makalah ekowisata

54
KARYA TULIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DANAU BUYAN OLEH Ni Wayan Eka Puspawati (0814031032) Ni Kd Heny Krisna Dewi (0914031021) Ni Made Devi Rusmantini (0914031038) I Gst. Gd Ngurah P. Gunawan(1114031001) Sang Ayu Virgayani (1114031005) JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA i

Upload: sang-ayu-virgayani

Post on 23-Nov-2015

1.044 views

Category:

Documents


94 download

DESCRIPTION

Makalah ekowisata

TRANSCRIPT

KARYA TULIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DANAU BUYANOLEH

Ni Wayan Eka Puspawati

(0814031032)

Ni Kd Heny Krisna Dewi

(0914031021)

Ni Made Devi Rusmantini

(0914031038)

I Gst. Gd Ngurah P. Gunawan(1114031001)

Sang Ayu Virgayani

(1114031005)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2014KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puja dan puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun mampu menyelesaikan karya tulis.Dalam penyusunan karya tulis yang berjudul Studi Kelayakan Pengembangan Ekowisata Danau Buyan diucapkan terima kasih kepada :1. I Putu Ananda Citra, S.Pd., M.Sc., selaku dosen Pengampu Mata Kuliah Geografi Pariwisata dan Budaya yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun karya tulis ini,2. Teman-teman anggota kelompok atas kerjasama kelompok dan motivasinya yang saling membantu, melengkapi dan memberikan semangat dalam penyelesaian karya tulis ini. Disadari karya tulis ini masih belum sempurna oleh karena itu, diharapkan kritik, saran dan materi tambahan dari semua pihak yang bersifat konstruktif, untuk kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, diharap agar laporan ini bermanfaat bagi kita semua.Singaraja, Maret 2014

Penyusun

DAFTAR ISIHalaman Sampul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii Daftar Tabel v

Daftar Bagan viDaftar Gambar viiBAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 31.3 Tujuan 41.4 Manfaat 4BAB II KAJIAN PUSTAKA2.1 Kajian Geografi Pariwisata 62.1.1 Pengertian Geografi Pariwisata 62.1.2 Daya Tarik Wisata 82.1.3 Potensi Wisata 102.1.4 Pengertian Ekowisata 102.2 Partisipasi Masyarakat 112.3 Kontribusi Pengelolaan Wisata 12BAB III METODE PENULISAN3.1 Metode Pengumpulan Data 133.2 Metode Analisis Data 16BAB IV DESKRIPSI KAWASAN WISATA4.1 Deskripsi Kawasan Wisata Danau Buyan 184.2 Faktor Geografis Pariwisata 20BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil dan Analisis 225.1.1 Analisis Potensi Wisata 225.1.2 Analisis Partisipasi Masyarakat 235.1.3 Analisis Kontribusi 235.1.4 Hasil Kelayakan Pengembangan Ekowisata 245.2 Pembahasan 245.2.1 Analisis Potensi Wisata 245.2.2 Analisis Partisipasi Masyarakat 255.2.3 Analisis Kontribusi 285.2.4 Hasil Kelayakan Pengembangan Ekowisata 29BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan 30

6.2 Saran 30DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABELTabel 1 Potensi wisata yang dimiliki objek wisata.............................................. 13Tabel. 2 Partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata ........... 14Tabel 3. Kontribusi dari kegitan pariwisata terhadap masyarakat lokal ... 15Daftar GambarGambar 1. Peta Lokasi Danau Buyan 18Gambar 2. Saat berwawancara dengan salah satu penduduk jasa sewa pancing 25Gambar 3. Pancing yang disewakan bagi pengunjung 26Gambar 4. Melakukan wawancara dengan salah satu petani stroberi 27Gambar 5. Saat melakukan wawancara dengan Pak Gede Ada Putra 28Gambar 6. Balai tempat berjualan penduduk desa yang di bangun oleh Pemerintah 29BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBali merupakan sebuah pulau kecil dan eksotik yang terletak di Indonesia. Bali memiliki keidahan alam yang tidak dimiliki oleh tempat lainya. Masyarakat yang begitu ramah menjadi daya tarik Bali menjadi objek wisata. Kehidupan masyarakat Bali sarat akan makna filosofis yang sesuai ajaran agama Hindu. Wilayah pulau Bali tidaklah luas, hanya 5.634,40 ha atau 0,29% dari luas negara Indonesia (Bps Provinsi Bali,2013). Dengan wilayah yang tidak begitu luas menjadikan setiap objek wisata dapat mudah dikunjungi.Bali dan pariwisata tidak bisa di pisahkan. Keindahan alam serta keunikan budayanya menjadikan Bali sebagai objek wisata yang paling ingin di kunjungi oleh wisatawan. Berbagai wisatawan dari mancan negara ingin sekali berkunjung ke Bali. Menurut Prayogi (2011) tingginya kemampuan Bali dalam mengapresiasikan potensi yang dimiliki sehingga dapat menampilkan beragam daya tarik wisata, menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Kelebihan ini tentunya menjadikan Bali memperoleh berbagai julukan dan penghargaan dari dunia international. Salah satunya adalah Bali menerima penghargaan sebagai pulau terindah di dunia. Hal ini menjadikan Bali sebagai pusat pariwisata dunia. Bali di anugrahi berbagai keindahan alam dan budaya yang unik. Keindahan alam dan budayanya tidak monoton tetapi sangat bervariatif, mulai dari pantai, gunung, danau, sungai, dan hutan. Semua sangat indah dan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Selain daya tarik alamnya, Bali juga sangat terkenal dengan budayanya yang unik. Kehidupan masyarat asli Bali tercermin dari kehidupan masyarakatnya yang unik dan tidak terlepas dari adat istiadat budaya. Masyarakat yang ramah dengan pola kehidupan yang pluralisme dan tidak terlalu banyak aturan namun penuh kedamaian. Inilah jawaban kenapa wisatawan sangat betah untuk berlibur di Bali.

