glycine soja (l) merrit) sebagai pangan fungsional...

105
AKTIVITAS ACE INHIBITOR TEMPE BERBASIS KACANG BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) DAN KEDELAI HITAM (Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ANTIHIPERTENSI SKRIPSI AFIF LAILIYAH PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1441 H

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

AKTIVITAS ACE INHIBITOR TEMPE BERBASIS KACANG

BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) DAN KEDELAI HITAM

(Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL

ANTIHIPERTENSI

SKRIPSI

AFIF LAILIYAH

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 2: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

AKTIVITAS ACE INHIBITOR TEMPE BERBASIS KACANG

BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) DAN KEDELAI HITAM

(Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL

ANTIHIPERTENSI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

AFIF LAILIYAH

NIM: 11150960000013

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 3: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein
Page 4: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein
Page 5: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein
Page 6: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

ABSTRAK

AFIF LAILIYAH. Aktivitas ACE Inhibitor Tempe Berbasis Kacang Buncis

(Phaseolus vulgaris L.) dan Kedelai Hitam (Glycine soja (L) merrit) sebagai

Pangan Fungsional Antihipertensi. Dibimbing oleh SRI YADIAL CHALID dan

ANNA MUAWANAH.

Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga

berpotensi sebagai pangan fungsional antihipertensi. Aktivitas antihipertensi

kacang dapat ditingkatkan melalui fermentasi menggunakan ragi dan angkak.

Penelitian ini bertujuan memproduksi tempe dari campuran kacang buncis

(Phaseolus vulgaris L.) dan kedelai hitam (Glycine soja (L) merrit) yang memiliki

aktivitas ACE inhibitor sebagai pangan fungsional antihipertensi. Kacang buncis

dan kedelai hitam (1:1) difermentasi menggunanakan Rhizopus sp. 0,2 % dan

Monascus purpureus (angkak) dengan konsentrasi 2 (%) dalam rentang waktu 48

jam. Waktu fermentasi dan konsentrasi angkak terbaik dipilih berdasarkan hasil uji

organoleptik. Ekstraksi protein dilakukan dengan metode titik isoelektrik,

selanjutnya diuji kadar protein terlarut, derajat hidrolisis, serta aktivitas ACE

inhibitor. Hasil uji organoleptik didapatkan waktu fermentasi dan konsentrasi

angkak optimum adalah 24 jam dan konsentrasi angkak 2% dengan skor 3,80. Nilai

kadar protein terlarut yang didapatkan sebesar 491,58 ppm, derajat hidrolisis

36,2%, serta aktivitas ACE inhibitor 57% dengan nilai IC50 47,33 ppm. Secara

umum, tempe berbasis kacang buncis dan kedelai hitam mampu menghambat

aktivitas ACE serta berpotensi sebagai pangan fungsional antihipertensi.

Kata Kunci: ACE inhibitor, angkak, kacang buncis, kedelai hitam, pangan

fungsional

Page 7: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

ABSTRACT

AFIF LAILIYAH. ACE Inhibitors Activity of Tempeh Based on String Beans

(Phaseolus vulgaris L.) and Black Soybean (Glycine soja (L) merrit) as

Antihypertensive Functional Foods. Supervised by SRI YADIAL CHALID and

ANNA MUAWANAH.

String beans and black soybeans have a high protein content so that it has the

potential as an antihypertensive functional food. Antihypertensive activity can be

increased through fermentation using yeast and angkak. This study aims to produce

tempeh from a mixture of string bean (Phaseolus vulgaris L.) and black soybeans

(Glycine soja (L) merrit) which have ACE inhibitor activity as an antihypertensive

functional food. String beans and black soybeans (1:1) are fermented using

Rhizopus sp. 0,2% and Monascus purpureus (angkak) with variations concentration

2 (%) in the range of 48 hours. The best fermentation time and angkak concentration

are selected based on the results of the organoleptic test. Protein extraction was

carried out by the isoelectric point method, then the levels of dissolved protein were

tested, the degree of hydrolysis, and the activity of ACE inhibitors. Organoleptic

test results obtained fermentation time and angkak concentration was 24 hours and

2% angkak concentration with a score of 3,80. The value of disolved protein levels

obtained was 491,58 ppm, degree of hydrolysis 36,2%, and ACE inhibitor activity

57% with IC50 values 47,33 ppm. In general, tempeh based string bean and black

soybean can inhibit ACE activity and have the potential as an antihypertensive

functional food.

Keywords: ACE inhibitors, angkak, black soybeans, functional food, string beans

Page 8: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan

hidayat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Aktivitas ACE

Inhibitor Tempe Berbasis Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) dan Kedelai

Hitam (Glycine soja (L) merrit) sebagai Pangan Fungsional Antihipertensi”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan membimbing dalam pelaksanaan hingga penulisan skripsi ini

selesai, antara lain kepada:

1. Dr. Sri Yadial Chalid, M.Si, selaku pembimbing I yang telah memberikan

ilmu pengetahuan, bimbingan, serta arahan dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

2. Anna Muawanah, M.Si., selaku pembimbing II atas kesediaan dalam

membimbing dan memberikan nasihat yang membangun kepada penulis.

3. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si, selaku penguji I sekaligus ketua Program Studi

Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Siti Nurbayti, M.Si, selaku penguji II yang telah memberikan masukan

dan ilmu bermanfaat selama pembuatan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud., selaku dekan Fakultas Sains

dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

viii

6. Seluruh staf laboran Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas segala bantuan serta ilmunya.

7. Keluarga tercinta, Siti Jariyah Winartini dan Bambang Siswo yang telah

memberikan dukungan penuh baik berupa doa, nasihat, serta dukungan

moril dan materil selama perkuliahan sampai pada selesainya penulisan

skripsi.

8. Teman-teman Kimia 2015 yang saling mendukung untuk penyelesaian

skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang, terutama

bagi pengembangan ilmu kimia di bidang kimia pangan.

Ciputat, Agustus 2019

Penulis

Page 10: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

ix

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ vii

DAFTAR ISI............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4

1.3 Hipotesis........................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................. 5

1.5 Manfaat Penelitian........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 7

2.1 Pangan Fungsonal............................................................................ 7

2.2 Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.).......................................... 8

2.3 Kedelai Hitam (Glycine soja (L.) merrit)........................................ 9

2.4 Fermentasi Kacang-kacangan.......................................................... 11

2.5 Angkak............................................................................................. 13

2.6 Hidrolisis Protein............................................................................. 14

2.7 Peptida Bioaktif............................................................................... 16

2.8 Hipertensi dan Antihipertensi.......................................................... 18

2.8.1 Hipertensi................................................................................. 18

2.8.2 Antihipertensi.......................................................................... 20

2.9 Uji Aktivitas Inhibitor ACE secara in Vitro.................................... 21

2.10 Spektrofotometri UV-Vis................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 25

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................... 25

3.2 Alat dan Bahan................................................................................ 25

3.3 Prosedur Penelitian.......................................................................... 26

3.4.1 Fermentasi Kacang Buncis dan Kedelai Hitam....................... 27

Page 11: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

x

3.4.2 Uji Organoleptik...................................................................... 27

3.4.3 Ekstraksi Protein...................................................................... 28

3.4.4 Uji Kadar Protein Terlarut....................................................... 28

3.4.5 Uji Derajat Hidrolisis............................................................... 29

3.4.6 Uji Proksimat........................................................................... 29

3.4.7 Uji ACE Inhibitor secara in Vitro............................................ 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 34

4.1 Tempe Campuran Kacang Buncis dan Kedelai Hitam.................... 34

4.2 Hasil Organoleptik Tempe Kacang Buncis dan Kedelai Hitam...... 37

4.3 Ekstrak Protein................................................................................. 42

4.4 Kadar Protein Terlarut..................................................................... 44

4.5 Derajat Hidrolisis............................................................................. 45

4.6 Aktivitas ACE Inhibitor Tempe Kacang Buncis dan Kedelai Hitam 47

4.7 Proksimat Kacang dan Tempe......................................................... 50

BAB V PENUTUP..................................................................................... 56

5.1 Simpulan.......................................................................................... 56

5.2 Saran................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 57

LAMPIRAN................................................................................................ 68

Page 12: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan asam amino kacang buncis......................................... 9

Tabel 2. Perbandingan komposisi kimia kedelai hitam dan kuning............ 10

Tabel 3. Perbandingan kandungan asam amino pada kedelai hitam dan

kuning............................................................................................ 11

Tabel 4. Kandungan gizi dalam 100 gram angkak...................................... 14

Tabel 5. Skala hedonik pada uji organoleptik.............................................. 28

Tabel 6. Hasil analisa proksimat kacang dan tempe.................................... 51

Page 13: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Angkak...................................................................................... 13

Gambar 2. Reaksi hidrolisis protein dengan enzim protease...................... 15

Gambar 3. Peran ACE dalam pengaturan tekanan darah............................ 19

Gambar 4. Interaksi antara peptida ACE inhibitor dengan ACE................ 21

Gambar 5. Reaksi Hidrolisis HHL menjadi asam hipurat oleh ACE.......... 22

Gambar 6. Skema kerja alat spektrofotometer UV-Vis............................... 23

Gambar 7. Diagram alir penelitian.............................................................. 26

Gambar 8. Tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam dengan

variasi waktu fermentasi............................................................ 34

Gambar 9. Sampel tempe dengan waktu fermentasi 24 jam....................... 36

Gambar 10. Sampel tempe dengan waktu fermentasi 25 jam..................... 36

Gambar 11. Rerata tingkat kesukaan tekstur tempe kacang buncis dan

kedelai hitam........................................................................... 37

Gambar 12. Rerata tingkat kesukaan warna tempe kacang buncis dan

kedelai hitam........................................................................... 39

Gambar 13. Warna tempe dengan konsentrasi angkak 2% dan waktu

fermentasi 24 jam.................................................................... 39

Gambar 14. Rerata tingkat kesukaan aroma tempe kacang buncis dan

kedelai hitam........................................................................... 40

Gambar 15. Rerata tingkat kesukaan umum tempe kacang buncis dan

kedelai hitam........................................................................... 41

Gambar 16. Hasil ekstraksi protein tempe kacang buncis dan kedelai

hitam....................................................................................... 43

Gambar 17. Kadar protein terlarut tempe kacang buncis dan kedelai

hitam........................................................................................ 44

Gambar 18. Derajat hidrolisis tempe kacang buncis dan kedelai hitam...... 46

Gambar 19. Aktivitas ACE inhibitor tempe campuran kacang buncis dan

kedelai hitam........................................................................... 48

Gambar 20. Interaksi ikatan kaptopril dengan sisi aktif ACE..................... 49

Page 14: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil analisis kadar air........................................................... 68

Lampiran 2. Hasil analisis kadar abu......................................................... 69

Lampiran 3. Hasil analisis kadar lemak...................................................... 70

Lampiran 4. Hasil analisis kadar protein..................................................... 71

Lampiran 5. Pembuatan reagen uji ekstraksi protein.................................. 72

Lampiran 6. Kadar protein terlarut............................................................. 73

Lampiran 7. Pembuatan reagen uji protein terlarut.................................... 74

Lampiran 8. Derajat hidrolisis.................................................................... 75

Lampiran 9. Pembuatan reagen uji derajat hidrolisis................................. 76

Lampiran 10. Aktivitas inhibisi ACE protein tempe.................................. 77

Lampiran 11. Pembuatan reagen uji ACE inhibitor................................... 78

Lampiran 12. Prosedur penambahan bahan uji ACE inhibitor.................. 79

Lampiran 13. Nilai IC50............................................................................. 80

Lampiran 14. Form uji organoleptik.......................................................... 81

Lampiran 15. Hasil analisis ragam tekstur tempe 24 jam.......................... 84

Lampiran 16. Hasil analisis ragam tekstur tempe 25 jam.......................... 85

Lampiran 17. Hasil analisis ragam warna tempe 24 jam........................... 86

Lampiran 18. Hasil analisis ragam warna tempe 25 jam........................... 87

Lampiran 19. Hasil analisis ragam aroma tempe 24 jam........................... 88

Lampiran 20. Hasil analisis ragam aroma tempe 25 jam........................... 89

Lampiran 21. Hasil analisis ragam kesukaan umum tempe 24 jam........... 90

Lampiran 22. Hasil analisis ragam kesukaan umum tempe 24 jam........... 91

Page 15: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah seseorang menunjukkan

tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg (WHO,

2013). Data riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa

26,5% penduduk Indonesia mengidap hipertensi (KEMENKES, 2013). Persentase

angka tersebut meningkat menjadi 32,4% berdasarkan data survei indikator

kesehatan nasional (SIRKESNAS) pada tahun 2016. Hipertensi diperkirakan

menyebabkan 7,5 juta kematian, yaitu sekitar 12,8% dari total seluruh kematian di

dunia (WHO, 2016).

Obat-obatan sintesis untuk mengobati penyakit hipertensi umumnya

memiliki banyak efek samping yang merugikan. Captopril adalah obat dari

golongan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor yang dapat

menyebabkan batuk kering kronis yang menyebabkan gangguan pernafasan serius

hingga kematian (Cheung et al., 2015). Pengobatan dan tatalaksana penanganan

hipertensi yang baik dan teratur merupakan teknik penyembuhan hipertensi yang

umum dilakukan, namun perbaikan pola hidup dengan cara melakukan aktivitas

fisik serta konsumsi makanan dan minuman yang sehat merupakan sisi lain untuk

mengontrol hipertensi.

Beberapa peneliti menyebutkan bahwa komponen bahan pangan yang

berperan terhadap penyakit hipertensi adalah protein dan peptida hasil fermentasi

(Kuba et al., 2003; Mallikarjun et al., 2006; Jakubczyk dan Baraniak, 2014).

Page 16: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

2

Makanan dan minuman yang bersifat mencegah dan memperlambat penyakit

hipertensi disebut pangan fungsional antihipertensi (Astawan, 2011). Makanan

antihipertensi dapat dikembangkan dari biji-bijian menjadi tempe.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Qaf (50) ayat 9:

Artinya: Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami

tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang

diketam.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah telah menumbuhkan biji-biji

tanaman untuk memenuhi kebutuhan manusia. Eksplorasi potensi dari tumbuhan

perlu dilakukan sesuai dengan pesan tersirat pada ayat tersebut, salah satunya yaitu

kacang buncis dan kedelai hitam.

Kandungan protein kacang buncis berkisar 16-33% (Vega et al., 2009) dan

karbohidrat berkisar 58-59 % (Sai-Ut et al., 2009). Cahyono (2003) menambahkan,

serat kacang buncis dapat mencegah peningkatan kadar gula darah sehingga sangat

baik bagi penderita diabetes, resistensi insulin, atau hipoglikemia. Kedelai hitam

memiliki kandungan protein sebesar 40,4% (Mueller, 2009). Komposisi asam

amino glutamat, serin, histidin, arginin, alanin, lisin, dan tirosin pada kedelai hitam

lebih tinggi dibandingkan kedelai kuning (Nurrahman, 2015). Aktivitas antioksidan

kedelai hitam lebih tinggi dari kedelai kuning, selain itu senyawa genistein dan

daidzein dari kedelai hitam dapat menurunkan resiko osteoporosis (Fitzpatrick,

2003), bersifat arteriosklerosis (Alkhlaghi dan Bandy, 2008), antikarsinogenik, dan

antifungal (Messina dan Wu, 2009).

Page 17: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

3

Indonesia sangat tergantung pada impor kedelai kuning untuk pembuatan

tempe. Data badan pusat statistik (BPS) menyebutkan bahwa angka impor kedelai

kuning Indonesia mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,24 ton/tahun (BPS,

2015). Solusi untuk menurunkan impor kedelai kuning adalah mengganti kedelai

kuning sebagai bahan utama tempe dengan kacang-kacangan lain seperti kacang

merah, kedelai hitam, dan kacang buncis. Buncis merupakan salah satu jenis biji-

bijian yang dapat dikembangkan sebagai pengganti kedelai dengan alasan pada

tahun 2018, ekspor buncis meningkat sekitar 4,8 % (KEMENTAN, 2019).

Tempe adalah makanan asli Indonesia yang dibuat dengan cara fermentasi

menggunakan kapang Rhizopus sp. (BSN, 2015). Enzim proteolitik yang

dihasilkan Rhizopus sp. mendegradasi protein kacang menjadi peptida bioaktif

antihipertensi (Gibbs et al., 2004). Rahmawati, (2017) menyebutkan bahwa tempe

kedelai kuning mempunyai aktivitas sebagai ACE (Angiotensin Converting

Enzyme) inhibitor sebesar 89,11%, tempe kacang merah sebesar 93,25% (Zane,

2017), dan 75% untuk tempe kacang hijau (Zunaedi, 2017). Beberapa penelitian ini

menunjukkan bahwa kacang-kacangan yang difermentasi mempunyai aktivitas

sebagai ACE inhibitor yang tinggi.

Kapang Monascus purpureus (angkak) juga menghasilkan enzim protease

selama fermentasi. Senyawa lovastatin yang terdapat pada angkak bersifat anti

hiperkolesterolemia. Penambahan angkak sebanyak 2% pada fermentasi kacang

kedelai meningkatkan kadar protein sebesar 22,83% dibandingkan kontrol

(Dwinaningsih, 2010). Hasil yang sama juga ditemukan oleh Irdawati et al., (2012)

yaitu terjadi peningkatan kadar protein tempe kacang buncis sebesar 16,73% setelah

difermentasi dengan angkak sebesar 2%.

Page 18: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

4

Berbagai uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, menjadi dasar

penelitian pembuatan tempe berbahan kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) dan

kedelai hitam (Glycine soja (L) merrit) menggunakan kapang Rhizopus sp. (ragi)

dan Monascus purpureus (angkak) sebagai fermenter. Tempe yang dibuat

diharapkan dapat dikembangkan menjadi pangan fungsional antihipertensi.

Kacang buncis putih dan kedelai hitam (1:1) difermentasi menggunakan

kapang ragi 0,2% (b/b) dan variasi angkak 1; 1,5; dan 2% (b/b). Penggunaan

kombinasi kacang buncis dan kedelai hitam menggunakan fermentor Rhizopus sp.

dan angkak bertujuan meningkatkan aktivitas ACE inhibitor. Fermentasi dilakukan

pada rentang 0-48 jam untuk menentukan waktu fermentasi yang optimal.

Pengujian organoleptik dengan parameter uji tekstur, warna, dan aroma dilakukan

untuk menghasilkan tempe yang sesuai SNI 3144:2015.

Ekstraksi protein tempe dilakukan dengan metode titik isoelektrik pada pH

4,5 (Wu et al., 2009). Kadar protein terlarut ditentukan dengan metode Bradford,

sedangkan derajat hidrolisis (DH) menggunakan metode SN-TCA (Soluble

Nitrogen after Trichloro Acid Precipitation). Kacang dan tempe terbaik dengan

aktivitas ACE inhibitor tertinggi dilakukan uji proksimat yang meliputi kadar air,

kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein (AOAC, 2005). Aktivitas ACE inhibitor

ditentukan dengan metode Chusman dan Cheung, (1971).

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa lama waktu fermentasi dan konsentrasi angkak untuk menghasilkan

tempe terbaik campuran kacang buncis dan kedelai hitam yang sesuai

dengan SNI 3144:2015?

Page 19: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

5

2. Apakah fermentasi campuran kacang buncis dan kedelai hitam

mempengaruhi nilai aktivitas ACE inhibitor?

3. Berapakah nilai IC50 pada tempe yang memiliki aktivitas ACE inhibitor

tertinggi?

