pengaruh pemberian jus buncis (phaseolus vulgaris l.) … · bapak djoko santoso, m.si., selaku...

79
PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG TERBEBANI GLUKOSA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mmperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Ludwina Dearesthea Onevita NIM: 128114041 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: trinhthu

Post on 09-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR YANG TERBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mmperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ludwina Dearesthea Onevita

NIM: 128114041

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

i

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR YANG TERBEBANI GLUKOSA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mmperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ludwina Dearesthea Onevita

NIM: 128114041

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

iv

PERSEMBAHAN

Hakuna Matata, it means no worry

for the rest of your days.

It’s all-problem-free-philosophy. //The Lion King

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus yang senantiasa memberkati dan memberikan

kelancaran dalam setiap detik hidupku.

Papa Nicolaus Bambang Wijanarko, Mama Eurelia Maria

Dewi Perwani Rakyattiningtyas, Adik Wilfrid Nicholasiva

Farrel Dhanesvara, Yullieus Novian Paramarthantio,

S.Kg., keluarga besar R.B.P.A. Kinanto J.M., sahabat

dan teman-teman yang selalu mendampingi, memberikan

semangat, motivasi, dan menyertai dengan doa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

vii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang

dilimpahkan terutama dalam proses penyusunan skripsi berjudul “Pengaruh

Pemberian Jus Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah

Tikus Jantan Galur Wistar yang Terbebani Glukosa”, sehingga dapat terselesaikan

dengan baik. Penyusunan skripsi ini juga tak lepas dari doa dan dukungan

berbagai pihak dari awal, pertengahan, hingga akhir. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi atas

kemurahan hati dan kesabarannya dalam membimbing, memberi masukan,

dan arahan kepada penulis.

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., yang telah bersedia menjadi dosen

penguji skripsi serta memberikan kritik dan saran demi kemajuan skripsi ini.

3. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt., yang telah bersedia menjadi

dosen penguji skripsi serta memberikan kritik dan saran demi kemajuan

skripsi ini.

4. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt., selaku kepala laboratorium farmasi yang

telah memberikan pengarahan dan izin penggunaan fasilitas laboratorium

selama penelitian skripsi berlangsung.

5. Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah bersedia membantu

penulis dalam melakukan determinasi tanaman uji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

viii

6. Pak Heru, Pak Kayat, Pak Parjiman, dan semua laboran farmasi yang telah

bersedia membantu jalannya penelitian skripsi ini.

7. Papa Nicolaus Bambang Wijanarko, Mama Eurelia Maria Dewi Perwani

Rakyattiningtyas, Nuriani, Abel Sava, Wilfrid Nicholasiva Farrel Dhanesvara,

Yullieus Novian Paramarthantio S.Kg., yang selalu memberikan dorongan,

semangat, motivasi, dan doa selama proses penyusunan skripsi.

8. Niall James Horan, Cintya Aurora Diah Nastiti, Pasthika Dirda Mayantya,

Dian Putri Gupitasari, S.K.H., Wulan Dari Sirait, Johanes Sirait, Inggarestu

Pradiptaningtyas, Prisca Nadya Verina Djala, S.Farm., Eunike Lystia

Florentien Kelana Jeversoon, S.Farm., Sina Susanti, S.Farm., Januaritha Dara

Nastiandari, S.Farm., Mila Karmila Sri Setiomulyo, S.Farm., Martinus Fuji

Haryoko, S.Pd., Nicolaus Deka Alvian Putra Pradana, sebagai sahabat dan

keluarga kedua yang terus memotivasi untuk menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut membantu

selama penyusunan skripsi ini berlangsung

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menjadi

pengembangan ilmu pengetahuan dan acuan bagi penelitian selanjutnya. Akhir

kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini memberikan

manfaat di kehidupan mendatang.

Yogyakarta,

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................................ vi

PRAKATA ............................................................................................. vii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv

INTISARI ............................................................................................... xvi

ABSTRACT ............................................................................................. xvii

BAB I. PENGANTAR ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

1. Permasalahan ......................................................................... 3

2. Keaslian Penelitian................................................................. 3

3. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

B. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

1. Tujuan Umum ........................................................................ 5

2. Tujuan Khusus ....................................................................... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

x

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................... 6

A. Diabetes Mellitus ....................................................................... 6

1. Definisi .................................................................................. 6

2. Gejala .................................................................................... 6

3. Klasifikasi .............................................................................. 7

4. Diagnosis ............................................................................... 9

B. Metabolisme Karbohidrat........................................................... 9

C. Buah Buncis .............................................................................. 12

1. Uraian Tanaman ..................................................................... 12

2. Taksonomi ............................................................................. 13

3. Kandungan Tanaman ............................................................. 13

D. Glibenklamid ............................................................................. 14

E. Metode Uji Efek Antidiabetes .................................................... 15

1. Metode Uji Toleransi Glukosa Oral (UTGO) ......................... 15

2. Metode Uji Perusakan Pankreas ............................................. 16

3. Metode Resistensi Insulin ...................................................... 16

F. Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah ................................... 16

1. Metode Kondensasi dengan Gugus Amina ............................. 16

2. Metode Enzimatik .................................................................. 17

3. Metode Oksidasi-Reduksi ...................................................... 17

G. Landasan Teori .......................................................................... 17

H. Hipotesis .................................................................................... 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

xi

BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 19

B. Variabel dan Definisi Operasional.............................................. 19

1. Variabel Utama ...................................................................... 19

2. Variabel Pengacau ................................................................. 19

3. Definisi Operasional .............................................................. 20

C. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................... 20

1. Bahan Penelitian .................................................................... 20

2. Alat Penelitian ....................................................................... 21

D. Tata Cara Penelitian ................................................................... 22

1. Determinasi Tanaman ............................................................ 22

2. Pengumpulan Bahan Uji......................................................... 22

3. Pembuatan Jus Buncis ............................................................ 22

4. Perhitungan Dosis Pemberian Jus Buncis ............................... 22

5. Preparasi Bahan ..................................................................... 23

6. Orientasi Waktu Pemberian Glibenklamid ............................. 24

7. Orientasi Waktu Pemberian Jus Buncis .................................. 25

8. Pengelompokkan dan Perlakuan Hewan Uji ........................... 25

9. Penetapan Kadar Glukosa Darah dengan Metode GOD-PAP .. 28

E. Analisis Hasil ............................................................................ 28

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 29

A. Hasil Determinasi Tanaman ....................................................... 29

B. Hasil Percobaan Pendahuluan .................................................... 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

xii

1. Penetapan Waktu Pemberian Glibenklamid ............................ 29

2. Penetapan Dosis Sediaan Jus Buncis ...................................... 31

3. Penetapan Waktu Pemberian Jus Buncis ................................ 32

C. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Jus Buncis ....................... 32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 39

A. Kesimpulan ................................................................................ 39

B. Saran ......................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 40

LAMPIRAN ........................................................................................... 42

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................ 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kriteria Penegakan DM ...................................................... 9

Tabel II. Kandungan Gizi per 100 gram Buncis ................................. 14

Tabel III. Isi Reagen GOD-PAP ......................................................... 21

Tabel IV. Keseragaman Bobot Tablet ................................................. 24

Tabel V. Volume Pengukuran Kadar Glukosa Darah ......................... 28

Tabel VI. Hasil UTGO dan Perhitungan Selisih Nilai LDDK0-240

Suspensi Glibenklamid Dosis 0,45mg/kgBB ....................... 30

Tabel VII. Data Kadar Glukosa Darah Rata-Rata dan LDDK0-240

Tiap Kelompok Perlakuan .................................................. 34

Tabel VIII. Hasil Uji Post Hoc-Scheffe LDDK0-240

Glukosa Darah Tikus

yang Terbebani Glukosa ..................................................... 36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sekresi Insulin Akibat Peningkatan Kadar Glukosa Dalam

Darah .................................................................................. 11

Gambar 2. Tanaman Buncis ................................................................. 12

Gambar 3. Struktur Glibenklamid ........................................................ 15

Gambar 4. Flowchart Pengelompokkan dan Perlakuan Hewan Uji ....... 27

Gambar 5. Reaksi Enzimatik Glukosa dengan Reagen GOD-PAP ........ 33

Gambar 6. Kurva Hubungan Antara Waktu dan Rerata Kadar Glukosa

Darah .................................................................................. 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) ....... 43

Lampiran 2. Surat Keterangan Determinasi Tanaman .......................... 44

Lampiran 3. Bahan dan Alat Penelitian ................................................ 45

Lampiran 4. Preparasi Bahan ............................................................... 46

Lampiran 5. Hasil Rangkaian Uji Statistik LDDK0-240

: Penetapan

Waktu Pemberian Glibenklamid ...................................... 50

Lampiran 6. Hasil Rangkaian Uji Statistik LDDK0-240

: Orientasi

Dosis Pemberian Jus Buncis ............................................ 52

Lampiran 7. Hasil Rangkaian Uji Statistik LDDK0-240

: Efek Penurunan

Kadar Glukosa Darah Jus Buncis .................................... 55

Lampiran 8. Leaflet Reagen GOD-PAP ............................................... 58

Lampiran 9. Leaflet Glibenklamid ....................................................... 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

xvi

INTISARI

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit insufisiensi insulin

karena menurunnya produksi insulin atau resistensi insulin. Penggunaan obat

antidiabetik oral memiliki efek samping serta efek jangka panjang yang kurang

menguntungkan. Oleh karena itu, penggunaan obat tradisional sebagai terapi DM

sangat dianjurkan. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman yang

secara empiris banyak digunakan di Indonesia sebagai terapi pendamping

diabetes. Kandungan buncis yang berperan sebagai agen antidiabetes adalah β-

sitosterol dan sigmasterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pemberian jus buncis terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar yang

terbebani glukosa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan

rancangan acak lengkap pola searah menggunakan 30 ekor tikus putih jantan galur

Wistar terbagi dalam enam kelompok. Kelompok I diberi CMC 1% b/v, kelompok

II diberi glibenklamid 0,45mg/kgBB dan pembebanan glukosa, kelompok III

diberi CMC 1% b/v dan pembebanan glukosa, kelompok IV, V, dan VI diberi jus

buncis dengan peringkat dosis 22,5, 50,85, dan 115,05g/kgBB, serta pembebanan

glukosa. Semua perlakuan diberikan per oral. Efek hipoglikemik jus buncis diuji

dengan metode Uji Toleransi Glukosa Oral (UTGO). Kadar glukosa darah diukur

pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, dan 240 menggunakan metode

enzimatik GOD-PAP. Data LDDK0-240

tiap kelompok dianalisis secara statistik

menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dilanjutkan dengan One Way

ANOVA dan uji Post-Hoc Scheffe bertaraf kepercayaan 95%.

Hasil analisis menunjukkan bahwa jus buncis (Phaseolus vulgaris L.)

dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar yang terbebani

glukosa. Dosis jus buncis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus

jantan galur Wistar yang terbebani glukosa adalah 22,5g/kgBB, 50,85g/kgBB,

115,05g/kgBB.