Didalam perkembangan sektor pariwisata Bali tidak luput dari permasalahan yang ada. Salah satunya adalah kesenjangan antara sektor pariwisata Bali selatan dan Bali utara. Perbedaan diantara duawilayah ini sangat terlihat. Bali selatan yang notabenenya sebagai daerah pariwisata mengalami perkembangan yang signifikan bahkan sudah di katakan over kapasitas, sedangkan di Bali utara industri pariwisata cenderung jalan di tempat. Dibuktikan dengan banyaknya masyrakat Bali utara bermigrasi ke Bali selatan yangg tentunya akan memerlukan ruang untuk tinggal. Hal ini mengakibatkan persebaran perekonomian yang tidak merata diantara kedua wilayah.

Bali utara sebenarnya memiliki bergai lokasi untuk di jadikan objek wisata. Mulai dari pantai Lovina, Air Terjun Di Desa Gitgit, Danau Buyan dan Tamblingan dan masih banyak lagi objek wisata di Bali utara khususnya Kabupaten Buleleng. Keadaan ini tentunya harus di manfaatkan secara bijak sehingga menghasilkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Pengertian pariwisata berkelanjutan menurut Fedration of Nature and National Parks dalam Arida (2009: 17) adalah semua bentuk pembangunan, pengelolaan dan aktivitas pariwisata yang memelihara integritas lingkungan, sosial,ekonomi dan kesejahteraan dari sumberdaya alam dan budaya yang ada untuk jangka waktu yang lama. Untuk merealisasikan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan diperlukan adanya peran serta dari masyarakat lokal. Menurut pendapat Achmad Charris Zubair dalam (Arida,2009:31) menyatakan masyarakat setempat harus terlibat secara aktif dalam pembangunan yang pada hakekatnya membangun dirinya sendiri. Aktif disini berarti ikut terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,dan paling penting adalah menikmati hasilnya pertama kali. Menurut Waimbo (2012) pada dasarnya masyarakat lokal mengetahui tentang fenomena alam dan budaya di sekitarnya. Namun mereka tidak memiliki keahlian secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung didalam kegiatan pariwisata. Maka dari itu secara aktif masyarakat harus meningkatkan kapasitasnya di dalam bidang pariwisata atau sering kita sebut dengan pemberdayaan masyarakat.

Akhir-akhir ini sangat banyak media masa yang memberitakan bahwa pariwisata itu merusak. Selain merusak budaya lokal pariwisata juga di katakan memberikan dampak negatif pada lingkungan. Berbagai akomodasi dibangun untuk membuat para wisatawan menjadi nyaman. Lokasi yang tak seharusnya difungsikan untuk membangun sebuah akomodasi di paksakan demi memenuhi kebutuhan wisata,maka yang pertama kali mendapatkan dampaknya adalah lingkungan. Ketidak seimbangan ini tentunya perlu di cari solusinya agar keberlanjutan lingkungan tetap berjalan.

Dalam menyelesaikan permasalahan ini perlu adanya terobosan, salah satunya adalah mengajak wisatawan untuk berwisata kemBali ke alam (back to nature). Berorientasi pada lingkungan alam atau ekowisata menjadi sebuah solusi agar wisatawan dapat menghargai alam serta secara tidak langsung wisatawan juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Ekowisata adalah kegiatan wisata yang bersifat khas. Dalam hal ini, kegiatan yang berisi unsur eko saja yang dapat dimasukan dalam ekowisata, yaitu memperhatiakan aspek ekologis, ekonomis dan persepsi masyarakat, bahkan secara khusus ada ahli yang mengatakan bahwa kegiatan ekowisata ini melibatkan unsur pendidikan (Arida, 2009:23).

Danau Buyan termasuk salah satu objek wisata yang dikelola dan diperhatikan keberlanjutannya. Obyek wisata Danau Buyan terletak di desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten buleleng. Objek wisata Danau Buyan terletak di ketinggiang 1500 meter di atas permukaan laut. Selain mengutamakan keindahan alamnya yang notabene menjadi salah satu potensi untuk menjadi ekowisata, Danau Buyan mudah untuk dijangkau sehingga karena aksesbilitasnya yang mudah. Namun tidak serta merta dapat dikatakan sebagai kawasan ekowisata jika hanya dilihat secara kasat mata. Untuk itulah mendorong penyusun mengkaji kelayakan pengembangan ekowisata di objek wisata ini, dengan judul makalah Studi Kelayakan Pengembangan Ekowisata Danau Buyan.1.2 Rumusan MasalahBerorientasi dari pemaparan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang ingin dikaji dalam penyusunan laporan ini antara lain sebagai berikut.1.2.1 Bagaimana potensi wisata yang dimiliki objek wisata Danau Buyan?1.2.2 Bagaimana partisipasi masyarakat lokal Banjar Dinas Buyan dalam pengembangan ekowisata?1.2.3 Bagaimana kontribusi dari kegiatan pariwisata terhadap masyarakat lokal Banjar Dinas Buyan?1.2.4 Bagaimana tingkat kelayakan objek wisata Danau Buyan dalam pengembangan ekowisata?1.3 Tujuan

Sesuai dengan latar belakang dan berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan laporan ini adalah:1.3.1 Mengetahui potensi wisata yang dimiliki objek wisata Danau Buyan.1.3.2 Mengetahui besarnya partisipasi masyarakat lokal Banjar Dinas Buyan dalam pengembangan ekowisata.1.3.3 Menganalisis dan mengetahui kontribusi dari kegiatan pariwisata terhadap masyarakat lokal Banjar Dinas Buyan.1.3.4 Memahami cara menentukan tingkat kelayakan objek wisata Danau Buyan dalam pengembangan ekowisata.1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang telah dicapai melalui pembuatan laporan ini adalah:

1.3.1 Secara Teoritis

Setelah dilakukan analisis kelayakan ekowisata yang terdapat di objek kajian mampu memberikan wawasan lebih terhadap mahasiswa selain lebih mendalami konsep yang telah diberikan terkait materi ekowisata.1.3.2 Secara Praktis

Sesuai dengan informasi yang telah diperoleh melalui laporan ini, adapun manfaat yang diharapkan didapat secara praktis yakni sebagai berikut;a) Mahasiswa

Melalui laporan ini manfaat secara praktis yang didapatkan yakni dengan diketahuinya tingkat kelayakan objek wisata Danau Buyan memotivasi mahasiswa agar sebagai bagian dari lapisan akademik mampu memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan objek wisata Danau Buyan.b) Masyarakat

Dengan adanya studi kelayakan pengembangan wisata, mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dalam menilai pengembangan objek wisata Danau Buyan sehingga dapat termotivasi meningkatkan kualitas objek wisata tersebut.

c) PemerintahDilihat dari segi pemerintah, dengan adanya laporan ini agar dapat bermanfaat dalam pengembangan objek wisata Danau Buyan melalui dengan penyedia pendukung sarana prasarana yang dibutuhkan masyarakat yang optimal.

