pkl buncis

28
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang berkembang pesat dan mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi perekonomian nasional. Subsektor hortikultura terutama sayuran merupakan salah satu kegiatan agribisnis dalam rangka memanfaatkan peluang dan keunggulan komperatif, berupa iklim yang bervariasi, lahan yang subur serta tenaga kerja yang memadai. Produk hortikultura terdiri dari sayuran, tanaman hias, buah-buahan dan tanaman obat. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak di konsumsi oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan. Sayuran bukan merupakan makanan primer tetapi banyak yang menganggap sayuran sebagai menu pelengkap untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. 1

Upload: naomi-simanjuntak

Post on 26-Dec-2015

114 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

not copy

TRANSCRIPT

Page 1: pkl buncis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang berkembang pesat dan

mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi perekonomian nasional.

Subsektor hortikultura terutama sayuran merupakan salah satu kegiatan agribisnis

dalam rangka memanfaatkan peluang dan keunggulan komperatif, berupa iklim

yang bervariasi, lahan yang subur serta tenaga kerja yang memadai.

Produk hortikultura terdiri dari sayuran, tanaman hias, buah-buahan dan

tanaman obat. Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak di

konsumsi oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan. Sayuran

bukan merupakan makanan primer tetapi banyak yang menganggap sayuran

sebagai menu pelengkap untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

polong yang memiliki banyak manfaat. Menurut Rukmana (1995), tanaman

buncis mempunyai peranan dan sumbangan cukup besar terhadap pendapatan

petani, peningkatan gizi masyarakat, pendapatan negara melalui pengurangan

impor dan peningkatan ekspor, pengembangan agribisnis dan peluang kesempatan

kerja.

Komoditas buncis biasanya di ekspor ke Singapura, Hongkong dan Jepang.

Singapura adalah negara dengan permintaan buncis terbesar. Produk buncis yang

paling dimintai oleh Singapura adalah buncis prancis. Buncis prancis adalah salah

satu jenis buncis yang memiliki rasa lebih manis dan berukuran lebih kecil

1

Page 2: pkl buncis

dibandingkan buncis pada umumnya. Buncis Prancis adalah tipe buncis yang

berumur pendek dan memiliki suhu optimum untuk pertumbuhan sekitar 20oC –

25oC.

Sayuran buncis yang di ekspor adalah sayuran yang berkualitas tinggi,

sehingga diperlukan penanganan sebelum dan sesudah panen secara tepat.

Pengendalian mutu sebelum panen dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan sayuran, misalnya syarat tumbuh, cara

budidaya, pemupukan, serta pemberantasan hama dan penyakit. Selanjutnya

kualitas sayuran juga dipengaruhi oleh penanganan pascapanen yaitu tindakan-

tindakan yang dilakukan setelah panen. Penanganan pascapanen seharusnya

dilakukan dengan seksama dan hati-hati agar penyebab kemunduran mutu dapat

diperkecil (Tim Penulis PS,1993).

Masalah yang sering dihadapi dalam agribisnis buncis prancis adalah petani

kurang memperhatikan penanganan pascapanen dengan tepat sehingga dapat

menyebakan penurunan mutu dan memperbesar kehilangan hasil. Penanganan

pascapanen merupakan hal yang penting untuk diperhatikan mengingat produk

pertanian bersifat mudah rusak dan tidak bertahan lama. Berbagai kasus

ditolaknya produk pertanian Indonesia di luar negeri dikarenakan mutunya yang

rendah. Penanganan pascapanen yang tepat tidak hanya menguntungkan bagi

petani karena akan memperkecil kehilangan hasil namun juga bagi konsumen

karena mengonsumsi sayuran yang bermutu baik.

Kegiatan pascapanen buncis haruslah dipandang sebagai satu bagian dari

suatu sistem secara keseluruhan, dimana setiap mata rantai kegiatan memiliki

2

Page 3: pkl buncis

peran yang saling terkait. Oleh karena itu, penulis bermaksud melakukan Praktik

Kerja Lapang di PT. Bumi Sari Lestari (Fruits and Vegetables Exporter) yang

terletak di Desa Soropadan Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

Perusahaan menjalin kemitraan dengan kelompok tani di sekitar Temanggung

untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Sayuran buncis yang diekspor

merupakan buncis prancis kualitas nomer satu, hal ini menunjukan PT.Bumi Sari

Lestari melakukan dengan baik kegitatan pascapanen dengan baik. Dengan

melakukan PKL di PT Bumi Sari Lestari dapat digali lebih banyak tentang

kegiatan pascapanen buncis prancis agar dapat meminimalisir susut pascapanen.

