koagulasi air baku.pdf
TRANSCRIPT
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 1/10
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 21
PENGARUH KUALITAS AIR BAKU TERHADAP
DOSIS DAN BIAYA KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT
DAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE
Margaretha1, Rizka Mayasari
1, Syaiful
1*, Subroto
2
1Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 306622Bagian Instalasi Produksi PDAM Tirta Musi
Jalan Rambutan Ujung No.1, Palembang, Sumsel, 30144
Email: [email protected]; [email protected]
Abstrak
Penelitian tentang pengolahan air baku dengan menggunakan koagulan Aluminium sulfat dan PoliAluminium Klorida (PAC) di intake Karang Anyar dan intake 1 Ilir pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis dan dosis koagulan yang tepat dalam proses pengolahan
air baku menjadi air minum. Jenis koagulan yang digunakan dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia pada
air baku tersebut. Parameter uji yang diamati adalah parameter fisik dan kimia seperti kekeruhan, pH, Zat
Padat Terlarut (TDS), Oksigen Terlarut (DO), konduktivitas, temperatur, besi, amoniak dan nitrit yang
terkandung di dalam air baku. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode jar test untukmenentukan dosis koagulan dan analisa beberapa parameter untuk menentukan sifat fisik dan kimia yang
terdapat pada air baku.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan koagulan Aluminium sulfat
efektif dan ekonomis untuk air baku di intake Karang Anyar dengan dosis optimum koagulan sebesar 44
ppm dengan biaya Rp 57,20, 00 /m3. Sedangkan koagulan Poly Aluminium Chloride cair efektif dan
ekonomis untuk air baku di intake 1 Ilir dengan penggunaan dosis optimum koagulan sebesar 5 ppm
dengan biaya Rp 200,00 /m3.
Kata kunci: biaya, dosis optimum, jenis koagulan
Abstract
Research on the raw water treatment using aluminum sulfate and Poly Aluminium Chloride (PAC) on
intake 1 Ilir and intake Karang Anyar been done before. This study aims to obtain the right type and dose
of coagulant in processing of raw water into drinking water. Type of coagulant used is influenced by
physical and chemical properties of the raw water. Test parameters were observed physical and chemical
parameters such as turbidity, pH, Dissolved Solids (TDS), Dissolved Oxygen (DO), conductivity,temperature, iron, ammonia and nitrite contained in the raw water. The study was conducted using a jar
test method to determine the coagulant dosage and analyzes several parameters to determine the physical
and chemical properties contained in the raw water. The results showed that the use of aluminum sulfate
coagulant effective and economical for the raw water intake at Karang Anyar the optimum coagulant dose
of 44 ppm at a cost of Rp 57.20, 00 / m3. Poly Aluminium Chloride whereas liquid coagulant effective
and economical for the raw water intake 1 Ilir with the use of optimum coagulant dose of 5 ppm at a costof Rp 200.00 / m
3.
Keywords: cost, optimum dose, coagulant type
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 2/10
Page 22 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
1. PENDAHULUAN
PDAM Tirta Musi merupakan salah
satu perusahaan penyedia air minum di
Palembang. Sumber air baku yang digunakan
PDAM Tirta Musi Palembang seluruhnya berasal
dari air permukaan, yaitu sungai Musi dan sungaiOgan. Terdapat tiga bangunan intake air baku
pada PDAM Tirta Musi yaitu : Intake KarangAnyar dan Intake 1 Ilir yang berasal dari sungai
Musi, sedangkan Intake Ogan bermuara pada
sungai Ogan.
Kualitas air baku dari masing-masing
intake tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh
faktor geografis letak intake, banyaknya industri
atau pemukiman yang berada disekitar intake.
Oleh sebab itu perlu dilakukannya penelitian
serta pengujian terhadap kualitas air baku
sebelum dan setelah penambahan koagulan
Aluminium Sulphate pada intake Borang denganmelakukan Jar-Test dan Analisa air lengkap. Hal
ini didasarkan pada kondisi operasional yang ada
pada Instalasi Pengolahan Air Rambutan dan
Borang, dimana IPA Rambutan yang mengolah
air baku dari Intake Karang Anyar menggunakan
koagulan Aluminium Sulfate yang lebih sedikitdibandingkan dengan IPA Borang yang
mengolah air baku dari Intake 1 Ilir.
Kualitas air dalam hal ini mencakup
keadaan fisik dan kimia yang dapat mempengaruhi
ketersediaan air untuk kehidupan manusia,
pertanian, industri, rekreasi dan pemanfaatan air
lainnya. Asdak (2004:497). Dalam PeraturanPemerintah RI No 82 tahun 2001, kualitas air
ditetapkan melalui pengujian parameter fisik dan
parameter kimia.