Kata Kunci: jus buncis (Phaseolus vulgaris L.), glibenklamid, penurunan

kadar glukosa darah, UTGO, GOD-PAP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

xvii

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is an insulin insufficiency disease due to

decreased production of insulin or insulin resistance. The use of oral antidiabetics

has few side effects and harmful long term effects. Therefore, the use of

traditional medicine as a treatment for DM patients is highly recommended. Beans

(Phaseolus vulgaris L.) have been widely used in Indonesia as a complementary

therapy for diabetes patients. Beans contain some chemical compounds which

have the antidiabetic effect, such as flavonoids, β-sitosterol and sigmasterol. This

study aimed to determine the effect of bean juice to decrease blood glucose levels

of Wistar male rats burdened by glucose.

This research was experimental study with randomized controlled design

using 30 Wistar male rats which are divided into six groups. Group I was treated

with CMC 1% w/v, group II was treated with glibenclamide 0,45mg/kgBW and

glucose loading, group III was treated with CMC 1% w/v and glucose loading,

group IV, V, and VI were given 22.5, 50.85, and 115.05g/kgBW doses of bean

juice, and glucose loading. All treatments are administered orally. The

hypoglycemic effect of bean juice was tested by the Oral Glucose Tolerance Test

(OGTT) method. Blood glucose levels were determined at minute 0, 15, 30, 45,

60, 90, 120, 180, and 240 using GOD-PAP enzymatic method. AUC0-240

for each

group was statistically analyzed using the Kolmogorov-Smirnov method followed

by One Way ANOVA and Post-Hoc Scheffe 95% confidence level.

The analysis showed that bean juice has the ability to decrease blood

glucose levels. Bean juice at 22.5g/kgBW, 50.85g/kgBW, 115.05g/kgBW dose

can reduce blood glucose levels.

Keywords: bean juice (Phaseolus vulgaris L.), glibenclamide, lowering blood

glucose levels, OGTT, GOD-PAP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau

gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai

akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh

gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar

pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin

(Depkes RI, 2006). Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi DM

secara global akan meningkat kurang lebih dua kali lipat dari 171 juta orang pada

tahun 2000 menjadi 366 juta pada tahun 2030 dengan jumlah kematian sekitar 3,2

juta setiap tahunnya. Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara

dengan jumlah penderita DM terbanyak di dunia, dengan perkiraan prevalensi DM

mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030 (Wild, Roglic, Green, Sicree, dan

King, 2004). Setengah dari jumlah penderita DM tidak menyadari bahwa dirinya

mengidap DM karena pada umumnya gejala DM tidak terlalu tampak sampai

terjadinya komplikasi. Komplikasi yang umum terjadi pada penderita DM antara

lain jantung koroner dan penyumbatan pembuluh darah (Soegondo, 2005).

Tingginya prevalensi DM di Indonesia dan kasus komplikasi yang parah

mendorong adanya usaha-usaha penelitian untuk mengembangkan terapi yang

sudah ada ataupun menemukan agen terapi baru yang lebih unggul baik dari segi

keamanan, efektivitas, maupun ekonomi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

2

Terapi pengobatan DM yang paling sering dilakukan adalah penggunaan

obat antidiabetik oral, seperti glibenklamid. Glibenklamid merupakan obat

golongan sulfonilurea yang memiliki cara kerja merangsang sekresi insulin dari

sel-sel β Langerhans di pankreas (Syarif, Ascobat, Setiabudy, Estuningtyas,

Setiawati, dan Sunaryo, 2009). Glibenklamid memiliki efek samping seperti

timbulnya alergi, mual, muntah, diare, gangguan susunan saraf pusat dan mata.

Selain itu, konsumsi glibenklamid dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan

hipoglikemik, yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah berada pada keadaan di

bawah normal. Dengan adanya efek samping serta efek jangka panjang

penggunaan obat antidiabetik oral, WHO merekomendasikan penggunaan obat

tradisional dalam pencegahan dan pengobatan penyakit di negara-negara

berkembang (Gunawan, 2007).

Penggunaan obat tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan bukanlah

hal yang baru di Indonesia. Salah satu aplikasinya adalah pemanfaatan tanaman

sebagai agen antidiabetes. Berbagai tanaman telah ditemukan memiliki aktivitas

antidiabetes, termasuk diantaranya adalah buncis (Phaseolus vulgaris L.). Dalam

buku berjudul “Miracle of Vegetables” yang disusun oleh Rizki (2013), dikatakan

bahwa penambahan buncis sebanyak 600 gram/hari dalam diet selama 7 hari

menunjukkan terjadinya penurunan kadar glukosa darah hingga 14% pada

penderita diabetes, sedangkan buncis dalam bentuk ekstrak juga dapat

menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci diabetes terinduksi aloksan sampai

30%. Kandungan aktif buncis yang berperan dalam proses menekan tingkat kadar

gula dalam darah adalah zat β-sitosterol dan stigmasterol. Kedua zat tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

3

berperan dalam merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin tanpa

menyebabkan terjadinya hipoglikemik. Menurut Rizki (2013), secara empiris,

masyarakat Indonesia mengonsumsi 250 gram buncis dalam bentuk jus dengan

volume 150 mL. Konsumsi buncis diharapkan dapat menjadi terapi pendamping

bagi penderita DM yang menjalani terapi obat-obatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buncis

terhadap penurunan glukosa darah tikus jantan galur Wistar dengan metode Uji

Toleransi Glukosa Oral (UTGO).

1. Permasalahan

a. Apakah jus buncis (Phaseolus vulgaris L.) dapat menurunkan kadar glukosa

darah tikus jantan galur Wistar yang terbebani glukosa?

b. Berapakah dosis jus buncis (Phaseolus vulgaris L.) yang dapat menurunkan

kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar yang terbebani glukosa?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian yang menggunakan tanaman buncis yang sudah dilakukan,

diantaranya:

a. Pari dan Venkateswaran (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh

pemberian ekstrak air buncis (Phaseolus vulgaris L.) terhadap kadar glukosa

darah ekor tikus terinduksi streptozotocin. Hasil penelitian yang diperoleh

yaitu pemberian 200mg/kgBB ekstrak air buncis dapat menurunkan kadar

glukosa darah tikus.

b. Kurniawati, Sutrisna, dan Wahyuni (2012) melakukan penelitian mengenai

pengaruh pemberian ektrak etanol 70% buncis (Phaseolus vulgaris L.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

4

terhadap kadar glukosa darah kelinci jantan yang dibebani glukosa. Hasil

penelitian yang diperoleh yaitu pemberian 200, 300, dan 450 mg/kgBB

ekstrak etanol 70% buncis dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus.

c. Luka, Ollatunde, Tijjani, dan Olisa-Enewe (2013) melakukan penelitian

mengenai pengaruh pemberian ekstrak buncis (Phaseolus vulgaris L.)

terhadap kadar glukosa darah tikus terinduksi aloksan. Hasil penelitian yang

diperoleh yaitu pemberian 400mg/kgBB ekstrak buncis dapat memberikan

efek antidiabetik pada tikus.

Perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan terletak pada hewan uji, yaitu

tikus jantan galur Wistar, jenis sediaan yang digunakan, yaitu jus buncis, dan

metode induksi yang digunakan, yaitu pembebanan glukosa. Sejauh penelusuran

pustaka oleh penulis, penelitian mengenai efek pemberian jus buncis terhadap

kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar yang terbebani glukosa belum

pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jus buncis

sebagai obat tradisional yang mampu menurunkan kadar glukosa darah.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada

masyarakat pada umumnya dan penderita DM pada khususnya tentang

pemanfaatan buncis untuk menurunkan kadar glukosa darah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

5

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian jus buncis terhadap kadar glukosa darah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh jus buncis terhadap penurunan kadar glukosa darah

tikus jantan galur Wistar yang terbebani glukosa.

b. Mengetahui dosis jus buncis yang dapat menurunkan kadar glukosa darah

tikus jantan galur Wistar yang terbebani glukosa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

6

BAB II

Penelaahan Pustaka

A. Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) yang umumnya dikenal sebagai kencing manis

didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang

ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi

insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi

produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan

oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes RI, 2006).

2. Gejala

Penyakit DM ditandai dengan adanya gejala klasik ‘trio-P’, yaitu:

a. Poliuria (banyak berkemih)

Kadar glukosa darah pada pasien dengan defisiensi insulin umumnya

melampaui 120mg/dL. Setelah kadar glukosa darah >180mg/dL, taraf maksimal

reabsorbsi glukosa pada tubulus renalis akan dilampaui, dan glukosa akan

diekskresikan ke dalam urin (glukosuria). Glukosa bersifat diuresis osmotik,

sehingga diuresis sangat meningkat disertai dengan hilangnya elektrolit

(Syahputra, 2003).

b. Polidipsi (banyak minum)

Banyaknya elektrolit yang hilang bersamaan dengan urin menyebabkan

terjadinya dehidrasi dan kekurangan elektrolit pada penderita DM. Terjadinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

7

dehidrasi menimbulkan rasa haus pada penderita DM dan badan berusaha untuk

mengatasinya dengan banyak minum air (Handoko dan Suharto, 1995).

c. Polifagi (banyak makan)

Penderita DM mengalami kekurangan pasokan glukosa dalam sel-sel

tubuh, meskipun kadar glukosa dalam darah tinggi. Pemenuhan kebutuhan

glukosa dalam sel dilakukan dengan ekskresi cadangan glukosa, yang diiringi

dengan hilangnya empat kalori untuk tiap gram glukosa yang diekskresi. Tubuh

menerima sinyal terkait rasa lapar akibat berkurangnya cadangan glukosa dan

kalori dalam tubuh. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya rasa lapar pada

penderita DM (Lanywati, 2001).

3. Klasifikasi

Menurut American Diabetes Association (2010), DM diklasifikasikan

menjadi 4 tipe, antara lain:

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1)

DMT1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β Langerhans yang

disebabkan oleh reaksi autoimun yang menyebabkan defisiensi sekresi insulin,

dan ada juga yang bersifat idiopatik (tidak diketahui dengan jelas penyebabnya).

Sekresi glukagon yang berlebihan juga ditemukan pada penderita DMT1, dimana

pada kondisi normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon. Pada

kasus DMT1 sekresi glukagon tetap tinggi seiring terjadinya hiperglikemia,

sehingga memperparah kondisi hiperglikemia. Walaupun bentuk diabetes ini

kebanyakan terjadi pada anak-anak dan remaja, namun tipe ini dapat terjadi juga

pada semua umur. Biasanya penderita DMT1 diberi insulin eksogen untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

8

memperbaiki katabolisme, mencegah ketoasidosis, dan menurunkan

hiperglukagonemia, serta menurunkan kadar glukosa darah.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2)

DMT2 merupakan suatu penyakit akibat ketidakmampuan tubuh untuk

merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan oleh pankreas

(resistensi insulin). Penderita DMT2 mengalami kerusakan sel beta pankreas yang

disebabkan oleh adanya oksidasi radikal bebas, yang menyebabkan penurunan

sekresi hormon insulin, baik dari segi jumlah maupun kualitas. DMT2 merupakan

jenis diabetes yang paling sering ditemukan, diperkirakan 90% dari seluruh

penderita DM di Indonesia. Sebagian besar DMT2 disebabkan oleh gaya hidup

yang tidak sehat seperti konsumsi junk food, minuman beralkohol, dan jarang

berolahraga. Penderita DMT2 tidak membutuhkan insulin untuk pengobatan.

c. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)

DMG merupakan nama lain dari DM dalam masa kehamilan. DMG

merupakan suatu kondisi kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan

resistensi insulin, yang umumnya dijumpai pada trimester kedua atau ketiga.

