pengelolaan ekowisata di taman wisata alam gunung tangkuban parahu

80
LAPORAN PRAKTIK PENGELOLAN EKOWISATA PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG TANGKUBAN PARAHU AFRODITA INDAYANA DEA PUTRA PRATAMA GUNTUR WIBAWA MUKTI MARIA SIAGIAN

Upload: afrodita-indayana

Post on 08-Dec-2014

211 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

LAPORANPRAKTIK PENGELOLAN EKOWISATA

PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG TANGKUBAN

PARAHU

AFRODITA INDAYANADEA PUTRA PRATAMA

GUNTUR WIBAWA MUKTIMARIA SIAGIAN

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATAPROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2012

Page 2: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

LAPORAN

PRAKTIK PENGELOLAN EKOWISATA

PENGELOLAAN EKOWISATA DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG TANGKUBAN

PARAHU

AFRODITA INDAYANADEA PUTRA PRATAMA

GUNTUR WIBAWA MUKTIMARIA SIAGIAN

Laporan Praktek PengelolaanEkowisataSebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapang dan Tugas Akhir pada

Proram Keahlian EkowisataProgram Diploma Institut Pertanian Bogor

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATAPROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2012

Page 3: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

RINGKASAN

AFRODITA INDAYANA, DEA PUTRA PRATAMA, GUNTUR WIBAWA MUKTI, MARIA SIAGIAN. Praktik Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Jalan Raya Tangkuban Parahu No. 282, Cikole- Lembang- Kabupatan Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. BEDI MULYANA.S.Hut, M.Par, MMHTRL

Pengembangan pariwisata alam dilakukan karena melihat adanya zona pemanfaatan pada kawasan hutan termasuk taman wisata alam. Dalam pengembangan tersebut perlu adanya pengelolaan yang bertujuan untuk memadukan kegiatan konservasi dan kegiatan ekonomi secara berkelanjutan. Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu juga merupakan kawasan ekowisata sehingga penting untuk mahasiswa Ekowisata melakukan praktik pengelolaan ekowisata agar dapat mengenal, belajar, sekaligus dapat berpartisipasi dalam pengelolaan ekowisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Adapun tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang pengelolaan ekowisata, melatih mahasiswa untuk memahami dan bekerja secara langsung, meningkatkan daya nalar dalam memahami permasalahan dan mencari solusi serta mampu merancang program perbaikan kegiatan pengelolaan ekowisata, dan menumbuhkembangkan sense of imagination dalam merencanakan dan merancang paket-paket program ekowisata.

Praktik Pengelolaan Ekowisata dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Jalan Raya Tangkuban No. 282, Cikole- Lembang-Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat selama 14 hari efektif yang dimulai dari tanggal 29 Juni – 12 Juli 2012. Dalam melakukan kegiatan, alat dan bahan yang digunakan untuk menunjang kegiatan yaitu berupa alat tulis, kamera digital, kamera video, kuesioner, laptop dan printer. Pelaksanaan kegiatan menggunakan pendekatan metode praktik yaitu mengenal, belajar dan bekerja. Sedangkan metode dalam pengumpulan data yaitu menggunakan metode studi pustaka/ literatur, wawancara dan diskusi, kuesioner, serta observasi, partisipasi dan dokumentasi.

Praktik Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu tentunya membahas mengenai manajemen pengelolaan, kebijakan dan peraturan, kegiatan pengelolaan kawasan/ objek dan pengunjung di kawasan wisata. Manajemen pengelolaan di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu tentunya didasari pada undang-undang yang terkait dengan konservasi dan pengelola memiliki visi dan misi, maksud, tujuan, serta sasaran dalam pengelolaan kawasan. Dalam melakukan pengelolaan pariwisata alam, terdapat beberapa kebijakan dan peraturan yang ditetapkan pengelola terhadap karyawan, pedagang maupun pengunjung dengan tujuan agar adanya ketertiban supaya kegiatan pengelolaan dapat berjalan dengan baik.

Pengunjung merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan dari suatu pariwisata. Oleh karena itu, penting juga mengetahui beberapa karakteristik pengunjung agar pariwisata tersebut dapat dikelola dengan menyesuaikan karakteristiknya dengan kegiatan wisata yang ada. Selain karakteristik pengunjung, perlu juga diketahui persepsi, motivasi serta saran pengunjung mengenai kualitas pelayanan, kondisi sarana dan prasarana serta fasilitas wisata dan tingkat kepuasan yang dirasakan pengunjung. Saran tersebut merupakan salah satu upaya agar peningkatan pengelolaan menjadi lebih baik lagi. Beberapa data yang perlu diketahui tersebut diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan melakukan wawancara langsung kepada pengunjung.

Page 4: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

Judul : Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

Nama/NIM : Afrodita Indayana J3B110049Dea Putra Pratama J3B110043Guntur Wibawa Mukti J3B210067Maria Siagian J3B210072

Program Keahlian : Ekowisata

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Bedi Mulyana, S.Hut, M.Par, M.ScNIP. 19640228 199002 1 001

Mengetahui,

Program Keahlian EkowisataKoordinator,

Helianthi Dewi, S.Hut., M.Si.NIK. 2009.10.00141

Tanggal Pengesahan :

Page 5: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Pengelolaan Ekowisata (PPE) pada tahun 2012 yang berjudul “Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu”. Laporan ini merupakan rangkaian terakhir dari tugas-tugas yang dilakukan pada Praktik Pengelolaan Ekowisata. Praktik tersebut dlakukan selama 14 hari efektif pada tanggal 29 Juni – 12 Juli 2012 di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu.

Kegiatan PPE wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa Ekowisata sebagai syarat untuk mengikuti Praktek Kerja Lapangan Tugas Akhir (PKLTA). Melalui kegiatan PPE tersebut, penulis dapat memiliki gambaran umum mengenai bentuk-bentuk pengelolaan ekowisata dan mampu secara teknis melaksanakan berbagai bentuk unit pengelolaan ekowisata yang ada.

Semoga hasil praktikum ini dapat dijadikan referensi bagi pengelola Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dan menjadi bahan untuk kemajuan kawasan wisata tersebut. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini berguna bagi semua pihak baik secara langsung bagi mahasiswa dan pengelola, maupun tidak langsung bagi wisatawan dan masyarakat.

Bogor, Agustus 2012

Penulis

Page 6: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

2

DAFTAR ISI

Page 7: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

3

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya, sehingga Laporan Praktik Pegelolaan Ekowisata ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:

Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan kami berupa moril, materil, dan doa dari awal awal kegiatan dilaksanakan sampai laporan ini selesai. Kepada Bapak Bedi Mulyana, S.Hut, M.Par, M.Sc selaku pembimbing penulisan Laporan Praktik Pengelolaan dan kepada Ibu Helianthi Dewi, S.Hut,. M.Si selaku penanggungjawab kegiatan Praktek Pengelolaan Ekowisata.

Kepada Ibu Occy Bonanza, SP., MT dan Ibu Dyah Prabandari, SP selaku ketua kegiatan Praktik Pengelolaan Ekowisata koordinator Praktek Pengelolaan Ekowisata yang telah menyiapkan dan mengarahkan kami sejak pembekalan hingga pengumpulan laporan. Bapak Andreas dan Mas Titan sebagai Pembimbing Lapang yang dengan sabar membimbing, membantu, dan memberikan informasi kepada kami pada saat kegiatan praktek pengelolaan.

Direktur Utama PT. Graha Rani Putra Persada selaku pengelola Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu (TWA Tangkuban Parahu), Bapak Dr. Putra Kaban, SH, MH beserta Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) selaku pengawas dan pembina kawasan, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan praktek pengelolaan di kawasan tersebut. Terima kasih juga kami ucapkan kepada segenap staf petugas Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu yang telah memberikan banyak informasi dan bantuan selama kegiatan praktek pengelolaan berlangsung.

Kami juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang mendukung dan menfasilitasi sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga laporan praktik pengelolaan kami dapat bermanfaat bagi semua kalangan sebagai bahan bandingan dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan ekowisata.

Bogor, Agustus 2012

Penulis

Page 8: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

4

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, pengembangan pariwisata alam di kawasan hutan sudah cukup berkembang di Indonesia. Upaya pengembangan tersebut dilakukan berkaitan dengan adanya zona pemanfaatan pada Kawasan Hutan Pelestarian Alam, khususnya Taman Wisata Alam. Dengan adanya Taman Wisata Alam, sehingga dapat memadukan kegiatan konservasi dengan kegiatan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan. Agar dapat mewujudkan pemanfaatan sumber daya hayati beserta ekosistemnya secara lestari sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, untuk itu perlu adanya pengelolaan kawasan konservasi dalam hal pengawetan, perlindungan, dan perlindungan sesuai UU No. 41 Tahun 1999 mengenai Kehutanan. Salah satu taman wisata alam yang telah dikelola dengan cukup baik yaitu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu melalui koordinasi antara PT. Graha Rani Putra Persada (PT. GRPP) selaku pemegang izin pengusahaan pariwisata alam (IPPA) dan BBKSDA selaku pengawas dan pembina kawasan konservasi.

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dikelola dan dimanfaatkan karena melihat adanya beberapa potensi yang dapat dijadikan obyek wisata sehingga dapat digunakan sebagai tempat rekreasi bagi para pengunjung sekaligus dapat tetap menjaga dan merawat sumber daya alam yang ada agar masih tetap ada dan terjaga hingga ke generasi selanjutnya. Oleh karena itu penting untuk memperhatikan pengelolaan taman wisata alam.

Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu selain termasuk dalam kawasan konservasi juga merupakan kawasan ekowisata. Ekowisata itu sendiri merupakan suatu pemahaman mengenai wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada di dalam kawasan sehingga dapat dikelola untuk melakukan aktivitas wisata tanpa merusak alam yang ada. Oleh karena itu penting untuk mahasiswa Ekowisata untuk melakukan praktik pengelolaan ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu sehingga mahasiswa dapat mengenal, belajar sekaligus berpartisipasi dalam pengelolaan di kawasan wisata tersebut.

B. Tujuan Praktik

Praktik Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu tentunya memiliki tujuan. Tujuan yang ingin dicapai tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang pengelolaan ekowisata di Tangkuban Parahu.

2. Melatih mahasiswa untuk memahami dan bekerja secara langsung pada salah satu bidang kajian pengelolaan ekowisata.

3. Meningkatkan daya nalar mahasiswa dalam memahami permasalahan dan mencari solusi serta mampu merancang program perbaikan kegiatan pengelolaan ekowisata.

4. Menumbuh-kembangkan sense of imagination dalam merencanakan dan merancang paket-paket program ekowisata.

C. Manfaat Praktik

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan Praktek Pengelolaan dapat dirasakan dari banyak hal. Adapun manfaat dari kegiatan Praktek Pengelolaan tersebut adalah sebagai berikut :

Page 9: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

5

1. Dapat memahami dan merasakan mengenai suasana lapangan pekerjaan sesungguhnya.

2. Mampu menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.

3. Memberikan data terbaru bagi perencana dan pengelola untuk mengetahui kondisi umum terbaru sebagai bahan acuan dalam mengembangkan kegiatan ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu.

4. Menjadi bahan masukan bagi pihak pengelola Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dalam pengelolaan ekowisata.

5. Memberikan informasi kepada pengunjung yang ingin melakukan aktivitas ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu sehingga diharapkan dapat menumbuhkan minat pengunjung untuk berpartisipasi mengikuti aktivitas wisata alam.

Page 10: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

6

II. KONDISI UMUM

A. Sejarah Kawasan

Gunung Tangkuban Parahu bukan merupakan gunung berapi yang terbesar ataupun tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Tangkuban Parahu terbentuk dari aktifitas letusan berulang Gunung Api Sunda pada zaman presejarah. Catatan letusan dalam 2 abad terakhir adalah pad tahun 1829, 1846, 1862, 1887, 1896,1910 dan 1929, namun sejak dahulu Gunung Tangkuban Perahu telah mempunyai daya tarik yang dapat menarik perhatian banyak orang untuk berkunjung. Wisatawan nusantara, hingga wisatawan mancanegara dari Belanda maupun Eropa yang dahulu bertugas di Hindia-Belanda (Indonesia), sering mengunjungi Gunung Tangkuban Parahu, hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya catatan Bujangga Manik dari Pakuan Pajajaran hingga Franz Wilhelm Junghuhn. Buku P.C. Molhuysen en P.J. Blok “Nieuw Nederlandsch biografisch woordenboek, Deel 6” terbitan tahun 1924, menjelaskan bahwa angouverneur-generaal Abraham van Riebeeck pada tahun 1713 telah mendaki Gunung Tangkuban Perahu dan Papandayan dengan misi untuk mengenali situasi dan kondisi geografis daerah pegunungan di Pulau Jawa, kemudian, Johannes Olivier Jz, sekertaris pemerintah Hindia Belanda yang bertugas di Palembang, dalam bukunya “Tafereelen en merkwaardigheden uit Oost-Indie” terbitan tahun 1836, mencatat banyak orang Eropa yang berkunjung mendaki Tangkuban Perahu, beberapa nama diantaranya, Dr. (Thomas) Horsfield, botanikus berkebangsaan Inggris pada tahun 1804, Heer Leschenault (Jean Baptiste Leschenault de la Tour), botanikus berkebangsaan Perancis, tahun 1805.

Heer Valck yang pada saat itu menjabat sebagai Resident van Krawang tahun 1823. Ahli botani yang mengembangkan Kebun Raya Bogor, Prof. Carl Ludwig Blume di tahun 1824. Selain itu kawasan Tangkuban Perahu tak dapat dipisahkan dari nama Franz Wilhelm Junghuhn, seorang botanikus, geolog, yang mengembangkan perkebunan kina di sekitar kawasan ini. Junghuhn tercatat telah dua kali mengeksplorasi kawasan ini di tahun 1837 dan 1848. Dari perjalanannya menjelajahi pegunungan di Jawa, Junghuhn menuliskannya dalam bukuTopografische und naturwissenschaftliche Reisen durch Java (Perjalanan Topografi dan Ilmiah Melintasi Java -(1845), hingga pada tahun 1864 Junghuhn meninggal dunia dan dimakamkan di kaki GunungTangkuban Perahu tepatnya di Desa Jayagiri, Lembang.

Perkembangan Gunung Tangkuban Parahu hingga memiliki sebuah aksesibiltas berupa jalan raya yang dapat diakses menggunakan kendaraan hingga bibir kawah kawasan Gunung Tangkuban Parahu yang relatif mudah dicapai, sehingga pengunjung tidak perlu bersusah-payah berjam-jam atau bahkan berhari-hari mendaki untuk menikmati keindahan karena akses tersebut. Keberadaan aksesibilitas yang ini merupakan salah satu nilai tambah bagi kegiatan wisata di kawasan dan telah menjadi salah satu alasan banyaknya pengunjung yang berkunjung, berbeda dengan kegiatan wisata alam mendaki gunung lainnya.

Keberadaan adanya jalur aksesibilitas menuju kawah yang dapat diakses oleh pengunjung tersebut tidak terlepas dari sejarah, dimana ada sebuah perkumpulan yang dinamakan Bandoeng Vooruit sebuah organisasi orang-orang Belanda yang tinggal di Bandung. Misi mereka antara lain mengembangkan obyek wisata di wilayah Bandung, menata dan merias penampilan Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata sehingga menarik wisatawan sebanyak-banyaknya untuk datang berkunjung ke Bandung.

