analisis risiko produksi buncis perancis di firma raja buncis … · 14 karat daun 36 15 bercak...

76
ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS DESA TAJUR HALANG KECAMATAN TAJUR HALANG KABUPATEN BOGOR HENRY JONATHAN ADIPUTRA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: duongdan

Post on 23-Mar-2019

264 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCISDI FIRMA RAJA BUNCIS DESA TAJUR HALANG

KECAMATAN TAJUR HALANG KABUPATEN BOGOR

HENRY JONATHAN ADIPUTRA

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2014

Page 2: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk
Page 3: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis RisikoProduksi Buncis Perancis di Firma Raja Buncis Desa Tajur Halang KecamatanTajur Halang Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan darikomisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruantinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yangditerbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teksdan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada InstitutPertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Henry Jonathan AdiputraNIM H34104047

Page 4: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

ABSTRAK

HENRY JONATHAN ADIPUTRA. Analisis Risiko Produksi Buncis Perancis diFirma Raja Buncis Desa Tajur Halang Kecamatan Tajur Halang KabupatenBogor. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.

Buncis perancis merupakan komoditas sayuran yang dicari untuk memenuhikontinuitas permintaan pasar dengan standar kualitas yang cukup tinggi. Tujuanpenelitian ini adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko, peluang risiko,dampak risiko serta alternatif strategi penanganan yang dapat dilakukan untukmenangani risiko produksi buncis perancis di Firma Raja Buncis. Hasil yangdiperoleh dari identifikasi sumber-sumber risiko produksi budidaya buncisperancis antara lain sumber risiko hama, penyakit dan keterampilan tenaga kerja.Risiko penyakit menunjukkan peluang tertinggi sebesar 44,8% yang diolahdengan menggunakan metode nilai standar atau z-score. Dampak risiko terbesarjuga disebabkan oleh risiko penyakit yaitu sebesar Rp. 5.283.132,388 yang diolahdengan menggunakan metode value at risk atau VaR. Semua sumber risiko perlumendapat perhatian; perhatian paling besar diberikan kepada sumber risikopenyakit. Alternatif strategi penanganan yang dilakukan untuk sumber risikohama dan keterampilan tenaga kerja adalah strategi penanganan preventifsedangkan sumber risiko penyakit adalah strategi penanganan mitigasi.

Kata kunci: bogor, buncis perancis, risiko produksi, value at risk, z-score

ABSTRACT

HENRY JONATHAN ADIPUTRA. Production Risk Analysis of French Bean atRaja Buncis Firm Tajur Halang District Bogor Regency. Supervised by AMZULRIFIN.

French bean is a vegetable comodition that people seek to supply marketdemand with high quality standard. The objective of this research is to identify therisk sources, the risk probability, the risk impact and handling strategy alternativethat can be done to handle the risk production of French bean cultivation in RajaBuncis Firm. Results of risk sources identification are the risk sources of pests,disease and labor skill. The risk source of disease showed the highest point ofprobability which is 44.8%, as of the use of the z-score method. The biggest riskimpact also caused by disease which is Rp. 5.283.132,388, as of the use of valueat risk method or VaR. Every risk sources needs attention; most attention aregiven to the risk source of pests. The alternative of handling strategy for the risksource of pests and labor skill is preventive handling strategy while for the risksource of disease mitigation handling strategy prefrerred.

Keywords: bogor, french bean, production risk, value at risk, z-score

Page 5: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

Skripsisebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomipada

Departemen Agribisnis

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCISDI FIRMA RAJA BUNCIS DESA TAJUR HALANG

KECAMATAN TAJUR HALANG KABUPATEN BOGOR

HENRY JONATHAN ADIPUTRA

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2014

Page 6: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk
Page 7: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

© Hak cipta milik IPB, tahun 2014Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkanatau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atautinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karyatulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 8: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk
Page 9: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

Judul Skripsi: Analisis Risiko Produksi Buncis Perancis di Firma Raja BuncisDesa Tajur Halang Kecamatan Tajur Halang Kabupaten Bogor

Nama : Henry Jonathan AdiputraNIM : H34104047

Disetujui oleh

Dr. Amzul Rifin, SP, MAPembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.SiKetua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segalakarunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilihdalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah AnalisisRisiko, dengan judul Analisis Risiko Produksi Buncis Perancis di Firma RajaBuncis Desa Tajur Halang Kecamatan Tajur Halang Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA, IbuDr. Ir. Netti Tinaprilla, MM dan Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selakupembimbing, Ibu Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku penguji umum, Ibu AnitaPrimaswari Widhiani, SP, M.Si selaku penguji akademik, Ibu Dr. Ir. AnnaFariyanti, M.Si selaku evaluator, serta Ibu Dra. Yusalina, M.Si selakupembimbing akademik.

Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ekes, BapakIwan Popoh, Bapak Tony serta seluruh pekerja di Firma Raja Buncis yang telahmembantu selama pengumpulan data serta memberikan ilmu dan pengetahuanmengenai buncis perancis.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Adiwinata T, IbuRita E, Kasamira F, serta keluarga yang telah memberikan dukungan penuhkepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada BapakHamonangan Marbun, Ibu Ai Lilah Yunani, Dameria Novandina, Winda Pratiwi,Amelia Qodariyah, Zulfi, M. Noer Sugiono, Pradipta Dwiputra, Yudha TriRizkianto, Agam Firdauza, Anugrah Ramadhani K, Rivant Diliano, OemarNaufal, Amanda M. Siregar, M. Januar Ilhamsyah, Ferry Purnama, Haldi Rusdinodan seluruh teman-teman dari Bogor Fixed Faction yang selama ini telah memberidukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, baik secaralangsung maupun tidak langsung.

Tidak lupa penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Mba Siti Nurhasanah, A.Md, Mba Maya Safitri, S.Kom, MM,Mba Rahmi Awaliah, A.Md, Mas Aji Samsudin, Mas Agus Rahmat serta seluruhstaf kependidikan Alih Jenis Agribisnis yang telah membantu penulis dalammenyelesaikan studi di Departemen Agribisnis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Page 11: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiDAFTAR GAMBAR xiDAFTAR LAMPIRAN xiiPENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1Perumusan Masalah 4Tujuan Penelitian 7Manfaat Penelitian 7Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7Pengukuran Risiko Produksi 7Sumber Risiko 9Peluang Risiko 10Dampak Risiko 11Pemetaan Risiko 11Strategi Penanganan Risiko 12

KERANGKA PEMIKIRAN 13Kerangka Pemikiran Teoritis 13Kerangka Pemikiran Operasional 17

METODE PENELITIAN 19Lokasi dan Waktu Penelitian 19Jenis dan Sumber Data 19Metode Pengumpulan Data 19Metode Analisis Data 20Analisis Peluang Terjadinya Risiko 20

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26Sejarah dan Perkembangan Firma Raja Buncis 26Wilayah Tanam Buncis Perancis Firma Raja Buncis 27Keadaan Tanaman dan Produksi 27Strukur Organisasi 28Sumberdaya 28Teknis dan Teknologi Produksi 29Pemasaran Buncis Perancis 33

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS 34Identifikasi Sumber-Sumber Risiko 34Analisis Peluang Risiko Produksi 38Analisis Dampak Risiko Produksi 39Pemetaan Risiko Produksi 41Strategi Penanganan Risiko Produksi 45

Page 12: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

SIMPULAN DAN SARAN 47Simpulan 47Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49LAMPIRAN 51RIWAYAT HIDUP 62

Page 13: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nilai gizi dan kalori kacang buncis per 100 g bahan yangdapat dimakan 2

2 Produksi buncis menurut wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barattahun 2012 2

3 Produksi dan produktivitas buncis perancis pada perusahaan Firma RajaBuncis untuk 5.000 m2 5

4 Kategori tingkat kemungkinan risiko 245 Perbandingan peluang risiko dari sumber risiko produksi 386 Perbandingan dampak dari sumber risiko produksi 417 Status risiko dari sumber risiko produksi 42

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik produktivitas buncis perancis pada Firma Raja Buncis 62 Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian 143 Proses strategi pengelolaan risiko 164 Kerangka pemikiran operasional risiko produksi buncis perancis pada

Firma Raja Buncis 185 Matriks frekuensi dan signifikan 236 Strategi preventif 257 Strategi mitigasi 268 Struktur organisasi firma raja buncis 289 Proses aktivitas produksi buncis perancis 3010 Ulat grayak 3411 Ulat penggerek polong 3512 Ulat jengkal 3513 Antraknosa 3614 Karat daun 3615 Bercak daun 3716 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 4317 Pemasangan plastik mulsa 6018 Penyemprotan pestisida/pupuk cair 6019 Pemberian pupuk padat 6020 Proses melubangi plastik mulsa 6021 Pupuk organik 6022 Tunas tanaman buncis perancis 6023 Areal perkebunan buncis perancis 6124 Persiapan sortasi/grading 6125 Penyakit Antraknosa 6126 Tanaman buncis perancis siap panen 6127 Buncis perancis yang telah dikemas oleh ICDF 6128 Pemusnahan tanaman yang terserang penyakit 61

Page 14: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data produksi buncis perancis untuk 5.000 m2 522 Analisis peluang sumber risiko keterampilan pekerja 523 Analisis peluang sumber risiko hama 534 Analisis peluang sumber risiko penyakit 545 Analisis dampak sumber risiko keterampilan pekerja 546 Analisis dampak sumber risiko hama 557 Analisis dampak sumber risiko penyakit 558 Tabel Z (distribusi normal) 569 Kuisioner penelitian 5710 Dokumentasi Firma Raja Buncis 60

Page 15: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran adalah salah satu produk hortikultura yang merupakan bahanmakanan penting bagi tubuh. Komoditi ini merupakan jenis makanan penting bagimanusia untuk menjaga kesehatan. Sayuran hijau seperti daun selada, bayam,buncis, kangkung, daun singkong, daun pepaya, dan yang lainnya sangatbermanfaat bagi kesehatan manusia sehingga banyak dicari. Dilihat dari tingkatkonsumsi sayuran di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya menjadikankegiatan usaha budidaya sayuran di Indonesia sangat potensial untuk dilakukan.Tingkat konsumsi ini ditunjukkan oleh pengeluaran rata-rata per kapita per bulanuntuk sayuran yang meningkat. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun2010 ke 2011 yaitu sebesar 34,58 persen, dimana pengeluaran untuk sayuran padatahun 2010 adalah Rp 18.995,00 dan pada tahun 2011 adalah Rp 25.563,00 (BPS2011b). Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia ini masih dapat terusmeningkat, dikarenakan standar konsumsi sayuran yang direkomendasikan Foodand Agricultural Organization (FAO) adalah sebesar 73 kg/kapita/tahun danstandar kecukupan untuk sehat adalah 91,25 kg/kapita/tahun sementara tingkatkonsumsi sayuran masyarakat Indonesia masih 40,6 kg/kapita/tahun (PrabowoH.E, 2010).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat mengetahui bahwa kegiatan budidayasayuran sangat prospektif. Hal ini membuat para petani meningkatkan usahabudidaya sayuran. Peningkatan ini terlihat dari produksi sayuran pada tahun 2011yang meningkat sebesar 3,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya (Kementan,2012). Produksi sayuran ini diharapkan terus meningkat agar kebutuhan sayurandapat terus terpenuhi dan tidak terjadi kelangkaan yang dapat meningkatkan hargakomoditi ini.

Peningkatan produksi suatu jenis sayuran selalu berkaitan dengan adanyapeningkatan permintaan pasar terhadap jenis sayuran tersebut. Buncis merupakansalah satu jenis sayuran yang mengalami peningkatan produksi pada tahun 2009hingga tahun 2012. Berdasarkan data per tahun produksi sayuran di Indonesia(BPS, 2013), produksi buncis dari tahun 2009 meningkat dan cenderung stabilhingga tahun 2012. Pada tahun 2009 Indonesia hanya memproduksi buncissebanyak 290.993 ton, hingga pada tahun 2012 produksi tersebut meningkatmenjadi 322.145 ton.

Buncis banyak digemari karena selain rasanya yang cukup manis,kandungan nutrisi yang terkandung dalam buncis juga tinggi. Buncis merupakansumber protein, vitamin dan mineral yang penting dan mengandung zat-zat lainyang berkhasiat untuk obat dalam berbagai macam penyakit. Gum dan pektinyang terkandung dapat menurunkan kadar gula darah, sedangkan lignin berkhasiatuntuk mencegah kanker usus besar dan kanker payudara. Serat kasar dalampolong buncis sangat berguna untuk melancarkan pencernaan sehingga dapatmengeluarkan zat-zat racun dari tubuh (Litbang Deptan, 2013). Zat-zat gizi yangterdapat di dalam buncis dalam 100 g bahan yang dapat dimakan dapat dilihatpada Tabel 1.

Page 16: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

2

Tabel 1 Kandungan nilai gizi dan kalori kacang buncis per 100 g bahan yangdapat dimakan

No. Jenis zat gizi Jumlah kandungan gizi1 Energi/kalori 35 kal2 Protein 2,4 g3 Lemak 0,2 g4 Karbohidrat 7,7 g5 Kalsium 6,5 g6 Fosfor 4,4 g7 Serat 1,2 g8 Besi 1,1 g9 Vitamin A 630,0 SI10 Vitamin B1/Thiamine 0,08 mg11 Vitamin B2/Riboflavin 0,1 mg12 Vitamin B3/Niacin 0,7 mg13 Vitamin C 19,0 mg14 Air 89 g

Sumber : Litbang Deptan (2013)

Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi buncis nasional dimanaKabupaten Bogor memberikan kontribusi yang cukup besar pada produksi buncisdi Jawa Barat. Menurut Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2013), daerah sentrabuncis di Jawa Barat yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, KabupatenBandung, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Bogormerupakan daerah penghasil buncis kelima terbesar di Jawa Barat setelahKabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut. Kabupaten Bogor merupakan daerahdengan karakteristik dataran tinggi yang memiliki suhu rendah sehingga cocokbagi pertumbuhan buncis. Selain itu, letak geografis Kabupaten Bogor yang lebihdekat dan akses yang lebih mudah dengan Ibu Kota Jakarta memungkinkan parapelaku usaha buncis untuk memasok produknya ke wilayah tersebut dibandingkanwilayah lain di Jawa Barat yang memiliki jarak lebih jauh. Data produksi buncisuntuk wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi buncis menurut wilayah kota dan kabupaten di Jawa Barattahun 2012

No. Kabupaten/KotaProduksi (Ton)

2008 2009 2010 2011 20121 Bogor 5.646 3.783 5.386 10.015 4.7992 Sukabumi 5.462 4.683 6.984 7.614 12.2543 Bandung 8.101 7.950 10.935 13.645 18.1584 Garut 13.767 17.977 14.108 11.419 12.7465 Cianjur 11.253 18.303 9.665 23.066 18.6436 Ciamis 1.174 1.397 1.502 2.203 1.7997 Subang 1.585 2.926 2.393 3.943 2.472

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2013)

Page 17: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

3

Berdasarkan kegunaannya, buncis terbagi menjadi 4 kelompok (LitbangDeptan, 2013), yaitu:1. Buncis perancis: bagian yang dikonsumsi ialah polong berdaging yang

berwarna hijau, kuning, atau ungu yang mengandung biji yang belumberkembang. Polong tidak mempunyai mempunyai urat samping ataulapisan lir-kertas.

2. Buncis filet haricot: polong mengandung urat samping (string), tetapipolong muda berdaging yang dikonsumsi.

3. Buncis haricot: biji segar adalah bagian yang dimakan, sedangkan polongmengandung urat samping dan serat umumnya tidak dikonsumsi.

4. Buncis bijian kering: biji kupasan kering adalah bagian yang dikonsumsi,sedangkan polong mempunyai urat samping, serat, lapisan lir kerts, dantidak dimakan.Buncis perancis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu varietas dari

jenis buncis yang memiliki prospek yang baik dan perlu dikembangkan. Buncisperancis merupakan jenis sayuran buncis yang memiliki umur panen lebih mudadibandingkan dengan jenis buncis biasanya. Umur panen buncis perancis yanglebih muda yaitu 40-45 hari setelah tanam membuat buncis perancis banyakditanam oleh petani, karena petani dapat memiliki perputaran modal yang lebihcepat dibandingkan dengan jenis tanaman yang lain. Buncis perancis atau yangjuga sering disebut french bean merupakan sayuran jenis kacang-kacangan yangmengandung protein tinggi. Secara fisik bentuk buncis perancis berbeda denganbuncis lokal, dimana bentuk buncis prancis lebih bulat dan ukurannya lebih kecil,sedangkan buncis lokal lebih pipih dengan ukuran diameter yang lebih besar.

Tingkat produksi buncis diperkirakan akan terus meningkat seiring denganbanyaknya permintaan ekspor buncis, terutama buncis perancis ke Negara lainseperti Singapura. Dalam satu hari permintaan terhadap buncis perancis diSingapura sedikitnya bisa mencapai lima ton. Selain Singapura, Negara-negaralain yang menjadi tujuan ekspor buncis olahan antara lain Hongkong, Malaysia,Inggris, Perancis dan Australia (Kementan, 2012).

Meski kebutuhan konsumen luar negeri terhadap buncis perancis sangattinggi, namun permintaan buncis perancis di dalam negeri masih cukup rendah.Hal ini disebabkan karena buncis perancis belum banyak dikenal sebagai produkmakanan yang bergizi di Indonesia, selain itu harga buncis perancis yang lebihmahal ketimbang buncis lokal juga menjadi salah satu penyebab utama mengapabuncis perancis lebih diminati konsumen luar negri dibandingkan konsumendalam negri.

Karena harganya yang cenderung lebih mahal dibandingkan dengan buncislokal, sehingga segmen pasar buncis perancis di dalam negri lebih banyak ditemuidi pasar moderen dan pasar ekspor. Oleh karena itu buncis perancis yangdiproduksi harus memiliki kualitas yang baik, mampu mencukupi kontinuitaspermintaan serta mempunyai harga yang kompetitif.

Untuk itu pengelolaan yang baik dalam budidaya sayuran ini sangatdibutuhkan, seperti pengelolaan dari segi teknis produksi. Hal ini dibutuhkan agardapat memenuhi kualitas dan kuantitas buncis perancis yang diinginkan olehpasar.

Page 18: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

4

Para petani Indonesia cenderung belum dapat berproduksi secara efisien,karena masih kurangnya kemampuan dalam hal manajerial budidaya petani.Selain itu kurangnya informasi akan teknologi baru dalam berproduksi serta risikoproduksi yang berasal dari alam juga membuat kualitas dan kuantitas produksibuncis perancis menjadi tidak stabil. Kemudian juga umumnya petani Indonesiamengusahakan lahan yang belum terlalu besar sehingga pengelolaannya menjaditidak efisien. Untuk itu International Cooperation and Development Fund (ICDF)banyak melakukan kerjasama dengan para petani khususnya di daerah Bogor.

International Cooperation and Development Fund merupakan sebuahlembaga kerjasama internasional antar Indonesia dan pemerintah Taiwan yangberkerjasama dengan para petani untuk mengembangkan beberapa komoditisayuran agar dapat memasuki pasar modern dan dapat meningkatkankesejahteraan petani. ICDF berlokasi di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga.Penawaran yang diberikan pihak ICDF bagi petani yang bekerjasama adalahpenyediaan benih, jaminan harga yang stabil dan lebih tinggi dibandingkandengan pasar tradisional, serta pelatihan teknis. Harga yang ditawarkan pihakICDF kepada petani cukup tinggi, akan tetapi hal ini sebanding dengan seleksiyang sangat ketat yang ditetapkan pihak ICF kepada petani agar dapat memenuhistandar yang ditetapkan.

Walaupun ICDF telah melakukan penyediaan benih serta pelatihan untukpara petani, namun pada kondisi lapangan petani tetap menemui banyak kendaladalam melakukan usaha tani buncis perancis. Kendala-kendala tersebut dapatmenjadi risiko yang mempengaruhi standar kualitas hasil panen yang ditetapkanoleh ICDF. Untuk itu diperlukan analisis sumber-sumber risiko untuk setiapkendala yang dihadapi petani agar yang hasil panen didapatkan oleh petani tidakbanyak terbuang karena tidak mampu memenuhi standar kualitas dari ICDF.