Faktor risiko GDM yang utama yaitu faktor genetik dan obesitas. Wanita yang

memiliki sejarah keluarga positif DM, dianjurkan untuk menjalani skrining pada

minggu 24-48 usia kehamilannya. Deteksi awal ini sangat penting karena dapat

mengurangi angka kelahiran bayi abnormal dan kematian bayi.

d. Diabetes Mellitus Bentuk Lain

DM bentuk lain merupakan diabetes yang berkaitan dengan penyakit-

penyakit lain seperti penyakit eksokrin pankreas, defek genetik fungsi sel beta,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

9

defek genetik fungsi insulin, endokrinopati, penyakit akibat obat atau zat kimia,

infeksi, imunologi, dan sindrom genetik.

4. Diagnosis

Diagnosis DM dapat ditegakkan berdasarkan penemuan gejala-gejala

klasik diabetes (poliuria, polidipsia, dan polifagia) dan hiperglikemia yang

ditunjukkan dengan pengukuran kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL atau

glukosa darah puasa ≥126 mg/dL. Selain pengukuran kadar glukosa darah,

International Diabetes Federation (IDF) merekomendasikan tes HbA1c sebagai

penegak diagnosis DM pada tahun 2012. Hasil tes positif DM ditunjukkan dengan

ketetapan nilai HbA1c ≥ 6,5%. Diagnosis DM juga dapat dilakukan berdasarkan

kadar glukosa darah pada UTGO seperti pada Tabel I berikut ini.

Tabel I. Kriteria Penegakan Diagnosis DM

Kadar glukosa darah

puasa (mg/dL)

Kadar glukosa darah

2 jam setelah makan (mg/dL)

Normal <110 <140

Pra-diabetes:

IFG atau IGT

110-125

-

-

140-199

Diabetes ≥126 ≥200 Keterangan:

Pra-diabetes : kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal dan

diabetes, lebih tinggi daripada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk

dikategorikan ke dalam DM. Ada dua kondisi pra-diabetes, yaitu:

IFG : Impaired Fasting Glucose, keadaan dimana kadar glukosa darah puasa

seseorang 110-125 mg/dL;

IGT : Impaired Glucose Tolerance, keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang

pada UTGO berada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk

dikategorikan ke dalam kondisi diabetes. Diagnosa IGT ditetapkan apabila

kadar glukosa darah seseorang 2 jam setelah mengkonsumsi 75 gram glukosa

per oral berada antara 140-199 mg/dL.

(Merentek, 2006)

B. Metabolisme Karbohidrat

Pencernaan karbohidrat sudah dimulai sejak makanan masuk ke dalam

mulut; makanan dikunyah agar dipecah menjadi bagian-bagian kecil, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

10

luas permukaan kontak dengan enzim pencernaan juga lebih besar. Karbohidrat

akan diuraikan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim

amilase. Penguraian ini berkaitan dengan penyerapan karbohidrat dalam bentuk

disakarida pada usus halus. Disakarida kemudian diubah ke dalam bentuk glukosa

untuk selanjutnya memasuki fase metabolisme. Setelah melalui dinding usus

halus, glukosa akan diangkut menuju ke hepar. Apabila jumlah karbohidrat yang

dimakan melebihi kebutuhan tubuh, sebagian karbohidrat akan diikat di dalam

hati dan disimpan dalam bentuk glikogen untuk mempertahankan kadar glukosa

darah dalam batas normal. Kapasitas pembentukan glikogen memiliki batas

maksimum 350 gram, selebihnya karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan

disimpan di jaringan lemak (Merentek, 2006).

Glukosa di dalam tubuh berperan sebagai bahan bakar proses metabolisme

dan sumber energi utama bagi kerja otak. Glukosa digunakan untuk mensintesis

molekul ATP (adenosine triphosphate). Tubuh yang memerlukan energi akan

melakukan pembakaran glukosa yang diambil dari dalam aliran darah. Kadar gula

darah akan diisi kembali oleh glikogen dalam hati dan dalam kebutuhan besar

disusul dengan mobilisasi lemak (Merentek,2006).

Regulasi glukosa darah selain tergantung pada glukagon dan lemak, juga

dipengaruhi oleh adanya hormon insulin (Gambar 1). Kadar glukosa darah akan

segera meningkat setelah makan dan akan menurun saat tidak ada asupan

makanan. Hormon insulin berperan dalam mencegah terjadinya fluktuasi glukosa

yang signifikan. Hormon insulin disekresikan oleh sel β pankreas ketika kadar

glukosa darah meningkat (setelah makan). Sekresi insulin berlangsung dalam dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

fase, yaitu early peak

makan, memanfaatkan

lanjut (fase 2) yang terja

Sekresi insulin te

ditangkap oleh sel β pa

kemudian dibawa ke da

fosfat (G6P) dengan ban

menjadi asam piruvat.

jumlah besar akan me

mengakibatkan depolaris

Kalsium akan masuk k

(Merentek, 2006).

Gambar 1. Sekresi Insu

(Mahendra

k (fase 1) yang terjadi pada 3-10 menit pertam

n insulin yang disimpan dalam sel β pankreas

rjadi 20 menit setelah stimulasi glukosa (Merentek

terjadi saat kadar glukosa darah meningkat dan

pankreas melalui glucose transporter 2 (GLUT2

dalam sel dan mengalami fosforilase menjadi

antuan enzim glukokinase. G6P akan mengalam

t. Proses glikolisis juga menghasilkan ATP, ya

menutup kanal kalium. Penumpukan kalium

risasi sel sehingga menyebabkan terbukanya kana

ke dalam sel dan insulin akan dilepaskan ke

sulin Akibat Peningkatan Kadar Glukosa Dala

ra, Tobing, Krisnatuti, Alting, 2008)

11

tama setelah

as, dan fase

tek, 2006).

an sinyalnya

2). Glukosa

i glukosa-6-

mi glikolisis

yang dalam

dalam sel

nal kalsium.

e dalam sel

alam Darah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

12

C. Buncis

1. Uraian Tanaman

Buncis (Gambar 2) dikenal dengan

nama latin Phaseolus vulgaris L. Buncis

merupakan tanaman berhari pendek (pada

fase pembungaan tanaman ini memerlukan

penyinaran matahari dengan jumlah kurang

dari dua belas jam setiap harinya), oleh

karena itu tanaman buncis mudah

dikembangkan di Indonesia. Tanaman buncis

merupakan tumbuhan yang memiliki dua tipe pertumbuhan, yakni tegak dan

merambat. Tanaman buncis tipe tegak memiliki tinggi 35-40 cm dari permukaan

tanah, sedangkan tipe merambat batangnya dapat mencapai 2,5-3,5 m. Tanaman

buncis terdiri atas akar, batang, bunga, daun, buah serta biji. Akar tanaman buncis

merupakan akar tunggang, akar cabang, dan akar serabut. Batangnya tidak

berkayu, tidak keras, dan umumnya berbuku-buku. Buncis memiliki bunga yang

berukuran besar dan mudah terlihat. Bunga tersebut berwarna putih, merah jambu,

atau ungu. Daun buncis beranak daun-tiga dan menyirip, berbentuk jorong

segitiga dan bersifat majemuk tiga. Bakal buah buncis berbentuk panjang bulat

atau panjang pipih. Polong buncis muda berwarna putih hijau muda segar

kekuningan sedangkan yang tua berwarna kecoklatan (Amin, 2014).

Gambar 2. Tanaman Buncis

(Amin, 2014)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

13

2. Taksonomi

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermathophyta

Super Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub Kelas : Calyciflorae

Ordo : Leguminales

Famili : Papilionaceae

Sub Famili : Papilionoideae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris L. (Amin, 2014).

3. Kandungan Tanaman

Buah buncis memiliki kandungan kimia pada biji dan kulitnya. Biji buncis

mengandung glukoprotein, tripsin inhibitor, hemaglutinin, β-sitosterol,

stigmasterol, kampesterol, alantonin, dan inositol. Kulit buncis mengandung

leukopelargonidin, leukosianidin, leukodelpinidin, kuersetin, pelargonidin,

sianidin, kaempferol, petunidin, delfinidin, malvidin, dan mirsetin (Dalimartha,

2003). Adanya kandungan senyawa flavonoid, seperti misalnya kuersetin,

memiliki dua peranan penting dalam pencegahan DM. Senyawa flavonoid dapat

berperan sebagai antioksidan berfungsi untuk melindungi sel β pankreas dari

kerusakan akibat radikal bebas sekaligus sebagai α-amylase inhibitor (Judge dan

Sevensson, 2006). Senyawa fitosterol berupa β-sitosterol dan stigmasterol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

14

berfungsi sebagai agen antidiabetes yang dapat merangsang sekresi insulin dari

pankreas (Setyadhini, 2006).

Selain kandungan kimia, buncis juga memiliki kandungan gizi yang baik.

Buncis merupakan sayuran yang cocok bagi orang yang ingin menjaga asupan

kalorinya, dimana setiap 100 gram buncis hanya mengandung 35 kalori dengan

kandungan protein dan serat yang cukup tinggi. Kandungan gizi per 100 gram

buncis dapat dilihat pada Tabel II berikut ini.

Tabel II. Kandungan Gizi per 100 Gram Buncis

Kandungan Gizi Jumlah

Energi 35 kal

Protein 2,4 g

Lemak 0,2 g

Karbohidrat 7,7 g

Kalsium 6,5 g

Serat 1,2 g

Fosfor 4,4 g

Zat besi 1,1 g

Vitamin A 630 µg

Vitamin B1 0,08 mg

Vitamin B2 0,1 mg

Vitamin B3 0,7 mg

Vitamin C 19 mg

Air 89 g

(Waluyo dan Djuariah, 2013)

D. Glibenklamid

Glibenklamid (Gambar 3) merupakan obat antidiabetik oral golongan

sulfonilurea generasi II yang sering disebut sebagai insulin secretagogue.

Mekanisme kerja glibenklamid adalah merangsang sekresi insulin dari sel ß-

pankreas pulau Langerhans dengan menutup kanal ion K+. Penutupan kanal ini

menyebabkan terjadinya depolarisasi membran serta membukanya kanal ion Ca2+

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

Dengan terbukanya kana

pankreas dan mendorong

Gambar 3.

Dosis awal pem

makan dan maksimum

Penggunaan glibenklam

berlangsung selama 12

sehari. Efek samping ya

gangguan susunan saraf

E

Uji efek antidiab

1. Metode Uji Tolerans

Toleransi glukos

dalam tubuh. Kadar gluk

secara oral. Puncak kad

kembali normal setelah 2

Prinsip UTGO a

dipuasakan selama 10-16

nal ion Ca2+

maka terjadi pasokan ion Ca2+

ke da

ng insulin keluar menuju sel (Syarif, 2009).