Parameter Fisik Kualitas Air
a. pH, Pembatasan pH dilakukan karena akan
mempengaruhi rasa, korosifitas air dan
efisiensi klorinasi. Bila pH lebih kecil dari
6,5 dan lebih besar dari 9,2 dapat
menyebabkan beberapa senyawa kimia
berubah menjadi racun yang sangat
menggangu kesehatan. Atas dasar ini maka
pH air berkisar antara 6,5 – 9,0 dan kisaranoptimal adalah pH 7,5 – 8,7 (Kordi dan Andi,
2009).
b. Kekeruhan, air dikatakan keruh, apabila airtersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan yang tersuspensi sehingga
memberikan warna / rupa yang berlumpur
dan kotor (Sutrisno,2004).
c. Temperatur, konsentrasi gas oksigensangat dipengaruhi oleh temperatur,
makin tinggi temperatur, makin berkurang
tingkat kelarutan oksigen.
d. Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran
organisme, bahan-bahan tersuspensi yang
berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa
organik .
e. Total Dissolved Solid , salah satu faktor yang
sangat penting dan menentukan bahwa air
yang layak konsumsi adalah kandungan
Total Dissolved Solid (TDS) atau kandunganunsur mineral dalam air
f. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanyaorganisme dalam air seperti alga, gas
seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi
anaerobik dan senyawa-senyawa organik
tertentu.
g. Konduktivitas akan bertambah dengan
jumlah yang sama seiring dengan
bertambahnya salinitas. Secara umum,
faktor yang lebih dominan dalam
perubahan konduktivitas air adalah
temperatur. Untuk mengukur konduktivitas
digunakan konduktivitimeter.
Parameter Kimia Kualitas Air
a. DO (dissolved oxygent ) adalah jumlah
oksigen terlarut dalam air yang berasal darifotosintesa dan absorbsi atmosfer / udara.
Semakin banyak jumlah DO maka kualitas
air semakin baik.
b. BOD (biological oxygent demand ), BOD
adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang
terdapat di dalam air buangan secara
biologi. Nilai BOD hanya mengukur secararelatif jumlah oksigen yang di butuhkan
untuk mengoksidasi bahan – bahan
pencemar.( Nugroho, 2006 ).
c. COD (chemical oxygent demand ) adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara
kimia ( Nugroho, 2006 ).
d. Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air dalam bentuk
garam karbonat.
e. Senyawa-senyawa kimia yang beracun,
semua logam terlarut dalam jumlah banyak
akan menimbulkan bahaya pada kesehatan.
Kehadiran besi (Fe) dalam air minum akanmenyebabkan timbulnya rasa dan bau logam,
menimbulkan warna koloid merah (karat)
akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang
dapat menjadi racun bagi manusia.
Proses pengolahan air baku menjadi air minummelalui beberapa tahap:
a. Proses Koagulasi
Koagulasi adalah proses pencampuran
bahan kimia (koagulan) dengan air baku
sehingga membentuk campuran yang homogen.Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 3/10
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 23
saling menarik dan menggumpal membentuk
flok (Suryadiputra, 1995). Partikel-partikel
koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit
untuk dihilangkan jika hanya dengan
pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila
koloid-koloid tersebut distabilkan dengan caraagregasi atau koagulasi menjadi partikel yang
lebih besar maka koloid-koloid tersebut dapatdihilangkan dengan cepat (Metcalf & Eddy,
1978).
b. Proses Flokulasi
Flokulasi adalah suatu mekanisme
dimana flok kecil yang sudah terbentuk dalam
proses koagulasi tadi membentuk flok yang lebih
besar untuk bisa mengendap. Proses flokulasi
dalam pengolahan air bertujuan untuk
mempercepat proses penggabungan flok-flok
yang telah dibibitkan pada proses koagulasi.
Partikel-partikel flok yang telah distabilkanselanjutnya saling bertumbukan serta melakukan
proses tarik-menarik dan membentuk flok yang
ukurannya makin lama makin besar serta mudah
mengendap.c. Proses Sedimentasi (Pengendapan)
Secara umum proses sedimentasi
diartikan sebagai proses pengendapan karenaadanya gaya gravitasi. Partikel yang mempunyai
berat jenis lebih besar daripada berat jenis air
akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil
akan melayang atau mengapung. Secara lebih
terperinci sedimentasi merupakan proses
pengendapan flok yang telah terbentuk pada
proses flokulasi.
d. Proses Filtrasi (Penyaringan)
Prinsip dasar filtrasi adalah proses
penyaringan partikel secara fisik, kimia dan
biologi untuk menyaring partikel yang tidakterendapkan dalam proses sedimentasi melalui
media berpori.
e. Proses Desinfeksi dan Netralisasi
Penambahan senyawa klor aktif pada air
bersih untuk membunuh organisme bakteriologis
khususnya organisme pathogen yang dapatmenyebabkan penyakit dan kematian pada
manusia. Pembubuhan desinfektan tersebut
dilakukan pada air yang sudah mengalami
penyaringan sebelum air tersebut ditampung dan
disalurkan pada konsumen. f. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat
penampungan air bersih yang telah disaring
melalui filter. Air ini sudah menjadi air bersih
yang siap digunakan dan harus dimasak terlebih
dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air
minum.
