laporan pli khurry muamalla 1106927.pdf

117
LAPORAN PENGALAMAN LAPANGAN INDUSTRI Pekerjaan : DI SATUAN KERJA PENAMBANGAN SWAKELOLA (Topik Bahasan : PERHITUNGAN BIAYA REHANDLING BATUBARA DI TEMPORARY STOCKPILE PIT 3 BARAT BANKO BARAT PT. BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program S1 Teknik Pertambangan Oleh : Khurry Muamalla BP. 2011/1106927 Konsentrasi : Pertambangan Umum Program Studi : S1 Teknik Pertambangan Jurusan : Teknik Pertambangan FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014

Upload: tedi-ridola

Post on 25-Dec-2015

239 views

Category:

Documents


76 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENGALAMAN LAPANGAN INDUSTRI

Pekerjaan :

DI SATUAN KERJA PENAMBANGAN SWAKELOLA

(Topik Bahasan : PERHITUNGAN BIAYA REHANDLING BATUBARA DITEMPORARY STOCKPILE PIT 3 BARAT BANKO BARAT PT. BUKIT

ASAM (PERSERO) Tbk TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Dalam Menyelesaikan Program S1 Teknik Pertambangan

Oleh :

Khurry Muamalla

BP. 2011/1106927

Konsentrasi : Pertambangan Umum

Program Studi : S1 Teknik Pertambangan

Jurusan : Teknik Pertambangan

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

ii

LEMBAR PENGESAHAN

KEGIATAN PENGALAMAN LAPANGAN INDUSTRI

Laporan ini Disampaikan untuk Memenuhi Sebagian dari PersyaratanPenyelesaian Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Semester Juli – Desember 2014

Diperiksa dan Disahkan oleh:

Pembimbing Lapangan

Elrizal Salman, STNP. 7292130311

Mengetahui,

Manager Penambangan Swakelola

SubagioNP. 6191128292

iii

LEMBAR PENGESAHAN

KEGIATAN PENGALAMAN LAPANGAN INDUSTRI

Laporan ini Disampaikan Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan

Penyelesaian Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri

Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Semester Juli - Desember 2014

Diperiksa dan Disahkan oleh:

Dosen Pembimbing

Heri Prabowo, ST.MT

NIP : 19781014 200312 1 002

a.n Dekan FT UNP

Kepala Unit Hubungan Industri

Drs. Bahrul Amin, ST. M.Pd

NIP. 19630212 198603 1 026

iv

BIODATA

I. Data Diri

Nama Lengkap : KHURRY MUAMALLA

No. Buku Pokok : 11 / 1106927

Tempat / Tanggal Lahir : Sungai Kapas / 29 Septemberr 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Bapak : M. Ghufron Aziz

Nama Ibu : Waima

Jumlah Bersaudara : 7 (tujuh)

Alamat Tetap : Desa Sungai Kapas, Kecamatan Bangko,

Kabupaten Merangin, Jambi

Hp : 087896804379

II. Data Pendidikan

Sekolah Dasar : SD N 221 Desa Sungai Kapas

Sekolah Menengah Pertama : SMP N 13 Merangin

Sekolah Menengah Atas : SMA TITIAN TERAS Jambi

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Padang

III. Proyek Akhir

Tempat Kerja Praktek : PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung

Enim, Sumatera Selatan

Tanggal Kerja Praktek : 07 Juli s.d 18 Agustus 2014

Topik Studi Kasus : Biaya Rehandling Batubara

Tanggal Seminar Laporan PLI : 12 September 2014

Padang , Oktober 2014

KHURRY MUAMALLA

BP.2011/1106927

v

Ringkasan Studi Kasus

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan adalah

tambang terbuka dengan metode kombinasi dan continous mining. Metode

kombinasi antara alat gali muat backhoe dan alat angkut dump truck, sedangkan

untuk metode continous mining menggunakan Bucket Wheel Excavator (BWE)

dan conveyor yang merupakan suatu sistem penambangan yang terus menerus.

Dalam kegiatan Pengalaman Lapangan Industri ini, penulis ditempatkan di

satuan kerja swakelola, yang berlokasi di Pit 3 Barat Banko Barat dan metode

penambangan yang digunakan adalah metode kombinasi backhoe and dump truck.

Batubara sebagai target produksi utama merupakan hal yang menjadi perhatian

utama dalam metode penambangan yang digunakan untuk tercapainya target

produksi.

Disini penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai metode

kombinasi antara alat gali-muat excavator dan alat angkut dump truck untuk

penambangan batubara yang berada di satuan kerja swakelola Pit 3 Barat Banko

Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, mengetahui produktivitas alat serta

menghitung biaya pengangkutan batubara.

Pada laporan Pengalaman Lapangan Industri ini, penulis hanya membatasi

kegiatan penambangan batubara meliputi ripping batubara, penggalian batubara,

pemuatan batubara, hauling batubara, dumping batubara, perhitungan biaya

rehandling batubara di temporary stockpile.

Berdasarkan perhitungan biaya pengangkutan batubara yang telah

dilakukan, maka diperoleh biaya pengangkutan batubara dari front ke dump

hopper yaitu Rp. 39.564,798/ton, pengangkutan batubara dari front ke temporary

stockpile yaitu Rp.41.610,798/ton, dan biaya pengangkutan kembali (rehandling)

yaitu pengangkutan batubara dari temporary stockpile ke dump hopper yaitu Rp.

20.470, 985 /ton.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Lapangan Industri

yang berjudul “Perhitungan Biaya Rehandling Batubara di Temporary Stockpile

Pit 3 Barat Banko Barat Pt. Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera

Selatan” ini tepat pada waktunya, dengan tujuan sebagai persyaratan pelaksanaan

mata kuliah Pengalaman Lapangan Industri pada semester Juli – Desember 2014

dengan lokasi praktek di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung Enim, Sumatera

Selatan.

Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman penulis selama

melaksanakan kegiatan Pengalaman Lapangan Industri di Perusahaan serta yang

penulis peroleh dari referensi pustaka dan buku panduan PLI Fakultas Teknik

Universitas Negeri Padang. Selanjutnya dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini

penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka

pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Bahrul Amin, ST, M.Pd, selaku Kepala Unit Hubungan

Industri FT UNP.

2. Bapak Heri Prabowo,ST.MT selaku Dosen Pembimbing PLI.

3. Bapak Drs. Bambang Heriyadi, MT , sebagai Ketua Jurusan Teknik

Pertambangan FT UNP.

4. Bapak Subagio, BE selaku Manager Swakelola

5. Bapak Elrizal Salman,ST selaku Pembimbing lapangan.

vii

6. Bapak-bapak Supervisor, staff satuan kerja Swakelola dan seluruh

karyawan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, yang telah membantu dalam

meneyelesaikan laporan ini.

7. Para Dosen, Teknisi, Staf jurusan teknik pertambangan yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman dan bantuannya

sehingga dapat terselesaikan laporan PLI ini.

8. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan do’a dalam

menyelesaikan PLI ini.

9. Dan semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan ini yang

namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Padang, Oktober 2014

Khurry Muamalla

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN PLI ............................................................... iii

BIODATA ................................................................................................................. iv

RINGKASAN STUDI KASUS ................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PLI ....................................................................................... 1

B. Deskripsi Perusahaan .................................................................................... 2

C. Deskripsi Kegiatan Industri / Pekerjaan ........................................................ 27

D. Perencanaan Kegiatan PLI ............................................................................ 27

E. Pelaksanaan Kegiatan PLI ............................................................................. 28

F. Hambatan Dan Penyelesaian ......................................................................... 32

G. Temuan Menarik ........................................................................................... 33

BAB II. TOPIK BAHASAN

A. Latar Belakang Pemilihan Topik .................................................................. 34

B. Kajian Teoritis ............................................................................................... 35

C. Proses Pelaksanaan Kegiatan / Produksi ....................................................... 59

D. Pembahasan / Analisis ................................................................................... 71

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................... 83

B. Saran .............................................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Data Curah Hujan Untuk Upte Periode 2007-2013 ........................................... 22

1.2. Data Prediksi Curah Hujan untuk UPTE Priode 2014 ....................................... 23

1.3. Sistem Klasifikasi Batubara Berdasarkan Rank Menurut ASTM ...................... 24

1.4. Klasifikasi Batubara Berdasarkan Market Brand .............................................. 26

2.1. Spesifikasi Tiap Coal Conveyor ........................................................................ 70

A.1. Waktu Edar Alat Gali Muat Excavator 345 D .................................................. A-1

B.2. Waktu Edar Alat Gali Muat Excavator 385 C ................................................... B-1

C.1. Cycle Time Dump Truck P 420 Ke Dump Hopper ........................................... C-1

D.1. Cycle Time Dump Truck P 420 Ke Temporary Stockpile ................................. D-1

E.1. Faktor Efisiensi Hydraulic Excavator ................................................................ E-1

E.2. Faktor Efisiensi Kerja Dump Truck ................................................................. E-1

E.3. Faktor Koreksi Bucket ....................................................................................... E-1

F.1. Swell Factor Dan Density Insitu ........................................................................ F-1

G.1. Spesifikasi Excavator Caterpillar 345 D ........................................................... G-1

G.2. Spesifikasi Excavator Caterpillar 385 C ........................................................... G-2

G.3. Spesifikasi Dump Truck P 420 .......................................................................... G-3

G.4. Spesifikasi Bulldozer Caterpillar D9R .............................................................. G-4

H.1. Biaya Sewa Alat Mekanis .................................................................................. H-1

I.1. Tarif Angkutan Batubara .................................................................................... I-1

K.1 Shift Kerja .......................................................................................................... K-1

K.2 Hambatan Kerja .................................................................................................. K-2

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Struktur Organisasi PT. Bukit Asam (Persero), Tbk .......................................... 6

1.2. Foto Udara Lokasi Pertambangan Tanjung Enim .............................................. 9

1.3. Peta Regional PT.Bukit Asam (Persero)Tbk ..................................................... 10

1.4. Foto Udara Lokasi Penelitian Banko Barat ........................................................ 11

1.5. Penampang Litologi Pit 3 Barat Banko Barat .................................................... 20

1.6.Statigrafi Tambang Banko Barat ......................................................................... 21

1.7. Tahap Penyusunan Laporan PLI ........................................................................ 31

2.1. Hydraulic Excavator ........................................................................................... 40

2.2. Bagian-Bagian Excavator ................................................................................... 41

2.3. High Dump ......................................................................................................... 43

2.4. Sketsa High Dump ............................................................................................. 43

2.5. Bulldozer ............................................................................................................ 45

2.6. Sketsa Bulldozer ................................................................................................. 45

2.7. Pola Pemuatan Top Loading .............................................................................. 47

2.8. Pola Pemuatan Bottom Loading ........................................................................ 48

2.9. Kegiatan Land Clearing ..................................................................................... 61

2.10. Kegiatan Perintisan .......................................................................................... 61

2.11. Kegiatan Pembongkaran .................................................................................. 62

2.12. Buldozzer Caterpillar D9R ............................................................................... 62

2.13. Excavator Caterpillar 385 C ............................................................................. 63

2.14. Pemuatan Overburden Dan Batubara ............................................................... 64

xi

2.15. Pengangkutan Overburden Dan Batubara ........................................................ 65

2.16. Lokasi Penimbunan Disposal Barat Selatan .................................................... 66

2.17. Temporary Stockpile Batubara ......................................................................... 67

2.18. Jalur Berongga Pada Dump Hopper ................................................................. 68

2.19. Silisfied Coal .................................................................................................... 69

2.20. Flow Chart Penanganan Batubara Banko Barat ............................................... 69

2.21. Ripping dengan Buldozzer ............................................................................... 72

2.22. Penggalian Batubara Dengan Excavator 345 D ............................................... 72

2.23. Pengangkutan Batubara .................................................................................... 73

G.1. Excavator Caterpillar 345 D ............................................................................. G-1

G.2. Excavator Caterpillar 345 D ............................................................................. G-2

G.3. Dump Truck Scania P 420 ................................................................................. G-3

G.4. Bulldozer Caterpillar D9R ................................................................................. G-4

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Waktu Edar Alat Gali Muat Excavator 345 D .............................................. A-1

B. Waktu Edar Alat Gali Muat Excavator 385 C .............................................. B-1

C. Cycle Time Dump Truck P 420 Ke Dump Hopper ........................................ C-1

D. Cycle Time Dump Truck P 420 Ke Temporary Stockpile ............................. D-1

E. Faktor Efisiensi Alat-Alat Mekanis .............................................................. E-1

F. Swell Factor Dan Density Insitu ................................................................... F-1

G. Spesifikasi Alat Gali Muat Dan Alat Angkut ............................................... G-1

H. Biaya Sewa Alat Mekanis ............................................................................. H-1

I. Tarif Angkut Batubara .................................................................................. I-1

J. Biaya Sewa Dump Truck CWB .................................................................... J-1

K. Perhitungan Waktu Efisiensi Kerja ............................................................... K-1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengalaman Lapangan Industri

Kegiatan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) merupakan sebuah

program yang diadakan oleh pihak Unit Hubungan Industri (UHI) serta

merupakan sebuah mata perkuliahan wajib yang harus diambil oleh penulis yang

sudah memenuhi syarat-syarat yang sudah ditetapkan oleh pihak UHI. Syarat-

syaratnya yaitu untuk jenjang pendidikan S1 harus sudah menyelesaikan Satuan

Kredit Semester (SKS) sebanyak 120 SKS.

Selain itu penulis berusaha untuk mengasah, dan menerapkan ilmu atau

teori-teori yang sudah penulis dapatkan selama perkuliahan serta untuk mencari

pengalaman-pengalaman baru yang belum penulis dapatkan selama perkuliahan

sehingga penulis bisa mengerti seperti apa bekerja di lapangan itu secara

langsung. Dengan demikian penulis bisa mempelajari bagaimana sebaiknya dan

apa-apa saja yang kurang selama penulis melaksanakan perkuliahan selama ini.

1. Tujuan Pelaksanaan PLI

a. Meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri penulis dalam

memasuki dunia kerja nantinya.

b. Mengaplikasikan ilmu yang sudah penulis peroleh selama di bangku

perkuliah pada saat di dunia kerja.

1

2

c. Membentuk kepribadian yang mampu mengahadapi tantangan di masa

mendatang dengan penuh tanggung jawab.

d. Menyusun sebuah laporan sebagai syarat untuk melengkapi kegiatan PLI.

2. Manfaat Pelaksanaan PLI

a. Mengukur seberapa besar penguasaan ilmu pengetahuan yang diperoleh

penulis selama kuliah dengan tuntutan dan kebutuhan dunia industri.

b. Memberikan pemahaman empiris tentang dunia industri secara umum dan

segala hal.

c. Tumbuhnya rasa kedisiplinan yang tinggi bagi penulis dalam berbagai

aspek.

d. Mempersiapkan diri sebelum terlibat langsung dalam dunia industri

melalui aktifitas dan pemahaman yang ditemukan di industri.

B. Deskripsi Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk adalah badan usaha yang didirikan

pada tanggal 2 maret 1981 dengan dasar Peraturan Pemerintah No. 42 tahun

1980 dengan kantor pusat yang berada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Penambangan batubara di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk diawali dengan

penyelidikan eksplorasi oleh bangsa Belanda pada tahun 1915 sampai dengan

1918 yang dipimpin oleh Ir. Man Haat. Hasil penyelidikan menunjukkan

adanya kandungan batubara yang besar di kawasan Bukit Asam. Tambang

batubara Bukit Asam dibuka mulai berproduksi sejak tahun 1919. Tambang ini

3

terletak di Sumatera Selatan tepatnya pada Kabupaten Muara Enim namun saat

ini telah melakukan penambangan di Kabupaten Lahat. Penambangan pertama

mampu menghasilkan batubara sebanyak 9.765 ton, yang dihubungkan ke

pelabuhan Kertapati Palembang melalui kereta api sejauh 165 km dan jalan

darat sejauh 200 km.

