melalui ceraman dan

diskusi kepada generasi muda tentang kemasyarakatan dan pergerakan.

Sebagai hasil nyata dari usaha ini maka lahirlah JIB / Jong Islamieten Bond

yang diketuai oleh Syamsoeridjal adik bungsu Nyonya Suryopranoto. 3)

Membuka biro-biro bantuan hukum khususnya bagi kaum lemah atas

tindakan sewenang-wenang para penguasa. Lembaga ini sangat membantu

rakyat yang tertindas. Keberadaan RM. Suryopranoto yang langsung

menangani lembaga ini, menjadikan rakyat menjadi terlindungi jika berada

di bawah naungan Adhi Dharma. 4) Mendirikan Koperasi Gotong Royong

dengan nama Mardi Kaskaya, yang dulu pernah ada tahun 1900, namun

tidak berkembang semenjak ditinggal oleh RM. Suryopranoto ke Bogor untuk

menempuh pendidikan di MLS. 5) Membentuk brigade kesehtatan rakyat

"Adhi Dharma". 6) Mengadakan pendidikan kader melalui majalah "Medan

Budiman". 7) Mendirikan Gedung Adhi Dharma di Jl. Gunung Ketur

Yogyakarta. 8) Mengembangkan cabang-cabang Adhi Dharma di berbagai

kota seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra. (Bambang Sukawati,

1983:72-74)

Page 77: Per Jalan An

Disamping sebagai pemimpin Adhi Dharma, RM. Suryopranoto juga

merupakan anggota komisaris CSI, dan sekaligus pengurus SI Cabang

Yogyakarta. Sehinga bukan tidak beralasan apabila sekolah-sekolah Adhi

Dharma oleh RM Suryopranoto dinyatakan sebagai sekolah SI. Untuk itu bagi

anggota-anggota SI yang berniat menyekolahkan anak-anaknya dianjurkan

untuk pergi ke Yogyakarta. (Bambang Sulistyo, 1995 : 49)

Tugas RM. Suryopranoto yang menduduki tempat penting bersama Haji

Umar Said Cokroaminoto dalam SI, adalah mengurus masalah gerakan buruh

dan tani. Tugas ini, dikaitkan dengan hasil kongres SI di Surabaya tahun

1918, merupakan bidang garapan pokok SI. Oleh karena itu pada tahun

1919, dalam kongres SI di Surabaya, setelah mempertimbangkan dan

mempelajari perkembangan yang terjadi, RM. Suryopranoto berani

menegaskan bahwa sudah waktunya dilakukan aksi massa untuk

melaksanakan program SI menuntut dihapusnya kerja paksa, pembagian air

sawah rakyat tani, serta adanya kuli ordonansi. Sebagai bentuk tangapan

dari apa yang ditegaskan oleh RM. Suryopranoto tersebut maka di berbagai

daerah muncul aksi-aksi sporadis menentang tindakan kaum kapitalis antara

lain berupa pembakaran kebun tebu dan pemogokan. (Bambang Sukawati,

1983 : 75)

Melihat kenyataan yang ada, maka RM. Suryopranoto melalui Adhi Dharma

berusaha mengubah gerakan massa tersebut ke dalam bentuk gerakan yang

terkoordinasi dalam sebuah organisasi. RM. Suryopranoto menyatakan

bahwa kaum buruh dan tani harus bersatu memperjuangkan kepentingannya

tanpa harus melanggar peraturan dengan melakukan tindak pencurian dan

pembakaran. Usaha tersebut menjadi kenyataan setelah bulan Agusutus

1918, RM Suryopranoto mengumumkan beridirinya Personeel Fabriek Bond

(PFB), Perkumpulan Tani dan Koperasi yang kemudian lazim disebut dengan

Perkumpulan Kaum Tani atau Sarekat Tani, dan Perserikatan Kaum Burum

Umum (PKBO / Perserikatan Kaoem Boeroeh Oemoeni). Kembali RM.

Page 78: Per Jalan An

Suryopranoto menganjurkan agar buruh tetap pada pabrik menjadi anggota

PFB, buruh musiman di perkembunan tebu masuk menjadi anggota PKBO,

dan kuli kenceng atau pemilik tanah yang disewa pabrik agar mendirikan

koperasi dan bergabung dalam Sarekat Tani. Ketiga organisasi tersebut

diketuai oleh RM. Suryopranoto. Dalam perkembangannya PFB segera

menjadi kuat dibawah SI Yogyakarta. (Bambang Sulistyo, 1995 :72)

Mulai akhir tahun 1918 anggota PFB kira-kira 700 orang, pada akhir tahun

1919 menjadi lebih kurang 8.000 orang yang tersebut di 90 pabrik gula.

