isine buncis

39
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UDU KYE Kacang buncis tegak atau biasa di sebut kacang jogo mempunyai nama ilmiah Phaseolus vulgaris L. Kacang buncis ini biasa dinamakan kidney beans, karena tidak merambat tetapi tumbuh secara tegak tanpa ajir, buncis tegak dapat dipanen polong tua atau bijinya saja tapi bisa dipanen dalam keadaan muda sebagai sayuran. Peningkatan produksi buncis tegak mempunyai arti penting dalam menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdayaguna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang buncis tegak atau kacang jogo biasanya di konsumsi bijinya, polong buncis selain memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap (protein, karbohidrat, vitamin, serat kasar, dan mineral) juga mengandung zat-zat lain yang berkhasiat sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Misalnya, kandungan gum dan pectin dapat menurunkan 1

Upload: wahid-arifudin

Post on 27-Nov-2015

119 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

file kulyh

TRANSCRIPT

Page 1: isine buncis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

UDU KYE

Kacang buncis tegak atau biasa di sebut kacang jogo mempunyai nama

ilmiah Phaseolus vulgaris L. Kacang buncis ini biasa dinamakan kidney beans,

karena tidak merambat tetapi tumbuh secara tegak tanpa ajir, buncis tegak dapat

dipanen polong tua atau bijinya saja tapi bisa dipanen dalam keadaan muda

sebagai sayuran.

Peningkatan produksi buncis tegak mempunyai arti penting dalam

menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdayaguna bagi usaha

mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang buncis tegak atau

kacang jogo biasanya di konsumsi bijinya, polong buncis selain memiliki

kandungan gizi yang cukup lengkap (protein, karbohidrat, vitamin, serat kasar,

dan mineral) juga mengandung zat-zat lain yang berkhasiat sebagai obat untuk

berbagai macam penyakit. Misalnya, kandungan gum dan pectin dapat

menurunkan kadar gula darah, kandungan lignin berkhasiat untuk mencegah

kangker usus besar dan kangker payudara. Di samping itu polong buncis juga

berkhasiat untuk menurunkan kolesterol darah, mencegah penyebaran sel kangker,

menurunkan tekanan darah, mengontrol insulin dan gula darah, mengatur fungsi

pencernaan, mencegah konstipasi, sebagai antibitik, mencegah hemmorhoid, dan

masalah pencernaan lainnya (Bambang, 2003).

1

Page 2: isine buncis

Table 1. Kandungan nilai gizi dan kalori kacang buncis per 100 gram No Jenis Zat Gizi Jumlah Kandungan Gizi

1 Energi / Kalori 35.00 kal2 Protein 2,40 g3 Lemak 0,20 g4 Karbohidrat 7,70 g5 Kalsium 6,50 g6 Fosfor 4,40 g7 Serat 1,20 g8 Besi 1,10g9 Vitamin A 630,00 Sl10 Vitamin B1 0,08 mg11 Vitamin B2 0,10 mg12 Vitamin B3 0,70 mg13 Vitamin C 19,00 mg14 Air 89 g

Sumber: (Emma, 1994).

Salah satu faktor penunjang produksi tanaman buncis tegak yang

tergolong sangat penting adalah jenis tanah. Meskipun tanah telah mempunyai

sifat kimia yang baik, tetapi tidak ditunjang dengan sifat fisika tanah yang baik

maka produksi tanaman tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Tekstur

dan struktur tanah adalah bagian dari sifat fisika tanah yang berperan penting

dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena kedua faktor tersebut secara

langsung dapat membatasi penetrasi akar dan secara tidak langsung

mempengaruhi penyediaan dan kandungan air serta udara tanah (Kramer, 1983)

Salah satu tanah yang mempunyai sifat fisika bermasalah yaitu Ultisol.

Hambatan utama dalam pengembangan ultisol untuk pertanian disamping sifat

kimia yang rendah adalah sifat fisika yang jelek. Sifat fisika tanah merupakan

unsur lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tersedianya air, udara tanah

dan secara tidak langsung mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman. Sifat

ini juga akan mempengaruhi potensi tanah untuk berproduksi secara maksimal.

