pengolahan air dengan metode koagulasi dan flokulasighdfhdfhdhdhd

22
BAB II PENGERTIAN DAN PROSES KOAGULASI-FLOKULASI 2.1 KOAGULASI 2.1.1 Pengertian Koloid Koloid merupakan sistem yang partikel-partikelnya terdispersi secara merata dalam suatu medium. Partikel koloid memiliki beberapa sifat yang khas, diantaranya tidak dapat disaring, fasa terdispersi tersebar secara merata dalam medium pendispersi, serta dapat memberikan suatu hamburan cahaya yang bergerak tidak teratur jika terkena seberkas cahaya yang dinamakan efek Tyndall. Definisi koloid yang lain adalah partikel-partikel yang memiliki beberapa karakteristik dalam larutan juga memiliki diameter yang berukuran 0,001-1mikrometer dan beberapa koloid ada yang berukuran sampai 10 mikrometer. Partikel koloid dapat dipisahkan dari larutannya dengan cara pendestabilisasian menjadi agregat-agregat yang memiliki ukuran yang lebih besar sehingga mudah diendapkan. Proses pendestabilan ini disebut proses koagulasi. 2.1.2 Pengertian Koagulasi Koagulasi secara umum didefinisikan sebagai penambahan zat kimia (koagulan) ke dalam air baku dengan maksud mengurangi gaya tolak-menolak antar partikel koloid, sehingga partikel –partikel tersebut dapat 1

Upload: novri-andre

Post on 05-Dec-2014

73 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

xgdgeryeyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyybbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

BAB II

PENGERTIAN DAN PROSES KOAGULASI-FLOKULASI

2.1 KOAGULASI

2.1.1 Pengertian Koloid

Koloid merupakan sistem yang partikel-partikelnya terdispersi secara merata

dalam suatu medium. Partikel koloid memiliki beberapa sifat yang khas, diantaranya

tidak dapat disaring, fasa terdispersi tersebar secara merata dalam medium

pendispersi, serta dapat memberikan suatu hamburan cahaya yang bergerak tidak

teratur jika terkena seberkas cahaya yang dinamakan efek Tyndall.

Definisi koloid yang lain adalah partikel-partikel yang memiliki beberapa

karakteristik dalam larutan juga memiliki diameter yang berukuran 0,001-

1mikrometer dan beberapa koloid ada yang berukuran sampai 10 mikrometer.

Partikel koloid dapat dipisahkan dari larutannya dengan cara pendestabilisasian

menjadi agregat-agregat yang memiliki ukuran yang lebih besar sehingga mudah

diendapkan. Proses pendestabilan ini disebut proses koagulasi.

2.1.2 Pengertian Koagulasi

Koagulasi secara umum didefinisikan sebagai penambahan zat kimia

(koagulan) ke dalam air baku dengan maksud mengurangi gaya tolak-menolak antar

partikel koloid, sehingga partikel –partikel tersebut dapat bergabung menjadi flok-

flok halus. Koagulasi terpenuhi dengan penambahan ion-ion yang mempunyai

muatan berlawanan dengan partikel koloid. Partikel koloid umunya bermuatan

negatif oleh karena itu ion-ion yang ditambahkan harus kation atau bermuatan

positif. Kekuatan koagulasi ion-ion tersebut bergantung pada bilangan valensi atau

besarnya muatan. Ion bivalen (+2) 30-60 kali lebih efektif dari ion monovalen (+1).

Ion trivalen (+3) 700-1000 kali lebih efektif dari ion monovalen.

2.1.3 Proses Koagulasi

Pada proses koagulasi-flokulasi terdiri dari dua tahap besar, yaitu :

1. Penambahan koagulan Aluminium sulfat (Al2(SO4)3.18H2O) dan

2. Pengadukan campuran koagulan-air umpan, yang terdiri dari,

1

Page 2: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

a) Pengadukan cepat

Pengadukan cepat (Rapidmixing) merupakan bagian integral dari

proses Koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat

dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah, serta

untuk menghasilkan dispersi yang seragam dari partikel-partikel koloid,

dan untuk meningkatkan kesempatan partikel untuk kontak dan

bertumbukan satu sama lain

b) Pengadukan pelan.