Perumusan Masalah

Firma Raja Buncis merupakan perusahaan yang bekerjasama ICDF. FirmaRaja Buncis adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya buncisperancis di Kabupaten Bogor. Bentuk kerjasama antara Firma Raja Buncis denganICDF adalah berupa kemitraan, dimana ICDF berperan sebagai penyedia bibitserta memberikan keterjaminan harga yang stabil dan lebih tinggi dari pada pasartradisional serta pelatihan yang diberikan oleh pihak ICDF kepada petani. Hargabuncis yang diterima petani pada pasar tradisional adalah Rp 5.000/kg sedangkanyang diterima petani dari ICDF adalah Rp 12.000/kg karena kualitas yangdihasilkan baik dan dipasarkan di pasar modern.

Perusahaan ini dimiliki oleh tiga orang yang sama-sama menekuni bidanghortikultura, yaitu Bapak Ekes, Bapak Toni dan Bapak Iwan. Tingkat keberhasilanyang dimiliki usaha budidaya buncis perancis ini berbeda-beda di setiap hasilproduksinya. Pada umumnya fluktuasi dapat dijadikan indikator dari hasilproduksi yang diperoleh pada suatu periode tertentu yang dibandingkan denganperiode sebelumnya maupun sesudahnya pada lahan dan luasan yang sama.Fluktuasi tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil produksi buncis perancis yangdiperoleh kemudian dibandingkan dengan jumlah benih yang ditanam. Oleh

Page 19: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

5

karena itu risiko produksi perlu diperhitungkan karena pada umumnya risiko akanberdampak pada kerugian yang akan ditangung oleh pemilik usaha.

Pada bulan Januari 2012 sampai dengan Juni 2014, usaha budidaya buncisperancis ini mengalami sepuluh kali siklus produksi dan hasil produksi tersebutmenghasilkan produktivitas yang bervariasi setiap siklusnya yang dapat dilihatseperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi dan produktivitas buncis perancis pada perusahaan Firma RajaBuncis untuk 5.000 m2

Siklus WaktuLuas

LahanPanenAktual

PanenStandar

ProduktivitasAktual

ProduktivitasOptimal

(ha) (Ton) (Ton) (Ton/ha) (Ton/ha)1 Jan-Mar 2012 0,5 1,279 2,4 5,12 9,62 Apr-Jun 2012 0.5 2,109 2,4 8,44 9,63 Jul-Sept 2012 0,5 1,913 2,4 7,66 9,64 Okt-Des 2012 0,5 1,284 2,4 5,14 9,65 Jan-Mar 2013 0,5 1,522 2,4 6,08 9,66 Apr-Jun 2013 0,5 1,874 2,4 7,50 9,67 Jul-Sept 2013 0,5 1,908 2,4 7,64 9,68 Okt-Des 2013 0,5 1,564 2,4 6,26 9,69 Jan-Mar 2014 0,5 1,986 2,4 7,94 9,610 Apr-Jun 2014 0,5 2,012 2,4 8,04 9,6

Sumber: Firma Raja Buncis (2014)

Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa hasil yang diperoleh setiap produksidengan jumlah produksi yang sama, menghasilkan tingkat keberhasilan yangberfluktuasi dari siklus yang ditanam oleh Firma Raja Buncis. Fluktuasi hasilproduksi buncis perancis yang diperoleh juga tidak sesuai dengan standarkeberhasilan yang diinginkan oleh Firma Raja Buncis. Berdasarkan produktivitasaktual yang terjadi di perusahaan, didapat hasil yang lebih rendah dibandingkanproduktivitas optimal. Selain itu produktivitas yang dihasilkan pada awal tahun2012 belum dapat mencapai produktivitas yang ditargetkan bahkan mencapaiproduktivitas terendah sebesar 5,12 ton/ha. Produktivitas terendah terjadi padabulan Januari sampai dengan Maret 2012 dan Oktober sampai Desember 2012,dimana pada waktu tersebut terjadi cuaca ekstrim dengan curah hujan yang tinggidi kebun Firma Raja Buncis yang kemungkinan menyebabkan produktivitasbuncis perancis menjadi turun secara signifikan. Tingkat produktivitas tertinggibaru bisa dihasilkan pada pertengahan bulan April sampai dengan Juni 2012sebesar 8,44 ton/ha.

Produktivitas optimal ditetapkan Firma Raja Buncis sebesar 9,6 ton/ha lahanberdasarkan hasil panen optimal yang diperoleh perusahaan. Penyebab tidaktercapainya produktifitas sesuai standar perusahaan dapat menjadi dugaan indikasiyang dapat menunjukkan adanya risiko produksi pada perusahaan Firma RajaBuncis. Produktivitas buncis perancis pada Firma Raja Buncis dapat digambarkandengan grafik yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 20: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

6

Keterangan : Panen AktualPanen Standar

Gambar 1 Grafik produktivitas buncis perancis pada Firma Raja Buncis

Pada Gambar 1 ditunjukkan produktivitas buncis perancis dari bulan januaritahun 2012 sampai dengan Juni 2014. Produktivitas buncis perancis di Firma RajaBuncis ini kemudian dibedakan antara produktivitas standar dan produktivitasaktual untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi pasokanbuncis perancis di pasaran.

Fluktuasi produksi buncis perancis tersebut dapat disebabkan oleh sumber-sumber risiko yang terdapat di Firma Raja Buncis sehingga hasil panen yang tidaksesuai dengan kualitas yang diminta. Fluktuasi kualitas hasil panen yang tidakstabil pada perusahaan Firma Raja Buncis sangat dipengaruhi oleh faktor manusia,teknologi, dan alam sehingga sumber-sumber risiko tersebut sangat berhubungandengan jenis risiko pada kegiatan produksi.

Dengan adanya risiko produksi yang dihadapi dalam melakukan budidayabuncis perancis, sangat mempengaruhi pemenuhan permintaan buncis perancisoleh ICDF. Untuk itu pengelolaan risiko yang tepat sangat dibutuhkan untukmemimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Untuk itu dibutuhkan penilaianyang tepat untuk membantu perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusanuntuk pengelolaan risko produksi agar dapat mencegah kerugian yang semakinbesar. Strategi penanganan yang tepat perlu dilakukan untuk menghadapi risikoproduksi yang terjadi di perusahaan Firma Raja Buncis karena buncis perancismerupakan sayuan yang bersifat perishable serta rentan terhadap hama danpenyakit apabila tidak ditangani secara tepat. Ketika masalah tersebutditanggulangi secara tepat, maka akan membuat jumlah produksi buncis perancisdi perusahaan semakin meningkat, sehingga dapat memenuhi permintaan buncisperancis oleh ICDF.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalampenelitian ini adalah :1. Apa saja yang menjadi sumber-sumber risiko produksi dalam kegiatan

budidaya buncis perancis pada perusahaan Firma Raja Buncis?2. Berapa besar peluang dan dampak dari sumber-sumber risiko produksi

dalam kegiatan budidaya buncis perancis pada perusahaan Firma RajaBuncis?

3. Bagaimana alternatif strategi penanganan yang diterapkan dalam mengatasisumber-sumber risiko produksi buncis perancis yang dihadapi perusahaanFirma Raja Buncis?

Page 21: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

7

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dilihat dari latar belakang maupunperumusan masalah mengenai saluran tataniaga di atas, maka tujuan daripenelitian ini adalah:1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi buncis perancis yang

dilakukan oleh perusahaan Firma Raja Buncis.2. Menganalisis besar peluang dan dampak risiko produksi yang terjadi pada

kegiatan budidaya buncis perancis yang dilakukan oleh perusahaan FirmaRaja Buncis.

3. Menganalisis alternatif strategi penanganan yang dapat dilakukan untukmengatasi risiko produksi buncis perancis yang dilakukan oleh perusahaanFirma Raja Buncis.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan penulis diharapkan mempunyai manfaatsebagai berikut :1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam

mengambil keputusan bisnis, sehingga perusahaan dapat mengambilkeputusan yang tepat.

2. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga penelitianselanjutnya dapat menganalisis lebih baik lagi khususnya penulisan ilmiahtentang risiko produksi buncis perancis.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Firma Raja Buncis, yang bergerakdalam bidang pertanian buncis perancis. Ruang lingkup kajian masalah yangditeliti adalah analisis sumber-sumber risiko yang mempengaruhi produksi buncisperancis. Komoditi buncis perancis yang diteliti adalah buncis perancis yangdihasilkan setelah tiga bulan dipanen. Data yang digunakan adalah data produksiperusahaan dari Januari 2012 sampai dengan Juni 2014.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Risiko Produksi

Risiko merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan dampakkerugian. Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap keputusan selalu mengandungrisiko. Oleh sebab itu kejelian menanggapi dan meminimalisir risiko merupakansesuatu yang harus dilakukan setiap perusahaan. Terutama agribisnis yangmerupakan usaha dengan makhluk hidup sebagai objek usaha akan sangatmembutuhkan pengukuran risiko dan penanganan yang efektif.

Page 22: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

8

Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metodeanalisis seperti standard deviation, coefficient variation, VaR (value at risk) dananalisis metode nilai standar (z-score). Pada penelitian Setyarini (2011),Sembiring (2010) dan Situmeang (2011) menggunakan alat analisis standarddeviation, dan coefficient variation dalam penelitiannya. Sedangkan padapenelitian Ramadhan (2013), Perengkuan (2011), dan Indah (2013) menggunakanmetode nilai standar (z-score) dan VaR (value at risk).

Metode nilai standar (z-score) digunakan untuk mengetahui kemungkinanterjadinya kerugian atau risiko akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasilstandar. Metode ini dapat digunakan apabila terdapat data historis dan data dalambentuk kontinus (decimal). Sedangkan VaR (value at risk) digunakan untukmenganalisis dampak dari terjadinya risiko pada usaha yang sedang diteliti. VaRadalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksidengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep VaR berdiri di atas observasistatistik atas risiko pada kegiatan produksi dan permintaan. Penggunaan alatanalisis ini tentunya bertujuan memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan,sehingga nantinya hasil dari penelitian yang dilakukan tidak hanya sekedarmenghitung besar peluang terjadinya risiko pada suatu usaha, tetapi jugamengukur dampak yang ditimbulkan risiko dari perusahaan.

Berdasarkan referensi penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan alatanalisis nilai z-score dan VaR. Pada penelitian ini metode nilai standar (z-score)digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko akibathasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar pada usaha budidaya buncisperancis. Sedangkan VaR pada penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnyadampak dari risiko pada kegiatan budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis.VaR adalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksidengan tingkat kepercayaan tertentu. Setelah nilai z-score, dan VaR diperoleh,maka selanjutnya akan dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko pada peta risikodan dilanjutkan dengan perumusan alternatif strategi untuk menangani risiko.Penggunaan alat analisis ini tentunya bertujuan untuk memperkaya kajian daripenelitian yang dilakukan, sehingga nantinya hasil dari penelitian yang dilakukantidak hanya sekedar menghitung besarnya peluang risiko yang terjadi pada usahabudidaya buncis perancis, tetapi juga mengukur dampak yang dapat ditimbulkanoleh risiko yang dapat terjadi pada usaha ini.

Pemetaan risiko adalah proses yang harus dilakukan sebelum dapatmenangani risiko, sehingga menjadi bagian yang penting dalam penelitianmengenai risiko. Peta risiko menggambarkan tentang kemungkinan terjadinya dandampak yang dapat ditimbulkan oleh suatu risiko. Berdasarkan hasil pemetaanrisiko tersebut, maka selanjutnya perusahaan menetapkan strategi penangananrisiko yang tepat. Strategi penanganan risiko secara garis besar terbagi atas dua,yaitu penghindaran risiko dan mitigasi risiko. Ramadhan (2013), Perengkuan(2011), dan Indah (2013) menggunakan metode tersebut untuk menciptakanstrategi yang tepat untuk menangani risiko yang dihadapi oleh perusahaan yangmenjadi objek penelitian.

Pada penelitian ini dilakukan pemetaan risiko yang berguna untukmemetakan berbagai sumber risiko produksi yang muncul dalam usaha budidayabuncis perancis pada Firma Raja Buncis, sehingga diharapkan dapat ditentukanstrategi penanganan risiko yang sesuai dengan status risiko. Sumber risiko yang

Page 23: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

9

muncul dari aspek produksi ditangani sedemikian rupa sesuai dengan statusrisikonya, sehingga risiko yang muncul dapat ditangani dengan tepat dalam usahameminimalkan risiko.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, persamaan yang paling terlihatadalah persamaan pada analisis risiko produksi. Selain itu terdapat juga persamaanpendekatan yang digunakan untuk mengetahui tingkat risiko produksi dari usahayang dijalankan, yaitu metode nilai standar (z-score) dan Value at Risk (VaR).Faktor yang membedakan pada penelitian ini terletak pada skala usaha yangdimiliki, komoditas yang diteliti dan perbedaan tempat pelaksanaan penelitian.

Sumber Risiko

Sumber atau penyebab risiko sangat penting untuk diketahui karena denganmengetahui sumber risiko, akan lebih mudah untuk melakukan pencegahan ataupenanganan. Menurut Kountur (2006), risiko dapat disebabkan oleh faktor-faktoroperasional atau faktor-faktor keuangan. Risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional dapat berupa manusia, alam, teknologi, maupun aturan.Sedangkan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan dapat berupaharga, nilai tukar mata uang, maupun tingkat bunga. Pada penelitian Ramadhan(2013) di Kelompok Tani Dewa Family, terdapat tiga jenis sumber risiko utamausaha budidaya cabai paprika. Diantaranya sumber risiko yang berasal dari hama,sumber risiko yang berasal dari penyakit dan sumber risiko yang berasal dariperubahan suhu. Ketiga sumber risiko tersebut mampu memberikan dampak yangcukup besar terhadap usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani DewaFamily.

Sumber risiko lain yang lebih variatif terdapat pada jenis usaha budidayasayuran. Menurut Situmeang (2011) dan Sitorus (2011) usaha budidaya sayurantidak hanya memiliki sumber risiko yang berasal dari hama, penyakit dan cuacasaja, tapi juga terdapat sumber risiko lain yang dapat memberikan dampak cukupbesar pada usaha budidaya sayuran. Pada penelitiannya di kelompok tani PondokMenteng, Situmeang (2011) menemukan bahwa usaha budidaya cabai merahkeriting tidak hanya dipengaruhi oleh faktor hama, dan penyakit, namun sumberrisiko lain seperti keterampilan pekerja serta kondisi tanah, juga amatmempengaruhi produksi sekaligus menjadi sumber risiko dalam perusahaantersebut. Sedangkan pada Sitorus (2011), sumber risiko yang terdapat pada ParungFarm menunjukkan bahwa selain diakibat oleh hama dan penyakit, sumber risikopada usaha bayam dan kangkung hidroponik juga dipengaruhi oleh keterampilantenaga kerja, cuaca, dan input yang digunakan.

Pada penelitian tentang buncis perancis di Firma Raja Buncis, diidentifikasiseluruh sumber risiko yang mungkin dapat mempengaruhi produksi buncisperancis dan ditetapkan sumber risiko mana yang mempunyai pengaruh palingbesar pada usaha budidaya buncis perancis. Setelah diperoleh data mengenaisumber risiko, kemudian dianalisis peluang risikonya.

Page 24: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

10

Peluang Risiko

Berdasarkan sumber-sumber risiko yang telah teridentifikasi, maka dapatdiidentifikasi peluang dari masing-masing sumber risiko yang terdapat pada suatuusaha. Peluang risiko dapat dihitung dengan menggunakan metode nilai standaratau biasa disebut dengan z-score dan ditampilkan dengan dengan menggunakannilai persentase disertai penetapan batas normal kegagalan yang diperbolehkanoleh perusahaan.

Pada penelitian Ramadhan (2013) mengenai usaha budidaya cabai paprika diKelompok Tani Dewa Family, terdapat tiga sumber risiko dengan peluang gagalproduksi yang cukup besar, yaitu hama, penyakit dan perubahan suhu. Hamamerupakan sumber risiko yang mempunyai tingkat peluang paling besar diantarasumber risiko yang lain, yaitu sebesar 44 persen. Nilai Z yang diperoleh untuksumber risiko akibat hama, dengan menggunakan nilai standar adalah sebesar 0,15.Bila nilai tersebut dipetakan pada tabel Z (distribusi normal), maka akanmenunjukkan nilai 0,440 yang artinya kemungkinan peluang gagal produksi cabaipaprika akibat faktor kesalahan penanganan saat proses produksi yaitu sebesar 44persen dengan batas normal kerusakan produksi cabai paprika akibat serangan hamayang ditentukan oleh Kelompok Tani Dewa Family adalah sebesar 20 persen.

Parengkuan (2011) menemukan bahwa pada usaha budidaya jamur tiramputih di Yayasan Paguyuban Ikhlas terdapat empat sumber risiko dengan peluanggagal produksi yang cukup besar, yaitu kesalahan penanganan, Perubahan suhuudara, hama dan penyakit. Namun risiko akibat kesalahan penanganan saat prosesproduksi memiliki tingkat peluang risiko terbesar pada usaha budidaya jamur tiramputih di Yayasan Paguyuban Ikhlas. Nilai Z yang diperoleh untuk sumber risikoakibat kesalahan penanganan saat proses produksi dengan menggunakan nilaistandar adalah sebesar 0,12. Bila nilai tersebut dipetakan pada tabel Z, maka akanmenunjukkan nilai 0,452 yang artinya kemungkinan peluang gagal produksi jamurtiram putih akibat faktor kesalahan penanganan saat proses produksi yaitu sebesar45,2 persen, dimana nilai tersebut melebihi batas normal kerusakan log yangditentukan, yaitu sebanyak 4000 log per bulannya.

Penelitian yang dilakukan pada usaha budidaya jamur tiram putih di CV.Wahyu Makmur Sejahtera oleh Indah (2013) menemukan bahwa terdapat tigasumber risiko dengan peluang gagal produksi yang cukup besar, yaituketerampilan tenaga kerja, hama dan penyakit, serta komposisi dan kualitas bahanbaku. Namun peluang terbesar urutan pertama terdapat sumber risiko tenaga kerjadimana nilai Z yang diperoleh untuk sumber risiko keterampilan tenaga kerjadengan menggunakan nilai standar adalah sebesar 0,19. Apabila nilai tersebutdipetakan pada tabel Z, maka akan menunjukkan nilai 0,425 yang artinyakemungkinan peluang gagal produksi jamur tiram putih akibat faktor keterampilantenaga kerja melebihi batas yang ditentukan adalah 42,5 persen. Batas normalkegagalan produksi jamur tiram putih di CV. Wahyu Makmur Sejahtera adalahsebanyak 6000 kg.

Peluang sumber risiko yang mungkin terjadi pada usaha budidaya buncisperancis di Firma Raja Buncis dihitung dengan menggunakan metode nilai standar,dan kemudian dipetakan pada tabel Z sehingga dapat dilihat seberapa besarpeluang sumber-sumber risiko yang telah diperoleh terhadap produksi buncisperancis di Firma Raja Buncis.

Page 25: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

11

Dampak Risiko

Dampak merupakan akibat yang ditimbulkan oleh sumber-sumber risiko.Dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko memiliki nilai yangberbeda-beda. Pada penelitian Ramadhan (2013) di Kelompok Tani Dewa Family,sumber utama risiko yang berasal dari alam pada usaha budidaya cabai paprikaadalah serangan hama. Akibat yang ditimbulkan oleh sumber risiko seranganhama tersebut mampu memberikan dampak kerugian yang paling besar padausaha budidaya cabai paprika, yaitu Rp. 6.876.142. Sedangkan akibat yangditimbulkan oleh sumber risiko penyakit menempati dampak terbesar kedua padausaha budidaya cabai paprika yaitu sebesar Rp. 5.188.450. Berdasarkan keduaangka tersebut sumber risiko akibat serangan hama dan penyakit merupakansumber risiko yang memberikan dampak paling besar terhadap usaha budidayacabai paprika.

Akibat yang ditimbulkan oleh sumber-sumber risiko pada penelitianParengkuan (2011) di Yayasan Paguyuban Ikhlas, menemukan bahwa sumberrisiko iklim dan cuaca mampu memberikan dampak kerugian dengan nilaiterbesar hingga Rp. 17.053.516 pada usaha budidaya jamur tiram putih diYayasan Paguyuban Iklhas. Sedangkan dampak risiko hama menempati urutandampak kedua terbesar pada usaha budidaya jamur tiram putih yaitu sebesar Rp.10.492.030.

