pengolahan limbah industri tekstil dengan proses koagulasi (pli)

11
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL DENGAN PROSES KOAGULASI Disusun Oleh : Pradistina Marsya (H1E108003) M. Rizky Saputra (H1E108012) Azwari Fikri (H1E108064) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN 1

Upload: fikri-azwari-hyt

Post on 01-Jul-2015

1.652 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Tugas makalah kelompok

TRANSCRIPT

Page 1: PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL DENGAN PROSES KOAGULASI (PLI)

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL

DENGAN PROSES KOAGULASI

Disusun Oleh :

Pradistina Marsya (H1E108003)

M. Rizky Saputra (H1E108012)

Azwari Fikri (H1E108064)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2011

1

Page 2: PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL DENGAN PROSES KOAGULASI (PLI)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah

cair berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak

yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya

air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan

ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak

peduli terhadap permasalahan tersebut.

Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan sedemikian

pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri,

sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju, terutama dalam

hal industri tekstilnya.. Seiring dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan

(Sustainable Development) mutlak dilakukan. Sustainable Development merupakan

strategi pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa

mengesampingkan kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan

kelestarian dan kesehatan lingkungan alam.

Perkembangan industri tekstil di Indonesia semakin pesat, terutama di

daerah Bandung.Meningkatnya jumlah industri tekstil selain dapat meningkatkan

perekonomian akan tetapi juga memiliki dampak negatif dan membahayakan

lingkungan. Efek negatif dari industri tekstil salahsatu adalah air limbahnya yang

mengandung zat organik yang tinggi dari hasil pencelupan danapabila dibuang

langsung ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat

memperburukkualitas badan air, karena zat warna ini akan sulit didegradasi secara

alami di badan air.

1.2 Tujuan

Pembuatan paper ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengolahan

limbah industri tekstil dengan proses kaogulasi agar selanjutnya dapat dibuang ke

2

Page 3: PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL DENGAN PROSES KOAGULASI (PLI)

lingkungan,sehingga tidak menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan,

khususnya sumber daya air.

II. ISI

Secara umum proses produksi tekstil mulai dari pembuatan benang (yarn)

hingga siap dijahit menjadi pakaian (ready made clothes) sebagai berikut:

Bahan baku Serat Benang Kain Tekstil

Bahan mentah berupa serat-serat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yakni

cotton linen, hewan yakni sutera wol, kayu yakni serat selulosa kimia (rayon), atau

petroleum, yakni serat sintetis. Selanjutnya bahan mentah ini akan melewati beberapa

poses sebelum menjadi benang, kain, dan siap dijahit menjadi pakaian, yaitu proses

pemintalan (spinning), proses tenun (weaving), proses pencelupan (dyeing), proses

finishing dan terakhir proses penjahitan (sewing).

Hasil rajutan atau tenunan benang yang berupa kain dapat langsung diolah

menjadi produk tekstil. Proses pembuatan tekstil dibedakan menjadi dua, proses

kering dan proses basah:

1. Proses kering: Proses kering sangat penting meliputi pemintalan yarn pada

spinning mill, pelilitan benang pada kumparan (gulungan), penenunan pada

weaving mill, knitting (pekerjaan rajutan).

2. Proses basah: Proses produksi tekstil dengan proses basah meliputi pencucian dan

pemberian bahan pelapis pada permukaan (processing).

Setiap industri dalam pengolahan produksinya tidak dapat dihindari pasti

menghasilkan limbah, baik itu limbah yang dapat diolah maupun limbah yang dapat

didaur ulang. Pada industri tekstil dengan bahan dasar kapas memiliki limbah yang

cukup besar pengaruhnya dalam mencemari lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari

limbah yang dihasilkannya. Limbah dihasilkan dari setiap proses tahapan proses

produksi baik limbah padat maupun cair.

Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian,

proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan,

pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasilkan

3

Page 4: PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL DENGAN PROSES KOAGULASI (PLI)

limbah yang lebih banyak dan lebih kuat daripada limbah dari proses penyempurnaan

bahan sistesis.

Sumber limbah:

• Logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn.

• Hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing).

• Pigmen, zat warna dan pelarut organik.

• Tensioactive (surfactant).

Larutan penghilang kanji biasanya langsung

dibuang dan ini mengandung zat kimia pengkanji dan

penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, dan asam.

Penghilangan kanji biasanya memberikan BOD paling

banyak dibanding dengan proses-proses lain. Pemasakan

dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah cair yang

penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat

kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang

sangat bervariasi, dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dan zat kimia

yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna

dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai, seperti fenol

dan logam. Sementara za warna berbahan logam (krom) tidak banyak dipakai di

Indonesia. Pada proses pencetakan, limbah yang dihasilkan lebih sedikit daripada

proses pewarnaan.

Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya kandungan

zat warna sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan membahayakan

ekosistem perairan. Zat warna ini memiliki struktur kimia yang berupa gugus

kromofor dan terbuat dari beraneka bahan sintetis, yang membuatnya resisten

terhadap degradasi saat nantinya sudah memasuki perairan.

Baku Mutu Limbah Cair industri adalah batas maksimum limbah cair yang

diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku Mutu Limbah Cair industri tekstil di

4

Page 5: PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL DENGAN PROSES KOAGULASI (PLI)

Indonesia mengacu pada Kep.Men.51/Men,LH/1Q/1995, sesudah tahun 2000,

acuannya adalah lampiran B Men.Kep.Men tersebut. Berdasarkan acuan tersebut

masing-masing daerah membuat BMLC dengan ketentuan boleh lebih ketat namun

tidak boleh lebih longgar.

Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Tekstil

Sumber: KEP 51-/MENLH/10/1995

Pengolahan limbah tekstil ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

dengan ekualisasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi I, netralisasi, bak biologi,

sedimentasi II, rapid sand filter, dan sludge drying bed . Cara pengolahan limbah cair

yang saat ini telah dilakukan olch pabrik tekstil yang paling banyak adalah cara kimia

yaitu dengan koagulasi menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang banyak

digunakan adalah ferosulfat, kapur, alum, PAC dan polielektrolit.

Secara umum proses koagulasi adalah pembubuhan bahan Kimia ke dalam air

yang akan diolah dengan maksud agar partikel - partikel yang susah mengendap

dalam air mengalami destabilisasi dan saling berikatan membentuk Flok yang lebih

besar dan tentu lebih berat sehingga mudah mengendap di Bak Sedimentasi dan atau

Bak Filtrasi.

Pada cara ini, koagulan digunakan untuk menggumpalkan bahan-bahan yang

ada dalam air limbah menjadi flok yang mudah untuk dipisahkan yaitu dengan cara

diendapkan, diapungkan dan disaring. Hal ini dapat terjadi karena elektrolit atau

5

Page 6: PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL DENGAN PROSES KOAGULASI (PLI)

konsentrasi ion yang ditambahkan cukup untuk mengurangi tekanan elektrostatis di

antara kedua partikel. Agregat yang terbentuk akan saling menempel dan

menyebabkan terbentuknya partikel yang lebih besar yang dinamakan mikroflok,

dimana mikroflok ini tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Pengadukan cepat

untuk mendispersikan koagulan dalam larutan dan mendorong terjadinya

tumbukan partikel sangat diperlukan untuk memperoleh proses koagulasi yang

bagus.

Pada prinsipnya koagulasi adalah menggumpalkan partikel-partikel koloid dan

zat-zat organik yang tersuspensi. Tahapan proses ini yaitu destabilisasi sistem koloid,

pembentukan mikroflok dan aglomerasi. Partikel koloid biasanya bermuatan akibat

terjadinya lapisan rangkap pada antar muka. Kefektifan proses koagulasi dipengaruhi

oleh jenis koagulan, konsentrasi, pH larutan dan kekuatan ion dari koagulan.

Koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan limbah dapat berupa koagulan

alami atau koagulan sintetis (bahan kimia).

Umumnya zat pencemar industri kain terdiri dari tiga jenis yaitu padatan

terlarut, padatan koloidal, dan padatan tersuspensi. Terdapat 3 (tiga) tahapan penting

yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu : tahap pembentukan inti endapan,

tahap flokulasi, dan tahap pemisahan flok dengan cairan.

a. Tahap Pembentukan Inti Endapan

Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi untuk penggabungan antara

koagulan dengan polutan yang ada dalam air limbah. Agar penggabungan dapat

berlangsung diperlukan pengadukan dan pengaturan pH limbah. Pengadukan

dilakukan pada kecepatan 60-100 rpm selama 1-3 menit; pengaturan pH tergantug

dari jenis koagunlan yang digunakan, misalnya untuk : Alum pH 6- 8, Fero Sulfat

pH 8-11, Feri Sulfat pH 5-9, dan PAC pH 6-9,3.

b. Tahap Flokulasi

Pada tahap ini terjadi penggabungan inti inti endapan sehingga menjadi molekul

yang lebih besar, pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan

40-50 rpm selama 15-30 menit. Untuk mempercepat terbentuknya flok dapat

ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit. Polielektrolit digunakan secara luas,

6

Page 7: PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL DENGAN PROSES KOAGULASI (PLI)

baik untuk pengolahan air proses maupun untuk pengolahan air limbah industri.

Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu nonionik, kationik dan anionik;

biasanya bersifat larut air. Sifat yang menguntungkan dari penggunaan

polielektrolit adalah : volume lumpur yang terbentuk relatif lebih kecil,

mempunyai kemampuan untuk menghilangkan warna, dan efisien untuk proses

pemisahan air dari lumpur (dewatering).

c. Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan Flok

Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan Flok yang terbentuk selanjutnya harus

dipisahkan dengan cairannya, yaitu dengan cara pengendapan atau pengapungan.

Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan, maka dapat

digunakan alat klarifier, sedangkan bila flok yang terjadi diapungkan dengan

menggunakan gelembung udara, maka flok dapat diambil dengan menggunakan

skimmer. Image Klarifier berfungsi sebagai tempat pemisahan flok dari cairannya.

III. KESIMPULAN

Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya kandungan

zat warna sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan membahayakan

ekosistem perairan. Cara pengolahan limbah cair yang saat ini telah dilakukan oleh

pabrik tekstil yang paling banyak adalah cara kimia yaitu dengan koagulasi

menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang banyak digunakan adalah ferosulfat,

kapur, alum, PAC dan polielektrolit

DAFTAR PUSTAKA

Shanty, 2007. Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Tekstil

http://www..biologyresourcesonshantybio.blogspot.com

Diakses tanggal 3 Maret 2011

SMK Negeri 3 Madiun, 2008. Teknologi Pengendalian Limbah Cair

http://www.smknegeri3madiun.blogsopt.com

Diakses tanggal 3 Maret 2011

7