Memasuki bulan Desember 1919 anggota PFB mencapai 8.723 dan bulan

April 1920 anggota PFB telah mencapai 31.000 orang yang tersebut ke 190

pabrik bula. Dengan demikian anggota PFB telah tersebar ke seluruh pabrik

gula di Jawa dan merupakan organisasi buruh terbesar di Indonesia.

(Bambang Sulistyo, 1995 :86)

Tahun-tahun sesudah berkecamuknya Perang Dunia I merupakan masa yang

sulit. Hal itu sangat dirasakan oleh sebagian besar rakyat di Hindia Belanda.

Peristiwa tersebut mengakibatkan buruknya situasi ekonomi di Eropa yang

ditandai dengan semakin merosotnya barang-barang produksi Eropa.

Sementara itu daerah Hindia Belanda sangat menggantungkan diri pada

impor barang-barang kebutuhan pokok dari Eropa. Sesuai dengan hukum

ekonomi, dimana kebutuhan meningkat maka harga barangpun menjadi

semakin tinggi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika harga barang-

barang tersebut juga naik. Hal itu sungguh berbeda dengan apa yang terjadi

dengan upah buruh. Upah buruh tidak dapat mengikuti naiknya harga

barang-barang, kalaupun upah buruh naik, namun tidak sebanding dengan

harga barang-barang yang ada. Kondisi ini sangat menyengsarakan rakyat,

khususnya para buruh. (Budiawan, 1991 : 86)

Aksi Pemogokan

Page 79: Per Jalan An

Kondisi tersebut memancing munculnya aksi para buruh yang menuntut

perbaikan nasib, yang salah satu model yang dipakai adalah pemogokan.

Aksi ini akan berhasil jika didukung oleh momentum yang tepat dimana

waktu itu posisi buruh sangat dibutuhkan oleh pemilik modal guna

meningkatkan produksinya, dan adanya solidaritas antar kaum buruh

dengan tidak memanfaatkan keadaan jika aktifis pemogok di kenai sangsi

(dipecat), buruh lain agar tidak mau mengisi lowongan yang ada. Koordinasi

ini akan berjalan dengan baik jika dibentuk suatu organisasi sekerja. Dengan

latar belakang inilah maka dalam rapat CSI di Yogyakarta pada akhir

Desember 1919 diputuskan untuk didirikan federasi buruh yang bernama

Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB) dengan susunan pengurus

sementara adalah Semaun (ketua), RM. Suryopranoto (Wakili Ketua),

Bergsma (Bendahara). Adapun basis PPKB berada di Semarang. Susunan

tersebut selanjutnya disempurnakan dalam kongres PPKB I tanggal 1

Agustus 1920 di Semarang, dengan format baru yaitu: Semaun (ketua), RM.

Suryopranoto (Wakil Ketua), H. Agus Salim (Sekretaris), dan Alimin

(Pembantu). (Budiawan, 1991: 88 dan 96)

Sejalan dengan lahirnya PPKB yang kemudian muncul cabang-cabangnya di

seluruh Jawa, pada sekitar pertengahan 1920 muncul berbagai aksi

pemogokan yang waktunya hampir bersamaan antara lain di Electische

Zagerij (Pabrik Gergaji Listrik) di Surabaya, perusahaan perkebunan

Tembakau di Klaten, drukkerij (percetakan) "Sindoro" di Pekalongan, pabrik

tapioka di Malang, pabrikgula di Malang, pabrik gula di Langse, Pati, dan

pabrik kayu di Malang, pabrikgula di Surabaya, dan Kanigoro, Madiun,

Posbond di Weltevreden, dan pabrik gula di Tegal. Disitu terlihat bahwa aksi

pemogokan banyak terjadi di pabrik gula. Hal itu dapat dimengerti, karena

gula pada waktu itu memegang peran sebagai komoditi eksport yang

menjanjikan, serta disitulah nasib buruh banyak bergantung. Dalam hal ini,

peranan RM Suryopranoto bersama PFB-nya cukup besar. Hal ini terkait

dengan propanda yang dilakukannya di daerah-daerah dekat pabrik gula.