Diantara sifat fisika tanah yang penting dan berpengaruh dalam usaha pertanian

2

Page 3: isine buncis

adalah tekstur, struktur, kelembaban tanah, berat volume tanah, total ruang pori,

kematangan tanah, tingkat dekomposisi bahan organik dan permeabilitas tanah,

Sebagian sifat fisika tanah seperti struktur, dan tekstur tanah dapat dimodifikasi

dengan penambahan pupuk (Yulnafatmawita, 2008).

Sebagian besar petani kita masih menggunakan pupuk kimia yang dijual di

toko-toko pertanian, padahal seperti yang telah kita ketahui bersama pupuk kimia

dapat menyebabkan defisit beberapa unsur hara dan terjadinya penumpukan unsur

hara lain serta dapat menyebabkan tanah menjadi asam yang apabila dibiarkan

secara terus menerus tanah menjadi tidak subur bahkan tidak bisa ditanami.

Dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi dengan cara

mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih dengan menggunakan pupuk

hayati dan pupuk organik (kompos, dan kandang).

Pupuk organik (pupuk kandang, dan pupuk kompos) adalah jenis pupuk

yang berasal dari bahan-bahan organik. Pupuk kandang berasal dari kotoran

hewan ternak seperti kambing, kuda, sapi, dan kerbau, dan pupuk kompos adalah

pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman yang telah membusuk, pupuk organik

ini akan menambah kesuburan tanah, dan mampu memperbaiki struktur tanah.

Pupuk hayati adalah pupuk yang didalamnya terdapat inokulan berbahan aktif

organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi

tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman (Simanungkalit dkk, 2006).

Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) adalah salah satu cendawan yang

hidup di dalam tanah. CMA dapat bersimbiosis dengan sebagian besar (97%)

famili tanaman, seperti tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, perkebunan, dan

3

Page 4: isine buncis

tanaman pakan. Cendawan mikoriza arbuskula termasuk dalam ordo Glomales

(Zygomycotona) dan terdiri dari dua sub ordo, yaitu Glomineae dan

Gigasporineae. Sub ordo Glomineae dibagi dalam dua famili, yaitu Glomaceae

dan Acaulosporaceae, sedangkan Gigasporineae terdiri atas dua genus, yaitu

Gigaspora dan Scutellospora. Kedua genus tersebut dapat dibedakan berdasarkan

pembentukan sporanya (Nuhamara 1993).

Penelitian mengenai mikoriza telah mulai banyak dilakukan, bahkan usaha

untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini disebabkan oleh

peranannya yang cukup membantu dalam meningkatkan kualitas tanaman. Seperti

yang disampaikan oleh Yusnaini (1998), bahwa VAM dapat membantu

meningkatkan produksi kedelai pada tanah ultisol di Lampung. Bahkan pada

penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa penggunaan VAM ini dapat

meningkatkan produksi jagung yang mengalami kekeringan sesaat pada fase

vegetatif dan generatif (Yusnaini et al., 1999). Setiadi (2003), menyatakan bahwa

mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap

kondisi lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-

logam berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat disepakati jika terdapat

komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup menjanjikan dalam bidang

agribisnis.

4

Page 5: isine buncis

B. Permasalahan dalam Penelitian

Permasalahan dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman buncis tegak pada ultisol?

2. Bagaimana pengaruh pupuk hayati Mikoriza terhadap pengurangan dosis

anjuran pupuk kimia bagi pertumbuhan dan produksi buncis tegak pada

ultisol?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji pengaruh pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman buncis tegak pada ultisol

2. Mengkaji dosis anjuran pupuk kimia terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman buncis tegak pada ultisol

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan teknologi budidaya buncis tegak dengan cara memanfaatkan

pupuk hayati Mikoriza sehingga menjadi pertanian yang berkelanjutan

5

Page 6: isine buncis

2. Menyumbangkan pengetahuan yang tepat mengenai pengaruh pupuk hayati

mikoriza campuran dua jenis Glomus dan Gigaspora dan pengurangan dosis

pupuk Urea, SP-36 dan KCL terhadap pertumbuhan dan produksi buncis

tegak pada tanah ultisol.