1.3 Hipotesis

1. Konsentrasi angkak dan waktu fermentasi pembuatan tempe campuran

kacang buncis dan kedelai hitam yang sesuai dengan SNI 3144:2015

berkisar 1-2% dan 0-48 jam

2. Fermentasi campuran kacang buncis dan kedelai hitam mempengaruhi nilai

aktivitas ACE inhibitor

3. Nilai IC50 pada tempe yang memiliki aktivitas ACE inhibitor tertinggi

berada pada kisaran dibawah 50 ppm

1.4 Tujuan Penelitian

1. Membuat tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam yang sesuai

dengan SNI 3144:2015

2. Mengetahui dan menentukan pengaruh fermentasi terhadap perolehan nilai

aktivitas ACE inhibitor

3. Menentukan nilai IC50 pada tempe yang memiliki aktivitas ACE inhibitor

tertinggi

Page 20: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

6

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai potensi

tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam sebagai pangan fungsional

antihipertensi secara in vitro.

Page 21: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pangan Fungsional

Pangan fungsional adalah pangan yang secara alamiah maupun telah

melalui proses, mengandung satu atau lebih senyawa yang berdasarkan kajian-

kajian ilmiah mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi

kesehatan. Karakteristik sensori berupa penampakan, warna, tekstur, dan cita rasa

pangan fungsional dapat diterima oleh konsumen dan tidak memberikan efek

samping pada jumlah penggunaan yang dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi

lainnya (BPOM, 2005).

Pangan fungsional dapat digunakan sebagai pangan untuk mencegah dan

membantu penyembuhan berbagai penyakit misalnya obesitas, diabetes, hipertensi,

jantung koroner, dan kanker. Fungsi lain dari pangan fungsional yaitu

meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh secara biologis, mencegah timbulnya

penyakit tertentu, dan menghambat proses penuaan dini sehingga meningkatkan

penampilan fisik (Astawan, 2011).

Komponen bioaktif yang terdapat pada pangan fungsional memberikan

manfaat kesehatan tertentu. Senyawa karotenoid, flavonoid, vitamin E, dan vitamin

C dalam bahan pangan bersifat antioksidan sehingga dapat menghambat penyakit

degeneratif seperti penuaan dini (Subroto, 2008). Produk pangan fungsional

antioksidan contohnya pukis berbasis tepung kedelai dan tepung mocaf dengan nilai

IC50 20,756 ppm (Marlina et al., 2015). Sifat fungsional antihipertensi dapat

Page 22: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

8

diperoleh dari peptida ACE inhibitor yang terdapat pada dadih susu kerbau dengan

nilai aktivitas sebesar 87,52% (Chalid et al., 2018).

2.2 Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.)

Kacang buncis adalah jenis herbaceous yaitu tanaman semak merambat

tahunan. Tinggi tanaman mencapai 20-60 cm dengan warna 5 bunga variatif, yaitu

putih, pink, dan ungu. Biji kacang berbentuk oval (panjang 1,5 cm) seperti bentuk

ginjal, sedikit lembut, dan rasanya seperti legum (Cahyono, 2003).

Taksonomi buncis dalam klasifikasi ilmiah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Leguminales

Familia : Leguminosae

Sub famili : Papilionaceae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris L.

(Debouck, 1999)

Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) kaya karbohidrat, protein, vitamin,

serat, dan mineral. Kandungan zat gizi pada kacang buncis seperti protein dengan

kisaran 16-33% (Vega et al., 2009), lemak dengan kisaran 1-3%, dan karbohidrat

dengan kisaran 58-59 % (Sai-Ut et al., 2009). Cahyono (2003) melaporkan bahwa

kandungan serat yang tinggi pada kacang buncis berperan dalam mencegah

peningkatan kadar gula darah secara cepat setelah makan sehingga sangat baik

dikonsumsi bagi penderita diabetes.

Kacang buncis mengandung phaseolamin yang dapat menetralkan zat

tepung dalam makanan sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah secara cepat

setelah makan. Kadar phaseolamin pada kacang buncis berkisar 9-11% (Mosca et

Page 23: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

9

al., 2008). Kacang buncis memiliki kandungan antosianin berkisar 0,05 - 0,47 mg/g

dan polifenol total berkisar 5,87 - 14,14 mg GAE/g. Nilai aktivitas antioksidan

kacang buncis berkisar 17,09 - 36,96% (Akond et al., 2011). Kandungan asam

amino kacang buncis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan asam amino kacang buncis

Sumber: Rezende et al., (2017)

Kacang buncis memiliki kandungan asam amino glutamat, aspartat, arginin, dan

fenilalanin yang tinggi (Tabel 2). Mojica et al., (2015) menyebutkan tetrapeptida

kacang buncis dengan urutan asam amino Glu-Pro-Thr-Glu memiliki aktivitas

antihipertensi yang tinggi yaitu 87,5%.

2.3 Kedelai Hitam (Glycine Soja (L.) merrit)

Pemanfaatan kedelai hitam di Indonesia masih terbatas pada pembuatan

kecap, sementara di negara lain kedelai hitam digunakan sebagai bahan baku

makanan, minuman, serta kecantikan. Masyarakat Cina, India, Jepang, dan Korea

secara tradisional mengkonsumsi kedelai hitam sebagai obat selama ratusan tahun

untuk detoksifikasi racun, antiinflamasi, dan meningkatkan kualitas sel darah merah

Asam Amino Kadar

(mg/1 gr kacang buncis kering)

Asam Glutamat 189

Asam Aspartat 146

Arginin 101

Serin 71

Prolin 40

Alanin 42

Glisin 43

Lisin 99

Leusin 73

Isoleusin 60

Treonin 56

Valin 56

Fenilalanin 100

Histidin 25

Metionin 20

Page 24: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

10

karena mengandung berbagai zat yang berkontribusi positif untuk kesehatan

manusia seperti isoflavon (Xu dan Chang, 2008). Kedudukan tanaman kedelai

hitam dalam sistematik tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminoceae

Sub Famili : Papilionoideae

Genus : Glycine

Spesies : Glycine soja (L.) merrit

(Herman, 1962)

Kedelai hitam memiliki kandungan protein tinggi dengan kisaran 37-41%,

lemak dengan kisaran 11-15%, dan karbohidrat dengan kisaran 20-35%

(Nurrahman et al., 2012). Kandungan kadar air, protein, lemak, dan karbohidrat

pada kedelai hitam lebih kecil dari kedelai kuning (Tabel 2).

Tabel 2. Perbandingan komposisi kimia kedelai hitam dan kuning

No. Komposisi Kadar (%)

Kedelai hitam Kedelai kuning

1. Air 10,357 11,30

2. Protein total 39,09 42,00

3. Lemak total 14,47 16,20

4. Karbohidrat 35,61 36,90

Sumber: Nurrahman (2015)

Astuti (2008) menyebutkan, kedelai hitam mengandung antioksidan

antosianin 222,49 (mg/100g) lebih tinggi dibandingkan kedelai kuning yang sangat

kecil bahkan tidak terdeteksi. Senyawa antioksidan lain pada kedelai hitam adalah

vitamin E, β-karoten, dan isoflavon. Kadar isoflavon genistein dan daidzein kedelai

hitam yaitu 0,65 dan 3,67 (mg/g) lebih tinggi dibandingkan kedelai kuning yaitu

0,40 dan 2,27 (mg/g). Senyawa genistein dan daidzein dari kacang kedelai hitam

dapat menurunkan resiko osteoporosis (Fitzpatrick, 2003), bersifat arterioskeloris

Page 25: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

11

(Alkhlaghi dan Bandy, 2008), antikarsinogenik, dan antifungal (Messina dan Wu,

2009). Perbandingan kandungan asam amino antara kedelai hitam dan kuning dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan kandungan asam amino pada kedelai hitam dan kuning

Sumber: Nurrahman (2015)

Data diatas (Tabel 3) menunjukkan kedelai hitam mengandung asam amino

glutamat, serin, histidin, arginin, alanin, lisin, dan tirosin lebih tinggi dibanding

kedelai kuning. Asam amino glutamat juga berperan dalam membentuk citarasa

gurih pada makanan contohnya pada kecap (Nurrahman, 2015).

2.4 Fermentasi Kacang-kacangan

Fermentasi merupakan proses perombakan suatu senyawa kompleks

menjadi senyawa sederhana dengan bantuan enzim mikroorganisme (BSN, 2009).

Mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi kacang yaitu kapang yang

umumnya disebut ragi tempe. Ragi tempe mengandung Rhizopus oligosporus dan

Rhizopus oryzae yang memiliki aktivitas enzimatik berbeda. Rhizopus oligosporus

memiliki aktivitas protease dan lipase paling kuat, sedangkan aktivitas amilase

Asam amino Kadar (mg/1gr kedelai kering)

Kedelai hitam Kedelai kuning

Asam Aspartat 51,80 56,79

Asam Glutamat 98,75 95,11

Serin 41,41 34,93

Histidin 16,25 15,08

Glisin 2,52 3,15

Arginin 73,27 70,19

Alanin 23,24 21,56

Tirosin 101,84 96,03

Metionin 9,85 10,45

Valin 16,48 18,36

Fenilalanin 19,99 20,96

Isoleusin 14,26 16,80

Leusin 21,31 22,91

Lisin 51,49 40,13

Page 26: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

12

paling lemah. Rhizopus oryzae memiliki aktivitas amilase terkuat (Hidayat et al.,

2006).

Enzim protease, lipase, dan amilase yang dihasilkan Rhizopus oligosporus

dan Rhizopus oryzae bekerja dengan merombak senyawa kompleks menjadi

senyawa sederhana yang mudah diserap tubuh. Protease mengubah protein menjadi

peptida dan asam amino sederhana, lipase mengubah lemak menjadi asam lemak

bebas dan gliserol, sedangkan amilase mengubah karbohidrat menjadi gula

sederhana (Shurtleff dan Aoyagi, 2012). Keuntungan lain dari fermentasi yaitu

dapat mereduksi zat antinutrisi. Stodolak (2008) menyebutkan, tingkat trypsin

inhibitor dan asam fitat dapat direduksi sebanyak 93,99 dan 22 % melalui proses

fermentasi.

Rhizopus oligosporus menghasilkan aroma dan cita rasa khas tempe

sehingga banyak diaplikasikan pada proses pembuatan tempe (Astawan, 2008).

Tempe segar mempunyai aroma lembut seperti jamur yang berasal dari aroma

miselium kapang bercampur dengan aroma asam amino bebas dan aroma yang

ditimbulkan karena penguraian lemak. Tingkat ketajaman aroma semakin

bertambah seiring dengan bertambahnya lama waktu fermatasi karena amonia

terbentuk sebagai produk degradasi protein lanjutan. Akumulsi dari amonia

menyebabkan pembusukan pada tempe (Aswatan, 2004).

Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 3144:2015 menyebutkan, tempe

merupakan makanan asli Indonesia berbentuk padatan kompak berwarna putih

sebagai hasil fermentasi kedelai kupas menggunakan Rhizopus sp. (BSN, 2015).

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan tempe tidak harus menggunakan

kacang kedelai. Penelitian mengenai tempe berbasis non-kedelai sudah banyak

Page 27: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

13

dikembangkan di Indonesia seperti penggunaan kacang koro (Kalaminasih, 2013),

kacang hijau (Maryam, 2015), kacang tunggak (Wardiah et al., 2016), dan lamtoro

(Nursiwi, 2018). Radiati dan Sumarto (2016) berhasil membuat tempe berbasis

kacang merah, kacang tanah, dan kacang bogor dimana panelis menyukai ketiga

tempe tersebut berdasarkan hasil uji organoleptik.

2.5 Angkak

Angkak merupakan produk hasil fermentasi beras menggunakan kapang

Monascus purpureus (Permana et al., 2004). Monascus purpureus mengahasilkan

pigmen warna saat proses fermentasi beras sehingga produk fermentasi berwarna

merah (Gambar 1). Pigmen warna tersebut mempunyai sifat kelarutan tinggi, warna

stabil, mudah dicerna, dan tidak bersifat karsinogenik (Hasan, 2003).

Gambar 1. Angkak (Sumber: Pribadi)

Monascidin merupakan zat aktif utama yang dihasilkan Monascus

purpureus. Monascidin memiliki sifat antibakteri sehingga dapat mengobati

berbagai penyakit termasuk infeksi (Permana et al., 2004) (). () Astawan (2008)

menyebutkan bahwa monascidin pada angkak dapat menghambat pertumbuhan

bakteri patogen dan bakteri perusak seperti Bacillus cereus, sehingga senyawa

tersebut dapat berfungsi untuk mengawetkan makanan.

Page 28: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

14

Secara alami, Monascus purpureus memproduksi lovastatin sebagai hasil

metabolisme. Lovastatin digunakan untuk mengobati penyakit hiperkolesterolemia.

Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dapat memicu terjadinya hipertensi

dan penyakit jantung (Takemoto et al., 2001). Heber et al., (1999) menyebutkan

bahwa lovastatin dapat menurunkan kadar kolesterol darah sebesar 11–32%. Kasim

et al., (2006) menyebutkan lovastatin pada angkak dapat mencegah kenaikan kadar

kolesterol total darah tikus sebesar 49,28%. Angkak juga memiliki kandungan gizi

yang tinggi (Tabel 4). Kadar vitamin C pada angkak sebesar 0,03% dan vitamin A

<70 IU/100g (Ma et al., 2000).

Tabel 4. Kandungan zat gizi dalam 100 gram angkak

Sumber: Ma et al. (2000)

2.6 Hidrolisis Protein

Hidrolisis protein merupakan proses degradasi protein dengan

menggunakan asam, basa, atau enzim proteolitik menjadi peptida dan asam amino

sederhana (Haslaniza et al., 2010). Penilaian tingkat hidrolisis ditentukan dengan

pengukuran derajat hidrolisis. Derajat hidrolisis menunjukkan rasio jumlah peptida

yang diputus selama hidrolisis terhadap total ikatan peptida yang terkandung dalam

masa protein (Cheinson et al., 2009). Tingginya rasio derajat hidrolisis yang

diperoleh menunjukkan ikatan peptida protein yang terurai semakin banyak.

Kandungan Jumlah (%)

Total karbohidrat 73,40

Protein kasar 14,70

Serat Pangan 0,80

Fosfor 0,02

Pigmen 0,30

Asam oleat 0,62

Asam linoleat 0,36

Page 29: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

15

Peptida dari hasil penguraian ini umumnya disebut sebagai hidrolisat protein

(Gimenez et al., 2009).

Pemilihan mekanisme hidrolisis protein sangat mempengaruhi hidrolisat

protein yang dihasilkan. Proses hidrolisis dengan asam atau basa dapat merusak

sebagian asam amino dan menghasilkan senyawa beracun seperti lisinoalanin

(Kristianson dan Rasco, 2000). Hidrolisis secara enzimatik berlangsung pada

kondisi yang lebih mild (tidak pada kondisi ekstrim) dibandingkan menggunakan

asam atau basa, sehingga tidak merusak asam amino (Pardo et al., 2000).

Pemecahan ikatan peptida pada posisi spesifik juga dapat dilakukan dengan

hidrolisis enzimatik seperti pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Reaksi hidrolisis protein dengan enzim protease (Guang et al., 2012)

Enzim renin bekerja spesifik dengan memutus ikatan antara Leu-Val diposisi 10

dan 11 angiotensinogen sehingga dihasilkan angiotensin I. Pembentukan

angiotensin II dari angiotensin I diperoleh dari pemotongan spesifik ACE pada

ikatan antara Phe-His diposisi 9 dan 10.

Angiotensinogen

Renin

NH2-Asp-Arg-Val-Ile-His-Pro-Phe-His-Leu-Val-Ile-His-Ser-R

NH2-Asp-Arg-Val-Ile-His-Pro-Phe-His-Leu-COOH

Angiotensin I

Angiotensin II

ACE

NH2-Asp-Arg-Val-Ile-His-Pro-Phe-COOH

His-Leu

Val-Ile-His-Ser-R

10 11

11

8 9 10

8 9

10

Page 30: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

16

Metode SN-TCA (Soluble Nitrogen after Trichloro Acid Precipitation)

merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya nilai

derajat hidrolisis. Keuntungan metode SN-TCA yaitu proses analisis relatif lebih

cepat dan praktis dibandingkan metode lainnya (Rutherfurd, 2010). Prinsip

pengukuran derajat hidrolisis dengan metode SN-TCA adalah berdasarkan

pengukuran kadar nitogen yang terlarut dalam larutan asam trikloroasetat (TCA)

setelah komponen yang tidak larut mengalami pengendapan akibat proses

sentrifugasi (Rutherfurd, 2010). Haslaniza et al., (2010) menambahkan bahwa

peningkatan derajat hidrolisis disebabkan oleh peningkatan peptida dan asam amino

yang terlarut dalam TCA akibat dari pemutusan ikatan peptida selama hidrolisis

protein.

2.7 Peptida Bioaktif

Peptida bioaktif merupakan fragmen peptida spesifik yang disusun oleh 2-

50 asam amino dan memberikan beberapa keuntungan terhadap tubuh manusia

diantaranya sebagai antioksidan, antihipertensi, dan antikanker (Kitts dan Weiler,

2003). FitzGerald dan Meisel (2003) menyebutkan bahwa peptida bioaktif memiliki

sifat fungsional lebih dari satu. Peptida bioaktif dapat diperoleh dari hasil hidrolisis

protein melalui enzim protease seperti tripsin dan pepsin pada usus mamalia

(Erdmann et al., 2008)

Enzim protease dari Rhizopus sp. selama proses fermentasi kacang-

kacangan menghidrolisis protein menghasilkan asam amino dan peptida yang

berpotensi sebagai peptida bioaktif (Zhang et al., 2006 dan Fan et al., 2009) ().

Gibbs et al., (2004) () menemukan bahwa pada proses fermentasi kacang-kacangan,

kandungan asam amino hidrofobik Gly, Leu, Ile, Pro, Phe, dan Tryp meningkat,

Page 31: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

17

Ala dan Val cenderung tetap, sedangkan Ser, Asp, Glu, dan Tyr cenderung

menurun.

Asam amino dengan urutan Val-Pro-Pro atau Ile-Pro-Pro pada susu kacang

kedelai bersifat ACE inhibitor (Korhonen dan Pihlanto, 2006). Fermentasi

doenjang menghasilkan peptida bioaktif ACE inhibitor dengan urutan asam amino

Ala-Pro, Val-Pro-Pro, dan Ile-Pro-Pro (Kim et al., 1999) Hasil perolehan peptida

bioaktif serupa juga dihasilkan dari proses pembuatan makanan miso (Inoue et al.,

2009).

Peptida bioaktif ACE inhibitor dengan sekuen Val-Leu-Ile-Val-Pro berhasil

diisolasi dari proses hidrolisis protein kacang kedelai dengan enzim protease

(Gouda et al., 2006). Pemurnian dan identifikasi aktivitas ACE inhibitor terhadap

hasil fermentasi kacang kedelai hitam menghasilkan tripeptida His-His-Leu (Shin

et al., 2001). Fermentasi kacang kedelai dengan Aspergilus oryzae menghasilkan

dipeptida Ala-Phe dan Ile-Phe yang besifat ACE inhibitor. Nakahara et al., (2010)

berhasil mengisolasi lima dipeptida ACE inhibitor yaitu Ala-Trip, Gly-Trp, Ala-

Tyr, Ser-Tyr, dan Val-Gly.

Peptida bioaktif kacang buncis dengan sekuen asam amino Gly-Leu-Thr-

Ser-Lys yang dihidrolisis dengan enzim pepsin-pankreatin menunjukkan adanya

aktivitas terhadap ACE inhibitor secara in vitro dengan nilai IC50 65,4 ppm (Vital

et al., 2012). Mojica et al., (2015) menyebutkan tetrapeptida Ser-Gly-Ala-Met,

Asp-Ser-Ser-Gly, Glu-Pro-Thr-Glu, Leu-Leu-Ala-His, Tyr-Val-Ala-Thr, dan Lys-

Pro-Lys-Leu memiliki aktivitas ACE inhibitor sebesar 87,5% dan bersifat sebagai

antioksidan.