Koagulan
Beberapa jenis- jenis koagulan yang
dapat digunakan dalam pengolahan air baku
menjadi air bersih adalah :
1. Aluminium sulfat
Aluminium sulfat adalah sejeniskoagulan dengan rumus kimia Al2SO4 , 11H2O,
14H2O atau 18H2O, umumnya yang digunakanadalah 18 H2O. Aluminium sulfat diturunkan
dalam bentuk cair dengan konsentrasi sebesar 5-
20 %. Kandungan Al2O3 alum berkisar antara
11 – 17 % tergantung jumlah air kristal yang
bervariasi dari. Baik untuk bubuk ataupun cair,
kualitas alum ditentukan dari kadar Al2O3.
Reaksi alum dalam larutan dapat dituliskan.:
Al2(SO
4)
3→ 2 Al
+3
+ 3(SO4)
-2
H2O → H+ + OH-
Selanjutnya :
2Al+3
+ 6OH-→ 2Al(OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam :
3(SO4)-2
+ 6H+
→ 3H2SO4
2. PAC (Polyaluminium chloride)Senyawa Al yang lain yang penting
untuk koagulasi adalah Polyaluminium chloride
(PAC), Aln(OH)mCl3n-m. Ada beberapa cara yangsudah dipatenkan untuk membuat polyaluminium
chloride yang dapat dihasilkan dari hidrolisa
parsial dari aluminium klorida, seperti
ditunjukkan reaksi berikut :
n AlCl3 + m OH
− . m Na
+ → Al n (OH) m Cl3n-m
+ m Na+ + m Cl
−
3. Senyawa Besi
Untuk senyawa besi, tipe hidrolisa yang
sama dapat berlangsung seperti :
Fe3+
+ 3H2O → Fe(OH)3 + 3H+
Reaksi di atas dilanjutkan dengan reaksi H+
dengan alkalinitas. Terdapat pula ion ferri hidrat
seperti: [Fe(H2O)6]3+
.
Tinjauan Umum Jar Test Jar test adalah suatu percobaan yang
berfungsi untuk menentukan dosis optimum dari
koagulan yang digunakan dalam proses
pengolahan air minum. Apabila percobaan
dilakukan secara tepat, informasi yang berguna
akan diperoleh untuk membantu operator
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 4/10
Page 24 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
instalasi dalam mengoptimalkan proses
koagulasi, flokulasi dan penjernihan. Jar test
memberikan data mengenai kondisi optimum
untuk parameter-parameter proses seperti :
a. Dosis koagulan dan koagulan pembantu.
b.
pH.c. Metode pembubuhan bahan kimia (pada atau
dibawah permukaan air, pembubuhan beberapa bahan kimia secara bersamaan atau
berurutan).
d. Kecepatan larutan kimia.
Waktu dan intensitas pengadukan cepat dan
pengadukan lambat ( flokulasi)
e. Waktu penjernihan.
2. METODOLOGI
Prosedur penelitian yang pertama adalahmenentukan dosis optimum koagulan yaitu
dengan cara mengambil sampel air baku
sebanyak ± 10 liter dan dimasukkan ke dalam
masing – masing beker gelas sampai tanda batas
1 liter. Ambil sampel air baku, ukur turbiditi dan
pH air baku. Letakkan beker pada masing-masing mixer di alat jar test. Lalu ditambahkan
larutan induk Aluminium sulfat 1% sebagai dosis
aluminium sulfat ke dalam masing-masing beker.
Turunkan pengaduk dan atur posisi
pengaduk sehingga tidak menyentuh beker dan
atur kecepatan putaran 100 – 150 rpm selama 1
menit kemudian turunkan kecepatan putaranmenjadi 50 rpm selama 20 menit dan 0 rpm
selama 15 menit. Pipet air supernatant (cairan
bagian tengah yang paling bening) pada masing-
masing beaker lalu masukkan kedalam tabung
turbiditi yang bersih dan catat turbiditinya.
Kemudian ambil 60 ml air supernatant tadi
dengan menggunakan beker gelas 100 ml
kemudian ukur pH air di tiap-tiap beker.
Perhatikan hasil yang didapat dan ambil kualitas
air yang turbiditinya baik tetapi nilai pH yang
tidak terlalu rendah, inilah dosis optimumnya.
Lakukan prosedur di atas untuk menentukan
dosis optimum koagulan PAC padat, kombinasiAluminium sulfat dan PAC padat dan PAC cair.