Namun Indah (2013) menemukan dampak akibat yang ditimbulkan olehsumber risiko komposisi dan kualitas bahan baku di CV. Wahyu MakmurSejahtera memiliki nilai dampak yang tertinggi, yaitu sebesar Rp. 13.251.714.Sedangkan dampak akibat keterampilan tenaga kerja menempati urutan keduayaitu sebesar Rp. 10.914.644 disusul dengandampak risiko akibat hama danpenyakit dengan dampak pada perusahaan sebesar Rp. 10.069.894.

Dampak risiko pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung value atrisk pada sumber risiko yang didapatkan. Sumber-sumber risiko pada usahabudidaya buncis perancis yang diperoleh dapat dilihat besaran dampaknya dalamrupiah terhadap perusahaan Firma Raja Buncis yang sedang diteliti.

Pemetaan Risiko

Hasil perhitungan peluang dan dampak dari masing-masing sumber risikoproduksi yang telah dihitung dan dianalisis nilai-nilainya dapat dilakukanpemetaan risiko. Pemetaan risiko dilakukan dengan maksud untuk mengukurrisiko dan menghasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko.Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko dari beberapasumber risiko produksi yang telah teridentifikasi sebelumnya.

Ramadhan (2013) menemukan bahwa gangguan karena serangan hama padausaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family merupakan sumberrisiko produksi dengan risiko terbesar diikuti dengan serangan penyakit, danperubahan suhu. Pada pemetaan yang dilakukan Ramadhan (2013), perubahansuhu terletak pada kuadran tiga, yang meningindikasikan sumber risiko memilikipeluang kecil dengan dampak yang kecil. Kuadran dua yang merupakan tempatuntuk sumber risiko yang memiliki peluang dan dampak yang besar diisi oleh

Page 26: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

12

sumber risiko yang disebabkan serangan hama dan penyakit. Kuadran satu yangmerupakan tempat untuk sumber risiko produksi dengan peluang besar tetapidampak kecil tidak terisi begitupun dengan kuardan empat dengan peluang kecildan dampak besar tidak terisi oleh sumber risiko produksi.

Pada penelitian tentang jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas,Parengkuan (2011) menemukan bahwa kesalahan pada saat proses sterilisasi log,hama, dan penyakit masuk dalam kuadran satu yang merupakan tempat untuksumber risiko produksi dengan peluang besar, namun memiliki dampak yang kecil.Kuadran dua yang merupakan tempat untuk sumber risiko produksi denganpeluang dan dampak besar tidak terisi oleh sumber risiko produksi, begitu jugadengan kuadran tiga yang merupakan tempat bagi sumber risiko produksi denganpeluang dan dampak kecil tidak terisi oleh sumber risiko produksi apapun.Sementara itu perubahan suhu ruangan kumbung masuk pada kuadran empat yangmerupakan tempat untuk sumber risiko produksi yang memiliki peluang kecil,tetapi memiliki dampak yang besar.

Sedangkan pada penelitian Indah (2013) tentang jamur tiram putih di CV.Wahyu Makmur Sejahtera, keterampilan tenaga kerja dan hama dan penyakitmasuk ke dalam kuadran dua. Sedangkan komposisi dan kualitas bahan bakumasuk ke dalam kuadran tiga. Kuadran satu yang merupakan tempat untuksumber risiko produksi dengan peluang besar tetapi dampak kecil tidak terisibegitupun dengan kuardan empat dengan peluang kecil dan dampak besar tidakterisi oleh sumber risiko produksi.

Pada penelitian ini, pemetaan akan dilakukan dengan menggunakan bentukkuadran yang sama seperti yang terdapat pada teori Kountur (2006). Kuadrantersebut akan mengarahkan sumber-sumber risiko yang terdapat pada usahabudidaya buncis perancis kepada prioritas strategi penanganan risiko untukmemimalkan terjadinya risiko pada perusahaan Firma Raja Buncis.

Strategi Penanganan Risiko

Strategi penanganan sumber-sumber risiko produksi dapat dilihat dari hasilpemetaan risiko, acuan dari membuat strategi risiko adalah dengan melihat statusrisiko dan menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko hingga yangpaling tidak berisiko mulai dari yang paling besar hingga paling kecil. Strategipenanganan yang dilakukan adalah dengan mencegah timbulnya risiko produksi(preventif), serta dapat mengurangi kerugian akibat risiko (mitigasi).

Ramadhan (2013) menemukan bahwa gangguan karena serangan hama danpenyakit pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Familymerupakan sumber risiko produksi dengan status risiko terbesar, sehingga keduasumber risiko tersebut termasuk ke dalam kuadran dua. Strategi yang dilakukanRamadhan (2013) terhadap serangan hama dan penyakit, ditangani denganmenggunakan strategi preventif. Sedangkan gangguan karena perubahan suhuyang masuk ke dalam kuadran tiga ditangani dengan menggunakan strategimitigasi.

Pada penelitian tentang jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas,Parengkuan (2011) menemukan bahwa kesalahan pada saat proses sterilisasi log,hama, dan penyakit yang masuk dalam kuadran satu dapat ditangani dengan

Page 27: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

13

menggunakan strategi preventif. Sementara itu perubahan suhu ruangan kumbungyang masuk pada kuadran empat ditangani dengan menggunakan strategi mitigasi.

Sedangkan pada penelitian Indah (2013) tentang jamur tiram putih di CV.Wahyu Makmur Sejahtera, keterampilan tenaga kerja dan hama dan penyakit yangmasuk ke dalam kuadran dua ditangani dengan menggunakan strategi preventif.Sedangkan komposisi dan kualitas bahan baku yang masuk ke dalam kuadran tigaditangani dengan menggunakan strategi mitigasi.

Pada penelitian tentang buncis perancis di Firma Raja Buncis, pencegahanterhadap sumber risiko terbesar juga dilakukan dengan menggunakan strategipreventif dan mitigasi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari beberapa teori-teori yang relevan dengan penelitian. Teori-teori ini diperoleh dari ilmu-ilmu yangdipelajari sebelumnya yang berasal dari teks, jurnal, skripsi dan logika penelitiyang dibangun berdasarkan pengalaman penelitian sebelumnya. Kerangkapemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan ataspengetahuan, teori dan dalil dalam menjawab tujuan penelitian. Adapun kerangkapemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep, sumber-sumber, manajemen, identifikasi, pengukuran, penanganan dan evaluasi risiko.

Konsep RisikoHarwood et al (1999) mengatakan bahwa risiko merupakan kemungkinan

kejadian yang menimbulkan kerugian bagi pelaku bisnis yang mengalaminya.Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memilikikemungkinan untuk terjadi dan tidak terjadi. Jika terjadi, ada akibat berupakerugian yang ditimbulkan. Salah satu bisnis yang mempunyai risiko tinggi yaitukegiatan pada bidang pertanian. Aktivitas sehari-hari petani sebagai pelaku bisnisselalu dihadapkan dengan suatu perubahan yang terus menerus mengenai produk,harga, pendapatan dan lainnya. Produksi yang dihasilkan mungkin lebih baik ataulebih buruk dibandingkan dengan produksi yang diharapkan. Petani dan peternakselalu dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya. Ketidakpastianini menyebabkan bidang agribisnis sangat riskan dengan kerugian. Risikomempunyai dua karakteristik, yaitu: (1) risiko merupakan ketidakpastian atasterjadinya suatu peristiwa dan (2) risiko merupakan ketidakpastian bila terjadiakan menimbulkan kerugian. Secara makro, ketidakpastian bisa diklasifikasikankedalam tiga golongan. Pertama, ketidakpastian sosial, politik, ekonomi.Misalnya; perubahan harga dan selera konsumen, konflik antar suku, dansebagainya. Kedua, ketidakpastian alam, yaitu ketidakpastian yang disebabkanoleh alam. Misalnya; banjir, gempa bumi, kemarau, kebakaran hutan dansebagainya. Ketiga, ketidakpastian manusia. Misalnya; pencurian, pembunuhan,korupsi, perang, dan sebagainya.

Page 28: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

14

Risiko tidak cukup dihindari, tapi harus dihadapi dengan cara-cara yangdapat memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Rangkaian kejadianrisiko dan ketidakpastian, disajikan dalam Gambar 2.

Probability dan hasil Probability dan hasildapat diketahui tidak dapat diketahui

Risiko Ketidakpastian(Risk Events) (Uncertain Events)

Sumber: Debertin (2012)

Debertin (2012) menyebutkan perbedaan konsep antara risiko danketidakpastian. Ketidakpastian lingkungan, kemungkinan hasil dan kemungkinankejadian tersebut tidak dapat diketahui. Gambar 1 menjelaskan bahwa peristiwadunia dapat digolongkan menjadi dua situasi yang ekstrim, yaitu kejadian yangmengandung risiko dan kejadian yang tidak pasti atau uncertainty risk. Robisondan Barry (1987) menyebutkan bahwa ketidakpastian menunjukkan peluang suatukejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang yang secarakuantitatif tidak dapat diketahui karena tidak ada data pendukung atau informasiuntuk menghitung peluang. Selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukurmaka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian.

Sumber-sumber RisikoMenurut Harwood et al (1999), beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh

petani diantaranya adalah risiko produksi, risiko pasar atau harga, risikokelembagaan, risiko kebijakan dan risiko finansial. Sumber-sumber risiko tersebutakan dijelaskan sebagai berikut.1. Risiko Produksi

Sumber risiko yang berasal dari kegiatan produksi diantaranya adalah gagalpanen, produksi rendah, kualitas kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hamadan penyakit, curah hujan, kesalahan sumberdaya manusia, maupun teknologi.2. Risiko Pasar atau Harga

Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat terjual. Disebabkan olehperubahan harga output, permintaan rendah, ataupun banyak produk substitusi.3. Risiko Kelembagaan

Risiko yang ditimbulkan dari kelembagaan terjadi karena perubahankebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan pestisida dan obat-obatan, pajak, kredit.4. Risiko Kebijakan

Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan antara lain adanyakebijakan-kebijakan tertentu yang keluar dari dalam hal ini sebagai pemegangkekuasaan pemerintah yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha. Kebijakandalam artian tersebut membatasi gerak dari usaha tersebut. Contohnya adalahkebijakan tarif ekspor.

Gambar 2 Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian

Page 29: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

15

5. Risiko FinansialRisiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka

pendek kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehinggamenyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah.

Menurut Kountur (2006), risiko operasional merupakan risiko yangumumnya bersumber dari masalah yang disebabkan faktor internal sepertimanusia, teknologi, aturan, serta disebabkan pula oleh faktor eksternal sepertiperubahan iklim, suhu, cuaca, hama dan penyakit.1. Manusia

Terdapat tiga kelompok besar yang menjadi penyebab-penyebab kejadianyang merugikan dari faktor manusia, yaitu: (a) kompetensi pekerja dalammenjalankan tugasnya, misalnya pekerja yang kurang memiliki tanggung jawabdalam bekerja, lalai dalam melaksanakan tugas, memiliki sakit (fisik ataupunmental) maupun disebabkan lemahnya kontrol manajemen yang dilakukan padamasa poduksi; (b) moral pekerja yang rendah dapat merugikan perusahaan,misalnya pekerja yang buruk suka mencuri, merusak dengan sengaja, merasa tidakpuas kemudian mogok kerja, menjadi provokator atau membawa pengaruh burukkepada pekerja-pekerja lainnya dan lain-lain; (c) selera konsumen juga termasukke dalam faktor manusia, karena berubahnya selera konsumen dapat menjadirisiko bagi perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen.2. Aturan

Aturan maupun kebijakan yang dikeluarkan perusahaan tidak selalu menjadihal yang positif dan bisa diterima semua pihak. Terkadang terdapat pro dan kontraatas aturan maupun kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal tersebutdapat menjadi sumber timbulnya risiko atau suatu kejadian yang merugikan.Misalnya seperti aturan upah yang dapat dianggap tidak adil bagi sebagian pekerjasehingga dapat menimbulkan gejolak yang akhirnya mendorong pekerja untuktidak melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas yang telah diberikan.3. Teknologi

Dalam kegiatan ini, teknologi lebih dikategorikan kepada alat-alat pertanian,perangkat keras, mesin, sistem hingga prosedur bercocok tanam. Faktor-faktorteknologi yang dapat menyebabkan terjadinya suatu risiko adalah teknologi yangtidak sesuai, sudah usang, tidak berfungsi sebagaimana mestinya, teknologi yangtidak berkualitas maupun teknologi yang tepat namun salah dalam penggunaan.4. Alam

Kejadian merugikan yang disebabkan oleh faktor alam dikelompokkan kedalam tiga faktor, yaitu: (a) bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, kebakaran,angin topan, ataupun tsunami; (b) kondisi alam, seperti kelembapan yangdisebabkan oleh basah atau kering; (c) hama-penyakit, seperti kuman, virus danpenyakit, binatang dan tumbuhan pengganggu.

Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalkan sekecil mungkin,biasanya dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru,usaha penanganan secara intensif, serta pengadaan input yang berkualitas sepertiSDM, benih dan obat-obatan.

Manajemen RisikoManajemen risiko merupakan usaha yang secara rasional ditujukan untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi.

Page 30: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

16

Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah menerapkan tata kelola usahayang baik, menghadapi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risikousaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta untuk memaksimumkan laba.

Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenairisiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukurrisiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, danmengomunikasikan ke seluruh bagian berbagi risiko yang ada sehingga dapatdicari penanganannya. Manajemen risiko dilaksanakan secara terus menerus dandimonitor secara berkala. Manajemen risiko bukanlah suatu kegiatan yangdilakukan sesekali (one time event).

Harwood et al (1999) mengatakan bahwa manajemen risiko dapatmemaksimalkan pendapatan petani dalam hal ini melakukan pemahaman risikoyang mencakup akan adanya kesadaran tentang risiko, melakukan pengukuranrisiko dan dapat mengendalikannya. Manajemen risiko meliputi perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risikoyang ada. Sistematika pengelolaan risiko menurut Kountur (2006) dapat dilihatpada Gambar 3.

Sumber: Kountur (2006)

Gambar 3 Proses strategi pengelolaan risiko

1. Identifikasi RisikoProses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi sumber-sumber risiko apa saja yang dihadapi perusahaan,kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran risiko.2. Pengukuran Risiko

Risiko-risiko yang telah diidentifikasi, diukur untuk mengetahui seberapabesar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risikotersebut. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, maka semakin tinggi pularisikonya. Menurut Kountur (2006), sangat penting untuk mengetahui berapabesar kemungkinan dari suatu kejadian dan berapa besar akibat kerugian yangdapat ditimbulkan dari kejadian tersebut. Dengan mengetahui besarnyakemungkinan, manajemen dapat diketahui risiko mana yang lebih berisiko dantidak terlalu berisiko, serta untuk memperoleh informasi yang akan menolong

Ket: Garis ProsesGaris Hasil / Output

Proses Output

Evaluasi

Identifikasi Risiko

Pengukuran Risiko

Penanganan

Daftar Risiko

1. Peta Risiko2. Status Risiko

Usulan(PenangananRisiko)

Page 31: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

17

untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untukmenanganinya. Hal ini bertujuan menghasilkan apa yang disebut status risiko danpeta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko,sehingga dapat diketahui risiko mana yang lebih krusial dari risiko lainnya.Menurut Kountur (2006), dengan menggabungkan kemungkinan dan akibat, makastatus risiko dapat diketahui. Status risiko yang besar menunjukkan risiko yangbesar dan sebaliknya status risiko yang kecil menunjukkan risiko yang lebih kecilpula. Perhatian akan diberikan pada kejadian-kejadian yang berstatus risiko besar,untuk itu status risiko harus diketahui posisinya dalam peta risiko. Peta risikoadalah sebaran risiko dalam suatu grafik yang menggambarkan kedudukan risikodiantara dua sumbu dimana sumbu vertikal dari grafik menggambarkankemungkinan dan sumbu horizontal menggambarkan akibat, dengan membagigrafik ke dalam empat kuadran (Kountur, 2006).

Dengan menggunakan peta risiko, penanganan risiko dapat dilakukan sesuaidengan posisi risiko yang telah dipetakan dalam peta risiko, sehingga prosespenanganan risiko dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan status risikonya.3. Penanganan Risiko

Penanganan risiko dilakukan setelah didapat hasil dari peta risiko dan statusrisiko. Penanganan risiko dilakukan untuk memberikan usulan apa yang akandilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinankerugian dapat diminimalkan. Strategi dalam menangani risiko terbagi ke dalamdua, yaitu strategi pencegahan risiko (preventif) dan strategi pengurangankerugian (mitigasi). Strategi preventif adalah strategi untuk membuatkemungkinan terjadinya risiko sekecil-kecilnya (Kountur, 2006). Strategipreventif dimaksudkan untuk melakukan sesuatu sebelum terjadi suatu kejadiankemungkinan terjadinya dibuat sekecil-kecilnya. Sedangkan menurut Kountur(2006) strategi yang dilakukan untuk mengurangi akibat dari risiko disebutstrategi mitigasi. Strategi mitigasi dilakukan dengan maksud untuk mengurangikerugian setelah kejadian.

Setiap perusahaan yang mampu mengelola risiko yang dihadapinya denganbaik akan mendapatkan beberapa manfaat seperti dapat meningkatkan labaperusahaan, memungkinkan terhindar dari kebangkrutan akibat peristiwa besar,serta memperlancar pencapaian tujuan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Buncis perancis merupakan salah satu komoditi pertanian yang potensialuntuk dikembangkan karena memilki nilai ekonomis yang tinggi, namun dalampelaksanaannya proses produksi buncis perancis menghadapi risiko yang dapatmerugikan perusahaan, salah satunya adalah risiko produksi. Seperti halnyakarakteristik produksi di sektor pertanian, aktivitas produksi buncis perancisbergantung pada kondisi alam. Setidaknya terdapat beberapa hal yangmempengaruhi tingkat produksi buncis perancis yaitu tenaga kerja, pengaruhhama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca. Faktor-faktor tersebutmengindikasikan adanya risiko produksi buncis perancis di Firma Raja Buncisyang berpotensi menimbulkan kerugian.

Page 32: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

18

Untuk mengetahui tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan,maka dilakukan proses identifikasi faktor penyebab atau sumber-sumber risikoproduksi yang dihadapi oleh perusahaan tersebut. Untuk meminimalkan risikoproduksi yang ada, maka dilakukan analisis risiko produksi dengan menggunakanmetode analisis kualitatif yaitu berupa observasi, wawancara dan diskusi denganpemilik serta pekerja di perusahaan. Selanjutnya dilakukan analisis kauntitatifmelalui perhitungan analisis peluang dan dampak risiko produksi buncis perancisakibat adanya sumber-sumber risiko. Pengukuran peluang atau kemungkinanterjadinya kerugian dilakukan dengan mengobservasi kejadian yang sudah terjadidengan menggunakan metode z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukandengan menggunakan analisis value at risk (VaR). Analisis dilakukan diolahdengan menggunakan data produksi Firma Raja Buncis dari bulan Januari 2012sampai dengan Juni 2014. Hasil analisis ini akan menunjukkan status risiko,sehingga dapat diketahui risiko produksi mana yang lebih krusial dibandingkandengan risiko-risiko produksi lainnya yang ada di perusahaan. Selanjutnyadilakukan pemetaan risiko setelah diketahui posisi risiko maka dapat dibuatalternatif strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan sumber-sumber risiko tersebut seperti yang terdapat pada diagram alir kerangka pemikiranoperasional yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional risiko produksi buncis perancis padaFirma Raja Buncis

Pemetaan Risiko Produksi BuncisPerancis Di Firma Raja Buncis

Strategi Penanganan Risiko ProduksiBuncis Perancis Di Firma Raja Buncis

Identifikasi Status RisikoProduksi Buncis Perancis

Di Firma Raja Buncis

Analisis Peluang Sumber RisikoProduksi Menggunakan Metode

z-score

Analisis Dampak SumberRisiko Produksi Menggunakan

Metode value at risk

Fluktuasi Produksi BuncisPerancis di Firma Raja Buncis

Identifikasi Sumber-sumber Risiko

Page 33: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

19

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang dipilih adalah di Firma Raja Buncis denganpertimbangan bahwa Firma Raja Buncis terletak di salah satu sentral produksi buncisyaitu di Kabupaten Bogor. Firma Raja Buncis mempunyai lokasi di Desa TajurHalang, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan Firma Raja Buncis adalahketidakstabilan hasil panen yang diperoleh Firma Raja Buncis serta ketersediaandata dan kesedian pihak dari pemilik Firma Raja Buncis. Pelaksanaan penelitian danpengumpulan data di lapangan dimulai pada bulan April 2014 sampai dengan Juli2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dengandidukung beberapa data sekunder. Data primer yang diperoleh melaluipengamatan, pencatatan dan wawancara langsung secara mendalam denganpemilik Firma Raja Buncis. Untuk melakukan pendalaman lebih jauh denganpihak yang berkepentingan di perusahaan, dilakukan wawancara kepada petani,maupun karyawan Firma Raja Buncis untuk mengetahui proses produksi,penyebab risiko yang terjadi pada budidaya buncis perancis, dan mengetahuibagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan oleh FirmaRaja Buncis. Data primer yang diperoleh dari penelitian ini berupa pendapatanyang diperoleh perusahaan, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, sumber-sumber risiko yang sering terjadi pada budidaya buncis perancis, jadwal pekerja,serta sistem tanam yang dilakukan oleh Firma Raja Buncis.