Pada sekitar tahun 1924, Heer W. H. Hoogland, ketua Bandoeng Vooruit sudah memikirkan kemungkinan pembangunan jalan raya menuju ke Kawah Ratu, kawah terbesar di kawasan Tangkuban Perahu. Sebelumnya Perhimpunan Sejarawan Alam (Natuur Historische Vereeniging) telah mempelopori pembukaan jalan setapak yang

Page 11: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

7

melintasi sebagian wilayah perkebunan Kina Pemanoekan (Pemanukan) dan Tjiasemlanden (Daerah Ciasem) dan sejak saat gunung Tangkuban Perahu menjadi sering didaki hingga akhirnya pada tahun 1926 pembangunan jalan menuju kawasan Tangkuban Perahu dimulai. Peta Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: L. Van der Pijl, Wandelgids voor den G Tangkoeban Prahoe,Bandoeng: Uitgave A.C. Nix & Co, 1932.

Gambar 1 Peta Tangkuban Perahu

Pada bulan September tahun 1928 sekitar 4 kilometer jalan menuju Kawah Ratu dibuka untuk umum. L. Van der Pijl, dalam bukunya “Wandelgids voor den G. Tangkoeban Prahoe”, menyebutkan bahwa pembangunan jalan tersebut memakan total biaya f 30.000; (30.000 Gulden), karena mahalnya biaya pembangunan dan perawatan fasilitas maka pengunjung yang melalui jalan dikenakan biaya sebesar f 2.50 (2.50 Gulden) bagi kendaraan roda empat dan f 1 (1 Gulden) untuk kendaraan bermotor roda dua. Kemudian jalan menuju Kawah Ratu itu dinamakan Hooglandweg mengacu pada nama Heer W. H. Hoogland, ketua perkumpulan Bandung Vooruit, pencetus ide pembangunan jalan yang hingga kini dapat dinikmati para pengunjung Gunung Tangkuban Perahu.

B. Kebijakan Pengelolaan

Pemberlakuan kebijakan pengelolaan kawasan wisata yang dilakukan PT. GRPP selaku pengelola kawasan berserta BBKSDA selaku pembina serta pengawas kawasan, meliputi kebijakan pariwisata nasional, kebijakan pariwisata regional, dan kebijakan pariwisata alam. Secara garis besar kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk perkembangan secara positif kawasan yang seimbang, meliputi terpeliharanya aspek ekologi kawasan secara lestari, meningkatkan mutu perekonomian nasional dan regional dan harmonisasi sosial budaya masyarakat dan pranata sosial dengan kawasan. Perusahaan tidak hanya menerapkan kebijakan pengelolaan secara umum, namun kebijakan pengelolaan meliputi strategi pengembangan pariwisata alam juga telah diterapkan, strategi tersebut antara lain mencangkup strategi umum dan strategi perusahaan yang terbagi kembali menjadi beberapa bagian meliputi strategi bangunan, strategi manajemen, strategi pengelolaan lingkungan, strategi pemasaran, serta strategi jejaring promosi dan pemasaran. Strategi tersebut dirancang sebagai salah satu bentuk

Page 12: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

8

perencanaan dan penunjang efektifitas pekerjaan, serta implementasi dari sebuah antisipasi suatu keadaan.

C. Struktur Organisasi Pengelolaan

Suatu kawasan yang dikelola baik oleh Perusahaan Swasta maupun Negara harus memiliki struktur organisasi yang jelas. Struktur organisasi tersebut cukup penting dalam melakukan pengelolaan kawasan agar semua divisi dapat menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan tanggungjawab yang telah diberikan. Begitu pula pengelola Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu yang saat ini dikelola oleh PT. Graha Rani Putra Persada (PT. GRPP) juga memiliki organisasi yang cukup terstruktur dengan rapih dan menempatkan beberapa sumberdaya manusia yang cukup professional sehingga pengelolaan di TWA Gunung Tangkuban Parahu menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Kebutuhan sumber daya manusia di PT. Graha Rani Putra Persada selama masa pengusahaan direncanakan berjumlah 75 orang. Sumber daya manusia tersebut terdiri dari satu orang dewan komisaris, satu orang sebagai direktur utama, satu orang sebagai direktur operasional, tiga orang ditunjuk sebagai manajer, dua orang bertanggungjawab sebagai sekretaris, tujuh orang menjadi kepala bagian, dan selebihnya sebanyak 60 orang bertugas menjadi staf. Adapun struktur organisasi dalam pengelolaan TWA Gunung Tangkuban Parahu pada PT. Graha Rani Putra Persada dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 2 Struktur Organisasi PT. GRPP

Direktur Utama. Dalam pelaksanaan kegiatan PT. Graha Rani Putra Persada dipimpin oleh seorang Direktur Utama. Direktur bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional baik teknis, administratif dan keuangan Direktur Utama. Dalam melaksanakan tugasnya, direktur dibantu oleh seorang sekretaris dan tiga orang manajer

Page 13: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

9

yaitu manajer umum dan keuangan, manajer konservasi serta manajer SDM dan Kerjasama. Adapun tugas dari seorang Direktur Utama adalah:

1. Menyusun visi dan misi perusahaan bersama para manajer.2. Memimpin dan bertanggung jawab atas aktivitas perusahaan dan bertanggung

jawab kepada Direktur Utama.3. Memimpin rapat umum perusahaan, menjelaskan dan menyimpulkan tindakan

dan kebijakan perusahaan.4. Bertindak sebagai perwakilan perusahaan dalam hubungannya dengan dunia luar.5. Melaksanakan kegiatan sebagai pimpinan perusahaan, merencanakan,

mengembangkan dan mengimplemetasikan strategi dan manajemen perusahaan.Sekretaris. Tugas dari sekretaris adalah memberikan catatan semua dokumentasi

dan membuat notulen rapat yang berkaitan dengan operasionalisasi dan pengembangan perusahaan, antara lain sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan database dan penyimpanan dokumen asli perusahaan.2. Mengupayakan kelancaran pelaksanaan agenda Direksi.3. Mengelola dan mengembangkan sistem informasi perusahaan.4. Menyiapkan laporan perusahaan serta berkordinasi dengan para manajer sesuai

ketentuan yang berlaku.5. Mengkoordinasikan bahan-bahan laporan untuk Rapat Direksi, Rapat Komisaris

dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).6. Melaksanakan kegiatan kesekretatiatan perusahaan.7. Menyiapkan laporan Sekretaris Perusahaan secara benar dan tepat waktu.

Manajer umum dan keuangan. Manajer Umum dan Keuangan bertugas menyusun rencana dan program pengusahaan pariwisata alam berdasarkan dokumen perencanaan perusahaan yang telah disahkan, meliputi sarana dan prasarana, kebutuhan biaya, pengamanan kawasan, pengelolaan limbah, dan rehabilitasi kawasan yang mengalami kerusakan. Selain itu manajer bertugas melaksanakan administrasi keuangan yang menyangkut seluruh kegiatan di lapangan.

Manajer keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Fungsi-fungsi keuangan tersebut berupa upaya untuk memperoleh dana (raising of fund) dan upaya untuk menggunakan dana tersebut (allocation of fund). Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva tersebut. Dalam memperoleh dana, manajer keuangan melakukan keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan keuangan perusahaan. Kegiatan penting lainnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat aspek, yaitu:

1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer lainnya yang bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.

2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya.

3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di perusaaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin.

4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, dimana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.

Manajer konservasi. Tugas dari Manajer Konservasi adalah merencanakan anggaran-anggaran pelatihan fungsional/ per bagian, biaya-biaya peramalan (forecast) dan angka-angka peserta training seperti yang diperlukan oleh sistem perencanaan dan anggaran organisasi. Dalam mengukur kebutuhan training yang relavan untuk karyawan baik untuk level individu atau level organisasi, Manajer Konservasi berkonsultasi dengan tiap-tiap kepala bagian, termasuk metoda-metoda penilaian dan sistem pengukuran yang

Page 14: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

10

diperlukan. Manajer Konservasi harus selalu mengetahui informasi terkini mengenai ketrampilan-ketrampilan dan level kualifikasi yang relavan yang diperlukan oleh karyawan untuk tetap mempunyai kinerja yang efektif dan menginformasikan ke setiap orang setiap persyaratan dan informasi yang terkait dengan hal tersebut ke organisasi secara tepat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konservasi.

Selain itu,tugas dari Manajer Konservasi adalah membuat strategi dan rencana-rencana organisatoris untuk memenuhi kebutuhan teknis dan pengembangan, mengatur pelaksanaan pelatihan, pengukuran dan tindak lanjut yang diperlukan, mendesain program training dan kursus-kursus serta kurikulum yang diperlukan untuk mengetahui kebutuhan pelatihan atau mengatur terlaksanakan kegiatan ini dengan melibatkan penyedia jasa dari luar perusahaan. Mengidentifikasi, memilih dan mengatur lembaga pelatihan dan akreditasi eksternal, para agensi serta penyedia-penyedia jasa training untuk melaksanakan training yang diperlukan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan.

Tugas Manajer Konservasi tidak hanya itu saja namun juga bertugas untuk mengorganisir tempat pelaksanaan pelatihan, logistic, pengangkutan, pemondokan seperti yang diperlukan untuk mencapai pengadaan dan pelaksanaan pelatihan secara efisien. Merencanakan dan melaksanakan kursus latihan secara pribadi sebagai supplement (tambahan) dari training yang disediakan secara eksternal maupun internal oleh pihak lain. Menyusun untuk pemeliharaan segala perlengkapan dan material yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengukuran training.

Kegiatan yang telah dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu untuk sumber daya alam yang berkaitan dengan konservasi cukup beragam dalam tiga tahun terahir semenjak dikelola oleh PT. Graha Rani Putra Persada. Kegiatan tersebut yakni penanaman lebih dari 10.000 pohon, membuat area persemaian di dekat Terminal Jayagiri, dan melakukan restorasi terhadap lingkungan. Beberapa kegiatan tersebut dilakukan sebagai pengelolaan untuk menghindari adanya bencana alam longsor dan upaya perbaikan drainase.

Manajer SDM dan Kerjasama. Tugas dari manajer SDM dan Kerjasama adalah merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi di bidang Kerjasama dan pengembangan SDM (termasuk perekrutan dan pemilihan kebijakan/ prestices, disiplin, keluhan, konseling, upah dan persyaratannya, kontrak-kontrak, kerjasama dan pengembangan SDM, perencanaan suksesi, moral dan motivasi, kultur dan pengembangan sikap dan moral kerja, manajemen penimbangan prestasi dan hal seputar manajemen mutu dan lain sebagainya (ditambahkan selama masih relavan). Menetapkan dan memelihara sistem yang sesuai untuk mengukur aspek penting dari pengembangan HR, memonitor, mengukur dan melaporkan tentang permasalahan, peluang, rencana pengembangan yang berhubungan dengan SDM dan pencapaiannya dalam skala waktu dan bentuk/ format yang sudah disepakati.

Mengatur dan mengembangkan staf langsung (yang melakukan direct report kepadanya). Mengelola dan mengendalikan pembelanjaan SDM per bagian sesuai anggaran-anggaran yang disetujui. Bertindak sebagai penghubung (liaison) dengan para manajer functinonal/ manajer department yang lain agar memahami semua aspek-aspek penting dalam pengembangan SDM, dan untuk memastikan mereka telah mendapatkan informasi yang tepat dan mencukupi tentang sasaran, tujuan/ obyektif dan pencapaian-pencapaian dari pengembangan SDM.

Memelihara kesadaran dan pengetahuan tentang teori pengembangan HR yang sesuai zaman dan metoda-metoda dan menyediakan penafsiran yang pantas untuk para direktur, para manajer dan staf didalam organisasi. Berperan untuk evaluasi dan pengembangan strategi pengelolaan SDM dan kinerja dalam pengimplementasian strategi tersebut, dengan bekerja sama dengan tim eksekutif. Memastikan setiap aktivitas mempunyai benang merah serta terintegrasikan dengan persyaratan-persyaratan organisasi (organizational requirements) untuk bidang-bidang manajemen mutu, kesehatan dan

Page 15: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

11

keselamatan kerja, syarat-syarat hukum, kebijakan-kebijakan dan tugas umum kepedulian lingkungan. Selain itu, manajer SDM dan Kerjasama juga bertugas menyusun rencana pemasaran paket-paket wisata, melaksanakan promosi baik secara langsung maupun tidak langsung, menjalin kerjasama dengan biro perjalanan, hotel-hotel, kerjasama dengan media massa baik cetak maupun elektronik, pemantauan dan evaluasi program-program pembinaan serta kemitraan dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan peningkatan ketrampilan/ keahlian, penyuluhan KSDA, serta membantu aparat dalam pembinaan dengan masyarakat di sekitarnya.

D. Kondisi Fisik Kawasan

1. Letak dan Luas

TWA Kawah Gunung Tangkuban Parahu dan Hutan Lindung Ciole ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 528/Kpts/UM-IX/79 tanggal 3 September 1979 seluas 370 Ha. Secara administratif termasuk Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat.

Luas kawasan hutan Gunung Tangkuban Parahu yakni 1.660 Ha yang terdiri atas 1.290 Ha kawasan hutan lindung dan 370 Ha kawasan taman wisata alam. Kawasan TWA Kawah Gunung Tangkuban Parahu dan Hutan Lindung Cikole secara Geografis terletak antara 6°40’ – 650’ Lintang Selatan dan 107°30’ – 107°40’ Bujur Timur dengan puncak tertinggi ± 2.084 meter dpl.

Batas-batas kawasan taman wisata alam berdasarkan kewenangan pengelolaannya termasuk Balai Besar KSDA Jawa Barat di Bandung adalah sebagai berikut: Sebelah Utara: Cagar Alam Gunung Tangkuban Parahu Sebelah Selatan: Hutan Produksi PT. Perhutani (Persero) Sebelah Timur: Cagar Alam Gunung Tangkuban Parahu Sebelah Barat: Hutan Produksi PT. Perhutani (Persero)

2. Topografi

Tangkuban Parahu merupakan gunung berapi yang bentuknya seperti perahu terbalik. Secara umum, keadaan lapangannya bergelombang dengan kemiringan tajam di beberapa tempat dengan ketinggian di lokasi kompleks Kawah Upas dan Kawah Ratu 1.830 mdpl, dan komplek Kawah Domas 1.650 mdpl. Sedangkan puncak tertinggi berada di sebelah utara kompleh kawah tersebut dengan ketinggian 2.084 mdpl.

3. Iklim

Iklim menurut klasifikasi Schmidtdan Fergusson di kawasan Taman Wisata Alam kawah Gunung Tangkuban Parahu dan Hutan Lindung Cikole termasuk dalam klasifikasi iklim tipe B, dengan curah hujan berkisar antara 2.500 mm – 3.300 mm per tahun yang tergolong dalam kategori iklim basah. Temperatur di kawasan terbagi menjadi dua yaitu temperatur minimum dan maksimum. Temperatur minimum kawasan yaitu 15°C sedangkan temperatur maksimum kawasan adalah 29°C. Sementara kelembaban udara rata-rata berkisar 69,5% dan bervariasi antara 45% - 97%. Sedangkan arah angin berganti setiap 6 bulan sekali dengan kecepatan antara 2-4 knot/ jam.

