analisis per banding an tingkat an pedagang pakaian

Upload: jacob-breemer

Post on 08-Jul-2015

243 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Peningkatan pendapatan Pedagang Pakaian

TRANSCRIPT

1

Analisis Perbandingan Tingkat Pendapatan Pedagang Pakaian Pasca Perpindahan Pasar Lawata ke Mall MandongaOleh Jacob Breemer. SE BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang` Era globalisasi merupakan wawasan ke depan dari suatu fenomena yang mengharuskan setiap masyarakat berpikir dan berkarya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam era tersebut. Banyak wacana dan informasi yang berupaya untuk memusatkan perhatian masyarakat pada peristiwa yang global seperti kenaikan harga bahan bakar minyak dan kasus korupsi. Hal ini hanya suatu bentuk manipulasi pasar untuk dapat menentukan harga dan produk yang akan dijual pada pasar tersebut. Pada hal pasar sendiri akan kehilangan produk jika harga yang ditetapkan tidak sesuai dengan harga pokok produk yang dijual. Selain itu dalam kesempatan yang sama peluang untuk meraih pasar atau posisi di pasar membutuhkan pengorbanan yang besar. Biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan posisi dipasar dan menghadapi pesaing selalu berubah jumlahnya. Ditambah lagi dengan tempat atau lokasi pasar yang tidak mendukung kegiatan usaha akan semakin memperkecil peluang dalam meraih keuntungan. Kondisi ini membuat setiap pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan selalu berupaya mencari lokasi yang strategis dan dapat dijangkau oleh konsumen baik pembeli potensial maupun pembeli tetap. Sejalan dengan kegiatan usaha kecil, kegiatan pedagang pakaian diperhadapkan dengan pilihan yang sama baik dari segi harga jual, lokasi kios (toko) dan jumlah pakaian yang akan dijual. Untuk memperoleh keuntungan atau pendapatan yang besar para pedagang berupaya untuk meraih pangsa pasar dengan menawarkan pakaian baik pakaian anak-anak maupun pakaian untuk orang dewasa. Kegiatan perdagangan pakaian yang dilakukan pedagang di Kota Kendari mencakup perdagangan pakaian di Pasar Lawata. Pada pasar ini kegiatan perdagangan pakaian mengalami persaingan dengan adanya penjualan pakaian bekas. Namun pihak investor memberikan kesempatan bagi pedagang pakaian untuk menempati Mall Mandonga Adanya penyediaan lokasi penjualan di dalam Mall Mandonga memberikan kesempatan bagi para pedagang untuk melakukan kegiatan perdagangan yang lebih baik, khususnya dalam memasarkan pakaian kepada masyarakat dengan tingkat harga yang disesuaikan dengan janis pakaian yang dijual. Pasar dengan fasilitas lengkap bukan hal yang baru, tetapi biaya sewa yang tinggi akan menjadi beban bagi para pedagang pakaian yang pindah dari Pasar Lawata ke Mall Mandonga. Dari data Statistik tahun 2004 diperoleh bahwa jumlah pedagang pakaian pada Pasar Lawata sebanyak 162 orang, Lokasi yang disedikan untuk pedagang pakaian sebanyak 150 petak. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat 12 pedagang pakaian yang harus mencari lokasi lain di Mall Mandonga, karena lokasi di Mall Mandonga bukan saja untuk pedagang pakaian tetapi juga untuk pedagang lain. Pedagang yeng menempati lokasi di Mall Mandonga berupaya untuk mengembangkan kegiatan usahanya dengan menggunakan fasilitas Mall sebagai pasar modern untuk dapat menarik daya beli konsumen terhadap barang yang dijual, termasuk pakaian anak-anak dan pakaian dewasa. Dibimbing Oleh DR Manat Rahim, SE.MS dan Ahmad SE.MS

2

Adanya kebijakan pemerintah untuk mengembalikan lokasi Pasar Lawata ke Mall Mandonga mendapat kritikan yang tajam bahkan menimbulkan konflik di antara kedua pihak, di satu sisi Kota Kendari akan ditata kembali, di sisi lain, pedagang baru saja membiayai kegiatan usaha dan belum memperoleh keuntungan untuk menutupi biaya yang dikeluarkannya. Kondisi demikian memberikan pengaruh kepada pedagang pakaian, dimana mereka harus menyewa lokasi di Mall Mandonga dengan harga yang relatih mahal. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan mengangkat judul Analisis Perbandingan Tingkat Pendapatan Pedagang Pakaian Pasca Perpindahan Pasar Lawata ke Mall Mandonga. 1. 2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan pendapatan pedagang pakaian di Pasar Lawata dengan Mall Mandonga 1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat pendapatan pedagang pakaian di Pasar Lawata yang menempati/masuk di Mall Mandonga. 1. 3. 2 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk mengambil langkahlangkah kebijakan dalam pembinaan pedagang pakaian di pasar Lawata dan Mall Mandonga kota Kendari.

2. Bagi Pedagang ; sebagai bahan informasi dalam mengembangkan usaha di masa yangakan datang.

3. Bagi peneliti lain ; sebagai bahan banding atau pelengkap peneliti, selanjutnya yangada relevansinya dengan penelitian ini. 1. 4 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian tentang perbandingan tingkat pendapatan pedagang pakaian pasca perpindahan pasar Lawata ke Mall Mandonga yang meliputi :

2.1.

Jumlah tenaga kerja, Modal, Harga jual pakaian anak-anak, Harga pakaian orang dewasa Jumlah pakaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perdagangan perdagangan secara umum dapat diartikan kegiatan penyaluran barang kepada konsumen melalui kegiatan menjual barang. Adapun pengertian perdagangan yang dikemukakan oleh K.S.T. Pamoentjak (1993 : 32) Tindakan perniagaan adalah tindakan-tindakan pembelian barang untuk dijual kembali dalam jumlah besar atau kecil dalam bentuk mentah atau telah dikerjakan sebagai barang dengan atau hanya menyewakan barang itu untuk dipergunakan.