Ditinjau dari lembaga yang mengurusnya sampai saat ini PT. Bukit Asam

(Persero) Tbk secara berturut – turut dikelola oleh :

a. Tahun 1919 sampai dengan tahun 1942 oleh pemerintah Belanda.

b. Tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 oleh pemerintah Militer Jepang.

c. Tahun 1945 sampai dengan tahun 1947 oleh pemerintah Republik Indonesia.

d. Tahun 1947 sampai dengan tahun 1949 oleh pemerintah Belanda (agresi

militer).

e. Tahun 1950 sampai dengan tahun sekarang pemerintah Republik Indonesia,

yang terdiri dari:

1) Tahun 1959 sampai dengan tahun 1960 oleh Biro Perusahaan Tambang

Negara (BUPTAN) berdasarkan PP no.86 th 1958.

2) Tahun 1961 sampai dengan tahun 1967 oleh Badan Pimpinan Umum

(BPU) perusahaan-perusahaan tambang batubara. BPU juga membawahi

tiga perusahaan negara yaitu :

1. PN. Batubara Ombilin di Sumatera Barat.

2. PN. Tambang Arang Bukit Asam di Tanjung Enim SUMSEL.

3. PN. Tambang Batubara Mahakam di Kalimantan Timur.

4

3) Tahun 1968 s.d. 1980 oleh PN. Tambang Batubara berdasarkan PP. No.

23 tahun 1968.

4) Tahun 1981 s.d. sekarang oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam

berdasarkan PP. No. 42 tahun 1980.

Tujuan proyek ini terutama untuk memasok kebutuhan batubara bagi

PLTU Suralaya, Jawa Barat.Selain itu juga untuk memenuhi industri lainnya

baik di dalam maupun luar negeri.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, maka dikembangkan

beberapa site di wilayah izin usaha pertambangan (IUP) PT. BA Tanjung

Enim, yaitu:

1) Tambang Air Laya (TAL), merupakan site terbesar di wilayah IUP

PTBA yang dioperasikan dengan teknologi penambangan terbuka secara

berkesinambungan (continous mining) sejak tahun 1985 sampai dengan

tahun 2012 dan sistem backhoe-dump truck.

2) Tambang Banko Barat, terdiri dari Pit-1 dan Pit-3 yang dioperasikan

dengan metode kombinasi backhoe- dump truck.

3) Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU), merupakan tambang yang

dioperasikan dengan metode penambangan Excavator backhoe-truck. Di

site Muara Tiga Besar Utara bagian Barat saat ini dikerjakan Proyek

Pemindahan Bucket Wheel Excavator (P2BM).

4) Tambang Muara Tiga Besar Selatan (MTBS), merupakan bagian dari

Tambang Muara Tiga Besar yang berada di sebelah Selatan.

5

2. Visi dan Misi PT Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE Sumatera Selatan

a. Visi PT Bukit Asam (Persero) Tbk adalah:

Menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang peduli lingkungan.

b. Misi PT Bukit Asam (Persero) Tbk adalah :

Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi

dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi

stackholder dan lingkungan.

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan dibuat guna meningkatkan kinerja dari

setiap divisi penyokong dalam suatu perusahaan.Dengan struktur organisasi

yang optimal maka diharapkan mampu mendukung pencapaian target di setiap

tahunnya. Penyusunan struktur organisasi dibuat berdasarkan spesifikasi dan

fungsi kinerja yang ada sehingga dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk tugas operasionalnya, pengoperasian PT. Bukit Asam (Persero)

Tbk. dipimpin oleh Dewan Direksi. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang

Saham Luar Biasa (RUPSLB) tanggal 27 desember 2006, anggota direksi

berubah dari lima orang menjadi enam orang, dan dalam organisasi baru ini

terdapat dua direktorat yang tugasnya menjadi lebih fokus, yaitu Direktorat

Niaga dan Direktorat Pengembangan usaha. Direktur niaga fokus pada upaya

peningkatan pendapatan dan efisiensi biaya melalui proses pengadaan barang

dan jasa berdasarkan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Direktur

pengembangan usaha fokus pada pengembangan usaha perusahaan dan

6

memberikan jaminan pertumbuhan perusahaan secara jangka panjang.

(Gambar 1.1)

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Bukit Asam` (Persero) Tbk

DirekturSDM & Umum

(0600)

KorporatUnit Operasional

(1240000009)

Direktur Utama (0100)

STRUKTUR ORGANISASIPT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK

Akuntansi dan Anggaran(1210000007)

DirekturKeuangan

(200)

Perencanaan Koorporat(1410000007)

Pengembangan Korporat(1420000007)

Sumber Daya Manusia

Analisis, Evaluasi dan Optimasi Produksi(1310000007)

DirekturPengembangan Usaha

(0400)

Sekretaris Perusahaan(1110000002)

Satuan Pengawasan Intern(1120000007)

Sistem Manajemen Perusahaan(1130000007)

Perbendaharaan dan Pendanaan(1220000007)

Teknologi Informasi(123000000C)

Program Kesehatan Rumah Sakit Bukit Asam(1620000007)

Hukum dan Perijinan(1630000002)

Corporate Social Responsibility

Logistik(1520000007)

(1510000007)

DirekturOpera/Produksi

(0300)

DirekturNiaga(0500)

(1640000001)

Sarana dan Prasarana(1660000001)

Pengelolaan Aset Tanah dan Bangunan(1670000002)

Pemasaran Batubara

(1610000007)

(2310000007)

Pengusahaan Briket(2510000012)

Unit Pertambangan

(2340000007)Ombilin

Unit PertambanganTanjung Enim

Unit PelabuhanTarahan

(2320000007)

Unit DermagaKertapati

(2340000007)

7

Pada Unit Penambangan Tanjung Enim (UPTE) terdapat 4 ( empat)

Senior Manager (SM) yaitu SM AEOP, SM Penambangan, SM Penanganan

Angkutan Batubara dan SM Perawatan.

Senior Manager Penambangan membawahi 5 (lima) Manager yaitu

Manajer Pentam, Manajer BWE System, Manajer Wasnamtor, Manajer

Swakelola dan Manajer POHA. Manajer Swakelola membawahi 3 (tiga)

Asisten Manajer Penambangan (Ass Man) yaitu Asman. Penambangan

Swakelola A2, Asman. Penambangan Swakelola B1, dan Asman.

Penambangan B2 dan Asman. yang mana masing-masing Asman

Penambangan tersebut membawahi 4 (empat) Supervisor.

4. Pembagian Unit Wilayah Penambangan PT. Bukit Asam (Pesero) Tbk

Unit Penambangan Tanjung Enim (UPTE) dibagi dalam beberapa site di

wilayah Izin Usaha Penambangan (IUP) yaitu sebagai berikut :

a. Tambang Air Laya (TAL), merupakan site terbesar di Izin Usaha

Pertambangan PTBA yang dioperasikan dengan teknologi penambangan

terbuka secara berkesinambungan (continous mining) dan backhoe and

dump truck. Pada metode BWE system ini sepenuhnya dilaksanakan oleh

pihak PTBA sedangkan pada metode backhoe and dump truck

dilaksanakan oleh pihak ketiga (kontraktor) dan sebagian dilakukan

sendiri (satker swakelola). Semua hasil penggalian batubara dengan

metode conventional mining ataupun dengan metode continous mining

akan di tampung di temporary stockpile dan TLS (Train Loading Station)

8

1 dan TLS 2. Melalui TLS ini kemudian batubara di muat ke gerbong

untuk dikirim ke pelabuhan Tarahan (Lampung) dan dermaga Kertapati

(Palembang)

b. Tambang Banko Barat, terdiri dari Pit-1 dan Pit-3 yang dioperasikan juga

dengan metode kombinasi backhoe and dump truck. Dan yang dikerjakan

oleh pihak ke tiga yaitu Sumber Mitra Jaya (SMJ), serta penambangan

swakelola untuk Pit 1 Barat dan Pit 3 Barat dengan mitra kerja oleh PT.

Bangun Karya Pratama Lestari (BKPL).

c. Tambang Muara Tiga Besar (MTB) ini masih menggunakan sistem

penambangan konvensional yakni dengan teknologi penambangan

terbuka secara berkesinambungan (continous mining) dan backhoe and

dump truck. Pada metode BWE sistem ini sepenuhnya dilaksanakan oleh

pihak PTBA sedangkan pada metode backhoe and dump truck

dilaksanakan oleh pihak ketiga (kontraktor) yaitu PT. Pama Persada

Nusantara. Di MTB ada dua wilayah penambangan, yaitu Muara Tiga

Besar Utara (MTBU) dan Muara Tiga Besar Selatan (MTBS). Seperti

yang dapat dilihat dari gambar berikut :

9

Sumber : Diklat PT.Bukit Asam(Persero)Tbk

Gambar 1.2 Foto Udara Lokasi Pertambangan Tanjung Enim

5. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) PT. Bukit Asam (Persero)

Tbk di Desa Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara

Enim, Provinsi Sumatera Selatan dengan jarak ± 186 km Barat Daya dari

pusat kota Palembang. Wilayah IUP PT. Bukit Asam (Persero) Tbk terletak

pada posisi 3o42’30” LS – 4o47’30” LS dan 103o45’00” BT – 103o50’10” BT

atau garis bujur 9.583.200 – 9.593.200 dan lintang 360.600 – 367.000 dalam

sistem koordinat internasional. Untuk selengkapnya dapat dilihat peta lokasi

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE (Gambar 1.3).

10

Sumber : Satker Eksplorasi Rinci Pt. Bukit Asam (Persero) Tbk

Gambar 1.3 Peta Lokasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE

Daerah operasional penambangan Banko Barat adalah salah satu wilayah

operasional PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk yaitu sekitar 7

km dari Tanjung Enim kearah timur. Secara administratif daerah Banko Barat

Pit 3 termasuk daerah lokasi kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara

Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Tepatnya pada koordinat 9.577.000 Utara

sampai 9.585.000 Utara dan 367.000 Timur sampai 372.000 Timur. Untuk

sejelasnya dapat dilihat pada (Gambar 1.4.).

11

Sumber : Satker Eksplorasi Rinci PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

Gambar 1.4 Foto Udara Lokasi Penelitian Pit 3 Barat Banko Barat

Jarak dari kota Palembang ke daerah penambangan Banko sekitar ± 200

km melewati jalan raya beraspal. Untuk bisa sampai ke lokasi penelitian jika

dimulai dari kota Palembang ditempuh dengan transportasi darat menuju ke

kota Tanjung Enim dengan waktu tempuh ± 5 jam. Kemudian perjalanan

dilanjutkan kembali menuju lokasi penelitian dengan menggunakan bus

karyawan PTBA ± 10 menit perjalanan.

6. Keadaan Topografi

Secara umum daerah tambang PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

mempunyai topografi yang bervariasi mulai dari dataran rendah, hingga

perbukitan. Dataran rendah menempati sisi bagian Selatan, yaitu daerah yang

Lokasi Penelitian

Pit 3 Banko Barat

12

terdapat aliran sungai-sungai kecil yang bermuara di Sungai Lawai dan Sungai

Lematang dengan ketinggian 50 m di atas permukaan laut. Elevasi terendah

terletak di mine sump Pre bench utara dengan elevasi -90 dibawah permukaan

laut. Daerah perbukitan terdapat di bagian Barat terletak di puncak bukit asam

dengan elevasi tertinggi 282 meter di atas permukaan laut. Pada kedua

daerah ini banyak dijumpai vegetasi yang sebagian besar merupakan

tumbuhan hutan tropika dan semak belukar.

Pada umumnya kondisi topografi di daerah Banko Barat umumnya

bergelombang dengan ketinggian 60 m sampai 110 m di atas permukaan laut,

terdiri atas sungai, hutan, lembah dan beberapa areal pertanian, perkebunan

karet dan daerah perumahan penduduk.

7. Geologi dan Stratigrafi

a. Geologi

Lapisan batubara di daerah IUP PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

Unit Penambangan Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari

Cekungan Sumatera Selatan. Cekungan ini merupakan bagian dari

Cekungan Sumatera Tengah dan Selatan (Coster, 1974 dan Harsa, 1975).

Lapisan batubara pada daerah ini tersingkap dalam sepuluh lapisan

batubara yang terdiri dari lapisan tua sampai muda, yakni Lapisan Petai,

Lapisan Suban, Lapisan Mangus dan tujuh lapisan gantung (hanging

seam).

13

Daerah penambangan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk termasuk

dalam zona fisiografis cekungan Sumatera Selatan dan merupakan bagian

dari antiklinorium Muara Enim dari Cekungan Sumatera Selatan.

Lithologi utama yang dijumpai adalah formasi Muara Enim sebagai

pembawa batubara yang didominasi batuan lempung lanau dengan umur

mio-pliosen.

Struktur geologi yang berkembang adalah antiklin yang

membentuk kubah, sesar normal, sesar-sesar minor dengan pola radial,

dan sesar yang tidak menerus sampai bagian bawah dari lapisan batuan

yang ada. Hal ini terjadi sebagai akibat dari intrusi andesit di daerah

cadangan, adapun selain intrusi batuan beku andesit, struktur geologi

pada tambang Air Laya juga dipengaruhi adanya gaya tektonik pada

zaman pliosen dengan arah utama utara-selatan.

Geologi regional daerah PT. Bukit Asam (Persero) Tbk termasuk

ke dalam sub cekungan Palembang yang merupakan bagian dari

cekungan Sumatera Selatan dan terbentuk pada zaman tersier. Sub

cekungan Sumatera Selatan yang diendapkan selama zaman kenozoikum

terdapat urutan litologi yang terdiri dalam 2 (dua) kelompok, yaitu

kelompok Telisa dan kelompok Palembang. Kelompok Telisa terdiri dari

formasi Lahat, formasi Talang Akar, formasi Baturaja dan formasi

Gumai. Kelompok Palembang terdiri dari formasi Air Benakat, formasi

Muara Enim dan formasi Kasai.

14

Endapan tersier pada cekungan Sumatera Selatan dari yang tua

sampai dengan yang muda dapat dipisahkan menjadi beberapa formasi,

yaitu antara lain :

1) Formasi Muara Enim

Merupakan indikasi yang mengandung batubara (coal

measure) dicirikan dengan adanya batu lempung, batu lanau dan batu

pasir yang dominan. Di daerah Air Laya, formasi Muara Enim

tertinggi oleh endapan sungai tua secara tidak selaras. Endapan sungai

– sungai yang berumur kuarter ini belum mengalami pemadatan secara

sempurna.

2) Formasi Kasai

Formasi ini dicirikan oleh tufa yang berwarna putih, seperti

yang tersingkap di daerah Suban maupun Klawas. Terdiri dari interbed

tuff, batu pasir tufaan, batu lanau tufaan, batu lempeng tufaan dan

batubara tipis.Lingkungan pengendapannya dari darat sampai transisi

dengan ketebalan 500 – 1000 meter.

3) Formasi Talang Akar

Formasi ini terdiri dari anggota gritsand (grm) dan anggota

transisi lokasi tipenya di Sumur Limau kurang lebih barat daya

Prabumulih dengan nama asal “Talang Akar Stage”. Anggota gritsand

dari batu pasir kasar hingga sangat kasar dengan interkalasi serpih dan

lanau yang diendapkan di lingkungan fluviatil hingga delta. Anggota

15

ini diendapkan tidak selaras di atas formasi Lahat selama oligoasen

dalam ketebalan 550 meter.

