pengelolaan risiko pada supply chain pt graha … · mengatur semua pergerakan material, ......

13
1 PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA MAKMUR CIPTA PRATAMA Yogi Adhi Satria, Putu Dana Karningsih, dan Niniet Indah Arvitrida Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 2.1 Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] ; [email protected] TRAK Abstrak PT Graha Makmur Cipta Pratama (GMCP) merupakan perusahaan manufaktur yang mengelola berbagai macam udang, salah satunya adalah udang vannamei. Perusahaan ini memiliki pelanggan yang utamanya berada di luar negeri (export oriented), sedangkan seluruh pemasok berada di dalam negeri. Seperti halnya dengan bisnis lainnya, supply chain pada PT GMCP memiliki risiko untuk tidak dapat memenuhi permintaan customer akhir. Risiko pada supply chain dapat berasal dari pihak supplier, PT GMCP atau pihak customer itu sendiri. Untuk itu, pengelolaan risiko pada supply chain sangatlah diperlukan untuk menghindari terjadinya kerugian. Supply chain risk management dimulai dengan melakukan pengidentifikasian risiko menggunakan pendekatan modifikasi Supply Chain Operations Reference (SCOR). Terdapat 48 risiko yang berhasil diidentifikasikan dan kemudian dilakukan penilaian dan analisa dengan menggunakan standar manajemen risiko AS/ NZS 4360. Berdasarkan evaluasi risiko terdapat 8 risiko dengan kategori high risk yang kemudian akan diprioritaskan untuk dimitigasi. Rencana mitigasi risiko-risiko tersebut dirancang dengan mempertimbangkan keterkaitan antar kejadian risiko dan faktor risiko . Dari keterkaitan risiko tersebut didapatkan 15 faktor risiko yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu risiko yang berhubungan dengan supplier, organisasi perusahaan, logistic provider dan customer. Rencana mitigasi disusun untuk setiap kelompok risiko tersebut. Selain itu, disusun juga strategi mitigasi untuk memperbaiki keselarasan supply terhadap demand dengan menggunakan pendekatan Supplier Relationship Management (SRM). Kata Kunci : Supply Chain Risk Management, SCOR, Keterkaitan Supply Chain Risk, Supply Relationship Management ABSTRAK Abstract PT Graha Makmur Cipta Pratama (GMCP) is a manufacture company which cultivates some varieties of shrimp particularly Vannamei shrimp. Main customer of this company is custome located outside Indonesia (export oriented), while all suppliers are located locally. Like any other businesses, supply chain of PT GMCP may have potential risk of not meeting customer’s demand. Risks could come from suppliers, PT GMCP, or the customers themselves. For that reason, risk management for supply chain operations is very needed to avoid potential loss. Risk supply chain management starts from risks using modified Supply Chain Operation Reference (SCOR) approach. There are 48 risks identified, then are assessed and analyzed using risk management standard AS/NZS 4360. Then, these risks will be evaluated and mapped. Based on risks mapping there are 8 high risks and are prioritized to be mitigated. There are risk mitigations are developed considering correlations between risk events and risk factors. There are 15 risk factors which are divided into 4 groups: risk factors of supplier, risk factors of organization, risk factors of logistic provider, and risk factors of customers. Moreover, there are mitigation strategies which aims to align supply and demand using Supplier Relationship Management (SRM) approach. Key Words : Supply Chain Risk Management, SCOR, The correlation of risks of supply chain, Supply Relationship Management 1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dan perumusan masalah pada penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Efektivitas Supply Chain Management merupakan salah satu pertimbangan yang krusial

Upload: leminh

Post on 10-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

1

PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA MAKMUR CIPTA PRATAMA

Yogi Adhi Satria, Putu Dana Karningsih, dan Niniet Indah Arvitrida

Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

2.1 Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] ; [email protected]

Abstrak

PT Graha Makmur Cipta Pratama (GMCP) merupakan perusahaan manufaktur yang mengelola berbagai macam udang, salah satunya adalah udang vannamei. Perusahaan ini memiliki pelanggan yang utamanya berada di luar negeri (export oriented), sedangkan seluruh pemasok berada di dalam negeri. Seperti halnya dengan bisnis lainnya, supply chain pada PT GMCP memiliki risiko untuk tidak dapat memenuhi permintaan customer akhir. Risiko pada supply chain dapat berasal dari pihak supplier, PT GMCP atau pihak customer itu sendiri. Untuk itu, pengelolaan risiko pada supply chain sangatlah diperlukan untuk menghindari terjadinya kerugian.

Supply chain risk management dimulai dengan melakukan pengidentifikasian risiko menggunakan pendekatan modifikasi Supply Chain Operations Reference (SCOR). Terdapat 48 risiko yang berhasil diidentifikasikan dan kemudian dilakukan penilaian dan analisa dengan menggunakan standar manajemen risiko AS/ NZS 4360. Berdasarkan evaluasi risiko terdapat 8 risiko dengan kategori high risk yang kemudian akan diprioritaskan untuk dimitigasi. Rencana mitigasi risiko-risiko tersebut dirancang dengan mempertimbangkan keterkaitan antar kejadian risiko dan faktor risiko . Dari keterkaitan risiko tersebut didapatkan 15 faktor risiko yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu risiko yang berhubungan dengan supplier, organisasi perusahaan, logistic provider dan customer. Rencana mitigasi disusun untuk setiap kelompok risiko tersebut. Selain itu, disusun juga strategi mitigasi untuk memperbaiki keselarasan supply terhadap demand dengan menggunakan pendekatan Supplier Relationship Management (SRM). Kata Kunci : Supply Chain Risk Management, SCOR, Keterkaitan Supply Chain Risk, Supply

Relationship Management ABSTRAK

Abstract PT Graha Makmur Cipta Pratama (GMCP) is a manufacture company which cultivates some varieties of shrimp particularly Vannamei shrimp. Main customer of this company is custome located outside Indonesia (export oriented), while all suppliers are located locally. Like any other businesses, supply chain of PT GMCP may have potential risk of not meeting customer’s demand. Risks could come from suppliers, PT GMCP, or the customers themselves. For that reason, risk management for supply chain operations is very needed to avoid potential loss. Risk supply chain management starts from risks using modified Supply Chain Operation Reference (SCOR) approach. There are 48 risks identified, then are assessed and analyzed using risk management standard AS/NZS 4360. Then, these risks will be evaluated and mapped. Based on risks mapping there are 8 high risks and are prioritized to be mitigated. There are risk mitigations are developed considering correlations between risk events and risk factors. There are 15 risk factors which are divided into 4 groups: risk factors of supplier, risk factors of organization, risk factors of logistic provider, and risk factors of customers. Moreover, there are mitigation strategies which aims to align supply and demand using Supplier Relationship Management (SRM) approach. Key Words : Supply Chain Risk Management, SCOR, The correlation of risks of supply chain, Supply Relationship Management 1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dan perumusan masalah pada penelitian ini.