3

Dengan batasan pengertian tersebut di atas, maka tindakan perniagaan atau perdagangan adalah melakukan pembelian barang-barang baik dalam jumlah besar maupun jumlah kecil dalam bentuk mentah atau pun barang jadi yang kemudian dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi dan selisih harga tersebut adalah berupa laba (keuntungan). Perniagaan diusahakan oleh semua orang yang menjual dan membeli barang antara menjalankan semua pekerjaan yang berhubungan dengan jual beli. Perdagangan adalah proses pemasaran barang dan jasa yang dihasilkan oleh produksi dan djual ke pemakai barang atau disebut konsumen, maka perdagangan disebut sebagai hubungan antara produsen dan konsumen, atau orang yang bekerja sebagai penghubung antara produsen dan konsumen. Atau kegiatan perdagangan yang menunjang sektor produksi. M. Gultom (1975 : 81) memberikan pengertian perdagangan adalah meliputi semua kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian arus barang-barang dari produsen ke konsumen menurut waktu, tempat dan keadaan (bentuk) yang dibutuhkan pemakai Dari uraian di atas, maka 6perdagangan meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemindahan barang atau jasa dari pembuat atau produsen, sampai pada pemakai atau konsumen. Sedangkan berdasarkan SK. Menteri Perdagangan No. 1458/KP/XII/84, perdagangan adalah menjembatani permintaan yang menjadi dorongan dalam proses produksi, sehingga terjadi lingkaran yang semakin berkembang. Sohadi Mangkusuwondo (1986 : 40 ) bahwa : Kegiatan sektor perdagangan merupakan kegiatan penjualan sektor produksi, yaitu pertanian dan industri pengolahan atau industri manufacturing, atau pun barang-barang konsumsi, dan barang-barang jadi hasil pabrik. Kemudian untuk mencapai kemajuan akhir, sektor perdagangan memberikan jasajasanya. Dimana sektor perdagangan sebagai perantara untuk menyalurkan hasil produksi ini sehingga sampai ke tangan konsumen tepat waktu dan dalam jumlah serta macam barang sesuai dengan yang diminta oleh konsumen. Adapun sub sektor yang ada di dalam sektor perdagangan meliputi : 1. Sub sektor perdagangan dalam negeri. 2. Sub sektor perdagangan luar negeri. 2.2. Fungsi Perdagangan Kegiatan perdagangan ini sangat luas dan meliputi kegiatan yang beraneka ragam. Selanjutnya Sohadi Mangkusuwondo (1986 : 53) mengatakan secara garis besarnya perdagangan terdapat empat fungsi pokok, yaitu : 1. Mengumpulkan (koleksi) dengan membagi-bagikan (distribusi). Dalam hal ini tugas perniagaan adalah mengumpulkan barang-barang dari beberapa produsen kemudian menjualnya atau membagi-bagikannya ke pada konsumen. 2. Menyortir dan memberikan kualitas berderajat Kegiatan menyortir dan memberikan kualitas berderajat ini adalah menyortir atau mengkualifikasikan barang-barang itu pada berbagai kualitas sehingga akan memudahkan membagi-bagikannya pada konsumen. 3. Menimbun untuk distribusi Kegiatan menimbun untuk distribusi adalah melakukan pengumpulan/menimbun barang untuk disimpan sehingga pada waktu barang kurang dipasaran, barang tersebut dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

4

4. Memindahkan Suatu daerah kadang-kadang menghasilkan barang-barang yang melimpah sehingga barang tersebut harganya turun. Dengan demikian memindahkan barang tersebut membuat harganya meningkat. Kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan barang tersebut ke daerah konsumen sehingga dapat diperoleh harga yang lebih tinggi dan memberikan keuntungan yang lebih besar. 2.3. Pembagian Perniagaan (Perdagangan) Menurut Sohadi Mankusowando (1980 : 67) bahwa perniagaan (perdagangan) dapat dibagi beberapa macam yaitu : a. Perniagaan berdasarkan jembatan atau perantara dapat dibagi atas : 1. Perniagaan sebagai jembatan yang berdiri sendiri yaitu prniagaan yang semata-mata berniaga.

2. perniagaan yang tidak sebagai jembatan yang tidak berdiri sendiri yaitu perniagaanuntuk melakukan usaha lain. b. Berdasarkan hubungan antara produsen 1. Perniagaan langsung yaitu perniagaan dimana produsen berhubungan langsung dengan konsumen atau pedagang menjual langsung kepada konsumen. 2. Perniagaan langsung adalah terdapat beberapa perantara sebelum barang sampai pada konsumen. c. Berdasarkan wilayah kegiatannya dapat dibagi sebagai berikut : 1. Perniagaan dalam negeri, adalah kegiatan perniagaan yang dilakukan dalam suatu negara. 2. perniagaan antara negara, adalah kegiatan perniagaan yang dilakukan dengan luar negeri, yang dapat dibagi atas : Perniagaan impor, adalah memasukkan ke dalam negeri barang-barang yang didatangkan dari luar negeri. Perniagaan ekspor, adalah penyelenggaraan penjualan ke luar negeri. Perniagaan transit, adalah membeli barang ke luar negeri dan menjualnya lagi keluar negeri dengan melalui negara sendiri. d. Berdasarkan jumlah barang atau omzet barang, kegiatan perniagaan dapat dibagi atas :

1. Perniagaan besar, adalah kegiatan membeli dan menjual barang dalam jumlah besarsemata-mata antara orang yang berniaga dan bukan kepada konsumen. Perniagaan besar ini selain empat fungsi yang telah diuraikan di atas, mempunyai fungsi lain yaitu : a. Fungsi mengikat, yaitu menjalankan suatu usaha supaya permintaan akan sesuatu barang bertambah banyak misalnya dengan reklame. b. Fungsi kredit, yaitu menyediakan modal untuk produsen, dengan membayar lebih dahulu barang yang akan diproduksi dan dengan memberi hutang kepada pedagangpedagang kecil. Biasanya pedagang besar mengimpor/mengekspor barang atau menjualkan barang-barang hasil pabrik dalam negeri atau hasil bumi untuk diekspor. 2. Perniagaan kecil, adalah menjual barang dalam jumlah kecil langsung kepada konsumen.

5

Dalam hubungannya dengan pembagian tersebut di atas dikenal sebutan :

a. Pengusaha besar.b. Pengusaha menengah c. Pengusaha kecil/lemah. Dengan perkembangan perniagaan dewasa ini maka terdapat gejala-gejala untuk menghapuskan perantara perniagaan baik oleh pabrik atau pedagang eceran, misalnya pabrik pakaian bila menjual hasil produksinya ke dalam toko-toko sendiri langsung kepada konsumen. Disamping itu ada pula pabrik yang menjual barangnya langsung pada toko-toko dengan menugaskan pedagang musafir atau pedagang keliling yang pegawainya berkeliling mengunjungi toko-toko menawarkan barangnya. Adapula yang disebut perusahaan-prusahaan berasosiasi yaitu beberapa perusahaan kecil milik preorangan bersatu atau berasosiasi untuk membeli barang dalam jumlah besar harapan memperoleh potongan harga dan murah, dengan harapan memperoleh keuntungan, misalnya GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) antara golongan pedagang besar itu. Adapun yang disebut pedagang-pedagang tangan kedua atau bisa disebut grosir. Hal ini merupakan suatu mata rantai perniagaan dari berbagai bagian sampai ke tangan pengecer. Perniagaan kecil dibagi atas :

1.

Pedagang Keliling.

Perniagaan kecil yang berkeliling ialah pedagang yang menjajakan barang dan jasa dari rumah ke rumah seperti, pedagang buah-buahan, pedagang sayur, es buah dan sebagainya. 2. Pedagang Menetap Pedagang kecil menetap adalah yang telah menetap dalam suatu lokasi tertentu seperti pedagang yang telah membuka warung kios, kedai dan toko. Perniagaan pasar atau pekan kedudukannya adalah diantara perniagaan yang berkeliling dan pedagang yang menetap. Pedagang pasar berkedai dipekan-pekan yang diadakan tiap-tiap hari beberapa hari. Ada pedagang pasar yang berkedai berganti-ganti di beberapa pekan secara bergiliran. Perniagaan kecil yang menetap dapat dibagi atas : 1. Warung. Keadaan warung yang menyerupai pedagang pasar. Cara menjalankan perniagaannya seperti pedagang pasar, hanya sudah berkedudukan di tengah-tengah lingkungan tempat kediaman penduduk/konsumen. 2. Toko perusahaan kecil Toko perusahan kecil adalah toko kepunyaan perorangan yang menjual barang-barang langsung kepada konsumen. 3. Toko perusahaan besar Toko perusahaan besar terbagi atas : a. Toko Serba Ada Toko serba ada (departemen store) merupakan gabungan dari berbagai toko dalam suatu gedung besar, di dalam gedung tersebut terdiri dari berbagai ruangan dimana setiap ruangan menyediakan suatu macam barang dagangan, biasanya toko serba ada berkedudukan di kota-kota besar. b. Toko yang mempunyai cabang

6

Toko yang mempunyai cabang adalah kebalikan dari toko serba ada. Toko ini hanya berniaga suatu macam barang tetapi membuka filial atau cabang di berbagai tempat dalam kota. c. Toko Harga Seragam Toko harga seragam adalah toko yang menjual barang-barangnya dengan harga seragam. Maksudnya beberapa toko bersepakat untuk menjual barang-barang yang sama dengan harga yang sama. d. Toko Kiriman Toko kiriman adalah toko yang menjual jasa barang-barang kepada konsumen melalui kiriman pos.