Page 80: Per Jalan An

PFB yang mengangkat masalah ekonomi, bukan politik, masih dapat ditolerir

oleh para penguasa perkebunan dan pemerintah. (Budiawan, 1991 : 90)

Jumlah massa PFB yang cukup besar, dan kondisi obyektif dimana kebencian

rakyat terutama buruh terhadap kaum kapitalis mulai meluap-luap, RM.

Suryopranoto dengan optimis menyerukan bahwa mobilisasi buruh besar-

besaran dengan melakukan pemogokan umum untuk memperoleh

kemenangan akan berjalan dengan lancar. Namun seruan yang

disampaikannya dalam Kongres PPKB tanggal 1 Agustus 1920 di Semarang

tersebut ditanggapi negatif oleh Semaun ketua PPKB sementara.

Menurutnya, RM. Suryopranoto telah melakukan aksi-aksi pemogokan

sebelumnya yang tidak dikonsultasikan dulu dengannya. Akan tetapi

tanggapan Semaun tersebut tidak digubrisnya, ia tetap jalan terus. Langkah

awal yang dilakukannya yaitu mengirimkan ultimatum kepada

Suikersyndicaat (para majikan gula) pada tanggal 9 Agustus 1920.

Ultimatum yang diajukan tersebut kurang lebih berisi bahwa upah buruh

yang rendah, sementara biaya hidup telah melambung tinggi, dan pimpinan

pabrik gula menolak membahas hal-hal yang menyangkut nasib buruh

tersebut memicu keresahan para buruh. Disaming itu PFB menuntut agar

keberadaannya diakui sebagai organisasi serikat buruh gula. Jika tuntutan

tersebut tidak dikabulkan maka dalam waktu dekat akan dilangsungkan

pemogokan umum. (Budiawan, 1991:97-98)

Sesudah ultimatum tersebut tidak ditanggapi, maka RM. Suryopranoto

mengumumkan berlangsungnya pemogokan tanpa dukungan dari Semaun

dan kelompoknya. Pemogokan pertama kali di Indonesia berlangsung dari

pabrik gula Padokan Yogyakarta, kemudian munyusul pabrik Gula Nglungge

Delanggu, Sala, jatiroto dan seterusnya meluas di seluruh Jawa. RM.

Suryopranoto secara bergilir mendatangi tempat-tempat pemogokan untuk

memimpin sendiri dan mengobarkan semangat. Karena aksinya inilah maka

Page 81: Per Jalan An

Pers Belanda memberi gelar kepada RM Suryopranoto dengan "De

Stakingskoning" (si Raja Pemogokan). (Bambang Sukawati, 1983:76)

Meski tuntutan-tuntutan mengenai kenaikan upah dapat dikabulkan oleh

kaum kapitalis para pemilik pabrik gula, yang juga bearti meningkatkan

kaum buruh, namun pada akhirnya PFB gagal diakui sebagai organisasi

buruh. Di sinilah awal keruntuhan PFB. Dari peristiwa ini menyebabkan

pamor RM. Suryopranoto dan PFB mulai menyurut. Cabang-cabang PFB di

daerah mulai melepaskan diri dan kehilangan kontrol dari pusat. Bahkan ada

yang kemudian justru mendirikan sarikat baru dengan nama SBP (Serikat

Buruh Pabrikan) yang berorientasi ke Semarang (kubu Semaun). Yang terjadi

kemudian adalah pemogokan-pemogokan yang bersifat lokal. Isu yang

dimunculkan hanyalah berkisar masalah kenaikan upah dan pengurangan

jam kerja. Ini berarti mereka telah berjalan sendiri dan menurut kepentingan

sendiri-sendiri pula. Disamping itu PFB mengalami kehancuran akibat krisis

finansial yang dialaminya. Guna memperbaiki keadaan, pada tanggal 31

Desember 1920 - 2 Januari 1921 diadakanlah kongres PFB. Dalam kongres

tersebut, guna memperbaiki kondisi finansial organisasi, RM Suryopranoto

menghimbau agar iuran anggota PFB lebih teratur lagi. Namun apa yang

disampaikan oleh RM Suryopranoto kurang mendapat tanggapan dari

anggotanya. Kian hari kondisi keuangan PFB semakin buruk sehingga untuk

membayar sewa kantor saja sudah tidak mampu lagi, sehingga harus

dipindahkan ke salah satu gedung kosong di Sekolah Adhi Dharma. Bukanlah

RM. Suryopranoto jika harus menyerah di tengah jalan. Meski keadaan jauh

dari seperti yang diharpakan, RM. Suryopranoto pantang menyerah. Dia

tetap menyerukan aksi pemogokan umum pada musim giling tebu tahun

1921. Namun para buruh yang kebanyakan telah belajar dari pengalaman,

yaitu dipecat dan tidak dipekerjakan kembali setelah aksi mogok, rnaka

seruan RM Suryopranoto tidak mendapat tanggapakan yang positif, dan ini

berarti rekonsiliasi PFB gagal. (Budiawan, 1991:114,117-118)