1.1 Latar Belakang Efektivitas Supply Chain Management merupakan salah satu pertimbangan yang krusial

Page 2: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

2

bagi setiap perusahaan manufaktur untuk dapat memenuhi permintaan customer dengan baik sekaligus memenangkan kompetisi yang semakin ketat. Supply chain merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena melibatkan semua elemen yang berpartisipasi dalam suatu pergerakan usaha, mulai dari pemasok, perusahaan manufaktur hingga customer. Supply chain sendiri menurut Pujawan (2010) adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemain akhir. Suatu supply chain umumnya terdiri dari: supplier, manufaktur, distributor, retail, serta perusahaan pendukung seperti jasa logistic dan transportasi. Untuk mengelola supply chain tersebut dibutuhan supply chain management yang mengatur semua pergerakan material, informasi dan finansial yang mengalir di sepanjangn supply chain. Supply chain management sendiri adalah metode yang digunakan dalam menghubungkan pemasok, perusahaan manufaktur, gudang, dan customer sehingga suatu produk yang dijual dapat diproduksi dan didistribusikan pada jumlah yang tepat, tempat yang tepat dan waktu yang tepat sehingga dapat meminimasi biaya sistem dan memaksimalkan customer service level (Simchi-Levi et al., 2000). Aliran supply chain sendiri tidak luput dari suatu ketidakpastian yang biasa disebut risiko. Definisi risiko sendiri dari sudut pandang proses risiko adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan, sehingga terjadi konsekuensi yang tidak diinginkan (Alijoyo, 2006). Untuk itu, penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi mencapai tujuan suatu perusahaan. Manajemen risiko sendiri adalah suatu proses yang sistimatis dalam mengidentifikasikan, menganalisis, dan merespon keseluruhan risiko dalam suatu organisasi (Waters, 2007). Pengelolaan risiko dalam supply chain sangat diperlukan agar dapat meminimalis biaya, waktu dan kinerja supply chain. Penanganan risiko dalam supply chain tersebut biasa disebut Supply Chain Risk Management (SCRM). PT Graha Makmur Cipta Pratama (GMCP) merupakan perusahaan manufaktur yang mengelola sumber daya alam laut. Produk-produk yang dihasilkan perusahaan ini adalah udang, salah satunya adalah udang vannamei.

Bahan baku (udang segar) diperoleh dari purchasing pada pengepul udang yang setelah itu diproduksi dan dikemas di pabrik. Produk-produk jadi PT GMCP ini di ekspor ke beberapa negara antara lain Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Australia, Jepang

2. Metodologi Penelitian

dan beberapa negara lain. Pada perusahaan yang memproduksi makanan dan memiliki orientasi ekspor seperti PT GMCP, pengendalian pada keamanan makanan merupakan salah satu hal yang sangat vital. PT GMCP mengalami masalah yaitu ketidakpastian baik dari ketersediaan bahan baku maupun jumlah permintaan dari customer, sehingga diperlukan penyelarasan antara jumlah supply dan demand. Saat ini PT GMCP belum memiliki struktur manajemen risiko yang terstruktur secara jelas sehingga usulan pengelolaan risiko beserta mitigasinya sangat diperlukan oleh perusahaan ini. Pengelolaan risiko supply chain dilakukan dengan menggunakan pendekatan modifikasi Supply Chain Operations Reference (SCOR) untuk pengidentifikasian risiko dan Australian Standard/ New Zealand Standard (AS/NZS) 4360 : 2004 untuk penilaian dan pengevaluasian risiko pada supply chain. Dari penelitian ini diharapkan perusahaan mendapatkan pedoman untuk mengelola dan merancang mitigasi pada risiko-risiko yang mungkin terjadi pada supply chain produk udang vannamei. Selain itu, hasil dari mitigasi risiko dapat menjadi masukan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan supply chain perusahaan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka pada penelitian ini dilakukan analisa risiko serta penyusunan mitigasi yang paling sesuai dalam pengelolaan risiko-risiko pada supply chain PT Graha Makmur Cipta Pratama .

Pada bagian ini dijelaskan secara lebih rinci mengenai langkah-langkah pada penelitian ini yang mencakup:

a. Tahap identifikasi masalah b. Pemetaan aktivitas supply chain dengan

melakukan brainstorming dengan pemilik/expert pada bisnis proses dan juga berdasarkan referensi terkait. Tahap identifikasi risiko dengan menggunakan metode pengembangan

Page 3: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

3

dari Supply Chain Operations Reference (SCOR) oleh Karningsih (2011).

c. Tahap analisis risiko dengan melakukan penilaian potensi risiko yang teridentifikasi yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner ke pihak perusahaan dan data historis.. Kuisionerterdiri dari penilaian likelihooddan nilai consequence untuk masing potensi risiko yang telah teridentifikasi. nilai likelihood dan consequence didasarkan pada standar manajemen risiko dari Australia New Zealand (AS/NZS) 4360 : 2004. Kuisioner penilaian risiko diberikan kepada PPIC Manager dan General Manager PT GMCP.

d. Tahap Evaluasi Risiko dengan dilakukan dengan memetakan risiko berdasarkan penilaian likelihood dan severity sehingga didapatkan risiko dengan tingkatan extreme, high, moderate atau low (AS/NZS, 2004)

e. Tahap analisis, mitigasi dan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data sebelumnya kemudian dianalisis lebih mendalam untuk mengetahui tingkat risiko yang akan dimitigasi serta dapat memformulasikan strategi mitigasi yang sesuai.

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai keseluruhan proses dalam tahap pengumpulan dan pengolahan data. 3.1 Pemetaan Aktivitas Supply Chain Proses Pemetaan Aktivitas Supply Chain dilakukan untuk mengetahui aliran supply chain pada udang vannamei dil PT Graha Makmur Cipta Pratama. Pemetaan aktivitas supply chain ini dibagi berdasarkan empat bagian yaitu customer, factory, logistic provider, dan supplier (gambar 1)

Gambar 1 Pemetaan aktivitas supply chain

3.2 Identifikasi Risiko Berikut merupaka identifikasi berdasarkan SCOR yang telah dikembangkan oleh Karningsih (2011) berdasarkan aktivitas plan, source, make, deliver, dan return Tabel 1 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas plan No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko

I.1.a Plan Focal Organization Communication

Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik

I.1.b Technical

Kurangnya pengetahuan akan pasar dan kompetisi penjualan udang di dunia

I.1.c Operational

Perencanaan dalam mempertahankan customer yang tidak tepat

I.1.d Kesalahan perencanaan maintenance pada peralatan produksi

I.1.e Kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok

I.1.f

Kesalahan pada penginputan database procurement, produksi maupun penjualan

I.1.g Respon terhadap kompetitor yang tidak tepat

I.1.h Resources

Perencanaan sumber daya manusia dalam jumlah yang kurang tepat

I.1.i

Perencanaan sumber daya manusia dari kemampuan yang kurang tepat

I.2.a SC Partners Customer Ketidakpastian order dari customer

I.3.a External Environment

Political Governmental

Aturan pemerintah dalam pengeksporan udang yang tidak jelas

Tabel 2 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas Source

No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko

II.1.a Source Focal Organization Communication

Sistem komunikasi saat aktivitas source di internal perusahaan yang kurang baik

II.1.b Operational

Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan

II.1.c Kesalahan pada proses receiving incoming material

II.1.d Financial Biaya tambahan pada

Page 4: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

4

No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko tahap source yang diluar perkiraan

II.2.a SC Partners Suppliers

Udang segar yang datang dari pemasok tidak tepat secara kualitas maupun kuantitas

II.2.b

Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok

II.2.c keterlambatan pengiriman udang segar

II.3.a External Environment

Nature Condition

Terjadinya bencana alam pada lokasi pemasok

Tabel 3 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas

Make No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko

III.1.a Make Focal Organization Communication

Sistem komunikasi saat aktivitas make di internal perusahaan yang kurang baik

III.1.b Operational Penundaan pada proses produksi

III.1.c Kesalahan pada proses produksi

III.1.d Kesalahan pada proses packing

III.1.e Resources

Alokasi sumber daya manusia (buruh produksi) yang tidak tepat untuk pelaksanaannya

III.1.f Financial biaya tambahan pada tahap make yang diluar perkiraan

III.2.a SC Partners Customer Respon terhadap permintaan customer yang tidak memadai

III.2.b

penambahan spekifikasi dan jumlah demand yang mendadak dari customer baru

III.2.c supplier

ketidakmampuan pemasok dalam memenuhi perubahan yang mendadak dalam spesifikasi dan jumlah permintaan perusahaan

Tabel 4 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas

deliver No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko

IV.1.a Deliver Focal Organization Communication

Sistem komunikasi saat aktivitas deliver di internal perusahaan yang kurang baik

IV.1.b Operational tidak dapat mengirim produk pada customer secara tepat waktu

IV.1.c

tidak dapat mengirim produk pada customer sesuai dengan kualitas dan kuantitas produk yang dipesan

IV.1.d Resources

Kondisi cold storage sebagai tempat menyimpan finish product (sebelum dikirim) yang kurang baik

IV.1.e Financial biaya tambahan yang diluar perkiraan pada proses deliver

IV.2.a SC Partners Customer keterlambatan pembayaran dari customer

IV.2.b Logistic Providers

Rusaknya Finish Product disebabkan proses pengiriman ( rusaknya mesin pendingin pada kontainer logistic provider)

IV.2.c

ketidakmampuan logistic provider dalam pengiriman secara tepat waktu

IV.3.a External Environment

Nature Condition

terjadinya bencana alam saat proses delivery

IV.3.b Accident terjadinya kecelakaan

No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko saat proses delivery

Tabel 5 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas

return No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko

V.1.a Return Focal Organization Communication

Sistem komunikasi saat aktivitas return di internal perusahaan yang kurang baik

V.1.b Operational

Reprocess produk untuk pengiriman kembali kepada customer yang tidak tepat

V.1.c Follow up untuk feedback dari customer yang tidak tepat

V.1.d Resources

Jumlah staf yang menangani produk return yang kurang memadai

V.1.e Financial Biaya tambahan yang diluar perkiraan pada tahap return

V.2.a SC Partners Suppliers

Pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dalam proses return

V.2.b Customer Banyaknya pengembalian jumlah produk dari customer

V.2.c Logistic Providers

Logistic Provider yang tidak dapat mengirim kembali produk kepada customer

V.3.a External Environment Nature Condition Terjadinya bencana

alam saat proses return

V.3.b Accident Terjadinya kecelakaan saat proses return

Tabel 6 Risiko serta faktor risiko yang

mempengaruhi pada aktivitas plan No Risiko dan faktor Risiko

I.1.a Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik

• Sistem komunikasi internal organasisi yang tidak sesuai

I.1.b Kurangnya pengetahuan akan pasar dan kompetisi penjualan udang di dunia

• Kurangnya riset pasar yang dilakukan I.1.c Perencanaan dalam mempertahankan customer yang tidak

tepat • Strategi marketing yang kurang tepat • Kuranganya skill dan pengalaman dari pegawai

marketing • Kurang adanya prioritas CRM dalam

perusahaan I.1.d Kesalahan perencanaan maintenance pada peralatan

produksi • Pengalokasian human resources dan peralatan

yang kurang tepat dalam mendukung kegiatan maintenance

• Kurangnya keterlibatan maupun kepedulian pekerja secara keseluruhan dalam mendukung maintenance

• Penjadwalan penggunaan mesin yang tidak tepat

I.1.e Kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok • Kesalahan eveluasi perencanaan dalam

pencarian dan pemilihan pemasok • Alur informasi ke pemasok yang kurang tepat

I.1.f Kesalahan pada penginputan database procurement, produksi maupun penjualan

• Kurangnya kehandalan informasi yang dimiliki • Keteledoran pegawai yang mengurusi

penginputan informasil pada database • Kurangnya memadainya komputer/ hardware

dalam penginputan database I.1.g Respon terhadap kompetitor yang tidak tepat

Page 5: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

5

No Risiko dan faktor Risiko • Kurangnya pengetahuan mengenai kompetitor • Kurangnya skill dan pengalaman dari pegawai

di bidang marketing I.1.h Perencanaan Sumber Daya Manusia dalam jumlah yang

kurang tepat • Kesalahan perhitungan kebutuhan jumlah

sumber daya manusia • Kesalahan alokasi jumlah untuk suatu bagian

I.1.i Perencanaan Sumber Daya Manusia dari kemampuan yang kurang tepat

• Kesalahan perekrutan human resources berdasarkan kebutuhan perusahaan

• Program dalam peningkatkan kemampuan dan pengetahuan yang kurang

• Penempatan posisi pegawai yang tidak sesuai dengan kemampuannya

I.2.a Ketidakpastian order dari customer • Tidak adanya customer tetap • Ketidakpastian dari kondisi customer berkaitan

dengan lokasi / perekonomian Negara I.3.a Aturan pemerintah dalam pengeksporan udang yang tidak

jelas

Tabel 7 Risiko serta faktor risiko yang mempengaruhi pada aktivitas source

No Risiko dan faktor Risiko II.1.a Sistem komunikasi saat aktivitas source di internal

perusahaan yang kurang baik • Perencanaan sistem komunikasi internal

perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik (I.1.a)

II.1.b Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan

• Kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok (I.1.e)

