pengaruh proses penuaan pada sistem saraf

8
Pengaruh Proses Penuaan pada Sistem Saraf Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif.hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia. Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel saraf yang tidak bisa diganti. Perubahan structural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri, walaupun bagian dari system saraf pusat (SSP) juga terpengaruh.perubahan ukuran otak yang diakibatkan oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks cerebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah cerebral dan penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan. Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun. Distribusi neuron kolinergik, norepinefrin, dan dopamine yang tidak seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit penurunan intelektual.Namun parkinsonisme ringan mungkin dialami ketika reseptor penghambat dopamine dipengaruhi oleh penuaan. Peningkatan kadar monoamine oksidase dan serotonin dan penurunan kadar norepinefrin telah diketahui, yang mungkin dihubungkan dengan depresi pada lansi. Perubahan-perubahan ini menunjukkan variasi yang luas diantara individu-individu.

Upload: sri-nowo-minarti

Post on 09-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Pengaruh Proses Penuaan pada Sistem Saraf

Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif.hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia. Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak progresif akibat berkurangnya sel saraf yang tidak bisa diganti. Perubahan structural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri, walaupun bagian dari system saraf pusat (SSP) juga terpengaruh.perubahan ukuran otak yang diakibatkan oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks cerebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah cerebral dan penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan.Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun. Distribusi neuron kolinergik, norepinefrin, dan dopamine yang tidak seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit penurunan intelektual.Namun parkinsonisme ringan mungkin dialami ketika reseptor penghambat dopamine dipengaruhi oleh penuaan. Peningkatan kadar monoamine oksidase dan serotonin dan penurunan kadar norepinefrin telah diketahui, yang mungkin dihubungkan dengan depresi pada lansi. Perubahan-perubahan ini menunjukkan variasi yang luas diantara individu-individu.Penurunan dopamine dan beberapa enzim dalam otak pada lansia berperan terhadap terjadinya perubahan neurologis fungsional. Kehilangan jumlah dopamine yang lebih besar terjadi pada klien dengan penyakit Parkinson. Defisiensi dopamine mengakibatkan ganglia basalis menjadi terlalu aktif, sehingga menyebabkan terjadinya bradikinesia, kekakuan, dan hilangnya mekanisme postural yang sering dilihat pada mereka yang menderita penyakit Parkinson.Secara fungsional, mungkin terdapat suatu perlambatan reflex tendon profunda. Terdapat kecenderungan kearah tremor dan langkah yang pendek-pendek atau gaya berjalan dengan langkah kaki melebar disertai dengan berkurangnya gerakan yang sesuai. Peningkatan tonus otot juga diketahui, dengan kaki yang lebih banyak terlibat dengan lengan, lebih kearah proksimal daripada distal.Selain itu penurunan kekuatan otot juga terjadi, dengan kaki yang menunjukkan kehilangan yang lebih besar lebih kearah proksimal daripada distal.Penurunan konduksi saraf perifer mungkin dialami oleh klien.Walaupun reaksi menjadi lebih lambat, dengan penurunan atau hilangnya hentakan pergelangan kaki dan pengurangan reflex lutut, bisep dan trisep, terutama karena pengurangan dendrite dan perubahan pada sinaps, yang memperlambat konduksi.Perubahan fungsional termasuk penurunan diskriminasi rangsang taktil dan peningkatan ambang batas nyeri.Hal ini khususnya dapat secara nyata pada perubahan baroreseptor. Namun, perubahan pada otot dan tendon mungkin merupakan factor yang memiliki konstribusi lebih besar dibanding dengan perubahan yang nyata ini dalam arkus reflex.Fungsi system saraf otonom dan simpatis mungkin mengalami penurunan secara keseluruhan.Plak senilis dan kekusutan neurofibril berkembang pada lansia dengan dan tanpa dimensia.Akumulasi pigmen lipofusin neuron menurunkan kendali system saraf pusat terhadap sirkulasi.kongesti system saraf diperkirakan dapat menurunkan aktivitas sel dan sel kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan dirinya sendiri. semakin aktif sel tersebut, semakin sedikit lipofusin yang disimpan.

