modul budidaya buncis calakan farm

14
1 SOP Penanaman Baby Buncis (Kenya) CALAKAN FARM Mata Kuliah Rekayasa Usaha Tani 2014, 5 SKS Modul Kuliah Lapangan PENDAHULUAN Buncis Phaseolus vulgaris L . (Gambar I) merupakan sayuran buah yang termasuk famili Leguminosae. Tanaman buncis cocok dibudidayakan dan berproduksi baik pada dataran medium maupun dataran tinggi. Tanaman buncis dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe merambat (bersifat indeterminate ) dan tipe tegak (berbentuk semak dan bersifat determinate ). Kultivar merambat memiliki percabangan yang lebih banyak dan jumlah buku bunga yang lebih banyak, tetapi tumbuhnya tidak serempak sehingga mempunyai potensi hasil yang lebih besar. Tipe buncis rambat panjangnya dapat mencapai 3 meter dan mudah rebah, sehingga memerlukan lanjaran/turus agar dapat tumbuh dengan baik. Tipe tegak umumnya pendek dengan tinggi tidak lebih dari 60 cm. PROSES BUDIDAYA BUNCIS A. Syarat Tumbuh Tanaman Buncis Tanaman buncis dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25 0 C di ketinggian 1.000- 1.500 mdpl (dataran tinggi), dengan pH tanah 5,8-6. Buncis rentan terhadap kekeringan dan genangan air, sehingga sebaiknya ditanam pada daerah dengan irigasi dan drainase yang baik. Tanaman ini sangat cocok di tanah lempung ringan. Gambar 1. Morfologi Buncis Phaseolus vulgaris L . var. Kenya

Upload: urwatilwusqa

Post on 24-Dec-2015

189 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

Calakan Farm 2014Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

TRANSCRIPT

SOP Penanaman Baby Buncis (Kenya) CALAKAN FARMMata Kuliah Rekayasa Usaha Tani 2014, 5 SKSModul Kuliah LapanganPENDAHULUANBuncis Phaseolus vulgaris L. (Gambar I) merupakan sayuran buah yang termasuk famili Leguminosae. Tanaman buncis cocok dibudidayakan dan berproduksi baik pada dataran medium maupun dataran tinggi. Tanaman buncis dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe merambat (bersifat indeterminate) dan tipe tegak (berbentuk semak dan bersifat determinate). Kultivar merambat memiliki percabangan yang lebih banyak dan jumlah buku bunga yang lebih banyak, tetapi tumbuhnya tidak serempak sehingga mempunyai potensi hasil yang lebih besar. Tipe buncis rambat panjangnya dapat mencapai 3 meter dan mudah rebah, sehingga memerlukan lanjaran/turus agar dapat tumbuh dengan baik. Tipe tegak umumnya pendek dengan tinggi tidak lebih dari 60 cm. Gambar 1. Morfologi Buncis Phaseolus vulgaris L.var. Kenya

PROSES BUDIDAYA BUNCISA. Syarat Tumbuh Tanaman BuncisTanaman buncis dapat tumbuh optimum pada suhu 20-25 0C di ketinggian 1.000-1.500 mdpl (dataran tinggi), dengan pH tanah 5,8-6. Buncis rentan terhadap kekeringan dan genangan air, sehingga sebaiknya ditanam pada daerah dengan irigasi dan drainase yang baik. Tanaman ini sangat cocok di tanah lempung ringan.

B. Tahap Pengolahan LahanPengolahan lahan bertujuan untuk menyediakan kondisi lahan yang ideal dalam budidaya buncis agar dapat tumbuh dengan baik. Proses untuk pengolahan lahan dipaparkan sebagai berikut :1. Pembersihan lahan (Gambar 2) dari gulma (sanitasi lingkungan) menggunakan herbisida (Rondup). (Dosis 1,8 ml (3 Tutup botol)/17 liter air). Penggunaan herbisida dalam hal ini dilihat dari jumlah pertumbuhan gulma pada lahan yang akan digunakan untuk menanam buncis. Apabila pertumbuhan berbagai jenis gulma sudah menyebar dengan merata dan padat, maka cara membersihkan lahan dengan herbisida merupakan salah satu solusi yang menghemat waktu dibandingkan dengan membersihkan lahan secara manual. Gulma dibersihkan dari lahan bertujuan untuk :Gambar 2. Sterilisasi Lahan untuk persiapan pengolahan tanah

