sop pascapanen buncis - bimpapah.com · buncis yang telah dipanen sering kali mengalami kerusakan...
TRANSCRIPT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN
BUNCIS
DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN
DAN TANAMAN OBAT
DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA
2012
2
KATA PENGANTAR
Dalam rangka pengembangan komoditas buncis yang berdaya saing dan bermutu baik,
serta berorientasi pasar, maka penanganan pascapanen perlu menjadi prioritas. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk memfasilitasi hal tersebut adalah dengan menyusun
Buku SOP (Standard Operasional Prosedur) Pascapanen buncis.
Buku SOP pascapanen buncis ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaku
usaha/petani/petugas untuk melaksanakan pascapanen sehingga dapat meningkatkan
mutu hasil kentang dan mengurangi kehilangan hasil/kerusakan dan mempertahankan
umur simpan.
Buku ini disusun bersama-sama dengan para pakar dari Perguruan Tinggi (UNPAD), Balai
Penelitian Sayuran dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Instansi terkait
dan para petani buncis dan pelaku usaha yang menangani kegiatan pascapanen buncis.
Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku SOP Pascapanen buncis. Kami
menyadari Buku ini masih jauh dari sempurna, karena itu memerlukan saran dan
masukkan dari berbagai pihak dan para pembaca yang budiman semoga buku pedoman
ini akan banyak manfaatnya.
Jakarta, Mei 2012
Direktur Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat
Dr. Ir. Yul. H.Bahar
3
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab : Dr. Ir. Yul Harry Bahar
Direktur Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat
Tim Penyusun :
1. Prof. DR. Tino Mutiarawati
2. Dr. Ali Asgar
3. Dr. Nandang
4. Ir. Yanuardi .MM
5. Ir. Sussy Dwi Gustini
6. Pelaku Usaha Kabupaten Garut
7. Petugas Dinas Pertanian Kabupaten Garut
8. Petugas Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat
9. Fajar Anggraeni, SP
10. Mat Amin, AMd
Editor : Ir. Yanuardi .MM
Ir. Sussy Dwi Gustini
Fajar Anggraeni, SP
4
PENDAHULUAN
Buncis (Phaseolus vulgaris .L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak
dimanfaatkan baik oleh ibu rumah tangga maupun industri pengolahan yang
membutuhkan dalam jumlah besar. Selain dikonsumsi di dalam negeri, buncis merupakan
produk ekspor ke Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia, dan Inggris. Bentuk ekspor
tersebut bermacam-macam, dalam bentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan, dan
ada pula yang berbentuk biji kering.
Saat ini produksi buncis dalam negeri relatif masih rendah. Usaha-usaha
peningkatan produktivitas bisa dilakukan dengan cara intensifikasi, antara lain
penggunaan bibit unggul, perbaikan cara bercocok tanam dan penanganan pasca panen
yang baik.
Tanaman buncis mempunyai dua tipe pertumbuhan, yaitu :
a. Tipe membelit atau merambat
Tanaman tipe ini pertumbuhannya membelit atau merambat sehingga memerlukan
turus atau lanjaran setinggi kurang lebih 2 meter.
b. Tipe tegak (ajirnya pendek)
Tanaman tipe ini biasanya berbentuk semak dan memiliki tinggi sekitar 30 cm. Ruas
batangnya agak pendek, percabangannya rendah dan sedikit. Dengan demikian jenis
ini termasuk yang disarankan untuk ditanam karena dengan tidak digunakannya turus
dapat memperkecil biaya produksi.
Buncis yang telah dipanen sering kali mengalami kerusakan akibat pengangkutan
hasil produk dari lapangan atau penanganan pasca panen yang kurang intensif sehingga
tidak sedikit hasil panen terbuang sia-sia. Cara untuk mengatasi masalah tersebut yaitu
dengan melakukan kegiatan yang intensif pada setiap tahapan mulai dari kegiatan
budidaya di lapangan, pengangkutan, perlakuan pasca panen dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan penyimpanan seperti suhu dan kelembaban,
sampai dengan pemasaran. Penanganan pasca panen yang baik memerlukan koordinasi
dan integrasi yang hati-hati dari seluruh tahapan dari pemanenan sampai ke tingkat
konsumen untuk mempertahankan mutu. Buncis yang selesai dipanen harus segera
dilakukan penanganan pasca panen agar mutunya dapat dipertahankan tetap tinggi serta
kehilangan hasil dapat ditekan, sehingga mutu buncis bisa mendekati standar yang telah
5
ditetapkan oleh pasar.