Pengadukan pelan ini bertujuan menggumpalkan partikel-partikel

terkoagulasi berukuran mikro menjadi partikel-partikel flok yang lebih

besar. Flok-flok ini kemudian akan beragregasi/ berkumpul dengan

partikel-partikel tersuspensi lainnya (Duliman, 1998). Setelah

pengadukan pelan selesai flok-flok yang terbentuk dibiarkan mengendap.

Setelah proses pralakuan koagulasi-flokulasi selesai, derajat keasaman

(pH) air umpan mikrofiltrasi akan turun. Selanjutnya air umpan jernih

hasil koagulasi dialirkan ke reservoir kedua agar terpisah dari endapan -

endapan yang terbentuk. Air inilah yang kemudian akan diumpankan

pada proses mikrofiltrasi oleh membran.

Pada proses koagulasi, juga dibagi dalam tahap secara fisika dan kimia.

1. Secara fisika

Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti:

a. Pemanasan

Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-

partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini

melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya

partikel tidak bermuatan. contoh:darah

b. Pengadukan, contoh: tepung kanji

2

Page 3: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

c. Pendinginan, contoh: agar-agar

2. Secara kimia

Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran

koloid yang berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada

beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:

a. Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah

pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan

muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka

sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.

b. Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut:

Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation),

sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion).

Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila

selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan

menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar

muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga

makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004)

c. Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem

koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi

koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga

sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari

elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.

Dalam proses koagulasi, stabilitas koloid sangat berpengaruh. Stabilitas

merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan

sejenis (negatip). Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:

1. Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak tejadi jika partikel-partikel

mempunyai muatan yang sejenis.

2. Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi).

3. Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada

permukaan.

3

Page 4: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Koagulasi

a. Suhu air

Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi.

Bila suhu air diturunkan , maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses

kagulasi akan berubah dan merubah pembubuhan dosis koagulan.

b. Derajat Keasaman (pH)

Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH yang

optimum. Untuk tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu

sama lainnya.

c. Jenis Koagulan

Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan daya

efektivitas daripadakoagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk

larutan lebih efektif dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran.

d. Kadar ion terlarut

Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu :

pengaruh anion lebih bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium, kalsium

4

Gambar 1.1 Koagulasi (Rapid Mixing)

Page 5: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

dan magnesium tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses

koagulasi.

e. Tingkat kekeruhan

Pada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi akan sukar terjadi.

Sebaliknya pada tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan

berlangsung cepat. Tetapi apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang

rendah maka pembentukan flok kurang efektif.

f. Dosis koagulan

Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan flokulasi

sangattergantung dari dosis koagulasi yang dibutuhkan Bila pembubuhan

koagulan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok

akan berjalan dengan baik.

g. Kecepatan pengadukan

Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air. Dalam

pengadukan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengadukan harus benar-benar

merata, sehingga semua koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan

partikel-partikel atau ion-ion yang berada dalam air. Kecepatan pengadukan

sangat berpengaruh terhadap pembentukan flok bila pengadukan terlalu lambat

mengakibaykan lambatnya flok terbentuk dan sebaliknya apabila pengadukan

terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk

h. Alkalinitas

Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam air.

Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan menghasil ion hidroksida

pada reaksihidrolisa koagulan.

2.2. FLOKULASI

Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi

menjadi flok dengan ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan

filtrasi.

5

Page 6: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan

flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan

selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok

yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan

merupakan faktor  penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka

gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradient terlalu

rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok

besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses

flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang

besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada

kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi

proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok. Pengadukan

lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan

pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di

mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan

koagulasi.

6

Gambar 1.2 Flokulasi (Slow Mixing)

Page 7: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

2.2.1 Efektivitas Flokulasi

Efisiensi dari proses flokulasi pada prakteknya seringkali dapat dilihat dari kualitas

air setelah dilakukan pemisahan flok secara mekanik. Dengan demikian, cara pemisahan

zat padat atau flok sangat penting dan sangat dipengaruhi oleh bentuk flok yang ada,

misalnya untuk melakukan flotasi diperlukan bentuk flok yang lain berbeda dengan flok

untuk sedimentasi. Jika dipakai sedimentasi diperlukan flok dengan berat jenis dan

diameter yang besar. Pada proses flotasi dibutuhkan flok yang lebih kecil dan mempunya

berat jenis yang lebih ringan tetapi mempunyai sifat untuk bergabung dengan gelembung

udara. Untuk filtrasi dibutuhkan flok yang kompak yang cukup homogen dengan struktur

yang kuat terhadap abrasi dan dengan sifat mudah melekat diatas partikel media

penyaring (filter) untuk menjamin pemisahan yang efisien dan operasional penyaringan

yang ekonomis.