Page 16: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

12

4. Geologi dan tanah

Sebagaian besar keadaan batuan di kawasan ini merupakan batuan sedimen dan batuan gunung api yang terdiri dari aktivitas gunung berapi muda dengan jenis batuan lava dan tufa serta di beberapa tempat terdapat batu apung. Batuan yang dihasilkan dari aktifitas gunung berapi tua yang tidak teruraikan, terdapat di sebelah Barat dan Timur kompleks Kawah Ratu, Kawah Domas dan Kawah Upas. Adapun keadaan tanah dan batuan di kawasan TWA Kawah Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3 Tanah dan Batuan

Keadaan tanah di dalam kawasan Taman Wisata Alam Kawah Gunung Tangkuban Parahu tersebut terdiri dari:1. Jenis tanah andosol yang berasal dari batuan beku basis dan intermedier di daerah

gunung.2. Tebal tanah efektif kurang dari 30 cm kecuali pada hutan-hutan yang lebat

vegetasinya seperti di sekitar puncak karena banyak terdapat humus dengan tebal tanah mencapai 50 – 60 cm.

3. Tekstur tanah jenis kasar (pasir).4. Dilihat dari segi drainasenya, termasuk kedalam daerah yang tidak pernah

tergenang.5. Erosi besar relative tidak ada.6. Disekitar kompleks kawah mengandung unsur belerang, semakin dekat pada

kawah maka persentasenya semakin tinggi.

E. Kondisi Biotik Kawasan

Kondisi biotik yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu mencakup dua hal, yaitu flora dan fauna. Flora dan fauna yang berada di kawasan wisata tersebut cukup beraneka ragam, mulai dari flora dan fauna yang sering dilihat hingga flora dan fauna yang sulit untuk ditemukan. Adapun kondisi biotik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Flora

Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu termasuk dalam kategori kawasan konservasi yang masih berkaitan cukup erat dengan alam yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan masih lestari. Oleh karena itu

Page 17: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

13

kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dapat dinikmati dengan keadaan vegetasi yang cukup beragam. TWA Gunung Tangkuban Perahu merupakan perwakilan dari tipe ekosistem hutan hujan pegunungan dengan jenis vegetasi yaitu Puspa (Schima walichii), Pasang (Quercus blumeana), Kihiur (Castanopsis javanica), Jamuju (Podocarpus imbricatus), dan Saninten (Castanopsis argentea). Sedangkan Jenis tumbuhan bawah didominasi oleh jenis paku-pakuan. Tumbuhan yang dapat tumbuh di sekitar kawah hampir semuanya terdiri dari jenis yang sama, yaitu Manarasa (Vaccinium sp.) dan Jambu Alas (Zizigium densiflora). Selain dari tumbuhan tersebut, tumbuhan lain tidak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dikarenakan melihat dari kondisi kawasan yang udaranya bercampur dengan gas belerang. Jenis pohon Manarasa dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber: www.google.com

Gambar 4 Pohon Manarasa

2. Fauna

Jenis fauna yang terdapat di TWA Gunung Tangkuban Parahu Cukup beragam. Beberapa fauna yang ada menyebar di seluruh kawasan. Jenis fauna yang ada, merupakan habitat mereka di kawasan yang terbuka dan dapat dijumpai oleh pengunjung pada waktu-waktu tertentu. Satwa liar di kawasan TWA Gunung Tangkuban Perahu antara lain Macan Kumbang (Panthera pardus), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypitecus auratus), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Sus vitasus), Kijang (Muntiacus muntjak), Trenggiling (Manis javanica), Jelarang (Ratufa bicolor), dan Tando (Petaurista elegans). Selain itu juga terdapat beberapa jenis burung (aves) seperti Ayam Hutan (Gallus gallus varius), Elang Ruyuk (Spilornis cheela).

Monyet Ekor Panjang cukup sering dijumpai oleh pengunjung karena mereka cukup sering turun ke jalan untuk mencari makan. Monyet Ekor Panjang biasanya selalu datang bergerombol. Jenis hewan tersebut cukup sering turun dan dapat dijumpai di sekitar area pintu gerbang utama pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Jenis hewan Monyet Ekor Panjang dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 18: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

14

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5. Monyet Ekor Panjang

F. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan suatu rangkaian jalur untuk menuju sebuah lokasi. Lokasi TWA Kawah Gunung Tangkuban Parahu dapat dicapai dengan mudah dari tiga arah, yaitu:

1. Arah Selatan, dari Kota Bandung melalui Lembang dapat dicapai dengan kendaraan bermotor dengan jarak 29 km.

2. Arah Barat Daya, dari Kota Cimahi melalui rute Cimahi – cisarua – Kampung Parompong – Lembang – Tangkuban Parahu dengan jarak 29 km.

3. Arah Utara, dari Kota Subang dapat dicapai melalui jalan aspal sampai di pintu masuk/ tol. Jalan ini merupakan bagian jalan regional Bandung – Lembang – Subang – Pamanukan yang merupakan jalan Propinsi. Jarak dari Subang – pintu masuk. Tol adalah ± 31 km dengan kondisi jalan baik, dapat dilalui oleh berbagai macam kendaraan bermotor.

4. Dari Jakarta melalui Tol Cipularang – Subang – TWA Kawah Gunung Tangkuban Parahu.

G. Sarana, Prasarana, dan Fasilitas

Sarana, prasarana, dan fasilitas merupakan poin yang cukup penting sebagai alat pendukung dan penunjang demi terlaksananya aktivitas wisata yang dapat menghasilkan kepuasaan pada pengunjung di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Sarana merupakan suatu media untuk menunjang fasilitas. Prasarana merupakan suatu hal yang menunjang dari suatu sarana di tempat tertentu. Fasilitas merupakan suatu media yang memiliki fungsi sebagai penunjang kegiatan. TWA Tangkuban Parahu merupakan kawasan wisata yang telah memiliki sarana dan fasilitas yang sudah memadai untuk melakukan wisata alam, hal tersebut dinilai dari keindahan, fungsi sosial secara dimesional dan psikologis, hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan sarana dan fasilitas yang selalu dibangun utamanya pada daerah konsentrasi pengunjung dengan jumlah yang menyesuaikan dengan kebutuhan pengunjung dari segi dimensional dan psikologis. Setiap fasilitas dan sarana yang ada belum didukung secara intensive oleh prasarana di TWA Tangkuban Parahu,

Page 19: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

15

hal ini dapat dilihat pada salah satu prasarana seperi aliran listrik yang tidak tersedia karena terpengaruhi faktor alam. Gunung Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung berapi, dan berdasarkan pada asap gas belerang yang keluar dari kawah memiliki sifat korosif yang dapat membuat besi dan logam metal lainnya mengalami pengikisan dan dapat menjadi keropos, oleh sebab itu aliran listrik melalui kabel cukup sulit untuk disalurkan pada sarana, dan fasilitas yang terdapat pada kawasan, namun hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi proses kegiatan wisata alam secara signifikan. Keberadaan sarana, prasarana dan fasilitas pada TWA Tangkuban Parahu seperti rumah makan, pusat informasi, tempat parkir, toilet, pos jaga, kios cinderamata, jalan setapak, jalan akses utama, tempat ibadah, pintu gerbang, pos kesehatan P3K, shelter, papan informasi, menara pandang, papan penunjuk arah, tempat sampah, transportasi wisata, pintu masuk, papan penunjuk arah, dan pos keamanan. Kantor Pusat Informasi dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 6 Pusat Informasi yang bagian atasnya memiliki multifungsi sebagai menara pandang

Pembangunan sarana, prasarana, dan fasilitas pada TWA Tangkuban Parahu telah melalui prosedur yang sesuai dengan yang berlaku pada suatu kawasan konservasi dan diawasi oleh Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam, sehingga pembangunan akan daya dukung kegiatan wisata tersebut tidak akan mengganggu kawasan konservasi. Kegiatan evaluasi akan keberadaan sarana, prasarana dan fasilitas selalu dilakukan secara berkala oleh pihak pengelola untuk pengendalian resiko berkaitan dengan keselamatan, keamanan serta kenyamanan pengunjung kawasan, sebagai contoh merupakan perbaikan jalan akses utama. Perbaikan jalan tersebut dilakukan ketika kawasan telah ditutup atau malam hari, sehingga tidak mengganggu keberlangsungan aktvitas wisata.

H. Daya Tarik dan Objek Wisata

Daya tarik merupakan suatu sesuatu yang dapat menarik seseorang untuk mendatangi suatu obyek pada kawasan dengan alasan tertentu. TWA tangkuban parahu merupakan suatu kawasan wisata alam yang terdapat banyak daya tarik yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung dengan alasan untuk berekreasi dan wisata. Daya tarik yang terdapat di TWA Tangkuban Parahu yaitu pemandangan alam yang indah, berupa gejala alam kawah, flora, fauna, kesejukan suhu, aksesilibitas menuju objek yang mudah dicapai, dan terdapat souvenir maupun makanan khas daerah setempat.

Destinasi wisata utama yang terdapat di TWA tangkuban parahu yaitu antara lain Kawah Ratu yang termasuk destinasi unggulan, karena obyek ini merupakan obyek yang paling mudah dijangkau oleh wisatawan dan sering menjadi destinasi pertama di TWA Tangkuban Parahu karena letaknya berada sangat berdekatan dengan lahan parkir

Page 20: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

16

kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat pribadi. Pemandangan dari Kawah Ratu dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 7 Pemandangan Kawah Ratu pada Gunung Tangkuban Parahu

Obyek berikutnya merupakan Kawah Upas dan Kawah Baru yang terletak sekitar ± 1.3 km berjalan kaki memutari kawah ratu dan berada disamping kawah ratu. Kawah Upas memiliki suatu keunggulan dimana ketika musim penghujan kawah tersebut akan terisi air dan membentuk sebuah danau yang berwarna biru ditambah dengan suburnya vegetasi endemik yaitu pohon manarasa yang mampu tumbuh pada situasi ekosistem yang berkandungan sulfur tinggi. Kawah Baru merupakan sebuah kawah yang terletak pada tebing disamping kawah upas yang tidak membentuk sebuah cekungan mangkuk besar seperti kawah lainnya. Obyek kawah selanjutnya merupakan Kawah Domas. Kawah ini merupakan salah satu destinasi favorit bagi para wisatawan TWA tangkuban perahu yang memiliki waktu kunjungan lebih banyak dibandingkan wisatawan dengan kunjungan waktu yang terbatas. Pada kawasan kawah ini terdapat beberapa kolam kecil yang berisi air panas alami dari belerang dan bercampur sedikit lumpur. Objek kawah Domas dapat dilihat pada Gambar 8.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 8 Kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada obyek wisata Kawah Domas

Page 21: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

17

Keunggulan obyek Kawah Domas ini merupakan pemanfaatan kondisi kawasan yang cenderung aman untuk dikunjungi hingga jarak yang cukup dekat. Keadaan yang baik ini berkembang menjadi suatu atraksi wisata yang sangat menarik perhatian wisatawan, karena pada kawah domas ini, wisatawan dapat melakukan aktivitas seperti merendam kaki di kolam air panas, massage lumpur, dan merebus telur dengan air panas yang mencapai suhu 98° C. Aksesibiltas yang dapat dilalui oleh wisatawan berupa jalan setapak sepanjang ± 1.5 km dan tersedia dua buah pintu, yang pertama terletak sekitar 700 meter dibawah Terminal Jayagiri, dan yang kedua terletak berdekatan dengan pusat informasi serta lahan parkir kendaraan roda dua, dari kedua pintu tersebut wisatawan perlu menempuh perjalanan jalan kaki sejauh ± 1.5 km. Selama perjalanan wisatawan, pengelola juga telah mengantisipasi keselamatan dan keamanan wisatawan dengan pagar pembatas jalan setapak yang melindungi wisatawan dari resiko terjatuh diluar jangkauan jalan setapak atau jurang. Selain itu pembuatan papan penunjuk arah agar wisatawan tidak tersesat dan pembangunan shelter juga telah dilakukan sebagai lokasi peristirahatan wisatawan ketika merasa lelah.

Obyek wisata selanjutnya merupakan obyek wisata tambahan yang termasuk baru dibangun sebagai bentuk inovasi dari pengelola berupa atraksi outbound yang dapat dinikmati oleh semua pengunjung TWA Tangkuban Parahu. Pembangunan outbound sebagai atraksi dan obyek wisata tambahan yang dibangun oleh pengelola PT. GRPP ini telah melalui prosedur yang berlaku dan dalam pengawasan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA). Outbound yang dibangun pengelola ini memiliki nilai keunikan, fungsi sosial, seasonality yang cukup tinggi, dinilai dari segi jumlah permainan dan keanekaragamaan permainan yang cukup lengkap. Adapun permainannya antara lain ialah “Flying Fox” yang meluncur hingga 175 meter dengan kemiringan start meluncur hingga landasan mencapai ± 45º yang dapat menimbulkan rasa adrenalin yang tinggi. Kemudian permainan selanjutnya yang dapat memacu adrenalin dan dapat menguji serta melatih mental ialah permainan “High Rope” yang memiliki lebih dari 33 rintangan yang berada di ketinggian ± 25m, kemudian permainan inovasi yang menjadi primadona wisatawan dan menjadi andalan pengelola ialah permainan “Giant Swing” yang mana wisatawan diluncurkan dari ketinggian 27m dengan menggunakan tali yang mengait pada satu poros yang telah diuji kekuatannya, sehingga adrenalin akan mengalir seiring tubuh menuju ke bumi dengan kecepatan yang tinggi. Keselamatan dan keamanan seluruh wisatawan telah ditunjang dengan peralatan outbound yang telah memiliki tingkat standarisasi dunia dan trainer atau operator outbound yang telah terlatih. Selain itu pembelian tiket yang dilakukan pengunjung telah termasuk kedalam penjaminan asuransi pengunjung jika mengalami hal yang tidak diinginkan. Permainan outbound serta perlengkapannya dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 9. Kegiatan wisata pada outbound TWA Tangkuban Parahu

Page 22: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

18

Segala keunggulan dan kelebihan akan daya tarik tambahan yang diberikan oleh pengelola berupa penambahan obyek wisata outbound memiliki sejumlah hal yang harus ditingkatkan dari segi promosi kepada pengunjung karena aksesibilitas menuju obyek wisata outbound cukup bagus namun lokasi outbound terletak pada lokasi yang bukan merupakan sirkulasi pengunjung secara umum, karena terletak pada sudut Terminal Jayagiri sehingga diperlukan strategi promosi yang harus ditambah efektifitasnya. Pemetaan daya tarik wisata dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Pemetaan daya tarik dan obyek wisata pada TWA Tangkuban Parahu

I. Sosial, Ekonomi, dan Budaya MasyarakatSosial merupakan suatu interaksi yang diciptakan dari satu individu kepada individu

lainnya. Hubungan sosial antara masyarakat sekitar dengan pengelola cukup baik. dapat dilihat dari kerja sama yang berupa penyediaan jasa wisata. Hal tersebut mengakibatkan perekonomian masyarakat bertambah baik. Ekonomi merupakan suatu ungkapan kebutuhan materil (barang dan jasa yang dapat diukur) yang harus dipuaskan. Sumber mata pencarian utama masyarakat sekitar terdapat di TWA Tangkuban Parahu yang sebagian besar sebagai pedagang hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 11 dan menjadi karyawan dari pengelola kawasan TWA Tangkuban Parahu, karena 90 % karyawan dan pedagang yang bekerja merupakan warga sekitar.

. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 11 Pedagang yang sedang berjualan souvenir pada kawasan TWA Tangkuban Parahu yang hampir 90 % merupakan warga sekitar kawasan

Page 23: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

19

Budaya merupakan suatu hasil cipta, karya, karsa, dan rasa pada daerah tertentu, dan masyarakat merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Budaya masyarakat merupakan suatu hasil cipta, karya, karsa dan rasa yang dimiliki oleh masyarakat tertentu. Terdapat elemen budaya di sekitar TWA Tangkuban Parahu seperti Bahasa Sunda sebagai bahasa keseharian, sistem pengetahuan, bentuk organisasi sosial system pelengkapan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian sebagai pedagang, sistem religi yang berupa pemeluk agama islam, dan memiliki kesenian Sunda berserta alat kesenian. Sosial budaya masyarakat selalu dijaga dengan baik dan didukung kelestariannya oleh pengelola dan masyarakat yang berada di sekitar kawasan TWA Tangkuban Parahu dengan penyelenggaraan berbagai event budaya yang diadakan pada kawasan serta pembangunan panggung budaya pada kawasan terminal jayagiri.

Page 24: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

20

II. METODE PRAKTIK PENGELOLAAN

A. Lokasi dan Waktu Praktik

Lokasi kegiatan Praktik Pengelolaan Ekowisata dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Jalan Raya Tangkuban No. 282, Cikole- Lembang-Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Praktik Pengelolaan Ekowisata dilakukan selama 14 hari efektif yaitu dimulai dari tanggal 29 Juni – 12 Juli 2012. Adapun jadwal harian pelaksanaan Praktik Pengelolaan Ekowisata dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jadwal Harian Praktik Pengelolaan EkowisataNo

Hari/ Tanggal Waktu (WIB) Kegiatan Keterangan

1 Jumat, 29-06-12 07.00 – 17.00Adaptasi kawasan dan pengumpulan data sekunder

Observasi dan dokumentasi

2 Sabtu, 30-06-12 07.00 – 17.00Adaptasi kawasan dan pengumpulan data sekunder

Observasi, dokumentasi dan wawancara

3 Minggu, 01-07-12 07.00 – 17.00 Pengambilan data primer

4 Senin, 02-07-12 07.00 – 17.00Penyebaran kuesioner pengunjung

5 Selasa, 03-07-12 07.00 – 17.00 Evaluasi dan wawancaraWawancara kordinator kebersihan

6 Rabu, 04-07-12 07.00 – 17.00 PartisipasiPartisipasi di lokasi outbound, bagian ticketing wara-wiri dan pusat informasi

7 Kamis, 05-07-12 07.00 – 17.00 Partisipasi8 Jumat, 06-07-12 07.00 – 17.00 Partisipasi9 Sabtu, 07-07-12 07.00 – 17.00 Partisipasi10 Minggu, 08-07-12 07.00 – 17.00 Partisipasi11 Senin, 09-07-12 07.00 – 17.00 Partisipasi12 Selasa, 10-07-12 07.00 – 17.00 Partisipasi13 Rabu, 11-07-12 07.00 – 17.00 Evaluasi

14 Kamis, 12-07-12 07.00 – 17.00 Evaluasi dan wawancara

Wawancara pihak BBKSDA dan kordinator infrastruktur

B. Alat dan Bahan

Kegiatan Praktik Pengelolaan Ekowisata menggunakan beberapa alat dan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pengambilan hingga pengolahan data. Alat dan bahan yang digunakan serta manfaatnya telah disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Alat dan Bahan yang Digunakan

No Alat dan Bahan Kegunaan1 Alat Tulis Untuk mencatat data yang diperoleh

2 Kamera Digital Mengambil gambar obyek, potensi, dan sumber daya wisata yang ada beserta sarana dan prasarana di TBPM

3 Kamera Video Untuk merekam gambar dan hasil wawancara

4 Kuesioner Untuk mengetahui karateristik, motivasi dan persepsi pengunjung.

5 Laptop Untuk mengolah data kedalam laporan

Page 25: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

21

6 Printer Untuk mencetak laporan

C. Pendekatan Metode Praktik

Praktik Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu dilaksanakan dengan menggunakan beberapa pendekatan metode praktik. Adapun pendekatan metode praktik yang digunakan terdiri dari tiga metode, yaitu tahap mengenal, belajar dan bekerja. Ketiga tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Mengenal

Tahap mengenal merupakan tahapan dimana praktikan dituntut untuk mengetahui secara baik mengenai berbagai karakteristik areal TWA Gunung Tangkuban Parahu, dan karakteristik manajemen pengelolaan wisata tersebut.

2. BelajarTahap belajar merupakan tahapan yang mana praktikan dituntun untuk mampu mengikuti serangkaian kegiatan pengelolaan sesuai dengan berbagai standar yang diterapkan oleh manajemen.

3. BekerjaPada tahap bekerja, praktikan dituntut untuk mampu bekerja melaksanakan kegiatan pengelolaan (yang dipilih/ ditentukan secara mandiri dengan standar kinerja yang telah ditetapkan).

D. Metode Pengambilan Data

Kegiatan praktik pengelolaan ekowisata yang dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu salah satunya yaitu kegiatan pengumpulan beberapa data baik data sekunder maupun data primer. Proses pengumpulan data yang dibutuhkan tersebut tidak lain untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan dan tujuan praktik pengelolaan ekowisata. Proses tersebut dilaksanakan melalui beberapa metode. Metode yang dilakukan yakni sebagai berikut:1. Studi pustaka/ literatur2. Wawancara dan diskusi3. Kuesioner4. Observasi, partisipasi, dan dokumentasi.

Page 26: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

22

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Manajemen Pengelolaan

Pengembangan pariwisata alam di kawasan hutan termasuk taman wisata alam diyakini dapat memadukan kegiatan konservasi dengan kegiatan ekonomi secara terkoordinasi dan berkelanjutan. Kebijakan yang ada mengemukakan bahwa pengembangan ataupun pemanfaatan pariwisata alam di kawasan taman wisata alam perlu mempertimbangkan dan memperhatikan aspek konservasi, edukasi, penelitian, peran serta masyarakat, manfaat ekonomi dan rekreasi. Kebijakan tersebut harus didukung dengan implementasi pengelolaan secara profesional serta tetap memperhatikan aspek ekonomi dan konservasi lingkungan. Keunggulan geologis dan bioculturis selain keindahan alam dan kawah yang juga ditopang oleh sejarah budaya merupakan obyek yang dapat dijadikan sebuah konsumsi wisata unggulan bagi para wisatawan.

Perusahaan pengelolaan pariwisata alam Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu dikelola oleh PT. Graha Rani Putra Persada (PT.GRPP) yang mana dalam melaksanakan kegiatan manajemen pengelolaan pada TWA Gunung Tangkuban Parahu perlu melakukan penyusunan rencana kerja jangka panjang yang akan disusun dalam Rencana Kerja Pengusahaan Pariwisata Alam (RKPPA), Rencana Karya Lima Tahun Pengusahaan Pariwisata Alam (RKL-PPA), dan Rencana Karya Tahunan Pengusahaan Pariwisata Alam (RKT-PPA). Penyusunan setiap rencana karya jangka panjang tersebut akan selalu didampingi dan diawasi oleh BBKSDA selaku Pembina dan pengawas kawasan konservasi.

1. Dasar Hukum

Pengusahaan Pariwisata Alam pada TWA Gunung Tangkuban Parahu selain berdasarkan pada rencana karya jangka panjang, Perusahaan juga mempunyai dasar-dasar hukum yang menjadi landasan utama penyusunan Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam (RKPPA) yang merupakan tahap dan acuan awal dalam pengelolaan kawasan. Dasar hukum tersebut merupakan ketetapan pemerintah berupa kutipan kebijakan dan peraturan untuk diimplementasikan pada suatu kegiatan di suatu kawasan. Adapun dasar hukum yang ditetapkan pemerintah tersebut antara lain:a) Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya.b) Undang- undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.c) Peraturan pemerintah No.18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam

di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

d) Keputusan Menteri Kehutanan No. 167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam.

e) Keputusan Menteri Kehutanan No. 446/Kpts-II/1996 tentang Tata cara Permohonan, Pemberian Dan Pencabutan Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam.

f) Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/1996 tentang Pembinaan Pengusahaan Pariwisata Alam.

2. Visi dan Misi Perusahaan

Page 27: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

23

PT. Graha Rani Putra Persada selaku pemegang Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) pada TWA Tangkuban Parahu juga mempunyai sejumlah Visi dan Misi, maksud dan tujuan serta sasaran pengelolaan. Visi dan Misi merupakan cerminan pandangan kedepan perusahaan dan tujuan akhir dalam pemanfaatan serta pengembangan kawasan, kemudian didukung dengan adanya maksud dan tujuan serta sasaran dari pengelolaan, yang dapat dijelaskan secara lebih kompleks sebagai berikut.

a) Visi Terwujudnya pengusahaan kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung

Tangkuban Parahu secara berkelanjutan sebagai kawasan rekreasi dan konservasi yang efisien dan profesional yang dapat membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar areal pengusahaan.

b) Misi

1) Menyelenggarakan kegiatan pariwisata alam, baik sarana prasarana maupun jasa, dengan mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan aspek konservasi di lingkungan areal Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu.

2) Menyelenggarakan kegiatan pariwisata alam yang dapat memberikan nilai-nilai pendidikan konservasi baik kepada pengunjung maupun masyarakat sekitar.

3) Menjadikan TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai obyek wisata alam yang dapat menjadi salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten Subang dan sekitarnya.

4) Mengikutsertakan masyarakat sekitar dalam kegiatan pengusahaan pariwisata alam secara optimal, sebagai upaya perusahaan dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan memberikan kesempatan berusaha kepada mereka.

c) MaksudPenyusunan Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Ala mini dimaksudkan

untuk menentukan acuan dalam melaksanakan kegiatan pariwisata alam di TWA Gunung tangkuban Parahu. Hal tersebut diharapkan dapat lebih mengembangkan areal kawasan., menjadi kawasan wisata wisata dan rekreasi alam yang tetap memperrhatikan lingkungan/konservasi.d) Tujuan

Tujuan pengusahaan pariwisata alam di TWA Gunung Tangkuban Parahu oleh PT. Graha Rani Putra Persada adalah sebagi berikut :

1) Mengusahakan/ mengembangkan TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai obyek pariwisata alam yang lebih optimal.

2) Meningkatkan keuntungan perusahaan dengan tetap mempertimbangkan kelestarian kawasan sebagai kawasan konservasi dan dapat membeikan kontribusi dan peningkatan kondisi sosial ekonomi masnyarakat sekitar.

3) Ikut membantu memelihara kelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara terpadu dengan pihak yang berkepentingan.

4) Ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan konservasi pendidikan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bagi masyarakat.

e) Sasaran

Page 28: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

24

Sasaran kegiatan Pengusahaan Pariwisata Alam PT. Graha Rani Putra Persada di TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah untuk meningkatkan produktivitas usaha non kayu dan pendapatan perusahaan secara lebih profesional dan optimal dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya melalui pengusahaan sarana prasarana dan kegiatan jasa pariwisata alam. Ruang lingkup pengusahaan pariwisata alam di TWA Gunung Tangkuban Parahu selain pengusahaan sarana prasana adalah kegiatan wisata alam yang meliputi: wisata alam, wisata pendidikan, wisata ilmiah dan wisata budaya.

B. Kebijakan dan Peraturan Pengelolaan

Pemberlakuan kebijakan pengelolaan kawasan wisata yang dilakukan PT. GRPP selaku pengelola kawasan beserta BBKSDA selaku pembina serta pengawas kawasan, meliputi kebijakan pariwisata nasional, kebijakan pariwisata regional, dan kebijakan pariwisata alam. Secara garis besar kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk perkembangan secara positif kawasan yang seimbang, meliputi terpeliharanya aspek ekologi kawasan secara lestari, meningkatkan mutu perekonomian nasional dan regional dan harmonisasi sosial budaya masyarakat dan pranata sosial dengan kawasan. Perusahaan tidak hanya menerapkan kebijakan pengelolaan secara umum, namun kebijakan pengelolaan meliputi strategi pengembangan pariwisata alam juga telah diterapkan, strategi tersebut antara lain mencangkup strategi umum dan strategi perusahaan yang terbagi kembali menjadi beberapa bagian meliputi strategi bangunan, strategi manajemen, strategi pengelolaan lingkungan, strategi pemasaran, serta strategi jejaring promosi dan pemasaran. Strategi tersebut dirancang sebagai salah satu bentuk perencanaan dan penunjang efektifitas pekerjaan, serta implementasi dari sebuah antisipasi suatu keadaan.

Pengelola TWA Gunung Tangkuban Parahu juga memberlakukan berbagai peraturan bagi karyawan, hal tersebut bertujuan demi kedisiplinan, dan profesionalisme pengelola wisata alam. Perusahaan selaku pengelola TWA Tangkuban Parahu juga membuat sejumlah kebijakan dan peraturan bagi para pedagang barang maupun jasa, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan menjaga citra kawasan agar tidak terjadi hal yang diiinginkan ketika wisatawan berinteraksi dengan pedagang.

Kebijakan yang diterapkan terhadap pengelolaan kawasan wisata juga dapat diartikan secara luas, PT. GRPP selaku pengelola kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu juga memiliki kebijakan dan peraturan yang ditetapkan kepada para pedagang dan karyawannya. Kebijakan dan peraturan tersebut dibuat agar para pedagang dan karyawan dapat tertib dan setiap aktivitas wisata dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh PT.GRPP. Kebijakan dan peraturan yang telah dibuat dan diterima dengan baik oleh para pedagang yaitu wajib memiliki kartu Tanda Pengenal Jasa dan Usaha (TPUJ) yang mana kartu tersebut terdiri dari tiga sifat yaitu bersifat wajib, bersifat larangan dan berupa sangsi-sangsi. Adapun ketiga sifat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Hal yang Bersifat Wajib

Semua orang yang memiliki kartu Tanda Pengenal Jasa dan Usaha (TPUJ), tanpa terkecuali harus melakukan beberapa hal dibawah ini.a) Mentaati tata tertib dan aturan yang telah disepakati.

Page 29: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

25

b) Menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan dan kenyamanan para pengunjung.

c) Memiliki Tanda Pengenal Jasa dan Usaha (TPUJ).d) Setiap menjalankan usaha/ berjualan TPUJ harus dibawa dan dikalungkan

atau dipampang dikantong depan.e) Setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas Perusahaan Kartu TPUJ

harus dapat diperlihatkan.f) Memberi waktu kepada pengunjung untuk menikmati pemandangan objek

wisata.g) Bersikap sopan, santun terhadap pengunjung atau sesama pedagang.h) Berpenampilan rapi dan bersepatu (tidak boleh memakai pakaian militer,

celana sobek, bagi laki-laki tidak memakai antng-anting).i) Apabila menemukan barang dan uang di lingkungan TWA yang bukan milik

pribadi, segera melaporkan ke petugas Perusahaan.j) Menyampaikan informasi yang benar dan jelas apabila diperlukan oleh

pengunjung.k) Pedagang yang tidak mempunyai tiket masuk TWA, apabila terjadi

kecelakaan maka Perusahaan tidak bertanggung jawab.l) Apabila para pemegang kartu TPUJ melihat tingkah laku para pengunjung

yang mencurigakan, segera melaporkan kepada petugas Perusahaan.m) Setiap pedagang hanya boleh memiliki satu lisensi.