Page 32: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

18

2.8 Hipertensi dan Antihipertensi

2.8.1 Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah sistolik manusia diatas 140

mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Kondisi ini terjadi akibat

menyempitnya pembuluh darah sehingga menaikkan tekanan darah (Toy et al.,

2009). Hipertensi dikategorikan menjadi hipertensi primer (esensial) dan hipertensi

sekunder berdasarkan faktor penyebabnya. Faktor kemungkinan penyebab

hipertensi esensial diantaranya stres, konsumsi garam, alkohol, obesitas, serta

merokok. Hipertensi sekunder terjadi akibat dari penyakit ginjal, resistensi obat,

penyakit jantung, dan kelainan endokrin (Sukandar et al., 2009).

Tipe hipertensi yang paling umum terjadi di kebanyakan negara yaitu

hipertensi esensial dengan 90-95% kasus, sedangkan persentase sisanya merupakan

hipertensi sekunder. Jenis hipertensi esensial dapat diperbaiki melalui gaya hidup

sehat seperti mengontrol berat badan, tidak merokok, tidak mengkonsumsi

minuman beralkohol, serta mengurangi asupan natrium dan tingkat stres (Kaerney

et al., 2004).

Renin angiotensin system (RAS) merupakan sistem utama dalam

pengaturan kardiovaskuler dan fungsi ginjal (Ferrario dan Strawn, 2006).

Hipertensi juga dipengaruhi RAS yang melibatkan pengubahan angiotensin I

menjadi angiotensin II oleh enzim pengubah Angiotensin Converting Enzim (ACE).

Angiotensin I merupakan hasil konversi angiotensinogen (globulin darah) oleh

enzim proteolitik ginjal yaitu renin. Renin berperan penting dalam patofisiologi

hipertensi dengan mengendalikan tekanan darah melalui sistem RAS. Renin

disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif, yaitu prorenin dalam glomerulus

Page 33: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

19

ginjal. Bila tekanan arteri turun, glomerulus ginjal akan melepaskan renin ke dalam

sirkulasi sehingga tekanan arteri kembali normal (Carey dan Siragy, 2003).

Gambar 3. Peran ACE dalam pengaturan tekanan darah (Li et al., 2004)

Agiostensin I akan diubah menjadi Angiotensin II oleh enzim ACE yang

terikat pada membran sel endotelial, epitel saraf, serta terlarut dalam darah dan

cairan tubuh. ACE mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II dengan

memotong dipeptida bagian C-terminal (Kumar et al., 2010). Angiotensin II

bersifat vasokonstriktor kuat dan merupakan agen penyebab penyempitan

Kininogen

Kallikrein

Bradikinin

Vasodilatasi

Penurunan tekanan

darah

Peningkatan Tekanan Arteri

Substrat Renin

(Angiotensinogen)

Angiotensin I

Penurunan Tekanan Arteri

Renin (Ginjal)

Angiotensin II

Retensi Ginjal

Peningkatan Tekanan Arteri

Vasokonstriksi

Penyempitan

pembuluh darah

Sekresi aldosteron

meningkat

Retensi air dan

garam

Peningkatan

volume darah

ACE

Peningkatan tekanan darah

Inaktif fragmen

(inactive kinin)

Page 34: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

20

pembuluh darah. Vasokonstriktor kuat ini terlibat dalam pelepasan steroid (hormon

aldosteron) dari korteks ginjal yang menyebabkan retensi natrium ekstraseluler.

Akibat retensi Na ekstraseluler, volume cairan ekstraseluler akan meningkat

sehingga terjadi hipertensi. Degradasi bradikinin (nonapeptida) dalam sistem

kallikrein-kinin yang dapat menurunkan tekanan darah juga dikatalisis oleh ACE

yang merupakan enzim multifungsi (Gambar 3) (Li et al., 2004).

2.8.2 Antihipertensi

ACE inhibitor merupakan antihipertensi dengan mekanisme kerja

menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Penghambatan

perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II menyebabkan vasodilatasi

(pembesaran pembuluh darah) dan mengurangi retensi natrium dengan mengurangi

sekresi aldosteron. Peningkatan bradikinin juga meningkatkan efek penurunan

tekanan darah dari ACE inhibitor (Silva, 2011).

Peptida ACE inhibitor umumnya tersusun atas sekuen pendek asam amino

yakni 2-20 sekuen (Noris dan Fitzgerald, 2012). Peptida yang memiliki aktivitas

ACE inhibitor tinggi dicirikan memiliki residu asam amino hidrofobik pada bagian

C-terminalnya yaitu Trp, Phe, atau Tyr serta residu asam amino rantai cabang pada

bagian N-terminal. Asam amino aromatik seperti Pro, Ala, Val, dan Leu juga

memberikan aktivitas ACE inhibitor yang kuat (Hong et al., 2008; Jao et al.,2012).

Korhonen dan Pihlanto (2006) menyebutkan peptida dengan urutan asam amino

Val-Pro-Pro atau Ile-Pro-Pro mempunyai akitivitas yang tinggi sebagai ACE

inhibitor.

Page 35: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

21

Gambar 4. Interaksi antara peptida ACE inhibitor dengan ACE (Ondetti dan

Cushman 1982).

ACE memiliki tiga sisi aktif yaitu substitusi S1, S1’, dan S2’ yang memiliki

karakter berbeda dalam mengikat inhibitor (Gambar 4). Pengikatan pada sisi aktif

ACE sangat dipengaruhi residu asam amino hidrofobik pada posisi tiga dari C-

terminal. ACE memilih substrat atau inhibitor kompetitif yang mengandung residu

asam amino hidrofobik pada setiap posisi dari C-terminal tripeptida seperti

triptofan, alanin, dan prolin (Ondetti dan Cushman 1982).

Obat antihipertensi yang bertindak sebagai ACE inhibitor salah satunya

yaitu kaptopril. Kaptopril digunakan sebagai kontrol positif terhadap

pengahambatan aktivitas ACE karena memiliki nilai inhibisi 100%. Kaptopril

memiliki afinitas yang tinggi terhadap ACE dan berkompetisi secara kompetitif

dengan substrat untuk mencegah terbentuknya angiotensin II. Cara kerja kaptopril

adalah menghambat pembentukan angiotensin I menjadi II dengan mengikat sisi

aktif dari enzim ACE (Riu et al., 2013).

2.9 Uji Aktivitas ACE Inhibitor secara in Vitro

Metode penentuan aktivitas ACE inhibitor dapat ditentukan secara

instrumental menggunakan spektrofotometer, photofluorometer, HPLC,

Page 36: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

22

elektroforesis, dan radiokimia. Pengukuran aktivitas ACE inhibitor yang sederhana

adalah menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis karena lebih ekonomis,

cepat, dan akurat (Islamudin et al., 2017).

Analisis aktivitas ACE inhibitor secara in vitro umumnya dilakukan dengan

metode Chusman dan Cheung (1971). Prinsip kerja metode ini berdasarkan pada

pengukuran asam hipurat sebagai produk reaksi enzimatik dari hidrolisis substrat

HHL (Hipuril-Histidil-Leusin) dengan enzim ACE. Panjang gelombang yang

digunakan dalam pengukuran konsentrasi asam hipurat yaitu 228 nm (Gambar 5).

Asam hipurat menggambarkan aktivitas ACE, sehingga apabila terdapat aktivitas

ACE inhibitor maka konsentrasi produk asam hipurat yang terukur menurun.

ONH

O

OHCH3CH3

NH2

N

NH

O NH

O

OH

Gambar 5. Reaksi Hidrolisis HHL menjadi asam hipurat oleh ACE (Chusman

dan Cheung, 1971).

ONH

O

OHCH3CH3

NH

N

NH

NH

O

O

Hipuril-L-Histidil-L-Leusin

Histidil-L-Leusin

Asam Hipurat

ACE

Asam Hipurat

Histidin

Leusin

Page 37: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

23

2.10 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode analisis yang menggunakan

pengukuran di daerah spektrum violet dan sinar tampak. Instrumen ini terdiri atas

sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis pada panjang

gelombang 200-400 nm (Khopkar, 2003). Penentuan derajat kemurnian dari suatu

sampel dapat ditentukan dengan menentukan besar serapan relatifnya. Serapan

relatif adalah perbandingan nilai serapan pada 2 ujung panjang gelombang tertentu

dimana untuk zat tertentu besarnya tertentu pula, sehingga dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kemurnian zat tersebut (Dachrhriyus, 2004).

Prinsip kerja metode spektrofotometer UV-Vis yaitu cahaya berasal dari

sumber lampu deutrium dan lampu tungsten yang bersifat polikromatis menuju

monokromator. Monokromator mengubah cahaya polikromatis menjadi

monokromatis yang dilewatkan menuju larutan standar dan sampel. Pada proses ini

terjadi absorbansi cahaya monokromatis dan sebagian ditransmisikan. Cahaya yang

ditransmisikan akan melalui detektor dan dihasilkan data (Shah et al., 2015). Skema

kerja alat dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Skema kerja alat spektrofotometer UV-Vis (Shah et al., 2015)

Sumber Monokromator Standar

Sampel

Detektor I

Detektor II

Amplifier

Hasil

Page 38: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

24

Pengukuran aktivitas ACE inhibitor dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen spektrofotometer UV-Vis. Salah satu metode analisis yang

menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis yaitu metode Chusman dan

Cheung. Asam hipurat dari hidrolisis substrat HHL oleh ACE memiliki gugus

aromatik yang mengalami transisi elektron dari orbital phi ke phi antibonding

(π→π*), sedangkan gugus karbonil mengalami transisi elektron dari orbital non

bonding ke orbital phi antibonding (n→π*). Transisi elektron memberikan

intensitas penyerapan sinar monokromatik yang sebanding dengan besar

konsentrasinya. Data yang didapat dinyatakan sebagai nilai persentase inhibisi

(Chusman dan Cheung, 1971).

Penelitian terkait peptida bioaktif ACE inhibitor menggunakan metode

Chusman dan Cheung dengan spektrofotometer UV-Vis diantaranya yaitu

Kinoshita et al., (1993) menemukan aktivitas ACE inhibitor dari ekstrak soy sauce

dengan nilai IC50 3,44 mg/mL. Kuba et al., (2003) menyebutkan aktivitas ACE

inhibitor dari ekstrak tofuyo hasil fermentasi dengan angkak memiliki nilai IC50

1,77 mg/mL. Aktivitas ACE inhibitor pada kacang buncis varietas bayo memiliki

nilai IC50 0,47 mg/mL (Benitez et al., 2014).

Page 39: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 hingga Agustus

2019 di Laboratorium Kimia Pangan dan Biologi Dasar, Pusat Laboratorium

Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer

Lambda 500, blender, dryer, freezer, magnetic stirer, mixer, vortex, waterbath,

cawan porselin, desikator, kain saring, kertas saring biasa, kertas saring Whatman

No. 1, loyang panggangan, panci, kain nasi, tampah berukuran sedang, plastik (20

x 15 cm), kompor, mikropipet 5 hingga 1000 µL, oven, penangas (hot plate), pH

meter, tanur pengabuan, tabung eppendorf volume 2 dan 15 mL, tabung reaksi,

timbangan analitik, dan peralatan gelas lainnya.

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kacang buncis

(Phaseolus vulgaris L.) diperoleh dari Pasar Jatinegara dan kedelai hitam (Glycine

soja (L) merrit) diperoleh dari Boyolali. Bahan kimia yang digunakan adalah ragi

merek Raprima yang diproduksi oleh PT. Aneka Fermentasi Industri (AFI), angkak

merek Vegan, enzim ACE merek Sigma dari paru-paru tikus, substrat HHL (N-

hipuril-his-leu) merek Sigma, kontrol positif kaptopril merek Hexapharm Jaya,

akuades, asam klorida, natrium hidroksida, etil asetat, TCA (trikloroasetat) 10%,

BSA (Bovine Serum Albumine), pereaksi Bradford, buffer borat pH 8,3, kalium

sulfat, asam sulfat, asam borat, dan natrium borat

Page 40: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

26

3.3.1 Fermentasi Kacang Buncis dan Kedelai Hitam (Irdawati et al. 2012 dan

Nurrahman et al. 2012)

Kacang buncis kering sebanyak 60 gram direbus selama 1 jam dan ditiriskan.

Biji kacang buncis dibelah, sehingga kulitnya terlepas. Kacang buncis tanpa kulit

dicuci sampai bersih kemudian dikukus selama 20 menit dan ditiriskan. Kacang

kedelai hitam kering sekitar 60 gram direbus sampai mendidih selama 30 menit,

selanjutnya dikuliti dan dikukus selama 1 jam lalu ditiriskan.

Kacang buncis dan kedelai hitam dengan perbandingan (1:1) difermentasi

menggunakan ragi 0,2 % dan angkak dengan konsentrasi 2 (%) selama 0, 12, 18,

24, 36 dan 48 jam. Kontrol kacang buncis dan kedelai hitam hanya diinokulasikan

ragi 0,2 %. Fermentasi dilakukan didalam plastik ukuran (20 x 15 cm) yang telah

dilubangi. Proses fermentasi dilakukan pada suhu ruang. Tempe yang dihasilkan

dilakukan uji organoleptik.

3.3.2 Uji Organoleptik (SNI 2006)

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis

terhadap tekstur, aroma, dan warna tempe. Panelis yang memberikan penilaian

terdiri dari 30 orang panelis tidak terlatih. Rentang nilai yang dipakai yaitu 1-5

dimana masing-masing angka menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap

produk (Tabel 5). Nilai tingkat kesukaan panelis dilakukan analisis statistik

terhadap data hasil uji organoleptik. Format uji organoleptik ditampilkan pada

Lampiran (14).

Page 41: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

27

Tabel 5. Skala hedonik pada uji organoleptik

3.3.3 Ekstraksi Protein (Wu et al. 2009)

Tempe, kacang buncis, dan kedelai hitam dihaluskan dengan blender sampai

halus. Sebanyak 1 gram bubuk tempe dan kacang, masing-masing dilarutkan

dengan akuades (1:10 w/v) dan dikondisikan pada pH 8,5 dengan penambahan

NaOH 1 N (Lampiran 5). Suspensi diaduk dengan stirrer (selama 1 jam di suhu

ruang), selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3.500 g pada suhu 4 oC selama

20 menit. Supernatan yang diperoleh dikondisikan pada pH 4,5 dengan

penambahan HCl 1 N (Lampiran 5). Suspensi kembali disentrifugasi dengan

kecepatan 3.500 g pada suhu 4 oC selama 20 menit. Endapan ditambahkan akuades

(1:10 w/v), kemudian diaduk selam 1 jam pada suhu ruang dan disentrifugasi pada

3.500 g selama 20 menit. Supernatan dibuang sedangkan endapan ekstrak protein

disimpan dalam freezer -20 oC.

3.3.4 Uji Kadar Protein Terlarut (Bradford 1976)

Ekstrak protein sebanyak 0,1 gram dilarutkan dengan 2 mL PBS pH 8,0

(Lampiran 7) menggunakan vorteks. Campuran disentrifugasi dengan kecepatan

13000g pada suhu 4 oC selama 20 menit dan dipipet 100 µL yang ditempatkan

dalam tabung reaksi. Pereaksi Bradford (Lampiran 7) sebanyak 5 mL ditambahkan

ke dalam campuran, divorteks serta diukur absorbansinya dengan spektrofotometer

Skor Keterangan

1 Sangat tidak suka

2 Tidak suka

3 Agak suka

4 Suka

5 Sangat suka

Page 42: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

28

pada panjang gelombang 595 nm setelah didiamkan selama 5 menit. Larutan

standar yang digunakan yaitu Bovine Serum Albumin (BSA) (Lampiran 7).

3.3.5 Uji Derajat Hidrolisis (Hoyle dan Merrit 1994)

Derajat Hidrolisis dihitung dengan metode SN-TCA. Sebanyak 10 mg ekstrak

protein tempe ditambahkan 10 mL TCA 10% (b/v) (Lampiran 9). Campuran

tersebut didiamkan selama 30 menit dan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan

7.800 g pada suhu 4 oC selama 15 menit. Supernatan yang diperoleh masing-masing

dianalisis dengan metode Bradford. Penentuan derajat hidrolisis diperoleh melalui

persamaan berikut:

DH (%) = Protein terlarut dalam 10 % TCA (b/v)

Total protein terlarut bahan x 100%

3.3.6 Uji Proksimat

Analisa proksimat dilakukan terhadap kacang buncis, kedelai hitam, dan

tempe dengan konsentrasi angkak dan waktu fermentasi terbaik. Parameter uji

proksimat yang dilakukan yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar

lemak.

Kadar Air (AOAC 2005)

Metode oven digunakan untuk mengukur kadar air sampel. Cawan porselin

dikeringkan di oven pada suhu 105 oC selama 15 menit, kemudian pendinginan

dilakukan dalam desikator, dan ditimbang sebagai (A). Sampel sebanyak 2 gram

(B) ditimbang dalam cawan (A) dan dikeringkan dalam oven bersuhu 105 oC

selama 6 jam. Pendinginan dilakukan dalam desikator dan ditimbang sampai massa

konstan (C). Kadar air ditentukan dengan persamaan berikut:

Page 43: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

29

Kadar Air (%) = [B-(C-A)/B] x 100%

Dimana:

A = Berat cawan kosong (gram)

B = Berat sampel (gram)

C = Berat cawan + sampel (gram)

Kadar Abu (AOAC 2005)

Metode pemanasan langsung digunakan dalam analisa kadar abu. Sampel

sebanyak 2 gram (B) dimasukkan dalam cawan porselin yang telah diketahui

bobotnya sebagai (A). Pengarang terhadap sampel dilakukan hingga tidak berasap,

kemudian ditanur dengan suhu 500-600 oC selama 3 jam sampai didapat abu

berwarna putih, selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang bobot tetap

sebagai (C). Kadar abu ditentukan melalui persamaan:

Kadar abu (%) = [(C-A)/B] x 100%

Dimana:

A = Berat cawan kosong (gram)

B = Berat sampel (gram)

C = Berat cawan + sampel (gram)

Kadar Protein (AOAC 2005)

Analisa kandungan protein berdasarkan total nitrogen terdiri dari tiga tahap

yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Tahap destruksi dilakukan dengan

mamasukkan 4 gram sampel ke dalam labu Kjeldahl yang ditambahkan dengan 2

gram campuran katalis selen (SeO2 + K2SO4 + CuSO4), kemudian didestruksi

dengan kenaikan suhu secara bertahap selama 2,5 jam sampai cairan berubah warna

menjadi hijau toska dan didinginkan. Sampel yang diperoleh diencerkan dengan

akuades sampai 100 mL.

Page 44: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

30

Tahap destilasi dilakukan dengan memasukkan 25 mL sampel hasil

destruksi dalam labu destilasi dan ditambakan 25 mL larutan NaOH 30% serta

indikator pp. Erlenmeyer ukuran 250 mL yang berisi larutan asam borat dan 3 tetes

indikator conway diletakkan dibawah kondensor. Proses destilasi dilakukan selama

20 menit setelah tetesan pertama hingga warna destilat menjadi hijau toska.

Tahap titrasi dilakukan dengan mentitrasi larutan hasil destilasi

menggunakan titran HCl 0,05 N yang telah distandarisasi dengan larutan boraks

0,05 N. Titrasi dilakukan sampai warna hijau toska pada larutan tepat berubah

menjadi merah seulas. Volume titran HCl yang dipakai diukur.