4) Formasi Baturaja

Formasi ini terdiri dari batu gamping terumbu dan batu

gamping detritus, ke arah cekungan berubah fasies menjadi serpih,

napal dengan sisipan tipis batu gamping dari formasi Gumai. Formasi

terletak tidak selaras di atas batuan pra tersier. Ketebalan formasi ini

pada daerah paparan adalah 60 – 75 meter, tetapi apabila terletak diatas

batuan dasar, variasinya akan lebih besar antara 60 – 120 meter,

bahkan pada singkapan bukit Gerbah mencapai 520 meter. Formasi ini

berumur miosen awal.

5) Formasi Gumai

Puncak Transgesi pada cekungan Sumatera Selatan dicapai

pada waktu pengendapan formasi Gumai sehingga formasi ini

mempunyai penyebaran yang sangat luas pada cekungan Sumatera

Selatan. Formasi ini diendapkan selaras di atas formasi Baturaja dan

anggota transisi foraminifera dengan sisipan batu pasir gampingan

pada bagian bawah dan sisipan batu gamping pada bagian tengah dan

atasnya. Ketebalan formasi ini mencapai 200 – 500 meter.

6) Formasi Air Benakat

Litologi satuan ini adalah serpih gampingan yang kaya akan

foraminifera di bagian bawahnya, makin ke atas dijumpai batu pasir

16

yang mengandung gloukonit. Pada puncak satuan ini pasirnya

meningkat, kadang dijumpai sisipan tipis batubara atau sisa – sisa

tumbuhan. Formasi ini diendapkan pada lingkungan neritik yang

berangsur – angsur menjadi laut dangkal dan prodelta. Diendapkan

selaras di atas formasi Gumai pada miosen tengah hingga miosen

akhir dengan ketebalan kurang dari 60 meter.

7) Formasi Lahat

Formasi Lahat diendapkan tidak selaras diatas batuan Pra-

Tersier pada lingkungan darat. Formasi ini berumur Oligosen Bawah,

tersusun oleh tuff breksi, lempung tufaan, breksi dan konglomerat.Pada

tempat yang lebih dalam, fasiesnya berubah menjadi serpih, serpih

tuffan, batulanau dan batupasir dengan sisipan batubara. Ketebalan

formasi ini berkisar antara 0 sampai 300 meter.

b. Stratigrafi

Lapisan Batubara Banko Barat merupakan bagian dari sumbu siklin

dan antiklin yang menujam ke arah Barat Laut dengan kemiringan lapisan

cukup terjal, ada tiga lapisan Batubara utama yaitu, lapisan Mangus,

lapisan Suban, dan lapisan Petai yang tiap-tiap lapisan terdapat lapisan

sisipan yaitu lapisan batuan sedimen berupa batu lempung lanauan

sampai pasiran.

17

Berdasarkan litologinya maka batuan yang tersingkap di tambang

Banko Barat Pit 3 dapat dikelompokkan menjadi tiga formasi yang terdapat

di dalam kelompok Palembang yaitu formasi Kasai, formasi Muara Enim

dan formasi Air Benakat. Urutan dari umur yang paling tua sampai umur

yang paling muda adalah sebagai berikut :

1) Formasi Air Benakat

Formasi ini tersingkap di sebelah selatan, yang dicirikan dengan

batuan serpih karbonat yang kaya akan foraminifera dan sisipan batuan

lempung bagian bawah, semakin ke atas semakin banyak dijumpai

tumbuh-tumbuhan. Diperkirakan formasi ini berumur Miosen Tengah.

2) Formasi Muara Enim

Formasi ini hampir tersingkap di seluruh Tambang Banko Barat,

yang diendapkan selaras diatas formasi Air Benakat dengan

penyusunannya terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung setebal

kurang lebih 650 meter, dimana terdapat sisipan batubara yang cukup

tebal sehingga sering disebut sebagai formasi pembawa batubara.

Formasi ini berumur Miosen Atas sampai Pliosen Bawah dan

diendapkan pad lingkungan delta plain. Formasi ini dibagi dalam

empat sub formasi yaitu Mangus 1, Mangus 2, Mangus 3 dan Mangus

4.

18

Untuk mengetahui lebih rinci dapat dilihat pada susunan stratigrafi

dengan uraian sebagai berikut (Gambar 1.6) dan penampang litologi Pit 3

Barat pada (Gambar 1.5).

1) Lapisan Tanah Penutup (Overburden)

Tanah penutup terdiri dari endapan sungai tua (pasir dan kerikil)

batu lempung dan lapisan lanau yang silisified, juga terdapat iron stone

nodules serta lapisan gantung (hanging seam). Dapat dijelaskan bahwa

lapisan ini merupakan lapisan yang terdiri dari tanah liat, bentonite, dan

campuran lumpur serta batu pasir halus, pada bagian ini dapat dijumpai

nodul-nodul clay iron stone yang berbentuk cakram pada gantung

batubara dengan ketebalan rata-rata diatas 0.25 m sampai 0.80 m.

2) Lapisan Batubara A1 (Mangus Atas)

Umumnya lapisan batubara ini dapat dicirikan dengan adanya

material-material pengotor berupa tiga lapisan tanah liat yang disebut

dengan clayband , adapun ketebalan dari lapisan batubara A1 adalah 7,3

m.

3) Lapisan Interburden A1 – A2

Lapisan ini dicirikan oleh adanya material Tufaan berwarna

putih dan abu-abu. Secara keseluruhan lapisan ini memperlihatkan

adanya struktur graded bedding dengan batu pasir konglomerat pada

bagian dasar, batu lanau, dan batu lempung.

19

4) Lapisan Batubara A2

Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan 4,5 m.

5) Lapisan Interburden A2 – B

Lapisan ini dicirikan dengan batu lempung, serta sisipan batu

pasir.

6) Lapisan Batubara B1

Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan 12,7 m dan terdapat

sisipan batu lempung.

7) Lapisan Interburden B1 – B2

Lapisan ini mengandung batu lempung dan batu lanau yang tipis.

8) Lapisan Batubara B2

Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan 4,5 m.

9) Lapisan Interburden B2 – C

Lapisan ini mengandung batu lanau, batu pasir, dan sisipan batu

lanau serta terdapat mineral Glaukonitan.

10) Lapisan Batubara C

Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan 11,5 m dengan sisipan

tipis batu lempung dan dibawahnya terdapat batu lempung dan batu

lanau. Pada lapisan C banyak dijumpai lensa-lensa batu lanau atau

siltstone terkadang bersifat silikaan dan warnanya mirip batubara.

20

Sumber: Eksplorasi Rinci PT. BukitAsam Tanjung Enim

Gambar 1.5 Penampang Litologi Daerah Pit 3 Banko Barat

Lapisan batubara Gantung (Hanging ). . . . . . . . . .Interval di atas A.1, batupasir

Sat. endapan sungai tua, Gravelpasir, lanau, lempung . . . . . . . . .

dengan tebal 0,3 - 3,0 meter.ironstone.dijumpai adanya nodul clay

. . . . . . . . .

A1Ulapis dan dibagian "base" kadang-kadang dijumpai lensa-lensa batu-

. . . . . . . . .

Pita Pengotor (batulempung tufaan/

. . . . . . . . . .v - v - v - v - v - v

Batubara A.1, dijumpai adanyalapisan pengotor sebanyak 2 - 3

- - - - - - - -

Tebal lapisan ini 6, 5 - 9 meter.

jadi A.1U (4 m) dan A.1L (3 m).

. _ . _ . _ . _ . Dijumpai lensa-lensa batulanau/silt- . _ . _ . _ . _ .stone (kadang-kadang silikaan) pada

lanau. Mengalami pemisahan men-

lensa batulanau.

batulempung / batupasir tufaan.- v - v - v - v - v - Tebal 2 - 4 meter.v . v . v . v . v . v .

Interval A.1 - A.2, berupa v - v - v - v - v - v

Batubara A.2, dijumpai adanyabatubara silikaan pada bagian"top" dan kadang-kadang dijum-pai pita pengotor batulempungkarbonan serta dijumpai lensa-

Interval A.2 - B.1, perulangan

A.2

- - - - - - - - . _ . _ . _ . _ .

Tebal 7,5 - 11,5 meter.

Tebal 15 - 20 m.. . . . . . . . . .- - - - - - - -

sipan tipis batubara / batulempungkarbonan ("Suban Marker").

batupasir dan batulanau dengan si- - - - - - - - -

Batubara B.1, dijumpai adanya

B.1

lapisan pengotor sebanyak 2 - 3lapis berupa batulempung lanauankarbonan.Tebal 9,1 - 14,1 meter.

. _ . _ . _ . _ . 1 - 15 cm.

batulempung dan batulanau.Tebal 2 - 5 meter.

- - - - - - - - . _ . _ . _ . _ .

B.2

stone (kadang-kadang silikaan) pada

. . . . .

Interval B.2 - C, perulangan . _ . _ . _ . _ .

Batubara B.2, dijumpai adanya

Interval B.1 - B.2, selang - seling - - - - - - - - . _ . _ . _ . _ .

. . . . . . . . . .v - v - v - v - v - v

tuffaceous claystone) dengan tebalv - v - v - v - v - v

PENAMPANG LITOLOGIDAERAH TAMBANG BANKO BARAT PIT - 3

(TANPA SKALA)

o .. o ….o. . . ... o …o

1 - 15 cm.

. _ . _ . _ . _ .

A1L posisi 1 meter dari "base"v - v - v - v - v - vdengan tebal 2 - 15 cm.

Batubara silikaan (silicified coal)sangat keras, tebal 20 - 40 cm.

- - - - - - - - Pita pengotor (batulempung karbon-an / carbonaceous claystone)Tebal 2 - 15 cm.

Dijumpai lensa-lensa batulanau/silt-

"Suban Marker" berupa batubara /. . . . . . . . . .batulempung karbonan dengan

stone (kadang-kadang silikaan) pada1 - 2 meter dari "base" dengantebal 1 - 15 cm.

Pita pengotor (batulempung lanauan . _ . _ . _ . _ .karbonan/carbonaceous silty clay-

tebal 15 - 40 cm. . _ . _ . _ . _ .

Dijumpai lensa-lensa batulanau / silt-stone (kadang-kadang silikaan) pada1 - 2 meter dari "base" dengantebal 2 - 15 cm.

. _ . _ . _ . _ .

Pita pengotor (batulempung lanauan . _ . _ . _ . _ .pita pengotor berupa batulempung karbonan/carbonaceous silty clay-lanauan karbonan kadang-kadang stone) dengan tebal 2 - 8 cm dengan. . . . . . . . . .Tebal 4,35 - 5,55 meter. . . . . . . . . . .

Dijumpai lensa-lensa batulanau / silt- . . . . . . . . .dalam bentuk lensa. posisi 0,8 - 1, 0 meter dari "base". . _ . _ . _ . _ .

21

Sumber: Eksplorasi Rinci PT. Bukit Asam Tanjung Enim

Gambar 1.6 Stratigrafi Tambang Pit 3 Barat Banko Barat

8. Iklim dan Curah Hujan

a. Iklim

Iklim yang dimiliki oleh tambang Banko Barat sama dengan iklim

yang ada di Indonesia pada umumnya. Untuk daerah tambang ini memiliki

iklim tropis basah dengan kelembaban dan temperatur yang berkisar antara

22

230C sampai dengan 36,50C. Kelembaban udara rata – rata berkisar 57%

sampai dengan 85% dengan kelembaban relatif maksimum berkisar 98%

terjadi pada pagi hari dan kelembaban relatif minimum berkisar 35%

terjadi pada siang hari. Dan memiliki dua musim yaitu musim hujan dan

musim kemarau.

b. Curah Hujan

Daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim

kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan

April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan

Oktober. Berikut adalah data curah hujan UPTE peride 2007-2013.

Tabel 1.1 Data Curah Hujan Untuk UPTE Periode 2007-2013

23

Tabel 1. 2 Data Prediksi Curah Hujan Untuk UPTE 2014

Bulan Curah Hujan (mm)

TAL MTB Banko Barat

Januari 457,9 475,4 463,6

Februari 383,3 398,2 405,4

Maret 315,4 330,8 337,2

April 463,1 398,3 454,4

Mei 363,1 364,2 329,4

Juni 142,7 148,7 133,8

Juli 157,7 153,0 170,4

Agustus 99,3 150,2 119,4

September 187,8 194,6 185,0

Oktober 317,9 297,2 276,0

November 378,5 364,1 367,5

Desember 490,3 382,7 515,5

Total 3757,0 3657,4 3757,600

Rata-Rata 313,083 304,783 313,133

Sumber : Satker Perencanaan Hidrologi PT.Bukit Asam (Persero) Tbk

9. Kualitas Batubara

Pengklasifikasian batubara bertujuan untuk mengetahui variasi mutu

atau kelas batubara. Klasifikasi batubara yang umum digunakan adalah

klasifikasi menurut ASTM (American Standard for Testing Materials).

Klasifikasi ini didasarkan atas analisa proksimat batubara, yaitu berdasarkan

derajat perubahan selama proses pembatubaraan mulai dari lignit sampai

antrasit. Untuk itu diperlukan data karbon tertambat (fixed carbon), zat

24

terbang (volatile matter) dan nilai kalor. Untuk lebih lengkapnya lihat (Tabel

I.3).

Tabel 1.3 Penggolongan Kualitas Batubara PT. BA UPTE Berdasarkan ASTM

Sumber : Satuan Kerja Eksplorasi Rinci PT. Bukit Asam Tanjung Enim

Cara pengklasifikasian batubara dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Untuk batubara dengan kandungan (VM) kurang dari 31 %, klasifikasi

didasarkan pada fixed carbon (FC), yaitu :

1) Meta anthracite coal FC > 98%

2) Anthracite coal 98% >FC>92%

Kelas Group Group Keterangan

Antrasit 1 Meta Anthracite -

2 Anthracite Suban

3 Semi-Anthracite Air Laya

Bituminus 1 Low Volatile Bituminus -

2 Medium Volatile Bituminus -

3 High Volatile Bituminus

Coal A

Air Laya

dan

Bukit Kendi

4 High Volatile Bituminus

Coal B

-

5 High Volatile Bituminus

Coal C

-

Sub-

Bituminus

1 Sub-Bituminus Coal A Air Laya

2 Sub-Bituminus Coal B Muara Tiga Besar

3 Sub-Bituminus Coal C Banko Barat

25

3) Semi anthracite coal 92%>FC>86%

4) Low volatile bituminous coal 86%>FC>78%

5) Medium volatile bituminous coal 78>FC>69%

b. Untuk batubara dengan kandungan volatile matter lebih dari 31%,

klasifikasi didasarkan atas nilai kalorinya (btu/lb), yaitu:

1) Group anthracitic coal yang mempunyai nilai kalori lebih dari 14.000

Btu/lb, antara lain:

a) Metaanthracite

b) Anthracite

c) Semianthracite

2) Group bituminous coal yang mempunyai nilai kalori antara 13.000 -

14.000 btu/lb, antara lain:

a) Low Volatile bituminous coal

b) Medium Volatile bituminous coal

c) High Volatile A bituminous coal

d) High Volatile B bituminous coal

e) High Volatile C bituminous coal

3) Group subbituminous coal yang mempunyai nilai kalori antara 8.300 -

13.000 Btu/lb, antara lain :

a) Sub Bituminous A coal

b) Sub Bituminous B coal

c) Sub Bituminous C coal

26

4) Group Lignit coal dengan nilai kalori kurang dari 8.300 Btu/lb, antara

lain:

a) Lignit

b) Brown coal

Dengan cara pengklasifikasian diatas, batubara PTBA (UPTE) secara

umum termasuk kelas sub bituminous sampai antrasit. Sedangkan klasifikasi

batubara yang dilakukan oleh PT.BA berdasarkan mine brand dan market

brand. Kualitas batubara tersebut semakin mendekati puncak dome akan

semakin baik.