Page 82: Per Jalan An

Dalam salah satunya pidatonya di Delanggu, RM Suryopranoto melakukan

kritik terhadap pemerintah bahkan telah berani menghina polisi yang

bertugas mengawasi rapat. Atas tuduhan tersebut RM Suryopranoto terkena

Spreekdelict, dan dihadapkan pada Raad van Justitie sehingga harus

menerima hukuman penjara selama dua minggu di Malang sejak akhir

Desember 1921. Memasuki bulan Januari 1922 RM. Suryopranoto telah

keluar dari penjara. Sementara itu pada tanggal 28 Januari 1922, PPPB

menyelenggarakan rapat umum di Yogyakarta yang sekaligus menyambut

pembebasan RM Suryopranoto dari penjara. Dalam petemuan itu RM

Suryopranoto menyampaikan pidato bahwa pemogokan merupakan day a

upaya buat mendidik kemerdekaan kaum buruh. Selanjutnya untuk

persiapan pemogokan umum dibentuk Comite Hidoep Merdeka yang diketuai

oleh RM Suryopranoto. Meski telah dipersiapkan, namun pemogokan gagal

dilaksanakan. Hal ini karena adanya intimidasi dari pemerintah, yang akan

memecat karyawan pegadaian jika diketahui terlibat dengan aksi

pemogokan yang diinstruksikan oleh PPPB. (Budiawan, 1991:129 dan 133)

Titik Balik

Semenjak rencana pemogokan umum PPPB (Januari-Februari 1922) gagal,

situasi pergerakan buruh mengalami pasang surut. RM. Suryopranoto

sebagai ketua PPPB dan Prawirowijoto selalu sekretaris PPPB segera

melakukan perbaikan. Namun perbaikan yang dilakukannya tidak lebih

hanyalah bersifat defensif, dan sangat menurun radikalitasnya, bahkan

sampai ia ditahan di Semarang tahun 1926 selama enam bulan, geliat

pergerakan buruh semakin tidak terasa. Keluar dari penjara, RM

Suryopranoto mulai bersikap lebih moderat dan kooperatif. Meski demikian

ia tetap konsisten dengan idealismenya. Sikap moderat itu tampak ketika

dalam rapat bersama antara PPPB dan VIPBOW (Vereniging Inheems

Personeel Burgerlijke Openbare Werken) yang berlangsung tanggal 31 Mei

1919. Salah satu keputusannya adalah rencananya membentuk sentral baru

Page 83: Per Jalan An

yang anggota-anggotanya hanya terbatas para pegawai pemerintah saja.

Sentral baru tersebut kemudian bernama PVPN (Persatuan Vakbonden

Pegawai Negeri). Selain itu diputuskan pula bahwa sentral baru ini tidak

berpolitik serta tidak beraliran agama. Memasuki tahun 1930, ketika usianya

memasuki 60 tahun, RM. Suryopranoto disamping aktif dalam PVPN, juga

aktif dalam sebuah partai politik dengan bergabung dengan PSII (Partasi

Sarikat Islam Indonesia). Dalam partai itu RM Suryopranoto duduk sebagai

anggota Dewan Partai atau Majelis Takkhim bersama dengan H. Agus Salim,

sertai berberapa yang lain, dengan diketuai oleh HOSCokroaminoto.

(Budiawan, 1991:157-159)

Namun PSII yang moderat itu, dalam perkembangannya memunculkan sifat

lamanya yaitu keras dan radikal. Dalam perkembangannya dalam tubuh PSII

terjadi pertikaian antar pimpinan. Hal ini memunculkan dua kubu yang sulit

dipertemukan. Yang satu adalah Duet Cokro - Salim (Cokroaminoto dan Agus

Salim) dan Suryo - Sukiman (RM Suryopranoto dan Sukiman). Akibat dari

pertikaian itu Sukiman dipecat oleh Cokroaminoto dan kemudian mendirikan

PII (Partai Islam Indonesia). Sedangkan RM. Suryopranoto mengundurkan diri

dari PSII dan selanjutnya menggabungkan diri pada PII. Dalam PII ini RM

Suryopranoto hanya duduk sebagai anggota dan tidak begitu aktif lagi.