6

Page 7: isine buncis

II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Pemikiran

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) termasuk sayuran polong semusim yang

berumur pendek. Menurut Cahyono, (2007) tanaman buncis tegak di

klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plant Kingdom

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub kelas : Calyciflorae

Ordo : Rosales (Leguminales)

Famili : Leguminosae (Papilionaceae)

Sub famili : Papillionaciae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris L.

Tanaman buncis tegak memiliki tinggi tanaman antara 30-50 cm, tanpa

merambat dengan jumlah buku sedikit dan pembungaannya terbentuk diujung

batang utama (Titi S, 1993).

Pertumbuhan dan produksi tanaman buncis dipengaruhi oleh sifat fisiologi

danmorfologi tanaman. Arsitektur suatu tanaman dicerminkan oleh bentuk

tajukdansangat mempengaruhi proses fotosintesis. Umumnya, sistem perakaran

7

Page 8: isine buncis

tanaman buncis tidak besar atau ekstensif, berakar tunggang dan serabut dengan

percabangan lateral dangkal dan dapat tumbuh hingga sekitar kurang lebih 1

meter. Batang tanaman ini bentuknya pendek, bercabang banyak, beruas-ruas,

berbulu halus, dan tanaman tampak rimbun daunnya bulat lonjong, ujung daun

runcing, tepi daun rata berbulu sangat halus, tulang daun menyirip. Daun

berukuran kecil lebarnya 6-7.5 cm dan panjangnya 7.5-9 cm, sedangkan yang

berukuran besar lebarnya 10-11 cm dan panjangnya 11-13 cm (Cahyono, 2007).

Posisi duduk daun tegak agak mendatar dan bertangkai pendek dan setiap

cabang terdapat tiga daun menyirip yang kedudukannya berhadapan. Ukuran daun

sangat bervariasi tergantung varietasnya (Cahyono, 2007). Selanjutnya

Wuryaningsih dkk (2001) menyatakan daun merupakan salah satu organ tanaman

yang menjadi tempat berlangsungnya proses fotosintesis yang menghasilkan

karbohidrat. Karbohidrat hasil fotosintesis akan digunakan untuk pertumbuhan

dan perkembangan organ-organ lainnya. Dengan jumlah daun yang cukup,

tanaman dapat melakukan fotosintesis secara optimal, sehingga dapat

meningkatkan kualitas bunga dan polong berisi.

Bunga tanaman buncis tergolong bunga sempurna atau berkelamin dua

(hermaprodit), ukurannya kecil, bentuk bulat panjang (silindris) berukuran kurang

lebih 1 cm (Cahyono, 2007) dan tumbuh dari cabang yang masih muda atau pucuk

muda berwarna putih, merah jambu dan ungu. Bunga menyerbuk sendiri dengan

bantuan angin dan serangga. Polong bentuknya ada yang pipih lebar memanjang

kurang lebih 20 cm, bulat lurus dan pendek kurang lebih 12 cm dan bulat panjang

kurang lebih 15 cm. Susunan polong bersegmen dengan jumlah biji 5-14 / polong.

8

Page 9: isine buncis

Ukuran dan warna polong bervariasi tergantung kepada jenis varietas. Biji

berukuran agak besar, bentuknya bulat lonjong dan pada bagian tengah

melengkung (cekung), berat 100 biji 16-40.6 g berwarna hitam. (Cahyono, 2007

dan Sentra Informasi Iptek, 2008). Bagian dari komponen pertumbuhan dan

produksi tanaman buncis sangat bervariasi sesuai dengan kondisi masing-masing

varietas.

Umumnya tanaman buncis ditanam di dataran tinggi 1.000-1.500 m dpl

dengan iklim kering dan sudah diuji pada dataran medium 300-760 m dpl di

Tapanuli Selatan dan bisa jadi dapat ditanam pada dataran rendah di bawah 300 m

dpl (Cahyono, 2007).

Agar pertumbuhan tanaman buncis tegak optimum maka harus di tanam

pada jenis tanah yang sesuai. Tanah yang sesuai untuk tanaman buncis adalah

tanah andosol dan regosol yang terdapat di daerah pengunungan serta pH tanah

yang di kehendaki pH adalah 5.5-6.0, gembur dengan tekstur tanah liat sampai

liat berpasir (Thompson dan Kelly, 1957) dan lempung berliat dengan suhu tanah

rata-rata 18–3000C (SentraInformasi Iptek, 2008).