. Struktur Glibenklamid (Depkes RI, 1995)

emberian glibenklamid adalah sebesar 5 mg/ha

um 15 mg/hari (Royal Pharmaceutical Socie

lamid dapat menimbulkan efek hipoglikem

12-24 jam, sehingga penggunaannya cukup 1 k

yang dapat terjadi adalah alergi, mual, muntah,

af pusat dan mata (Sustraini, Alam, Hadibroto, 200

E. Metode Uji Efek Antidiabetes

abetes dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu:

nsi Glukosa Oral (UTGO)

osa adalah kemampuan tubuh untuk menggunaka

lukosa darah akan naik dengan pemberian glukosa

adar glukosa terjadi dalam setengah atau 1 jam

h 2-3 jam (Depkes RI, 2006).

adalah pemberian glukosa terhadap hewan uji

16 jam, kemudian diambil darahnya sebanyak 0,5

15

dalam sel β-

/hari setelah

iety, 2011).

emia yang

kali dalam

h, diare, dan

005).

u:

kan glukosa

sa 1 g/kgBB

m dan akan

ji yang telah

0,5 ml untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

16

mengukur kadar glukosa awal. Hewan uji kemudian dibebani larutan glukosa

monohidrat secara peroral. Pengambilan darah diulangi sesuai dengan interval

waktu yang ditentukan (Adam, 2000).

2. Metode Uji Perusakan Pankreas

Metode ini dilakukan dengan memberikan diabetogen yang dapat

menyebabkan kerusakan pada pankreas hewan uji sehingga terkondisi seperti

penderita DM. Diabetogen yang banyak digunakan antara lain aloksan dan

streptozotosin. Prinsip dari metode ini adalah induksi diabetes yang diberikan

pada hewan uji dengan injeksi diabetogen secara intravena (Permatasari, 2008).

3. Metode Resistensi Insulin

Metode ini biasanya dilakukan dengan menggunakan spontaneous diabetic

rats (tikus biobreeding, WBN/KOB, dan Goto-Kakizaki) yang merupakan tikus

non-obesitas yang mengalami resistensi insulin. Akan tetapi, metode ini belum

dapat diterapkan di Indonesia karena ketersediaan hewan uji ini masih jarang.

Penggunaan hewan uji yang lebih umum digunakan di Indonesia yaitu Wistar

Fatty Rat (WFR), yang dikembangkan dengan pemberian asupan glukosa/sukrosa

dan pakan tinggi kalori dalam waktu jangka panjang (Ghani, DeFronzo, 2010).

F. Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah

Menurut Widowati, Dzulkarnain, dan Sa’roni (1997) penetapan kadar

glukosa darah dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu:

1. Metode Kondensasi dengan Gugus Amina

Prinsip dari metode ini adalah pengondensasian aldosa dengan orto-

toluidin dalam suasana asam dengan pemanasan. Adanya glukosa ditunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

17

dengan perubahan warna larutan menjadi hijau. Intensitas warna yang dihasilkan

berbanding lurus dengan kadar glukosa darah terukur.

2. Metode Enzimatik

Kadar glukosa darah dapat diukur secara enzimatik, menggunakan enzim

glukosa oksidase (GOD). Glukosa akan dioksidasi menjadi asam glukoronat

disertai dengan pembentukan hidrogen peroksida (H2O2). Adanya enzim

peroksidase (POD) akan mendorong H2O2 untuk membebaskan oksigen yang akan

mengoksidasi akseptor kromogen (aminoantipirin dan fenol) menghasilkan warna

merah. Kadar glukosa darah ditentukan berdasarkan intensitas warna yang

terbentuk.

3. Metode Oksidasi-Reduksi

Pada metode ini, terjadi proses oksidasi dengan menggunakan oksidan

ferrisiamida. Oksida akan direduksi menjadi ferrosiamida oleh glukosa dalam

suasana basa dengan pemanasan. Kelebihan ferri pada larutan dititrasi secara

iodometri.

G. Landasan Teori

DM merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang

ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi

insulin. Terapi DM menggunakan obat antidiabetik oral dapat menimbulkan efek

samping dan efek jangka panjang yang kurang menguntungkan. Pada tahun 2003,

WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional untuk menyembuhkan atau

mencegah penyakit kronis, dengan tujuan meminimalisir efek samping dan efek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

18

jangka panjang. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

yang memiliki daya hipoglikemik. Mekanisme utama penurunan kadar glukosa

darah oleh buncis adalah β-sitosterol serta sigmasterol sebagai stimulan sel β

pankreas dalam sekresi insulin.

H. Hipotesis

Jus buncis (Phaseolus vulgaris L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah

tikus jantan galur Wistar yang terbebani glukosa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental

murni, yaitu penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok

perlakuan dan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai

perlakuan. Penelitian ini dikerjakan dengan rancangan acak lengkap pola searah,

yaitu cara menetapkan sampel dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

dengan pengacakan agar setiap sampel punya peluang yang sama untuk dapat

dikategorikan dalam kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Penelitian

dilakukan secara lengkap yaitu dalam penelitian terdapat kelompok kontrol

normal, kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif, dan kelompok

perlakuan. Pola searah ditunjukkan dengan adanya perlakuan yang sama pada

kelompok perlakuan, yaitu pemberian jus buncis (Phaseolus vulgaris L.)

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel utama

a. Variabel bebas. Dosis jus buncis (Phaseolus vulgaris L.)

b. Variabel tergantung. Kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

1) Subjek uji : tikus putih

2) Jenis kelamin : jantan

3) Galur spesies subjek uji : Wistar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

20

4) Berat badan subjek uji : 150-200 gram

5) Umur subjek uji : 2-3 bulan

6) Jalur pemberian : peroral

b. Variabel pengacau tak terkendali.

1) Variabel biologis hewan uji yaitu proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan

eliminasi hewan uji terhadap pemberian jus buncis.

2) Kondisi patofisiologis hewan uji.

3. Definisi operasional

a. Jus buncis adalah potongan buah buncis yang dijus dalam air putih

menggunakan blender kemudian disaring sehingga dihasilkan jus buncis.

b. Uji Toleransi Glukosa Oral (UTGO) merupakan suatu metode penetapan

kadar glukosa dengan cara memberikan beban glukosa terhadap tikus dengan

larutan glukosa monohidrat secara oral dengan dosis 1,75 g/kgBB.

c. LDDK0-240

kadar glukosa dalam darah adalah besaran yang menggambarkan

jumlah kadar glukosa dalam darah pada rentang waktu menit ke-0 sampai

menit ke-240 yang dihitung menggunakan metode trapezoid.

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

a. Hewan uji. Tikus putih jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat badan 150-

200 gram diperoleh dari Bantul, Yogyakarta.

b. Bahan uji. Buncis, diperoleh dari Condong Catur, Yogyakarta.

c. Senyawa pembanding. Glibenklamid 5 mg (Indofarma).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

21

d. Pereaksi untuk pengukuran kadar glukosa. Reagen GOD-PAP (Glucose GOD

FS* oleh DiaSys®

, Jerman).

Tabel III. Isi reagen GOD-PAP

Isi Jumlah

Phosphat buffer (pH 7,5) 250 mmol/L

Phenol 5 mmol/L

4-aminoantipyrine 0,5 mmol/L

Glucose oxidase (GOD) ≥ 10 kU/L

Peroxidase (POD) ≤ 1 kU/L

Standard 100 mg/dL (5,5 mmol/L)

(DiaSys, 2014)

e. Lain-lain

1) EDTA sebagai antikoagulan

2) Glukosa monohidrat p.a. dengan dosis 1,75 g/kgBB sebagai bahan untuk

UTGO

3) Aquadest

4) Aquabidest sebagai blanko pada pengukuran kadar glukosa darah

5) CMC 1% sebagai kontrol normal dan pelarut glibenklamid

2. Alat Penelitian

a. Seperangkat alat gelas (Beaker glass, labu ukur, gelas ukur, pengaduk)

b. Jarum suntik (injeksi peroral)

c. Pipa kapiler hematokrit

d. Tabung effendorf

e. Tabung reaksi

f. Mikropipet 100µL, 1000µL

g. Glassfin dan pipet volum

h. Hot plate

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

22

i. Sentrifuge

j. MicroVitalab-200

k. Alat timbang elektrik

l. Vortex

m. Blender

n. Penyaring

o. Stopwatch

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi dilakukan dengan mencocokkan kesamaan buah buncis yang

dibeli dengan ciri-ciri yang terdapat dalam buku taksonomi dan determinasi oleh

ahli determinan sehingga diperoleh surat keterangan determinasi. Determinasi

dilakukan di Bagian Biologi Farmasi, Unit II Fakultas Farmasi Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta oleh Bapak Djoko Santoso, M.Si.

2. Pengumpulan bahan uji

Buncis yang digunakan diperoleh dari Condong Catur Yogyakarta.

3. Pembuatan jus buncis

Jus buncis dibuat dengan mencampurkan 250 gram potongan buah buncis

dan 100 mL air yang diblender dan disaring, sehingga didapatkan jus buncis

(volume 150 mL).

4. Perhitungan dosis pemberian jus buncis

Konsentrasi konsumsi jus buncis untuk manusia dewasa (70 kg) adalah

250 gram buncis dalam 100 mL air diblender dan disaring untuk satu kali minum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

23

(150 mL). Dosis untuk tikus didapat dari konversi empiris manusia ke tikus,

sehingga diperoleh dosis sebesar 22,5g/kgBB. Dosis ini ditetapkan sebagai dosis

terendah. Selanjutnya dilakukan penentuan peringkat dosis untuk dosis tengah dan

dosis tertinggi. Dosis tertinggi ditentukan dengan melihat konsentrasi maksimum

jus buncis yang masih dapat masuk ke dalam spuit injeksi oral tanpa memberikan

penyumbatan dan konsentrasi maksimum jus buncis yang tidak menyebabkan

kematian pada hewan uji, diperoleh hasil 115,05g/kgBB. Dosis tengah didapatkan

dengan mencari faktor peringkat terlebih dahulu, dengan rumus � = �����

�,

dimana n adalah jumlah kelompok peringkat dosis jus buncis, D3 adalah dosis

tertinggi jus buncis dan D1 adalah dosis terendah jus buncis. Diperoleh nilai f

sebesar 2,26. Dosis tengah dihitung dengan cara mengalikan dosis terendah jus

buncis dengan faktor peringkat, sehingga diperoleh dosis sebesar 50,85g/kgBB

(Lampiran 4d).