2.4.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Permintaan. Tingkat Harga Permintaan merupakan unsur penting dalam pembentukan harga, namun keinginan merupakan pangkal dari permintaan. Keinginan yang disertai dengan kemampuan untuk membeli kendaraan merk Toyota akan menciptakan permintaan, hal ini disebut efektif demand sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan disebut permintaan potensial. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa permintaan suatu barang didasari oleh dua faktor yaitu : keinginan dan kemampuan untuk membayar pada tingkat harga tertentu. Dari pengalaman sehari-hari dapatlah diperoleh gambaran bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka makin kurang jumlah kendaraan merk Toyota yang dibeli masyarakat, sebaliknya makin rendah harga kendaraan maka makin banyak pula jumlah kendaraan yang dibeli oleh masyarakat dengan asumsi bahwa hal-hal lain dianggap tidak berubah (cateri paribus). Uraian di atas menunjukkan adanya hubungan nyata antara tingkat harga pasar dengan jumlah yang diminta. Hubungan antara kendaraan yang diminta dengan kendaraan merk toyota disebut skala permintaan. Skala permintaan individu adalah hubungan tingkat harga dengan jumlah yang diminta oleh konsumen secara perorangan, sedangkan permintaan pasar adalah menunjukkan permintaan secara keseluruhan pada berbagai tingkat harga. Boediono (1995 : 46) mengatakan permintaan pasar untuk suatu barang adalah penjualan dari semua permintaan konsumen yang ada dipasar tersebut. Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa permintaan adalah suatu daftar mengenai berbagai kemungkinan hubungan antara jumlah dan harga pada saat konsumen ingin membeli. Dikatakan bahwa jumlah yang diminta menurun pada harga suatu barang naik disebabkan oleh dua hal, yaitu : 1. Bila harga suatu barang naik, maka ada kecenderungan para konsumen untuk mengganti barang itu dengan barang-barang yang kegunaanya sama atau menghampiri, misalnya : kopi atau teh.

2.4.1.

2. Kenaikan harga menyebabkan nilai riil dari uang yang dimiliki, konsumenmenjadi lebih rendah dan akibatnya konsumen akan mengurangi konsumsi. Sebaliknya jika harga turun jumlah barang yang diminta bertambah hal ini disebabkan oleh :

a. Bila harga suatu barang turun, maka pendapatan riil masyarakatmeningkat sehingga masyarakat terdorong untuk menambah konsumsi.

7

b. Masyarakat yang tadinya tidak terjangkau daya belinya, denganmenurunkan harga maka mereka dapat membeli barang tersebut sehingga barang yang diminta bertambah. Sadono Sukirno (1994 : 28) mengatakan bahwa konsumen akan kembali membeli barang atau jasa lebih banyak apabilah harganya rendah. Sebaliknya jika harga suatu barang naik, maka kosumen hanya bersedia membeli lebih sedikit. Kaitannya dengan penelitian ini, apabila harga mobil merk Toyota menurun, maka permintaan akan kendaraan merk Toyota akan meningkat. 2.4.2. Tingkat Harga barang Pengganti Perubahan harga barang-barang yang mempunyai hubungan erat satu sama lain akan mempengaruhi konsumen dalam meminta suatu barang. Jika harga suatu barang bertambah sedangkan barang-barang lainnya tetap, maka konsumen akan berusaha menggati barang yang harganya lebih mahal dengan barang yang lebih efisien. Contohnya, ikan segar, pada saat-saat tertentu naik, maka dapat kita ramalkan bahwa banyak keluarga yang menambah pembelian terhadap tahu, tempe, ikan asing, dan lain-lain selama harga barang-barang tidak berubah. Demikian pula sebaliknya jika terjadi penurunan harga ikan segar menjadi lebih murah. Hal ini selanjutnya dengan apa yang dikemukakan oleh Sukirno (1994 : 42) mengemukakan bahwa sesuatu barang dinamakan barang pengganti (substitusi) barang lain, apabila dapat menggantikan fungsi dari barang lain tersebut. Pemaparan singkat di atas dapat di artikan bahwa suatu barang dapat digunakan sebagai barang substitusi jika barang tersebut dapat menggantikan secara sempurna fungsi dari barang yang digantikan. Jadi jelasnya bahwa adanya barang pengganti dari pakaian yang diminta disebabkan adanya perubahan harga barang yang dapat menggantikan secara langsung atau tidak langsung terhadap dua jenis pakaian lain atau lebih yang fungsi penggunaanya sama atau menghampiri. 2.5. Pengertian Pendapatan Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu negara atau daerah. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan pendapatan disini dapat dijelaskan dari dua sisi yaitu rumah tangga negara atau daerah yang dikenal dengan pendapatan nasional atau regional, dan rumah tangga masyarakat atau idividu yang dikenal dengan sebutan pendapatan masyarakat atau individu. Dari kutipan tersebut hanya mengambil satu sisi yakni hasil penjualan hasil produksi, termasuk hal-hal yang dihasilkan sendiri dan dipakai sendiri. Pada pengertian tersebut terdapat dua faktor yang menentukan yaitu : 1. Jumlah produksi.

2. Harga jual per unit dari setiap barang yang diproduksikan.Dalam arti khusus, pendapatan diartikan sebagai titik tolak penerimaan produksi setelah dikurangi pengeluaran. Sejalan dengan itu, Soekartawi (1984 : 45) memberi pengertian pendapatan dalam dua bagian yaitu : Pendapatan kotor (Gross income) dan pendapatan bersih (Netto income). Pendapatan kotor adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu, baik yang tidak dijual maupun yang dijual. Sedangkan pendapatan bersih adalah selisih pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil penjualan hasil produksi dengan pengeluaran total atau jumlah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha untuk memproduksikan barang tersebut. Pendapatan yang diperoleh seorang individu ditentukan oleh besar/kecilnya usaha, makin tinggi skala usahanya semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa

8

tingkat kesejahteraan akan semakin besar. Pendapat tersebut sama dengan apa yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (1981 : 83) bahwa semakin tinggi pendapatan yang diterima oleh rumah tangga, maka semakin besar pula konsumsi yang dibelanjakan. Peningkatan taraf hidup atau penerapan pendapatan dalam masyarakat merupakan suatu masalah yang saling berhubungan. Peningkatan taraf hidup berarti memenuhi kebutuhan konsumen nyata, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pendapatan di atas merupakan tingkat pendapatan yang diperoleh dalam upaya meningkatkan kesejahteraan, karena hal ini berhubungan dengan tingkat konsumsi dan tingkat kepuasan yang diterima oleh setiap individu. Selanjutnya Biro Pusat Statistik (2003) mengemukakan tentang penggolongan pendapatan dan penerimaan rumah tangga ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :

1. Pendapatan berupa uang adalah penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan diterima,biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi kerja. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lainnya. Pendapatan bersih dari usaha sendiri serta pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara seperti hasil investasi, tanah, gaji pensiun dan tunjangan sosial. 2. Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk balas jasa. Misalnya dalam pembayaran upah, gaji yang dinilai dengan beras, pengobatan, perumahan dan rekreasi. 3. Penerimaan uang dan barang yang dipakai pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat transfer redistribusi dan biasanya membawa perubahan ke dalam rumah tangga. Misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, warisan dan penagihan piutang. Pendapat di atas, dapat diartikan bahwa pendapatan yang diperoleh rumah tangga dapat berupa uang atau barang yang diuangkan. Ditinjau dari sudut ekonomi, mutu kehidupan masyarakat atau individu sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan yang diperoleh baik yang berupa uang atau barang. Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat taraf hifup seorang, Binataro. A (1982 : 150) menjelakan bahwa tingkat taraf hidup diartikan sebagai tingkat kesejahteraan. Sedangkan ksejahteraan itu sendiri dapat diartikan sebagai kemakmuran, yang juga berarti cukup atau tidak kekurangan. Berdasarkan pengertian di atas, maka pendapatan adalah hasil penggunaan/penjualan faktor-faktor produksi atau asset yang dimilikinya atau dengan kata lain pendapatan diartikan sebagai hasil kerja seseorang, baik dalam bentuk penggunaan kekayaan maupun jasa-jasa dinilai dengan uang. Dalam pengertian umum pendapatan dapat diartikan sebagai hasil pencaharian (usaha dan sebagainya ). Jadi yang dimaksud dengan pengertian ini adalah hasil usaha yang diperoleh seorang anggota masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi, pembagian hasil kepada seluruh faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain proses produksi akan menciptakan pendapatan kepada berbagai faktor produksi yang digunakan. Budiono (1987 : 32) mengemukakan bahwa hasil pendapatan dari seorang warga masyarakat merupakan hasil yang diperoh dari pengelolaan faktor-faktor yang dimiliknya kepada sektor produksi. Jadi pendapatan adalah hasil penjualan faktor produksi atau aset yang dimiliki. Hal ini mengandung pengertian bahwa besar kecilnya pendapatan yang diperoleh secara individu ditentukan oleh dua faktor yaitu :

9

1. Jumlah faktor-faktor yang dimiliki 2. Harga per unit dari masing-masing sumber atau faktor yang dimiliki Dalam pengertian sederhana pendapatan dapat diartikan sebagai modal penerimaan setelah dikurangi dengan jumlah biaya usaha. Balas jasa yang diterima sebagai jumlah penerimaan yang dihitung untuk jangka waktu tertentu. Di samping itu jumlah pendapatan mempunyai fungsi untuk memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan agar dapat melanjutkan usaha. Selanjutnya pendapatan usaha dikenal pula istilah pendapatan kotor (gross income). Pendapatan usaha adalah nilai perolehan dari usaha total dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual (Soekartawi, 1986 : 82). Oleh karena itu komponen pendapatan kotor mencakup semua kegiatan usaha yang : a. Dijual/dipasarkan b. Dikonsumsi c. Digunakan untuk bibit, dan makanan ternak d. Disimpan di gudang Apabila total pendapatan kotor tersebut dikurangi dengan biaya usaha dan biaya-biaya penjualan, maka diperoleh pendapatan bersih. Gosali Pangabean dkk (1994 : 11) mengemukakan bahwa pendapatan adalah nilai perolehan yang diterima oleh seseorang sebagai balas jasa atas tenaga yang diberikan dalam melakukan pekerjaan. Arikunto (2000 : 7) mengemukakan bahwa pendapatan merupakan nilai perolehan atas pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya yang bermanfaat bagi masyarakat sehingga dapat memenuhi kebutuhan orang banyak serta memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil pemanfaatan sumberdaya tersebut. 2.6. Kerangka Pikir Pedagang Pakaian di pasar Lawata Kota Kendari merupakan pengusaha kecil yang menjual pakaian langsung ke konsumen, dimana mereka ini melakukan pembelian dari pedagang distributor Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makassar. Penjualan pakaian oleh pedagang di pasar Lawata sangat bergantung dari jumlah pembelian, dan tingkat persediaan pakaian secara langsung akan mempengaruhi jumlah penjualan pakaian bagi masing-masing pedagang. Pendapatan pedagang pakaian dalam suasana pasca perpindahan pasar Lawata ke Mall Mandonga ditentukan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan untuk sewa tempat, dan tenaga kerja yang digunakan selain itun jumlah pakaian, harga jual di Mall Mandonga dan harga jual pakaian selama di Pasar Lawata merupakan sumber bagi pendapatan pedagang. Untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang sebelum pindah dan sesudah pindah ke Mall Mandonga digunakan analisis perbandingan. Tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang sehingga rekomendasi yang diperoleh bahwa ada perbedaan tingkat pendapatan pedagang pakaian sebelum pindah dan sesudah pindah ke Mall Mandonga. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir ini dapat disajikan pada skema sebagai berikut :

10

SKEMA KERANGKA PIKIR

PEDAGANG PAKAIAN

PENJUALAN PAKAIAN

Sebelum Pindah

Penjualan di Mall Mandonga Jumlah tenaga kerja Modal Harga pakaian anak-anak Harga Pakaian orang dewasa Jumlah pakaian

Sesudah Pindah

Metode Analisis Perbandingan Pendapatan

Pendapatan Bersih

Rekomedasi : Peningkatan Pendapatan Kelangsungan Usaha2.7. Hipetesis Berdasarkan pada permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah :

11

Diduga bahwa ada perbedaan tingkat pendapatan pedagang pakaian sebelum dan sesudah perpindahan dari Pasar Lawata ke Mall Mandonga. BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di pasar yang akan dijadikan objek adalah pedagang pakaian di Pasar Lawata yang pindah ke Mall Mandonga dan waktu penelitian selama 2 bulan. 3. 2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang Pakaian yang terdapat di pasar Mall Mandonga dan mantan penjual di pasar Lawata Kota Kendari, sebanyak 132 pedagang. Sampel penelitian ditetapkan dengan menggunakan pusrposive sampling atau secara sengaja dengan mengambil sampel sebanyak 10 % dari populasi. Pedagang pakaian anak-anak Pedagang pakaian orang dewasa Jumlah sampel = 45 x 10 % = 4,5 = 87 x 10 % = 8,7 = 13

Berdasarkan perhitungan tersebut di atas, maka jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 13 responden untuk mengkaji tentang perbedaan pendapatan pedagang pakaian. 3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung meliputi harga jual pakaian,jumlah pakaian, letak toko sewa tokok dan data-data lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

2. Data sekunder adalah data harga pakaian, jumlah pedagang pakaian, jumlah tokopakaian di Kota Kendari dan data lain yang relevan dengan penelitian ini. Sumber Data

1. Data primer adalah data yang bersumber dari hasil penelitian lapangan dengan obyekpedagang pakaian, yang terdapat di Pasar Lawata pasca perpindahan ke Mall Mandonga

2. Data Sekunder adalah data yang bersumber dari instansi-instansi pemerintahkhususnya pada kantor pengelolaan Pasar Daerah Kota Kendari, serta instansi terkait lainnya dapat menjadi sumber data dan mendukung perolehan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. 3. 4 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, dilakukan dengan cara mengamati langsung aktivitas para pedagang Pakaian yangmelakukan aktivitas penjualan pada pasar Mall Mandonga dan mantan penjual di pasar Lawata 2. Wawancara, dilakukan dengan cara langsung mendatangi dan mengadakan wawancara langsung dengan pedagang Pakaian dan memberikan beberapa pertanyaan guna mendapatkan data-data yang lebih aktual.