Penelitian di lakukan di Desa Suro, kecamatan Kalibagor, kabupaten

Banyumas yang memiliki jenis tanah ultisol. Ultisol merupakan tanah yang telah

mengalami pelapukan lanjut dan berasal dari bahan induk yang sangat masam.

Tanah di lokasi penelitian mengandung bahan organik rendah dan strukturnya

tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi. Pembentukan tanah berjalan

cepat di daerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi.

Seperti halnya di Indonesia, ultisol telah mengalami pencucian yang sangat

9

Page 10: isine buncis

intensif menyebabkan ultisol memiliki kejenuhan basa yang rendah dan pelapukan

mineral yang rendah (Hardjowigeno, 1987).

Ultisol sering di identikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi

sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial. Apabila

dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada, ultisol ternyata

dapat merupakan lahan potensial apabila di beri perlakuan yang tepat. Untuk

meningkatkan produktivitas ultisol, dapat dilakukan melalui pemupukan,

penambahan bahan organik, drainase, pengolahan tanah yang seminimum

mungkin, dan pengapuran. Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi

sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada

ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai

pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang

terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh racun dari aluminium dan

penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Hakim dkk, 1986).

Untuk membantu memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah agar dapat

mencapai kondisi lahan yang tepat untuk pertumbuhan tanaman buncis tegak

adalah salah satunya dibantu dengan pemupukan. Pemilihan jenis pupuk yang

tepat sangat membantu dalam mempengaruhi sifat-sifat ultisol. Pupuk yang

digunakan pada ultisol di desa Suro adalah pupuk mikoriza dan pupuk organik

(kompos). Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pupuk organik adalah pupuk

yang tidak akan menimbulkan kerusakan pada tanah, pupuk organik memiliki

banyak manfaat untuk tanah khususnya ultisol, manfaat tersebut di antaranya

adalah: dapat menyuburkan tanah, meningkatkan struktur dan tekstur tanah serta

10

Page 11: isine buncis

tidak meninggalkan residu dalam tanah, dan penggunaan pupuk hayati seperti dari

mikoriza merupakan tindakan yang tepat, karena mikoriza dapat membantu dalam

memperbaiki sifat tanah yaitu sifat kimia, biologi maupun fisika tanah.

Mikoriza merupakan suatu struktur khas pada sistem perakaran yang

terbentuk karena adanya simbiosis mutualistik antara cendawan (myces) dan akar

(ryza) dari tumbuhan tingkat tinggi. Mikoriza dapat dibedakan berdasarkan cara

infeksinya pada perakaran tanaman inang, yaitu 1). Endomikoriza merupakan

struktur mikoriza pada lapisan yang terbentuk sampai ke dalam sel korteks akar,

Endomikoriza biasa hidup pada tanaman semusin seperti tanaman sesayuran,2).

Ektomikoriza merupakan struktur mikoriza pada lapisan luar akar tidak sampai

menginfeksi ke dalam sel korteks akar, Ektomikoriza biasa hidup pada tanaman

tahunan seperti pada jati, mangga dan lengkeng. 3). Ektendomikoriza merupakan

struktur mikoriza yang dapat membentuk jala hartig dan dapat menembus sel

korteks Ektendomikoriza biasa hidup pada tanaman tahunan dan semusim

(Hardjowigeno, 1989).

Pada dasarnya cendawan mikoriza dapat dikelompokkan berdasarkan

struktur morfologi dan anatomi struktur spesifiknya (Brundrett, 2004).

Berdasarkan hal tersebut cendawan mikoriza dapat dibagi menjadi 2 yaitu

cendawan mikoriza arbuskular (CMA) dan ektomikoriza (EKM). Dari kedua

jenis tersebut CMA merupakan kelompok cendawan mikoriza yang paling sering

diteliti dan dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan pertumbuhan dan

produksi tanaman.