Penanganan panen buncis dilakukan dengan cara memetik dengan tangan dan
dilakukan secara bertahap setiap 2 hari sekali, untuk kriteria kualitas ‘Super’ panen
dilakukan setiap hari, panen dihentikan bila tidak ada lagi polong buncis ‘layak pasar’
yang bisa dipanen pada tanaman tersebut.
Jenis buncis yang banyak diusahakan petani adalah varietas Gipsy 1-2, Lebat
,varietas Green Ambro, baby buncis dll.
Tujuan pemasaran buncis pada umumnya adalah pasar segar yaitu untuk pemasaran
konsumsi segar (Pasar induk, Supermarket), kemudian untuk pasar ekspor.
Target standar buncis yang akan dicapai dalam rangka penerapan Standar
Operasional Prosedur Pascapanen ini adalah :
Ukuran buncis sesuai permintaan pasar, bentuk sesuai deskripsi varietas, buncis tidak
cacat, tidak terkontaminasi benda lain, tidak melebihi ambang batas residu pestisida,
menghasilkan buncis yang bermutu, menekan tingkat kehilangan hasil ≤ 10 %, dan
meningkatkan efisiensi agribisnis buncis.
REFEREENSI
1. DR. Tino Mutiarawati (Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran) 2. DR. Ali Asgar (BALITSA) 3. DR. Nandang Sunandar (BPTP JABAR) 4. Pengalaman petani buncis, Kel Tani Tunas Tani (ketua: Sofyan) di Desa
Sindangprabu Kecamatan Wanaraja Kab: Garut. Provinsi Jawa Barat.
6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PASCAPANEN BUNCIS
Standar Operasional Prosedur Nomor:
SOP B. I
Tanggal Dibuat ……………..
Penentuan Waktu Panen dan Penanganan panen
Revisi…….. Tanggal……..
Disahkan ……………..
I. PENENTUAN WAKTU PANEN DAN PENANGANAN PANEN
A. Pengertian - Penentuan waktu panen :
Penentuan waktu panen : panen berdasarkan penampilan polong, seperti ukuran/panjang polong, tonjolan biji belum terlihat.
- Penanganan panen : Penanganan panen dilakukan dengan cara memetik dengan tangan dan dilakukan secara bertahap setiap 2 hari sekali, untuk kriteria kualitas ‘super’ panen dilakukan setiap hari, panen dihentikan bila tidak ada lagi polong buncis ‘layak pasar’ yang bisa dipanen pada tanaman tersebut.
B. Tujuan : Dapat melakukan pemanenan buncis yang baik dan mendapatkan hasil panen
dengan produksi dan kualitas yang tinggi.
C. Standar Penentuan Waktu dan Penanganan Panen 1. Penentuan saat panen dilakukan dengan melihat perkembangan fisik polong.
2. Umur panen pada dasarnya ditentukan oleh varietas, lokasi penanaman dan
pemeliharaan.
D. Alat dan Bahan Penentuan Waktu dan Penanganan Panen 1. Pengamatan visual (tidak membutuhkan alat bantu).
2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
7
Standar Operasional Prosedur Nomor:
SOP B.I
Tanggal Dibuat ……………..
Penentuan Waktu (Kematangan) dan Penanganan panen
Revisi…….. Tanggal……..
Disahkan ……………..
E. Prosedur Kerja penentuan waktu dan penanganan panen: 1. Lakukan pengamatan secara visual terhadap ukuran dan bentuk polong.
2. Tetapkan waktu dan interval panen.
3. Siapkan alat yang di butuhkan untuk pemanenan.
4. Lakukan pemetikan terhadap polong yang sudah memenuhi ciri – ciri :
a. Ukuran sesuai permintaan, kultivar dan jenis
b. Biji dalam polong belum menonjol
c. Panen juga semua polong yang cacat, terlalu besar, kena hama penyakit
(segera di pisahkan)
5. Catat sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja (Tabel 1,
lampiran)
F. Sasaran
Untuk mendapatkan hasil buncis dengan menentukan waktu panen yang tepat, sehingga sesuai dengan kriteria dan kualitas yang diminta pasar serta memperoleh produktivitas yang optimal.
8
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP B. II
Tanggal Dibuat ……………..
Perlakuan Segera Setelah Panen
Revisi……. Tanggal ……..
Disahkan ……………..