12

3. Dokumentasi, yaitu mengambil data-data yang telah didokumentasikan oleh instansi pemerintahan dan instansi terkait.

3. 5

Motode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah menggunakan metode analisis pendapatan dengan rumus : (Budiono, 1992 ; 90) = TR - TC TR = Q. P TC = TFC + TVC Keterangan : = Keuntungan TR (Total Revenue) = Total Pendapatan TC (Total Cost) = Total Biaya Q = Quantitas (Jumlah pakaian yang terjual) P = Harga pakaian TFC (Total Fixed Cost) = Total Biaya Tetap TVC (Total Variabel Cost) = Total Biaya Variabel

3.6

Defenisi Operasional Untuk lebih terarahnya dan menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis akan memberikan defenisi tentang variabel yang diteliti sebagai berikut :

1. Pendapatan bersih adalah nilai penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkanoleh pedagang pakaian diukur dalam satuan rupiah.

2. Modal dimaksud adalah dana yang digunakan oleh pedagang pakaian untuk mengelola usahapenjualan pakaian di Mall Mandonga, diukur dengan satuan rupiah . 3. Biaya tenaga kerja dimaksud adalah imbalan yang diberikan oleh pemilik usaha kepada tenaga kerja berupa upah/gaji, diukur dengan satuan rupiah per orang.

4. Jumlah tenaga kerja dimaksud adalah orang yang dipekerjakan pada kios atau toko pakaianyang ada di Mall Mandong, diukur dengan satuan orang. 5. Jumlah pakaian adalah banyak pakaian yang dijual oleh pedagang di Mall Mandonga, diukur dengan saturan lembar. 6. Harga pakaian anak-anak dimaksud adalah nilai jual pakaian anak-anak yang dijual dan diukur dengan satuan rupiah per lembar. 7. Harga pakaian orang dewasa dimaksud adalah nilai jual pakaian untuk orang dewasa, diukur dengan satuan rupiah per lembar. 8. Pedagang yang dimaksud adalah penjual pakaian yang ada di Mall Mandonga, diukur dengan satuan orang. 9. Pendapatan dimaksud adalah jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan pakaian, diukur dengan rupiah.

13

10. Biaya usaha dimaksud adalah pengeluaran pedagang pakaian yang digunakan untuk membiayai kelancaran usaha penjualan pakaian di Mall Mandonga, diukur dengan rupiah. 11. Penjualan dimaksud adalah kegiatan usaha yang dilakukan untuk menyalurkan pakaian kepada konsumen. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian tentang analisis perbandingan pendapatan pedagang pakaian pasca perpindahan Pasar Lawata ke Mall Mandonga menitik beratkan pada pendapatan yang diperoleh pedagang pakaian setelah berada di dalam Mall Mandonga. Pasar Lawat terbentuk sejak terjadinya musibah kebakaran yang melanda Pasar Mandonga. Pasar ini yang didirikan pada tahun 1981 sebagai pusat perdagangan bagi masyarakat Kota Kendari yang menyediakan berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pada pasar Mandonga jumlah pedagang mencapai 712 orang dengan berbagai jenis barang yang diperdagangankan untuk memperoleh keuntungan. Selain itu terdapat sebanyak 102 pedagang yang tidak mendapat tempat untuk melakukan usaha perdagangan sehingga mereka menggunakan pinggiran toko (emperan) atau tempat yang kosong sebagai tempat untuk berdagang Pasar Mandonga terdiri dari 350 petak kios impres, 154 petak kios swadaya, 104 petak tambahan, 72 petak lost ikan dan 20 petak lost daging. Sejak peristiwa kebakaran tersebut, pasar Mandonga dipindahkan ke kawasan Jalan Lawata yang sekaligus menjadi Pasar Lawata. Pasar ini dibangun dalam bentuk semipermanen dengan jumlah petak swdaya sebanyak 700 petak, 150 petak diantaranya disediakan untuk pedagang pakaian. Kondisi pasar Lawata mulai dari dibentuk hingga beralih ke Mall Mandonga, tidak ada perubahan dan bahkan kondisi pasar Lawata menjadi tidak beraturan dan banyak pedagang berpindah meninggalkan lokasi pasar Lawata untuk mencari lokasi pasar lain. Pedagang pakaian yang ada di pasar Lawata sebanyak 132 orang yang menempati 150 petak yang disedikan, terdapat 18 pedagang yang mempunyai dua petak, sehingga jumlah petak yang poduktif sebanyak 132 petak. Pendirian Mal Mandonga dilakukan oleh investor nasional dengan tujuan untuk menyediakan tempat yang representatif untuk kegiatan pedagangan di Kota Kendari. Mal Mandonga dibangun dengan sarana dan prasarana yang memadai berlantai 4. Bangunan Mall dilengkapi dengan 600 petak pada 3 lantai dan 100 petak pada lantai dasar belum seluruhnya ditempati oleh pedagang. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya sewa tempat pada Mall Mandonga. Pedagang yang menempati Mall Mandonga terdiri dari pedagang yang ada di Kota Kendari yang berasal dari pasar sentral Wua-Wua, Pasar Lawata, Pasar Sentral Kota dan masyarakat yang baru melakukan kegiatan pedagangan pada saat didirikannya Mall Mandonga. Jumlah petak yang ditempat oleh pedagang di Mall Mandongan sampai dengan saat ini sebanyak 423 petak, sebanyak 270 di antrara ditempati oleh pedagang pakaian. Pedagang pakaian yang ada di Mall Mandonga terdiri dari 270 orang, pedagang pindahan dari pasar Lawatan 132 orang tambahan dengan pedagang pakaian lainnya sebanyak 138 orang. Jumlah pedagang di pasar Lawata secara keseluruhan pindah ke Mall Mandonga untuk melanjutkan kegiatan usaha dagangnya sebanyak 132 orang.