[HCl] = mg Boraks

Mr Boraks x Volume rata−rata HCl x Fp

N (%) = Volume HCl x N HCl x Ar Nitrogen

mg sampel x 100% x Fp

Protein (%) = N (%) x Faktor konversi (5,75)

Kadar Lemak (AOAC 2005)

Labu bulat yang akan digunakan dibersihkan dan dikeringkan dalam oven,

selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang sebagai A. Sampel tempe

sebanyak 3 gram (B) dibungkus dalam kertas saring dan dimasukkan dalam tabung

ekstraksi sokhlet. Alat kondensor diletakkan dibagian atas dan labu bulat dibagian

bawah. Pelarut heksan 200 mL dimasukkan dalam labu bulat dan dilakukan proses

pemanasan sekitar 5 jam. Labu yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam

oven pada suhu 105 oC hingga mencapai bobot yang tetap, kemudian didinginkan

Page 45: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

31

dalam desikator. Labu yang bersisi lemak ditimbang (C) sehingga bobot lemak

dapat dicari melalui persamaan berikut:

Kadar lemak (%) = [(C-A)/B] x 100%

Keterangan:

A = Berat labu (gram)

B = Berat sampel (gram)

C = Berat labu + sampel (gram)

3.3.7 Uji ACE Inhibitor secara in Vitro (Cushman dan Cheung 1971)

Uji Aktivitas ACE Inhibitor

Ekstrak protein tempe sebanyak 15 µL ditambahkan 125 µL buffer Na-borat

100 mM (pH 8,3) dengan kandungan 7,6 mM HHL dan 608 mM NaCl (Lampiran

11). Preinkubasi dilakukan terhadap campuran didalam waterbath selama 5 menit

pada suhu 37 oC. Reaksi dimulai dengan menambahkan enzim ACE 50 µL

(Lampiran 11) yang dilarutkan dengan akuades (50 mU/mL) dengan waktu

inkubasi 30 menit pada suhu 37 oC. Blanko menggunakan aquades sebanyak 50 µL.

Penghentian reaksi dilakukan dengan penambahan 125 µL HCL 1N.

Ekstraksi asam hipurat hasil pembebasan oleh enzim ACE dilakukan dengan

penambahan etil asetat sebanyak 750 µL dan divorteks selama 15 detik. Ekstrak

yang diperoleh disentrifugasi dengan kecepatan 12000 rpm selama 10 menit pada

suhu 4 oC. Lapisan atas dari supernatan dikumpulkan sebanyak 500 µL dan

dikeringkan pada suhu 90 oC selama 30 menit. Asam hipurat kemudian dilarutkan

dalam 1 mL akuades dan diukur besar absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis

Page 46: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

32

pada panjang gelombang 228 nm sebagai hasil dari total asam hipurat yang didapat.

Aktivitas inhibitor ACE ditentukan menggunakan persamaan:

% Aktivitas ACE inhibitor =[C − A]

[C − B]X 100%

Dimana:

A = absorbansi sampel,

B = absorbani blanko,

C = absorbansi kontrol (akuades).

Penentuan Nilai IC50

Uji IC50 ace inhibitor hampir sama dengan uji ACE inhibitor pada

umumnya, hanya saja dalam menghitung IC50 dibuat kurva absorbansi sampel

terlebih dahulu. Larutan sampel dibuat variasi konsentrasi 0, 20, 40, 60, 80, dan 100

mg/L dari larutan induk 1000 mg/L. Perlakuan dilanjutkan berdasarkan prosedur

pengujian aktivitas ACE inhibitor. Persen penghambatan dari masing-masing

konsentrasi sampel ditentukan dengan persamaan y = a (x) + b (persamaan

logaritmik). Variabel y merupakan aktivitas ACE inhibitor (untuk IC50, y = 50) dan

variabel x merupakan konsentrasi peptida ACE inhibitor.

Page 47: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tempe Campuran Kacang Buncis dan Kedelai Hitam

Tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam dibuat dengan 2

fermenter yaitu Rhizopus sp. dan Monascus purpureus. Penggunaan dua jenis

fermenter bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap profil hidrolisat

protein serta sifat biologisnya sebagai antihipertensi. Konsentrasi ragi yang

digunakan sebesar 0,2% (b/b), hal ini disesuaikan dengan jumlah yang digunakan

untuk fermentasi kacang kedelai. Uji organoleptik terhadap tempe yang dihasilkan,

dilakukan oleh 30 panelis sesuai peraturan SNI 01-2346-2006.

Gambar 8. Tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam dengan variasi

waktu fermentasi

0 jam 6 jam 12 jam 18 jam

24 jam 25 jam 30 jam 36 jam

42 jam 48 jam

Page 48: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

35

Pertumbuhan miselium kapang mulai jelas teramati pada waktu fermentasi

18 jam disertai dengan adanya uap air akibat fermentasi. Waktu fermentasi

optimum yang didapatkan untuk tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam

ditemukan antara 24 sampai 25 jam. Hal ini didasarkan pada hasil pengamatan yang

menunjukkan miselium kapang terlihat menutupi permukaan kacang secara merata.

Pengamatan terhadap warna dan aroma tempe pada rentang waktu tersebut juga

menunjukkan hasil yang optimal (Gambar 8). Pengujian lanjutan dengan metode

organoleptik dilakukan untuk memperkuat penentuan waktu fermentasi yang

optimum.

Warna miselium mulai menjadi kuning seiring dengan bertambanya waktu

fermentasi. Bercak hitam yang menandakan terjadinya proses pembusukan mulai

terlihat jelas pada waktu fermentasi 30 jam. Semakin lama waktu fermentasi,

semakin jelas terlihat proses pembusukan pada tempe (Gambar 8). Proses

pembusukan juga ditandai dengan adanya bau amonia sebagai bentuk degradasi

lanjutan dari protein, sehingga menyebabkan pertumbuhan kapang semakin

menurun (Owens, 2015).

RCH(NH3)COOH + nO2 → nCO2 + yH2O + NH4 OH

Reaksi pembentukan bau amonia dari degradasi protein

Konsentrasi angkak dan waktu fermentasi optimum ditentukan dari hasil uji

organoleptik. Atribut sensori yang ditentukan dalam metode uji organoleptik

meliputi tekstur, warna, aroma, dan tingkat kesukaan umum. Penilaian ditentukan

melalui uji rating hedonik dengan skala sangat tidak suka hingga sangat suka yaitu

skala 1-5. Panelis yang melakukan penilaian merupakan panelis tidak terlatih

sebanyak 30 orang. Tempe yang diuji organoleptik baru dibuat untuk

Page 49: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

36

mepertahankan kesegarannya (Gambar 9 dan 10). Data hasil organoleptik diolah

menggunakan aplikasi SPSS dengan uji one way ANOVA. Uji lanjutan DMRT

(Ducan Multiple Range Test) dengan taraf signifikansi 5% dilakukan apabila

terdapat perbedaan nyata pada ragam data yang diperoleh.

Gambar 9. Tempe dengan waktu fermerntasi 24 jam

Hasil pengamatan secara visual, tempe dengan waktu fermentasi 24 jam

pada konsentrasi angkak 1; 1,5; dan 2 (%) memiliki tampilan yang sulit dibedakan

dari atribut warna yaitu merah khas angkak dan tekstur yang terlihat kompak

(Gambar 9), hasil yang sama juga diperoleh pada tempe dengan waktu fermentasi

25 jam (Gambar 10). Aroma khas tempe pada waktu fermentasi 25 jam sedikit lebih

menyengat dibandingkan pada waktu fermentasi 24 jam.

Gambar 10. Tempe dengan waktu fermerntasi 25 jam

Page 50: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

37

4.2 Hasil Organoleptik Tempe Kacang Buncis dan Kedelai Hitam

Tekstur

Tekstur tempe menurut SNI 3144:2015 yaitu bertekstur kompak atau tidak

mudah hancur saat dipotong dan permukaan tempe tertutupi secara sempurna oleh

miselium kapang. Hasil analisa data organoleptik tekstur ditampilkan pada Gambar

11. Skor organoleptik tertinggi diperoleh pada tempe A3 dengan formulasi

konsentrasi angkak 2% dan waktu fermentasi 24 jam yaitu sebesar 3,87 pada skala

agak suka hingga suka. Hasil penelitian ini sangat sesuai dengan penelitian

sebelumnya oleh Irdawati et al., (2012) yaitu tempe dengan penambahan angkak

2% dan waktu fermentasi 24 jam memiliki tekstur sesuai SNI 3144:2015.

Gambar 11. Rerata tingkat kesukaan tekstur tempe kacang buncis dan

kedelai hitam

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata konsentrasi

angkak 1; 1,5; dan 2 (%) terhadap tekstur tempe pada waktu fermentasi 24 jam

(P<0,05), sedangkan pada waktu fermentasi 25 jam konsentrasi angkak tidak

berpengaruh terhadap tekstur tempe (P>0,05) (Lampiran 15 dan 16). Uji lanjutan

3,23 3,13

3,87

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

A1 A2 A3

Skor

tekst

ur

Konsentrasi angkak

24 jam

Page 51: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

38

DMRT (Ducan Multiple Range Test) dilakukan pada sampel fermentasi 24 jam

untuk mendapatkan konsentrasi angkak optimum yang menghasilkan tekstur tempe

terbaik yaitu kompak dan tidak mudah hancur saat dipotong. Hasil yang diperoleh

menunjukkan konsentrasi angkak sebesar 2% menghasilkan tekstur tempe terbaik

yaitu lebih kompak dibandingkan konsentrasi angkak 1 dan 1,5 (%) (Lampiran 15).

Warna

Kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan dapat ditentukan dari

warna makanan tersebut. Warna juga dapat memberikan petunjuk mengenai

perubahan kimia dalam makanan seperti pencoklatan (Putra dan Isrona, 2014).

Umumnya warna yang menarik dapat mempengaruhi selera konsumen dan

membangkitkan selera makan. Spence (2015) mengemukakan bahwa penampilan

makanan terutama warna merah dan kuning sangat berpengaruh untuk menggugah

selera. Identik dengan gairah dan energi, makanan dengan warna merah sangat

menarik minat dari konsumen.

Penambahan angkak pada penelitian ini menyebabkan warna tempe yang

dihasilkan berwarna merah. Warna merah berasal dari pigmen warna

monaskorubramin dan rubropunktamin yang terdapat pada angkak. Dwinaningsih

(2010) menyatakan penambahan warna merah dengan angkak pada tempe kedelai

hitam lebih menarik perhatian panelis dibandingkan dengan tempe pada umumnya

yang berwarna putih yang berasal dari miselium Rhizopus sp. (ragi).

Hasil uji organoleptik (Gambar 12) dapat disimpulkan bahwa tingkat

kesukaan panelis terhadap warna tempe A3 dengan waktu fermentasi 24 jam adalah

yang tertinggi yaitu 3,3 pada skala agak suka hingga suka. Menurut panelis

Page 52: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

39

formulasi tersebut sangat pas untuk menghasilkan warna tempe yang tidak terlalu

pudar (pucat) dan mencolok.

Gambar 12. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap warna tempe kacang buncis

dan kedelai hitam

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam, konsentrasi angkak 1; 1,5; dan 2 (%)

tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap warna tempe pada waktu fermentasi 24

dan 25 jam (Lampiran 17 dan 18). Hal ini menandakan warna pada keenam sampel

tempe dapat diterima oleh panelis karena dinilai lebih menarik dibandingkan tempe

pada umumnya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dwinaningsih (2010) yaitu hasil uji organoleptik tempe kedelai hitam dengan

penambahan angkak sebanyak 2% memberikan warna merah yang menarik minat

panelis (Gambar 13).

Gambar 13. Warna tempe dengan konsentrasi angkak 2% dan waktu fermentasi 24

jam

Sumber: Irdawati et al., 2012 Sumber: Pribadi

2,93

3,03

3,3

2,7

2,8

2,9

3

3,1

3,2

3,3

3,4

A1 A2 A3

Skor

war

na

Konsentrasi angkak

24 jam

Page 53: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

40

Aroma

Tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam memiliki aroma lebih

menyengat dibandingkan tempe kedelai kuning. Aroma menyengat pada tempe

dikarenakan tingginya kandungan karbohidrat kacang buncis yaitu sekitar 59% dan

kedelai hitam sekitar 35,61%. Kadar karbohidrat campuran dari kedua kacang

tersebut lebih tinggi dibandingkan kedelai kuning yaitu sekitar 36,90% (Sai-Ut et

al., 2009 dan Nurrahman, 2015). Fermentasi karbohidrat campuran kacang

menghasilkan alkohol yang lebih tinggi dibandingkan fermentasi kedelai kuning

sehingga aroma yang dihasilkan semakin menyengat (Asngad dan Suparti, 2011).

Gambar 14. Rerata tingkat kesukaan aroma tempe kacang buncis dan kedelai hitam

Pengujian tingkat kesukaan aroma dilakukan dengan menghirup bau tempe.

Berdasarkan uji organoleptik, nilai kesukaan terhadap aroma tempe (Gambar 14)

tertinggi diperoleh pada sampel A3 dengan waktu fermentasi 24 jam sebesar 4,13

pada skala suka hingga sangat suka. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan

konsentrasi angkak 1; 1,5; dan 2 (%) berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap aroma

3,17

3,27

3,8

2,8

2,9

3

3,1

3,2

3,3

3,4

3,5

3,6

3,7

3,8

3,9

A1 A2 A3

Skor

kes

ukaa

n u

mum

Konsentrasi angkak

24 jam

Page 54: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

41

tempe pada waktu fermentasi 24 jam, sedangkan pada waktu fermentasi 25 jam

konsentrasi angkak tidak berpengaruh terhadap aroma tempe (P>0,05) (Lampiran

19 dan 20). Uji lanjutan DMRT dilakukan pada sampel fermentasi 24 jam untuk

mendapatkan konsentrasi angkak optimum yang menghasilkan aroma khas tempe

yang pas. Hasil yang diperoleh menunjukkan konsentrasi angkak sebesar 2%

menghasilkan aroma khas tempe yang pas dibandingkan konsentrasi angkak 1 dan

1,5 (%) yang memiliki aroma kurang tercium (Lampiran 19).

Kesukaan Umum (Overall)

Kesukaan umum yang dimaksudkan pada penelitian ini yaitu penilaian

terhadap semua faktor mutu yang meliputi tekstur, warna, dan aroma tempe. Hasil

penilaian menunjukkan tingkat penerimaan panelis pada tempe campuran kacang

buncis dan kedelai hitam terhadap formulasi penambahan angkak dan lama waktu

fermentasi optimum dapat diketahui secara tepat.

Gambar 15. Rerata tingkat kesukaan umum tempe kacang buncis dan kedelai

hitam

3,47 3,47

4,13

3

3,2

3,4

3,6

3,8

4

4,2

A1 A2 A3

Skor

arom

a

Konsentrasi angkak

24 jam

Page 55: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

42

Hasil penilaian secara keseluruhan (overall), tempe A3 dengan waktu

fermentasi 24 jam memiliki nilai tertinggi (paling disukai) yaitu 3,80 pada skala

agak suka hingga suka (Gambar 15). Data analisa sidik ragam menunjukkan adanya

pengaruh nyata (P<0,05) konsentrasi angkak 1; 1,5; dan 2 (%) terhadap parameter

kesukaan umum pada waktu fermentasi 24 dan 25 jam (Lampiran 21 dan 22). Uji

lanjutan DMRT dilakukan pada keenam sampel untuk menentukan konsentrasi

angkak dan waktu fermentasi optimum sehingga dihasilkan tempe terbaik dari

parameter tekstur, warna, dan aroma. Hasil yang diperoleh menunjukkan

konsentrasi angkak sebasar 2% dan waktu fermentasi 24 jam menghasilkan tempe

terbaik. Formulasi tersebut disukai oleh panelis sebagai produk pangan fungsioanal

yang layak untuk dikonsumsi.

4.3 Ekstrak Protein

Ekstraksi protein campuran kacang buncis dan kedelai hitam serta tempe

menggunakan metode titik isoelektrik pada pH 4,5. Wu et al., (2009) menyebutkan

titik isoelektrik untuk protein kacang-kacangan berada pada pH sekitar 4,5 karena

pada kondisi ini kelarutan protein dalam air sangat rendah sehingga protein akan

mengendap. Chalid et al., (2019) menentukan pH titik isoelektrik untuk tempe

berbasis kedelai kuning juga dilakukan pada pH 4,5.

Hasil ekstraksi protein dari 10 gram campuran kacang dan tempe

ditampilkan pada Gambar 16. Ekstrak protein tertinggi diperoleh pada waktu

fermentasi 24 jam sebanyak 2,32 gram yaitu lebih tinggi dibandingkan kontrol

sebesar 1,79 gram. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian

Chalid et al., (2019) yaitu diperoleh ekstrak protein tertinggi sebesar 3,13 gram

Page 56: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

43

pada waktu fermentasi 24 jam. Faktor yang dimungkinkan menjadi penyebab

rendahnya ekstrak protein yang diperoleh yaitu perbedaan kadar protein bahan.

Kacang buncis memiliki kandungan protein berkisar 16-33%, sedangkan kedelai

hitam dengan kisaran 37-41%. Kacang kedelai kuning memiliki kandungan protein

lebih tinggi dibandingkan kedua kacang tersebut yaitu sekitar 42% sehingga ekstrak

protein yang diperoleh dalam penelitian ini lebih rendah (Vega et al., 2009;

Nurrahman, 2015).

Gambar 16. Hasil ekstraksi protein tempe kacang buncis dan kedelai hitam

Ketepatan dalam penentuan titik pH isoelektrik pada proses ekstraksi

protein juga berpengaruh dalam perolehan jumlah ekstrak. Kelebihan asam atau

sebaliknya dapat menimbulkan gaya tolakan elektrostatik yang menyebabkan

terjadinya penguraian molekul protein. Kondisi ini menyebabkan protein semakin

jauh dengan titik isoelektrik serta meningkatkan kelarutan protein dalam air,

sehingga ekstrak protein yang diperoleh lebih rendah (Triyono, 2010).

Perubahan pH akan mengubah ionisasi gugus fungsional protein sehingga

muatan protein berubah. Protein memiliki muatan positif jika nilai pH lebih rendah

1,79

1,43 1,48

1,64

2,32

1,87

1,26

0,88

0,63

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0 6 12 18 24 30 36 42 48

Ekst

rak P

rote

in (

gra

m)

Waktu Fermentasi (jam)

Page 57: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

44

dari tiik isoelektrik, sebaliknya protein bermuatan negatif jika nilai pH lebih tinggi

dari titik isoelektrik. Titik isoelektrik menunjukkan muatan total protein sama

dengan nol (0) sehingga protein akan mengendap (Winarno, 2004).

4.4 Kadar Protein Terlarut

Kadar protein terlarut kontrol yaitu campuran kacang buncis dan kedelai

hitam dan tempe ditentukan dengan metode Bradford. Protein terlarut sampel

menunjukkan banyaknya protein yang larut dalam PBS (Phospate Buffer Saline)

yang umumnya berada pada bentuk oligopeptida sehingga mudah dicerna tubuh

(Purwoko dan Noor, 2007).

Kadar protein terlarut kontrol dengan waktu fermentasi 0 jam didapatkan

sebesar 406,5 ppm (Gambar 17). Kadar protein terlarut pada waktu fermentasi 6

dan 12 jam masih rendah, diperkirakan kapang Monascuss purpureus dan Rhizopus

sp. masih berada dalam fase lag (penyesuaian) sehingga ezim protease yang

dihasilkan masih sedikit. Kondisi ini ditandai dengan masih sedikitnya miselium

kapang yang tumbuh pada permukaan tempe (Gambar 8).

Gambar 17. Kadar protein terlarut tempe kacang buncis dan kedelai hitam

406,5

230,25

331,92

442,33

491,58

570,25

124151,08

176,92

0

100

200

300

400

500

600

Kontrol 6 12 18 24 30 36 42 48

Kad

ar P

rote

in (

ppm

)

Waktu Fermentasi (jam)

Page 58: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

45

Kenaikan kadar protein terlarut terus terjadi sampai waktu fermentasi 30 jam.

Kondisi ini diperkirakan oleh tingginya aktivitas enzim proteolitik yang dihasilkan

kapang, sehingga proses penguraian protein menjadi asam amino semakin

meningkat. Semakin banyak asam amino hasil degradasi protein, semakin banyak

kadar nitrogen terlarutnya (Susi, 2012).