Makin lama aktifitasnya dalam politik makin berkurang. Selanjutnya RM

Suryopranoto lebih aktif dalam dunia pendidikan dengan mengajar murid-

murid Sekolah Adhi Dharma dan menulis. Melalui hobinya yang suka menulis

ini RM Suryopranoto ditangkap dan dijebloskan ke dalam Penjara Sukamiskin

mulai tahun 1933 - 1935. Tindakan ini dilatarbelakangi oleh tulisan RM.

Suryopranoto yang berupa Encyclopedic Socialisme, yang direncanakan

terbit dalam 3 jilid. Namun sebelum karya itu selasai, RM Suryopranoto

keburu ditangkap oleh polisi kolonial. Hal itu karena dalam karyanya

tersebut RM Suryopranoto telah menghasut rakyat. (Budiawan, 1991:161)

Page 84: Per Jalan An

Keluar dari Penjara Sukamiskin, kondisi RM. Suryopranoto mulai menurun. la

memutuskan mengundurkan diri dari kegiatan politik dan keluar dari PII.

Waktunya dipergunakan untuk kegiatan di Instituut Adhi Dharma. Disamping

ilmu pertanian, ia memberikan pelajaran berbagai cabang ilmu seperti

tatanegara, ilmu bumi, ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Pada masa

pendudukan Jepang, RM Suryopranoto semakin menjauh dari kegiatan

politik. Disamping karena seluruh kegiatan politik dilarang untuk dilakukan

oleh Jepang, juga faktor usia yang telah lanjut. Perguruan Adhi Dharma pun

waktu itu tidak luput dari larangan tersebut. Karena Adhi Dharma ditutup,

RM. Suryopranoto membantu mengajar di Taman Tani Tamansiswa,

disamping juga mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Namun setelah

masa pendudukan berakhir, dan memasuki masa kemerdekaan, Perguruan

Adhi Dharma dibuka kembali dan RM Suryopranoto kembali mengajar di

perguruan tersebut. Disamping itu ia memberikan kursus-kursus politik. Agar

kursus tidak hanya dapat diikuti anak-anak sekolah saja, maka materi yang

diberikan diterbitkan dalam buku antara lain: 1) Dasar Peladjaran Politik,

2)Tjara Mendirikan Perserikatan, 3) Dasar Tata negera Indonesia. (Budiawan,

1991:162-164)

Menyadari keadaan fisiknya maka sejak tahun 1949 ia berhenti mengajar

dan memberi kursus dan lebih banyak tinggal di rumah untuk melakukan

kegiatan spritual dengan belajar dan menghanyati Al-Qur'an. Membuat

kliping-kliping artikel keagamaan juga sering dilakukakan. Kebanyakan

sumber yang diambil adalah dari koran Kedaulatan Rakyat.(Budiawan,

1991:166)

Pada tanggal 15 Oktober 1959, RM Suryopranoto meninggal dunia di Cimahi,

Jawa Barat. Jenazahnya dikembumikan di Makam "Rachmat Jati" Kota Cede,

Yogyakarta, tanggal 17 Oktober 1959, dengan upacara kemiliteran sebagai

seorang Perwira Tinggi, Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden RI No.

310, RM. Suryopranoto dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional

Page 85: Per Jalan An

Rebulik Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1960 juga kepadanya diterimakan

anugerah Bintang Maha Putra Tingkat II Republik Indonesia.(Budiawan, 1991:

81 dan 178)

PELAYANAN PRIMA DI MUSEUM : SEBUAH KEBUTUHAN MENGHADAPI VISIT MUSEUM YEAR TAHUN 2010 Sabtu, 23 April 2011 by Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta · 0 komentar

Oleh : Suharja

Sebuah pelajaran sangat beharga dapat dipetik dari sejarah perkembangan Negeri Cina

yang begitu pesat pada saat ini ialah semboyan nasionalnya. Semboyan nasional bangsa cina

mengantarkan cina menjadi Negara modern dan negeri industri tersbesar di asia. Semboyan

bangsa cina “‘I want to change my life” merupakan semboyan yang dipakai oleh seluruh lapisan

masyarakat cina sehingga bangsa cina yang sangat miskin dan terbelakang dua dekade yang lalu

berubah menjadi raksasa ekonomi yang canggih didunia. Cina benar-benar berubah sesuai

dengan semboyannya mengubah kehidupan masyarakat “”menjadi macan Asia”. Tidak

terkecuali dalam permuseuman di Cina pun turut berkembang pesat sejalan dengan

perkembangan industrinya.