II. PERLAKUAN SEGERA SETELAH PANEN
A. Pengertian
“Perlakuan segera setelah panen” adalah tindakan – tindakan yang harus
dilakukan pada komoditas segera setelah panen. Pada buncis tindakan ini berupa
pengumpulan, menyimpan ditempat teduh untuk mengurangi suhu panas yang
terbawa dari lapangan
B. Tujuan
Perlakuan segera setelah panen untuk mengurangi kerusakan yang dapat terjadi
setelah panen dan mempertahankan kualitas serta memperpanjang masa simpan.
C. Standar Perlakuan segera setelah panen:
1. Tempat pengumpulan hasil panen buncis harus terlindung dari sinar matahari
langsung dan hujan serta dekat dengan lokasi panen.
2. Isi kontainer/wadah panen tidak boleh terlalu padat untuk mengurangi suhu
panas pada buncis dan memudahkan pengangkutan ke gudang/packinghouse.
D. Alat dan Bahan
1. Wadah tempat penampungan (keranjang plastik/kontainer)
2. Tenda panen/saung
3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
9
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP B.II
Tanggal Dibuat ……………..
Perlakuan Segera Setelah Panen
Revisi……. Tanggal ……..
Disahkan ……………..
E. Prosedur Kerja Perlakuan segera setelah panen
1. Siapkan tempat pengumpulan yang bisa melindungi buncis dari sinar
matahari dan hujan.
2. Kumpulkan hasil panen di tempat yang telah di sediakan.
3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 2, lampiran)
F. Sasaran
Pengumpulan hasil buncis yang baik dan mempertahankan kualitas.
10
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP B. III
Tanggal Dibuat ……………..
Sortasi dan Grading Revisi ……. Tanggal ………
Disahkan ……………..
III. SORTASI DAN GRADING
A. Pengertian
Kegiatan sortasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan
mutu yang baik dengan cara mensortir antara produk yang baik dengan yang
rusak. Produk yang baik adalah produk yang bebas dari cacat (polong sudah
tua, bengkok, bentuk menyimpang) atau kerusakan fisik akibat kegiatan panen
maupun serangan hama penyakit. Setelah sortasi dilakukan
pengkelasan(grading) sesuai dengan Standar Mutu yang diinginkan
pasar/buyer (ekspor), atau kesepakatan lainnya.
Grading adalah pengkelasan/penggolongan buncis berdasarkan tingkatan
kualitas.
B. Tujuan
Untuk mendapatkan mutu buncis yang baik dengan cara mensortir antara
produk buncis yang super dan BS (Below Standard/di bawah standar) serta
sekaligus melakukan proses pengkelasan berdasarkan tingkatan kualitas buncis
sesuai permintaan pasar.
C. Standard Grading
Pengkelasan buncis berdasarkan tingkatan kualitas sesuai permintaan pasar.
D. Bahan dan Alat
1. Meja sortir dan kursi untuk grading
2. Kontainer box untuk meletakan buncis yang sudah di sortasi dan di grading
3. Tempat sampah untuk membuang buncis yang rusak/busuk.
4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
11
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP B. III
Tanggal Dibuat ……………..
Grading Revisi ……. Tanggal ………
Disahkan ……………..
E. Prosedur Kerja Grading
1. Siapkan meja untuk grading
2. Lakukan persiapan untuk keperluan pasar lokal, cukup memisahkan antara
buncis kualitas Super A (ukuran 18 – 20 cm), Super B (21 - 22 cm) Baby
(8 – 13 cm). Lakukan pengkelasan buncis berdasarkan kualitas (ukuran,
bentuk, keseragaman, kecacatan).
4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 3)
F. Sasaran
Untuk mengkelaskan buncis berdasarkan kualitas mutu yang diinginkan
konsumen.
12
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP B. IV
Tanggal Dibuat ……………..
Pengemasan Revisi ……… Tanggal ………..
Disahkan ……………..
IV. PENGEMASAN
A. Pengertian
Pengemasan adalah proses perlindungan komoditas buncis dari gangguan faktor
luar yang dapat mempertahankan kualitas dan masa simpan, memudahkan
penanganan dan meningkatkan nilai jual produk.
B. Tujuan
Untuk melindungi komoditas buncis dari kerusakan mekanis, menciptakan daya
tarik bagi konsumen dan memberikan nilai jual produk buncis tersebut dan
memperpanjang umur simpan.