Penurunan sumber nutrisi pada tempe mulai terjadi pada waktu fermentasi

30 jam yang ditandai dengan mulai terjadinya pembusukan. Kadar protein terlarut

pada waktu fermentasi 36, 42, dan 48 jam mengalami penurunan secara signifikan

diperkirakan semakin lama proses fermentasi berlangsung, semakin besar

penurunan nitrogen dari protein kacang yang dibutuhkan kapang untuk

pertumbuhannya (Sayudi et al., 2015).

Waktu fermentasi 42 dan 48 jam terjadi sedikit peningkatan kadar protein

terlarut. Hal ini diduga terjadinya proses kanibalisme antara kapang Monascus

purpureus dan Rhizopus sp. atau sesamanya karena sumber nutrisi pada tempe

semakin menurun (Riadi, 2013). Kapang yang dapat bertahan hidup kembali

menghasilkan enzim protease untuk merombak protein tersisa dari tempe sehingga

kadar protein terlarut kembali mengalami peningkatan. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Chalid et al., (2019) terhadap kadar protein terlarut tempe

berbasis kedelai kuning.

4.5 Derajat Hidrolisis (DH)

Derajat hidrolisis menunjukkan banyaknya jumlah produk hidrolisat yang

dihasilkan selama fermentasi berlangsung, sehingga memiliki kecenderungan yang

sama dengan jumlah protein terlarut atau gugus asam amino bebas. Proses hidrolisis

Page 59: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

46

dalam penelitian ini berlangsung secara enzimatis yaitu memanfaatkan enzim yang

dihasilkan oleh kapang. Konsentrasi enzim yang dihasilkan kapang dan lama waktu

fermentasi yang digunakan mempengaruhi nilai derajat hidrolisis (Apiwatanapiwat

et al., 2009).

Proses hidrolisis secara enzimatik pada penelitian ini dipilih karena lebih

menguntungkan dibandingkan menggunakan asam atau basa. Kunts (2009)

menyebutkan metode enzimatik lebih memungkinkan memproduksi hidrolisat

fragmen peptida yang berbeda sehingga mempunyai kemungkinan yang sangat luas

terkait dengan sifat fungsional sebagai ACE inhibitor. Hidolisis yang dilakukan

secara kimia dengan asam atau basa dapat merusak sebagian asam amino dan

menghasilkan senyawa beracun seperti lisinoalanin (Pardo et al., 2000). Nilai DH

tempe ditampilkan pada Gambar 18.

Gambar 18. Derajat hidrolisis tempe kacang buncis dan kedelai hitam

Berdasarkan data diatas, disimpulkan bahwa kontrol memiliki nilai DH

sangat rendah karena proses fermentasi belum berlangsung. Waktu fermentasi 6

1,483,63

11,73

25,36

35,2 35,71

17,9820,13

22,28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0 6 12 18 24 30 36 42 48

Der

ajat

Hid

roli

sis

(%)

Waktu Fermentasi (jam)

Page 60: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

47

dan 12 jam terjadi sedikit kenaikan DH, peningkatan yang rendah ini

mengindikasikan masih sedikitnya enzim protease yang dihasilkan kapang karena

proses fermentasi baru saja berlangsung. Nilai DH mengalami kenaikan cukup

signifikan pada waktu fermentasi 18 jam karena miselium yang tumbuh semakin

banyak (Gambar 8). Kenaikan nilai DH terus terjadi sampai waktu fermentasi 30

jam. Hernandez et al., (2013) menyebutkan nilai DH yang tinggi mengindikasikan

bahwa protein bahan tersebut mudah dihidrolisis. Hal ini dikarenakan masih

banyaknya ikatan peptida pada protein tersebut.

Penurunan nilai DH terjadi pada waktu fermentasi ke 36 jam yang artinya

semakin sedikitnya kandungan protein dalam tempe karena telah mengalami proses

hidrolisis dan sebagian digunakan sebagai sumber nutrisi pertumbuhan kapang.

Terjadinya sedikit kenaikan nilai DH pada waktu fermentasi 42 dan 48 jam

dimungkinkan adanya aktivitas kanibalisme kapang, yaitu kapang yang berhasil

hidup menghasilkan enzim protease kembali untuk menghidrolisis ikatan peptida

yang masih ada. Penelitan ini sesuai dengan teori yaitu derajat hidrolisis sebanding

dengan konsentrasi protein terlarutnya. Semakin tinggi kadar protein terlarutnya,

maka semakin tinggi derajat hidrolisis sampel (Hernandez et al., (2013).

4.6 Aktivitas ACE Inhibitor Tempe Kacang Buncis dan Kedelai Hitam

Aktivitas ACE inhibitor tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam

ditentukan secara in vitro dengan metode Chusman dan Cheung. Prinsip metode ini

berdasarkan pengukuran asam hipurat sebagai produk hidrolisis dari substrat HHL

dengan enzim ACE. Semakin tinggi aktivitas ACE inhibitor, konsentrasi asam

Page 61: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

48

hipurat yang terukur semakin menurun. Hasil pengukuran aktivitas ACE inhibitor

ditampilkan pada Gambar 19.

Gambar 19. Aktivitas ACE inhibitor tempe kacang buncis dan kedelai hitam

Aktivitas ACE inhibitor terbesar didapatkan pada tempe campuran kacang

buncis dan kedelai hitam pada waktu fermentasi 24 jam yaitu sebesar 57% (Gambar

19). Aktivitas ini termasuk tinggi ditinjau dari kondisi ekstrak yang belum

dilakukan proses fraksinansi. Li et al., (2004) menyebutkan, proses fraksinasi dapat

meningkatakan aktivitas ACE inhibitor sebanyak 2 kali lipat yakni dari 45 menjadi

94%.

Chalid et al., (2019) menemukan aktivitas ACE inhibitor tempe berbasis

kedelai kuning sebesar 67,43%. Tripeptida ACE inhibitor dengan sekuen His-His-

Leu ditemukan pada fermentasi kacang kedelai hitam dengan nilai IC50 2,2 ppm

(Shin et al., (2001). Mojica et al., (2015) berhasil mengisolasi tetrapeptida dari

kacang buncis dengan sekuen Ser-Gly-Ala-Met, Asp-Ser-Ser-Gly, Glu-Pro-Thr-

Glu, Leu-Leu-Ala-His, Tyr-Val-Ala-Thr, dan Lys-Pro-Lys-Leu yang memiliki

35,5

47,5

12

3,5

57

16

12

32

00

10

20

30

40

50

60

0 6 12 18 24 30 36 42 48

Inhib

isi

AC

E (

%)

Waktu Fermentasi (jam)

Page 62: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

49

aktivitas ACE inhibitor sebesar 87,5% dan juga bersifat sebagai antioksidan.

Aktivitas ACE inhibitor pada penelitian ini didapatkan lebih rendah dibandingkan

dengan penelitian Chalid et al., (2019), Shin et al., (2001), dan Mojica et al., (2015).

Hal ini diperkirakan karena pengujian aktivitas ACE inhibitor pada penelitian ini

menggunakan ekstrak kasar atau belum difraksinasi.

Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kaptopril yang

memiliki aktivitas inhibisi sebesar 100%. Rui et al., (2013) menyebutkan kaptopril

mengikat sisi aktif dari ACE karena memiliki afinitas yang tinggi terhadap ACE

serta berkompetisi secara kompetitif dengan substrat untuk mencegah terbentuknya

angiostensin II.Kaptopril merupakan ACE inhibitor yang mengandung gugus

sulfihidril. Ondetti et al., (1997) menyebutkan kaptopril berinteraksi dengan enzim

melalui beberapa ikatan, yaitu ikatan elektrostatik, ikatan hidrogen, dan sebuah

ikatan koordinasi yang terbentuk antara kelompok tiol bebas kaptropil dan ion seng

di tempat aktif ACE (Gambar 20).

Gambar 20. Interaksi ikatan kaptopril dengan sisi aktif ACE (Kumar et al., 2010)

Penentuan nilai IC50 dilakukan terhadap sampel tempe campuran kacang

buncis dan kedelai hitam pada waktu fermentasi 24 jam karena memiliki aktivitas

ACE inhibitor tertinggi yaitu 57%. Kemampuan sampel dalam menghambat 50%

Page 63: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

50

aktivitas ACE diketahui melalui nilai IC50. Nilai IC50 yang diperoleh yaitu 47,33

ppm (Lampiran 13). Kaptopril yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

aktivitas ACE inhibitor 100%. Chen et al., (2013) menyebutkan kontrol positif

kaptopril memiliki nilai IC50 sangat tinggi yaitu 0,00206 ppm, sehingga digunakan

dalam pengobatan antihipertensi.

Kuba et al., (2003) menyebutkan tofuyo yang difermentasi menggunakan

angkak memiliki nilai IC50 1,77 mg/mL. Kecap yang dibuat dari fermentasi kedelai

hitam dengan Aspergilus sojae memiliki nilai IC50 1,62 mg/mL (Nakahara et al.,

2010). Hasil nilai IC50 tempe dengan waktu fermentasi 24 jam dalam penelitian ini

lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Kuba et al., (2003) dan Nakahara

et al., (2010) yaitu sebesar 47,33 ppm.

Studi literatur menyebutkan proses fermentasi ataupun pencernaan dapat

membuat peptida bioaktif terlepas dari protein asalnya pada makanan. Konsumsi

makanan yang mengandung protein tersebut memberikan sifat fungsional bagi

tubuh diantaranya yaitu sifat antihipertensi (Ryan et al., 2011). Penelitian secara in

vivo pada manusia menunjukkan bahwa peptida ACE inhibitor asal makanan tidak

menyebabkan efek hipotensif yang akut, sehingga dapat diaplikasikan dalam

pengobatan awal individu penderita hipertensi ringan atau sebagai suplemen

(Norris dan Fitzgerald, 2012).

4.7 Proksimat Kacang dan Tempe

Analisa proksimat dilakukan terhadap campuran kacang buncis dan kedelai

hitam serta tempe sebagai produk fermentasi campuran kedua kacang tersebut.

Tempe yang dianalisa yaitu yang memiliki nilai aktivitas ACE inhibitor tertinggi

Page 64: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

51

(waktu fermentasi 24 jam dengan konsentrasi angkak 2%). Analisa proksimat yang

dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, dan kadar protein. Hasil analisa proksimat

memberikan informasi mengenai nilai kandungan gizi sampel (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil analisa proksimat kacang dan tempe

Kadar Air

Kandungan kadar air yang diperoleh pada campuran kacang buncis dan

kedelai hitam sebesar 9,28%, sedangkan tempe sebagai produk fermentasi dari

campuran kacang tersebut memiliki kadar air lebih tinggi yaitu 50,86% (Tabel 6).

Peningkatan kadar air pada tempe disebabkan oleh beberapa faktor yaitu proses

pengolahan kacang sebelum difermentasi, saat berlangsungnya proses fermentasi,

dan faktor penyimpanan tempe setelah proses fermentasi berlangsung.

Proses perebusan dan pengukusan dilakukan terhadap campuran kacang

buncis dan kedelai hitam sebelum proses fermentasi berlangsung. Perlakuan ini

menyebabkan melunaknya dinding sel kacang sehingga air dapat berpenetrasi

masuk ke dalam dinding sel tersebut (Pangastuti et al., 2013). Hal inilah yang

menyebabkan kadar air tempe menjadi lebih tinggi.

Dwinaningsih et al., (2010) menyebutkan peningkatan kadar air pada tempe

dapat disebabkan dari pemecahan senyawa kompleks seperti karbohidrat oleh

mikroba (Monascus purpureus dan Rhizopus sp.). Bertambahnya waktu fermentasi,

Parameter Sampel (%) Syarat mutu tempe (%)

(BSN, 2015) Campuran Kacang Tempe

Kadar air 9,28 ± 0,07 50,86 ± 0,2 maksimal 65

Kadar abu 4,40 ± 0,3 1,76 ± 0,01 maksimal 2,5

Kadar lemak 9,26 ± 0,05 3,37 ± 0,17 minimal 7

Kadar protein 33,43 ± 0,94 16,78 ± 0,92 minimal 15

Page 65: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

52

maka kadar air tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam juga meningkat.

Susi (2012) menambahkan, plastik kemasan yang digunakan sebagai wadah

fermentasi dapat menghalangi uap air yang dihasilkan saat fermentasi sehingga

kadar air tempe meningkat.

Proses pembekuan tempe (freezer) untuk menghentikan waktu fermentasi

juga berkontribusi dalam peningkatan kadar air, tepatnya pada saat perlakuan

thawing. Perlakuan thawing dapat menyebabkan terserapnya molekul air ke dalam

tempe sehingga kadar air tempe meningkat (Antarlina et al., 2003). Nilai kadar air

tempe dalam penelitian ini memenuhi SNI 3144:2015 yaitu maksimal senilai 65%

(BSN, 2015). Air mempengaruhi daya tahan pangan terhadap serangan mikroba.

Kadar air yang terlalu tinggi dapat mempercepat kerusakan pangan sehingga daya

tahan menjadi berkurang (Pangastuti et al., 2013).

Kadar Abu

Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral

yang terdapat pada suatu bahan pangan. Hasil uji kadar abu campuran kacang

buncis dan kedelai hitam didapatkan sebesar 4,40%, sedangkan produk hasil

fermentasi (tempe) sebesar 1,76% (Tabel 6). Kadar abu tempe yang diperoleh

sesuai dengan SNI 3144:2015 yaitu maksimal senilai 2,5% (BSN, 2015).

Penurunan nilai kadar abu pada tempe dimungkinkan akibat adanya

perlakuan perebusan kacang sehingga zat-zat mineral dapat melarut kedalam media

perebusan dan menyebabkan menurunnya nilai kadar abu (Karisma, 2014). Proses

penyimpanan tempe pada umumnya tidak mempengaruhi perubahan kadar abu

secara signifikan, namun dengan naiknya kadar air karena proses thawing dan

Page 66: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

53

fermentasi pada tempe dapat menyebabkan terjadinya kenaikan berat basah

sehingga persentase abu menurun (Permana et al., 2015).

Kacang buncis dan kedelai hitam mengandung beberapa mineral yaitu

kalsium, fosfor, besi, zink, dan magnesium yang sebagian terdapat pada kulit

kacang (Guzman et al., 2000 dan Etiosa et al., 2018). Penelitian oleh Ningsih (2007)

menyatakan bahwa kulit kedelai dapat digunakan sebagai pakan ternak karena

memiliki kandungan mineral tinggi terutama besi. Pernyaataan tersebut relevan

dangan penurunan nilai kadar abu pada tempe. Hal ini dikarenanakan adanya tahap

pengupasan kulit masing-masing kacang, sehingga kadar abu pada tempe

mengalami penurunan.

Kadar Lemak

Tempe campuran kacang buncis dan kedelai hitam memiliki nilai kadar

lemak lebih rendah dibandingkan bahan baku yaitu campuran kacang buncis dan

kedelai hitam yakni 3,37 dan 9,26% (Tabel 6). Nurhidajah et al., (2009)

mendapatkan hasil kadar lemak tempe kedelai hitam sebesar 4%, sehingga hasil

kadar lemak tempe dalam penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian tersebut.

Penggunaan kacang buncis sebagai bahan baku tempe memiliki kadar lemak rendah

dengan kisaran 1-3% (Sai-ut et al., 2009), hal ini diduga menjadi salah satu

penyebab rendahnya kadar lemak yang diperoleh.

Penyebab lain menurunnya kadar lemak tempe dimungkinkan karena

pengaruh proses fermentasi. Penggunaan dua jenis kapang sebagai fermenter

(Rhizopus sp. dan Monascus purpureus) diduga menjadi penyebab utama

menurunnya kadar lemak tempe karena keduanya memiliki aktivitas enzim lipase.

Page 67: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

54

Hidayat et al., (2006) menyebutkan kapang Rhizopus oligosporus sebagai kapang

dominan dalam ragi memiliki aktivitas enzim lipase sangat kuat. Aktivitas enzim

lipolitik tersebut menyebabkan terurainya lemak menjadi asam lemak bebas dan

gliserol selama fermentasi berlangsung.

Kadar Protein

Analisa kandungan protein dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pada

jumlah nitrogen total (AOAC, 2005). Data hasil analisa kadar protein tempe lebih

kecil dibandingkan kadar protein campuran kacang buncis dan kedelai hitam yakni

16,78 dan 33,43% (Tabel 6). Hasil penelitian ini memenuhi kualifikasi yang telah

ditetapkan SNI tempe No. 3144:2015 yakni kadar protein minimal dalam tempe

sebesar 15% (BSN, 2015).

Penurunan kadar protein pada tempe dapat disebabkan beberapa faktor yaitu

faktor perlakuan persiapan bahan baku tempe dan proses fermentasi. Mulyani et al.,

(2016) menyebutkan penurunan jumlah protein pada tempe dapat disebabkan oleh

proses pengolahan (food processing) yakni perlakuan perebusan. Pelunakan

struktur sel biji karena proses perebusan dapat menyebabkan putusnya ikatan

peptida sehingga protein terlarut dalam air.

Penurunan kadar protein tempe juga disebabkan oleh proses fermentasi.

Selama proses fermentasi berlangsung, kapang Rhizopus sp. dan Monascus

purpureus menghasilkan enzim proteolitik yang menyebabkan pemecahan protein

menjadi bentuk sederhana seperti asam amino bebas. Pemanfaatan sumber nitrogen

kacang untuk pertumbuhan mikroorganisme Rhizopus sp. dan Monascuss

Page 68: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

55

purpureus juga menyebabkan menurunnya kadar protein tempe (Hidayat et al.,

2006; Danuri et al., 2008).

Page 69: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

56

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Waktu fermentasi 24 jam dan konsentrasi angkak 2% menghasilkan tempe

terbaik yang sesuai dengan SNI 3144:2015. Tempe tersebut memiliki skor

organoleptik 3,80 serta nilai proksimat kadar air 50,86%; kadar abu 1,76;

dan kadar protein 16,78%.

2. Fermentasi mempengaruhi aktivitas ACE inhibitor yaitu terdapat kenaikan

aktivitas ACE inhibitor sebelum fermentasi yaitu 35,5% menjadi 57% pada

waktu fermentasi 24 jam.

3. Nilai IC50 pada tempe dengan aktivitas ACE inhibitor tertinggi yaitu 47,33

ppm.

5.2 Saran

1. Proses fraksinasi ultramembran dapat dilakukan untuk meningkatkan

aktivitas ACE inhibitor berdasarkan berat molekul peptida

2. Sekuensing dengan LC-MS (Liquid Chromatography-Mass Spectrometry)

sebagai langkah lanjutan dari fraksinasi dilakukan untuk menentukan urutan

asam amino pada rantai peptida

3. Pengujian secara in vivo untuk melihat aktivitas ACE inhibitor pada hewan

percobaan

Page 70: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

57

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association Official Analytical Chemist’s Technical Standard. (2005).

Official Methods of Analysis.Washington, D.C. 16th. (1). pp, 136–138.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2005). Peraturan Kepala

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang Ketentuan Pokok

Pengawasan Pangan Fungsional.

[BPS] Badan Pusat Statistik. (2015). Produksi Kedelai di Indonesia Tahun 2011-

2015.

[KEMENKES RI] Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar.

Laporan Nasional 2013. pp, 1–384.

[KEMENTAN RI] Kementrian Pertanian RI. (2019). Pertanian Indonesia.

[BSN] Badan Standar Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau

Sensori.

[BSN] Badan Standar Nasional. (2015). Tempe Kedelai.

[WHO] World Health Organization. (2013). Hypertension.

[WHO] World Health Organization. (2016). A Global Brief on Hypertension.