2. Hal yang Bersifat Larangan

Semua pemegang kartu Tanda Pengenal Jasa dan Usaha (TPUJ), dilarang melakukan beberapa hal seperti berikut:a) Berjualan di zona bebas pedagang, kecuali fotografer.b) Pemilik kios/ jongko dilarang berjualan di tempat lain (berprofesi ganda).c) Memaksa pengunjung untuk membeli barang/ jasa.d) Mencuri, menipu, memeras pengunjung ataupun sesama pedagang.e) Mencaci maki, memarahi pengunjung dan pedagang.f) Saling menjatuhkan harga antar sesame pedagang untuk jenis barang yang

sama.g) Menjual atau menggunakan narkoba, miras dan sejenisnya.h) Mengalihkan TPUJ kepada pihak lain tanpa sepengetahuan Perusahaan

(TPUJ) hanya boleh dialihkan kepada istri/ suami dan anak), harus seizin Perusahaan.

i) Pedagang dilarang parkir di area parkir utama Kawah Ratu dan tempat-tempat lain yang ditetapkan oleh Perusahaan.

j) Dilarang memperkerjakan anak di bawah umur (17 tahun ke bawah) kecuali sudah berkeluarga (menikah).

3. Pemberian Sangsi-sangsi

Para pedagang yang melanggar aturan dan tata tertib Perusahaan, akan dijatuhkan sangsi berupa:a) Peringatan pertama dilakukan teguran oleh perusahaan, apabila teguran

pertama tidak diindahkan oleh pedagang maka perusahaan menerbitkan teguran ke dua.

b) Peringatan ke dua diberikan oleh perusahaan berupa surat peringatan beserta pencabutan lisensi sementara selama satu minggu, tidak diperbolehkan melakukan aktifitas.

c) Apabila pedagang tidak mengindahkan peringatan pertama dan peringatan kedua, maka lisensi tersebut dicabut (tidak boleh berdagang lagi).

Page 30: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

26

d) Apabila lisensi tidak pernah digunakan selama 3 tahun, Perusahaan melakukan teguran pertama, apabila tidak diindahkan maka lisensi tersebut dicabut.

Berbeda kebijakan dan peraturan yang diberikan kepada karyawan. Kebijakan dan peraturan tersebut wajib ditaati oleh karyawan agar tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Peraturan yang berlaku pada karyawan selama Izin Pengusahaan Pariwisata Alam masih dikelola oleh PT. GRPP yakni tidak diperbolehkan melakukan beberapa hal dibawah ini:1. Melakukan pencurian/penggelapan baik sengaja maupun tidak sengaja.2. Melakukan penganiayaan terhadap atasan dalam perusahaan, keluarga atasan

perusahaan ataupun sesama karyawan.3. Melakukan aksi provokasi/ menghasut karyawan lain yang bertentangan dengan

kesopanan/ peraturan perusahaan yang menimbulkan kerugian perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Mabuk-mabukan, mandate, memakai obat bius atau narkoba, berjudi, berkelahi, membawa benda tajam, melakukan perbuatan asusila di tempat kerja.

5. Merusak dengan sengaja atau karena kecerobohannya merusak/merugikan milik perusahaan membiarkan dengan sengaja milik perusahaan dalam keadaan bahaya.

6. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan.7. Menghina dengan kasar, atau mengancam perusahaan, keluarga atasan atau sesama

teman sekerja.8. Mencampuri/ membocorkan rahasua perusahaan atau rahasia rumah tangga atasan,

ataupun rumah tangga sesama teman sekerja.9. Tidak masuk kerja atau mangkir tiga hari berturut-turut dalam satu minggu atau enam

haru berturut-turut dalam satu bulan, tanpa pemberitahuan ke bagian personalia atau manajemen perusahaan dan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

10. Terlambat masuk kerja atau pulang lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan secara berulang-ulang walaupun sudah diperingatkan.

11. Lalai menjalankan tugas, tanggung jawab dan meninggalkan lokasi kerja tanpa izin dari atasan yang sudah ditunjuk oleh perusahaan.

12. Terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam tindak kejahatan diluar maupun didalam areal perusahaan.

13. Karyawan tidak diperkenankan bekerja di perusahaan lain ataupun mempunyai usaha lain yang dapat mengganggu pelaksanaan tugasnya, tanpa izin dari perusahaan.

14. Tidak diperbolehkan melibatkan pihak luar dari perusahaan (orangtua, mertua, suami ataupun istri) yang berkaitan dengan tugas-tugas perusahaan, ataupun aturan perusahaan.

C. Kegiatan Pengelolaan Kawasan/ Objek Wisata

Kegiatan pengelolaan yang dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu (TWA Gn. Tangkuban Parahu) terdiri dari pengelolaan parkir, ticketing, dan pengelolaan fasilitas wisata, Kebersihan dam MCK, hingga Pengelolaan Sumberdaya Manusia dan Keselamatan serta Keamanan pengunjung. Semua kegiatan pengelolaan tersebut dikelola dengan baik oleh pihak TWA Gn. Tangkuban Parahu itu sendiri, berjalan bersamaan dengan kebijakan dan peraturan yang diberlakukan oleh PT. Graha Rani Putra Persada selaku pengelola TWA Gn. Tangkuban parahu.

1. Pengelolaan Parkir

Kegiatan Pengelolaan Parkir di Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan pihak lain, dalam hal ini merupakan masyarakat sekitar dikoordinatori oleh bapak Yoseph Sudrajat. Selain itu petugas parkir pada kawasan ini telah memiliki lisensi sekuriti

Page 31: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

27

dari POLDA Bandung dan selalu berkoordinasi dengan bagian sekuriti yang dibekali dengan alat komunikasi Handy Talkie. Pembekalan alat komunikasi Handy Talkie tersebut untuk mengantisipasi keamanan dan keselamatan kendaraan pada tempat parkir di Kawasan wisata tersebut serta untuk mengetahui pergerakan pengunjung yang baru saja datang, sehingga sirkulasi dapat dilakukan dengan baik. Lahan Parkir pada Kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu terbagi menjadi empat titik yang mempunyai fungsi dan lokasi yang berbeda. Kartu tanda anggota sekuriti POLDA Bandung dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 12 Kegiatan Wawancara koordinator parkir dan kartu tanda anggota sekuriti POLDA Bandung

Lahan parkir yang pertama berada pada pintu masuk menuju Kawah Domas dan kapasitas maksimum untuk lahan parkir yang pertama memiliki luas ± 70 m² yang mampu menampung maksimum 20 buah mobil pribadi dan 20 motor. Lahan ini mempunyai kapasitas tidak terlalu banyak. Hal tersebut dikarenakan lahan yang tersedia sangat terbatas serta dikarenakan obyek wisata kawah domas dapat juga diakses dari pusat parkir kawah ratu sehingga tidak terlalu banyak kendaraan yang diparkir dilokasi ini. Lahan pada pintu masuk domas ini yang dapat dilihat pada Gambar 13, dijaga bukan hanya oleh beberapa petugas yang berkonsentrasi dan bertugas sebagai petugas parkir, namun ada juga beberapa petugas divisi lain yang bertugas sebagai sekuriti untuk memantau keselamatan dan keamanan dan terdapat juga petugas sebagai helper perusahaan untuk memantau lalu lintas pada Kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 13 Lahan Parkir di Kawah Domas

Lahan Parkir yang kedua terletak pada kawasan dekat dengan pos persemaian dan bernama Terminal jayagiri. Sesuai dengan namanya lahan parkir ini utamakan untuk kendaraan beroda enam, atau bis yang membawa rombongan wisatawan berjumlah banyak. Kawasan parkir terminal yang berkapasitas maksimal 60 bus ini disediakan karena menurut kebijakan , bus tidak boleh melewati portal perbatasan

Page 32: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

28

untuk maksimal roda empat, hal tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan yang dimiliki kendaraan beroda enam. Terminal Jayagiri dilengkapi dengan berbagai infrastruktur sarana prasarana dan fasilitas yang cukup lengkap, berupa empat titik toilet yang tersebar di empat penjuru mata angin , kemudian para pedagang dan souvenir juga ditata dengan rapi. Panggung Budaya juga disediakan oleh pengelola jika ada wisatawan yang memiliki acara tambahan pada Kawasan TWA Tangkuban parahu. Adapun lahan parkir di Terminal Jayagiri dapat dilihat pada Gambar 14.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 14 Lahan Parkir di Terminal Jayagiri dan Terminal Jasa Wisata “Wara-Wiri”

Lahan parkir yang ketiga berada di kawasan Kawah Ratu. Lahan parkir tersebut merupakan lahan parkir yang paling luas dibanding dengan lahan parkir yang terletak di Kawah Domas dan Terminal Jayagiri. Lahan parkir ini terbagi menjadi dua lahan lagi yaitu yang pertama adalah berfungsi untuk parkir mobil yang terletak mulai dari shelter emapt hingga depan pusat informasi yang dapat menampung mobil secara maksimal ialah 240 mobil. Kedua adalah lahan parkir yang dikhususkan bagi wisatawan yang berkunjung menggunakan kendaraan roda dua, letaknya berada disekitar jalur trekking menuju Kawah Domas yang melalui pintu pusat informasi. Lahan parkir yang telah disediakan tersebut mampu menampung kapasitas maksimal adalah 620 kendaraan roda dua, dan dikurangi dengan kapasitas sebesar 120 kendaraan roda dua yang diperutukkan bagi para pedagang pada sekitar kawasan Kawah Ratu. Dengan membludaknya pengunjung tersebut sehingga dibutuhkan beberapa anggota yang menjadi petugas parkir untuk membantu para pengunjung dalam memarkirkan kendaraannya sehingga sirkulasi jalur masuk dan keluar kendaraan dapat berjalan dengan baik. Lahan parkir yang terdapat di Kawah Ratu dapat dilihat pada Gambar 15.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 15 Lahan Parkir di Kawah Ratu

Page 33: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

29

2. Pengelolaan Ticketing

Penjualan Ticketing merupakan salah satu pendapatan utama pengelola kawasan wisata, sehingga pengelolaan ticketing secara otomatis dilakukan dengan sangat disiplin dan professional. Pengelolaan ticketing pada Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu terdiri dari pengelolaan akan tiket masuk kawasan yang terletak pada pintu satu yaitu gerbang utama kawasan, tiket masuk kawasan untuk pengunjung yang berjalan kaki pada pintu dua, tiket outbound, dan tiket untuk menggunakan jasa angkutan wisata Wara-wiri yang ketiganya terletak pada Terminal Jayagiri di TWA Gunung Tangkuban Parahu. Pengelolaan ticketing pada pintu masuk yaitu untuk penjualan tiket masuk kawasan baik tiket perorangan maupun tiket untuk kendaraan yang dibawa. Penjualan tiket tersebut diawasi secara langsung oleh salah satu anggota direksi perusahaan dan bertugas sebagai kordinator ticketing dengan dibantu oleh sekuriti, dan kamera pengawas yang berfungsi untuk menjaga keamanan pengelola bagian ticketing pada pintu satu. Keberadaan kamera pengawas juga berfungsi untuk mengawasi petugas yang ada agar terhindar dari perilaku negatif yang dilakukan oleh oknum petugas.

Petugas ticketing pada pintu satu terdiri dari 15 orang karyawan. Sebanyak 15 karyawan tersebut terdiri dari tiga orang yang bertugas sebagai kasir sekaligus penyobek tiket, sementara selebihnya bertugas sebagai helper yang mana tugasnya sebagai perantara antara pengunjung dengan kasir. Kegiatan distribusi tiket antara kasir dengan pengunjung melalui helper merupakan salah bentuk kebijakan perusahan agar proses pembelian tiket berjalan dengan efektif dan tidak memakan waktu terlalu lama, sehingga pada hari tertentu tidak akan menyebabkan kemacetan panjang pada lokasi tiket. Para helper juga bertugas untuk memberikan gambaran secara sekilas kepada pengunjung mengenai kondisi wisata TWA Gunung Tangkuban Parahu.

Tarif untuk jasa wisata yang dibayarkan pengunjung tersedia dalam lima macam tiket yang mempunyai fungsi penggunaan yang berbeda. Tiket pertama adalah tiket untuk pengunjung atau wisatawan mancanegara, untuk per tiket wisatawan mancanegara harus membayar Rp. 50.000,00 nominal tersebut telah termasuk untuk tiket Penerimaan Negara Bebas Pajak (PNBP). Tiket kedua merupakan tiket yang disediakan untuk wisatawan nusantara dengan tarif Rp. 13.000,00 sudah termasuk PNBP. Tiga tiket berikutnya merupakan tiket yang disediakan untuk kendaraan yang digunakan pengunjung untuk memasuki kawasan wisata, yaitu untuk kendaraan roda enam wisatawan nusantara dikenakan tarif sebesar Rp. 20.000,00, kemudian untuk roda empat wisatawan mancanegara dikenakan tarif jasa wisata kendaraan sebesar Rp. 15.000,00 sedangkan untuk kendaraan roda dua wisatawan nusantara yaitu sebesar Rp. 5.000,00 dan roda empat untuk wisatawan nusantara dikenakan tarif sebesar Rp. 10.000,00. Adapun tiket yang dijual untuk kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 16.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 16 Tiket Masuk Kawasan dan Tiket Jasa Wisata untuk Kendaraan

Page 34: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

30

Berbeda halnya dengan penjualan tiket di pintu dua. Petugas tiket pada pintu dua hanya dijaga oleh satu orang saja Di pintu dua tidak memerlukan banyak petugas karena hanya melayani pengunjung yang berjalan kaki sehingga tidak diperlukan peran helper. Sementara penjualan tiket outbound dijaga oleh dua orang petugas yang mana keduanya bertugas sebagai kasir, penyobek tiket, serta memberikan informasi dan promosi mengenai sumberdaya wisata terbaru yang dimiliki oleh TWA Gunung Tangkuban Parahu. Tidak berbeda dengan petugas tiket untuk angkutan jasa wisata Wara-Wiri, petugas tersebut terdiri dari dua orang dengan tugas yang sama yakni sebagai kasir, penyobek tiket, dan memberikan informasi kepada pengunjung di sekitar kawasan Terminal Jayagiri.

3. Pengelolaan Fasilitas Wisata

Fasilitas merupakan salah daya dukung utama untuk menunjang aktifitas pengunjung atau wisatawan pada kawasan wisata. Keberadaan fasilitas akan baik atau buruk, serta kelengkapannya akan secara langsung mempengaruhi psikologis pengunjung dalam hal kepuasan berwisata. Pengelola sangat menyadari akan pentingnya fasilitas yang dapat berdampak bagi pencitraan kawasan, sehingga pengemasan fasilitas dengan mempetimbangkan aspek keunikan, keindahan, dan fungsi sosial sangat diperhitungkan.

Pengembangan dan peningkatan kawasan wisata selalu dilakukan oleh perusahaan hal tersebut meliputi evaluasi dan inventarisasi fasilitas wisata yang ada pada kawasan. Berikut merupakan inventarisasi fasilitas wisata berdasarkan pengambilan data primer yang disajikan pada Tabel 3 .