C. Standar Pengemasan
1. Bahan kemasan yang digunakan untuk buncis harus dapat menjaga dan
mempertahankan/melindungi mutu buncis dari pengaruh luar dan kerusakan
mekanis, fisiologis dan biologis.
2. Bahan kemasan terbuat dari bahan yang aman, ramah lingkungan dan tidak
merusak buncis.
3. Kemasan yang umum digunakan : kantong plastik, keranjang plastik, kardus,
tray, wrapping plastic, dan dilengkapi dengan label (keterangan produk, asal,
berat, kualitas)
D. Alat dan Bahan :
1. Keranjang plastik
2. Kantung plastik
3. Kardus
4. Tray
5. Wrapping plastic
6. Mesin wrapping
13
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP B. IV
Tanggal Dibuat ……………..
Pengemasan Revisi ……… Tanggal ………..
Disahkan ……………..
7.Label (ket. produk, asal, berat, kualitas)
8. Timbangan
9. Tali/plester
10. Alat tulis/ blangko isian untuk mencatat kegiatan
E. Prosedur Kerja Pelaksanaan :
1. Lakukan pengemasan buncis dengan menggunakan kantung plastik
berlubang dengan kapasitas disesuaikan dengan permintaan pasar.
2. Lakukan pengemasan buncis untuk pemasaran luar daerah dengan
menggunakan kardus yang sudah dilubangi untuk fentilasi udara.
3. Lakukan pengemasan untuk pasar swalayan dengan tray dan ditutup plastik
wrapping atau kemasan dengan kantong plastik transparant yang dilubangi
dengan berat 0,25 kg. Lubang kantong plastik berfungsi mencegah
terjadinya pengembunan udara dalam plastik yang dapat membusukkan
buncis.
4. Lakukan pengemasan buncis untuk ekspor dengan kemasan kardus khusus
dari eksportir lengkap dengan nama dagang dan tanggal panen. Kardus
diberi lubang kecil dengan ukuran kardus untuk kapasitas 5 – 10kg (sesuai
permintaan pasar).
5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 4).
F. Sasaran
Untuk mendapatkan hasil buncis dengan kemasan yang sesuai permintaan pasar
dan mengurangi kerusakan mekanis, fisiologis dan biologis saat pengangkutan.
14
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP B. V
Tanggal Dibuat ……………..
Penyimpanan Revisi ……. Tanggal ………
Disahkan ……………..
V. PENYIMPANAN (Bila diperlukan )
A. Pengertian
Penyimpanan produk akhir dilakukan untuk mempertahankan daya simpan produk
buncis sehingga terhindar dari kerusakan, dapat mengendalikan transpirasi,
respirasi dan dapat mempertahankan kesegarannya. Penyimpanan dilakukan di
ruangan yang berudara sejuk dan kering.
B. Tujuan
Mempertahankan masa simpan dan menjaga kualitas buncis, menampung produk
buncis yang melimpah dan membantu dalam pengaturan pemasaran serta
meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen.
C. Standar Penyimpanan
1. Mengendalikan laju transpirasi, respirasi dan mencegah serangan penyakit.
2. Mempertahankan/memperpanjang daya simpan buncis.
3. Mempertahankan kesegaran buncis.
4. Temperatur penyimpanan di atur pada suhu 5 – 7 ºC dengan kelembaban 70
- 80%.
5. Ruangan penyimpanan harus memiliki sirkulasi udara yang baik.
D. Alat dan Bahan
1. Ruang berpendingin
2. Thermometer
3. Keranjang plastik.
4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
15
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP T. V
Penyimpanan Revisi ……. Tanggal ………
Disahkan ……………..
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan tempat penyimpanan buncis ditempat yang terpisah, bersih, aman
dari gangguan hama penyakit.
2. Siapkan tempat penyimpanan berpendingin yang dapat mengendalikan
transpirasi (penguapan), respirasi (pernafasan) dan mempertahankan
kesegaran.
3. Gunakan wadah, keranjang, pembungkus dengan rapi dan bersih sehingga
terlindung dari kontaminasi silang.
4. Lakukan penyimpanan dengan sistem refrigarasi untuk buncis yang dikemas
tujuan pasar swalayan dan restaurant bila tidak langsung dipasarkan.
6. Lakukan pengiriman segera.
5. Apabila tidak langsung dipasarkan lakukan penyimpanan pada ruangan
berpendingin pada suhu 5 - 7º C dan kelembaban 70 - 80%.
6. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 5)
F. Sasaran
Untuk mempertahankan kesegaran buncis.