Data penunjang lainnya atau data sekunder meliputi luas lahan, keadaangeografis lahan, input yang digunakan selama proses produksi berlangsung,jumlah produksi yang diperoleh, sumber risiko yang terjadi pada proses produksibuncis perancis dan data-data lainnya yang mendukung untuk mengetahui risikoyang terjadi pada saat budidaya buncis perancis. Data diperoleh dari literatur yangterkait seperti penelitian terdahulu, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian,Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, berbagai situs internet, artikel majalah,surat kabar, dan bahan pustaka lain yang relevan. Data sekunder yang diperolehdari penelitian ini berupa data pencatatan hasil panen buncis perancis dari bulanJanuari 2012 hingga Juli 2014 di Firma Raja Buncis sebanyak 10 siklus produksi,dimana setiap siklus produksi dilakukan selama 3 bulan.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini diperolehdengan cara wawancara, diskusi dan pengamatan langsung yang dilakukan disekitar perusahaan. Pengamatan langsung dilakukan dengan melihat danmengamati secara langsung proses budidaya buncis perancis yang dilakukan pada

Page 34: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

20

lahan seluas 5000 m2. Data yang digunakan adalah data dari sepuluh siklus produksi.Fluktuasi produktivitasnya di lihat dari setiap satu siklus. Perhitungan menggunakandata siklus produksi karena ingin diketahui risiko produksi secara keseluruhan prosesbudidaya buncis perancis, dari mulai penanaman benih sampai panen terakhir.

Wawancara dilakukan dengan pemilik dan pekerja untuk mengetahui jumlahinput yang digunakan, jumlah hasil panen, jumlah penjualan, harga buncis perancisper kg dan perkembangan usaha. Wawancara dilakukan dengan menggunakanbeberapa pertanyaan untuk mengetahui kondisi dan situasi di lapangan denganpihak perusahaan. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan caramelakukan pencatatan secara langsung di lokasi penelitian tentang aktivitasproduksi dan risiko yang dihadapi dalam produksi buncis perancis. Pencatatansecara langsung dimaksudkan agar di dapat data perbandingan antara hasil standaryang seharusnya diperoleh perusahaan dengan hasil aktual yang sedang dialamioleh perusahaan. Perbandingan pencatatan itu kemudian akan dilihatkemungkinan penyebab sumber risikonya dengan cara menghubungkan data yangdiperoleh dari sumber-sumber lain seperti faktor curah hujan maupun perubahansuhu dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), faktor hamadan keadaan pekerja berdasarkan data pencatatan dari hasil observasi.

Metode Analisis Data

Analisis DeskriptifAnalisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa padamasa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan aktual mengenai fakta-fakta,sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis ini dilakukan untukmenganalisis faktor-faktor yang menjadi sumber risiko produksi serta alternatifmanajemen perusahaan untuk meminimalkan risiko pada usaha budidaya buncisperancis di Firma Raja Buncis.

Analisis Peluang Terjadinya RisikoRisiko dapat diukur jika diketahui peluang terjadinya risiko (probability)

dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risikoadalah besarnya peluang terjadinya yang mengacu pada beberapa besar peluangrisiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui peluang terjadinyarisiko adalah dengan menggunakan metode nilai standar (z-score). Metode inidapat digunakan apabila ada data historis dan data berbentuk kontinus (desimal).Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah peluang terjadinya risiko padakegiatan produksi buncis perancis. Langkah-langkah yang dilakukan untukmelakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko adalah :

1. Menghitung rata-rataRumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kejadian berisiko

adalah:

Page 35: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

21

= ∑Dimana:

= Nilai rata-rata dari kejadian berisikoXi = Nilai per periode dari kejadian berisikon = Jumlah siklus keseluruhan (10)

Nilai rata-rata yang dimaksud pada rumus ini adalah jumlah kejadian risikoyang dianggap merugikan perusahaan. Data ini diperoleh dari penentuan yangdilakukan oleh pihak expert atau pihak perusahaan untuk memberikan dataproduksi dari sepuluh siklus masa tanam.

2. Menghitung nilai standar deviasiRumus yang digunakan untuk menghitung standar deviasi adalah :

= ∑ ( − )− 1Dimana:S = Standar deviasi risiko produksi buncis perancisXi = Nilai per periode dari kejadian berisiko

= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko= Jumlah siklus keseluruhan (10)

3. Menghitung nilai standar (z-score) risikoRumus yang digunakan untuk menghitung nilai standar adalah :

= −Dimana:Z = Peluang risiko produksi buncis perancisX = Batas kegagalan produksi yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan oleh

pemilik perusahaan= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko

S = Standar deviasi dari risiko produksi buncis perancis

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut beradadi sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilaiz-score possitif, maka nilai tersebut akan berada di sebelah kanan kurva distribusiZ (normal).

4. Nilai peluang (probability) terjadinya risiko produksiSetelah nilai z-score didapat dari produksi buncis perancis, selanjutnya

dapat dicari peluang terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel Z(distribusi normal) sehingga diketahui persen peluang terjadinya keadaan dimanaproduksi buncis perancis yang mendatangkan kerugian.

Analisis Dampak RisikoBesarnya akibat atau dampak yang disebabkan oleh risiko dapat diketahui

dengan menggunakan metode value at risk (VaR). VaR merupakan metode yang

Page 36: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

22

paling efektif untuk mengukur dampak risiko. VaR merupakan representatifkerugian terbesar yang mungkin terjadi rentang waktu tertentu yang diprediksikandengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampakrisiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Tahapanpenghitungan VaR antara lain:1. Menentukan kejadian yang akan diamati2. Pengumpulan data historis tentang besarnya kerugian yang dialami dalam

bentuk rupiah selama jangka waktu tertentu dari kejadian tersebut3. Menghitung rata-rata kerugian dan standar deviasi kerugian dari rangkaian

kejadian tersebut4. Menentukan tingkat keyakinan yang diinginkan5. Mencari nilai Z sesuai dengan tingkat keyakinan yang telah ditetapkan dan

kemudian menghitung VaR

Pada penelitian ini, VaR digunakan untuk mengukur dampak serta besarnyakerugian yang ditimbulkan apabila risiko terjadi pada kegiatan produksi budidayabuncis perancis di Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor selama tahun2012-2013. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksisebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Menurut Kountur (2006),VaR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

= + √Dimana:Var = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko

= Nilai rata-rata kerugian dari tiap sumber risiko produksi buncis perancisZ = Nilai Z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persenS = Standar deviasi kerugian risiko produksi buncis perancis

= Jumlah siklus keseluruhan (10)

Nilai Z pada metode VaR digunakan tingkat toleransi sebesar 5 persen yangberasal dari tabel distribusi normal dimana pada tingkat toleransi 5 persen atau0,05 diperoleh nilai Z = 1,645 karena pada tabel tidak ditemukan nilai yang samapersis dengan 0,05 maka diambil nilai yang berada diantara 0,049 dan 0,051.

Pemetaan RisikoAda beberapa strategi penanganan risiko, namun sebelum strategi

penanganan digunakan, pelu dibuat terlebih dahulu status dan peta risikonya.Dalam menangani risiko, ada perbedaan penanganan antara kejadian-kejadianyang sangat berisiko dengan kejadian-kejadian yang kurang berisiko, sehinggaperlu diketahui mana kejadian yang sangat berisiko dan kejadian yang tidakterlalu berisiko.

Untuk membedakan tingkat risiko antara suatu kejadian dengan kejadianlainnya dapat dilihat pada dua hal, yaitu:1. Kemungkinan2. Akibat/dampak

Dengan menggabungkan kemungkinan dan dampak, kita dapat mengetahuistatus dari risiko. Status risiko menunjukkan urutan kejadian-kejadian yang

Page 37: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

23

berisiko. Status yang besar menunjukkan risiko yang besar dan sebaliknya statusyang kecil menunjukkan risiko yang kecil.Status Risiko = Peluang Dampak

Satuan yang digunakan untuk kemungkinan adalah persentase, sedangkansatuan untuk dampak umumnya digunakan dalam rupiah. Namun nilai pada statusrisiko tidak memiliki satuan. Angka yang dihasilkan dari hasil risiko hanyamenunjukkan urutan risiko saja, dimana semakin besar nilai status risikonya,semakin besar semakin berisiko kejadian tersebut.

Perhatian akan diberikan pada kejadian-kejadian yang berstatus risiko besar,karena penanganan atas risiko-risiko tersebut harus segera dilakukan. Informasipenanganan risiko, tidak dapat dilihat berdasarkan status risiko. Untuk itukejadian-kejadian yang merugikan/risiko yang telah teridentifikasi statusnya,perlu diketahui pula posisinya menggunakan peta risiko, sehingga pemahamanakan risiko menjadi lebih baik.

Menurut Kountur (2006) peta risiko adalah suatu grafik yangmenggambarkan kedudukan risiko diantara dua sumbu yaitu vertikal yangmenggambarkan kemungkinan dan sumbu horizontal yang menggambarkan akibat.Grafik ini dapat dibagi ke dalam empat kuadran seperti dapat dilihat padaGambar 5.

Sumber: Kountur (2006)

Peluang yang merupakan dimensi yang pertama menyatakan tingkatkemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan terjadinya risikoterjadi, maka semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya semakin rendahkemungkinan terjadi, maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untukmemberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya peluang dibagi kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Dimensi kedua berupa dampak, yaitu tingkat kewaspadaan atau biaya yangterjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakintinggi dampak risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya,

Sedang

Rendah

SangatRendah Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

Tinggi Kuadran I

Kuadran III Kuadran IV

Dampak (Rp)

Peluang (%)

SangatTinggi

Kuadran II

Gambar 5 Matriks frekuensi dan signifikan

Page 38: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

24

semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, maka semakin rendah pulakepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menanganirisiko yang bersangkutan. Pada umunya, dimensi dampak dibagi dalam tigatingkat yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Pada peta risiko, kuadran III menunjukkan daerah risiko yang memilikikemungkinan relatif kecil dan akibat yang juga dianggap kecil. Sedangkan padakuadran II menunjukkan daerah risiko dengan akibat yang kecil namun memilikikemungkinan risiko yang besar. Pada kuadran I menunjukkan daerah risiko yangmemiliki kemungkinan dan akibat yang besar. Sedangkan pada kuadran IVmenunjukkan daerah risiko yang memiliki kemungkinan yang kecil namunmemiliki akibat risiko yang besar.

Batas antara peluang atau kemungkinan besar dan kecilnya terjadinya risikoumumnya ditentukan oleh manajemen. Menurut C. L. Marshall (2001) dalamKountur (2006), kategori kemungkinan suatu risiko dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kategori tingkat kemungkinan risiko

Tingkat kemungkinan Kemungkinan terjadi kurang dari 2%Rendah 2-5%Sedang 2-5%Tinggi 10-20%Sangat tinggi Lebih dari 20%

Sumber: Kountur (2006)

Untuk batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil ditentukanberdasarkan data peluang serta dampak yang diperoleh pada usaha budidayabuncis perancis di Firma Raja Buncis. Risiko-risiko yang peluang terjadinya diatas ambang batas yang ditentukan dianggap sebagai kemungkinan besar,sedangkan yang dibawah ambang batas yang ditentukan dianggap sebagaikemungkinan kecil. Demikian halnya dengan batas dampak besar dan dampakkecil suatu risiko yang juga ditentukan berdasarkan data dampak yang diperoleh.

Strategi Penanganan RisikoPenanganan risiko dilakukan karena karena adanya dampak yang akan

terjadi pada aktivitas petani. Proses ini disebut juga dengan manajemen risikoyang berupa strategi perusahaan dalam pengambilan kebijakan usaha.Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko yang palingtepat untuk dilaksanakan. Menurut Kountur (2006) ada dua strategi penangananrisiko, yaitu :1. Strategi pencegahan timbulnya risiko (preventif)

Strategi pencegahan timbulnya risiko (preventif) dilakukan apabila risikoyang dihadapi terlalu besar, dalam arti kemungkinan terjadinya besar dan akibatyang ditimbulkan juga besar. Selain itu, penerapan strategi ini juga dilakukanapabila risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidakdapat ditangani dengan strategi penanganan risiko lain. Namun tidak semua risikodapat dihindari dan dicegah, karena terdapat situasi- situasi dimana ketika suaturisiko dihindari, terdapat risiko lain yang mungkin lebih besar yang dapat terjadi.

Page 39: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

25

Untuk situasi dimana menghindar sulit dilakukan, terdapat beberapa strategi yangdilakukan yaitu:a) Menghindari risikob) Mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan kemungkinan terjadinyac) Mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan akibat yang lebih

besar yang dapat terjadid) Mengalihkan risiko ke pihak laine) Mendanai risiko sekiranya terjadi

Untuk mencegah timbulnya risiko serta kemungkinan terjadinya dapatdiperkecil, dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :a) Memperbaiki sistem dan prosedur (sistem pengeluaran uang, sistem

penerimaan barang)b) Memperbaiki fasilitas (memasangkan smoke detector)c) Memperbaiki sumber daya manusia (pelatihan, magang)d) Membuat aturan dan kebijakan (kebijakan insentif, kebijakan promosi)

Menurut Kountur (2006), strategi preventif dilakukan apabila kemungkinanterjadinya suatu kejadian yang merugikan besar atau sangat besar. Risiko-risikoini berada pada kuadran I dan II sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: Kountur (2006)Gambar 6 Strategi preventif

Penanganan risiko dengan strategi ini bertujuan untuk mengurangi peluangsehingga akan membuat risiko-risiko yang berada pada kuadran I bergeser kekuadran IV, dan risiko-risiko yang berada pada kuadran II bergeser ke kuadran III.2. Strategi pengurangan kerugian akibat risiko (mitigasi)

Kountur (2006) menyebutkan bahwa mitigasi merupakan strategipenanganan risiko yang dimaksudkan untuk mengurangi kerugian akibat risiko.Strategi mitigasi ini dikenal dengan strategi pengurangan kerugian.

Apabila suatu kejadian yang merugikan telah terjadi, diusahakansedemikian rupa agar kerugian yang diderita akibat kejadian tersebut sekecil-kecilnya. Strategi mitigasi dimaksudkan untuk melakukan sesuatu agar sebelumterjadi suatu kejadian, kemungkinan terjadinya dibuat sekecil-kecilnya. Strategipengurangan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian setelah kejadian.

Pengurangan kerugian dilakukan pada risiko-risiko yang berada padakuadran I dan IV. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang terjadisehingga risiko yang berada pada kuadran I dapat bergeser ke kuadran II, danrisiko yang berada pada kuadran IV dapat bergeser ke kuadran III, seperti dapatdilihat pada Gambar 7.

…. %Kuadran I

Kuadran III Kuadran IVDampak (Rp)

Peluang (%)

0 Rp ….

Kuadran II

Page 40: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

26

Sumber: Kountur (2006)

Gambar 7 Strategi mitigasi

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian/risikoakibat suatu kejadian yang merugikan sekiranya kejadian tersebut terjadi. Strategipengurangan kerugian ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :a) Menyebar (difersifikasi produk atau geografis, portfolio, back-up)b) Bergabung (merger, joint verture, alliance, cartel)c) Memperbaiki fasilitas fisik (memperbaiki, menambah, mengganti fasilitas

fisik)d) Memperbaiki sumber daya manusia (pelatihan)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah dan Perkembangan Firma Raja Buncis

Firma Raja Buncis merupakan perusahaan yang bergerak pada usahabudidaya buncis perancis. Pada awalnya Firma Raja Buncis memulai usahanyapada tahun 2011. Pendiri Firma Raja buncis adalah Bapak Ekes yang kini berusia40 tahun. Bapak Ekes sempat menempuh pendidikan formal strata satu denganjurusan akuntansi, namun tidak sempat terselesaikan. Pengalamannya dalamusahatani sudah cukup lama yaitu sejak tahun 2000. Pada tahun 2000 Bapak Ekessempat mencoba melakukan budidaya cabai merah, namun tidak berhasil karenapengetahuannya mengenai pertanian masih belum banyak. Tidak menyerahsampai disitu, Bapak Ekes memulai kembali usaha budidaya cabai merah padatahun 2005 dan berhasil mendapatkan keuntungan dari hasil budidayanya tersebut.Pada awalnya Bapak Ekes yang hanya menjalankan usahataninya sendirian,namun seiring berjalannya waktu Bapak Ekes mulai melakukan kerjasama denganBapak Iwan dan Bapak Tony lalu membentuk Firma Raja Buncis pada tahun 2011yang bergerak pada usaha budidaya buncis perancis.

Luas tanaman buncis perancis yang ada di Desa Tajur Halang mencapai 2,5ha. Awal mulanya lahan usaha Firma Raja Buncis digunakan untuk usahaasparagus dan kucay. Dengan seiringnya keberhasilan yang dicapai dalammengusahakan buncis perancis ini menjadikan fokus usaha Firma Raja Buncisyang sekarang hanya ditujukan pada buncis perancis. Namun dengan demikian,Firma Raja Buncis juga mencoba mengusahakan komoditas hortikultura lainnyayang berfungsi sebagai komoditas sampingan, seperti tomat cherry dan ketimun.

.… %Kuadran I

Kuadran III Kuadran IVDampak (Rp)

Peluang (%)

0 Rp .….

Kuadran II

Page 41: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

27

Wilayah Tanam Buncis Perancis Firma Raja Buncis

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Tajur Halang, Kecamatan TajurHalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Batas wilayah dari Firma Raja Buncisyaitu, Gunung Burangrang di sebelah utara, Desa Cimanggu, KecamatanNgamprah di Desa sebelah selatan, Desa Cipada di sebelah barat dan Desa TuguMukti di sebelah timur.

Secara geografis lahan Firma Raja Buncis yang terletak di Desa TajurHalang ini sendiri terletak pada ketinggian 800 meter di atas permukaan lautdengan suhu udara rata-rata 22°C dan curah hujan rata-rata pertahunnya sebesar250 mm dengan topografi bergelombang dan terbukit. Dengan karakteristikseperti itu Desa Tajur Halang sangat cocok untuk dijadikan tempat budidayaberbagai macam sayuran serta tanaman hias terutama yang berasal dari datarantinggi. Aksebilitas Kecamatan Tajur Halang terhadap Kotamadya Bogor sejauh 15km, dengan ibukota Provinsi Jawa Barat sejauh 120 km, dan dengan ibukotaNegara Republik Indonesia sejauh 60 km.

Hampir keseluruhan lahan merupakan tanah kering yang subur, ditunjangiklim dan ketinggian yang dimiliki, lahan Firma Raja Buncis ini sangat potensiuntuk ditanami sayuran, salah satunya adalah Buncis Perancis. Ketersediaanpasokan air yang berasal dari air tanah (arthesis) di Cisarua. Topografi desa yangberbukit tetapi memiliki areal lahan datar yang cukup luas dasar bagipertumbuhan yang baik bagi Buncis Perancis yang diusahakan di lahan terbuka.