BAB IIKAJIAN PUSTAKAN

2.1 Kajian Geografi Pariwisata

2.1.1 Pengertian Geografi PariwisataGeografi adalah disiplin ilmu yang berorientasi kepada masalah-masalah (problem oriented) dalam rangka interaksi antara manusia dengan lingkungan (Bintarto dan Surastopo Hadi S, 1982:7). Sedangkan menurut Nursid Sumaatmadja (1981: 34), geografi sebagai suatu kajian studi (unified geography) melihat suatu komponen alamiah dan insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan .

a. Pendekatan Geografi

Menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 12-24), ada tiga pendekatan dalam geografi yaitu:

1) Pendekatan Keruangan (Spatial Approach) Pendekatan ini mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat- sifat penting. Dalam analisa keruangan ini yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang ada, dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Dalam analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data). Data titik digolongkan menjadi data ketinggian tempat, data sampel batuan, data sampel tanah dan sebagainya. Data bidang digolongkan menjadi data luas hutan, data luas daerah pertanian, data luas padang alang-alang, dan sebagainya.2) Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach) Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan disebut ekologi. Oleh karena itu untuk mempelajari ekologi seseorang harus mempelajari organism hidup, seperti manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungannnya seperti hidrosfer, litosfer, dan atmosfer. Selain itu organisme hidup dapat pula mengadakan interaksi dengan organisme hidup yang lain. Ekologi: Interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan.

3) Pendekatan Komplek Wilayah (Regional Complex Approach). Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut komplek wilayah. Pada analisa sedemikian ini wilayah- wilayah tertentu didekati atau dihampiri dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar Organisme hidup Lingkungan wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, oleh karena terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Pada analisa sedemikian diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antar variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisa ekologi).

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa Inggris (Oka. A Yoeti, 1982: 103). Pariwisata merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan atau kepuasan (Sujali : 1989: 21). Menurut Gamal Suwantoro (1997: 3) istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Menurut Institut of Tourism in Britain (1976) dalam Kusumayadi dan Endar Sugiarto (2000: 5), mendefinisikan pariwisata sebagai kunjungan orang-orang untuk sementara dalam jangka pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut. Geografi pariwisata adalah geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata. Kegiatan pariwisata yang banyak sekali seginya di mana semua kegiatan tersebut dapat disebut dengan industri pariwisata, seperti perhotelan, restoran, toko cenderamata, transportasi, biro jasa, tempat-tempat hiburan, objek wisata, atraksi budaya dan sebagainya. Segi-segi geografi umum yang dikaji dalam pariwisata antara lain iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat istiadat, laut dan sebagainya (Gamal Suwantoro, 1997: 28).Menurut Heru Pramono (2012: 2), geografi pariwisata adalah studi terapan dari konsep-konsep, teori-teori, dan pendekatan-pendekatan geografi terhadap aspek-aspek pariwisata pada wilayah permukaan bumi.Menurut Sujali (1989: 5), geografi pariwisata sesuai dengan bidang atau lingkupnya, sasaran atau objek adalah objek wisata, sehingga pembahasannya ditekankan pada masalah bentuk, jenis, persebaran dan juga termasuk wisatawannya sendiri sebagai konsumen dari objek wisata.2.1.2 Daya Tarik Wisata

Kegiatan wisata di sebuah wilayah yang tidak lengkap tanpa daya tarik wisata atau disebut tourist attraction. Daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasti. Dalam arti,daya tarik wisata sebagai penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat (Ismayanti, 2010). Jadi daya tarik wisata memiliki makna sebagai penggerak utama dalam sistem dasar pariwisata. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan objek daya tarik adalah objek yang berasal dari daerah asal wisata yang menyuguhkan tujuan wisata sebagai ujung tombak penarik wisatawan sehingga dengan kekhasan dan keunikan masing-masing dikatakan sebagai fokus utama penggerak wisata.Dalam UU Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dalam Pengantar Pariwisata karya Ismayanti, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,keindahan,dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,budaya,dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.daya tarik wisata itu harus dikelola sedemikian rupa agar keberlangsungannya dan kesinambungannya terjamin. Adapun daya tarik wisata sebagai berikut.

a. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam,serta flora dan fauna.Daya tarik alam merupakan daya tarik alami yang telah ada dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia.

b. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,peninggalan purbakala,peninggalan sejarah,seni budaya,dan tempat hiburan. Daya tarik buatan manusia bisa juga merupakan perpaduan buatan manusi dan keadaan alami, seperti wisata agro, wisata baru.Daya tarik wisata merupakan sasaran perjalanan wisata seperti berikut ini.

1) Ciptaan tuhan yang maha esa,yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti pemandangan alam, fanorama indah,hutan rimba dengan tumbuhan hujan tropis serta binatang-binatang langka.

2) Karya manusia yang berwujud musim,peninggalan purbakala, peninggalan sejarah,seni budaya,wisata agro(pertanian),wisata tirta (air), wisata petualanggan,taman rekreasi, dan tempat hiburan.