16
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP B. VI
Tanggal Dibuat ……………..
Pengangkutan Revisi …….. Tanggal ……….
Disahkan ……………..
VI. PENGANGKUTAN
A. Definis i
Pengangkutan produk sayuran khususnya buncis merupakan kegiatan untuk
memindahkan produk tersebut dari suatu tempat ke tempat lain dengan
mempertahankan mutu produk. Mulai dari produsen sampai ke konsumen akhir.
B. Tujuan
Untuk distribusi produk agar sampai di konsumen akhir dengan kualitas yang baik.
Perlu diperhatikan sifat/ karakteristik produk yang diangkut, lamanya perjalanan,
alat sarana pengangkutan yang digunakan.
C. Standar Pengangkutan
1. Sarana atau alat angkutan yang digunakan harus bersih, mudah dibersihkan
serta mampu menjaga produk buncis tersebut dari kerusakan fisik maupun
fisiologis. Sarana angkutan yang tidak berpendingin harus mempunyai fentilasi
yang memadai.
2. Produk sayuran buncis harus diletakkan secara teratur (posisi tidur) di dalam
sarana angkutan dengan mempertimbangkan ketinggian tumpukan kemasan.
3. Produk buncis yang diangkut harus terhindar dari sinar matahari langsung
selama pengangkutan.
4. Lakukan pencatatan kuantitas dan tujuan pengiriman.
17
Standar Operasional Prosedur
Nomor: SOP B . VI
Tanggal Dibuat ……………..
Pengangkutan Revisi …….. Tanggal ……….
Disahkan ……………..
D. Alat dan Bahan
1. Alat pengangkutan dengan persyaratan : harus bersih, mudah dibersihkan
2. Sarana pengangkutan berpendingin/tidak berpendingin.
3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan alat atau sarana angkutan yang akan digunakan disesuaikan dengan
tujuan pasar dan volumenya.
2. Gunakan sarana angkutan yang berpendingin, apabila tidak berpendingin
harus dilengkapi atap/penutup yang mempunyai fentilasi yang cukup.
3. Jaga kondisi udara (suhu dan kelembaban) dalam alat pengangkut.
4. Lakukan penataan kemasan buncis dalam sarana pengangkutan dengan
teratur untuk menghindari benturan, gesekan dan tekanan serta tidak boleh
jatuh atau bergeser. Jangan melebihi kapasitas angkut dan
mempertimbangkan ketinggian tumpukan kemasan.
5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan pada buku kerja
(Tabel 6)
F. Sasaran
Mendistribusikan buncis dengan alat transportasi yang sesuai sehingga sampai ke konsumen dengan kondisi baik.
18
BUKU KERJA
Tabel. 1 Form Catatan Kegiatan Penentuan Waktu Panen Buncis
Nama Petani : Varietas : Luas Tanam : Alamat Lahan : Desa.................... Kecamatan...........................Kab...............
No Tanggal
Waktu Panen* Luas
Panen(Ha)
Produksi
(Kg) Petugas
Keterangan : * Pagi 07.00 – 10.00 Siang ≥ 10.00 – 14.00 Sore ≥ 14.00 – 18.00
19
Tabel. 2 Form Kegiatan perlakuan segera setelah panen Buncis
Nama Petani :............. Alamat Lahan :..............
No
Hasil Perlakuan segera setelah panen
Hasil akhir
Pengumpulan Pendinginan Sortasi Treatment
Tabel. 3 Form Catatan Kegiatan Grading Buncis
Nama Petani :............. Alamat Lahan :.............
No Standar Super A (kg) Super B Ke1(kg) Baby (kg) Kesepakatan
(kg)
2 3
....... .......
Total
20
Tabel. 4 Form Catatan Pengemasan Buncis
Nama Petani : ………………….. Alamat Lahan : …………………..
Tanggal Bahan kemasan Ukuran dan berat
kemasan (kg) Tujuan pasar Petugas
Tabel 5. Form Catatan Kegiatan Penyimpanan Buncis
Nama Petani : ………………….. Alamat Lahan : …………………..
Tanggal Ruang
Penyimpanan Tujuan
Pemasaran Cara Penyimpanan Petugas
21
Tabel 6. Form Pengangkutan
Nama Petani : ………………….. Alamat Lahan : …………………..
Tanggal Tujuan
Pengiriman Jenis alat angkut
Jumlah Pengiriman
(Ton)
Lama Perjalanan
Petugas