5. Preparasi bahan

a. Pembuatan larutan stok glukosa p.a 15,0% b/v. Glukosa monohidrat p.a

ditimbang sebanyak 3,75 gram dilarutkan dalam aquadest panas dalam labu

takar 25,0 mL sampai tanda batas.

b. Pembuatan larutan CMC 1% b/v. CMC ditimbang sebanyak 1 gram dan

dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 100 mL hingga batas tanda.

c. Penentuan keseragaman bobot tablet glibenklamid. Timbang 20 tablet

glibenklamid secara acak, hitung dan catat masing-masing bobotnya. Saat

penimbangan, tidak boleh ada lebih dari dua tablet yang masing-masing

bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata, dengan persentase penyimpangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

24

lebih besar daripada harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu

tabletpun menyimpang dari bobot rata-ratanya, dengan persentase

penyimpangan lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B (Tabel

IV)

Tabel IV. Keseragaman Bobot Tablet

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata (%)

A B

≤ 25 mg 15 30

26-150 mg 10 20

151-300 mg 7,5 15

> 300 mg 5 20

(Depkes RI, 1979)

d. Pembuatan suspensi glibenklamid 0,1125 mg/mL. Timbang sebanyak 20

tablet glibenklamid dan gerus hingga homogen. Timbang 25 mg serbuk

glibenklamid, larutkan dengan CMC 1% dalam labu takar 10 mL sampai batas

tanda sebagai larutan stok glibenklamid. Supensi glibenklamid dengan

konsentrasi 0,1125 mg/mL dibuat dengan mengambil 0,45 mL larutan stok,

larutkan dengan aquadest dalam labu ukur 10 mL hingga batas tanda.

e. Penentuan dosis glibenklamid. Dosis glibenklamid untuk manusia 70 kgBB

yaitu 5 mg, sehingga dosis untuk tikus yaitu:

faktor konversi manusia ke tikus = 0,018

5mg × 0,018 = 0,09mg/200gBB

= 0,45mg/kgBB

6. Orientasi waktu pemberian glibenklamid

Orientasi dilakukan dengan menggunakan dua belas ekor tikus yang

terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok 15, 30, dan 45 menit sebelum

UTGO. Masing-masing kelompok terdiri dari empat ekor tikus, dimana dua ekor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

25

tikus mendapat perlakuan kontrol positif (suspensi glibenklamid 0,45mg/kgBB

dan pembebanan glukosa 0,45mg/kgBB) dan dua ekor tikus mendapat perlakuan

kontrol negatif (CMC 1% b/v dan pembebanan glukosa 0,45mg/kgBB).

Semua pemberian dilakukan dilakukan secara peroral kemudian dilakukan

UTGO dengan memberikan larutan glukosa monohidrat 15% b/v dosis 1,75

mg/kgBB. Pengambilan darah dilakukan sesaat sebelum UTGO sebagai menit ke-

0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, dan 240 setelah UTGO.

Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar glukosa darah dengan metode GOD-

PAP dan dibuat kurva UTGO serta perhitungan harga LDDK0-240

. Penentuan

waktu pemberian glibenklamid berdasarkan pada nilai LDDK0-240

kontrol positif

terkecil.

7. Orientasi waktu pemberian jus buncis

Penetapan waktu pemberian jus buncis mengikuti waktu yang diperoleh

dari hasil orientasi penetapan waktu pemberian glibenklamid.

8. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Penelitian ini mengikuti rancangan acak lengkap pola searah, yaitu tiga

puluh ekor tikus dibagi secara acak menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri

dari lima ekor. Tiap hewan uji diadaptasikan dalam laboratorium dengan kondisi

yang sama, jauh dari kebisingan dan dihindarkan dari stress selama 7 hari.

Sebelum diberi perlakuan, masing-masing kelompok dipuasakan selama 10-16

jam dengan tetap diberi minum ad libitum, lalu diberi perlakuan sebagai berikut:

a. Kelompok I yaitu pemberian CMC 1% b/v (kontrol normal).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

26

b. Kelompok II yaitu pemberian glibenklamid 0,45 mg/kgBB dan pembebanan

glukosa monohidrat p.a 15% b/v dosis 1,75 mg/kgBB (kontrol positif).

c. Kelompok III yaitu pemberian CMC 1% b/v dan pembebanan glukosa

monohidrat p.a 15% b/v dosis 1,75 mg/kgBB (kontrol negatif).

d. Kelompok IV yaitu pemberian jus buncis dosis 22,5g/kgBB dan pembebanan

glukosa monohidrat p.a 15% b/v dosis 1,75 mg/kgBB.

e. Kelompok V yaitu pemberian jus buncis dosis 50,85g/kgBB dan pembebanan

glukosa monohidrat p.a 15% b/v dosis 1,75 mg/kgBB.

f. Kelompok VI yaitu pemberian jus buncis dosis 115,05g/kgBB dan

pembebanan glukosa monohidrat p.a 15% b/v dosis 1,75 mg/kgBB.

Masing-masing kelompok kemudian diambil darahnya sebagai menit ke-0.

UTGO dilakukan dengan memberikan larutan glukosa monohidrat p.a 15% b/v

dosis 1,75mL/kgBB. Waktu pemberian jus buncis disesuaikan dengan hasil

orientasi pemberian glibenklamid. Semua perlakuan dilakukan secara per oral.

Pengambilan cuplikan darah dilanjutkan untuk menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120,

180, dan 240 setelah UTGO. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan

metode GOD-PAP, dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-240

(Gambar 4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

27

Keterangan:

Kelompok dengan kotak perlakuan berwarna biru aqua (kelompok II, III, IV, V, dan VI) diberikan

pembebanan glukosa monohidrat 15% b/v dosis 1,75mg/kgBB, sedangkan kelompok dengan kotak perlakuan

berwarna putih (kelompok I) tidak diberikan pembebanan glukosa.

Gambar 4. Flowchart Pengelompokkan dan Perlakuan Hewan Uji

30 ekor tikus

Pengambilan cuplikan darah menit ke-0

Injeksi per oral glukosa monohidrat 15% b/v dosis 1,75mg/kgBB

Pengambilan cuplikan darah menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240

(setelah UTGO)

selang waktu antara pengambilan cuplikan darah dengan UTGO (pembebanan

glukosa) menyesuaikan hasil penetapan waktu pemberian glibenklamid

Sentrifugasi selama 30 menit, 3000 rpm

Peracikan blanko dan sampel

Operating time 20 menit

Vortex

Pengukuran kadar glukosa darah pada microVitalab 200

Kelompok I

(n=5)

Kelompok V

(n=5)

Kelompok II

(n=5)

Kelompok VI

(n=5)

Kelompok IV

(n=5)

Kelompok III

(n=5)

injeksi per oral

CMC 1% b/v

injeksi per oral

suspensi

glibenklamid

0,45mg/kgBB

injeksi per oral

CMC 1% b/v

injeksi per oral

jus buncis

22,5g/kgBB

injeksi per oral

jus buncis

50,85g/kgBB

injeksi per oral

jus buncis

115,05g/kgBB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

28

9. Penetapan kadar glukosa darah dengan metode GOD-PAP

Darah tikus diambil pada waktu-waktu yang telah ditentukan melalui

carvenous sinus (belakang mata) sebanyak 0,5 mL ditampung dalam effendorf

yang telah diberi EDTA dan disentrifuge selama 30 menit dengan kecepatan 3000

rpm. Plasma diambil, dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan reagen,

divortex dan diukur kadar gula darahnya menggunakan microVitalab pada λ 500

nm. Kadar glukosa dinyatakan dalam mg/dL. Pengukuran kadar glukosa

dilakukan di laboratorium Fisiologi-Biokimia Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tabel V. Volume Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Bahan Sampel (mL) Standar (mL) Blanko (mL)

Supernatan 0,01 - -

Larutan baku glukosa - 0,01 -

Pereaksi GOD-PAP 1 1 1

(DiaSys, 2014)

E. Analisis Hasil

Data LDDK0-240

glukosa darah setiap kelompok dianalisis secara statistik,

diawali dengan uji distribusi dan uji homogenitas menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov. Apabila distribusi termasuk normal dan variansinya homogen (p > 0,05)

maka dilanjutkan dengan analisis One Way ANOVA dan uji Post Hoc Test

Scheffe dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila distribusi tidak normal dan nilai

LDDK0-240

memiliki variansi yang berbeda (p < 0,05) maka dilakukan uji Kruskal

Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% untuk

mengetahui perbedaan tiap kelompok apakah bermakna (p<0,05) atau tidak

bermakna (p>0,05).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Pada penelitian ini dilakukan determinasi tanaman uji berupa tanaman

buncis (Phaseolus vulgaris L,) dengan tujuan untuk memastikan bahwa tanaman

yang digunakan adalah benar tanaman buncis. Buncis yang diperoleh dari

Condong Catur, Yogyakarta, kemudian dideterminasi di Bagian Biologi Farmasi,

Unit II Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta oleh Bapak Djoko

Santoso, M.Si. Bagian tanaman yang digunakan untuk determinasi meliputi akar,

batang, daun, buah, dan bunga.

Determinasi dilakukan hingga tingkat spesies dan hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa bahwa tanaman yang dideterminasi adalah benar tanaman

buncis (Phaseolus vulgaris L.) (Lampiran 2).

B. Hasil Percobaan Pendahuluan

1. Penetapan waktu pemberian glibenklamid

Tujuan dilakukannya penetapan waktu pemberian glibenklamid adalah

untuk melihat pengaruh selang waktu pemberian glibenklamid terhadap daya

penurunan glukosa darah, agar pada saat uji toleransi glukosa oral (UTGO)

dengan pembebanan larutan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v,

glibenklamid dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang

optimal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah UTGO yaitu uji yang

memberikan gambaran mengenai kenaikan kadar glukosa darah secara cepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

30

setelah pembebanan glukosa. Metode ini juga memberikan gambaran mengenai

efek penurunan kadar glukosa darah secara cepat oleh obat atau zat yang memiliki

efek menurunkan kadar glukosa darah karena glukosa cepat dimetabolisme.

Kelemahan dari UTGO adalah metode ini hanya dapat menggambarkan kenaikan

kadar glukosa darah yang bersifat sementara. Untuk itu perlu dilakukan uji

lanjutan dengan menggunakan metode uji efek antidiabetes yang lain seperti uji

perusakan pankreas atau metode resistensi insulin, dimana hewan uji dapat

terindikasi DM secara permanen.

Waktu pemberian glibenklamid pada hewan uji didasarkan pada

penurunan harga luas daerah dibawah kurva dari menit ke-0 sampai menit ke-240

(LDDK0-240

), dimana waktu pemberian yang dipilih merupakan waktu pemberian

yang memiliki nilai LDDK0-240

kontrol positif paling kecil.

Tabel VI. Hasil UTGO dan Perhitungan Selisih Nilai LDDK0-240

Rata-Rata

Suspensi Glibenklamid Dosis 0,45mg/kgBB

Selang waktu

pemberian

suspensi

glibenklamid

sebelum UTGO

LDDK0-240

Rata-Rata(mg.menit/dL) Selisih LDDK0-240

(mg.menit/dL) Kontrol negatif

(CMC 1% b/v)

Kontrol positif

(glibenklamid

dosis

0,45mg/kgBB)

15 33000,0 21701,5 11298,5

30 32951,5 17783,0 15168,5

45 33907,5 20483,0 13424,5

Tabel VI menunjukkan bahwa glibenklamid pada menit ke-30 sebelum

UTGO memiliki nilai LDDK0-240

kontrol positif paling kecil (17783,0

mg.menit/dL) bila dibandingkan dengan menit ke-15 (21701,5 mg.menit/dL) dan

menit ke-45 (20483,0 mg.menit/dL), sehingga waktu pemberian glibenklamid

yang digunakan adalah 30 menit sebelum UTGO.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

31

2. Penetapan dosis sediaan jus buncis

Penetapan dosis sediaan jus buncis bertujuan untuk menentukan dosis

yang optimal dalam memberikan penurunan kadar glukosa darah namun tidak

memberikan efek letal pada hewan uji. Penggunaan jus buncis secara empiris

adalah 250 gram buncis dijus dalam 100 mL air dan disaring, sehingga didapatkan

konsentrasi 250g/150mL.