Setelah itu dilakukan analisa parameter
amoniak, nitrit dan besi terhadap air baku. Untukmenguji parameter amoniak dilakukan dengan
menambahkan 0,25 ml Pottasium Sodium Tatrat
(KNaC4H4O6 x4H2O) dan 0,5 ml Reagent Nesler
(HgI4K 2) kedalam sampel air baku yang terisi
sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur100 ml. Lalu Diamkan selama 10 menit.
Sementara itu siapkan 2 tabung reaksi bersih
masing - masing untuk blanko dan sampel lalu
tuang blanko dan sampel ke tabung reaksi.
Letakkan blanko di sebelah kiri dan sampel di
kanan alat heilige tester. Kemudian bandingkan
warna sehingga mendapat nilai yang sama.
Analisa parameter nitrit hampir sama dengan
analisa parameter amoniak, namun zat yang
ditambahkan berbeda, yaitu 1 ml α-Nafthalamin
(C10H9 N) dan 1 ml Sulfanil Acid (C6H7 NO3S)kedalam sampel air baku yang terisi sebanyak 50
ml dengan menggunakan gelas ukur 100 ml.Proses selanjutnya sama dengan analisa
parameter amoniak.
Begitu juga dngan analisa parameter besi.
Tahapan proses yang dilakukan sama dengan
analisa parameter amoniak, namun zat yan
diambahkan berbeda, yaitu 2,5 ml Kalium
Thiocyanate (KCNS 20%) dan 1,5 ml Asam
Sulfat (H2SO4 6N) kedalam sampel air baku yang
terisi sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas
ukur 100 ml.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekeruhan (Turbidity ) Air baku di Intake
Karang Anyar dan Intake 1 IlirPada grafik 1 dapat dilihat bahwa
kekeruhan air baku di intake Karang Anyar
cukup tinggi, begitu pula dengan kekeruhan air
baku di intake 1 Ilir yang tidak terlalu jauh
berbeda. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,
kriteria air baku air minum yang termasuk kedalam kelas I , kadar maksimum kekeruhan
untuk air baku air minum adalah 5 NTU.
Grafik 1. Perbandingan Kekeruhan Air Baku di
Intake Karang Anyar dan Intake 1 Ilir
0
10
20
30
40
50
60
N T U
Tanggal
Kekeruhan
Intake 1 Ilir
Intake Karang Anyar
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 5/10
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 25
Kadar Amoniak Air baku di Intake Karang
Anyar dan Intake 1 Ilir
Grafik 2. Perbandingan Kadar Amoniak Air
Baku di Intake Karang Anyar dan Intake 1 Ilir
Pada grafik 2 dapat dilihat bahwa
kandungan amoniak pada air baku di intake 1 Ilir
lebih tinggi bila dibandingkan dengan air baku di
intake Karang Anyar. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001, kriteria air baku, maka batas maksimum
kandungan amoniak dalam air baku yaitu 0,5
ppm. Berdasarkan peraturan tersebut maka
kandungan amoniak air baku di intake 1 Ilir tidakmemenuhi kriteria air baku untuk air minum.
Kandungan amoniak yang tinggi di
intake 1 Ilir kemungkinan disebabkan oleh
limbah domestik dan pabrik – pabrik yang
terletak di sekitar air sungai. Selain itu, amoniak
dalam air sungai berasal dari air seni, tinja dan
oksidasi zat organik secara mikrobiologis yang
berasal dari air alam atau air buangan industridan penduduk.
Kadar Nitrit Air baku di Intake Karang
Anyar dan Intake 1 Ilir
Pada grafik 3 dapat dilihat bahwakandungan nitrit pada air baku di intake 1 Ilirlebih tinggi bila dibandingkan dengan air baku di
intake Karang Anyar. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001, kriteria air baku, maka batas maksimum
kandungan nitrit dalam air baku yaitu 0,06 ppm.
Kandungan nitrit yang tinggi
menggambarkan berlangsungnya proses biologis
perombakan bahan organik yang memiliki kadar
oksigen terlarut yang rendah. Kandungan nitrit
ini berasal dari amoniak dalam air yang
kemudian akan diuraikan oleh bakteri
Nitrisomonas menjadi nitrit.
Grafik 3. Perbandingan Kadar Nitrit Air Baku di
Intake Karang Anyar dan Intake 1 Ilir
Pengaruh Penambahan Aluminium sulfat
Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Baku
Pada grafik 4 disimpulkan bahwa
penambahan koagulan aluminium sulfat pada air
baku di intake Karang Anyar menurunkan
kekeruhan menjadi 2,13 NTU dengan dosisoptimum aluminium sulfat sebesar 44 ppm.