3) Sasaran wisata minat khusus ,seperti berburu,mendaki gunung,gua,industry,dan kerajinaan,tempat perbelanjaan, sungai air deras,tempat tempat ibadah,dan tempat-tempat ziarah.Berdasarkan uraian tersebut wisata alam Danau Buyan merupakan wisata daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang notabene danau ini terbentuk dari alam yakni berasal dari kaldera Gunung Api Beratan Purba hingga membentuk 3 danau kembar.Sedangkan untuk mendapatkan nilai daya tarik wisata perlunya diadakan usaha daya tarik wisata. Menurut Muljadi usaha daya tarik wisata berarti usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan atau binaan manusia.

Pengusahaan ini diselenggarakan oleh suatu badan usaha perseroan terbatas atau koperasi dan perorangan.

Kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam meliputi:

a. Pembangunan prasarana dan sarana pelengkap beserta pasilitas pelayanaan lain bagi wisatan.

b. Pengelolaan ojek dan daya tarik wisata alam,termasuk prasarana dan sarana yang ada.

c. Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat di sekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan pengusaha ojek dan daya tarik wisata alam.

Pengusaan ojek dan daya tarik wisata alam dapat pula disertai dengan penyelenggaraan pertunjukan seni budaya yang dapat member nilai tambah terhadap objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.

Kelompok pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, antara lain pengelolaan dan pemanfaatan, taman nasional, taman wisata, taman hutan raya, taman laut.

Guna pengoptimalkan usaha daya tarik wisata, adapun komponen yang diperlukan yang merupakan komponen pendukung yakni akomodasi yang tersedia. Akomodasi adalah suatu sarana yang menyediakan jasa pelayanaan penginapan yang dapat dilengkapi oleh pelayanan makanan dan minuman serta jasa lainnya. Dengan adanya keterkaitan dan saling mendukung antar komponen ini akan mampu menciptakan sistem dasar pariwisata yang efektif. 2.1.3 Potensi Wisata

Potensi wisata merupakan segala hal dan kejadian yang diatur dan disediakan sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata baik berupa suasana, kejadian, benda, maupun jasa (Nyoman S. Pendit, 1994: 108). Potensi wisata juga dapat berupa sumberdaya alam yang beraneka ragam dari aspek fisik dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang dapat dikembangakan untuk pariwisata. Sedangkan sumberdaya pariwisata diartikan sebagai unsur-unsur lingkungan alam atau yang telah diubah oleh manusia yang dapat memenuhi keinginan wisatawan (Chafid Fandeli, 2001: 48-57).2.1.4 Pengertian EkowisataEkowisata menurut Fennel dalam arida(2009) merupakan wisata yang berbasis alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendididkan tentang alam,dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberikan dampak negatif paling rendah terhadap lingkungan , tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada lokal (dalam halkontrol,manfaat yang dapat diambil dari kegiatan usaha.

Ekowisata adalah kegiatan wisata yang bersifat khas. Dalam hal ini, kegiatan yang berisi unsur eko saja yang dapat dimasukan dalam ekowisata, yaitu memperhatiakan aspek ekologis, ekonomis dan persepsi masyarakat, bahkan secara khusus ada ahli yang mengatakan bahwa kegiatan ekowisata ini melibatkan unsur pendidikan (Arida,2009:23).2.2 Partisipasi Masyarakat

Paradigma pembangunan sudah bergeser dari pembangunan yang bersifat memenuhi keinginan dan ukuran kemajuan yang bertumpu pada kekuatan dari luar telah bergeser ke paradigma yang bertumpu pada ukuran dan kekuatan diri sendri. Pembangunan harus bersifat optimalisasi kekuatan diri sendiri dan berkelanjutan. Masyarakat setempat harus berperan aktif dalam proses pembangunan yang pada hakekatnya membangun dirinya sendiri. Aktif disini berarti ikut terlibat dalam perencanaan, pengawasan dan yang paling penting adalah yang menikmati hasil yang pertama kali.

Jelas ada kompensasi yang terjadi apabila melibatkan orang-orang lokal dalam perencanaan ekoturisme.memulai kegiatan lokal memerlukan waktu dan energi yang banyak dan kemampuan berorganisasi yang baik. Partisipasi lokal digambarkan sebagai memberi lebih banyak peluang kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan-kegiatan pembangunan .halini berarti memberi wewenang atau kekuasaan pada masyarakat untuk memobilisasi kemampuan merekasendiri,menjadi pemeran sosial dan bukan menjadi objek pasif ,mengelola sumberdaya,membuat keputusan dan melakukan kontrol terhadap kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi kehidupanya. Pendekatan partisipatif melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dirinya. Partisipasi masyarkat sering di pandang sebagai pembagian mannfaat sosial dan ekonomi . proses partisipatif membantu orang untuk memiliki pengawasan cukup untuk diri mereka sendiri.

Pemberdayaan masyarakat sangat penting di dalam pengembangan ekowisata. Artinya, sebelum ekowisata di kembangkan harus ada upaya sadar untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokalagar dapat berpartisipasi aktif dalam program. Usaha pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan agar masyarakat mampu untuk membuat keputusan sendiri agardalam pengembangan ekowista mampu mengembangkan inisiatifnya dan memiliki posisi tawar yang memadai ketika berhadapan dengan stakeholder yang lain. 2.3 Kontribusi Pengelolaan PariwisataKontribusi merupakan hasil timbal Balik yang terjadi dari pemanfaatan suatu objek. Jika dikaitkan dengan pengelolaan pariwisata kontribusi yang dimaksud adalah hasil timbal Balik yang diperoleh oleh masyarakat sebagai pelaku wisata dalam memanfaatkan dan pengelolaan wisata. Dalam hal ini kontribusi pengelolaan pariwisata yang dimaksud yakni merupakan hasil partisipasi peranan masyarakat dalam mengelola objek wisata, hasil yang dimaksud dapat berupa pendapatan, sarana dan prasarana dari pemerintah, serta wawasan ilmu pariwisata yang diperoleh dalam mengelola pariwisata.

Seperti di Danau Buyan hasil dari kontribusi yang dapat dilihat didominasi oleh pendapatan masyarakat yang berasal dari objek wisata alam Danau Buyan hasil dari petani. Petani yang dimaksud adalah petani yang merupakan penduduk Banjar Dinar Buyan yang notabene sebagai pelaku agrowisata dalam hal ini mendukung daya tarik wisata Danau Buyan.