Tabel 3 Fasilitas Wisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

Sumber : Data Primer, 2012

Pengelolaaan fasilitas dan infrastruktur sarana, prasarana merupakan focus utama dalam pengembangan kawasan TWA Tangkuban Parahu setelah dikelola oleh PT. Graha Rani Putra Persada, sehingga terlihat bahwa dalam jangka waktu kurang lebih tiga tahun PT. Graha Rani Putra Persada sudah mampu menambah dan memperbaharui hampir semua fasilitas dan sarana, prasarana, hal tersebut dikarenakan adanya suatu evaluasi yang dilakukan oleh pengelola melalui bagian pengembangan infrastruktur dan sarana prasarana.

a) Pintu Gerbang Utama

Pintu Gerbang Utama merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Pintu gerbang utama merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai suatu tanda bahwa pengunjung telah memasuki kawasan karena terdapat papan nama disebelah kanan jalan yang

No Jenis Fasilitas Jumlah Keterangan

1. Areal Parkir 3 Kondisi baik, berfungsi2. Pintu Gerbang dan Loket Karcis 1 Kondisi baik, berfungsi

3. Pusat Pelayanan Pengunjung 1 Kondisi baik, berfungsi

4. Masjid atau Mushola 2 Kondisi baik, berfungsi

5. MCK 8 Kondisi baik, berfungsi

6. Shelter 25 Kondisi baik, berfungsi

7. Pos Jaga 6 Kondisi baik, berfungsi

8. Menara Pandang 3 Kondisi baik, berfungsi

9. Panggung Budaya 1 Kondisi baik, berfungsi

10. Bangku Taman 35 Kondisi baik, berfungsi

11. Jembatan 1 Kondisi baik, berfungsi

Page 35: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

31

bertuliskan “Selamat datang di Taman Wisata Alam Gn. Tangkuban Parahu” dan pengunjung diwajibkan untuk membeli tiket masuk kawasan. Dalam pengelolaannya, jalur masuk dibagi menjadi dua bagian yaitu sebelah kiri untuk jalur masuk kendaraan roda dan sebelah kanan merupakan jalur masuk untuk kendaraan roda empat dan roda enam. Pada pintu gerbang utama juga ditambahkan alat berupa kamera CCTV untuk memantau dan merekam keadaan yang terjadi di sekitar pintu gerbang. Penambahan alat tersebut dapat membantu lebih baik pengelolaan pada pintu gerbang sehingga apabila terjadi tindakan-tindakan negatif, pihak pengelola dapat menanggulanginya dengan cepat. Pintu Gerbang Utama Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 17.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 17 Pintu Gerbang Utama

b) Tempat Sampah

Tempat sampah adalah salah satu fasilitas wisata yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Tempat sampah merupakan suatu barang yang dapat membantu pengunjung agar ikut membantu menjaga lingkungan agar tetap bersih dan nyaman. Suatu kawasan wisata yang baik merupakan kawasan yang tidak banyak sampah yang berserakan dan sekaligus dapat merawat alam juga. Oleh karena itu, pengelola kawasan wisata menempatkan tempat sampah dibeberapa titik sehingga pengunjung tidak kesulitan dalam membuang sampah-sampahnya. Pihak pengelola membuat kebijakan untuk menempatkan tempat sampah di setiap shelter dan juga di beberapa tempat seperti jalur kawah ratu, jalur kawah domas, tempat parkir, dan lokasi outbound. Pengelolaan akan sampah dilakukan setiap saat. Apabila petugas melihat tempat sampah tersebut telah penuh, maka dengan segera mereka memasukannya pada trash bag kemudian dikumpulkan di satu mobil pick up yang pada akhirnya akan dibuang ke tempat penampungan sampah.

Pengunjung terkadang ada juga yang tidak sadar akan lingkungan yang bersih itu adalah sehat. Beberapa diantaranya masih saja ada yang membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, pihak pengelola membuat sebuah tulisan berupa himbauan agar menarik perhatian pengunjung untuk membacanya supaya pengunjung tertarik untuk menjaga kebersihan. Adapun tulisan yang merupakan peningkatan lebih baik terhadap pengelolaan tempat sampah yaitu “I Love Big Clean” yang diartikan kedalam Bahasa Indonesia yakni “Saya Sangat Mencintai Kebersihan” yang dapat menimbulkan rasa afeksi pengunjung untuk membuang sampah pada tempat sampah. Adapun tempat sampah yang terdapat di kawasan wisata tersebut dapat dilihat pada Gambar 18.

Page 36: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

32

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 18 Tempat Sampah

c) Shelter

Shelter merupakan salah satu fasilitas yang dapat mendukung aktifitas wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Shelter dapat berfungsi sebagai tempat beristirahat bagi pengunjung setelah lelah melakukan aktifitas wisatanya. Pembangunan shelter tersebut juga mempertimbangakan aspek dimensional dan psikologis pengunjung serta penyesuaian ukuran dimensi yang disesuaikan dengan jumlah rerata pengunjung, mengunjungi daerah sekitar shelter yang mempunyai radius tidak terlalu jauh, Selain itu juga shelter dapat berfungsi sebagai tempat berteduh apabila pengunjung merasa panas akan terik sinar matahari atau menjadi tempat berteduh dari turunnya hujan. Bagi pengunjung yang beristirahat, biasanya mereka juga memanfaatkan fasilitas wisata tersebut untuk makan dan minum atau berbincang-bincang dengan keluarga, teman bahkan pasangannya. Oleh karena itu pihak pengelola tidak lupa untuk menempatkan tempat sampah disekitar shelter agar menjaga shelter tetap bersih dan dapat dipakai oleh pengunjung lainnya. Namun, penempatan tempat sampah di setiap shelter belum merata.

Pengelola wisata tentunya menginginkan adanya kepuasan dari setiap pengunjung. Dalam pengelolaan shelter, pengelola melakukan beberapa perbaikan dan penambahan shelter dibeberapa lokasi karena melihat dari jumlah pengunjung yang mengalami peningkatan. Perbaikan yang dilakukan oleh pengelola shelter yakni mengecat ulang sehingga warna shelter menjadi lebih menarik dan mengganti beberapa kerusakan yang terjadi pada shelter. Shelter di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 19.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 19 Shelter

Page 37: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

33

d) Toilet

Salah satu fasilitas wisata yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu adalah fasilitas Toilet. Fasilitas Toilet dimanfaatkan pengunjung sebagai tempat untuk buang air besar atau buang air kecil. Dalam pengelolaan toilet di kawasan, terdapat petugas yang bertugas untuk membersihkan toilet agar tetap wangi dan bersih. Selain membersihkan toilet, petugas juga bertugas untuk menarik uang retribusi bagi pengunjung yang telah menggunakan toilet. Pengelolaan toilet dikawasan sudah cukup baik namun terkadang masih mengalami kesulitan dalam pengaliran air keseluruh toilet yang ada. Kesulitan tersebut membuat aliran air yang mengalir ke toilet menjadi terganggu. Namun, pengelolaan toilet di beberapa kawasan sudah cukup baik dapat dilihat bahwa rata-rata bangunan toilet sudah cukup bersih dan wangi sehingga pengunjung menjadi nyaman untuk menggunakannya. Toilet di kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada, letak keberadaannya juga disesuaikan dengan daerah sirkulasi pengunjung yang tetap mempertimbangkan aspek dimensional dan psikologis pengunjung seperti terlihat pada Gambar 20.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 20 Salah satu toilet pada TWA tangkuban Parahu yang terletak dekat dengan daerah landing wahana flying fox

e) Papan Penunjuk Arah

Papan penunjuk arah adalah salah satu fasilitas wisata yang dapat membantu pengunjung untuk mengenal suatu kawasan dengan baik agar menghindari terjadinya ketidak jelasan arah dan salah arah dalam kawasan tersebut. Pengelolaan papan penunjuk arah sudah cukup baik karena papan tersebut dapat memberikan petunjuk kepada pengunjung, namun pengelolaan tersebut kurang maksimal dikarenakan tulisan yang terdapat di papan tidak terlalu besar dan cukup rapat sehingga apabila terdapat pengunjung yang sudah lansia atau rabun jauh, kemungkinan pengunjung tersebut akan mengalami kesulitan dalam membacanya. Sebaiknya papan penunjuk arah tersebut diperbesar dan ditempatkan diruang yang cukup terbuka tidak terhalang oleh apapun termasuk ranting-ranting pohon yang dapat menghambat pengunjung dalam membacanya. Perlu diperhatikan juga bahwa papan penunjuk arah juga semestinya diterjemahkan juga kedalam Bahasa Inggris dikarenakan pengunjung yang datang, cukup banyak juga yang berasal dari mancanegara sehingga mereka juga

Page 38: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

34

tidak kesulitan untuk membaca papan penunjuk arah yang telah disediakan oleh pengelola. Salah satu fasilitas penunjuk arah yang terdapat di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 21.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 21 Papan Penunjuk Arah

f) Papan himbauan

Salah satu fasilitas yang mendukung aktifitas wisata di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu adalah papan himbauan. Papan himbauan cukup penting diperlukan karena lokasi wisata yang berupa kawah sehingga cukup berbahaya untuk pengunjung. Oleh karena itu, pengelola memberikan papan himbauan atau larangan pada setiap titik yang dapat membahayakan pengunjung dan bertujuan supaya pengunjung lebih berhati-hati. Adapun tulisan himbauan yang ada seperti “Hati-hati Jalan Licin” atau “Dilarang Melewati Pagar”. Pengelolaan papan himbauan tersebut cukup baik dan telah ditempatkan di tempat yang benar sehingga mudah terlihat dan dibaca oleh pengunjung. Fasilitas papan himbauan yang berada di kawasan dapat dilihat pada Gambar 22.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 22 Papan Himbauan

g) Papan interpretasi

Papan interpretasi merupakan salah satu fasilitas yang dapat memberikan informasi mengenai suatu objek. Dengan adanya papan interpretasi, pengunjung akan mendapatkan pengetahuan dan informasi tanpa membayar jasa pemandu wisata. Namun, pengelolaan akan papan interpretasi cukup kurang dikarenakan terlihat bahwa kurangnya perawatan yang diberikan oleh pengelola. Kurangnya

Page 39: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

35

perawatan tersebut sehingga tulisan yang terdapat di papan interpretasi menjadi sulit untuk dibaca atau menjadi terlihat samar-samar. Sebaiknya pengelola melakukan pengelolaan terhadap papan interpretasi khususnya yang terdapat di Kawah Domas. Papan Interpretasi di kawasan Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 23.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 23 Papan Interpretasi

h) Angkutan Wara-wiri

Angkutan jasa wisata wara-wiri merupakan angkutan wisata yang dikelola oleh PT. Graha Rani Putra Persada. Sebelumnya angkutan wisata tersebut tidak memiliki atap dan tidak terdapat pintu mobil. Namun, pihak pengelola menggantinya supaya pengunjung merasa nyaman dan tidak khawatir dengan panas teriknya sinar matahari atau kemungkinan terjadinya hujan. Pengelolaan angkutan jasa wisata wara-wiri sudah dilakukan dengan cukup baik dengan mengecek dan mencuci mobil setiap harinya. Apabila mobil terjadi kerusakan atau mengalami ban yang bocor, supir wara-wiri dengan segera untuk memperbaikinya. Angkutan jasa wara-wiri yang dikelola PT. GRPP dapat dilihat pada Gambar 24.

Sumber: Dokumentasi PribadiGambar 24 Angkutan Jasa Wisata Wara-wiri

Page 40: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

36

i) Jembatan

Jembatan merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Jembatan berfungsi sebagai tempat untuk menyebrang bagi para pengunjung. Namun pengelolaan bagi fasilitas jembatan kurang maksimal dikarenakan kondisinya yang terlihat kurang aman. Hal tersebut dikarenakan bahan yang digunakan sebagai pondasi jembatan terbuat dari kayu yang mana kayu tersebut mudah rusak dibandingkan apabila jembatan dibuat dari bahan semen. Fasilitas jembatan dapat dilihat pada Gambar 25.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 25 Jembatan

j) Menara Pandang

Salah satu fasilitas wisata yang terdapat di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu adalah menara pandang. Menara pandang dikelola untuk memberikan kepuasan bagi pengunjung untuk melihat pemandangan yang ada disekitar kawah. Menara pandang di kawasan wisata terdiri dari tiga buah yang ditempatkan di lokasi yang berbeda. Lokasi tersebut berada di Kawah Ratu yaitu di atas kantor pusat informas serta di atas kantor pelayanan jasa pemandu dan satu buah lagi berada di Kawah Domas. Pengelolaan terhadap fasilitas menara pandang cukup baik, namun terdapat kekurangan pada menara pandang yang terdapat diatas kantor pelayanan jasa pemandu. Kekurangan tersebut yaitu tidak adanya tempat sampah sehingga pengunjung cukup banyak yang membuang sampah disudut-sudut. Menara pandang di kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 26.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 26 Menara Pandang

Page 41: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

37

k) Kantor pusat informasi

Kantor Pusat Informasi merupakan salah satu fasilitas wisata yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk mendapatkan informasi mengenai kawasan. Informasi tersebut berupa sejarah atau beberapa gambar agar pengunjung dapat mengetahui bagaimana kondisi kawah sebelum mereka mengunjungi kawasan. Pengelolaan kantor pusat informasi cukup baik dan letaknya cukup strategis sehingga pengunjung. Kantor pusat informasi dapat dilihat pada Gambar 27.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 27 Kantor Pusat Informasi

4. Pengelolaan Kebersihan dan MCK

Kegiatan pengelolaan yang di lakukan terhadap kebersihan MCK di kawasan Taman Wisata Gunung Tangkuban perahu selalu dikoordinasikan setiap saat akan kebersihan MCK tersebut agar pengguna MCK bagi para wisata dapat merasakan kepuasan terhadap kebersihan mck di kawasan Taman Wisata Gunung Tangkuban Perahu. Kebersihan MCK di lokasi Taman Wisata Gunung Tangkuban Perahu selalu di pantau akan kebersihannya, dalam pengelolaan MCK di setiap titik penempatan MCK ditetapkan petugas kebersihan dan dikenakan biaya kontribusi sebesar Rp.1000-2000,-/orang. Selain itu pengelolaan kebersihan keseluruhan kawasan dilakukan secara rutinitas dan setiap hari pagi, dan bekerjasama oleh PEMDA setempat. Pengelolaan kebersihan pada MCK dapat dilihat pada Gambar 28.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 28 Pengelolaan Kebersihan dan MCK

Selain pengelolaan kebersihan pada fasilitas MCK, juga dilakukan pengelolaan kebersihan jalan dan pengelolaan sampah. Pengelolaan kebersihan jalan dan pengelolaan sampah juga dilakukan setiap hari dan setiap saat. Para petugas

Page 42: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

38

kebersihan mengambil inisiatif sendiri untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan menjadi nyaman untuk dinikmati. Seperti misalnya para pengunjung yang memberikan makan pisang kepada monyet ekor panjang sehingga kulit pisang tersebut menjadi berserakan disekitar jalan. Apabila petugas melihatnya, mereka langsung berinisiatif untuk mengambilnya dan membuang kulit pisang tersebut pada tempatnya. Pengelolaan akan kebersihan jalan secara rutin dilakukan setiap pagi biasanya sebelum dibukanya pintu gerbang utama atau sebelum masuknya pengunjung ke lokasi kawasan dan setiap sore setelah aktifitas wisata berakhir.