Adisarwanto, T. (2005). Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya

Akhlaghi, M. and Bandy, B. (2008). Mechanisms of Flavonoid Protection

Myocardial Againts Myocardial Ischemia-repurfusion Injury. Journal of

Molecular and Cellular Cardiology. 46 (1). pp, 309-317.

Akond, G.M. Khandaker, L. Berthold, J. Gates, L. Peters, K. Delong, H. and

Hossain, K. (2011). Anthocyanin, Total Polyphenols, and Antioxidant

Activity of Common Bean. American Journal of Food Technology. 6(5). pp,

385-394.

Amadou, I. Olasunkanmi, S. Gbadamosi, Shi, Y.H. Kamara, M.T. Jin, S. and Wei,

L.G. (2010). Identification of Antioxidative Peptides from Lactobacillus

plantarum Lp6 Fermented Soybean Protein Meal. Research Journal of

Microbiology 5(1). pp, 372–380.

Antarlina, S. Ginting, E. dan Utomo, J. (2003). Kualitas Tempe Kedelai Unggul

Selama Penyimpanan Beku. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 22(2).

pp, 106-113.

Apiwatanapiwat, W. Vaithanomsat, P. Somkliang, P. and Malapant, T. (2009).

Optimization of Protein Hydrolysate Production Process from Jatropha

curcas Cake. International Journal of Chemical and Biological Engineering.

Page 71: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

58

2(3). pp, 161–164.

Arihara, K. Nakashima, Y. Mukai, T. Ishikawa, S. and Itoh, M. (2001). Peptide

Inhibitors for Angiotensin I-converting Enzyme from Enzymatic

Hydrolysates of Porcine Skeletal Muscle Proteins. Meat Science. 57(3). pp,

319–324.

Asngad, A. dan Suparti, P. B. L. (2011). Uji Kadar Serat, Karbohidrat, dan Sifat

Organoleptik pada Pembuatan Tempe dari Bahan Dasar Kacang Merah

(Vigna umbellate) dengan Penambahan Bekatul. Jurnal Penelitian Sains dan

Teknologi. 12(1). pp, 23–26.

Astawan, M. (2004). Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Solo: Tiga

Serangkai.

Astawan, M. (2008). Sehat Dengan Tempe: Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan

dengan Tempe. Bogor: Dian Rakyat.

Astawan, M. (2011). Pangan Fungsional untuk Kesehatan yang Optimal. Bogor:

IPB

Astuti, S. (2008). Isoflavon Kedelai dan Potensinya sebagai Penangkap Radikal

Bebas. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 13(2). pp, 126-136.

Babu, P. Bhakyaraj, R. and Vidhyalakhsmi, R. (2009). A Low Cost Nitrious Food

Tempeh. World Journal of Diary and Food Science. 4(1). pp, 22-27.

Benitez, T.T. Martinez, C.J. and Ortiz, G.D. (2014). Protein Hydrolysates from

Bayo bean (Phaseolus vulgaris L.): Antihypertensive and Antioxidant

Activity. Biological and Physical Science. 4(5). pp, 125-130.

Bradford, M. (1976). Rapid and Sensitive Method for The Quantitation of Micro

Quantities of Protein Utilizing The Principle Dye Binding. Analytical of

Biochemistry. 72(2). pp, 248-254.

Cahyono, B. (2003). Kacang Buncis.Yogyakarta: Kanisius.

Carey, R.M. and Siragy, H.M. (2003) Newly Recognized Components of The

Renin-Angiotensin System: Potential Roles in Cardiovascular and Renal

Regulation. Endocrine Reviews. 224(3). pp, 261–271.

Chalid, S.Y. Nurbayti, S. Pratama, A.F. (2018). Karakterisasi dan Uji Aktivitas

Protein Susu Kerbau (Bubalus bubalis) Fermentasi sebagai Angiostension

Converting Enzyme (ACE) Inhibitor. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.

16(2). pp. 214-224.

Chalid, S.Y. Hermanto, S. and Rahmawati, A. (2019). Angiostensin Converting

Enzyme Inhibitor Activity of The Soybean Tempeh Protein as Functional

Food. Intrn. Journal of GEOMETE. 16(15). pp, 73-78.

Page 72: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

59

Chen, J. Wang, Y. Ye, R. Wu, Y. and Xia, W. (2013). Comparison of Analytical

Methods to Assay Inhibitors of Angiotensin I-Converting Enzyme. Food

Chemistry. 141(4). pp, 3329–3334.

Cheung, L.K.Y. Rotimi, E.A. Margaret, A.C. and Eunice, C.Y. (2015). Effects of

Exopeptidase Treatment on Antihypertensive Activity and Taste Attributes

of Enzymatic Whey Protein Hydrolysates. Journal of Functional Foods.

13(1). pp, 262-275.

Cushman, D.W. and Cheung, H.S. (1971). Spectophotometric Assay and Properties

of The Angiotensin I-Converting Enzyme of Rabbit Lung. Biochemical

Pharmacology. 20(1). pp, 1637–1648.

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri.

Padang: Trianda Anugrah Pratama.

Danuri, H. (2008). Optimizing Angkak Pigments and Lovastatin Production by

Monascus purpureus. Hayati Journal of Biosciences. 2(15). pp, 61-66.

Debouck, D.G. (1999). Diversity in Phaseolus Species in Relation to The Common

Bean. Dordrecht: Springer

Dwinaningsih, E.A. (2010). Karakteristik Kimia dan Sensori Tempe dengan Variasi

Bahan Baku Kedelai atau Beras dan Penambahan Angkak serta Variasi Lama

Fermentasi. Jurnal Biodiversitas. 7(1). pp, 69-74.

Erdmann, K. Cheung, B.W.Y. and Schroder, H. (2008). The Possible Roles of

Food-Derived Bioactive Peptides in Reducing The Risk of Cardiovascular

Disease. Journal of Nutritional Biochemistry. 19(10). pp, 643-654.

Etiosa, O.P. Chika, N.B. and Benedicta, A. (2018). Mineral and Proximate

Composition of Soya Bean. AJOPACS. 4(3). pp, 1-6.

Fan, J. Hu, X. Tan, S. Zhang, Y. Tatsumi, E. and Lib, L. (2009). Isolation and

Characterisation of a Novel Angiotensin I-Converting Enzyme-Inhibitory

Peptide Derived from Douchi, a Traditional Chinese Fermented Soybean

Food. Journal of Science Food and Agriculture. 89(1). pp, 603–608.

Ferrario, C.M. and Strawn. (2006). Role of the Renin Angiotensin Aldosteron

System and Proinflammatory Mediators in Cardiovascular Disease. The

American Journal of Cardiology. 98(1). pp, 121-128.

FitzGerald, R.J. and Meisel, H. (2003). Caseinophosphopeptides (CPPs) as

Functional Ingredients In Functional Dairy Product. Woodhead Publishing

Ltd and CRC Press LLC.

Fitzpatrick, L.A. (2003). Reprint of Soy Isoflavones. Journal Mat. 6(2). pp, 132-

140.

Gibbs B.F. Alexandre, Z. Robert, M. and Catherine, M. (2004). Production and

Page 73: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

60

Characterization of Bioactive Peptides from Soy Hydrolysate and Soy-

Fermented Food. Food Research International. 37(2). pp, 123-131.

Gouda, K.G.M. Gowda, L.R. Rao, A.G.A. and Prakash, V. (2006). Angiotensin I-

Converting Enzyme Inhibitory Peptide Derived form Glycinin, the 11S

globulin of Soybean (Glycine max). Journal of Agricultural and Food

Chemistry. 54(13). pp, 4568-4573.

Guang, C. Phillips, R.D. Jiang, B. and Milani, F. (2012). Three Key Proteases –

Angiotensin-I-Converting Enzyme (ACE), ACE2 and Renin – Within and

Beyond The Renin-Angiotensin System. Archives of Cardiovascular

Diseases. 105(7). pp, 373–85.

Guzman, S.H. Gallegos, J.A. and Lopez O.P. (2000). Protein and Mineral Content

of a Novel Collection of Wild and Weedy Common Bean (Phaseolus vulgaris

L.). Science of Food and Agriculture. 80(13). pp, 1874-1881.

Handajani, S. (2001). Indigenous Mucuna Tempe as Functional Food. Asia Pasific

Journal Clinic Nutr. 10(3). pp, 222-225.

Hasan, M. (2003). Produksi Pigmen Angkak. Jurnal Teknologi Pangan dan

Agoindustri. 1(12). pp, 188-192.

Hasnaliza, H. Maskat, M.Y. Wan, A.W.M. and Mamot, S. (2010). The Effect of

Enzyme Concetration, Temperature and Incubation Time on Nitrogen

Content and Degree of Hydrolysis of Protein Precipate from Cockle (Anadara

granosa) Meat Wash Water. International Food Research Journal. 17(1). pp,

147-152.

Heber, Y. Bin, M. Ashley, A. Elashoff, M. Elashoff and Liang, W.G. (1999).

Cholesterol Lowering Effect of a Proprietary Chinnese Red Yeast Rice

Supplement. American Journal of Clinical Nutrition. 69(2). pp, 231–236.

Herman, F.J. (1962). A Revision of The Genus Glycine and Its Immediate Allies.

United States Departement of Agriculture: Tech. Bull.

Hernandez, A.A.J. Carrasco, C.J. Davila, O.G. Alaiz, M. Giron, C.J. Vioque, P.J.

Jimenez, M.C. (2013). Angiostensin Converting Enzyme Inhibitory Activity

in Protein Hydrolysates from Normal and Anthracnose Disease Damaged

Phaseolus vulgaris Seeds. Journal of the Science of Food and Agriculture.

93(4). pp, 961-966.

Hidayat, N. Padaga, C. dan Suhartini, S. (2006). Mikrobiologi Industri. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Hong, F. Ming, L. Yi, S. Zhanxia, L. Yongquan, W. and Chi, L. (2008). The

Antihypertensive Effect of Peptides:a Novel Alternative to Drugs. Peptides.

29(6). 1062-1071.

Hoyle, N.T. and Merritt, J.H. (1994). Quality of Fish Protein Hydrolysates from

Page 74: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

61

Herring (Clupea harengus). Journal of Food Science. 59(1). pp, 76–79.

Inoue, K. Gotou, T. Kitajima, H. Mizuno, S. Nakazawa, T. and Yamamoto, N.

(2009). Release of Antihypertensive Peptides in Miso Pasta during its

Fermentation, by the Addition of Casein. Journal of Bioscience and

Bioengineering. 108(2). pp, 111-115.

Irdawati, Fifendy, M. dan Putra, F. (2012). Pengaruh Penambahan Beras Terhadap

Mutu Tempe Angkak Buncis Putih. Jurnal EKSAKTA. 2(3). pp, 44-51.

Islamudin, A. Arry, Y. Kamarza, M. and Abdul, M. (2017). Review of Angiotensin-

converting Enzyme Inhibitory Assay: Rapid Method in Drug Discovery of

Herbal Plants. Journal Pharmacognosy. 11(21). pp, 1-7.

Jakubczyk, A. and Baraniak, B. (2014). Angiotensin I Converting Enzyme

Inhibitory Peptides Obtained After In Vitro Hydrolysis of Pea (Pisum sativum

var. Bajka) globulins. BioMed Research International. 8(1). pp, 1-8.

Jao, C. L. Huang, S. L. and Hsu, K. C. (2012). Angiotensin I-converting Enzyme

Inhibitory Peptides: Inhibition Mode, Bioavailability, and Antihypertensive

Effects. BioMedicine. 2(4). pp, 130–136.

Jay, J. Loessner, M. and Golden, D. (2005). Modern Food Microbiology. USA:

Springer Science and Business Media.

Kaerney, P.M. Whelton, M. Reynolds, K. Whelton, P.K. and He, J. (2004).

Worldwide Prevalence of Hypertension: A Systematic Review. Journal of

Hypertension. 2(1). pp, 11-9.

Kalaminasih, D. (2013). Pengaruh Kacang Koro Sayur (Phaseolus lunatus) dan

Kacang Koro Pedamng (Canavalia ensiformis L.) terhadap Mutu

Organoleptik Tempe Koro. Jurnal Tata Boga. 2(3). pp, 1-10.

Karisma, V.W. (2014). Pengaruh Penepungan, Perebusan, Perendaman Asam, dan

Fermentasi terhadap Komposisi Kimia Kacang Merah (Phaseolus vulgaris

L.). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kasim, E. Kurniawati, Y. dan Nurhidayat, N. (2006). Pemanfaatan Isolat Lokal

Monascus purpureus untuk Menurunkan Kolesterol Darah pada Tikus Putih

Galur Sprangue Dawley. Biodiversitas. 7(2). pp, 122–124.

Khopkar, S.M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Kim, S.H. Lee, Y.J. and Kwon, D.Y. (1999). Isolation of Angiotensin Converting

Enzyme Inhibitor from Doenjang. Korean Journal of Food Science and

Technology. 31(3). pp, 848-854.

Kinoshita, E. Yamakoshi, J. and Kikuchi, M. (1993). Purification and Identification

of an Angiotensin I Converting Enzyme Inhibitor from Soy Sauce.

Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry. 57(7). pp, 1107–1110.

Page 75: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

62

Kitts, D.D. and Weiler, K. (2003). Bioactive Protein and Peptides from Food

Sources. Current Pharmaceutical Design. 9(16). pp, 1309-1323.

Korhonen, H. and Pihlanto, A. (2006). Bioactive peptides: Production and

Functionality. International Dairy Journal. 16(1). pp, 945–960

Kristinsson, H.G. and Rasco, G.A. (2000). Fish Protein Hydrolysates: Production,

Biochemical, and Functional Properties. Critical Reviews in Food Science

and Nutrition. 40(1). pp, 43-81.

Kuba, M. Tanaka, K. Tawata, S. Takeda, Y. and Yasuda, M. (2003). Angiotensin

I-Converting Enzyme Inhibitory Peptides Isolated from Tofuyo Fermented

Soybean Food. Biosci. Biotechnol. Biochem. 67(6). pp, 1278-1283.

Kumar, R. Sharma, R. Bairwa, K. Roy, R.K. Kumar, A. and Atul, B. (2010).

Modern Development in ACE Inhibitors. Der Pharmacia Lettre. 2(3). 388-

419.

Kunts, A. (2009). Enzymatic Modification of Soy Proteins to Improve Their

Functional Properties. Magazine of Industrial Protein. 10(3). pp, 287–312.

Lahl, W.J. and Braun, S.D. (1994). Enzymatic Production of Protein Hydrolyzates

for Food Use. Food Technology. 48 (10). pp, 68.

Li, G.H. Le, G.W. Shi, Y.H. and Shrestha, S. (2004). Angiotensin I-Converting

Enzyme Inhibitory Peptides Derived from Foof Protein and Their

Physiological and Pharmacological Effect. Nutrition Research. 24(7). 469-

486.

Ma, J. Li, Y. Ye, Q. Li,J. Hua,Y. Ju, D. Zhang, D. Cooper, R. and Chang, R.M.

(2000). Constituens of Red Yeast Rice, a Traditional Chinese Food and

Medicine. Journal of Agricultural dan Food Chemistry. 48(11). pp, 5220-

5225.

Mahmod, M.H. Ferial, M. Abu-Salema. El-Kalyoubib, M.H. and Gibrielb, A.Y.

(2011). Bioactive Compound of Fermented Soybean Natto as Antioxidant

and Antimicrobial Agents. Journal of. Food and Dairy Science. 2(1). pp, 59–

70.

Mallikarjun, G.K.G. Gowda, L.R. Rao, A.A. and Prakash, V. (2006). Angiotensin

I-Converting Enzyme Inhibitory Peptide Derived from Glycinin, the 11S

Globulin of Soybean (Glycine max). Journal of Agricultural and Food

Chemistry, 54(13), 4568-4573.

Marlina, L. Miranti, M. dan Almasyhuri. (2018). Formulasi Kukis Tepung

Kecambah Kedelai dan Tepung Kedelai dengan Basis Tepung Mocaf sebagai

Pangan Fungsional. Jurnal Farmasi. 1(1). pp, 1-9.

Maryam, S. (2015). Potensi Tempe Kacang Hijau (Vigna Radiata) Hasil Feremtasi

menggunakan Inokulum Tradisional sebagai Pangan Fungsional. Jurnal

Page 76: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

63

Sains dan Teknologi. 4(6). pp, 639-646.

Messina, M. and Wu, A.H. (2009). Perspectives on The Soy-breast Cancer

Relation. American Journal Clin Nutrition. 89(5). pp, 1673 – 1679.

Mojica, L. and Mejía, E.G. (2015). Characterization and Comparison of Protein and

Peptide Profiles and their Biological Activities of Improved Common Bean

Cultivars (Phaseolus vulgaris L.) from Mexico and Brazil. Plant Foods Hum

Nutr. 70(2). pp, 105-12.

Mosca, M. Boniglia, C. Carratu, B. Glammarioli, S. Nera, V. and Sanzini, E. (2008).

Determination of α-amylase Inhibitor Activity of Phaseolamin from Kidney

Bean (Phaselus vulgaris L.) in Dietary Suplements. 67(2). pp, 192—195.

Mueller. (2012). Soy intake and risk of type 2 diabetes mellitus in Chinese

Singaporeans. Eur Journal Nutrition. 51(8). pp, 1022-40.

Mulyani, S. Muthmainna dan Supriadi. (2016). Pengaruh Waktu Fermentasi

terhadap Kadar Protein dari Tempe Biji Buah Lamtoro Gung (Leucaena

leucocephala). Jurnal Akademi Kimia. 5(1). pp, 50–54.

Nakahara, T. Atsushi, S. Hitomi, Y. Katsutoshi, S. Hiroyuki, C. Emiko, K. and

Riichiro Uchida. (2010). Antihypertensive Effect of Peptide-Enriched Soy

Sauce-like Seasoning and Identification of Its Angiotensin I-Converting

Enzyme Inhibitory Subtances. Journal of Agricultural and Food Chemistry.

58(2). pp, 821-827.

Nakahara, T. Yamaguchi, H. and Uchida, R. (2012). Structure on The Stability of

Various Peptidases during Peptideenriched Soy Sauce Fermentation. Journal

of Bioscience and Bioengineering. 113(3). pp, 355–359.

Ningsih, W. (2007). Evaluasi Senyawa Fenolik (Asam ferulat dan p-Asam

Kumarat) pada Biji, Kecambah, dan Tempe Kacang Tunggak (Vigna

ungulculata). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Norris, R. and FitzGerald, R.J. (2012). Antihypertensive Peptides from Food

Proteins. Food and function. 3(4). pp, 350–61.

Nurhidajah, Anwar, S. dan Nurrahman. (2009). Daya Terima dan Kualitas Protein

In Vitro Tempe Kedelai Hitam (Glycine soja) yang Diolah pada Suhu Tinggi.

Jurnal Gizi UNDIP. 4(1). pp, 1-11.

Nurrahman. Astuti, M. Suparmo. dan Soesatyo, M.H.N.E. (2012). Peran Tempe

Kedelai Hitam dalam Meningkatkan Aktivitas Enzim Antioksidan dan Daya

Tahan Limfosit Tikus Terhadap Hidrogen Peroksida In Vivo. Jurnal Unimus.

1(1). pp, 1-15.

Nurrahman. (2015). Evaluasi Komposisi Zat Gizi dan Senyawa Antioksidan

Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. Jurnal Teknologi Pangan. 4(3). pp, 1-5.

Page 77: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

64

Nursiwi, A. Ishartani, D. Mustika, Sari, A.M. Nisyah, K. (2018). Perubahan Kadar

Protein, Kadar Serat, dan Kadar Fenol selama Fermentasi Tempe Lamtoro

(Leucaena leucocephala). Jurnal Pertanian UNS. 2(1). 1-7.

Ondetti, M.A. Rubin, B. and Cushman, D.W. (1997). Design of Specific Inhibitors

of Angiotensin-Converting Enzyme: New Class of Orally Active

Antihypertensive Agents. Science. 196(4288). pp, 441-444.