Tabel 1.4 Klasifikasi Batubara Berdasarkan Market Brand

MARKET BRAND

No Tipe Batubara Typical Batubara

1 BA 55 (5400 – 5600 kkal/kg,adb) Typical 5500 kkal/kg

2 BA 59 (5800 – 600 kkal/kg,adb) Typical 5900 kkal/kg

3 BA 63 ( 6200 – 6400 kkal/kg,adb) Typical 6300 kkal/kg

4 BA 67 ( 6600 – 6800 kkal/kg, adb) Typical 6700 kkal/kg

5 BA 70 (6900 – 7100 kkal/kg, adb) Typical 7000 kkal/kg

27

C. Deskripsi Kegiatan Industri

Adapun deskripsi kegiatan industri / pekerjaan yang penulis laksanakan di

perusahan, yaitu :

D. Perencanaan Kegiatan PLI

Pelaksanaan kegiatan PLI yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan

mulai dari tanggal 07 Juli s.d 18 Agustus 2014. Untuk melaksanakan kegiatan

PLI ini dibutuhkan beberapa rencana yang nantinya akan penulis gunakan

sebagai acuan atau pedoman selama melaksanakan kegiatan di perusahaan.

Adapun rencana kegiatan yang akan penulis laksanakan selama melaksanakan

kegiatan PLI di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim yaitu:

1. Mempelajari metode penambangan kombinasi backhoe and dump truck.

Pada perencanaan kegiatan ini penulis mempelajari metode

penambangan kombinasi backhoe and dump truck, karena metode ini

No Kegiatan Minggu ke -

1 2 3 4 5

1 Orientasi lapangan

2 Pengamatan lapangan

3 Pengumpulan data

lapangan

4 Penyusunan laporan

28

merupakan metode yang di gunakan di Pit 3 Barat Banko Barat, dimana

penulis mengambil data lapangan.

2. Mempelajari perhitungan produktivitas alat gali muat dan alat angkut.

Pada perencanaan kegiatan ini penulis mempelajari perhitungan

produktivitas alat gali muat Excavator Caterpillar 345 D untuk batubara dan

produktivitas alat angkut Dump truck P 420 untuk pengangkutan batubara ke

stockpile. Untuk menghitung produktivitas alat-alat ini, penulis mengambil

data cycle time untuk alat gali muat Excavator Caterpillar 345 D dan alat

angkut Dump truck Scania P 420 yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu

di Pit 3 Barat Banko Barat.

3. Mempelajari perhitungan biaya rehandling pengangkutan batubara di

temporary stockpile

Pada kegiatan ini, penulis mempelajari dan melakukan perhitungan

biaya pengangkutan batubara ke dump hopper, pengangkutan batubara ke

temporary stockpile dan pengangkutan batubara dari temporary stockpile ke

dump hopper. Sehigga dapat menghitung biaya rehandling pengangkutan

batubara yang sebenarnya di temporary stockpile.

E. Pelaksanaan Kegiatan PLI

Kegiatan PLI terdiri dari rangkaian kegiatan yang berhubungan antara

satu dengan yang lainnya, mulai dari awal sampai pada tahap penyusunan

laporan. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Tahap Pra-PLI

29

Pada tahap ini penulis memulai kegiatan dengan mempersiapkan

berbagai hal yang diperlukan untuk mengikuti program PLI yaitu:

a. Mengikuti Coaching atau pembekalan tentang PLI.

b. Memiliki tabungan sks sebanyak 120 sks untuk program S1.

c. Meminta surat permohonan kepada koordinator PLI di jurusan sekaligus

menunjuk dosen pembimbing.

d. Membawa surat tersebut kepada Unit Hubungan Industri (UHI) untuk

pembuatan surat permohonan pelaksanaan PLI.

e. Kantor UHI membuat surat permohonan ke perusahaan/industri.

f. Penulis mengirim surat permohonan ke perusahaan/industri.

g. Perusahaan menerima penulis untuk melaksanakan PLI.

h. Penulis melapor dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing sebelum

berangkat ke perusahaan.

2) Tahap Pelaksanaan Di Lapangan

Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan dilapangan tempat

melaksanakan PLI adalah sebagai berikut:

a. Pada hari pertama, penulis melapor ke kantor Balai Diklat PT. BA

bahwa penulis akan memulai kegiatan PLI di Perusahaan.

b. Penulis diberikan pengarahan oleh petugas di kantor Balai Diklat PT.

BA tentang hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan, peraturan, hak

dan kewajiban penulis selama melaksanakan PLI di perusahaan.

30

c. Penulisan diberikan pengarahan untuk melaksanakan kegiatan Safety

Induksi ke kantor Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L).

d. Penulis melapor ke kantor satuan kerja Penambangan Swakelola dimana

penulis akan melaksanakan kegiatan PLI di kantor satuan kerja tersebut.

e. Penulis diberikan pengarahan di kantor Swakelola dan selanjutnya

bertemu supervisor / pembimbing bagi penulis selama melaksanakan

kegiatan PLI di perusahaan.

f. Penulis melakukan kegiatan orientasi lapangan ke satker lain yaitu

sebagai berikut:

1) Eksplorasi Rinci

2) Perencanaan Operasi (Renops)

3) BWE System

g. Pada hari-hari berikutnya, penulis ikut serta dalam kegiatan yang

dilakukan di kantor satuan kerja penambangan Swakelola baik itu dalam

kegiatan yang dilaksanakan di kantor maupun kegiatan yang

dilaksanakan di lapangan.

h. Penulis mulai menulis laporan kegiatan PLI selama melaksanakan

kegiatan PLI di perusahaan, dalam penulisan laporan ini penulis akan

dibimbing oleh supervisor.

31

Gambar 1.7 Tahap Penyusunan Laporan PLI

Perhitungan Biaya Rehandling Batubara Di Temporary Stockpile Pit 3 Barat

Banko Barat Pt. Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan

Lapangan

Pengumpulan Data

DATA SEKUNDER

1. Curah Hujan2. Geologi3. Literatur4. Biaya Sewa Alat

DATA PRIMER

1. Waktu Edar2. Faktor Bucket3. Waktu Hambatan

Pengolahan Data

Produktivitas dan Biaya

Alat Gali Muat Alat Angkut

Perhitungan Biaya Rehandling Batubara di Temporary

Stockpile

Kesimpulan dan Saran

32

h. Tahap Pasca PLI.

Adapun tahapan kegiatan yang harus dilakukan pasca PLI adalah

sebagai berikut:

g. Setelah selesai melaksanakan PLI penulis kembali ke kampus dan

melapor kepada dosen pembimbing bahwa baru selesai melaksanakan

kegiatan PLI.

h. Penulis menyerahkan laporan PLI dan formulir penilaian PLI kepada

dosen pembimbing.

i. Melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing tentang laporan Kerja

praktek yang telah di buat.

j. Selanjutnya penulis akan melaksanakan Desiminasi di Jurusan Teknik

Pertambangan FT-UNP.

F. Hambatan Dan Penyelesaian

Dalam pelaksanaan kegiatan Pengalaman Lapangan Industri (PLI) yang

dilakukan, ada beberapa hambatan yang dialami penulis yaitu sebagai berikut:

1. Jarak lokasi tambang tempat pengambilan data di Pit 3 Barat Banko Barat

yang cukup jauh, sehingga penulis awalnya kesulitan dalam menyesuaikan

transportasi menuju lapangan. Namun dengan berjalannya waktu, penulis

dapat menyesuaikan dan mengikuti proses tersebut.

2. Pada saat pengambil data di lapangan, beberapa kali penulis sering

menemukan keadaan lokasi tambang di Pit 3 Barat Banko Barat yang becek

33

dan licin. Karena pada malam harinya hujan turun, sehingga proses

pengambilan data tertunda karena adanya proses rawat jalan.

3. Sering terjadi kerusakan pada alat gali muat Excavator Caterpillar 345 D

untuk loading batubara, sehingga proses pengambilan data tertunda karena

adanya proses perbaikan alat.

G. Temuan Menarik

Adapun temuan menarik yang didapatkan di lapangan yaitu:

1. Sering terjadi antrian alat angkut di area penimbunan dump hopper karena

dump hopper sering mengalami kerusakan karena bongkah-bongkah batubara

yang relatif besar dan sering juga adanya batu sisipan yang berupa batubara

yang biasanya bersifat silikaan (batu pack) yang masuk.

2. Ada penambahan dump truck tipe Hino milik PT. Cakra Indo Pratama (CIP)

yang merupakan alat penunjang tambang di satuan kerja Pentam, karena alat

angkut batubara dump truck Scania milik PT. Bangun Karya Pratama Lestari

(BKPL) banyak yang mengalami breakdown, maka dump truck PT. CIP

diperbantukan agar target produksi tetap bisa tercapai.

3. Waktu kembali alat angkut selalu berbeda-beda (tidak berurutan). Misal dump

truck 400 sudah berangkat dari front dan disusul beberapa kemudian oleh

dump truck 401 dan juga berangkat dari front menuju stockpile, seharusnya

dump truck yang kembali lebih dahulu ke front adalah dump truck 400 tetapi

kenyataan dilapangan yang penulis dapat adalah yang kembali terlebih dahulu

ke front adalah dump truck 401.

34

BAB II

TOPIK BAHASAN

A. Latar Belakang Pemilihan Topik

Tambang Banko barat merupakan salah satu site di wilayah izin usaha

penambangan (IUP) unit penambangan tanjung enim (UPTE) PT. Bukit Asam

(Persero) Tbk. Sistem penambangan yang digunakan adalah tambang terbuka

dengan metode kombinasi backhoe and dump truck.

Proses penambangan batubara yang dilakukan di Pit 3 Barat, meliputi

ripping batubara, penggalian batubara, pemuatan batubara, hauling batubara, dan

dumping batubara. Pengangkutan batubara dilakukan menggunakan Dump truck

Scania P 420 menuju area penimbunan yaitu dump hopper atau temporary

stockpile. Dump hopper merupakan area penimbunan batubara dengan jarak

kurang lebih 1160 meter dari front penambangan. Sedangkan temporary

stockpile merupakan area penimbunan sementara dengan jarak kurang lebih 1500

meter dari front penambangan.

Penimbunan batubara menuju temporary stockpile dilakukan jika dump

hopper mengalami masalah. Namun, pengangkutan batubara menuju temporary

stockpile memiliki kekurangan. Pada proses ini telah membuat pekerjaan menjadi

berulang dalam hal penanganan dan pengangkutan batubara atau dalam istilahnya

”double handling/rehandling”. Sehingga dengan adanya rehandling akan

mempengaruhi biaya operasi pengangkutan batubara. Pada pemilihan topik kali

34

35

ini penulis akan membahas tentang aktivitas penambangan batubara di Pit 3

Barat Banko Barat dan lebih mengarah terhadap “Perhitungan Biaya Rehandling

Batubara di Temporary Stockpile Pit 3 Barat Banko Barat PT. Bukit Asam

(Persero) Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan”.

B. Kajian Teoritis

1. Metode Penambangan

Metode penambangan secara umum terbagi menjadi dua macam antara

lain tambang terbuka yang biasa disebut tambang permukaan (surface mining)

dan tambang dalam atau juga sering disebut tambang bawah tanah

(underground mining). Tambang terbuka biasanya dilakukan dengan cara

pengupasan overburden atau lapisan tanah penutup untuk mendapatkan

material yang telah direncanakan sebagai target produksi. Pada surface

mining, semua aktivitasnya berhubungan langsung dengan udara luar.

Sedangkan underground mining dilakukan tanpa berhubungan langsung

dengan udara luar. Kegiatan penambangannya didahului dengan pembuatan

jalan masuk tambang dan juga membuat sirkulasi udara yang sesuai dengan

kebutuhan alat dan kebutuhan manusia. Dibutuhkan perhitungan penyanggaan

yang tepat dalam pembuatan tambang dalam.

Pemilihan kedua metode tersebut di atas yaitu berdasarkan dari tingkat

teknis yang ada saat ini dan keekonomisan bahan galian tersebut apabila

dilakukan penambangan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat keekonomisan suatu tambang. Salah satunya adalah besarnya biaya

36

operasi penambangan untuk melakukan kegiatan produksi. Pengertian

produksi adalah banyaknya material yang dapat dipindahkan atau digali per

satuan waktu. Produktivitas adalah jumlah produksi per alat. Pada umumnya

kapasitas produksi dihitung berdasarkan volume (m3 atau cuyd), pada

batubara kapasitas produksi dinyatakan dalam ton. Kapasitas alat adalah

jumlah material yang dapat diisi, dimuat atau diangkut oleh suatu alat. Pabrik

pembuatan alat akan memberikan spesifikasi unit alat termasuk kapasitas

teoritisnya. Kapasitas aktual alat berkaitan erat dengan faktor pengembangan

material atau sering disebut swell factor. Hal ini disebabkan adanya

penambahan volume akibat pemberaian material insitu atau pengurangan

volume akibat pemadatan material loose.

Dalam perhitungannya, jumlah material umumnya dinyatakan dalam

volume aslinya di tempat (insitu), walaupun yang diangkut atau dimuat

sebenarnya adalah material lepas (loose). Ada tiga bentuk volume material

yang mempengaruhi perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam

bank cubic meter (BCM) yaitu volume material sebelum adanya gangguan

seperti kegiatan ripping atau penggaruan, loose cubic meter (LCM)

merupakan volume dari material setelah adanya kegiatan penggalian dan

compacted cubic meter (CCM) adalah volume dari material setelah adanya

kegiatan pemadatan. Densitas merupakan faktor penting yang menentukan

berat bahan yang digali dari alat angkut dengan kapasitas angkut dan kapasitas

gali per BCM.

37

Banyak faktor yang mempengaruhi kelancaran dari suatu proses

operasi penambangan, yaitu:

a. Kondisi Cuaca

Permasalahan akan cuaca sangat mempengaruhi efisiensi kerja, baik

operator maupun peralatan mekanis yang akan digunakan. Karena

aktivitas pada metode tambang terbuka berhubungan langsung dengan

cuaca. Contohnya pada musim penghujan, jalan utama, pengangkutan,

pemuatan dan sebagainya akan menjadi licin dan lengket sehingga akan

mempengaruhi cycle time alat angkut batubara ataupun material lainnya.

Selain itu, material yang memiliki nilai kohesivitas yang tinggi seperti

clay akan menempel pada bak dump truck sehingga pada saat dumping,

sebagian material akan teringgal dalam bak dan saat pengisian

selanjutnya material yang menempel itu akan terus berada di bak hingga

terlepas dengan sendirinya. Bila hujan terlalu deras, maka kegiatan

penambangan tidak akan dilakukan.