Lahan yang terbuka akan memberikan cahaya matahari yang merata padaseluruh tanaman. Areal lahan terbuka yang luas dan tidak dikelilingi pohon-pohonbesar dapat memberikan kondisi yang tidak akan terhalang sehingga sangat baikbagi pertumbuhan buncis perancis yang memang sangat memerlukan sinarmatahari dalam proses penyerapan makananannya.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman sayuran yang diusahakan di Firma Raja Buncis yaitu buncisperancis dengan menggunakan pola monokultur yaitu pola tanam yang dalam satulahan pertanian hanya ditanami satu jenis tanaman. Pemilihan pola monokulturpada usaha budidaya buncis perancis ini dimaksudkan agar produktivitas daritanaman buncis perancis dapat maksimal dan memenuhi permintaan pasar. Polamonokultur yang diterapkan Firma Raja Buncis menggunakan mulsa sebagainaungan media penanaman, pemupukannya menggunakan pupuk organik dan jugadisertai dengan penanganan pasca panen yang baik. Hal ini dilakukan gunamengendalikan tingkat serangan hama, penyakit, menjaga kualitas produk agartetap segar, bersih, dan tentunya aman untuk dikonsumsi. Selain itu, untukmengontrol jumlah produksi agar tetap stabil yang disesuaikan dengan tingkatpermintaan konsumen. Untuk mendapatkan pasar serta menjaga konsistensi dankualitas produknya, maka Firma Raja Buncis menjalin kerjasama dengan ICDFdan mengikuti suatu standar khusus yang ditetapkan oleh pihak ICDF.

Page 42: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

28

Strukur Organisasi

Organisasi merupakan mekanisme dan struktur yang membantu manusiauntuk mencapai tujuannya secara efektif. Sedangkan struktur organisasimerupakan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantarafungsi-fungsi, bagian-bagian maupun orang yang menunjukkan kedudukan, tugas,wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Kegiatanatau aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan memerlukan suatupengorganisasian yang baik. Hal ini perlu dilakukan agar setiap orang yang.terlibat dalam suatu organisasi dapat bekerja lebih terarah, terencana danbertanggung jawab dengan pekerjaannya.

Perusahaan dalam menjalankan kegiatan setiap harinya harus didukung olehsumberdaya manusia yang sudah diorganisasikan dengan baik sesuai dengan jenispekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan. Untuk menjalankan segalaperencanaan tersebut, haruslah disusun suatu struktur organisasi yang baik agardapat membantu perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi tersebut,diharapkan semua sumberdaya manusia yang dimiliki dapat digunakan secaraefektif dan efisien sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya untukmenjalankan serta mengembangkan perusahaan. Secara garis besar strukturorganisasi yang dimiliki oleh Firma Raja Buncis dapat dilihat pada Gambar 8.

Struktur Organisasi Firma Raja Buncis terdiri dari tiga orang pemilik danempat orang petani pekerja. Pemilik Firma Raja Buncis bertugas mengontrolseluruh kegiatan, mengatur pengadaan input dan melakukan pembagian pekerjaankepada keempat orang pekerja hariannya. Pembagian pekerjaan dibagi menjadibeberapa tugas pokok yaitu pengolahan lahan, penanaman benih,pemupukan/penyemprotan, penyiraman, pemanenan, penyortiran dan pengepakan.

Sumberdaya

Perusahaan memiliki sumberdaya fisik dan sumberdaya finansial dalammenjalankan usahanya. Sumberdaya fisik berupa lahan, peralatan serta kualitastenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Sumberdaya finansial merupakanmodal yang dimiliki oleh Firma Raja Buncis dalam menjalankan kegiatanusahanya.

Pemilik

IwanTony

Pemilik Pemilik

Ekes

Petani PetaniPetani Petani

Gambar 8 Struktur organisasi Firma Raja Buncis

Page 43: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

29

Dalam menjalankan sebuah usaha, aspek sumberdaya manusia memegangperanan yang sangat penting agar tujuan untuk mencapai keberhasilan dapatdiperoleh. Karyawan atau tenaga kerja di Firma Raja buncis hanya terdiri daritenaga kerja laki-laki. Saat ini Firma Raja Buncis memiliki tenaga kerja berjumlahempat orang. Jumlah pekerja tetap yang bertanggung jawab dalam pengelolaanusaha budidaya buncis perancis yaitu satu orang, sedangkan jumlah pekerja yangbertugas melakukan kegiatan pembenihan hingga pemanenan berjumlah tigaorang. Jumlah ini sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kepentingan di lapangan.Upah yang dikeluarkan Firma Raja Buncis untuk pekerja tetap adalah Rp.25.000,- per HOK, sedangkan upah pekerja lepas yang dikeluarkan Firma RajaBuncis adalah Rp. 20.000,- per HOK. Upah HOK yang dikeluarkan untuk pekerjadi Firma Raja Buncis masih relatif kecil karena masih dibawah UMR (UpahMinimum Regional) Kabupaten Bogor, yaitu sebesar Rp. 2.242.240,- per bulan(Disnakertrans, 2014). HOK (Hari Orang Kerja) yang digunakan dalam penelitianini menggunakan HOK yang berlaku di Firma Raja Buncis, dimana satu HOKsetara dengan delapan jam kerja dalam satu hari. Diasumsikan dalam budidayabuncis perancis seluas 5.000 m2 terdapat 11.000 lubang dengan populasi sebanyak33.000 tanaman/5.000 m2, dimana setiap lubang diisi oleh 3 benih tanaman danmembutuhkan tenaga kerja hanya sebanyak empat orang untuk melaksanakanseluruh proses budidaya dari pembenihan sampai pemanenan yang semuanyaterdiri dari pekerja tetap.

Teknis dan Teknologi Produksi

Kegiatan usaha buncis perancis di Firma Raja Buncis dapat berkembangdengan baik, hal ini dikarenakan wilayahnya yang cocok untuk kegiatan budidayasayuran. Keadaan iklim di Desa Tajur Halang cenderung dingin, karena lokasinyaterletak pada ketinggian 800 m di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata22°C dan curah hujan rata-rata pertahunnya sebesar 250 mm. Dalam menjagakontinuitas bahan baku, maka Firma Raja Buncis bekerjasama dengan ICDF.Sistem pembelian benih yang dilakukan adalah sistem beli putus, jadi tidak adakontrak yang mengikat perusahaan dengan organisasi pengadaan input. Meskipuntidak ada kontrak, tetapi Firma Raja Buncis menjual hasil panennya kepada ICDF.Jumlah penjualan hasil panen dilakukan sebanyak dari benih yang dibeli melaluiICDF, namun penjualan tersebut juga disertai dengan seleksi hasil panen yangketat sesuai standar yang ditetapkan ICDF.

Peralatan yang dimiliki oleh Firma Raja Buncis merupakan baranginventaris yang memiliki umur ekonomis dan dapat digunakan lebih dari satutahun. Selain peralatan inventaris juga memerlukan input berupa peralatanpengemasan yang berupa input peralatan secara kontinu seperti plastik mulsa,keranjang sayur, karung goni dan sebagainya. Untuk memperoleh peralatantersebut biasanya Firma Raja Buncis membelinya di pasar atau tempat penjualansarana pertanian lain yang berada di daerah Bogor.

Firma Raja Buncis memiliki lahan yang telah ditanami seluas 5.000 m2

Setiap tahap dengan luas lahan 0,1 ha terdapat 2.200 lubang yang dibuat untukditanami benih buncis. Pada setiap lubang tersebut akan diisi sebanyak 3 buahbenih buncis sehingga terdapat 6.600 benih pada setiap 0,1 ha luas lahan. Setiap

Page 44: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

30

paket benih buncis perancis yang dibeli dari ICDF kurang lebih berisi 3.350 benih,sehingga untuk menanami 0,1 ha diperlukan 2 paket benih.

Produksi buncis perancis ditentukan oleh kualitas benih yang ditanam danteknologi budidayanya. Setiap tahap dengan luas lahan 0,1 ha dapat ditanamisekitar 66.000 tanaman. Tanaman buncis perancis pada umumnya memilikiperiode berkisar 2-3 bulan dengan jumlah produksi tanaman buncis perancisberkisar 400-450 kg/tahap, dengan rata-rata panen per hari berkisar 4-5kg/tahap.

Untuk menjaga pengikisan tanah oleh jatuhnya air hujan serta pertumbuhantanaman liar yang dapat merugikan, maka lahan yang ditanam ditutup denganmenggunakan plastik mulsa, yang dilubangi hanya pada bagian lubang yang akanditanami benih buncis perancis.

Proses budidaya buncis perancis dilakukan dengan menggunakan sistemmanual. Pada proses pemberikan pupuk padat, petani menggunakan tangan untukmenaburi pupuk di setiap lubang, sedangkan pemberian pupuk cair dan pestisidadilakukan dengan menggunakan alat semprot. Pada proses penyiraman, tidakdigunakan sistem irigasi, namun penyiraman dilakukan manual denganmenggunakan gembor.

Setiap pelaku usaha memiliki aktivitas-aktivitas yang menunjangkeberhasilan proses pengelolaan mutu buncis perancis dimulai dari tahapanbudidaya, panen hingga pasca panen. Alur proses aktivitas produksi buncisperancis di Firma Raja Buncis ditunjukkan Gambar 9.

1. Persiapan lahanPersiapan lahan dilakukan sekitar dua minggu. Persiapan tersebut

diantaranya dilakukan dengan melakukan pencangkulan pada tanah, pemasanganplastik mulsa, serta pemberian pupuk padat dan pupuk cair. Pencangkulan tanahdilakukan pertama kali agar tanah padat yang terdapat pada lahan mudah diolahserta mudah ditanami dan menyerap pupuk. Setelah tanah dicangkul, selanjutnyadibuat bedengan dengan posisi berbaris-baris. Tiap satu baris bedengan kuranglebih berukuran 10 m x 1,5 m. Setelah bedengan telah terbentuk, dilakukanpemasangan plastik mulsa pada tiap baris bedengan yang akan ditanami buncisperancis. Pemasangan plastik mulsa dilakukan dengan membentangkan plastikhingga menutupi tiap baris bedengan yang akan ditanami, kemudian pada sisi dansudut plastik diberi kawat penahan agar dapat menjaga plastik tetap padatempatnya. Pemasangan plastik mulsa bertujuan untuk menahan air hujan yangdapat mengikis tanah pada bedengan serta mencegah tumbuhnya rumput liar yangdapat merugikan. Plastik mulsa yang telah terpasang akan diberi tanda patok,

Budidaya Panen Pasca Panen

Persiapan lahan Penanaman Pemeliharaan

Sortasi Pemanenan

Penimbangan danPencatatan awal Sortasi dan grading Penimbangan dan

pencatatan akhir Pengepakan

Gambar 9 Proses aktivitas produksi buncis perancis

Page 45: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

31

untuk kemudian dilubangi agar jarak tanam antar lubang teratur. Lubang-lubangtersebut dimaksudkan agar dapat digali untuk ditanami dan diberi pupuk padat.Proses pelubangan dilakukan dengan menggunakan kaleng bekas berdiameter 10cm yang diisi dengan bara panas, sehingga memudahkan pekerja saat melakukanpembuatan lubang pada plastik mulsa. Jarak tanam antar lubang pada tiap barisankurang lebih sekitar 40 cm. Setelah proses tersebut, lubang pada plastik mulsadigali dengan kedalaman 10-12 cm dengan tujuan agar dapat diberikan pupuk danditanami dengan benih.

Setelah proses pemasangan plastik mulsa selesai, dilakukan pemupukandengan menggunakan pupuk padat. Pupuk padat yang digunakan terbuat daripupuk kandang yang diolah menjadi bokasi padat serta ditambah dengan formulakhusus yang dibuat oleh perusahaan Firma Raja Buncis. Proses pemberian pupukpadat dilakukan dengan memasukkan pupuk padat pada lubang yang telah digali.Setelah proses pemberian pupuk padat, lahan akan didiamkan sekitar satu minggusebelum dilakukan penanaman benih. Proses menunggu tersebut dimaksudkanuntuk mendinginkan pupuk padat yang bersifat panas serta agar pupuk padatmenyerap ke dalam tanah sehingga tanah menjadi subur.2. Penanaman

Setelah menyuburkan tanah dengan pemberian pupuk padat, dilakukanproses penanaman. Penanaman benih dilakukan seminggu setelah prosespersiapan lahan. Proses penanaman benih biasanya dilakukan pagi sampai siangatau sore hari disesuaikan dengan kondisi. Proses penanaman ini cukup mudahdilakukan namun memerlukan ketelitian. Penanaman dengan benih dilakukandengan menggali tanah untuk membuat lubang tanam, kemudian pada setiaplubang yang terdapat pada barisan bedengan diisi tiga benih dalam satu lubangnya.Sehingga diperkirakan untuk luasan lahan 500 meter persegi diperlukan duakilogram benih. Hal tersebut dilakukan agar dalam satu lubang dapat tumbuh tigatanaman buncis perancis sekaligus. Tiga tanaman buncis perancis dalam satulubang dilakukan dengan tujuan apabila salah satu dari tanaman buncis tersebuttidak dapat tumbuh dengan sempurna ataupun mati, masih tersisa tanaman buncisperancis lain dalam satu lubang tersebut. Penanaman benih dilakukan denganmemasukkan benih ke dalam lubang dan menutupnya dengan menggunakan tanah.Setelah benih selesai ditanam, maka dilakukan penyiraman menggunakan pupukcair dengan menggunakan sprayer agar benih segera mendapatkan nutrisi. Pupukcair yang digunakan terbuat dari pupuk kandang yang diolah menjadi bokasi cair.Penyiraman pupuk cair pada benih dilakukan tiga hari sekali.3. Pemupukan dan penyiraman

Kegiatan yang selalu rutin dilakukan setiap hari oleh para pekerja di FirmaRaja Buncis adalah penyiraman yang dilakukan dari atas tanaman agar seluruhdaun basah. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari secara manual denganmenggunakan gembor.

Setelah pemberian pupuk cair selama tiga hari sekali, benih tersebut diberipupuk padat. Pemberian pupuk padat dilakukan selama tiga minggu sekali. Haltersebut dimaksudkan agar nutrisi tanaman tetap terjaga disamping pemberianpupuk cair. Jadwal pemberian pupuk padat dilakukan seiring dengan pemberianpupuk cair. Jadwal pemberian pupuk cair dilakukan sama seperti jadwalpemberian pupuk cair pada saat persiapan lahan, yaitu tiga hari sekali. Proses

Page 46: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

32

pemberian pupuk padat dan cair tersebut terus dilakukan hingga tanaman tidakmampu lagi menghasilkan buah.4. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

Apabila terdapat hama, penyakit dan virus, maka pekerja menyemprotanpestisida sesuai dengan gejala serangan agar obat yang diberikan sesuai dengankegunaannya. Namun tidak jarang pula penyemprotan dilakukan untuk mencegahtimbulnya hama, penyakit dan virus pada tumbuhan buncis perancis. Untukmeyemprotkan pestisida pada tanaman, terlebih dahulu pestisida harus diencerkanke dalam air dengan takaran yang diinginkan. Berdasarkan fungsi dan jenispestisida yang digunakan di Firma Raja Buncis dibedakan menjadi dua, yaitufungsida dan insektisida. Fungisida yang digunakan di Firma Raja Buncisdiantaranya adalah Dithane dan Score, sedangkan insektisida yang digunakandiantaranya adalah Decis, Curacon, dan Agrimax. Biasanya Firma Raja Buncismelakukan penyemprotan setiap tujuh hari sekali atau lima hari sekali apabilaserangan hama mencapai tingkat yang cukup parah. Penyemprotan fungisida daninsektisida dilakukan dengan dosis bervariasi berdasarkan jenisnya, mulai dari1,5cc/liter hingga 2,5cc/liter. Penyemprotan dilakukan dengan cara manual yaitumenggunakan sprayer dengan kapasitas 14 liter.5. Penyortiran dan pemanenan

Panen pertama buncis perancis dapat dilakukan setelah buncis perancismengeluarkan buah, kira-kira 40-45 hari setelah tanam benih. Pada permulaan,panen buncis perancis biasa dilakukan sekali dalam seminggu kemudian panenselanjutnya adalah selang satu sampai dua hari. Sehingga dapat dilakukan 13-20kali panen. Sehingga total masa tanam normal tanaman buncis perancis mulai daripersiapan lahan hingga panen terakhir dalam satu siklus produksi adalah 90 hari.Masa panen buncis perancis dipanen dilakukan selang satu sampai dua hari karenapersyaratan panen buncis perancis haruslah buncis yang berbentuk lurus, belummemiliki bengkakkan biji pada polongnya, memiliki panjang sekitar 13 - 15cmdengan diameter 0,5 cm, memiliki berat satu polongnya rata-rata tiga sampaiempat gram, tidak mempunyai luka, tidak berulat, tidak berjamur, tidak berbiji,serta batang dan kepala buncis masih dalam keadaan utuh. Pada saat melakukanpanen perlu diperhatikan pula tata cara panen yang baik dan benar agar tidakmerusak tanaman buncis seperti tidak kasar saat memetik buncis dari pohonnya,tidak merusak bunga saat panen, dan tidak memetik buah apabila belumberukuran standar. Cara panen yang salah akan menghambat produktivitas buncisyang dapat menurunkan hasil panen di Firma Raja Buncis. Buncis perancis yangtelah disortasi dan dipanen di lahan disimpan di dalam kantong plastik lalu di sisisamping plastik akan ditandai dengan menuliskan nama dari tiap barisan tahansebagai tanda atau input data untuk pencatatan masing-masing serta untukmemudahkan pencatatan hasil produksi dari tiap tahap. Hasil panen yang telahdidapat diangkut ke tempat penyimpanan untuk disortir kembali.

6. Penimbangan dan pencatatan awalSesampainya di tempat penyimpanan, para pekerja langsung menimbang

dan mencatatnya sebagai catatan awal. Kegiatan pencatatan ini biasanyadilakukan oleh satu pekerja, namun apabila pekerja tersebut masih memilikipekerjaan lain yang belum selesai, maka akan digantikan oleh pekerja lainnya.

Page 47: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

33

7. Sortasi dan gradingSetelah proses pencatatan selesai, buncis perancis langsung disortir serta

dilakukan grading oleh para pekerja. Para saat penyortiran, pekerja biasanyadidampingi oleh pemilik untuk memantau sekaligus membantu pekerja dalammelakukan proses sortir dan grading. Penyortiran dimaksudkan untukmemisahkan buncis perancis yang sudah terkena hama ulat maupun kapangsehingga sudah tidak layak jual, sedangkan grading dilakukan dengan tujuanmemisahkan buncis perancis yang tidak sesuai standar yang telah ditetapkanICDF, seperti ukuran yang terlalu besar dan bentuk yang tidak seragam ataupuntidak sesuai permintaan.8. Penimbangan, pencatatan akhir dan pengepakan

Pada saat penimbangan akhir ini para pekerja menyebutkan jumlah beratbersih buncis perancis yang telah disortir dan digrading, serta jumlah berat buncisyang tidak sesuai kriteria ICDF kepada pekerja yang bertugas mencatat pada saatitu. Buncis perancis yang berlebih akan disimpan di tempat penyimpanan denganmenggunakan kantong plastik bening. Penyimpanan buncis perancis yangberlebih tidak perlu dilakukan penambahan chiller, karena tempat penyimpananyang tersebut telah berada di daerah yang cukup dingin. Sementara buncisperancis lain yang sudah sesuai standar siap untuk diangkut ke mobil denganmenggunakan keranjang besar dan ditutup dengan kertas koran serta plastik untukmenjaga kesegaran buncis saat dalam perjalanan menuju ICDF. Kertas Koranbertujuan menyerap air embun hasil respirasi buncis yang keluar pada saat buncisdibawa dalam perjalanan. Jadwal pengiriman buncis dalam seminggu yaitu padahari Senin, Rabu dan Jum’at. Saat akan dilakukan pengiriman, tumpukkankeranjang diberi terpal dan diikatkan tali untuk mencegah buncis terkontaminasiudara luar dan lebih aman. Pengiriman biasanya dilakukan pada pagi hari, namunkadang pada hari tertentu pengiriman dilakukan pada siang hari karena harusmelakukan beberapa kegiatan di kebun.