Orientasi dosis dilakukan menggunakan peringkat dosis yang diperoleh

dari konversi empiris manusia 70 kg ke tikus 200 gram. Dosis yang diperoleh

digunakan sebagai peringkat dosis tertinggi, kemudian diturunkan masing-masing

1,5x untuk peringkat dosis kedua dan ketiga. Diperoleh peringkat dosis 10

g/kgBB, 15 g/kgBB, dan 22,5 g/kgBB. Hasil orientasi menunjukkan bahwa dosis I

(10 g/kgBB) dan dosis II (15 g/kgBB) belum memberikan efek penurunan kadar

glukosa darah yang signifikan terhadap kontrol positif (Lampiran 6), sehingga

dilakukan penyesuaian dosis lanjutan.

Dosis empiris manusia (22,5g/kgBB) kemudian dijadikan dosis terendah

(dosis I). Peringkat dosis tertinggi (dosis III) ditentukan dengan mencari

konsentrasi maksimum jus yang masih bisa masuk ke dalam spuit injeksi oral

tanpa memberikan penyumbatan terhadap spuit dan tidak memberikan efek letal

pada hewan uji. Diperoleh konsentrasi maksimum sebesar 1150g/150mL dan

dilakukan perhitungan dosis dengan rumus D × BB = C × V, maka didapatkan

dosis tertinggi sebesar 115,05g/kgBB. Dosis tengah didapatkan dengan

menghitung faktor peringkat berdasarkan rumus f = �������

, dimana f adalah

faktor peringkat, n adalah jumlah kelompok dosis, D3 adalah dosis tertinggi, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

32

D1 adalah dosis terendah. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai f sebesar 2,26.

Dosis tengah kemudian dihitung dengan mengalikan dosis terendah (dosis I)

dengan faktor peringkat. Diperoleh dosis tengah sebesar 50,85g/kgBB.

3. Penetapan waktu pemberian jus buncis

Pemberian jus buncis mengikuti waktu yang ditetapkan pada penetapan

waktu pemberian glibenklamid, yaitu 30 menit sebelum UTGO (Lampiran 5).

C. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Jus Buncis

Hewan uji dikelompokkan dan diberi perlakuan seperti pada Gambar 4.

Semua perlakuan diberikan secara per oral. Pengukuran kadar glukosa darah

dilakukan menggunkan instrument microVitalab-200 dengan metode enzimatis

yaitu menggunakan reagen GOD-PAP pada λ 500 nm. Reagen GOD-PAP berisi

dapar fosfat 250 mmol/L, fenol 5 mmol/L, 4-amino antipirin 0,5 mmol/L, glukosa

oksidase (GOD) ≥10ku/L, dan peroksidase (POD) ≥10ku/L. Prinsip reaksinya

adalah adanya GOD akan mengkatalisis oksidasi glukosa menjadi asam glukonat

dan hidrogen peroksida. Glukosa akan bereaksi dengan reagen GOD-PAP dan

akan membentuk kompleks kuinonimin yang berwarna merah muda.

Pembentukan kompleks kuinonimin memerlukan waktu inkubasi

(operating time) selama 20 menit pada suhu ruang agar terjadi reaksi yang

optimum antara glukosa dengan enzim yang terdapat dalam reagen GOD-PAP.

Selama waktu inkubasi, terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda

yang kemudian dilakukan pembacaan kadar pada microVitalab. Hasil pembacaan

kadar dapat dilihat pada Tabel VII dan Gambar 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

33

Gambar 5. Reakzi Enzimatik Antara Glukosa dengan Reagen GOD-PAP

(Barham dan Trinder, 1972).

Tabel VII menunjukkan nilai rata-rata kadar glukosa darah dan nilai LDDK0-

240 masing-masing kelompok perlakuan. Nilai LDDK

0-240 dari tiap kelompok

dihitung menggunakan metode trapezoid.

LDDK����� = ��t� − t�2 × �C� +C��� + �t� − t�2 × �C� +C���

+ �t� − t���2 × �C� +C����� +… ! Keterangan:

t = waktu (menit)

C = konsentrasi zat dalam darah (mg/mL)

LDDKto-tn

= luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 sampai ke-n

Kelompok I memiliki nilai LDDK0-240

(19503,0) paling kecil dibandingkan

kelompok lainnya. Hal ini dikarenakan kelompok I hanya diberi CMC 1% b/v,

dimana CMC 1% b/v tidak memiliki efek terapeutik yang dapat meningkatkan

atau menurunkan kadar glukosa darah.

Kelompok II (20862,0) memiliki nilai LDDK0-240

yang lebih tinggi

daripada kelompok I (19503,0) namun lebih rendah daripada kelompok III

(28206,0). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok II dapat menurunkan kadar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

34

glukosa darah. Hewan uji pada kelompok II diberikan suspensi glibenklamid,

dimana glibenklamid merupakan obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea

yang memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah dengan menstimulasi sekresi

insulin pada sel ß pankreas, sehingga kadar glukosa yang diperoleh mendekati

kadar normal.

Tabel VII. Data Kadar Glukosa Darah Rata-Rata dan LDDK0-240

± SD Tiap

Kelompok Perlakuan (n=5) Waktu

(menit) I II III IV V VI

0 79,8 79,6 87,6 79,4 78,6 79,0

15 81,4 110,4 127,8 109,4 108,8 107,2

30 81,4 115,4 138,2 129,4 128,2 127,4

45 80,6 104,6 132,2 119,0 118,0 117,2

60 81,0 101,2 126,8 109,8 108,4 107,4

90 81,4 92,0 122,6 99,8 98,0 96,6

120 81,4 84,0 118,0 89,6 87,4 85,8

180 81,6 76,0 112,0 80,0 77,6 70,4

240 81,0 64,4 102,4 71,8 72,2 48,6

LDDK0-240

19503,0 ±

177,292

20862,0 ±

337,775

28206,0 ±

507,329

22413,0 ±

675,304

22048,5 ±

1107,913

20727,0 ±

851,285 Keterangan:

I : Kontrol normal (CMC 1% b/v)

II : Kontrol positif (suspensi glibenklamid dosis 0,45mg/kgBB + pembebanan glukosa

monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

III : Kontrol negatif (CMC 1% b/v + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

IV : Sediaan uji dosis I (jus buncis dosis 22,5g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a

dosis 15,0% b/v)

V : Sediaan uji dosis II (jus buncis 50,85g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis

15,0% b/v)

VI : Sediaan uji dosis III (jus buncis 115,05g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis

15,0% b/v)

Kelompok III (28206,0) memiliki nilai LDDK0-240

yang paling tinggi dari

semua kelompok. Hal ini dikarenakan hewan uji pada kelompok III diberi CMC

1% serta pembebanan glukosa monohidrat, dimana CMC 1% tidak memiliki efek

untuk menaikkan atau menurunkan kadar glukosa darah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

Kelompok II (2

daripada kelompok IV (

240 yang sama dengan

kelompok IV dan V me

sebaik glibenklamid. Efe

V dapat dilihat dari nil

yang lebih rendah dari

kesamaan nilai LDDK0-

memiliki efek penurunan

Gambar 6. Kurva Hu

Darah Keterangan:

I : Kontrol normal (CM

II : Kontrol positif (su

monohidrat p.a dosis

III : Kontrol negatif (CM

IV : Sediaan uji dosis I (

dosis 15,0% b/v)

V : Sediaan uji dosis II (

15,0% b/v)

VI : Sediaan uji dosis II

dosis 15,0% b/v)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

0

Ka

da

r g

luk

osa

da

rah

(m

g/d

L)

(20862,0) memiliki nilai LDDK0-240

yang leb

(22413,0) dan V (22048,0), namun memiliki nila

n kelompok VI (20727,0). Hal ini menunjukk

emiliki efek penurunan kadar glukosa darah, na

fek penurunan kadar glukosa darah pada kelomp

nilai LDDK0-240

kelompok IV (22413,0) dan V

aripada nilai LDDK0-240

kelompok III (28206,0

-240 kelompok II dan VI menandakan bahwa kel

an kadar glukosa darah yang sama dengan gliben

ubungan Antara Waktu dan Rerata Kadar

MC 1% b/v)

suspensi glibenklamid dosis 0,45mg/kgBB + pembeba

sis 15,0% b/v)

MC 1% b/v + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 1

I (jus buncis dosis 22,5g/kgBB + pembebanan glukosa mo

II (jus buncis 50,85g/kgBB + pembebanan glukosa monohid

III (jus buncis 115,05g/kgBB + pembebanan glukosa mo

15 30 45 60 90 120 180 240

Waktu (menit)

Kelompo

Kelompo

Kelompo

Kelompo

Kelompo

Kelompo

35

ebih rendah

ilai LDDK0-

kkan bahwa

namun tidak

pok IV dan

V (22048,5)

,0). Adanya

elompok VI

enklamid.

ar Glukosa

banan glukosa

15,0% b/v)

monohidrat p.a

hidrat p.a dosis

monohidrat p.a

pok I

pok II

pok III

pok IV

pok V

pok VI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

36

Data LDDK0-240

kemudian dianalisis menggunakan uji statistik (Lampiran

7). Untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data, dilakukan uji

normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data menunjukkan

bahwa data memiliki distribusi yang normal dengan nilai p=0,125 (p>0,05). Uji

kemudian dilanjutkan dengan Test of Homogeneity of Variances untuk

mengetahui homogenitas data, apakah ada perbedaan nilai LDDK0-240

yang

bermakna dari masing-masing kelompok perlakuan. Hasil pengujian homogenitas

data menunjukkan nilai p=0,199 (p>0,05) yang berarti bahwa variansi data

LDDK0-240

homogen. Dari kedua hasil uji tersebut diatas, uji dapat dilanjutkan

menggunakan One Way ANOVA. Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan nilai

p=0,000 (p<0,05) yang kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Scheffe untuk

mengetahui pasangan kelompok yang berbeda secara signifikan.