Sedangkan pada grafik 5 penambahan aluminium
sulfat dapat menurunkan kekeruhan air baku di
intake 1 Ilir sebesar 2,83 NTU dengan dosis
optimum aluminium sulfat 160 ppm.Penambahan dosis koagulan Aluminium sulfat
pada air baku di intake 1 Ilir dapat mengurangi
zat amoniak yang terkandung di dalam air dari 1
ppm menjadi 0,25 ppm pada dosis optimum
koagulan sebesar 160 ppm, sedangkan kadar
nitrit nya sebesar 0,02 ppm.
Grafik 4. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
Aluminium sulfat terhadap Kekeruhan Air baku
di Intake Karang Anyar
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
p p m
Tanggal
Intake 1 Ilir
Intake Karang Anyar
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
p p m
Tanggal
Intake 1 Ilir
Intake Karang Anyar
2,63
2,34
2,13
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
40 42 44
K e k e r u h a n ( N T U )
Dosis Koagulan Aluinium Sulfat
(ppm)
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 6/10
Page 26 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
Grafik 5. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
Aluminium sulfat Terhadap Kekeruhan Air Baku
di Intake 1 Ilir
Grafik 6. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
Aluminium sulfat Terhadap Perubahan pH Air
baku di Intake Karang Anyar
Grafik 7. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
Aluminium sulfat Terhadap Perubahan pH Air
baku di Intake 1 Ilir
Data pengukuran pH pada grafik 6,
setelah penambahan dosis koagulan aluminium
sulfat menunjukkan hasil sebesar 6,30 sampai
6,16 , sedangkan pada grafik 7 menunjukkan
bahwa pH air setelah ditambahkan koagulanaluminium sulfat berkisar antara 7,52 sampai
6,45 dimana dosis koagulan aluminium sulfatyang ditambahkan antara 40 ppm hingga 200
ppm.
Koagulan aluminium sulfat biasanya
cocok untuk koagulasi pada pH 5,8 – 6,5 dan
menghasilkan endapan lumpur yang lebih
banyak. Dengan kaogulan aluminium sulfat, ion
logam terhidrolisis membentuk flok aluminium
hidroksida dan ion hidrogen. Ion hidrogen akan
bereaksi dengan alkalinitas air sehingga dapat
menurunkan nilai pH seperti reaksi berikut :
Al2(SO4)3.18H2O → 2 Al3+ + 3SO42- + 18 H2O→ 2Al(OH)3 + 6 H
+ + 3SO4
2- +12H2O
Koagulan aluminium sulfat memilki basisitas 0
%, sehingga larutannya berifat asam, dan dapat
menurunkan nilai pH secara drastis. Oleh karena
itu, dibutuhkan tambahan larutan basa seperti
soda abu atau caustic soda, sehingga pH yangoptimum tercapai.
Pengaruh PAC Padat terhadap Kualitas Fisik
& Kimia Air Baku
Grafik 8 Pengaruh Variasi Dosis PAC Padat
Terhadap Perubahan Kekeruhan Air Baku Intake
Karang Anyar
20,8
17,6
4,89
2,83
5,49
0
5
10
15
20
25
40 80 120 160 200
K e k e r u h a n
( N T U )
Dosis Koagulan Aluminium
Sulfat(ppm)
6,3
6,25
6,16
6,05
6,1
6,15
6,2
6,25
6,3
6,35
40 42 44
p H
Dosis Koagulan Aluminium
Sulfat(ppm)
7,52
7,13
6,99
6,74
6,45
5,8
6
6,2
6,4
6,6
6,8
7
7,2
7,4
7,6
7,8
40 80 120 160 200
p H
Dosis Koagulan Aluminium
Sulfat(ppm)
5,63
3,74
2,73
2,16
1,54
0
1
2
3
4
5
6
10 15 20 25 30
K e k e r u h a n ( N T U )
Dosis Koagulan PAC Padat (ppm)
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 7/10
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 27
Grafik 9 Pengaruh Variasi Dosis PAC PadatTerhadap Perubahan Kekeruhan Air Baku Intake
1 Ilir
Dari grafik 8 dapat dilihat bahwa
penambahan koagulan PAC padat dapat
menurunkan nilai kekeruhan air baku di intakeKarang Anyar dari 48,9 NTU menjadi 2,73 NTU
dengan dosis optimum koagulan PAC padat yaitu
20 ppm. Sedangkan pada grafik 9 penambahan
koagulan PAC padat dapat menurunkan nilai
kekeruhan air baku di intake 1 Ilir dari 37,5 NTU
menjadi 2,53 NTU dengan dosis optimum
koagulan PAC padat yaitu 60 ppm.
Pada penambahan koagulan PAC padat
dengan dosis 100 ppm nilai kekeruhan naik
kembali. Hal ini dikarenakan pada penambahan
koagulan PAC padat dengan dosis 100 ppm,
kation yang dilepaskan terlalu berlebih daripada
yang dibutuhkan oleh partikel koloid dalam air
yang bermuatan negatif untuk membentuk flok.