II.1.c Kesalahan pada proses receiving incoming material • human error pada buruh pekerja

II.1.d Biaya tambahan pada tahap source yang diluar perkiraan • Harga udang segar yang naik secara tiba-tiba

II.2.a Udang segar yang datang dari pemasok tidak tepat secara kualitas maupun kuantitas

• Kurangnya quality control dari pemasok II.2.b Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun

kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok • Kapasitas tambak dalam pemenuhan udang

segar yang dibutuhkan perusahaan tidak memadai

• Persaingan dengan kompetitor dalam mendapatkan udang segar

• Terjadinya bencana alam pada lokasi pemasok (II.3.a)

II.2.c Keterlambatan pengiriman udang segar • Terlambatnya waktu panen udang dari

petambak • Kurangnya kapabilitas dari pemasok • Terjadinya kecelakaan pada saat pengiriman

II.3.a Terjadinya bencana alam pada lokasi pemasok Tabel 8 Risiko serta faktor risiko yang

mempengaruhi pada aktivitas make No Risiko dan faktor Risiko

III.1.a Sistem komunikasi saat produksi di internal perusahaan yang tidak memadai

• Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik (I.1.a)

III.1.b Penundaan pada proses produksi • Ketidakmampuan perusahaan dalam

menangani perubahan demand yang mendadak

• Kesalahan perencanaan maintenance pada peralatan produksi (I.1.d)

• Keterlambatan pengiriman udang segar dari pemasok (II.2.c)

III.1.c Kesalahan pada proses produksi • human error pada buruh pekerja • Alokasi buruh produksi yang tidak tepat

untuk pelaksanaannya (III.1.e) III.1.d Kesalahan pada proses packing

• human error pada buruh pekerja produksi III.1.e Alokasi buruh produksi yang tidak tepat untuk

pelaksanaannya • Perencanaan sumber daya manusia dalam

jumlah yang kurang tepat (I.1.i) • Perencanaan sumber daya manusia dari

kemampuan yang kurang tepat (I.1.j) III.1.f Biaya tambahan pada tahap make yang diluar perkiraan

• Biaya tambahan pada tahap source yang diluar perkiraan (II.1.d)

• Naiknya biaya tidak langsung seperti air dan listrik secara mendadak

III.2.a Respon terhadap permintaan customer yang tidak memadai

• Kapasitas produksi yang kurang memadai • Tidak adanya informasi demand dan

forecasting demand maupun supply • Kurangnya pengalaman dari pegawai di

bidang marketing • Kesulitan dalam mendapatkan udang segar

dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan (II.1.b)

• Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok (II.2.b)

III.2.b Penambahan spesifikasi dan jumlah demand yang mendadak dari customer baru

• Perekonomian negara customer yang sedang baik

• Kompetitor tidak dapat memenuhi kebutuhan customer

III.2.c Ketidakmampuan pemasok dalam memenuhi perubahan yang mendadak dalam spesifikasi dan jumlah permintaan perusahaan

• Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan (II.1.b)

• Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok (II.2.b)

Tabel 9 Risiko serta faktor risiko yang mempengaruhi pada aktivitas deliver

No Risiko dan faktor Risiko IV.1.a Sistem komunikasi saat aktivitas deliver di internal

perusahaan yang kurang baik • Perencanaan sistem komunikasi internal

perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik (I.1.a)

IV.1.b Tidak dapat mengirim produk pada customer secara tepat waktu

• Penundaan pada proses produksi (III.1.b) • Proses yang lama dalam pemenuhan

peraturan ekspor IV.1.c Tidak dapat mengirim produk pada customer sesuai

dengan kualitas dan kuantitas produk yang diinginkan • Kesalahan pada saat inspeksi di perusahaan • Produk rusak pada saat di cold storage • Terjadinya kesalahan dari logistic provider

IV.1.d Kondisi cold storage sebagai tempat menyimpan finish product (sebelum dikirim) yang kurang baik

• Kerusakan pada mesin pendingin di cold

Page 6: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

6

No Risiko dan faktor Risiko storage

IV.1.e biaya tambahan yang diluar perkiraan pada proses deliver

• Penambahan biaya dari logistic provider terhadap biaya servis pengiriman

• Naiknya biaya pajak ekspor secara mendadak IV.2.a Keterlambatan pembayaran dari customer

• Keadaan finansial customer yang memburuk • Kurang baiknya komunikasi dengan customer • Pelayanan bank yang kurang baik

IV.2.b Rusaknya Finish Product disebabkan proses pengiriman (rusaknya mesin pendingin pada container logistic provider)

• Kurang kapabilitasnya mesin yang dimiliki logistic provider

• Kesalahan dalam memilih logistic provider IV.2.c Ketidakmampuan Logistic Provider dalam pengiriman

secara tepat waktu • Logistic provider tidak memiliki kemampuan

dalam menangani perubahan waktu pengiriman yang mendadak

• Logistic provider kurang berkapabilitas dalam pengiriman tepat waktu

• Terjadinya bencana alam saat proses delivery (IV.3.a)

• Terjadinya kecelakaan saat proses delivery (IV.3.b)

IV.3.a Terjadinya bencana alam saat proses delivery IV.3.b Terjadinya kecelakaan saat proses delivery

Tabel 10 Risiko serta faktor risiko yang mempengaruhi pada aktivitas return

No Risiko dan faktor Risiko V.1.a Sistem komunikasi saat aktivitas return di internal

perusahaan yang kurang baik • Perencanaan sistem komunikasi internal

perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik (I.1.a)

V.1.b Reprocess produk untuk pengiriman kembali kepada customer yang tidak tepat

Lama jangka waktu yang tidak sesuai dalam pemenuhan replace produk yang reject

Kesalahan pada proses produksi (III.1.c) saat reprocess produk

Kesalahan pada proses packing (III.1.d) saat reprocess produk

V.1.c Follow up untuk feedback dari customer yang tidak tepat Kurangnya sarana dalam menerima feedback dari

customer Mekanisme dalam merespon feedback dari customer yang

kurang memadai V.1.d Jumlah dan kemampuan staf yang menangani produk

return yang kurang memadai Perencanaan Sumber Daya Manusia dalam jumlah yang

kurang tepat (I.1.i) Perencanaan Sumber Daya Manusia dari kemampuan

yang kurang tepat (I.1.j) V.1.e Biaya tambahan yang diluar perkiraan pada tahap return

Adanya biaya tambahan pada aktivitas source secara mendadak (II.1.d) pada saat return

Adanya biaya yang tidak terduga saat reproses di produksi (III.1.e)

Biaya tambahan dari Logistic provider saat proses return Biaya tambahan dari pemerintah negara tujuan jika terjadi

reject V.2.a Pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan

dalam proses return Waktu yang tidak sesuai pada saat dibutuhkannya udang

segar untuk memenuhi replacement product Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun

No Risiko dan faktor Risiko kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok (II.2.b)

V.2.b Banyaknya pengembalian jumlah produk dari customer Tingginya jumlah produk cacat untuk produk yang

dikirimkan kepada customer yang disebabkan kesalahan pada proses produksi (III.1.c)

Tingginya jumlah produk dengan kemasan yang cacat akibat kesalahan pada proses packing (III.1.d)

V.2.c Logistic Provider yang tidak dapat mengirim kembali produk kepada customer

Waktu yang tidak sesuai pada saat pengiriman kembali produk kepada customer

Koordinasi dengan logistic provider yang kurang baik V.3.a Terjadinya bencana alam saat proses return V.3.b Terjadinya kecelakaan saat proses return 3.3 Tahap Penilaian Risiko Pada tahap ini akan disusun kuisioner penilaian risiko yang akan digunakan untuk menilai besarnya tingkat risiko pada setiap potensi risiko. 3.3.1 Kuisioner Penilaian Risiko Kuisioner ini menggunakan standar AS/NZS 4360 yaitu dan menggunakan 5 kategori untuk mengukur likelihood dan consequence nya. Adapun pembagian kategori masing-masing untuk Likelihood dan consequence adalah sebagai berikut:

Tabel 11 Kategori Likelihood Likelihood Possibility of occurrence

Rare 0 – 20 % Unlikely 21 – 40 %

Moderate 41 – 60 % Likely 61 – 80 % Almost Certain 81 – 100 %

Table 12 Kategori Consequences

Consequence Description

Insignificant Besarnya kerugian adalah < 7,5%

dari target/ standar yang sudah ditetapkan.

Minor Besarnya kerugian adalah 7,5% - < 10% dari target/ standar yang sudah

ditetapkan.

Moderate Besarnya kerugian adalah 10% - <

12,5% dari target/ standar yang sudah ditetapkan.

Major Besarnya kerugian adalah 12,5 –

15% dari target/ standar yang sudah ditetapkan.

Catastropic Besarnya kerugian adalah >15% dari

target/ standar yang sudah ditetapkan.

Page 7: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

7

3.3.2 Perhitungan Nilai Likelihood,

Consequences dan Nilai Risiko Dikarenakan jumlah pengambil keputusan dalam menentukan nilai likelihood dan consequences ini lebih dari satu orang, maka perhitungan nilai likelihood dan consequences didekati dengan pendekatan rumus rataan geometric yang digunakan Geraldin (2007) di bawah ini: Oi = �𝑂𝑂𝑗𝑗1 × 𝑂𝑂𝑗𝑗2 × … × 𝑂𝑂𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 ∀𝑗𝑗 ; Dimana j = 1, 2, … m; k = penilaian orang ke-k Keterangan: Oj = Occurance (tingkat kemunculan risiko) => likelihood Ѕi

4 Analisis dan Pembahasan

= �𝑆𝑆𝑖𝑖1 × 𝑆𝑆𝑖𝑖2 × … × 𝑆𝑆𝑖𝑖𝑗𝑗𝑗𝑗 ∀𝑖𝑖 ; Dimana i = 1, 2, … n; k = penilaian orang ke-k Keterangan: Si = Severity (tingkat dampak suatu risiko) => consequences Risk = Likelihood x Consequence

4.1 Analisis Identifikasi Risiko Dalam pengidentifikasiannya, ditemukan 48 potensi risiko dengan spesifikasi yang dijelaskan pada tabel 13.

Tabel 13 Jumlah risiko yang teridentifikasi Level 0 Level 1 Jumlah Risiko

Plan focal organization 9

supply chain partners 1 external environment 1

Source focal organization 4

supply chain partners 3 external environment 1

Make focal organization 6

supply chain partners 3

Deliver focal organization 5

supply chain partners 3 external environment 2

Return focal organization 5

supply chain partners 3 external environment 2

4.2 Peta Risiko Peta risiko dibuat berdasarkan hasil dari perhitungan nilai likelihood dan consequences masing-masing potensi risiko. Berikut merupakan peta risiko yang dibagi berdasarkan aktivitas plan, source, make, deliver, dan return (Gambar 2, 3, 4, 5, dan 6)

Gambar 2 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas plan

Gambar 3 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas source

Gambar 4 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas make

Gambar 5 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas deliver

Gambar 6 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas return

4.3 Tahap Mitigasi Risiko Pada tahap ini akan dilakukan perancangan strategi mitigasi terhadap faktor risiko yang memiliki high risk. Delapan high risk itu adalah perencanaan dalam mempertahankan customer yang tidak tepat, kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok, Ketidakpastian order dari customer, Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan, Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok, Respon

Almost Certain 5

Likely 4

Possible 3 I.1.h ; I.1.i I.3.a I.1.c ; I.1.e ; I.2.a

Unlikely 2 I.1.a ; I.1.b ; I.1.g I.1.d

Rare 1 I.1.f

1 2 3 4 5Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic

Like

lihoo

d

Consequences

Extreme High Moderate Low

Almost Certain 5

Likely 4

Possible 3 II.1.b ; II.2.b

Unlikely 2 II.1.a ; II.1.d ; II.2.a II.2.c

Rare 1 II.1.c II.3.a

1 2 3 4 5

Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic

Consequences

Like

lihoo

d

Extreme High Moderate Low

Almost Certain 5

Likely 4

Possible 3 III.1.a III.2.a ; III.2.c

Unlikely 2 III.1.f ; III.2.b III.1.b

Rare 1 III.1.e III.1.c ; III.1.d

1 2 3 4 5Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic

Consequences

Like

lihoo

d

Extreme High Moderate Low

Almost Certain 5

Likely 4

Possible 3

Unlikely 2 IV.1.a ; IV.2.a IV.1.b ; IV.1.c ; IV.1.d

Rare 1 IV.1.e IV.2.c ; IV.3.a ; IV.3.b IV.2.b

1 2 3 4 5Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic

Consequences

Like

lihoo

d

Extreme High Moderate Low

Almost Certain 5

Likely 4

Possible 3

Unlikely 2

Rare 1 V.1.d ; V.1.eV.1.a ; V.1.c ; V.2.a ; V.2.b ; V.2.c ; V.3.a ;

V.3.bV.1.b

1 2 3 4 5Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic

Consequences

Like

lihoo

d

Extreme High Moderate Low

Page 8: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

8

terhadap permintaan customer yang tidak memadai, Ketidakmampuan pemasok dalam memenuhi perubahan yang mendadak dalam spesifikasi dan jumlah permintaan perusahaan,

Rusaknya Finish Product disebabkan proses pengiriman (rusaknya mesin pendingin pada container logistic provider).