Tabel VIII. Hasil Uji Post Hoc Scheffe LDDK0-240

Glukosa Darah Tikus yang

Terbebani Glukosa

1 2 3 4 5 6

1 - BTB BB BB BB BTB

2 BTB - BB BTB BTB BTB

3 BB BB - BB BB BB

4 BB BTB BB - BTB BTB

5 BB BTB BB BTB - BTB

6 BTB BTB BB BTB BTB - Keterangan:

1 : Kontrol normal (CMC 1% b/v)

2 : Kontrol positif (suspensi glibenklamid dosis 0,45mg/kgBB + pembebanan glukosa

monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

3 : Kontrol negatif (CMC 1% b/v + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

4 : Sediaan uji dosis I (jus buncis dosis 22,5g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a

dosis 15,0% b/v)

5 : Sediaan uji dosis II (jus buncis 50,85g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a

dosis 15,0% b/v)

6 : Sediaan uji dosis III (jus buncis 115,05g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a

dosis 15,0% b/v)

TBB : Berbeda tidak bermakna (p>0,05)

BB : Berbeda Bermakna (p<0,05)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

37

Hasil uji Post Hoc Scheffe pada Tabel VIII menunjukkan bahwa sediaan

uji dosis I, II, dan III berbeda bermakna terhadap kontrol negatif. Hal ini

menunjukkan bahwa sediaan uji memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar

glukosa darah.

Sediaan uji dosis I dan sediaan uji dosis II berbeda tidak bermakna dengan

kontrol positif namun berbeda bermakna dengan kontrol normal. Hal ini

menunjukkan bahwa jus buncis dosis I (22,5g/kgBB) dan dosis II (50,85g/kgBB)

mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus sebaik glibenklamid namun belum

dapat menurunkan kadar glukosa darah hingga mencapai normal.

Sediaan uji dosis III berbeda tidak bermakna dengan kontrol normal dan

kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa jus buncis dosis III (115,05g/kgBB)

mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus sebaik glibenklamid hingga

mencapai kadar normal.

Sediaan uji dosis I, II, dan III menunjukkan perbedaan yang tidak

bermakna. Hal ini berarti bahwa ketiga peringkat dosis tersebut sama-sama dapat

menurunkan kadar glukosa darah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buncis (Phaseolus vulgaris L.) dapat

digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar yang

terbebani glukosa. Namun demikian, perlu dilakukan perhitungan ED50 Menurut

Jannah, Sudarma, dan Andayani (2013), senyawa yang bertanggung jawab dalam

menurunkan kadar glukosa darah adalah β-sitosterol dan stigmasterol yang

termasuk dalam golongan fitosterol. β-sitosterol dan stigmasterol dapat

merangsang pelepasan insulin dengan menghambat kerja glukosa-6-fosfatase,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

38

yang di dalam hati merupakan enzim utama untuk konversi karbohidrat menjadi

gula darah. Wahyuntari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penghambat

α-Amilase: Jenis, Sumber, dan Potensi Pemanfaatannya Dalam Kesehatan”

menyebutkan bahwa buncis memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi

sebagai penghambat enzim α-amilase. Enzim ini memegang peranan penting

dalam pemecahan karbohidrat kompleks, seperti pati. Beberapa menit setelah

asupan pati, akan terjadi hiperglikemia, karena pemecahan pati yang begitu cepat.

Penghambatan α-amilase berpengaruh terhadap metabolisme di dalam saluran

pencernaan, antara lain memperlambat penyerapan dan pemecahan karbohidrat

yang dapat mengurangi konsentrasi glukosa plasma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Jus buncis dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus jantan galur

Wistar yang terbebani glukosa.

2. Jus buncis dosis 22,5g/kgBB, 50,85g/kgBB, dan 115,05g/kgBB dapat

menurunkan kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar yang terbebani

glukosa.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilakukan pengembangan

mengenai:

1. Penelitian efek jus buncis dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan

metode uji efek antidiabetes yang lain, misalnya uji perusakan pankreas atau

metode resistensi insulin.

2. Penelitian mengenai ED50 buncis sebagai agen antidiabetik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

40

DAFTAR PUSTAKA

Adam, M.F., 2000, Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus yang

Baru, Majalah Cermin Dunia Kedokteran No. 127, Jakarta, hal. 37-39.

American Diabetes Association, 2010, Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus, Diabetes Care, Vol. 33, 562-569.

Amin, M. N., 2014, Sukses Bertani Buncis: Sayuran Obat Kaya Manfaat,

Garudhawaca, Jakarta, hal. 25-30.

Barham, D., Trinder, D., 1972, An Improved Color Reagen for Determination of

Blood Glucose by the Oxydase System. Analist 97, pp. 142-145.

Dalimartha, S., 2004, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Trubus Agriwidya, Bogor.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pharmaceutical Care Untuk

Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan

Klinik, Jakarta, hal. 4-12.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi

III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, hal. 1086.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi

IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, hal. 411.

DiaSys Diagnostic System GmbH, 2014, Glucose GOD FS Diagnostic Reagent

for Quantitive In Vitro Determination of Glucose in Serum or Plasma on

Photometric Systems, DiaSys Diagnostic System GmbH, Germany, pp. 1-

2.

Ghani, A., DeFronzo, R., 2010, Pathogenesis of Insulin Resistance In Skeletal

Muscle, J Biomed and Biotech, pp. 1-19.

Gunawan, S. G., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta.

Handoko, T., Suharto, B., 1995, Insulin, Glukagon, dan Antidiabetik Oral, dalam

Ganiswara, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 469, 471.

International Diabetes Federation, 2012, Global Guideline for Type 2 Diabetes,

International Diabetes Federation, Belgium, ppl. 9-10.

Jannah, H., Sudarma, I. M., Andayani, Y., 2013, Analisis Senyawa Fitosterol

Dalam Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus vulgaris L.), Journal of Chemistry

Progress, 6(2), 70-75.

Judge, N., Svensson, B., 2006, Review Proteinaceous Inhibitor of Carbohydrate

Active Enzymes in Cereals: Implication in Agriculture, Cereal Processing,

and Nutrition, Journal of Science Food Agricultural, 0022-5142.

Kurniawati, D., Sutrisna, E. M., Wahyuni, A. S., 2012, Uji Penurunan Kadar

Glukosa Darah Oleh Ekstrak Etanol 70% Daun Buncis (Phaseolus vulgaris

L.) Pada Kelinci Jantan yang Dibebani Glukosa, Biomedika, 4(1), 1-8.

Lanywati, E., 2001, Diabetes Mellitus: Penyakit Kencing Manis, Kanisius,

Yogyakarta, hal.7-8.

Luka, C. D., Olatunde, A., Tijjani, H., Ollisa-Enewe, I. A., 2013, Effect of

Aqueous Extract of Phaseolus vulgaris L. (Red Kidney Beans) On

Alloxan-Induced Diabetic Wistar Rats, International Journal of Science

Inventions Today, 2(4), 292-301.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

41

Mahendra, B., Tobing, A., Krisnatuti, D., Alting, B. Z. A., 2008, Care Yourself

Diabetes Mellitus, Penebar Plus, Jakarta, hal. 8-9.

Merentek, E., 2006, Resistensi Insulin Pada Diabetes Mellitus Tipe 2, Majalah

Cermin Dunia Kedokteran No. 150, Jakarta, hal. 38-39.

Pari, L., Venkateswaran, S., 2003, Effect of An Aqueous Extraact of Phaseolus

vulgaris On The Properties of Tail Tendon Collagen of Rats with

Streptozotocin-Induced Diabetes, Brazillian Journal of Medical and

Biological Research, 36: 861-870.

Permatasari, A. A., 2008, Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak

Ethanol 70% Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) pada Kelinci Jantan

Lokal, Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Royal Pharmaceutical Society, 2011, British National Formulary 61,

Pharmaceutical press, London, p. 428.

Setyadhini, T. E., 2006, Diabetes: Penemuan Baru Memerangi Diabetes Melalui

Diet Golongan Darah, B First Bentang Pustaka, Yogyakarta, hal. 45-46.

Soegondo, S., 2005, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu: Diagnosis dan

Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, hal. 18.

Suryo, J., 2004, Rahasia Herbal Penyembuh Diabetes, B First Bentang Pustaka,

Yogyakarta, hal. 4.

Sustraini, L., Alam, S., Hadibroto, I., 2006, Diabetes, Gramedia, Jakarta, hal. 8-9.

Syahputra, M. H. D., 2003, Diabetik Ketoasidosis,

http://library.usu.ac.id/download/fk/biokimia-syahputra2.pdf, diakses

tanggal 15 Desember 2015.

Syarif, A., Ascobat, P., Setiabudy, R., Estuningtyas, A., Setiawati, A., Sunaryo,

R., 2009, Farmakologi dan Terapi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal. 490.

Rizki, F., S.Gz., 2013, The Miracle of Vegetables, Cetakan Pertama, PT

Agromedia Pustaka, Jakarta, hal. 45, 46, 49.

Wahyuntari, B., 2011, Penghambat α-Amilase: Jenis, Sumber, dan Potensi

Pemanfaatannya Dalam Kesehatan, Jurnal Teknologi dan Industri

Pangan, 22(2), 197-201.

Waluyo, N., Djuariah, D., 2013, Varietas-Varietas Buncis (Phaseolus vulgaris L.)

yang Telah Dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran, IPTEK

Tanaman Sayuran, no. 2.

Widowati, L., Zulkarnaen, B., Sa’roni, 1997, Tanaman Obat untuk Diabetes

Mellitus, Majalah Cermin Dunia Kedokteran, No.116, Jakarta, hal. 53-60..

Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., dan King, H., 2004, Global Prevalence

of Diabetes: Estimates for the Year 2000 and Proections for 2030,

Diabetes Care, 27(5):1047-53.

Winarsi, H., 2010, Protein Kedelai dan Kecambah: Manfaatnya Bagi Kesehatan,

Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hal. 170-171.

World Health Organization, 2003, Fifty-Sixth World Health Assembly: Traditional

Medicine, Report by the Secretariat, pp. 1-4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

42

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

43

Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance)

Lampiran 2. Surat Keterangan Determinasi Tanaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

44

Lampiran 2. Surat Keterangan Determinasi Tanaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

45

Lampiran 3. Bahan dan Alat Penelitian

Tikus jantan galur Wistar

Buncis

Blender

Timbangan analitik

Sentrifuge

microVitalab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

46

Lampiran 4. Preparasi Bahan

a. Pembuatan larutan stok glukosa monohidrat p.a 15%b/v

Penimbangan

Bobot kertas

= 0,4008 gram

Bobot kertas + glukosa monohidrat = 4,1511 gram

Bobot kertas + sisa = 0,4010 gram

Bobot glukosa monohidrat = 3,7501 gram

Pembuatan larutan stok

3,7501 gram glukosa monohidrat dilarutkan dalam aquadest panas pada labu

takar 25 mL sampai batas tanda. Diperoleh konsentrasi larutan glukosa

monohidrat sebesar 15,0004%.

b. Keseragaman bobot tablet glibenklamid 5 mg

Berdasarkan ketentuan pada Tabel IV (halaman 26), tablet dengan bobot rata-

rata 151-300 mg memiliki penyimpangan rata-rata tablet sebesar 7,5% pada

kolom A dan 15% pada kolom B.