Pengelolaan akan sampah-sampah juga tidak berbeda dengan pengelolaan kebersihan jalan yakni dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Namun, apabila tempat sampah telah penuh, maka petugas kebersihan dengan segera memasukan sampah tersebut kedalam trash bag yang kemudian dikumpulkan dan dibawa dengan menggunakan mobil pick up. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan dan pada akhirnya dibuang ke tempat penampungan sampah. Pengelolaan kebersihan berkaitan dengan pengelolaan sampah dapat dilihat pada Gambar 29.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 29 Kendaraan Pengangkutan Sampah

5. Pengelolaan Distribusi serta Sirkulasi Pengunjung/ Wisatawan

Kecenderungan peningkatan permintaan pasar terhadap wisata alam, maka menimbulkan efek secara langsung pada peningkatan pengelolaan kawasan agar semakin hari menjadi semakin baik. Pengendalian kerusakan sumberdaya alam atau potensi kegiatan wisata alam di TWA Tangkuban Parahu akibat kegiatan pengunjung, maka diperlukan kegiatan pengaturan pengunjung yang intensif agar pengunjung merasa nyaman dan puas dalam melakukan kegiata rekreasinya. Penyediaan sarana kesehatan untuk memberikan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan telah dilakukan oleh pengelola sebagai bentuk antisipasi atau pemberlakuan manajemen resiko untuk kawasan wisata alam, selain itu pengusahaan upaya kerjasama dengan pihak Puskesmas atau Balai Pengobatan terdekat seperti tim SAR untuk memberikan jaminanan keamanan bagi keselamatan pengunjung juga akan segera dilakukan.Kepadatan pengunjung sering terjadi pada kawasan TWA Tangkuban Parahu, namun hal tersebut telah diantisipasi oleh pengelola dengan pengaturan pengunjung yang dilakukan melalui pembatasan jumlah pengunjung dengan penutupan sementara pintu masuk utama ketika pengunjung padat dan pengaturan waktu kunjungan yang biasa dilakukan pada wisatawan rombongan melalui kerja sama yang dilakukan bersama panitia tour . Penyediaan tenaga pemandu wisata dan interpreter bagi para wisatawan dengan bekerja sama dengan pihak ASITA juga telah dilakukan pengelola, dan pengunjung dapat

Page 43: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

39

mengunjungi pusat informasi jika membutuhkan jasa pemandu atau interpreter. Pemandu wisata dan interpreter secara langsung dapat mengontrol dan mempercepat jalur sirkulasi wisata pengunjung agar tidak terjadi kepadatan pengunjung.

6. Pengelolaan Pemandu

Pemandu wisata merupakan suatu pekerjaan seseorang dalam mendampingi pengunjung pada suatu perjalanan wisata yang bertugas memberikan segala informasi yang berkaitan dengan perjalanan wisata tersebut. Pemandu/Guide memiliki fungsi sebagai orang yang menjelaskan kawasan maupun objek yang terdapat pada kawasan wisata. Struktur organisasi guiding memiliki penanggung jawab, koodinator guide dan anggota guide lokal sebanyak 24 guide lokal. Pengelolaan guiding di TWA Tangkuban Parahu cukup baik karena guide lokal PT. GRPP memiliki lisence guide melalui pelatihan guide yang diperoleh per dua tahun dan tidak dipungut biaya. Biaya yang dapat dikeluarkan untunk menggunakan jasa guide sejumlah 300 ribu untuk 5 pengunjung dengan waktu guiding 1 jam. Selain pengunjung mendapatkan arahan dan pengetahuan tentang kawasan, pengunjung akan mendapatkan massage lumpur. Lokal guide yang dimiliki oleh PT GRPP memiliki hard skill dan soft skill. Adapun struktur organisasi pemandu wisata dapat dilihat pada Gambar 30.

Sumber: Dokumentasi PribadiGambar 30 Struktur organisasi Pemandu Wisata

7. Pengelolaan Sumbedaya Manusia

Keberhasilan dan kesuksesan organisasi yang profesional pengusahaan TWA Tangkuban parahu sebaiknya didukung oleh sumberdaya manusia baik dalam kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan bidang yang digeluti. Organisasi dalam perusahaan juga perlu dikembangkan sesuai dengan pengembangan kegiatan dalam aspek dan ruang lingkup pariwisata alam. Penentuan sarana dan prasarana serta jasa yang akan dikembangkan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan lingkungan sekitar. Harmonisasi antara pengelola dan masyarakat selalu dilakukan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, salah satu metodenya

Page 44: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

40

merupakan dengan adanya perekrutan karyawan bagi masyarakat sekitar kawasan, sehingga hingga tahun 2012, 95% karyawan atau sumberdaya manusia perusahaan merupakan warga Cikole.

Sumberdaya manusia yang terlibat dalam pengelolaan, jumlahnya selalu disesuaikan secara proporsional dengan proyeksi pengunjung, tanpa lupa memperhatikan pengembangan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Struktur sumberdaya manusia/karyawan yang terlibat dengan pengusahaan TWA Tangkuban Parahu dapat bersifat secara langsung dan tidak langsung. Sumberdaya manusia yang terlibat adalah personil yang langsung menangani atau duduk di dalam struktur organisasi, sedangkan sumberdaya manusia tidak langsung merupakan tenaga kerja yang timbul karena adanya kegiatan pengusahaan TWA Tangkuban Parahu ini seperti pedagang di kios, pedagang asongan, pengrajin dan sebagainya.

Pengembangan organisasi dan sumberdaya manusia didalam struktur organisasi pengelolaan TWA Tangkuban Parahu akan selalu diupayakan dengan tetap mempertahankan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang tersedia, oleh karena itu dalam pengeambangan sumberdaya manusia perlu diantisipasi melalui penetapan sistem rekruitmen tenaga kerja setingkat dengan manajer hingga staf pelaksana maupun penerimaan baru, dilakukan melalui seleksi yang berasal dari PT. Graha Rani Putra Persada sendiri. Seleksi penempatan dan pemberian pelatihan dalam rangka peningkatan wawasan serta pengetahuan dunia pariwisata selalu diberikan sesuai dengan tuntutan profesionalisme pengelolaan kawasan. Pelaksanaan kegiatan penempatan sumber daya manusia akan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia yang berasal dari PT. Graha Rani Putra Persada, selaku pengelola TWA Tangkuban Parahu dan melakukan rekruitmen dari luar permasalahkan.

Pengembangan sumberdaya manusia juga dilakukan dalam rangka bentuk apresiasi perusahaan terhadap karyawan agar terjadi sebuah implementasi pengelolaan yang baik. Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dan dilakukan melalui pemberian pendidikan dan pelatihan khusus bagi karyawan di bidang pariwisata dan manajemen, seperti pelatihan bahasa asing, pelatihan pemandu wisata, dan sebagainya.

Metode pengembangan sumberdaya manusia juga dilakukan melalui pergantian manajemen secara berkala dan perekrutan karyawan baru jika diperlukan. Penelitian bidang teknis dan manajemen pada bidang teknis terkait dengan studi daya dukung kawasan untuk pengetahuan pengunjung, studi tentang pengolahan dan pengelolaan limbah, studi tentang pemasaran selanjutnya dengan wawasan berkelanjutan dan kesiapan pada era globalisasi agar pengelola memiliki kemampuan bersaing yang meyakinkan juga dilakukan oleh PT. Graha Rani Putra Persada.

8. Pengelolaan Keamanan dan Keselamatan

Pengamanan potensi areal usaha dari dampak negatif yang disebabkan oleh akumulasi dan kegiatan pengunjung dilakukan dengan memberikan sejumlah informasi dan himbauan mengenai hal yang yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh wisatawan selama memasuki kawasan/areal usaha dan sanksi yang diberlakukan bagi para wisatawan yang melanggar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Informasi dan himbauan ini disampaikan secara verbal pada saaat pengunjung akan memasuki kawasan serta melalui tulisan dan papan peringatan ketika pengunjung berada di areal kawasan. Pagar pembatas dan papan peringatan dapat dilihat pada Gambar 31.

Page 45: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

41

(a) (b)Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 31 (a) Pagar Pembatas dan (b) Papan

Pengamanan dan pengawasan areal dimaksudkan untuk mengetahui keadaan batas-batas kawasan (pal batas) dan kerusakan kawasan akibat kegiatan pengunjung atau masyarakat di sekitar kawasan. Kelancaran kegiatan pengamanan dan pengawasan, ditunjang dengan adanya saran dan prasarana yang memadai, yaitu: Petugas keamanan di masing-masing obyek disediakan 1- 2 orang, meliputi Kawah Ratu, Kawah Domas, Kawah Upas, Tempat parkir, Pintu Gerbang, Pos Penjualan karcis dan lain-lain.a. Pembuatan dan perbaikan pagar pengaman di pinggiran /bagian bibir kawah

yang membahayakan , seperti di baguan utara Kawah Ratu dan di bagian ats Kawah Domas.

b. Pembuatan pos jaga, khususnya pada lokasi yang membutuhkan pengamanan seperti pada lokasi sebelum memasuki kawasan Cagar Alam, dan sebagainya.

Kerjasama dan koordinasi dengan pihak pengelola kawasan (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jabar), aparat pemerintah dan pihak terkait setempat (Kepala Desa, Polsek, Koramil). Apabila terjadi pelanggaran atau hal yang bertentangan dengan ketentuan perundangan ang berlaku akan diproses lebih lanjut oleh pengelola bekerjasama dengan pihak kepolisian setempat dan masyarakat sekitar.

D. Pengunjung

Pengunjung merupakan seseorang yang melakukan perjalanan ke suatu Negara yang bukan Negara tempat ia tinggal, karena suatu alasan yang bukan pekerjaannya sehari-hari. Dalam pengukuran keinginan dan kebutan pengunjung perlu diperhatikan seperti karakteristik pengunjung, kualitas pelayanan terhadap pengunjung kondisi fasilitas, dan kepuasan pengunjung.

1. Karakteristik Pengunjung

Karakteristik merupakan salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan. Karakteristik pengunjung merupakan suatu aspek dari kepribadian pengunjung yang `Nampak dalam suatu perlakuan dan perbuatan. Karakteristik pengunjung terdiri dari

Page 46: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

42

usia, jenis kelamin, status, pekerjaan, pendapatan, dan kunjungan. Karakteristik pengunjung dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik PengunjungNo

KarakteristikJumlah (30 Reponden)

Persentase (%)

1 Usia 0-10 tahun 1 3,33%

11-20 tahun 8 26,667%

21-30 tahun 13 43,33%

31-40 tahun 4 13,33%

41-50 tahun 3 10%

51-60 tahun 1 3,33%

2Jenis

KelaminLaki-laki 16 53,33%

Perempuan 14 46,67%

3 Status Single 16 53,33%

Menikah 14 46,67%

4 Asal Daerah Bogor 2 6,67%

Cianjur 2 6,67%

Jawa timur 5 16,67%

Bandung 3 10%

Jakarta 9 30%

Luar pulau jawa 9 30%

5 Pendidikan SD 4 13,33%

SMP 2 6,67%

SMA 10 10%

Perguruan Tinggi 14 46,67%

6 Pendapatan 0 – Rp. 1.000.000 15 50%Rp.1.000000 – Rp. 2.000.000

2 6,67%

Rp 2.000.000- Rp.3.000.000 10 33,33%

> Rp 3.000.000 3 10%

7 Pekerjaan Pegawai Swasta 6 20%

PNS 6 20%

Pelajar 9 30%

Mahasiswa 3 10%

Wirausaha 4 13,33%

Lainnya 2 6,67

8 Kunjungan Keluarga 21 70%

Rombongan 4 13,33%

Teman 3 10%

Lainnya 2 6,67%

Tabel di atas menjelaskankan mengenai data karakteristik pengunjung Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu lebih didominasi oleh Laki-laki dengan persentase 53,33% dari pada perempuan yang memiliki persentase 46,67%. Hal tersebut, dikarenakan TWA Gunung Tangkuban Parahu merupakan suatu objek wisata alam yang berupa kawah dan dapat ditempuh dengan jalur tracking. Selain itu, akses menuju kawah yang lain memiliki jarak yang cukup jauh dan tidak dapat

Page 47: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

43

menggunakan kendaraan bermotor sehingga pengunjung laki-laki lebih mendominasi dibanding dengan pengunjung wanita. Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu lebih banyak yang memiliki status single dengan persentase 53,33% dibandingkan status menikah dengan persentase 46,67%. Hal tersebut karena terdapat banyak orang tua yang mengajak liburan buah hatinya untuk menikmati suasana alam yang masih asri. Selain itu, kawasan TWA. Tangkuban Parahu ini lebih sering dikunjungi oleh pengunjung yang belum menikah karena kawasan wisata ini cocok untuk berekreasi dengan teman atau dengan pasangannya.

Pengunjung yang lebih mendominasi untuk berkunjung ke TWA Tangkuban Parahu yaitu usia kisaran 21 – 30 tahun dengan persentase 43,33% dibandingkan pengunjung yang memiliki usia kisaran >10 tahun dan di atas umur 51 tahun dengan persentase 3,33%. Hal tersebut karena, pengunjung yang berusia kisaran 21 – 30 tahun memiliki motivasi untuk berwisata alam yang memiliki tantangan dan pengalaman dalam menikmati keindahan lanskap alami dari kawah yang terdapat pada TWA Tangkuban Parahu. Selain itu, dalam berwisata di TWA ini, pengunjung harus memiliki fisik yang kuat terhadap faktor alam seperti cuaca, dan jalur tracking yang curam. Karakteristik mengenai asal daerah dari pengunjung lebih didominasi oleh pengunjung dari Jakarta dan luar Jawa dengan persentasi 30% dibandingkan pengunjung yang berasal dari bogor dan cianjur dengan persentasi 6,67%. Hal ini karena pengunjung dari luar Jawa dan Jakarta untuk menikmati suasana yang alami cukup sulit. Selain itu, pengunjung dari Jakarta dan Luar Jawa sering mengunjungi TWA Tangkuban Parahu untuk menghilangkan rasa jenuh akibatkepadatan kota. Oleh karena itu, pengunjung dari Jakarta dan luar Jawa lebih banyak mendatangi TWA Tangkuban Parahu.

Karakteristik mengenai pendidikan terakhir dari pengunjung lebih di dominasi oleh perguan tinggi dengan persentase mencapai 46,67%. Tetapi tingkat pendidikan akhir dari pengunjung yang paling rendah persentasenya terdapat pada pendidikan smp dengan persentase 6,67%. Hal ini karena tingkat kebutuhan dalam rekreasi lebih diminati oleh karyawan yang memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi dan sangat membutuhkan rekreasi agar kembali berinovasi. Pendapatan pengunjung yang mengunjungi TWA Tangkuban Parahu tiap bulannya yang lebih mendominasi yaitu 0 – 1juta dengan persentase 50% dibandingkan pengunjung yang memiliki pendapatan 1juta - 2 juta dengan persentase 6,67. Hal ini karena pengunjung yang mendatangi TWA Tangkuban Parahu lebih mendominasi mendominasi remaja yang ingin menemukan suasana baru.

Karakteristik mengenai pekerjaan pengunjung dan kunjungan lebih di dominasi oleh pengunjung yang memiliki pekerjaan sebagai pelajar dengan persentase 30% dan kunjungan pengunjung untuk mendatangi TWA ini lebih di dominasi oleh keluarga dengan persentase 70%, dibandingkan dengan jenis perkejaan pengunjung yang berupa ibu rumah tangga dengan persentase 6,67% dan kunjungan bersama pasangan dengan persentase 6,67%. Hal tersebut karena TWA ini cocok untuk pengunjung berwisata dengan keluarga.

3. Kualitas Pelayanan Terhadap Pengunjung

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya. Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pengunjung. Pengelolaan PT. GRPP memiliki pelayanan yang baik dapat dilihat pada pelakuan pengelola terhadap pengunjung dalam bentuk pelayanan guide. guide pada kawasan TWA Tangkuban Parahu sangat penting untuk menerusuri jalur menuju Kawah Upas. hal tersebut karena jalur menuju Kawah Upas cukup rumit dikhawatirkan pengunjung apabila tidak menggunakan jasa guide akan tersesat.