Plan

Focal Manufacture Organization

Supply Chain Partners

Operational Customer

Perencanaan dalam mempertahankan customer

yang tidak tepat

Strategi marketing yang kurang tepat

Kuranganya pengalaman dari

pegawai marketing

Kurang adanya prioritas CRM

dalam perusahaan

Kesalahan pada perencanaan manajemen

pemasok

Kesalahan eveluasi perencanaan dalam

pencarian dan pemilihan pemasok

Ketidakpastian order dari customer

Tidak adanya customer tetap

Ketidakpastian dari kondisi customer

berkaitan dengan lokasi / perekonomian Negara

Source

Focal Manufacture Organization

Operational

Make

Supply Chain Partners

Customer

Respon terhadap permintaan customer yang tidak memadai

Deliver

Supply Chain

Partners

Logistiv Provider

Rusaknya Finish Product disebabkan proses pengiriman

(rusaknya mesin pendingin pada container logistic

provider)

Kurang kapabilitasnya mesin yang dimiliki

logistic provider

Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai

dengan kebutuhan perusahaan

Kurangnya informasi mengenai pemasok

yang memiliki potensi

Kesalahan pada perencanaan manajemen

pemasok

Supplier Partners

Supplier

Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok

Kapasitas tambak dalam pemenuhan udang segar

yang dibutuhkan perusahaan tidak

memadai

Persaingan dengan kompetitor dalam

mendapatkan udang segar

Terjadinya bencana alam pada lokasi

pemasok

Ketidakmampuan pemasok dalam memenuhi perubahan yang mendadak

dalam spesifikasi dan jumlah permintaan perusahaan

Tidak adanya informasi demand dan supply yang mendukung forecasting

Kurangnya pengalaman dari

pegawai di bidang marketing

Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok

sesuai dengan kebutuhan perusahaan

Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan

dari pemasok

Supplier

Kesalahan dalam memilih logistic

provider

Kesulitan dalam mendapatkan udang segar

dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan

Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok

Alur informasi ke pemasok yang kurang tepat

Kapasitas produksi yang

kurang meamadai

= High risk

= Risk Factor di Supplier

= Risk Factor di Market

= Risk Factor di Logistic Provider

= Risk Factor di Perusahaan

Gambar 7 Pemetaan keterkaitan risikoGambar 7 menunjukan kaitan antara kaitan antara kejadian risiko dengan faktor risiko, maka terdapat risiko yang berkaitan dengan risiko lainnya. Sehingga didapatkan faktor risiko yang dijadikan bahan acuan untuk membuat

strategi mitigasi berdasarkan lokasi risiko, yaitu sebagai berikut: (1) Faktor risiko yang berhubungan dengan

pemasok

Page 9: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

9

1. Kesalahan eveluasi perencanaan dalam pencarian dan pemilihan pemasok

2. Alur informasi permintaan customer ke pemasok yang kurang tepat

3. Kurangnya informasi mengenai pemasok yang memiliki potensi

4. Kapasitas tambak dalam pemenuhan udang segar yang dibutuhkan perusahaan tidak memadai

5. Persaingan dengan kompetitor dalam mendapatkan udang segar

6. Terjadinya bencana alam pada lokasi pemasok

(2) Faktor risiko yang berhubungan dengan Organisasi Perusahaan antara lain: 1.kuranganya skill dan pengalaman dari pegawai marketing 2. kapasitas produksi yang kurang memadai

(3) Faktor risiko yang berhubungan dengan Logistic Provider antara lain: 1. Kurang kapabilitasnya mesin yang

dimiliki logistic provider 2. Kesalahan dalam memilih logistic

provider (4) Faktor risiko yang berhubungan dengan

market dan customer: 1. Strategi marketing yang kurang tepat 2. Kurang adanya prioritas CRM dalam

perusahaan 3. Tidak adanya customer tetap 4. Ketidakpastian dari kondisi customer

berkaitan dengan lokasi / perekonomian Negara

5. Tidak adanya informasi demand dan forecasting demand maupun supply

Perancangan mitigasi yang didasarkan oleh kelompok faktor risiko sebelumnya. Dengan demikian, akan didapatkan rancangan mitigasi sebagai berikut : (1) Mitigasi Pemasok :

1. Mengembangkan kriteria untuk pemilihan pemasok. Kriteria dapat melihat kapasitas, data histori pemenuhan udang kepada perusahaan-perusahaan yang menjadi customernya, kemudahan pemasok untuk diajak berkolaborasi dan information sharing, serta kriteria lain yang dibutuhkan.

2. Mempererat kerjasama, kolaborasi dan Information sharing akan kebutuhan

customer kepada pemasok (Choy et al., 2003). Mempererat kerjasama, kolaborasi dan information sharing dapat dilakukan dengan melakukan pertemuan atau komunikasi secara rutin agar penyampaian informasi penting baik informasi jumah maupun spesifikasi demand dapat tersampaikan sejak dini. Dengan alur informasi yang baik dari customer ke pemasok dengan perusahaan sebagai perantaranya, diharapkan pemasok dapat memprioritaskan jenis udang yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga keterbatasan udang yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat lebih ditanggulangi.

3. Mencari pemasok yang berpotensi dengan mengikuti asosiasi perikanan yang berkaitan. Adapun beberapa contoh asosiasi yang dapat diikuti adalah Shrimp Club Indonesia (SCI) dan Komisi Udang Indonesia (KUI). Kedua asosiasi tersebut adalah perkumpulan yang menaungi pengusaha-pengusaha yang bergerak di bidang per-udangan. Dengan mengikuti asosiasi tersebut perusahaan akan banyak mendapatkan informasi mengenai pemasok-pemasok udang lain yang berpotensi dari asosiasi atau dari pengusaha-pengusaha lainnya..

4. Membuat database sesuai dengan data histori pemasok dan potensi pemasok baru secara lengkap, baik dari kapasitas, kesiapan, kecepatan, dan informasi-informasi lainnya (Choy et al., 2003) serta dilakukan pengklasifikasian terhadap kemampuan pemenuhan dari pemasok. Dengan adanya database serta pengklasifikasian pemasok, perusahaan dapat menyalurkan informasi kebutuhan customer kepada pihak pemasok yang paling tepat.

5. Membeli udang segar dengan harga sedikit lebih mahal pada saat PT GMCP harus bersaing mendapatkan udang segar dengan ukuran tertentu dengan kompetitor. Sehingga sesuai dengan prinsip bisnis, dengan harga yang lebih tinggi kemungkinan pemasok akan lebih memilih PT GMCP untuk menjual udang segarnya.

6. Pembayaran kepada pemasok secara tepat waktu. Dari beberapa pemasok

Page 10: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

10

lebih mengutamakan pada ketepatan waktu dalam pembayaran karena pihak pemasok tersebut ingin melakukan perputaran uang dengan cepat pada bisnis mereka.