Akibatnya akan terjadi penyerapan kation yang
berlebih oleh partikel koloid dalam air sehingga
partikel koloid akan bermuatan positif dan terjadigaya tolak menolak antar partikel, sehingga
terjadi deflokulasi flok yang menyebabkan
larutan menjadi semakin keruh. Berdasarkan
PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dimana
batas maksimum kekeruhan adalah 5 NTU, maka
penggunaan koagulan PAC padat memenuhi
kriteria untuk menurunkan tingkat kekeruhan air
baku di intake Karang Anyar dan intake 1 Ilir.
Dari grafik 10 di bawah ini disimpulkan
bahwa semakin banyak dosis PAC padat yang
ditambahkan pada air baku intake Karang Anyar,
maka semakin meningkat nilai pH nya hingga
7,30 setelah ditambahkan koagulan PAC padat
sebanyak 30 ppm.
Grafik 10. Pengaruh Variasi Dosis PAC PadatTerhadap Perubahan pH Air Baku Intake Karang
Anyar
Grafik 11. Pengaruh Variasi Dosis PAC Padat
Terhadap Perubahan pH Air Baku Intake 1 Ilir
Pada air baku intake 1 Ilir, penggunaan
dosis optimum koagulan PAC padat yaitu 60
ppm dapat menurunkan kandungan amoniak dan
nitrit dari 3 ppm dan 0,17 ppm menjadi 0,15 ppm
untuk amoniak dan 0,04 ppm untuk nitrit.
Penggunaan dosis koagulan PAC padat jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan
dosis koagulan aluminium sulfat untuk
menurunkan kekeruhan air baku di intake 1 Ilir. Selain itu penambahan koagulan PAC padat ini
dapat memperbaiki nilai pH air yang ditunjukkan
pada reaksi berikut :
Al2(OH)3Cl3 → Al2(OH)33+
+ 3Cl- + 3H2O →
2Al(OH)3 + 3H+ + 3Cl
-
7,35
2,53
0,451,13
0
1
2
3
4
5
6
7
8
40 60 80 100
K e k e r u h a n ( N T U )
Dosis Koagulan PAC Padat (ppm)
7,13 7,14
7,2
7,287,3
7
7,05
7,1
7,15
7,2
7,25
7,3
7,35
10 15 20 25 30
p H
Dosis Koagulan PAC Padat (ppm)
8,05
8,11
8,15
8,18
7,95
8
8,05
8,1
8,15
8,2
40 60 80 100
p H
Dosis Koagulan PAC padat(ppm)
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 8/10
Page 28 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
Pada reaksi ini dihasilkan tiga ion
hidrogen, lebih sedikit dibandingkan pada reaksi
hidrolisis aluminium sulfat, yang menunjukkan
bahwa PAC padat hanya sedikit berpengaruh
pada penurunan nilai pH. Koagulan PAC padat
memiliki basisitas 50%.
Pengaruh Kombinasi Aluminium sulfat
dengan PAC Padat Terhadap Kualitas Fisik
& Kimia Air Baku Intake 1 Ilir
Grafik 12. Pengaruh Variasi Dosis Kombinasi
Koagulan Terhadap Kekeruhan Air Baku diIntake 1 Ilir
Dari grafik 12 diperoleh bahwa pada
dosis optimum kombinasi koagulan Aluminiumsulfat sebesar 40 ppm dengan PAC padat
sebanyak 20 ppm belum menurunkan kekeruhanair baku di intake 1 Ilir dimana setelah
penambahan dosis tersebut nilai kekeruhan air
masih tinggi yaitu 12,4 NTU.
Grafik 13. Pengaruh Variasi Dosis Kombinasi
Koagulan Terhadap pH Air Baku di Intake 1 Ilir
Pada grafik 13 menunjukkan bahwa
penggunaan kombinasi koagulan aluminium
sulfat dan PAC padat dapat menurunkan pH
hingga 7,87 dengan dosis koagulan sebesar 20
ppm. Dengan pertimbangan tingkat kekeruhan
yang masih besar serta pemakaian dosis yang
sudah optimum menyimpulkan bahwa kombinasi
antara koagulan aluminium sulfat dan PAC padat
tidak layak untuk dipakai. Oleh sebab itu, pemakaian dosis PAC padat melebihi 20 ppm
dianggap tidak efisien karena pertimbanganharga PAC padat yang lebih mahal.
Pengaruh Koagulan PAC Cair Terhadap
Kualitas Fisik & Kimia Air Baku
Grafik 14. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
PAC cair Terhadap Kekeruhan Air Baku di
Intake Karang Anyar
Pada grafik 14 disimpulkan bahwa penggunaan koagulan PAC cair dapat
menurunkan kekeruhan hingga 3,35 NTU hanya
dengan dosis optimum 3,5 ppm. Apabila
pemakaian dosis koagulan PAC cair terlalu
banyak atau terlalu sedikit maka kekeruhan akan
meningkat lagi. Oleh karena itu harus dicari titikdosis koagulan yang paling optimum yaitu 3,5
ppm.