Sehingga dapat menghasilkan buncis berdaya saing untuk memenuhi permintaan

pasar dan meningkatkan nilai ekspor.

B. Tujuan

Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang akan dilakukan sebagai berikut :

a. Mengetahui kondisi umum dan kegiatan utama PT. Bumi Sari Lestari di

Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa

Tengah.

b. Mengetahui kegiatan penanganan pascapanen buncis prancis di PT. Bumi

Sari Lestari, di Desa Suropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten

Temanggung, Jawa Tengah.

c. Mengetahui permasalahan dan solusi yang berkaitan dengan penanganan

pascapanen buncis prancis di PT. Bumi Sari Lestari, di Desa Soropadan,

Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

3

Page 4: pkl buncis

C. Sasaran Praktik Kerja Lapangan

Sasaran Praktik Kerja Lapangan ini adalah kegiatan yang berkaitan dengan

penanganan pascapanen buncis prancis yang dilakukan PT. Bumi Sari Lestari

(Fruits and Vegetables Exporter) di Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat,

Kabupaten Temanggung.

D. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Praktik kerja lapangan yang akan dilaksanakan diharapkan dapat

memberikan manfaat antara lain :

1. Mendapatkan pengalaman dalam melakukan kegiatan penanganan

pascapanen sebagai bekal di kehidupan nyata setelah lulus studi.

2. Menambah pengetahuan tentang penanganan pascapanen khususnya

penanganan pascapanen buncis prancis.

4

Page 5: pkl buncis

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Agronomi Buncis

Buncis merupakan salah satu jenis sayuran polong yang memiliki banyak

kegunaan. Sebagai bahan sayuran, buncis dapat dikonsumsi dalam keadaan muda.

Buncis yang dipetik muda memiliki rasa sedikit manis sehingga sangat cocok

untuk bahan sayuran. Namun, buncis yang sudah tua kurang cocok untuk dibuat

sayur karena kulitnya yang cukup keras.

Tanaman buncis memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Leguminales

Familia : Leguminoceae

Subfamilia : Papillionaceae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris (Cahyono, 2003).

Kacang buncis yang sudah umum dibudidayakan pada dasarnya

digolongkan menjadi dua jenis yaitu :

1. Buncis tipe merabat (pole bean) atau sering disebut French beans atau

snap beans.

Tipe buncis ini umumnya dipanen sebagai polong muda sehingga

masyarakat Indonesia menyebutnya buncis saja.

5

Page 6: pkl buncis

Sewaktu pertanaman (berkebun), tanaman buncis ini memerlukan

turus (lanjaran) untuk merambat.

2. Buncis tipe tegak atau tidak merambat (Bush bean) yang sering disebut

kidney beans. Buncis tipe ini dibedakan menjadi dua macam yaitu :

Kacang jogo (kacang merah) atau disebut Rode boon. Ciri-cirinya

tinggi tanaman ± 30 cm, bijinya berwarna merah atau merah

berbintik-bintik putih, dan pada umumnya dipanen saat polong

sudah tua atau pada bagian biji-bijinya saja.

Kacang cokelat atau Bruine boon. Ciri-cirinya tinggi tanaman ± 40

cm, bijinya berwarna ungu, cokelat atau warna lain, dan bijinya

dapat dipanen saat polong muda maupun saat polong tua

(Rukmana, 1994)

Tanaman buncis dapat ditanam dengan cara monokultur maupun tumpang

sari. Sebelum dilakukan penanaman dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu

untuk membersihkan gulma dan menyiapkan area tanam. Pupuk dasar yang

diberikan dapat berupa pupuk kandang atau kompos sebanyak 15-20 ton/ha. Hal

ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Pengaplikasian pupuk dilakukan

dengan cara ditebar sepanjang larikan satu minggu sebelum tanam. Pada setiap

lubang dimasukan 2 benih buncis. Pada saat penanaman diberikan pupuk KCL

dan TSP dengan perbandingan 1:1 sebanyak 150-200 kg/ha. Cara permberiannya

dengan menyebarkan di sekitar lubang tanam. Pupuk urea diberikan saat tanaman

berumur satu minggu dan sebulan dengan dosis 150-200 kg/ha sekali pemberian

6

Page 7: pkl buncis

pupuk. Pemberian urea dilakukan dengan cara membenamkan pupuk dengan jarak

5-10 cm dari tanaman (Setianingsih & Khoerudin, 2002).