14

Pasca perpindahan pasar Lawata ke Mall Mandonga menunjukkan adanya perubahan tatanan ekonomi dan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan yang harus dipenuhi. Masyarakat diperhadapkan dengan lingkungan pasar modern dan meninggalkan pola pasar tradisional menuju pasar global sehingga menyebabkan masyarakat harus memilih tempat berbelanja dan harga yang sesuai dengan daya beli dari masyarakat. Perkembangan Usaha Dagang Pakaian Perdagangan Pakaian di Pasar Lawata Pedagang pakaian selama masih berada di pasar Lawata melakukan kegiatan penjualan pakaian anak-anak dan pakaian orang dewasa. Perkembangan penjualan sebelum pindah dapat dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 1. Perkembangan Penjualan Pakaian Di Pasar Lawata, Tahun 2004

Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah

Jumlah Pakaian Anak Anak (Lbr) 267 220 248 262 232 240 246 245 258 215 225 215 2.873

Jumlah Pakaian Dewasa (Lbr) 272 285 265 268 280 286 285 260 264 274 268 275 3.282

Jumlah (Lbr) 539 505 513 530 512 526 531 505 522 489 493 490 6.155

Sumber : Data Primer diolah, (Juli 2005) Pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah pakaian yang terjual selama masih di pasar Lawata tahun 2004, jumlah pakaian anak-anak yang terjual antara 215 sampai dengan 258 lembar, sedangkan pakaian orang dewasa yang terjual antara 490 hingga 526 lembar. Selain itu terdapat 85 pedagang pakaian bekas yang membuka kios pakaian bekas dengan harga yang relatif sama dengan harga pakaian yang dijual para pedagang pekaian, sehingga penjualan pakaian selama tahun 2004 mengalami perkembangan yang bervariasi. Perdagangan Pakaian di Mall Mandonga Penjualan pakaian di Pasar Mall baru memasuki bulan ke tiga. Para pedagang yang pindah dari pasar Lawata menempati sejumlah petak untuk melanjutkan kegiatan usahanya dalam penjualan pakaian. Lokasi petak yang dipilih sebagian besar berada pada lantai 1 dan 2

15

sebanyak 132 petak yang menunjukkan bahwa semua pedagang pakaian yang ada di pasar Lawata pindah ke Mall Mandonga. Aktivitas penjualan pakaian yang selama ini dilakukan oleh pedagang pakaian dengan menempati bangunan yang tidak layak (darurat), kini memasuki era pasar modern dan membuat pedagang pakaian harus menentukkan arah dan tujuan dalam persaingan dagang. Perkembangan pakaian yang terjual dalam bulan April Juni 2005 pada setelah pindah ke Mall Mandonga dapat disajikan pada tabel berikut : Tabel 2. Perkembangan Penjualan Pakaian Di Mall Mandonga Tahun 2005 Bulan April Mei Juni Jumlah Jumlah Pakaian Anak Anak (Lbr) 65 80 112 257 Jumlah Pakaian Dewasa (Lbr) 87 115 182 384 Jumlah (Lbr) 152 195 294 641

Sumber : Data Primer diolah, (Juli 2005) Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pedagang pakaian yang pindah ke Mall Mandonga menjual pakaian anak-anak dalam 3 bulan sejak bulan April hingga bulan Juni 2005 sebanyak 257 lembar, pakaian dewasa yang terjual sebanyak 384 lembar. Jumlah pakaian yang terjual diperoleh pedagang setelah pindah dari Pasar Lawata Ke Mall Mandonga Karakteristik Responden Kajian penelitian ini menggunakan responden sebagai sampel untuk mengetahui tingkat pendapatan pedagang pakaian. Responden yang digunakan adalah pedagang pakaian pasar Lawata yang pindah ke Mall Mandonga. Dari 132 pedagang pakaian ditetapkan responden sebanyak 13 orang dengan karakteristik yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Tingkat Usia Usia responden pedagang pakaian dapat disajikan pada tabel berikut : Tabel 3 Usia Responden Penjual Pakaian Di Mall Mandonga, Tahun 2005 Usia (Tahun) Jumlah Pedagang (Orang) 3 5 2 2 1 13 Persentase (%) 23,08 38,46 15,38 15,38 7,69 100,00

25 30 31 35 36 40 41 45 46 - 50 Jumlah Sumber : Data Primer diolah (2005)

16

Pada tabel 3 dapat dijelaskan bahwa responden mempunyai tingkat usia antara 25 50 tahun yang menjadi pedagang pakaian. Sebanyak 3 responden berusia antara 25 30 tahun, sebanyak 5 responden berusia antara 31 35 tahun, sebanyak 2 responden berusia antara 36 40 tahun, sebanyak 2 responden berusia antara 41 45 tahun, dan sebanyak 1 responden berusia antara 46 50 tahun. Tingkat usia responden dalam melakukan kegiatan usaha di Mall Mandonga menunjukkan bahwa usaha dagang dilakukan oleh masyarakat yang berusia antara 25 50 tahun dengan kemampuan modal kerja untuk kegiatan usaha tersebut. Tingkat Pendidikan Responden pedagang pakaian yang menjual di Mall Mandonga mempunyai pendidikan yang disajikan pada tabel berikut : Tabel 4. Pendidikan Responden Penjual Pakaian Di Mall Mandonga Tahun 2005 Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang (Orang) 1 6 4 2 13 Persentase (%) 7,69 46,15 30,77 15,38 100,00

SMP SMU Diploma Sarjana Jumlah Sumber : Data Primer diolah (2005)

Pada tabel 4 dapat dijelaskan bahwa responden yang melakukan usaha dagang pakaian mempunyai tingkat pendidikan SMP sebanyak 1 orang, responden yang berpendidikan SMU sebanyak 6 orang, responden yang berpendidikan Diploma sebanyak 4 orang dan responden yang berpendidikan sarjana sebanyak 2 orang. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa responden melakukan kegiatan usaha dagang pakaian sebagai salah satu mata pencaharian dengan dasar yang dimilikinya. Dasar pendidikan menjadi dasar untuk memahami seluk beluk pasar modern seperti Mall Mandonga yang mana dibutuhkan kecermatan dan ketetapan untuk pengambilan keputusan guna meningkatkan usaha. Pengalaman Usaha Pengalaman usaha responden memberikan gambaran bahwa responden telah mempunyai pengalaman dalam melakukan kegiatan dagang pakaian. Untuk jelasnya pengalaman responden disajikan pada tabel berikut : Tabel 5. Pengalaman Usaha Responden Penjual Pakaian Di Mall Mandonga, Tahun 2005 Pengalaman Usaha (Tahun) 2 3 -5 6-8 Jumlah Pedagang (Orang) 2 3 4 Persentase (%) 15,38 23,08 40,77

17

9 11 12 ke atas Jumlah Sumber : Data primer diolah (2005)

2 2 13

15,38 15,38 100,00

Pada tabel 5, dapat dijelaskan bahwa pengalaman responden dalam kegiatan usaha mempunyai pengalaman 1 11 tahun bahwa ada yang mempunyai pengalaman usaha 12 tahun lebih yang telah melakukan kegiatan usaha dagang di Mall Mandongan, dan Pasar Lawata, kemudian melanjutkan usahanya di Mall Mandonga. Analisis Pendapatan Usaha dagang pakaian yang dilakukan responden di Mall Mandonga, merupakan lanjutan dari pasar Lawata namun sebagian besar pedagang pakaian menggunakan kesempatan ini untuk lebih meningkatkan usahanya dengan menempatkan usahanya di Mall Mandonga dengan suasana baru dalam usaha perdagangan pakaian. Kegiatan pernjualan pakaian yang di analisis adalah harga pakaian perlembar. Pakaian yang dianalisis meliputi baju dan celana dengan harga rata-rata yang digunakan oleh pedagang. Sebelum pindah ke Mall Mandonga, tingkat pendapatan yang diperoleh responden dari hasil penjualan pakaian yang terdiri dari baju kemeja, baju kaos, celana pendek, celana panjang dan pakaian daster untuk kaum wanita Dalam penelitian ini pedagang pakaian yang melakukan kegiatan penjualan dengan memasarkan pakaian anak-anak dan pakaian dewasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dimana kegiatan tersebut dilakukan dari Pasar Lawata di lanjutkan ke Mall Mandonga. Perpindahan pedagang pakaian dari Pasar Lawata ke Mall Mandonga memberikan suasana baru yang membutuhkan penyesuaian untuk melanjutnya usaha penjualan pakaian. 4.4.1. Pendapatan Responden selama di Pasar Lawata Pendapatan pedagang pakaian dari bulan Januari Desember 2004 dengan haga jual pakaian anak-anak laki-laki rata-rata sebesar Rp.35.500 perlembar, harga jual pakaian anak perempuan rata-rata Rp.37.000 per lembar. Dari harga jual tersebut dapat diketahui pendapatan yang diperoleh pedagang pakaian anak-anak yang disajikan pada tabel berikut : Tabel 6. Pendapatan Pedagang Pakaian Di Pasar Lawata, Tahun 2004 Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Pendapatan Penjualan Pakaian Anak-Anak (Rp) Laki-Laki Perempuan 1.050.000 937.500 910.000 675.000 980.000 1.387.500 945.000 1.125.000 1.440.000 1.750.000 1.125.000 1.400.000 1.305.000 2.350.000 1.665.000 1.700.000 1.125.000 1.600.000 1.305.000 1.850.000 1.350.000 1.800.000 1.530.000 2.100.000 1.575.000 2.250.000 Jumlah (Rp) 1.987.500 1.585.000 2.367.500 2.070.000 3.190.000 2.525.000 3.655.000 3.365.000 2.725.000 3.155.000 3.150.000 3.630.000 3.825.000