Grafik 15. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
PAC cair Terhadap Kekeruhan Air Baku diIntake 1 Ilir
13
12,7
12,4
12,1
12,2
12,3
12,412,5
12,6
12,7
12,8
12,9
13
13,1
10 15 20
k e k e r u
h a n ( N T U )
Dosis Koagulan PAC Padat (ppm)
5,69
5,16
3,813,35
3,77
0
1
2
3
4
5
6
2 2,5 3 3,5 4
K e k e r u h a
n ( N T U )
Dosis Koagulan PAC Cair (ppm)
5,88
3,56
2,57
5,42
0
1
2
3
4
5
6
7
3 4 5 6
k e k e r u h a n ( N
T U )
Dosis Koagulan PAC Cair (ppm)
7,88 7,88
7,87
7,8
7,82
7,84
7,86
7,88
7,9
10 15 20
p H
Dosis Koagulan PAC Padat (ppm)
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 9/10
Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012 Page 29
Sedangkan pada grafik 15 disimpulkan
bahwa penggunaan koagulan PAC cair dapat
menurunkan kekeruhan sebesar 2,57 NTU
dengan dosis optimum 5 ppm sehingga untuk
mengurangi kekeruhan air baku di Intake 1 Ilir
lebih efektif.
Grafik 16. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
PAC cair Terhadap pH Air Baku di Intake
Karang Anyar
Pada grafik 16 dan 17 disimpulkan
bahwa penggunaan PAC cair bekerja dalam
rentang pH yang luas dan menyebabkan
peningkatan pH dalam setiap penambahan dosis
koagulan PAC cair. Dimana pada air baku intake
Karang Anyar pH sebelum ditambahkan dosis
koagulan pAC cair sebesar 5,84. Namun setelah
ditambahkan dosis optimum koagulan PAC cair
sebesar 3,5 ppm, nilai pH air menjadi 5,95. Begitu pula pada air baku di intake 1 Ilir, dimana
pH air baku sebelum ditambahkan dosis
koagulan PAC cair sebesar 7,79. Namun setelah
ditambahkan dosis optimum koagulan PAC cair
sebesar 5 ppm, nilai pH air menjadi 7,92.
Begitu pula pada air baku di intake 1 Ilir
yang ditunjukkan pada grafik 17, dimana pH air
baku sebelum ditambahkan dosis koagulan pAC
cair sebesar 7,79, setelah ditambahkan dosisoptimum koagulan PAC cair sebesar 5 ppm, nilai
pH air menjadi 7,92.
Grafik 17. Pengaruh Variasi Dosis Koagulan
PAC cair Terhadap pH Air Baku di Intake 1 Ilir
Penggunaan koagulan PAC cair ini juga
efektif dalam menurunkan kandungan amoniak
dan nitrit yang tinggi pada air baku di intake 1
Ilir, dari 1,15 menjadi 0,1 ppm dan kadar nitrit
yang semula 0,17 ppm menjadi 0,04 ppm.
Koagulan PAC cair cocok digunakan untukkoagulasi pada rentang pH 7,5 - 8, sehingga
menghindari pengunaan tambahan alkali untukkoreksi pH dan cocok untuk air baku intake 1 Iir
yang pH airnya berkisar antara 7 – 8. Berikut
reaksi yang terbentuk :
Al2(OH)5Cl → Al2(OH)5+ + Cl
- + H2O →
2Al(OH)3 + H+ + Cl
-
Ion Hidrogen lebih sedikit dihasilkan
yaitu satu ion hydrogen, dimana secara alami
menunjukkan bahwa ion hidroksil mendominasi
komposisi ini. Koagulan PAC cair memiliki basisitas yang tinggi, yaitu 83% – 85%, sehingga
hanya berpengaruh sedikit terhadap pH air.
Perhitungan Biaya Dosis Optimum Koagulan Untuk mendapatkan penggunaan
koagulan yang paling efektif dan ekonomis
diperlukan analisa ekonomi dikarenakan harga
dari masing – masing koagulan yang berbeda.
Harga aluminium sulfat Rp 1.300,00 / kg, PAC
padat Rp 25.000,00 / kg, sedangkan PAC cair Rp
40.000,00 / kg. Setelah melalui perhitungan,
maka didapatkan hasil berikut:
Tabel 1. Perhitungan Biaya Dosis Optimum
Koagulan
Koagulan Biaya / m3
Intake
Karang
Anyar
Intake
1 Ilir
Aluminium
Sulfat
Rp 57,20,- Rp 208,-
PAC Padat Rp 500,- Rp 1500,-
PAC Cair Rp 140,- Rp 200,-
Berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa untuk intake Karang Anyar
koagulan yang paling efektif dan ekonomis
adalah Aluminium Sulfat dengan biaya sebesar
Rp 57,20,- / m3, sedangkan untuk intake 1 Ilir
koagulan yang paling efektif dan ekonomisadalah PAC cair dengan biaya sebesar Rp 200,- /
m3.