Tanaman buncis dapat tumbuh di daerah yang mempunyai ketinggian antara

300 – 600 meter dari permukaan laut (m dpl), pertumbuhan terbaik yaitu pad

ketinggian 1.000 m dpl. Selama pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan suhu

antara 20o C - 25o C, cukup sinar matahari dan kelembaban udara yang cukup

tinggi. Tanaman ini cocok ditanam pada tanah Andosol dan Latosol yang subur,

tata air baik, bebas dari cendawan ataupun nematoda, dan pada pH 5,5 – 6,0

(Rukmana, 1994).

Tanaman buncis terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan biji. Akar

tanaman buncis berbentuk tunggang dan serabut. Akar tunggang tumbuh lurus ke

dalam hingga kedalaman sekitar 11-15 cm, sedangkan akar serabut tumbuh

menyebar (horizontal) dan tidak dalam. Batang tanaman buncis berbengkok-

bengkok, berbentuk bulat, berambut halus, beruras-uras dan lunak tetapi cukup

kuat. Batang tanaman berwarna hijau, tetapi ada pula yang berwarna ungu

tergantung pada varietasnya. Selain itu, batang tanaman buncis bercabang banyak

dan menyebar merata sehingga tanaman tampak rimbun.

Daun tanaman buncis berbentuk bulat lonjong, ujung daun meruncing, tepi

daun rata, berambut halus dan memiliki tulang daun menyirip. Ukuran daun

buncis sangat bervariasi, tergantung pada varietasnya. Daun yang berukuran kecil

memiliki lebar 6-7,5 cm dan panjang 7,5-9 cm. Sedangkan daun berukuran besar

memiliki lebar 10-11 cm dan panjang 11-13 cm.

7

Page 8: pkl buncis

Bunga tanaman buncis berbentuk bulat panjang (silindris) dengan panjang

1,3 cm dan lebar bagian tengah 0,4 cm. Bunga buncis berukuran kecil dengan

kelopak bunga berjumlah 2 buah pada bagian bawah atau pangkal bunga dan

berwarna hijau. Bunga buncis memiliki tangkai yang panjangnya sekitar 1 cm.

Bunga tanaman buncis merupakan malai (panicle). Tunas utama dari panicle

bercabang dan setiap cabang tumbuh tunas bunga. Selain itu, bunga tanaman

buncis tergolong bunga sempurna atau berkelamin dua (hermaprodit), karena

benang sari dan kepala putik terdapat dalam satu tandan bunga. Persarian bunga

tanaman buncis dapat terjadi dengan bantuan serangga atau angin.

Buncis memiliki bentuk dan warna yang bervariasi tergantung varietasnya.

Buncis memiliki struktur halus, tekstur renyah, ada yang berserat dan ada yang

tidak berserat, serta terdapat yang bersulung pada ujung polong dan ada juga yang

tidak bersulung. Buncis tersusun bersegmen-segmen. Jumlah biji dalam satu

polong bervariasi antara 5 – 14 buah, tergantung pada panjang polong. Biji buncis

yang sudah agak tua memiliki tekstur keras dan warnanya bervariasi tergantung

varietasnya. Biji buncis berukuran agak besar, berbentuk bulat lonjong dengan

bagian tengah (mata biji) agak melengkung (cekung), berat biji buncis berkisar

antara 16 – 40,6 gr (berat 100 biji), tergantung varietasnya (Cahyono, 2003).

B. Aspek Ekonomi Buncis

Prospek pengembangan budidaya buncis di Indonesia sangat cerah. Selain

keadaan agroklimatologis yang cocok, budidaya buncis dapat berdampak positif

terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi, pengembangan agribisnis

8

Page 9: pkl buncis

serta peningkatan ekspor. Tanaman buncis termasuk tanaman yang mudah untuk

dibudidayakan sehingga menjadi salah satu sayuran komersil pilihan petani.