BAB IIIMETODE PENULISAN

3.1 Metode Pengumpulan DataUntuk dapat mencari informasi terkait data yang diperlukan dalam menentukan kelayakan objek wisata dalam pengembangan ekowisata, dilakukan beberapa tahapan diantaranya: 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu dan kelengkapan sebelum melaksanakan kegiatan pengumpulan data dan observasi lapangan, diantaranya adalah :

a. Menentukan lokasi atau objek studi sebagai tempat objek wisata di Kabupaten Buleleng. b. Mempersiapkan lembar observasi berupa instrument yang telah disediakan sebelumnya. Adapun instrument yang dimaksud sebagai berikut.

Analisa Potensi WisataTabel 1 Potensi wisata yang dimiliki objek wisata

NoPotensi WisataIndikatorSkorKriteria

1Atraksi WisataDaya Tarik Utama1Tidak ada

2Ada tetapi tidak dilestarikan

3Ada dan dilestarikan

Daya Tarik Pendukung1Tidak ada

2Ada tetapi tidak dilestarikan

3Ada dan dilestarikan

2

Aksesibilitas

Kondisi Jalan1Rusak (berlubang dan retak)

2Cukup rusak (retak)

3Baik (tidak berlubang dan retak)

Jarak dari Kota/Kabupaten1Dekat 10 Km

Transportasi1Tidak ada

2Kadang-kadang

3Selalu ada

3FasilitasAkomodasi1Tidak ada

2Sedikit (1)

Rumah makan/minum1Tidak ada

2Sedikit (1)

Toko Souvenir1Tidak ada

2Sedikit (1)

Pos Kesehatan1Tidak ada

2Ada tetapi tidak beroperasi

3Ada dan beroperasi

Pos Keamanan1Tidak ada

2Ada tetapi tidak beroperasi

3Ada dan beroperasi

Pusat Informasi1Tidak ada

2Ada tetapi tidak beroperasi

3Ada dan beroperasi

Analisa Partisipasi Masyarakat

Tabel. 2 Partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisataNoPartisipasi masyarakat lokalIndikatorSkorKriteria

1Perencanaan

Rapat-rapat1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Pengambilan keputusan1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Mengidentifikasi masalah1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Promosi wisata1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

2MonitoringTim monitoring/ pengawas1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

3

Pengelolaan

Petugas pakir1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Petugas keamanan1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Pemandu wisata1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Petugas kebersihan1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Karyawan 1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

4

Pengusaha/ pelaku ekonomi ekowisataAkomodasi1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Jasa Tranportasi1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Restoran/ Rumah Makanan1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Souvenir/ Cendera Mat1Tidak dilibatkan

2Kadang-kadang dilibatkan

3Selalu dilibatkan

Analisa Kontribusi

Tabel 3. Kontribusi dari kegitan pariwisata terhadap masyarakat lokalNoKontribusi dari kegitan pariwisata terhadap masyarakatIndikatorSkorKriteria

1Sosial ekonomiPeningkatan pendapatan1Tidak ada

2Kadang-kadang

3Meningkat

Kesempatan kerja1Tidak ada

2Ada tetapi syarat sangat ketat

3Ada dengan syarat mudah

2

Fisik

Prasarana (jalan di kawasan objek wisata)1Tidak ada

2Ada tetapi kondisi rusak

3Kondisi bagus (lebar dan tidak rusak)

Pengaturan tata ruang kawasan wisata1Tidak ada aturan RTRW

2Ada tetapi tidak teratur

3Ada dan teratur

Akomodasi

1Tidak ada

2Sedikit (< 1)

3Banyak >1

Toko Souvenir1Tidak ada

2Sedikit (< 1)

3Banyak >1

Restoran/rumah makan1Tidak ada

2Sedikit (< 1)

3Banyak >1

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini yaitu tahap pengumpulan data di lapangan (pengamatan dan pencatatan secara langsung maupun tidak langsung di lokasi studi serta wawancara dengan narasumber sesuai dengan instrument yang telah ditentukan).a. Metode Langsung (Wawancara)

Metode ini merupakan metode yang digunakan secara kontak langsung dari penyusun berupa melakukan wawancara dengan beberapa narasumber guna menggali informasi terkait objek wisata Danau Buyan.b. Metode dokumentasiYakni pengumpulan data dengan cara mencatat, menyalin, atau mereplika data yang telah ada misalnya data jumlah penduduk Banjar Dinas Buyan, metode dokumentasi juga dapat berupa gambar atau foto kejadian atau kegiatan yang terjadi saat observasi di lapangan yang diambil secara langsung.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu merangkum hasil observasi serta menyusun laporan hasil observasi.3.2 Metode Analisis Data

Sesuai dengan instrumen yang telah digunakan, untuk menganalisis data yang diperoleh dengan cara kuantitatif atau perhitungan terlebih dahulu sebelum dideskripsikan kedalam data kualitatif. Adapun cara yang digunakan untuk menganalisis data yakni dengan beberapa tahap, yaitu;

1. Menghitung klas interval terkait beberapa indikator yang telah ditentukan dalam instrumen dengan formula; I =Ket. I = Lebar interval

R= Jarak interval

N = Jumlah interval2. Setelah menentukan klas interval, memberikan kategori disetiap klasnya seperti sangat layak, layak, cukup layak, tidak layak, sangat tidak layak. Kemudian menjumlahkan skor tiap indikator dan menggolokan sesuai dengan kategori yang disediakan.Pengolahan dan penyajian data penyusun rangkum dalam bentuk laporan akhir. Format laporan akhir disesuaikan dengan sistematika penulisan yang telah disampaikan oleh dosen pengampu matakuliah Geografi Pariwisata dan Budaya.BAB IVDESKRIPSI KAWASAN WISATA