18

Jumlah

14.420.000

16.800.000

29.220.000

Sumber : Data primer diolah (2005) Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pendapatan 4 (empat) responden pedagang pakaian anak-anak selama di Pasar Lawata dari bulan Januari Desember 2004 untuk responden 1 rata-rata pendapatan sebesar Rp. 1.987.500 per bulan, responden 2 rata-rata pendapatan sebesar 1.585.000 per bulan, responden 3 rata-rata pendapatan sebesar Rp. 2.367.500 per bulan dan responden 4 rata-rata pendapatan sebesar Rp.2.070.000 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang pakaian mempunyai kemampuan untuk memperoleh pendapatan atas penjualan pakaian anak-anak pada tingkat harga Rp 35.000 hingga Rp.37.500 per lembar. Penjualan pakaian untuk tersebut dilakukan dengan menggunakan harga rata-rata untuk pakaian orang dewasa laki-laki sebesar Rp.45.000 per lembar dan harga jual pakaian dewasa untuk perempuan adalah sebesar Rp.50.000 per lembar. Pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa pendapatan responden dalam melakukan penjualan pakaian selama di pasar Lawata dapat memperoleh pendapatan Rp. 2.525.000 hingga Rp. 3.825.000 per bulan, hal ini diperoleh masing-masing responden sebagai hasil usaha untuk meningkatkan kinerja usaha penjualan pakaian.. Kegiatan usaha para pedagang selama di pasar Lawata menggunakan biaya sewa tempat sebesar Rp. 250.000 per bulan, dan biaya listrik sebesar Rp. 65.000 per bulan. Sehingga besarnya biaya usaha yang dikeluarkan oleh responden dalam kegiatan usahanya rata-rata sebesar Rp.315.000 per bulanBesarnya pendapatan bersih yang diperoleh 13 responden dari hasil penjualan pakaian dapat disajikan pada tabel berikut : Tabel 7. Pendapatan bersih Responden Pedagang Pakaian di pasar Lawata ,Tahun 2004 Responden Pendapatan (Rp) Biaya Usaha (Rp). Pendapatan Bersih (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah Rata-rata

1.987.500 1.585.000 2.367.500 2.070.000 3.190.000 2.525.000 3.655.000 3.365.000 2.725.000 3.155.000 3.150.000 3.630.000 3.825.000 29.220.000

315.000 315.000 315.000 315.000 315.000 315.000 315.000 315.000 315.000 315.000 315.000 315.000 315.000

1.672.500 1.270.000 2.052.000 1.755.000 2.875.000 2.210.000 3.340.000 3.050.000 2.410.000 2.840.000 2.835.000 3.315.000 3.510.000 33.135.000

Sumber : Data primer diolah (2005) Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pendapatan bersih yang diperoleh responden selama berada di pasar Lawata. Pendapatan yang diperoleh responden setelah dikurangi biaya usaha, berkisar antara Rp.1.672.500 hingga Rp.3.510.000 per bulan.

19

Pasca perpindahan pedagang pakaian dari pasar Lawatan ke Mall Mandonga menimbulkan berbagai fenomena baru seperti suasana tempat berjualan, lokasi pasar dan banyak lagi hal-hal yang membuat para pedagang tertarik untuk menempati lokasi kegiatan usaha penjualan pakaian di Mall Mandonga sejak bulan April 2005. Harga jual pakaian anak-akan laki-laki rata-rata sebesar Rp.40.000 per lembar, harga jual pakaian anak perempuan rata-rata Rp.45.000 per lembar. Dari harga jual tersebut dapat diketahui pendapatan yang diperoleh pedagang pakaian anak-anak yang penulis sajikan tabel berikut : Tabel 8. Pendapatan Pedagang Pakaian Di Mall Mandonga, Bulan April-Juni 2005 Responden Pendapatan Penjualan Pakaian Anak-Anak (Rp) Laki-Laki 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah 1.000.000 750.000 1.050.000 800.000 1.170.000 1.560.000 1.365.000 1.105.000 975.000 1.1750.000 1.040.000 1.430.000 1.300.000 11.115.000 Perempuan 1.320.000 1.080.000 1.200.000 840.000 1.500.000 1.725.000 1.050.000 1.125.000 1.575.000 1.725.000 1.800.000 1.500.000 1.800.000 13.800.000 2.320.000 1.830.000 2.250.000 1.640.000 2.670.000 3.285.000 2.415.000 2.230.000 2.550.000 2.895.000 2.840.000 2.930.000 3.100.000 24.915.000 Jumlah (Rp)

Sumber : Data primer diolah (2005) Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pendapatan 4 responden pedagang pakaian anak-anak sejak bulan April-Juni 2005 dimana responden 1 memperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp.2.320.000 per bulan, responden 2 memperoleh pendapatan sebesar Rp. 1.830.000 per bulan, responden 3 memperoleh pendapatan sebesar Rp.2.250.000 per bulan dan responden 4 memperoleh pendapatan sebesar Rp.1640.000 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang pakaian mempunyai kemampuan untuk memperoleh pendapatan atas penjualan pakaian anakanak pada tingkat harga Rp 50.000 hingga Rp.60.000 per lembar. Sedangkan pakaian dewasa lakilaki sebesar Rp.65.000 per lembar dan harga jual pakaian dewasa untuk perempuan adalah sebesar Rp.75.000 perlembar. Dari hasil analisis dapat dijelaskan bahwa pendapatan responden dalam melakukan penjualan pakaian di Mall Mandonga memperoleh pendapatan Rp. 1.640.000 hingga Rp. 3.100.000, diperoleh masing-masing responden dari hasil usaha untuk meningkatkan kinerja usahanya.