Tanaman buncis memiliki potensi ekonomi yang baik, hal ini dikarenakan

peluang pasar sayuran buncis cukup luas yaitu untuk sasaran pasar dalam negeri

maupun pasar luar negeri. Pasar luar negeri yang berpotensi dalam mengonsumsi

buncis antara lain Singapura dan Jepang. Beberapa tahun terakhir, Singapura

memesan buncis dari Indonesia sekitar 2 - 3 ton per hari. Varietas atau kultivar

buncis lokal yang dihasilkan di Indonesia memiliki kelebihan antara lain

polongnya berukuran panjang, berwarna hijau, cita rasanya lebih empuk dan

manis dibandingkan buncis Taiwan. (Rukmana, 1994).

Produksi buncis saat ini semakin meningkat seiring dengan kesadaran

masyarakat yang merasakan bahwa buncis merupakan salah satu sumber protein

nabati yang murah dan mudah untuk di kembangkan. Selain itu tanaman buncis

adalah tanaman yang dapat mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah

sehingga dapat mengurangi biaya untuk pemberian pupuk.

Peningkatan permintaan buncis harus diimbangi dengan peningkatan

kualitas dan kuantitas tanaman buncis mulai dari teknik budidaya sampai

penanganan pascapanen yang tepat. Harga buncis prancis relatif lebih mahal

dibandingkan dengan buncis biasa, selain itu permintaan ekspor buncis prancis

sangat tinggi sedangkan Indonesia belum mampu untuk memenuhi sehingga dapa

dikatakan budidaya buncis dapat menjadi peluang usaha yang sangat potensial.

9

Page 10: pkl buncis

C. Aspek Pascapanen Buncis

Penanganan pascapanen merupakan tindakan strategis dalam rangka

mendukung peningkatan produksi. Kontribusi penanganan pascapanen terhadap

peningkatan produksi tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya

mutu sesuai persyaratan mutu. Produk pertanian pada umumnya bersifat mudah

rusak dan tidak tahan lama sehingga dibutuhkan penanganan pascapanen yang

tepat untuk mempertahankan kualitas dan meningkatan daya simpan.

Periode pascapanen dimulai dari produk di panen sampai produk tersebut di

konsumsi, atau di proses lebih lanjut. Cara penanganan, dan perlakuan

pascapanen, serta masa simpan sangat menentukan mutu yang diterima konsumen.

Cara berproduksi yang tidak baik mengakibatkan mutu panen tidak baik pula, dan

sistem pascapanen hanya bertujuan untuk mempertahankan mutu produk yang

dipanen (penampakan, tekstur, cita rasa, nilai nutrisi dan keamanannya) (Antara,

2013).

Buncis termasuk salah satu jenis sayuran yang sangat mudah mengalami

kerusakan setelah pemanenan, baik kerusakan fisik (fisiologis), mekanis, maupun

mikrobiologis (serangan hama dan penyakit). Untuk mencegah kerusakan

kerusakan tersebut, maka perlu penanganan hasil panen yang baik agar sampai di

pasar dalam keadaan tetap baik atau masih segar. Menurut Cahyono (2003)

Penanganan pascapanen buncis meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

10

Page 11: pkl buncis

1. Pengumpulan

Hasil panen buncis dimasukan ke dalam suatu wadah (karung, goni,

keranjang) untuk langsung diangkut ke tempat pengumpulan (penampungan).

Lokasi pengumpulan yang dipilih adalah tempat atau ruangan yang strategis,

yaitu teduh dan dekat dengan jaringan lalu lintas dan aman.

2. Sortasi dan Grading

Hasil panen buncis pada umumnya sering mengalami kerusakan akibat

serangan hama, penyakit maupun patah karena penanganan panen yang

kurang baik dan ukurannya pun tidak seragam. Oleh karena itu, pada sayuran

buncis tersebut perlu dilakukan sortasi dan grading untuk memisahkan antara

buncis yang rusak dengan buncis yang baik (utuh), serta untuk

menyeragamkan kualitas di dalam kelompok kelas. Sortasi bertujuan untuk

mencegah penularan serangan hama dan penyakit ke buncis yang sehat

selama proses penyimpanan. Sedangkan kegiatan grading bertujuan untuk

menyeragamkan kualitas.