a. Pertumbuhannya tidak menghalangi pertumbuhan tanaman utama, b. Gulma merupakan faktor penyebab kompetisi unsur hara dengan tanaman utama, c. Berpotensi sebagai inang hama dan penyakit tanaman, dand. Bekas gulma keras (yang memiliki akar rimpang) dapat menggangu pertumbuhan akar tanaman utama.2. Pencangkulan (Pembalikan tanah) lahan dengan kedalaman 20-30 cm. Kedalaman ini merupakan standar dalam proses budidaya buncis atau cukup untuk pertumbuhan dan persebaran akar tanaman buncis agar mampu menyerap nutrisi dan air dari dalam tanah secara optimal.3. Pembuatan Bedengan. Ukuran bedengan lebar 1 m x panjang 5 m (Luas : 5 m2), tinggi bedengan 20-30 cm. Jarak antar bedengan 40 cm. Bedengan dengan tinggi 20-30 cm dari permukaan tanah ini untuk menghindari tergenangnya tanaman oleh air hujan atau penyiraman yang berlebihan. Jarak antar bedengan 40 cm ini telah mempertimbangkan lebar yang cukup untuk dilewati saat proses menanam dan untuk efisiensi penggunaan lahan agar dapat dibuat bedengan lebih banyak. Gambar 3. Proses pengolahan lahan, agregat tanah digemburkan

Ctt: Dalam 1/2 shading (block) dapat dibuat 72 bedengan (36 sebelah kanan dan 36 sebelah kiri dipotong oleh jalan)4. Bedengan diratakan (Gambar 4) (Untuk keseragaman pertumbuhan dan memudahkan dalam membuat lubang tanam serta menghitung jumlah tanaman yang ditanam setiap bedengannya secara apik) 5. Pemberian pupuk kandang (1 karung (50 kg)) untuk 4 bedeng; 1 block dibutuhkan 18 karung) standar kebutuhan pupuk kandang untuk budidaya baby buncis kenya adalah 1-1,5 kg/m2. Gambar 4. Bedengan yang sudah diratakan

Ctt: Pastikan pupuk kandang yang dipakai sudah matang. (Gambar 5) Kendala yang akan terjadi apabila menggunakan pupuk kandang yang belum matang (dengan ciri kondisi pupuk masih basah atau lunak) yaitu masih terbawanya benih-benih gulma yang dapat mengganggu pertanaman. Dengan kondisi pupuk kandang yang matang atau sudah kering, benih-benih gulma pun telah kehilangan kadar airnya sehingga tidak memungkinkan untuk tumbuh. Gambar 5. Pupuk kandang yang sudah matang