Pemasaran Buncis Perancis

Seluruh hasil terbaik produksi buncis perancis di Firma Raja Buncisselanjutnya didistribusikan kepada ICDF untuk kemudian disortir kembali olehICDF. ICDF bersedia membayar buncis perancis yang sesuai standar dari FirmaRaja Buncis dengan harga Rp. 12.000/kg. Sisa buncis perancis hasil penyortiranawal dan hasil penyortiran ICDF dapat dijual kepada pelanggan lain diluar ICDF.Pelanggan Firma Raja Buncis merupakan pedagang sayuran, maupun ibu-iburumah tangga. Pembelian biasanya dalam jumlah kecil atau biasa disebut denganeceran. Pembayaran biasanya dilakukan secara langsung karena sangat jarangapabila pembayaran dilakukan dengan tempo waktu tertentu. Pembayaran untukpelanggan biasanya dilakukan dengan cara tunai. Harga yang ditetapkan olehFirma Raja Buncis disesuaikan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk prosesproduksi dan pemasaran sekitar Rp. 5000/kg. Pemasaran buncis perancis olehICDF yang dihasilkan Firma Raja Buncis meliputi pasar lokal. Pemasaran untukpasar lokal diantarannya adalah Kem Chick Supermarket, Giant Supermarket,Total Buah, dan lain-lain.

Page 48: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

34

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS

Firma Raja Buncis yang bergerak di bidang usaha budidaya buncis perancisdihadapkan pada masalah risiko produksi. Secara umum risiko produksi di FirmaRaja Buncis berupa rendahnya produktivitas hasil panen. Risiko tersebutdisebabkan oleh beberapa sumber risiko. Indikasi adanya risiko produksi dalampengelolaan ditunjukkan adanya fluktuasi atau variasi jumlah hasil produksi atauproduktivitas buncis perancis yang dihasilkan.

Identifikasi Sumber-Sumber Risiko

Langkah awal dalam menganalisis risiko produksi adalah denganmengindentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Sumber-sumber risikoproduksi tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :1. Serangan hama

Hama adalah organisme yang dapat bersifat sebagai penganggu atau yangberasal dari sekitar lokasi dilakukannya budidaya. Hama merupakan salah satupenyebab munculnya risiko dalam memproduksi buncis perancis. Hal inidikarenakan buncis perancis rentan terhadap munculnya hama. Hamapengganggu yang ada pada usaha budidaya pada buncis perancis di perusahaan iniadalah ulat grayak, ulat penggerek polong dan ulat jengkal.a) Ulat grayak

Ulat tak berbulu yang bernama latin Leucania spp dan Spodoptera spp. inibiasa disebut dengan ulat tentara atau ulat grayak. Ulat grayak tinggal dibawah permukaan tanah di siang hari dan aktif memakan tajuk tumbuhanpada malam hari. Serangan ulat ini adalah dengan memakan helai-helai daun,dimulai dari ujung daun hingga meninggalkan tulang daun utama.

Gambar 10 Ulat grayak

b) Ulat penggerek polongSerangan ulat penggerek polong adalah dengan melubangi kulit polong padabuah buncis perancis serta memakan daging buah dan polong muda yangada di dalamnya. Seekor larva penggerek polong dapat merusak beberapabuah dalam satu hari. Pada awal serangan buncis akan terdapat titikkehitaman, namun ketika buncis dibuka akan tampak ulat penggerek polongyang sudah terdapat di dalam buah buncis. Daur hidup ulat ini adalahdengan meletakkan telurnya pada daun atau buah buncis. Jumlahnya 7-15butir. Setelah menetas, ulatnya segera membuat lubang pada buah bunciskemudian memakan polong buah buncis dan mengeluarkan kotorannya di

Page 49: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

35

dalam buah buncis. Ulat yang telah dewasa berwarna kemerahan. Setelahdewasa, ulat akan meninggalkan buah buncis untuk berkepompong dalamtanah. Pada tingkat serangan yang parah, hama ini dapat menyebabkankualitas hasil panen menurun drastis.

Gambar 11 Ulat penggerek polong

c) Ulat JengkalSerangan larva muda menyebabkan bercak-bercak putih pada daun karenayang tinggal hanya epidermis dan tulang daunnya. Sedangkan larva yanglebih besar dapat menyebabkan daun terserang habis atau tinggal beberapatulang daunnya saja. Tanda-tanda serangan oleh larva ulat jengkal adalahmerusak dan memakan daun, sehingga daun yang diserang menjadi bolong-bolong dan mengakibatkan produksinya tanaman buncis menurun dankualitas panennya menjadi rendah.

Gambar 12 Ulat jengkal

2. Serangan penyakitPenyakit yang menyerang buncis perancis menjadi salah satu sumber risiko

produksi yang cukup mempengaruhi jumlah produksi buncis perancis yangdihasilkan di Firma Raja Buncis. Penyakit yang biasanya menyerang tanamanbuncis perancis adalah penyakit antraknosa, karat daun, dan bercak daun.a) Antraknosa

Penyakit ini disebabkan oleh jamur antraknosa. Antraknosa sering disebuthawar pada daun, akar, ataupun ranting. Infeksi pada daun akan lebih parahketika musim hujan, karena jamur antraknosa membutuhkan air dalampenyebaran. Jamur penyebab antraknosa lebih sulit menyebar dalam kondisikering. Gejala awal yang ditunjukan berupa bercak pada daun atau bagianlain berbentuk bulat panjang berwana hitam yang akan berlanjut hinggakematian jaringan sehingga tanaman menjadi kering dan mati. Hal ini tentusaja berpengaruh terhadap hasil produksi karena pengurangan tanaman akanberdampak pada jumlah produksi yang akan dihasilkan oleh Firma Raja Buncis.

Page 50: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

36

Gambar 13 Antraknosa

b) Karat daunUmur tanaman yang terserang yaitu 20-30 HST yang disebabkan olehPhakospora sp dan Uromices Phaseoli. Gejala serangan terlihat pada daun,terdapat bercak-bercak cokelat, berbentuk bulat, bila diraba terasa menonjolkearah permukaan atas. Bila serangan parah maka daun akan mati danberguguran. Penyebaran penyakit ini disebabkan oleh angin. Hal ini tentusaja berpengaruh terhadap hasil produksi karena pengurangan tanaman akanberdampak pada penurunan jumlah produksi yang dihasilkan oleh Firma RajaBuncis.

Gambar 14 Karat daun

c) Bercak DaunPenyakit bercak daun disebabkan oleh Cerospora capsici Heald et Wolf.Gejala yang terlihat dari serangan penyakit ini adalah adanya bercak bulatkecil kebasahan berdiameter 0,5-1 cm pada daun. Bagian tengah bercakbiasanya berwarna putih pucat dengan tepi berwarna lebih gelap. Seranganbercak daun biasanya diawali ketika tanaman pertama kali berbunga.Serangan yang hebat menyebabkan tangkai dan daun menjadi kuning.Serangan akan lebih parah dapat terjadi ketika musim hujan karenadisebabkan oleh kelembapan yang tinggi. Hal ini tentu saja berpengaruhterhadap hasil produksi karena akan berdampak pada penurunan kualitasproduksi yang dihasilkan oleh Firma Raja Buncis.

Page 51: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

37

Gambar 15 Bercak daun

3. Keterampilan PekerjaKeterampilan pekerja dalam proses produksi dan pemanenan dapatberpengaruh cukup besar terhadap produksi buncis perancis di Firma RajaBuncis. Tenaga kerja pada Firma Raja Buncis tidak harus memilikikualifikasi khusus untuk bekerja karena tenaga kerja di Firma Raja Buncishanya perlu mendapatkan pelatihan agar mampu bekerja sesuai prosedurdan standar yang ditetapkan yaitu mampu memanen tanpa melukai fisikbuncis perancis, mampu memanen tanpa merusak tanaman buncis yangmasih aktif memproduksi buncis perancis, mampu memilih buncis perancisyang sudah siap panen maupun yang belum/tidak layak panen, dan mampumenyiram serta memupuk tanaman buncis perancis sesuai jadwal yang telahditentukan. Namun terkadang manajemen sumber daya manusia sulitdilakukan karena banyak faktor yang dapat menghambat pekerja menjadisulit diatur. Pada dasarnya keterampilan tenaga kerja dapat dilihat darimoral atau kinerjanya pada saat masa budidaya buncis perancis. Tenagakerja yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup, tidak bertanggungjawab pada pekerjaannya, memiliki loyalitas yang rendah terhadapperusahaan, serta kurangnya kesabaran maupun keuletan dalam melakukanbudidaya buncis perancis dapat menimbulkan masalah yang dapatmempengaruhi produktivitas tanaman buncis bahkan kualitas hasil produkbuncis perancis yang dihasilkan.

Besar kegagalan panen masing-masing sumber risiko ditentukan olehperusahaan dengan melihat ciri dari masing-masing sumber risiko. Sumber risikohama dilihat dari banyaknya buah yang rusak akibat hama ulat serta tanaman yangtidak terlihat busuk namun daun pada tanaman telah habis termakan oleh ulat.Serangan hama biasa terjadi pada musim panas karena hama mudah berkembangbiak pada musim tersebut. Sedangkan sumber risiko penyakit dapat dilihat daribanyaknya tanaman yang mati dengan ciri kering atau busuk. Banyaknyakegagalan panen akibat penyakit dihitung dari jumlah panen standar yangseharusnya diperoleh dikurangi dengan jumlah panen aktual yang telah diperoleh.Serangan penyakit biasa terjadi pada musim hujan karena penyakit mudahberkembang biak pada musim tersebut terutama pasca pergantian musim darimusim panas ke musim hujan. Untuk besar kegagalan akibat tenaga kerja, dapatdilihat dari ciri buah yang rusak/luka akibat salah petik serta banyaknya panenyang dipetik kurang memenuhi ukuran standar yang diinginkan.

Page 52: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

38

Analisis Peluang Risiko Produksi

Sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya buncisperancis telah diidentifikasi. Hasil identifikasi yang telah dilakukan memberikaninformasi bahwa pada usaha tersebut terdapat tiga faktor yang menjadi sumberrisiko produksi. Selanjutnya adalah melakukan analisis peluang terhadap masing-masing sumber risiko produksi tersebut, untuk mengetahui seberapa besar peluangatau kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksiyang ada pada usaha budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis.

Peluang risiko dari masing-masing sumber risiko dihitung untuk mengetahuimana saja sumber risiko produksi yang kemungkinan terjadinya besar dan manasumber risiko produksi yang kemungkinan terjadinya kecil, sehingga dapatditentukan prioritas dari masing-masing sumber risiko. Data-data yang digunakanuntuk melakukan analisis peluang ini adalah data yang diperoleh dari hasilwawancara dan pengisian kuesioner dengan pemilik Firma Raja Buncis ditambahdata produksi dan hasil panen buncis perancis untuk 5.000 m2 pada sepuluh siklustanam, data dapat dilihat pada Lampiran 2 sampai Lampiran 4.

Sementara itu penentuan jumlah, kondisi, serta batas nilai yang digunakanuntuk perhitungan analisis peluang berdasarkan perkiraan perhitungan yangdilakukan oleh Firma Raja Buncis dengan mengacu pada pengalaman-pengalamanpada periode terdahulu. Perhitungan analisis peluang terjadinya risiko untukmasing-masing sumber risiko produksi yang diolah dengan menggunakan metodenilai standar atau z-score dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perbandingan peluang risiko dari sumber risiko produksi

No Sumber Risiko Produksi Peluang (persen)1 Keterampilan Pekerja 11,52 Hama 393 Penyakit 44,8

Pada Tabel 5 dapat dilihat perbandingan tingkat peluang terjadinya risikodari masing-masing sumber risiko produksi. Berdasarkan urutannya probabilitaspenyakit memiliki tingkat peluang risiko terbesar, yaitu sebesar 44,8 persen.Besarnya peluang terjadinya risiko akibat penyakit banyak disebabkan oleh cuacaekstrim yang terjadi pada bulan-bulan tertentu. Perubahan cuaca yang ekstrim darimusim panas menjadi musim hujan selalu disertai dengan perubahan suhu dankelembapan. Perubahan cuaca yang cukup drastis menyebabkan tanaman mudahterserang penyakit karena pada suhu lembab penyakit-penyakit seperti antraknosa,karat daun dan bercak daun dapat sangat cepat menyerang tanaman buncisperancis. Penyakit-penyakit yang menyerang tersebut dapat menyebabkanproduktivitas tanaman menurun bahkan dapat membuat tanaman buncis perancismenjadi kering dan mati, sehingga tanaman buncis perancis tidak dapatberproduksi secara optimal. Selain itu, cuaca hujan yang terus menerus jugamembuat pemakaian pupuk baik padat maupun cair lebih mudah tersapu oleh airhujan. Hal ini menyebabkan tanaman buncis perancis menjadi kekurangan nutrisisehingga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tanaman buncis perancismudah terserang penyakit. Berbeda dengan penelitian Ramadhan (2013) mengenai

Page 53: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

39

cabai paprika, dimana cabai paprika memerlukan suhu yang hangat sehinggasumber risiko produksi utama tanaman cabai paprika adalah serangan hama.Besarnya probabilitas terjadinya risiko akibat hama pada cabai paprika disebabkankarena hama yang menyerang cabai paprika yaitu hama trips sangat mudahberkembangbiak dalam jumlah yang banyak, apalagi dalam musim kemarau.

Nilai Z pada peluang risiko yang diperoleh untuk sumber risiko produksiakibat penyakit dengan menggunakan metode z-score adalah sebesar 0,13.Apabila nilai tersebut dipetakan pada tabel Z, maka akan menunjukkan nilaisebesar 0,448. Nilai tersebut menunjukkan bahwa peluang kerusakan akibatpenyakit adalah sebesar 0,448 atau sebesar 44,8 persen. Kerusakan akibat penyakitmemiliki peluang risiko yang sangat tinggi. Penyakit yang menyerang antara lainadalah penyakit antraknosa, karat daun dan bercak daun.

Sumber risiko akibat serangan hama berada pada urutan kedua dari segipeluang di Firma Raja Buncis. Sumber risiko produksi ini mempunyai tingkatpeluang sebesar 39 persen. Berbeda dengan serangan penyakit yang menjadi parahsaat kelembapan tinggi, serangan hama menjadi cukup parah ketika musimkemarau. Hama pada tanaman buncis perancis, sangat mudah berkembangbiakpada musim kemarau dimana hujan jarang turun sehingga telur-telur ulat yangmenempel pada batang dan daun tanaman buncis perancis tidak tersapu olehhujan. Serangan yang cukup parah dapat mempengaruhi produksi buncis perancis

Nilai Z yang didapat dengan menggunakan metode z-score untuk sumberrisiko produksi serangan hama adalah sebesar 0,28. Jika dipetakan pada tabel Z,maka akan menunjukkan nilai sebesar 0,39. Nilai tersebut menunjukkan bahwaprobabilitas kerusakkan akibat serangan hama adalah sebesar 0,39 atau 39 persen.Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, hama yang biasa menyerangtanaman buncis perancis adalah ulat grayak, ulat penggerek polong, dan ulatjengkal.

Peluang sumber risiko terkecil berasal dari keterampilan tenaga kerja.Sumber risiko ini memiliki tingkat peluang sebesar 11,5 persen dengan nilai Zyang diperoleh menggunakan metode nilai standar adalah sebesar 1,2. Apabilanilai Z tersebut dipetakan pada tabel Z, maka akan menunjukkan nilai 0,115. Nilaitersebut berarti peluang penurunan produktivitas buncis perancis akibatketerampilan tenaga kerja adalah sebesar 11,5 persen. Keterampilan tenaga kerjamerupakan faktor internal yang seharusnya dapat dikendalikan denganpenanganan yang intensif dan biasanya merupakan akibat dari kurangnyapelatihan serta pengawasan yang rutin.

Dalam berbisnis buncis perancis, peluang risiko akibat keterampilan tenagakerja dapat terjadi sebesar 11,5 persen, sedangkan untuk hama 39 persen dan 44,8persen untuk penyakit. Sehingga pada usaha budidaya buncis perancis yangdilakukan Firma Raja Buncis akan lebih berpeluang menghadapi risiko penyakitdaripada sumber risiko hama dan keterampilan tenaga kerja karena peluangkejadian yang disebabkan oleh penyakit paling tinggi.

Analisis Dampak Risiko Produksi

Sumber-sumber risiko produksi yang telah teridentifikasi dalam kegiatanbudidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis akan memberikan dampak

Page 54: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

40

kerugian apabila terjadi pada saat pelaksanaan produksi. Dampak kerugian yangdiakibatkan oleh sumber-sumber risiko produksi di Firma Raja Buncis dapatdihitung dengan menggunakan nilai satuan mata uang rupiah. Dengan menghitungdampak kerugian, maka dapat diketahui besarnya nilai kerugian uang yangdiakibatkan oleh sumber-sumber risiko produksi yang terjadi di Firma RajaBuncis. Besarnya nilai kerugian uang yang diperkirakan tentu tidak tepat samadengan kondisi saat risiko produksi tersebut terjadi, untuk itu akan dilakukanpenetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat keyakinan.

Perhitungan dampak risiko produksi pada usaha budidaya buncis perancis diFirma Raja Buncis dilakukan dengan menggunakan metode value at risk (VaR).Pada perhitungan dampak risiko produksi di Firma Raja Buncis ditentukan tingkatkeyakinan yang digunakan sebesar 95 persen dengan error sebesar 5 persen. Padapenggunaan metode VaR akan digunakan tingkat toleransi sebesar 5 persen yangberasal dari tabel distribusi normal, dimana pada tingkat toleransi lima persen atau0,05 diperoleh nilai Z sebesar 1,645. Diketahui bahwa harga buncis perancisditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp. 12.000/kg. Perhitungan terhadapdampak risiko tersebut dilakukan terhadap masing-masing sumber-sumber risikoproduksi yang ada pada usaha budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis.Data harga buncis perancis ditingkat pedagang pengumpul yang digunakan dalamperhitungan ini adalah data primer serta hasil wawancara dengan petani.Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan besarnya dampak kerugiandan kehilangan potensi produktivitas yang terjadi sebagai akibat dari sumberrisiko produksi yang telah diidentifikasi sebelumnya.

Dampak sumber risiko terbesar yang ditimbulkan pada budidaya buncisperancis di Firma Raja Buncis disebabkan oleh penyakit. Akibat dari sumberrisiko penyakit pada tanaman buncis perancis adalah kematian pada tanamanbuncis perancis yang terjadi selama proses budidaya. Serangan penyakit padatanaman buncis perancis sering terjadi di musim hujan karena adanya perubahansuhu dan kelembapan yang cukup drastis. Berdasarkan perhitungan dampak risikoproduksi akibat serangan penyakit dengan menggunakan metode VaR, dihasilkannilai VaR sebesar Rp. 5.283.132,388 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. NilaiVaR tersebut menunjukkan besarnya kerugian maksimal yang diderita Firma RajaBuncis akibat serangan penyakit tersebut mencapai nilai Rp. 5.283.132,388dengan lima persen kemungkinan kerugian lebih besar dari Rp. 5.283.132,388.Data tabel analisis dampak sumber risiko yang disebabkan oleh penyakit dapatdilihat pada Lampiran 7.

Sumber risiko produksi karena serangan hama dapat menyebabkan dampakrisiko produksi yang cukup besar pada budidaya buncis perancis di Firma RajaBuncis. Serangan hama pada tanaman buncis perancis banyak ditemukan padaakar, batang dan daun tanaman. Hal tersebut terlihat pada besarnya dampakkerugian yang dihasilkan akibat sumber risiko yang berasal dari serangan hama.Berdasarkan perhitungan dampak risiko produksi akibat serangan hama denganmenggunakan metode VaR, dihasilkan nilai VaR sebesar Rp. 3.329.394,775dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai VaR tersebut menunjukkan besarnyakerugian maksimal yang diderita Firma Raja Buncis akibat serangan hamatersebut mencapai nilai Rp. 3.329.394,775 dengan lima persen kemungkinankerugian lebih besar dari Rp. 3.329.394,775. Data tabel analisis dampak sumberrisiko yang disebabkan oleh serangan hama dapat dilihat pada Lampiran 6.