Patofisiologi Defisit NeurologisManifestasi klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis pada klien lansia mungkin dipandang dari berbagai perspektif : fisik, fungsional, kognisi-komunikasi, persepsi sensori dan psikososial. Kerusakan tertentu tampak ketika fokal dan system neural didalam otak rusak karena masalah vascular.Manifestasi spesifik pada setiap kategori sangat bermanfaaat dalam mengkaji dan mengembangkan suatu rencana perawatan untuk klien lansia yang mengalami gangguan neurologis.

a. FisikDampak dari penuaan pada SSP sukar untuk ditentukan, karena hubungan fungsi system ini dengan system tubuh yang lain. Dengan gangguan perfusi dan terganggunya aliran darah serebral, lansia beresiko lebih besar untuk mengalami kerusakan serebral tambahan, gagal ginjal, penyakit pernafasan, dan kejang. Terdapat suatu pengurangan aliran darah sel saraf serebral dan metabolisme yang telah diketahui. Dengan penurunan kecepatan konduksi saraf, refleks yang lebih lambat, dan respon yang tertunda untuk berbagai stimulasi yang dialami ; maka terdapat pengurangan sensasi kinestetik. Karena perubahan fisiologis dalam system persarafan yang terjadi selama proses penuaan, siklus tidur-bagun mungkin berubah. Secara spesifik, gangguan tidur mempengaruhi 50% orang yang berusia 65 tahun keatas yang tinggal dirumah dan 66% yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang. Perubahan tidur yang diketahui adalah meningkatnya fase laten tidur, bagun pada dini hari, dan meningkatnya jumlah waktu tidur pada siang hari. Hilangnya pengaturan sirkadian tidur efektif yang diketahui berhubungan dengan peningkatan keadaan terbagun selama tidur dan gabungan jumlah waktu terbangun sepanjang malam.

b. FungsiDefisit fungsional pada gangguan neurologis mungkin berhubungan dengan penurunan mobilitas pada klien lansia, yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, rentang gerak, dan kelenturan. Dengan berkurangnya kebebasan gerak, lansia mungkin memiliki kesukaran untuk berdandan, toileting, dan makan. Penurunan pergerakan mungkin merupakan akibat dari kifosis, pembesaran sendi-sendi, kejang dan penurunan tonus otot. Atrofi dan penurunan jumlah serabut otot, dengan jaringan fibrosa secara berangsur-angsur menggantikan jaringan otot dengan penurunan massa otot, kekuatan, dan pergerakan secara keseluruhan, lansia mungkin memperlihatkan kelemahan secara umum. Tremor otot mungkin dihubungkan dengan degenerasi system ektrapiramida. Kejang dapat diakibatkan oleh cedera motor neuron didalam SSP. Kejang yang berat dapat mengakibatkan berkurangnya fleksibilitas, postur tubuh, dan mobilitas fungsional, juga nyeri sendi, kontraktur, dan masalah dengan pengaturan posisi untuk memberikan kenyamanan dan hygiene. Tendon dapat mengalami sklerosis dan penyusutan, yang menyebabkan suatu penurunan hentakan tendon. Reflex pada umumnya tetap ada pada lutut, berkurang pada lengan, dan hamper secara total hilang pada bagian abdomen. Kram otot mungkin merupakan suatu masalah yang sering terjadi. Defisit mobilitas fungsional dan pergerakan membuat lansia menjadi sangat rentan untuk mengalami gangguan integritas kulit dan jatuh.