11

Page 12: isine buncis

Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) adalah salah satu cendawan yang

hidup di dalam tanah. Cendawan ini selalu berasosiasi dengan tanaman tingkat

tinggi dan keduanya saling memberikan keuntungan (Nuhamara 1993). Manfaat

CMA dapat dikelompokkan menjaditiga, yaitu untuk tanaman, ekosistem,dan bagi

manusia. Bagi tanaman, CMAsangat berguna untuk meningkatkanserapan hara,

khususnya unsur fosfat (P).

Bolan (1991) menyatakan bahwa kecepatanmasuknya hara P ke dalam

hifaCMA dapat mencapai enam kali lebihcepat pada akar tanaman yang

terinfeksiCMA dibandingkan dengan yang tidakterinfeksi CMA. Hal ini terjadi

karenajaringan hifa eksternal CMA mampu memperluasbidang serapan. Hasil

penelitianserapan hara lainnya dilaporkan olehKabirun (2002), Hasanudin (2003),

danMusfal (2008), yaitu CMA dapat meningkatkanserapan nitrogen (N) dan

kalium(K). Tarafdar dan Rao (1997) juga menyatakan bahwa pemberian CMA

pada tanamankacang-kacangan dapat meningkatkanserapan unsur mikro Cu dan

Zn.

Bolan (1991) menyatakan bahwa manfaat CMA bagi ekosistem adalah

sebagai penghasilenzim fosfatase yang dapatmelepaskan unsur P yang terikat

unsur Aldan Fe pada lahan masam dan Ca padalahan berkapur sehingga P akan

tersediabagi tanaman. CMA juga berperan dalammemperbaiki sifat fisik tanah,

yaitu membuattanah menjadi gembur.

Wright dan Uphadhyaya (1998), menyatakan bahwa CMAmelalui akar

eksternalnya menghasilkansenyawa glikoprotein glomalin dan asam-asamorganik

yang akan mengikat butir-butirtanah menjadi agregat mikro.Selanjutnya melalui

12

Page 13: isine buncis

proses mekanisoleh hifa eksternal, agregat mikro akanmembentuk agregat makro

yang mudahdiserap tanaman.

Adanya arbuskula sangat penting untuk mengidentifikasi bahwa telah

terjadi infeksi pada akar tanaman (Scannerini dan Bonfante-Fosolo, 1983 dalam

Delvian, 2003), sedangkan vesikula merupakan organ penyimpan makanan dan

berfungsi sebagai propagul (organ reproduktif). Selanjutnya dikatakan bahwa

seluruh endofit dan yang termasuk genus Gigaspora, Scutellospora, Glomus,

Sclerocystis dan Acaulospora mampu membentuk arbuskula.

Gambar 1. Penampang longitudinal akar yang terinfeksi fungi mikoriza (Brundrett et al., 1994)

Adanya fungi mikoriza juga sangat penting bagi ketersediaan unsur hara

seperti P, Mg, K, Fe dan Mn untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi melalui

pembentukan hifa pada permukaan akar yang berfungsi sebagai perpanjangan akar

terutama di daerah yang kondisinya miskin unsur hara, pH rendah dan kurang air

seperti ultisol. Akar tanaman bermikoriza ternyata meningkatkan penyerapan seng

dan sulfur dari dalam tanah lebih cepat daripada tanaman yang tidak bermikoriza

(Abbot dan Robson 1984). Manfaat fungi mikoriza ini secara nyata terlihat jika

13

Page 14: isine buncis

kondisi tanahnya miskin hara atau kondisi kering, sedangkan pada kondisi tanah

yang subur peran fungi ini tidak begitu nyata (Setiadi, 2003).

Fungi mikoriza biasanya tersebar dengan berbagai cara. Penyebaran aktif

miselia melalui tanah, setelah infeksi di akar hifa berkembang di daerah perakaran

pada tanah dan terbentuk struktur fungi, diantaranya miselium eksternal akar

merupakan organ yang sangat penting dalam menyerap unsur hara dan

mentransferkan ke tanaman, sedangkan penyebaran pasif dapat dilakukan oleh

beberapa hewan dan juga angin (Setiadi, 2001).

B. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:

1. Diduga pupuk hayati Mikoriza dapat memperbaiki variabel pertumbuhan yang

di amati pada tanaman buncis tegak.