7. Information sharing mengenai perkiraan hasil pasokan. Dalam strategi mitigasi ini pihak perusahaan bisa mendapatkan informasi keadaan pemasok, apakah rentan terjadi bencana alam atau terjadi hal lainnya yang membuat pemasok tidak dapat memasok raw material sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Strategi ini dapat dilakukan perusahaan dengan jemput bola akan informasi pada pemasok secara rutin atau telah dibuat perjanjian di awal dimana pemasok secara rutin memberikan informasi keadaannya pada perusahaan.

(2) Mitigasi Organisasi perusahaan

1. Melakukan penilaian kinerja dan memberikan reward and punishment. Dengan adanya penilaian kinerja dapat diketahui sampai mana kinerja dari seorang pegawai.

2. Melakukan pelatihan terhadap pekerja atau membuat kelompok pekerja sehingga terdapat transfer knowledge diantara pekerja (empowering and developed the employee skills). Strategi mitigasi ini dapat meningkatkan skill dari pegawai PT GMCP sehingga dapat menanggulangi faktor risiko kuranganya skill dan pengalaman dari pegawai marketing

3. Memberi target yang jelas bagi setiap pegawai dengan waktu deadline tertentu.

4. Memperbesar kapasitas produksi perusahaan. Strategi ini dapat dilakukan jika perusahaan telah melakukan perhitungan forecasting demand maupun supply dan disesuaikan dengan keadaan finansial perusahaan.

(3) Mitigasi Logistic Provider 1. Membuat penilaian terhadap setiap

logistic provider dan membuat database untuk data penilainnya. Penilaian dapat berdasarkan pelayanan, ketepatan waktu pengiriman, dan kehandalan dalam

pengiriman. Strategi mitigasi ini membantu perusahaan mengetahui kapabilitas dari setiap Logistic Provider yang pernah digunakan.

2. Membuat kontrak yang lebih tegas dan lebih menguntungkan perusahaan. Kontrak yang dimaksud misalnya membuat kesepakatan jika terjadi kerusakan produk yang disebabkan kesalahan logistic provider.

(4) Mitigasi kelompok market dan customer: 1. Riset pasar terhadap pasar eksisting dan

potensi customer yang berada di sejumlah negara terhadap minat, tingkah laku, kebiasaan, dan keadaan perekonomian maupun alam. Dalam riset pasar ini dapat digunakan outsourcing dalam membantu perusahaan. Dengan melakukan riset pasar, perusahaan dapat memperbaharui strategi marketing misalnya dengan meningkatkan promosi.

2. Membuat database mengenai pelanggan yang juga terkait jumlah pesanannya, asal negara, persyaratan pesanan dan histori fluktuasi perekonomian negara customer.

3. Merekap data demand dan melakukan forecasting terkait data penjualan (untuk menghasilkan demand) dan supply dari pemasok. Dari hasil forecasting demand maupun supply dapat dilihat gap antara demand dan supply. Dengan diketahuinya gap tersebut dapat dilakukan komunikasi kepada pemasok lebih awal.

4. Memperbaiki strategi CRM dengan melakukan komunikasi secara rutin terhadap customer lama, baik melalui media komunikasi berbasis web ataupun perusahaan yang menghubungi pihak customer (Shaw, 1999). Sedangkan strategi jemput bola dimana perusahaan yang menghubungi pihak customer bertujuan agar perusahaan dapat mendapatkan informasi mengenai keadaan customer lebih awal.

5. Mengikuti International Sertification seperti ISO dan British Retail Concorcium. Dengan mengikuti International Sertification tersebut tentunya akan meningkatkan kepercayaan customer kepada

Page 11: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

11

perusahaan. Selain itu International Sertification ini juga bisa sebagai media promosi.

6. Memberikan pelatihan pada pegawai perusahaan terutama untuk Top Management mengenai pentingnya Customer Relationship Management (CRM).

7. Mempertahankan dan meningkatkan mutu produk serta meningkatkan pelayanan pada customer baik sebelum terjadi transaksi pembelian maupun setelah terjadi pembelian. Dengan strategi mitigasi ini diharapkan dapat meningkatkan loyalitas customer lama pada perusahaan.

8. Menyediakan mekanisme kerja sama dengan customer. Mekanisme kerjasama dapat memungkinkan customer untuk dapat melakukan order lebih awal, sehingga dapat mengurangi ketidakpastian dari sisi demand. Selain itu dengan adanya kerjasama perusahaan dapat lebih mengikat customer. Bentuk kerjasama dapat berbentuk kontrak yang menawarkan harga khusus pada customer atau mengutamakan customer yang bersangkutan saat ada beberapa customer lain yang melakukan order.

Dari strategi-strategi mitigasi diatas terdapat strategi mitigasi yang memiliki integrasi dengan strategi mitigasi lainnya. Strategi mitigasi tersebut adalah strategi yang menghubungkan antara keselarasan kuantitas dari hulu ke hilir supply chain. Dalam menyelaraskan hulu ke hilir supply chain yaitu dari pemasok ke customer tentunya perlu dibandingkan antara data supply dan data demand perusahaan.

Tabel 14 Demand untuk tahun 2011 Bulan Jumlah

Ekspor (Kg) Fill Rate

Demand (kg)

Januari 61.054 0.23 218050 Februari 62.573 0.23 223475 Maret 110.549 0.28 394817.9 April 78.678 0.26 280992.9 Mei 87.250 0.26 311607.1 Juni 78.751 0.26 281253.6 Juli 111.139 0.28 396925

Agustus 93.515 0.26 333982.1 September 76.944 0.24 274800

Oktober 76.499 0.24 273210.7 Nopember 90.777 0.27 324203.6 Desember 92.804 0.27 331442.9

Tabel 15 Supply untuk tahun 2011

Bulan Jumlah Supply (Kg) Januari 111863 Februari 85406 Maret 159115 April 145076 Mei 144184 Juni 111723 Juli 128423

Agustus 151213 September 83725

Oktober 133794 Nopember 120700 Desember 152526

Dari data demand dan supply di atas (tabel 14 dan 15) dapat dilakukan perbandingan untuk kedua data tersebut untuk mengetahui gap antara demand dan supply. Tabel 16 Perbandingan Supply dan Demand

Bulan Supply (kg) Demand (kg) Januari 111863 218050 Februari 85406 223475 Maret 159115 394817.9 April 145076 280992.9 Mei 144184 311607.1 Juni 111723 281253.6 Juli 128423 396925

Agustus 151213 333982.1 September 83725 274800

Oktober 133794 273210.7 Nopember 120700 324203.6 Desember 152526 331442.9

Melihat tabel 16, diketahui terdapat gap yang cukup tinggi antara demand dan supply. Dari gap tersebut jika tidak dilakukan penanganan pada permasalahan tersebut, gap yang terjadi dimungkinkan akan semakin meningkat. Dengan menggunakan minitab, dilakukan forecasting untuk data demand dan supply.