6. Bedengan didiamkan selama 1 minggu agar unsur hara terserap kedalam tanah. Selain itu fungsi mendiamkan bedengan sebelum ditanami ini agar terjadi pertukaran udara dan membiarkan proses agar bibit penyakit (soil borne) mati. Untuk persiapan lahan yang menggunakan pupuk kandang, mendiamkan bedengan ini berfungsi untuk menstabilkan suhu tanah karena pupuk kandang bersifat panas. Apabila kondisi suhu tanah naik dari suhu normal, hal ini akan membuat perkecambahan atau pertumbuhan tanaman setelah pindah tanam terhambat.Ctt: Penyiraman rutin 2x dalam satu hariC. Tahap Persiapan Tanam1. Pembuatan lubang tanam dengan sistem tugal dengan jarak tanam 30x30/30x40/40x40 cm, dengan kedalaman 2-3 cm. Ketiga jarak tanam ini adalah variasi jarak tanam yang ideal untuk pertanaman buncis, setiap jarak tanam akan mempengaruhi hasil pada aplikasi sesuai musim. Umumnya jarak tanam lebih rapat saat kemarau dan lebih renggang saat musim hujan. Kedalaman saat pembuatan lubang tanam sedalam 2-3 cm cukup untuk menutupi benih yang ditanam agar tidak terlalu dalam juga tidak terlalu dekat ke permukaan. Dikhawatirkan apabila ditanam terlalu dalam maka benih akan sulit berkecambah (daun kecambah tidak muncul ke permukaan tanah), atau terlalu dangkal yang juga menghambat perkecambahan karena bisa terbuang atau benih tidak mampu berimbibisi dengan maksimal.2. Pemberian herbisida (Gramoxone) untuk pengendalian gulma. (dosis yang dibutuhkan 1,8 ml (3 Tutup botol)/17 liter air) Ctt: Pemberian herbisida dilakukan ketika musim hujan saja karena saat musim hujan benih-benih gulma di tanah (seed bank) menemukan kondisi ideal untuk berkecambah karena imbibisi maksimal.D. Tahap Penanaman1. Setiap lubang tanam ditanami dua atau tiga butir benih baby buncis kenya. Tutup kembali lubang yang sudah ditanami dengan tanah tipis tidak ditekan atau dipadatkan. Setiap lubang tanam terdiri atas 2 atau 3 butir benih saat penanaman bertujuan untuk mengantisipasi benih yang tidak berkecambah setelah ditanam, sehingga dipastikan setiap lubang tanam akan tumbuh tanaman. Ctt: Menutup lubang tanam tidak perlu dipadatkan, hal ini bertujuan untuk memberi ruang pada benih untuk berkecambah dengan baik dan saat plumula keluar dapat muncul ke permukaan tanah. 2. Melakukan proses penyiraman sampai tanah lembab untuk mempercepat proses perkecambahan (buncis berkecambah pada hari ke 4-5)3. Penyulaman pada hari ke 10, mengamati kerusakan/tanaman yang tidak tumbuh. Gambar 6 menunjukan buncis yang sudah dilakukan penyulaman untuk menjaga produktivitasnya. Beberapa faktor dapat menjadi penyebab benih tidak berkecambah setelah 10 hari sehingga perlu dilakukan penyulaman. Faktor tersebut dapat dikarenakan kurangnya jumlah air yang diberikan saat penyiraman karena pada proses perkecambahan benih hanya memerlukan air untuk proses imbibisi. Faktor lain yang tidak dapat dipungkiri adalah daya kecambah benih itu sendiri tergantung dari varietas benih yang dijual oleh produsen benih yang juga bervariasi. Persentase daya kecambah benih pun menentukan sebaik apa perkecambahan benih saat pertama ditanam dan perlu atau tidaknya penyulaman setelah 10 hari. Gambar 6. Buncis yang sudah dilakukan penyulaman

E. Tahap Pemupukan dan Pemeliharaan 1. Pemupukan awal NPK 25:7:7 dilakukan setelah keluar daun 4-5 helai ( 10 HST) dengan cara ditugal (membuat lubang) 5 cm sebelah kanan tanaman, sebanyak 5 gr/lubang. Kemudian disiram. Ctt: Pemupukan berikutnya dilakukan setiap minggu ke 4-5 dengan menggunakan NPK 16:16:16 sebanyak 4 kg/200 liter air dengan cara di cor sampai panen.2. Pemberian pupuk daun (Atonik 6,5 L) (dosis 0,75 ml atau 3 tutup botol/17 liter air), insektisida (Calicron 1,2 ml atau 2 tutup botol/17 liter), Pupuk cair (Hi-Tech 0,5 ml atau 3 tutup botol/17 liter air) dilakukan setelah 12 HST. Ctt: Aplikasi pemupukan dan pemeliharaan bisa dicampur dalam satu waktu penyiraman; siklus pemeliharaan dilakukan setiap 12 hari sekali sampai masa generatif (30 HST)3. Pada masa generatif (30 HST) Pupuk daun 6,5 L) diganti dengan Ganasil B untuk mempercepat pembungaan dan pembentukan polong (dosis 15 gram atau 3 sendok makan/17 liter air), penambahan fungisida (Antracol) Dosis 15 gram atau 3 sendok makan/17 liter air. Ctt: Aplikasi Pemupukan dan pemeliharaan bisa dicampur dalam satu waktu penyiraman; siklus pemeliharaan dilakukan setiap 12 hari sekali sampai panen 45-60 HST.4. Penyiraman dilakukan 2x dalam satu hari dengan sistem pompa yang membutuhkan 1 liter bensin/hari. Untuk melakukan satu kali penyiraman dibutuhkan 1000 liter air5. Pemasangan turus dilakukan pada minggu ketiga dengan jarak 1meter/batang turus dan dipasang tali rafia; standar panjang turus untuk tanaman buncis adalah 1 m (kebutuhan turus/block 1200 batang dan tali rafia 5 kg untuk 1 block); kegunaan pemasangan tali pada lanjaran untuk mencegah rebahnya tanaman buncis.