Untuk efek penjernihan air secara keseluruhan, belum cukup apakah flok bisa

dipisahkan dari air secara efektif, karena belum dapat menjamin dengan pasti apakah

kualitas air yang diinginkan bisa tercapai hanya dengan kondisi ini saja. Selain itu

dibutuhkan bahwa semua zat yang akan dihilangkan dari air juga melekat pada flok.

2.3. Proses pengolahan air (Koagulasi - Flokulasi)

Air baku dari air permukaan sering mengandung bahan-bahan yang tersusun oleh partikel

koloid yang tidak bisa diendapkan secara alamiah dalam waktu singkat. Partikel-partikel koloid

dibedakan berdasarkan ukuran. Jarak ukurannya antara 0,001 mikron (10-6 mm) sampai 1

mikron (10-3 mm). Partikel yang ditemukan dalam kisaran ini meliputi (1) partikel anorganik,

seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt, (2) presipitat koagulan, dan (3) partikel organik,

seperti zat humat, virus, bakteri, dan plankton. Dispersi koloid mempunyai sifat memendarkan

cahaya. Sifat pemendaran cahaya ini terukur sebagai satuan kekeruhan. Koloid merupakan

partikel yang tidak dapat mengendap secara alami karena adanya stabilitas suspensi koloid.

Stabilitas koloid terjadi karena gaya tarik van der Waal's dan gaya tolak/repulsive elektrostatik

serta gerak brown. Kestabilan koloid dapat dikurangi dengan proses koagulasi (proses

destabilisasi) melalui penambahan bahan kimia dengan muatan berlawanan. Terjadinya muatan

pada partikel menyebabkan antar partikel yang berlawanan cenderung bergabung membentuk

inti flok.

Untuk penghilangan zat-zat berbahaya dari air, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah

proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi dan flokulasi merupakan proses yang terjadi secara

berurutan untuk mentidakstabilkan partikel tersuspensi, menyebabkan tumbukan partikel dan tumbuh

menjadi flok.7

Page 8: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

Proses koagulasi selalui diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok atau flok

kecil menjadi flok yang berukuran besar. Tahap awal dimulai dengan proses koagulasi,

koagulasi melibatkan netralisasi dari muatan partikel dengan penambahan elektrolit. Dalam hal

ini bahan yang ditambahkan biasanya disebut sebagai koagulan atau dengan jalan mengubah pH

yang dapat menghasilkan agregat/kumpulan partikel yang dapat dipisahkan. Hal ini dapat terjadi

karena elektrolit atau konsentrasi ion yang ditambahkan cukup untuk mengurangi tekanan

elektrostatis di antara kedua partikel. Agregat yang terbentuk akan saling menempel dan

menyebabkan terbentuknya partikel yang lebih besar yang dinamakan mikroflok, dimana

mikroflok ini tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Pengadukan cepat untuk mendispersikan

koagulan dalam larutan dan mendorong terjadinya tumbukan partikel sangat diperlukan untuk

memperoleh proses koagulasi yang bagus. Biasanya proses koagulasi ini membutuhkan waktu sekitar

1-3 menit.

Tahap selanjutnya dari proses koagulasi adalah proses flokulasi. Flokulasi disebabkan oleh

adanya penambahan sejumlah kecil bahan kimia yang disebut sebagai flokulan (Rath & Singh,

1997). Mikroflok yang terbentuk pada saat proses koagulasi sebagai akibat penetralan muatan,

akan saling bertumbukan dengan adanya pengadukan lambat. Tumbukan tersebut akan

menyebabkan mikroflok berikatan dan menghasilkan flok yang lebih besar. Pertumbuhan

ukuran flok akan terus berlanjut dengan penambahan flokulan atau polimer dengan bobot

molekul tinggi. Polimer tersebut menyebabkan terbentuknya jembatan, mengikat flok,

memperkuat ikatannya serta menambah berat flok sehingga meningkatkan rate pengendapan

flok. Waktu yang dibutuhkan untuk proses flokulasi berkisar antara 15-20 menit hingga 1 jam.

Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat, (seperti

terlihat pada gambar 1.3) . Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan bahan kimia (disebut

koagulan). Pengadukan cepat dimaksudkan agar koagulan yang dibubuhkan dapat tercampur

secara merata/homogen. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran

besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.

8

Page 9: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium sulfat atau

garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk

memproduksi flok yang cepat mengendap. Faktor utama yang mempengaruhi koagulasi dan

flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi

kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan

jika diperlukan, koagulan-pembantu. Beberapa jenis koagulan beserta sifatnya dapat dilihat

pada Tabel 5.1.

Pemilihan koagulan dan kadarnya membutuhkan studi laboratorium atau pilot plant

(menggunakan jar test apparatus) untuk mendapatkan kondisi optimum.

Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:

Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu

ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida

9

Gambar 1.3 Proses Koagulasi-Flokulasi

Tabel 1.1 Beberapa Jenis Koagulan dalam praktek pengolahan Air

Page 10: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

2.3.1. Tahapan Pada Proses Koagulasi dan Flokulasi

Proses koagulasi-flokulasi dijelaskan secara ringkas pada Gambar 1.4, dengan penjelasan

sebagai berikut:

1. Partikel koloid tidak bisa mengendap karena bersifat stabil.

2. Kestabilan koloid dapat diganggu dengan penambahan koagulan dan

pengadukan cepat.

3. Partikel yang tidak stabil cenderung untuk saling berinteraksi dan bergabung

membentuk flok yang berukuran besar.

10

Page 11: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

2.3.1.1. Pengadukan

Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah pengadukan. Berdasarkan

kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi dua, yaitu pengadukan cepat dan

pengadukan lambat. Kecepatan pengadukan dinyatakan dengan gradien kecepatan

(G), yang merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):

11

Gambar 1.4

Page 12: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

a) Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan alat

pengaduk berupa impeller yang digerakkan dengan motor bertenaga listrik.

Umumnya pengadukan mekanis terdiri dari motor, poros pengaduk, dan

gayung pengaduk (impeller), lihat Gambar 1.5. Pengadukan lambat secara

mekanis umumnya memerlukan tiga kompartemen dengan ketentuan G di

kompartemen I lebih besar daripada G di kompartemen II dan G di

kompartemen III adalah yang paling kecil.

b) Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan gerakan

air sebagai tenaga pengadukan. Sistem pengadukan ini menggunakan energi

hidrolik yang dihasilkan dari suatu aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa

energi gesek, energy potensial (jatuhan) atau adanya lompatan hidrolik

dalam suatu aliran. Beberapa contoh pengadukan hidrolis adalah terjunan

(Gambar 1.7), loncatan hidrolis, parshall 68 flume, baffle basin (baffle

channel, Gambar 1.8), perforated wall, gravel bed dan sebagainya.

12

Gambar 1.5

Gambar 1.6

Page 13: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

c) Pengadukan pneumatic adalah pengadukan yang menggunakan udara

(gas) berbentuk gelembung yang dimasukkan ke dalam air sehingga

menimbulkan gerakan pengadukan pada air (Gambar 5.7). Injeksi udara

bertekanan ke dalam suatu badan air akan menimbulkan turbulensi, akibat

lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Makin besar tekanan udara,

kecepatan gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan diperoleh

turbulensi yang

makin besar pula.

13

Gambar 1.7

Gambar 1.8

Page 14: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

2.4. Kelebihan Koagulasi - Flokulasi

Lebih cepat, efektif dan efisien menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid,

dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan saling

menarik dan menggumpal membentuk flok (Suryadiputra, 1995), serta memudahkan partikel-

partikel tersuspensi yang sangat lembut dan bahan-bahan koloidal di dalam air menjadi

agregat/jonjot (proses sebelum penggumpalan) dan membentuk flok, sehingga dapat dipisahkan

dengan proses pengendapan dan dapat juga berfungsi menghilangkan beberapa jenis organisme

dalam air. Flokulasi terjadi setelah koagulasi dan berupa pengadukan pelan pada air limbah.