Kita sebagai insan permuseuman perlu belajar banyak dan sangatlah relevan untuk untuk

memicu etos kerja di museum. Berkaitan dengan program Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata di tahun 2010 yaitu tahun Kunjungan Museum, sudah sepantasnya kita berbenah diri

untuk menyiapkan program-program museum agar lebih dikenal dan benar-benar menjadi tempat

tujuan wisata pendidikan yang dapat diandalkan. Tidak kalah penting adalah menyiapkan garda

terdepan mudium yaitu pelayanan. Pelayanan merupakan kunci utama bagi kesuksesan museum.

Pelayanan memiliki beberapa arti antara lain membantu menyiapkan (mengurus) apa

yang diperlukan seseorang(soetopo,1999).sedangkan pelayanan adalah merupaqkan usaha

melayani kebutuhan orang lain (kamur besar bahasa Indonesia. 1995). Pelayanan yang sangat

baik/pelayanan yasng baik. Pelayanan prima merupakan bagian dari Total Quality Service

museum terhadap pengunjungnya. Sedangkan Total Quality Service adalah sistem manajemen

strategik dan integrative yang melibatkan semua manajer dan pegawai serta menggunakan

metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses

Page 86: Per Jalan An

organisasi, agar dapat memenuhi & melebihi kebutuhan, keinginan & harapan pelangan

(sistematis, 1996).

Pelayanan prima dimusium tidak terlaksana tanpa adanya profsionalitas kerja. Pegawai

harus memiliki dedikasi yang tinggi dan professional. Hal itu dapat dilihat dan ditujukan dari

cirri profesionalisme antara lain kebanggaan terhadap profesi kerja di museum. Pegawai museum

harus mencintai pekerjaannya terlebih dulu. Dengan mencintai pekerjaan maka etos kerja akan

meningkat dan kebanggaan profesinya tertanam di dalam sanubarinya. Selanjutnya pegawai

museum merupakan pelayan bagi pengunjungmuseum, siapapun pengunjung harus dilayani

tanpa terkecualidengan sepenuh hati. Ibarat berdagang maka pengujung museum adalah raja

yang harus dilayani kebutuhannya. Jika dua hal tersebut diatas sudah menjadi bagian dari etos

kerja pegawai museum maka dengan sendiri setiap permasalahan yang muncul dalam museum

baik teknis maupun non teknis akan dfapat karena cirri ketiga professional adalah problem solver

yaitu mengatasi segala masalah, bukan membuat masalah baru.

Pelayanan prima di meuseum tidak dpaat dilepaskan dari tiga pilar utama

yaitukompetensi, customer (pelanggan) dan competitor. Artinya untuk melayani secara prima

maka pegawai museum harus memiliki kompetensi atau keahlian sesuai dengan bidang tugasnya

masing-masing. Tenaga pemandu harus memiliki keahlian dibidang konservasi dan sebagainya.

Pendek kata penempatan personil harus sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Selanjutnya

segala kegiatan dan aktifitas museum muaranya adalah untuk pelanggan atau customer. Artinya

harus menentukan positioning yang tepat dalam menjaring pelanggan disesuaikan dengan visi

dan misi museum. Jika focus pelanggan sudah ditetapkan maka harus dilaksanakan secara

konsisten dan berkesinambungan. Tidak kalah penting hal berikutnya adalah selalu bealajr dari

kemajuan institusi sejenis sehingga museum tidak ketinggalan. Kemajuan pesaing atau

kompetito lain harus menjadi cambuk untuk selalu mengembangkan dan mencari inovasi demi

kemajuan dan kepuasan pelanggan.