Pangastuti, H.A. Affandi, D.R. dan Ishartani, D. (2013). Karakterisasi Sifat Fisik

dan Kimia Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) dengan Beberapa

Perlakuan Pendahuluan. Jurnal Teknosains Pangan Januari Jurnal

Teknosains Pangan. 2(2). pp, 2302–733.

Pardo, M.F. Lopez, L.M.I. Canals. F. Aviles, F.X. Natalucci, C.L. and Caffini, N.O.

(2000). Purification of Balansain I, an Endopeptide from Unripe Fruits of

Bromelia balansae Mez (Bromeliaceae). Journal of Agrocultural and Food

Chemistry. 48(9). pp, 3795-3800.

Permana, R.D. Marzuki, S. dan Tisnadjaja, D. (2004). Analisis Kualitas Produk

Fermentasi Beras (Red Fermentation Rice) dengan Monascus purpureus

3090. Journal Biodiversitas. 5(1). pp, 7-12.

Permana, A.K. Dewi, L. (2015). Eksplorasi Kualitas Tempe Kedelai Masa

Fermentasi Tiga Hari dan Empat Hari di Salatiga. Seminar Nasional Sains

dan Enterpreneurship II. pp, 118–126.

Purwaningsih, I. Wignyanto dan Sukardi (2008). Uji Coba Penggunaan Inokulum

Tempe dari Kapang Rhizopus oryzae dengan Substrat Tepung Beras dan

Ubikayu pada Unit Produksi Tempe Sanan Kodya Malang. Jurnal Teknologi

Pertanian. 9(3). pp, 207–215.

Purwoko, T. dan Noor, S.H. (2007). Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa

Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryuzae dan Rhizopus

oligosporus. Biodiversitas. 8(2). pp, 223-227.

Putra, I. R. dan Isrona, L. (2014). Gambaran Zat Pewarna Merah pada Saus Cabai

yang Terdapat pada Jajanan yang Dijual di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan

Padang Utara. 3(3). pp, 297–303.

Radiati, S. dan Sumarto. (2016). Analisis Sifat Fisik, Sifat Organoleptik, dan

Kandungan Gizi pada Produk Tempe dari Kacang Non-Kedelai. Jurnal

Aplikasi Teknologi Pangan. 5(1). pp, 16-22.

Rahmawati, A. (2017). Aktivitas Antihipertensi Fraksi Hidrolisat Protein Tempe

Kacang Kedelai (Glycine max (L) merrit). Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah:

Program Studi Kimia.

Rezende, A.A. Pasheco, M.T. Silva, V.S.N. and Ferreira, T.A.P. (2017). Nutritional

and Protein Quality of Dry Brazilian Beans (Phaseolus vulgaris L.). Food

Science and Technology. 38(3). pp, 421-427.

Page 78: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

65

Rho, S.J. Ji, S.L. Yong, I..C. Yong, W.K. and Hyeon, G.K. (2009). Purification and

Identification of an Angiotensin I-Converting Enzyme Inhibitory Peptide

from Fermented Soybean Extract. Process Biochemistry. 44(4). pp, 490-93.

Riadi, L. (2013). Teknologi Fermentasi Edisi 2. Surabaya: Gaha Ilmu.

Riu, X. (2012). Electrophoretic Profiles and Angiotensin I-Converting Enzyme

InhibitoryActivities of Nine Varieties of Phaseolus Vulgaris Protein

Hydrolysates. Food Research International. 2(8). pp, 2497-2504.

Rodriguez, H.L. Garza, A.L. Juarez, G.A.J. and Rodriguez, V.J.A. (2017).

Nutraceutical Properties of Bioactive Peptides in Common Bean (Phaseolus

vulgaris L.). Peptides. 2(1). pp, 1-5.

Rui, X. Boye, J.I. Simpson, B.K. and Prasher, S.O. (2013). Purification and

Characterization of Angiotensin I-Converting Enzyme Inhibitory Peptides of

Small Red Bean (Phaseolus vulgaris) Hydrolysates. Journal of Functional

Foods. 5(3). pp, 1116–1124.

Rutherfurd, S.M. (2010). Methodology for Determining Degree of Hydrolysis of

Protein Hydrolysates: a Review. Journal of AOAC International. 93(5). pp,

1515-1522.

Ryan, J. T. Ross, R. P. Bolton, D. Fitzgerald, G. F. and Stanton, C. (2011). Bioactive

Peptides from Muscle Sources: Meat and Fish. Nutrients. 3(9). pp, 765–791.

Sai-Ut, S. Ketnawa, S. Chaiwut, P. and Rawdkuen, S. (2009). Biochemical and

Functional Properties of Protein from Red Kidney, Navy and Adzuki Beans.

Asian J. Food and Agro Industry. 2(4). pp, 439-504.

Sayudi, S. Herawati, N. dan Ali, A. (2015). Potensi Biji Lamtoro Gung dan Biji

Kedelai sebagai Bahan Baku Pembuatan Tempe Komplementasi. Jurnal

Online Mahasiswa (JOM) Universitas Riau. 2(1). pp, 1–9.

Setyaningsih, D. Apriyantono, A. dan Sari, M.P. (2010). Analisis Sensori untuk

Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press.

Shah, R.S. Shah, R.R. Pawar, R.B. and Gayakar, P.P. (2015). UV-Visible

Spectroscopy - A review. Int. Journal of Institutional Pharmacy and Life

Science. 5(5). pp, 490-505.

Shin, Z.I. Yu, R. Park, S.A. Chung, D.K. Ahn, C.W. Nam, H.S. Kim, K.S. and Lee,

H.J. (2001). His-His-Leu, an Angiotensin I-Converting Enzyme Inhibitory

Peptide Derived from Korean Soybean Paste, Exerts Antihypertensive

Activity In Vivo. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 49(6). pp,

3004–3009.

Shurtleff, W. and Aoyagi, A. (2012). History of Uncommon Fermented Soyfoods

(379 AD to 2012): Extensively Annotated Bibliogaphy and Sourcebook. USA:

Soyinfo Center.

Page 79: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

66

Silva, R. (2011). Hypertension and Renin-Angiotensin System.Antihypertensive

Drug Article. São Paulo, Brazil: Pharmaceutical Sciences Faculty of Ribeirao

Preto FCFRP/USP.

Spence, C. (2015). On The Psychological Impact of Food Colour. Biomed Central.

4(21). pp, 1-16.

Stodolak, B and Anna, S.J. (2008). The Influence Of Tempeh Fermentation and

Conventional Cooking on Anti-Nutrient Level and Protein Bioavailability (In

Vitro Test) Of Grass-Pea Seeds. Journal Science Food and Agric. 88(13). pp,

1-4.

Subroto, M.A. (2008). Real Food, True Health, Makanan Sehat untuk Hidup Lebih

Sehat. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Sukandar, E.Y. Andrajati, R. Sigit, J.I. Adnyana, I.K. Setiadi, A.A.P.S. dan

Kusnandar. (2009). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

Suprihatin. (2010). Teknologi Fermentasi. Semarang: UNESA Press.

Susi. (2012). Komposisi Kimia Asam Amino Pada Tempe Kacang Nagara. Jurnal

Agoscientiae. 19(1). pp, 28-36.

Takemoto, M. Node, K. Nakagami, H. Liao, Y. Grimm, M. Takemoto, Y. Kitakaze,

M. and Liao, J.K. (2001). Statin as Antioxidant Therapy for Preventing

Cardiac Myocyte Hypertrophy. Journal of Clinical Investigation. 100 (1). pp,

1429–1437.

Toy, E.C. Weisbrodt, N. Dubinsky, W.P. O’Neil, R.G. Walters, E.T. and Harms,

K.P. (2009). Case Files Phisiology (Second Edition). United State of

America: The McGraw-Hill Companies.

Triyono, A. (2010). Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam pada

Proses Isolasi Protein terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau

(Phaseolus radiatus L.). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. LIPI. pp, 4–5.

Vital, D.A.L. deMejía, E.G. Mendoza, S. and Pina, G.L. (2012). Peptides Present

in The Non-digestible Fraction of Common Beans (Phaseolus vulgaris L.)

Inhibit Angiotensin I-Converting Enzyme by Interacting with its Catalytic

Cavity Independently of Their Antioxidant Capacity. Journal of Functional

Foods. 6(5). pp, 1470-1479.

Vega, C.R. Reynoso, C.R. Pedraza, A.G. Acosta, G.J.A. Guzman, M.S.H. Paredes,

L.O. Oomah, B.D. and Loarca, P.G. (2009) Chemical Composition and In

Vitro Polysaccharide Fermentation of Different Beans. International Journal

of Food Science. 74(7). pp, 59–65.

Wang, W. Vignani, R. Scali, M. and Cresti, M. (2006). A Universal and Rapid

Protocol for Protein Extraction from Recalcitrant Plant Tissues for

Proteomics Analysis. Electrophoresis. 27(13). pp, 2782–2786.

Page 80: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

67

Wardiah, Samingan, dan Putri, A. (2016). Uji Preferensi Tempe Kacang Tunggak

(Vigna unguiculata (L.)Walp.) yang Difermentasi dengan Berbagai Jenis

Ragi. Jurnal Agroindustri. 6(1). pp, 34-41.

Warisno dan Dahana, K. (2010). Meraup Ungtung dari Olahan Kedelai. Jakarta:

Agromedia.

Winarno. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gedia Pustaka Indah.

Wu, J. and Ding, X. (2001). Hypotensive and Physiological Effect of Angiotensin

Converting Enzyme Inhibitory Peptides Derived from Soy Protein on

Spontaneously Hypertensive Rats. Jounal of Agricultural and Food

Chemistry. 49(1). pp, 501-506.

Wu, H. Qiang, W. Tiezheng, M. and Jiajia, R. (2009). Comparative Studies on the

Functional Properties of Various Protein Concentrate Preparations of Peanut

Protein. Food Research International. 42(3). pp. 343-348.

Xu, B.J. and Chang, S.K.C. (2008). Antioxidant Capacity of Seed Coat, Dehulled

Bean and Whole Black Soybeans in Relation to Their Distribution of Total

Phenolics, Phenolic Acids, Anthocyanins, and Isoflavones. Journal of

Agricultural and Food Chemistry. 56(18). pp, 8365–8373.

Yuliana, M. Truong, C.T. Huynh, L.H. Ho, Q.P. and Ju, Y.H. (2014). Isolation and

Characterization of Protein Isolated from Defatted Cashew Nut Shell:

Influence of pH and NaCl on Solubility and Functional Properties. LWT-

Food Science amnd Technology. 55(2). pp, 621-626.

Zane, C.A. (2017). Aktivitas ACE Inhibitor Ekstrak Protein Tempe Kacang Merah

(Phaseolus vulgaris) dan Karakteristik Biskuit Hasil Olahannya. Skripsi. UIN

Syarif Hidayatullah: Program Studi Kimia.

Zhang, J.H. Tatsumi, E. Din, C.H. and Li, L.T. (2006). Angiotensin I-converting

enzyme inhibitory peptides in douchi, a Chinese traditional fermented

soybean product. Food Chemistry. 98(3). pp, 551–557.

Zhu, X. Watanabe, K. Shiraishi, K. Ueki, T. Noda, Y. and Matsumi, T. (2008).

Identification of ACE-inhibitory peptides in salt-free soy sauce that are

transportable across caco-2 cell monolayers. Peptides. 29(3). pp, 338-344.

Zunaedi, Z.Z. (2017). AktifitasInhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE)

dan Karakteristik Tempe Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Skripsi. UIN

Syarif Hidayatullah: Program Studi Kimia.

Page 81: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

68

Lampiran 1. Hasil analisis kadar air

Sampel Ulangan

Berat

cawan

kosong

(gram)

Berat

sampel

(gram)

Berat

cawan+

sampel

(gram)

Berat

sampel

kering

(gram)

Berat

air

(gram)

Kadar

air (%

b/b)

Rataan

(% b/b) *SD

Kacang 1 35,3151 2,0061 37,1362 1,8211 0,185 9,2219

9,2763 ±0,07 2 41,5459 2,0063 43,3656 1,8197 0,1866 9,3307

Tempe 1 37,1239 2,0014 38,1103 0,9864 1,015 50,7145

50,8644 ±0,2 2 41,1417 2,0010 42,1219 0,9802 1.0208 51,0142

Contoh perhitungan kadar air kacang ulangan 1:

Berat sampel kering = (Berat cawan + sampel) – (Berat cawan kosong)

= 37,1362 – 35,3151

= 1,8211 gram

Berat air = Berat sampel - [(Berat sampel + cawan) – Berat

cawan kosong)]

= 2.0061 – (37,1362 – 35,3151)

= 0,185 gram

Kadar air (% b/b) = (berat air/berat sampel) x 100%

= (0,185/2,0061) x 100%

= 9,2219%

Page 82: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

69

Lampiran 2. Hasil analisis kadar abu

Contoh perhitungan kadar abu kacang ulangan 1:

Berat abu = (Berat cawan + abu) – (Berat cawan kosong)

= 45,0241 – 44,9414

= 0,0827 gram

Kadar abu (% b/b) = (berat abu/berat sampel) x 100%

= (0,0827/2,0013) x 100%

= 4,1323%

Sampel Ulangan

Berat

cawan

kosong

(gram)

Berat

sampel

(gram)

Berat

cawan +

abu

(gram)

Berat

abu

(gram)

Kadar abu

(% b/b)

Rataan

(% b/b) *SD

Kacang 1 44,9414 2.0013 45,0241 0,0827 4,1323

4,3966 ±0,3 2 35,.3151 2,0061 35,4086 0,0935 4,6608

Tempe 1 42,8288 2,0010 42,8638 0,0350 1,7491

1,7618 ±0,01 2 42,6778 2,0006 42,7133 0,0355 1,7745

Page 83: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

70

Lampiran 3. Hasil analisis kadar lemak

Sampel Ulangan

Berat

labu

kosong

(gram)

Berat

sampel

(gram)

Berat

labu +

lemak

(gram)

Berat

lemak

(gram)

Kadar

lemak

(% b/b)

Rataan

(%

b/b)

*SD

Kacang 1 64,5078 2,0016 64,6924 0,1846 9,22

9,26 ±0,05 2 63,7530 2,0016 63,9392 0,1862 9,30

Tempe 1 64,0148 4,0051 64,1545 0,1397 3,49

3,37 ±0,17 2 61,4939 4,0048 61,6239 0,1300 3,24

Contoh perhitungan kadar lemak kacang ulangan 1:

Berat lemak = (Berat labu + lemak) – (Berat labu kosong)

= 64,6924 – 64,5078

= 0,1846 gram

Kadar lemak (% b/b) = (berat lemak/berat sampel) x 100%

= (0,1846/2,0016) x 100%

= 9,22%

Page 84: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

71

Lampiran 4. Hasil analisis kadar protein

Sampel Ulangan

Volume

awal

(mL)

Volume

HCL

terpakai

(mL)

Sampel

(gram)

Kadar N

(%)

Kadar

protein

(%)

Rataan

(%) *SD

Kacang 1 0 8,80 0,5023 5,651 32,49

33,43 ±0,94 2 0 9,30 0,5021 5,975 34,36

Tempe 1 0 4,50 0,5262 2,758 15,86

16,78 ±0,92 2 0 5,00 0,5244 3,076 17,69

Contoh perhitungan kadar protein kacang ulangan 1:

Diketahui: Volume blanko : 0,00 mL

N HCl : 0,0576 N

Faktor konversi Nitrogen : 5,75

Ar Nitrogen : 14

Faktor pengenceran : 4

Kadar N (%) = Volume HCl x N HCl x Ar Nitrogen

mg sampel x 100 % x Fp

= (8,80−0,00)x 0,0576 x 14

502,3 x 100 % x 4

= 5,651 %

Kadar Protein (%) = N (%) x Faktor konversi (5,75)

= 5,6511 x 5,75

= 32,49 %

Page 85: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

72

Lampiran 5. Pembuatan reagen ekstraksi protein

a. NaOH 1N

NaOH pekat = 40 gr/mol

Pengenceran: N = M x a

= 40 x 1

= 40

N =gram

Mrx

1000

V

1N =gram

40x

1000

250

gram = 10

b. HCl 1N

HCl pekat = 12M (37%)

Pengenceran:

N1 x V1 = N1 x V2

1 x 250 = 12 x V2

V2 = 20,83 mL

Page 86: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

73

Lampiran 6. Kadar protein terlarut

Deret standar BSA

Konsentrasi

(mg/L) Absorbansi

0 0

100 0,168

200 0,315

400 0,540

600 0,7675

800 0,9985

Kadar Protein Tempe

Waktu

(jam) Ulangan

Absorbansi

sampel

Konsentrasi

protein

tempe

(mg/L)

Rataan *SD

0 1 0,527 407,333

406,5000 ±0,001 2 0,525 405,667

6 1 0,317 232,333

230,2500 ±0,003 2 0,312 228,167

12 1 0,438 333,167

331,9170 ±0,002 2 0,435 330,667

18 1 0,570 443,167

442,3300 ±0,001 2 0,568 441,500

24 1 0,629 492,333

491,5833 ±0,001 2 0,627 490,833

30 1 0,727 574,000

570,2500 ±0,006 2 0,718 566,500

36 1 0,190 121,500

124,000 ±0,004 2 0,184 126,500

42 1 0,221 152,333

151,0833 ±0,002 2 0,218 149,833

48 1 0,254 179,833

176,9167 ±0,007 2 0,247 174,000

Contoh perhitungan kadar protein tempe 0 jam ulangan 1

y = 0,0012x + 0,0382

0,527-0,0382 = 0,0012x

407,333 = x

y = 0,0012x + 0,0382R² = 0,9957

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 500 1000

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (mg/L)

Standar BSA

Series1

Linear(Series1)

Page 87: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

74

Lampiran 7. Pembuatan reagen uji kadar protein terlarut

Pembuatan pereaksi Bradford

Pewarna coomasie brilliant blue G-250 sebanyak100 mg dilarutkan dengan

50 mL etanol 95%. Asam fosfat 85% sebanyak 100 ml ditambahkan dan ditepatkan

hingga 1 liter menggunakan akuades. Larutan kemudian disaring menggunakan

kertas saring Whatman No. 1. Larutan disimpan dalam botol gelap pada suhu

refrigerator.

Pembuatan larutan standar BSA

Deret larutan standar BSA dibuat dengan mengencerkan larutan stok BSA

kedalam tabung reaksi gelap sehingga konsentrasinya 100-1000 mg/L kemudian

ditambahkan 5 mL pereaksi Bradford. Larutan divorteks dan diukur secara

spektrofotometri pada panjang gelombang 595 nm setelah 5 menit didiamkan.

Blanko dibuat dengan menggunakan 100 µL akuades ditambahkan 5 mL pereaksi

Bradford dan diukur dengan cara yang sama. Kurva standar yang diperoleh

digunakan untuk mengukur konsentrasi sampel.

Pembuatan larutan PBS (Phospate Buffer Saline) pH 8

a. Buffer fosfat A b. Buffer fosfat B

Na2HPO4 . 2H2O (1M) NaH2PO4 . H2O (1M)

M =gr

Mrx

1000

v M =

gr

Mrx

1000

v

1 =gr

177,99x

1000

100 1 =

gr

137,99x

1000

100

gr = 17,799 gr = 13,799

Pengenceran

M1 x V1 = M2 x V2

1 x V1 = 0,5 x 100

V1 = 50 mL

Buffer pH 8 (0,5 M) dibuat dengan cara mereaksikan 94,7 ml larutan buffer

fosfat A dengan 5,3 ml larutan bufer fosfat B dalam labu ukur 100 ml.

Larutan ini selanjutnya detepterakan dengan penambahan akuades.