Page 55: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

41

Dampak sumber risiko yang terakhir, berasal dari keterampilan pekerja.Keterampilan pekerja dalam melakukan panen dan pasca panen buncis perancismempunyai dampak yang cukup berpengaruh bagi usaha budidaya buncisperancis di Firma Raja Buncis. Berdasarkan perhitungan dampak risiko produksiakibat tenaga kerja dengan menggunakan metode VaR, dihasilkan nilai VaRsebesar Rp. 1.389.421,303 dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai VaR yangdihasilkan tersebut mempunyai arti bahwa kerugian maksimal yang diderita akibattenaga kerja mencapai Rp. 1.389.421,303, dengan lima persen kemungkinankerugian lebih besar dari 1.389.421,303. Analisis dampak sumber risiko yangdisebabkan oleh keterampilan pekerja dapat dilihat dalam bentuk tabel padaLampiran 5. Dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risikoproduksi memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai-nilai dari perhitungan dampakrisiko yang dilakukan akan semakin terlihat jelas jika diplotkan pada peta risiko,sehingga dapat ditentukkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Perbandingannilai dari hasil perhitungan dampak risiko yang dilakukan pada masing-masingsumber risiko dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Perbandingan dampak dari sumber risiko produksi

No Sumber Risiko Produksi Dampak (Rp)1 Keterampilan Pekerja 1.389.421,3032 Hama 3.329.394,7753 Penyakit 5.283.132,388

Pada Tabel 6 dapat dilihat perbandingan dampak dari terjadinya suatu risikoproduksi yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko produksi.Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penurunan produksi yangdisebabkan oleh penyakit adalah yang paling berpengaruh terhadap pendapatan diFirma Raja Buncis, tetapi dampak yang diakibatkan oleh sumber-sumber risikoproduksi lain juga harus tetap diperhatikan. Dalam usaha budidaya buncisperancis yang dilakukan Firma Raja Buncis, sumber risko pernyakit sangat perludiwaspadai karena akan memberikan dampak yang paling besar dibandingkansumber risiko hama dan keterampilan tenaga kerja.

Berdasarkan hasil dari perhitungan dampak risiko, selanjutnya akandikombinasikan dengan hasil dari perhitungan probabilitas risiko dari masing-masing sumber risiko produksi untuk menggambarkan bagaimana status danprioritas masing-masing sumber risiko produksi dan posisinya pada suatu petarisiko.

Pemetaan Risiko Produksi

Nilai peluang dan dampak dari sumber-sumber risiko pada usaha budidayabuncis perancis di Firma Raja Buncis dapat dapat digunakan untukmenggambarkan penempatan posisi risiko pada peta risiko berdasarkan hasilperhitungan probabilitas dan dampak risiko yang telah dilakukan sebelumnya.Pemetaan risiko dilakukan untuk mengukur risiko dan menghasilkan apa yangdisebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang

Page 56: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

42

menunjukkan tingkatan risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telahteridentifikasi sebelumnya. Nilai dari status risiko diperoleh dari perkalian antarapeluang dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi. Hasilnya dapatdilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Status risiko dari sumber risiko produksi

No Sumber Risiko Produksi Peluang (persen) Dampak (Rp) Status Risiko1 Keterampilan Pekerja 11,5 1.389.421,303 15.978.344,982 Hama 39 3.329.394,775 129.846.396,233 Penyakit 44,8 5.283.132,388 236.684.330,98

Pada Tabel 7 dapat dilihat tingkatan status risiko dari ketiga sumber risikoproduksi pada usaha budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis. Berdasarkaninformasi tersebut, dapat dilihat urutan sumber risiko produksi berdasarkan daristatus risiko yang paling besar hingga yang paling kecil. Pada Tabel 7 diketahuisumber risiko akibat penyakit memiliki status risiko paling besar dengan nilaistatus risiko serbesar 236.684.330,98. Sedangkan pada sumber risiko seranganhama diperoleh nilai status risiko terbesar kedua setelah sumber risiko penyakit,yaitu sebesar 129.846.396,23. Sumber risiko akibat keterampilan tenaga kerjamenempati urutan ketiga pada status risiko budidaya buncis di Firma Raja Buncisdengan nilai 15.978.344,98. Hal ini seiring dengan besarnya nilai dampak danpeluang yang diperoleh pada sumber risiko usaha budidaya buncis perancis diFirma Raja Buncis. Namun hal berbeda dapat dilihat pada status risiko pada jamurtiram putih yang dilakukan oleh Indah (2013), walaupun status risiko tertinggipada usaha budidaya jamur tiram putih adalah sumber risiko keterampilan tenagakerja, namun dampak tertinggi yang sangat mempengaruhi usaha budidaya jamurtiram putih disebabkan oleh komposisi dan kualitas bahan baku yang ada padausaha tersebut. Hal tersebut dapat disebabkan karena nilai peluang tertinggi risikoyang diperoleh pada usaha jamur tiram putih dipengaruhi oleh sumber risikoakibat keterampilan tenaga kerja yang berada di usaha tersebut.

Hasil dari perhitungan status risiko ini tidak memiliki satuan karena angkayang dihasilkan pada status risiko hanya digunakan untuk menunjukkan urutanrisiko yang terjadi pada usaha budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis.Semakin besar status risikonya, maka semakin besar perhatian akan diberikanberdasarkan urutan pada kejadian-kejadian yang berstatus risiko besar, sehinggapenanganan atas risiko-risiko tersebut harus segera dilakukan. Untuk itu padausaha budidaya buncis perancis yang dilakukan Firma Raja Buncis, sumber risikoakibat penyakit perlu diwaspadai dan menjadi prioritas utama dibandingkandengan sumber risiko akibat serangan hama dan keterampilan tenaga kerja karenapeluang kejadian serta dampak yang dihasilkan oleh sumber risiko akibat penyakitpaling tinggi dan paling besar.

Status risiko saja tidak dapat memberikan informasi yang cukup tentangtindakan yang harus dilakukan, untuk itu dari hasil status risiko tersebut perludilakukan pembuatan peta risiko. Dengan membuat peta risiko, pemahaman atasrisiko akan lebih baik dengan melihat posisi risiko pada peta risiko. Peta risikomerupakan gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitusumbu vertikal menggambarkan peluang, dan sumbu horizontal menggambarkan

Page 57: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

43

dampak. Penempatan posisi risiko dilakukan berdasarkan hasil perhitunganpeluang dan dampak risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Peluang terjadinyarisiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu kemungkinan besar dankemungkinan kecil, sementara itu dampak risiko juga dapat dibagi ke dalam duabagian besar yaitu dampak besar dan dampak kecil.

Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil serta dampak besardan dampak kecil dihasilkan dari rata-rata kemungkinan dan dampak yangdiperoleh pada usaha budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis. Bataspenilaian ini juga dikorelasikan dengan batas keyakinan dari pemilik perusahaandan hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda. Nilai yang ditentukan untukmembatasi peluang besar kecil adalah sebesar 33 persen. Sedangkan nilai yangditentukan untuk membatasi dampak besar dan kecil adalah sebesar Rp. 3.500.000.Sumber risiko dengan dampak lebih besar dari Rp. 3.500.000 akan masuk dalamkategori dampak besar. Batas dampak besar dan kecil tersebut diperoleh dari nilaipendapatan yang diperoleh dalam satu siklus dikurangi dengan biaya yangdikeluarkan dalam satu siklus. Sementara itu penentuan batas antara dampak besardan kecil ditentukan berdasarkan batas toleransi risiko produksi, dimana bilakegagalan yang terjadi lebih kecil dari Rp. 3.500.000 maka keuntungan yangdidapat masih dapat menutupi biaya yang dikeluarkan, namun sebaliknya jikakegagalan yang terjadi melebihi Rp. 3.500.000 maka pendapatan yang diperolehtidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan/rugi.

Peta risiko terdiri dari empat kuadran untuk memisahkan antara probabilitasbesar dan probabilitas kecil serta dampak besar dan kecil. Berdasarkan statusrisiko yang diperoleh dari hasil perhitungan setiap sumber risiko yang terdapatpada usaha budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis, maka diperolehpemetaan risiko yang dapat dilihat pada Gambar 16.

Pada Gambar 10 dapat dilihat posisi dari setiap sumber risiko yang terdapatpada usaha budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis. Kuadran Imenunjukkan bahwa sumber risiko penyakit mempunyai dampak dan peluangyang sangat tinggi pada peta risiko. Berdasarkan status risiko yang telah diperolehsebelumnya, karena peluang kejadian serta dampak yang dihasilkan oleh sumber

Hama

KeterampilanPekerja

Kuadran III

Kuadran II

Kuadran IV

Kuadran I33%

SangatRendah 3.500.000 Sangat

Tinggi

Penyakit

Dampak (Rp)

Peluang (%)

SangatTinggi

Gambar 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi

Page 58: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

44

risiko akibat penyakit paling tinggi dan paling besar maka sumber risiko akibatpenyakit mempunyai potensi menempati strategi penanganan pada kuadran I.Berdasarkan dari hasil perhitungan peluang, sumber risiko penyakit memilikikemungkinan sebesar 44,8 persen yang berarti sumber risiko penyakit memilikinilai peluang yang telah melebihi batas penentuan yang ditentukan oleh FirmaRaja Buncis yaitu 33 persen. Sedangkan dampak yang dimiliki oleh sumber risikopenyakit pada budidaya buncis perancis ini, memiliki nilai dampak sebesar Rp.5.283.132,388. Nilai tersebut berarti dampak risiko penyakit yang terdapat padausaha budidaya buncis perancis ini, telah melebihi batas yang ditentukan olehFirma Raja Buncis yaitu Rp. 3.500.000. Berdasarkan pada peta risiko sumberrisiko yang menempati Kuadran I perlu ditangani dengan menggunakan strategimitigasi, dimana strategi tersebut merupakan strategi yang dilakukan untukmengurangi dampak kerugian yang lebih besar karena disebabkan oleh sumberrisiko penyakit pada tanaman buncis perancis di Firma Raja Buncis.

Pada Kuadran II terdapat sumber risiko yang disebabkan oleh seranganhama dengan peluang yang sangat tinggi, namun diikuti dengan dampak yangrendah. Pada sumber risiko hama yang menyerang tanaman buncis perancisdiperoleh nilai peluang sebesar 39 persen. Nilai tersebut telah dianggap melebihinilai peluang yang ditetapkan oleh Firma Raja Buncis, yaitu sebesar 33 persen.Sedangkan dampak yang disebabkan oleh sumber risiko hama, memiliki nilaidampak sebesar Rp. 3.329.394,775. Nilai dengan satuan rupiah tersebut dianggapbelum melebihi batas yang ditentukan oleh Firma Raja Buncis, yaitu sebesar Rp.3.500.000. Kedua nilai tersebut menempatkan pemetaan sumber risiko akibatserangan hama pada Kuadran I. Berdasarkan pada pemetaan risiko, sumber risikoyang menempati Kuadran II perlu ditangani dengan menggunakan strategipreventif. Strategi Preventif merupakan strategi yang dilakukan untuk mencegahdan mengendalikan kemungkinan peluang yang akan terjadi karena disebabkanoleh sumber risiko serangan hama pada tanaman buncis perancis di Firma RajaBuncis.

Sedangkan pada kuadran III ditempati oleh sumber risiko yang berasal dariketerampilan pekerja. Sumber risiko keterampilan pekerja ketika mengusahakanbudidaya buncis perancis mempunyai peluang yang cukup rendah serta dampakyang tidak terlaku besar. Pada sumber risiko yang berasal dari keterampilanpekerja diperoleh nilai peluang sebesar 11,5 persen. Nilai tersebut dianggap belummelebihi nilai peluang yang ditetapkan oleh Firma Raja Buncis, yaitu sebesar 33persen. Sedangkan dampak dari sumber risiko yang berasal dari keterampilanpekerja, memiliki nilai dampak sebesar Rp. 1.389.421,303. Nilai dengan satuanrupiah tersebut dianggap belum melebihi batas yang ditentukan oleh Firma RajaBuncis, yaitu sebesar Rp. 3.500.000. Walaupun mempunyai peluang yang cukuprendah serta dampak yang tidak terlaku besar, namun sumber risiko akibat pekerjaperlu dicegah dengan menggunakan strategi preventif agar kemungkinanterjadinya risiko dapat dibuat sekecil mungkin, walaupun tidak mungkin untukmenghilangkan risiko tersebut sama sekali.

Page 59: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

45

Strategi Penanganan Risiko Produksi

Penanganan risiko produksi pada setiap perusahaan mempunyai cara yangbeda-beda, karena setiap perusahaan memiliki sumber risiko produksi yangberbeda pula satu dengan yang lainnya. Namun pada dasarnya penanganan risikoproduksi dapat dilakukan dengan menggunakan dua strategi, yaitu strategipencegahan atau biasa disebut dengan preventif dan strategi pengurangankerugian/mitigasi. Strategi preventif dilakukan apabila risiko yang dihadapi terlalubesar, dalam arti kemungkinan terjadinya besar dan akibat yang ditimbulkan jugabesar. Selain itu, penerapan strategi ini juga dilakukan apabila risiko yangdihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak dapat ditanganidengan strategi penanganan risiko lain.

Sedangkan strategi mitigasi merupakan strategi penanganan risiko yangdimaksudkan untuk mengurangi kerugian akibat risiko yang mempunyai dampakbesar bagi perusahaan. Strategi mitigasi ini dikenal dengan strategi pengurangankerugian. Usulan kedua strategi akan dirumuskan berdasarkan posisi dari masing-masing sumber risiko produksi yang terdapat pada peta risiko agar diperolehstrategi yang tepat dari masing-masing risiko. Acuan dari membuat strategipenanganan ini adalah dengan melihat status risiko dan menggambarkan urutanrisiko dari yang paling berisiko hingga yang paling tidak berisiko mulai dari yangpaling besar hingga paling kecil, sehingga kedua strategi tersebut akan menjadialternatif strategi yang dapat dilakukan oleh Firma Raja Buncis dalam menanganisumber risiko pada usaha budidaya buncis perancis.

Berdasarkan status risiko dan pemetaan risiko, sumber risiko yangdisebabkan oleh penyakit menjadi prioritas utama dibandingkan dengan sumberrisiko akibat serangan hama dan keterampilan tenaga kerja karena peluangkejadian serta dampak yang dihasilkan paling tinggi dan paling besar. Sumberpenyakit yang menyerang tanaman buncis biasanya terjadi akibat dari penularandengan tanaman lain atau rumput liar, terbawa oleh serangga yang pernah hinggappada tanaman sakit, terbawa oleh angin, bahkan kadang penyakit tersebut sudahterdapat dari benih itu sendiri. Untuk itu perlu dilakukan penyemprotan padatanaman yang belum dan telah terinfeksi penyakit seperti antraknosa, karat daunmaupun bercak daun untuk mencegah penyebaran penyakit terutama saat musimhujan. Namun pada musim hujan pengandalian penyakit tanaman agak sulitdilakukan, untuk itu Firma Raja Buncis perlu melakukan penyemprotan fungisidadengan lebih intensif. Pada penyemprotan fungisida, sangat penting dilakukanpencampuran zat perekat pada fungisida seperti Agristik yang dimaksudkan agarpada saat musim hujan, penyemprotan yang dilakukan dapat berlangsung denganlebih efektif karena fungisida yang telah disemprotkan dapat menempel padatanaman buncis perancis dan tidak mudah luntur oleh air hujan. Selain itu jugaperlu dilakukan pembersihan lahan secara rutin dengan cara mencabut rumput-rumput liar atau tanaman lain yang tumbuh di sekitar area lahan. Pencabutanrumput liar atau tanaman pengganggu dimaksudkan agar penyakit yang terdapatpada tanaman penganggu tidak menular kepada tanaman buncis perancis. Apabilaserangan penyakit sudah memasuki tahap parah pada musim hujan, perludilakukan penyemprotan obat-obatan kimia dengan intensitas yang lebih sering.Pemusnahan adalah cara terakhir yang dilakukan pada tanaman yang telahterjangkit penyakit dengan parah agar tanaman lain tidak tertular semakin parah.

Page 60: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

46

Untuk itu sumber risiko penyakit perlu ditangani serta menjadi prioritas utamadalam pencegahan sumber risiko untuk mengurangi kerugian serta biayaditanggung perusahaan menjadi lebih besar. Strategi mitigasi dilakukan untukmenangani sumber risiko produksi yang terletak pada Kuardan I yaitu sumberrisiko penyakit. Strategi mitigasi yang dilakukan pada Kuadran I dilakukandengan tujuan agar sumber risiko yang berada pada kuadran I diusahakan dapatberpindah ke Kuadran II sehingga walaupun memiliki kemungkinan yang masihbesar namun pencegahan dampak yang lebih besar yang disebabkan sumber riskopenyakit dapat berubah menjadi kecil dan kerugian yang diderita perusahaanakibat sumber risiko penyakit dapat dikurangi.

Sumber risiko yang disebabkan oleh hama menjadi prioritas kedua setelahsumber risiko yang disebabkan oleh penyakit. Hal tersebut disebabkan karenapada status risiko dan pemetaan risiko, dampak yang dihasilkan sumber risikohama tidak melebihi batas namun mempunyai peluang kejadian yang melebihibatas. Beberapa hama yang menyerang tanaman buncis perancis di Firma RajaBuncis adalah ulat grayak, ulat penggerek polong dan ulat jengkal. Hama tersebutpaling banyak menyerang pada saat musim panas karena ulat lebih mudahberkembang biak dengan kondisi kering. Untuk menangani hal tersebut, FirmaRaja Buncis perlu melakukan strategi pencegahan dengan cara melakukanpenyemprotan insektisida secara teratur, terutama pada musim panas dimanahama ulat berkembang biak dengan meletakkan telur-telurnya pada batangmaupun daun tanaman buncis perancis. Penyemprotan insektisida perlu dilakukanlebih intensif hingga mengenai seluruh bagian batang dan bagian bawah daun,serta sanitasi lingkungan kebersihan rumput, dan pemberian obat-obatan kimiaSelain itu pemasangan perangkap lekat juga diperlukan untuk menangkap ulat-ulatyang akan memakan tumbuhan buncis perancis. Untuk itu pencegahan sumberrisiko hama perlu dilakukan untuk mencegah semakin besarnya peluang yangterjadi yang dapat membuat kerugian serta biaya ditanggung perusahaan menjadisemakin besar. Pada pemetaan risiko, sumber risiko serangan hama menempatiKuadran II, untuk itu strategi preventif perlu dilakukan pada Kuadran II agarsumber risiko yang berada pada kuadran II diharapkan dapat bergeser ke KuadranIII sehingga selain memiliki dampak yang kecil, sumber risiko produksi akibatserangan hama juga mempunyai peluang yang kecil dan mudah dikendalikan.

Sumber risiko yang disebabkan akibat keterampilan tenaga kerja menempatiurutan prioritas ketiga diantara tiga pada status risiko dan pemetaan risiko.Sumber risiko akibat keterampilan tenaga kerja selalu mungkin terjadi di setiapperusahaan manapun. Manajemen serta pelatihan tenaga kerja sangat diperlukanuntuk menangani risiko produksi akibat kelalaian pekerja. Sebagai manusiapekerja seringkali melakukan kesalahan karena faktor disengaja maupun tidakdisengaja. Untuk itu tenaga kerja perlu diberikan pelatihan singkat secara berkala,untuk melatih dan mengingatkan pekerja agar bertugas sesuai standar yangseharusnya. Pelatihan singkat tidak hanya diisi dengan pelatihan mengenai tatacara budidaya yang baik dan benar, tetapi juga diisi dengan pembicaraan singkatuntuk meningkatkan moral serta loyalitas karyawan terhadap perusahaan FirmaRaja Buncis. Selain itu sarana pekerja juga perlu ditingkatkan untuk mencegahhal-hal yang tidak disengaja terjadi, seperti mengatasi pemetikan yang dapatmelukai buncis perancis dengan cara mewajibkan pekerja menggunakan sarungtangan kain saat melakukan panen, memasang tanda peringatan larangan yang

Page 61: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

47

tidak boleh dilakukan saat bekerja berupa gambar yang mudah dimengerti,menyediakan peralatan pertanian yang cukup dan mengganti peralatan yang telahusang serta melakukan pengawasan secara teratur pada kegiatan yang dilakukanoleh pekerja. Faktor pembagian tugas juga sangat mempengaruhi kualitas kerjadari para pekerja, untuk itu sangat penting dilakukan penjadwalan yangdisesuaikan dengan kondisi lapang agar setiap pekerja mempunyai efektivitasdalam bekerja. Untuk memotivasi pekerja dalam menjalankan setiap tugasnya,faktor upah sangat berperan untuk meningkatkan kualitas kerja para pekerja,diantaranya dengan menyediakan insentif apabila para pekerja dapat bekerjasesuai target dan kualitas yang diinginkan, serta bonus pada akhir bulan apabilapekerja selalu masuk dan tidak pernah absen dalam satu bulan. Untuk itupencegahan sumber risiko akibat keterampilan tenaga kerja perlu dilakukan untukmencegah semakin besarnya peluang yang terjadi yang dapat membuat kerugianserta biaya ditanggung perusahaan menjadi semakin besar. Pada pemetaan risiko,sumber risiko akibat keterampilan tenaga menempati Kuadran III dengan peluangdan dampak yang kecil. Untuk itu strategi preventif perlu dilakukan untukmencegah sumber risiko keterampilan tenaga kerja pada Kuadran III semakinmeluas ke Kuadran II maupun Kuadran IV, serta menjadi lebih mudah untukdikendalikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya buncisperancis di perusahaan Firma Raja Buncis adalah serangan penyakit, hama danketerampilan tenaga kerja. Serangan penyakit sering terjadi pada musim hujandisebabkan oleh perubahan kelembapan yang ekstrim, sedangkan serangan hamasering terjadi di musim panas karena hama mudah berkembang biak pada cuacakering. Sedangkan kelalaian pekerja banyak disebabkan oleh pengaturan darimanajemen sumber daya manusia pada Firma Raja Buncis. Temuan tersebutdiperoleh dari hasil observasi dan wawancara di lapangan serta dikaitkan dengandata dan hasil dari olahan data yang dilakukan.