Di dalam kegiatan sortasi, buncis yang sehat dan utuh dipisahkan dari

buncis yang rusak, sekaligus memisahkan antara buncis yang berukuran besar

(panjang) dan buah buncis yang berukuran kecil (pendek). Sedangkan dalam

kegiatan grading, buncis di kelompokan ke dalam kelas-kelas mutu, yaitu

kelas mutu I, mutu II, dan kelas mutu III yang didasarkan pada kriteria-

kriteria tertentu sebagai berikut :

a. Kelas mutu I, yaitu buncis berukuran besar atau panjang dan berukuran

kecil atau pendek (baby buncis), utuh dan sehat (tidak terserang hama

11

Page 12: pkl buncis

dan penyakit), warna buah masih agak muda, dan biji dalam polong

belum tampak menonjol.

b. Kelas mutu II, yaitu buncis berukuran kecil atau pendek (tetapi bukan

baby buncis), utuh dan sehat (tidak terserang hama atau penyakit),

warna buah masih agak muda, dan biji dalam polong belum tampak

menonjol.

c. Kelas mutu III, yaitu buncis berukuran besar ataupun kecil, tetapi

terdapat cacat yang tidak parah.

Sortasi dan grading pada buncis dapat memberikan beberapa

keuntungan bagi petani dan konsumen, antara lain :

a. Memudahkan konsumen untuk mendapatkan kualitas buncis yang

dikehendaki .

b. Memudahkan pemasaran menurut standar mutu.

c. Dapat memberikan keuntungan yang lebih baik jika dibandingkan

dengan penjualan tanpa sortasi dan grading.

d. Dapat memberikan kepuasan dan meningkatkan kepercayaan pada

konsumen sehingga dapat menjamin penjualan yang lebih baik.

3. Pencucian buncis

Tanaman buncis yang disemprot dengan obat pengendali hama atau

penyakit (pestisida), umumnya menghasilkan polong yang masih mengandung

residu pestisida. Residu yang melekat pada buncis sangat membahayakan

kesehatan konsumen. Oleh karena itu buncis yang telah di grading dan sortasi

harus dicuci terlebih dahulu sebelum dijual kepasar. Pencucian buncis

12

Page 13: pkl buncis

dilakukan terpisah menurut kelompok yang telah ditetapkan dalam kegiatan

sortasi dan grading.

Pembersihan residu pestisida yang menempel pada buncis dapat

dilakukan dengan menggunakan Neutral Cleaner Brogdex dan Britex Wax.

Neutral Cleaner Brogdex berfungsi untuk membersihkan residu pestisida yang

terdapat pada buncis dan membunuh hama serta penyakit yang menempel pada

buah buncis. Sedangkan Britex Wax berfungsi untuk memperpanjang umur

kesegaran buncis.

4. Penyimpanan

Buncis termasuk sayuran mudah rusak setelah pemetikan sehingga perlu

penanganan yang tepat untuk memperpanjang kesegaran buncis. Hal ini

menyebabkan sangat diperlukannya teknik penyimpanan yang baik.

Penyimpanan buncis yang kurang baik dapat menyebabkan tingkat kerusakan

yang tinggi. Kegiatan penyimpanan pada dasarnya bertujuan untuk menekan

sekecil mungkin proses kehidupan buncis yang masih berlangsung sehingga

kesegaran buncis tersebut dapat dipertahankan lebih lama. Proses kehidupan

buncis yang telah dipetik dapat diperlambat dengan cara memperlambat laju

penguapan (transpirasi) dan laju pernafasan (respirasi) yang terjadi pada

buncis.

5. Pengepakan dan pengangkutan

Buncis yang akan dipasarkan sebaiknya dikemas dengan baik untuk

memudahkan perhitungan, pengangkutan, dan menambah penampilan menjadi

lebih menarik. Setiap kemasan buncis berisi buncis yang berukuran sama.

13

Page 14: pkl buncis

Selain pengepakan untuk konsumen, juga perlu dilakukan pengepakan untuk

pengangkutan. Kemasan untuk pengangkutan buncis harus memperhatikan

bahan dan desainnya. Bahan kemasan dari keranjang bambu, karton, atau

karung jala cukup baik untuk buncis. Desain kemasan untuk mengangkut

buncis dapat berbentuk segiempat atau bulat yang dindingnya diberi lubang

ventilasi.