Filosofi pelayanan prima yang dapat diterapkan di museum antara lain :

1. Fokus pada pelanggan (pelanggan segalanya)

Page 87: Per Jalan An

2. Obsesi terhadap kualitas (selalu ada peningkatan kualitas, minimal pelayanan pada tahun

ini harus lebih baik dari tahun kemarin)

3. Pendekatan ilmiah (inovatif dan kreatif, trial and error)

4. Komitmen jangka panjang (perlu perubahan budaya bahwa segala aktivitas harus

direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan diadakan pengawasan & evaluasi)

5. Kerjasama tim, perlu ditekankan bahwa semau lini pekerjaan adalah penting, tidak ada

yang tidak penting, semua lini memilki andil dalam mencapi kemajuan sehingga jika

salah satu lini tidak berfungsi akan menggangg lini lainnya.

6. Perbaikan sistem secara berkelanjutan(pegawai museum tidak boleh puas dengan hasil

yang telah diraih, selali ada perbaikan dan kemajuan)

7. Pendidikan dan pelatihan (untuk meningkatkan kompetensi pegeawai perlu diadakan

pendidikan dan latihan secara berjanjang)

Pada akhirnya sesuatu pelayanan bisa disebut sebagai pelayanan prima apabila sudah memenuhi

ketentuan sebagai berikut :

1. Perbaikan berkelanjutan, artinya selalu ada peningkatan dalam setiap kegiatan.

2. Bebas dari cacat / mengurangi cacat

3. Pemenuhan kebutuhan sejak awal dan setiap saat (mulai dari masuk, menikmati, keluar

museum, membawa kenangan)

4. Melakukan secara benar (standar pelayanan) pelayanan di museum harus terukur dan

memiliki standar baku.

5. Membahagiakan pelanggan, artinya pengunjung adalah ibarat raja yang harus dilayani

dan dipuaskan)

Page 88: Per Jalan An

Pelayanan di mueum dapat dikatakan sebagai pelayanan prima apabila memiliki cirri-ciri standar

pelayanan prima antara lain sebagai berikut :

1. Ketepatan waktu pelayanan, jam buka dan tutup museum harus konsisten. Untuk

mengantisipasi pengunjung sebaiknya pegawai museum dibagian pelayanan harus sudah

siap sebelum jam buka. Jangan sampai pengunjung museum sudah ada tetapi pegawai

yang menangani belum ada.

2. Akurasi pelayanan, artinya pelayanan dilakukan sesuai dengan kebutuhan umur,

pendidikan dan kepentingan pelanggan. Pelayanan terhadap anak-anak TK tentu berbeda

dengan pelayanan terhadap anak-anak SD, dan seterusnya. Museum harus memiliki

standar pelayanan terhadap masing-masing pelanggan sesuai dengan umur dan

pendidikannya.

3. Kecepatan dalam pelayanan karena waktu pengunjung terbatas. Biasanya pengunjung

museum mengunjungi museum dengan waktu yang terbatas. Rata-rata pengunjung berada

di museum kurang lebih sekitar satu sampai satu setengah jam. Sebab kunjungan ke

museum biasanya merupakan paket kunjungan dengan obyek wisata lainnya sehingga

waktunya terbats. Oleh karena itu kecepatan dalam pelayanan sangat dibutuhkan.

4. Kesopanan dan keramahan. Hal ini merupakan kunci utama untuk menarik pengunjung.

Pelayanan yang ramah dan sopan dapat mejadi senjata yang sangat ampuh dalam

pemasaran karena kekecwaan pelayanan yang dialami pengunjung akan disampaikan ke

semua orang yang ditemuinya. Tetapi kepuaan pelayanan hanya akan disampaikan

kepada sepuluh orang teman terdekatnnya.

5. Kemudahan mendapatkan pelayanan, waktu yang sangat pendek dalam melayani

pengunjung harus diimbangi dengan kemudahan untuk mendapat berbagai akses yang

dibutuhkan pengunjung baik informasi sarana dan prasana museum.

6. Kenyamanan dalam pelayanan (di semua lini). Museum harus dilengkapi dengan sarana

dan prasana yang mendukung museum sebagai tujuan wisata, pendidikan dan pusat

Page 89: Per Jalan An

informasi. Pengunjung harus memilki kenangan tersendiri yang lain dari pada yang lain

di museum.

7. Atribut pendukung lainnya seperti bersih, indah dan berkesan.

Dalam pelaksanaannya tentu tidak mudah karena selain ada faktor pendukung tentu ada

faktor penghambatnya. Adapun factor pendukung tercapainya pelaksanaan pelayanan prima

antara lain :

1. Self Esteem / Harga Diri

Harga diri merupakan unsure penting dalam pelayanan. Keteladanan dan keprimaan harus

dimulai dari lini atas manajemen. Segala sesuatu harus dimulai dari saat ini, mulai dari sdiri

sendiri, dan mulai dari hal terkecil.