Sumber risiko produksi yang memiliki tingkat peluang paling besar padausaha budidaya buncis perancis di perusahaan Firma Raja Buncis adalah seranganpenyakit. Untuk sumber risiko yang disebabkan oleh serangan hama memilikitingkat peluang terbesar kedua pada usaha budidaya buncis perancis di perusahaanFirma Raja Buncis. Sedangkan sumber risiko karena keterampilan tenaga kerjamemiliki peluang terkecil dari ketiga sumber risiko tersebut.

Sumber risiko yang disebabkan oleh serangan penyakit juga memberikandampak terbesar pada usaha budidaya buncis perancis di perusahaan Firma RajaBuncis. Sedangkan sumber risiko yang disebabkan oleh serangan hama memilikidampak terbesar kedua setelah sumber risiko penyakit dan sumber risiko karenaketerampilan tenaga kerja memiliki peluang terkecil pada usaha budidaya buncisperancis di perusahaan Firma Raja Buncis.

Page 62: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

48

Pada pemetaan risiko, sumber risiko serangan penyakit memiliki peluangrisiko yang besar, serta dampak yang besar, sehingga perlu ditangani denganmenggunakan strategi mitigasi. Sumber risiko serangan hama memiliki peluangrisiko yang besar, dengan dampang yang kecil, sehingga sumber risiko ini dapatditangani dengan menggunakan strategi preventif. Sedangkan sumber risiko akibatketerampilan tenaga kerja memiliki peluang risiko yang kecil serta rampak yangkecil pada usaha budidaya buncis perancis di Firma Raja Buncis.

Strategi alternatif penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risikoproduksi pada usaha budidaya buncis perancis Firma Raja Buncis berupa strategipreventif dan strategi mitigasi. Pada strategi preventif yang diusulkan padasumber risiko serangan hama berupa penyemprotan insektisida secara teraturhingga mengenai seluruh bagian batang dan bagian bawah daun terutama padamusim panas, serta melakukan pemasangan perangkap lekat untuk menangkapulat-ulat yang akan memakan tumbuhan buncis perancis. Strategi preventif yangdiusulkan pada sumber risiko keterampilan tenaga kerja berupa pelatihan singkatdan peningkatkan moral karyawan, peningkatan sarana pekerja, penegasan aturanberupa tulisan san gambar, pengaturan jadwal kerja yang baik, dan pemberianinsentif atau bonus sebagai penghargaan atas pekerjaan yang baik.

Sedangkan pada strategi mitigasi yang diusulkan pada sumber risikoserangan penyakit berupa penyemprotan fungisida dengan lebih intensif,penggunaan obat kimia Agrimax pada musim hujan, pembersihan area lahan darirumput atau tanaman liar, penggunaan perekat yang dicampur ke dalam fungsidasaat musim hujan, serta pemusnahan tanaman buncis perancis yang sekiranyasudah tidak dapat diobati agar tidak menularkan penyakit pada tanaman lain.

Saran

Pada usaha budidaya tanaman buncis perancis, sebaiknya Firma RajaBuncis melakukan pengontrolan secara rutin terhadap kinerja para tenaga kerjaserta memberikan pelatihan serta motivasi yang lebih rutin seperti melakukantanya jawab secara aktif terhadap kendala yang dihadapi pada saat melakukanbudidaya buncis perancis agar membuka wawasan pekerja tentang hal-hal yangboleh dan yang tidak boleh dilakukan pada saat melakukan budidaya buncisperancis. Selain itu untuk mengatasi serangan hama dan penyakit, perlu jugadilakukan uji coba, misalnya dengan melakukan inovasi pada formulasiinsektisida dan fungisida lain yang belum pernah digunakan, agar dapatmengetahui sejauh mana efektivitas fungisida yang digunakan dalam menghadapiserangan hama dan penyakit di setiap musimnya.

Page 63: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

49

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Nasional. 2011b. Tingkat Konsumsi SayuranMasyarakat Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Sayuran di Indonesia, 1997-2013.[internet]. [diacu 22 Juni 14]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=70

[Disnakertrans] Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2014. PengawasKetenagakerjaan. Bogor: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi KabupatenBogor.

[Deptan] Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. 2013. Varietas-varietas Buncis (Phaseolus vulgaris L.) yang Telah Dilepas Oleh BalaiPenelitian Tanaman Sayuran. [internet]. [diacu 5 Juni 14]. Tersedia dari:http://balitsa.litbang.deptan.go.id/ind/ images/Iptek%20Sayuran/02.pdf

[Diperta Jabarprov] Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. 2012. Produksi BuncisMenurut Wilayah Kota dan Kabupaten di Jawa Barat 2007-2012 [internet].[diacu 7 Juni 14]. Tersedia dari: http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/922

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2012 a. Peluang Ekspor Buncis Olahan. b.Produksi Sayuran Indonesia. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publisher.New York.

Harwood J, Heufner R, Coble K, Perry J, Somwary A. 1999. Managing Risk inFarming: Concept, Research and Analysys. Agriculture Economics Report No.774. Market and Trade Economic Division, Economics Research Service U.SDepartement of Agriculture.

Indah AA. 2013. Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada CV WahyuMakmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor JawaBarat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut PertanianBogor.

Kountur R. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta. Abdi Tandur.Parengkuan HH. 2011. Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada

Yayasan Paguyuban Ikhlas Di Desa Cibening Kecamatan PamijahanKabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor

Prabowo HE. 2010. Tingkat Konsumsi Sayuran Masih Rendah [internet]. [diacu20 November 12]. Tersedia dari: http://kesehatan.kompas.com/read/2010/06/11/08520874/Tingkat.Konsumsi.Sayuran.Masih.Rendah

Ramadhan A. 2013. Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika di Kelompok TaniDewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.[Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Robison LJ, Barry PJ. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. MacmilanPublisher. London.

Sembiring L. 2010. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada ThePinewood Organic Farmdi Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. FakultasEkonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Page 64: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

50

Setyarini R. 2011. Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi PaprikaHidroponik di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang [skripsi].Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sitorus N. 2011. Analisis Risiko Produksi Bayam dan Kangkung Hidroponik PadaParung Farm Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor:Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Situmeang H. 2011. Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting PadaKelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen Kecamatan Ciawi Bogor[skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sumpena, MR. 2011. Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CVMushroom Production House Kota Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor :Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Page 65: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

51

LAMPIRAN

Page 66: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

52

Lampiran 1 Data produksi buncis perancis untuk 5.000 m2

Siklus WaktuPanen Standar Panen Aktual GAP

(Ton) (Ton) (Ton)1 Jan-Mar 2012 2,4 1,279 1,1212 Apr-Jun 2012 2,4 2,109 0,2913 Jul-Sept 2012 2,4 1,913 0,4874 Okt-Des 2012 2,4 1,284 1,1165 Jan-Mar 2013 2,4 1,522 0,8786 Apr-Jun 2013 2,4 1,874 0,5267 Jul-Sept 2013 2,4 1,908 0,4928 Okt-Des 2013 2,4 1,564 0,8369 Jan-Mar 2014 2,4 1,986 0,41410 Apr-Jun 2014 2,4 2,012 0,388

Total 24 17,451 6,549Rata-rata 2,4 1,75 0,65

Lampiran 2 Analisis peluang sumber risiko keterampilan pekerja

Siklus WaktuKegagalan Total Kegagalan Panen

(Ton) (Ton)1 Jan-Mar 2012 1,121 0,1712 Apr-Jun 2012 0,291 0,0453 Jul-Sept 2012 0,487 0,0694 Okt-Des 2012 1,116 0,1515 Jan-Mar 2013 0,878 0,1366 Apr-Jun 2013 0,526 0,0417 Jul-Sept 2013 0,492 0,0638 Okt-Des 2013 0,836 0,1239 Jan-Mar 2014 0,414 0,04910 Apr-Jun 2014 0,388 0,051

Total 0,899Rata-rata 0,090

St. Deviasi 0,0498X 0,150Z 1,20

Nilai pada Tabel Z 0,115Probabilitas 11,5

Page 67: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

53

Lampiran 3 Analisis peluang sumber risiko hama

Siklus WaktuKegagalan Total Kegagalan Panen

(Ton) (Ton)1 Jan-Mar 2012 1,121 0,3342 Apr-Jun 2012 0,291 0,1693 Jul-Sept 2012 0,487 0,2944 Okt-Des 2012 1,116 0,2975 Jan-Mar 2013 0,878 0,1926 Apr-Jun 2013 0,526 0,3147 Jul-Sept 2013 0,492 0,2468 Okt-Des 2013 0,836 0,2149 Jan-Mar 2014 0,414 0,22710 Apr-Jun 2014 0,388 0,174

Total 2,461Rata-rata 0,246

St. Deviasi 0,1906X 0,300Z 0,28

Nilai pada Tabel Z 0,39Probabilitas 39

Page 68: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

54

Lampiran 4 Analisis peluang sumber risiko penyakit

Siklus WaktuKegagalan Total Kegagalan Panen

(Ton) (Ton)1 Jan-Mar 2012 1,121 0,6162 Apr-Jun 2012 0,291 0,0773 Jul-Sept 2012 0,487 0,1244 Okt-Des 2012 1,116 0,6685 Jan-Mar 2013 0,878 0,5506 Apr-Jun 2013 0,526 0,1717 Jul-Sept 2013 0,492 0,1838 Okt-Des 2013 0,836 0,4999 Jan-Mar 2014 0,414 0,13810 Apr-Jun 2014 0,388 0,163

Total 3,189Rata-rata 0,319

St. Deviasi 0,2333X 0,350Z 0,13

Nilai pada Tabel Z 0,448Probabilitas 44,8

Lampiran 5 Analisis dampak sumber risiko keterampilan pekerja

Siklus WaktuKegagalan Panen Harga Kerugian

(Kg) (Rp) (Rp)1 Jan-Mar 2012 171 12.000 2.052.0002 Apr-Jun 2012 45 12.000 540.0003 Jul-Sept 2012 69 12.000 828.0004 Okt-Des 2012 151 12.000 1.812.0005 Jan-Mar 2013 136 12.000 1.632.0006 Apr-Jun 2013 41 12.000 492.0007 Jul-Sept 2013 63 12.000 756.0008 Okt-Des 2013 123 12.000 1.476.0009 Jan-Mar 2014 49 12.000 588.00010 Apr-Jun 2014 51 12.000 612.000

Total 10.788.000Rata-rata 1.078.800

St. Deviasi 597.125,11Z 1,645

VaR 1.389.421,30

Page 69: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

55

Lampiran 6 Analisis dampak sumber risiko hama

Siklus WaktuKegagalan Panen Harga Kerugian

(Kg) (Rp) (Rp)1 Jan-Mar 2012 334 12.000 4.008.0002 Apr-Jun 2012 169 12.000 2.028.0003 Jul-Sept 2012 294 12.000 3.528.0004 Okt-Des 2012 297 12.000 3.564.0005 Jan-Mar 2013 192 12.000 2.304.0006 Apr-Jun 2013 314 12.000 3.768.0007 Jul-Sept 2013 246 12.000 2.952.0008 Okt-Des 2013 214 12.000 2.568.0009 Jan-Mar 2014 227 12.000 2.724.00010 Apr-Jun 2014 174 12.000 2.088.000

Total 29.532.000Rata-rata 2.953.200

St. Deviasi 723.180,75Z 1,645

VaR 3.329.394,78

Lampiran 7 Analisis dampak sumber risiko penyakit

Siklus WaktuKegagalan Panen Harga Kerugian

(Kg) (Rp) (Rp)1 Jan-Mar 2012 616 12.000 7.392.0002 Apr-Jun 2012 77 12.000 924.0003 Jul-Sept 2012 124 12.000 1.488.0004 Okt-Des 2012 668 12.000 8.016.0005 Jan-Mar 2013 550 12.000 6.600.0006 Apr-Jun 2013 171 12.000 2.052.0007 Jul-Sept 2013 183 12.000 2.196.0008 Okt-Des 2013 499 12.000 5.988.0009 Jan-Mar 2014 138 12.000 1.656.00010 Apr-Jun 2014 163 12.000 1.956.000

Total 38.268.000Rata-rata 3.826.800

St. Deviasi 2.799.591,11Z 1,645

VaR 5.283.132,39

Page 70: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

56

Lampiran 8 Tabel Z (distribusi normal)

Sumber : Kountur (2006)

Page 71: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

57

Lampiran 9 Kuisioner penelitian

KUISIONERANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS

Program Alih Jenis (Ekstensi) AgribisnisDepartemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor

Daftar Pertanyaan untuk Responden Perusahaan

A. Identitas Responden

1. Nama :2. Alamat :3. Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan*4. Umur :5. Lama Bertani :6. Pendidikan Terakhir: SD/SLTP/SMA/Perguruan Tinggi**lingkari pilihan yang akan dipilih

B. Faktor-Faktor yang berkaitan dengan Perusahaan

Sejarah Perusahaan1. Usaha berdiri sejak tahun :2. Pendiri usaha ini :3. Latar belakang didirikannya usaha :4. Alasan pemilihan lokasi :5. Jenis komoditas yang dibudidayakan :6. Struktur organisasi perusahaan :7. Sistem manajemen sumberdaya manusia :8. Sumberdaya apa saja yang dimiliki perusahaan :9. Biaya investasi : Rp.10. Sumber biaya : Milik Pribadi/Pinjaman*11. Kepemilihan lahan: Sendiri/Sewa/Bagi Hasil*12. Luas lahan :13. Jenis tanaman yang diusahakan :*lingkari pilihan yang akan dipilih

Kegiatan produksi di Perusahaan1. Persiapan Lahan

a) Alat yang digunakan :b) Pupuk yang digunakan :c) Lama persiapan lahan :d) Sarana persiapan lahan :e) Tahapan proses persiapan lahan :

Page 72: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

58

2. Penanamana) Alat yang digunakan :b) Banyak benih yang digunakan :c) Lama penanaman :d) Sarana penanaman :e) Jarak tanam :f) Waktu Penanaman :g) Tahapan proses penanaman:

3. Pemeliharaana) Alat yang digunakan :b) Waktu pemberian pupuk padat :c) Waktu pemberian pupuk cair :d) Sistem pengairan :e) Jumlah pupuk yang diberikan :f) Tahapan proses pemeliharaan :

4. Pemanenana) Alat yang digunakan :b) Waktu panen :c) Frekuensi panen :d) Cara panen yang benar :e) Kriteria buncis perancis siap panen :

5. Pengananan pasca panena) Sarana yang digunakan :b) Lama penyimpanan :c) Tempat penyimpanan :d) Kriteria buncis perancis yang baik :e) Waktu pengangkutan ke pengumpul :f) Tahap pengepakan :

Sumber Daya Manusia1. Jumlah tenaga kerja :2. Sistem pembagian pekerjaan :

No. Bagian Pekerjaan Jumlah(Orang)

Pekerjaan

3. Sistem pemberian upah :No. Bagian Pekerjaan Jumlah

(Orang)Status Pekerja Upah (Rp)

Page 73: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

59

4. Waktu kerja dalam 1 hari :a) Lama jam kerja :b) Jam kerja mulai pukul : s/d

Identifikasi Sumber Risiko1. Jumlah hasil panen yang dihasilan dalam setiap melakukan pemanenan tiap

tahapnya selama bulan Januari 2012 sampai dengan Maret 2014 :2. Jumlah hasil panen tertinggi dan terendah :3. Apa saja yang menjadi sumber risiko yang dihadapi selama proses budidaya

buncis perancis pada usaha ini ?a) Kualitas bahan baku dan formulasib) Pengolahan media tanamc) Cuacad) Hama, Jenisnya :e) Penyakit, Jenisnya :f) SDMg) Lainnya :

4. Sumber risiko yang paling sering terjadi :No. Periode Kerusakan Penyebab

5. Upaya penanggulangan :

Pendapatan1. Harga jual buncis perancis : Rp.No. Periode Panen

(Kg)Hargaper Kg

Pendapatan

Page 74: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

60

Lampiran 10 Dokumentasi Firma Raja Buncis

Gambar 17 Pemasangan plastikmulsa

Gambar 18 Penyemprotanpestisida/pupuk cair

Gambar 19 Pemberian pupuk padat

Gambar 20 Proses melubangi plastikmulsa

Gambar 21 Pupuk organik

Gambar 22 Tunas tanaman buncisperancis

Page 75: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

61

Gambar 23 Areal perkebunan buncisperancis

Gambar 24 Persiapan sortasi/grading

Gambar 25 Penyakit Antraknosa

Gambar 26 Tanaman buncis perancissiap panen

Gambar 27 Buncis perancis yangtelah dikemas oleh ICDF

Gambar 28 Pemusnahan tanamanyang terserang penyakit

61

Gambar 23 Areal perkebunan buncisperancis

Gambar 24 Persiapan sortasi/grading

Gambar 25 Penyakit Antraknosa

Gambar 26 Tanaman buncis perancissiap panen

Gambar 27 Buncis perancis yangtelah dikemas oleh ICDF

Gambar 28 Pemusnahan tanamanyang terserang penyakit

61

Gambar 23 Areal perkebunan buncisperancis

Gambar 24 Persiapan sortasi/grading

Gambar 25 Penyakit Antraknosa

Gambar 26 Tanaman buncis perancissiap panen

Gambar 27 Buncis perancis yangtelah dikemas oleh ICDF

Gambar 28 Pemusnahan tanamanyang terserang penyakit

Page 76: ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNCIS PERANCIS DI FIRMA RAJA BUNCIS … · 14 Karat daun 36 15 Bercak daun 37 16 Hasil pemetaan sumber risiko produksi 43 ... 18 Penyemprotan pestisida/pupuk

62

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor Propinsi Jawa Barat pada tanggal 30Oktober 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasanganAdiwinata T. Dan Rita E. Penulis memulai pendidikan di TK Mardi YuanaBondongan, Bogor. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SD, SMP, danSMU Kesatuan Bogor selama 12 tahun. Pada tahun 2007 penulis meneruskanpendidikan ke Diploma Institut Pertanian Bogor dan mengambil program keahlianSupervisor Jaminan Mutu Pangan. Selama menempuh pendidikan Diploma,penulis sempat aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi serta ikut terlibat dalampenyelenggaraan beberapa seminar teknologi pangan di Diploma InstitutPertanian Bogor. Kemudian pada tahun 2010 penulis kembali melanjutkanpendidikan untuk meraih gelar Sarjana di Departemen Agribisnis, FakultasEkonomi dan Manajemen. Selama menempuh pendidikan Sarjana, penulis jugasempat terlibat sebagai panitia penyelenggara dalam kegiatan Sikrab yangdiadakan di Departemen Agribisnis serta ikut serta dalam pertandingan olahragayang diadakan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.