2. Diduga penggunaan pupuk hayati Mikoriza akan memberikan pertumbuhan

dan produksi buncis tegak yang lebih bagus di bandingkan dengan perlakuan

tanpa pupuk Mikoriza

3. Diduga penggunaan pupuk hayati Mikoriza dapat mengurangi penggunaan

pupuk kimia hingga 50%.

14

Page 15: isine buncis

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang akan dilaksanakan

pada lahan terbukadi desa Suro, kecamatan Kalibagor, Banyumas. Penelitian akan

dilakukan pada bulanjunisampai dengan Agustus 2013.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah lahan ultisol, yang berasal

dari desa Suro,kecamatan Kalibagor, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, benih

tanaman buncistegak, pupuk hayati mikoriza jenis Glomus dan Gigaspora, pupuk

organik serta pupuk urea (kandungan N sebanyak 46%), SP-36 (kandungan P

36%), dan KCl (kandungan K 18%). Alat-alat yang digunakan dalam

penelitianadalah cangkul, pancong, tali rafia, tugal, sabit,martil, paku, bambu,

kamera serta alat tulis.

C. Rancangan Percobaan

Penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK). Faktor yang dicoba adalah pupuk hayati mikoriza, pupuk

organik (pupuk kompos) dan pupuk N, P, K yang masing-masing pupuk di

aplikasikan satu kali, pupuk organik (kompos), dan SP-36 di aplikasikan 2 hari

15

Page 16: isine buncis

sebelum tanam, pupuk hayati (mikoriza) 2 minggu setelah tanam, pupuk urea (N),

KCl (K) 3 minggu setelah tanam, serta kontrol sebagai pembanding. Perlakuan

dari ketiga faktor yang dicoba ada 8 macam dengan 3 ulangan (blok) sehingga

diperoleh 24 unit percobaan. Kombinasi perlakuan yang dicoba yaitu :

Kontrol :Po

Pupuk Organik :K

Pupuk Hayati :H

Pupuk Kimia :C50

Hayati + Organik :HK

Kimia + Hayati :C50H

Kimia + Organik :C50K

Semua kombinasi :C50HK.

D.Analisis Data

Data dianalisis menggunakan uji Fdan apabila F table lebih kecil di

banding F hitung maka hasil yang di peroleh berbeda nyata dan kemudian

dilanjutkan dengan uji Faktorial dan DMRT dengan tingkat kesalahan 5% dan uji

regresi.

E. Variabel dan Pengukuran

Pengukuran variable yang sudah di tentukan terdiri dari 2 fase, di

antaranya adalah fase vegetatif dan fase generatif

16

Page 17: isine buncis

1. Fase vegetatif

a. Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi

tanaman di lakukan dengan cara mengukur dari pangkal tanaman sampai titik

tumbuh paling tinggi.Carapengukuran adalah tanaman diluruskan keatas sejajar

dengan arah pertumbuhan tanaman kemudian di ukur. Pengukuran tinggi tanaman

dimulai pada umur 2 minggu setelah tanam dengan interval waktu I minggu 1

kali.

b. Luas daun

Penghitungan luas daun dilakukan dengan menggunakan

metodeGrafimetri, metode ini dilakukan dengan cara membentangkan daun pada

kertas HVS yang sudah di tentukan ukuranya kemudian bentuk daun tersebut di

gambarkan pada kertas HVS yang telah di sediakan, kemudian di gunakan rumus

sebagi berikut:

Lkertas: P x L

Luas daun:

c. Jumlah daun

Jumlah daun di peroleh dengan cara menghitung banyaknya daun yang

sudah membuka dengan sempurna, penghitungan jumlah daun di lakukan pada

umur 2 minggu setelah tanam, dan pengamatan selanjutnya berselang 1 minggu

dan seterusnya

17

Page 18: isine buncis

d. Jumlah cabang

Jumlah cabang di hitung berdasarkan banyaknya cabang yang telah

tumbuh dari batang dan telah membentuk daun Trifoliat, penghitungan jumlah

cabang di lakukan 2 minggu setelah tanam, dan kemudian penghitungan

selanjutnya berselang satu minggu

e. Bobot segar tajuk

Bobot segar tajuk di peroleh dengan cara menimbang tajuk yang sudah di

pisahkan dari kotoran atau bekas tanah yang menempel pada daun dan sudah di

potong bagian akarnya, bobot segar tajuk di hitung setelah tanaman berbunga.