20

Kegiatan usaha para pedagang selama di Mall Mandonga menggunakan biaya sewa tempat sebesar Rp. 5.000.000 per tahun, biaya ini diperhitungan sekali dalam setahun, sedangkan biaya listrik sebesar Rp. 125.000 per bulan, biaya tenaga kerja Rp.300.000 perorang per bulan, ratarata tenaga kerja yang digunakan adalah 2 orang, biaya keamanan Rp.10.000, biaya kebersihan Rp. 12.500 dan biaya pemadam kebakaran Rp.7.500. Dengan demikian rata-rata jumlah biaya yang dikeluarkan oleh setiap responden sebesar Rp. 755.000 per bulan Besarnya pendapatan bersih yang diperoleh responden dari hasil penjualan pakaian dapat disajikan pada tabel berikut : Tabel 9. Pendapatan Bersih Responden Pedagang Pakaian Di Mall Mandonga, Bulan April-Juni 2005 Responden Pendapatan (Rp) Biaya Usaha (Rp). Pendapatan Bersih (Rp) 1.565.000 1.075.000 1.495.000 885.000 1.915.000 2.530.000 1.660.000 1.475.000 1.795.000 2.140.000 2.085.000 2.175.000 2.345.000 23.140.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah

2.320.000 1.830.000 2.250.000 1.640.000 2.670.000 3.285.000 2.415.000 2.230.000 2.550.000 2.895.000 2.840.000 2.930.000 3.100.000 32.955.000

755.000 755.000 755.000 755.000 755.000 755.000 755.000 755.000 755.000 755.000 755.000 755.000 755.000

Sumber : Data Primer diolah (2005) Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pendapatan bersih yang diperoleh responden selama berada di pasar Lawata. setelah dikurangi biaya usaha, berkisar antara Rp.885.000 hingga Rp.2.530.000. Diantara 13 responden pedagang pakaian yang menjual pakaian di Mall Mandonga, hanya responden 6 yang mempunyai pendapatan bersih yang mencapai Rp.2.530.000, hal ini didukung oleh cara dan kemampuan dari responden 6 dalam melakukan penjualan pakaian sejak berada di Mall Mandonga. Berdasarkan hasil analisis pendapatan yang telah dilakukan, maka dilakukan perbandingan tingkat pendapatan pedagang pakaian pasca perpindahan pasar Lawata ke Mall Mandonga. Hal tersebut penulis sajikan pada tabel berikut :

21

Tabel 10. Perbandingan Tingkat Pendapatan bersih Responden Pedagang Pakaian Pasca Perpindahan Pasar Lawata ke Mall Mandonga, Tahun 2004 (April-Juni 2005) Responden Pendapatan Bersih Sebelum Pindah (Rp) Pendapatan Bersih Sesudah Pindah (Rp) Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah Rata-rata

1.672.500 1.270.000 2.052.000 1.755.000 2.875.000 2.210.000 3.340.000 3.050.000 2.410.000 2.840.000 2.835.000 3.315.000 3.510.000 33.135.000 2.548.846

1.565.000 1.075.000 1.495.000 885.000 1.915.000 2.530.000 1.660.000 1.475.000 1.795.000 2.140.000 2.085.000 2.175.000 2.345.000 23.140.000 1.780.000

-6,43 -15,35 -27,14 -49,57 -33,39 14,48 -50,30 -51,64 - 25,52 - 24,55 -26,46 -34,39 - 33,19 -30,16

Sumber : Data primer diolah (2005) Pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa setelah perpindahan ke Mall Mandonga, sejak bulan April 2005 pendapatan pedagang pakaian rata-rata sebesar Rp.1.780.000. jika dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh selama satu tahun di pasar Lawata rata-rata sebesar Rp.2.548.846, memang ada perbedaan yang menunjukkan menurunnya tingkat pendapatan pedagang pakaian setelah perpindahan ke Mall mandonga, karena 12 bulan berusaha di pasar Lawata dibanding dengan 3 bulan berada di Mall Mandonga. Tetapi bila usaha perdagangan telah berlangsung selama satu tahun di Mall Mandonga, maka kemungkinan akan terjadi hal yang sebaliknya dimana pendapatan pedagang di Mall Mandonga akan meningkat pada masa yang akan datang.

22

Berdasakan hasil penelitian diperoleh pendapatan responden 6 mengalami peningkatan sebesar 14,48 persen dari 12 responden yang ada, hal ini menunjukkan bahwa responden 6 mempunyai kemampuan untuk melakukan perdagangan pakaian di Mall Mandonga dibanding dengan 12 responden lainnya yang mungkin hanya ikut pindah namun belum menentukan cara atau strategi dagang yang tepat setelah berada di Mall Mandonga untuk mengantisipasi permintaan konsumen. Dengan demikian walaupun terjadi penurunan pasca perpindahan pasar Lawata ke Mall Mandonga, namun para pedagang pakaian tetap optimis untuk meningkatkan kegiatan usaha di Mall Mandonga sebagai lingkungan perdagangan pakaian yang modern. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil analisis diperoleh bahwa pendapatan pedagang pakaian sebelum pindah dari pasarLawatan sebesar Rp. 1.672.500 hingga Rp.3.510.000, sedangkan setelah pindah ke Mall Mandonga, pendapatan pedagang pakaian antara Rp. 855.000 hingga Rp.2.530.000.

2. Hasil analisis menunjukkan terjadi perbedaan tingkat pendapatan pedagang pakaian sebelumpindah dan sesudah pindah ke Mall Mandonga yaitu terjadi penurunan setelah pindah. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disarankan sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan usaha dagang pakaian di Mall Mandonga, maka para pedagang pakaian harus menyediakan pakaian yang akan dijual dengan harga yang sesuai untuk jenis dan merek pakaian sehingga dapat menarik daya beli konsumen terhadap pakaian tersebut.

2. Untuk meningkatkan pendapatan usaha, maka pedagang pakaian harus mengikutiperkembangan trend baju dengan model yang baru dan meningkatkan volume penjualan pakaian dengan harga yang sesuai sehingga dapat menutupi biaya usaha dan menjaga kelancaran usaha pada masa yang akan datang.

3. Adanya Mall Mandonga sebagai pusat perdagangan, maka pemerintah diharapkan mengaturkegiatan perdagangan di Kota Kendari dan mengoperasikan kembali jalan raya yang pernah digunakan sebagai Pasar Lawata sekaligus memberikan kebijakan terhadap retribusi pasar di Mall Mandonga sebagai aset bagi PAD Kota Kendari di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2000. Analisis Pendapatan dan Pertumbuhan Penduduk. LP3ES, Jakarta Binataro. A, 1982. Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi. Bina Aksara, Jakarta Boediono, 1995. Ekonomi Mikro. BPFE-UGM, Yogyakarta Budiono, 1987. Ilmi Ekonomi, (Suatu Pengantar. Rineka Cipta, Jakarta Gosali Pangabean dkk, 1994. Perencanaan dan Pengembangan Usaha Kecil. Bumi Aksara, Jakarta Gultom, M. 1975. PembangunanEkonomi. Yasaguna Persada, Jakarta Gujarati Damodar, 2000, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta Mankusowando Sohadi, 1980. Sistem Pedagangan Internasional. Cempaka Putih, Jakarta Mangkusuwondo Sohadi,1986. Ekonomi Publik. Penebar Swadaya, Jakarta Pamoentjak, K.S.T. 1993. Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarat. Sukirno Sadono, 1981. Teori Ekonomi. LP3ES, Jakarta Sukirno Sadono, 1994. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta Soekartawi, 1984. Teori Ekonomi Produksi. BPFE-UGM, Yogyakarta

23

Soekartawi, 1986. Konsep Perhitungan Pendapatan Usaha. Andi Offset, Yogyakarta Warpani, 1990. Pengantar Ekonomi Regional. Cetakan Pertama, Gunung Agung, Jakarta