4.1 Deskripsi Kawasan Wisata Danau BuyanDanau Buyan adalah sebuah danau yang terletak di kawasan Pancasari, kecamatan Sukasada, kabupaten Buleleng. Danau ini terbentuk didalam kaldera besar beserta dua kembarannya yang lain yaitu Danau Beratan dan Danau Tamblingan. Ketiga danau ini dipisahkan oleh hutan sepanjang satu kilometer. Namun diantara Danau Tamblingan dan Danau Buyan hanya dipisahkan oleh sebuah kolam kanal dan terhubung langsung dengan keduanya, yang oleh masyarakat sekitar disebut Telaga Aya. Peta Lokasi

Gambar 1. Peta Lokasi Danau BuyanSumber: http://www.ksda-Bali.go.id/kawasan-konservasi/danau-buyan-tamblingan/Lokasi dan AksesibilitasTWA Danau Buyan Tamblingan yang terletak di sebelah utara dan berbatasan dengan Cagar Alam Batukahu, termasuk dalam wilayah enam desa yaitu Desa Candikuning, dan Desa Batunya, masing-masing termasuk wilayah Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. dan Desa Asah Munduk, Kecamatan Banjar, dan Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Termasuk dalam Register Tanah Kehutanan (RTK) 4, Kelompok Hutan Batukahu, pada koordinat geografis.

Kelompok Hutan Batukahu seluas 15.153,28 Ha, terdiri dari 14.262,74 Ha hutan alam, dan 890,54 Ha hutan tanaman. Menurut fungsinya Kelompok Hutan Batukahu terdiri dari 11.899,32 Ha Hutan Lindung, 1.762,80 Ha Cagar Alam, dan 1.491,16 Taman Wisata Alam.

Batas kawasan Danau Buyan Danau Tamblingan, adalah :

Di sebelah utara : Desa Wanagiri, Desa Lemukih,

Di sebelah selatan : Desa Batunya, Desa Candikuning,

Di sebelah timur : Hutan Lindung Batukahu, Dusun Peken-Desa Pancasari,

Di sebelah barat : Dusun Tamblingan-Desa Munduk, Desa Gesing.

Untuk mencapai lokasi ini dapat menggunakan kendaraan umum (minibus) jurusan Denpasar Singaraja, dari terminal Ubung Denpasar, kemudian turun di Candikuning/Bedugul. Dengan jarak kurang lebih 58 km, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan. Dapat pula ditempuh dari Singaraja, dengan jarak kurang lebih 36 km dan waktu tempuh kurang lebih 40 menit, dengan menggunakan kendaraan umum (minibus) jurusan Singaraja Denpasar.Topografi dan IklimKeadaan topografi kawasan ini bervariasi, mulai dari datar, agak curam, sampai dengan sangat curam, dengan ketinggian antara 1.210 1.350 m dari permukaan laut (dpl). Potensi fisik yang dimiliki Desa Pancasari terkait dengan keadaan alam Desa tersebut yang masih alami yang sebagian besar terdiri dari lahan pertanian, hutan dan danau.Potensi FloraSelain flora khas Cemara Pandak dan Cemara Geseng, pada kawasan ini terdapat jenis-jenis Lateng (Laportea sp), Bunut (Ficus indica), Kayu Batu (Eugenia jambaloides) , Sambu (Vernonia arbaca). Blantih (Homalanthus giganteus), dan Lempeni (Ardisisa humulis). Pada tingkat semai jenis yang mendominir adalah jenis Lateng, Lempeni dan Udu (Lithea velirtinia), sedangkan untuk tumbuhan bawah terdiri dari jenis pakis, bentek, cabe-cabe, pinang hutan dan lain-lain. Selain hutan alam yang masih utuh, terdapat pula hutan tanaman dengan jenis Damar (Agathis alba), Rasamala (Altingea excelsa) dan Cempaka (Mechelia champaka), dan tanaman reboisasi nangka (Artocarpus sp) tahun 1986/1987 yang terletak di pinggir Danau Buyan dan Danau Tamblingan, serta semak belukar yang pada awalnya merupakan kelas reboisasi Murbai.

Potensi FaunaSelain beberapa jenis burung endemik Jawa Bali, dan beberapa jenis yang sudah dilindungi, terdapat jenis-jenis aves seperti Ayam Hutan (Gallus sp), Cerucuk (Pycnonotus goievier), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Elang Laut Perut Putih (Halliaeetus leucogaster), dan dalam perjumpaan tidak langsung melalui kotoran, jejak dan suara, ditemukan jenis Deluk (Melogale orientalis), Sri gunting (Dicrurus paradiseus) dan Kepecit (Estrilda amandava). Selain aves ditemukan jenis-jenis fauna seperti Kijang (Muntiacus muntjak), Babi Hutan (Sus vitatus), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Rase (Vivericula malacensis), Trenggiling (Manis javanica), Landak (Hystrix brachyura), Lutung/Budeng (Trachypithecus auratus), Kera Abu (Macaca fascicularis), Bajing Tanah (Lariscus insignis), Musang (Paradoxurus hermaproditus), dan Kalong (Pteropus edulis). Keragaman jenis yang ada di kawasan ini lebih sedikit dibanding kawasan Cagar Alam Batukahu, hal ini antara lain disebabkan oleh keterbatasan sumber makanan yang ada.4.2 Faktor Geografi Pariwisata