c. Kognisi-KomunikasiPerubahan kognisi-komunikasi mungkin bervariasi dan berat. Gaya komunikasi premorbit, kemampuan intelektual, dan gaya belajar merupakan data yang penting untuk menyiapkan suatu rencana keperawatan yang realistis untuk klien lansia. Indera kita merupakan hal yang penting dalam komunikasi. Sejumlah hambatan komunikasi mungkin terjadi sebagai akibat dari stroke atau penyakit Parkinson. Perubahan sensasi dan persepsi dapat mengganggu penerimaan pengungkapan informasi dan perasaan. Gangguan pengecapan, penciuman, nyeri, sentuhan, temperature, dan merasakan posisi-posisi sendi dapat mengubah komunikasi yang kita alami. Dengan disorientasi dan konfusi, kesadaran kita terhadap kenyataan menurun secara nyata. Penurunan ini mungkin progresif, permanen, atau temporer, bergantung pada sifat dan tingkat kerusakan cerebral.Memori mungkin berubah dalam proses penuaan. Pada umumnya, memori untuk kejadian masa lalu lebih banyak diretensi dan lebih banyak diingat dari pada informasi yang masih baru. Deprivasi sensori dapat diakibatkan oleh kerusakan pada pusat cerebral yang bertnggung jawab umtuk memproses stimulus. Halusinasi, disorientasi, dan konfusi mungkin menyebabkan deprivasi sensori, bukan gangguan kemampuan mental.Sensasi dan persepsi dapat berkurang lebih jauh lagi ketika obat depresan SSP digunakan dalam terapi farmakologis.Agnosia, afasia, dan apraksia mungkin terlihat pada klien dengan stroke atau demensia progresif. Agnosia adalah ketidak mampuan untuk mengenali objek yang umum (sisir, sikat gigi, cermin) dengan menggunakan salah satu indra, walaupun indra tersebut masih utuh. Agnosia penglihatan, pengengaran, dan taktil terkadi ketika ada kerusakan pada lobus parietal dan oksipital, girus presental, daerah perieto-oxipital dan korpus kolosum.Afasia adalah ketidakmampuan untuk menggunakan kata-kata yang memiliki arti dan kehilangan kemampuan mengerti bahasa lisan.Terdapat disintegrasi fonetik, semantic, atau sintaksis yang diketahui pada tingkat produksi atau tingkat pemahaman dalam berkomunikasi. Afasia mungkin dicerminkan dalam kata-kata klien yang samar-samar, bicara ngelantur, kesukaran dalam berbicara dan kesulitan dalam menemukan kata-kata yang benar untuk menyatakan suatu gagasan.Apraksia adalah suatu ketidakmampuan untuk menunjukkan suatu aktivitas yang dipelajari yang memiliki fungsi motorik yang diperlukan.Misalnya kesalahan pengguanaan kata-kata dalam menyebutkan hal-hal tertentu dan ketidakmampuan untuk mengenali dan menyebutkan objek umum dan orang-orang yang dikenal.Gangguan citra tubuh, ruang, jarak dan persepsi pergerakan sering terjadi pada orang dengan stroke. Klien mungkin mengalami distorsi dalam memandang diri-sendiri dan mungkin mengalami kekurangan kesadaran dalam menggunakan komponen-komponen tubuh tertentu. Karena distorsi cara memandang diri-sendiri dan anggota tubuh yang tidak digunakan ini, lansia mungkin mengalami cedera, kelemahan, kurang perhatian, dan kurangnya perawatan pada ekstremitas.

d. Persepsi-SensoriPanca indera mungkin menjadi kurang efisien dengan proses penuaan, bahaya bagi keselamatan, aktivitas, kehidupan sehari-hari (AKS) yang normal dan harga diri secara keseluruhan. Meskipun semua lansia mengalami kehilangan sensorik dan sebagai akibatnya berisiko mengalami deprivasi sensorik, namun tidak semua akan mengalami deprivasi sensorik. Salah satu indra dapat mengganti indera dalam mengobservasi dan menerjemahkan ransangan.

e. PsikososialDefisit neurologis yang dapat menyebabkan penarikan diri, isolasi, dan rasa asing mungkin menyebabkan klien lansia lebih bingung dan mengalami disorientasi. Hilangnya fungsi tubuh dan gangguan gambaran diri mungkin turut berperan terhadap hilangnya harga diri klien. Perubahan fisik dan social yang terjadi bersamaan tidak dapat dipisahkan dari perubahan psikologis selama proses penuaan. Sebagai contoh, perubahan organ sensoris dapat menghalangi interaksi dengan lingkungan, serta memengaruhi kesejahteraan psikologis. Status kesehatan umum, faktor genetik, dan pencapaian pendidikan dan vokasional juga berpengaruh dalam fungsi psikologis seseorang.