f. Bobot kering tajuk

Bobot kering tajuk diperoleh dengan cara menimbang tajukyang sudah di

oven pada suhu 80oc selama 24 jam dan

g. Bobot akar segar

Bobot akar segar di ketahui dengan cara menimbang akar yang sudah di

pisahkan dari tajuk dan sisa-sisa tanah yang menempel pada akar, penimbangan

akar di lakukan ketika tanaman sudah berbunga

h. Bobot kering akar

Bobot kering akar di dapat dengan cara menimbang kembali akar yang

sudah di oven selama 24 jam pada suhu 80oC

2. Fase Generatif

a. Waktu berbunga

Waktu berbunga dapat di peroleh dari pengamatan hari ke berapa tanaman

berbunga, dan ketika bunganya sudah mencapai 50% - 60%.

18

Page 19: isine buncis

b. Jumlah polong per tanaman

Jumlah polong per tanaman dapat di peroleh dengan cara menghitung

berapa banyaknya polong yang di hasilkan oleh tanaman buncis tegak, jumlah

polong pertanaman di hitung dalam satu kali panen.

c. Bobot polong per tanaman

Bobot polong pertanaman dapat di ketahui dengan cara menimbang

jumlah polong yang di hasilkan oleh satu tanaman di suatu petakan.

d. Bobot polong per petak

Bobot polong per petak dapat di ketahui setelah bobot polong per tanaman

telah di hitung, bobot perpetak di hasilkan dari penjumlahan bobot polong dari ke

5 sampel tanaman

F. Pelaksanaan Penelitian

Tahapan penelitian tersusun atas tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap

analisis data dan tahap penyusunan laporan.

1. Tahap persiapan

a. Tanah yang berada di desa Surokabupaten Banyumas Propinsi

jawa tengahdilakukan pengolahan

b. Tanah yang telah diolah kemudian dibuat bedengan dengan

ukuran 1,5m x 2m, sebanyak 24 petak

c. Tanah yang telah selesai dibuat bedengan kemudian dibuat jarak

tanam menggunakan penggaris dan tali rafia agar jarak tanam terlihat rapih

19

Page 20: isine buncis

d. Dua hari sebelum tanam terlebih dahulu di aplikasikan pupuk SP-

36 dan pupuk organik (kompos).

2. Tahap pelaksanaan

a. Benih buncis tegak ditanam pada tanah yang telah diolah serta diberi

pupukorganikdan SP-36 aplikasi pupuk organik dan SP-36 dua hari sebelum

tanam.. Benih dimasukkan pada lubang yang telah disiapkan sebanyak 2 biji

perlobang.

b. Di lakukan penyulaman 5 hari setelah tanam apabila dalam suatu lobang tidak

ada benih yang tumbuh, benih yang untuk penyulaman sebanyak 2 benih

c. Pupuk mikoriza di aplikasikan satu minggu setelah tanam, dalam melakukan

pemupukan Mikoriza ada sekitar 35 spora

d. Pupuk urea dan KCl aplikasikansetelah tanaman berumur 2 minggu

e. Dilakukan perawatan (menyiram, menyiang) minimal 2 hari sekali.

f. Pengamatan variabel setelah tanaman tumbuh, dan setelah tanaman di panen

3. Tahap analisis data.

Semua data yang di peroleh dari penelitian kemudian di analisis guna

untuk penyusunan laporan.

4. Tahap penyusunan laporan.

Laporan di susun setelah semua data yang di dapatkan telah selesai di

lakukan analisis.

20

Page 21: isine buncis

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No.Kegiatan percobaan

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Persiapan pengolahan lahan

**** ****

2. Pelaksanaan percobaan **** ****

3. Analisis data**** ****

4. Penyusunan Laporan **** ****

DAFTAR PUSTAKA

Askari, W. Tanah Ultisol. http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-ultisol/. Diakses pada tanggal 20 mei 2013.

Bambang, C. 2003. “Kacang Buncis”, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kansius, Yogyakarta.

Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. 374 +x p

Burbey dan R.D.M. Simanungkalit. 2006.Tanggapan Padi Gogo Terhadap Inokulasi Mikoriza Dengan Pupuk P Dan Kapur Tanah Ultisol. hlm. 1-9 DalamDjoko S. Damardjati dan Adi Widjono (Ed.). Hasil Penelitian Pertanian dan Bioteknologi Pertanian III. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

21

Page 22: isine buncis

Cahyono, (2007).Teknik Budidaya dan Anlisis Usaha Tani Kacang Buncis. Kanisius, Yogyakarta.

Emma, S. Wirakusumah. 1994. Buah dan Sayur Untuk Terapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.M. Lubis, M. A. Pulung,M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong, H.H. Bailey. 1986. Penuntun Praktikum Ilmu tanah. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.Invam. 2010. Classification of Glomeromycota. (on-

line).http://invam.caf.wvu.edu/ . diakses tanggal 15 Juni 2013.

Nuhamara, S. T. 1993. Peranan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.

Setiadi, Y. 2003. Arbuscular mycorrhizal inokulum production. Program dan Abstrak

Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-

Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003.

Bandung. pp 10.

Titi setianingsih dan Khaerudin.1993.Pembudidaya Buncis Tipe Tegak dan Merambat.

Yulnafatmawita. 2008. Buku Pegangan Mahasiswa Untuk Praktikum FisikaTanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.76 hal.

Yusnaini, S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No. 7:103-108

22

Page 23: isine buncis

Lampiran 1. Denah Percobaan

BLOK 1 BLOK II BLOK IIIH PO C50HK

C50H C50 HKK H C50K

HK K C50HC50HK C50K C50

PO C50H KC50 HK H

C50K C50HK PO

Keterangan :PO = KontrolK = Organik

23

U

Page 24: isine buncis

H = HayatiC50 = Pengurangan dosis anjuran pupuk Kimia 50%C50K = Kimia 50% + OrganikC50HK = Kimia 50% + Hayati + OrganikHK = Hayati + OrganikC50H = Kimia 50% + Hayati

Lampiran 2. Peta lokasi penelitian

24

Page 25: isine buncis

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pupuk N-P-K dan Mikoriza

1. Perhitungan dosis pupuk N-P-K, yaitu:

25

Page 26: isine buncis

a. Pupuk urea : dosis

anjuran 50 kg/ha = 50.000 g/ha

Bila jarak tanaman dibuat 20 cm x 40 cm, maka populasi dalam 1 ha yaitu:

tanaman

o Pengurangan dosis pupuk 50%yaitu = 50.000 x ½= 25.000g/ha

o Kebutuhan pupuk urea per tanaman dengan pengurangan 50% yaitu:

25.000/ 125.000 = 0.2 gram/tanaman

b. Pupuk SP-36 : dosis anjuran 200 kg/ha = 200.000g/ha

Bila jarak tanaman dibuat 20 cm x 40 cm, maka populasi dalam 1 ha yaitu:

tanaman

o Pengurangan dosis pupuk 50 % = 200.000 x ½ = 100.000 g/ha

o Kebutuhan pupuk SP-36per tanaman yaitu:

100.000/ 125.000 = 0.8 gram/tanaman

c. Pupuk KCL : dosis anjuran 50 kg/ha = 50.000 g/ha

Bila jarak tanaman dibuat 20 cm x 40 cm, maka populasi dalam 1 ha yaitu:

tanaman

o Pengurangan dosis pupuk 50% = 50.000 x ½

= 25.000g/ha

26

Page 27: isine buncis

o Kebutuhan pupuk KCL per tanaman yaitu:

25.000/ 125.000 = 0,2 gram/tanaman.

2. Perhitungan dosis mikoriza, yaitu:

- Glomus sp

Jumlah spora pada setiap 1 g formula = 4 spora

- Gigaspora sp

Jumlah spora pada setiap 1 g = 3 spora

- Campuran Glomus sp dan Gigaspora sp

Untuk 35 spora = 5, 833g formula Gigaspora sp dan 4,375g untuk Glomus sp

Jadi total kebutuhan untuk campuran mikoriza Glomus sp dan Gigaspora sp

(M3) = 10,208g.

27