Adapun sebagai faktor geografi pariwisata merupakan objek daya tarik yang terdapat di Danau Buyan. Faktor yang dimaksud merupakan varisasi geografi yang menjadi nilai yang khas yang dimiliki oleh objek wisata tersebut. Terdapat dua buah danau yang cukup luas yang dikelilingi oleh hutan yang masih utuh dan alami, dan tebing-tebing danau yang curam, menjadikan kawasan ini mempunyai panorama alam yang indah. Perairan danau yang tenang dengan udara pegunungan yang sejuk dan nyaman, memberikan peluang untuk melakukan kegiatan wisata alam di perairan danau. Pada lokasi dengan ketinggian tertentu merupakan lokasi yang strategis untuk menikmati pemandangan danau, sambil beristirahat. Dibeberapa lokasi pinggir danau terdapat beberapa buah Pura (tempat suci umat Hindu) yang dibangun diantara pepohonan yang besar dan lebat sehingga menambah panorama yang tidak hanya indah tapi juga unik dan khas. Daya tarik lain dari kawasan ini adalah obyek wisata Kebun Raya Eka Karya Bedugul. dan Danau Beratan. Kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan di kawasan ini adalah wisata tirta, seperti memancing, bersampan; wisata alam seperti berkemah, lintas alam, penjelajahan/ jungle tracking, dan out bound; serta wisata ilmiah/widya wisata, sambil menikmati panorama alam yang indah dan khas serta udara yang sejuk.Iklim pada kawasan ini termasuk kedalam tipe iklim Tipe A, menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson. Rata-rata curah hujan 2.000 2.800 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 155,6 hari/tahun. Jumlah bulan basah 4 10, dan bulan kering 0 5.Selain dari segi kondisi geografis, adapun faktor pendorong yang lain sebagai faktor pendukung wisata Danau Buyan yakni 70% penduduk dari 257 KK Banjar Dinas Buyan yang notabene sebagai petani. Sehingga dengan keadaan tersebut memungkinkan potensi agrowisata yang mampu mendukung daya tarik wisata seperti petani stroberi. Penduduk lainnya tercatat sebesar 23 % bekerja dibidang swasta, dan 7% PNS. Sehingga hal ini menjadikan faktor pendorong Banjar Dinas Buyan kawasan ekowisata terkait dengan peranannya pengelolaan wisata Danau Buyan.

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil dan Analisis

Setelah melakukan observasi dan wawancara didapatkan penilai masing-masing indikator, yang kemudian akan dikelola guna mempermudah menganalisis informasi yang diperoleh. Adapun rumus yang telah diarahkan, akan digunakan sebagai penentu interval klas agar mempermudah mengkategorikan hasil analisis instrumen yang telah disediakan. Adapun rumus yang dimaksud adalah sebagai berikut;I = R

N

Ket. I = Lebar interval

R= Jarak interval

N = Jumlah interval

5.1.1 Analisis Potensi WisataSesuai dengan hasil observasi, adapun skor yang dikenahui sebagai penentu interval dapat dijabarkan sebagai berikut.

Skor tertinggi = 33Skor terendah = 11

33 11 22

44

= 5,5

Jadi interval kelas yang diperoleh adalah 5,5 sehingga masing-masing katagori dapat dijabarkan sebagai berikut.11 16,5 = tidak berpotensi

16,5 22 = Cukup Berpotensi

22 27,5 = Berpotensi

27,5 33 = Sangat Berpotensi

Dalam hal ini dilihat dari potensi wisata Danau Buyan memperoleh skor 28, sehingga dapat dikategorikan sangat berpotensi sebagai ekowisata.

5.1.2 Analisis Partisipasi MasyarakatSesuai dengan hasil observasi, adapun skor yang dikenahui sebagai penentu interval dapat dijabarkan sebagai berikut.

42 - 14 28

4

4

=7

Jadi interval kelas yang diperoleh adalah 7 sehingga masing-masing katagori dapat dijabarkan sebagai berikut.

14 20= tidak berpartisipasi

21 27= Cukup berpartisipasi

28 34= Berpartisipasi

35 42= Sangat Berpartisipasi

Skor yang diperoleh dari aspek partisipasi masyarakat yakni 28 sehingga hasil yang diperoleh bahwa masyarakat di kawasan Danau Buyan dapat dikatakan berpartisipasi dalam pengelolaan wisatanya.5.1.3 Analisis KontribusiSesuai dengan hasil observasi, adapun skor yang dikenahui sebagai penentu interval dapat dijabarkan sebagai berikut.21 7 = 14

4

= 3.5

Jadi interval kelas yang diperoleh adalah 3,5 sehingga masing-masing katagori dapat dijabarkan sebagai berikut.

7 10,5= Tidak ada10.5 14= Cukup14 17.5=Sedang17.5 21=Sangat

Dari hasil penjumlahan skor analisis kontribusi, diperoleh skor 16 sehingga dapat dikategorikan berkontribusi terhadap masyarakat dalam pengelolaan pariwisatanya.5.1.4 Hasil Kelayakan Pengembangan EkowisataSesuai dengan hasil observasi, adapun skor yang dikenahui sebagai penentu interval dapat dijabarkan sebagai berikut.96 32

4

64

4

16

Jadi interval kelas yang diperoleh adalah 16 sehingga masing-masing katagori dapat dijabarkan sebagai berikut.

32 47 = Tidak Layak

48 63= Cukup Layak

64 79 = Layak

80 96 = Sangat Layak

Jumlah keseluruhan skor dari ketika aspek, diperoleh skor 74 sehingga dapat di definisikan layak sebagai pengembangan ekowisata di Danau Buyan.5.2 Pembahasan

5.2.1 Analisis Potensi Wisata

Potensi wisata yang dimiliki objek wisata Danau Buyan ini Sangat berpotensi karena melihat dari kondisi wisata yang memiliki daya tarik wisata alam yang berbeda dengan daerah tujuan wisata lainnya. Salah satu objek wisata di daerah ini yaitu dengan adanya Danau kembar. Danau kembar yang dimaksud antara lain Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Potensi yang sangat menarik ini tentu ingin diselamatkan oleh Pemerintah sebagai salah satu aset pariwisata. Berdasar inilah kawasan tersebut ditetapkan sebagai Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus. Danau Buyan yang masih terkenal lestari hanya terdapat perahu kayu ramah lingkungan, sehingga terkesan klasik mampu memberikan nilai potensi baik untuk dijadikan tempat pengembangan ekowisata.5.2.2 Analisis Partisipasi Masyarakat

Sesuai dengan skor total dari segi analisis partisipasi masyarakat yakni 28. Kemudian setelah di intervalkan dari segi partisipasi masyarakat tergolong cukup berpotensi. Dengan kata lain masyarakat sudah cukup berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata Danau Buyan hanya saja masih belum optimal. Seperti misalnya hasil dari wawancara dengan salah satu warga sebagai jasa sewa pancing yaitu Ketut Sewiani dengan menyewakan Rp. 10.000,- / pancing. Hal ini menunjukan adanya aktifitas ekonomi hasil dari proses wisata tersebut.