Gambar 8 Hasil Forecasting Double Exponential

Smoothing pada demand selama 48 bulan

Month

Dem

and

JanJulJanJulJanJulJanJulJan

700000

600000

500000

400000

300000

200000

Smoothing ConstantsAlpha (level) 0.2Gamma (trend) 0.2

Accuracy MeasuresMAPE 12MAD 38172MSD 2186530612

Variable

Forecasts95.0% PI

ActualFits

Double Exponential Smoothing Plot for Demand

Page 12: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

12

Gambar 9 Hasil Forecasting Double Exponential

Smoothing pada supply selama 48 bulan

Hasil forecasting yang ditunjukan pada gambar 8 dan 9 menunjukan terjadi peningkatan jumlah supply maupun demand secara perlahan. Berikut merupakan perbandingan antara forecasting demand dan supply.

Tabel 17 Hasil Forecasting Demand dan Supply

Waktu

Forecasting Supply (kg)

Forecasting Demand

(Kg)

Forecasting Demand dengan

kenaikan 5%/tahun (kg)

Feb 2011 120061 299063 299063 Maret 2011

120802 302009 302009

April 2011

121544 304955 304955

Mei 2011 122285 307901 307901 Juni 2011 123027 310847 310847

~ ~ ~ ~ Sep 2014 151950 425741 492848 Okt 2014 152692 428687 496259 Nov 2014 153433 431633 499669 Des 2014 154175 434579 503080 Jan 2015 154917 437525 506490

Dari perbandingan hasil forecasting demand dan supply pada tabel 5.6 terlihat gap yang berkelanjutan dari bulan pertama hingga bulan ke 48 dengan jumlah demand yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah supply. Jumlah peningkatan pada forecasting demand jauh lebih tinggi dibandingkan forecasting supply. Pada tabel di atas dapat dilihat terdapat kenaikan demand jika terjadi peningkatan market share dengan didapatkannya customer baru untuk setiap tahunnya. Asumsi kenaikan market share adalah 5% untuk setiap tahunnya. Dari hasil tersebut mitigasi dapat berlanjut pada penguatan keselarasan antara hulu dan hilir dengan menggunakan pendekatan Supplier Relationship Management (SRM) yang bertujuan untuk mengelola pemasok, membuat pengadaan dapat diprediksi dan berulang, dapat mencukupi kebutuhan perusahaan serta dapat mendapatkan keuntungan melalui bermitra

dengan pemasok (Hermann and Hodgson, 2001). Dari faktor-faktor risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya dapat direkomendasikan beberapa strategi SRM antara lain :

1. Perusahaan dapat melakukan benchmarking dengan perusahaan besar seperti ajinomoto. Pada perusahaan ini dilakukan pengelolaan pemasok dengan ikut berkontribusi pada pemasok seperti dengan program Coorporate Social Responcibility (CSR) untuk supplier partnership.

2. Dengan adanya forecasting supply maupun demand, perusahaan dapat membuat gudang sebagai tempat penyimpanan raw material. Rekomendasi pembuatan gudang sendiri disesuaikan dengan keadaan financial perusahaan.

5 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Dari hasil identifikasi risiko diperoleh 48

risiko pada supply chain perusahaan yang ditelusuri menggunakan pengembangan Supply Chain Operations Reference (SCOR) berdasarkan lima aktivitas yaitu plan, source, make, deliver, dan return yang masing-masing memiliki risiko sebagai berikut : 14 risiko pada aktivitas plan, 7 risiko pada aktivitas source, 9 risiko pada aktivitas make, 10 risiko pada aktivitas deliver, 9 risiko pada aktivitas return.

2. Dari hasil analisa risko yang dilakukan diperoleh nilai likelihood dan consequences berdasarkan Australian Standard/ New Zealand Standard (AS/NZS) 4360 : 2004 diperoleh 28 low risk, 12 moderate risk, dan 8 high risk.

3. Dari pemetaan keterkaitan supply chain risk untuk high risk pada PT Graha Makmur Cipta Pratama, terdapat 15 faktor risiko yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu: faktor resiko yang berhubungan dengan pemasok, organisasi perusahaan, logistic provider, dan customer.

4. Pada perancangan usulan mitigasi terhadap risiko kritis yang terjadi pada supply chain PT Graha Makmur Cipta Pratama yang disesuaikan dengan pengelompokan pada faktor-faktor risiko, didapatkan 7 strategi

Month

Supp

ly

JanJulJanJulJanJulJanJulJan

225000

200000

175000

150000

125000

100000

Smoothing ConstantsAlpha (level) 0.2Gamma (trend) 0.2

Accuracy MeasuresMAPE 19MAD 22275MSD 736387444

Variable

Forecasts95.0% PI

ActualFits

Double Exponential Smoothing P lot for Supply

Page 13: PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA … · mengatur semua pergerakan material, ... penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi ... kepada PPIC

13

mitigasi kelompok pemasok, 3 strategi mitigasi kelompok organisasi perusahaan, 2 strategi mitigasi kelompok logistic provider, 8 strategi mitigasi kelompok customer. Selain strategi mitigasi untuk tiap kelompok, direkomendasikan juga perancangan strategi mitigasi yang memperbaiki keselarasan jumlah supply terhadap demand dengan menggunakan pendekatan Supplier Relationship Management (SRM).

6 Daftar Pustaka 2004. Tutorial: Risk Management Standard,

AS/NZS 4360: 2004, Broadleaf Capital International Pty Ltd.

Alijoyo, A. 2006. Enterprise Risk Management, Jakarta, PT. Ray Indonesia.

Choy, K. L., Lee, W. B., & Lo, V. 2003. Design of an intelligent supplier relationship management system: a hybrid case based neural network approach. Pergamon.

Herrmann, J. W., & Hodgson, B (2001). SRM: Leveraging the supply base for competitive advantage. Proceedings of the SMTA International Conference, Chicago, Illinois, 1 october, 2001

Karningsih, P. D. 2011. Development of a Knowledge Based Supply Chain Risk Identification System. Doctor Philosophy, University of New South Wales.

Muhdi, S. 2005. Program Pengembangan Pemasaran Hasil Perikanan Indonesia. Direktorat Pemasaran Hasil Laut dan Ikan

Pujawan, I. N. & ER, M. 2010. Supply Chain Management, Surabaya, Guna Widya.

Shaw, R. (1999). CRM definitions defining customer relationship marketing and management. In SCN Education BV (Ed.), Customer Relationship Management: The Ultimate Guide to the Efficient Use of CRM. HOTT Guide, 2001

Simchi-Levi, D., Kaminsky, P. & E, S. L. 2000. Designing and Managing the Supply Chain, Boston, McGraw Hill.

Waters, D. 2007. Supply Chain Risk Management, London and Philadelphia, Kogan Page Limited.