F. Tahap Pengendalian OPTBerikut ini ditampilkan beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang pertanaman buncisHama Kumbang daun (Epilachna signatipennis)Kumbang Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis (Gambar 7), sering disebut kumbang daun epilachna yang termasuk kedalam famili Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang antara 6-8 mm. Pengendalian: (1) bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka dapat langsung dibunuh dengan tangan; (2) dengan insektisida Lannate L dan Lannate 25 WP, dengan konsentrasi 1,5-3 cc/liter air atau 300-600 liter setiap hektar; (3) rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang. Gambar 7. Kumbang Daun (Epilachna signatipennis)

Penggerek daun (Etiella zinckenella)Ulat Etiella zinckenella (Gambar 8) (famili Pyralidae). Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis. Gejala yang ditimbulkan akibat serangan hama ini adalah polong yang masih muda mengalami kerusakan, serta bijinya banyak yang mengalami keropos. Kerusakan ini tidak sampai mematikan tanaman buncis. Pengendalian: penyemprotan dengan insektisida Atabron 50EC dengan konsentrasi 12-15 cc/10 liter air. Setiap satu hektar diperlukan 500 liter larutan semprot. Waktu penyemprotan dilakukan segera setelah diketahui adanya serangan dan dapat diulangi beberapa kali menurut keperluan. Selain Atrabon dapat pula dipilih insektisida lain, seperti Agrothion 50 EC, Gambar 8. Etiella zinckenella

Lalat AgromyzaLalat Agromyza phaseoli (Gambar 9) (famili Agromyzidae). Lalat betina dan jantan mempunyai ukuran yang berbeda. Lalat betina mempunyai panjang tubuh kurang lebih 2,2 mm, sedang yang jantan hanya 1,9 mm. Gejala yang ditimbulkan akibat serangan hama ini yaitu daun berlubang-lubang dengan arah tertentu, dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Gejala lebih lanjut yaitu pangkal batang yang membengkok atau pecah. Kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Apabila tanaman tidak mati tanaman akan tumbuh kerdil, sehingga produksinya sedikit. Pengendalian: hendaknya dilakukan sedini mungkin, yaitu pada saat pengolahan tanah. Setelah biji-biji buncis ditanam sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami daun pisang. Penanaman dilakukan secara serentak. Bila tanaman sudah terserang secara berat, maka segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam tanah. Namun, apabila serangan masih kecil, disarankan agar menggunakan insektisida. Penyemprotan yang lebih baik dilakukan pada saat buncis baru mulai tumbuh, yaitu saat mulai kelihatan kepingnya. Insektisida yang digunakan seperti Basminon 60 EC dengan konsentrasi formulasi 1,5-2 cc/liter air dan Azordin 60 dengan konsentrasi 2-3 cc/liter air Gambar 9. Lalat Agromyza phaseoli

Kutu daun (Aphis gossypii)Penyebab kutu daun ini adalah Aphis gossypii (Gambar 10) (famili Aphididae). Sifat serangga ini polifag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan segala tanaman/ menyerang berbagai jenis tanaman. Tanaman inangnya bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu dan jeruk. Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning coklat. Gejala yang terjadi akibat serangan kutu daun adalah pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan batang memutar (memilin), daun menjadi keriting dan berwarna kuning. Pengendalian: (1) secara alami, yaitu dengan cara memasukkan musuh alaminya, antara lain lembing, lalat dan jenis Coccinellidae; (2) menggunakan insektisida Orthene 75 SP dengan konsentrasi 0,5-0,8 gram/liter air. Bila setelah disemprotkan masih terdapat hamanya, maka penyemprotannya dapat diulang setiap 7-14 hari sekali. Selain Orthene dapat juga digunakan Sevidan 70 WP atau Supracide 40 EC. Gambar 10. Kutu Daun Aphis gossypii

Ulat jengkal semu (Plusia signata) Ada dua spesies yang terdapat diperkebunan buncis, yaitu Plusia signata (Phytometra signata) (Gambar 11) dan P. chalcites, keduanya termasuk kedalam famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang lebih 2 cm berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda. Gejala yang ditimbulkan yaitu : (1) daun-daun berlubang; (2) tanaman menjadi kerdil. Pengendalian: (1) secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun tidak efektif; (2) sanitasi, yaitu dengan membersihkan gulma-gulma yang dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut; (3) dengan insektisida Hostathion 40 EC sangat efektif karena mempunyai cara kerja ganda, yaitu sebagai racun kontak dan racun lambung. Insektisida ini mempunyai daya basmi 2-3 minggu, Konsentrasi formulasi yang digunakan 1-1,5 cc/liter air dan volume larutan semprot kira-kira 400-600 liter/ha. Dapat juga menggunakan Lannate 25 WP dan Lebaycid 550 EC. Penyemprotan dilakukan bila intensitas serangan mencapai 12,5%. Gambar 11. Imago Plusia signata

Ulat penggulung daun (Lamprosema indicate)Penyebab serangan hama ini adalah ulat Lamprosema indicate (Gambar 12) dan L. diemenalis, keduanya termasuk ke dalam famili Pyralidae. Gejala yang terlihat akibat serangannya yaitu daun seperti menggulung dan terdapat ulat di dalamnya yang dilindungi oleh benang-benang sutra dan kotoran. Polongan pun sering dorekatkan bersama dengan daunnya. Gejala yang terlihat lagi yaitu daun tampak berlubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ke tulang utama, hingga habis hanya menyisakan urat-urat daunnya saja. Gambar 12. Ulat Lamprosema indicate

Penyakit Penyakit antraknosaPenyebab penyakit ini adalah jamur Collecotrichum lidenmuthianum. Gejala yang terlihat yaitu terdapat bercak-bercak kecil warna coklat karat pada polong buncis muda, bercak hitam atau coklat tua di bagian batang tanaman tua terdapat pada Gambar 13. Gambar 13. Gejala Antraknosa

Penyakit embun tepungPenyebab penyakit ini adalah jamur Erysiphe polygoni (famili Erysiphaceae) gejala serangannya yaitu daun, batang, bunga, dan buah berubah menjadi berwarna putih keabuan (seperti beludru). Pada serangan bunga ringan, polong masih dapat terbentuk dapat dilihat pada Gambar 14. Namun, pada kondisi serangan berat akan mengagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong diserang maka polong tidak akan gugur hanya meninggalkan bekas berwarna cokelat dan akan mengakibatkan kualitasnya menurun. Gambar 14. Gejala embun tepung

Penyakit layuPenyebab penyakit ini adalah bakteri Pseudomonas sollanacearum (famili pseudomonadeceae). Gejala serangannya yaitu tanaman akan terlihat layu, mengunung, dan kerdil. Apabila batang tanaman yang terserang dipotong secara melintang, akan terlihat warna cokelat dan jika ditekan akan mengeluarkan lender berwarna putih. Warna cokelat ini terkadang bisa mencapai daun. Akar yang sakit pun berwarna cokelat. Penyakit bercak daun Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cercospora canescens (famili dematiaceae) (Gambar 17). Spora jamur ini disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, manusia, dan lain-lain. Gejala yang terlihat dari serangan penyakit ini adalah daun berbercak-bercak kecil warna cokelat kekuningan. Lama-kalamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning dapat dilihat pada Gambar 16. Untuk serangan yang parah daun akan menjadi layu berguguran. Apabila jamur sudah menyerang polong, maka polong berbercak kelabu dan biji yang terbentuk kurang padat dan ringan. Gambar 17. Jamur Cercospora canescens Gambar 16. Penyakit Bercak Daun

Penyakit hawar daunPenyebab penyakit ini adalah bakteri Xanthomonas campestris (famili Pseudomonaceae). Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari 20 o C dan suhu optimum 30 o C. bakteri ini dapat hidup bertahun-tahun di dalam biji, tanah, dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Gejala yang ditimbulkan adalah terlihatnya bercak kuning di bagian tepi daun yang kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering, dan berwarna coklat kekuningan. Pada serangan lebih lanjut, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Gejala seperti ini dapat meluas ke bagian batang sehingga tanaman akan mati. Penyakit dumping offPenyebab penyakit ini ialah jamur Phytium sp (famili phytiaceae) (Gambar 18) penularan penyakit ini dapat melalui tanah atau biji. Serangan akan meningkat pada kondisi suhu dan kelembaban udara cukup tinggi. Gejala yang ditimbulkan adalah bagian batang yang terletak dibawah keeping biji (hipokotil) berwarna pucat akibat kerusakan klorofil. Dampak lebih lanjut adalah terjadinya nekrosa secara cepat, jaringan yang ada di atas tanah menjadi mengkerut dan mengecil sehingga batang tidak akan kuat menyangga kotiledon dan kemudian tanaman roboh. Gambar 18. Hifa jamur Phytium sp

Secara umum pengendalian yang dapat dilakukan terhadap hama dan penyakit yang dapat menyerang pertanaman buncis adalah sebagai berikut :

1. Menyiangi gulma setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali. Selain merugikan tanaman karena kompetisinya, gulma pun dapat merugikan karena dapat menjadi tempat hidup hama dan media berkembangnya penyakit tanaman. Untuk itu penyiangan gulma (secara manual) harus sering dilakukan untuk menghindari kerugian-kerugian yang dapat terjadi.2. Aplikasi Insektisida (Calicron) sesuai dosis yang tertera jika serangan hama sudah mulai terlihat.3. Aplikasi fungisida. Adapun merek dagang yang biasa digunakan : Score, Antracole, Daconil. (Khusus Score jangan dilakukan penyemprotan secara rutin karena mengandung ZPT yang dapat memperbesar lebar daun).4. Menyiangi gulma setiap seminggu sekali atau dua minggu sekali5. Aplikasi Insektisida (Calicron) sesuai dosis yang tertera jika serangan hama sudah mulai terlihat.6. Aplikasi fungisida. Adapun merek dagang yang biasa digunakan : Score, Antracole, Daconil. (Khusus Score jangan dilakukan penyemprotan secara rutin karena mengandung ZPT yang dapat memperbesar lebar daun).

G. Tahap Panen

1. Ciri-ciri masa panen :a. Batang polong lurus tidak bergelombang, biji dalam polong tidak menonjol, dan berkulit kasar. b. Bila polong dipatahkan terdengar suara meletup.c. Panjang polong 6-10 cmd. Polong bersifat lentur.2. Cara pemanenan :a. Dipetik sampai tangkai polong (dipetik menggunakan tangan tidak menggunakan benda tajam dikhawatirkan dapat melukai kulit polong buncis yang mengakibatkan buncis rusak dan terinfeksi OPT)b. Hasil panen disimpan di tempat yang sejuk dan terhindar dari cahaya matahari langsung yang menyebabkan layu pada polong.

12

3. Polong dapat dipanen mulai 40-45 HST (Panen tidak dilakukan sekaligus karena tidak semua polong sudah matang dengan interval panen 2 hari sekali)4.

DENAH SHADING 4 UNTUK PERKULIAHAN REKAYASA USAHA TANI 2014