5,85
5,87
5,895,9
5,95
5,82
5,84
5,86
5,88
5,9
5,92
5,94
5,96
2 2,5 3 3,5 4
p H
Dosis Koagulan PAC cair (ppm)
7,82
7,9
7,927,93
7,8
7,82
7,84
7,86
7,88
7,9
7,92
7,94
3 4 5 6
p H
Dosis Koagulan PAC cair (ppm)
7/17/2019 koagulasi air baku.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/koagulasi-air-bakupdf 10/10
Page 30 Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 18, Desember 2012
4. KESIMPULAN
Kualitas Fisik dan Kimia air baku Intake
Karang Anyar lebih baik dibandingkan Intake 1
Ilir (parameter pH, nitrit dan amoniak)
dikarenakan perbedaan letak geografis dankondisi lingkungan sekitar dari masing-masing
intake. Berdasarkan analisa data dan ekonomikoagulan yang paling efektif dan ekonomis untuk
air baku intake Karang Anyar adalah koagulan
aluminium sulfat dengan dosis koagulan 44 ppm
dan biaya sebesar Rp 57,20,00 / m3.. Sedangkan
koagulan yang paling efektif dan ekonomis untuk
air baku intake 1 Ilir adalah koagulan PAC cair
dengan dosis koagulan 5 ppm dan biaya sebesar
Rp 200,00 / m3. Koagulan PAC cair lebih efektif
untuk menurunkan zat Amoniak dibandingkan
dengan Aluminium Sulfat dan PAC padat. Hal
ini disebabkan karena % kebasaan dan % Al2O3 dalam PAC cair lebih besar dibandingkan dalam
Aluminium sulfat maupun PAC padat.
DAFTAR PUSTAKA
Adachi, Y., Tanaka, Y. 1997. Settling Velocity of
an Aluminium – Kaolinite Floc, Water
Research Vol. 31, No. 3, p.499-454.
Alaerts, G. 1987. “Metode Penelitian Air “.
Surabaya: Usaha Nasional.
Akhtar, Waseem, Muhammad, R., Iqbal, A.
1997. “Optimum Design of
Sedimentation Tanks Based on Settling
Characteristics of Karachi Tannery
Wastes”. Pakistan : Institute of
Environment Engineering and Research,
NED University of Engineering and
Technology. Water, Air, and Soil
Pollution Volume 98: 199-211.
Asdak,Chay. 2004. “ Hidrologi dan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai”.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Bassett,J. 1994. “Buku Ajaran Vogel KimiaAnalisis Kuantitatif Anorganik Edisi
Keempat”. Jakarta : Kedokteran EGC.
Cohen, J.M. 1971. “Water Quality And
Treatment Third Edition “. New York :McGraw-Hill Book Company.
Djoko, Sasongko. 1989. “Teknik Sumber Daya Air Jilid I
dan Jilid II EdisiKetiga”. Jakarta :
Erlangga.
Duliman, I. 1998. “ Pemanfaatan Limbah Padat
Logam Aluminium Sebagai Bahan Baku
Pembuatan PAC ”. Skripsi FakultasMIPA, Universitas Indonesia.
Eddy, Mt. Calf. 2001. “Waste Water Treatment ”.
New York : McGraw-Hill Book
Company.
Effendi, H. 2003. “Telaah Kualitas Air Bagi
Pengolahan Sumber Daya Air dan
Lingkungan”. Yogyakarta: Kanisius.
John Wiley & Sons, Inc. 2001. “ Handbook of
Public Water Systems Second Edition“.
Kanada : HDR Engineeringm Inc.
Kepmenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
Kordi, M.G.H.K dan Andi Baso T., 2005.“ Pengelolaan Kualitas Air ”. Jakarta :
Rineka Cipta
Nugroho, A. 2006. “ Bioindikator Kualitas Air”.
Jakarta : Universitas Trisakti.
Peavy, H.S. 1985. “ Environmental Engineering”. New York : McGraw
Hill Book Company.
Reynold, T.D. 1982. “Unit Operations and
Processes In Enviromental Engineering
“. PWS Pub. Co.
Sastrawijaya, A. T. 2000. “ Pencemaran
Lingkungan”. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryadiputra, I.N.N. 1995. Pengolahan Air
Limbah dengan Metode Kimia
(Koagulasi dan Flokulasi). Bogor : IPB.
Sutrisno, T. 2004. “Teknologi Penyediaan Air
Bersih”. Jakarta : Rineka Cipta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001, Kriteria Air Baku.
Tebbut, THY. 1992. “ Principles of WaterQuality Control 4
th Edition “. Oxford :
Pergamon Press.