Gambar2. Saat berwawancara dengan salah satu penduduk jasa sewa pancing

Gambar 3. Pancing yang disewakan bagi pengunjung Selain itu dilihat dari daya dukung pariwisata Danau Buyan yakni adanya kebun stroberi yang notabene masyarakat Banjar Dinas Buyan sebagai pelaku usaha hingga mampu menjadikan daya dukung penarik wisatawan untuk menikmati wisata Danau Buyan.

Jika dilihat dari nilai ekowisatanya yakni ekologi atau hubungan timbal Balik antar lingkungan dengan masyarakat sudah terlihat dengan pengembangan masyarakat lokal sebagai daya dukung wisata, contohnya terdapat kelompok petani stoberi dan petani ikan masyarakat Banjar Dinas Buyan yang terdapat dikawasan tersebut. Sehingga secara tidak langsung selain menjadi petani, namun berpartisipasi dalam mempromosikan wisata dilihat dari nilai budaya tani di kawasan Danau Buyan.

Gambar 4. Melakukan wawancara dengan salah satu petani stroberiSelain itu melihat dari hasil wawancara pula dengan kepala Dusun Banjar Dinas Buyan memberikan informasi bahwa masyarakat desa selalu berpartisipasi dalam mengelola tempat wisata tersebut seperti diikut sertakan dalam rapat terkait pengelolaan Danau Buyan itu sendiri, selain itu masyarakat pula sering mengadakan kegiatan rutin pembersihan disekitar Danau Buyan.

Hal ini menunjukan bahwa peran masyarakat dalam pengembangan dan menentukan keputusan dalam mengelola Danau Buyan sebagai wisata alam sudah terlihat. Seperti yang dilontarkan oleh Bapak Gede Ada Putra selaku Kepala Dusun Banjar Dinas Buyan masyakat ikut serta dalam rapat penentuaan Kawasan Danau Buyan sebagai kawasan Buleleng Festival tahun yang akan mendatang kemarin lusa.

Gambar 5. Saat melakukan wawancara dengan Pak Gede Ada Putra

5.2.3 Analisis Kontribusi

Melihat dari skor total hasil wawancara berdasarkan instrumen yang digunakan yaitu sebesar 16, dimana dikategorikan cukup berkontribusi terhadap masyarakat. Sebab dengan perhatian pemerintah yang telah menyediakan prasarana hingga meningkatkan motivasi masyarakat Banjar Dinas Buyan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu dengan adanya Wisata Alam Danau Buyan, memberikan fasilitas terhadap masyarakat berupa prasarana yang disediakan seperti perbaikan kualitas jalan menuju danau, pembangunan balai tempat pedagang berjualan, hingga pembangunan kios-kios yang sengaja disediakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui daya dukung wisata itu sendiri.

Gambar 6. Balai tempat berjualan penduduk desa yang di bangun oleh Pemerintah

5.2.4 Hasil Kelayakan Pengembangan Ekowisata

Dengan skor total 74, Danau Buyan tergolong layak sebagai pengembangan ekowisata. Dalam hal ini dilihat dari nilai ekowisatanya yakni; 1) ekologis dimana kegiatan ekowisata agar ramah lingkungan, 2) ekonomis bermakna bahwa mampu menguntukan bagi masyarakat, 3) serta sesuai dengan pertimbangan persepsi masyarakat, sehingga dapat dipahami bahwa Wisata Alam Danau Buyan tergolong layak. Danau Buyan memiliki nilai ekologis dimana Danau Buyan benar-benar bersih tidak ada speedboat atau perahu bermesin kita bisa temukan, kita hanya bisa melihat sampan-sampan kecil milik nelayan sekitar. Dengan keadaan danau yang masih alami Danau Buyan memiliki potensi sebagai daerah ekowisata. Manfaat yang dapat di rasakan adalah dalam bidang ekonomi yang merupakan salah satu kelebihan pengembangan ekowisata dimana peran serta masyarakat lokal sangat di butuhkan dalam pengembangannya.BAB IV

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Adapun dapat ditarik simpulan dari laporan diatas dapat disampaikan sebagai berikut;6.1.1 Dilihat dari analisis potensi wisata Danau Buyan terkategori sangat berpotensi sebagai tempat pengembangan ekowisata.6.1.2 Masyarakat lokal dikategorikan berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata hal ini ditunjukan dengan peran serta masyarakat dalam mengelola kawasan wisata Danau Buyan.6.1.3 Kontribusi yang diperoleh terhadap masyarakat lokal dikategorikan sedang.

6.1.4 Berdasarkan jumlah keseluruhan yang diperoleh, Danau Buyan dapat dinyatakan layak sebagai tempat pengembangan ekowisata.

6.2 SaranAdapun saran yang ingin disampaikan oleh penyusun yakni dilihat dari potensi wisata dan peran masyarakat, diharapkan mampu meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah selaku pelaku wisata selain meningkatkan sumber daya manusianya. Sehingga dengan demikian mampu mewujudkan pengembangan ekowisata di kawasan Danau Buyan sebab, dengan potensi wisata yang sangat mendukung memungkinkan keberhasilan mewujudkan kawasan ini sebagai tempat ekowisata.

DAFTAR PUSTAKA... Sukasada Buleleng. http://sukasada.bulelengkab.go.id/?sik=kantor&bid= de0061f9c3ef8fb60d97b9fba84d1edf. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014 arapedia.com/pengertian_definisi_wisata_info2178.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014Anonim. http://www.ksda-Bali.go.id/kawasan-konservasi/danau-buyan-tamblingan/. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014

Arida Sukma Nyoman.2009 Meretas Jalan Ekowisata Bali.Bali: Udayana University.

Diarta Surya I Ketut. 2009 Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta:penerbit Andi Yogyakarta.Ismayanti. 2010 pengantar pariwisata.jakarta:Penerbit PT Gramedia Widiasarana.

Muljadi.2012 kepariwisataan dan perjalanaan.jakarta: penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Pitana Prof.Dr. I Gede. 2009 Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta:penerbit Andi Yogyakarta.Sujali. 1989 Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan ; Yogyakarta Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada.

R

N

68