2. Exceed Expectation / melampaui yang diharapkan.

Museum harus membuat visi misi yang tidak bisa dijangkau agar bisa memenuhi harapan dan

keinginan pengunjung karena banyak organisasi menciptakan haapan tinggi tetapi pelayanan

hanya biasa-biasa saja atau bahkan kurang sehingga menjadi boomerang karena tidak sesuai

dengan promosi yang diterima masyarakat.

3. Recovery / pembenahan.

Agar museum benar-benar manjadi milik pengunjung maka pihak museum perlu mengadakan

studi tentang kebutuhan pelanggan museum baik dari tingkat umur maupun pendidikan.

Mengetahui kebutuhan pelanggan merupakan kebutuhan pokok agar keberadaannya benar-benar

sesuai kebutuhan. Keluhan pelanggan bukan masalah tapi merupakan peluang untuk

memperbaiki kesalahan. Pembenahan harus selalu diadakan setiap tahun, kalau bisa harus ada

hal baru ang dapat dinikmati oleh pengunjung museum setiap tahunnya.

4. Vision / pendangan ke depan

Page 90: Per Jalan An

Museum harus menciptakan kultur organisasi (dorporate culture) karena museum merupakan

industri budaya yang memerlukan kreatifitas pegawai. Teknologi merupakan bagian dari kerja

bukan sebaliknya.

5. Improve / peningkatan.

Museum harus selalu memiliki inovasi baru dengan kata lain berubah atau ditinggalkan

pelanggan.

6. Care / perhatian

Museum harus berupaya menyenangkan pelanggan serta memperhatikan kualitas pelayanan.

7. Empower / pemberdayaan.

Pegawai museum harus diberdayakan sesuai dengan keahlian bidangnya masing-masing.

Pegawai museum perlu belajar dari kesalahan.

8. Sustainable / berkelanjutan.

Segala sesuatu aktifitas di museum harus dilaksanakan secara berkelanjutan..

Ada beberapa perilaku yang perlu dihindari oleh pegawai museum agar tidak menghambat

kemajuan yaitu antara lain perilaku negative Bounded Rationality atau memeprtahankan status

quo dan menolak perubahan. Perilaku yang kedua adalah Opprtunistic Behavior yaitu perilaku

yang hanya mengejar keuntungan sendiri dengan kecurangan. Jika perilaku ini masih banyak

dilakukan oleh pegawai musueum maka besar kemungkinan museum akan maju dan dikenal baik

oleh masyarakat. Ada dua pilihan yaitu mau maju atau mundur. Ada kebiasaan bangsa Indonesia

yang salah satu mebenarkan yang biasa artinya segala sesuatu walaupun salah jika dilakukan

oleh banyak orang dianggap sebagai sesuatu yang benar. Pola tersebut harus diubah menjadi

membinasakan yang benar. Artinya walaupun perilaku itu banyak dilakukan oleh banyak orang

tetapi jika hal itu salah sebaiknya jangan ditiru. Biasakanlah segala sesuatu yang benar. Kunci

terakhir kemajuan adalah tidak ada kemajuan tanpa perubahan tanpa perbuatan, serta tidak ada

perbuatan tanpa kemajuan. Intinya untuk maju adalah mau berbuat perubahan untuk kemajuan.

Page 91: Per Jalan An

Daftar Pustaka :

Hardjosoedarmo, Soewarso (1997), Dasar Dasar Total Quality Management, Yogyakarta,

Penerbit Andi.

Hardjosoekarto, Sudarsono (1994), Beberapa Persfektif Pelayanan Prima, Bisnis dan Birokrasi,

No.3/Vol IV/September, 1994.

Soetopo (1990), Pelayanan Prima, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 1999.

Daftar Pustaka :

Hardjosoedarmo, Soewarso (1997), Dasar Dasar Total Quality Management, Yogyakarta,

Penerbit Andi.

Hardjosoekarto, Sudarsono (1994), Beberapa Persfektif Pelayanan Prima, Bisnis dan Birokrasi,

No.3/Vol IV/September, 1994.

Soetopo (1990), Pelayanan Prima, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 1999.