Untuk mencegah kerusakan buncis selama pengangkutan hendaknya

memperhatikan hal-hal berikut :

Buncis yang telah dikemas dalam kandong plastik poly ethylene

disusun rapi di dalam kotak emas sampai penuh. Kemudian kotak

ditutup dan diikat dengan tali.

Kotak emas yang telah berisi kemasan buncis disusun rapi di dalam

alat pengangkutan. Antar kotak emas diberi sedikt celah untuk

sirkulasi udara agar keadaan di dalam ruang pengangkutan tidak panas

dan lembab.

Pengangkutan buncis sebaiknya dilakukan pada malam hari untuk

menghindari cuaca yang panas selama perjalanan sehingga penguapan

air yang berlebihan dapat dihindari.

Bila memungkinkan alat pengangkutan dilengkapi dengan ruangan

pendingin atau ruang pengatur atmosfir (menggunakan kontainer).

14

Page 15: pkl buncis

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANG

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Praktik kerja lapangan ini akan dilaksanakan di PT. Bumi Sari Lestari

(Fruits and Vegetables Exporter) di Desa Soropadan di Kecamatan Pringsurat

Temanggung.

2. Waktu

Praktik kerja lapangan ini akan dilaksanakan selama 25 hari kerja,

dimulai antara bulan Januari sampai Februari 2015.

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi atau obyek yang akan dikaji dalam pelaksanaan Praktik kerja

Lapangan ini adalah kondisi umum perusahaan serta kegiatan penanganan

pascapanen buncis prancis di PT. Bumi Sari Lestari (Fruits and Vegetables

Exporter).

C. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam praktik kerja lapangan ini adalah metode

observasi patisipasi yaitu suatu metode pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

dengan mengamati dan mengikuti kegiatan secara aktif yang dilakukan di PT.

Bumi Sari Lestari (Fruits and Vegetables Exporter). Jenis data yang akan diambil

terdiri dari :

15

Page 16: pkl buncis

a. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung ke lapangan

yang bersumber dari informan, dengan memakai teknik pengumpulan data

dan melakukan observasi (pengamatan langsung) partisipasi. Data primer

ini meliputi data gambaran umum perusahaan, visi dan misi perusahaan,

struktur organisasi perusahaan serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan penanganan pascapanen buncis di PT. Bumi Sari Lestari ((Fruits

and Vegetables Exporter).

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung bagi data primer yang diperoleh

dari bahan-bahan literatur seperti buku, jurnal, arsip-arsip resmi meliputi

volume ekspor, volume barang masuk ke gudang, kriteria grade, kriteria

sortasi dan grading serta literatur lainnya yang berkaitan dengan

penanganan pascapanen buncis.

16

Page 17: pkl buncis

IV. JADWAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Pelaksanaan kerja praktik ini akan dilaksanakan dengan alokasi waktu dan

kegiatan yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

No Rencana KegiatanMinggu ke-

1 2 3 4

1

Observasi pendahuluan dan pengenalan PT.

Bumi Sari Lestari Temanggung.

a. Pengenalan lingkungan.

b. Pengenalan produk yang diproduksi.

c. Pengenalan dengan kemitraan.

2

Partisipasi aktif dalam kegiatan di PT. Bumi

Sari Lestari Temanggung.

a. Mengikuti proses kegiatan panen.

b. Mengikuti proses kegiatan pascapanen.

3 Pengambilan data primer.

4Pengambilan data sekunder untuk melengkapi

bahan penyusunan laporan Praktik Kerja

Lapangan.

17

Page 18: pkl buncis

DAFTAR PUSTAKA

Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Buncis. Yogyakarta : Kanisius.

Cahyono, Bambang. 2003. Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani Kacang Buncis. Yogyakarta : Kanisius.

Setianingsih dan Khaerodin. 1993. Pembudidayaan Buncis Tipe Tegak dan Merambat. Penebar Swadaya. Jakarta

Tim Penulis PS. 1993. Sayuran Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta

Nyoman. S. Amtara dan Utama, I. M. S,.2013. Pascapanen Tanaman Tropika : Buah dan Sayur. Tropical Plant Curiculum Project. Udayana University.

18