Page 88: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

75

Lampiran 8. Derajat Hidrolisis

Konsentrasi

(mg/L)

Absorbansi

0 0

100 0,1985

200 0,3375

400 0,593

600 0,787

800 0,980

Derajat Hidrolisis

Contoh perhitungan derajat hidrolisis tempe 0 jam ulangan 1

DH (%) =konsentrasi protein larut TCA 10%

konsentrasi protein terlarut bahan (kacang)

DH (%) =6,00

406,5 X 100% = 1,48%

Waktu

(jam) Ulangan

Absorbansi

sampel

Konsentrasi

protein

tempe

(mg/L)

Rataan *SD DH

(%)

0 1 0,073 6,83

6,00 ±0,001 1,48 2 0,071 5,17

6 1 0,083 15,17

14,75 ±0,0007 3,63 2 0,082 14,33

12 1 0,124 49,33

47,67 ±0,002 11,73 2 0,120 46,00

18 1 0,190 104,33

103,08 ±0,002 25,36 2 0,187 101.83

24 1 0,237 142,67

143,08 ±0,007 35,20 2 0,236 146,00

30 1 0,240 143,5

145,17 ±0,001 35,71 2 0,238 144,33

36 1 0,155 75,17

73,08 ±0,003 17,98 2 0,150 71,00

42 1 0,167 85,17

81,84 ±0,005 20,13 2 0,159 78,5

48 1 0,175 91,83

90,58 ±0,002 22,28 2 0,172 89,33

y = 0,0012x + 0,0648R² = 0,9858

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 500 1000

Ab

sorb

ansi

Konsemntrasi (mg/L)

Standar BSA

Series1

Linear(Series1)

Page 89: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

76

Lampiran 9. Pembuatan reagen uji derajat hidrolisis (DH)

Pembuatan Larutan TCA 10% (b/v)

Larutan TCA dibuat dengan cara melarutkan 10 gram TCA dalam 100 mL

akuades, lalu diadfuk dengan pengaduk magnetik hingga homogen

Pembuatan pereaksi Bradford

Pewarna coomasie brilliant blue G-250 sebanyak100 mg dilarutkan dengan

50 mL etanol 95%. Asam fosfat 85% sebanyak 100 ml ditambahkan dan ditepatkan

hingga 1 liter menggunakan akuades. Larutan kemudian disaring menggunakan

kertas saring Whatman No. 1. Larutan disimpan dalam botol gelap pada suhu

refrigerator.

Pembuatan larutan standar BSA

Deret larutan standar BSA dibuat dengan mengencerkan larutan stok BSA

kedalam tabung reaksi gelap sehingga konsentrasinya 100-1000 mg/L kemudian

ditambahkan 5 mL pereaksi Bradford. Larutan divorteks dan diukur secara

spektrofotometri pada panjang gelombang 595 nm setelah 5 menit didiamkan.

Blanko dibuat dengan menggunakan 100 µL akuades ditambahkan 5 mL pereaksi

Bradford dan diukur dengan cara yang sama. Kurva standar yang diperoleh

digunakan untuk mengukur konsentrasi sampel.

.

Page 90: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

77

Lampiran 10. Aktivitas inhibisi ACE protein tempe

Contoh perhitungan % inhibisi waktu fermentasi 0 jam

% Inhibisi = (Absorbansi kontrol – Absorbansi sampel) x 100%

(Absorbansi kontrol – Absorbansi blanko)

% Inhibisi = (0,291 – 0,220) x 100% = 35,5%

(0,291 – 0,091)

Waktu

(jam) Ulangan

Absorbansi

Sampel

Absorbansi

blanko

Absorbansi

kontrol

Rata-rata

absorbansi

sampel

Rata-rata

absorbansi

blanko

Rata-rata

absorbansi

kontrol

%

Inhibitor

0 1 0,220 0,085

0,093

0,096

0,291

0,291

0,220

0,091

0,020

35,5 2 0,220

6 1 0,196

0,196 47,5 2 0,196

12 1 0,267

0,267 12 2 0,267

18 1 0,284

0,284 3,5 2 0,284

24 1 0,177

0,177 57 2 0,177

30 1 0,259

0,259 16 2 0,259

36 1 0,267

0,267 12 2 0,267

42 1 0,227

0,227 32 2 0,227

48 1 0,324

0,3235 -16,25 2 0,323

Kaptopril 1 0,001 0,001

0,001 0,001 100 2 0,001 0,001

Page 91: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

78

Lampiran 11. Pembuatan reagen uji ACE inhibitor

1. Buffer borat pH 8,3 takaran 100 ml (50 mM natrium borat dan 200 mM

asam borat)

Na-borat 50 mM = 0,05 M

M = gram

Mr x

1000

V

0,05 M = gram

382 x

1000

100

gram Na-borat = 1,91 gram

Asam borat 200 mM = 0,2 M

M = gram

Mr x

1000

V

0,2 M = gram

62 x

1000

100

Asam borat (gram) = 1,24 gram

1,91 gram Na-borat + 50 mL aquadest diaduk lalu ditambah 1,24 gram asam

borat lalu ditambahkan aquadest sampai volume tepat 100 mL

2. Substrat (HHL dan NaCl dalam Buffer Borat 10 ml)

HHL 7,6 mM dalam 5 mL buffer borat

M = gram

Mr x

1000

V

0,0076 M = gram

429,47 x

1000

5

g HHL = 0,016319 g = 16,32 mg

NaCl 608 mM dalam 5 ml buffer borat

M = gram

Mr x

1000

V

0,608 M = gram

58,5 𝑥

1000

5

gram NaCl = 0,17784 g = 177,84 mg

16,32 mg HHl + 177,84 mg NaCl dilarutkan dalam 10 mL buffer borat dingin

lalu distirer

3. Larutan enzim 50 mU

Diambil dari larutan enzim stok 1 U

V1 x N1 = V2 x N2

V1 x 1 U = 5 mL x 50 mU

V1 = 0,25 ml = 250 µL

Page 92: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

79

Lampiran 12. Prosedur penambahan bahan uji ACE inhibitor

Bahan-bahan Volume (µL)

Kontrol Sampel Blanko

Sampel ekstrak tempe 24 jam - 15 15

Akuades 15 - 50

Substrat Hip-His-Leu 7,6 mM 125 125 125

BSA 10 mg/mL 10 10 10

ACE 50 mU 50 50 -

HCl 1N 125 125 125

Etil asetat 750 750 750

Total 1,075 1,075 1,075

Page 93: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

80

Lampiran 13. Nilai IC50 ekstrak protein tempe 24 jam

y = ax + b

50 = 0,6043x + 21,399

50 – 21,399 = 0,6043x

28,601 / 0,6043 = x

47,32914 = x

IC50 = 47,32914

Konsentrasi (ppm) % Inhibisi

0 21,31837

20 34,2216

40 46,0028

60 55,54

80 70,1262

100 82,4684

y = 0,6043x + 21,399

R² = 0,9977

0

20

40

60

80

100

0 50 100 150

% I

nhib

isi

Konsentrasi (ppm)

IC50

Series1

Linear (Series1)

Page 94: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

81

Lampiran 14. Form uji organoleptik

DESKRIPSI TEMPE

DEFINISI

Menurut SNI 3144:2015, tempe merupakan produk berbentuk padatan

kompak berwarna putih yang diperoleh dari kedelai kupas yang sudah direbus dan

difermentasi menggunakan kapang Rhizopus sp.

KARAKTERISTIK

Syarat mutu tempe

No. Kriteria uji

keadaan Satuan Persyaratan

1. Tekstur - Kompak, jika diiris tetap utuh (tidak

mudah rontok)

2. Warna - Putih merata pada seluruh permukaan

3. Aroma - Aroma khas tempe tanpa adanya bau

amoniak

ACUAN PENILAIAN OLEH PANELIS

Nilai Kriteria Kriteria tempe

1 Sangat tidak

suka

Sampel sangat tidak sesuai dengan karakteristik

tempe

2 Tidak suka Sampel tidak sesuai dengan karakteristik tempe dan

panelis

3 Agak suka Sampel memiliki karakteristik tempe tetapi

kekurangan lebih banyak

4 Suka Sampel memiliki karakteristik tempe tetapi ada

sedikit kekurangan

5 Sangat suka Sampel sangat sesuai dengan karakteristik tempe

(seperti penjelasan diatas), tanpa ada kekurangan.

Catatan: Pemilihan warna tempe terbaik berdasarkan warna yang dinilai “pas”

(tidak mencolok dan pudar) menurut pendapat panelis

Page 95: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

82

UJI MUTU ORGANOLEPTIK

KARAKTERISTIK TEMPE

Nama Panelis:.............................. Tanggal Pengujian:..............................

Jenis sampel : Tempe

Instruksi : Terdapat tiga sampel berkode dihadapan saudara:

1. Tekstur: potonglah dengan pisau sambil diamati dan

berilah penilaian dengan tanda (V)

2. Warna: amati dengan indra penglihatan (mata) dan

berilah penilaian dengan tanda (V)

3. Aroma: hiruplah dengan indra penciuman (hidung)

dan berilah penilaian dengan tanda (V)

Spesifikasi Nilai Kode sampel

A B C

TEKSTUR

Sangat tidak sesuai dengan tekstur khas tempe 1

Tidak sesuai dengan tekstur khas tempe 2

Agak sesuai dengan tekstur khas tempe 3

Sesuai (pas) dengan tekstur khas tempe 4

Sangat sesuai dengan tekstur khas tempe 5

WARNA

Sangat tidak sesuai dengan warna khas tempe 1

Tidak sesuai dengan warna khas tempe 2

Agak sesuai dengan warna khas tempe 3

Sesuai (pas) dengan warna khas tempe 4

Sangat sesuai dengan warna khas tempe 5

AROMA

Sangat tidak sesuai dengan aroma khas tempe 1

Tidak sesuai dengan aroma khas tempe 2

Agak sesuai dengan aroma khas tempe 3

Sesuai (pas) dengan aroma khas tempe 4

Sangat sesuai dengan aroma khas tempe 5

Page 96: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

83

UJI MUTU ORGANOLEPTIK

KARAKTERISTIK TEMPE

Nama Panelis:.............................. Tanggal Pengujian:..............................

Komentar & Saran:

......................................................................................

......................................................................................

......................................................................................

Jakarta,......................

Tanda tangan panelis

.....................................

Spesifikasi Nilai Kode sampel

A B C

KESUKAAN UMUM

Sangat tidak suka 1

Tidak suka 2

Agak suka 3

Suka 4

Sangat suka 5

Page 97: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

84

Lampiran 15. Hasil analisis ragam tekstur tempe 24 jam

Descriptives

Tekstur

Konsentrasi

angkak

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

A1 (1%) 30 3,23 ,898 ,164 2,90 3,57 2 5

A2 (1,5%) 30 3,13 ,819 ,150 2,83 3,44 2 5

A3 (2%) 30 3,87 ,730 ,133 3,59 4,14 3 5

Total 90 3,41 ,873 ,092 3,23 3,59 2 5

H0: Rata-rata tekstur pada ketiga formulasi tempe tidak menunjukkan perbedaan

nyata

H1: Rata-rata tekstur pada ketiga formulasi tempe menunjukkan perbedaan nyata

Nilai probabilitas (Sig.) 0,001 < 0,05, maka H1 diterima.

Rata-rata tekstur tempe diantara ketiga formulasi konsentrasi angkak

menunjukkan perbedaan yang nyata.

Uji Lanjutan Ducan

Notasi huruf yang berbeda menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P < 0,05).

ANOVA

Tekstur

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 9,489 2 4,744 7,080 ,001

Within Groups 58,300 87 ,670

Total 67,789 89

Tekstur

Duncan

Konsentrasi N Subset for alpha = 0.05

1 2

A2 30 3,13

A1 30 3,23

A3 30 3,87

Sig. ,637 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000.

Page 98: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

85

Lampiran 16. Hasil analisis ragam tekstur tempe 25 jam

H0: Rata-rata tekstur pada ketiga formulasi tempe tidak menunjukkan perbedaan

nyata

H1: Rata-rata tekstur pada ketiga formulasi tempe menunjukkan perbedaan nyata

Nilai probabilitas (Sig.) 0,157 ˃ 0,05, maka H1 ditolak.

Rata-rata tekstur tempe diantara ketiga formulasi konsentrasi angkak tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata.

Descriptives

Tekstur

Konsentrasi

angkak

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

A1 (1%) 30 3,00 ,947 ,173 2,65 3,35 1 4

A2 (1,5%) 30 2,97 ,765 ,140 2,68 3,25 2 4

A3 (2%) 30 3,37 ,928 ,169 3,02 3,71 1 5

Total 90 3,11 ,892 ,094 2,92 3,30 1 5

ANOVA

Tekstur

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2,956 2 1,478 1,893 ,157

Within Groups 67,933 87 ,781

Total 70,889 89

Page 99: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

86

Lampiran 17. Hasil analisis ragam warna tempe 24 jam

Descriptives

Warna

Konsentras

i angkak

N Mean Std.

Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

A1 (1%) 30 2,93 ,640 ,117 2,69 3,17 2 4

A2 (1,5%) 30 3,03 ,809 ,148 2,73 3,34 2 5

A3 (2%) 30 3,30 ,988 ,180 2,93 3,67 2 5

Total 90 3,09 ,830 ,087 2,92 3,26 2 5

H0: Rata-rata warna pada ketiga formulasi tempe tidak menunjukkan perbedaan

nyata

H1: Rata-rata warna pada ketiga formulasi tempe menunjukkan perbedaan nyata

Nilai probabilitas (Sig.) 0,211 ˃ 0,05, maka H1 ditolak.

Rata-rata warna tempe diantara ketiga formulasi konsentrasi angkak tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata.

ANOVA

Warna

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2,156 2 1,078 1,586 ,211

Within Groups 59,133 87 ,680

Total 61,289 89

Page 100: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

87

Lampiran 18. Hasil analisis ragam warna tempe 25 jam

Descriptives

Warna

Konsentrasi

angkak

N Mean Std.

Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

A1 (1%) 30 2,80 ,847 ,155 2,48 3,12 1 5

A2 (1,5%) 30 2,87 ,819 ,150 2,56 3,17 1 5

A3 (2%) 30 3,10 ,995 ,182 2,73 3,47 1 5

Total 90 2,92 ,890 ,094 2,74 3,11 1 5

ANOVA

Warna

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,489 2 ,744 ,939 ,395

Within Groups 68,967 87 ,793

Total 70,456 89

H0: Rata-rata warna pada ketiga formulasi tempe tidak menunjukkan perbedaan

nyata

H1: Rata-rata warna pada ketiga formulasi tempe menunjukkan perbedaan nyata

Nilai probabilitas (Sig.) 0,395 ˃ 0,05, maka H1 ditolak.

Rata-rata warna tempe diantara ketiga formulasi konsentrasi angkak tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata.

Page 101: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

88

Lampiran 19. Hasil analisis ragam aroma tempe 24 jam

Descriptives

Aroma

Konsentrasi

angakak

N Mean Std.

Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

A1 (1%) 30 3,47 ,860 ,157 3,15 3,79 2 5

A2 (1,5%) 30 3,47 ,819 ,150 3,16 3,77 2 5

A3 (2%) 30 4,13 ,730 ,133 3,86 4,41 2 5

Total 90 3,69 ,856 ,090 3,51 3,87 2 5

H0: Rata-rata aroma pada ketiga formulasi tempe tidak menunjukkan perbedaan

nyata

H1: Rata-rata aroma pada ketiga formulasi tempe menunjukkan perbedaan nyata

Nilai probabilitas (Sig.) 0,002 < 0,05, maka H1 diterima.

Rata-rata aroma tempe diantara ketiga formulasi konsentrasi angkak

menunjukkan perbedaan yang nyata.

Uji Lanjutan Ducan

Notasi huruf yang berbeda menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P < 0,05)

ANOVA

Aroma

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 8,889 2 4,444 6,856 ,002

Within Groups 56,400 87 ,648

Total 65,289 89

Aroma

Duncan

Konsentrasi N Subset for alpha = 0.05

1 2

A1 30 3,47

A2 30 3,47

A3 30 4,13

Sig. 1,000 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000.

Page 102: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

89

Lampiran 20. Hasil analisis ragam aroma tempe 25 jam

Descriptives

Aroma

Konsentras

i angak

N Mean Std.

Deviation

Std. Error 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

A1 (1%) 30 3,07 ,907 ,166 2,73 3,41 1 5

A2 (1,5%) 30 3,13 1,008 ,184 2,76 3,51 1 5

A3 (2%) 30 3,63 1,033 ,189 3,25 4,02 1 5

Total 90 3,28 1,006 ,106 3,07 3,49 1 5

ANOVA

Aroma

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 5,756 2 2,878 2,970 ,057

Within Groups 84,300 87 ,969

Total 90,056 89

H0: Rata-rata tekstur pada ketiga formulasi tempe tidak menunjukkan perbedaan

nyata

H1: Rata-rata tekstur pada ketiga formulasi tempe menunjukkan perbedaan nyata

Nilai probabilitas (Sig.) 0,057 ˃ 0,05, maka H1 ditolak.

Rata-rata aroma tempe diantara ketiga formulasi konsentrasi angkak tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata.

Page 103: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

90

Lampiran 21. Hasil analisis ragam kesukaan umum tempe 24 jam

H0: Rata-rata kesukaan umum pada ketiga formulasi tempe tidak menunjukkan

perbedaan nyata

H1: Rata-rata kesukaan umum pada ketiga formulasi tempe menunjukkan

perbedaan nyata

Nilai probabilitas (Sig.) 0,000 < 0,05, maka H1 diterima.

Rata-rata kesukaan umum tempe diantara ketiga formulasi konsentrasi

angkak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Uji Lanjutan Ducan

Kesukaan Umum

Duncan

Konsentrasi N Subset for alpha = 0.05

1 2

A1 30 3,17

A2 30 3,27

A3 30 3,80

Sig. ,530 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000.

Notasi huruf yang berbeda menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P < 0,05).

Descriptives

Kesukaan Umum

Konsentrasi

angakak

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

A1 (1%) 30 3,17 ,648 ,118 2,92 3,41 2 4

A2 (1,5%) 30 3,27 ,583 ,106 3,05 3,48 2 5

A3 (2%) 30 3,80 ,610 ,111 3,57 4,03 2 5

Total 90 3,41 ,669 ,070 3,27 3,55 2 5

ANOVA

Kesukaan Umum

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 6,956 2 3,478 9,215 ,000

Within Groups 32,833 87 ,377

Total 39,789 89

Page 104: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

91

Lampiran 22. Hasil analisis ragam kesukaan umum tempe 25 jam

ANOVA

Kesukaan Umum

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4,067 2 2,033 3,433 ,037

Within Groups 51,533 87 ,592

Total 55,600 89

H0: Rata-rata kesukaan umum pada ketiga formulasi tempe tidak menunjukkan

perbedaan nyata

H1: Rata-rata kesukaan umum pada ketiga formulasi tempe menunjukkan

perbedaan nyata

Nilai probabilitas (Sig.) 0,037 < 0,05, maka H1 diterima.

Rata-rata kesukaan umum tempe diantara ketiga formulasi konsentrasi

angkak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Uji Lanjutan Ducan

Kesukaan Umum

Duncan

Konsentrasi N Subset for alpha = 0.05

1 2

A1 30 2,90

A2 30 2,93

A3 30 3,37

Sig. ,867 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000.

Notasi huruf yang berbeda menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P < 0,05).

Descriptives

Kesukaan Umum

Konsentrasi

angkak

N Mean Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

A1 (1%) 30 2,90 ,712 ,130 2,63 3,17 1 4

A2 (1,5%) 30 2,93 ,691 ,126 2,68 3,19 1 4

A3 (2%) 30 3,37 ,890 ,162 3,03 3,70 1 5

Total 90 3,07 ,790 ,083 2,90 3,23 1 5

Page 105: Glycine soja (L) merrit) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49019/1/AFIF... · Kacang buncis dan kedelai hitam memiliki kandungan protein

92