Dengan mengendapnya koloid, diharapkan laju fouling yang terjadi pada membran akan

berkurang, sehingga penggunaan mikrofiltrasi dalam proses pengolahan air bersih menjadi

layak untuk dilakukan. Dengan aplikasi teknologi koagulasi-flokulasi zat yang berbentuk

suspensi atau koloid dirubah bentuknya menjadi zat yang dapat dipisahkan dari air. Agregasi

sebagai akibat dari pemakaian koagulan/flokulan adalah tahap awal dimana selanjutnya

dilakukan pemisahan flok dari air misalnya dengan proses sedimentasi, filtrasi atau flotasi.

Proses koagulasi-flokulasi selain untuk menurunkan tingkat kekeruhan untuk memperoleh air

yang bening, juga ada efek samping yaitu fraksi zat tersuspensi dalam air yang seringkali

menyebabkan pencemaran. Dengan koagulasi-flokulasi zat suspensi tersebut yang juga sebagai

pencemar, bisa dihilangkan dari air.

Tabel 1.2. Ringkasan Proses Koagulasi-Flokulasi

Koagulasi Flokulasi

Destabilisasi partikel koloid

Pembubuhan bahan kimia:

Pembentukan dan pembesaran flok

Dilakukan pengadukan lambat 14

Gambar 1.9

Page 15: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

koagulan, misal koagulan, misal:

tawas

Dilakukan pengadukan cepat

(rapid mixing):

Hidrolis: terjunan atau

hidrolik jump

Mekanis: menggunakan

batang pengaduk

Lamanya proses: 30 – 90

detik

(slow mixing):

Pneumatis

Mekanis

Hidrolis

Waktu operasi: 15 – 30

menit

Pentingnya koagulasi-flokulasi di IPA terhadap air baku air permukaan dan air tanah yang

sudah mengalami pengolahan pendahuluan; seringkali terdapat zat padat dalam bentuk atau

ukuran yang tidak memungkinkan mengendap pada proses sedimentasi saja atau dengan proses

lain di dalam waktu dentensi yang efisien.

Zat tersuspensi yang mempunyai ukuranlebih dari 5 – 10 μm dapat dihilangkan agak mudah

dengan filtrasi atau sedimentasi dan filtrasi. Sedangkan penghilangan koloid yang tidak

tercemar berat dapat menggunakan Saringan pasir lambat. Timbul kesulitan bilamana kualitas

air baku tidak baik sehingga tidak semua zat koloid dan kotoran lainnya dapat dihilangkan

dengan saringan pasir cepat atau saringan pasir lambat. Untuk mengatasi hal ini maka proses

koagulasi dengan menggunakan bahan kimia dilakukan.

Selain itu juga penting bagi proses desinfeksi dengan adanya pemisahan zat padat sebelum

desinfeksi dilakukan, karena sering kali mikroorgamisme terdapat di dalam zat padat, yang

tidak dapat dimusnahkan oleh proses oksidasi reduksi, karena oksidan akan tereduksi oleh zat

organik didalam flok sebelum bisa menembus mikroorganisme untuk dimusnahkan.

Proses koagulasi-flokulasi bisa juga menghilangkan sebagian atau seluruh zat terlarut, sehingga

hal ini yang menjadi fungsi utama dari koagulasi-flokulasi. Teknologi koagulasi-flokulasi bisa

juga dipadukan dengan proses pengendapan secara kimiawi (bukan proses pengendapan flok

secara fisik), akan tetapi reaksi kimia antara koagulan/flokulan dan zat terlarut didalam air yang

menghasilkan senyawa kimia yang tidak larut.

2.5. Cara Melihat Kandungan Air Hasil Koagulasi-Flokulasi

15

Page 16: Pengolahan Air Dengan Metode Koagulasi Dan Flokulasighdfhdfhdhdhd

Uji koagulasi-flokulasi dilaksanakan untuk menentukan dosis bahan-bahan kimia, dan

persyaratan yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimum. Variabel-variabel utama

yang dikaji sesuai dengan yang disarankan, termasuk :

a. Bahan kimia pembantu

b. PH: nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap

koagulasi/flokulasi, pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang

digunakan

c. Temperatur: suhu rendah berpengaruh terhadap daya koagulasi/flokulasi dan

memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil

yang dapat diterima.

d. Persyaratan tambahan dan kondisi campuran.

Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan dan koagulan pembantu

pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah. Pengaruh konsentrasi koagulan dan koagulan

pembantu dapat juga dievaluasi dengan metode ini.

16