Page 48: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

44

Jasa guide yang dimiliki pleh PT. GRPP sudah mencapai 24 orang dengan memiliki keahlian dalam menyampaikan informasi yang baik, berpengalaman dalam mendapingi pengunjung, dan guide tersebut dapat berbagai bahasa asing seperti Bahasa inggris, Belanda, jerman,Arab, dan mandarin. Selain itu, guide yang dimiliki PT. GRPP memiliki lisence yang sudah diakui oleh pihak PT. GRPP. Para guide dapat memiliki lisence dengan cara pelatihan khusus guide selama 2 tahun sekali. Pengunjung dapat menikmati jasa guide dengan membayar 300 ribu/jam. Karena terdapat koordinator dari jasa guide tersebut yang merupakan guide yang memiliki linsence ashita pelayanan terhadap pengunjung menjadi sangat baik. Selain dalam bidang guide, pengunjung mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari para pengelola dari PT. GRPP. Karena Perusahaan tersebut menanamkan rasa ramah, murah senyum, sopan, dan santun terhadap karyawan PT. GRPP.

4. Kondisi Sarana dan Prasarana Serta Fasilitas

Kondisi sarana, prasarana dan fasilitas merupakan suatu keadaan sarana, prasarana dan fasilitas yang baik maupun buruk. Kondisi sarana, prasaran dan fasilitas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kondisi Sarana dan Prasarana Serta FasilitasNo Fasilitas Persepsi Kepuasan Rata-rata

1 2 3 4 5 6 71. Toilet 21 9 6,32. Shelter 22 8 6,33. Tempat sampah 3 13 4 10 5,74. Masjid 3 7 17 3 5,65. Papan penunjuk arah 1 9 6 14 6,1

Ket : 1. Sangat tidak baik, 2. Tidak baik, 3. Agak tidak baik, 4. Ragu-ragu, 5. Agak baik, 6. Baik, 7. Sangat baik

Pada tabel di atas menunjukan bahwa persepsi pengunjung tentang kondisi sarana, prasaran, dan fasilitas seperti toilet, shelter, tempat sampah, masjid, aula, dan papan penunjuk arah. Toilet yang berada di TWA Tangkuban Parahu memiliki kondisi yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yang di peroleh yaitu 6,3. Karena toilet yang berada di kawasan TWA tersebut selalu dilakukan perbaikan dan pembuatan toilet baru pada setiap sudut lokasi setiap tahunnya. Selain itu, baik maupun buruk kondisi toilet akan memperngaruhi kenyaman pengunjung. Kondisi toilet yang berada di TWA Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 32.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 32 Toilet

Page 49: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

45

Shelter merupakan suatu tempat yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk istirahat dan melepaskan lelah. TWA Tangkuban Parahu memiliki 25 shelter di lokasi yang berbeda dengan kondisi shelter yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yang dimiliki dari kondisi shelter tersebut yaitu 6,3. Perusahaan PT GRPP berupaya memperbaiki dan menambah shelter karena Kondisi shelter dapat mempengaruhi kenyamanan dari pengunjung yang sedang melakukan rekreasi. Selain itu, pada kawasan wisata perlu diperhatikan tempat sampah karena sampah akan merusak lingkungan. Tempat sampah yang terdapat di TWA Tangkuban perahu agak baik. Karena penyusunan tempat sampah di TWA belum memadai. Sebab pengunjung selalu membawa sampah ke kawasan wisata ini tetapi tempat sampah yang berada di TWA ini kurang memadai. Kondisi shelter dan tempat sampah dapat dilihat pada Gambar 33.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 33 Shelter dan Tempat Sampah

Suatu tempat wisata perlu memiliki tempat beribadah. TWA Gunung Tangkuban Parahu memiliki tempat beribadah berupa 2 buah bangunan masjid yang berada di terminal bis Jayagiri dan di kawasan Kawah Ratu. Kondisi masjid yang berada di TWA ini cukup baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh sejumlah 5,6. Papan penunjuk arah sangat penting bagi pengunjung agar tidak tersesat untuk menuju kawasan Kawah yang diinginkan. Kondisi papan penunjuk arah pada kawasan wisata alam ini baik, hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yang memiliki jumlah 6,1. Karena papan penunjuk arah yang terdapat di TWA Gunung Tangkuban Parahu ini sudah berada di seluruh kawasan. Terdapat dua titik penempatan masjid yang menjadi tempat beribadah umat muslim yaitu berada di Kawah Ratu dan Terminal Jayagiri. Kondisi Masjid dan papan penunjuk arah dapat dilihat pada Gambar 34.

Page 50: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

46

(a) (b)Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 34 (a) Kondisi Masjid di Kawah Ratu dan (b) Papan Penunjuk Arah

Pada kawasan wisata sangat perlu diperhatikan kondisi sarana, prasarana dan fasilitas pendukung wisata. Karena hal tersebut merupakan salah satu bagian dari kepuasan pengunjung, akan tetapi perlunya pertimbangan dalam melakukan upaya perbaikan dan pembuatan pada kawasan konservasi. Karena hal tersebut dapat secara perlahan merusak lingkungan.

5. Kepuasaan Pengunjung

Kawasan TWA Tangkuban parahu merupakan suatu taman wisata alam yang memiliki daya tarik yang alami. Daya tarik wisata dapat memberika kepuasan bagi pengunjung yang berkunjung kekawasan berikut. Daya tarik wisata dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kepuasan PengunjungNo Daya Tarik Persepsi Kepuasan Rata-rata

1 2 3 4 5 6 71. Kawah Ratu 6 4 15 5 5,62. Kawah Upas 3 7 14 6 5,73. Kawah Domas 2 6 5 17 6,24. Panorama 4 6 15 5 5,75. Outbound 5 3 1,7

Ket : 1. Sangat tidak puas, 2. Tidak puas, 3. Agak tidak puas, 4. Ragu-ragu, 5. Agak puas, 6. puas, 7. Sangat puas

Kawah Ratu merupakan daya tarik wisata yang terdapat pada TWA Tangkuban Parahu. Kawah ini merupakan kawah yang terbesar dibandingkan dengan kawah-kawah lain yang terdapat di TWA Tangkuban Parahu. Kawah Ratu member rasa agak puas kepada pengunjung. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang berjumlah 5,6 karena akses menuju Kawah Ratu dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Sehingga akses menuju Kawah Ratu menjadi mudah dan efisien. Kawah Domas merupakan kawah primadona dari TWA Tangkuban Parahu. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kepuasan mencapai 6,2 yang berarti puas. Karena Kawah Domas dapat dicapai dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh 1,2 km dari pintu masuk Kawah Domas maupun Kawah Ratu. Sepanjan perjalanan pengunjung dapat menikmati panorama yang indah sehingga menambah kepuasan dari pengunjung. Atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung di Kawah Domas seperti pengunjung dapat menikmati kolam air panas yang terdapat berlerang

Page 51: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

47

dan pengunjung dapat menikmati massage lumpur. Selain itu pengunjung dapat merebus air pada kolam air panas yang suhunya mencapai 98° C.

Pengunjung merasa tidak puas terhadap daya tarik wisata berupa outbound. Hal ini dapat dilihat pada nilai kepuasan yang berjumlah 1,7. Nilai tersebut diperoleh karena kurangnya promosi terhadap daya tarik outbound sehingga pengunjung tidak mengetahui daya tarik tersebut.selain itu, pengunjung dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat tidak melewati daya tarik wisata tersebut sehingga pengunjung tersebut tidak mengetahui secara jelas daya tarik tersebut. Selain daya tarik wisata, kepuasan pengunjung dapat diperoleh dari motivasi pengunjung, aktivitas pengunjung, dan saran dari pengunjung agar TWA Tangkuban Parahu dapat menjadi lebih baik.

a) Motivasi Pengunjung

Motivasi pengunjung merupakan suatu keinginan yang diperoleh dari pengunjung untuk pendatangi suatu objek wisata. Motivasi pengunjung terhadap permintaan wisata di TWA Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Grafik 2.

60%

30%

10%

Motivasi pengunjung

Rekreasi

liburan

lainnya

Grafik 1 Motivasi Pengunjung

Motivasi pengunjung satu dengan lainnya pasti akan berbeda, faktor yang membuat perbedaan motivasi dapat ditinjau dari usia, jenis kelamin dan kebutuhan yang diperlukan. Sebagian besar motivasi pengunjung terhadap permintaan wisata di TWA Tangkuban perahu yaitu berekreasi. Hal tersebut karena rekreasi dapat mengurangi rasa jenuh akibat padatnya pekerjaan, kebisingan kota maupun ingin menemukan suasana baru. Selain itu rekreasi dapat memberikan pengunjung rasa tenang terhadap jiwa secara rohani maupun jasmani. TWA Tangkuban Parahu merupakan taman wisata alam yang dapat memberikan atraksi wisata berupa pemamdangan alam, struktur lanskap alami, udara segar yang cocok untuk menghilangkan rasa jenuh.

Motivasi para pengunjung selain untuk berekreasi adalah untuk kegiatan liburan keluarga karena terdapat banyak keluarga yang sengaja mengajak anaknya untuk mengisi waktu libur sekolah untuk mengunjungi TWA Tangkuban Parahu. Pengunjung lainya yaitu berupa berkumpul dengan teman maupun belanja di kawasan TWA Tangkuban Parahu. Karena TWA Tangkuban Perahu menyajikan banyak cindera mata khas Bandung seperti kaos, jaket, dan aksesoris yang bertulisan kota Bandung. Proses pengambilan data kuesioner dapat dilihat pada Gambar 35.

Page 52: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

48

Sumber: Dokumentasi PribadiGambar 35 Proses pengambilan data kuesioner pengunjung mengenai motivasi

kunjungan

b) Persepsi Pengunjung

Persepsi merupakan bentuk penilaian atau pandangan seseorang terhadap suatu objek. persepsi pengunjung terhadap berbagai jenis aktivitas pada kawasan TWA Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Grafik 3.

Tracking View Kawah

Piknik Berfoto

6.3 6.4

5.4

6.2

Persepsi

Grafik 2 Persepesi Pengunjung

Data dari grafik di atas menggambarkan bahwa TWA Tangkuban Parahu sangat cocok untuk melihat struktur lanskap alami dari kawah yang terdapat di TWA ini. Aktivitas tracking dan berfoto cukup diminati oleh pengunjung karena pada TWA ini terdapat jalur traksing yang di dalamnya terdapat suasana dan pemandangan alam masih terjaga dengan asri. Tingkatan kepuasan pengunjung terhadap melihat kawah, tracking, dan berfoto ke kawasan TWA Tangkuban Parahu adalah puas.

Persepsi pengunjung selain untuk tracking dan melihat kawah adalah untuk kegiatan piknik walaupun tempat ini tidak bisa dipakai untuk perorangan atau perkeluarga tetapi TWA Tangkuban Parahu dapat digunakan dalam bentuk piknik dengan kemasan yang berbeda seperti acara perusahaan yang dengan sengaja untuk melakukan kegiatan piknik dengan para karyawannya. Para pengunjung sangat senang dengan kegiatan tersebut. Tingkatan kepuasan pengunjung terhadap piknik ke kawasan TWA Tangkuban Parahu adalah kategori agak puas.

Page 53: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

49

c) Saran

Saran merupakan suatu acuan untuk seseorang atau kelompok agar menjadi lebih baik. Saran sangat penting untuk pengelola kawan karena akan membantu dalam mengelola kawasan TWA Tangkuban Parahu untuk menjadi lebih baik. Saran pengunjunjung dapat dilihat pada Grafik 4.

13%

10%

77%

Saran

Penambahan Atraksi Wisata

Penambahan Fasilitas

Peningkatan Kebersihan

Grafik 3 Saran Pengunjung

Berdasarkan grafik di atas saran yang pertama adalah meningkatkan kebersihan kawasan. Karena suatu kebersihan kawasan akan mempengaruhi kepuasan dan kenyamanan pengunjung dalam berkunjung ke TWA Tangkuban Parahu. Selain itu, dengan kawasan yang bersih secara tidak langsung akan menjaga ekologi. Saran selanjutnya adalah penambahan atraksi wisata pada kawasan. Hal tersebut karena penambahan atraksi wisata akan menambah minat pengunjung agar tidak terjadi tingkat kejenuhan dalam berwisata. Saran yang terakhir merupakan penambahan fasilitas pada kawasan wisata ini. Hal tersebut karena dengan adanya penambahan fasilitas dapat menunjang aktivitas pengunjung dalam melakukan rekreasi di objek-objek yang terdapat di TWA Tangkuban Parahu.

Page 54: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

50

IV. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

TWA Tangkuban Parahu merupakan sebuah kawasan yang dikelola oleh pihak swasta dengan IPPA dan dalam pengelolaannya diawasi oleh BBKSDA. Pengelolaan yang baik telah dicerminkan oleh pengelola PT. GRPP, hal tersebut terbukti dengan banyaknya pengunjung yang datang dan menguntungkan berbagai pihak, dalam hal ini, masyarakat sekitar sebagai karyawan dan pedagang, pemerintah dengan Pendapatan Negara Bebas Pajak (PNBP) dan tentunya pengelola. Keuntungan dari segi ekonomi tersebut tidak terlalu mengeluarkan dampak negative yang dapat menganggu kelestarian ekosistem kawasan konservasi pada TWA Tangkuban Parahu, hal tersebut dikarenakan telah diantisipasi oleh pengelola dengan adanya kegiatan evaluasi yang diimplementasikan dengan pembangunan persemaian dan penanaman pohon pada setiap lahan yang membutuhkan. Pengelolaan yang baik pada kawasan telah dapat memberikan wawasan dan pengetahuan terhadap sistem pengelolaan wisata alam yang selalu berpedoman pada regulasi dan selalu dalam pengawasan BBKSDA. Kerjasama dan bantuan yang baik serta kooperatif pengelola terhadap kegiatan praktek pengelolaan ekowisata dapat membuat pemahaman dan implementasi bekerja secara langsung pada salah satu bidang kajian pengelolaan ekowisata berjalan dengan lancar. Permasalahan yang ada berikut berbagai antisipasi yang dimiliki pengelola telah membantu meningkatkan daya nalar dalam memahami permasalahan dan mencari solusi serta, sehingga perancangan program perbaikan kegiatan pengelolaan ekowisata, serta inovasi paket dan program wisata baru dapat dilakukan.

B. Saran

1. Penempatan tempat sampah yang harus lebih diperhatikan kembali terutama pada menara pandang yang terdapat di Kawah Ratu diatas kantor pelayanan jasa pemandu wisata.

2. Penulisan pada papan penunjuk arah diperbesar dan diposisikan pada tempat yang tidak terhalang oleh objek lain.

3. Perlu ditingkatkan kembali mengenai promosi outbound selaku sumberdaya wisata dan daya tarik terbaru di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu yang semestinya dapat diketahui sejak pengunjung memasuki kawasan yang dapat dilakukan dengan penambahan papan penunjuk arah ke kawasan outbound.

4. Penambahan atraksi wisata atau program wisata yang berdampak pada pengemasan kedalam suatu paket wisata yang secara tidak langsung dapat mengurangi konsentrasi wisatawan pada satu obyek tertentu yang memadati kawasan.

5. Pengadaan benda interpretasi secara tidak langsung pada setiap obyek wisata yang dapat memberikan informasi, pengetahuan serta menimbulkan afeksi pengunjung terhadap lingkungan kawasan.

6. Evaluasi pembuatan jalur sirkulasi pada lahan parkir motor juga perlu dilakukan karena bertujuan untuk mengurangi resiko kecelakaan kecil ataupun besar, karena lahan parkir motor berada kawasan lereng.

Page 55: Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu

51

DAFTAR PUSTAKA

Avenzora, R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. Banda Aceh: BRR NAD dan Nias

Damanik, J. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM dan Andi.

Wordpress.com. 2011. Tangkuban Parahu – Misteri Sang Ratu. http://ariesaksono.wordpress.com/category/sejarah/ (17 Juli 2012)

LAMPIRAN