Pada cuaca panas, alat yang bekerja akan bergerak dengan baik,

karena jalan - jalan pengangkutan yang dilalui tidak licin dan tidak

lengket. Penggalian batubara dan tanah penutup lebih cepat, akan tetapi

jalan - jalan pengangkutan di sekitar lokasi penambangan akan menjadi

berdebu.bila terlalu berdebu maka akan menghalangi operator excavator,

bulldozer dan dump truck yang sedang beroperasi. Maka dibutuhkan

38

water tank yang berguna untuk menyiram jalan agar tidak terlalu banyak

menerbangkan debu.

b. Ketersediaan Alat

Kesediaan alat berat yang akan dioperasikan berpengaruh terhadap

kelancaran operasi penambangan yang dilakukan. Untuk menghindari

adanya hambatan operasi yang disebabkan oleh rusaknya alat, maka alat -

alat yang digunakan harus selalu diperiksa agar tidak mengalami

kerusakan pada waktu dioperasikan.

c. Efisiensi Operator

Efisiensi operator (Operator Efficiency) merupakan faktor manusia

yang menggerakkan alat-alat yang sukar untuk ditentukan efisiensinya,

secara tepat, karena selalu berubah-ubah dari hari ke hari bahkan dari jam

ke jam, tergantung dari keadaan cuaca (alam), kondisi alat yang

dikemudikannya, suasana kerja, ketinggian area kerja, dan lain-lain.

Kadang-kadang suatu perangsang dalam bentuk upah tambahan

(incentive) dapat mempertinggi efisiensi operator.

Sebenarnya efisiensi operator tidak hanya dipengaruhi oleh

kemalasan pekerjaan itu, tetapi juga karena kelambatan-kelambatan dan

hambatan-hambatan yang tak mungkin dihindari, seperti melumasi

kendaraan, mengganti suku cadang yang aus, membersihkan bagian-

bagian terpenting setelah sekian jam alat dipakai, memindahkan peralatan

ke tempat lain, tidak adanya keseimbangan antara alat-alat angkut dan

39

alat-alat muat, menunggu suatu peledakan pada daerah yang akan dilalui,

perbaikan jalan, dan lain-lain. Karena hal-hal tersebut di atas, sangat

jarang selama satu jam itu operator benar-benar bekerja penuh selama 60

menit. Berdasarkan pengalaman, maka bila operator dapat bekerja selama

50 menit dalam satu jam, ini berarti efisiensinya adalah 83%, maka hal itu

dianggap baik sekali jika alatnya menggunakan ban karet.

Jadi dalam menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan harus diingat juga efisiensi pekerja-

pekerjanya.

d. Keadaan Lapangan

Bentuk topografi suatu daerah yang akan dilakukan suatu kegiatan

pengupasan akan menentukan pada macam atau jenis alat yang digunakan

untuk pengupasan. Alat gali yang digunakan harus dapat memanfaatkan

gaya gravitasi untuk pendorongan material. Untuk penggunaan wheel

loader lebih cocok dan baik jika digunakan untuk menggali permukaan

topografi yang landai dan rata, sedangkan excavator lebih cocok

digunakan pada topografi yang curam ataupun berjenjang.

e. Efisiensi Kerja

Dalam merencanakan suatu proyek, produktivitas per jam alat

yang diperlukan adalah produktivitas standar dari alat tersebut pada

kondisi ideal dikalikan dengan faktor efisiensi kerja. Efesiensi kerja

40

tergantung faktor topografi, keahlian operator, pemilihan standar

pemeliharaan, dan sebagainya yang menyangkut operasi alat.

2. Produktivitas Peralatan Mekanis

Untuk menghitung kemampuan dari alat-alat mekanis, menurut para ahli

(Hartman, Howard L, tahun 1992) dapat digunakan persamaan sebagai

berikut:

a. Produktivitas excavator

Excavator berfungsi sebagai alat gali sekaligus memuat tanah dan

batubara ke dalam dump truck yang akan diangkut ke lokasi penimbunan.

Adapun mengenai sketsa excavator beserta bagian - bagiannya, dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Hydraulic Excavator

41

Sumber : Caterpillar Performance Handbook Edition 38

Gambar 2.2 Bagian – bagian dari Exavator

Keterangan :

A = Cab Height

B = House Width, Without Mirror

C = Track Width, Standard Shoe

D = Ground Clearance, Frame

E = Ground Clearance, Counterweight

F = Tail swing radius

G = Overall track length

H = Overall transport length

J = Shipping height

K = Length of track on ground

L = Track gauge

42

Produktivitas Excavator Cat 385 CL := × × ………….……………………………….….. (1)= × = ×Keterangan :

Q = Produksi per jam (m3/jam)

Cm = Cycle time = excavating time + swing time (loaded) +

dumping time + swing time (empty) (sec)

q = Produksi per cycle (m3)

q1 = Bucket Capacity (heaped) (m3)

K = Bucket Fill Factor

Cstd = Cycle Time Standard

Cf = Faktor Konversi

E = Efisiensi Kerja

SF = Swell Factor

b. Produktivitas Dump Truck

Dump truck merupakan alat angkut yang digunakan untuk

mengangkut material overburden maupun batubara. Adapun mengenai

sketsa dump truck beserta bagian - bagiannya, dapat dilihat pada gambar

di bawah ini.

43

Gambar 2.3 High Dump

Sumber : Caterpillar Performance Handbook Edition 38

Gambar 2.4 Sketsa High Dump

Keterangan :

A = Overall Length

B = Overall Heigth

C = Overall Width

D = Wheelbase

E = Ground Clearance, Frame

F = Loading Height

G = Ground Clearance, Counterweight

44

Produktivitas High Dump HD CAT 773F

MECmt

CP 60

; KqnC 1 ;Kq

Cn

1

1 ………………(1)

Dimana :

P = Produktivitas Alat (BCM/jam)

E = Efisiensi Kerja

M = Jumlah dump truck yang dioperasikan

C = Produksi per cycle

C1 = Kapasitas heaped dump truck

n = Jumlah cycle alat muat yang dibutuhkan untuk mengisi penuh

alat angkut

q1 = Kapasitas bucket alat muat (m3)

K = Bucket Fill Factor

Cmt= Cycle time dump truck

c. Produktivitas Buldozer

Bulldozer (alat - gali) berfungsi sebagai alat bantu bagi excavator

dalam melakukan penggalian dan pengumpulan batubara dan tanah.

Contoh gambar bulldozer. Di bawah ini adalah sketsa bulldozer beserta

bagian - bagiannya.

45

Gambar 2.5 Bulldozer

Sumber : Caterpillar Performance Handbook Edition 38

Gambar 2.6 Sketsa Bulldozer

Keterangan :

A = Overall Length

B = Overall Width

C = Overall Height

D = Max. Lift above Ground

E = Max Drop Below Ground

F = Max. Tilting Adjustment

46

A, B, C = Dimension

D, E, F = Dozer Equipment

G = Ripper Digging depth

Produktivitas Ripping Bulldozer Caterpillar D9R

RDRPRSQR

………………………………….. (1)

Keterangan :

Full time ripping (no pushing or dozing assignment)

QR = Produktivitas Ripping per Cycle (BCM)

RS = Spasi Ripping

RP = Penetrasi Ripper

RD = Jarak Ripping

Cmt = Cycle Time

P = Produksi ripping per jam

3. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

a. Pola Pemuatan

Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan

operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi

bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali-muat

sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat angkut terisi penuh

Cmt

hrsQRP

/3600

47

segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak

terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali - muatnya. Pola

pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan

berdasarkan posisi back hoe terhadap front penggalian dan posisi dump

truck terhadap back hoe. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan seperti

berikut ini :

1) Berdasarkan pada posisi alat gali muat

a) Top Loading

Yaitu kedudukan alat gali muat lebih tinggi dari alat angkut

dimana alat gali muat berada di atas tumpukan material atau berada

di atas jenjang.

Gambar 2.7 Pola Pemuatan Top Loading

b) Bottom Loading

Pola pemuatan dimana alat gali muat dan alat angkut terletak

pada satu ketinggian yang sama.

48

Gambar 2.8 Pola Pemuatan Bottom Loading

2) Berdasarkan penempatan posisi alat angkut

a) Single back up

Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuat pada satu

tempat dan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama

dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat

maka alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati dan

seterusnya.

b) Double back up

Yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada dua

tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat

angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang

sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua

diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama

dengan alat angkut pertama dan seterusnya.

3) Berdasarkan Posisi Pemuatan

49

a) Frontal Cut

Pada pola ini back hoe memuat pertama pada dump truck

sebelah kanan sampai penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan

pada dump truck sebelah kiri.

b) Parallel Cut With Turn Drive By

Back hoe bergerak melintang dan sejajar dengan front

penggalian. Pola ini digunakan bila lokasi pemuatan berdekatan

dengan lokasi penimbunan.

b. Lebar jalan angkut

Jalan angkut pada lokasi tambang sangat mempengaruhi kelancaran

operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Beberapa

geometri yang perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan

gangguan/hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan

pengangkutan. Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada lebar

kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut yang

digunakan maka operasi pangangkutan akan semakin aman dan lancar.

1) Lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus

2) Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih

menurut “AASHTO Manual Rural High-Way Design” adalah:

L = n. Wt + (n + 1) (0,5. Wt)

Keterangan :

50

L = Lebar jalan angkut minimum (meter)

n = Jumlah jalur

Wt = Lebar truk jungkit (meter)

3) Lebar jalan angkut minimum pada tikungan.

Lebar jalan angkut minimum pada tikungan selalu lebih besar

daripada jalan angkut pada jalan lurus. Rumus yang digunakan untuk

menghitung lebar jalan angkut minimum pada belokan adalah:

W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C

C = Z = ½ (U + Fa + Fb)

Keterangan :

U = Jarak jejak terluar roda depan dengan jejak terluar

roda belakang kendaraan (meter)

Fa = Jarak roda depan dengan sisi samping terluar dump

truck dikalikan sinus sudut penyimpangan roda,

meter

Fb = Jarak roda belakang dengan sisi samping terluar

dump truck dikalikan sinus sudut penyimpangan

roda, meter

Z = Jarak sisi luar dump truck ke tepi jalan, meter

C = Jarak antara dua dump truck yang akan

bersimpangan, meter

51

c. Faktor Material.

Lapisan tanah penutup (overburden) adalah semua lapisan

tanah/batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan

galian berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat

menggali bahan galian berharga tersebut. Lapisan tanah penutup

(overburden) yang dapat ditemui umumnya dikelompokkan menjadi

beberapa sifat yaitu :

1) Material yang sangat mudah digali (sangat lunak)

a) Material yang mengandung sedikit air, misalnya pasir, tanah biasa,

kerikil, campuran pasir dengan tanah biasa.

b) material yang banyak mengandung air, misalnya pasir lempungan,

lempung pasiran, lumpur dan pasir yang banyak mengandung air.

2) Material yang lebih keras (lunak)

Misalnya tanah biasa yang bercampur kerikil, pasir yang

bercampur dengan kerikil, pasir yang kasar.

3) Material yang setengah keras (sedang)

Misalnya batubara, shale (clay yang sudah mulai kompak),

batuan kerikil yang mengalami sedimentasi dan pengompakan, batuan

beku yang sudah mulai lapuk, dan batuan - batuan beku yang

mengalami banyak rekahan.

4) Material yang keras

52

Misalnya sandstone, limestone, slate, vulcanic tuff, batuan beku

yang mulai lapuk, mineral - mineral penyusun batuan yang telah

mengalami sementasi dan pengompakan.

5) Material sangat keras

Misalnya batuan-batuan beku dan batuan - batuan metamorf,

contohnya granit, andesit, slate, kwarsit dan sebagainya.

d. Faktor Isian Bucket

Faktor isian mangkuk (bucket fill factor) adalah presentase volume

yang sesuai atau sesungguhnya dapat disikan ke dalam bak (vessel) truk

dibandingkan dengan kapasitas teoritisnya. Suatu bak (vessel) truk yang

mempunyai faktor isi 87%, artinya 13% volume vessel itu tidak dapat diisi.

Mangkuk (bucket) dari excavator memiliki faktor isi lebih dari 100%

karena dapat diisi munjung (heaped).=Keterangan :

Ft = Faktor isian

Vn = Kapasitas nyata mangkuk alat gali-muat, m3

Vs = Kapasitas baku mangkuk alat gali muat, m3.

e. Waktu Edar (Cycle time).

Waktu edar (cycle time) merupakan waktu yang diperlukan alat mulai

dari aktivitas pengisian atau pemuatan (loading). Pengangkutan (hauling)

53

untuk truk dan sejenisnya atau swing untuk bakchoe dan shovel,

pengosongan (dumping), kembali kosong dan mempersiapkan posisi

(manuver) untuk diisi atau dimuat. Disamping aktivitas-aktivitas tersebut

terdapat pula waktu menunggu (delay time) bila terjadi antrian untuk

mengisi atau memuat. Komponen waktu edar (cycle time) untuk alat

dorong, misalnya bulldozer adalah waktu dorong material sampai jarak

tertentu, waktu kembali mundur, manuver, maupun siap dorong kembali.

Waktu edar (cycle time) terdiri dari dua jenis, yaitu waktu tetap (fixed

time) dan waktu variabel (variable time). Jadi waktu edar total adalah

penjumlahan waktu tetap dan waktu variabel. Yang termasuk ke dalam

waktu tetap adalah waktu pengisian adalah waktu pengisian atau pemuatan

termasuk manuver dan menunggu, waktu pengosongan muatan, waktu

membelok dan mengganti gigi dan percepatan, sedangkan waktu variabel

adalah waktu mengangkut muatan dan kembali kosong.

1) Waktu edar alat gali-muat

Waktu edar alat gali muat dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ctgm = Tg+ Tsi+ Tt+ Tsk ......................................................... (5)

Keterangan :

Ctgm= waktu edar alat gali-muat (s)

Tg= waktu menggali material (s)

54

Tsi= waktu putar dengan bucket terisi/swing isi (s)

Tt= waktu menumpahkan muatan (s)

Tsk=waktu putar dengan bucket kosong/swing kosong (s)

2) Waktu edar alat angkut

Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Cta = Tl + Tai+ Tmd + Td+ Tkk + Tml ..................................... (5)

Keterangan :

Cta = waktu edar alat angkut (menit)

Tl= waktu diisi muatan/loading (s)

Tai= waktu mengangkut muatan/angkut isi (s)

Tmd = waktu mengambil posisi penumpahan(s)

Td = waktu pengosongan muatan/dumping (s)

Tkk= waktu kembali kosong/kembali kosong (s)

Tml= waktu mengambil posisi pengisian/manuver loading (s)

f. Keserasian Kerja

Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali muat

dan alat angkut, maka produktivitas alat gali muat harus sesuai dengan

produktivitas alat angkut. Faktor keserasian alat gali muat dan alat angkut

didasarkan pada produktivitas alat gali muat dan produktivitas alat angkut,

55

yang dinyatakan dalam Match Factor (MF). Secara perhitungan teoritis,

prduktivitas alat gali muat haruslah sama dengan prduktivitas alat angkut,

sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali muat mempunyai

nilai satu, yaitu :

Produksi alat gali muat = jumlah alat angkut yang beroperasi perjam.

MF =N mxCT a

N axCT m …………………………………………….….. (5)

Keterangan :

MF = Faktor keserasian kerja alat mekanis

CTm = Waktu edar alat muat

CTa = Waktu edar alat angkut

Na = Jumlah alat angkut

Nm = Jumlah alat muat

Bila hasil perhitungan diperoleh :

1) MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedangkan alat

angkut bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat

karena menunggu alat angkut yang belum datang.

2) MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak

terjadi waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.

3) MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut

bekerja <100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

56

g. Kesediaan Alat dan Penggunaan Alat

Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari kebutuhan alat gali-

muat dan alat angkut yang diinginkan dalam operasi penambangan adalah

masalah kesediaan alat. Ketersediaan alat adalah faktor yang menunjukkan

kondisi alat-alat mekanis dalam melakukan pekerjaan dengan

memperhatikan kehilangan waktu selama kerja. Kondisi peralatan mekanis

dibagi menjadi :

1) Kondisi peralatan 90% - 100%

Berlaku untuk peralatan baru dan siap pakai, kemampuan

minimal 70% dan belum mengalami perbaikan apapun serta dalam

keadaan lengkap.

2) Kondisi peralatan 70% - 89%

Berlaku untuk peralatan lama yang dalam keadaan yang siap

beroperasi dengan kemampuan minimal 70% namun sudah dipakai

lebih dari satu tahun atau seribu jam kerja.

3) Kondisi peralatan 50% - 69%

Peralatan yang dalam keadaan rusak ringan operasi.

Kemampuan alatnya minimal 60% dan sudah dioperasikaan lebih dari

dua tahun atau tiga ribu jam kerja. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh :

a) Kesediaan Mekanis (mechanical avaibility)

57

Faktor yang menunjukkan kesediaan alat dalam melakukan

pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu untuk

memperbaiki mesin, peralatan dan alasan mekanis lainnya.MA = x100%............................................ (7)

Keterangan :

W = working hours, yaitu jam kerja yang dibebankan kepada

operator (alat dalam kondisi siap dioperasikaan)

R = repairs hours, yaitu jumlah jam untuk perbaikan dan waktu

yang hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu

untuk penyediaan suku cadang serta untuk perawatan preventif.

b) Kesediaan Fisik (physical availability)

Faktor yang menunjukkan kesediaan alat untuk melakukan

kerja dengan memperhitungkan waktu yang hilang karena

rusaknya jalan, faktor cuaca dan lainnya.PA = x100%......................................................(1)

Keterangan :

S = standby hours, yaitu jumlah kerja alat yang tidak

dioperasikan pada hal alat tersebut tidak rusak dan siap

beroperasi.

W + R + S= scheduled hours, yaitu jumlah seluruh jam kerja

dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.

58

4. Biaya Produksi Alat Mekanis

Pengertian biaya atau cost adalah semua pengeluaran yang dapat

diukur dengan uang baik yang telah , sedang maupun yang akan dikeluarkan

untuk menghasilkan suatu produk.

Untuk menentukan biaya alat yang diperlukan dalam suatu operasi

yang menggunakan alat-alat mekanis, perlu diperhitungkan biaya tetap dan

biaya variabel pada alat tersebut. Biaya tetap merupakan biaya kepemilikan

dan biaya variable pada alat merupakan biaya operasi alat.

a. Biaya kepemilikan ( Owning Cost )

Biaya tetap alat merupakan biaya produksi alat yang termasuk

kedalam satu komponen biaya kepemilikan yang dikeluarkan untuk

keperluan pemilikan alat, yang dipergunakan untuk kegiatan operasional

penambangan.

Biaya ini harus diusahakan untuk bias kembali dalam jangka waktu

tertentu dengan cara memperoleh produksi dari peralatan tersebut. Biaya

kepemilikan bertambah tanpa memperdulikan terpakai atau tidaknya alat

tersebut, sehingga alat tersebut harus dimanfaatkan semaksimal

mungkin. Biaya ini adalah jumlah antara biaya penyusutan alat

(depresiasi) dan bunga modal (interest), asuransi (insurance), dan pajak

(taxes .

59

b. Biaya Operasi ( Operating Cost )

Biaya operasi alat adalah biaya yang berkaitan dengan

pengoperasian suatu peralatan. Biaya operasi hanya terjadi saat

peralatan tersebut digunakan , sehingga biaya operasi tidak akan

dikeluarkan bila alat dalam keadaan tidak beroperasi. Biaya ini meliputi

biaya bahan bakar, biaya pergantian ban ( untuk alat beroda ban ), biaya

perlengkapan khusus (untuk alat yang dilengkapi dengan perlengkapan

khusus seperti ripper tip, blade buldozer, dll), biaya reparasi,biaya roda

rantai, dan biaya operator.

C. Proses Pelaksanaan Kegiatan/Produksi

Kegiatan penambangan yang dilakukan pada tambang Banko Barat Pit 3

Barat adalah dengan menggunakan kombinasi backhoe and dump truck. Pada

proses penambangan, penggalian batubara dilakukan dengan menggunakan

excavator backhoe, untuk pengangkutan tanah penutup menggunakan alat angkut

dump truck Caterpillar 773E sedangkan untuk mengangkut batubara

menggunakan alat angkut dump truck SCANIA P 420. Adapun akitivitas

penambangan tambang Banko Barat Pit 3 Barat yaitu sebagai berikut :

1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pembabatan adalah kegiatan pembersihan front kerja atau tempat kerja

dari tumbuh – tumbuhan baik itu semak belukar, pepohonan dan tumbuhan

yang lainnya yang dapat mengganggu proses penambangan atau mengganggu

alat – alat mekanis yang bekerja pada lokasi penambangan. Kegiatan land

60

clearing dilakukan menggunakan alat mekanis berupa bulldozer D8R.

Persiapan kegiatan land clearing harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Lahan yang akan di land clearing terlebih dahulu telah di survei dan

bebas dari kemungkinan sengketa karena belum diselesaikan proses

tanam tumbuh.

b. Apabila terdapat pohon dengan diameter ≥ 30cm dan kuantitas pohon

cukup banyak maka disarankan menggunakan fasilitas chain saw terlebih

dahulu.

c. Apabila telah selesai proses penebangan pohon dengan chain saw

selanjutnya digunakan bulldozer untuk tahap final land clearing.

d. Dalam proses land clearing bulldozer tidak diperbolehkan memotong

tanah terlalu dalam yang akan mengakibatkan berkurangnya lapisan top

soil.

e. Material (pohon dan sejenisnya) yang di land clearing sedapat mungkin

harus dikumpulkan ke dalam satu tempat untuk memudahkan proses

pemindahan.

f. Luas area yang di land clearing harus mematuhi batas yang telah

dikeluarkan dalam boundary design yang dikeluarkan departemen

perencanaan. Di bawah ini adalah kegiatan land clearing (Gambar 2.9).

61

Gambar 2.9 Kegiatan Land Clearing

2. Perintisan (Pionering)

Perintisan merupakan kegiatan lanjutan dari land clearing berupa

pembuatan jalan angkut dan meratakan front kerja agar alat–alat mekanis

leluasa beroperasi. Biasanya alat mekanis yang digunakan adalah bulldozer

Caterpillar D9R. Untuk lebih jelasnya lihat (Gambar 2.10).

Gambar 2.10 Kegiatan Perintisan

3. Pembongkaran (loosening)

Pembongkaran (ripping) merupakan proses pemberaian lapisan tanah

penutup, batuan induk yang menutupi batubara dan juga lapisan batubara

62

sehingga alat muat atau excavator mudah untuk melakukan kegiatan

loading. Untuk lebih jelas lihat (Gambar 2.11).

Gambar 2.11 Kegiatan Pembongkaran

Proses pembongkaran pada Tambang Banko Barat Pit 3 barat

dilakukan dengan menggunakan alat mekanis yaitu bulldozer Caterpillar D9R.

Berikut adalah gambar bulldozer Caterpillar D9R (Gambar 2.12).

Gambar 2.12 Bulldozer Caterpillar D9R

63

4. Penggalian (digging) dan Pemuatan (Loading)

Alat gali-muat yang digunakan pada Tambang Banko Barat Pit 3 barat

ini yaitu hydraulic excavator Caterpillar 385 C untuk kegiatan penggalian

dan pemuatan overburden dan hydraulic excavator Caterpillar 345 D untuk

kegiatan penggalian dan pemuatan batubara. Untuk selengkapnya gambar

excavator Caterpillar 385C lihat (Gambar 2.13).

Gambar 2.13 Excavator Caterpillar 385 C

Kegiatan penggalian merupakan kegiatan pemecahan atau

pemberaianmaterial (yang telah dibongkar oleh ripping ataupun yang belum)

baik lapisan tanah penutup (overburden) ataupun batubara agar mudah untuk

dimuat dan diangkut ke dumping area (baik ke inside dump, outside dump,

temporary stockpile maupun ke dump hopper) sesuai dengan kebutuhan.

Sedangkan kegiatan pemuatan (loading) adalah suatu proses pengisian

batubara maupun tanah penutup yang sudah terberai dan terpisah dari batuan

64

induknya ke dalam alat angkut . Untuk kegiatan pemuatan material lihat

(Gambar 2.14).

(a)

(b)

Gambar 2.14 Pemuatan (a) Overburden (b) Batubara

5. Pengangkutan (Hauling)

Kegiatan ini adalah suatu proses pemindahan batubara maupun

overburden dari loading point menuju area penimbunan disposal (untuk

overburden) dan stockpile (untuk batubara) dengan menggunakan alat angkut

65

dump truck. Dump truck yang digunakan dalam proses pengangkutan

overburden dan top soil pada Tambang Banko Barat adalah Dumptruck HD

Caterpillar773F. Sedangkan untuk pengangkutan batubara dilakukan dengan

menggunakan Dump Truck Scania P420 menuju temporary stockpile atau

langsung menuju ke dump hopper yang langsung ditimbang dan dibawa ke

stockpile dan selanjutnya langsung dimuat ke kereta api. Lebih lengkapnya

ditunjukkan pada (Gambar 2.15).

(a)

(b)

Gambar 2.15 Pengangkutan (a) Overburden (b) Batubara

66

6. Penimbunan (Dumping)

Kegiatan penimbunan (dumping) merupakan kegiatan untuk

meletakkan material baik lapisan penutup (overburden) maupun batubara ke

area penimbunan yang telah ditetapkan. Area penimbunan disposal untuk

overburden pada Tambang Banko Barat Pit 3 barat berjarak kurang lebih 1,4

kilometer dari front penambangan, saat ini penimbunan berada di Pit 3 Barat

karena lokasi di Pit 3 Barat sudah final dan akan direklamasi. Untuk lebih

rincinya, lokasi penimbunannya dapat dilihat pada (Gambar 2.16).

Gambar 2.16 Lokasi Penimbunan Disposal Barat Selatan

Area penimbunan batubara sementara (temporary stockpile) tambang

Banko Barat Pit 3 barat untuk batubara berjarak kurang lebih 1,5 km dari front

penambangan batubara. Untuk sejelasnya dapat dilihat pada (Gambar 2.17)

67

Gambar 2.17 Temporary stockpile Batubara

Adapun beberapa hal yang menyebabkan kenapa batubara harus

ditumpuk ke temporary stockpile Banko Barat, contoh sebagai berikut :

a. Terjadi kerusakkan mekanis di Hopper Dump Station Unit,

b. Terjadi kerusakkan mekanis pada belt conveyor angkut batubara menuju

Stockpile

c. Produksi batubara melebihi daya tampung Dump Hopper

d. Kapasitas batubara di stock pile sudah melewati batas yang ditentukan

e. Kebutuhan percepatan penggalian di front kerja batubara, biasanya karena

; kebutuhan target, dan antisipasi turun hujan.

Bila dilihat dari segi teknis dan biaya penyediaan lahan temporary stock

ini sebetulnya mempunyai kekurangan. Pada proses ini dengan sendirinya

telah membuat pekerjaan menjadi berulang dalam hal penanganan dan

pengangkutan batubara atau dalam istilahnya ”double handling/rehandling”.

Area penimbunan dump hopper berjarak kurang lebih 1,16 km dari area

penambangan batubara tambang Banko Barat Pit 3 Barat. Area penimbunan

batubara ini disebut dengan TLS 3 (Train Loading Station 3) dari keseluruhan

68

tambang yang ada di UPTE. Untuk sistem dumping batubara, Scania P420

mencurahkan batubaranya ke jalur berongga yang akan langsung masuk ke

feeder breaker. Selengkapnya pada (Gambar 2.18).

Gambar 2.18 Jalur Berongga Pada Dump hopper

Pada area penimbunan ini, batubara langsung langsung dimasukkan ke

alat peremuk dan ditimbang dengan precision weight scale lalu melewati

metal detector dan magnetic separator lalu dicurahkan. Selanjutnya dibawa

dengan conveyor dan dicurahkan kembali ke dalam kereta api yang akan

langsung dibawa ke Tarahan ataupun Tanjung Siapi-Api.

Sering kali dump hopper ini mengalami kerusakan karena bongkah-

bongkah batubara yang relatif besar dan sering juga adanya batu sisipan yang

berupa batubara yang biasanya bersifat silikaan (batu pack) yang masuk.

Sehingga bila sedang mengalami kerusakan maka dapat menghambat proses

penimbunan. Batu pack berwarna seperti batubara namun memiliki densitas

yang relatif besar. Jelasnya lihat (Gambar 2.19)

69

Gambar 2.19 Silisified Coal

Lebih jelasnya kegiatan penanganan batubara pada Pit 3 Barat Banko

Barat dapat dilihat pada flow chart seperti pada (Gambar 2.20).

Sumber : Satker Penanganan dan Angkutan Batubara PT.BA UPTE

Gambar 2.20 Flow Chart Penanganan Batubara Banko Barat

Feeder Breaker-01 berkapasitas 750 ton per jam, Feeder Breaker-02

memiliki kapasitas yang sama dengan FB-01 yaitu sebesar 750 ton per jam.

70

Selain itu cola conveyor juga memiliki kapasitas yang beragam. CC-01 dan

CC-02 memiliki kapasaitas yang sama dengan FB yaitu sebesar 750 ton per

jam. Lalu CC-03, CC-04, CC-05, dan CC-06 berkapasitas 1500 ton per jam.

Pada CC-03 terdapat tiga lubang tempat tercurahnya batubara. Dari

ketiga pencurah tersebut, hanya satu pencurah yang paling ujung yang bisa

berfungsi. Sedangkan dua sisanya dalam keadaan rusak.

Untuk ukuran butir batubara, maksimal 20 cm yang bisa masuk ke belt

conveyor atau coal conveyor. Setiap coal conveyor memiliki spesifikasi

masing-masing. Selengkapnya lihat pada (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Spesifikasi Tiap Coal Conveyor

Sumber : Satker Penanganan dan Angkutan Batubara PTBA UPTE

FB-01 FB-02 CC-01 CC-02 CC-03 CC-04 CC-05 CC-06Capacity 750 tph 750 tph 750 tph 750 tph 1,500 tph 1,500 tph 1,500 tph 1,500 tphBelt Width - - 1,200mm 1,200mm 1,200mm 1,200mm 1,200mm 1,200mmBelt Type - - EP 630 / 4 ly EP 630 / 4 ly EP 630 / 4 ly EP 630 / 4 ly ST-1000 EP 630 / 4 lySpeed 0.36 m/s 0.36 m/s 1.88 m/s 1.88 m/s 3.76 m/s 3.76 m/s 3.76 m/s 3.76 m/sPulley CRS (horiz) - - 85.77 m 82.54 m 213.95 m 404.1 m 2,062.053 m 1,097.237 mConveyor Lift - - 6.9 m 6.9 m 21.362 m 2.016 m 15.0 m 12.5 mBelt Trough Angle - - 350 350 350 350 350 350

Drive Power 150 Kw 150 Kw 55 Kw 55 Kw 225 Kw 150 Kw 500 Kw 300 KwTake-Up Type - - GRAVITY GRAVITY GRAVITY GRAVITY GRAVITY GRAVITYConveyor length - - 87.70 m 82.50 m 213.95 m 400 m 2,062 m 1,097.23 mCarrying Idler - - 73 set 70 set 154 set 274 set 1419 set 745 setReturn Idler - - 26 set 25 set 94 set 131 set 980 set 390 setImpact Idler - - 6 set 6 set 6 set 6 set 6 set 6 set

71

D. Pembahasan /Analisis

1. Penambangan Swakelola

Penambangan swakelola adalah bentuk kerjasama antara PT. Bukit

Asam dengan kontraktor untuk jasa penambangan. Swakelola B2 bekerja

sama dengan PT. BKPL( Bangun Karya Pratama Lestari ) yaitu pekerjaan

pengadaan jasa sewa alat berat untuk pemindahan tanah dan penggalian

batubara di Pit 3 Barat Bangko Barat. Secara garis besar kerjasama ini

berisikan nilai kontrak, lama waktu pekerjaan dan total material.

Setiap awal bulan dilakukan rapat koordinasi bulanan antar satuan kerja

swakelola, perencanaan operasi harian dan administrasi (POHA), perencanaan

operasional (Renops), pemetaan dan kartografi, eksplorasi rinci, penunjang

tambang, dan pengelolaan lingkungan, K3L dan kontraktor PT. BKPL

(Bangun Karya Pratama Lestari). Rapat bulanan tersebut mengevaluasi

produksi bulanan sebelumnya, kinerja kontraktor, produktivitas alat berat dan

dump truck serta menentukan target penggallian overburden, interburden dan

batubara serta peta rencana galian dan timbunan yang menjadi acuan untuk

bulan selanjutnya.

2. Kegiatan Penambangan Pit 3 Barat Banko Barat

Kegiatan penambangan yang dilakukan pada tambang Banko Barat

Pit 3 Barat khususnya swakelola B2, bekerjasama dengan PT.BKPL (Bangun

Karya Pratama Lestari) menggunakan system penambangan backhoe and

dump truck. Sistem penambangan sovel and truck meliputi kegiatan

72

penggalian overburden/interburden, pengangkutan overburden/interburden,

penggalian batubara serta pengangkutan batubara.

Kegiatan penambangan batubara meliputi ripping batubara, penggalian

batubara, pemuatan batubara, hauling batubara, dumping batubara. Di satuan

kerja B2 pit 3 barat Banko Barat kegiatan ripping batubara menggunakan

Buldozzer Caterpillar D8R (Gambar 2.21). Setelah kegiatan ripping batubara,

penggalian dan pemuatan batubara dilakukan dengan menggunakan Excavator

345C ( Gambar 2.22).

Gambar 2.21 Ripping dengan Bulldozer

Gambar 2.22 Penggalian Batubara dengan Excavator Caterpillar 345 D

73

Untuk kegiatan pengangkutan (hauling) batubara menuju stockpile

menggunakan alat alat angkut Dump truck Scania P420 (Gambar 2.23).

Setelah kegiatan pengangkutan, kegiatan selanjutnya adalah kegiatan

Dumping (penimbunan) yang berada di stockpile yaitu Dump hopper dan

Temporary stockpile .

Gambar 2.23 Pengangkutan Batubara

3. Perhitungan Produktivitas Alat Muat dan Alat Angkut Pit 3 Barat Banko

Barat

Untuk mengetahui dan memperkirakan produktivitas dari kedua alat

mekanis ini, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :

a. Produktivitas alat gali muat Excavator Caterpillar 345 D dan Excavator

Caterpillar 385 C untuk batubara.

1) Excavator Caterpillar 345 D3600

74

Diketahui :

Ct = 20,433 detik (Lampiran A)

Kb = 2 BCM (Lampiran G)

Fill factor bucket = 1,1 (Lampiran E)

Swell factor = 0,74 (Lampiran F)

Eff = 0,7315 (Lampiran K)

= 3600 × = 360020,433 × 2 1,1 0,74 0,7315 = 209,816 bcm /jam

Maka, Produktivitas alat gali muat Excavator Caterpillar 345 D

untuk batubara dengan density 1,26 ton/m3 yaitu 209,816x1,26 =, / .

2) Excavator Caterpillar 385 C

= 3600 × Diketahui :

Ct = 22,467 detik (Lampiran B)

Kb = 4,66 BCM (Lampiran G)

Fill factor bucket = 1,1 (Lampiran E)

Swell factor = 0,74 (Lampiran F)

Eff = 0,7315 (Lampiran K)

75

= 3600 × = 360022,467 × 4,66 1,1 0,74 0,7315 = 444,612 bcm /jam

Maka, Produktivitas alat gali muat Excavator Caterpillar 385 C

untuk batubara dengan density 1,26 ton/m3 yaitu 444,612x1,26 =560,211 / .

b. Produktivitas Alat Angkut Dump truck SCANIA P 420 untuk Batubara

1) Produktivitas Alat Angkut Dump Truck Scania P 420 ke Dump hopper

= 3600 × Diketahui :

Ct = 1259,7 Detik (Lampiran C)

n = 10

Kb = 2 BCM (Lampiran G)

Ff = 1,1 (Lampiran E)

Sf = 0,74 (Lampiran F)

Eff = 0,7363 (Lampiran K)

= 3600 ×

76

= 36001259,7 × 10 2 1,1 0,74 0,7363= 34,256 /Maka, Produktivitas Alat Angkut Dump truck Scania P420 untuk

batubara yang memiliki jarak 1160 meter dengan density 1,26 ton/m3

yaitu 34,256 1,26 = , / .

2) Produktivitas Alat Angkut Dump truck Scania P 420 ke Temporary

stockpile

= 3600 × Diketahui :

Ct = 1014,9 Detik (Lampiran D)

n = 10

Kb = 2 BCM (Lampiran G)

Ff = 1,1 (Lampiran E)

Sf = 0,74 (Lampiran F)

Eff = 0,7363 (Lampiran K)

= 3600 × = 36001014,9 × 10 2 1,1 0,74 0,7363= 42, 519 /

77

Maka, Produktivitas Alat Angkut Scania P 420 untuk batubara yang

memiliki jarak 1500 meter dengan density 1,26 ton/m3 yaitu42,519 1,26 = , /c. Perhitungan keserasian kerja (Match Factor) alat gali muat dan alat angkut

untuk batubara.

1) Excavator PC 345 D dengan Scania P 420 ke Dump Hopper

MF =N mxCT a

N axCT m

Diketahui :

Jumlah Dump Truck Scania P420 6 unit

Jumlah Alat Gali Muat Excavator Caterpillar 345 D 1 unit

Waktu edar alat gali Muat Excavator Caterpillar 345 D = 20,433 detik

(Lampiran A)

Waktu edar Dump Truck = 935,7 second (Lampiran C)

= (20,433 sec 10) 6935,7 1= 1,31Jadi, nilai dari Match Factor untuk keserasian antara alat gali muat dan

alat angkut untuk Batubara ke Dump hopper adalah 1,31. Secara aktual

karena MF > 1 maka terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

78

2) Excavator PC 345 D dengan Scania P420 ke Temporary Stockpile

MF =N mxCT a

N axCT m

Diketahui :

Jumlah Dump Truck Scania P420 6 unit

Jumlah Alat Gali Muat Excavator Caterpillar 345 D 1 unit

Waktu edar alat gali Muat Excavator Caterpillar 345 D = 20,433 detik

(Lampiran A)

Waktu edar Dump Truck = 1014,9 detik (Lampiran D)MF = ( , ) ,MF = 1,20Jadi, nilai dari Match Factor untuk keserasian antara alat gali muat dan

alat angkut untuk Batubara ke temporary stockpile adalah 1,20. Secara

aktual karena MF > 1 maka terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

4. Perhitungan biaya Rehandling di Temporary Stockpile

a. Biaya pengangkutan batubara dari front ke Dump hopper

1) Excavator Caterpillar 345 D

Biaya sewa = Rp.799.549,00 /jam (Lampiran H )

Untuk 1 unit = 1 x Rp. 799.549,00/jam

79

= Rp. 799.549,00/jam

Produktivitas Excavator = 264,368 ton/jam

Biaya Rp/ton = / /

=Rp.799.549,00/jam264,368ton/jam= Rp. 3.024,378 /ton.

2) Dump Truck Scania P 420 ( Jarak angkut 1160 meter )

Biaya tarif angkutan batubara = Rp. 5.902,00/ton ( Lampiran I )

Untuk 6 unit = 6 x Rp. 5.902,00/ton

= Rp. 35.412,00/ton.

3) Buldozer D9R

Biaya sewa = Rp. 1.695.437,00/ jam ( Lampiran H )

Untuk 1 unit = 1 x Rp. 1.695.437,00/ jam

= Rp. 799.549,00/jam

Produktivitas Buldozer = 1.502,487 ton/jam ( Lampiran G )

Biaya Rp/ton = / /

=Rp.1.695.437,00/jam1.502,487ton/jam= Rp.1.128,420 /ton.

Total biaya pengangkutan batubara dari front ke dump hopper

= Rp. 3.024,378 /ton + Rp. 35.412,00/ton + Rp.1.128,420 /ton.

= Rp. 39.564,798 /ton.

80

b. Biaya pengangkutan batubara dari front ke Temporary stockpile

1) Excavator Caterpillar 345 D

Biaya sewa = Rp. 799.549,00 /jam ( Lampiran H)

Untuk 1 unit = 1 x Rp. 799.549,00/jam

= Rp. 799.549,00/jam

Produktivitas Excavator = 264,368 ton/jam

Biaya Rp/ton = / /

=Rp.799.549,00/jam264,368ton/jam= Rp. 3.024,378 /ton.

2) Dump Truck Scania P 420 ( Jarak angkut 1500 meter )

Biaya tarif angkutan batubara = Rp. 6.243,00 /ton ( Lampiran I )

Untuk 6 unit = 6 x Rp. 6.243,00 /ton

= Rp. 37.458,00 /ton.

3) Buldozer D9R

Biaya sewa = Rp. 1.695.437,00/ jam ( Lampiran H )

Untuk 1 unit = 1 x Rp. 1.695.437,00/ jam

= Rp. 1.695.437,00/ jam

Produktivitas Buldozer = 1.502,487 ton/jam ( Lampiran G )

Biaya Rp/ton = / /

=Rp.1.695.437,00/jam1.502,487ton/jam

81

= Rp.1.128,420 /ton.

Total biaya pengangkutan batubara dari front ke Temporary stockpile

= Rp. 3.024,378 /ton + Rp. 37.458,00 /ton + Rp.1.128,420 /ton.

= Rp. 41.610,798 /ton

c. Biaya Rehandling (Biaya pengangkutan batubara dari Temporary

stockpile ke Dump hopper)

1) Wheel Loader WA 500

Biaya sewa = Rp. 450.000,00 /jam ( Lampiran H)

Untuk 2 unit = 2 x Rp. 450.000,00 /jam

= Rp. 900.000,00 /jam

Produktivitas Wheel Loader = 264,368 ton/jam

Biaya Rp/ton = / /

= . . , / , /= Rp. 3.404,345 /ton.

2) Dump Truck CWB

Biaya tarif angkutan batubara = Rp. 2.133,33/ton ( Lampiran J )

Untuk 8 unit = 8 x Rp. 2.133,33/ton

= Rp.17.066,64 /ton.

82

Total biaya pengangkutan batubara dari Temporary stockpile ke Dump

hopper

= Rp. 3.404,345 /ton + Rp. 17.066,64 /ton

= Rp. 20.470,985 /ton

Jadi, biaya rehandling ( pengangkutan kembali) batubara di

Temporary stockpile merupakan biaya loading dan hauling yang ada di

temporary stockpile. Berdasarkan perhitungan diatas, maka biaya

rehandling yang didapat adalah Rp. 20.470,985 /ton.

83

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Aktivitas penambangan batubara di Pit 3 Barat Banko Barat PT.Bukit Asam

(Persero) Tbk Tanjung Enim adalah dengan menggunakan backhoe and dump

truck.

2. Dari hasil perhitungan di lapangan didapatkan hasil waktu edar alat gali muat

Excavator Caterpillar 345D adalah 20,433 detik untuk batubara.

3. Dari hasil perhitungan di lapangan juga didapatkan hasil waktu edar alat

angkut Dump Truck Scania P420 menuju dump hopper adalah 20,995 menit,

sedangkan menuju temporary stockpile adalah 16,915 menit.

4. Produktivitas dari alat gali muat Excavator Caterpillar 345 D yaitu 264,368

ton/jam untuk batubara.

5. Produktivitas dari alat angkut Dump truck Scania P 420 menuju Dump Hopper

adalah 43,162ton/jam, sedangkan menuju temporary stockpile adalah53,573ton/jam.6. Faktor keserasian (match factor) alat gali muat dan alat angkut untuk batubara

adalah MF >1

83

84

7. Biaya pengangkutan batubara dari front menuju dump hopper adalah Rp.

39.564,789 /ton.

8. Biaya pengangkutan batubara dari front menuju temporary stockpile adalah

Rp. 41.610,789 /ton.

9. Biaya Rehandling ( pengangkutan kembali ) batubara dari temporary stockpile

ke Dump hopper adalah Rp. 20.470, 985 /ton.

B. Saran

Dari hasil pengamatan, penulis memberikan saran antara lain:

1. Mengurangi kegiatan loading Batubara dilakukan oleh Excavator 385 C yang

seharusnya dilakukan oleh Excavator Caterpillar 345 D sehingga Excavator

385 C sering kali mengalami looses time dalam kegiatan overburden.

2. Sebaiknya dilakukan perawatan yang baik terhadap alat-alat tambang dan

kondisi jalan agar kegiatan penambangan lebih optimal.

3. Pengangkutan batubara menuju temporary stockpile sebaiknya dikurangi

karena mengakibatkan adanya biaya rehandling pengangkutan batubara.

4. Perlu adanya perawatan yang lebih intensif terhadap alat-alat yang berada di

dump hopper agar tidak sering terjadi kerusakan.

5. Kegiatan safety talk yang telah dilaksanakan sebanyak 2x seminggu agar tetap

dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

1. __________,December (2007), “Specification & Application Handbook”,Edition 28, Komatsu, Printed in Japan.

2. __________,January (2008), “Caterpillar Performance Handbook”, Edition38, Caterpillar, Printed in USA.

3. Goodman, Richard E, (1989), “ Introduction To Rock Mechanics”, Edisi 2,Wiley, New York.

4. Hartman, Howard L, (1992), “SME Mining Engineering Hand Book”, Edisi 2,Society For Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc. Littleton,Colorado.

5. Yanto , Indonesianto. (2005). “Pemindahan Tanah Mekanis”. Seri TambangUmum : Yogyakarta.

6. Peurifoy, Led Better, (1988),“Perencanaan, Peralatan, dan MetodeKonstruksi“, Edisi 4, Erlangga, Jakarta.

7. Partanto, Prodjosumarto. (1993), “Pemindahan Tanah Mekanis”, JurusanTeknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung.

8. Sudjana. (2002). “Metode Statstika“. Tarsito. Bandung.

9. Sukrisno, (2008). “Batubara” . PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.

10.Partanto Prodjosumarto,. 2005. “Pemindahan Tanah Mekanis“. Bandung:Universitas Islam Bandung.

A-1

LAMPIRAN A

Waktu Edar Alat Gali Muat Batubara

Tabel A.1 Waktu Edar Alat Gali Muat Excavator Caterpillar 345 D untuk Batubara

No Loading(detik)

Swing isi(detik)

Tumpahan(detik)

Swing kosong(detik)

Total(detik)

1 6 4 4 5 192 7 4 5 4 203 7 3 5 5 204 8 4 5 4 215 8 4 5 5 226 7 4 5 6 227 7 5 4 5 218 8 3 4 6 219 7 4 4 6 21

10 7 3 5 5 2011 6 4 5 5 2012 6 4 5 6 2113 7 4 4 6 2114 6 5 5 6 2215 8 5 5 4 2216 7 5 5 5 2217 7 4 4 5 2018 7 4 4 4 1919 6 5 4 4 1920 7 3 5 4 1921 7 3 5 5 2022 6 4 5 6 2123 7 5 4 5 2124 8 4 4 4 2025 6 5 5 4 2026 5 5 5 4 1927 6 4 5 5 2028 5 3 5 6 1929 7 4 4 5 20

A-2

Perhitungan rata-rata waktu edar Excavator Caterpillar 345 D untuk batubara :

433,20

30

613

n

edarwaktu

Jadi rata-rata waktu edar Excavator Caterpillar 345C untuk Batubara adalah 20,433

detik.