Tablet ke- Bobot (mg) Tablet ke- Bobot (mg)

1 202 11 203

2 201 12 193

3 203 13 200

4 200 14 202

5 206 15 205

6 201 16 198

7 202 17 198

8 201 18 198

9 200 19 196

10 204 20 200

Rata-rata 200,65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

47

Bobot maksimal penyimpangan kolom A

7,5% × 200,65 mg = 15,04875 mg

200,65 mg ± 15,04875 mg = 185,60 - 215,69 mg

Bobot maksimal penyimpangan kolom B

15% × 200,65 mg = 30,0975 mg

200,65 mg ± 30,0975 mg = 170,55 - 230,74 mg

Dari hasil perhitungan penyimpangan bobot, tidak ada satupun tablet yang

keluar dari range kolom A maupun kolom B. Hal ini menunjukkan bahwa

tablet glibenklamid memiliki bobot yang seragam.

c. Pembuatan suspensi glibenklamid 0,1125 mg/mL

D × BB = C × V

0,45mg/kgBB × 200 g = C × 0,8 mL

C = 0,1125mg/mL

Bobot rata-rata tablet glibenklamid = 200,65 mg

Tiap tablet mengandung 5 mg zat aktif glibenklamid sehingga serbuk yang

harus ditimbang untuk mendapatkan 25 mg zat aktif adalah:

�25mg5mg � × 200,65mg = 1003,25mg

Sejumlah 1003,25 mg serbuk glibenklamid dilarutkan dalam CMC 1% b/v

pada labu ukur 10 mL sebagai larutan induk dengan konsentrasi 0,25%.

Suspensi glibenklamid konsentrasi 0,1125 mg/mL diperoleh dengan cara:

C1 × V1 = C2 × V2

2,5mg/mL × V1 = 0,1125 mg/mL × 10 mL

V1 = 0,45 mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

48

0,45 mL suspensi induk dilarutkan dalam aquadest pada labu ukur 10 mL

hingga batas tanda.

d. Penentuan dosis pemberian jus buncis

1. Orientasi dosis pemberian jus buncis

Konsentrasi konsumsi jus buncis untuk manusia dewasa (70 kg) adalah

250 gram buncis dalam 100 mL air diblender dan disaring untuk satu kali

minum (150 mL). Faktor konversi dosis manusia (70 kg) ke tikus (200g) yaitu

0,018, sehingga dosis untuk tikus 200 gram sebagai berikut:

0,018 × 250g = 4,5g/200gBB

Dosis untuk tikus 1 kg:

��������� × 4,5g = 22,5g/kgBB

Dosis 22,5g/kgBB ditetapkan sebagai dosis tertinggi, selanjutnya dilakukan

penentuan peringkat dosis untuh dosis tengah dan dosis terendah dengan cara

menurunkan dosis tertinggi 1,5x untuk mendapatkan dosis tengah dan

menurunkan 1,5x lagi untuk mendapatkan dosis terendah.

Dosistengah = 22,5g/kgBB1,5 = 15g/kgBB

Dosisterendah = 15g/kgBB1,5 = 10g/kgBB

2. Penetapan dosis pemberian jus buncis

Dari perolehan dosis untuk tikus 1 kg (22,5g/kgBB) dilakukan

penentuan peringkat dosis untuk dosis tengah dan dosis tertinggi. Dosis

tertinggi ditentukan dengan melihat konsentrasi maksimum jus buncis yang

masih dapat masuk ke dalam spuit injeksi oral tanpa memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

49

penyumbatan dan konsentrasi maksimum jus buncis yang tidak menyebabkan

kematian pada hewan uji.

Perhitungan peringkat dosis tertinggi:

C3 = 1150g150mL = 7,67g/mL

D3 × BB = C3 × V

D3 × 200g = 7,67g/mL × 3mL

D3 = 23,01g/200gBB = 115,05g/kgBB

Perhitungan faktor peringkat untuk penentuan dosis tengah:

f = (D3D1)*+

Keterangan:

f = faktor peringkat

n = jumlah kelompok dosis

D1 = dosis terendah

D3 = dosis tertinggi

f = (115,05g/kgBB22,5g/kgBB,*+

= -5,1. = 2,26

D2 = D1 × f = 22,5g/kgBB × 2,26

= 50,85g/kgBB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

50

Lampiran 5. Hasil Rangkaian Uji Analisis Statistik LDDK0-240

: Penetapan

Waktu Pemberian Glibenklamid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

52

Descriptives

LDDK

5 19597,50 392,731 175,635 19109,86 20085,14 19245 20235

5 19812,00 549,413 245,705 19129,81 20494,19 18938 20265

5 27129,00 413,705 185,015 26615,32 27642,68 26670 27668

5 22413,00 675,304 302,005 21574,50 23251,50 21465 23175

5 22048,50 1107,913 495,474 20672,84 23424,16 20303 22980

5 20727,00 851,285 380,706 19669,99 21784,01 19290 21390

30 21954,50 2661,195 485,866 20960,79 22948,21 18938 27668

Kontrol Normal

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lampiran 6. Hasil Rangkaian Uji Analisis Statistik LDDK0-240

: Orientasi

Dosis Pemberian Jus Buncis

ONEWAY

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

30

21954,50

2661,195

,157

,157

-,128

,858

,454

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

LDDK

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

ANOVA

LDDK

1,9E+008 5 38647020,00 76,392 ,000

12141743 24 505905,938

2,1E+008 29

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Test of Homogeneity of Variances

LDDK

1,641 5 24 ,187

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

53

POST HOC TESTS

Multiple Comparisons

Dependent Variable: LDDK

Scheffe

-214,500 449,847 ,999 -1842,88 1413,88

-7531,500* 449,847 ,000 -9159,88 -5903,12

-2815,500* 449,847 ,000 -4443,88 -1187,12

-2451,000* 449,847 ,001 -4079,38 -822,62

-1129,500 449,847 ,313 -2757,88 498,88

214,500 449,847 ,999 -1413,88 1842,88

-7317,000* 449,847 ,000 -8945,38 -5688,62

-2601,000* 449,847 ,000 -4229,38 -972,62

-2236,500* 449,847 ,003 -3864,88 -608,12

-915,000 449,847 ,543 -2543,38 713,38

7531,500* 449,847 ,000 5903,12 9159,88

7317,000* 449,847 ,000 5688,62 8945,38

4716,000* 449,847 ,000 3087,62 6344,38

5080,500* 449,847 ,000 3452,12 6708,88

6402,000* 449,847 ,000 4773,62 8030,38

2815,500* 449,847 ,000 1187,12 4443,88

2601,000* 449,847 ,000 972,62 4229,38

-4716,000* 449,847 ,000 -6344,38 -3087,62

364,500 449,847 ,984 -1263,88 1992,88

1686,000* 449,847 ,039 57,62 3314,38

2451,000* 449,847 ,001 822,62 4079,38

2236,500* 449,847 ,003 608,12 3864,88

-5080,500* 449,847 ,000 -6708,88 -3452,12

-364,500 449,847 ,984 -1992,88 1263,88

1321,500 449,847 ,167 -306,88 2949,88

1129,500 449,847 ,313 -498,88 2757,88

915,000 449,847 ,543 -713,38 2543,38

-6402,000* 449,847 ,000 -8030,38 -4773,62

-1686,000* 449,847 ,039 -3314,38 -57,62

-1321,500 449,847 ,167 -2949,88 306,88

(J) PerlakuanKontrol Positif

Kontrol Negatif

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Kontrol Normal

Kontrol Negatif

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Kontrol Normal

Kontrol Positif

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Kontrol Normal

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Dosis II

Dosis III

Kontrol Normal

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Dosis I

Dosis III

Kontrol Normal

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Dosis I

Dosis II

(I) PerlakuanKontrol Normal

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level.*.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

54

HOMOGENEOUS SUBSETS

LDDK

Scheffea

5 19597,50

5 19812,00

5 20727,00 20727,00

5 22048,50 22048,50

5 22413,00

5 27129,00

,313 ,167 ,984 1,000

PerlakuanKontrol Normal

Kontrol Positif

Dosis III

Dosis II

Dosis I

Kontrol Negatif

Sig.

N 1 2 3 4

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

55

Lampiran 7. Hasil Rangkaian Uji Analisis Statistik LDDK0-240

:

Efek

Penurunan Kadar Glukosa Darah Jus Buncis

ANOVA

LDDK

2,4E+008 5 47321965,88 101,004 ,000

11244398 24 468516,563

2,5E+008 29

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

30

22293,25

2923,474

,215

,215

-,152

1,177

,125

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

LDDK

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Descriptives

LDDK

5 19503,00 177,292 79,287 19282,86 19723,14 19305 19695

5 20862,00 337,775 151,058 20442,60 21281,40 20565 21323

5 28206,00 507,329 226,885 27576,07 28835,93 27728 28815

5 22413,00 675,304 302,005 21574,50 23251,50 21465 23175

5 22048,50 1107,913 495,474 20672,84 23424,16 20303 22980

5 20727,00 851,285 380,706 19669,99 21784,01 19290 21390

30 22293,25 2923,474 533,751 21201,61 23384,89 19290 28815

Kontrol Normal

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

LDDK

1,599 5 24 ,199

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

56

POST HOC TESTS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

57

HOMOGENEOUS SUBSETS

LDDK

Scheffea

5 19503,00

5 20727,00 20727,00

5 20862,00 20862,00 20862,00

5 22048,50 22048,50

5 22413,00

5 28206,00

,120 ,138 ,054 1,000

PerlakuanKontrol Normal

Dosis III

Kontrol Positif

Dosis II

Dosis I

Kontrol Negatif

Sig.

N 1 2 3 4

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.a.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

58

Lampiran 8. Leaflet Reagen GOD-PAP

A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

60

Lampiran 9. Leaflet Glibenklamid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGARUH PEMBERIAN JUS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) … · Bapak Djoko Santoso, M.Si., selaku dosen Departemen Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada yang telah

61

BIOGRAFI PENULIS

Skripsi berjudul “Pengaruh Pemberian Jus Buncis

(Phaseolus vulgaris L.) Terhadap Kadar Glukosa Darah

Tikus Jantan Galur Wistar yang Terbebani Glukosa” ini

ditulis oleh Ludwina Dearesthea Onevita. Penulis lahir

di Semarang, 4 Mei 1994 dan merupakan anak kedua

dari empat bersaudara pasangan Nicolaus Bambang

Wijanarko dan Eurelia Maria Dewi Perwani

Rakyattiningtyas. Penulis mulai menginjakkan kaki di

bangku sekolah Play Group Putra Persada Klaten (1997-

1998) dan melanjutkan pendidikan di TK Maria

Assumpta Klaten (1998-2000). Pada tahun 2000 penulis

menempuh pendidikan di SD St. Th. Marsudirini 77

Salatiga hingga tahun 2006 dan melanjutkan tingkat

menengah pertama di SMPN 1 Salatiga (2006-2009). Selepas dari pendidikan

menengah pertama, penulis meneruskan pendidikan di SMA Stella Duce 1

Yogyakarta pada tahun 2009-2012. Penulis kemudian menempuh pendidikan

sarjana strata satu di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun

2012. Selama masa kuliah, penulis aktif dalam beberapa kegiatan antara lain

organis Paduan Suara Dosen dan Karyawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta “Driyarkara”, anggota Divisi Bandzen Tiga Hari Temu Akrab

Farmasi (TITRASI) 2014, serta perwakilan Fakultas Farmasi Sanata Dharma

Yogyakarta dalam acara The 13th

IPSF Asia-Pacific Pharmaceutical Symposium

di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI