uji koagulasi gtc

9
UJI KOAGULASI A. Pendahuluan Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta memepertahankan homeostasis cairan tubuh. Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 mL urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatan pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 mL. Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, badan keton, protei dam berbagai senyawa lain, seperti pigmen empedu, darah dan porifirin yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit tertentu. Pada praktikum ini akan dilakukan beberapa uji dengan sediaan urin, salah satunya adalah uji koagulasi untuk membuktikan adanya protein pada urin dengan adanya endapam tetap dan menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.

Upload: vitrosa-yosepta-dede-sera

Post on 18-Feb-2016

592 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Uji Koagulasi Gtc

UJI KOAGULASI

A. Pendahuluan

Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2

fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta

memepertahankan homeostasis cairan tubuh. Dalam keadaan normal pada orang

dewasa akan dibentuk 1200-1500 mL urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun

patologis volume urin dapat bervariasi.

Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet

tinggi protein akan meningkatan pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada

proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi,

volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresi produk

metabolisme tubuh adalah 500 mL.

Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih

dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Pada keadaan

abnormal dapat ditemukan glukosa, badan keton, protei dam berbagai senyawa lain,

seperti pigmen empedu, darah dan porifirin yang dapat digunakan untuk membantu

menegakkan diagnosis penyakit tertentu.

Pada praktikum ini akan dilakukan beberapa uji dengan sediaan urin, salah satunya

adalah uji koagulasi untuk membuktikan adanya protein pada urin dengan adanya

endapam tetap dan menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana

asam.

B. Tijauan Pustaka

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Ekskreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang

disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Peranan urin sangat

penting untuk mempertahankan homeostasis tubuh, karena sebagian pembuangan

cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin.

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-

obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang

“kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau

saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urin pun akan mengandung

bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat secara

Page 2: Uji Koagulasi Gtc

medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh.

Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi

urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama

bau amonia yang dihasilkan dari urea.

Pada proses urinalisis terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk

mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa

analisis fisik, analisis kimiawi dan analisis secara mikroskopik. Analisis

urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jeniscairan urin, pH, dan suhu

urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein, dan

analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode

yang dapat digunakan, mulai dari metode uji Millon sampai kuprisulfa dan sodium

basa. Analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati di bawah

mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin

tersebut, misalnya kalsium phospat,serat tanaman, bahkan bakteri.

Kandungan urin inilah seperti kekentalannya, warna, kejernihan, bau, dan

busa. Pada keadaan normal, urin memang tampak sedikit

berbusa karena urin mengandung unsur-unsur tersebut. Apalagi bila urin dicurahkan

ke dalam tempat berwadah dari posisi tinggi, akan terjadi reaksi yang

menyebabkan urin tampak berbusa. Memastikan adanya kelainan pada urin perlu

diperhatikan beberapa hal seperti warna, bau, kejernihan, dan kekentalan. Warna yang

merah menandakan adanya darah yang bercampur dalam urin.

Jika warna sangat merah menandakan adanya perdarahan yang hebat di

saluran kemih. Urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur yang

terlarut di dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena factor makanan dan adanya infeksi

yang mengeluarkan bakteri atau konsumsi air yang kurang.

Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang

tidakditentukan dengan khusus, urin sewaktu cukup baik untuk pemeriksaan

rutin.Urin pagi adalah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi

hari setelahbangun tidur, urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan pada siang

hari, urinpagi baik untuk pemeriksaan sedimen, protein, dan berat jenis.

Urin post prandial adalah urin yang pertama kali dikeluarkan 1½-3 jam setelah

makan, urin ini baik

untuk pemeriksaan terhadap glukosuria. Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan

selama 24 jam. Urin 24 jam dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif semua zat

Page 3: Uji Koagulasi Gtc

dalam urin. Selain itu, dikenal juga urin siang 12 jam, urin malam 12 jam, urin 2 jam,

urin 3 gelas, dan urin 2 gelas.

Urin dihasilkan oleh ginjal melalui proses filtrasi plasma darah oleh

glomeruli, reabsorpsi oleh tubulus, sekresi oleh sel tubulus, pertukaran ion hidrogen,

dan pembentukan amonia. Sifat-sifat urin normal yaitu volumenya 800-2500 mL/hari,

berat jenis 1,003-1,030, pH asam dengan pH rata-rata 6 (4,7-8), warna kuning pucat

sampai kuning. Zat warna yang terkandung di dalamnya adalah urokrom, urobilin,

dan hematoporfirin. Zat normal dalam urin adalah urea yang merupakan hasil akhir

utama dari katabolisme protein. Sehari diekskresikan 25 g, tergantung intake

proteinnya. Ekskresi naik pada saat demam, penyakit kencing manis, aktivitas hormon

adrenokortikoid yang berlebihan.

Pada uji protein dalam urin digunakan dua percobaan yaitu Uji Heller dan Uji

Koagulasi. Uji Heller digunakan untuk melihat ada tidaknya protein dalam urin.

Kehadiran protein ditunjukkan dengan adanya cincin putih dipersimpangan solusi dan

asam nitrat pekat. Uji koagulasi merupakan tindak lanjut dari Uji Heller, yaitu melihat

adanya protein berlebih dalam urin. Uji protein ini dapat digunakan untuk

mengevaluasi dan memantau fungsi ginjal, mendeteksi, dan mendiagnosis kerusakan

ginjal. Protein yang berlebih pada urin atau biasa disebut proteinuria menunjukkan

kerusakan pada ginjal atau mungkin sebelum dilakukan tes orang tersebut

mengonsumsi obat-obatan olahraga, infeksi, olahraga berat atau stress fisik.

Pada Uji Heller, protein yang ditambahkan asam nitrat pekat dapat diperoleh

hasil pengamatan bahwa urin tersebut ketika dicampurkan dengan asam nitrat pekat

tidak terbentuk cincin putih yang menandakan tidak terdapat protein pada urin.

Sedangkan Uji koagulasi yang dilakukan dengan pemanasan urin dan menggunakan

asam asetat jika terbentuk endapan maka endapan itu adalah protein karena fosfat

tidak larut dalam suasana asam.

C. Tujuan

Membuktikan adanya protein dalam urin.

D. Alat Dan Bahan

1. Urin normal (urin sewaktu)

2. Urin patologis (urin yang mengandung protein)

3. Asam asetat 2%

Page 4: Uji Koagulasi Gtc

4. Penjepit tabung

5. Pipet tetes

6. Tabung reaksi

7. Aceton

8. Putih telur

9. Glukosa

E. Cara Kerja

Cara membuat Urin patologis :

1. 250 ml urin normal + ½ putih telur + glukosa + ½ ml aceton

2. Campurkan semua bahan tersebut dan aduk hingga homogen

Uji Koagulasi :

1. Ambil 2 buah tabung reaksi. Untuk tabung pertama pipet 5 ml urin normal ke

dalam tabung reaksi dan 5 ml urin patologis ke dalam tabung reaksi kedua.

2. Didihkan keduanya, urin normal dan urin patologis. Jika terdapat endapan, maka

endapan itu adalah protein atau fosfat.

3. Tambahkan asam asetat 2% ke dalam kedua tabung reaksi tersebut. Bila endapan

tetap ada itu menandakan protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.

F. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Larutan Tabung 1 (urin normal) Tabung 2 (urin patologis)

5 ml urin normal 5 ml urin patologis

setelah dididihkan tidak ada endapanada endapan (protein atau

fosfat)

ditambahkan asam

asetat 2%tidak ada endapan ada endapan protein

Pembahasan

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil, pada urin normal setelah dididihkan

tidak terdapat endapan sama juga pada urin normal yang setelah didihkan itu lalu

ditambahkan asam asetat 2% juga tidak terdapat juga endapan. Sedangkan berbeda

pada urin patologis setelah dididihkan terdapat endapan (protein atau) lalu

Page 5: Uji Koagulasi Gtc

kemudian ditambahkan lagi asam asetat 2% hasilnya pun sama terdapat endapan

(protein).

Sesuai dengan dasar teorinya uji koagulasi adalah uji yang dilakukan dengan

pemanasan urin dan menggunakan asam asetat jika terbentuk endapan maka

endapan itu adalah protein karena fosfat tidak larut dalam suasana asam. Pada urin

patologis hasilnya sesuai dengan dasar teori yaitu setelah dididihkan urin patologi

terdapat endapan yang selain protein dapat saja posfat.

Kemudian dipastikan lagi apakah benar urin mengandung protein dengan

ditambahankannya asam asetat 2% dan masih terdapat endapan sehingga dapat

diidentifikasi bahwa itu protein karena fosfat pada endapan urin yang dididihkan

tidak larut dalam suasana asam (asam asetat 2%).

G. Kesimpulan

Uji koagulasi adalah uji kualititatif karena menggunakan urin sewaktu. Pada urin

patologi terbukti mengandung protein sesuai dengan uji koagulasi berfungsi untuk

menguji adanya protein dalam urin.

H. Daftar Pustaka

1. K. Murray dan Robert, dkk. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 2003

2. Poedjiadi A. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI-Press. 2011

Page 6: Uji Koagulasi Gtc

LAMPIRAN

Foto urin setelah dididihkan

Kiri, urin patologis ada

endapan yaitu postfat atau

protein

Kanan, urin normal tidak

ada endapan

Foto urin ditambahkan asam

asetat 2%

Kanan, urin patologis ada

endapan yaitu protein

Kiri urin normal tidak ada

endapan