30 7 4 5 5 21Total 613

B-1

LAMPIRAN B

Waktu Edar Alat Gali Muat Batubara

Tabel B.1 Waktu Edar Alat Gali-Muat Excavator Caterpillar 385C Untuk Batubara

No Loading(detik)

Swing isi(detik)

Tumpahan(detik)

Swing kosong(detik)

Total

1 8 6 4 3 212 8 5 4 3 203 7 5 5 3 204 8 5 5 4 225 9 5 4 4 226 8 6 5 4 237 9 6 5 3 238 10 5 6 4 259 11 6 5 4 26

10 11 6 4 4 2511 10 6 5 4 2512 10 7 5 4 2613 11 6 5 4 2614 10 5 4 3 2215 8 6 4 4 2216 9 6 5 3 2317 8 5 4 3 2018 9 5 5 4 2319 9 6 5 3 2320 9 6 4 3 2221 8 6 4 4 2222 8 5 4 3 2023 7 6 5 4 2224 8 6 5 4 2325 8 5 4 4 2126 9 5 5 3 2227 9 5 5 4 2328 8 5 4 4 2129 8 4 4 4 20

B-2

Perhitungan rata-rata waktu edar Excavator Caterpillar 385C untuk batubara :

467,22

30

674

n

edarwaktu

Jadi rata-rata waktu edar Excavator Caterpillar 385C untuk Batubara adalah 22,467

detik.

30 8 5 5 3 21total 674

C-1

LAMPIRAN C

Cycle time Dump Truck menuju Dump Hopper

Table C.1 Cycle time Alat Angkut Type Dump Truck Scania P420 Untuk

Pengangkutan Batubara

No Antri(detik)

Manuverkosong(detik)

Waktuisi

(detik)

Angkutisi

(detik)

Manuverdumping(detik)

Dumping(detik)

Angkutkosong(detik)

Total(detik)

1 260 16 210 330 10 67 247 11402 218 18 215 329 15 60 225 10803 512 20 214 324 12 58 240 13804 310 15 210 325 15 75 250 12005 273 13 210 310 14 70 250 11406 383 14 215 325 15 60 248 12607 292 16 209 325 16 62 220 11408 506 21 209 320 16 59 249 13809 286 12 213 320 17 62 230 1140

10 283 14 214 321 16 62 230 114011 430 15 215 330 15 75 250 133012 260 17 216 329 14 74 230 114013 531 20 217 327 13 80 232 142014 551 21 217 327 10 81 233 144015 326 18 216 320 11 68 241 120016 497 17 220 328 14 62 242 138017 420 16 220 334 16 65 250 132118 395 18 206 332 17 72 220 126019 444 17 211 325 20 73 230 132020 567 14 215 315 19 80 230 144021 418 13 210 315 20 59 225 126022 338 15 212 320 13 62 240 120023 464 16 213 330 14 58 225 132024 340 17 214 315 16 72 226 120025 295 17 209 316 17 60 226 114026 427 18 219 327 18 71 240 132027 365 19 217 325 19 73 242 126028 240 19 217 330 15 69 250 1140

C-2

Perhitungan rata-rata waktu edar Dump Truck SCANIA P 420 untuk batubara :

7,1259

30

37791

n

edarwaktu

Jadi rata-rata waktu edar Dump Truck SCANIA P420 Menuju Dump Hopper adalah

1259,7 detik, atau sama dengan 20,995 menit.

29 485 16 218 329 16 65 251 138030 420 16 218 325 17 74 250 1320

Total 37791

D-1

LAMPIRAN D

Cycle Time Dump Truck Menuju Temporary Stockpile

Tabel D.1 Cycle Time Alat Angkut Type Dump Truck Scania P420 Untuk

Pengangkutan Batubara

No Antri(detik)

Manuverkosong(detik)

Waktuisi

(detik)

Angkutisi

(detik)

Manuverdumping(detik)

Dumping(detik)

Angkutkosong(detik)

Total(detik)

1 33 20 215 430 20 32 210 9602 50 23 214 360 16 31 300 9943 45 19 210 340 12 30 364 10204 40 18 213 360 14 31 404 10805 60 20 214 400 15 32 340 10816 0 17 215 365 17 30 316 9607 0 15 209 385 16 35 300 9608 50 16 210 400 20 33 291 10209 45 18 215 335 17 30 300 960

10 60 19 217 410 16 29 365 111611 50 17 216 365 18 32 262 96012 55 19 219 356 19 32 300 100013 0 20 220 430 20 31 360 108114 0 21 214 410 22 30 350 104715 0 19 219 370 21 31 360 102016 50 18 218 365 19 29 321 102017 51 16 215 405 20 32 341 108018 52 17 218 355 21 33 384 108019 47 18 211 340 17 31 350 101420 33 19 215 345 18 30 300 96021 51 20 208 339 19 29 290 95622 0 17 207 360 20 31 340 97523 29 18 205 355 21 32 300 96024 49 19 218 374 20 30 310 102025 60 20 215 350 23 29 323 102026 65 20 210 360 22 28 375 108027 60 19 212 375 19 30 320 103528 49 21 208 338 18 31 295 960

D-2

Perhitungan rata-rata waktu edar Dump Truck SCANIA P420 CB untuk batubara :

9,1014

30

30447

n

edarwaktu

Jadi rata-rata waktu edar Dump Truck SCANIA P420 CB menuju Temporary

stockpile adalah 1014,9 detik, atau sama dengan 16,915 menit.

29 55 18 216 382 19 30 300 102030 50 21 212 370 21 29 305 1008

Total 30447

E-1

LAMPIRAN E

FAKTOR EFISIENSI ALAT-ALAT MEKANIS

TABEL E.1

FAKTOR EFISIENSI KERJA HYDRAULIC EXCAVATOR

KONDISI MEDAN EFFISIENSI KERJA (%)Baik 83

Sedang 75

Agak Buruk 67

Buruk 58

TABEL E.2

FAKTOR EFISIENSI KERJA DUMP TRUCK

KONDISI MEDAN EFFISIENSI KERJA (%)Baik 83

Sedang 80

Agak Buruk 75

Buruk 70

TABEL E.3

FAKTOR KOREKSI BUCKET

PEMUATANJENIS BAHAN

DIANGKUT BUCKET (%)

Easy Clay, Soft soil 1,1-1,2AverageAgak Sulit

Sandy Soil and Dry soillempung

1,0-1,1Rather DifficultSulit

Sandy soil with gravel 0,8-0,9

Difficult Loading blasted rock 0,7-0,8

Sumber: Handbook Komatsu Edition 28

F-1

LAMPIRAN F

SWELL FACTOR DAN DENSITY INSITU

TABEL F.1

SWELL FACTOR DAN DENSITY INSITU BERBAGAI MINERAL

Sumber : Pemindahan Tanah Mekanis (Partanto, 2005) Halaman: 186

Macam MaterialDensity Insitu

(lb/cu yd)Swell Factor

(%)Bauksit 2700 – 4325 75Tanah liat kering 2300 85Tanah liat basah 2800 – 3000 80 – 82Antrasit 2200 74Batubara bituminus 1900 74Bijih tembaga 3800 74Tanah biasa kering 2800 85Tanah biasa basah 3370 85Tanah biasa bercampur pasir dan kerikil 3100 90Kerikil kering 3250 89Kerikil basah 3600 88Granit pecah – pecah 4500 56 – 67Hematit pecah – pecah 6500 – 8700 45Bijih besi pecah – pecah 3600 – 5500 45Batu kapur pecah – pecah 2500 – 4200 57 – 60Lumpur 2160 – 2970 83Lumpur sudah ditekan 2970 -3510 83Pasir kering 2200 – 3250 89Pasir basah 3300 – 3600 88Serpih (shale) 3000 75Batu sabak (slate) 4590 – 4860 77

G-1

LAMPIRAN G

SPESIFIKASI ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT

TABEL G.1

SPESIFIKASI EXCAVATOR CATERPILLAR 345 D

MODELITEM CAT 345 CL

Flywheel Power 321 hpOperating Weight (kg) 44.500Bucket Capacity (BCM)/Heaped 2Bore (mm) 130Stroke (mm) 157Displacement 12,5 LFuel Tank Capacity 705 LHydraulic System 507 LSourching Japan

GAMBAR G.1

EXCAVATOR CATERPILLAR 345 D

G-2

TABEL G.2

SPESIFIKASI EXCAVATOR CATERPILLAR 385 C

MODELITEM

CAT 385 CL

Flywheel Power 623 hpOperating Weight (kg) 84.128Bucket Capacity (BCM)/Heaped 4,66Bore (mm) 145Stroke (mm) 183Displacement 18,1 LHydraulic Tank 810 LHydraulic System 995 LSourching Belgium

GAMBAR G.2

EXCAVATOR CATERPILLAR 385 C

Sumber : Handbook Caterpillar edition 38

G-3

TABEL G.3

SPESIFIKASI DUMP TRUCK SCANIA P 420

NO MODELITEM

SCANIA P420 CB

1 Kapasitas 28 Ton2 Model TV 333 Truck SCANIA P420CB 8x44 Oil Tank HYVA5 Pump HYVA6 Tipping Angle 420

7 Fuel Tank Capacity 300 liter

GAMBAR G.3

DUMP TRUCK SCANIA P420

G-4

TABEL G.4

SPESIFIKASI BULDOZER CATERPILLAR D9R

GAMBAR G.4

BULDOZER CATERPILLAR D9R

Sumber : Handbook Caterpillar edition 38

H-1

LAMPIRAN H

BIAYA SEWA ALAT MEKANIS

Tabel H .1

Tarif Dasar dan Koreksi A2B paket 09-218

Keterangan

TD : Tarif dasar kontrak awal/ kontrak induk

BBMb : Harga BBM baru bulanan yang ditetapkan Pertamina

UMSkb : Patokan UMSK baru yang ditetapkan Pemerintah

No Unit TD ( Rp/jam)Tarif koreksi

( Rp/jam)1 Buldozzer D7G/D6R 480,000 599,6622 Buldozzer D8R 859,460 1,073,7193 Buldozzer D9R 1,357,115 1,695,4374 Excavator CAT 320D 200,000 249,8595 Excavator CAT 345 640,000 799,5496 Excavator CAT 385C 1,416,039 1,769,0507 Motor grader, 280 HP atau setara MG 14M 630,000 787,0568 Compactor 20 Ton 270,000 337,3109 Lamp Tower Kap. 5000 watt 10,500,000 13,177,595

10 WT Kapasitas 15000 Liter + PTO 140,000,000 174,901,27311 Wheel Loader 400,000 450,000

I-1

LAMPIRAN I

TARIF ANGKUTAN BATUBARA

PAKET 09-218 TAHUN 2014

TABEL I.1

TARIF ANGKUTAN BATUBARAKOREKSI(RP/TON)

NOJARAK ANGKUT

(M)TARIF

(RP/TON)

140 - 125 3,049

3,664

2126 - 375 3,298

3,964

3376 - 625 3,779

4,542

4626 - 875 4,228

5,081

5876 - 1,125 4,591

5,517

61,126 - 1,375 4,911

5,902

71,376 - 1,625 5,195

6,243

81,626 - 1,875 5,450

6,550

91,876 - 2,125 5,679

6,825

102,126 - 2,375 5,887

7,075

112,376 - 2,625 6,076

7,302

122,626 - 2,875 6,249

7,510

132,876 - 3,125 6,407

7,700

143,126 - 3,375 6,553

7,875

153,376 - 3,625 6,688

8,038

J-1

LAMPIRAN J

Biaya Sewa Dump Truck CWB

Di Temporary Stockpile

Biaya Sewa Dump Truck CWB = Lumpsum (Tetap yaitu Rp. 40.000.000,00/ bulan)

Untuk 1 (satu) hari dibatasi 5.000 ton.

Perbulan = 5.000 ton x 30 hari

= 150.000 ton

Untuk pengangkutan batubara dari Temporary Stockpile ke Dump hopper ( jarak 500

meter) menggunakan 8 unit DT CWB, Maka: Rp. 40.000.000,00/ bulan x 8 = Rp.

320.000.000,00 = . . . ,. = Rp. 2.133,33/ton

Maka didapat biaya sewa DT CWB yaitu Rp. 2.133,33/ton.

K-1

LAMPIRAN K

Perhitungan Efisiensi Waktu Kerja Alat Gali Muat

Dan Alat Angkut

Tabel K.1 Shift Kerja

SHIFT 1

Jadwal

Kerja Keterangan

Waktu

(jam)

23.00 - 24.00 Waktu Kerja 1

24.00 - 01.00 Waktu Istirahat 1

01.00 - 07.00 Waktu Kerja 6

Total Waktu

Kerja 7

SHIFT 2

Jadwal

Kerja Keterangan

Waktu

(jam)

07.00 - 12.00 Waktu Kerja 5

12.00 - 13.00 Waktu Istirahat 1

13.00 - 15.00 Waktu Kerja 2

Total Waktu

Kerja 7

SHIFT 3

Jadwal

Kerja Keterangan

Waktu

(jam)

15.00 - 18.00 Waktu Kerja 3

18.00 - 19.00 Waktu Istirahat 1

19.00 - 23.00 Waktu Kerja 4

Total Waktu

Kerja 7

Total Jam Kerja Shift 1, 2 dan 3 21

K-2

Pada hari Jum’at, istirahat siang dimulai dari jam 11.00 – 13.00 sehingga

jam kerja berkurang menjadi 20 jam. Rata-rata jam efektif kerja menjadi :

=

= 20,86 jam

= 1.251,6 menit

Hambatan Kerja

Berdasarkan pengamatan di lapangan diperoleh hambatan kerja alat gali

muat dan alat angkut sebagai berikut :

Tabel K.2 Hambatan Kerja yang Terdapat Pada Alat Muat dan Alat Angkut

HAMBATAN Excavator

(menit/hari)

Dump truck

(menit/hari)

Hambatan yang dapat ditekan :

- Terlambat kerja

- Istirahat terlalu lama

- Keperluan operator

- Berhenti bekerja lebih awal

20

10

5

10

20

10

5

10

TOTAL 45 45

Hambatan yang tidak dapat ditekan :

- Persiapan kerja

- Pemeriksaan alat harian (TPM)

- Pengisian bahan bakar

- Kerusakan dan perbaikan alat

ditempat

- Perbaikan front

5

10

15

22

15

5

10

15

20

15

TOTAL 67 65

K-3

Efisiensi Kerja Alat Gali Muat

Waktu kerja produktif adalah waktu kerja yang tersedia dalam satu hari

dikurangi jumlah waktu tidak produktif (hambatan kerja).

Wkp = Wkt – Wht

= 1.251,6 menit – (112 menit x 3 shift )

= 915,6 menit

Sehingga dapat dihitung efisiensi kerja alat muat, yaitu

Eff = x 100%

= x 100%

= 73,15 % = 0,7315

Efisiensi Kerja Alat Angkut

Waktu kerja produktif adalah waktu kerja yang tersedia dalam satu hari

dikurangi jumlah waktu tidak produktif.

Wkp = Wkt – Wht

= 1251,6 – (110 menit x 3 shift)

= 921,6 menit

Sehingga dapat dihitung efisiensi kerja alat angkut, yaitu :

Eff = x 100%

= x 100%

= 73,63 % = 0,7363